ske a gibur

135
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A BLOK 24 Disusun oleh : Kelompok 4 Maulia Wisda Era Chresia 04111001010 Rizky Permata Sari S 04111001013 Melinda Rachmadianty 04111001014 Fitri Hidayati 04111001015 Imam Zahid 04111001019 Clara Adelia Wijaya 04111001020 Lismya Wahyu Ningrum 04111001023 Mentari Indah Sari 04111001024 Meylinda 04111001028 R A Delila Tsaniyah 04111001043 Mia Hayati Khairunnisa 04111001045 Wira Dharma Utama 04111001048 Fadlia 04111001057 Audrey Witari 04111001060 Ferdy Sugianto 04111001062 Tutor: dr. Mazna Hamzah, SpParK, M.Kes.

Upload: oranguntung

Post on 11-Dec-2015

273 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

gibur

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIALSKENARIO A BLOK 24

Disusun oleh : Kelompok 4Maulia Wisda Era Chresia04111001010Rizky Permata Sari S04111001013Melinda Rachmadianty04111001014Fitri Hidayati04111001015Imam Zahid04111001019Clara Adelia Wijaya04111001020Lismya Wahyu Ningrum04111001023Mentari Indah Sari04111001024Meylinda04111001028R A Delila Tsaniyah04111001043Mia Hayati Khairunnisa04111001045Wira Dharma Utama04111001048Fadlia04111001057Audrey Witari04111001060Ferdy Sugianto04111001062Tutor: dr. Mazna Hamzah, SpParK, M.Kes. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2014

2

DAFTAR ISI

Halaman judul1

Daftar Isi2

Kata Pengantar3

Hasil Tutorial dan Belajar Mandiri

1. Skenario................................................................................................................. 4

2. Klarifikasi Istilah................................................................................................... 5

3. Identifikasi Masalah.............................................................................................. 6

4. Analisis Masalah.................................................................................................... 7

5. Sintesis...................................................................................................................68

6. Kerangka Konsep...................................................................................................87

Kesimpulan 87

Daftar Pustaka88

KATA PENGANTARPuji syukur penyusun haturkan kepada Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tutorial blok 24 ini dapat terselesaikan dengan baik.Laporan ini bertujuan untuk memaparkan hasil yang didapat dari proses belajar tutorial, yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan ini, mulai dari tutor pembimbing, anggota kelompok 4 tutorial, dan juga teman- teman lain yang sudah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Palembang, 2 April 2014

Penyusun

Skenario A Blok 24 Tahun 2014

Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lender dan tidak ada darah. Tidak ada muntah. Sebelumnya, ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu.Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang : ASI, susu formula standar merek S 6 kali sehari @2,5 sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 mL, dan bubur bayi beras merah merek C kali 1 sachet sehari @ 20 gram (80 Kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah benar. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2 kali, Hepatitis B dua kali dan polio satu kali. Reygen dilahirkan dari keluarga: Ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, Ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang ( usia 7 tahun, 5 tahun, dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3 m x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak sumur dengan mck 6 meter.Pemeriksaan fisik: Kelihatan sangat kurus, kesdaran kompos mentis, denyut nadi 124x/menit, isi dan tegangan cukup, pernafasan 30x/menit, suhu 36,8oC. Setelah dilakukan pengukuran antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm, lingkar kepal 46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.

I. Klarifikasi istilah

1. Diare:Pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak normal (biasanya >3 kali dalam 24 jam).2. ASI eksklusif :Pemberian ASI secara eksklusif tanpa pemberian makanan dan minuman lain, sedini mungkin setelah persalinan pada bayi berumur 0-6 bulan yang merupakan intervensi paling efektif untuk mencegah kematian anak.3. Imunisasi BCG:Basillus Calmette Guerin; Imunisasi yang diberikan pada bayi untuk mencegah penyakit TBC.4. Imunisasi DPT:Imunisasi kombinasi terhadap batuk pertusis, difteri dan tetanus.5. Imunisasi Hepatitis B:Imunisasi yang dilakukan terhadap virus Hepatitis B.6. Imunisasi Polio:Imunisasi terhadap penyakit virus akut yang biasanya disebabkan oleh polio virus atau poliomyelitis.7. Pengukuran antropometri:Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran- ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu seperti timbangan dan pita pengukur.8. Dismorfik:Keadaan dimana terdapat bentuk morfologi berbeda-beda.9. Iga gambang:Tulang rusuk (costae) yang menonjol dan tampak jelas di permukaan thoraks. 10. Perut cekung:Keadaan permukaan abdomen yang masuk ke dalam. 11. Baggy pants:Suatu tanda dimana pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar.

II. Identifikasi masalah1. Reygen, anak laki-laki usia 11 bulan, dibawa ibunya ke klinik karena BAB cair selama 3 hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan, kuning, tidak ada lender dan tidak ada darah. Tidak ada muntah. 2. Sebelumnya, ia juga pernah mengalami diare pada usia 3 bulan, 8 bulan, dan 10 bulan.3. Reygen lahir normal, spontan, cukup bulan ditolong bidan dengan berat badan lahir 2800 gram, panjang badan lahir 47 cm, lingkar kepala lahir tidak diukur. 4. Reygen saat ini mengalami keterlambatan perkembangan, baru bisa merangkak dan duduk pada umur 9 bulan, tapi sejak sakit duduk harus dibantu.5. Riwayat nutrisi sebelum sakit: ASI eksklusif dari lahir sampai umur 3 bulan lalu usia setelah 3 bulan sampai dengan sekarang : ASI, susu formula standar merek S 6 kali sehari @2,5 sendok takar dicampur dengan air panas sampai 90 mL, dan bubur bayi beras merah merek C kali 1 sachet sehari @ 20 gram (80 Kalori). Menurut ibunya, cara membuat campuran susu formula sudah benar. Ibu tidak pernah membuat bubur bayi rumahan dan lebih suka memakai bubur bayi pabrikan.6. Reygen sudah pernah mendapat imunisasi BCG, DPT 2 kali, Hepatitis B dua kali dan polio satu kali. 7. Reygen dilahirkan dari keluarga: Ayah usia 35 tahun, tidak tamat SD dan tukang becak, Ibu usia 32 tahun, tidak tamat SD ibu rumah tangga, jumlah saudara 3 orang ( usia 7 tahun, 5 tahun, dan 3 tahun). Rumah masih menyewa, 3 m x 7m, ventilasi jendela cukup, lantai semen, sumber air minum sumur gali, jarak sumur dengan mck 6 meter.8. Pemeriksaan fisik: Kelihatan sangat kurus, kesdaran kompos mentis, denyut nadi 124x/menit, isi dan tegangan cukup, pernafasan 30x/menit, suhu 36,8oC. Setelah dilakukan pengukuran antropometri, hasil pengukuran: berat badan 5150 gram, panjang badan 70 cm, lingkar kepal 46 cm, wajah seperti orang tua, tidak ada dismorfik, mata tidak ada tanda-tanda defisiensi vitamin A, tidak ada edema, iga gambang, perut cekung, lengan dan tungkai kurus, dan terdapat baggy pants.

III. Analisis masalah1. Apa etiologi dan bagaimana mekanisme dari BAB cair? Jawab:Etiologi diareEtiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:a. Infeksib. Dimana pada faktor infeksi ini, kuman masuk ke saluran GI dan berkembang. Hal ini akan merusak sel mukosa usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi usus dalam mengabsorbsi cairan dan elektrolit kemudian akan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya diarec. Malabsorbsi d. Kegagalan absorbsi yang terjadi akan meningkatkan tekanan osmotik hal ini kemuadian akan menyebabkan terjadinya pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang menyebabkan diaree. Imunodefisiensif. Defisiensi imun, terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) akan mengakibatkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutamaCandida yang menyebabkan timbulnya diare pada anakg. Psikologis h. Yakni berupa rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, namun dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

Mekanisme:Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam penyebab diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam tiga macam kelainan pokok yang berupa:a. Kelainan Gerakan Transmukosal Air dan Elektrolit Gangguan reabsorbsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan diare. Disamping itu peranan faktor infeksi pada patogenesis diare akut adalah penting, karena dapat menyebabkan gangguan sekresi (diare sekretorik), difusi (diare osmotik), malabsorbsi dan keluaran langsung. Hormon-hormon saluran diduga juga dapat mempengaruhi absorbsi air pada manusia, antara lain gastrin, sekretin, kolesistokinin dan glikogen. Suatu perubahan pH cairan usus seperti terjadi pada Sindrom Zollinger Ellison ataupada jejunitis dapat juga menyebabkan diare. b. Kelainan Laju Gerakan Bolus Makanan dalam Lumen Usus Suatu proses absorbsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga waktu sentuhan yang adekuat antara kim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan untuk absorbsi yang normal. Motilitas usus merupakan faktor yang berperanan penting dalam ketahanan lokal mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikroba usus berkembang biak secara berlebihan, yang kemudian dapat merusak mukosa usus. Kerusakan mukosa usus akan menimbulkan gangguan digesti dan absorbsi, yang kemudian akan terjadi diare. Selain itu hipermotilitas dapat memberikan efek langsung sebagai diare.c. Kelainan Tekanan Osmotik dalam Lumen Usus Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas dari pencernaan dan absorbsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intra lumen, yang akan menimbulkan gangguan absorbsi air. Malabsorbsi karbohidrat pada umumnya sebagai malabsorbsi laktosa, yang terjadi karena defisiensi enzim laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu mengalami hidrolisis yang tidak sempurna sehingga kurang diabsorbsi oleh usus halus. Sebagai akibat diare, baik yang akut maupun kronis akan terjadi: 1. Kehilangan Air dan Elektrolit Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi), serta gangguan keseimbangan asam basa disebabkan oleh: (1) previous water losses, kehilangan cairan sebelum pengelolaan, sebagai defisiensi cairan, (2) normal water losses, berupa kehilangan cairan karena fungsi fisiologis, (3) concomittant water losses, berupa kehilangan cairan waktu pengelolaan, dan (4) masukan makanan yang kurang selama sakit, berupa kekurangan masukan cairan karena anoreksia atau muntah. Mekanisme kekurangan cairan pada diare dapat terjadi karena: (1) pengeluaran usus yang berlebihan, karena sekresi mukosa usus yang belebihan atau difusi cairan tubuh akiban tekanan osmotik intra lumen yang tinggi, (2) masukan cairan yang kurang, karena muntah, anoreksia, pembatasan makan dan minum, keluaran cairan tubuh yang berlebihan (demam atau sesak napas).2. Gangguan Gizi Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena: (1) masukan makanan berkurang, (2) gangguan penyerapan makanan, (3) katabolisme dan, (4) kehilangan langsung.3. Perubahan Ekologi dan Ketahanan Usus Kejadian diare akut pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus, keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang tercerna sehungga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolit yang berupa substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan merubah ekologi kimiawi isi lumen usus, yang dapat menimbulkan keadaan bakteri tumbuh lampau, yang berarti merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri tumbuh lampau akan memberikan kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam empedu sehingga terjadi peningkatan jumlah asam empedu yang dapat memberikan timbulnya kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan ini dapat pula disertai dengan gangguan mekanisme ketahanan lokal pada usus, baik yang disebabkan oleh kerusakan mukosa usus maupun perubahan ekologi isi usus

Pada kasus: Pemberian makanan padat pada usia 3 bulan berbahaya karena bisa menimbulkan pengendapan zat makanan pada lambung, menimbulkan infeksi dan juga bisa menyebabkan obstruksi usus karena pada umur 3 bulan, keadaan saluran pencernaan belum sempurna dimana gerakan peristaltik usus yang masih belum baik karena saraf-saraf intrinsik usus masih dalam proses pematangan. Kerusakan mukosa usus dan infeksi Giardiasis merupakan penyebab dari diare berulang.

