psikologi islam -...

40
AGUS HERMAWAN,S.Pd.I,M.A PSIKOLOGI ISLAM YAYASAN HJ. KARTINI KUDUS 2020

Upload: others

Post on 22-Sep-2020

83 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

AGUS HERMAWAN,S.Pd.I,M.A

PSIKOLOGI ISLAM

YAYASAN HJ. KARTINI KUDUS

2020

Page 2: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

PSIKOLOGI ISLAM

Penulis

Agus Hermawan,S.Pd.I,M.A

Penerbit;

Yayasan Hj.Kartini Kudus

Editor;

Erlina Wijayanti, S.Pd

Desain Sampul

Risyad Hisyam Ash Shiddieqi

Dicetak;

Sinar Jaya

Cetakan I

2020

Page 3: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah Swt Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam semoga

dilimpahkan kepada Rasulullah Saw. Penulis bersyukur kepada Illahi Rabbi yang telah

memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada penulis sehingga buku yang berjudul “Psikologi

Islam” dapat terselesaikan.

Materi buku ini disesuaikan dengan kurikulum hasil review kurikulum Tahun 2019 di

lingkungan program studi Psikologi Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Sehingga content (isi) buku ini sangat relevan dan sama dengan materi Silabus di IAIN

Salatiga.

Dengan diterbitkannya buku ini, diharapkan para mahasiswa lebih terbantu untuk

memahami tentang Psikologi Islam meskipun sepintas kilas atau pengantarnya saja. Namun

demikian, penulis berusaha untuk menyajikan materi seringkas mungkin dengan tidak

mengurangi subtansi materi yang penting sesuai urutan Tema yang ada di dalam Silabus.

Kepada Yayasan Hj. Kartiniyang telah bersedia menerbitkan buku ini dan juga kepada

semua pihak yang telah membantu penyelesaian buku ini, kami ucapkan terima kasih. Akhirnya

penulis menyadari buku sederhana ini jauh dari sempurna, maka tegur sapa untuk

penyempurnaan buku ini sangat penulis harapkan demi kesempurnaan buku ini pada terbitan

selanjutnya. Semoga buku ini memberi kemanfaatan bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kudus,08 Maret 2020

Penulis

Agus Hermawan,S.Pd.I,M.A

Page 4: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I : KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB II : PENGERTIAN, OBJEK KAJIAN, SEJARAH DAN RUANG LINGKUP

BAB III: PSIKOLOGI BARAT DAN PSIKOLOGI ISLAM

BAB IV : METODE DAN PENDEKATAN PSIKOLOGI ISLAM

BAB V : JIWA (NAFS) DALAM ISLAM

BAB VI: KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM PSIKOLOGI ISLAM

BAB VII : MOTIVASI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB VIII : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DALAM ISLAM

BAB IX : KESEHATAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB X : PSIKOPATOLOGI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

BAB XI : PSIKOTERAPI DALAM ISLAM

BAB XII: POTENSI INTUISI DAN KECERDASAN DALAM ISLAM

BAB XIII: MIMPI DAN ALAM KESADARAN DALAM ISLAM

BAB XIV: DO‟A, DZIKIR, MEDITASI, DAN TAZKIYAH AL-NAFS

BAB XIV: BERPIKIR DAN LUPA DALAM ISLAM

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

PROFIL PENULIS...............................................................................................

Page 5: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

BAB I

KONSEP MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Dalam realias kehidupan di dunia ini ada Sang Khalik (pencita) yakni Allah Swt dan

Makhluk (yang diciptakan) meliputi malaikat, jin, hewan, tumbuhan dan alam semesta. Salah

satu ciptaan Allah adalah manusia, yang diberi keistimewaan berupa kemampuan berpikir yang

melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama menjadi penghuni bumi. Kemampuan berpikir

itulah yang diperintahkan Allah agar dipergunakan untuk mendalami wujud atau hakikat dirinya

dan tidak semata-mata dipergunakan untuk memikirkan segala sesuatu di luar

dirinya.Demikianlah kenyataannya bahwa manusia tidak pernah berhenti berpikir, kecuali dalam

keadaan tidur atau sedang berada dalam situasi diluar kesadaran. Manusia berpikir tentang segala

sesuatu yang tampak atau dapat ditangkap oleh pancaindera bahkan yang abstrak sekalipun.

Dari sejarah kehidupan manusia ternyata tidak sedikit usaha manusia dalam memikirkan

wujud atau hakikat dirinya, meskipun sebenarnya masih lebih banyak yang tidak menaruh

perhatian untuk memikirkannya.

A. Konsep Lama Pembicaraan Tentang Manusia

Membicarakan dan mendiskusikan tentang manusia akan selalu menarik. Karena

selalu menarik, maka masalahnya tidak akan pernah selesai dalam artian tuntas. Pembicaraan

mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai. Selalu

ada saja pertanyaan mengenai manusia. Manusia merupakan makhluk yang paling

menakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, serba meliputi, sangat terbuka, dan

mempunyai potensi yang agung.

Timbul pertanyaan siapakah manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya amat sederhana,

tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya orang menjawab pertanyaan

tersebut menurut latar belakangnya, jika seseorang yang menitik beratkan pada kemampuan

manusia berpikir, memberi pengertian manusia adalah “animal rasional” “hayawan nathiq”

(hewan berpikir). Orang yang menitik beratkan pada pembawaan kodrat manusia hidup

bermasyarakat, memberi pengertian manusia adalah “zoom politicon” (makhluk sosial).

Orang yang menitikberatkan pada adanya usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup,

memberi pengertian manusia adalah “homo economis” (makhluk ekonomi). Orang yang

menitik beratkan pada keistimewaan manusia menggunakan simbul-simbul, memberi

pengertian manusia adalah “animal symbolicum”. Orang yang memandang manusia adalah

makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru dari bahan-bahan alam untuk

mencukupkan kebutuhan hidupnya, memberi pengertian manusia adalah “homo faber”.

(Murtadha Mutahhari,1996)

Page 6: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

B. Manusia dalam Pembicaraan Filosofi

Pemahaman manusia yang tidak utuh tentang manusia dapat berakibat fatal bagi

perlakuan seseorang terhadap sesamanya. Misalnya saja pandangan dari teori evolusi yang

diperkenalkan Darwin pada abad XIX. Bisa saja pendangan Darwin tersebut akan

menimbulkan sikap kompetitif dalam segala hal, baik ekonomi, politik, budaya, hukum

pendidikan maupun lainnya, bahkan akan menghalalkan berbagai macam cara. Maka, agar

dapat dipahami tentang hakekat manusia secara utuh, ada beberapa pendapat atau pandangan

tentang manusia ini menurut Murtadha Mutahhari (1996) diantaranya:

1. Aliran Materialisme. Aliran ini memandang manusia sebagai kumpulan dari organ tubuh,

zat kimia dan unsur biologis yang semuanya itu terdiri dari zat dan materi. Manusia berasal

dari materi, makan, minum, memenuhi kebutuhan fisik-biologis dan seksual dari materi

dan bilamana mati manusia akan terkapar dalam tanah lalu diuraikan oleh benda renik

hingga menjadi humus yang akan menyuburkan tanaman, sedangkan tanaman akan

dikonsumsi manusia lain yang dapat memproduksi fertilitas sperma, yang menjadi bibit

untuk menghasilkan keturunan dan kelahiran anak manusia baru. Dengan demikian bahwa

aliran ini berpendapat bahwa manusia itu berawal dari materi dan berakhir menjadi materi

kembali. Orang yang berpandangan materialistik tentang manusia dapat berimplikasi pada

gaya hidupnya yang juga materiliastik, tujuan hidupnya yang tidak lain demi materi dan

kebahagian hidupnya pun diukur dari seberapa banyak materi yang ia kumpulkan. Gaya

hidup ini tercermin dari hidupnya yang glamour atau hura-hura dalam menikmati

hidupnya.

2. Aliran Spiritualisme atau serba roh. Aliran ini berpandangan bahwa

hakekat manusia adalah roh atau jiwa, sedang zat atau materi adalah manifestasi dari roh

atau jiwa. Aliran ini berpandangan bahwa ruh lebih berharga lebih tinggi nilainya dari

materi. Hal ini dapat kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya seorang wanita

atau pria yang kita cintai tidak akan mau pisah dengannya. Tetapi, kalau roh dari wanita

atau pria tersebut tidak ada pada badannya, berarti dia sudah meninggal dunia, maka mau

tidak mau harus melepaskan dia untuk dikuburkan. Kecantikan, kejelitaan, kemolekan, dan

ketampanan yang dimiliki oleh seorang wanita atau pria pun tidak ada artinya tanpa adanya

roh.

Orang yang berpandangan dengan aliran ini, dia isi hidupnya dengan penuh dimensi

rohani, pembersihan jiwa dari ketertarikan dengan unsur materi meskipun dia harus hidup

dengan penderitaan dan hidup dengan kesederhanaan, mereka tinggal dengan menyisihkan

diri dari masyarakat dan hidup dengan selalu beramal ibadah.

3. Aliran Dualisme. Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada

hakikatnya taerdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan rohani, badan dan roh. Kedua

substansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama

Page 7: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

lain. Jadi, badan tidak berasal dari roh, juga sebaliknya roh tidak berasal dari badan. Hanya

dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dan roh yang berintegrasimembentuk

manusia. Antara keduanya terjalin hubungan sebab akibat. Artinya antara keduanya terjalin

saling mempengaruhi. Misalnya, orang yang cacat jasmaninya akan berpengaruh pada

perkembangan jiwanya. Begitu pula sebaliknya, orang yang jiwanya cacat akan

berpengaruh pada fisiknya. Paham dualisme ini tidaklah otomatis identik dengan

pandangan Islam tentang manusia.

C. Manusia Menurut Pandangan Islam

Islam memandang manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki keunikan dan

keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhluk-Nya karakteristik eksistensi manusia harus

dicari dalam relasi dengan sang pencipta dan makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Sekurang-

kurangnya terdapat empat ragam relasi manusia yang masing-masing memiliki kutub positif

dan negatif, yaitu :

1. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri hablun minannas yang

ditandai oleh kesadaran untuk melakukan „amal ma‟ruf nahi mungkar dan sebaliknya

mengumbar nafsu-nafsu rendah.

2. Hubungan antar manusia hablun minannas dengan usaha membina

silaturahmi atau memutuskan.

3. Hubungan manusia dengan alam sekitar hablun mibal „alam yang

ditandai upaya pelestarian dan pemanfaatandengan sebaik-baiknya, atau sebaliknya

menimbulkan kerusakan alam.

4. Hubungan manusia dengan sang Pencipta hablun minallah dengan

kewajiban ibadah kepada-Nya atau menjadi ingkar dan syirik kapada-Nya.

