oleh - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5423/2/skripsi...
TRANSCRIPT
i
STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF MASYARAKAT VOKASI
KERAJINAN TANDUK DAN KAYU UNTUK MENARIK MINAT
PELANGGAN DI DESA PUCANG KECAMATAN SECANG
KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
Oleh :
IFADATUL KHABIBAH
NIM:43010-15-0061
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (KPI)
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
وجد من جد
“siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan mendapatkan”
(6) إن مع العسر يسرا (5) يسرافإن مع العسر
Artinya: "Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan."
Al-Insyirāh (94) : 5-6
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
1. Ibuku Nihayatul Mukaromah dan Bapakku Muhammad Tantowi yang telah
mencurahkan kasih sayang dan do’anya kepada saya.
2. Kakak dan Adekku tercinta, Mas Misbakhun Nadzir dan Dek Halwatul
‘Ainiyah
3. Keluarga besar Alm. Mbah Kakung H. Khumaidi dan Alm. Mbah Kakung KH.
Kholil dan khususnya kepada Pak H. Imron dan Pak Zaim yang telah banyak
membantu saya.
4. KH. Mu’tasim Billah selaku pengasuh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran
Yogyakarta, Alm. Abah KH. Mahfudh Ridlwan,L.c. dan Gus Muhammad
Hanif M.Hum. selaku Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro yang telah
mendidik dan memberikan ilmunya.
5. Dosen Pembimbing Skripsi pak Yahya, S.Ag., M.H.I yang telah membimbing
skripsi hingga selesai.
6. Dosen Metodologi Penelitian bu Rr. Wuri Arenggoasih, M.I.Kom
7. Untuk seseorang yang selalu mensupportku Taufan Ardiansyah
8. Saudara dan Sahabat-sahabatku Khalifa Tahta Alfiana, Mbak Yuni, Corona
Raisa Wijayanti, Alma Zerlina Sofie, Humaida Fatwati, Atina Zulfiani,
Desy NF, Ulfa Ma’rufah, Ag Syifa, Mareta Indi, Yani Rida, dan Dewi
Agnestesia yang selalu memberikan motivasi dan dukungan.
viii
9. Keluarga Besar Pondok Pesantren Baitul Falah Mualimin Jampirejo
Temanggung, Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta, dan Pondok
Pesantren Edi Mancoro.
10. Teman seperjuanganku seluruh mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
angkatan 2015.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat,
serta para pengikutnya yang menjadi suri tauladan bagi kita.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini
penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dan
kemampuan yang belum sempurna. Namun berkat adanya bantuan, motivasi dan
bimbingan dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat
terselesaikan.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Dr. Mukti Ali, M.Hum selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
3. Dra. Maryatin, M. Pd selaku ketua program studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam
4. Yahya, S.Ag., M.H.I selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Para dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan
IAIN Salatiga dan sahabat-sahabat program studi Komunikasi dan Penyiaran
x
Islam IAIN Salatiga angkatan 2015 yang selalu memberi dukungan dan
motivasi dalam penulisan skripsi ini.
6. Kepada semua pihak yang telah mendukung penulis, semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan hingga
bisa menyelesaikan skripsi
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis senatiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta para
pembaca pada umumnya.
Salatiga, 19 Maret 2019
Ifadatul Khabibah
NIM.43010150061
xi
ABSTRAK
Khabibah, Ifadatul. 2019. Strategi Komunikasi Persuasif Masyarakat Vokasi
Kerajinan Tanduk dan Kayu untuk Menarik Minat Pelanggan di Desa
Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun 2018. Skripsi
Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Institut
Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Yahya, S.Ag., M.H.I.
Kata Kunci: Strategi Komunikasi, Persuasif, menarik minat pelanggan
Penelitian ini membahas tentang: Strategi komunikasi persuasif yang
digunakan masyarakat vokasi kerajinan tanduk dan kayu untuk menarik minat
pelanggan di Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang. Dengan
rumusan masalah: (1) bagaimana strategi komunikasi persuasif masyarakat vokasi
kerajinan tanduk dan kayu untuk menarik minat pelanggan di Desa Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang?, (2) bagaimana strategi komunikasi
masyarakat untuk membentuk image desa vokasi kerajinan tanduk dan kayu di
Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang?, (3) apa yang menjadi
faktor pendukung dan penghambat dalam menarik minat pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu di Desa Vokasi Pucang Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang?.
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti: Metode penelitian
kualitatif yang merupakan penelitian yang menggunakan data alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang terkumpul
dipaparkan berdasarkan klasifikasi sehingga tergambar pola atau struktur dari
fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan
jawaban dari fokus penelitian tersebut.
Hasil dari penelitian: Strategi komunikasi persuasif yang dilakukan
masyarakat vokasi kerajinan tanduk dan kayu untuk menarik minat pelanggan di
Desa Pucang yaitu, mengembangkan produk kerajinan, penentuan harga,
mendistribusikan produk di tempat-tempat kegiatan distribusi, promosi. Strategi
untuk membentuk image desa vokasi kerajinan tanduk dan kayu di Desa Pucang
yaitu, membangun kepercayaan konsumen, meyakinkan konsumen. Faktor
pendukung dan penghambat yaitu, (1) Pendukung: adanya dukungan dari dinas
terkait, potensi dan motivasi masyarakat, kepercayaan pelanggan, dan kemajuan
teknologi. (2) Penghambat: adanya persaingan harga yang tidak sehat, SDM dan
bahan baku terbatas, serta terbatasnya biaya promosi.
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kerangka Berfikir .......................................................................... 9
Tabel 2.1 Model Komunikasi Pemasaran Terintegrasi (IMC) ....................... 41
Tabel 2.2 Kerangka Citra Merk ..................................................................... 44
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Pucang Menurut Mata Pencaharian ... 58
Tabel 4.2 Data Pengelompokan Pengrajin ..................................................... 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Baliho Desa Vokasi .................................................................... 76
Gambar 4.2 Komunikasi Persuasif Melalui Instagram .................................. 79
Gambar 4.3 Komunikasi Persuasif Melalui Toko Pedia ................................ 80
Gambar 4.4 Komunikasi Persuasif melalui Face Book ................................. 80
Gambar 4.5 Tayangan Desa Vokasi di Net.TV ............................................. 83
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LOGO ............................................................................................................. ii
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... v
MOTTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
E. Kerangka Berfikir .......................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 12
B. Landasan Teori .............................................................................. 14
xv
1. Komunikasi .............................................................................. 14
a. Pengertian Komunikasi ............................................... 14
b. Strategi Komunikasi .................................................... 26
c. Tahap Penyusunan Strategi Komunikasi ..................... 31
2. Persuasif .................................................................................. 34
a. Pengertian Komunikasi Persuasif ................................ 34
b. Minat Pelanggan .......................................................... 35
c. IMC .............................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan .................................................... 47
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 49
C. Prosedur Pengambilan Sampel ...................................................... 49
D. Sumber Data .................................................................................. 50
E. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 51
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 52
G. Teknik Validitas Data .................................................................... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 54
1. Subjek Penelitian ..................................................................... 54
2. Temuan Penelitian ................................................................... 62
xvi
B. Pembahasan ................................................................................... 72
1. Strategi Komunikasi Masyarakat Vokasi Kerajinan Tanduk dan
Kayu untuk Menarik Minat Pelanggan di Desa Pucang
Kecamatan secang Kabupaten Magelang................................ 72
2. Strategi Komunikasi Masyarakat untuk Membentuk Image
Desa Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang............................... 86
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menarik Minat
Pelanggan Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Vokasi Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang............................... 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 102
B. Saran............................................................................................ 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena mata
pencaharian penduduk Indonesia adalah dalam bidang pertanian. Namun
demikian, ada yang bermata pencaharian perkebunan, peternakan,
perikanan, pekerja kantoran, dan adapula yang bermata pencaharian
sebagai pengrajin tangan yang tidak terlalu banyak dikenal oleh penduduk
Indonesia serta luar negeri. Selain itu, berdagang juga menjadi salah satu
profesi yang banyak digeluti oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia.
Sejak zaman Rasulullah pun Allah telah memerintahkan umatnya
untuk berdagang atas dasar suka sama suka untuk memenuhi kebutuhan
hidup para hambanya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT
sebagai berikut:
ن إل أن تكون ت ياأيها الذين ءامنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل جا
ا حيم كان بكم اض منكم ول تقتلوا أنفسكم إن الل ت
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu. (QS. A-Nisa: 29)
2
Rasulullah bersabda:
زقه فل زق، واإن أحدكم لن يموت حتى يستكمل تستبطئوا ال تقوا الل
م وا ما ح ، ود أيها الناس، فأجملوا في الطلب، خذوا ما حل
)واه ابن حبان وبيهقي(
Artinya:
Sesungguhnya salah seorang diantara kalian tidaklah meninggal sampai
disempurnakan rezekinya. Bertakwalah kepada Allah wahai manusia,
perbaikilah dalam mencari rezeki, ambil yang halal dan tinggalkan yang
haram. (HR. Ibnu Hibban, Baihaqi).
Berdagang tidaklah lepas dari komunikasi persuasif dan juga
pemasaran atau strategi untuk menarik minat pelanggan. Untuk itu,
komunikasi tidak mungkin dihindari. Dengan kata lain, tidak ada satu hal
pun yang bukan merupakan komunikasi (Curtis, 2006: 10). Bahkan saat
saling bertatapmata pun itu merupakan komunikasi.
Perlu disadari bahwa fungsi komunikasi tidak hanya terbatas pada
kegiatan bersosialisasi, dan proses belajar mengajar, namun diperlukan
juga untuk menarik minat pelanggan, karena hal tersebut sangat
berpengaruh dalam sukses tidaknya suatu bisnis. Komunikasi persuasif
untuk menarik minat pelanggan merupakan usaha untuk menyampaikan
pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan
produk di pasar. Dalam komunikasi persuasif tidak hanya dibutuhkan satu
macam komunikasi saja, namun bermacam-macam komunikasi juga
dibutuhkan untuk keberhasilan suatu bisnis.
3
Komunikasi persuasif untuk menarik minat pelanggan adalah
aktivitas, dan proses menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan,
dan mengajak pelanggan serta masyarakat umum agar tertarik dengan
produk yang ditawarkan, hal tersebut bertujuan mencapai suatu penjualan
yang terjadi secara langsung dan terkadang penjualan dapat terjadi di
masa-masa mendatang. Dapat dikatakan pula bahwa kegiatan dari
komunikasi persuasif tidak hanya dibutuhkan dalam bisnis saja, namun
juga dibutuhkan dalam membangun citra dan juga mengenalkan suatu hal.
Proses komunikasi persuasif tidak jauh berbeda dari proses dalam
ilmu komunikasi yang meliputi, pesan datang dari sumber. Dalam hal
tersebut sumber berarti pihak yang mengirim pesan ajakan atau bujukan
terhadap konsumen atau biasa dikatakan produsen atau perusahaan dan
distributor. Kemudian perusahaan dan distribtor menentukan bagaimana
pesan itu disusun agar pesan tersebut dapat dipahami dan direspon baik
oleh konsumen. Proses selanjutnya, menyampaikan pesan melalui media.
Pesan yang disampaikan melalui media akan ditangkap oleh penerima dan
penerima akan memberikan respon terhadap pesan tersebut, baik positif
atau negatif. Kemudian proses terakhir yaitu umpan balik atas pesan yang
dikirimkan. Perusahaan dan distributor mengevaluasi apakah pesan dapat
disampaikan sesuai harapan atau justru tidak.
Tersampaikannya pesan dan keberhasilan dalam menarik minat
pelanggan tentu membutuhkan strategi komunikasi yang tepat. Strategi
komunikasi merupakan rencana atau tak-tik untuk mencapai suatu tujuan.
4
Tidak banyak saat ini yang menghiraukan betapa pentingnya strategi
komunikasi untuk menjalankan suatu bisnis. Namun tidaklah mudah untuk
membuat atau menyusun strategi yang tepat, karena membutuhkan
ketelitian, kejelian, kesabaran, wawasan yang luas, dan mampu membaca
situasi. Kini persaingan dalam bidang bisnis sangatlah ketat, sehingga
suatu kelompok masyarakat yang sedang bergelut dalam bidang industri
rumahan haruslah memiliki strategi untuk menarik minat pelanggan.
Salah satu industri rumahan yang telah sukses dalam menjalankan
bisnisnya ialah masyarakat Desa Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu di
Desa Pucang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Produk yang
dihasilkan oleh masyarakat Desa Vokasi tersebut terjual di dalam negeri
maupun luar negeri. Tentunya dibalik kesuksesan Desa Vokasi Pucang
tersebut terdapat strategi khusus yang digunakan oleh masyarakat desa
Vokasi Pucang untuk menarik minat pelanggan pada hasil karyanyanya.
Meskipun telah memiliki strategi komunikasi persuasif, hambatan dalam
komunikasi persuasif juga dapat terjadi. Hal tersebut menjadi
permasalahan yang sudah semestinya disadari oleh pihak pengusaha untuk
dijadikan evaluasi dalam perjalanan bisnisnya dan kemudian dicari jalan
keluarnya.
Ditemukannya strategi komunikasi persuasif yang tepat untuk
menarik pelanggan sangatlah penting. Karena hal ini akan memudahkan
aktivitas jual beli yang saling menguntungkan antara produsen dan
konsumen. Disamping itu juga diharapkan dapat menjadi investasi dalam
5
jangka panjang karena setelah berhasilnya strategi komunikasi persuasif
akan tercipta asosiasi-asosiasi dari konsumen mengenai produk yang
dihasilkan oleh prosuden, sehingga masyarakat atau konsumen dapat
mempercayai produk tersebut.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian lapangan dengan judul ”STRATEGI KOMUNIKASI
PERSUASIF MASYARAKAT VOKASI KERAJINAN TANDUK DAN
KAYU UNTUK MENARIK MINAT PELANGGAN DI DESA PUCANG
KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2018”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi komunikasi persuasif masyarakat vokasi kerajinan
tanduk dan kayu untuk menarik minat pelanggan di Desa Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang?
2. Bagaimana strategi komunikasi masyarakat untuk membentuk image
Desa Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang Kecamatan
Secang Kabupaten Magelang?
3. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam menarik
minat pelanggan kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi Pucang
Kecamatan Secang kabupaten Magelang?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi komunikasi persuasif masyarakat vokasi
kerajinan tanduk dan kayu untuk menarik minat pelanggan di Desa Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
2. Untuk mengetahui strategi komunikasi masyarakat dalam membentuk
image Desa Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam menarik
minat pelanggan kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi Pucang
Kecamatan Secang kabupaten Magelang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran tentang ilmu komunikasi terutama dalam bidang strategi
komunikasi persuasif masyarakat vokasi kerajinan tanduk dan kayu
untuk menarik minat pelanggan di Desa Pucang Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang.
2. Manfaat secara praktis
a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi, masukan,
evaluasi dan pertimbangan bagi masyarakat ataupun pengusaha di
Desa Vokasi Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang,
dalam meningkatkan strategi komunikasi usaha atau bisnis yang
lebik baik lagi.
7
b. Untuk dapat mengetahui lebih dekat tentang permasalahan yang
terjadi di Desa Vokasi Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang serta dapat memberikan masukan yang dibutuhkan.
c. Bagi Peneliti penulis mengetahui peran strategi komuniikasi
pengusaha dengan konsumen khususnya di Desa Vokasi Desa
Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
E. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan alur pikir penulis yang dijadikan sebagai
skema pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini, dalam kerangka
berfikir ini peneliti akan mencoba menjelaskan masalah pokok penelitian.
Dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan beberapa kerangka berfikir
sebagai suatu pendapat yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
berdasarkan pendapat para ahli.
Peran komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting,
manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi
antara satu dengan yang lainnya, oleh karena itu komunikasi tidak dapat
dihindari. Cara lain dalam memandang komunikasi adalah berdasarkan
elemen atau unsur-unsur komunikasi menurut Harold Laswell pada tahun
1948 menyatakan komunikasi adalah who says what, in what channel, to
whom, with what effect (siapa mengatakan apa, pada saluran apa, kepada
siapa, dengan efek seperti apa). Dalam hal tersebut terdapat empat elemen
komunikasi yaitu; sumber, pesan, saluran, penerima, dan efek (Morissan,
2009:17).
8
Strategi komunikasi juga tidak kalah penting untuk menunjang
keberlangsungan hidup, terutama para pengusaha pada saat ini. Strategi
komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy (2000: 300), yaitu perencanaan
dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.
Bukan hanya strategi komunikasi saja yang dibutuhkan para
pengusaha pada saat ini, namun juga strategi komunikasi persuasif.
Komunikasi persuasif merupakan komunikasi yang dilakukan sebagai ajakan
atau bujukan agar mau bertindak sesuai dengan keinginan komunikator
(Brata, 2003: 70). Keinginan seorang pengusaha tentunya ialah menarik
minat pelanggan untuk membeli produk yang ditawarkan, sedangkan minat
beli konsumen akan timbul dengan sendirinya jika konsumen sudah merasa
tertarik atau memberikan respon yang positif terhadap apa yang ditawarkan
oleh penjual (Febriani, 2018: 85-86).
Untuk mengetahui strategi komunikasi persuasif dalam menarik minat
pelanggan dapat menggunakan konsep komunikasi pemasaran terpadu (IMC).
Integrated Marketing Communication (IMC) dipercaya sebagai langkah
strategis dalam meningkatkan penjualan. Menurut pendapat Terence Shim
terdapat lima elemen pemasaran yaitu: personal selling, advertising, sales
promotion, sponshorship marketing, publicity, and point of purchase
communication (Putra, 2013: 142).
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi
komunikasi persuasif masyarakat vokasi kerajinan tanduk dan kayu untuk
9
menarik minat pelanggan di Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang menggunakan kerangka berfikir sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kerangka Berfikir
Strategi Komunikasi Persuasif
Komunikasi Pemasaran (IMC)
Place (Tempat)
Product(Produk)
Promotion (Promosi)
Untuk Mengetahui Strategi Komunikasi Persuasif Masyarakat Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu untuk Menarik Minat Pelanggan di
Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Tahun 20018
Price (Harga)
1. Advertising 2. Direct Marketing 3. Interactive/
Internet Marketing 4. Sales Promotion 5. Public Relations 6. Personal Selling
Minat
10
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis mencoba menguraikan secara sistematis
yang terdiri dari lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang
terperinci sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka berfikir, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Bab ini menguraiakan tinjauan pustaka dan landasan teori yang berisi:
pengertian strategi dan komunikasi, tujuan strategi komunikasi, faktor
penghambat serta pendukung komunikasi, tahap penyusunan strategi
komunikasi, pengertian komunikasi persuasif dan minat pelanggan, dan
Integrated Marketing Communication (IMC).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel, prosedur pengambilan
sampel, alat atau instrumen untuk pengumpulan data, teknik analisis data, dan
teknik validitas data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang hasil dan pembahasan penelitian yang berupa strategi
komunikasi masyarakat untuk membentuk image desa vokasi, strategi
pemasaran dalam mensukseskan suatu usaha atau bisnis kerajinan tanduk dan
kayu serta faktor penghambat dan pendukung strategi komunikasi masyarakat
11
Desa Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi: kesimpulan dan saran
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Penulis telah melakukan penelusuran karya ilmiah yang ada kaitannya
dengan strategi pengembangan komunikasi. Adapaun karya ilmiah tersebut
adalah sebagai berikut:
Skripsi dengan judul “Strategi Komunikasi dalam Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan pada Dinas Pendapatan Daerah di Kota Samarinda”.
Ditulis oleh Shella Gusti Suawa, tahun 2013. Dalam skripsi tersebut
membahas tentang bagaimana strategi komunikasi dalam pelayanan pajak
bumi dan bangunan pada Dinas Pendapatan Daerah di kota Samarinda, yaitu
dilakukan melalui pemasangan iklan dan sosialisasi dari pemerintah terhadap
masyarakat. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian penulis dari segi
ide penelitian seperti; judul, rumusan masalah dan metode penelitian yang
digunakannya.
Skripsi dengan judul “Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Radio
Smart FM Makassar Dalam Meningkatkan Jumlah Pengiklan”. Ditulis oleh
Muh. Said HM Tahir, tahun 2014. Dalam skripsi tersebut membahas tentang
bagaimana strategi komunikasi pemasaran stasiun radio Smart FM Makassar
dapat meningkatkan jumlah pengiklan. Hasil penelitian tersebut ialah strategi
dalam meningkatkan jumlah pengiklan di radio Smart FM Makasar ialah
dengan iklan. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian penulis karena
13
penulis menambahkan konsep IMC (Integrated Marketing Communication)
dan juga judul serta tempat penelitiannya juga berbeda.
Jurnal penelitian dengan judul “Komunikasi Pemasaran Terpadu:
Implementasi untuk UMKM” yang ditulis oleh Yustina Chrismardani tahun
2014. Jurnal ini membahas tentang penerapan komunikasi pemasaran terpadu
pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Penelitian tersebut merupakan
bagian dari basic atau fundamental research karena untuk mengetahui
fenomena yang terjadi di lingkup pemasaran produk atau jasa. Hasil dari
penelitian tersebut ialah konsep IMC telah digunakan baik oleh perusahan
besar dan juga perusahaan kecil, tidak terkecuali UMKM. Penggunaan
komunikasi pemasaran terpadu oleh UMKM belum maksimal, hal itu karena
adanya keterbatasan biaya untuk melaksanakan semua bauran komunikasi
pemasaran. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini dari segi subjek
penelitian dan teknik pengumpulan datanya, dalam penelitian tersebut
menggunakan teknik purposive sampling sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan teknik snowball sampling. Selain itu, dalam penelitian ini
penulis menambahkan strategi untuk membangun citra (Brand Image).