Higenitas Anak (11 bln) minum susu formula sejak usia 3 bln kurang higienis (dari botol, dot, ataupun susu itu sendiri) kontaminasi kuman diare Infeksi (Sistem Imunitas)Reygen 11 bulan, minum susu formula dan MP-ASI sejak usia 3 bulan jumlah ASI yang diberikan lebih rendah kuantitasnya (Karena pemberian ASI diiringi dengan pemberian susu formula dan MP-ASI) deteoriasi sistem imun tubuh berisiko tercemar berbagai mikroorganisme terutama virus dan bakteri penyebab diare yang menyebar melalui media air dan sanitasi yang buruk diare Fisiologis pencernaanReygen 11 bulan, minum susu formula dan MP-ASI sejak usia 3 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI + usus bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing tidak terjadi pencernaan makanan dengan baik + hiperosmolaritas(cairan banyak ke lumen usus) diareAir susu ibu merupakan makanan bayi terbaik dan alami. Air susu ibu dengan komposisi yang unik, diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. Air susu ibu mengandung zat antibodi humoral dan selular sehingga morbiditas bayi yang mendapat ASI lebih rendah dibanding dengan bayiyang mendapat susu formula. Air susu ibu mengandung enzim-enzim yang membantu pencernaan dan juga enzim yang berfungsi sebagai antibakteri seperti lisozim, katalase dan peroksidase. Selain itu ASI mengandung hormonhormon seperti ACTH, TRH, TSH, EGH, prolaktin, kortikosteroid, prostaglandin dll. Pemberian ASI, mempunyai dampak pada ibu yaitu mengurangi perdarahan postpartum, mempercepat involusi uterus dan menunda kembalinya kesuburan.Pemberian ASI dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun yaitu usia anak dapat makan makanan padat dengan baik. Diet ibumempengaruhi kandungan nutrien dalam ASI.

2. Bagaimana makna klinis dari BAB cair selama 3 hari 4-5x/hari @ 1-2 sendok makan, kuning,tidak ada lendir, tidak ada darah dan tidak ada muntah? Jawab: Berdasarkan etiologi atau penyebab diare bisa dibedakan menjadi : Diare akut et causa RotavirusPenyebab utama diare pada anak-anak terutama usia < 2 tahun, dipengaruhi musim, diduga faktor kelembaban yang rendah menaikkan survival virus. Gambaran Klinis :1. Inkubasi: 1-4 hari. 2. Respon terhadap infeksi rotavirus bervariasi: mulai dari subklinis, diare ringan s/d berat bahkan dapat mengakibatkan kematian.3. Gambaran utama: Demam (>380C).Konsistensi feses cair.Dehidrasi.Muntah.4. Biasanya: berat pada infant & anak balita, tetapi kurang berat pada neonatus dan dewasa. 5. Lama gejala: 4-5 hari.6. Virus shedding: 6-10 hari. - ETEC (Entero Toxigenic E. coli)Bakteri ini biasanya menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi.Manifestasi klinik:Diare cair yang mendadakNyeri abdomenNausea MuntahSedikit atau tidak adanya demam

INTOLERANSI LAKTOSAKetidakmampuan sistem pencernaan tubuh untuk mencerna laktosa karena kurangnya enzim pencernaan yaitu laktase dalam usus. Klasifikasi:1.Congenital : diturunkan dari generasi ke generasi, bayi tersebut akan intoleran terhadap laktosa pada ASI ibunya sendiri sehingga akan terjadi diare sejak lahir.2.Primer : secara normal, tubuh memproduksi lactase dalam jumlah besar pada kelahiran dan balita, saat susu menjadi sumber utama nutrisi. Produksi ini akan berkurang jika sumber makanan kita mulai bervariasi dan kurangnya asupan susu. 3.Sekunder : produksi lactase berkurang setelah seseorang mengalami penyakit, operasi pada usus. Keadaan ini hanya akan berlangsung beberapa waktu dan akan pulih tetapi jika disebabkan oleh penyakit jangka panjang maka akan bersifat permanent. Gejala klinik :diarekram perutflatulensimuntah (anak-anak)perut tidak nyaman Berdasarkan gejala klinik kita bisa membedakan diare menjadi : Diare akut Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Berdasarkan penyebabnya, diare dibedakan atas: - Disentri amuba, infeksi parasit Entamoeba histolytica - Disentri basiler, infeksi bakteri golongan ShigellaPada disentri basiler, penderita mengalami diare yang hebat yaitu mengeluarkan feses yang encer hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi lemas, kurus dan mata cekung karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi). Gejala lainnya yaitu perut terasa nyeri dan mengejang. Kolera adalah penyakit diare akut, yang disebabkan oleh infeksi usus akibat terkena bakteria Vibrio Cholerae. Bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi serta tinja orang yang telah terinfeksi. Gejala dimulai dalam 1-3 hari setelah terinfeksi bakteri, mulai dari diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat fatal. Diagnosa Gejala Kolera : - Diare yang encer dan berlimpah tanpa didahului oleh rasa mulas atau tenesmus. Diare terjadi berkali-kali dan dalam jumlah yang cukup banyak. - Feces (tinja) yang semula berwarna dan berbau berubah menjadi cairan putih keruh (seperti air cucian beras) tanpa bau busuk ataupun amis, tetapi seperti manis yang menusuk. - Feces (cairan) yang menyerupai air cucian beras ini bila diendapkan akan mengeluarkan gumpalan-gumpalan putih.- Terjadinya muntah setelah didahului dengan diare yang terjadi, penderita tidaklah merasakan mual sebelumnya. - Kejang otot perut bisa juga dirasakan dengan disertai nyeri yang hebat. Berdasarkan penjelasan di atas dan juga makna klinis yang dialami oleh pasien maka kemungkinan penyebab diare pada anak ini bisa karena rotavirus atau E.coli.Cairan yang keluar : 1 sendok : 8-10 ml ( kesehatan : 15 ml ) jadi total cairan keluar 96 ml 300 ml= 3 x 4 x 8 = 96 ml= 3 x 5 x 20 =300 ml

3. Bagaimana dampak dari diare yang dialami oleh Reygen? Jawab:Kehilangan cairan dan elektrolit yang secara mendadak dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi, yaitu: Dehidrasi : ringan, sedang, dan berat. Renjatan hipovolemik yaitu kejang akibat volume darah berkurang. Hipokalemia yaitu kadar kalium dalam darah rendah dengan gejala meteorismus (kembung perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung dan usus), hipotonik otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektrokardiogram. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah yang rendah. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defesiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa usus halus. Kejang terutama pada hidrasi hipotonik. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan (masukan makanan berkurang, pengeluaran bertambah). Selain itu, diare juga dapat menyebabkan dehidrasi, namun pada kasus ini tidak dijumpai adanya dehidrasi karena tidak dijumpai kondisi seperti pada table . Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

4. Bagaimana hubungan diare pada usia 3 bulan, 8 bulan dan 10 bulan dengan diare yang sekarang? Jawab:Pernyataan di atas menunjukkan bahwa diare terus berulang terjadi sejak ia usia 3 bulan. Hal ini mentisyaratkan bahwa diare yang terjadi pada reygen terjadi terus menerus dan ada kaitannya dengan keadaaan gizi buruk yang sedang dialaminya. Infeksi yang menyebabkan mudahnya Reygen mengalami diare akibat meningkatnya deteriorasi sistem imun pada reygen. Berkurangnya produksi atau menurunnya kapasitas fungsional seluruh komponen sel imun telah banyak dilaporkan pada gizi buruk. Diare yang menyertai kasus gizi buruk biasanya adalah diare persisten. Diare persisten secara definisi berarti diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan penyebab infeksi. Banyak faktor yang menyebabkan diare akut berlanjut menjadi diare persisten seperti umur di bawah satu tahun, keadaan malnutrisi, penyakit gangguan kekebalan tubuh, riwayat diare sebelumnya, dan infeksi usus spesifik seperti parasit. Malnutrisi merupakan faktor risiko terjadinya diare, demikian pula sebaliknya diare dapat menimbulkan malnutrisi. Diare pada malnutrisi akan menyebabkan lamanya penyembuhan dan meningkatkan angka kematian.Defesiensi makronutrien seperti protein, karbohidrat dan lemak dan dikombinasi oleh defesiensi mikronutrient adalah masalah yang paling sering terjadi. Defesiensi nutrisi terutama protein akan menganggu respon imun tubuh, termasuk cell-mediated immunity dan produksi secretory IgA pada anak. Di sisi lain malnutrisi akan mempermudah infeksi karena pengaruh negatif pada pertahanan kulit dan mukosa melalui gangguan imun Sehingga gizi buruk merupakan faktor risiko kuat untuk meninglkatkan morbiditas dan mortalitas pada infeksi. Jadi apat kita simpulkan diare persisten dan bverulang yang terjadi pada Reygen diakibatkan oleh gizi buruk yang dialaminya.Selain itu dari pernyataan di atas juga diketahui bahwa diare pertama kali terjadi saat usia Reygen mencapai 3 bulan, saat Reygen mulai mengonsumsi susu formula. Walaupun bayi umur 0-6 bulan mengalami pertumbuhan yang pesat, namun sebelum mencapai usia 6 bulan, sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. Berdasarkan rekomendasi dari WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 1979 menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dengan alasan apapun susu formula harus dihindarkan pada saat usia bagi bayi menerima ASI eksklusif (0-6 bulan) karena susu formula mudah terkontaminasi oleh kuman dan dalam pemberian susu formula harus disesuaikan dengan takaran susu dan umur bayi. (Sarwono, 2010).

