dx gibur marasmus

Upload: irsyad-robani-w

Post on 08-Jan-2016

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

R E F R E S H I N G

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA GIZI BURUK MARASMUS PADA ANAK

Disusun Oleh :1. Lana Emilia G(105070100111002)2. Uswatun Aortatika(105070100111013)3. Febrilla Dejaneira(105070100111014)

Pembimbing :dr. Prasetya Ismail Permadi, Sp.A, M. Biomeddr. Annisa Muhyi

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANGTAHUN 2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMasalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Data statistik United Nation Foods and Agriculture Organization (FAO), menyatakan bahwa kekurangan gizi di dunia mencapai 1,02 milyar orang yaitu kira-kira 15% populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi. Kira-kira setengah dari 10,9 juta anak yaitu kira-kira 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi (Mller O, Krawinkel M., 2005).Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebanyak 19 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk dan gizi kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi tengah. Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, prevalensi gizi buruk nasional berdasarkan presentase berat badan per umur (BB/U) pada anak balita mencapai 5.4% dan gizi kurang sebesar 13% (Kemenkes RI, 2011).Menurut data dari World Hunger Organization, terdapat empat jenis masalah kekuranan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah di negara berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Malnutrisi Energi Protein (MEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) (Mengistu K, Alemu K, Destaw B., 2013).Prevalensi tertinggi Malnutrisi Energi Protein (MEP) berada pada anak di bawah umur 5 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui. Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi dan protein, MEP diklasifikasikan menjadi MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum dijumpai gejala klinis yang khas, namun gizi buruk disamping gejala klinis didapatkan pula kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Kwashiokor, marasmus, dan kombinasi kwasiokor-marasmur merupakan bentuk klinis dari gizi buruk (Mengistu K, Alemu K, Destaw B., 2013).Marasmus adalah permasalahan serius yang terjadi di negara-negara berkembang. Menurut data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak-anakdi bawahusia 5 tahun di negara berkembang berkaitan dengan defisiensi energi danprotein sekaligus. Masalah malnutrisi atau kekurangan nutrisi pada anak usia bawah lima tahun dapat mengganggu proses tumbuh kembang secara fiskal maupun mental. Hal ini dapat memberikan dampak yang negatif pada sumber daya manusia pada masa mendatang.Dari data yang disampaikan diatas, maka dirasa perlu bagi seorang dokter umum untuk mampu mendiagnosis dan menatalaksana gizi, terutama masalah gizi buruk yang bersifat kronis yaitu marasmus. Dengan ini diharapkan dokter umum sebagai lini pertama dalam pelayanan kesehatan mampu mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat.

1.2 Rumusan MasalahBagaimana menegakkan diagnosis dan tatalaksana gizi buruk marasmus pada anak?

1.3 Tujuan PenulisanMengetahui Malnutrisi Energi Protein (MEP), khususnya marasmus, yang meliputi definisi, etiologi, epidemiologi, faktor resiko, patofisiologi, kriteria diagnosis, tatalaksana, beserta komplikasinya.

1.4 Manfaat PenulisanMenambah pemahaman penulis tentang marasmus, baik proses penegakan diagnosis maupun tatalaksana sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan penulis dalam memberikan pelayanan pada pasien dengan marasmus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi2.1.1Gizi BurukGizi buruk akut atau malnutrisi akut berat (MAB) menurut WHO adalah keadaan dimana seseorang tampak sangat kurus, ditandai dengan BB/PB < - 3 SD dari median WHO child growth standard, atau didapatkan edema nutrisional, dan pada anak umur 5-59 bulan lingkar lengan atas (LLA) < 110 mm. Secara mendetail, klasifikasi status gizi anak berdasarkan berat derajatnya dijelaskan pada tabel berikut ini :IndeksSimpangan BakuStatus Gizi

BB / U 2 SD-2 SD sampai +2 SD 1, 030) selain tanda dan gejala klinis khas, antara lain tampak haus dan mukosa kering (WHO, 2009; IDAI, 2011).

TatalaksanaBeri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik. beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar dan apakah anak muntah. Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam sesuai tabel 1. Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100 ml setiap buang air besar, usia 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar (IDAI, 2011).Resep ResomalReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter (WHO, 2009).BahanJumlah

Oralit WHO *Gula PasirLarutan mineral-mixDitambah air sampai menjadi1 sachet (200ml)10 g8 ml400 ml

Tabel 4. Resep ReSoMal (WHO, 2009).