Mengenai ragam dan corak relasi-relasi itu perlu dijelaskan bahwa sekalipun manusia

sekan-akan merupakan pusat hubungan-hubungan center of relatedness, tetapi dalam ajaran

Islam pusat segalanya bukanlah manusia, melainkan sang Pencipta sendiri yaitu Allah Swt

yang menguasai alam semesta. Dengan demikian landasan filsafat mengenai manusia dalam

ajaran Islam bukan Antroposentrisme, melainkan Theosentrisme, atau lebih tepat Allah-

sentrisme. (Hanna Djumhana Bastaman, 2011)

Manusia dalam pandangan Islam berperan sebagi makhluk individu, makhluk sosial

dan makhluk yang berketuhanan. Sebagai makhluk individu ia terciptakan dari saripati tanah

(Nabi adam) kemudian keturunan sesudahnya adalah dari sel sperma yang membuahi sel telur

sehingga menjadi bayi yang dikandung dalam perut seorang ibu tepatnya setelah usia

kandungan menjelang empat bulan maka ruh ilahiah ditiupkan kerahim ibu yang menandai

sudah ada tanda kehidupan pada sang bayi dalam kandungan. Dari sinilah muncul potensi

untuk berbuat fujur (jelek) yang merupakan representasi unsur tanah/ jasmani dan potensi

Page 8: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

berbuat baik (taqwa) yang merupakan representasi ruh illahiah. Di sinilah kondisi iman bisa

naik bertambah saat sadar (conscious) dan sebaliknya iman juga bisa turun saat ia dalam

kondisi tidak sadar (under conscious) lupa diri sehingga terprovokasi melakukan

kemungkaran dan kemaksiatan.

Manusia dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai „Abdullah dan juga

khalifah di muka bumi ini telah dibekali oleh Allah Swt dengan berbagai potensi seperti akal,

hati dan panca inderadan juga nafsu. Pada saat panca indera, akal dan hatinya dipergunakan

dalam setiap berpikir, berucap dan bertindak maka yang muncul adalah kesadaran dan

keimanan yang mengarahkan manusia berbuat baik dan benar. Namun sebaliknya pada saat

nafsu yang mendominasi dan menguasai akal pikiran, hatipun menjadi buta sehingga setiap

tingkah lakunya berbuah kejelekan dan kemungkaran. Untuk inilah ketiga potensi ini harus

selalu diasah dan dijaga terutama hati karena hati inilah yang mengendalikan semua tingkah

laku manusia, jika hati manusia baik maka akan baik pula pikiran, ucapan dan tindakannya.

Untuk itulah dipandang penting dengan berolah raga untuk menyehatkan panca indera

(jasmani) dengan wudhu dan shalat, olah piker dengan berfikir kritis dan berolah rasa yakni

dengan melakukan tafakkur, dzikir untuk menajamkan dan menyehatkan hati.

D. Manusia Menurut pandangan Psikologi

Bertolak dari pengertian psikologi sebagai ilmu yang menelaah perilaku manusia,

para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan, dan

situasi lingkungan merupakan penentu-penentu utama perilaku dan corak kepribadian

manusia. Dalam hal ini unsur ruhani sama sekali tak masuk hitungan, karena dianggap

termasuk dimensi kejiwaan dan merupakan penghayatan subjektif semata-mata.

Selain itu psikologi apapun aliranya, menunjukkan bahwa filsafat manusia yang

mendasari bercorak anthroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat dari segala

pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut

masalah manusia dan kemanusiaan. Pandangan ini mengangkat derajat manusia ketempat

teramat tinggi, ia seakan-akan prima-causa yang unik, pemilik akal budi yang sangat hebat,

serta memiliki pula kebebasan penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan sesuai

baginya. (Ahmad Tafsir,2006)

E. Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain

Manusia pada hakekatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki

hsrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan

kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran, dan

keunggulan yang diiliki manusia dibanding dengan makhluk lain.

a. Menurut ajaran Islam manusia dibanding dengan makhluk lain,

mempunyai berbaga ciri, antara lain ciri utamanya yaitu: Makhluk yang paling unik,

Page 9: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Sesuai dengan

firman Allah :

اجَل ْد ِإل ْد ِإلا ا ِإل ا َل ْد َل ِإل هَل ْد َل ا ْد ِإل ْد َل َل نَل َلذْدا َل

Artinya : “Sesungguhnya kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya”. (Q.S at-Tiin:4)

b. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin

dikembangkan) beriman kepada Allah.

c. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia

untuk mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya dalam Al-Qur‟an surat az-

Zariyat ayat 56 :

ا ِإل َّنانِإل َل ْد ُتذُت ْد ِإلا ِإل ْد َل ا َل ْد ا ْدنلِإل َّن هَل ْدثُت َل َل ا َل

Artinya : Tidak kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku. (QS. Az-

Zariyat : 56)

d. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal ini

dinyatakan dalam al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 30 :

ا ا ُت َلذ ِإل ا َل اكَل ذِإل مْد ابِإلحَل ا ُت َل ِإلحُت ا َل َلحْد ُت ا َل ءَل ا نذ ِإل فِإلكُت ذُتا ِإل ْدهَل ا َل َل ْد ا ُتفْد ِإل ا ِإل ْدهَل ا َل ْد هِإل ْدفَلةًاقَل نُت ْد ا َلجَللْد َلمُت ا َل ضِإل ٌما ِإل ا ْد َلرْد ا ِإل ِإل اجَل عِإل هَلئِإلكَلةِإل هْدمَل انِإل بُّكَل ارَل َل ِإلرْداقَل لَل

هَلمُت ْد َلا هَل ُتا َل جَل ْد ا ِإل ِإل ا َلعْد اقَل لَل انَلكَل ُت

Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya Aku

hendak menjadikanseorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata : “mengapa Engkau

hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya

dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

mensucikan Engkau?, Tuhan berfirman; “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak

kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah : 30)

e. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan

kamauan atau kehendak. Dengan akal kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh

kepada Allah, tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia tidak percaya, tidak

tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah behkan mengingkarinya (kafir). Karena itu

dalam surat al-Kahfi ayat 29 menyebutkan :

ا حَلغِإل ْدثُت ْد ا ُتغَل اثُت ْد ابِإلمَل ءِإل ا َل ْد اقُتهَل ا َل ِإل ْد اسُترَل دِإل ا َل ًر ا َل َل طَلابِإلهِإل ْد هِإلمِإل ْد َل حَلذْد َل انِإلظَّن ا ِإل َّن ا َلعْد فُترْد ا َلهْد َلكْد اشَل ءَل ا َل َل ْد ا َلهْد ُتؤْد ِإل ْد اشَلأءَل ا َلمَل ْد ب ِإلكُت ْد ارَل ا ِإل ْد قُّ ا نْدحَل قُتمِإل َل

جَلفَل َل اا رْد ا ُت سَل ءَلتْد ا َل ا نشَّنرَل بُت هَلابِإلئْد َل جُت ْد ىا نْد ُت ا َلشْد ِإل مِإل هْد كَل نْدمُت

Artinya : “Dan katakanlah: “kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barabgsiapa

yang ingin (beriman) hendaknya ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia

kafir”. (QS.al-Kahfi : 29)

Page 10: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

f. Berakhlak. Berakhlak merupakan utama dibandinggkan dengan makhluk lainnya. Artinya,

manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik dengan

yang buruk.

F. Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam

Dalam al-Qur‟an, manusia berulang kali diangkat derajatnya karena aktualisasi

jiwanya secara positif. Al-Qur‟an mengatakan bahwa manusia itu pada prinsipnya condong

kepada kebenaran sebagai fitrah dasar manusia. Allah menciptakan manusia dengan potensi

kecenderungan, yaitu cenderung kepada kebenaran, kebaikan, keindahan, kemuliaan, dan

cenderung kepada kesucian. (Hanna Djumhana Bastaman,2011). Hal ini sesuai dengan

Firman Allah Swt :

ا ا ن َّن َل ثَلرَل ا َلكْد نَلكِإل َّن ا نْد َل ِإل ُتا َل ا نذ ِإل ْد ُت ِإلارَلنِإلكَل اَّللاَّن هْدقِإل انِإلخَل هَل ْدهَل ا َلجَل ْدذِإل ْدمَل اعَل ا ن َّن َل ِإلا نَّنحِإل ا َلطَلرَل اَّللاَّن تَل رَل فَل ا ِإلطْد ا َل ِإل ْد هذ ِإل ْد ِإل انِإل هَلكَل جْد ا َل َلقِإل ْد َلأ

ا هَلمُت ْد َل َل َل ْد

Artinnya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah atasa

fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada

fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia itu tidak mengetahui”.

(QS. Ar-Ruum : 30).

Manusia juga diciptakan sebagai makhluk yang memiliki tiga unsur padanya, yaitu

unsur perasaan, unsur akal, dan unsur jasmani. Ketiga unsur ini berjalan seimbang dan saling

terkait antara satu unsur dengan unsur yang lain. William Stren, mengatakan bahwa manusia

adalah Unitas yaitu jiwa dan raga merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan dalam

bentuk dan perbuatan, jika jiwa terpisah dengan raga, maka sebutan manusia tidak dapat

dipakai dalam arti manusia hidup. Jika manusia berbuat, bukan hanya raganya saja yang

berbuat atau jiwanya saja melainkan keduanya sekaligus. Secara lahiriyah memang raganya

yang berbuat yang tampak melakukan perbuatan, tetapi perbuatan raga ini didorong dan

dikendalikan oleh jiwa.

Jadi unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan badan harus

seimbang, apabila tidak maka manusia akan berjalan pincang. Sebagai contoh : apabila

manusia yang hanya menitik beratkan pada memenuhi perasannya saja, maka ia akan

terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan spiritual saja, fungsi akal dan kepentingan

jasmani menjadi tidak penting. Apabila manusia menitikberatkan pada fungsi akal saja, maka

akan terjerumus dan tenggelam dalam kehidupan yang rasionalistis, yaitu hanya hal-hal yang

tidak dapat diterima oleh akal, merupakan hal yang tidak benar. Sedangkn pengalaman-

pengalaman kejiwaan irasional hanya dapat dinilai sebagai hasil lamunan semata-mata. Selain

perhatian yang terlalu dikonsentrasikan pada hal-hal atau kebutuhan jasmani atau badaniah,

Page 11: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

cenderung kerah kehidupan yang materilistis dan positivistis. Maka Al-Qur‟an memberikan

petunjuk kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanya keseimbangan unsur-unsur tersebut,

yaitu unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur akal juga terpenuhi kebutuhannya,

demikian juga unsur jasmani terpenuhi unsur kebutuhannya(Bastaman,2011).

BAB II

PENGERTIAN PSIKOLOGI ISLAM, OBYEK DAN RUANG LINGKUPNYA

A. Pengertian Psikologi Islam

1. Pengertian Secara Etimologi

Psikologi Islam menurut bahasa berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari

duakata, yakni psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu.

Jadi psikologi secara bahasa dapat berarti ilmu jiwa. Sehubungan jiwa itu bersifat abstrak,

tidak bisa diamati secara empiris, maka yang dikaji adalah tingkah laku manusia yang

merupakan tampilan dari jiwa. Bahkan perkembangan definisi-definisi psikologi itu

sendiri masih berlanjut hingga saat ini, di antaranya menurut aliran behaviorisme, bahwa

psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki tentangtingkah

laku manusia atau binatang yang tampak secara lahir.