5. Bagaimana BAB normal pada bayi? Jawab:Bayi memiliki frekuensi defekasi yang beragam dari 8-10 kali per hari sampai 2-3 kali perminggu, dengan rerata 1-2 x/hari. Konsistensi dari yang cair sampai lembek. Warna feses umumnya berwarna kuning dan coklat. Frekuensi defekasi bayi mulai stabil pada umur 4 bulan, dan pada umur 6 bulan menyerupai anak yang besar atau dewasa. Konsistensi feses bayi umur 6-12 bulan pada umumnya lembek dan warna umumnya coklat atau kuning tetapi dapat berwarna hijau. Frekuensi defekasi bayi yang mendapat ASI lebih sering dan lebih lembek dibandingkan dengan yang mendapatkan susu formula.Konsistensi feses berdasarkan Bristol stool chart yang membagi bentuk feses menjadi 7 tipe. Tipe 1 gumpalan feses terpisah, keras seperti kacang (sulit dikeluarkan). Tipe 2 bentuk sosis, bergumpal tanpa celah. Tipe 3 seperti sosis dengan celah pada permukaan. Tipe 4 seperti sosis, halus, dan lembut. Tipe 5 gumpalan lembut dengan potongan (mudah dikeluarkan). Tipe 6 lunak seperti busa atau bubur. Tipe 7 seluruhnya cair.3 Tipe 1 dan 2 adalah tipe yang memenuhi kriteria konsistensi feses yang sesuai dengan batasan konstipasi dan tipe 6 dan 7 memenuhi kriteria konsistensi feses untuk diare.

6. Bagaimana kemungkinan riwayat lahir dapat memengaruhi diare dan gizi buruk pada anak? Jawab:Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya gizi buruk, diantaranya adalah status sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik pada anak, dan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR memengaruhi gizi buruk karena bayi yang mengalami BBLR cenderung mengalami komplikasi penyakit karena kurang matangnya organ, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan gizi pada balitaPada BBLR juga didapatkan kekebalan tubuh kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini menyebabkan balita kurang nafsu makan sehingga asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh menjadi berkurang dan dapat menyebabkan gizi buruk.Meningkatnya risiko diare persisten pada gizi buruk disebakan gangguan protektif dari host sendiri, seperti hipoklorhidria, gangguan motilitas, sintesis antibodi yang berkurang dan gangguan imunitas seluler sehingga memudahkan kolonisasi bakteri patogen. Pada anak ini juga terdapat penurunan pergantian sel mukosa usus setelah infeksi sehingga memperlambat penyembuhannya. Faktor risiko diare persisten lainnya adalah riwayat diare sebelumnya dan pemakaian antibiotik sebagai pengobatan.Pengaruh yang tidak diharapkan dari diare terhadap status nutrisi berupa penurunan masukan makanan dan absorpsi saluran cerna dan peningkatan katabolisme dan kehilangan nutrient serta cairan yang dibutuhkan untuk sintesis jaringan dan pertumbuhan. Diare pada gizi buruk akan menyebabkan lamanya penyembuhan dan meningkatkan angka kematian. Di sisi lain gizi buruk akan mempermudah infeksi karena pengaruh negatif pada pertahanan kulit dan mukosa melalui gangguan imun.Jadi, bila dalam kasus ada riwayat BBLR, maka itu merupakan faktor risiko terjadinya gizi buruk. Selanjutnya balita yang berada dalam status gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan, penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak.

7. Bagaimana Pertumbuhan dan Perkembangan normal pada usia 11 bulan? Jawab: Pertumbuhan normal bayi laki-laki usia 11 bulan menurut Growth Chart WHO: Berat badan ideal: 9,4 kg Panjang badan: 74,5 cm Lingkar kepala: 45,8 cm Gigi geligi : 10-12 buah Lingkar kepala : 43-47 cm.

Perkembangan normal: Motorik kasar: Pada usia 11 bulan, bayi berjalan dengan bantuan, merambat. Motorik halus: Mulai dari usia 9 bulan, bayi bisa memegang dengan 2 jari. Bayi mampu memasukkan kubus ke cangkir, memegang sesuatu dengan ibu jari dan jari lainnya, membenturkan 2 kubus yang dipegang, memindahkan kubus ketangan yang lain. Bicara: Mulai dari usia 9 bulan, bayi bisa menyebutkan bunyi konsonan (b,d,m,g), mama papa spesifik, bayi dapat bicara 2 kata, meniru bunyi suara, menoleh kearah suara, berteriak, tertawa. Sosial emosi: Mulai dari usia 9 bulan, bayi bisa berinteraksi 2 arah, menunjuk & memegang benda yg diulurkan.

8. Bagaimana cara mengukur pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 11 bulan? Jawab:SINTESIS

9. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari perkembangan Reygen sekarang? Jawab:

Berdasarkan skenario diketahui bahwa Reygen mengalami keterlambatan perkembangan untuk anak seusianya, seharusnya anak berusia 9 bulan pada tabel sudah bisa berdiri berpegangan, sedangkan pada kasus pada umur 9 bulan Reygen baru bisa merangkak dan duduk, padahal itu adalah kemampuan untuk anak 6 bulan. Bahkan keadaan ini menjadi parah ketika Reygen sakit, karena untuk duduk pun Reygen duduk harus dibantu. Disini terlihat Reygen mengalami perkembangan motorik yang lambat , dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satupenyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakitneuromuskular. Sedangkan penyebab lainnya : Kondisi kesehatan anak yang kurang mendukung. Keterlambatan anak mulai berjalan bisa disebabkan oleh gangguan neurologis, gizi buruk, maupun penyakit seperti : riwayat kekurangan oksigen saat lahir, penyakit-penyakit perinatal yang berat (sepsis, kerinikterus, meningitis), bayi lahir dengan berat sangat rendah, bayi prematur, cerebal palsy, pasca kejang lama, penyakit jantung bawaan, dan lain sebagainya. Faktor keturunan. Beberapa kasus menunjukkan orangtua yang mempunyai riwayat terlambat berjalan akan menurun kepada anaknya. Bentuk dan berat badan anak. Anak dengan kaki yang pendek biasanya lebih cepat berjalan daripada yang berkaki panjang. Semakin panjang kaki anak, biasanya jadi lebih sulit menyeimbangkan badan. Pengalaman buruk waktu belajar berjalan. Kecelakaan yang mungkin terjadi saat belajar berjalan seperti tersandung hingga membentur meja bahkan berdarah, bisa mengakibatkan anak trauma dan malas berlatih lagi. Terlebih lagi jika ditambah dengan respon orangtua yang terlalu mengkhawatirkannya. Bayi yang tidak dikelilingi anak-anak lain. Hal ini biasanya mengakibatkan anak jadi lebih lambat berjalan karena tidak ada yang memberinya contoh (meski tidak selalu). Orangtua maupun lingkungan yang overprotective. Rasa sayang yang berlebihan dengan melarang anak untuk melakukan kegiatan yang menantang karena khawatir jatuh atau terpeleset, membuat anak kehilangan kepercayaan diri untuk mulai berjalan. Kebiasaan terlalu sering digendong dan pemakaian baby walker yang berlebihan juga dapat membuat anak malas belajar jalan.Mekanisme Abnormal :Keterlambatan perkembangan pada Reygen terjadi karena masalah yang saling berhubungan. Bukan hanya dari satu faktor. Ada beberapa penyebab :A. Gizi BurukKondisi Reygen berdasarkan data yang ada bisa kita simpulkan sebagai gizi buruk. Nutrisi ataupun gizi mempunyai peran penting terhadap perkembangan seorang anak. Ada beberapa mekanisme untuk itu: Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism isolasi diri yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak ( conserve energy ) dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan potein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.Untuk melakukan suatu aktivitas motorik, dibutuhkan ketersediaan energi yang cukup banyak. Tengkurap, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari melibatkan suatu mekanisme yang mengeluarkan energi yang tinggi, sehingga yang menderita KEP (Kurang Energi Protein) biasanya selalu terlambat dalam perkembangan motor milestone. Sebagai contoh, pada anak usia muda, komposisi serat otot yang terlibat dalam pergerakan kontraksi kurang berkembang pada anak yang kurang gizi. Keadaan ini juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang sehingga terjadi pertumbuhan badan yang terlambat. Tengkurap, merangkak, dan berjalan menurunkan ketergantungan atau kontak yang terus-menerus dengan pengasuhnya. Keadaan ini berpengaruh nyata terhadap mekanisme self-regulatory ,sehingga anak menjadi lebih bersosialisasi dan ramah dengan lingkungannya. Sebaliknya, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumber-sumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi emosional, sehingga akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan kecerdasan anak. Hasil penelitian tersebut pun menghasilkan suatu dugaan bahwa perkembangan neurologi sebelum berumur 18 bulan berhubungan erat dengan defisiensi gizi yang dapat bersifat permanen. Umur 18 bulan dari hasil penelitian ini dapat merupakan batas atau cut off point . Hasil-hasil penelitian pada tikus menunjukkan bahwa gizi kurang dapat berakibat defisit myelinisasi pada otak yang irreversibel . Pada tikus, masa-masa kritis terjadi pada saat umur 8 14 hari,dan berdasarkan periode puncak pertumbuhan maka pada manusia dapat terjadi pada usia 6 18 bulan.Sehubungan dengan hal tersebut, maka bayi kurang gizi yang tidak mendapat suplemen diduga mengalami defisit myelinisasi. Artinya terjadi kesulitan dalam menghantarkan informasi dari satu neuron ke neuron yang lain dan mengakibatkan intelektual anak rendah. Hal ini pun pada akhirnya mempengaruhi perkembangan motorik anak. Refleks anak terhadap lingkungannya akan terhambat.B. DiareDiare yang di alami oleh Reygen sebenarnya ikut memberikan dampak terhadap status gizi Reygen sekarang. Serangan penyakit infeksi yang berulang kali, lebih-lebih dalam jangka pendek, akan menjadi awal timbulnya gizi kurang, yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang.Intek gizi yang tidak cukup dan infeksi merupakan penyebab langsung gizi kurang pada bayi dan anak (UNICEF, 1999). Hal ini berdampak tidak saja terhadap kekurangan gizi makro tetapi juga gizi mikro yang sangat perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini .Jellife (1990) dalam Hasriani (2004) dalam penelitian Rahmah (2010) mengemukakan bahwa penyakit infeksi mempunyai efek terhadap status gizi untuk semua umur, tetapi lebih nyata pada kelompok anak. Kebutuhan energi pada saat infeksi biasa mencapai dua kali kebutuhan normal karena meningkatnya metabolisme dalam tubuh. Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi sebagai akibat menurunnya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit. Masa bayi dan balita sangat rentan terhadap penyakit. Jaringan tubuh pada bayi dan balita belum sempurna dalam upaya membentuk pertahanan tubuh seperti halnya orang dewasa. Umumnya penyakit yang menyerang anak bersifat akut artinya penyakit menyerang secara mendadak dan gejala timbul dengan cepat.Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara yaitu memengaruhi nafsu makan sehingga kebutuhan zat gizinya tidak terpenuhi. Secara umum defisiensi gizi sering merupakan awal dari gangguan defisiensi sistem kekebalan. Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik dan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi yang kurang dapat mempermudah seseorang terkena penyakit infeksi.Pada kasus diare yang dialami Reygen menyebabkan ia tidak mempunyai nafsu makan sehingga kekurangan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke tubuhnya, yang dapat berakibat kurang gizi. Serangan diare berulang atau diare akut yang berat pada anak berakibat kurang gizi dan mengarah ke KEP merupakan resiko kematian.Anak yang menderita diare mengalami penurunan cairan serta gangguan keseimbangan zat gizi dan elektrolit. Zat gizi tidak dicerna, diserap usus dan hilang larut begitu saja bersama tinja, contohnya zat mikro zink yang akan banyak hilang ketika anak diare, begitupan dengan natrium dan elektrolit lainnya.Banyak faktor yang menimbulkan diare ini antara lain faktor lingkungan, faktor balita, faktor ibu, dan faktor sosiodemografis. Dari beberapa faktor tersebut, pada kasus ini faktor lingkungan cukup memberikan peran. Segala aspek harus dibahas mulai dari Sarana Air Bersih (SAB), jamban, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), keadaan rumah, tempat pembuangan sampah, kualitas bakteriologis air bersih dan kepadatan hunian.Pada aspek perilaku ibu menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih yang dilakukan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dalam mencegah terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita. Salah satu perilaku hidup bersih yang umum dilakukan ibu adalah mencuci tangan sebelum memberikan makan pada anaknya. Pada aspek pengetahuan ibu, rendahnya pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita (Adisasmito, 2007). Dari faktor pengetahuan didapatkan jenjang pendidikan yang dimiliki oleh ibu dalam menerima/menyerap informasi karena pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar 40% ibu mempunyai jenjang pendidikan terakhir SMA, yang kemungkinan ibu kurang mendapat informasi mengenai kesakitan bayi dan cara menjaga bayinya. Adapun faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi gangguan pada saluran pencernaan bayi yaitu kurangnya konsul ibu ke pelayanan kesehatan terdekat, memberikan imunisasi yang teratur, kurangnya kebersihan lingkungan didalam rumah maupun diluar rumah, kurangnya memperhatikan kebersihan bayi seperti makanan, mainan, baju, botol susu.