Bila mineral-mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal dapat dibuat larutan berikut:BahanJumlah

OralitGula PasirBubuk KClDitambah air sampai menjadi1 sachet (200ml)10 g0.8 g400

Tabel 5. Resep larutan pengganti ReSoMal (WHO, 2009).

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka dapat diberikan makanan yang merupakan sumber mineral tersebut. contoh makanan yang banyak mengandung sumber mineral adalah :

Magnesium :Sayuran berwarna hijau (brokoli, bayam, selada), kacang-kacangan (kenari, almond, kacang mete, kacang tanah, kedelai), ikan, buah (alpukat, kismis, tomat, labu), dan produk susu. Zinc :Daging (sapi, ayam), makanan laut (tiram, lobster, kepiting), produk susu, kacang-kacangan (kedelai) Tembaga :Kerang, biji-bijian (wijen, bunga matahari), kacang-kacangan (kacang mete, kedelai, kacang polong, kacang merah, kacang merah, walnut), alpukat, keju, jamur shitake, sayur hijau, kentang, daging, kelapa, pepaya, apel. Dapat pula diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0.3 ml/kg BB, maksimum 2 ml/hari (WHO, 2009). PemantauanPantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Monitoring2 jam pertamaJam ke (10 jam berikutnya)

Waktu09.0009.3010.0010.3011.0012.0013.0014.0015.0016.0017.0018.0019.0020.0021.00

Pernafasan

Denyut Nadi

Produksi urin :ya tidak

Frekuensi BAB

Frekuensi Muntah

Tanda Rehidrasi

Asupan ReSoMal (ml)-X-X-X-X-X

Asupan F-75 (ml)X-X-X-X-X-

Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian (IDAI, 2011). Selalu evaluasi mengenai frekuensi napas, frekuensi nadi, frekuensi miksi dan jumlah produksi urin, frekuensi buang air besar dan muntah.Adanya air mata, mukosa mulut yang lembab, mata dan fontanella yang sudah tidak cekung dan perbaikan turgor kulit merupakan tanda-tanda keberhasilan rehidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam (WHO, 2009). PencegahanCara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan pada anak dengan gizi baik (Rencana Terapi A), kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagai pengganti larutan oralit standar. Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI Pemberian F-75 sesegera mungkin Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair (WHO, 2009).

2.6.4 Gangguan Keseimbangan ElektrolitSemua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi elektrolit yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini. Jangan obati edema dengan diuretikum. Namun perlu diingat pemberian natrium berlebihan dapat menyebabkan kematian (WHO, 2009). Tatalaksana Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan kalium dan magnesium, yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan ke dalam F-75, F-100 atau ReSoMal. Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi. Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl) (IDAI, 2011).

2.6.5 InfeksiPada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam, seringkali tidak ada, dan infeksi sering tersembunyi (IDAI, 2011). Infeksi merupakan komplikasi utama pada anak dengan MEP, namun seringkali tidak menunjukkan tanda dan gejala klasik. MEP juga menjadi penyebab umum kedua dari defisiensi imun sehingga penderita rentan mengalami infeksi. Anak dengan malnutrisi berada dalam kondisi imunokompromais karena malnutrisi yang tejadi mempengaruhi pertumbuhan timus, organ limfoid peifer, dan limpa. Hal ini menyebabkan defek sistem imun jangka panjang yang ditandai oleh leukopenia, penurunan rasio CD4/CD8, penurunan produksi antibodi, penurunan produksi sitokin proinflamasi, dan penurunan mekanisme pertahanan oleh epithelial barrier. Karena defek tersebut maka anak dengan malnutrisi rentan terhadap infeksi, namun tidak menunjukkan gejala klinis yang khas seperti anak sehat karena respon imun dan produksi sitokin proinflamasi yang menurun tadi. Maka konsekuensinya, WHO merekomendasikan bahwa semua anak yang didiagnosis MEP harus mendapatkan antibiotik parenteral.TatalaksanaBerikan pada semua anak dengan gizi buruk: Antibiotik spektrum luas Vaksin campak jika anak berumur 6 bulan dan belum pernah mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syoK (IDAI, 2011).Pilihan antibiotik spektrum luas Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg sulfamethoxazole + 5 mg trimethoprim/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari. Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri: Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau, jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, ditambah: Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2 sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisin. Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari (IDAI, 2011).

