gangguan perkembangan psikologi dan assesment psikologi

26
PENDAHULUAN Gangguan-gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan psikologis(F80-f89) pada umumnya mempunyai gambaran onset bervariasi selama masa bayi atau anak- anak, adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat, dan berlangsung terus menerus tanpa ada remisi dan kekambuhan yang khas pada beberapa gangguan jiwa. Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, keterampilan video-spatial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya yang berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak (walaupun deficit lebih ringan sering menetap hingga masa dewasa). Khas pada gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama atau sejenisnya. Terdapat bukti bahwa faktor genetik juga berperan penting dalam beberapa kasus (meskipun tidak semuanya). A. Gangguan Perkembangan khas berbicara dan berbahasa (F80). Gangguan ini merupakan gangguan pola normal penguasaan bahasa sejak fase awal perkembangan. Kondisi ini tidak secara langsung diakibatkan oleh kelainan

Upload: martina-rizki

Post on 20-Dec-2015

235 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ouu

TRANSCRIPT

Page 1: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

PENDAHULUAN

Gangguan-gangguan yang termasuk dalam gangguan perkembangan

psikologis(F80-f89) pada umumnya mempunyai gambaran onset bervariasi

selama masa bayi atau anak-anak, adanya hendaya atau keterlambatan

perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan dengan kematangan biologis dari

susunan saraf pusat, dan berlangsung terus menerus tanpa ada remisi dan

kekambuhan yang khas pada beberapa gangguan jiwa.

Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa,

keterampilan video-spatial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas adalah

hendayanya yang berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak

(walaupun deficit lebih ringan sering menetap hingga masa dewasa). Khas pada

gangguan perkembangan terdapat riwayat keluarga dengan gangguan yang sama

atau sejenisnya. Terdapat bukti bahwa faktor genetik juga berperan penting dalam

beberapa kasus (meskipun tidak semuanya).

A. Gangguan Perkembangan khas berbicara dan berbahasa (F80).

Gangguan ini merupakan gangguan pola normal penguasaan bahasa sejak

fase awal perkembangan. Kondisi ini tidak secara langsung diakibatkan oleh

kelainan neurologis atau kelainan mekanisme berbicara, hendaya sensorik,

retardasi mental atau faktor lingkungan. Anak mungkin lebih mampu

berkomunikasi atau mengerti pada situasi tertentu yang sangat dikenalnya

dariapda situasi lain, tetapi kemampuannya berbahasa pada setiap keadaan

terganggu.

Kesulitan utama diagnosis gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa

adalah membedakannya dengan variasi perkembangan anak normal. Anak dengan

perkembangan yang normal mempunyai variasi yang besar pada usia saat pertama

kali belajar berbicara dan berbahasa. Anak normal dengan keterlambatan

berbicara (slow speaker) sebagian besar bisa berkembang menjadi normal.

Sebaliknya, anak dengan gangguan perkembangan khas bicara dan berbahasa,

meskipun pada akhirnya sebagian besar mencapai tingkat normal dari

Page 2: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

keterampilan berbahasa, namun juga akan diikuti oleh masalah-masalah yang

lainnya seperti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan

interpersonal, serta gangguan emosional dan prilaku. Terdapat empat kriteria

utama yang digunakan untuk menemukan terjadinya gangguan klinis yang nyata

yaitu: a. Keparahan; b. Perjalanan penyakit; c. Pola; d. Masalah yang menyertai1.

Kesulitan kedua dalam mendiagnosis gangguan perkembangan khas berbicara

dan berbahasa adalah membedakannya dengan retardasi mental atau kelambatan

perkembangan global. Kecurigaan pada gangguan perkembangan khas jika

ditemukan bahwa kelambatan perkembangan yang ditemukan tidak menyimpang

dari tingkat rata-rata umum fungsi kognitif. Pada umumnya, retardasi mental akan

disertai dengan pola prestasi intelektual yang tidak merata dan hendaya berbahasa

yang lebih berat.

Kesulitan ketiga dalam mendiagnosis gangguan perkembangan khas berbicara

dan berbahasa adalah membedakannya dari suatu gangguan sekunder akibat dari

ketulian yang berat atau beberapa kelainan neurologis atau struktur lain yang

khas. Ketulian yang berat pada awal masa kanak-kanak hampir selalu dapat

menimbulkan keterlambatan perkembangan bahasa yang menyolok. Kelainan

artikulasi yang lansung disebabkan oleh langit-langit mulut yang terbelah atau

disatria yang diakibatkan oleh cerebral palsy juga dapat menyebabkan gangguan

berbicara. Gangguan berbicara dan berbahasa yang disebabkan oleh hal-hal ini

tidak termasuk dalam gangguan khas berbicara dan berbahasa.