Jurnal penelitian yang ditulis oleh Ilyas dengan judul, “Strategi
Pengembangan Komunikasi Masyarakat Kelompok Tani Qoryah Toyyibah di
Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga”, tahun 2016. Jurnal ini
membahas tentang pengembangan komunikasi masyarakat kelompok tani
Qoryah Toyyibah di Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Hasil dari
penelitian ini adalah mengembangkan pemberdayaan masyarakat kelompok
14
tani Qoryah Toyyibah melalui cocok tanam padi organik serta kelompok tani
tersebut menjadi sarana untuk berdakwah. Penelitian tersebut berbeda dengan
penelitian penulis dari segi ide penelitian dan teorinya. Secara tidak langsung
penelitian tersebut mengaplikasikan masyarakat madani atau civil society
pada kelompok tani qoryah Toyyibah, sedangkan dalam penelitian ini
menggunakan konsep IMC (Integrated Marketing Communication).
Jurnal penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Pemasaran
Dalam Kegiatan Pemasaran Produk Consumer Goods (Studi Kasus Pada PT
Expand Berlian Mulia Di Semarang)”, yang ditulis oleh Suherman Kusniadji
tahun 2016. Hasil dari penelitian tersebut ialah, perusahaan PT Expand
Berlian Mulia di Semarang menggunakan berbagai bentu komunikasi
pemasaran sebagai strategi komunikasi pemasarannya yang meliputi;
advertising, personal selling, sales promotion, publisitas, dan marketing
event. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah subyek
dan sistematika penulisannya.
B. Landasan Teori
1. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common).
Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin,
yaitu communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran.
Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau bersama-sama.
Menurut Shannon dan Weaver (1949), bahwa komunikasi
15
merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada
bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekpresi muka,
lukisan, seni dan teknologi (Wiryanto, 2006: 5-7).
Carl I. Hovland: Komunikasi merupakan suatu proses dimana
seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang
kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain. Jadi, dengan
demikian komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk
kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu,
sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap, dan bertingkah laku
yang sama dengan kita (Widjaja, 2000: 27). Singkatnya menurut
Suprapto (2011: 5), komunikasi merupakan rangkaian proses
pengalihan informasi dari satu orang kepada orang lain dengan
maksud tertentu.
Menurut pendapat beberapa ahli komunikasi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi ialah suatu bentuk interaksi antara
satu dengan yang lain, dengan proses dimana dua orang atau lebih
yang melakukan pertukaran informasi baik itu disengaja maupun
tidak disengaja, baik itu verbal maupun non verbal.
Cara lain dalam memandang komunikasi adalah berdasarkan
elemen atau unsur-unsur yang membentuk komunikasi. Elemen apa
saja yang harus ada agar suatu komunikasi dapat terjadi? Hal ini
mendorong munculnya teori komunikasi yang mendefinisikan
16
peristiwa komunikasi berdasarkan elemen yang membentuknya.
Definisi komunikasi klasik oleh Harold Laswell pada tahun 1948,
misalnya, yang menyatakan komunikasi adalah who says what, in
what channel, to whom, with what effect (siapa mengatakan apa,
pada saluran apa, kepada siapa, dengan efek seperti apa). Dalam hal
tersebut terdapat empat elemen komunikasi yaitu; sumber, pesan,
saluran, penerima, dan efek. Menurut Joseph Dominic (2002), setiap
peristiwa komunikasi akan melibatkan delapan elemen komunikasi,
yang meliputi: sumber, enkoding, pesan, saluran, dekoding,
penerima, umpan balik dan gangguan (Morissan, 2009: 17-18).
Munculnya teori-teori komunikasi yang mendeskripsikan
suatu peristiwa dapat dipengaruhi oleh elemen atau unsur-unsur
komunikasi, karena elemen komunikasi tersebut yang mendasari
adanya suatu komunikasi.
Komunikasi dapat dibagi secara umum menjadi 5 (lima)
konteks atau tingkatan sebagai berikut :
1. Komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang terjadi
dalam diri seseorang, yang menjadi pusat perhatian adalah
bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami
seseorang melalui sistem saraf dan indra.
2. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi perorangan yang
bersifat pribadi baik yang secara langsung (tanpa medium)
17
maupun tidak langsung (dengan medium) seperti percakapan
tatap muka atau melalui telepon.
3. Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasan pada
interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil,
komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar
pribadi.
4. Komunikasi organisasi menunjukkan pada pola dan bentuk
komunikasi yang terjadi dalam konteks jaringan organisasi.
5. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
yang ditunjukkan kepada sejumlah khalayak yang besar
(Nurudin, 2007:13).
Pembagian komunikasi menjadi lima (5) konteks tersebut
berdasarkan faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang
terdiri dari aspek yang bersifat fisik, aspek psikologi, aspek sosial,
dan aspek waktu.
Wijaja, (1997: 9-11) mengungkapkan beberapa fungsi dan
tujuan komunikasi:
1. Fungsi komunikasi
Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas,
tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan, tetapi
sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar
data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial
adalah sebagai berikut:
18
a) Informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan,
penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan opini dan
komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi
secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar
dapat mengambil keputusan yang tepat.
b) Sosialisasi (pemasyarakatan): penyediaan sumber ilmu
pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan
bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga
ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di
dalam masyarakat.
c) Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka
pendek maupun jangka panjang, mendorong orang
menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong
kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama
yang akan dikejar.
d) Perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling menukar
fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau
menyelesaikan perbedaan pendapat mengena masalah publik,
menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk
kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri
dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama di
tingkat nasional dan lokal.
19
e) Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga
mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak dan
pendidikan ketrampilan dan kemahiran yang diperlukan pada
semua bidang kehidupan.
f) Memajukan kebudayaan: penyebaran hasil kebudayaan dan
seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu,
perkembangan kebudayaan dengan memperluas horison
seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong
kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
g) Hiburan: penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan image dari
drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, olah raga,
permainan dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan
kelompok dan individu.
h) Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu
kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka
perlukan agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan
menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
1. Tujuan Komunikasi
Komunikasi mempunyai beberapa tujuan antara lain:
a) Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti
b) Memahami orang lain
c) Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain. Kita
harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima oleh orang
20
lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan
kehendak.
d) Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
Menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin
berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan di sini adalah
kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting
harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk
melakukannya.
Kesimpulannya ialah fungsi komunikasi merupakan untuk
mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai hal-hal yang
terjadi, atau sebagai penyampai pesan terhadap seseorang
menggunakan lambang sebagai media. Sedangkan tujuan
komunikasi yaitu pesan dapat tersampaikan kepada komunikan
sehingga dapat merubah pandangan maupun menyamakan
pemikiran.
Suryanto, (2015: 21-24) memaparkan prinsip-prinsip
komunikasi:
1. Komunikasi adalah proses simbolis
a) Lambang bersifat sembarang, manasuka, atau sewenang-
wenang
b) Lambang tidak mempunyai makna sebab manusialah yang
memberikan makna pada lambang
c) Lambang itu bervariasi
21
2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi (dilihat dari sisi
komunikan)
3. Komunikasi mempunyai dimensi isi dan hubungan
4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
(dilihat dari sisi komunikator)
5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
7. Komunikasi bersifat sistemis
8. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya, semakin efektiflah
komunikasi
9. Komunikasi bersifat nonsekuensial
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional
11. Komunikasi bersifat irreversible
Selain prinsip-prinsip komunikasi yang dipaparkan di atas,
Suryanto, (2015:62- 66) juga memaparkan karakteristik komunikasi:
1. Komunikasi merupakan suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses, artinya bahwa
komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa
yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta
berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
Sebagai suatu proses komunikasi tidak ‘statis’, tetapi ‘dinamis’
dalam arti selalu mengalami perubahan, perkembangan, dan
22
berlangsung terus-menerus tanpa henti sampai manusia
meninggal.
2. Komunikasi adalah uapaya yang disengaja serta mempunyai
tujuan
Komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan secara
sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari
pelakunya. Pengertian “sadar” menunjukkan bahwa kegiatan
komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya berada dalam
kondisi mental-psikologis yang terkendalikan atau terkontrol
oleh logika akal orang yang bersangkutan, bukan dalam keadaan
tidur dan “mimpi”. Disengaja maksudnya bahwa komunikasi
yang dilakukan sesuai dengan kemauan dan keinginan dari
pelakunya. Sementara tujuan menunjuk pada hasil atau akibat
yang ingin dicapai, sesuai dengan tujuan masing-masing
individu pelaku komunikasi.
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari
para pelaku yang terlibat
Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila
pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) terlibat
secara aktif dan mempunyai perhatian yang sama terhadap topik
pesan yang dikomunikasikan. Tingkat partisipasi ini
memberikan gambaran bahwa dalam proses komunikasi
23
diperlukan perhatian tertentu untuk memahami isi pesan yang
dikomunikasikan.
4. Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan lambang atau simbol tertentu.
Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi
antarmanusia adalah bahasa verbal dalam bentuk kata-kata,
kalimat, angka, atau tanda lainnya. Selain bahasa verbal, ada
juga lambang-lambang yang bersifat nonverbal yang dapat
dipergunakan dalam komunikasi, seperti gestur (gerak tangan,
kaki, mimik muka, atau gerakan bagian tubuh lainnya), warna,
simbol, kode tertentu, sikap duduk atau berdiri, jarak dan
berbagai bentuk lambang lainnya.
5. Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu
memberi dan menerima yang dilakukan secara seimbang atau
proporsional oleh tiap-tiap pelaku yang terlibat dalam
komunikasi. Besar kecilnya nilai yang diterima bergantung pada
yang diberikan.
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Arti dari komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
adalah para peserta atau pelaku terlibat dalam komunikasi tidak
harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya
24
berbagai produk teknologi komunikasi, seperti telepon,
faksimili, telex, video text, dan lain-lain, kedua faktor tersebut
(waktu dan tempat) tidak menjadi persoalan dan hambatan
dalam berkomunikasi.
Cangara, (2014: 167-170) memaparkan beberapa hambatan
dalam komunikasi:
1. Gangguan teknis
Gangguan teknis dapat terjadi jika salah satu alat yang
digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga
informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami
kerusakan (channel noise).
2. Gangguan semantik dan psikologis
Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yang
disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan,
sehingga menimbulkan persepsi yang keliru dan menimbulkan
tanggapan yang salah.
Selain rintangan semantik, juga terdapat rintangan
psikologis yang terjadi karena adanya gangguan yang
disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu.
3. Rintangan fisik
Rintangan fisik ialah rintangan yang disebabkan karena
kondisi geografis misalnya jarak yang jauh sehingga sulit
dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur
25
transportasi dan semacamnya. Dalam komunikasi antar manusia,
rintangan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan
organik, yakni tidak berfungsinya salah satu pancaindra pada
penerima.
4. Rintangan status
Rintangan status ialah rintangan yang disebabkan karena
jarak sosial diantara peserta komunikasi, misalnya perbedaan
status antara senior dan yunior atau atasan dan bawahan.
5. Rintangan kerangka berpikir
Rintangan kerangka berpikir ialah rintangan yang
disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan
khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi.
6. Rintangan budaya
Rintangan budaya ialah rintangan yang terjadi
disebabkan karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan
nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
komunikasi. Di negara-negara sedang berkembang masyarakat
cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak
memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama, dan
kebiasaan-kebiasaan lainnya.
Hambatan dalam komunikasi sangat berpengaruh terhadap
dekoding dan efek yang diterima oleh komunikan, karena jika
terjadi hambatan komunikasi maka pesan yang disampaikan kurang
26
efektif. Untuk itu, dalam berkomunikasi harus berhati-hati, teliti,
dan peka terhadap komunikan, serta lingkungannya sehingga dapat
meminimalisir terjadinya hambatan saat berkomunikasi, baik itu
berkomunikasi antar pribadi, komunikasi massa, maupun yang
lainnya.
b. Strategi Komunikasi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu
“stratos” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti
memimpin. Dengan demikian, strategi dimaksudkan ialah memimpin
tentara. kemudian muncul kata strategos yang artinya pemimpin
tentara pada tingkat atas. Jadi strategi merupakan konsep militer
yang dapat diartikan sebagai seni perang para jenderal (The Art of
General), atau suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan
peperangan. Dalam strategi terdapat prinsip yang harus dicamkan,
yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali
mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka
mengerjakannya”. Marthin – Anderson (1968) merumuskan
“Stretegi adalah seni dimana melibatkan kemampuan
inteligensi/pikiran untuk membawa semua sumberdaya yang tersedia
dalam mencapai tujuan dengan memperoleh keuntungan yang
maksimal dan efisien” (Cangara, 2014: 64).
27
Berawal dari strategi dalam peperangan yang dilakukan oleh
militer, maka lahirlah strategi ke dalam masyarakat yang dapat
dijabarkan dan dikembangkan dengan sangat luas, salah satunya
ialah strategi komunikasi.
Dalam menangani masalah komunikasi, para perencana
dihadapkan pada sejumlah persoalan, terutama dalam kaitannya
dengan strategi penggunaan sumber daya komunikasi yang tersedia
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Seorang pakar
perencanaan komunikasi Middleton (1980) membuat definisi dengan
menyatakan “Strategi komunikasi ialah kombinasi yang terbaik dari
semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran
(media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang
untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal”. Pemilihan strategi
merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan secara
hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan
strategi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal,
terutama kerugian dari segi waktu, materi dan tenaga. Oleh karena
itu strategi juga merupakan rahasia yang harus disembunyikan oleh
para perencana (Cangara, 2014: 65).
Dalam proses penyusunan strategi haruslah disusun dengan
matang dan tepat, karena strategi mempengaruhi hasil dan tujuan.
Oleh karena itu, penting juga untuk merahasiakan suatu strategi
perusahaan atau lembaga terhadap perusahaan atau lembaga lain,
28
karena strategi ditujukan untuk memenangkan suatu kompetisi atau
bersaing dengan lawan.
Dengan demikian, strategi komunikasi, baik secara makro
(planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single
communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda:
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif,
persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk
memperoleh hasil optimal.
2. Menjembatani “culture gap” akibat kemudahan diperolehnya
dan kemudahan dioperasionalkannya media massa yang begitu
ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi
untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya (Effendi, 2000: 229-
300). Strategi komunikasi sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan
komunikasi dengan kata lain, jika penyusunan strategi berhasil dan
strategi dioperasionalkan dengan tepat maka kemungkinan besar
tujuannya akan tercapai.
Dengan kata lain, strategi merupakan upaya pencapaian
tujuan secara efektif dan efisien. Karena itu pula Littlejohn (1978:
72) menyamakan strategi dengan “rencana suatu tindakan”, dan
29
metodologinya yang sangat mendasar dikemukakan Burke sebagai
the dramatistic pentad (segi lima dramatistik) dengan perincian
sebagai berikut.
1. Act (aksi), yaitu apa yang dikerjakan oleh aktor (pelaku).
Komponen (segi) yang pertama ini menjelaskan tentang apa
yang harus dimainkan oleh aktor, apa yang sebaiknya dia
lakukan, dan apa yang semestinya dia selesaikan.
2. Scene (suasana), yaitu situasi atau keadaan di mana tindakan
(kegiatan) dimaksud akan berlangsung. Segi yang kedua ini
meliputi penjelasan tentang keadaan fisik maupun budaya dan
lingkungan masyarakat di mana kegiatan itu akan dilaksanakan.
3. Agent (agen), yaitu diri aktor (sendiri) yang harus dan akan
melaksanakan tugasnya, termasuk semua yang diketahuinya
tentang substansinya. Substansi agen mencakup semua aspek
kemanusiaannya, sikapnya, pribadinya, sejarahnya, dan faktor-
faktor terkait lainnya.
4. Agency (agensi), yaitu instrumen atau alat-alat yang akan dan
harus digunakan oleh agen (aktor) dalam melakukan
tindakannya. Mungkin meliputi saluran-saluran komunikasi,
jalan pikiran, lembaga (media), cara, pesan, atau alat-alat terkait
lainnya.
30
5. Purpose (maksud), yaitu alasan untuk bertindak, yang di
antaranya mencakup tujuan teoretis, akibat atau hasil (dari
tindakannya itu) yang diharapkan (Suhandang, 2014: 81-82).
Dalam proses penyusunan strategi diperlukan pengamatan
terhadap keadaan lingkungan maupun objek yang menjadi sasaran,
sehingga susunan strategi yang akan dilaksanakan sudah terorganisir
dan hal tersebut dapat mempermudah proses pelaksanaannya.
Strategi komunikasi bisa dikatakan sebagai suatu pola pikir
dalam merencanakan suatu kegiatan mengubah sikap, sifat,
pendapat, dan perilaku khalayak (komunikan, hadirin, atau mad’u),
atas dasar skala luas melalui penyampaian gagasan-gagasan.
Orientasinya terpusat pada tujuan akhir yang ingin dicapai, dan
merupakan kerangka sistematis pemikiran untuk bertindak dalam
melakukan komunikasi. Dengan demikian, strategi komunikasi
merupakan bagian dari perencanaan komunikasi untuk menentukan
langkah-langkah dan sumber daya yang harus digunakan dalam
proses komunikasinya (communication policy) (Suhandang, 2014:
84-85).
Melalui strategi komunikasi, secara tidak langsung telah
mengajak komunikan maupun sasaran untuk berpendapat yang sama,
serta menarik minat sasaran untuk ikut berpartisipasi dalam
mensukseskan tujuan yang telah dibuat oleh perencana.
31
c. Tahap Penyusunan Strategi Komunikasi
Dalam hal penyusunan suatu strategi komunikasi,
(Suhandang, 2014: 86-88) memaparkan strategi komunikasi melalui
6 (enam) tahapan, yaitu:
1. Pengumpulan data dasar dan perkiraan kebutuhan
Menurutnya, informasi yang bersifat data dasar (base-
line data) dan perkiraan kebutuhan (need assesment) adalah
faktor-faktor yang penting untuk menentukan perumusan
sasaran dan tujuan komunikasi dalam mendesain strategi
komunnikasi dan mengevaluasi keefektifan usaha komunikasi.
Sasaran-sasaran komunikasi biasanya dirumuskan atas dasar
kepentingan dan kebutuhan khalayak yang diamati. Strategi
komunikasi yang acap kali terdiri dari analisis dan segmentasi
khalayak, seleksi, dan/atau kombinasi antara media dan
komunikator, serta perencanaan dan penyusunan pesan, didesain
atas landasan data dasar yang relevan dan kecenderungan-
kecenderungan atau indikator-indikator yang memadai, bukan
berdasar asumsi-asumsi atau intuisi-intuisi. Demikian pula
prosedur evaluasi terhadap kegiatan komunikasi yang akan
dilaksanakannya, baik secara formatif maupun sumatif, sangat
tergantung pada data dasar, terutama untuk bahan perbandingan.
32
2. Perumusan sasaran dan tujuan komunikasi
Pada tingkat ini, ada empat persoalan pokok yang perlu
dipertanyakan guna menentukan arah sasaran dan tujuan
komunikasi yang direncanakan:
a) Siapa yang menjadi khalayak sasaran tertentu yang harus
dicapai?, Khalayak sasaran ini diusahakan sekhusus
mungkin, dan bisa terdiri dari beberapa kelompok sasaran
prioritas.
b) Dimana kelompok khusus/tertentu itu berlokasi?
c) Mengapa kelompok tertentu itu dipilih menjadi kelompok
sasaran?
d) Dengan alasan apa (mengapa) harus dicapai, maka jenis isi
pesan apa yang harus disampaikan kepada kelompok
sasaran tertentu itu?
Tahapan kedua ini sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari
tahapan pertama, sebab kedua tahapan tersebut bekerja secara
timbal balik, sehingga harus dilakukan secara simultan, terutama
menjawab persoalan “siapa” dan “dimana”.
3. Analisis perencanaan dan penyusunan strategi
Setelah menentukan sasaran-sasaran komunikasi tertentu
(spesifik) untuk dicapai dan jenis kebutuhan pada level analisis
yang umum, maka langkah berikutnya ialah menerjemahkan
sasaran-sasaran dan pernyataan-pernyataan kebutuhan tersebut
33
ke dalam suatu strategi kmunikasi yang bisa dikerjakan. Ada
dua aspek yang saling berhubungan dari penyusunan strategi
komunikasinya, yaitu pemilihan pendekatan-pendekatan
komunikatif, dan penentuan jenis-jenis pesan yang akan
disampaikan.
4. Analisis khalayak dan segmentasinya
Analisis khalayak sasaran adalah salah satu faktor yang
paling penting dalam mendesain suatu strategi komunikasi yang
efektif. Segmentasi khalayak biasanya perlu, karena adanya ciri-
ciri maupun kebutuhan-kebutuhan yang berbeda-beda dari
khalayak sasaran.
5. Seleksi media
Dalam menyeleksi media atau saluran untuk digunakan,
harus didaftarkan saluran-saluran komunikasi yang bisa
mencapai khalayak sasaran. Kemudian setiap medium dievaluasi
di dalam batas-batas aplikabilitasnya untuk melaksanakan
pencapaian tujuan komunikasi yang spesifik itu.
6. Desain dan menyusun pesan
Dalam tahapan ini tema pesan, tuturan, dan
penyajiannya, harus ditentukan. Oleh karena itu, kegiatan pokok
dari tahapan ini adalah mendesain prototipe bahan komunikasi
yang juga memerlukan evaluasi formatif, seperti pretesting
bahan-bahan prototipe pada khalayak sasaran. Hasil pretesting
34
bisa menuntun kegiatan revisi yang perlu terhadap bahan
prototipe sebelum memasuki proses produksi yang berskala luas
dan final.