Gordon dan taylor nengatakan adannya hubungan timbal balik antara infeksi dan nutrisi. Infeksi akan menyebabkan gangguan nutrisi dimana terjadi berkurangnya intake kalori dan absorbsi intestinal, meningkatnya katabolisme dan kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan dan sintesa sel. Sebaliknya kekurangan nutrisi akan menyebabkan meningkatnya risiko infeksi oleh karena berkurangnya kemampuan proteksi kulit dan mukosa disamping terganggunya fungsi imun dari host.

C. Cara Pemberian Makanan Yang Salah Pemberian makanan tambahan pada bayi sebaiknya diberikan setelah bayi lebih dari enam bulan atau setelah pemberian ASI eksklusif karena pada usia tersebut kebutuhan nutrisi masih terpenuhi melalui ASI, selain itu pemberian ASI akan mengurangi faktor resiko jangka pendek seperti diare. Bayi yang lebih cepat mendapatkan makanan tambahan akan lebih rentan terhadap penyakit infeksi seperti infeksi telinga dan pernapasan, diare, resiko alergi, gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Arisman, 2004) Hal ini sesuai dengan Rosidah (2004) yang mengatakan bahwa jika diberikan makanan tambahan akan dapat menggantikan ASI dimana bayi akan minum ASI lebih sedikit dan Ibu akan memproduksinya berkurang maka kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor-faktor pelindung dari ASI menjadi sedikit, sehingga kemungkinan terjadi risiko infeksi meningkat, dimana pada usus yang immature, system pelindung tubuh masih lemah dan gagal berfungsi. Maka hal ini sesuai dengan pernyataan Soraya (2005) bahwa pemberian makanan tambahan yang ditinjau dari jenis, frekuensi dan jumlah yang tidak disesuaikan dengan perkembangan usia anak akan menimbulkan efek yang negative misalnya gangguan pada pencernaan dan berbagai penyakit infeksi yang dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi sehingga bisa mempengaruhi gangguan pertambahan berat dan panjang badan bayi dan disamping itu pula dengan pemberian makanan tambahan tersebut bayi akan kenyang dengan makan dan kurang asupan ASI eksklusif maka senada dengan hal tersebut bisa memicu tingginya gangguan pada saluran pencernaan bayi. Menurut Pudjiadi (2005), menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi untuk berkembang lebih matang. Karena sebenarnya bayi siap untuk makan makanan padat, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, pada usia 6-9 bulan. Bila makanan padat sudah mulai diberikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya, maka makanan tersebut tidak dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan (gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi). Pencernaan protein belum sempurna pada bayi. Asam lambung dan pepsin disekresi pada saat lahir dan baru dalam 3 sampai 4 bulan terakhir jumlahnya meningkat mendekati jumlah untuk orang dewasa. Amylase, enzim yang diproduksi oleh pancreas belum mencapai jumlah yang cukup untuk mencernakan makanan kasar sampai usia sekitar 6 bulan. Dan enzim pencernaan karbohidrat seperti maltase, isomaltase dan sukrase belum mencapai level orang dewasa sebelum 7 bulan. Bayi juga memiliki jumlah lipase dan bile salts dalam jumlah yang sedikit, sehingga pencernaan lemak belum mencapai level orang dewasa sebelum usia 6-9 bulan. Dari data tersebut mendukung pada hasil penelitian ini yang didapatkan bahwa sebagian besar mengalami diare sebanyak 20 bayi (40%) dan sebanyak 17 bayi (34%) yang mempunyai frekuensi sering. Sehingga bisa disimpulkan bahwa kemungkinan efek yang ditimbulkan akibat dari pemberian makanan tambahan ini terlihat secara langsung, memang dari awal bila bayi diberikan makanan tambahan justru akan memberikan efek yang tidak baik pada kesehatannya, berdasarkan uraian yang dijelaskan di atas bahwa sistem pencernaan bayi belum sempurna sehingga harus bekerja lebih keras lagi untuk mengolah dan memecah makanan dan kemungkinan masih berlanjut pada interval umur selanjutnya. Bayi yang diberi susu formula akan mengalami growth faltering melalui 2 faktor yaitu tidak mendapatkan cukup energi dan zat gizi lain serta lebih mudah terkena infeksi ( King& Burges, 1996). Bayi tidak mendapat cukup energi, terutama pada bayi-bayi yang masih menyusui ASI dengan ditambah susu formula. Penelitian yang dilakukan oleh Giovanni M, et al (2004) di Italia menunjukkan bahwa pemberian susu formula akan menurunkan durasi menyusu ASI pada bayi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah karena bayi sudah merasa kenyang, produksi ASI yang kurang dan kesulitan adaptasi peralihan gaya menyusu dari menyusu botol kepada menyusu payudara ibu, atau biasa disebut dengan bingung puting susu (Fernandez et al , 1993).Bayi yang diberi ASI dengan ditambah susu formula akan kesulitan untuk beralih gaya menyusu pada saat menyusu ASI. Bayi akan cenderung menerapkan gaya menyusu botolnya pada saat menyusu ASI, akibatnya aliran ASI akan tidak lancar dan berkurang karena sedotan yang tidak maksimal, sementara bayi juga sudah terbiasa menyusu secara cepat. Hal ini membuat bayi kemungkinan hanya akan mendapatkan Foremilk, yaitu ASI yang keluar pada menit pertama, dengan komposisi lebih banyak mengandung air daripada lemak, sementara Hindmilk yaitu ASI yang keluar pada menit berikutnya, dengan komposisi tinggi lemak, tidak sempat diisap oleh bayi, padahal Hindmilk akan lebih dapat mengenyangkan dan memberi energi yang cukup untuk pertumbuhan bayi (Fernandez et al 1993), akibatnya bayi tersebut akan kekurangan energi dari sumber ASI, di lain pihak, pemberian susu formula belum sesuai dengan kebutuhan bayi, sehingga bayi akan mengalami kekurangan zat-zat gizi untuk pertumbuhannya.

10. Bagaimana cara pemberian makan untuk bayi baru lahir sampai usia 11 bulan? Jawab:

I. KEBIJAKAN TENTANG PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI Memberikan Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir dalam waktu 1 jam pertama. Memberikan hanya ASI saja atau ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai umur 6 bulan. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi mulai umur 6 bulan. Tetap memberikan ASI sampai anak umur 2 tahun atau lebih. II. PEMBERIAN ASI (MENYUSUI) Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat. Dalam situasi darurat Menyusui menjadi lebih penting karena sangat terbatasnya sarana untuk penyiapan susu formula, seperti air bersih, bahan bakar dan kesinambungan ketersediaan susu formula dalam jumlah yang memadai. Pemberian susu formula akan meningkatkan risiko terjadinya diare, kekurangan gizi dan kematian bayi. Sumbangan susu formula dari donor, maka distribusi maupun penggunaannya harus di monitor oleh tenaga yang terlatih. Susu formula hanya boleh diberikan pada keadaan sangat terbatas, yaitu: Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui dari ibu, dan relaktasi tidak memungkinkan. Diberikan hanya kepada anak yang tidak dapat menyusu, misalnya: anak piatu dll Bagi bayi piatu dan bayi yang ibunya tidak lagi bisa menyusui, persediaan susu formula harus dijamin selama bayi membutuhkannya. Diusahakan agar pemberian susu formula dibawah supervisi dan monitoring yang ketat oleh tenaga kesehatan terlatih. Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi yang memadai dan konseling tentang cara penyajian susu formula yang aman dan praktek pemberian makan bayi yang tepat. Sedapat mungkin susu formula yang di produksi oleh pabrik yang melanggar Kode Internasional Pemasaran Susu Formula jangan/tidak boleh diterima. Susu Kental Manis dan Susu cair tidak boleh diberikan kepada bayi berumur kurang dari 12 bulan. Susu formula diberi label dengan petunjuk yang jelas tentang cara penyajian, masa kadaluwarsa minimal 1 tahun, dalam bahasa yang dimengerti oleh ibu, pengasuh atau keluarga. Botol dan dot tidak boleh di distribusikan dan tidak dianjurkan untuk digunakan. Pemberian susu formula hendaknya menggunakan cangkir atau gelas. Susu bubuk skim tidak boleh diberikan sebagai komoditas tunggal atau sebagai bagian dari distribusi makanan secara umum, karena dikhawatirkan akan digunakan sebagai pengganti ASI. III. MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. MP-ASI sebaiknya disediakan berdasarkan bahan lokal (bila memungkinkan). MP-ASI harus yang mudah dicerna. Pemberian MP-ASI disesuaikan dengan umur dan kebutuhan gizi bayi. MP-ASI harus mengandung kalori dan mikronutrien yang cukup.