Pengobatan terhadap parasit cacing Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi cacing (WHO, 2009).Jika anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah mendapatkan obat pirantel pamoat dalam 6 bulan terakhir, dengan hasil pemeriksaan tinjanya positif, beri pirantel pamoat di klinik sebagai dosis tunggual (Diberikan pada fase transisi)UmurBerat BadanPirantel Pamoat (125 mg/tab)Dosis Tunggal

4-9 bln6 - < 8 Kg tablet

9-12 bln8 - < 10 Kg tablet

1-3 thn10 - < 14 Kg1 tablet

3-5 thn14 - < 19 Kg1 tablet

PemantauanJika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak (WHO, 2009).

2.6.6 Koreksi Defisiensi MikronutrienSemua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering ditemukan anemia, tidak boleh diberikan preparat besi pada periode awal (stabilisasi, transisi), tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi). Pemberian preparat besi dapat memperburuk keadaan infeksi serta terjadinya reaksi oksidatif oleh besi bebas yang akan merusak membran sel dan berakibat fatal (IDAI, 2011).TatalaksanaPemberian pada hari 1: Asam folat 5 mg, oral Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan sebelum dirujuk) (IDAI, 2011), dengan dosis seperti di bawah ini :UmurDosis (IU)

< 6 bulan50 000 (1/2 kapsul Biru)

612 bulan100 000 (1 kapsul Biru)

1-5 tahun200 000 (1 kapsul Merah)

Tabel 6. Dosis vitamin A sesuai dengan usia anak (IDAI, 2011)Pemberian harian selama 2 minggu: Asam folat 1 mg/hari Suplemen multivitamin Zinc (2 mg Zn elemental/kgBB/hari) Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari) Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (pada fase rehabilitasi)Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15 (IDAI, 2011).

2.6.7 Pemberian Makan AwalPada fase stabilisasi, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh dan kapasitas homeostasisnya berkurang. Pemberian makan sebaiknya dimulai sesegera mungkin setelah pasien masuk dan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein secukupnya untuk mempertahankan proses fisiologi dasar (IDAI, 2011). TatalaksanaGambaran hal-hal penting dalam pemberian makan pada fase stabilisasi adalah sebagai berikut: Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dengan osmolaritas rendah dan rendah laktosa (F-75) Pemberian makan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral Energi: 80 100 kkal/kgBB/hari Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus dipenuhi (IDAI, 2011). Tabel 7. Jadwal pemberian F-75 (WHO, 2009)HARI KEFREKUENSIVOLUME/KGBB/PEMBERIANVOLUME/KGBB/HARI

1-23-56 dstsetiap 2 jamsetiap 3 jamsetiap 4 jam11 ml16 ml22 ml130 ml130 ml130 ml

Bahan makananPer 1000 mlF-75F-75 (+sereal)F-100

Susu skim bubukGula pasirTepung beras/maizenaMinyak sayurLarutan elektrolitTambahan air s/dGramGramGramGrammlml25100-27201000257035272010008550-60201000

NILAI GIZI/1000 ml

EnergiProteinLaktosaKaliumNatriumMagnesiumSengTembaga% energi protein% energi lemakOsmolaritasKkalGramGrammMolmMolmMolmgmg--mOsm/l7509134064.3202.553241375011134264.6202.56323341000294263197.3232.51253419

Tabel 8. Resep F-75 dan F-100 (IDAI, 2011)

Formula awal F-75 sesuai resep (Tabel 8) dan jadwal makan (Tabel 7) dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi. Pada F-75 yang berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan tepungberas atau maizena sehingga lebih menguntungkan karena mempunyaiosmolaritas yang lebih rendah, tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini baikbagi anak gizi buruk dengan diare persisten (WHO, 2009). Formula F-75 mengandung 75 kkal/100 ml dan 0,9 gram protein / 100 ml cukup memenuhi kebutuhan bagi sebagian besar anak. Berikan dengan menggunakan cangkir atau sendok. Anak yang sangat lemah, mungkin perlu diberikan dengan sendok atau secara drop atau dengan spuit (IDAI, 2011).