1. Gangguan Artikulasi berbicara Khas (F80.0).

Pada perkembangan normal, anak berusia tahun biasanya akan terjadi

kesalahan mengungkapkan suara bicara, namun kesalahan ini dapat dimengerti

dengan mudah oleh orang lain. Pada usia 6-7 tahun, sebagian besar suara untuk

berbahasa akan diperoleh. Meskipun kesulitan berbicara dapat menetap dengan

kombinasi suara tertentu, tetapi hal ini tidak menyebabkan masalah dalam

komunikasi. Pada usia 11-1 tahun, penguasaan dari hampir semua suara untuk

berbicara harus dicapai.

Page 3: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

Pada perkembangan yang abnormal, kemahiran suara bicara akan terlambat

dan/menyimpang sehingga hal ini dapat menimbulkan misartikulasi berbahasa

anak dengan kesulitan orang lain memahami, subtitusi suara bicara dan

inkontinensi mengeluarkan suara (anak dapat dengan benar mengucapkan

beberapa kata tetapi tidak dapat untuk kata-kata yang lainnya).

Diagnosis ditegakkan hanya jika beratnya gangguan artikulasi diluar batas

variasi normal bagiusia mental anak. Pada gangguan ini,kecerdasan (intelegensia)

non verbal anak masih dalam batas normal.

Sebagian besar anak dengan gangguan artikulasi bahasa berespon baik pada

pengobatan. Kesulitan artikulasi bahasa bisa ditangani dengan baik dan tidak

menetap hingga dewasa. Namun, jika gangguan artikulasi ini juga diikuti dengan

gangguan berbahasa ekspresif, prognosis gangguan akan menjadi lebih buruk dan

perlu terapi bicara yang lebih spesifik untuk menanganinya.

2. Gangguan berbahasa ekspresif (F80.1).

Gangguan berbahasa ekspresif adalah gangguan perkembangan khas dengan

kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa lisan/ucapan dibawah rata-rata

usia mentalnya, namun pengertian bahasa dalam batas normal, dengan atau tanpa

gangguan artikulasi.

a. Diagnosis

Perlu diperhatikan bahwa pada umumnya terdapat variasi individu yang

cukup besar dalam tingkat perkembangan bahasa yang normal. Namun, pada anak

berusia tahun yang ditemukan tidaknya ada kata yang terucap atau hanya

kemunculan beberapa kata, hal ini dapat menjadi tanda yang bermakna dalam

mencurigai keterlambatan pada anak. Tanda keterlambatan lain juga dapat

diberikan pada anak berusia tahun yang tidak mampu mengerti kata majemuk

sederhana. Tanda lain yang muncul belakangan dapat berupa perkembangan

kosakata yang terbatas, kesulitan dalam memilih dan mengganti kata-kata yang

tepat, penggunaan berlebihan dari sekelompok kecil kata-kata umum,

pemendekan ucapan yang panjang, struktur kalimat yang mentah, kesalahan

kalimat (syntactical), kehilangan awalan dan akhiran yang khas

Page 4: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

sertakesalahan/kegagalan dalam menggunakan aturan tata bahasa seperti kata

penghubung, kata ganti, artikel dan kata kerja/benda yang mengalami perubahan.

Dapat dijumpai generalisasi yang tidak tepat dari aturan tata bahasa, seperti

kekurangan dalam pengucapan kalimat dan kesulitan mengurut kejadian yang

telah lewat. Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan

kelambatan atau abnormalitas dalam bunyi kata yang dihasilkan.

Diagnostik ditegakan jika tingkat keparahan dari kelambatan perkembangan

berbahasa ekspresif telah melewati batas variasi normal dari umur mental anak,

namun kemampuan pengertian bahasa masih dalam batas normal. Penggunaan

bahasa non verbal (Senyum dan gerakan tubuh) dan bahasa internal yang tampak

dalam imajinasi atau dalam permainan khayalan tetap utuh. Dalam hal ini,

kemampuan dalam komunikasi sosial tanpa kata tidak terganggu. Anak sebagai

kompensasi dari kekurangannya akan berusaha berkomunikasi dengan

menggunakan demonsterasi, gerakan tubuh, mimik atau bunyi-bunyi non bahasa.