Pada tahap penyusunan strategi komunikasi yang telah
dipaparkan di atas harus berkesinambungan antara tahap satu dengan
yang lainnya karena berpengaruh terhadap sukses atau tidaknya
sebuah strategi.
2. Persuasif
a. Pengertian Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif merupakan komunikasi yang dilakukan
sebagai ajakan atau bujukan agar mau bertindak sesuai dengan
keinginan komunikator. Tahap-tahap mencapai keberhasilan dalam
komunikasi persuasif yaitu pertama-tama komunikan diberi
pandangan-pandangan tertentu, kemudian diajak meneliti kembali
kerangka acuan bertindak dan pola tingkah lakunya selama ini, pada
akhirnya dibujuk untuk mengubah kerangka acuan dan pola
bertindaknya itu sesuai dengan kehendak komunikator. Dalam
melaksanakan komunikasi persuasif, pencapaian tujuan hanya dapat
berhasil lebih efektif apabila pihak komunikator mampu menguasai
teknik-teknik yang dapat menumbuhkan motivasi minat (Brata,
2003: 70-71).
35
Komunikasi persuasif sangat dibutuhkan dalam kegiatan
suatu bisnis, karena penguasaan tekhik untuk merayu dan mengajak
calon pelanggan akan menarik minat untuk membeli produk yang
ditawarkan oleh produsen.
b. Minat Pelanggan
Menurut Kinnear dan Taylor (2003), minat beli merupakan bagian
dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi,
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan
membeli benar-benar dilaksanakan. Sedangkan menurut Swastha
(1994) mengatakan bahwa minat beli sebagai perilaku konsumen
dapat didefinisikan sebagai kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan
jasa-jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Fitriah, 2018:
77).
Keinginan seorang pengusaha tentunya ialah menarik minat
pelanggan untuk membeli produk yang ditawarkan, sedangkan minat
beli konsumen akan timbul dengan sendirinya jika konsumen sudah
merasa tertarik atau memberikan respon yang positif terhadap apa
yang ditawarkan oleh penjual (Febriani, 2018: 85-86).
36
Fitriah, (2018: 78) memaparkan aspek-aspek dalam minat
beli antara lain:
1) Adanya perhatian yang besar dari konsumen terhadap suatu
produk.
2) Timbulnya rasa ketertarikan pada diri konsumen.
3) Perasaan keinginan untuk memiliki suatu produk tersebut.
4) Keyakinan pada diri individu terhadap produk tersebut sehingga
menimbulkan keputusan (proses akhir) untuk memperolehnya
dengan tindakan yang disebut membeli.
5) Perilaku konsumen dalam mengambil keputusan membeli,
mempertimbangkan barang dan jasa, dimana, kapan, bagaimana,
berapa jumlah, dan mengapa membeli produk tersebut.
c. IMC
IMC (Integrated Marketing Communications) merupakan
suatu proses komunikasi yang memerlukan perencanaan, penciptaan,
integrasi, dan implementasi dari berbagai bentuk marcom (iklan,
promisi penjualan, publisitas perilisan, dan acara-acara) yang
disampaikan dari waktu ke waktu kepada pelanggan target merk dan
calon pelanggan. Tujuan dari IMC pada akhirnya adalah untuk
memengaruhi secara tidak langsung atau secara langsung perilaku
dari audiens yang menjadi terget marcom (Shimp, 2014: 10).
Schlutz mendefinisikan IMC sebagai proses pengelolaan
semua sumber daya informasi mengenai produk yang di-expose
37
kepada pelanggan atau prospek di mana secara perilaku
menggerakkan pelanggan untuk membeli dan menjaga loyalitas
pelanggan (Estaswara, 2008: 54).
IMC adalah proses pengembangan dan implementasi
berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan
dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Tujuan IMC adalah
mempengaruhi atau memberikan secara langsung kepada perilaku
khalayak sasaran yang dimilikinya. IMC menganggap seluruh
sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau calon pelanggan
dengan produk atau jasa dari suatu merk atau perusahaan adalah
jalur yang potensial untuk menyampaikan pesan di masa datang
lebih jauh lagi, IMC menggunakan semua bentuk komunikasi yang
relefan serta yang dapat diterima oleh pelanggan dan calon
pelanggan. Dengan kata lain, proses IMC berasal dari pelanggan atau
calon pelanggan kemudian berbalik kepada perusahaan untuk
menentukan dan mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu
dikembangkan bagi program komunikasi yang persuasif (Shimp,
2003: 24).
Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa IMC
merupakan suatu strategi komunikasi pemasaran yang terintegrasi.
IMC berfokus pada calon pelanggan yang mana perusahaan
membaca permintaan dan kondisi pelanggan agar dapat menyusun
strategi guna untuk menarik pelanggan.
38
Ciri-ciri utama IMC:
1. Mempengaruhi perilaku. Tujuan IMC adalah untuk
mempengaruhi perilaku khalayak sasarannya.
2. Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan (prospect).
Prosesnya diawali dari pelanggan atau calon pelanggan
kemudian berbalik kepada komunikator merk untuk menentukan
metode yang paling tepat dan efektif dalam mengembangkan
program komunikasi persuasif.
3. Menggunakan seluruh bentuk “kontak”. IMC menggunakan
seluruh bentuk komunikasi dan seluruh “kontak” yang
menghubungkan merk atau perusahaan dengan pelanggan
mereka sebagai jalur penyampai pesan yang potensial. Istilah
“kontak” dipakai untuk menerangkan segala jenis media
penyampai pesan yang dapat meraih pelanggan dan
menyampaikan merk yang dikomunikasikan melalui cara yang
mendukung.
4. Menciptakan Sinergi. Dalam definisi IMC terkandung
kebutuhan akan sinergi (kesinambungan). Semua elemen
komunikasi (iklan, tempat pembelian, promosi penjualan, event,
dan lain-lain) harus berbicara dengan satu suara; koordinasi
merupakan hal yang amat penting untuk menghasilkan citra
merk yang kuat dan utuh, serta dapat membuat konsumen
melakukan aksi.
39
5. Menjalin hubungan. Kepercayaan bahwa komunikasi pemasaran
yang sukses membutuhkan terjalinnya hubungan antara merk
dengan pelanggannya. Dapat dikatakan bahwa pembinaan
hubungan adalah kunci dari pemasaran modern dan bahwa IMC
adalah kunci dari terjalinnya hubungan tersebut (Shimp, 2003:
24-29).
Ciri utama IMC merupakan strategi komunikasi pemasaran
modern, dapat dikatakan modern karena IMC menggunakan semua
kontak atau media untuk mempengaruhi dan menarik minat calon
pelanggan hingga calon pelanggan melakukan aksi.
Konsep komunikasi pemasaran pada dasarnya berkaitan
dengan konsep komunikasi tentang unsur-unsur klasik pemasaran
yang lazim disebut dengan formula “4P”, yaitu product (produk),
prace (harga), place (tempat/distribusi), dan promotion (promosi)
(Suryanto, 2015: 539).
Pemasaran memfasilitasi proses pertukaran dan
pengembangan hubungan dengan konsumen dengan cara mengamati
secara cermat kebutuhan dan keinginan konsumen yang dilanjutkan
dengan mengembangkan suatu produk (product) yang memuaskan
kebutuhan konsumen dan menawarkan produk tersebut pada harga
(price) tertentu serta mendistribusikannya agar tersedia ditempat-
tempat (place) yang menjadi pasar bagi produk bersangkutan. Untuk
itu perlu dilakukan suatu program promosi (promotion) atau
40
komunikasi guna menciptakan kesadaran dan ketertarikan konsumen
kepada produk bersangkutan. Proses ini disebut dengan marketing
mix atau bauran komunikasi pemasaran yang terdiri atas elemen ‘4P’
(Morissan, 2015: 5).
Suatu program IMC yang berhasil hanya dapat diwujudkan
jika perusahaan dapat menemukan kombinasi yang tepat dari
berbagai instrumen dan teknik promosi yang ada, menentukan peran
mereka dan seberapa jauh masing-masing instrumen dan teknik
promosi itu digunakan serta melakukan koordinasi dalam
penggunaannya. Untuk mencapai hal tersebut, mereka yang
bertanggung jawab pada komunikasi perusahaan harus memahami
peran promosi dalam program pemasaran mereka.
41
Tabel 2.1 Model Komunikasi Pemasaran Terintegrasi (IMC)
Sumber: Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Michael Ray mendefinisikan promosi sebagai koordinasi dari
seluruh upaya yang dimulai pihak penjualan untuk membangun
berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan
jasa atau memperkenalkan suatu gagasan. Berikut adalah beberapa
elemen bauran promosi :
a) Iklan (Advertising), merupakan setiap bentuk komunikasi
nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide
yang dibayar oleh suatu sponsor yang diketahui.
b) Pemasaran Langsung (Direct Marketing), adalah upaya
perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi secara
Program Komunikasi Pemasaran
Periklanan
Promosi Penjualan
Pemasaran Interaktif
Humas
Penjualan Personal
Pemasaran Langsung
Ekuitas Merk
Citra Merk
42
langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk
menimbulkan tanggapan dan/atau transaksi penjualan.
c) Pemasaran Interaktif. Sejak memasuki abad ke-21 kita
menyaksikan perubahan yang paling dinamis sekaligus
revolusioner sepanjang sejarah pemasaran termasuk juga sejarah
periklanan dan promosi. Perubahan ini didorong oleh kemajuan
teknologi komunikasi yang memungkinkan dilakukannya
komunikasi secara interaktif melalui media massa, dalam hal ini
yang utama adalah Internet, khususnya melalui fasilitas yang
dikenal dengan world wide web (www).
d) Promosi Penjualan (Sales Promotion). Promosi penjualan secara
umum dibedakan menjadi dua bagian yaitu, promosi penjualan
yang berorientasi kepada konsumen (consumer-oriented sales
promotion) ditujukan kepada pengguna atau pemakai akhir suatu
barang atau jasa yang mencakup pemberian kupon, pemberian
smpel produk, potongan harga, undian berhadiah, kontes, dan
sebagainya. Promosi penjualan selanjutnya ialah berorientasi
kepada perdagangan (trade-oriented sales promotion) ditujukan
kepada pihak-pihak yang menjadi perantara pemasaran
(marketing intermediariesi), yaitu para pedengan pengecer
(retailer), pedagang besar dan distributor. Bentuk promosi jenis
ini dengan memberikan bantuan dana promosi, pengaturan atau
penyesuaian harga jual produk (price deal), dan sebagainya.
43
e) Hubungan Masyarakat (Public Relations), menurut Frank
Jefkins yaitu sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi
terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar anatara suatu
organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.
Salah satu kegiatan yang sering dilakukan humas adalah
publisitas yaitu kegiatan menempatkan berita mengenai
seseorang, organisasi, atau perusahaan di media massa.
f) Penjualan Personal (Personal Selling), yaitu suatu bentuk
komunikasi langsung antara seorang penjual dengan calon
pembelinya (person-to-person communication). Dalam hal ini,
penjual berupaya untuk membantu atau membujuk calon
pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan (Morissan,
2015: 16-34).
44
Tabel 2.2 Kerangka Citra Merk
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu – Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Selain elemen-elemen bauran promosi dalam komunikasi
pemasaran, bauran komunikasi pemasaran juga dapat dijabarkan
menjadi beberapa unsur terkait erat dengan upaya untuk
menciptakan ekuitas merek (brand equity). Komunikasi pemasaran
yang baik dalam pelaksanaannya akan berdampak pada persepsi
positif (kepercayaan) terhadap merek yang disampaikan, begitu juga
CITRA MERK
Jenis-jenis
Asosiasi Merk
Atribut
Hal-hal yang tidak
berhubungan dengan produk (contoh: harga,
kemasan, pemakai, dan
citra penggunaan)
Hal-hal yang berhubungan
dengan produk (contoh: warna, ukuran, desain)
Manfaat
Fungsional
Simbolis
Pengalaman
Evaluasi Keseluruhan
(Sikap)
Dukungan, Kekuatan, dan
Keunikan
Asosiasi Merk
45
sebaliknya kepercayaan merek akan memperlancar komunikasi
pemasaran terintegrasi (Hermawan, 2012: 54).
Ekuitas merek (brand equity) adalah serangkaian aset dan
kewajiban (liabilities) merek yang terkait dengan sebuah merek,
nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang
diberikan sebuah produk atau jasa kepada perusahaan dan/atau
pelanggan perusahaan tersebut (Tjiptono, 2005: 39). Bagi pelanggan,
ekuitas merek dapat memberikan nilai dalam memperkuat
pemahaman mereka akan proses informasi, memupuk rasa percaya
diri dalam pembelian, serta meningkatkan pencapaian kepuasan.
Nilai ekuitas merek bagi pemasar/perusahaan dapat mempertinggi
keberhasilan program pemasaran dalam memikat konsumen baru
atau merangkul konsumen lama. Hal ini dimungkinkan karena
dengan merek yang telah dikenal maka promosi yang dilakukan akan
lebih efektif. Unsur-unsur ekuitas merek tersebut meliputi kesadaran
merek (brand awareness), cintra merek (brand image), respons
merek (brand response/ loyalty). Dan hubungan merek (brand
relationship/ association) (Hermawan, 2012: 57).
Ekuitas merk sangat dibutuhkan untuk suatu perusahaan
dalam kelangsungan pemasaran jangka panjang, karena ekuitas merk
dapat memikat konsumen baru dan merangkul konsumen lama.
Ekuitas merk akan terbentuk setelah strategi pemasaran berhasil
dijalankan.
46
Kualitas yang dipercaya dikandung sebuah merek - citra
merek (brand image/ brand description), merupakan deskripsi
tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.
Menurut Kotler (2007: 346) citra merek ialah persepsi dan keyakinan
yang dilakukan oleh konaumen, seperti tercermin dalam asosiasi
yang terjadi dalam memori konsumen. Kotler (2002: 225) juga
menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang
kuat dan citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka
panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk
citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra
yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan merek
dihadapkan dengan merek lain, muncullah posisi merek (Hermawan,
2012: 58).
Citra merk merupakan bagian dari ekuitas merk. Sangat
penting pembentukan citra merk karena akan menguntungkan
perusahaan dalam jumlah yang besar. Membentuk citra merk sama
halnya dengan membangun kepercayaan pelanggan terhadap
perusahaan, terutama produk yang ditawarkan harus konsisten dan
terus berkembang.
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif – studi kasus.
Metodologi penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menekankan pada
quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang atau jasa. Hal
terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial
adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran
berharga bagi suatu pengembangan konsep teori. Denzin dan Lincoln
menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang
terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.
Dengan berbagai karakteristik khas yang dimiliki (Satori, 2017: 22-24).
Studi kasus adalah pengujian intensif, menggunakan berbagai sumber
bukti (yang bisa jadi kualitatif, kuantitatif, atau kedua-duanya), terhadap
suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Pada umumnya,
studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi. “Kasusnya” mungkin sebuah
organisasi, sekumpulan orang seperti kelompok kerja atau kelompok sosial,
komunitas, peristiwa, proses, isu, maupun kampanye (Daymon, 2008: 162).
Secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila penelitian
hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang
48
akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena
kontemporer (masa kini) di dalam konteks khidupan nyata (Yin, 2004: 1).
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah Interpretatif –
Sosiokultural. Interpretivisme merupakan perspektif teori dalam
konstruktifisme. Konstruktivis menurut ontologis (menyangkut sesuatu yang
dianggap sebagai realitas) ialah realitas merupakan konstruksi sosial.
Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang
dinilai relevan oleh pelaku sosial. Realitas adalah hasil konstruksi mental dari
individu pelaku sosial, sehingga relitas dipahami secara beragam dan
dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu. Konstriktivis menurut
epistemologis (menyangkut bagaimana cara mendapatkan pengetahuan) ialah
pemahaman tentang suatu temuan penelitian merupakan produk interaksi
antara peneliti dengan yang diteliti, peneliti dengan objek merupakan
kesatuan realitas yang tidak terpisahkan. Konstruktivis menurut aksiologis
(menyangkut tujuan atau untuk apa mempelajari sesuatu) ialah rekonstruksi
realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku soasial yang
diteliti. Sedangkan menurut metodologis (teknik-teknik dalam menemukan
pengetahuan) yaitu menekankan empati, dan interaksi dialektis antara
peneliti-responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti, melalui
metode-metode kualitatif seperti observasi partisipan (Kiryantono, 2014: 51-
52).
Metodologi penelitian kualitatif-interpretif akan membawa
pembahasan kembali ke rumpun ilmu-ilmu sosial. Dalam ilmu-ilmu sosial,
49
Taylor dan Bogdan (1984) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang meghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang atau gejala yang diamati. Pendekatan kualitatif-interpretif
diarahkan pada latar gejala secara holistik (untuh menyeluruh) dan alamiah
sehingga metodologi kualitatif tidak mengisolasikan gejala ke dalam variabel
(Vardiansyah, 2008: 59&69).
Pendekatan Sosiokultural dalam teori komunikasi membahas
bagaimana berbagai pengertian, makna, norma, peran dan aturan yang ada
bekerja dan saling berinteraksi dalam proses komunikasi. Teori sosiokultural
dalam ilmu komunikasi mendalami dunia interaksi dimana didalamnya
manusia hidup. Teori ini menekankan gagasan bahwa realitas dibangun
melalui suatu proses interaksi yang terjadi dalam kelompok, masyarakat, dan
budaya (Morissan, 2013: 45).
B. Lokasi Penelitian
Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian di Desa Vokasi
Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang.
C. Prosedur Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan
sample dengan cara snowball sampling. Snowball sampling merupakan salah
satu bentuk judgment sampling. Cara pengambilan sample dengan teknik ini
dilakukan secara berantai, teknik penentuan sample yang mula-mula
jumlahnya kecil, kemudian membesar. Seperti bola salju yang sedang
50
menggelinding semakin jauh semakin besar. Dalam penentuan sample,
pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan orang pertama
ini data dirasa belum lengkap, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh orang
sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sample semakin banyak.
Pada tingkat operasionalnya melalui teknik sampling ini, responden yang
relevan di interview, diminta untuk menyebutkan responden lainnya (Satori,
2017: 48). Peneliti pertama menentukan dua narasumber yaitu Kepala Desa
Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang dan salah satu pengusaha
atau pengrajin kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi Pucang, kemudian
setelah peneliti mencari informasi lebih jauh lagi narasumber pertama
mengarahkan untuk mencari data dan informasi lebih dalam lagi di Kantor
Kecamatan Secang untuk meminta data dan informasi penduduk Desa Pucang
dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (DISDIKBUD) Kabupaten Magelang
karena DISDIKBUD yang telah mencanangkan Desa Pucang sebagai salah
satu Desa Vokasi di Kabupaten Magelang. Selain itu, salah satu pengusaha/
pengrajin juga mengarahkan dan memberi informasi untuk mewawancarai
pengusaha lainnya di Desa Vokasi Pucang.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Sumber data primer, yaitu sumber yang langsung memberikan data
kepada peneliti (Sugiyono, 2007:308), Sumber data ini meliputi para
pihak yang terlibat dalam strategi komunikasi masyarakat desa vokasi
51
kerajinan tanduk dan kayu di Desa Pucang, Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang. Seperti, Kepala Desa dan pengusaha/ pengrajin.
2. Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain bukan
diusahakan sendiri pengumpulannya (Supranto, 2003: 67) mencakup
dokumen-dokumen, buku-buku, dan hasil penelitian yang lain yang
menyangkut profil desa dan strategi komunikasi masyarakat vokasi
dalam pemasaran kerajinan tanduk dan kayu di Desa Pucang, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang. Seperti bagian yang terkait pencanangan
Desa Vokasi di DISDIKBUD Kabupaten Magelang, Kantor Pemerintah
Desa Pucang dan juga Kantor Kecamatan Secang.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti menggunakan beberapa prosedur
yaitu:
1. Interview (Wawancara), yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dimana 2 (dua) orang atau lebih bertatap muka,
mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan (Ahmadi,
2009: 83). Adapun wawancara ini dilakukan terkait dengan penelitian ini
adalah Kepala Desa Pucang karena Kepala Desa Pucang juga berperan
dalam mengenalkan Desa Vokasi Pucang ke kancah Internasional, dan
juga yang mengurus mengenai penobatan sebagai Desa Vokasi kawasan
Sentra Kerajinan Tanduk dan Kayu. Kemudian pihak-pihak yang
mempunyai bisnis kerajinan tanduk dan kayu yang melakukan strategi
52
komunikasi Desa Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
2. Dokumentasi, yaitu instrumen pengumpulan data yang sering digunakan
dalam berbagai metode pengumpulan data, tujuannya untuk menggali
data-data masa lampau secara sistematis dan objektif (Kiryantono, 2014:
120), misalnya berupa arsip atau berkas penelitian di Desa Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang.
3. Observasi, observasi pada aktifitas manusia memberi data bagi peneliti
mengenai perilaku konsumen dan proses sosial, ketika orang
menjalankan peran dalam dunia realitas sosialnya. Observasi
memungkinkan mengidentifikasi tindakan-tindakan sadar, juga tindakan-
tindakan yang dianggap terjadi secara otomatis begitu saja (Daymon,
2008: 321). Hasil dari proses tersebut dilaporkan dengan laporan yang
sistematis dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
F. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen mengemukakan bahwa analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moelong, 2007: 248). Dapat dikatakan juga
bahwa analisis data kualitatif ialah membangun kata-kata dari hasil
53
wawancara atau pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk
dideskripsikan dan dirangkum (Patilima, 2016: 92).