Sedangkan pengertian Islam secara bahasa, menurut Muhammad Daud Ali (2011)

menyatakanbahwa Islam adalah kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan,

kepatuhan (kepada kehendak Allah) berasal dari kata salamaartinya patuh atau menerima;

berakar dari huruf sin lam mim (s-l-m). Kata dasarnya adalah salima yang berarti

sejahtera, tidak tercela, tidak bercatat. Dari kata ini terbentuk kata masdar salamat. Dari

akar kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan,

penyerahan (diri). Dari uraian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa arti yang dikandung

perkataan Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri),

ketaatan dan kepatuhan. Dari perkataan salamat, salm tersebut timbul ungkapan

assalamu‟alikumyang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia yang artinya

semoga Anda selamat, damai, sejahtera (mengandung doa dan harapan).

Dengan demikian maka dapat dirumuskan Islam adalah Agama yang dianut oleh

seseorang dengan mengucapkan kalimat syahadatain sebagai wujud telah tunduk, patuh

pada ajaran Allah dan Rasulullah SAW dengan tujuan menuntun kebahagian dan

keselamatan dunia dan akhirat.

2. Pengertian Secara Terminologi

Zakiah Daradjat dalam Mubarak (2002) menyampaikan beberapa makna

Psikologi Islam sebagai berikut: (1) Psikologi Islam adalah ilmu yang berbicara tentang

manusia, terutama kepribadian manusia yang bersifat filsafat, teori, metodologi dan

Page 12: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

pendekatan problem dengan didasari sumber-sumber formal Islam (Al-Qur an dan

Hadist), akal, indera dan intuisi. (2) Psikologi Islami merupakan konsep psikologi

modern yang telah mengalami filterisasi dan di dalamnya terdapat wawasan Islam. (3)

Psikologi Islami ialah perspektif Islam terhadap psikologi modern dengan membuang

konsep-konsep yang tidak sesuai atau bertentangan dengan Islam. (4) Psikologi Islami

adalah ilmu tentang manusia yang kerangka konsepnya benar-benar dibangun dengan

semangat Islam dan berdasarkan sumber formal (Al-Qur an dan Hadist), yang dibangun

dengan memenuhi syarat-syarat ilmiah. (5) Psikologi Islam adalah corak psikologi

berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola

perilaku manusia sebagai ungkapan interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan

alam keruhanian, dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kualitas

keberagamaan.

Sementara itu, Mujib & Muzakir (2002) menawarkan definisi sebagai berikut:

Kajian islam yang berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia, agar

secara sadar ia dapat membentuk kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Beberapa definisi yang diajukan di atas mengandung tiga unsur pokok yaitu; (1)

Bahwa psikologi merupakan salah satu dari kajian-kajian masalah-masalah keislaman. Ia

memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu yang lain, seperti Ekonomi Islam,

Politik Islam, Sosiologi Islam, dan lain-lain. Penempatan kata Islam berarti corak, cara

pandang, pola pikir, paradigma atau aliran. Artinya, psikologi yang dibangun bercorak

atau memiliki pola pikir sebagaimana yang berlaku pada tradisi keilmuan dalam islam,

sehingga dapat membentuk aliran tersendiri yang unik dan berbeda dengan psikologi

kontemporer pada umumnya, yang terikat pada kerangka ontologi (hakikat jiwa),

epistimologi (bagaimana cara mempelajari jiwa), dan aksiologi (tujuan mempelajari jiwa)

dalam islam. (2) Bahwa psikologi Islam membicarakan aspek-aspek dan perilaku

kejiwaan manusia, tidak hanya mengkaji perilaku kejiwaan, Psikologi Islam juga

membicarakan apa hakikat jiwa sesungguhnya. (3) Bahwa Psikologi Islam bukanlah

ilmu yang netral etik (terlepas dari etika) melainkan sarat akan nilai etik. Karena tujuan

hakiki Psikologi Islam adalah merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk

kualitas diri yang lebih sempurna untuk mendapatkan kebahagian hidup di dunia dan di

akhirat.

B. Obyek Kajian Psikologi Islam

Setiap disiplin ilmu haruslah memenuhi syarat-syarat keilmuan salah satu

diantaranya memiliki obyek kajian. Obyek kajian keilmuan psikologi Islam ada dua yakni

obyek materialnya adalah manusia dan obyek formalnya adalah perilaku manusia yang

berdasarkan tuntunan sumber ajaran Islam.

C. Sejarah Perkembangan Psikologi Islam

Page 13: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Untuk mendapatkan gambaran tentang sejarah perkembangan Psikologi Islam

maka perlu kita mengetahui juga sejarah psikologi konvensional.

1. Sejarah Perkembangan Psikologi Kontemporer

a. Periode Spekulatif. Pada Periode ini psikologi didefinisikan sebagai studi tentang

jiwa (psyche) yang membahas kesadaran den proses mental yang berkaitan

dengan jiwa. Tokoh : Plato ( SM), Aristoteles ( SM) Metode : Filsafat Pada

periode ini psikologi bernuansa filosofis, sebab penekanannya adalah pada konsep

jiwa. Ilmuan psikologi disini berperan untuk merumuskan hakikat jiwa yang

proses penggaliannya didasarkan pada pendekatan spekulatif. Periode Pemisahan

dari Filsafat. Pada periode ini psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan

tentang kehidupan mental seperti pikiran, perhatian, persepsi, intelegensi,

kemauan dan ingatan. Tokoh : William Wund ( ) Metode : Instrospeksi Pada

periode ini dicoba untuk memisahkan psikologi dari filsafat, dimana psikologi

memfokuskan kajiannya pada kehidupan mental, seperti pikiran, perhatian,

persepsi, intelegensi, kemauan dan ingatan. Namun pemisahan ini masih belum

sempurna, sehingga masih ada percampuran antara filsafat dengan psikologi.

b. Periode Empiris & Eksperimental. Pada periode ini psikologi didefinisikan

sebagai ilmu pengetahuan tentang perilaku organism, seperti perilaku kucing

terhadap tikus, perilaku manusia terhadap sesamanya dan sebagainya. Tokoh :

Jhon Watson, Sigmund Freud, Ivan Pavlov dan Metode: Eksperimen Definisi

yang dianut pada periode inilah yang bertahan hingga hari ini, dimana psikologi

sudah berupa suatu ilmu yang mandiri dan terpisah sama sekali dari filsafat.

Fokus kajian psikologipun beralih dari yang awalnya membahas hakikat jiwa dan

kehidupan mental menjadi gejala-gejala jiwa yang diketahui melalui mengkaji

perilaku saja.

2. Sejarah Perkembangan Psikologi Islam

a. Periode Klasik Psikologi Islam sebenarnya telah dimulai sejak Islam ada, sejak

jaman Nabi Muhammad SAW masih hidup. Namun pada perkembangannya

kajian mengenai jiwa (nafs) terpecah menjadi dua kelompok utama: (1) Kelompok

pertama, periode ini berlangsung dari zaman kenabian hingga Daulah Umayyah,

mereka adalah generasiulama awal yang membahas jiwa (nafs) semata-semata

bersumber dari Al-Qur an dan hadist. Selanjutnya kajian kelompok ini

berkembang menjadi Ilmu kalam dan tasawuf. Salah seorang tokoh yang terkenal

dari kelompok ini adalah Imam Ghazali. (2)Kelompok kedua muncul pada periode

kekuasan Daulah Abbasyyiah, mereka melakukan gerakan penterjemahan,

Page 14: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

mengomentari, memperkaya filsafat Yunani. Selain Al- Qur an dan Hadits,

kelompok ini juga memanfaatkan filsafat yunani yang telah direvitalisasi sebagai

landasan mengkaji jiwa. Salah seorang tokoh yang mewakili mereka adalah

adalah Ibnu Rusyd. Selanjutnya kajian mereka berkembang menjadi filsafat

Islam. Jadi, dalam kurun waktu kurang lebih 7 (tujuh) abad, dalam dunia Islam,

jiwa dibahas dalam kajian yang bersifat sufistik dan filosofis. Setelah dunia Islam

meredup dan digantikan oleh dominannya budaya sekuler barat, kajian jiwa

secara Islamipun mengalami kemunduruan, sementara itu kajian psikologi

kontemporer berkembang pesat hingga sekarang.

b. Periode Modern Berawal sejak tahun 1950-an di Amerika muncul gerakan

Psikologi Islam. Gerakan ini muncul karena dorongan adanya tuntutan nyata

untuk mengatasi krisis yang dihadapi umat manusia. Gerakan ini terus berlanjut

dan psikologi Islam terus mendapatkan perhatian hingga pada tahun 1978

diadakan Symposium on Pshichology and Islam di Riyadh, Arab Saudi. Bahkan,

the International Institute of Islamic Thought (ITT), yang merupakan sebuah

lembaga kajian yang berpusat di Washington Amerika yang mengkhususkan diri

dalam Islamisasi ilmu, dalam konfrensinya di Pakistan pada tahun 1985 secara

khusus merekomendasikan untuk menggali gagasan-gagasan psikologi yang

terkandung dalam Al-Qur an sebagaimana yang diserukan Ismail razi al faruqi. Di

Indonesia, perhatian pada psikologi Islam juga dapat ditandai dengan terbitnya

jurnal Pemikiran Psikologi Islam KALAM di Universitas Gajah Mada,

Simposium Nasional Psikologi Islami di Universitas Muhammadiyah Surakarta

(1996). Diterbitkannya sejumlah buku yang bernuansa psikologi Islam serta

dilakukan dan dilaporkannya beberapa penelitian bertema psikologi Islam.

Dibukanya fakultas dan jurusan psikologi di lingkungan IAIN dan Perguruan

Tinggi Agama Islam Swasta.

D. Ruang Lingkup Psikologi Islam

Menurut Zakiah Daradjat, yang membedakan psikologi kontemporer dengan

Psikologi Islam adalah dalam rumusan konsep manusia dan dalam pendekatannya.

Psikologi kontemporer semata-mata menggunakan kemampuan intelektual untuk

menemukan dan mengungkapkan asas-asas kejiwaan, sementara psikologi Islam

mendekatinya dengan memfungsikan akal dan keimanan sekaligus. Lebih lanjut menurut

beliau, jika ruang lingkup psikologi kontemporer terbatas pada tiga dimensi, yaitu;

dimensi fisik-biologi, dimensi kejiwaan dan sosiokultural. Sementara itu Psikologi Islam

juga mencakup dimensi kerohanian, dimensi spiritual, suatu wilayah yang menjadi

pantangan dan tidak pernah disentuh oleh psikologi kontemporer karena perbedaan

Page 15: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

landasan. Disinilah psikologi Islam akan bertemu dengan tasawuf nantinya.(Jurnal Raden

Fatah,)

E. Latar Belakang Lahirnya Psikologi Islam

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi munculnya Psikologi Islam, diantaranya sebagai

berikut:

1. Psikologi kontemporer dalam perkembangannya dianggap mengalami distorsi yang

fundamental, psikologi yang seharusnya membicarakan konsep jiwa, namun ternyata

tidak mau tahu dengan hakikat jiwa. Serta keberatan akan praktek melandaskan kajian

perilaku manusia pada hasil penelitian terhadap perilaku hewan, sehingga seolah-olah

psikologi mempelajari yang tidak berjiwa (Mudjib & Muzakir, 2002).