FASESTABILISASIREHABILITASI

Bahan MakananF-75 IF-75 IIF-75 IIIM-1/2*F-100M-I*M-II*M-III*

Susu skim bubuk (g)Susu full cream (g)Susu sapi segar (ml)Gula pasir (g)Tepung beras (g)Minyak sayur (g)Margarin (g)Larutan elektrolit (ml)Tambahan air s/d (ml)25--703527-201000-35-703517-201000--300703517-201000100--50-25--1000-110-50-30-201000100--50-50--1000100--50--50-1000-120-75--50

1000

Tabel 9. Resep formula modifikasiCatatan: *M = Modisco (Modified Dried Skimmed Milk Coconut Oil)

Cara Membuat Formula WHO (F-75, F-100) Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan masukkan susu bubuk sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel.Tambahkan air hangat dan larutan mineral-mix sedikit demi sedikitsambil diaduk sampai homogen dan volumenya menjadi 1000 ml.Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak selama 4 menit. Untuk F-75 yang menggunakan campuran tepung beras atau maizena,larutan harus dididihkan (5-7 menit) dan mineral-mix ditambahkansetelah larutan mendingin. Apabila tersedia blender, semua bahan dapat dicampur sekaligusdengan air hangat secukupnya. Setelah tercampur homogen baruditambahkan air hingga volume menjadi 1000 ml. Apabila tidaktersedia blender, gula dan minyak sayur (dianjurkan minyak kelapa)harus diaduk dahulu sampai rata, baru tambahkan bahan lain dan air hangat (WHO, 2009).Jika jumlah petugas terbatas, beri prioritas untuk pemberian makan setiap2 jam hanya pada kasus yang keadaan klinisnya paling berat, dan bila terpaksa upayakan paling tidak tiap 3 jam pada fase permulaan. Libatkan danajari orang tua atau penunggu pasien.Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidakterlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian) (WHO, 2009).Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapaikebutuhan minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari pada fase awal ini. Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anakperlu mendapat ekstra air/cairan.Pemantauan Pantau dan catat setiap hari: Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan Muntah Frekuensi defekasi dan konsistensi feses Berat badan (WHO, 2009).

2.6.8 Tumbuh KejarPada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan dalam pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang cepat (>10 g/kg/hari). Formula yang dianjurkan pada fase ini adalah F100 yang mengandung 100 kkal/100 ml dan 2,9 g protein/100 ml (IDAI, 2011). Kesiapan untuk memasuki fase rehabilitasi ditandai dengan kembalinya nafsu makan, biasanya sekitar satu minggu setelah perawatan. Transisi yang bertahap direkomendasikan untuk mencegah risiko gagal jantung yang dapat muncul bila anak mengonsumsi makanan langsung dalam jumlah banyak (IDAI, 2011). Untuk mengubah dari pemberian makanan awal ke makanan tumbuh kejar (transisi) : Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan. Selanjutnya naikkan jumlah F-100 bertahap sebanyak 10-15 ml setiap kali pemberian hingga mencapai pemberian formula mencapai 150 kkal/kgBB/hari (volume minimum pada tabel pemberian F-100). Energi: 100-150 kkal/kgBB/hari Protein: 2-3 g/kgBB/hari. Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI, tetapi pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92 g juga dapat digunakan pada fase rehabilitasi.ZAT GIZISTABILISASITRANSISIREHABILITASI

Energi80-100 kkal/kgBB/hr100-150 kkal/kgBB/hr150-220 kkal/kgBB/hr

Protein1-1.5 g/kgBB/hr2-3 g/kgBB/hr4-6 g/kgBB/hr

Cairan130 ml/kgBB/hr atau 100 ml/kgBB/hr bila edema berat150 ml/kgBB/hr150-200 ml/kgBB/hr

Tabel 10. Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makanan (WHO, 2011)