Analisis data dilakukan melalui penjodohan pola, pada analisis studi
kasus salah satu strategi yang paling disenangi adalah penggunaan logika
penjodohan pola. Logika seperti ini membandingkan pola yang didasarkan
atas empiri dengan pola yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi
alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan
validitas internal studi kasus yang bersangkutan (Yin, 2004: 140).
G. Teknik Validitas Data
Untuk memperoleh keabsahan dan validitas data, peneliti
menggunakan teknik triangulasi pengecekan keabsahan data dengan berbagai
cara dan berbagai waktu. Analisis triangulasi merupakan teknik menganalisis
jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber
data lainnya) yang tersedia. Di sini jawaban subjek di cross-check dengan
dokumen yang ada (Kiryantono, 2014: 72).
Peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu
membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Selain itu sebagai pembuktian data
yang benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara observasi,
wawancara, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data atau informasi.
54
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Subjek Penelitian
a. Sejarah Singkat Desa Pucang
Nama desa Pucang adalah diambil dari nama sebuah pohon
sejenis pohon jambe atau pinang yang menjulang tinggi dan konon
ceritanya bahwa dahulu di daerah ini banyak ditumbuhi pohon
pucang atau pinang sehingga nama di daerah ini diambil dari nama
pepohonan terebut yaitu “Pucang” dengan nama itu diharapkan
akan menjadi daerah atau kawasan dengan cita-cita yang tinggi,
atau nama desa Pucang juga bisa diambil dari istilah Jawa yang
sesuai dengan kehidupan pekerjaan desa Pucang yang notabenya
sebagai pembuat atau perajin kerajinan baik dari tanduk, kayu
maupun tempurung yaitu:
Pu = Pupu = Kaki
Cang = Kencang (cancang) = Ikat
Jadi, Pucang ialah “pupune di Cancang” atau kakinya diikat.
Desa pucang sebelum tahun 1917 dibagi menjadi tiga
wilayah yang dipimpin oleh tiga lurah hingga tahun 1917,
kemudian mulai tahun 1917 dipimpin oleh Hardjo Darmo sebagai
lurah hingga tahun 1927 kemudian tahun 1928 dipimpin oleh lurah
Kartodidjojo sampai dengan tahun 1945. Pada tahun 1945 sampai
55
tahun 1947 dipimpin oleh Lurah Buchori, selanjutnya mulai tahun
1947 hingga 1988 dipimpin oleh H.M Irsyat Brijdjo Pawiro pada
masa itulah terjadi masa transisi selama satu tahun yang
kepemimpinannya dijabat oleh PJ Slamet Widodo dan masa itu
pula terjadi alih status dari Kelurhan menjadi Desa yaitu H Farid
Ali lalu tahun 1999 sampai 2007 dipimpin oleh Ngabidin.
Berikutnya mulai tahun 2007 dingga saat ini masih dipimpin oleh
Drs. Anwari. (Kantor Pemerintahan Desa Pucang, 2018)
b. Sejarah Singkat Desa Vokasi
Desa Vokasi adalah Kawasan pedesaan yang menjadi
sentra penyelenggaraan kursus atau pelatihan berbagai kecakapan
vokasional (pemberian ketrampilan kejuruan) dan pengelolaan
unit-unit usaha (produksi maupun jasa) berdasarkan keunggulan
lokal dalam dimensi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan.
Tujuan Program Desa Vokasi :
1) Untuk mengembangkan sumberdaya manusia dan lingkungan
yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya dengan memanfaatkan
potensi lokal.
2) Melalui program Desa Vokasi ini diharapkan dapat membentuk
kawasan desa yang menjadi sentra bermacam-macam
ketrampilan, serta terbentuknya kelompok-kelompok usaha
yang memanfaatkan potensi sumber daya dan kearifan lokal.
56
3) Untuk menciptakan suatu kawasan pendidikan ketrampilan
vokasional di daerah pedesaan, agar masyarakat mampu
menghasilkan produk/jasa/karya yang memiliki keunikan,
keunggulan komparatif serta bernilai ekonomis.
Penyelenggaraan Desa Vokasi ini intinya adalah
pembelajaran masyarakat desa dari pemerintah Kabupaten
Magelang khususnya dari DISDIKBUD (Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan) untuk melaksanakan kursus dan pelatihan vokasi
sesuai potensi yang ada di sekitarnya supaya pada akhirnya
masyarakat dapat memanfaatkan ketrampilan vokasi yang telah
dimiliki menjadi sumber penghasilan.
Terdapat beberapa daerah yang dicanangkan sebagai Desa
Vokasi di Kabupaten Magelang, yaitu; Mungkid, desa Sirahan
Salam, desa Kalijoso Secang, desa Pucang Secang, desa Sutopati
Kajoran, desa Rejosari Pakis, desa Grabag Grabag.
Peran Desa Vokasi di Kabupaten Magelang antara lain:
1) Memberikan pendidikan dan pelatihan ketrampilan sentra
kewirausahaan
2) Memberdayakan potensi lingkungan untuk usaha produktif
3) Menyadarkan nilai-nilai sosial-budaya yang sudah ada
4) Menyadarkan dan mampu melestarikan potensi alam
5) Menciptakan lingkungan terampil, kreatif, dan inovatif tetapi
tetap arif
57
6) Menguatkan nilai-nilai sosial-budaya yang sudah ada
7) Meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan
sentra vokasi berbasis potensi unggulan lokal
8) Sebagai upaya pembelajaran masyarakat kembangkan
ketrampilan. (DISDIKBUD Kabupaten Magelang, 2018)
c. Kondisi Geografis Desa Pucang
Desa Pucang secara administratif termasuk dalam wilayah
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Terletak di arah utara
Kabupaten Magelang, dengan jarak 3,5 km dari kantor
kecamatan, sedangkan jarak Desa Pucang dari kantor Kabupaten
Magelang sekitar 35 km. Desa pucang terdiri dari 6 (enam) Dusun
(6 RW), sedangkan nama-nama Dusun tersebut adalah Karang
Wetan, Prayan, Pucang Gunung, Kauman, Pojok dan Karang
Kulon.
Luas wilayah Desa Pucang adalah 158,670 Ha dengan batas-
batas desa sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Candisari
- Sebelah Selatan : Desa Candiretno
- Sebelah Barat : Desa Candisari dan Candiretno
- Sebelah Timur : Desa Pirikan
Desa Pucang memiliki konfigurasi berupa persawahan dan
perkebunan dengan ketinggian atara 327-382 m diatas permukaan
laut (dpl) sehingga tergolong dataran sedang. Suhunya tidak
58
terlalu dingin dan panas. Jenis tanah yang ada di wilayah ini
sebagian besar adalah tanah gembur dengan luas tanah yang
sangat subur adalah 97 Ha, subur = 15,477 Ha dan subur sedang –
11, 557 Ha. (Kantor Pemerintahan Desa Pucang, 2018)
d. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Desa Pucang
Jumlah penduduk Desa Pucang memiliki 720 Kepala
Keluarga dengan jumlah penduduk 2.710 jiwa yang terdiri dari
1395 Laki-laki dan 1315 perempuan.
Sebagian besar warga di Desa Pucang mempunyai mata
pencaharian di bidang kerajinan tanduk dan kayu. Menurut
catatan monografi Desa Pucang Tahun 2018, jumlah kepala
keluarga yang tidak teridentifikasi sebanyak 1245 orang,
sedangkan sisanya bekerja dibidang lain seperti pengusaha jasa,
buruh, PNS/ABRI dan lain sebagainya. Untuk jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Pucang Menurut
Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1. Petani 201
2. Buruh Tani 22
3. PNS 24
4. Pengrajin Industri Rumah Tangga 31
59
5. Karyawan pengrajin Rumah
Tangga
609
6. Pedagang Keliling 31
7. Peternak 2
8. Montir 9
9. Dokter Swasta 7
10. Bidan 3
11. Perawat Swasta 7
12. Pembantu Rumah Tangga 5
13. TNI 3
14. POLRI 2
15. Pensiunan PNS/TNI/POLRI 11
16. Pengusaha Kecil Menengah 20
17. Jasa Pengobatan Alternatif 2
18. Karyawan Perusahaan Swasta 29
Jumlah 1152
Sumber: Data sekunder monografi Desa Pucang 2018
Ditinjau dari keahlian para pengrajin dan perdagangan,
industri ini dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu, pertama
kerajinan tanduk dan tulang, kedua ialah kerajinan kayu yang
meliputi kayu sawo, sonokeling, kayu puspo dan kayu pinus.
Yang terakhir adalah kayu limbah dan tempurung kelapa. Jenis
kerajinan tanduk dan tulang biasanya dikerjakan oleh masyarakat
60
asli Pucang, terutama di dusun Karang Kulon, Pojok, dan
Kauman. Hasil kerajinan tersebut dipasarkan sendiri keluar kota
sampai Bali.
Tabel 4.2Data Pengelompokan Pengrajin
No Jenis Kerajinan Jumlah
1. Kerajinan Tanduk 5
2. Kerajinan Kayu 14
3. Kerajinan Tempurung Kelapa 2
Jumlah 31
Berikut adalah macam-macam barang yang dihasilkan dari
tanduk dan tulang meliputi:
- Macam-macam souvenir
- Macam-macam sendok
- Macam-macam cinderamata
- Macam-macam sisir
- Macam-macam penggaruk
- Macam-macam gantungan kunci
- Alat pijat dan kerik
- Hiasan dinding
- Dan lain-lain
61
Kerajinan kayu sawo, puspo, sono keling, dan pinus
adalah jenis kerajinan yang dikelola dan dikerjakan oleh
masyarakat Desa Pucang dan juga masyarakat sekitar luar Desa
Pucang. Kerajinan dari bahan kayu tersebut adalah paling banyak
memberikan peluang tenaga kerja pengrajin baik dari dalam desa
maupun dari luar Desa Pucang. Biasanya hasil dari produk kayu
tersebut dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti
tempurung kelapa atau bathok kelapa.
Berikut adalah hasil dari kerajinan Kayu dan Tempurung
kelapa;
- Peralatan rumah tangga seperti; centong, solet, dan telenan.
- Pajangan dinding
- Cinderamata
- Macam-macam gantungan kunci
Kerajinan kayu limbah dan tempurung paling banyak
dijumpai dan dikerjakan oleh masyarakat dusun Pucang Gunung,
Kauman dan juga Prayan.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa masyarakat Desa Pucang
banyak yang bekerja sebagai pengrajin, pedagang kerajinan dan juga
buruh kerajinan. (Kantor Pemerintahan Desa Pucang, 2018)
62
2. Temuan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih informan yang sesuai
dengan fokus penelitian sebagai sumber data penelitian. Adapun
nama-nama informannya adalah sebagai berikut:
Daftar nama informan:
No Nama Keterangan
1. Turni Akiranah, S.Pd Staf DISDIKBUD Kab. Magelang
2. Drs. Anwari Kepala Desa Pucang
3. Supariyadi Pengrajin dan Pengusaha
4. Fatkhur Rozaq Pengrajin dan Pengusaha
5. Paramita Milatal Khaq Pengrajin dan Pengusaha
6. Siti Rohyati Pengrajin dan Pengusaha
7. Muhammad Zaim Al
Islami
Pengrajin dan Pengusaha
8. Muhammad Yasta
Aninda
Pengrajin dan Pengusaha
1. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Turni Akiranah, S.Pd NIP. 19730715 2008012 011 atau
yang kerap di sapa Bu Turni lahir pada 15 Juli 1973. Bu Turni
adalah salah satu pegawai di kantor Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan (DISDIKBUD), beliau sebagai Staf Seksi Dikmas
dan Keluarga yang turut mengurus mengenai pendidikan
63
masyarakat, salah satunya ialah Desa Vokasi. Meskipun beliau
tidak ikut serta saat pencanangan Desa Vokasi, namun beliau
juga mengetahui tentang Desa Vokasi yang telah lama
dicanangkan di beberapa daerah di Kabupaten Magelang.
2. Kepala Desa Pucang
Drs. Anwari ialah Kepala Desa Pucang, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang. Beliau memimpin Desa Pucang
sejak tahun 2007 hingga kini. Pada tahun 2010 Desa Pucang
dicanangkan menjadi Desa Vokasi oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Magelang. Beliau sangat berperan
penting dalam keberlangsungan kegiatan di Desa Vokasi,
terutama dalam bidang pemasarannya, karena jika terdapat
tanduk dan kayu serta kunjungan dari instansi pendidikan
melalui pemerintah desa.
3. Pengrajin dan Pengusaha Kerajinan Tanduk dan Kayu
a. Supariyadi
Pengrajin bernama Supariyadi atau akrab disapa Pak
Yadi ini sudah tidak asing lagi di Desa Vokasi, Desa Pucang,
Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Beliau menjadi
pengrajin kayu dan tempurung sejak masih berusia 20 an
hingga sekarang. Awal tercetusnya beliau menjadi pengrajin
karena mempunyai jiwa seni terutama senang di bagian
interior dan mebel. Namun, itu membutuhkan modal yang
64
tidak sedikit, untuk itu Pak Yadi memanfaatkan bahan baku
di sekitarnya dengan ketrampilan dan imajinasi yang dimiliki
kemudian diolah menjadi peralatan rumah tangga, souvenir,
dan juga cinderamata yang indah.
Banyak pengrajin lain yang dulunya belajar melalui
beliau dan sekarang sudah membuka usaha sendiri. Tidak
heran jika Pak yadi memiliki banyak teman dan koneksi
dalam hal bisnis kerajinan kayu dan tempurung.
b. Fatkhur Rozaq
Pak Fat atau yang memiliki nama panjang Fatkhur
Rozaq merupakan sosok pengusaha kerajinan kayu di Desa
Vokasi, Desa Pucang, Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang. Beliau bergelut dalam bidang usaha tersebut
sudah sekitar 10 tahun. Karena dengan banyaknya event-
event atau pameran yang diikutinya untuk memamerkan hasil
kerajinannya maka beliau memiliki banyak relasi dan
pengalaman.
Tidak kalah dalam hal ide untuk membuat prodak baru,
beliau sangat mengikuti tren terbaru untuk menghasilkan
produk-produk yang tidak ketinggalan zaman dan produk
tersebut juga dibutuhkan masyarakat.
65
c. Paramita Milatal Khaq
Pengrajin muda bernama Paramita Milatal Khaq ini
yang kerap disapa Mita telah beberapa tahun terakhir ini
menggeluti dalam bidang bisnis kerajinan kayu. Sejak lulus
dari SMA Mita memulai menjadi pengrajin karena seluruh
keluarganya juga menjadi pengrajin, alasannya karena
dengan berbinis dalam bidang kerajinan dapat membuka
peluang pekerjaan bagi tetangga-tetangganya. Dan lebih
khususnya lagi karena Mita ingin hidup mandiri.
Sikap Mita yang terbuka dan mudah bersosialisasi
dengan sekitar serta orang-orang baru membuat Mita
memiliki banyak teman dan rekan bisnis. Walaupun terhitung
masih sangat muda untuk menjadi pengusaha namun Mita
tetap menghormati kepada karyawan-karyawannya yang jauh
lebih dewasa darinya.
d. Siti Rohyati
Pengrajin perempuan yang lahir pada 28 Januari 1986
ini bernama Siti Rohyati yang kerap disapa Mbak Roh.
Meskipun baru berusia 32 tahun, namun beliau sudah sukses
menggeluti usaha di bidang kerajinan tanduk dan kayu. Awal
mulanya beliau bekerja di salah satu pabrik ternama sebagai
buruh, namun setelah melihat bahwa di sekitarnya banyak
yang memanfaatkan kayu dan tanduk untuk dijadikan karya
66
yang bermanfaat dan menarik sehingga dapat menghasilkan
uang, maka beliau berhenti bekerja di pabrik lalu memilih
menjadi pengrajin.
Alasan lainnya ialah karena dianggapnya oleh beliau
bahwa kerja sebagai pengrajin kayu dan tanduk sangat santai,
kapan saja ingin istirahat dan bekerja bisa. Selain itu, bekerja
sebagai pengrajin juga bisa disambi merawat keluarga dan
anaknya. Tidak heran jika banyak ibu-ibu di Desa Pucang,
khususnya dusun Kalibajang yang ikut serta menjadi
karyawan beliau. Selain membuka peluang usaha, juga dapat
menumbuhkan semangat ibu-ibu untuk bekerja.
e. Muhammad Zaim Al Islami
Sosok pengrajin sekaligus pengusaha bernama
Muhammad Zaim Al Islami ini biasanya dipanggil Zaim,
lahir di Magelang 3 Juli 1982. Peneliti menjadikan beliau
informan karena beliau merupakan pengrajin sekaligus
pengusaha yang sukses dan juga terampil, selain terampil
berkaya dalam menghasilkan kerajinan tanduk dan kayu,
beliau juga memiliki keahlian mengotak-atik mesin serta
memodifikasi mesin sebagai alat untuk membuat kerajinan
tanduk dan kayu tersebut.
Bermula dari mewarisi hasil karya dan usaha dari
orang tua dan keluarganya beliau menekuni bidang tersebut
67
hingga kini, dan telah memiliki banyak karyawan khususnya
para pemuda di Desa Pucang dan sekitarnya. ‘Zaim Craft’
merupakan nama usaha industri rumahannya.
f. Muhammad Yasta Aninda
Yasta merupakan salah satu pengusaha muda yang
cukup sukses di Desa Vokasi Pucang. Ia lahir pada 12
Agustus 1997. Ketertarikannya pada dunia bisnis kerajinan
tanduk dan kayu ialah karena faktor keluarga dan
lingkungannya. Selain faktor keluarga dan lingkungan, tentu
ketertarikannya sebagai pengrajin karena ia melihat pasar
tersebutmenjanjikan. Disamping itu, Yasta bisa menciptakan
lapangan pekerjaan sehingga bisa meningkatkan
perekonomian warga sekitar. ‘Restu Ibu Soufenir’ digunakan
sebagai merk bisnisnya serta keluarganya.
Fokus pada penelitian ini ialah pada strategi komunikasi
persuasif yang dilakukan oleh masyarakat desa vokasi, pemerintah
desa dan pemerintah Kabupaten Magelang dalam menarik minat
pelanggan kerajinan tanduk dan kayu terhadap sasarannya atau
konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut
dikarenakan peneliti mempunyai keingintahuan untuk mengetahui
hubungan komunikasi yang terjadi antara masyarakat Desa Vokasi
Pucang yang bertemu secara langsung maupun tidak langsung dengan
konsumennya.
68
Membahas mengenai strategi menarik minat pelanggan tentunya
tidak dapat lepas dari komunikasi persuasif, karena dalam proses
tersebut dibutuhkan komunikasi dari pengusaha terhadap calon
pembeli maupun pembeli, untuk mendukung hal tersebut diperlukan
juga strategi komunikasi pemasaran terpadu agar nantinya tujuan dari
para pengrajin untuk menarik minat pelanggan di Desa Vokasi
kerajinan tanduk dan kayu di Desa Pucang dapat terlaksana dan
mencapai target yang diinginkan.
Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi berikut hasil wawancara dan
observasi yang telah didapatkan strategi komunikasi persuasif
masyarakat vokasi kerajinan tanduk dan kayu untuk menarik minat
pelanggan di Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang
tahun 2018. Komunikasi persuasif tersebut dilakukan melalui
beberapa Media yaitu; media visual (seperti; baliho, koran, pamflet
dan sebagainya), audio (radio), dan audio visual (televisi, video).
Selain itu terdapat beberapa sarana untuk memasarkan produk, yaitu
melalui media sosial, melalui event-event, dan sebagainya.
“cara menarik minat pelanggan melalui media iklan,
media sosial, pameran, sanggar-sanggar seni, dan pelaku itu
menerobos ke pasar-pasar sudah sejak zaman orde lama.
Iklannya ymelalui sponsor-sponsor dinas (baliho, papan-
panan)” (wawancara A, 4 Agustus 2018, pukul 10:06).
69
Sasaran yang dituju oleh masyarakat desa vokasi Pucang untuk
menarik minat pelanggan pada produknya ialah pertama kepada
masyarakat yang berminat pada home idustri, contoh: alat-alat rumah
tangga dan seni dari tanduk. Kedua ialah kalangan wisatawan dari
dalam dan luar negeri. Dan dari beberapa lembaga pendidikan sudah
berulangkali mengunjungi Desa Vokasi (desa yang berbasis pada
kerajinan) atau UMKM (usaha menengah kecil mikro), (wawancara
A, 4 Agustus 2018, pukul 10:06). Selain itu ada beberapa sasaran yang
dituju oleh masyarakat desa vokasi Pucang yaitu, pelaku bisnis,
wedding organizer, dan juga masyarakat umum (wawancara MY, 21
November 2018, pukul 13:00).
Penentuan tempat sebagai target sasaran juga tidak kalah
penting dalam menyusun strategi komunikasi persuasif, untuk itu
masyarakat desa vokasi Pucang telah menentukan dimana saja target
yang akan dituju agar pendapatan tetap stabil dan bahkan meningkat.
Tempat yang dituju ialah Dalam negeri, khususnya dalan event
pameran maupun ekspo, tempat wisata, dan pasar tradisional maupun
mall (wawancara FR, 23 September 2018, pukul 10:11). Penjualan
akan mencapai target yang diinginkan pada saat liburan karena
berbagai tempat rekreasi akan dipenuhi oleh pengunjung yang
sebagian besar akan membeli cinderamata sebagai buah tangan. Selain
itu pada saat musim nikah dan bulan Syawal (wawancara MY, 21
November 2018, pukul 13:00).
70
Terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh masyarakat desa
vokasi Pucang agar dapat terhubung oleh pihak pembeli atau
konsumen yaitu dapat melalui door to door, Mouth to mouth, orang ke
orang, melalui hasil dari promosi yang telah produsen lakukan (Media
sosial seperti; WhatsApp, Instagram, Face Book, Twitter, Email, dan
sebagainya).