2. Ketidak puasan akan teori-teori psikologi kontemporer (Hartati dkk, 2004) dan

kesadaran ilmuan psikologis muslim bahwa ketika mereka mengkaji psikologi, mereka

merasa sebagai seorang muslim yang berprofesi sebagai ilmuan psikologi, bukan

seorang ilmuan psikologi yang kebetulan beragama Islam. Sehingga pandangan

psikologipun akhirnya dipandang dengan kritis terutama yang berhubungan dengan

pandangan aliran behaviourisme dan psikoanalisa karena hakikat kedua aliaran ini

dianggap merendahkan derajat manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi (Zakiah

Daradjat dalam Mubarok, 2002) dan aliran humanisme justru dianggap terlalu

memandang manusia terlalu sempurna sehingga seolah-olah bisa bermain-main

sebagai Tuhan (play a god), sebagai penentu tunggal akan kehidupannya.

3. Latar belakang kebudayaan dan karakteristik masyarakat dianggap penting untuk

dipertimbangkan. Teori yang dikembangkan di suatu daerah dengan budaya serta

karakteristik masyarakat tertentu kadangkala tidak sesuai untuk diaplikasikan di

daerah lain dengan karakteristik masyarakat dan budaya yang berbeda (cultural

effect/bias). Psikologi kontemporer yang umumnya dibangun oleh ilmuan psikologi

Amerika dan Eropa Barat dianggap kurang sesuai dengan kondisi masyarakat

Indonesia yang berlandaskan kebudayaan timur dan sebagian besar juga muslim.

Alasan inijugalah yang menyebabkan Rusia menolak menggunakan ilmu psikologi

kontemporer dan lebih memilih untuk mengembangkan ilmu psikologi sendiri dengan

penelitian-penelitian mereka sendiri sebagaimana yang telah dirintis oleh Ivan Pavlov

di masa lalu. Karena alasan-alasan diatas akhirnya banyaklah ilmuan psikologi muslim

yang tergerak untuk mengembangkan psikologi alternatif sebagai aliran baru dalam

Page 16: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

dunia psikologi, yaitu psikologi Islam. Mereka meyakini bahwa islam telah

memberikan pedoman yang lengkap dan sempurna bagi manusia, termasuk untuk

urusan psikologis.

BAB III

PSIKOLOGI BARAT DAN PSIKOLOOGI ISLAM

A. Persamaan Psikologi Barat dengan Psikologi Islam

Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara psikologi barat dengan

psikologi Islam, maka Agus Hermawan (2011) berdasar pada tiga faktor yaitu; segi objek

kajiannya, cara mencari pengetahuan dan arah perkembangan jiwa manusianya

1. Objek Kajian

Sebuah disiplin ilmu pastilah memiliki objek kajian, jika penulis kaji secara

seksama bahwa objek kajian baik psikologi barat maupun psikologi Islam sama-sama

mempunyai objek material berupa manusia dan juga mempunyai objek formalnya yakni

tingkah laku manusia.

2. Cara Mencari Pengetahuan

Para Psikolog dan ilmuan Barat dalam mencoba menguak rahasia jiwa di balik

perilaku manusia selalu menggunakan cara dan pendekatan ilmiah, begitu juga para

psikolog muslim mereka juga menggunakan cara dan pendekatan yang hampir sama

meski ada juga perbedaan.

Adapun persamaannya adalah penggunaan beberapa metode seperti metode

eksperimental dan juga metode non eksperimental seperti metode observasi, interview,

klinis, test, anket, dan lainnya.

3. Arah Perkembangan Jiwa

Para psikolog Barat lebih concernmengkaji gejala-gejala jiwa (perilaku) sebagai

tampilan jiwa seseorang daripada esensi jiwanya. Mereka berpendapat bahwa gejala

jiwa seseorang itu bisa diubah dengan pengkondisian atau stimulus tertentu.

Page 17: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

B. Perbedaan Psikologi Barat dengan Psikologi Islam

1. Objek Kajian

Sebagaimana penulis singgung di atas, meskipun memiliki objek material yang

sama yakni manusia, namun para psikolog barat dalam melakukan kajian dan

eksperimennya juga banyak sekali menggunakan objek selain manusia tetapi juga

hewan seperti Tikus oleh Watson, Anjing dan juga simpanse oleh Pavlof. Objek-objek

material selain manusia tersebut diteliti, dianalisa dalam berbagai eksperimen yang pada

akhirnya nanti hasil dari penelitian itu diterapkan juga pada manusia. Tentu saja hal ini

bagi penulis adalah naif dan hal yang tidak manusiawi, karena seperti yang kita

maklumi bersama bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan

berperadaban tinggi yang dikaruniai Allah dengan beberapa potensi dan kecenderungan

yang jarang atau bahkan tidak dipunyai oleh makhluk lain.

Di samping itu, sejauh ini para psikolog barat pada umumnya hanya mengakui

semata-mata tiga dimensi, yaitu: Raga (organo-Biologi), Jiwa (Psikoedukasi) dan

lingkungan sosial budaya (Sosio-kultural) sebagai penentu utama pola perilaku dan

kepribadian manusia. Dalam hal ini unsur raga semata-mata bukan merupakan bidang

kajian psikologi, melainkan termasuk biologi dan kedokteran. Demikian pula unsur

lingkungan sosial budaya an sich tidak termasuk lahan garapan psikologi, tetapi bidang

cakupan sosiologi dan antropologi. Tetapi menurut penulis sejauh kedua unsur ini

terkait dengan pengalaman kejiwaan manusia, maka sudah tentu psikologi dapat

dilibatkan.

Psikologi Islami mengakui adanya hembusan Ruh-Ku ke dalam diri manusia

sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur‟an Surah al-Hijr ayat 29 dan juga Surah al-

A‟raaf ayat 172. Mengenai Ruh yang ditiupkan ini para ulama sepakat bahwa Ruh ini

bukan sejenis ruh tetumbuhan (an-nafs al nabatiyyah) atau ruh hewan (al-nafs al-

hayawaniyyah), dan juga bukan hasrat-hasrat rendah (ahwa), melainkan sejenis ruh

yang teramat halus dan luhur yang dikaruniakan Allah kepada Manusia untuk

berhubungan secara ruhani. Dengan demikian, dalam pandangan Psikologi Islami ada

empat dimensi yang terpadu pada diri manusia selama manusia itu hidup,yaitu;

a. Dimensi Ragawi (Fisik-biologi)

b. Dimensi Kejiwaan (Psikologi)

c. Dimensi Lingkungan (Sosiokultural)

d. Dimensi Ruhani (Spiritual)

Page 18: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Selanjutnya, menurut Islam manusia dipandang sebagai makhluk psikis. Dari

sudut pandang ini, pemahaman berdasarkan aspek psikis ini sama sekali berbeda dengan

pandangan ilmuwan Barat. Umumnya, pemahaman Barat tentang aspek psikis manusia

terbatas pada unsur-unsur kejiwaan yang terdiri atas unsur kognisi, ruh, dan akal yang

merupakan potensi manusia untuk dapat dikembangkan. Tetapi yang jelas unsur-unsur

psikis manusia ini menurut konsep Islam senantiasa dihubungkan dengan nilai-nilai

agama. Pemahaman tentang konsep manusia inilah yang pada akhirnya menjadikan

pendekatan Islam berbeda dengan pendekatan di Barat. Pendekatan Psikologi Barat ini

bagaimanapun belum dapat menggambarkan konsep manusia secara utuh dan lengkap,

berbeda dengan Islam yang menggambarkan manusia secara utuh dan integral antara

aspek jiwa, raga, sosio kultural dan spiritual.

2. Cara Mencari Pengetahuan

Jika dalam mencari pengetahuan tentang perilaku kejiwaan manusia, para

Psikolog Barat berorientasi pada ilmu-ilmu sekuler, aksioma, teori-teori yang digali jauh

dari unsur transendental yang secret, lain halnya dengan para Psikolog Muslim yang

lebih berorientasi pada al-Qur‟an dan Hadits yang kental dengan unsur secret dan

hubungan transendentalnya meskipun juga mempergunakan metode-metode yang sama.

Selain itu dalam Islam, cara mencari pengetahuan juga bisa melalui ilmu hikmah

(laduni) yakni dengan melakukan riyadhah, tazkiyatun nafs, sehingga tersingkap

rahasia-rahasia illahi yang tidak bisa diketahui oleh orang pada umumnya.

3. Arah Perkembangan Jiwa

Untuk menggambarkan perbedaan arah perkembangan jiwa manusia menurut

beberapa aliran psikolog Barat dan Islam menurut Agus Hermawan (2011) adalah

berikut ini.

Tabel I. Perbedaan Arah Perkembangan Jiwa Psikologi Barat dengan Psikologi Islam

No Aliran Unsur Jiwa Perilaku Arah

Perkembangan Strategi

1. Freudianism

(Psikoanalisis)

Id:Dorongan

dasar, instinct,

Eros:

Libido;Thanatos:

Destruktif,

Agresif

Ego:Mediator

Super

wujud dari

dorongan tak

sadar

-Mencapai kepuasan

-Seimbang antara Id

& Superego

(memperkecil

konflik)

-Pend.Kasih

sayang

-Egosentries-

individualistik

Page 19: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

ego:Nurani:Berisi

nilai-nilai dari

luar

2. Behaviorism Refleks:

Hubungan antara

response ® dan

Stimulus (S):R-S

Hasil dari

hubungan R-

S:bentukan

dari luar

Membentuk

response (perilaku)

sesuai dengan

kehendak

lingkungan

(fleksibel)

-pembiasaan

-pengalaman

-pelatihan

3 Cognitive

Psychology

Yang utama

adalah

Mind:Berpikir:

Memproses

informasi

Produk dari

strategi

pengolahan

informasi

Berkembangnya

kemampuan kognisi

(proses mental)

meliputi proses dasar

dan lanjutan

-Pengaktifan

setiap komponen

kognisi

4 Humanism -TujuhNeeds:

Biologis,rasa

aman,kasih

sayang,pengharga

an,aktualisasi,me

mahami,estetika,

Kemampuan

mengontrol diri &

perilaku(free-

will)

Produk dari

aktua

lisasi dan

kontrol diri

-Terpenuhinya tujuh

needs

-Tercapainya

aktualisasi diri

-Pemberian

kesempatan

-Pendekatan

afeksi

-Pengembangan

emosional intele

gensi

5 Islamic

Perspektive

-Ruh

Ilahiyah:Abdiyah-

Khalifah

-Aqal: Intelektual

kreatifitas-hikmah

-Jasad:Syahawat:

Desires(keingi-

nan)

Ekspresi dari:

-Nafs

Amarah

-Nafs

Lawamah

-Nafs

Muthma

Innah

-Membentuk rasa

tanggung jawab

sebagai:

-Abdun-Iman

-Khalifah-Amanah

-Menjadi Ulul Albab

Pengembangan

manusia (integrasi

ruh,aqal,jasad)yan

g berlandaskan:

-Allah

(God)Oriented

-Social

Oriented

Page 20: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

BAB IV

METODE DAN PENDEKATAN PSIKOLOGI ISLAM

A. Macam-Macam Metode Psikologi Islam

Metode berasal dari Bahasa Yunani yakni kata metodhos. Metodhos itu sendiri

terdiri dari kata meta (menuju, melalui, mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara,

arah). Jadi kata metodhos berarti penelitian, metode ilmiah, uraian ilmiah., yaitu cara

bertindak menurut sistem aturan tertentu.