Namun, anak sebagian besar akan menjumpai kesulitan dalam hubungan dengan

teman sebayanya, gangguan emosional, gangguan prilaku dan/atau aktivitas

berlebih serta kurang perhatian. Gangguan kehilangan pendengaran parsial sering

ditemukan dalam kasus ini, namun hal ini tidak harus menjadi penyebab dari

kelambatan bahasa. Gangguan dalam percakapan dapat dianggap sebagai

penyebab terbesar dalam gangguan perkembangan berbahasa ekspresif.

3. Gangguan berbahasa Reseptif (F80.2)

Gangguan berbahasa reseptif adalah gangguan perkembangan khas ditandai

dengan kemampuan anak untuk mengerti bahasa di bawah rata-rata usia

mentalnya. Namun, dalam hampir semua kasusnya dalam perkembangannya,

kemampuan bahasa ekspresif juga akan kemungkinan besar juga ikut terganggu

dalam gangguan ini.

a. Diagnosis

Gangguan ini perlu dicurigai jika ditemukan anak tidak mampu memberi respon

terhadap nama benda yang umum pada umur 1 tahun, anak ditemukan tidak

mampu mengidentifikasi beberapa objek sederhana dalam umur 18 bulan serta

Page 5: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

anak ditemukan gagal mengikuti instruksi sederhana pada umur tahun. Kesulitan

yang ditemukan pada massa lanjut seperti kesulitan dalam pengertian struktur tata

bahasa (bentuk kalimat, pertanyaan, perbandingan, dsb) dan pengertian kehalusan

bahasa (nada suara, gerakan tubuh, dsb)(PPDGJ III,2001).

Diagnostik gangguan berbahasa reseptif ditegakan jika tingkat kelambatan dalam

bahasa reseptif anak berada di luar batas normal rata-rata usia mental anak dan

jika kriteria gangguan perkembangan pervasif tidak dijumpai pada anak. Pada

hampir semua kasus, perkembangan bahasa ekspresif juga ditemukan terlambat.

Gangguan berbahasa reseptif mempunyai tingkat hubungan yang tinggi dengan

gangguan sosio-emosional-perilaku. Meskipun tidak khas, anak dengan gangguan

ini menunjukan hiperaktivitas, kurang perhatian, kecanggungan sosial, anxietas,

sensitifitas dan malu yang tidak wajar. Anak dengan gangguan berbahasa reseptif

yang berat biasanya disertai dengan kelambatan dalam perkembangan sosial,

dapat mengulang kata yang tidak mereka mengerti dan menunjukan pola perhatian

yang terbatas. Meskipun demikian, anak dengan gangguan berbahasa reseptif

berbeda dengan anak autistik dalam hal interaksi sosial yang lebih normal,

pemanfaatan orang tua untuk berlindung normal, penggunaan gerak tubuh yang

hampir normal, dan ditemukan hanya sedikit kesulitan untuk berkomunikasi.

Kehilangan pendengaran terhadap frekuensi tinggi dapat ditemukan, tetapi tingkat

ketulian tidak cukup untuk menimbulkan hendaya berbahasa.

Pemeriksaan bicara dan bahasa yang lengkap, sebelum terapi bicara dan

bahasa, biasanya dianjurkan untuk anak-anak dengan gangguan bahasa reseptif,

terlepas dari tidak adanya penelitian yang terkendali mengenai terapi gangguan.

Beberapa ahli terapi menyukai lingkungan stimuli yang ringan, dimana anak

diberikan instruksi linguistik individual. Beberapa lainnya menganjurkan bahwa

instruksi bicara dan bahasa diintegrasikan ke dalam berbagai lingkungan dengan

kelompok anak yang diajarkan beberapa struktur bahasa secara bersama-sama.

Banyak gejala yang terlibat dalam gangguan, sehingga lingkungan pendidikan

yang khusus dan kecil mungkin bermanfaat dalam memaksimalkan hasil terapi .

Page 6: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

4. Afasia yang didapat dengan Epilepsi/ Sindrom Landau-Kleffnerr

(F80.3).