”Dari pasar ke pasar, orang ke orang dan dihubungi
melalui media elektronik” (wawancara MZ, 24 September
2018, pukul 19:00).
“Cara terhubungnya melalui pasar, disana saya
bertemu dengan banyak orang dan akhirnya saling bertukar
informasi untuk memulai kerjasama” (wawancara SR, 22
September 2018, pukul 11:41).
Hampir setiap harinya pemerintah desa dan masyarakat desa
Pucang khususnya para pengrajin kerajinan tanduk dan kayu
berhadapan dan berkomunikasi dengan masyarakat luar maupun
konsumen, baik itu dalam kegiatan jual beli, kegiatan pameran,
kegiatan kunjungan wisata Desa Vokasi, maupun kegiatan kunjungan
dari beberapa instansi pendidikan di Indonesia. Cara berinteraksi
antara masyarakat Desa Vokasi dengan pengunjung atau konsumen,
dan cara mengenalkan serta memasarkan hasil produk kerajinan
tanduk dan kayu merupakan strategi komunikasi, karena komunikasi
yang dilakukan merupakan rencana untuk mencapai tujuan
masyarakat Desa Vokasi Pucang salah satunya ialah membentuk
71
image yang nantinya akan menguntungkan masyarakat Desa Vokasi
Pucang baik dari segi sosial maupun ekonomi.
Strategi untuk membangun citra merk (Brand Image) ialah
produsen harus dapat memberikan kepercayaan dan meyakinkan
kepada konsumen baik itu dalam segi produk yang ditawarkan
maupun pelayanannya. Untuk itu, jika citra merk sudah terbentuk
maka perusahaan akan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya.
Agar dapat bersaing dengan karya-karya lain selain kerajinan
tanduk dan kayu (seperti produk hasil cetakan pabrik atau produk
kerajinan lainnya) dan menarik calon pelanggan untuk membeli
kerajinan maka produk desa vokasi Pucang harus tampil beda,
mengambil bahan baku yang mudah dicari tetapi bisa dibuat menjadi
karya yang menarik, dan terus berinovasi (wawancara S, 22
September 2018, pukul 9:59).
Pernyataan tersebut tidak jauh berbeda dengan pernyataan
pengusaha lainnya:
“Namanya juga kerajinan mempunyai ciri khas
tersendiri, untuk itu saya yakin kerajinan ini akan laku
karena mempunyai ciri khas sendiri yang beda dari lainnya.
Tetapi ya untuk terus dapat bertahan di pasaran saya selalu
berinovasi untuk membuat produk-produk baru yang
kekinian, salah satunya seperti gantungan kunci dengan
quote” (wawancara P, 22 September 2018, pukul 11:05).
72
B. Pembahasan
1. Strategi Komunikasi Persuasif Masyarakat Desa Vokasi
Kerajinan Tanduk dan Kayu untuk Menarik Minat Pelanggan di
Desa Pucang Kecamatan Secang Kabupaten Magelang
Sebuah strategi komunikasi merupakan suatu rencana yang
memiliki tujuan untuk dicapai. Dalam langkah untuk mencapai tujuan
tersebut diperlukan untuk menyusun rencana yang sesuai dan terarah.
Jika diaplikasikan dalam Strategi komunikasi masyarakat Desa Vokasi
dalam menarik minat pelanggan kerajinan tanduk dan kayu di desa
Pucang, maka tidaklah lain tujuan dari masyarakat Desa Vokasi
tersebut ialah sukses memasarkan hasil karya kerajinan tanduk dan
kayu. Penyusunan strategi komunikasi persuasif untuk menarik minat
pelanggan pada Desa Vokasi Pucang sesuai jika diaplikasikan
menggunakan konsep IMC (Integrated Marketing Communications)
karena secara tidak disadari bahwa masyarakat Desa Vokasi Pucang
telah mengaplikasikan konsep IMC ke dalam kegiatan pemasaran
kerajinan tanduk dan kayu.
Berdasarkan temuan dan hasil wawancara yang dipaparkan di
atas mengenai strategi komunikasi persuasif masyarakat vokasi
kerajinan tanduk dan kayu untuk menarik minat pelanggan di Desa
Pucang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang tahun 2018. Para
pengrajin dan instansi pemerintahan terkait melakukan beberapa
strategi untuk mencapai tujuannya menggunakan cara atau konsep
73
komunikasi pemasaran terpadu tentang unsur-unsur klasik pemasaran
yang lazim disebut dengan formula “4P” yaitu sebagai berikut:
a. Product (Produk)
Masyarakat Desa Vokasi di Desa Pucang, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang, khususnya para pengusaha
kerajinan tanduk dan kayu telah mengamati keinginan dan
kebutuhan pelanggan sehingga mereka menciptakan suatu produk
yaitu berbagai macam kerajinan yang berupa peralatan rumah
tangga serta souvenir. Tentu saja modal tersebut menjadi suatu
senjata untuk menarik konsumen untuk membeli produk yang
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suryanto, (2015:
540) yaitu, konsep produk merupakan titik fokus dan menjadi
komoditas dalam pemasaran. Produk tidak hanya mencakup
barang dan jasa, tetapi juga ide, gagasan, konsep, organisasi,
institusi, kota, negara, bangsa, orang, dan bentuk lainnya yang
dapat ditawarkan untuk memenuhi keinginan konsumen.
b. Price (Harga)
Harga (Price) adalah kesepakatan nilai yang menjadi
persyaratan bagi pertukaran dalam sebuah transaksi pembelian
atau pemindahbukuan. Harga adalah biaya atau sesuatu yang
harus dikeluarkan pembeli untuk menerima produk, harga
74
bersifat elastis, berkembang, dan disesuaikan dengan kondisi
pasar (Suryanto, 2015: 542).
Dari produk yang dihasilkan oleh para pengrajin di Desa
Vokasi Pucang, mereka telah menentukan harga yang wajar dan
bersaing. Penentuan harga tersebut tergantung dari tingkat
kesulitan bahan baku dan tingkat kesulitan cara membuatnya.
Tentu saja penentuan harga sangat mempengaruhi tingkat
pemasarannya, karena pada saat penentuan harga harus sesuai
dengan kualitas produk yang ditawarkan oleh produsen.
c. Place (Tempat)
Setelah para pengusaha atau pengrajin di Desa Vokasi
Pucang memiliki produk untuk ditawarkan kepada konsumen
serta telah menentukan harga jualnya, maka para pengusaha di
Desa Vokasi Pucang juga menentukan tempat untuk
memasarkan hasil karyanya tersebut, seperti pada event pameran
atau ekspo, pasar tradisional maupun mall, tempat-tempat
wisata, dan sebagainya (wawancara FR, 23 September 2018,
pukul 10:11).
Distribusi (place) merujuk pada kegiatan perusahaan
pemasar untuk mengarahkan aliran produk dari produsen ke
konsumen serta memastikan produk tersedia pada saat dan
tempat yang diinginkan konsumen (Suryanto, 2015: 542).
Penentuan tujuan tempat untuk memasarkan tersebut sangat
75
penting karena dapat mempengaruhi keberlangsungan usahanya
dalam jangka panjang.
d. Promotion (Promosi)
Promosi sebagai koordinasi dari seluruh upaya yang
dimulai pihak penjualan untuk membangun berebagai saluran
informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau
memperkenalkan suatu gagasan (Morissan, 2015: 16-34).
Berikut adalah beberapa elemen bauran promosi yang juga
digunakan oleh para pengusaha kerajinan tanduk dan kayu di
Desa Vokasi Pucang, Kecamatan Secang, kabupaten Magelang:
1) Iklan (Advertising).
Beberapa pengusaha kerajinan tanduk dan kayu di
Desa Vokasi Pucang menggunakan iklan melalui siaran
radio sebagai media untuk mempromosikan hasil
karyananya. Hal tersebut efektif untuk menarik minat
konsumen karena radio sampai saat ini masih digemari oleh
masyarakat. Meskipun menggunakan iklan di radio
termasuk komunikasi massa yang ditunjukkan kepada
sejumlah khalayak, akan tetapi iklan melalui siaran radio
lebih mudah mempengaruihi sasaran karena seolah-olah
penyiar mengobrol langsung dengan pendengar radio.
Selain menggunakan iklan melalui radio, masyarakat
vokasi juga menggunakan strategi pemasaran melalui iklan
76
yang disponsori oleh pemerintah Kabupaten Magelang,
seperti iklan pada papan baliho di beberapa wilayah di
Kabupaten Magelang (wawancara A, 4 Agustus 2018, pukul
10:06). Hal tersebut sesuai dengan karakteristik periklanan
yaitu, dapat mencapai konsumen yang terpancar secara
geografis, dapat mengulang pesan berkali-kali, bersifat
impersonal dan komunikasi satu arah, serta dapat sangat
mahal untuk beberapa jenis media (Hermawan, 2012: 54).
Gambar 4.1 Baliho Desa Vokasi
Strategi komunikasi persuasif masyarakat Vokasi
melalui periklanan tersebut merupakan bentuk dari
komunikasi massa (mass communication) yaitu komunikasi
yang menggunakan media massa, baik cetak atau
elektronik, berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu
lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan
kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak
tempat, anonim, dan heterogen (Mulyana, 2010: 83).
77
2) Pemasaran langsung (Direct Marketing)
Hampir semua pengusaha kerajinan tanduk dan kayu
di Desa Vokasi Pucang melaksanakan pemasaran langsung
atau interaksi melalui telepon, faksimili, e-mail, surat, dan
alat penghubung lainnya untuk berkomunikasi langsung
terhadap pembeli maupun calon pembeli, hal tersebut
dengan tujuan agar mendapatkan feedback langsung dari
calon pembeli maupun pembeli.
Pemasaran langsung yang dilakukan oleh masyarakat
vokasi telah memenuhi karakteristik dalam pemasaran
langsung yaitu, bentuknya yang beragam mencerminkan
empat subkarakter: nonpublik, segera, seragam dan
interaktif. Karakteristik berikutnya ialah sangat tepat untuk
sasaran tertentu yang dituju (Hermawan, 2012: 56).
Pemasaran langsung dapat dikategorikan dalam
konteks komunikasi interpersonal atau antarpribadi, karena
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi perorangan
yang bersifat pribadi baik yang secara langsung (tanpa
medium) maupun tidak langsung (dengan medium) seperti
percakapan tatap muka maupun melalui telepon (Nurudin,
2007: 13). Untuk itu, kemampuan berkomunikasi
antarpribadi sangat penting untuk keberlangsungan promosi
dalam strategi komunikasi pemasaran.
78
3) Pemasaran Interaktif
Pemasaran interaktif dilaksanakan oleh semua
pengusaha kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi
Pucang dengan meggunakan dan memanfaatkan kemajuan
teknologi komunikasi seperti melalui Internet, aplikasi
Facebook, aplikasi Instagram, Whatsapp, dan lain
sebagainya. Promosi dengan cara pemasaran interaktif
dianggap oleh para pengusaha di Desa Vokasi efektif,
karena hampir semua umat manusia baik mulai dari anak-
anak hingga dewasa sudah menggunakan Gadget, tentu saja
akan sangat memudahkan promosi.
Seperti yang dipaparkan oleh Morissan, (2015: 24)
mengenai pemasaran interaktif yaitu, kemajuan teknologi
komunikasi yang memungkinkan dilakukannya komunikasi
secara interaktif melalui media massa, dalam hal ini yang
utama adalah internet, khususnya melalui fasilitas yang
dikenal dengan world eide web (www). Meskipun tidak
semua masyarakat Desa Vokasi Pucang khususnya para
pegusaha menggunakan media internet, namun dengan
kemajuan teknologi komunikasi, masyarakat Vokasi
melakukan strategi komunikasi persuasif untuk menarik
minat pelanggan menggunakan pemasaran interaktif melalui
79
media Instagram, Facebook, dan media perbelanjaan online
lainnya.
Gambar 4.2 Komunikasi Persuasif Melalui Instagram
Sumber: www.instagram.com
80
Gambar 4.3 Komunikasi Persuasif Melalui
Toko Pedia
Sumber: www.tokopedia.com
Gambar 4.4 Komunikasi Persuasif Melalui Face Book
Sumber: www.facebook.com
81
4) Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Dalam komunikasi persuasif, salah satu strategi yang
menarik minat pembeli ialah memberikan promosi
penjualan. Para pengusaha kerajinan di Desa Vokasi Pucang
memberikan promosi penjualan kepada konsumen atau
pemakai akhir suatu barang dengan memberikan diskon
atau potongan harga dan juga sampel produk. Selain itu,
para pengusaha juga memberikan promosi penjualan
terhadap pedagang ecer dan pedagang besar atau distributor
dengan cara penyesuaian harga jual atau harga jual lebih
murah jika pembelian langsung banyak, biasanya para
distributor membeli lebih dari 50 kodi barang kerajinan
tanduk dan kayu.
“.....saya memberi diskon jika
pembeliannya dalam jumlah yang besar”
(wawancara FR, 23 September 2018, pukul
10:11).
Promosi penjualan memiliki beberapa karakteristik
yaitu, menggunakan berbagai cara pendekatan, manarik
perhatian pelanggan, menawarkan kekuatan dari insentif
untuk membeli, mengundang dan cepat memberikan
penghargaan atas respons konsumen, dan efeknya hanya
berjangka pendek (Hermawan, 2012: 56). Dari beberapa
karakteristik tersebut, masyarakat Vokasi telah memenuhi
82
karakteristiknya dalam strategi komunikasi persuasif
melalui promosi penjualan.
5) Hubungan Masyarakat (Public Relations)
Hubungan masyarakat sangatlah penting dalam suatu
bisnis, karena dengan kemampuan hubungan masyarakat
yang baik maka akan mempegaruhi tingkat keberhasilan
suatu bisnis. Seperti pendapat Scott M. Cutlip, Allen H.
Center, Glen M. Broom, yang mengutarakan bahwa Public
Relations merupakan fungsi manajemen yang membentuk
dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan
antara organisasi dan masyarakat, yang menjadi sandaran
keberhasilan atau kegagalan (Nova, 2009: 35).
Para pengusaha kerajinan tanduk dan kayu di Desa
Vokasi Pucang juga menjadi seorang humas bagi industri
rumahnya sendiri, karena butuh banyak relasi dan harus
mampu berinteraksi dengan baik terhadap masyarakat untuk
mensukseskan usahanya. Para pengusaha kerajinan di Desa
Vokasi Pucang mampu menjual diri mereka sebelum
menjual produknya kepada konsumen maupun distributor.
Pasalnya jika mampu menjadi humas bagi perusahaannya
sendiri maka akan berdampak positif bagi usahanya dalam
jangka panjang. Seperti yang dilakukan oleh beberapa
pengusaha yaitu dengan cara bersikap baik dan terbuka
83
terhadap konsumen, mencari relasi sebanyak mungkin,
seperti relasi dengan pemerintah Kabupaten Magelang,
komunitas seni, dan juga relasi dengan ditributor besar.
Selain itu masyarakat Vokasi juga melakukan publisitas saat
didatangi wartawan dari beberapa media baik cetak maupun
elektronik, seperti pengusaha Z yang di wawancarai oleh
wartawan Net TV dan ditayangkan acara Net. News, serta
telah terbit dalam berbagai media cetak seperti koran, dan
website.
Gambar 4.5 Tayangan Desa Vokasi di Net.TV
6) Penjualan Personal (Personal Selling)
Hasil yang penulis temukan pada saat melihat
langsung kondisi di Desa Vokasi Pucang, hampir semua
pengusaha kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi
Pucang melaksanakan kegiatan komunikasi persuasif
langsung untuk menarik minat pelanggan baik di tempat
produksi, di tempat pameran, maupun toko yang dimiliki
84
oleh pengusaha tersebut. Hal tersebut bertujuan agar
mendapatkan tanggapan dan atau transaksi penjualan.
“Menarik minat pembelinya melalui
pameran terutama pameran di daerah-daerah...”
(wawancara FR, 23 September 2018, pukul
10:11).
“Kita langsung menjual pada pembelinya...”
(wawancara P, 22 September 2018, pukul 11:05).
Para pengusaha yang melakukan pemasaran langsung
terhadap pelanggan tentunya harus memiliki kemampuan
komunikasi interpersonal yang baik pada saat bertatap muka
langsung maupun melalui media elektronik. Hal tersebut
penting karena kemampuan berkomuikasi interpersonal
akan mempermudah untuk menarik minat para calon
pembeli agar tertarik para produk yang ditawarkan. Hal
tersebut sesuai dengan beberapa karakteristik komunikasi
interpersonal yang dipaparkan oleh Sucianti, (2017: 1)
yaitu, melibatkan paling sedikit dua orang, adanya umpan
balik, tidak harus bertatap muka, dan menghasilkan
beberapa pengaruh atau efek.
Hasil penelitian diatas sesuai dengan tujuan komunikasi yaitu
beberapa diantaranya ialah agar apa yang disampaikan atau
dikomunikasikan oleh pengusaha kerajinan tanduk dan kayu di Desa
Vokasi Pucang dapat dimengerti dan diterima oleh calon pelanggan,
pengusaha juga memahami apa yang diinginkan oleh masyarakat, cara
85
pengusaha menarik minat pelanggan bukan dengan cara paksaan namun
dengan cara persuasif atau mengajak dengan baik-baik dan juga para
pengusaha melakukan cara yang baik untuk menggerakan masyarakat
Desa Vokasi Pucang untuk ikut serta bekerja sebagai pengrajin atau
memberikan lapangan pekerjaan terhadap masyarakat Desa Vokasi
Pucang, hal tersebut sesusai dengan perintah Allah agar mencari rizki
dengan cara yang baik sebagai berikut:
ياأيها الذين ءامنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إل أن تكون ت جا
ك اض منكم ول تقتلوا أنفسكم إن الل ان ت حيم ان بكم
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah
Maha Penyayang kepadamu. (QS. A-Nisa: 29)
Selain tujuan komunikasi, masyarakat Desa Vokasi Pucang juga
telah sesuai dengan prinsip komunikasi. Beberapa diantaranya ialah,
setiap perilaku masyarakat Desa Vokasi Pucang, baik itu para
pengusaha maupun pengrajin kerajinan tanduk dan kayu mempunyai
potensi komunikasi terhadap para calon pelanggan, hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Suryanto, (2015: 22) mengenai prinsip komunikasi
yaitu “setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi (dilihat dari sisi
komunikannya)”. Pasalnya ketika ada kunjungan dari beberapa instansi
pendidikan, merka mengetahui bahwa desa tersebut ialah kawasan
86
sentra kerajinan tanduk dan kayu, untuk itu secara tidak langsung para
pengunjung tertarik untuk melihat-lihat bahkan membeli hasil produk
kerajinan di Desa Vokasi Pucang. Prinsip komunikasi lainnya yang
sesuai dengan kegiatan di Desa Vokasi Pucang ialah komunikasi
bersifat prosesual, dinamis, dan transaksiona (dilihat dari sisi
komunikator) (Suryanto, 2015: 24), karena masyarakat desa tersebut
khususnya para pengusaha dan pengrajin mampu mengubah pandangan
para calon pembeli, maupun pengunjung. Awalnya mereka tidak
memiliki minat untuk membeli, akan tetapi setelah para pengunjung
melihat-lihat hasil karya para pengrajin di Desa Vokasi Pucang maka
akhirnya para pengunjung membeli hasil produk tersebut.
2. Strategi Komunikasi Masyarakat untuk Membentuk Image Desa
Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang Kecamatan
Secang Kabupaten Magelang
Setelah tersusunnya strategi komunikasi masyarakat vokasi di
Desa Pucang dan strategi tersebut berhasil dijalankan untuk menarik
minat calon pembeli, maka akan tercipta ekuitas merk. Ekuitas Merk
tersebut yang tertanam di desa Pucang ialah “Desa Vokasi Kerajinan
Tanduk dan Kayu”, sehingga merk tersebut mampu menambah dan
mengurangi nilai yang diberikan oleh hasil produknya.
Salah satu unsur terciptanya ekuitas merk ialah Citra Merk
(Brand Image). Citra Merk dari Desa Vokasi Pucang merupakan
kepercayaan dan keyakinan konsumen terhadap hasil produk dari Desa
87
Vokasi Pucang yang terbentuk dari asosiasi konsumen yang tertanam
dalam memori konsumen. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pemikiran Shimp, (2003: 12) yaitu, Citra merk (Brand image) dapat
dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen
ketika mengingat sebuah merk tertentu. Asosiasi tersebut secara
sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu
yang dikaitkan kepada sebuah merk.
Tidak mudah untuk membentuk image atau citra merk, namun
tidak mudah juga untuk menghilangkan citra merk tersebut jika sudah
terbentuk. Berikut adalah hasil penelitian yang ditemukan oleh penulis
mengenai strategi komunikasi yang digunakan masyarakat Desa
Vokasi Pucang untuk membentuk image Desa Vokasi Pucang:
a. Jenis-jenis Asosiasi Merk:
1) Atribut
Dalam jenis-jenis asosiasi merk terdapat atribut yang
terbagi menjadi dua hal, yang pertama ialah harga, kemasan,
dan citra penggunaan dari produk hasil kerajinan tanduk dan
kayu yang dihasilkan oleh para pengrajin di Desa Vokasi
Pucang. Seperti yang ditemukan oleh peneliti, di Desa Vokasi
Pucang, para pengusaha dan pengrajin telah menentukan harga
yang sesuai dengan produk yang dihasilkan dan harga tersebut
dapat dijangkau oleh semua kalangan sehingga sasarannya
lebih luas. Kemasan yang disajikan cukup meraik walaupun
88
simple, masyarakat vokasi menggunakan plastik bening
dengan pita sehingga hasil karya tersebut dapat terlihat jelas
keunikannya. Selain itu produk yang dihasilkan oleh
masyarakat vokasi juga berguna untuk kehidupan sehari-hari,
seperti contoh produk yang dihasilkan ialah centong, solet,
sisir, telenan dan sebagainya, sehingga hasil produk tersebut
biasa digunakan sebagai peralatan memasak di dapur.