Jumlah MPASI yang dibutuhkan : 6-8 bulan 2-3x sehari 9-11 bulan 3-4 kali sehari 12-24 bulan tambahkan 1-2 snacks sehari ( buah yang lembut, roti dengan selai kacang ) Apabila jumlah makanan yang dikonsumsi oleh anak sedikit, maka frekuensi makan dapat ditingkatkan. Pada usia 8 bulan anak sudah dapat diberikan makanan yang dipotong kecil-kecil ( finger food )Pada usia 12 bulan sebagian anak sudah bisa makan makanan keluarga ( namun, dari WHO menganjurkannya pada usia 2 tahun )

Syarat MPASI : 1. Timely MPASI diberikan ketika dibutuhkan energy dan nutrisi yang lebih adekuat selain ASI.2. Adequate Hasrus mengandung energy, protein yang micronutrient yang cukup. 3. Properly Fed diberikan sesuai dengan sinyal-anaknya untuk apetite dan kenyang dan bahwa frekuensi makan dan metode makan nya sesuai dengan usianya. 4. Safe MPASI harus bersih dan higienis, mulai dari tempat penyimpanan, hingga digunakan.

MPASI yang baik adalah: Kaya akan kalori, protein dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, calcium, vitamin A, vitamin C dan asam folat) Bersih dan aman Bebas patogen Bebas zat kimia atau toksin Bebas tulang atau biji keras yang dapat membuat bayi tersedak Tidak diberikan dalam keadaan panas Tidak pedas atau asin Mudah ditelan Disukai oleh bayi Mudah didapat dan terjangkau Mudah disiapkan

orang tua masih dapat memberikan MPASI yang dibuat sendiri, asal makanan tersebut mengandung mikronutrien zat besi, zink, calcium, tiamin, asam folat, vitamin C, vitamin A dan lemak. Jenis makanan yang dapat dipilih adalah: Makanan pokok : mengandung karbohidrat, protein dan vitamin. Contoh: sereal (beras, gandum, tepung jagung), tanaman menjalar (singkong, ubi & kentang), buah yang mengandung tepung (sukun) Sumber hewani : mengandung protein tinggi, zat besi, zink dan vitamin. Contoh: hati, daging merah, ayam, ikan, telur (putih telur sebaiknya pada anak > 1 tahun) Produk Susu: mengandung protein, vitamin A & folat, calcium. Contoh: ASI /susu formula, keju, yogurt Sayur berdaun hijau dan berwarna oranye: mengandung vitamin A,C, folat dan calcium. Contoh: bayam, brokoli, wortel, labu, kentang. Tunda pemberian sawi pada anak > 1 tahun, karena mineralnya sangat tinggi, membuat berat kerja ginjal anak. Kacang-kacangan: mengandung protein dan zat besi. Contoh: kacang polong, kacang merah, kedelai hitam Minyak dan Lemak: mengandung energy dan asam lemak esensial, Contoh: minyak kelapa, margarine, minyak zaitun, butter. Berbeda dg orang dewasa, makanan sumber kolesterol sangat baik pada anak (kuning telur, lemak hewan) untuk membentuk otak anak agar cerdas. Biji-bijian: menghasilkan energi. Contoh: selai kacang, biji bunga matahari, wijen Makanan yang kaya akan Zat besi : Hati, daging merahMakanan yang kaya akan Vitamin A: Hati, kuning telur, buah/sayur berwarna oranye, sayur berdaun hijauMakanan yang kaya akan Zink: Hati, ikan segar, ayam, kerang, kuning telurMakanan yang kaya akan Calsium: Susu atau produk susu, ikanMakanan yang kaya akan Vitamin C: Buah segar, tomat, paprika, sayur-sayuran yang berwarna hijau Agar seluruh mikronutrien dapat terpenuhi, maka dalam membuat MPASI campurkanlah kombinasi bahan makanan diatas, misalnya bubur yang terbuat dari tepung maizena ditambah singkong dilarutkan dalam susu, kacang tumbuk dan butter. Bisa juga membuat puree yang terdiri dari kentang, singkong atau beras yang dicampur dengan ikan, kacang merah dan sayur hijau. Berikan juga snack yang bergizi seperti telur, pisang, papaya, alpukat, yogurt, pudding susu, biscuit atau roti dengan butter/margarine, kue kacang merah, kentang kukus.

11. Bagaimana dampak pemberian ASI non eksklusif, pemberian susu formula dan bubur beras merah pada Reygen? Jawab: Dampak pemberian ASI non ekslusifASI non ekslusif berarti bayi diberi bayi diberi ASI ditambah makanan dan minuman lain. Pemberian makanan dan minuman pengganti ASI berbahaya bagi bayi karena saluran pencernaan bayi belum cukup kuat untuk mencernakan makanan dan minuman selain ASI (Depkes, 1997). Kerugian dari penggunaan air susu buatan / susu formula, antara lain : Pengenceran yang pekat dapat menyebabkan hipernatremia, obesitas, hipertensi, dan enterokolitis nekroticans, sedangkan jika terlalu encer bisa menyebabkan malnutrisi, dan gangguan pertumbuhan. Semua ini dapat menyebabkan diare. Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari kontaminasi mikroorganisme pathogen (tidak higienis). Penelitian menunjukkan bahwa banyak susu formula terkontaminasi pada bulan pertama. Susu sapi dapat menyebabkan alergi dengan gejala pada sistem gastrointestinal seperti muntah, kolik, diare, perdarahan gastrointestinal, enterokolitis, kehilangan protein, konstipasi, dan perut gembung. Kerusakan mukosa usus yang terjadi pada diare akut dapat menyebabkan diare kronis melalui mekanisme peningkatan absorbs antigen Tidak praktis, tidak ekonomis, dan menambah beban bagi negara untuk biaya perawatan bayi yang sakit.

Dampak pemberian susu formulaDi dalam susu dan produk susu lainnya terkandung komponen gula atau karbohidrat yang dikenal dengan laktosa (gula susu). Pada keadaan normal, tubuh dapat memecah laktosa menjadi gula sederhana dengan bantuan enzim laktase.Enzim laktase yang berfungsi memecah gula susu (laktosa) terdapat di mukosa usus halus. Enzim tersebut bekerja memecah laktosa menjadi monosakarida yang siap untuk diserap oleh tubuh yaitu glukosa dan galaktosa. Apabila ketersediaan laktase tidak mencukupi, laktosa yang terkandung dalam susu tidak akan mengalami proses pencernaan dan akan dipecah oleh bakteri di dalam usus halus. Proses fermentasi yang terjadi dapat menimbulkan gas yang menyebabkan kembung dan rasa sakit di perut. Sedangkan sebagian laktosa yang tidak dicerna akan tetap berada dalam saluran cerna dan tidak terjadi penyerapan air dari faeses sehingga penderita akan mengalami diare.Pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan mempunyai hubungan dengan kejadian diare, dan bayi yang diberikan susu formula mempunyai risiko 14,1 kali terpapar diare, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi susu formula. Terjadinya diare pada bayi yang diberi susu formula karena bayi dengan usia dibawah 6 bulan sistem pencernaannya belum sempurna, dan umur bayi berperan terhadap berkurangnya frekuensi defekasi, dimana hal ini merupakan petunjuk dari semakin matangnya kapasitas water-conserving pada usus.Pernyataan Dinkes RI (2005) menyatakan bahwa salah satu perilaku masyarakat yang dapat menyebabkan penyebaran kuman penyebab diare dan meningkatnya risiko terjangkit diare yaitu menggunakan botol susu yang memudahkan pencemaran kuman penyebab diare.

Dampak bubur merahFaktor makanan pada bayi juga cukup berpengaruh terhadap kejadian diare pada bayi karena sistem pencernaan bayi yang belum sempurna (Kanoa, 2011). Menurut World Health Organization (2008), bayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dibandingkan bayi yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan tepat waktu (Williams & Wilkins, 2006). Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa bayi yang usianya lebih dari enam bulan dan diberi makanan pendamping ASI dengan tepat dapat terserang diare dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Hal ini terjadi karena diare tidak hanya disebabkan oleh factor malabsorbsi saja, tapi bisa juga terjadi karena faktor infeksi dan faktor makanan (Depkes RI, 2007).Tingginya angka kejadian diare pada bayi dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya oleh pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini. Fungsi faal bayi yang belum optimal semakin mempermudah patogen penyebab penyakit untuk masuk ke dalam tubuh bayi sehingga terjadilah diare. Bubur merah merupakan makanan lunak berupa campuran yang lengkap karena dapat dibuat dari beras,, bahan makanan sumber protein hewani (hati, daging, telur, atau tepung ikan), dan bahan makanan sumber protein nabati (tahu, tempe, sayuran hijau). Namun, pada kasus tidak diketahui komposisi yang jelas untuk diberikan kepada anaknya, dan juga mengingat akan latar belakang sosioekonomi yang rendah, kebersihan serta kadar nutrisinya yang rendah, hal ini dapat merupakan predisposisi terjadinya diare, penurunan berat badan yang dapat menurunkan sistem imunitas anak sehingga mempermudah terjadinyan infeksi.

Pemberian susu formula dan MP-ASI pada Reygen dilakukan pada usia 3 bulan (kurang dari 6 bulan) akan memberikan dampak negatif sebagai berikut DiarePengonsumsian susu formula dan makanan pendamping ASI pada usia kurang dari 6 bulan akan menyebabkan terjadinya diare pada bayi. Walaupun bayi umur 0-6 bulan mengalami pertumbuhan yang pesat, namun sebelum mencapai usia 6 bulan, sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI. Kebiasaan ini kurang baik, karena pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini dapat mengakibatkan bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan pembentukan zat anti oleh usus bayi belum sempurna dan mungkin juga cara menyiapkan makanan yang kurang bersih. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi akibat usus bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak menderita kurang gizi atau terjadi malnutrisi, dapat pula terjadi overfeeding.8 Berdasarkan rekomendasi dari WHO dan UNICEF di Geneva pada tahun 1979 menyusui merupakan bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Dengan alasan apapun susu formula harus dihindarkan pada saat usia bagi bayi menerima ASI eksklusif (0-6 bulan) karena susu formula mudah terkontaminasi oleh kuman dan dalam pemberian susu formula harus disesuaikan dengan takaran susu dan umur bayi. (Sarwono, 2010).

Mudah TerinfeksiKarena pemberian ASI diiringi dengan pemberian susu formula dan MP-ASI maka otomatis jumlah ASI yang diberikan lebih rendah kuantitasnya. Penggunaan susu formula pada usia kurang dari 6 bulan berisiko tercemar berbagai virus, tetapi kebalikannya ASI mengandung antibodi terhadap berbagai jenis virus, antara lain poliovorus, coxsakievirus, echovirus, influenza virus, reovirus, respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus dan rhinovirus. Telah terbukti bahwa ASI menghambat pertumbuhan virus-virus tersebut, misalnya kolostrum yang terdapat dalam ASI mempunyai aktivitas menetralisasi terhadap RSV. Virus ini mengancam jiwa dan sering sebagai penyebab bayi dirawat di beberapa negara berkembang. Bayi yang dirawat karena menderita infeksi RSV jauh lebih sedikit pada kelompok yang

Gangguan Tumbuh KembangAnak yang mendapatkan Asi eksklusif akan tumbuh lebih cepat. Hal ini terlihat pada berat dan tinggi bayi pada usia 6 bulan pertama dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat ASI eksklusif (partially breast-fed). ASI mempengaruhi pertumbuhan anak melalui dua jalan yang berbeda. Pertama, pertumbuhan dipengaruhi oleh asupan energi dan zat gizi esensialyang terdapat di ASI. Kedua, ASI menurunkan angka kesakitan diare yang pada gilirannya mempengaruhi pertumbuhan. Berdasarkan banyak penelitian lainnya, lamanya memberi ASI eksklusif berhubungan dengan prevalensi diare dan ISPA Gangguan MenyusuiPengenalan makanan selain ASI secara dini akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, sehingga resiko untuk terjadinya penurunan ASI semakin besar.