Sindrom ini merupakan suatu gangguan yang didahului terlebih dahulu dengan

perkembangan berbahasa yang normal, kemudian kehilangan kedua kemampuan

berbahasa reseptif dan ekspresif, namun intelegensia umum masih dalam batas

normal. Onset gangguan disertai dengan abnormalitas paroksismal pada EEG dan

dalam banyak kasus disertai kejang epileptik. Pada umumnya, onset gangguan ini

berada pada rentang umur -7 tahun, tetapi dapat juga muncul lebih awal atau lebih

lambat. Pada seperempat jumlah kasus, akan terjadi kehilangan berbahasa secara

perlahan-lahan dalam beberapa bulan. Namun, pada kasus lain, onset terjadi

secara mendadak dalam beberapa hari atau minggu.

Hubungan temporal antara onset kejang dengan kehilangan berbahasa

bervariasi, biasanya salah satu mendahului yang lain dalam beberapa bulan

sampai tahun. Khas pada gangguan ini adalah ditemukannya hendaya berbahasa

reseptif yang sangat berat., dengan kesulitan dalam pengertian melalui

pendengaran yang sering timbul pada manifestasi awal. Beberapa anak menjadi

membisu, mengeluarkan suara ulang yang tak berarti atau kekurang lancaran

berbahasa. Pada beberapa kasus, kualitas suara terganggu dengan hilangnya

alunan suara yang normal. Kadang-kadang gangguan berbahasa timbul-hilang

dalam fase awal gangguan ini. Gangguan emosional dan prilaku sering menyusul

beberapa bulan setelah gangguan berbahasa, tetapi hal itu cenderung membaik

pada saat anak mampu berkomunikasi.

Penyebab kondisi ini tidak diketahui pasti, namun dengan ciri khas yang

ditunjukan diperkirakan disebabkan proses radang pada otak. Perjalanan penyakit

ini cukup bervariasi: kira-kira dua pertiga dari anak-anak ini akan tetap kurang

mampu dalam bahasa reseptif sedangkan satupertiganya mampu untuk sembuh

sempurna.

A. Gangguan perkembangan belajar khas (F81).

Page 7: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

Gangguan perkembangan belajar khas adalah suatu gangguan pada pola normal

kemampuan penguasaan keterampilan yang terganggu sejak stadium awal dari

perkembangan yang bukan semata-mata akibat dari kurangnya kesempatan belajar

atau pun berhubungan dengan cedera otak yang didapat ataupun penyakit lainnya.

Gangguan ini lebih banyak berasal dari kelainan proses kognitif, khususnya

beberapa tipe disfungsi biologis. Gangguan ini lebih banyak dijumpai pada anak

laki-laki daripada anak perempuan.

Dalam mendiagnosis gangguan perkembangan belajar khas, terdapat 5 hal

yang perlu diperhatikan dalammenegakan diagnosis kasus yakni:

a. Variasi normal dalam prestasi sekolah.

b. Perjalanan taraf perkembangan gangguan.

c. Keterampilan skolastik yang perlupengajaran dan pembelajaran.

d. Penyebab dari kesulitan membaca.

e. Belum bakunya cara terbaik dalam penggolongan gangguan perkembangan

khas kemampuan skolastik.

Gangguan perkembangan belajar khas terdiri dari sekelompok gangguan yang

ditandai oleh adanya hendaya yang khas dan bermakna dalam belajar

keterampilan skolastik. Hendaya dalam belajar ini tidak merupakan hasil langsung

dari gangguan yang lain (retardasi mental, defisit neurologis yang besar, masalah

visus dan daya dengar yang tidak terkoreksi, atau gangguan emosiona), walaupun

mungkin terdapat bersamaan dengan kondisi tersebut. Gangguan perkembangan

belajar khas seringkali terdapat bersamaan dengan sindrom klinis lain (seperti

gangguan pemusatan perhatian atau gangguan tingkah laku) atau gangguan

perkembangan lain (gangguan perkembangan motorik khas atau gangguan

perkembangan khas berbicara atau berbahasa). Etiologi dari gangguan

perkembangan belajar khas tidak diketahui, tetapi diduga hal ini disebabkan oleh

faktor biologis yang berinteraksi dengan faktor non biologis (seperti kesempatan

belajar dan kualitas pengajaran).

Terdapat syarat dasar dalam diagnosis gangguan perkembangan belajar khas

diantaranya adalah:

a. Terdapat hendaya yang bermakna dalam keterampilan skolastik tertentu.