Atribut kedua ialah hal-hal yang berhubungan dengan
produk. Masyarakat Desa Vokasi Pucang telah memiliki hasil
karya dengan berbagai macam jenis, bentuk, ukuran, warna,
dan juga desain. Contoh nyata yang ditemukan oleh peneliti di
lapangan ialah jenis kerajinan tanduk dan kayu dengan bentuk
seperti centong, solet, telenan, garuk, suri, sisir, gantungan
kunci, tusuk konde, gelang, dan sebagainya. Dari beberapa
macam bentuk kerajinan tersebut ukurannya pun beragam,
mulai dari paling kecil, sedang, hingga besar. Para pengusaha
dan pengrajin pun juga selalu berinovasi untuk membuat
desain yang baru dan kekinian untuk mengikuti tren, akan
tetapi juga disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen.
89
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan salah satu
pengrajin sebagai berikut:
“Buat produk semenarik mungkin, berikan
pelayanan yang nyaman dan menawarkan produk
dengan beberapa trobosan seperti halnya bisa custom
desain” (wawancara MY, 21 November 2018, pukul
13:00).
2) Manfaat
Faktor pendukungnya karena banyak konsumen yang
merasa bahwa produk yang di hasilkan oleh pengrajin
bermanfaat bagi konsumen (wawancara FR, 23 September
2018, pukul 10:11).
Asosiasi merk juga terdapat manfaat yang terbagi
menjadi 3 (tiga) hal yaitu, fungsional, simbolis, dan juga
pengalaman. Manfaat tersebut menjadi pertimbangan dan
acuan bagi pengrajin di Desa Vokasi Pucang untuk membuat
produk kerajinan yang dibutuhkan masyarakat. Berikut tiga
manfaat yang di tawarkan oleh penguasaha atau pengrajin
kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi Pucang kepada
konsumen yang ditemukan oleh peneliti:
a) Kebutuhan Fungsional (Fungsional Needs)
Kebutuhan fungsional berusaha untuk menyediakan
solusi bagi masalah-masalah konsumsi atau potensi
permasalahan yang dapat dihadapi oleh kosumen, dengan
mengkomunikasikan bahwa suatu merk memiliki manfaat
90
spesifik yang dapat memecahkan masalah-masalah
tersebut (Shimp, 2003: 17).
Masyarakat Desa Vokasi khususnya pengusaha dan
pengrajin memproduksi suatu barang yang dibutuhkan
oleh masyarakat seperti, centong, solet, dan telenan yang
terbuat dari bahan kayu. Ketiga barang tersebut menjadi
kebutuhan bagi konsumen sebagai peralatan memasak,
khususnya bagi yang menyukai peralatan memasak yang
terbuat dari bahan alam yang ramah lingkungan.
b) Kebutuhan Simbolis (Symbolic Needs)
Pemenuhan kebutuhan simolis diarahkan kepada
keinginan konsumen dalam upaya memperbaiki diri,
dihargai sebagai anggota dari suatu kelompok, afiliasi, dan
rasa memiliki. Manajemen konsep merk yang ditujukan
bagi pemenuhan kebutuhan simbolis ini berupaya
mengasosiasikan kegunaan merk dengan kelompok, peran,
atau citra diri yang diinginkan (Shimp, 2003: 18).
Pengusaha maupun pengrajin di Desa Vokasi
Pucang telah merencanakan suatu produk yang dapat
menjadi manfaat simbolis atau kebutuhan simbolis bagi
konsumen seperti, aksesoris berupa gelang, tusuk konde,
souvenir pernikahan berupa gantungan kunci, dan
91
sebagainya yang diinginkan konsumen untuk memuaskan
diri.
c) Kebutuhan Eksperiental (Experiental Needs)
Kebutuhan ekperiental konsumen merupakan
representasi dari keinginan merka akan produk yang dapat
memberikan rasa senang, keanekaragaman, dan stimulasi
kongnitif. Manajemen konsep merk yang diarahkan
kebutuhan ekperimental mempromosikan merk sebagai
sesuatu yang istimewa dan mempunyai cita rasa yang
tinggi (terlihat elegan, merasa sehat, berbau harum,
terdengar bijaksana, merasa amat bahagia dan lain-lain)
atau kaya dengan potensi stimulasi kognitif (bersemangat,
menantang, menghibur, dan sebagainya) (Shimp, 2003:
21).
Kebutuhan ekperimental yang ditawarkan oleh
pegusaha dan pengrajin di Desa Vokasi ialah cinderamata
yang terbuat dari bahan tanduk dan kayu berupa miniatur
kapal, miniatur burung garuda pancasila, dan tanduk asli
yang telah di kinclongkan. Hal tersebut sesuai dengan
permintaan beberapa pelanggan yang digunakan sebagai
koleksi dan pajangan yang memiliki nilai seni yang tinggi,
sehingga walaupun terbuat dari bahan alam akan tetap
terlihat elegan.
92
3) Evaluasi
Peneliti menemukan evaluasi yang dilakukan oleh
pengusaha yaitu pengusaha mengevaluasi bahwa hasil
produknya memuaskan secara keseluruhan, atau sikap dari
konsumen yang menggambarkan bahwa konsumen
mendukung merk Desa Vokasi Kerajinan Tanduk dan Kayu
Pucang.
b. Dukungan, Kekuatan dan Keunikan Asosiasi Merk
Selain jenis-jenis asosiasi merk yang telah dipaparkan oleh
peneliti, ada pula dukungan, kekuatan dan keunikan yang tertanam
di dalam merk, sebagai berikut:
1) Dukungan
Masyarakat Desa Vokasi menjual produk kerajinannya
dengan berbagai jenis dan bentuk yang beraneka ragam sesuai
kebutuhan konsumen. Walaupun harga produk kerajinan
tersebut sedikit lebih mahal dan pembuatannya lebih lama dari
produk buatan pabrik, namun konsumen telah memiliki
asosiasi yang kuat mengenai hasil produk dari Desa Vokasi
karena dianggap produk tersebut ramah lingkungan jika
digunakan sebagai peralatan dapur.
2) Kekuatan
Kekuatan yang dimiliki oleh Desa Vokasi Kerajinan
Tanduk dan Kayu di Desa Pucang ialah telah berhasil
93
menanamkan asosiasi-asosiasi seperti, atribut, manfaat, dan
dukungan terhadap konsumennya. Sehingga ketika masyarakat
atau konsumen mendengar merk “Desa Vokasi Kerajinan
Tanduk dan Kayu di Desa Pucang” maka atan tertanam kuat
asosiasi-asosiasi tersebut.
3) Keunikan
Keunikan dari produk kerajinan yang dihasilkan oleh
masyarakat Vokasi ialah dari segi bahan baku yang digunakan
untuk membuat kerajinan, bentuk yang beraneka ragam, dan
juga semua asosiasi-asosiasi yang melekat pada memori
masyarakat dan konsumen mengenai keunikan dari produk
kerajinan Desa Vokasi Pucang.
Dalam strategi membentuk image masyarakat Desa Vokasi
Pucang telah melakukannya dengan cara yang baik dan benar,
sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat tersebut telah mencari
rizki dengan cara yang halal dan tidak menipu, hal tersebut sesuai
dengan sabda Rasulullah sebagai berikut:
زق، زقه فل تستبطئوا ال إن أحدكم لن يموت حتى يستكمل
، أيها الناس، فأجملوا في الطلب، خذوا ما حل واتقوا الل
م وا ما ح )واه ابن حبان وبيهقي( ود
94
Artinya:
Sesungguhnya salah seorang diantara kalian tidaklah
meninggal sampai disempurnakan rezekinya. Bertakwalah kepada
Allah wahai manusia, perbaikilah dalam mencari rezeki, ambil yang
halal dan tinggalkan yang haram. (HR. Ibnu Hibban, Baihaqi).
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Menarik Minat
Pelanggan Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Vokasi Pucang
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang
Strategi komunikasi persuasif masyarakat vokasi kerajinan
tanduk dan kayu untuk menarik minat pelanggan di Desa Pucang telah
dilakukan dengan berbagai cara seperti yang telah dipaparkan di atas
oleh peneliti, dan juga pembentukan citra positif Desa Vokasi Pucang
telah berhasil dilakukan oleh masyarakat tersebut.
Berhasil atau tidaknya strategi komunikasi tidak lepas dari
beberapa faktor pendukung yang mempengaruhinya. Namun juga
ditemukan beberapa faktor penghambat dalam menarik minat
pelanggan terhadap hasil kerajinan tanduk dan kayu yang diungkapkan
berdasarkan pada hasil observasi dan wawancara dengan pihak yang
terkait dengan pemasaran kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi
Pucang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
a. Faktor Pendukung
Beberapa faktor pendukung dalam menarik minat
pelanggan kerajinan tanduk dan kayu dikemukakan sebagai
berikut:
95
1) Adanya dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
(DISDIKBUD) Kabupaten Magelang.
Kreatifitas masyarakat Vokasi di Desa Pucang yang
tinggi membuat DISDIKBUD ikut menggerakkan Desa Vokasi
Pucang. Seperti contohnya, DISDIKBUD lah yang
mencanangkan Desa Pucang Sebagai “Desa Vokasi Kawasan
Sentra Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang Kecamatan
Secang Kabupaten Magelang” pada tahun 2010. Selain itu, dari
DISDIKBUD juga sering kali turut mengundang para perajin
di Desa Vokasi Pucang untuk ikut dalam kegiatan pameran,
maupun workshop yang diselenggarakan oleh dinas-dinas
pemerintahan baik itu dari Kabupaten Magelang maupun
Provinsi, sehingga nama Desa Vokasi Pucang lebih dikenal
oleh khalayak.
2) Adanya potensi dan motivasi dari masyarakat Desa Vokasi
Pucang untuk terus berkarya.
Pengusaha kerajinan maupun karyawan pengrajin juga
mendukung pemasaran Desa Vokasi Pucang dengan potensi
para perajin itu sendiri, dengan ide-ide yang dituangkan dan
juga hasil karyanya yang menarik dan unik sehingga menarik
para pelanggan. Selain potensi yang dimiliki tentunya para
perajin juga memiliki motivasi untuk terus berkarya dan
96
menjadikan potensi tersebut sebagai sumber penghasilan para
pengrajin baik pengusaha maupun karyawan.
Hal tersebut sesuai dengan penuturan kepala desa
Pucang:
“Masyarakat berpotensi sebagai pengrajin
hubungannya adalah dengan semangat untuk
berproduksi maka pengrajin akan mencari cara untuk
memasarkan, dan pemasarannya salah satunya ialah
dengan online shop” (wawancara , 4 Agustus 2018,
pukul 10:06).
3) Kepercayaan pelanggan atau konsumen terhadap masyarakat
Desa Vokasi Pucang.
Sikap ramah, jujur, tepat waktu, dan hasil karya yang
unik dari masyarakat Vokasi terhadap pelanggan maupun
konsumen membuat para pelanggan dapat mempercayai Desa
Vokasi. Misalnya, pada saat pelanggan terutama pelanggan
dengan pemesanan dalam jumlah banyak baik itu untuk dijual
kembali oleh para distributor maupun digunakan sebagai
souvenir pernikahan yang telah memesan kepada pengrajin dan
telah menyepakati waktu jadinya barang pesanan tersebut, para
pengrajin selalu berusaha tepat waktu untuk memenuhi
pesanan dari para pelanggan. Dengan begitu, para pelanggan
dapat mempercayai Desa Vokasi Pucang dari segi produk dan
pelayanannya hingga saat ini, dan hal tersebut sangat
97
mendukung pemasaran Desa Vokasi Pucang, karena telah
menanamkan kepercayaan terhadap pelanggan.
Hal tersebut sesuai dengan penuturan salah satu
pengrajin sebagai beriku:
“Faktor pendukungnya karena produk saya
diterima oleh masyarakat terutama konsumen, jadi
permintaan terus ada” (wawancara S, 22 September
2018, pukul 9:59).
4) Kemajuan teknologi komunikasi yang mempermudah proses
pemasaran hasil kerajinan tanduk dan kayu.
Memasarkan sebuah produk tentunya membutuhkan
proses dan dukungan dari kemajuan teknologi, misalnya
dengan adanya internet, media sosial, dan juga media toko
online membuat proses pemasaran hasil kerajinan tanduk dan
kayu semakin mudah dan cepat. Pelanggan dari jarak jauh pun
tidak perlu untuk datang langsung ke Desa Vokasi Pucang
untuk memesan sebuah produk. Kini hampir semua masyarakat
Desa Vokasi Pucang dapat menguasai dan memanfaatkan
kemajuan teknologi tersebut sehingga nama Desa Vokasi
Pucang semakin dikenal oleh khalayak.
Adanya kemajuan teknologi yang menjadi faktor
pendukung penjualan produk desa vokasi Pucang di utarakan
oleh beberapa pengusaha di desa vokasi Pucang:
98
“Pendukungnya karena dengan adanya internet
dan smartphone maka memudahkan untuk
pemasarannya” (wawancara SR, 22 September 2018,
pukul 11:41).
“Faktor pendukung dalam menarik minat
pelanggan yang utama tentu melalui internet. Internet
sangat membantu untuk memperluas pemasaran tanpa
harus mengeluarkan banyak modal untuk
mempromosikan suatu produk. Tinggal daftar di
market place, upload photo, sudah beres. Jika punya
modal berlebih, bisa buat situs web pribadi”
(wawancara MY, 21 November 2018, pukul 13:00).
b. Faktor Penghambat
1) Terjadinya persaingan harga yang tidak sehat antar pengusaha
kerajinan tanduk dan kayu.
Penentuan harga menjadi salah satu hal yang penting
dalam sebuah bisnis, karena dengan begitu dapat
memperkirakan berapa keuntungan yang akan didapatkan dari
hasil penjualan tersebut. Para pengrajin di Desa Vokasi
tentunya telah memiliki rencana tersendiri untuk memasarkan
produknya, salah satunya ialah menentukan harga yang sesuai
dengan perjanjian antara para pengrajin.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa pengrajin
yang menentukan harga lebih rendah dari perjanjian terhadap
para pengrajin lainnya. Tentunya hal tersebut menjadi sebuah
permasalahan yang dapat merugikan pengrajin lainnya, karena
hal tersebut tidak sportif dan saling menjatuhkan antara
99
pengrajin satu dengan yang lainnya.(wawancara A, 4 Agustus
2018, pukul 10:06).
2) Terbatasnya sumber daya manusia dan bahan baku.
Pemesanan dalam jumlah banyak dan waktu yang
singkat tentunya membuat para pengrajin kewalahan dalam
memproduksi, karena kerajinan tersebut dibuat dengan tangan
dan sedikit bantuan dari mesin gergaji, mesin amplas, maupun
mesin bor. Akan tetapi, tetap saja hal tersebut membutuhkan
tenaga dari manusia untuk melakukannya. Sumber daya
manusia para pengrajin terkadang tidak sebanding dengan
jumlah pemesanan, oleh karena itu sumber daya manusia
menjadi penghambat pemasaran tersebut.
Tanduk dan kayu merupakan bahan yang cukup langka
untuk didapatkan, terutama bahan tanduk hanya didapatkan
pada saat para peternak sapi maupun kerbau menyembelih
hewan tersebut. Untuk itu harga kerajinan tanduk lebih mahal
dan pengrajinnya juga sedikit, namun kini pengrajin tanduk
juga memproduksi kerajinan dari kayu. Begitu pula dengan
bahan baku kayu juga terbatas, karena masyarakat Desa Vokasi
Pucang tidak membeli bahan baku dari penebang pohon
maupun hutan secara liar. Jadi, terbatasnya bahan baku tersebut
dapat menghambat proses pemasaran kerjinan tanduk dan kayu
di Desa Vokasi Pucang.
100
Hal tersebut sesuai dengan penuturan beberapa
pengusaha sebagai berikut:
“Penghambatnya karena sumber daya
manusianya kurang dan terkadang bahan baku serta
alatnya terbatas” (wawancara FR, 23 September 2018,
pukul 10:11).
“Khususnya tanduk faktor penghambatnya di
produksinya itu sendiri, jika ada pesanan dalam jumlah
besar dan rumit maka akan sedikit lama karena
kekurangan bahan dan SDM” (wawancara MZ, 24
September 2018, pukul 19:00).
3) Terbatasnya biaya promosi melalui periklanan
Promosi periklanan dalam sebuah bisnis tentunya sangat
penting dilakukan agar dapat menarik minat pelanggan. Namun
diperlukan biaya yang cukup mahal untuk melakukan promosi
periklanan, baik dalam media cetak maupun elektronik. Para
pengusaha kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi Pucang
pun jarang melakukan promosi melalui periklanan, hanya
dilakukan sekali dua kali saja dan itu melalui radio, dan tidak
semua pengusaha atau pengrajin mampu membiayai iklan
tersebut. Masyarakat Desa Vokasi Pucang hanya dapat
memanfaatkan para wartawan yang berdatangan untuk
mewawancarai Desa Vokasi Pucang, karena dengan
begitumasyarakat Vokasi tidak mengeluarkan biaya untuk
memasarkan melalui media cetak maupun elektronik seperti
berita di koran maupun acara di televisi.
101
Hal tersebut diutaran oleh salah satu pengusaha sebagai
berikut:
“Faktor penghambatnya karena keterbatasan
modal untuk memasarkan melalui iklan baik di koran
maupun radio” (wawancara S, 22 September 2018,
pukul 9:59).
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Vokasi Kerajinan
Tanduk dan Kayu di Desa Pucang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang,
tentang strategi komunikasi persuasif untuk menarik minat pelanggan dengan
diperketat data yang ada, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi Komunikasi Persuasif Masyarakat Vokasi Kerajinan Tanduk dan
Kayu untuk Menarik Minat Pelanggan di Desa Pucang Kecamatan
Secang Kabupaten Magelang
Dalam strategi komunikasi persuasif untuk menarik minat
pelanggan pada hasil kerajinan tangan oleh masyarakat Vokasi di Desa
Pucang menggunakan konsep IMC (Integrated Marketing
Communications) yaitu sesuai dengan unsur klasik pemasaran yang lazim
disebut dengan formula “4P” yaitu ; Product (Produk), Price (Harga),
Place (Tempat) dan Promotion (Promosi).
Kegiatan untuk menarik minat pelanggan, masyarakat Desa Vokasi
Pucang melakukan promosi untuk menarik minat pembeli melalui
beberapa elemen bauran promosi sebagai berikut:
1) Iklan (Advertising)
2) Pemasaran langsung (Direct marketing)
3) Pemasaran interaktif
4) Promosi penjualan (Sales promotion)
103
5) Hubungan masyarakat (Public relations)
6) Penjulan personal (Personal selling)
2. Strategi Komunikasi Masyarakat untuk Membentuk Image Desa Vokasi
Kerajinan Tanduk dan Kayu di Desa Pucang Kecamatan Secang
Kabupaten Magelang
Image Desa Vokasi Pucang akan terbentuk setelah berhasilnya
strategi komunikasi persuasif untuk menarik minat pelanggan, oleh
karena itu ekuitas merk juga akan terbentuk. Salah satu unsur terciptanya
ekuitas merk ialah Citra Merk (Brand Image) yaitu kepercayaan dan
keyakinan konsumen terhadap hasil produk dari Desa Vokasi Pucang
yang terbentuk dari asosiasi konsumen yang tertanam dalam memori
konsumen. Ketika masyarakat mendengar tentang “Desa Vokasi
Kerajinan Tanduk dan Kayu” maka akan langsung teringat akan ciri khas
dari produk yang dihasilkan oleh Desa Vokasi tersebut.
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam menarik minat pelanggan
kerajinan tanduk dan kayu di Desa Vokasi Pucang Kecamatan Secang
kabupaten Magelang
Berhasil atau tidaknya strategi komunikasi masyarakat vokasi
dalam menarik minat pelanggan kerajinan tanduk dan kayu di Desa
Pucang tidak lepas dari beberapa faktor pendukung dan penghambat yang
mempengaruhinya, diantara lain sebagai berikut:
104
a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
(DISDIKBUD) Kabupaten Magelang.
2) Adanya potensi dan motivasi dari masyarakat Desa Vokasi
Pucang untuk terus berkarya.
3) Kepercayaan pelanggan atau konsumen terhadap masyarakat
Desa Vokasi Pucang.
4) Kemajuan teknologi komunikasi yang mempermudah proses
pemasaran hasil kerajinan tanduk dan kayu.
b. Faktor Penghambat
1) Terjadinya persaingan harga yang tidak sehat antar pengusaha
kerajinan tanduk dan kayu.
2) Terbatasnya sumber daya manusia dan bahan baku.
3) Terbatasnya biaya promosi melalui periklanan
B. Saran
Demi mendukung kemajuan dan keberhasilan kegiatan komunikasi
persuasif untuk menarik minat pelanggan di Desa Vokasi Kerajinan Tanduk
dan Kayu di Desa Pucang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Desa Vokasi Pucang
a. Supaya memaksimalkan promosi dalam pemasaran kerajinan tanduk
dan kayu agar strategi komunikasi pemasaran lebih efektif lagi.
105
b. Adanya kesepakatan pemberian harga produk dari para pengrajin di
Desa Vokasi Pucang agar tidak terjadi persaingan harga yang tidak
sehat.
c. Berharap pemerintah pusat menambahkan fasilitas-fasilitas guna
untuk mempromosikan Desa Vokasi Pucang.