Beban GinjalBeban ginjal yang berlebihan dan hiperosmolaris. Makanan padat, banyak mengandung kadar Natrium Khlorida (NaCl) tinggi yang akan menambah beban ginjal 2x lebih berat. Beban tersebut masih ditambah oleh makanan pendamping lainnya yang mengandung daging.Tingginya solute load dari MP-ASI yang diberikan dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal. Overfeeding Perlunya menunda pemberian MP-ASI hingga usia 6 bulan adalah untuk mencegah kemungkinan overfeeding karena bayi tersebut belum mampu memberikan pertanda bahwa ia sudah kenyang. Sehingga, makanan yang masuk tidak akan pernah terukur dengan baik dan bisa mengakibatkan overfeeding pada bayi. Umumnya dengan cara membalikkan muka atau badan atau wajah yang memperlihatkan tidak berminat terhadap makanan tersebut lagi. Alasan lain adalah bayi belum mampu menelan MP-ASI dengan benar dan berpotensi untuk tersedak dan tidak dapat tidur nyenyak pada malam hari. Alergi terhadap makanan. Belum matangnya sistem kekebalan usus pada umur yang dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kanak- kanak. ASI kadang-kadang dapat menularkan penyebab-penyebab alergi dalam jumlah yang cukup banyak untuk menyebabkan gejala-gejala klinis, tetapi pemberian makanan pendamping yang dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan.

Alasan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 4 6 bulan adalah kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik makin bertambah, sedangkan produkasi ASI relatif tetap. Pada usia 4 bulan bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI. Dalam proses menelan pada usia tersebut, apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya bayi sudah dapat menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah ke muka dan ke atas untuk mendorong makanan ke belakang,untuk ditelan. Pada saat inilah bayi diberikan kesempatan mempraktekkan kepandaiannyatersebut dengan memberikan makanan lumat. Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi usia 69 bulan mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah, sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian juga dengan kemampuan motorik halus pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi dapat diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang dapat dijimpit. Pada usia 6 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada usia 6 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir, sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir atau gelas.12. Bagaimana cara pembuatan bubur bayi rumahan dan susu formula yang benar? Jawab:Nasir (2011) menerangkan cara penyajian susu formula dalam botol yang benar adalah sebagai berikut : 1. Cuci tangan terlebih dahulu hingga bersih dengan menggunakan sabun untuk mencegah kontaminasi dengan lingkungan. 2. Gunakan air yang dimasak sampai mendidih lalu dibiarkan selama 10-15 menit agar suhunya turun menjadi tidak kurang dari 70 derajat Celcius. 3. Siapkan susu sebanyak yang dapat dihabiskan bayi dan sesuai takaran yang dianjurkan pada label, lalu aduk hingga tercampur merata.4. Segera tutup kemasan dengan rapat untuk menghindari paparan udara luar terlalu lama. Simpanlah susu di tempat yang kering dan bersih, jangan di tempat yang lembab, karena selain disukai oleh bakteri juga mudah disergap oleh semut. 5. Sisa susu yang telah dilarutkan harus dibuang setelah 2 jam. 6. Selalu perhatikan batas kadaluwarsa kemasan susu formula untuk menghindari keracunan dan kontaminasi.

Cara pembuatan bubur bayi rumahan: Di minggu-minggu pertama pemberian MPASI, berikan bubur beras dengan 1 macam sayuran atau 1 macam buah. Kenalkan satu persatu. Jangan dicampuraduk menjadi satu. Biarkan ia belajar mengenal rasa tiap jenis makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Sayuran pertama: Wortel, kentang, lobak, labu parang, ubi merah, segala macam ubi-ubian, kacang polong, brokoli, kembang kol. Buah-buahan pertama: Apel, pear, pisang, pepaya, alpukat. Tepung beras (baby rice): Campurkan tepung beras dengan air/ASI/susu formula. Tepung beras sangat mudah dicerna dan rasa susu membuat masa transisi ke makanan padat menjadi lebih mudah. Tepung beras dapat diberikan bersamaan dengan buah atau sayur. Daging: Daging giling yang dimasak matang dapat diperkenalkan sebagai makanan pertama bayi. Meski demikian, secara umum, kebutuhan utama protein dan zat besi anak usia 6 bl didapatkan dari ASI / susu formula. Makanan yang perlu dihindari di awal pengenalan MPASI:Susu sapi/kambing, dairy products (seperti yogurt, keju, dsbnya), telur, makanan yang mengandung gluten seperti gandum, rye, barley dan oat, madu, kerang- kerangan dan ikan, makanan pedas, kacang-kacangan (kacang tanah, almond, dsbnya), daging/ikan asap, garam, gula, buah beraroma tajam / citrus fruits (strawberry, raspberry, lemon). Cara memasak MPASI: Rebus: Gunakanlah sedikit air saat merebus. Hati-hati jangan sampai merebus sayur atau buah terlalu lama (overcook). Tambahkan ASI / susu / air secukupnya untuk membuat puree. Microwave: Iris sayuran/buah dan taruh dalam piring khusus untuk microwave. Tambahkan sedikit air dan masak hingga lunak. Haluskan dan aduk rata. Sebelum diberikan, tes dahulu suhunya. Kukus: Cara ini adalah yang sangat ideal untuk menjaga rasa dan juga vitamin dalam sayuran/buah.Vitamin B dan C adalah vitamin yang larut dalam air dan sangat mudah hilang/rusak apabila dimasak terlalu lama, terutama jka direbus. Di hari-hari pertama pemberian MPASI, bayi biasanya hanya memerlukan sedikit makanan padat, misalnya 2 3 sendok kecil penuh. Dimulai dari 1 kali pemberian MPASI per hari. Misalkan saat makan siang. Kemudian dapat ditingkatkan menjadi 3 kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan malam). Hal penting dalam menyiapkan dan mengatur makanan bayi, jangan pernah menambahkan bumbu penyedap atau MSG, tapi makanan bayi tetap harus memperhatikanan cita rasa bagi bayi. Bahan ini bisa menimbulkan kerusakan fungsi otak. Setelah matang, biarkan panas makanan hilang lalu cicipi terlebih dahulu. Pastikan makanan yang masuk nyaman ditelan olehnya. Sedangkan jika Anda memilih makanan bayi instan, selalu periksa kemasan dan tanggal kadaluarsanya. Jangan memilih produk dengan kemasan rusak dan mendekati tanggal kadaluarsa. Jika Anda menyimpan makanan bayi yang sudah dimasak untuk diberikan lagi nanti, simpan di tempat yang bersih dan jauh dari bau menyengat. Jauhkan makanan bayi dari bau durian atau kopi yang bisa mempengaruhi aroma makanan.

13. Apa perbedaan bubur bayi rumahan dan bubur bayi pabrikan?Jawab:Masyarakat mengenal adanya dua jenis MP-ASI, yaitu MP-ASI tradisional dan pabrikan. Pengolahan MP-ASI tradisional seringkali tidak memenuhi prinsip higiene sanitasi makanan sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroorganisme penyebab diare pada bayi. Sementara itu MP-ASI pabrikan menghasilkan makanan bayi yang relatif lebih higienis dan praktis disajikan. Kandungan gizi dalam MP-ASI pabrikan juga dapat diformulasikan berdasarkan angka kecukupan gizi bayi Salah satu bentuk MP-ASI pabrikan yang dikenal masyarakat adalah bubur bayi instan. Dahulu, WHO dan UNICEF lebih menekankan pemberian MP-ASI yang dibuat sendiri di rumah daripada makanan instan yang diproduksi pabrik. Namun, setelah dilakukan banyak penelitian klinis, ternyata banyak bayi yang tidak memperoleh zat nutrient yang adekuat sesuai dengan yang seharusnya didapatkan. Hal yang sering terjadi dalam pembuatan MP-ASI di rumah adalah pemenuhan mikronutrien sebagian besar hanya dipenuhi dari sayuran dan buah-buahan. Bahan makana yang berasal dari hewan hnaya sedikit diberikan sehingga secara umum pemenuhan zat besi, zink, kalsium tidak bisa memenuhi kesenjangan nutrisi ASI dan kebutuhan total bayi.Untuk itu, WHO/UNICEF mengeluarkan Global Strategy for Infant and Young Children Feeding dan mengumumkan bahwa makanan tambahan yang diproses oleh industri makanan dapat digunakan sebagai pilihan para ibu dalam memberikan makanan tambahan yang mudah disiapkan serta mencukupi kebutuhan mikronutrien bayi. Pembutan makanan diatur oleh The Codex Alimentarius Commisison, yaitu lembaga yang dibuat FAO dan WHO untuk mengatur standar pembuatan makanan dan menjamin keamanan termasuk cara membuat, promosi dan transportasi dan dilindungi oleh pemerintah Internasional. The Codex Alimentarius mengatur bahwa makanan bayi yang diproduksi massal tidak boleh menggunakan pengawet dan zat aditif yang berbahaya. Yang perlu diperhatikan pembeli saat membeli adalah tanggal kadaluarsa yang masih jauh, kemasan masih tersegel, warna dan bentuk makanan tidak berubah atau menggumpal.Zat gizi yang penting untuk dipenuhi pada masa bayi diantaranya protein dan vitamin A. Protein untuk bayi berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan sel, sedangkan vitamin A berperan dalam fungsi sistem imun, melindungi integritas sel-sel epitel lapisan kulit, permukaan mata, bagian dalam mulut, serta saluran pencernaan dan pernafasan. Departemen Kesehatan RI menetapkan persyaratan kandungan gizi yang harus dipenuhi dalam 100 g bubur bayi instan, antara lain kandungan energi minimal 400 Kkal, kandungan protein sebesar 15-22 g, dan vitamin A sebesar 250-350 g. Pemilihan bahan MP-ASI penting untuk memenuhi persyaratan tersebut. Pada umumnya MP-ASI bubur bayi instan terbuat dari campuran tepung beras, susu skim, gula halus, dan minyak nabati. Untuk meningkatkan kandungan gizi, bahan-bahan tersebut dapat disubstitusi dengan bahan pangan sumber protein dan vitamin A.Bahan-bahan serta metode pengolahan MP-ASI selain berpengaruh terhadap kandungan zat gizi juga dapat mempengaruhi sifat fisik serta daya terima. Berdasarkan sifat fisiknya, MP-ASI tidak boleh bersifat kamba agar lambung bayi yang berkapasitas kecil tidak penuh dengan bahan kurang bergizi. Komposisi serta metode pengolahan yang tepat diharapkan akan menghasilkan MP-ASI yang bergizi tinggi dan dapat diterima oleh konsumen.Pemberian makanan bayi instan bila dilakukan rutin dan terus menerus, membuat bayi tidak mengenal menu keluarga sebenarnya, yaitu makanan segar yang dimasak untuk disajikan di rumah. Selain itu, bayi kehilangan kesempatan untuk mengenal cita rasa asli makanan, sebab kebanyakan makanan bayi instan adalah makanan campuran yang diolah bersamaan.Pada beberapa bayi, ada yang alergi terhadap susu yang terkandung dalam bubur instan tersebut. Selain itu menu yang bervariasi, baik untuk bayi sehingga nanti tidak terlalu pilih-pilih makanan.Bila ibu ingin membuat MP-ASI di rumah, maka makanan tersebut harus mengandung:1. Makanan pokok mengandung karbohidrat, protein, vitamin2. Sumber hewani mengandung protein tinggi, zat besi, dan zink3. Produk susu mengandung protein, vitamin A, asam folat, kalsium 4. Sayuran berdaun hijau dan oranye mengandung vitamin A, C, kalsium, asam folat5. Kacang-kacangan mengandung protein dan zat besi6. Minyak dan lemakKomposisi Kita ambil contoh Pada bubur instan Nestle Cerelac mengandung tepung beras, susu bubuk skim, gula, campuran minyak nabati (mengandung antioksidan askorbil dan palmitat), maltodekstrin, mineral, minyak ikan (mengandung antioksidan natrium askorbat dan toko ferol), premiks vitamin, probiotik (Bifidobacterium lactis), perisa vanilla dan mempunyai keunggulan:1. CHE (Carbohydrate Hydrolysed Enzimatically) merupakan teknologi milik Nestl untuk menghidrolisa karbohidrat secara alami dengan menggunakan proses enzimatis. Manfaat: Mengoptimalkan kepadatan nutrisi, Tekstur lembut sehingga memudahkan untuk ditelan, Mudah dicerna sehingga dapat meningkatkan cita rasa dan rasa manis alami tanpa penambahan sukrosa.2. DHA: Merupakan salah satu nutrisi penting dalam masa pertumbuhan karena merupakan struktur asam lemak yang dominan pada sistem syaraf dan retina. Manfaat: Penting untuk otak anak sampai usia 2 tahun3. Probiotik Bifidus BL merupakan bakteri baik dalam jumlah tertentu yang dapat tetap hidup serta stabil dalam ekosistem usus sehingga bakteri baik akan tumbuh lebih dominan dalam usus. Manfaat: Membantu mempertahankan fungsi saluran cerna.4. Zat besi, Zink, Vitamin A & C merupakan kombinasi mineral dan vitamin yang disebut immunonutrient. Manfaat: Mendukung fungsi kekebalan tubuh.14. Bagaimana cara menghitung kalori dan contohnya untuk anak usia 11 bulan? Jawab:Tabel Widya Karya Pangan dan GiziUmur (tahun)Laki-laki (kkal/kgBB)Perempuan (kkal/kgBB)