Page 8: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

b. Hendayanya harus khusus dalam arti bahwa tidak semata-mata karena adanya

retardasi mental atau hendaya ringan pada intelegensia umum.

c. Hendaya harus dalam perkembangannya.

d. Tidak ada faktor luar yang menjadi alasan untuk kesulitan skolastik.

e. Gangguan perkembangan belajar khas tidak langsung disebabkan oleh

hendaya visus atau pendengaran yang tak terkoreksi.

1. Gangguan membaca khas (F81.0).

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan bermakna

dalam perkembangan kemampuan membaca, yang tidak semata-mata dijelaskan

dari usia mental, masalah ketajaman pandangan, atau dari tidak adekuatnya

pendidikan. Kemampuan mengerti/memahami bacaan, mengenali kata pada

bacaan, kemampuan membaca secara lantang, dan pelaksanaan tugas/pekerjaan

yang membutuhkan kemampuan membaca mungkin semua akan terkena.

Kesulitan mengeja seringkali dihubungkan dengan gangguan membaca khas dan

sering menetap sampai remaja walau kemampuan membaca sudah sempurna.

Anak-anak dengan gangguan membaca khas seringkali mempunyai riwayat

gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa dan pemeriksaan yang

seksama tentang fungsi berbahasa sering mengungkapkan kesulitan yang berada

bersama. Selain kegagalan akademik, absen dari sekolah dan masalah penyesuaian

sosial merupakan kesulitan yang sering dijumpai, terutama sekali pada akhir

pendidikan dasar dan menengah pertama.

2. Gangguan mengeja khas (F81.1)

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya yang khas dan bermakna

dalam perkembangan kemampuan mengeja tanpa riwayat gangguan membaca

khas, yang bukan disebabkan oleh rendahnya usia mental, masalah ketajaman

penglihatan atau pendidikan sekolah yang tidak adekuat. Kemampuan untuk

mengeja secara lantang (lisan) dan menuliskan kata secara benar keduanya

terkena. Anak memiliki sebuah masalah seperti kemampuan tulisan tangan tidak

harus dimasukan ke dalam gangguan ini. Namun, dalam beberapa kasus,

Page 9: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

kesulitan mengeja juga berhubungan dengan masalah kemampuan menulis.

Berlainan dengan pola gangguan membaca khas yang biasa, kesalahan mengeja

ternyata secara fonetik benar.

Penegakan diagnosis gangguan mengeja khas harus melihat kemampuan mengeja

secara bermakna dibawah tingkat yang seharusnya sesuai dengan usianya.

Penilaian gangguan ini sebaiknya dinilai dengan cara pemeriksaan untuk

kemampuan mengeja yang baku. Kemampuan membaca anak harus dalam batas

normal dan harus tidak ada riwayat sebelumnya yang bermakna tentang kesulitan

membaca. Kesulitan dalam mengeja bukan sebagai akibat cara pengajaran yang

tidak adekuat atau karena kekurangan daya penglihatan, pendengaran atau fungsi

neurologis, dan bukan didapat sebagai akibat gangguan neurologis, psikiatris atau

lainnya.

Meskipun diketahui bahwa gangguan mengeja murni berbeda dari gangguan

membaca yang berhubungan dengan kesulitan mengeja, ternyata sedikit sekali

diketahui tentang awal kejadian, perjalanan penyakitnya, hubungan atau akibat

dari gangguan mengeja.

3. Gangguan berhitung khas (F81.2)

Gangguan berhitung khas adalah suatu ketidakmampuan dalam melakukan

keterampilan aritmetika yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas

intelektual dan tingkat pendidikan seseorang.Kelemahan gangguan ini terletak

pada kelemahan pada penguasaan kemampuan dasar berhitung yaitu tambah,

kurang, kali dan bagi (bukan kemampuan matematika yang lebih abstrak seperti

aljabar, trigonometri, geometri atau kalkulus). Tidak adanya kemampuan

matematika ini dapat mengganggu kinerja sekolah atau aktivitas hidup sehari-hari.

a. Diagnosis

Pada penegakan diagnosis, gangguan berhitung harus ditemukan.Kemampuan

berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah daripada tingkat yang

seharusnya dicapai sesuai umurnya. Gangguan ini dinilai dengan cara

pemeriksaan untuk kemampuan berhitung yang baku. Keterampilan membaca dan

Page 10: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

mengeja harus dalam batas normal sesuai dengan sesuai dengan umur mental

anak.