Sebagai sebuah disiplin keilmuan, Psikologi juga memiliki metode untuk

mendapatkan fakta, kesimpulan, dugaan, hipotesis, teori, dan dalil-dalil baru untuk

memajukan, mengembangkan, atau mengadakan pengujian dan pembuktian (Alex Sobur,

2003).

Metode ilmiah dalam psikologi adalah suatu cara yang sistematis untuk memiliki

dan mengkaji suatu fenomena secara mendalam sehingga dapat menghasilkan sesuatu

yang akurat.

Metode merupakan usaha untuk melaksanakan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan

untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah

perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat

digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu stretegi dapat dijelaskan

dengan berbagai metode.

Adapun yang dimaksud metode psikologi Islam adalah seperangkat cara yang

digunakan untuk memahami tingkah laku manusia menurut al-Qur‟an dan Sunnah Nabi

sebagai sumber ajaran agama Islam.

Page 21: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Dalam psikologi Islam ada beberapa macam metode yang dipergunakan baik

dalam perumusan, penyusunan dan penerapan psikologi Islam, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Metode Perumusan Psikologi Islam

Psikologi Islam dalam perkembangannyasecara umum dirumuskan dengan

menggunakan metode-metode di bawah ini:

a. Metode Keyakinan

Dalam metode keyakinan ini Allah SWT ditempatkan sebagai pencipta dan

pengatur kehidupan di alam semesta ini agar selaras, serasi dan seimbang. Untuk itu

Allah SWT mengatur kehidupan alam semesta dengan hukum-hukum yang telah

ditetapkannya, agar manusia berada pada koridor hukumnya, maka diturunkanlah

kitab Suci al-Qur‟an yang harus diyakini kebenarannya sebagai petunjuk kehidupan

agar manusia mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan di akherat

nanti.

Dalam metode keyakinan ini, seseorangtanpa ragu harus menempatkan wahyu

illahi (al-Qur‟an dan Sunnah Nabi) sebagai sumber kebenaran dan sumber

pengetahuan berangkat dari keyakinan bahwa Allah SWT adalah Sang pencipta

kehidupan. Sebagai pencipta, Allah SWT maha mengetahui akan seluk beluk diri

makhluk ciptaanNya.

Adapun salah satu ciri utama ilmu pengetahuan Islam adalah ditempatkannya

wahyu illahi di atas rasio (akal). Untuk itu diperlukan kesadaran dan semangat

konsensus bersama oleh para psikolog muslim untuk mau menjadikan wahyu illahi

sebagai rujukan utama untuk mendapatkan kebenaran ilmiah psikologi di atas akal

pikiran manusia.(Jumhana dan Nashori,2002)

b. Metode Rasionalisasi

Menurut penulis, Kedudukan rasio (akal) dalam Islam adalah nomor kedua

setelah wahyu illahi. Karenanya rasio (akal) berperan dan berfungsi untuk menangkap

dan menerjemahkan pesan serta merespon wahyu illahi sesuai asbabun nuzul dan

asbabul wurudil hadits.

Page 22: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Disinilah letak perbedaan sains barat dengan Islam. Dimana mereka

menempatkan dan meninggikan peran rasionalitas di atas segala-galanya, sedangkan

Islam menggunakan rasio dengan menyadari keterbatasannya.

c. Metode Otoritas

Dalam metode otoritas ini, seseorang menyandarkan kepercayaan kepada para

ahli, pakar dan profesional dalam suatu bidang tertentu. Semakin ahli dan

professional maka semakin memiliki otoritas.

Sebagai gambaran metode otoritas ini, adalah para mufassirin atau ahli hadits

yang mengetahui seluk beluk, hal ihwal tentang turunnya ayat dan hadits selain Nabi

SAW dan para Sahabat Nabi SAW itu sendiri.

Dalam upaya merumuskan psikologi Islam, sumber otoritas yang dapat dijadikan

rujukan adalah Nabi dan para orang-orang alim (ulama). Orang-orang yang memiliki

ilmu pengetahuan dan sekaligus mengalami peristiwa-peristiwa penting dalam

hidupnya dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk mengetahui realitas yang tidak

tampak oleh mata.

Metode otoritas juga bisa dilakukan dengan cara menjadikan pengetahuan dan

pengalaman dari orang-orang yang ahli atau apakar dalam masalah tertentu, serta

dilakukan dengan meminta seseorang kepada yang ahli atau pakar dalam hal tertentu

untuk menceritakan salah satu aspek kepribadiannya yang menonjol. Keterangan yang

diberikannya dapat dipercaya karena ia telah dikenali oleh kebanyakan orang sebagai

pribadi yang memiliki karakteristik tertentu yang sedang diungkap.

2. Metode Pembangun Psikologi Islam

Dalam rangka membangun psikologi Islam, maka ada beberapa alternatif metode

yang menurut Mujib dan Mudzakir (2002) bisa digunakan, yaitu:

a. Metode Pragmatis.

Metode pragmatis adalah metode pengkajian dan pengembangan psikologi Islam

yang lebih mengutamakan aspek praktis dan kegunaannya. Artinya bangunan

psikologi Islam dapat diadaptasi dan ditransformasi dari kerangka teori-teori psikologi

konvensional yang telah mapan. Seperti teori Psikoanalisanya Sigmund Freud (id, ego

dan Super Ego) bisa dikonvergensikan dengan teorinya Agus Hermawan tentang

fluktuasi iman. Dimana fungsi akal (ego) mengalahkan nafsu (id) sehingg manusia

Page 23: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

tetap pada koridor hukum, pranata yang baik dan benar sesuai hati nurani. Disinilah

posisi hati (iman) dalam keadaan bertambah kuat, dikarenakan dirinya dalam keadaan

sadar (conscious), ingat akan siapa dirinya, dari mana ia berasal(min aina), untuk apa

di dunia (limaa dza) dan mau kemana ia nantinya (ilaa aina). Fluktuasi iman (hati)

yang kadang baik dan kadang buruk ini sebagai konskwensi peperangan akal dan hawa

nafsu sebagai representasi kekuatan fujur dan taqwa yang diilhamkan pada diri

manusia sebagai manifestasi penciptaan manusia yang berasal dari tanah (fujur) dan

ruh ilahiah (taqwa). Contoh lainnya adalah jika dalam psikologi konvensional kita

kenal metode introspeksi maka di Islampun kita mengenal metode Muhasabah

(Hermawan, 2016)

b. Metode idealistik

Metode idealistik yaitu metode yang lebih mengutamakan penggalian psikologi Islam

dari ajaran Islam sendiri. Agus hermawan (2016) menyebutkan bahwa perilaku

manusia itu tergantung kondisi hatinya. Agar kondisi hati manusia tetap sehat dan suci

maka ibarat tanaman perlu dipupuk, dirawat, dikasih suplemen vitamin dan dijauhkan

dari hama penyakit (maksiat dan dosa). Adapun beberapa caranya antara lain:

1) Mempelajari ilmu akhlak yang baik dan buruk

2) Mempraktekkannya dengan berdzikir, mujahadah, muhasabah, tazkiyatun nafs

dan melakukan riaydhah dana atau ikut thareqah, majelis dzikir, majelis shalawat

dan lainnya.

3) Mempraktekkan langkah-langkah takhalli, tahalli dan tajalli

4) Berlaku istiqamah dalam beribadah

5) Membaca al-Qur‟an beserta terjemahannya

6) Shalat malam dan membiasakan puasa senin dan kamis

7) Berteman dengan orang baik, dan tinggal di lingkungan yang kondusif.

3. Metode Penelitian Psikologi Islam

a. Metode Psikologi Islam

Page 24: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Dalam Islam sendiri ada beberapa metode yang sudah dan sering digunakan untuk

mengatasi permasalahan kejiwaan seseorang, diantaranya:

1) Metode Muhasabah

Metode muhasabah ini merupakan metode dalam Islam dengan cara

bertafakkur (merenung) dan menganalisa secara mendalam untuk mencari

hikmah, dan pelajaran serta esensi dari sesuatu. Diawali dengan berdzikir,

mensucikan diri dari hadats dan najis serta menghitung tentang amal perilaku

diri sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan sahabat Umar RA. Yang

berbunyi “Hisablah dirimu sebelum dihisab”.Metode muhasabah ini hamper

mirip dengan metode introspeksi dalam psikologi konvensional.

2) Metode Tazkiyatun Nafs

Metode tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) ini adalah dengan melakukan

tahapan takhalli (pengosongan jiwa dari akhlak jelek), tahalli (pengisian dan

menghiasi diri dengan akhlak terpuji) kemudian tajalli (terbiasanya suci

dalam pikiran, perkataan dan perbuatan). Dengan kata lain bagaimana

seseorang itu bisa mengontrol diri dan mengarahkan nafsu amarahnya

menjadi nafsu lawwamah untuk mencapai nafsu muthmainnah. Caranya

dengan banyak berdzikir, menjaga wudhu, memahami dan mengamalkan isia

kandungan al-Qur‟an, berteman dan beramal shalih serta bermujahadah selalu

ntuk menjadi orang yang lebih baik dengan mengistiqomahkan dalam

beribadah.

3) Metode Ruqyah

Metode ruqyah ini sudah banyak dikenal dan dipraktekkan sebagian besar

masyarakat Islam. Ruqyah secara terminologi merupakan sebuah perlindunga

yang digunakan untuk melindungi orang yang terkena penyakit, seperti

kesurupan dan penyakit lainnya. Sedangkan makna ruqyah secara etimologi

syariat adalah doa dan bacaan-bacaan yang mengandung permintaan tolong

dan perlindungan kepada Allah Swt untuk mencegah atau mengobati bala dan

penyakit.

Manfaat ruqyah adalah untuk memberikan kebaikan untuk orang lain, sebagai

bentuk keimanan, jika dilakukan tanpa kesyirikan, mengusir gangguan setan,

membentengi diri, obat ampuh untuk berlindung dari kejahatan, menjaga diri

Page 25: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

dari segala sesuatu, menyembuhkan penyakit, meningkatkan kesehatan tubuh,

mengurangi stress, mengendalikan emosi, membuat tenang, mengamalkan

Sunnah, bentuk dzikir kepada Allah Swt, mendekatkan diri dan mendapatkan

kekuatan dari Allah Swt.

4) Metode Psikoterapi Islam

Psikoterapi adalah pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode

psikologis dan islami dengan tujuan membantu individu dalam mengatasi

gangguan emosionalnya. Caranya adalah dengan memodifikasi perilaku,

pikiran dan emosi seseorang sehingga individu tersebut mampu

mengembangkan diri mengatasi masalah psikisnya.

Psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat

digunakan untuk membantu mempertahankan dan mengembangkan integritas

jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian

diri lebih efektif terhadap lingkungannya (Hermawan, 2011)

b. Metode Penelitian Pendukung Psikologi Islam

Selain beberapa metode Islami di atas, kita tetap masih memerlukan metode

penelitian yang sudah ada dan banyak dipergunakan dalam psikologi

konvensional diantaranya:

1) Metode Observasi

Observasi adalah cara mengadakan penelitian atau penyelidikan gejala-gejala

kejiwaan (psikis) dengan pengamatan dan pencatatan. Dalam kegiatan

observasi ini kita tidak hanya melihat, memandang saja, melainkan juga

mengamati secara teliti, selektif dan sistematis sehingga semua aspek yang

berperan penting dalam suatu tingkah laku seseorang dapat dicatat, dianalisis

dan dihubungkan secara tepat untuk disajikan suatu pertanyaan, penilaian,

kesimpulan dan dugaan atau hipotesis.

2) Metode Introspeksi, Ekstropeksi dan Retrospeksi

Metode introspeksi adalah suatu cara menyelidiki gejala atau peristiwa

kejiwaan yang terjadi di dalam dirinya sendiri. Dengan kata lain instrospeksi

juga bisa dimaknai sebagai sebuah tehnik mengamati kejadian psikologis ke

Page 26: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

dalam diri sendiri pada saat berlangsungnya peristiwa atau kejadian tersebut.

Tehnik ini dalam islam kita kenal dengan muhasabah.

Ekstropeksi adalah metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan

jalan mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa orang lain dengan teliti dan

sistematis.

Retrospeksi berbeda dengan introspeksi dan ekstropeksi di atas, retrospeksi

bisa dimaknai melihat kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang terjadi

dalam dirinya sendiri.

3) Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah metode yang digunakan untuk meneliti sikap dan

tingkah laku keagamaan seseorang melalui perlakuan khusus yang sengaja

dibuat atau test dan biasanya dilakukan di laboratorium.

4) Metode Angket

Metode angket adalah penyelidikan fenomena-fenomena kejiwaan dengan

cara mengajukan sejumlah pertanyaan, baik lisan (interview) dan tulisan

(questionare)dan dari jawabannya itu dapat ditarik kesimpulan tentang kesan

kejiwaannya.

5) Metode Biografi/ Auto Biografi

Metode ini merupakan tulisan tentang riwayat hidup seseorang, baik yang

ditulis sendiri maupun ditulis oleh orang lain untuk diketahui keadaan, sikap

maupun sifat seseorang kemudian diklasifikasikan untuk ditarik suatu

kesimpulan yang bersifat umum.

6) Metode Klinis

Metode klinis adalah bantuan kombinasi antara klinis-medis dengan metode

pendidikan untuk melakukan observasi terhadap pasien/ klien. Tujuannya

adalah untuk menentukan kualitas penyesuaian diri individu dengan

menyelaraskan hubungan antara jiwa dan agama serta lingkungan hidupnya,

baik yang terjadi secara umum, tertentu atau menyimpang.

7) Metode Test

Page 27: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Metode test adalah cara penyelidikan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan atau perintah yang telah dipilih dan disiapkan serta diusahakan

validitasnya dengan obyeknya. Test ini biasanya digunakan untuk

mempelajari tingkah laku keagamaan seseorang dalam kondisi tertentu.

B. Macam-macam Pendekatan Psikologi Islam

Ada beberapa macam pendekatan dalam psikologi Islam diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Pendekatan Struktural

Pendekatan ini berpendapat bahwa untuk mempelajari kejiwaan seseorang, kita harus

mengetahui struktur jiwa dengan menggunakan metode introspeksi.

2. Pendekatan Fungsional

Pendekatan ini bertujuab untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau

berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individual dalam kehidupannya. Norma-

norma yang sudah di atur dalam agama, akan menjadi suatu kewajiban yang harus

dilaksanakan sehingga akan tercermin dari perilakunya.

3. Pendekatan Psikoanalisis

Pendekatan psikoanalisis adalah sebuah usaha melalui model perkembangan

kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi.

Berbeda dengan pembagian pendekatan di atas, metode pragmatis akan menghasilkan

6 pola pendekatan diantaranya: (1) pendekatan similarisasi (2) pendekatan paralelisasi (3)

pendekatan kontemplementasi (4) pendekatan komparasi (5) pendekatan induktifikasi ((6)

pendekatan verifikasi. Sedangkan metode idealistic meliputi tiga aspek pendekatan dalam

penngembangan psikologi Islam, diantaranya (1) pendekatan skriptualis meliputi prosedur

tematis, analisis, komparasi dan global (2) pendekatan falsafati dan (3) pendekatan sufistik.

Page 28: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

BAB V

JIWA (NAFS) DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pengertian Jiwa (Nafs)

Kata jiwa dalam Bahasa Arab sepadan dengan kata Nafs, sedangkan dalam bahasa

Yunani disebut Psyche serta dalam Bahasa Inggris disebut Soul. Kata nafs itu sendiri

dalam al-Qur‟an terulang sebanyak 295 kali yang tersebar dalam 63 surah. (Raharjo,

2002)

Kata nafs dalam al-Qur‟an memiliki beberapa makna, bisa diartikan sebagai

berikut: (1) Totalitas manusia sebagaimana tertera dalam al-Qur‟an surahal Maidah ayat

32 (2) Sisi dalam manusia sebagai penggerak tingkah laku seperti dalam surah ar Ra‟d

ayat 11 (3) Ruh seperti dalam surah az Zumar ayat 42 (Bakran,2018)

Begitu beragamnya makna jiwa dan penggunaannya dalam pembicaraan sehari-

hari menyebabkan terjadi kekaburan makna. Akibatnya sering timbul perbedaan pendapat

mengenai pengertian yang berbeda, sesuai minat, paradigm, dan aliran masing-masing.

Meskipun hal itu tidak menyebabkan surutnya keinginan untuk memahami jiwa dalam

konteks makna yang lebih mendekati.

Dalam perspektif al Qur‟an, nafs diciptakan Allah Swt dalam keadaan sempurna

yang berfungsi menampung, serta mendorong manusia berbuat taqwa (ketaatan,

kebaikan) dan fujur (keburukan). Karena itulah maka ditegaaskan dalam al-Qur‟an untuk

memberi perhatian lebih besar, sebagai mana diisyaratkan dalam al Qur‟an surah asy

Syams ayat 7-8.Berdasarkan ayat ini maka kata mengilhamkan berarti memberi potensi

agar manusia melalui nafsdapat menangkap makna baik dan buruk, serta dapat

Page 29: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan (Syihab, 1997). adalah ruh

setelah bersatu dengan jasad. Penyatuan ruh dengan jasad melahirkan pengaruh yang

ditimbulkan oleh jasad terhadap ruh.

Menurut sebagian ahli tasawuf, nafs adalah ruh setelah bersatu dengan jasad.

Penyatuan ruh dengan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap

ruh (Hawwa, Said,1998).

Jiwa menurut Hamdani Bakran Adz-Dzakiey (2018) adalah ruh yang diturunkan

Allah Swt yang menzhahir ke dalam jasadiah manusia dalam rangka menghidupkan

jasadiah itu, menghidupkan kalbu, akal piker, inderwai dan menggerakkan seluruh unsur

dan organ-organ dari jasadiah tersebut agar dapat berinteraksi dengan lingkungannya di

permukaan bumi ini.

Menurut Hamka sebagaimana dikutip Ema Yudiani (2013) menyebutkan bahwa,

jiwa merupakan jejak atau hasil interaksi antara aspek-aspek manusia, yaitu akal, hawa

nafsu dan kalbu. Konsep jiwa yang ditawarkan Hamka lebih menitikberatkan pada

perseteruan akal dengan hawa nafsu sebagai dua kekuatan utama dalam jiwa manusia,

sedangkan kondisi kalbu yang akan menjadi kondisi jiwa secara keseluruhan sepenuhnya

tergantung pada hasil perseteruan tersebut.

Jadi berdasarkan pengertian jiwa(nafs) menurut beberapa ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa jiwa adalah kesatuan psiko-fisik (jiwa dan raga) serta keseluruhan

aspek dan dimensi psikis manusia yang terdiri atas akal, nafsu, kalbu, ruh dan fitrah

manusia.

B. Konsep Penyusun Jiwa

Ada beberapa teori tentang aspek-aspek penyusun jiwa manusia.menurut Mujib

(2007) dan Hamka dalam Emi Yudiani (2013) penyusun jiwa terdiri atas akal, nafsu dan

hati. Sedangkan menurut Barmawi Umar meliputi akal, nafsu, kalbu dan ruh, sedangkan

menurut quraish Shihab mencakup fitrah, akal, kalbu, nafs, dan ruh.

Adapun keterangan mengenai beberapa aspek penyusun jiwa manusia di atas adalah

sebagai berikut:

1. Akal

Menurut Hamka dalam Yudiani (2013) akal adalah aspek jiwa manusia yang

berfungsi untuk mengikat hawa nafsu, sebagaimana tali pengikat ternak agar ternak

Page 30: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

tidak terlepas kemana-mana. Menurut Mujib kedudukan akal terletak di otak yang

memiliki cahaya nurani, dipersiapkan memperoleh pengetahuan. Akal diartikan

sebagai energi yang mampu memperoleh, menyimpan dan mengeluarkan

pengetahuan.

2. Nafsu

Nafsu daya nafsani itu memiliki dua kekuatan, yaitu al Ghadhabiyah (suatu daya

yang berpotensi untuk menghindari dari segala yang membahayakan dan al Syahwat

(suatu daya yang berpotensi untuk mengindukdi diri dari segala yang

menyenangkan).

Prinsip kerja nafsu mengikuti prinsip kenikmatan dan berusaha mengumbar

hasrat-hasratnya sehingga disebut hawa nafsu (dorongan nafsu). Prinsip kerja nafsu

hamper sama dengan prinsip kerja jiwa binatang, baik binatang buas maupun

binatang jinak. Binatang buas memiliki dorongan agresi (menyerang), sedangkan

hewan jinak memiliki dorongan seksual. (Yudiani,2013)

Hawa nafsu yang dimaksud adalah hawa nafsu amarah yang digambarkan dalam

al Qur‟an sebagai kecenderungan manusia yang lebih rendah dari pada binatang. Dan

sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi

rahmat oleh Tuhanku.

3. Qalb(Hati)

Qalb (kalbu) merupakan materi organik yang memiliki sistemkognisi yang

berdaya emosi. Al Ghazali membagi kalbu menjadi dua aspek yaitu kalbu jasmani

dan kalbu ruhani. Kalbu jasmani adalah jantung dan kalbu ruhani adalah sesuatu yang

bersifat halus, Rabbani, dan ruhani yang berhubungan dengan kalbu jasmani. Bagian

ini merupakan esensi manusia. Al Ghazali menyatakan bahwa kalbu memiliki insting

yang disebut dengan cahaya ketuhanan dan mata batin yang memancarkan keimanan

dan keyakinan.

Abu Yazid (2007) mengartikan hati sebagai anatomi raga yang senantiasa

meremote setiap gerak-gerik manusia. Disetiap detik hati akan selalu berdetak

memberikan instruksi yang akan selalu diamine seluruh anggota badan. Sebagai

organ terpenting dalam tubuh manusia, maka hati dapat memerintahkan indera

manusia untuk melakukan tindakan baik maupun buruk.