0 1110 120110 120

1 3100100

4 69090

6 980 9060 80

10 1450 7040 55

14 1840 - 5040

Pada kasus ini. Berat badan reygen 5,15 Kg, merupakan berat badan yang sangat rendah karena dibawah < -3SD. Berat badan ideal bayi 11 bulan menurut growth chart WHO = 9,4 kg Kebutuhan kalori normal untuk bayi 11 bulan = 110 kkal/kgBB x 9,4 kg = 1034 kkal

Perkiraan kebutuhan zat gizi total per hari untuk bayi 0-12 bulan Protein = 10 % x energi atau = 2,5 3 gr/kg BBIUntuk usia 11 bulan = 10 % x 1034 kkal = 103,4 kkal / 4 = 25,85 gram = 26 gram Lemak = 10- 20 % x energiUntuk usia 11 bulan = 20 % x 1034 kkal = 206,8 kkal / 9 = 22,97 gram = 23 gram Karbohidrat =60- 70 % x energiUntuk usia 11 bulan = 70 % x 1034 kkal = 723, 8 kkal / 4 = 180,95 gram = 181 gramJenis karbohidrat yang sebaiknya diberikan adalah laktosa, bukan sukrosa. Reygen:Berat badan ideal Reygen menurut panjang badannya = 8,6 kgKebutuhan kalori untuk Reygen sesuai dengan BB ideal menurut panjang badannya = 110 kkal/kgBB x 8,6 kg = 946 kkalPerkiraan kebutuhan zat gizi total per hari untuk bayi normal usia 0-12 bulan Protein = 10 % x 946 kkal = 94,6 kkal / 4 = 23,65 gram Lemak = 20 % x 946 kkal = 189,2 kkal / 9 = 21,02 gram = 21 gram Karbohidrat =70 % x 946 kkal = 662,2 kkal / 4 = 165,5 gram

Contoh menu makanan untuk bayi normal usia 9-12 bulanPukulJenis makanan

06.00ASI/PASI

08.00 (makan pagi)Nasi tim menuju makanan keluarga

10.00Buah segar/biskuit

12.00 (makan siang)Nasi tim menuju makanan keluarga

14.00ASI/PASI

16.00Buah segar/biskuit

18.00Nasi tim menuju makanan keluarga

21.00ASI/PASI

15. Apasaja imunisasi yang wajib diberikan pada anak? Jawab:Jenis Imunisasi1.BCGFungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit TBC.2.POLIOFungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit polio. Polio adalah sejenis penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kelumpuhan.3.DPTFungsi dari imunisasi ini adalah untuk melindungi anak dari 3 penyakit sekaligus yaitu difteri, pertusis dan tetanus.4.HEPATITIS BFungsi dari imunisasi ini adalah untuk menghindari penyakit yang mengakibatkan kerusakan pada hati.5.CAMPAKAdalah sejenis penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini sangat menular,yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah pada seluruh tubuh. Pemberian vaksin ini saat bayi berusia 9 bulan.Yang Harus Diperhatikan Setelah ImunisasiBCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat suntikan. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan bekas imunisasi.DPT: Beberapa bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri. Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan imunisasi tidak perlu diulang.POLIO: Jarang timbuk efek samping.CAMPAK: Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 410 hari sesudah penyuntikan.HEPATITIS: Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.

Jadwal ImunisasiUmurJenis Imunisasi

0-7 hariHB 0

1 bulanBCG, Polio 1

2 bulanDPT/HB 1, Polio 2

3 bulanDPT/HB 2, Polio 3

4 bulanDPT/HB 3, Polio 4

9 bulanCampak

(Sumber : Kementerian Kesehatan RI)

Vaksin BCGBCG, DPT-Hep B, Hep B

Tempat suntikanLengan kanan atas luarPaha tengah luar

Cara penyuntikanIntracutanIntramuscular/subcutan dalam

Dosis0,05 cc0,5 ml

Ukuran jarum10 mm, ukuran 2625 mm, ukuran 23

jenisBubuk+pelarutSiap pakai

VaksinCampakPolio

Tempat suntikanLengan kiri atasMulut

Cara penyuntikanSubcutanDiteteskan di mulut

Dosis0,5 ml2 tetes

Ukuran jarum25 mm, ukuran 23

Jenis Siap pakaiBotol dengan alat tetes mulut

16. Bagaimana interpretasi imunisasi yang diberikan pada Reygen?Jawab:Jenis-jenis imunisasi yang wajib diberikan pada bayi dan anak menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia adalah : Imunisasi BCG, cukup diberikan 1 kali sebelum umur 3 bulan. Apabila vaksin BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberculin negatif. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi Tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya. Imunisasi Hepatitis B, diberikan sebanyak 3 kali yaitu segera saat bayi lahir, memasuki bulan pertama, dan diantara bulan ke 3 sampai 6. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi Hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi Hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian ( catch-up vaccination ). Imunisasi Polio, diberikan pada bulan ke 0, 2, 4, 6, 18, dan tahun ke 5. Imunisasi DTP, diberikan pada bulan ke 2, 4, 6, 18, tahun ke 5, dan 12. Imunisasi ini untuk mencegah difteri, tetanus,dan pertusis. Imunisasi Campak, diberikan pada bayi usia 9 bulan dan di tahun ke 6 .Berdasarkan data yang ada pada kasus, bahwa pemberian imunisasi yang dilakukan belum lengkap. Pemberian imunisasi yang tidak lengkap ini bisa memberikan efek imunitas yang tidak terlalu berperan untuk melawan penyakit.Penjelasan : Pemberian imunisasi itu harus diberikan sesuai dengan jadwal. contoh vaksin DPT harus diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan karena pada usia tersebut penyakit ini biasa berjangkit. Pemberian vaksin yang sesuai jadwal saja tidak bisa melindungi anak dan bayi 100 persen, contoh 3 kali suntikan imunisasi DPT hanya bisa memberikan perlindungan 90 persen. Jadi kalau hanya satu kali saja dilakukan atau tertunda, maka efek perlindungannya pun semakin kecil (sekitar 30 persen). Hal ini pula bisa memungkinkan dampak terkena penyakit menjadi semakin besar. Jadi, imunisasi tetap harus diberikan sesuai dengan jadwal dan tidak ada istilah hangus.Imunisasi dilakukan dengan maksud menimbulkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Kekebalan tubuh sebenarnya paling baik diperoleh dari infeksi alami (sakit), namun imunisasi memungkinkan membentuk kekebalan yang mirip dengan infeksi sesungguhnya tanpa harus melewati penderitaan dan bahaya komplikasi akibat sakit tersebut. Respons kekebalan tubuh terhadap imunisasi sangat lemah jika dibandingkan dengan respons terhadap infeksi alamiah, sehingga diperlukan vaksinasi penguat (booster). Banyaknya vaksinasi penguat berbeda-beda pada setiap jenis imunisasi, untuk dapat mencapai tingkat kekebalan yang diharapkan. Dengan bertambahnya usia maka tingkat kekebalan tersebut secara perlahan akan memudar, karena itu untuk menjaga agar tetap pada kadar yang dapat melindungi tubuh, pada beberapa jenis harus dilakukan imunisasi ulang. Imunisasi terutama dilakukan pada bayi dan anak kecil karena sistem imun mereka belum sepenuhnya matang, dan juga karena produksi asam lambung mereka masih sedikit, sehingga bakteri dan virus yang masuk lebih mudah berkembang biak. Akibatnya, bayi dan anak kecil sangat rentan terkena penyakit. Waktu pemberian imunisasi disusun dengan berbagai pertimbangan. Pertama, apakah bayi sudah memiliki kekebalan dari ibu, dan berapa lama kira-kira kekebalan yang didapat secara pasif tersebut menurun sehingga harus diberikan imunisasi sebagai perlindungan. Kedua, pada usia berapa suatu penyakit paling sering mengenai anak, sehingga imunisasi itu perlu diberikan sebelum anak mencapai usia yang rentan. Ketiga, seperti telah dijelaskan di atas, kenaikan sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap imunisasi, yang berbeda-beda untuk setiap penyakit. Dengan mengikuti jadwal imunisasi, kita memastikan bahwa anak mendapat perlindungan maksimal yang dapat dicapai. Terkadang dapat terjadi penyimpangan jadwal (terlewat) karena lupa, sakit, atau karena alasan lain. Apabila jadwal imunisasi terlewat tidak perlu diulang, konsultasikan dengan dokter anak untuk melengkapinya. Dokter anak Anda mungkin akan melakukan kejar imunisasi, memberikan vaksin kombinasi, atau pemberian beberapa imunisasi pada saat yang sama, tergantung mana yang terbaik bagi keadaan dan usia anak saat itu.