Sebagian besar anak dengan gangguan berhitung dapat diklasifikasikan selama

kelas dua dan tiga dalam sekolah dasar. Kinerja anak yang terkena dalam

menangani konsep angka dasar, seperti berhitung dan menjumlahkan mengalami

gangguan meskipun kemampuan keterampilan intelektual di bidang lain dalam

batas normal. Selama dua atau tiga tahun pertama sekolah dasar, seorang anak

dengan gangguan berhitung tampak mengalami kemajuan dalam matematika

dengan menyandarkannya pada hafalan. Tetapi dengan segera, saat aritmatika

berkembang menjadi tingkat yang kompleks yang memerlukan diskrriminasi dan

manipulasi hubungan ruang dan numerik, adanya gangguan dicurigai.

Kesulitan berhitung ternyata beraneka ragam termasuk: sulit megerti konsep

perhitungan yang mendasari, tidak mengerti istilah dan lambang matematika,

tidak mengenal angka, kesulitan mengaksarakan upaya perhitungan dasar,

kesulitan mengenal angka yang terkait dengan soal berhitung, kesulitan dalam

menjajarkan angka yang sesuai atau meletakan titik desimal atau lambang

berhitung, tidak pandai mengatur ruang dalam perhitungan matematika dan tidak

mampu untuk menghafal perkalian secara memuaskan.

B. Gangguan perkembangan motorik khas (F82)

Gangguan koordinasi perkembangan merupakan suatu keadaan yang ditandai

dengan kinerja di dalam aktivitas harian yang memerlukan koordinasi berada

dibawah tingkat yang diharapkan untuk usia dan tingkat intelektual anak.

Gangguan koordinasi perkembangan juga dapat ditunjukan dengan keterampilan

motorik halus dan kasar yang canggung sehingga menimbulkan kinerja yang

buruk di dalam olahraga dan bahkan tulisan tangan. Anak dengan

gangguankoordinasi perkembangan dapat lebih sering terbentur atau menjatuhkan

barang-barang dibandingkan saudara kandungnya.

a. Diagnosis

Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan

koordinasi motorik yang tidak semata-mata disebabkan oleh retardasi mental atau

Page 11: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

gangguan neurologis khas baik yang didapat atau yang kongenital (selain dari

yang secara implisit ada kelainan koordinasi). Sesuatu yang biasa bahwa

kelambanan motorik dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan

melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial.

Pedoman diagnostik gangguan perkembangan motorik khas ditemukan koordinasi

motorik anak, dalam gerak halus atau kasar, harus secara bermakna di bawah rata-

rata kemampuan dari anak dalam usia mentalnya. Gangguan perkembangan

motorik khas dinilai dengan tes baku dari koordinasi motorik halus dan kasar.

Kesulitan dalam koordinasi haruslah tampak dalam fase perkembangan awal

(bukan merupakan hendaya yang didapat), dan juga bukan akibat langsung dari

gangguan penglihatan atau pendengaran atau dari gangguan neurologis lainnya.

Tanda klinis yang mengarahkan adanya gangguan koordinasi motorik terlihat

paling awal pada massa bayi, saat anak yang terkena mulai berusaha melakukan

tindakan yang memerlukan koordinasi motorik. Gambaran klinis yang penting

adalah gangguan kinerja anak yang jelas terganggu pada koordinasi motorik.

Kesulitan dalam koordinasi motorik mungkin bervariasi menurut usia dan stadium

perkembangan anak.

Pada massa bayi dan masa anak-anak awal gangguan mungkin bermanifestasi

sebagai keterlambatan kejadian perkembangan normal, seperti berputar,

merangkak, duduk, berdiri, berjalan, mengacingkan baju, dan mengunci retsleting

celana. Antara umur 2 dan 4 tahun, kecanggungan tampak pada hampir semua

aktivitas yang memerlukan koordinasi motorik. Anak yang terkena tidak dapat

memegan benda dan mereka mudah menjatuhkannya; Gaya berjalan mereka tidak

mantap; mereka seringkali tersandung pada kakinya sendiri; dan mereka mungkin

menabrak anak-anak lain saat berusaha mendekati mereka.

Pada anak yang lebih besar gangguan koordinasi motorik mungkin terlihat dalam

permainan di meja, seperti mencocokan kepingan gambar atau membangun balok,

dan pada tiap jenis permainan bola. Walaupun tidak ada ciri spesifik yang

patognomonik untuk gangguan koordinasi motorik, kejadian perkembangan

seringkali terlambat. Banyak anak dengan gangguan juga memiliki gangguan

bicara. Anak yang lebih tua mungkin juga memiliki masalah kesulitan sekolah

Page 12: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

sekunder, termasuk masalah perilaku dan emosional, yang memerlukan intervensi

teraupetik.

C. Gangguan perkembangan khas campuran (F83)

Keadaan ini merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas,

konsepnya inadekuat (tetapi perlu) dengan gangguan perkembangan khas

campuran dari berbicara dan berbahasa, keterampilan akademik, dan/atau fungsi

motorik, tetapi tidak ada satu gejala yang cukup dominan untuk dibuat sebagai

diagnosis utama. Sering gangguan perkembangan khas ini dihubungkan dengan

hendaya dalam fungsi kognitif, dan kategori campuran ini hanya digunakan jika

terjadi tumpang tindih yang jelas. Jadi kategori ini harus digunakan jika dipenuhi

kriteria dari dua atau lebih F80, F81 dan F82.

D. Gangguan perkembangan pervasif (F84)

Kelompok gangguan ini ditandai dengan kelainan kualitatif dalam interaksi sosial

yang timbul-balik dan dalam pola komunikasi, serta dan aktivitas yang terbatas,

stereotipik, berulang. Kelainan kualitatif ini menunjukan gambaran yang pervasif

dari fungsi-fungsi individu dalam semua situasi, meskipun dapat berbeda dalam

derajat keparahannya.

1. Autisme masa kanak (F84.0)

Gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh adanya abnormalitas

dan/atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun dan dengan

ciri fungsi yang abnormal dalam tiga bidang yakni interaksi sosial, komunikasi

dan prilaku yang terbatas dan berulang. Gangguan ini dijumpai 3 sampai 4 kali

lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan.

Penyebab autisme tidak diketahui secara pasti. Diduga peranan genetika juga

ikut berpengaruh terhadap terjadinya autisme. Selain itu, kelainan temuan-temuan

neurokimia juga ikut terlibat dalam autisme dengan peningkatan jalur katekolamin

dan serotonin pada anak autisme. Penyebab-penyebab lainnya yang diduga juga

Page 13: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

ikut berpengaruh terhadap kejadian autisme diantara adalah cedera otak, defisit

retikulum, perubahan struktur serebellum, lesi hipokampus dan lain-lain.

Pada autisme pada massa kanak, biasanya tidak ada riwayat perkembangan

normal yang jelas. Tetapi jika dijumpai, abnormalitas tampak sebelum usia 3

tahun, sehingga diagnosis sudah dapat ditegakkan meskipun gejala-gejalanya

dapat ditemukan pada semua kelompok umur.

Selalu ada hendaya kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik (Reciprocal

interaction). Hal ini berbentuk apresiasi yang tidak adekuat terhadap isyarat sosio-

emosional, yang tampak sebagai kurangnya respon terhadap terhadap emosi orang

lain dan/atau kurangnya modulasi terhadap perilaku dalam konteks sosial.Pada

autisme masa kanak ditemukan adanya hendaya kualitatif dalam komunikasi. Hal

ini berbentuk dengan kurangnya penggunaan keterampilan bahasa yang dimiliki

di dalam hubungan sosial. Demikian juga terdapat pola perilaku, minat dan

kegiatan yang terbatas, berulang dan stereotipik pada anak dengan autisme. Hal

ini berbentuk kecenderungan untuk bersikap kaku dan rutin dalam berbagai aspek

kehidupan sehari-hari.

Berbagai pendekatan terapeutik telah dianjurkan untuk menangani dan

menatalaksana anak-anak autis, namun keberhasilannya terbatas. Terapi perilaku

dengan pemanfaatan keadaan yang sedang berlaku dilaporkan meningkatkan

kemahiran bicara. Perilaku dekstruktif dan agresi sering dapat diubah dengan

manajemen perilaku. antagonis opiat yang kuat, baru-baru ini terbukti mengubah

masalah-masalah perilaku, penarikan diri dan stereotipik. Model penanganan

harian dengan menggunakan permainan, terapi kemampuan berbicara dan latihan

antarperorangan terstruktur juga menampakan harapan.

2. Autisme tak khas

Gangguan perkembangan pervasif yang dibedakan dari autisme dalam usia

awalnya atau dari tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi abnormalitas

dan/ atau hendaya perkembangan baru timbul untuk pertama kalinya setelah

berusia diatas 3 tahun; dan/ atau tidak cukup ditunjukan abnormalitas dalam satu

atau dua dari tiga bidang psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis autisme (

interaksi sosial timbal balik, komunikasi dan perilaku terbatas, stereotipik, dan

Page 14: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

berulang ) meskipun terdapat abnormalitas yang khas dalam bidang lain. Autisme

tak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental yang berat, yang

sangat rendah kemampuannya sehingga pasien tidak mampu menampakkan gejala

yang cukup untuk menegakkan diagnosis autisme; ini juga tampak pada individu

dengan gangguan perkembangan yang khas dari bahasa reseptif yang berat . jadi

autisme tak khas secara bermakna merupakan kondidi yang terpisah dari autisme.

3. Sindrom asperger (F84.5)

Sindrom asperger adalah suatu gangguan dengan validitas nosologis yang belum

pasti, ditandai oleh abnormalitas yang kualitatif sama seperti pada autisme, yaitu

hendaya dalam interaksi sosial yang timbal balik disertai dengan keterbatasan

perhatian dan aktivitas yang sifatnya stereotipik dengan pengulangan pola yang

sama. Gangguan ini berbeda dengan autisme karena tidak adanya keterlambatan

atau retardasi umum kemampuan berbahasa atau perkembangan kognitif.

Sebagian besar penderita mempunyai tingkat intelegensia rata-rata normal, tetapi

sering didapatkan mereka bersikap canggung/ kikuk. Kondisi ini banyak terjadi

pada anak laki-laki. Terdapat kecenderungan yang kuat bahwa abnormalitas yang

terjadi akan berlangsung sampai massa remaja dan dewasa.

Diagnosis gangguan ini berdasarkan kombinasi antara hambatan umum yang

secara klinik jelas berupa keterlambatan bahasa atau perkembangan kognitif,

disertai gejala seperti autisme yaitu defisiensi kualitatif fungsi interaksi sosial

yang timbal balik dengan pola prilaku perhatian dan aktivitas yang terbatas,

berulang dan stereotipik. Mungkin terdapat masalah komunikasi yang sama

seperti pada autisme, tetapi terdapatnya retardasi kemampuan bahasa yang jelas

akan menyingkirkan diagnosis.

4. Gangguan perkembangan pervasif YTT (F84.9)

Diagnosis ini merupakan kategori diagnosis sisa yang harus dipergunakan untuk

gangguan yang tidak dapat memenuhi deskripsi umum gangguan perkembangan

pervasif, tetapi terdapat informasi yang tidak memadai atau adanya hal yang

kontradiktif yang memenuhi kriteria untuk kode F84 lainnya.

Page 15: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

E. Gangguan perkembangan psikologis lainnya (F88).

Aganosia perkembangan termasuk dalam gangguan perkembangan psikosis

lainnya.

F. Gangguan perkembangan psikologis YTT (F89).

Gangguan perkembangan YTT termasuk dalam gangguan perkembangan psikosis

YTT.

Page 16: Gangguan Perkembangan Psikologi Dan Assesment Psikologi

DAFTAR PUSTAKA

Boston Children's Hospital. 2013. Learning disorders. [online]. Available from: http://www.childrenshospital.org/az/Site1229/mainpageS1229P0.html.

[Accessed on: 21 April 2015].

Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Fact Sheet: Developmental Disabilities.

[online]. Available from: http://www.cdc.gov/ncbddd/developmentaldisabilities/facts.html. [Accessed on: 21 April 2015].

Center for Disease Control and Prevention. 2012. Facts about Autistic Spectrum Disorders. (March 29, 2012). [online]. Available from: http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/facts.html.

[Accessed on: 21 April 2015].

Maslim Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ – III. Nuh Jaya. Jakarta

MedlinePlus. 2013. Language disorder-children. [online]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001545.htm. [Accessed on: 21 April 2015].

Michael Rutter, Dorothy V. M. Bishop, Daniel S. Pine, Stephen Scott, Jim Stevenson, Eric Taylor, Anita Thapar, ed. 2008. Rutter's Child and Adolescent Psychiatry, Fifth Edition. Dorothy Bishop and Michael Rutter. Blackwell Publishing Ltd. pp. 32–33.

National Center for Learning Disabilities.2013. Motor dyspraxia. [online]. Available from: http://www.ncld.org/types-learning-disabilities/dyspraxia/what-is-dyspraxia. [Accessed on: 21 April 2015].

Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavior

Sciences/Clinical Psychiatry. 11thed. Lippincott Williams & Wilkins, 2010, p.527-30.