2. Bagi Peneliti
a. Diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa informasi baru
terhadap lembaga maupun instansi tertentu serta pembaca mengenai
strategi komunikasi persuasi dalam menarik minat pelanggan sesuai
dengan porsi materi yang ada.
b. Diharapkan dapat menambah subjek penelitian agar data yang
diperoleh lebih luas dan mendapatkan analisis yang lebih baik lagi.
c. Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai respon dari
masyarakat umum dan pelanggan terhadap keberhasilan strategi
komunikasi persuasif masyarakat Desa Vokasi Pucang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-dasar Pelayanan Prima Persiapan
Membangun Budaya Pelayanan Prima untuk Meningkatkan Kepuasan
dan Loyalitas Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.
Cangara, Hafied. 2014. Perencanaan Strategi Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Chrismardani, Yustina. 2014. Komunikasi Pemasaran Terpadu: Implementasi
untuk UMKM. Jurnal NeO-Bis. Vol. 8.
Curtis, Dan B, James J Floyd, Jerry L Winsor. 2006. Komunikasi Bisnis dan
Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Daymon, Christine, Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif
dalam Public Relations & Marketing Communication. Yogyakarta:
Bentang.
Effendi, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
Estaswara, Helpris B. 2008. Think IMC!. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Febriani, Nufian S, Wayan Weda Asmara Dewi. 2018. Teori dan Praktis Riset
Komunikasi Pemasaran terpadu. Malang: Universitas Barawijaya
Press.
Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Fitriah, Maria. 2018. Komunikasi Pemasaran Melalui Desain Visual.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish (Group Penerbitan CV Budi Utama)
Herlambang, Susatyo. 2014. Basic Marketing (Dasar-Dasar Pemasaran) Cara
Mudah Memahami Ilmu Pemasaran. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Hermawan, Agus. 2012. Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ilyas. 2016. Strategi Pengembangan Komunikasi Masyarakat Kelompok Tani
Qoryah Toyyibah di Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.
Jurnal Inject. Vol. 1.
Kiryantono, Rachmat. 2014. Teknik Praktis Riset Komunikasi – Disertai
Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi
Organisasi, Komunikasin Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Koentjaraningrat. 2012. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kusniadji, Suherman. Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Kegiatan
Pemasaran Produk Consumer Goods (Studi Kasus pada PT Expand
Berlian Mulia di Semarang). Jurnal Komunikasi. Vol. 8.
Moelong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Morissan, Andy Corry Wardhany. 2009. Teori Komunikasi – Tentang
Komunikator, Pesan, Percakapan, dan Hubungan. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Morissan. 2015. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Jakarta:Prenadamedia Group.
________. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga massa. Jakarta: Kencana.
Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
_____________. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
M. Echols, John, Hassan Shadily. 2014. Kamus Inggris Indonesia An English-
Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia.
Nova, Firsan. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisis
Perusahaan. Jakarta: Grasindo.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Patilima, Hamid. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Satori, Djam’an, Aan Komariah. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu – Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Shimp, Terence A. 2014. Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam Periklanan
dan Promosi – Integrated Marketing Communication in Advertising
and Promotion. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
Suawa, Shella Gusti. 2013. Strategi Komunikasi dalam Pajak Bumi dan
Bangunan di Dinas Pendapatan Daerah di Kota Samarinda (Studi pada
Dinas Pendapatan daerah di Samarinda). Skripsi. Fakultas Sosial
Politik. Universitas Mulawarman: Samarinda.
Sucianti. 2017. Komunikasi Interpersonal: Sebuah Tinjauan Psikologis dan
Perspektif Islam. Yogyakarta: Buku Litera.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alvabeta.
Suhandang, Kustadi. 2014. Strategi Dakwah - Penerapan Strategi Komunikasi
dalam Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Supranto, J. 2003. Metode Riset Aplikasinya Dalam Pemasaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Suprapto, Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen
dalam Komunikasi. Jakarta: Caps.
Suryabrata, Sumadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: CV Pustaka Setia.
Tahir, Muh. Said HM. 2014. Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Radio
Smart FM Makassar dalam Meningkatkan Jumlah Pengiklan. Skripsi.
Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Alauddin: Makassar.
Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management & Strategy. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta:
Indeks.
Widjaja, H.A.W. 1997. Komunikasi - Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.
Jakarta: Bumi Aksara.
______________. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi – Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Wiryanto. 2006 . Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo
Yin, Robret K. 2004. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
LAMPIRAN
Gambar 1 Gambar 2
Wawancara dengan staf DISDIKBUD Wawancara dengan Kepala Desa
Kabupaten Magelang Pucang
Gambar 3 Gambar 4
Wawancara dengan pengusaha 1 Wawancara dengan pengusaha 2
Gambar 5 Gambar 6
Wawancara dengan pengusaha 3 Wawancara dengan pengusaha 4
Gambar 7
Wawancara dengan pengusaha 5
Gambar 8
Wawancara dengan pengusaha 6
Gambar 9 Gambar 10
Humas melalui media televisi Hasil kerajinan Kayu Gantungan Kunci
Gambar 11 Gambar 12
Hasil kerajinan tanduk Hasil kerajinan tanduk
Gambar 13
Hasil kerajinan Kayu Miniatur Perahu
Gambar 14 Gambar 15
Souvenir Telenan Kayu Souvenir Centong Kayu
Gambar 16
Desa Vokasi Pucang
Curriculum Vitae
Nama : Ifadatul Khabibah
Tempat/ Tgl. Lahir : Magelang, 19 Maret 1997
Alamat : Karang Kulon Rt 02 Rw 06, Pucang,
Kecamatan Secang, Kabupaten
Magelang. Kode pos 56195
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : SMA
Telepon (HP) : 085601023888
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : [email protected]
Hobi : Berenang
PENDIDIKAN FORMAL
TK Saraswati Secang, Kab. Magelang
SDN Pucang, Kab. Magelang
MTS Sunan Pandanaran Yogyakarta
MAN 1 Kabupaten Magelang
KEMAMPUAN DAN KEAHLIAN
Mahir menggunakan microsoft word, excel dan power point
Memasak
PEDOMAN WAWANCARA
A. Untuk Staf DISDIKBUD Seksi Dikmas dan Keluarga Kab. Magelang
1. Apa makna dari Desa Vokasi?
2. Apa tujuan dari Desa Vokasi?
3. Dimana saja yang dinobatkan sebagai Desa Vokasi di Kabupaten
Magelang?
4. Bagaimana peran Desa Vokasi terhadap Kabupaten Magelang?
5. Bagaimana strategi pengenalan Desa Vokasi, salah satunya adalah Desa
Pucang, terhadap masyarakat luar?
B. Untuk Kepala Desa Pucang
1. Mengapa diberi julukan Kawasan Sentra Desa Vokasi Kerajinan Tanduk
dan Kayu?
2. Apa makna dari Desa Vokasi?
3. Bagaimana peran Desa Vokasi terhadap Desa Pucang?
4. Sejauh ini berapa prosentase perannya dalam membangun ekonomi di
Magelang?
5. Cara apa yang digunakan untuk bersaing dengan kawasan kerajinan yang
lain?
6. Siapa saja sasaran dalam menarik minat pelanggan Desa Vokasi Pucang?
7. Dimana saja target pemasaran Desa Vokasi Pucang?
8. Bagaimana strateginya untuk membangun image positif / pengenalan
Desa Vokasi Pucang terhadap masyarakat luar?
9. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menarik minat
pelanggan desa Vokasi?
C. Untuk Pengusaha di Desa Vokasi Pucang
1. Mengapa anda berminat sebagai pengrajin Tanduk dan Kayu?
2. Bagaimana sejarah tercetusnya ide untuk membuat kerajinan tanduk dan
kayu?
3. Melalui media apa saja dalam menarik minat pelanggan kerajinan tanduk
dan kayu?
4. Siapa saja sasaran dalam menarik minat pelanggan kerajinan taduk dan
kayu?
5. Dimana saja target penjualan kerajinan tanduk dan kayu?
6. Kapan penjualan mencapai target yang diinginkan?
7. Bagaimana cara anda terhubung oleh pihak pembeli terkait penjualan
kerajinan tanduk dan kayu?
8. Bagaimana strategi untuk bersaing dengan karya-karya lain selain
kerajinan tanduk dan kayu?
9. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam menarik minat
pelanggan kerajinan tanduk dan kayu?
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Staf DISDIKBUD Seksi Dikmas dan Keluarga, Kab. Magelang
Nama : Turni Akiranah, S.Pd
Tempat : DISDIKBUD Kabupaten Magelang
Waktu : 13 September 2018, pukul 9:52 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Apa makna dari Desa
Vokasi?
Kawasan pedesaan yang menjadi sentra
penyelenggaraan kursus atau pelatihan
berbagai kecakapan vokasional (pemberian
ketrampilan kejuruan) dan pengelolaan unit-
unit usaha (produksi maupun jasa)
berdasarkan keunggulan lokal dalam dimensi
sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan.
2. Apa tujuan dari Desa
Vokasi?
- Tujuan program Desa Vokasi adalah untuk
mengembangkan sumberdaya manusia dan
lingkungan yang dilandasi oleh nilai-nilai
budaya dengan memanfaatkan potensi lokal.
- Melalui program Desa Vokasi ini
diharapkan dapat membentuk kawasan desa
yang menjadi sentra bermacam-macam
ketrampilan, serta terbentuknya kelompok-
kelompok usaha yang memanfaatkan
potensi sumber daya dan kearifan lokal.
- Untuk menciptakan suatu kawasan
pendidikan ketrampilan vokasional di
daerah pedesaan, agar masyarakat mampu
menghasilkan produk/jasa/karya yang
memiliki keunikan, keunggulan komparatif
serta bernilai ekonomis.
Penyelenggaraan Desa Vokasi ini intinya
adalah pembelajaran masyarakat desa untuk
melaksanakan kursus dan pelatihan vokasi
sesuai potensi yang ada di sekitarnya supaya
pada akhirnya masyarakat dapat
memanfaatkan ketrampilan vokasi yang telah
dimiliki menjadi sumber penghasilan.
3. Dimana saja yang
dinobatkan sebagai
Desa Vokasi di
Kabupaten Magelang?
Kecamatan Mungkid, Desa Sirahan
Kecamatan Salam, Desa Kalijoso Kecamatan
Secang, Desa Pucang Kecamatan Secang,
Desa Sutopati Kecamatan Kajoran, Desa
Rejosari Kecamatan Pakis, Desa Grabag
Kecamatan Grabag.
4. Bagaimana peran Desa
Vokasi terhadap
Kabupaten Magelang?
- Memberikan pendidikan dan pelatihan
ketrampilan sentra kewirausahaan
- Memberdayakan potensi lingkungan untuk
usaha produktif
- Menyadarkan nilai-nilai sosial-budaya yang
sudah ada
- Menyadarkan dan mampu melestarikan
potensi alam
- Menciptakan lingkungan terampil, kreatif,
dan inovatif tetapi tetap arif
- Menguatkan nilai-nilai sosial-budaya yang
sudah ada
- Meningkatkan ekonomi masyarakat melalui
pemberdayaan sentra vokasi berbasis
potensi unggulan lokal
- Sebagai upaya pembelajaran masyarakat
kembangkan Ketrampilan
5. Bagaimana strategi
pengenalan Desa
Vokasi, salah satunya
adalah Desa Pucang,
terhadap masyarakat
luar?
Desa vokasi merupakan program Provinsi
Jawa Tengah. Untuk pengenalan produk-
produk Desa Vokasi di Kabupaten Magelang
dengan kegiatan ekspo atau pameran Desa
Vokasi di Tingkat Kabupaten maupun
Tingkat Provinsi (dengan catatan ada kegiatan
Pameran Provinsi).
Narasumber : Kepala Desa Pucang
Nama : Drs. Anwari
Tempat : Rumah Kepala Desa
Waktu : 4 Agustus 2018, pukul 10:06 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Mengapa diberi julukan
Kawasan Sentra Desa
Vokasi Kerajinan
Tanduk dan Kayu?
Karena Desa Vokasi Pucang berbasis pada
ketrampilan, masyarakat mempunyai
ketrampilan, jenis ketrampilannya yaitu
kerajinan tanduk dan kayu. Penamaan atau
pencanangan Desa Pucang sebagai Desa
Vokasi pada tahun 2010.
2. Apa makna dari Desa
Vokasi?
Makna dari Desa Vokasi ialah Desa yang
bersentra pada ketrampilan masyarakat yaitu
kerajinan / home industri dan jenisnya ialah
kerajinan tanduk dan kayu.
3. Bagaimana peran Desa
Vokasi terhadap Desa
Pucang?
Lahirnya “Vokasi” karena satu yaitu potensi
masyarakat sendiri, yang ke-dua strategi dan
program pemerintah desa Pucang dari saya
sendiri. Ada keterkaitanya, semakin maju
Desa Vokasi semakin sejahtera masyarakat
Pucang dan semakin terampil. Otomatis
program-program pemerintah desa untuk
meningkatkan kesejahteraan bisa terwujud.
4. Sejauh ini berapa
prosentase perannya
dalam membangun
ekonomi di Magelang?
Di Magelang ini kelihatannya masih sangat
relatif tetapi paling tidak sekarang dengan
banyaknya warga masyarakat dari luar desa
Pucang dari luar kecamatan Secang yang ikut
andil untuk mengejarkan/ menjadi karyawan
ini paling tidak bida merubah taraf hidup
mereka dan hampir semua 50% warga dari
Kabupaten Magelang dan sekitarnya ini sudah
terekrut menjadi karyawan di Desa Vokasi,
seperti dari Candimulyo, Pakis, Ngablak,
Ambarawa, Temanggung, Windusari,
Kajoran,dan Kaliangkrik.
Hampir semua pasar di Pulau Jawa ini ada
hasil karya kerajinan dari Desa Pucang.
5. Cara apa yang
digunakan untuk
bersaing dengan
kawasan kerajinan yang
lain?
Dengan menambah jenis kerajinan dan
meningkatkan strategi untuk menarik minat
pelanggan melalui media iklan, media sosial,
pameran, sanggar-sanggar seni, dan pelaku itu
menerobos ke pasar-pasar sudah sejak zaman
orde lama.
Iklannya melalui sponsor-sponsor dinas
(baliho, papan-panan).
6. Siapa saja sasaran
dalam menarik minat
pelanggan Desa Vokasi
Pucang?
Pertama kepada masyarakat yang berminat
pada home idustri contoh: alat-alat rumah
tangga dan seni dari tanduk. Ke-dua ialah
kalangan wisatawan dari dalam dan luar
negeri.
Dari beberapa lembaga pendidikan sudah
berulangkali mengunjungi Desa Vokasi (desa
yang berbasis pada kerajinan) atau UMKM
(usaha menengah kecil mikro).
7. Dimana saja target
pemasaran Desa Vokasi
Pucang?
Targetnya semua kalangan di seluruh daerah
di Indonesia, para wisatawan baik di tempat-
tempat wisata maupun yang berkunjung ke
sini (biasanya dari lembaga pendidikan
maupun dinas pemerintahan).
8. Bagaimana strateginya
untuk membangun
image positif /
pengenalan Desa
Vokasi Pucang terhadap
masyarakat luar?
Dari pemerintah desa Pucang yaitu
melakukan usaha dengan melakukan
pelatihan membuat kerajinan tanduk dan
pelatihan cara menghadapi konsumen serta
cara memasarkan kerajinannya, pameran,
mengikuti event-event, untuk menunjukkan
kalau kita adalah satu-satunya desa unggulan
dalam kerajinan tanduk.
9. Apa faktor pendukung
dan penghambat dalam
menarik minat
pelanggan desa Vokasi?
Faktor pendukungnya karena masyarakatnya
paling mudah dikerjakan adalah jenis
kerajinan tanduk dan kayu (masyarakat
berpotensi sebagai pengrajin) hubungannya
adalah dengan semangat untuk berproduksi
maka pengrajin akan mencari cara untuk
memasarkan, dan pemasarannya salah satunya
ialah dengan online shop.
Penghambatnya ialah terjadinya persaingan
tidak sehat antar pengusaha, yaitu misal
dengan adanya perbedaan harga yang saling
menjatuhkan.
Narasumber : Pengusaha 1
Nama : Supariyadi
Tempat : Desa Pucang
Waktu : 22 September 2018, pukul 9:59 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Mengapa anda berminat
sebagai pengrajin
Tanduk dan Kayu?
Dasarnya itu saya berorientasi ada jiwa seni
yang terutama saya senang di interior, mebel,
dan properti. Cuma itu membutuhkan modal
besar, sehingga saya membuat alternatif
memakai modal yang sedikit dengan jiwa seni
saya, sehingga saya membuat jenis-jenis
souvenir, cinderamata, dan sedikit aksesoris
properti.
2. Bagaimana sejarah
tercetusnya ide untuk
membuat kerajinan
tanduk dan kayu?
Kami mencetuskan ide-ide apa yang
dibutuhkan oleh orang-orang sejitar kita,
dengan dasar bahan baku yang mudah kita
cari dan mudah diproses, tidak terlalu banyak
menggunakan modal, jadi hanya inisiatif
kemauan saja dan ide-ide dasar saya yang
saya curahkan sesuai dengan naluri manusia
yang senang dengan seni dan cinderamata.
3. Melalui media apa saja
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Tidak kita duga terutama dari teman yang
datang kesini untuk melihat lalu tertarik,
selain itu saya juga memasarkan di tempat-
tempat wisata, di dinas-dinas/instansi sesuai
yang mereka butuhkan.
Karena keterbatasan tenaga dan stok
bahannya tidak terlalu banyak maka kami
jarang memasarkan melalui online secara
langsung. Namun saya sering dibantu oleh
teman-teman saya untuk memasarkan secara
online.
4. Siapa saja sasaran
dalam pemasaran
kerajinantaduk dan
kayu?
Para reseller, orang yang memiliki hajat,
wisatawan yang berkunjung ke desa Pucang,
konsumen di berbagai daerah, dan masih
banyak lagi.
5. Dimana saja target
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Kantor-kantor pemerintah di Kabupaten
Magelang, tempat-tempat wisata seperti
Candi Borobudur, Candi Mendut, Pasar
Malioboro Yogyakarta, Bali, dan luar kota
masih banyak lagi.
6. Kapan penjualan
mencapai target yang
diinginkan?
Tidak tentu, karena tergantung oleh
permintaan konsumen yang terkadang tidak
terduga. Tetapi jika masa liburan produk saya
laku pesat, dan juga saat ada pemborong.
7. Bagaimana cara anda
terhubung oleh pihak
pembeli terkait
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Melalui teman yang mengenalkan produk
saya kepada konsumen, konsumen datang
langsung ke tempat saya, melalui media
telpon/WA, dan dari mulut ke mulut hingga
konsumen mengenal produk saya.
8. Bagaimana strategi
untuk bersaing dengan
karya-karya lain selain
kerajinan tanduk dan
kayu?
Mengenai karya-kaya lain, kita harus tampil
beda, mengambil bahan baku yang mudah
dicari tetapi bisa dibuat menjadi karya yang
menarik. Dari ide dasar tersebut harus ada
potensi dan berpola pikir bahwa disekitar kita
bisa dikelola dan dikembangkan yang
menghasilkan nilai bisnis dan nilai jual yang
menghasilkan keuntungan bagi kita sendiri
dan sekitar kita.
9. Apa saja faktor
penghambat dan
pendukung dalam
menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Faktor pendukungnya karena produk saya
diterima oleh masyarakat terutama konsumen,
jadi permintaan terus ada.
Faktor penghambatnya karena keterbatasan
modal dan bahan baku untuk pemesanan
dalam jumlah yang sangat besar dan untuk
memasarkan melalui iklan baik di koran
maupun radio.
Narasumber : Pengusaha 2
Nama : Fatkhur Rozaq
Tempat : Desa Pucang
Waktu : 23 September 2018, pukul 10:11 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Mengapa anda berminat
sebagai pengrajin
Tanduk dan Kayu?
Karena hidup di pedesaan kebetulan banyak
produk-produk kerajinan tanduk dan kayu dan
disitu kerajinan tersebut belum mencapai
pasaran ekspor, maka dari itu saya dan rekan-
rekan waktu itu bagaimana caranya untuk
mengekspor barang tersebut. Selain itu
peluangnya di pasar lebih besar.
2. Bagaimana sejarah
tercetusnya ide untuk
membuat kerajinan
tanduk dan kayu?
Saat ini orang-orang ingin kembali ke produk-
produk alam seperti alat dapur yang terbuat
dari kayu atau tempurung. Selain Itu secara
otomatis kita melalui pameran-pameran dapat
ide dari mereka-mereka atau dari pembeli dan
dari gagasan masyarakat dan salah satu anak-
anak kreatif di desa kami.
3. Melalui media apa saja
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Menarik minat pelanggan melalui pameran
terutama pameran di daerah-daerah, dan
melalui media massa dan online. Kita juga
sering diundang oleh dinas-dinas Kabupaten
Magelang.
4. Siapa saja sasaran
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
taduk dan kayu?
Pengunjung lokal maupun mancanegara, agen
dan distributor grosir.
5. Dimana saja target
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Dalam negeri, khususnya dalan event
pameran maupun ekspo, tempat wisata, dan
pasar tradisional maupun mall.
6. Kapan penjualan
mencapai target yang
diinginkan?
Saat event-event pameran di tingkat nasional
dan setiap weekend.
7. Bagaimana cara anda
terhubung oleh pihak
Langsung transaksi dalam jual beli, terutama
saat penjelasan mengenai barang-barang
pembeli terkait
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
tersebut dan cara penggunaannya, selain itu
juga melalui media elektronik.
8. Bagaimana strategi
untuk bersaing dengan
karya-karya lain selain
kerajinan tanduk dan
kayu?