PemantauanMonitor selama fase transisi terhadap tanda gagal jantung (WHO, 2009): Frekuensi napas Frekuensi nadiBila frekuensi napas meningkat lima kali atau lebih/menit dan frekuensi nadi 25 atau lebih/menit selama 2 kali pemantauan dalam 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya (cari penyebabnya). Lakukan segera pengurangan volume makanan per kali makan kemudian ditingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut: berikan tiap 4 jam F100 16 ml/kgbb/makan selama 24 jam 19 ml/kgbb/makan selama 24 jam berikutnya 22 ml/kgbb/makan selama 48 jam berikutnya kemudian tingkatkan jumlah pemberian makan 10 ml tiap kali pemberian seperti dijelaskan sebelumnyaSetelah fase transisi, anak masuk ke fase rehabilitasi (IDAI, 2011): Lanjutkan menambah volume pemberian F-100 hingga ada makanan sisa yang tidak termakan oleh anak (anak tidak mampu menghabiskan porsinya). Tahapan ini biasanya terjadi pada saat pemberian makanan mencapai 30 ml/kgbb/makan (200 ml/kgbb/hari). Pemberian makan yang sering (sedikitnya tiap 4 jam) dari jumlah formula tumbuh-kejar Energi : 150-220 kkal/kg/hari Protein : 4-6 gram protein/kg/hari Bila anak masih mendapat ASI tetap berikan diantara pemberian formula (catatan: ASI tidak memiliki energi dan protein yang cukup untuk mendukung tumbuh kejar yang cepat)

Monitor kemajuan terapi Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi dan mendapat F-100: Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan, plot pada formulir pemantauan berat badan. Tiap minggu hitung dan catat pertambahan berat badan dalam satuan gram/kgbb/hari Jika kenaikan berat badan: buruk (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap, periksa apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi. sedang (5-10 g/kgBB/hari), lanjutkan tatalaksana baik (> 10 g/kgBB/hari), lanjutkan tatalaksana (IDAI, 2011).

2.6.9 Stimulasi SensorikPada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku karenanya harus diberikan : Perawatan kasih sayang Lingkungan yang ceria dan nyaman Terapi bermain terstruktur selama 1530 menit per hari Aktivitas fisik segera setelah cukup sehatsesuai kemampuan psikomotor anak Keterlibatan ibu sesering mungkin (misal menghibur, memberi makan, memandikan, bermain) (WHO, 2009).

2.6.10Persiapan Tindak Lanjut setelah PerawatanBila anak sudah mencapai persentil 90% BB/TB (setara -1SD) maka anak sudah pulih dari keadaan malnutrisi, walaupum mungkin BB/U masih rendah karena umumnya anak pendek (TB/U rendah). Pola makan yang baik dan stimulasi fisik dan sensorik dapat dilanjutkan di rumah. Tunjukkan kepada orang tua atau pengasuh bagaimana : Pemberian makan secara sering dengan kandungan energi dan nutrien memadai Berikan terapi bermain yang terstrukturSaran untuk orangtua atau pengasuh: Membawa anak kontrol secara teratur Memberikan imunisasi booster Memberikan vitamin A setiap 6 bulan (WHO, 2009).

2.7Kriteria sembuhBila BB/TB atau BB/PB >-2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria pulang sebagai berikut :a) Edema sdah berkurang atau hilang, anak sadar, dan aktifb) BB/PB atau BB/TB >-3 SDc) Komplikasi sudah teratasid) ibu telah mendapat konseling gizie) ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turutf) selera makan sudah membak, makanan yang diberikan dapat dhabiskan

2.8 PencegahanMenurut IDAI (2009), malnutrisi energi protein berat salah satunya adalah marasmus, merupakan masalah gizi yang multifaktorial. Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengurangi insiden dan menurunkan angka kematian. Oleh karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka untuk mencegahnya dapat dilakukan beberapa langkah, antara lain :1. Pola makanPenyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral berdasarkan umur dan berat badan).2. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala (sebulan sekali pada tahun pertama)3. Faktor sosialMencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan dapat menyebabkan terjadinya MEP.4. Faktor ekonomiDalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat selanjutnya. Perlu ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya5. Faktor infeksiInfeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi, walaupun dalam derajat ringan.

BAB IIIKESIMPULAN

Marasmus merupakan suatu bentuk Malnutrisi Energi-Protein (MEP) yang terutama disebabkan oleh defisiensi energi. Marasmus menjadi salah sati dari empat masalah gizi utama di Indonesia di samping anemia gizi, defisiensi vitamin A, dan gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI). Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya marasmus, yang meliputi faktor nutrisi, faktor sosial, faktor penyakit penyerta, dan beberapa faktor lainnya. Marasmus secara khas ditandai oleh hilangnya lemak subkutan, atrofi otot, dan wajah yang terlihat tua. Kriteria diagnosis adalah Kriteria diagnosis dari marasmus ini adalah anaka terlihat sangat kurus, edema nutrisional yang simetris, BB/TB < -3 SD, serta lingkar lengan atas