Page 31: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Senada dengan Hamka bahwa kalbu adalah hasil perseteruan antara akal dan

nafsu. Maka penulis berpendapat bahwa sehubungan hati merupakan hasil

perseteruan antara akal dan nafsu, maka kondisi hati bisa berganti-ganti tergantung

hasil perseteruan tersebut tadi. Begitu juga iman seseorang yang terdapat dalam hati

tadi bisa mengalami fluktuasi iman yakni manakala menang akal maka hatinya baik,

bertambah kuat, mengajak pada kebaikan (taqwa), tetapi manakala nafsunya yang

menang maka kondisi hati menjadi jahat, mengajak pada keburukan (fujur).

4. Ruh

Selain akal, hati dan nafsu di atas barmawi Umar menambahkan aspek ruh dalam

struktur jiwa manusia. Ruh adalah nyawa atau sumber kehidupan. Setelah meninggal

badan kembali ke tanah, sedangkan ruh kembali ke Tuhan untuk memperoleh balasan

(Langgulung,1988).

Ruh merupakan substansi psikis manusia yang menjadi esensi kehidupannya.

Sebagian ahli menyebut ruh sebagai badan halus (jism latif). Menurut al Ghazali

dalam Zidayat (1986) mengartikan ruh sebagai lathifah (sesuatu yang halus) yang

bersifat ruhani, bisa berpikir, mengingat, mengetahui dan sebagainya.

5. Fitrah

Ibn „Asyur dalam Quraish Shihab (2004) menjelaskan bahwa fitrah yang

dimaksudkan Ibn „Asyur adalah fitrah dengan pengertian secara umum yang

berkaitan dengan natur-natur atau sifat-sifat alamiah atau bawaan manusia yang

berkaitan dengan materi fisik-biologisnya, pikiran dan psikologisnya atau bahkan

spiritualitasnya. Fitrah dalam makna ini menjadikan manusia tetap pada jati dirinya

sebagai manusia, yakni makhluk yang diciptakan dari dua unsur yakni tanah

(jasmani) dan ruh ilahiah (akal dan ruhani).

Agus Hermawan (2016) dalam bukunya Pengantar Akhlak Tasawuf 1

menjelaskan bahwa dalam diri manusia selain nafsu juga ada yang berupa panca indera,

akal dan hati. Panca indera (jasad) agar bertumbuh kembang dengan baik maka harus

diolahragakan dan dibersihkan dengan mandi, berwudhu. Akal agar dapat berkembang

optimal maka harus dibuat untuk olah pikir (berfilsafat, bertafakkur) untuk menemukan

kebenaran. Begitu juga dengan hati agar dapat bertumbuh kembang baik maka harus

diolahrasakan dengan bertasawwuf dan tazkiyatun nafs. Ketiga potensi ini harus secara

komprehensif dijaga dan dikelola dengan baik agar berdaya guna dan berhasil guna dalam

Page 32: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

menjalani hidup dan kehidupan di jalan yang benar guna menggapai kebahagiaan dan

keselamatan hidup jauh dari profokasi syaetan dan ajakan nafsu yang menyesatkan.

Sehubungan dengan proses penciptaan manusia yang berasal dari dua unsur yakni

jasmani (tanah; potensi fujuur/ syaitan) dan unsur ruhani (ruh ilahiah; potensi taqwa/

malaikat) maka dalam setiap perjalanan hidup manusia kedua potensi iniakan selalu

Tarik-menarik seperti Tarik tambang. Ada saatnya menang malaikat dan kadang juga

menang syaitan. Di sinilah letak iman yang berada di hati diuji kestabilan dan kesolidan

iman seseorang, kadang bisa naik karena rajin ibadah dan bertaqwa tapi sering kali

terjerembab dalam kemaksiatan sehingga kondisi iman menipis. Untuk itulah kondisi

iman di hati yang sering bolak-balik mengalami fluktuasi harus dikelola, dimanaje sebaik

mungkin agar melahirkan maliah perbuatan baik lagi mulia. Rasulullah SAW dalam

sebuah haditsnya bersabda: “Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat

segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasad, tetapi apabila ia rusak,

maka akan rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah itu adalah hati (H.R. Bukhari Muslim)”.

C. Tingkatan-Tingakatan Jiwa

Jiwa menurut Adz-Dzakiey (2018) dalam bukunya Pengantar Psikologi Islam

memiliki tiga tingkatan atau golongan, yaitu:

Pertama, Jiwa Rabbani yaitu jiwa yang telah menerima pencerahan dan

kehidupan ketuhanan. Jiwa pada tingkatan ini dibagi menjadi empat golongan jiwa yaitu

(1) Jiwa Muthmainnah (2) jiwa Raadhiyah (3) jiwa Mardhiyyah dan (4) jiwa Kaamilah.

Tentang golongan jiwa ini bisa dilihat dalam Q.S. al Fajr ayat 27-30.

Kedua, Jiwa insani yaitu jiwa yang berada antara jiwa Rabbani dan jiwa hewani.

Ketika suatu waktu ia menghadap keruhaninya, lantas ia sadar dan timbul rasa

penyesalan, dan suatu waktu lain ia lebih condong kepada jasmaniah lalu ia melakukan

pengingkaran dan kedurhakaan. Golongan jiwa ini bisa dilihat dalam Q.S al Qiyaamah

ayat 2.

Ketiga, jiwa Hewani yaitu jiwa yang sejalan dengan watak manusia yang selalu

mengajak hati mereka kepada perbuatan syahwat dan kesenangan. Dalam Q.s Yusuf ayat

53 jiwa ini digambarkan.

Senada dengan Adz-Dzakiey di atas, Agus Hermawan (2016) dalam bukunya

Pengantar Akhlak Tasawuf 1 membagi jiwa (nafs) manusia itu menjadi 3 kriteria sebagai

berikut:

Page 33: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Pertama,Nafsu Amarahyaitu nafsu yang berkarakter jelek, selalu mengajak

kepada kehendak syahwat, bersikap hedonis dan melahirkan sifat-sifat tercela seperti sifat

sombong, rakus, merah, iri, dengki, dan kikir. Nafsu amarah ini menurut penulis sama

derajatnya dengan kondisi Qalbun mayyit (Q.S. Yusuf:53).

Kedua, nafsu Lawwamah, yaitu nafsu yang disinari cahaya hati, tunduk kepada

kekuatan akal tetapi terkadang melakukan maksiat, kemudian menyesal dan kembali

tunduk kepada Tuhannya. Contoh akhlak tercela dalam kategori nafsu lawwamah ini

adalah suka mengeluh, menipu ghibah, riya‟ dan berbohong. Derajat nafsu ini sama

dengan Qalbun maridh (Q.S. al Qiyamah:2)

Ketiga, Nafsu Muthmainnah, Radhiyah, Mardhiyah, Kaamilah yaitu nafsu yang

disinari cahaya hati yang kosong dari sifat tercela dan terhiasi dengan sifat terpuji. Nafsu

yang sudah tenang, biasanya orang-orang yang sudah ikut thareqah sehingga bersifat

terpuji seperti dermawan, syukur, ridha, dan takut kepada Allah Swt. Derajat nafsu ini

sama dengan Qalbun Saliim(Q.S. al Fajr: 27-30).

Dalam al Qur‟an surah al Baqarah ayat 1-14 telah menggambarkan akan adanya

tipologi jiwa keberagamaan seseorang diantaranya yaitu (1) jiwa orang beriman yang

selalu taat dan patuh akan perintah Allah swt, (2) jiwa orang kafir yang selalu inkar dan

mendurhakai allah Swt, dan (3) Jiwa orang munafiq yang selalu berpura-pura dan suka

menipu.

D. Fungsi Jiwa Bagi Manusia

Pada hakikatnya, jiwa menurut Adz- Dzakiey (2018) memiliki fungsi menggerakan

dan mendorong diri manusia untuk melahirkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mendorong dan menggerakkan otak manusia agar berpikir dan merenungkan apa-apa

yang telah Allah ilhamkan berupa kebaikan dan keburukan, sehingga akan dapat

menemukan hikmah-hikmah dan rahasia dari keduanya.

2. Mendorong dan menggerakkan qalbu (hati yang lembut) yang ada dalam dada agar

merasakan dua perasaan, yaitu perasaan ketuhanan dan perasaan kemakhlukan agar

menerima ilham dan penampakan isyarat-isyarat ketuhanan yang abstrak dan

tersembunyi.

3. Mendorong dan menggerakkan panca indera kepada objek-objek ayat-ayat Allah Swt.

yang membumi dan konkret, hak dan batil.

Page 34: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

4. Mendorong dan menggerakkan seluruh organ-organ tubuh dalam kerja Sunnatullah,

seperti gerak jantung, kerja paru-paru, limpa, hati, ginjal dan lain-lainnya.

5. Mendorong dan menggerakkan diri agar melahirkan perbuatan-perbuatan, sikap-

sikap, tindakan-tindakan, gerak-gerik dan penampilan yang fitrah.

Kualitas dan kuantitas dorongan dan gerakan ditentukan menurut martabat, tingkatan

atau kelompok jiwa baik jiwa Rabbani, insani maupun hewani. Fungsi jiwa Rabbani

sangat sempurna, utuh dan lengkap serta seimbang, fungsi jiwa insani tidak utuh, lengkap

dan seimbang, apalagi fungsi jiwa hewani yang lebih banyak kepada perusakan dan

merugikan diri sendiri dan lingkungannya.

Agus Hermawan (2016) menambahkan bahwa fungsi jiwa sangat penting antara lain

diantaranya:

1. Sebagai alat untuk menemukan penghayatan ma‟rifah kepada Allah Swt, karena

dengan hati manusia bisa menghayati segala rahasia yang ada di alam ghaib.

2. Hati sebagai bagian aspek jiwa berfungsi untuk beramal hanya kepada Allah Swt,

sedangkan anggota badan lainnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh hati. Karena

itu hati ibarat raja dan anggota badannya lainnya merupakan pelayannya.

3. Hati pula yang taat kepada Allah, adapun gerak ibadah semua anggota badan adalah

pancaran hatinya.

E. Manajemen Jiwa agar tetap Baik dan Sehat

Agar kondisi jiwa manusia tetap sehat dan suci maka ibarat tanaman perlu

dipupuk, dirawat, dikasih suplemen vitamin serta dijauhkan dari hama penyakit (maksiat

dan dosa) serta segala hal yang bisa menyebabkan jiwa tidak sehat.

Adapun yang dimaksud jiwa yang sehat menurut penulis adalah bersih dan

sucinya pikiran, perkataan dan perbuatan dari segala macam pengaruh, hawa, hembusan

dan energi negatif dan tunduk pada aturan yang telah digariskan Allah Swt dan

Rasulullah SAW.

Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjaga jiwa agar tetap baik

dan sehat menurut Agus Hermawan (2016) adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari ilmu akhlak yang baik dan buruk

Page 35: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

2. Mempraktekkannya dengan berdzikir, mujahadah dan muhasabah, tazkiyatun nafs dan

melakukan riyadhah dan atau ikut thareqah, majlis dzikir, majlis shalawat dan lainnya

3. Mempraktekkan usaha takhalli, tahalli dan tajalli

4. Berlaku istiqamah dalam beribadah

5. Membaca al Qur‟an beserta terjemahannya, hadits, buku agama serta kisah orang shalih

6. Shalat malam dan membiasakan puasa senin dan kamis

7. Mencari jodoh, teman pergaulan dan lingkungan yang baik dan kondusif.

Dengan melakukan usaha minimal di atas, maka potensi dan kecenderungan negates

dapat diminimalisir. Begitu sebaliknya, potensi Taqwa dapat meningkat sehingga iman

yang ada di hati yang semakin kuat dan sholid.

Ada beberapa penyakit hati yang kadang terus menghinggapi dan menggugurkan

amaliah ibadah seseorang muslim. Menurut imam al Ghazali bahwa penyakit hati

bermuara pada hasad (iri), riya‟ dan ujub (takabur). Ketiga penyakit ini merupakan induk

dari semua penyakit hati lainnya.

Adapun terapi atau pengobatannya menurut Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam Agus

Hermawan (2016) dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Memaksakan dirinya selalu mendekatkan diri kepada Allah dimanapun berada

2. Tidak bosan berdzikir

3. Menyesal jika lepas dari berdzikir

4. Rindu beribadah

5. Khusu‟ dalam shalat

6. Selalu introspeksi dan memperbaiki diri.

Begitu juga dengan as Sayyid Ibrahim al Khawwas dalam Abu Yazid (2007)

menawarkan lima resep obat penenang hati, seperti yang kerap kali kita dengar dari

lantunan pujian menjelang shalat di masjid atau mushalla, yaitu:

1. Membaca al Qur‟an sambal merenungkan maknanya

Page 36: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

2. Mengosongkan perut (berpuasa)

3. Beribadajh di tengah malam (Qiyamul lail)

4. Berdzikir pada waktu sahur, dan

5. Berkawan dengan orang shaleh.

Adapun metode yang digunakan untuk penyucian dan penyehatan jiwa menurut Adz-

Dzakiey (2018) ada lima metode, yakni sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas spiritual dengan memperbanyak ibadah seperti puasa.

2. Meningkatkan kualitas mental dengan membiasakan berfikir dan bersikap serta

berperilaku yang positif

3. Meningkatkan kualitas bersosial dengan bersimpati dan berimpati pada orang lain

4. Meningkatkan wawasan tentang orang-orang yang berjiwa besar dan sehat secara

holistik.

5. Meminta bimbingan ahlinya agar cepat dan tepat untuk meraih penyucian jiwa.

Apabila kelima hal di atas telah senantiasa dapat dilaksanakan secara konsisten, insya

Allah jiwa tetap senantiasa dalam limpahan Nur-Nya, baik dalam kondisi lapang maupun

kondisi sempit. Sehingga ia akan selalu dapat menghalau dorongan hawa syahwat,

kesenangan dan kemabukan terhadap harta benda, dunia, kedudukan dan kehormatan dunia

(Adz dzakiey, 2018).

Page 37: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

DAFTAR PUSTAKA

Agus Hermawan. Dkk (2020). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit TrussMedia Grafika.

Agus Hermawan (2019). Pengantar Psikologi Dakwah. Kudus: Yayasan Hj. Kartini

Agus Hermawan, Nur Azizah (2011). Pengantar Psikologi Pendidikan Islam. Kudus: Penerbit

AN-NUR

Agus Hermawan (2016). Pengantar Akhlak Tasawuf. Kudus: yayasan Hj. Kartini

Abdul Mujib (2006). Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam. Jakarta: Rajagrafindo

Persada

Abdul Mujib (2011). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Abdul Azis Ahyadi (1987). Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung: Sinar

Baru Algensindo

Aisyah. Roeslani (2015). Psikologi Islam. Bandung: Pustaka Setia

Baharuddin (2004). Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Daulay. Nurussakinah (2014) Pengantar Psikologi dan Pandangan al-Qur‟an. Jakarta: Prenada

Media Grup.

Departemen Agama RI (2007) Al-Qur‟an dan Terjemahannya

Fuad nashori (2002). Agenda Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hamdani Bakran adz-Dzakiey (2018). Pengantar Psikologi Islam. Yogyakarta: Ponpes

Raudhatul Muttaqien

Malik B. Badri (1986). Dilemma Psikolog Muslim. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Mahmud (2012). Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Page 38: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Muhammad Usman Najati (2005). Al-Qur‟an dan Psikologi. Jakarta: Aras Pustaka

Muhadi dan Muadzin (2009). Semua Penyakit Ada Obatnya. Yogyakarta: Mutiara Media

Muhammad Daud Ali (2011). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Rahman Shaleh. Abdul (2004). Psikologi: suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta:

Prenada Media Grup.

Shaleh.A.R. (2004). Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Pernadamedia

Grup.

Syarif. Adnan diterjemahkan oleh Muhammad al Mighwar (2002). Psikologi Qur‟ani. Bandung:

Pustaka Hidayah.

Semiun. Yustinus (2006) Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Toyibi, M. Ngemron, (1996). Psikologi Islam, Surakarta: UMS.

Taufik Muhammad Izuddin (2006). Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam. Jakarta:

Gema Insani

Tri Rahayu. IIn (2009). Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer. Yogyakarta:

Sukses Offset.

Yustitia Angelia (2013). Tafsir Mimpi. Surabaya: Penerbit Utama Prima.

Yusuf LN.H. Syamsu dan Juntika Nurihsan (tt) Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Yusak Burhanuddin (1999). Kesehatan Mental. Bandung: CV Pustaka Setia

Jurnal

Agus Hermawan (2018) Urgensi Pola Asuh Anak dalam Keluarga di Era Globalisasi. Jurnal

Inject,3 (1), 105-123.

Agus Hermawan (2019) Kebijakan Dosen Mengurangi Plagiarisme pada Karya Ilmiah

Mahasiswa. Jurnal IJIP, 1(1), 264-284.

Gumiandari. Septi (2011). Kepribadian Manusia dalam Perspektif Psikologi Islam. Jurnal

Holistik, 1 (1), 259-296.

Yudiani. Ema (2013). Dinamika Jiwa Dalam Perspektif Psikologi Islam. Jurnal Ilmu Agama,

1(1) 45-59.

Page 39: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

BIODATA PENULIS

Ustadz Agus Hermawan, S.Pd.I, M.A (Pak Agus, lahir 22 Agustus 1978) adalah putera bungsu dari tiga

bersaudara pasangan Ki sumbodo trah Notobratan Pangeran Wijil V (Keturunan ke-14 dari R.M. Said/

Sunan kalijaga Kadilangu Demak) dengan pasangan Ibu Hj. Kartini dari Undaan Kidul Kudus. Masa

kecilnya dihabiskan untuk belajar dan mengaji serta bekerja membantu orang tuanya. SD, MTs (Kudus),

SMA (Jepara), S1 /PAI; S.Pd.I (Lulusan Cumlaude STAIN Kudus tahun 2003) Lulusan

Tercepat,Termuda S2/Psikologi Pendidikan Islam; M.A (UMY Yogyakarta tahun 2005).

Sekarang ini pak Agus beraktivitas sebagai Dosen di IAIN Salatiga, Universitas Muria Kudus

(UMK), Ketua Yayasan Hj. Kartini Kudus, Ketua Yayasan Nurul Muttaqiin Kalirejo, Sekretaris Majlis

Dakwah Islamiyah, Sekretaris KAHMI Kudus, Ketua takmir Masjid, Direktur RTQ-Madrasah Diniyah

Nurul Muttaqiin dan juga Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatun Najah, Pengajar Pondok Pesantren ar-

Rais Salatiga serta beliau juga aktif menulis beberapa buku yang telah dipublikasikan, berorganisasi non

politik, dan memberi ceramah keliling di masyarakat dan Perguruan Tinggi setempat serta memberi

layanan konseling di rumahnya. Jabatan lainnya yang pernah diduduki beliau adalah sebagai Dosen

sekaligus Koordinator Administrasi dan Keuangan di FKIP Universitas Satyagama Jakarta kelas jauh di

Kudus(2006/2007). Dosen sekaligus Kepala Perpustakaan di Fakultas Agama Islam UNISFAT Demak

(2010-2015), Sekretaris Gugus Jaminan Mutu Fakultas (GJMF) Dakwah IAIN Salatiga (2019) Pengelola

Jurnal IJIP IAIN Salatiga (2019-sekarang).

Pengalaman sebagai guru selama 10 tahun telah mengampu 21 mata pelajaran (2000-2010),

Kepala Sekolah Termuda dan berprestasi tingkat MAS/ SLTA se Propinsi Jawa Tengah (2006-2010) pada

usia 26 Tahun, Pimpinan BPD termuda pada usia 21 tahun telah menjadikan mantan pimpinan redaksi

Bulletin Al Hikmah HMJ STAIN Kudus ini semakin terpacu untuk selalu belajar dalam segala hal.

Page 40: PSIKOLOGI ISLAM - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8886/1/PSIKOLOGI ISLAM.pdf · D. Manusia Menurut pandangan Psikologi Bertolak dari pengertian

Mantan Aktivis Mahasiswa ‟98 ini telah mengajar beberapa mata kuliah diantaranya; Psikologi Umum,

Psikologi Pendidikan di Universitas Satyagama Jakarta (2007/2008), Bimbingan dan Konseling Islam,

Metodologi Ketrampilan Konseling, Psikologi Sosial di UNISFAT Demak, mata kuliah PAI dan Filsafat

Ilmu di UMK Kudus. Beberapa buku beliau diantaranya; Bengkeli Hati Qta dengan Kata Mutiara (2011),

Pantun Advice For US (2011), Pengantar Bimbingan Konseling Islam (2011), Nabi Muhammad Sang

Penyelamat Umat (2011), Pengantar Psikologi Pendidikan Islam (2011), Pengantar Ilmu Sosial, Budaya

dan alamiah Dasar (2011), Buku Panduan Wisuda Sarjana (2011), Pengantar PAI di Perguruan Tinggi

(2011), Metodologi dan Ketrampilan Konseling (2011) Pengantar Filsafat Ilmu (2012) Sirah Nabawiah

(2016), Pengantar Bimbingan dan Konseling Islam (2012), Pengantar Studi Islam Indonesia (2016),

Pengantar Akhlak tasawuf (2016), Studi Islam Nusantara (2019), Retorika Dakwah (2018). Psikologi

Dakwah (2019) Psikologi Sosial (2020) dan Psikologi Islam (2020).

Penulis sekarang bertempat tinggal di Desa Kalirejo RT 02 RW II Gang 02, Desa Undaan Kidul

gang 10B Undaan Kudus dengan 3 anaknya Risyad Hisyam Ash Shiddieqi, Anas Dhaiyaul Haq al Qudsi

dan Qaisara Rania Assyabiya didampingi isteri tercinta Erlina Wijayanti, S.Pd yang berprofesi sebagai

PNS di Kementerian Agama Kabupaten Demak. Semoga buku sederhana ini bermanfaat bagi pembaca

dan menjadi amaliah penulis. Aamiin.