Kita menjaga mutu dan kualitas, selain itu
saya memberi diskon jika pembeliannya
dalam jumlah yang besar, selain itu juga saya
selalu berusaha bersikap baik terhadap
pelanggan karena nanti pelanggan pasti akan
merasa nyaman dan nantinya kami akan
memiliki kerja sama dalam jangka panjang.
9. Apa saja faktor
penghambat dan
pendukung dalam
menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Penghambatnya karena sumber daya
manusianya kurang dan terkadang bahan baku
serta alatnya terbatas.
Faktor pendukungnya karena banyak
konsumen yang merasa bahwa produk yang
kami hasilkan bermanfaat bagi mereka.
Narasumber : Pengusaha 3
Nama : Paramita Milatal Khaq
Tempat : Desa Pucang
Waktu : 22 September 2018, pukul 11:05 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Mengapa anda berminat
sebagai pengrajin
Tanduk dan Kayu?
Saya berminat membuat kerajinan kayu
terutama dalam bentuk souvenir gantungan
kunci karena dapat membuka lapangan
pekerjaan bagi tetangga-tetangga saya, selain
itu pelerjaannya dapat dilakukan di dalam
rumah jadi tidak kepanasan dan itu membuat
saya nyaman.
2. Bagaimana sejarah
tercetusnya ide untuk
membuat kerajinan
tanduk dan kayu?
Di desa Pucang ini banyak yang berprofesi
sebagai pengrajin, dan saya mengambil bahan
baku kayu dan tanduk sebagai kerajinan,
selain itu semua keluarga saya juga menjadi
pengrajin.
3. Melalui media apa saja
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Kita langsung menjual pada pembelinya,
disetorkan ke grosir, dan melalui online.
4. Siapa saja sasaran
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
taduk dan kayu?
Turis-turis/ wisatawan, para distributor, dan
orang yang akan mempunyai hajat.
5. Dimana saja target
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Tempat wisata, beberapa daerah seperti
Jambi, Padang dan lain sebagainya.
6. Kapan penjualan
mencapai target yang
diinginkan?
Pada saat musim nikah pasti banyak pesanan
macam-macam souvenir pernikahan, dan saat
musim liburan.
7. Bagaimana cara anda
terhubung oleh pihak
pembeli terkait
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Melalui sosial media, dan yang utama melalui
orang lain.
8. Bagaimana strategi
untuk bersaing dengan
karya-karya lain selain
kerajinan tanduk dan
kayu?
Namanya juga kerajinan mempunyai ciri khas
tersendiri, untuk itu saya yakin kerajinan ini
akan laku karena mempunyai ciri khas sendiri
yang beda dari lainnya. Tetapi ya untuk terus
dapat bertahan di pasaran saya selalu
berinovasi untuk membuat produk-produk
baru yang kekinian, salah satunya seperti
gantungan kunci dengan quote.
9. Apa saja faktor
penghambat dan
pendukung dalam
menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Penghambat: karyawannya bosan sehingga
keluar dari pekerjaan, sumber daya manusia
kurang.
Pendukung: banyaknya permintaan dari
konsumen, dan stok barang yang banyak.
Narasumber : Pengusaha 4
Nama : Siti Rohyati
Tempat : Desa Pucang
Waktu : 22 September 2018, pukul 11:41 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Mengapa anda berminat
sebagai pengrajin
Tanduk dan Kayu?
Karena disini (Desa Vokasi Pucang) rata-rata
pekerjaannya sebagai pengrajin, dan
pekerjaannya enak dan santai jika mau
istirahat ya tinggal istirahat, kalau mau kerja
ya kerja.
2. Bagaimana sejarah
tercetusnya ide untuk
membuat kerajinan
tanduk dan kayu?
Awalnya dulu saya kerja di pabrik namun
setelah saya pulang banyak yang kerja
sebagai pengrajin, akhirnya saya tertarik
untuk menjadi pengrajin kayu karena unik
dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
3. Melalui media apa saja
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Terkadang langsung di strorkan ke toko,
kadang ada yang mendatangi ke rumah saya,
dan memasarkan melalui online.
4. Siapa saja sasaran
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
taduk dan kayu?
Sasarannya adalah distributor, dan orang yang
akan mengadakan event atau mengadakan
hajatan. Selain itu para agen yang berjualan di
tempat wisata, dan para wisatawan.
5. Dimana saja target
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Luar daerah seperti Jambi, Bali, dan tempat-
tempat wisata.
6. Kapan penjualan
mencapai target yang
diinginkan?
Saat liburan sekolah dan tahun baru.
7. Bagaimana cara anda
terhubung oleh pihak
pembeli terkait
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Cara terhubungnya melalui pasar, disana saya
bertemu dengan banyak orang dan akhirnya
saling bertukar informasi untuk memulai
kerjasama.
8. Bagaimana strategi
untuk bersaing dengan
Kita harus mengikuti jaman dan mengikuti
model yang selalu berganti-ganti.
karya-karya lain selain
kerajinan tanduk dan
kayu?
9. Apa saja faktor
penghambat dan
pendukung dalam
menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Penghambatnya kalau musim hujan agak
susah karena kayunya harus dijemur dan
susah keringnya, selain itu antri untu
memotongkan kayu di depo.
Pendukungnya karena dengan adanya internet
dan smartphone maka memudahkan untuk
pemasarannya.
Narasumber : Pengusaha 5
Nama : Muhammad Zaim Al Islami
Tempat : Desa Pucang
Waktu : 24 September 2018, pukul 19:00 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Mengapa anda berminat
sebagai pengrajin
Tanduk dan Kayu?
Karena mempunyai hobi mengotak-atik mesin
dan modifikasi mesin, selain itu juga senang
berkarya dalam bidang seni
2. Bagaimana sejarah
tercetusnya ide untuk
membuat kerajinan
tanduk dan kayu?
Berawal dari mewarisi hasil karya dari orang
tua/keluarga, seiring berkembangnya zaman,
bahan tanduk semakin langka oleh karena itu
dipadukan oleh bahan kayu. Karena salah satu
hasil karya kerajinan tanduk adalah jenis alat
dapur, maka dibuatlah dari bahan kayu juga
sebgai pengganti tanduk.
3. Melalui media apa saja
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Melalui orang per-orang, pasar ke pasar,
melalui dinas-dinas terkait, pameran-pameran
dan radio, serta pemasaran melalui online
seperti WA, IG, dan Facebook.
4. Siapa saja sasaran
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
taduk dan kayu?
Distributor dan dinas terkait.
5. Dimana saja target
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Konsumen langsung dan grosir yang nantinya
akan dijual kembali misalnya di tempat wisata
dan lain sebagainya.
6. Kapan penjualan
mencapai target yang
diinginkan
Tidak terduga, dan disaat mendapat pesanan
grosir dari pedagang besar baik dalam daerah
maupun luar provinsi.
7. Bagaimana cara anda
terhubung oleh pihak
pembeli terkait
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Dari pasar ke pasar, orang ke orang dan
dihubungi melalui media elektronik.
8. Bagaimana strategi
untuk bersaing dengan
karya-karya lain selain
kerajinan tanduk dan
kayu?
Semua hasil karya memiliki sifat dan ciri khas
sendiri-sendiri, begitu pula dengan kerajinan
tanduk dan kayu.
9. Apa saja faktor
penghambat dan
pendukung dalam
menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Khususnya tanduk faktor penghambatnya di
produksinya itu sendiri, jika ada pesanan
dalam jumlah besar dan rumit maka akan
sedikit lama karena kekurangan bahan dan
SDM.
Untuk kerajinan kayu penghambatnya
persaingan harga yang tidak sehat.
Faktor pendukungnya pada kerajinan tanduk
adalah karena semakin langka kerajinan
tanduk maka peminatnya bertambah
Selain itu dibantu dengan kemajuan teknologi
seperti adanya penjualan secara online.
Narasumber : Pengusaha 6
Nama : Muhammad Yasta Aninda
Tempat : Desa Pucang
Waktu : 21 November 2018, pukul 13:00 WIB
No Pertanyaan Jawaban
1. Mengapa anda berminat
sebagai pengrajin
Tanduk dan Kayu?
Selain faktor keluarga dan lingkungan, tentu
ketertarikan saya sebagai pengrajin karena
saya lihat pasar ini menjanjikan. Disamping
itu saya bisa menciptakan lapangan pekerjaan
sehingga saya bisa meningkatkan
perekonomian warga sekitar.
2. Bagaimana sejarah
tercetusnya ide untuk
membuat kerajinan
tanduk dan kayu?
Semua berjalan dengan sendirinya karena
saya juga lahir dilingkungan pengrajin. Jadi
mindset sepertinya sudah terpacu pada satu
titik. Tinggal bagaimana saya
mengembangkan usaha ini.
3. Melalui media apa saja
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Baik online maupun offline saya jamah.
Untuk offline, saya buka toko souvenir.
Sedangkan online melalui instagram,
facebook, dan market place.
4. Siapa saja sasaran
dalam menarik minat
pelanggan kerajinan
taduk dan kayu?
Pelaku bisnis, instansi pemerintahan, wedding
organizer, pengelola wisata dan juga
masyarakat umum.
5. Dimana saja target
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
Tentunya seluas mungkin, lebih-lebih sudah
dimanjakan dengan beberapa media
pendukung seperti halnya market place dan
media lainnya.
6. Kapan penjualan
mencapai target yang
diinginkan?
Tentu penjualan meningkat pesat waktu
liburan karena berbagai tempat rekreasi akan
dipenuhi oleh pengunjung, dan kebanyakan
mereka membeli cindera mata sebagai buah
tangan. Selain itu juga waktu musim nikah
dan bulan Syawal.
7. Bagaimana cara anda
terhubung oleh pihak
Biasanya mereka yang butuh akan mencari
informasi, baik itu dari mulut ke mulut atau
pembeli terkait
penjualan kerajinan
tanduk dan kayu?
melalui media online. Jadi ada yang datang
ketempat kami, ada juga yg hanya via phone.
8. Bagaimana strategi
untuk bersaing dengan
karya-karya lain selain
kerajinan tanduk dan
kayu?
Buat produk semenarik mungkin, berikan
pelayanan yang nyaman dan menawarkan
produk dengan beberapa trobosan seperti
halnya bisa custom desain.
9. Apa saja faktor
penghambat dan
pendukung dalam
menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Faktor pendukung dalam menarik minat
pelanggan yang utama tentu melalui internet.
Internet sangat membantu untuk memperluas
pemasaran tanpa harus mengeluarkan banyak
modal untuk mempromosikan suatu produk.
Tinggal daftar di market place, upload photo,
sudah beres. Jika punya modal berlebih, bisa
buat situs web pribadi.
Faktor penghambat lebih sering karena
ketersediaan stock barang yang kurang,
karena memang jarang/ tidak sembarang
orang mempunyai keahlian dalam bidang ini.
PENJODOHAN POLA
Research Question Proposisi Interview
A. Integrated Marketing Communication (IMC)
1. Media
Melalui “media” apa
saja dalam menarik
minat pelanggan
kerajinan tanduk
dan kayu?
Media yang digunakan dapat merupakan
media visual (seperti; baliho, koran,
pamflet dan sebagainya), audio (radio),
dan audio visual (televisi, video).
Selain itu terdapat beberapa sarana untuk
memasarkan produk, yaitu melalui media
sosial, melalui event-event, dan
sebagainya.
(A) : “melalui media iklan, media sosial, pameran,
sanggar-sanggar seni, dan pelaku itu menerobos ke
pasar-pasar sudah sejak zaman orde lama. Iklannya
melalui sponsor-sponsor dinas (baliho, papan-panan)”
(FR) : “melalui pameran terutama pameran di daerah-
daerah, dan melalui media massa dan online. Kita juga
sering diundang oleh dinas-dinas Kabupaten
Magelang.”
(P) : “Kita langsung menjual pada pembelinya,
disetorkan ke grosir, dan melalui online.”
2. Sasaran
Siapa saja “sasaran”
dalam menarik
minat pelanggan
kerajinan taduk dan
kayu?
Sasaran dalam menarik minat pelanggan
kerajian tanduk dan kayu ialah semua
kalangan, wisatawan, wedding organizer,
para reseller/ distributor grosir, dan
sebagainya.
(A) : ”Pertama kepada masyarakat yang berminat pada
home idustri contoh: alat-alat rumah tangga dan seni
dari tanduk. Ke-dua ialah kalangan wisatawan dari
dalam dan luar negeri.
Dari beberapa lembaga pendidikan sudah berulangkali
mengunjungi Desa Vokasi (desa yang berbasis pada
kerajinan) atau UMKM (usaha menengah kecil
mikro).”
(MY) : “Pelaku bisnis, instansi pemerintahan,
wedding organizer, pengelola wisata dan juga
masyarakat umum.”
3. Target
Dimana saja
“target” penjualan
kerajinan tanduk
dan kayu?
Target penjualan atau pemasaran
kerajinan tanduk dan kayu ialah tempat
distribusi, tempat wisata, lembaga/ dinas-
dinas pemerintahan, ekspo, seluruh
daerah di Indonesia, dan sebagainya.
(FR): “Dalam negeri, khususnya dalan event pameran
maupun ekspo, tempat wisata, dan pasar tradisional
maupun mall.”
Kapan penjualan
mencapai “target”
yang diinginkan?
Penjualan akan mencapai target yang
diinginkan ketika tingginya angka
penjualan, seperti contohnya; angka
penjualan meningkat ketika banyaknya
wisatawan baik dari lembaga pendidikan
maupun pemerintahan dan wisatawan
baik dari dalam negeri maupun luar
negeri yang berkunjung di Desa Vokasi
Pucang, banyaknya wedding organizer
yang memesan souvenir, dan saat liburan.
(MY) : “Tentu penjualan meningkat pesat waktu
liburan karena berbagai tempat rekreasi akan dipenuhi
oleh pengunjung, dan kebanyakan mereka membeli
cindera mata sebagai buah tangan. Selain itu juga
waktu musim nikah dan bulan Syawal.”
4. Cara Produsen Terhubung dengan Konsumen
Bagaimana cara
anda terhubung oleh
pihak pembeli
terkait penjualan
kerajinan tanduk
dan kayu?
Cara produsen terhubung dengan
konsumen dapat melalui door to door,
Mouth to mouth, orang ke orang, melalui
hasil dari promosi yang telah produsen
lakukan (Media sosial seperti; WhatsApp,
Instagram, Face Book, Twitter, Email,
dan sebagainya).
(SR) : “Cara terhubungnya melalui pasar, disana saya
bertemu dengan banyak orang dan akhirnya saling
bertukar informasi untuk memulai kerjasama.”
(MZ) : ”Dari pasar ke pasar, orang ke orang dan
dihubungi melalui media elektronik.”
B. Brand Image (Citra Merk)
1. Strategi Membangun Citra Merk
Bagaimana strategi
untuk bersaing
dengan karya-karya
lain selain kerajinan
tanduk dan kayu?
Strategi untuk membangun citra merk
(Brand Image) ialah produsen harus dapat
memberikan kepercayaan dan
meyakinkan kepada konsumen baik itu
dalam segi produk yang ditawarkan
maupun pelayanannya. Untuk itu, jika
citra merk sudah terbentuk maka
perusahaan akan mampu bersaing dengan
perusahaan lainnya.
(S) : “Mengenai karya-kaya lain, kita harus tampil
beda, mengambil bahan baku yang mudah dicari tetapi
bisa dibuat menjadi karya yang menarik, dan terus
berinovasi.”
(FR) : “Kita menjaga mutu dan kualitas, selain itu saya
memberi diskon jika pembeliannya dalam jumlah yang
besar, selain itu juga saya selalu berusaha bersikap
baik terhadap pelanggan karena nanti pelanggan pasti
akan merasa nyaman dan nantinya kami akan memiliki
kerja sama dalam jangka panjang.”
(P) : “Namanya juga kerajinan mempunyai ciri khas
tersendiri, untuk itu saya yakin kerajinan ini akan laku
karena mempunyai ciri khas sendiri yang beda dari
lainnya. Tetapi ya untuk terus dapat bertahan di
pasaran saya selalu berinovasi untuk membuat produk-
produk baru yang kekinian, salah satunya seperti
gantungan kunci dengan quote.”
(MY) : “Buat produk semenarik mungkin, berikan
pelayanan yang nyaman dan menawarkan produk
dengan beberapa trobosan seperti halnya bisa custom
desain”.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Faktor Pendukung
Apa saja faktor
pendukung dalam
menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Faktor pendukungnya ialah dinas
pemerintahan yang menaungi Desa
Vokasi, potensi masyarakat Desa Vokasi,
teknologi yang mendukung promosi atau
pemasaran, dan kepercayaan pelanggan
terhadap Desa Vokasi.
(A) : “Faktor pendukungnya karena masyarakatnya
paling mudah dikerjakan adalah jenis kerajinan tanduk
dan kayu (masyarakat berpotensi sebagai pengrajin)
hubungannya adalah dengan semangat untuk
berproduksi maka pengrajin akan mencari cara untuk
memasarkan, dan pemasarannya salah satunya ialah
dengan online shop.”
(S) : “Faktor pendukungnya karena produk saya
diterima oleh masyarakat terutama konsumen, jadi
permintaan terus ada.”
(FR) : “Faktor pendukungnya karena banyak
konsumen yang merasa bahwa produk yang kami
hasilkan bermanfaat bagi mereka.”
(SR) : “Pendukungnya karena dengan adanya internet
dan smartphone maka memudahkan untuk
pemasarannya.”
(MY) : “Faktor pendukung dalam menarik minat
pelanggan yang utama tentu melalui internet. Internet
sangat membantu untuk memperluas pemasaran tanpa
harus mengeluarkan banyak modal untuk
mempromosikan suatu produk. Tinggal daftar di
market place, upload photo, sudah beres. Jika punya
modal berlebih, bisa buat situs web pribadi.”
2. Faktor Penghambat
Apa saja faktor
penghambat dalam
menarik minat
pelanggan kerajinan
tanduk dan kayu?
Faktor penghambatnya ialah terbatasnya
SDM dan bahan baku, terbatasnya modal
untuk promosi periklanan, terjadinya
persaingan harga yang tidak sehat.
(A) : “Penghambatnya ialah terjadinya persaingan
tidak sehat antar pengusaha, yaitu misal dengan
adanya perbedaan harga yang saling menjatuhkan.”
(S) : “Faktor penghambatnya karena keterbatasan
modal dan bahan baku untuk pemesanan dalam jumlah
yang sangat besar dan untuk memasarkan melalui iklan
baik di koran maupun radio.”
(FR) : “Penghambatnya karena sumber daya
manusianya kurang dan terkadang bahan baku serta
alatnya terbatas.”
(MZ) : “Khususnya tanduk faktor penghambatnya di
produksinya itu sendiri, jika ada pesanan dalam jumlah
besar dan rumit maka akan sedikit lama karena
kekurangan bahan dan SDM. Untuk kerajinan kayu
penghambatnya persaingan harga yang tidak sehat.”
TRIANGULASI DATA
No Data didapat Narasumber Pengecekan data
1. Media komunikasi
persuasif
Drs. Anwari Melalui media iklan, media sosial, pameran, sanggar-sanggar seni,.
Iklannya melalui sponsor-sponsor dinas (baliho, papan-panan).
Fatkhur Razaq Melalui pameran, media massa dan online.
2. Sasaran komunikasi
persuasif
Drs. Anwari Kepada masyarakat yang berminat pada home idustri dan kalangan
wisatawan dari dalam dan luar negeri.
M. Yasta Pelaku bisnis, instansi pemerintahan, wedding organizer, pengelola
wisata dan juga masyarakat umum.
3. Sasaran tempat penjualan Fatkhur Razaq Dalam negeri, khususnya dalan event pameran maupun ekspo, tempat
wisata, dan pasar tradisional maupun mall.
4. Target penjualan M. Yasta Pada saat hari libur, musim nikah, dan bulan syawal.
5. Penghubung produsen dan
konsumen
Siti Rohyati Cara terhubungnya melalui pasar distribusi.
M. zaim Dari pasar ke pasar, orang ke orang dan dihubungi melalui media
elektronik.
6. Citra merk Supariyadi Kita harus tampil beda, mengambil bahan baku yang mudah dicari tetapi
bisa dibuat menjadi karya yang menarik, dan terus berinovasi.
Fatkhur Razaq Menjaga mutu dan kualitas, memberi diskon, dan memberikan pelayanan
yang baik.
Paramita Berinovasi untuk membuat produk-produk baru yang kekinian.
M. Yasta Buat produk semenarik mungkin, berikan pelayanan yang nyaman dan
menawarkan produk dengan beberapa trobosan seperti halnya bisa custom
desain.
7.
Faktor pendukung dalam
menarik minat pelanggan
Drs. Anwari Masyarakat desa vokasi Pucang memiliki potensi dan motivasi sebagai
pengrajin.
Supariyadi Produk saya diterima oleh konsumen, jadi permintaan terus ada.
Fatkhur Razaq Banyak konsumen yang merasa bahwa produk yang kami hasilkan
bermanfaat bagi mereka.
Siti Rohyati Adanya internet dan smartphone.
M. Yasta Adanya internet dan kemajuan teknologi.
8. Faktor penghambat dalam
menarik minat pelanggan
Drs. Anwari Terjadinya persaingan harga yang tidak sehat antar pengusaha,.
Supariyadi Keterbatasan bahan baku dan modal untuk memasarkan melalui iklan
baik di koran maupun radio.
Fatkhur Razaq Terbatasnya SDM, bahan baku, dan alat.
M. Zaim Untuk kerajinan tanduk terbatasnya SDM dan bahan baku, untuk
kerajinan kayu adanya persaingan harga yang tidak sehat.