17. Bagaimana hubungan riwayat keluarga dengan keluhan?Jawab:Apabila melihat dari riwayat keluarga, maka Reygen ini termasuk bayi yang lahir dalam lingkungan dengan social ekonomi ( pendidikan, pekerjaan, pendapatan ) yang rendah Keterbatasan sosial ekonomi ini juga berpengaruh langsung terhadap pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan makanan, berpengaruh pada praktek pemberian makanan pada bayi dan berpengaruh pula pada praktek pemeliharaan kesehatan dan sanitasi lingkungan mempengaruhi daya beli dan asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan akan pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap penyakit infeksi yang kesemuanya gangguan pertumbuhan pendidikan orang tua rendah orang tua tidak mengetahui pola pemberian makanan yang baik pada bayi orang tua memberikan MPASI lebih awal dan susu formula yang diberikan tidak sesuai takaran imunitas bayi masih rendah , terpapar kuman lebih awal, dan gizi yang didapat bayi tidak cukup mempermudah terjadinya diare gizi buruk gangguan pertumbuhan

18. Bagaimana hubungan riwayat lingkungan/ tempat tinggal dengan keluhan?Jawab:Pernyataan di atas menunjukkan bahwa sosioekonomi keluarga Reygen rendah. Faktor sosioekonomi yang rendah bisa menjadi risiko seseorang mengalami gizi buruk akibat tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi tubuh. Sumber air minum sumur gali denga jarak sumur hanya 6 meter dari mck juga merupakan risiko tercemarnya sumber air keluarga dengan mikroorganisme yang berbahaya. Jarak sumur gali dengan mck seharusnya minimal 10 meter dari MCK dan jangan mendekati jamban. Jika MCK terletak dalam satu pemikimana, Lokasi MCK jenis ini idealnya harus ditengah para penggunanya/ pemanfaatnya dengan radius 50 100m dari rumah penduduk dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha. Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah di bawah luas hunian baku per jiwa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mencari ruang untuk lokasi sumur maupun kakus. Kawasan tersebut terutama dihuni oleh warga masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang cenderung tidak dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membangun kakus atau kamar mandi sendiri. Apalagi jika mereka belum mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, yang mempunyai kaitan erat dengan kualitas air tanah. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber air. Pada kasus, jarak MCK dengan sumber air keluarga Reygen hanya sekitar 6 meter. Maka tidak bisa dipungkiri bawah telah terjadi Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh keluarga. Penyakit menular seperti polio, kolera, hepatitis A dan lainnya merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadaikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia sebagai flora normal. Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran. Menurut Anderson dan Arnstein (dalam Wagner dan Lanoix, 1958) dalam buku M.Soeparman dan Suparmin, 2002, terjadi proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut : 1. Kuman penyebab penyakit, 2. Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab, 3. Cara keluar dari sumber, 4. Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru potensial, 5. Cara masuk ke inang baru, 6. Inang yang peka (succeptible).

Gambar 1. Transmisi Penyakit Melalui Tinja

Maka untuk penyakit akibat tinja, yang menjadi sumber penyakit adalah tinja yang mengandung bakteri patogen E.coli yang dapat masuk melalui air, makanan dan minuman yang mengandung bakteri tersebut. Peran air dalam menularkan penyakit, menurut Soemirat (2002) adalah : 1. Air sebagai penyebar mikroba patogen. 2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit. 3. Jumlah air yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik. 4. Air sebagai sarang hospes sementara penyakit.

Oleh karena itu dapat kita simpulkan, bahwa lingkungan tempat Reygen tinggal merupakan risiko terjadinya diare persisten berulang dan gizi buruk pada Reygen.

Pada kasus :Lingkungan rumah menyewa 3m x 7m: tidak ada hubungan dengan diare, jika keadaan rumah tetap dalam lingkungan yang bersih.Ventilas cukup: tidak ada hubungan dengan diare.Lantai semen: tidak ada hubungan dengan diare. Karena syarat rumah yang sehat, jenis lantai rumahnya yang penting tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Lantai rumah dari tanah agar tidak berdebu maka dilakukan penyiraman air kemudian dipadatkan. Dari segi kesehatan, lantai ubin atau semen merupakan lantai yang baik sedangkan lantai rumah dipedesaan cukuplah tanah biasa yang dipadatkan. Apabila perilaku penghuni rumah tidak sesuai dengan norma-norma kesehatan seperti tidak membersihkan lantai dengan baik, maka akan menyebabkan terjadinya penularan penyakit termasuk diare (Notoatmodjo, 2003).

19. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal pemeriksaan fisik?Jawab:PengukuranHasilNormalInterpretasi

BB5150 kgBB ideal (menurut BB/U) = 9,4 kgBB ideal (menurut BB/PB) = 8,5 kg BB/U = below -3 severely underweight

PB70 cmPB ideal (menurut PB/U) = 74 cmPB/U = -2 stunded (pendek)

BB/PB = below -3 severely wasted (gizi buruk)BB/BB ideal x 100% = 5,1/8,5 x 100 = 60 malnutrisi severe

LK46 cm

Hasil pemeriksaanNormalInterpretasi

Iga gambangIga tidak gambangGizi buruk tanpa edema (marasmus)

Perut cekungPerut datar

Lengan dan tungkai kurusLengan dan tungkai tidak kurus

Baggy pantsTidak ada baggy pants

20. Bagaimana cara penegakan diagnosis dan pemeriksaan tambahan pada kasus ini?

Jawab:Diagnosis untuk marasmus dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik pemeriksaan penunjang, dan antropometrik.1. Anamnesis : Anamnesis awalUntuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting: syok/renjatan letargis Muntah dan atau diare atau dehidrasi

Anamnesis LanjutanRiwayat nutrisi selama dalam kandungan, riwayat kehamilan riwayat kelahiran (berat badan, panjang badan), riwayat pertumbuhan dan perkembangan, riwayat nutrisi, penyakit yang pernah diderita, imunisasi, penyakit penyerta, keadaan keluarga (sosial, ekonomi, budaya)

2. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik awal :Untuk mengetahui adanya kedaruratan medis gangguan sirkulasi/syok gangguan kesadaran dehidrasi hipoglikemi hipotermi

Pemeriksaan fisik lanjutan Vital sign, berat badan, panjang badan, lingkar kepala, tanda defisiensi vitamin A, tanda dan gejala penyakit penyerta serta dicari tanda-tanda gizi buruk : Tampak sangat kurus, hanya tulang berbungkus kulit. Wajah seperti orang tua (old man face). Cengeng, rewel. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada. Perut cekung. Iga gambang. Edema

3. Antropometrik: ukuran yang sering dipakai adalah berat badan, panjang / tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lipatan kulit. Diagnosis ditegakkan dengan adanya data antropometrik untuk perbandingan seperti BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan). Dari pemeriksaan antropometrik dapat diklasifikasikan menurut Wellcome Trust Party, klasifikasi menurut Waterlow, klasifikasi Jelliffe, dan klasifikasi berdasarkan WHO dan Depkes RI.

4. Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah rutin termasuk hemoglobin dan serum albumin, glukosa darah pemeriksaan kadar elektrolit, kadar hormone, perbandingan asam amino esensial dan non esensial, kadar lipid, kadar kolesterol, urine rutin, serta pemeriksaan radiologi.

5. Analisis Diet Kuantitas asupan makanan Kualitas asupan makanan

21. Apa DD dan WD dari kasus ini?Jawab:MarasmusKwashiorkorMarasmic-kwashiorkor

Status giziBurukBurukBuruk

Wajah Seperti orang tuaEdema (membulat dan sembab)Seperti orang tua

Tubuh Sangat kurusEdema umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)Edema sedikit

BBTurun drastisNormal/Sedikit turunSedikit turun

Lemak subkutanSangat sedikit bahkan tidak ada (baggy pants)Berlipat-lipatBerlipat-lipat

Perubahan status mentalJarang, bisa menjadi berat jika terjadi pada bayi & berlangsung lama

Apatis, rewelLetargi, apatis, iritabilitas

Perubahan rambutLebih jarangSelalu (rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut)Ada

Diagnosis KerjaReygen, anak laki-laki usia 11 bulan menderita gizi buruk tanpa edema (marasmus) dengan keterlambatan perkembangan ec kekurangan gizi, imunisasi dasar belum lengkap, sosio ekonomi dan pengetahuan ibu dalam menyiapkan makanan yang kurang sebagai faktor predisposisi.

22. Apa etiologi dan faktor resiko dari kasus ini? Jawab:EtiologiBanyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu :1. Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.2. Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:1. Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak3. Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai.Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:1. Keluarga miskin2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.

Faktor resiko1. Faktor diet. Diet kurang energi akan mengakibatkan penderita marasmus.2. Peranan faktor sosial. Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun-temurun.3. Peranan kepadatan penduduk. Mc Laren (1982) memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah yang banyak akibat suatu daerah terlalu padat penduduknya dengan higiene yang buruk.4. Faktor infeksi. Terdapat interaksi sinergistis antara infeksi dan malnutrisi. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan gizi melalui gangguan masukan dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh.5. Faktor kemiskinan. Dengan penghasilan yang rendah, ketidakmampuan membeli bahan makanan ditambah timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal dapat mempercepat timbulnya KEP. 23. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini? Jawab:Gangguan Perkembangan AnakDi Indonesia, jumlah balita 10 % dari jumlah penduduk, di mana prevalensi (rata-rata) gangguan perkembangan bervariasi 12.8% s/d 16% sehingga dianjurkan melakukan observasi/skrining tumbuh kembang pada setiap anak.

MalnutrisiPada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang cukup secara kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum mampu mencukupi kebutuhan gizi minimum. Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan dan hasilnya menunjukan bahwa penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia. Indikasinya 2 4 dari 10 balita di Indonesia menderita gizi kurang.Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 sekitar 5 juta anak balita menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk