siap print dmf 1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tutorialTRANSCRIPT
-
Hasil Tutorial Skenario 1
Keradangan Dan Penyembuhan
SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
BLOK DMF 1
Oleh Kelompok 2 :
1. Shinta Permata Sari (141610101012)
2. Hanifah Nailul Amania (141610101013)
3. Nadia Farhatika (141610101014)
4. Dini Roswati (141610101015)
5. Erlita Prestiandari (141610101016)
6. Zulfah Al Faizah (141610101017)
7. Aldiansyah Hakim (141610101018)
8. Prisca Vianda Sukma (141610101019)
9. Tazqia Jamil Pratami (141610101020)
10. Stefani Silvia D.A (141610101021)
11. Dina Kurniasari (141610101022)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
-
2
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Tutorial : Keradangan dan penyembuhan
2. Ketua Tim Tutorial
Nama Lengkap : Prisca Vianda Sukma
NIM : 141610101019
Kelompok : Tutorial 2
E-mail : [email protected]
Asal Universitas : Universitas Jember
Menyatakan bahwa substansi ini, yang berjudul Keradangan d
penyembuhan. Dikerjakan dengan melibatkan anggota peneliti
sebanyak 10 orang, pembimbing 1 orang dengan rincian sebagai
berikut :
Anggota Peneliti
Scriber 1 :
Nama Lengkap : Dini Roswati
NIM : 141610101015
Fakultas : Kedokteran Gigi
Scriber 2 :
Nama Lengkap : Erlita Prestiandari
NIM : 141610101016
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 1 :
Nama Lengkap : Shinta Permata Sari
NIM : 141610101012
Fakultas : Kedokteran gigi
Anggota 2
Nama lengkap : Hanifah Nailul Amania
NIM : 141610101013
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 3
-
3
Nama Lengkap : Nadia Farhatika
NIM : 141610101014
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 4
Nama Lengkap : Zulfah Al faizah
NIM : 141610101017
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 5
Nama Lengkap : Aldiansyah hakim
NIM : 141610101018
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 6
Nama Lengkap : Tazqia Jamil Pratami
NIM : 141610101020
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 7
Nama Lengkap : Stefani Silvia D.A
NIM : 141610101021
Fakultas : Kedokteran Gigi
Anggota 8
Nama Lengkap : Dina kurnia
NIM : 141610101022
Fakultas : Kedokteran Gigi
Jember, 6 Juni 2015
Pembibimbing Tutorial Kelompok II Ketua Tim Tutorial
Universitas Jember
drg. Pujiana Endah Lestari, M.Kes Prisca Vianda S
NIP NIM 141610101019
-
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas keradangan dan
penyembuhan oran ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai
Kera. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai laporan hasil tutorial
kedua mata kuliah blok penyakit dentomaksilofasial 1.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. drg. Pujiana Endah Lestari, M.Kes. selaku dosen dan fasilitator yang telah
memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesainya penyusunan
laporan ini.
2. Anggota kelompok II yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun
pembuatan laporan hasil tutorial ini.
Dalam tugas yang telah diberikan, kami menyadari bahwa laporan ini
masih banyak kekurangan dan kesalahan dari apa yang diharapkan. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun bagi
perbaikan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Jember , 6 Juni 2015
Penulis
-
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan kedokteran gigitelah lengah dalamseara adekuat
mempersiapkan dokter gigi untuk memeriksastatus kesehatan umum seorang
pasien. Sekarang, jauh dibanding dahulu, jika kita membicarakan kemajuan
revolusioner yang terjadi dalam kedokteran dan kenyataanya bahwa segmen
populasi yang tumbuh dengan cepat terdiri pasien-pasie dan mengalami gangguan
medis., kepentingan kedokteran dan hubungannya dengan praktek kedokteran gigi
menjadi jelas. Maka dari itu kami sebagai mahasiswa dituntut untuk memahami
bagaimana konsep terjadi suatu penyakit. Khususnya penyakit yang terjadi di
rongga mulut dan sekitarnya. Oleh karena itu, kami kelompok tutorial 1 akan
sedikit mengupas tentang resin akrilik di dalam laporan ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka perumusan masalah
yang dimuat di laporan tutorial ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengapa setelah ekstraksi tidak boleh kumur-kumur, makan, dan minum
kurang lebih selama 2 jam?
2. Apa fungsi kompres dengan air dingin ketika terjadi peradangan?
3. Mengapa rasa sakit bisa timbul setelah 2 hari pasca ekstraksi?
4. Apa factor yang menyebabkan rasa sakit?
5. Bagaimana proses pembengkakan?
6. Apa hubungan adanya pembengkakan dengan kenaikan suhu tubuh?
7. Apa pengaruh oral hygiene terhadap proses penyembuhan?
8. Bagaimana proses penyembuhan inflamasi?
1.3 Tujuan Tutorial :
Dalam penulisan ini tujuan yang ingin didapat yaitu,
1.3. 1. Memahami respon lokal tubuh terhadap trauma pencabutan
gigi (fase-fase inflamasi)
1.3. 2. Memahami mekanisme penyembuhan jaringan akibat trauma
-
6
1.3. 3. Memahami dampak oral hygiene terhadap komplikasi proses
penyembuhan luka post ekstraksi
BAB II
PEMBAHASAN
STEP 1
1. Ekstraksi adalah pencabutan gigi dari soketnya pada tulang alveolar
-
7
2. Komplikasi adalah penyakit yang baru timbul kemudian sebagai
tambahan pada penyakit yang sudah ada. Komplikasi pasca ekstraksi
adalah suatu respon pasien tertentu yang dianggap sebagai kelanjutan
abnormal dari pembedahan.
3. Debris adalah sisa-sisa makanan yang biasanya menempel di celah gigi.
Debris mudah dihilangkan dengan gerakan lidah atau berkumur-kumur.
4. Oedem adalah meningkatnya volume cairan di luar sel (ekstraseluler)
dan di luar pembuluh darah (ekstravaskular) disertai dengan penimbunan
di jaringan serosa. Edema adalah istilah yang digunakan untuk merujuk
pada kondisi bengkak.
5. Soket = - suatu lubang yang ada di dalam tulang setelah gigi dicabut.
- Lubang tempat melekatnya gigi pada tulang alveolar.
6. Callus adalah pembentukan sel tulang yang terjadi pada kurun waktu
selama fase reparatif dengan menghasilkan sejumlah banyak fiber kolagen.
7. Plak putih adalah penebalan mukosa yang disertai dengan warna putih
dan dapat dibedakan dengan jaringan mukosa yang sehat.
8. Radiografi ialah penggunaan sinar pengionan (sinar X, sinar gama) untuk
membentuk bayangan benda yang dikaji pada film.
9. Oral hygiene adalah kebersihan mulut
STEP II
1. Mengapa setelah ekstraksi tidak boleh kumur-kumur, makan, dan minum
kurang lebih selama 2 jam?
2. Apa fungsi kompres dengan air dingin ketika terjadi peradangan?
3. Mengapa rasa sakit bisa timbul setelah 2 hari pasca ekstraksi?
-
8
4. Apa factor yang menyebabkan rasa sakit?
5. Bagaimana proses pembengkakan?
6. Apa hubungan adanya pembengkakan dengan kenaikan suhu tubuh?
7. Apa pengaruh oral hygiene terhadap proses penyembuhan?
8. Bagaimana proses penyembuhan inflamasi?
STEP III
1. Hal tersebut dikarenakan setelah post ekstraksi trauma atau luka yang
ditimbulkan masih bersifat rentan terhadap gangguan fisik. Misalnya
saja berkumur. Pada saat berkumur otomatis akan terjadipergerakan di
dalam rongga mulut termasuk pada area yang mengalami luka. Hal ini
bisa menghambat prosespenyembuhan dan mengakibatkan pendarahan
kembali pada daerah luka. Kenapa disarankan dalam waktu 2 jam karena
selama kurun watu tersebut leukosit sedang bekerja untuk mereposn
adanya jejas dan mulai terjadinya proses pembentukan pembuluh darah
baru.
Radang Akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap
cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera.
Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan
memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2
komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan
penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari
leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan
mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan
struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein
plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang
berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya
berakumulasi di lokasi cedera.
Radang Kronis
Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi
panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi
-
9
proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan
penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut
ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil
dalam jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi
sel mononuklir (seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma),
destruksi jaringan, dan perbaikan.
Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat
timbul menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat
kronik. Perubahan radang akut menjadi radang kronik berlangsung
bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen penyebab
jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses
penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal
merupakan proses primer. Sering penyebab jejas memiliki toksisitas
rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang
akut. Terdapat 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya, yaitu
infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil
tuberkel, Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak
lama dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika),
penyakit autoimun. Bila suatu radang berlangsung lebih lama dari 4
atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan
respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu
tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan kronik
sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi
2. Fungsi kompres menggunakan air dingin adalah dapat mengurangi
nyeri. Ini terjadi karena didalam rongga mulut ada banyak saraf, salah
satu saraf yang dapat menangkap suhu adalah termoreseptor. Itu
sebabnya setelah ekstraksi diberikan air dingin dapat mengurangi rasa
nyeri yang mungkin dirasakan pasien setelah ekstraksi.
3. Rasa sakit dapat timbul kembali setelah 2 hari disebabkan karena
kematian dari sel- sel leukosit. Sel leukosit yang bermigrasi ke daerah
luka hanya memiliki umur pendek yaitu berkisar antara 24-48 jam.
Leukosit yang mati ini seharusnya akan dibuang melalui proses limfatik.
-
10
Namun apabila jumlahnya terlalu banyak dan sistem limfatik tidak
mampu mengimbanginya dengan proses pembuangan, maka akan terjadi
penumpukan di daerah radang. Hal ini menyebabkan tekanan terhadap
jaringan yang luka menjadi meningkat sehingga akan timbul rasa nyeri.
4. Faktor yang menyebabkan rasa sakit :
a. Rangsangan dari luar tubuh, berupa:
Benda mati: bahan kimia (chemical agent), suhu (panas dingin),
trauma fisik, infeksi mikroorganisme, radiasi.
Virulensi (keganasan) kuman. Kuman ada yang virulen ada pula
yang no virulen. Kuman tbc virulensinya tinggi, sehingga satu
kuman pun telah dapat menyebabkan infeksi tbc.
Lamanya rangsangan. Semaki lama suatu rangsangan akan
semakijn besar kerusakan yang di timbulkan
Besarny rangsangan.
Pathogenitas kuman.
Daya invasi kuman.
b. Rangsangan dari dalam tubuh, berupa:
Gangguan keseimbangan hormona;
Gangguan metabolism
Gangguan keseimbangan elektrolit
Kekurangan suplay darah
(Jika) Pasien kelainan gen sendiri
Karang gigi
Bakteri
Sisa makanan (plak) pada gigi
Cara enyikat gigi yang salah sehingga gusi mudah teriritasi
-
11
5. Aktifitas peradangan yang diselenggarakan oleh mediator inflamasi
dimulai dengan dilatasi pembuluh darah arterial dan pembuluh darah
kapiler setempat untuk menciptakan kondisi hiperemi. Setelah itu, akan
terjadi kontraksi endotel dinding kapiler yang dapat meningkatkan
permeabilitas vaskuler, sehingga akan terbentuk eksudat serous di
interstisium daerah yang mengalami peradangan. Pembuluh darah
kapiler yang sehat mempunyai permeabilitas yang terbatas, yaitu dapat
dilalui oleh cairan dan larutan garam, tetapi sulit untuk dialui larutan
protein yang berupa koloid. Apabila pembuluh darah kapiler cedera
akibat peradangan, maka dinding pembuluh darah kapiler menjadi lebih
permeabel dan akan lebih mudah dilalui oleh larutan protein yang
berupa koloid. Peningkatan permeabilitas tersebut menyebabkan
peningkatan jumlah cairan yang keluar dari pembuluh darah kapiler.
Cairan tersebut akan mengisi jaringan sekitar radang dan menyebabkan
edema, sehingga akan terlihat gejala radang yaitu pembengkakan.
Setiap terjadi trauma, terjadi rangsangan untuk dilepaskannya zat kimia
tertentu yang akan menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada
reaksi radang. Zat-zat kimia tersebut seperti histamine, serotin dan
sitokin. Zat kimia tersebut menyebabkan penurunan protein plasma yang
mengakibatkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehinggacairan
eksudat akan keluar dari pembuluh darah dan berkumpul di dalam
jaringan sekitar dan menimbulkan edema.
A. Faktor
Umum:
B. Faktor
Lokal :
Umur, status gizi, kondisi tubuh/kesehatan, kekebalan/imunitas,
penyakit yang menyertai (diabetesmudah infeksi), dan
konsumsi obat obat yang mengandung asteroid (dpt memberikan
efek masking pd suatu peradagang).
Vaskularisasi dan lokasi keradangan. Pada jaringan yang padat
keradangan akan lebih sukar terjadi dibanding pada jaringan yang
longgar, misalnya:pada paru paru (jaringan longgar) akan lebih
mudah mengalami keberadangannya dibanding pada jaringan
parut/keloid (jaringan padat).
-
12
6. Demam merupakan manifestasi sistemik yang paling sering terjadi pada
respon radang dan merupakan gejala utama penyakit infeksi.
Mekanisme terjadinya demam adalah aktivator berupa mikroba, toksin,
kompleks antigen-antibodi, proses radang dll menginduksi fagosit dan
selalu sehingga melepaskan interleukin 1 yang mempengaruhu pusat
pengaturan shu yaitu hipotalamus melalui darah sehisngga terjadi respon
fisiologik berupa demam.
7. Pengaruh oral hygiene terhadap penyembuhan adalah dapat mencegah
infeksi. Bila oral higen buruk bakteri pathogen bisa masuk dan dapat
mengakibatkan infeksi. Setelah infeksi dapat memperlambat proses
penyembuhan
8. Proses penyembuhan inflamasi
Berdasarkan scenario, penutupan soket tertutup pada hari ke-7
setelah terjadi keluhan, dalam arti, penyembuhan yang terjadi adalah
penyembuhan primer.
Segera setelah terjadi luka, tepi luka disatukan oleh bekuan darah
yang bekerja seperti lem.
Setelah itu, terjadi reaksi peradangana kur apda tepi luka.
Makrofag memasuki bekuan darah dan mulai mengancurkannya. Setelah
terjadi reaksi peradangan eksudatif ini, dimulai pertumbuhan jaringan
granulasi kea rah dalam pada darerah yang sebelumnya ditempati oleh
bekuan-bekuan darah. Sehingga, setelah beberapa hari luka tersebut
dijembatani oleh jaringan granulasi utnuk matang menjadi sebuah parut.
Epitel permukaan di bagian tepi mulai melakukan regenerasi dan
dalam waktu beberapa hari lapisan elitel yang tipis bermigrasi di atas
pemukaan luka. Jarinagn parut di bawahnya menjadi matang, epitel juga
menebal dan matang, sehingga menyerupai kulit di dekatnya. Hasilnya,
terbentuknya kembali dan menutup socket permukaan kulit dan dasar
jaringan parut yang tidak nyata. Banyak luka di kulit yang smebuh
dengan cara seperti inu tanpa perawatan medis.
Hari pertama pasca bedah. Luka akan terisi oleh bekuan dayah yang
membentuk kerak yang menutupi luka
-
13
Hari kedua terjadi reepitalisasi permukaan dan pembentukan
jembatan yang terdiri dari jaringan fibrosa yang menghubungkan
kedua tepi celah subepitel
Hari ketiga, respon radang akut mulai berkurang, neutrofil
digantikan oleh makrofag yang membersihkan tepi luka dari sel-sel
rusak dan pecahan fibrin
Hari kelima,, celah insisi biasanya terdiri dari jaringan granulasi
yang kaya pembuluh darah dan longgar. Dapat dilihat dengan adanya
serabut kolagen dimana-mana
Akhir minggu pertama luka telah tertutup oleh epidermis dengan
ketebalan yang kurang normal dan celah subepitel yang telah terisi
jaringan ikat yang kaya pembuluh darah mulai membentuk serabut-
serabut kolagen.
Minggu kedua, fibroblast dan pembuluh darah berproliferasi terus-
menerus dan tampak adanya timbunan proresif serab,ut kolagen.
Kerangka fibrin sudah lenyap. Jaringan parut masih tetap berwarna
merah cerah sebagai akibat peningkatan vaskularisasi
Akhir minggu kedua, struktur jaringan parut telah kembali seperti
semula. Jaringan parut berwarna lebih muda akibat tekanan pada
pembuluh darah. Timbunan kolagen dan peningkatan daya rentang
luka
Selain itu proses penyembuhan inflamasi juga dipengaruhi oleh hal-
hal beikut :
Pengaruh sistemik
1. Nutrisi : Protein (bahan pembentuk jaringan), Vitamin C
(pembentuk kolagen).
2. Gangguan pada darah : granulosit (kekurangan sel ini dapat
mengakibatkan mudahnya terjangkit infeksi dan mengganggu
proteolisis lisosom sel-sel yang mati dan eksudat), Keadaan
kelainan perdarahan berupa hemorargi yang berlebihan
-
14
didalam luka dapat menjadi substrat yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
3. Diabetes mellitus : Predisposisi penting timbulnya infeksi
mikrobiologi (Tuberkulosis, infeksi kulit, infeksi saluran
kemih dan infeksi jamur)
4. Hormon steroid : Efek menekan reaksi radang-pemulihan.
Pengaruh lokal
1. Aliran darah lokal : pengaruh tunggal yang terpenting untuk
menentukan kualitas dan keadekuatan radang pemulihan.
2. Infeksi : reaksi radang dan eksudat yang berlebihan akan
memisahkan tepi-tepi jaringan dan memberi tekanan pada
lokasi radang.
3. Benda asing : merupakan rangsang untuk terjadinya radang.
4. Imobilisasi luka
5. Lokasi terjadinya jejas
STEP IV
-
15
STEP V
-
16
1. Memahami respon lokal tubuh terhadap trauma pencabutan gigi (fase-fase
inflamasi)
2. Memahami mekanisme penyembuhan jaringan akibat trauma
3. Memahami dampak oral hygiene terhadap komplikasi proses
penyembuhan luka post ekstraksi
STEP VII
1. Fase inflamasi/fase reaktif
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari ke-
lima, dan terdiri atas fase vaskuler dan seluler. Pada fase vaskuler,
pembuluh darah yang ruptur pada luka akan menyebabkan perdarahan dan
tubuh akan mencoba menghentikannya melalui vasokonstriksi, pengerutan
ujung pembuluh darah yang putus, dan reaksi homeostasis. Pada fase ini
terjadi aktivitas seluler yaitu dengan pergerakan leukosit menembus
dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka karena daya
kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu
mencerna bakteri dan debris pada luka. Beberapa jam setelah luka, terjadi
invasi sel inflamasi pada jaringan luka. Sel polimorfonuklear (PMN)
bermigrasi menuju daerah luka dan setelah 24-48 jam terjadi transisi sel
PMN menjadi sel mononuklear atau makrofag yang merupakan sel paling
dominan pada fase ini selama lima hari dengan jumlah paling tinggi pada
hari ke-dua sampai hari ke-tiga. Pada fase ini, luka hanya dibentuk oleh
jalinan fibrin yang sangat lemah. Setelah proses inflamasi selesai, maka
akan dimulai fase proliferasi pada proses penyembuhan luka.
Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi
akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak
dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari
benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya
proses penyembuhan.
Pada awal fase ini, yaitu fase vaskuler, kerusakan pembuluh darah
akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet
akan menutuou vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan
-
17
substansi vasokonstriksi yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler
vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan menutup
pembuluh darah.
Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin
yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth
Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming
Growth Factor beta.
Tubuh mempunyai pelindung dalam menahan perubahan lingkungan
yaitu kulit. Apabila faktor dari luar tidak mampu ditahan oleh pelindung
tersebut maka terjadilah luka. Dalam merespon luka tersebut, tubuh
memiliki fungsi fisiologis penyembuhan luka. Proses penyembuhan ini
terdiri dari fase awal, intermediate dan fase lanjut. Masing masing fase
memiliki proses biologis dan peranan sel yang berbeda. Pada fase awal,
terjadi hemostasis dimana pembuluh darah yang terputus pada luka akan
dihentikan dengan terjadinya reaksi vasokonstriksi untuk memulihkan
aliran darah serta inflamasi untuk membuang jaringan rusak dan mencegah
infeksi bakteri. Pada fase intermediate, terjadi proliferasi sel mesenkim,
epitelialisasi dan angiogenesis. Selain itu terjadi pula kontraksi luka dan
sintesis kolagen pada fase ini. Sedangkan untuk fase akhir, terjadi
pembentukan luka / remodelling.
Pada luka yang menembus epidermis, akan merusak pembuluh darah
menyebabkan pendarahan. Untuk mengatasinya terjadilah proses
hemostasis. Proses ini memerlukan peranan platelet dan fibrin. Pada
pembuluh darah normal, terdapat produk endotel seperti prostacyclin
untuk menghambat pembentukan bekuan darah. Ketika pembuluh darah
pecah, proses pembekuan dimulai dari rangsangan collagen terhadap
platelet. Platelet menempel dengan platelet lainnya dimediasi oleh protein
fibrinogen dan faktor von Willebrand. Agregasi platelet bersama dengan
eritrosit akan menutup kapiler untuk menghentikan pendarahan.Saat
platelet teraktivasi, membran fosfolipid berikatan dengan faktor
pembekuan V, dan berinteraksi dengan faktor pembekuan X. Aktivitas
protrombinase dimulai, memproduksi trombin secara eksponensial.
-
18
Trombin kembali mengaktifkan platelet lain dan mengkatalisasi
pembentukan fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin berlekatan dengan sel
darah merah membentuk bekuan darah dan menutup luka. Fibrin menjadi
rangka untuk sel endotel, sel inflamasi dan fibroblast.5 Fibronectin
bersama dengan fibrin sebagai salah satu komponen rangka tersebut
dihasilkan fibroblast dan sel epitel. Fibronectin berperan dalam membantu
perlekatan sel dan mengatur perpindahan berbagai sel ke dalm luka.
Rangka fibrin fibronectin juga mengikat sitokin yang dihasilkan pada
saat luka dan bertindak sebagai penyimpan faktor faktor tersebut untuk
proses penyembuhan.Reaksi inflamasi adalah respon fisiologis normal
tubuh dalam mengatasi luka. Inflamasi ditandai oleh rubor (kemerahan),
tumor (pembengkakan), calor (hangat), dan dolor (nyeri). Tujuan dari
reaksi inflamasi ini adalah untuk membunuh bakteri yang
mengkontaminasi luka.
Pada awal terjadinya luka terjadi vasokonstriksi lokal pada arteri dan
kapiler untuk membantu menghentikan pendarahan. Proses ini dimediasi
oleh epinephrin, norepinephrin dan prostaglandin yang dikeluarkan oleh
sel yang cedera. Setelah 10 15 menit pembuluh darah akan mengalami
vasodilatasi yang dimediasi oleh serotonin, histamin, kinin, prostaglandin,
leukotriene dan produk endotel. Hal ini yang menyebabkan lokasi luka
tampak merah dan hangat.2,4 Sel mast yang terdapat pada permukaan
endotel mengeluarkan histamin dan serotonin yang menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskuler. Hal ini
mengakibatkan plasma keluar dari intravaskuler ke ekstravaskuler.5
Leukosit berpindah ke jaringan yang luka melalui proses aktif yaitu
diapedesis. Proses ini dimulai dengan leukosit menempel pada sel endotel
yang melapisi kapiler dimediasi oleh selectin. Kemudian leukosit semakin
melekat akibat integrin yang terdapat pada permukaan leukosit dengan
intercellular adhesion moleculer (ICAM) pada sel endotel. Leukosit
kemudian berpindah secara aktif dari sel endotel ke jaringan yang
luka.Agen kemotaktik seperti produk bakteri, complement factor,
histamin, PGE2, leukotriene dan platelet derived growth factor (PDGF)
-
19
menstimulasi leukosit untuk berpindah dari sel endotel. Leukosit yang
terdapat pada luka di dua hari pertama adalah neutrofil. Sel ini membuang
jaringan mati dan bakteri dengan fagositosis. Netrofil juga mengeluarkan
protease untuk mendegradasi matriks ekstraseluler yang tersisa. Setelah
melaksanakan fungsi fagositosis, neutrofil akan difagositosis oleh
makrofag atau mati. Meskipun neutrofil memiliki peran dalam mencegah
infeksi, keberadaan neutrofil yang persisten pada luka dapat menyebabkan
luka sulit untuk mengalami proses penyembuhan. Hal ini bisa
menyebabkan luka akut berprogresi menjadi luka kronis.
Pada hari kedua / ketiga luka, monosit / makrofag masuk ke dalam
luka melalui mediasi monocyte chemoattractant protein 1 (MCP-1).
Makrofag sebagai sel yang sangat penting dalam penyembuhan luka
memiliki fungsi fagositosis bakteri dan jaringan mati. Makrofag
mensekresi proteinase untuk mendegradasi matriks ekstraseluler (ECM)
dan penting untuk membuang material asing, merangsang pergerakan sel,
dan mengatur pergantian ECM. Makrofag merupakan penghasil sitokin
dan growth factor yang menstimulasi proliferasi fibroblast, produksi
kolagen, pembentukan pembuluh darah baru, dan proses penyembuhan
lainnya.4,6 Limfosit T muncul secara signifikan pad hari kelima luka
sampai hari ketujuh. Limfosit mempengaruhi fibroblast dengan
menghasilkan sitokin, seperti IL-2 dan fibroblast activating factor.
Limfosit T juga menghasilkan interferon- (IFN- ), yang menstimulasi
makrofag untuk mengeluarkan sitokin seperti IL-1 dan TNF-. Sel T
memiliki peran dalam penyembuhan luka kronis.
2. Penyembuhan luka merupakan proses kompleks tetapi sistematik. Faktor-
faktor pertumbuhan mengatur migrasi, proliferasi, dan diferensiasi sel,
juga sintesis dan degradasi protein matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel
secara langsung mem- pengaruhi peristiwa seluler dan memodulasi sel
yang berespons terhadap faktor-faktor per- tumbuhan. Faktor-faktor fisik
juga berperan dalam proses tersebut.
Penyembuhan luka meliputi proses-proses sebagai berikut, yaitu:
(1) induksi dari suatu respons radang akut oleh adanya cedera awal,
-
20
(2) regenerasi sel parenkim,
(3) migrasi dan proliferasi sel-sel parenkim dan sel sel jaringan ikat,
(4) sintesa protein-protein matriks ekstra- sel,
(5) pembentukan kembali elemen-elemen parenkim untuk mengembalikan
fungsi jaringan, dan
(6) pembentukan kembali jaringan ikat untuk mencapai kekuatan luka.
a. Primary union atau healing by first intention
Salah satu contoh sederhana proses perbaikan luka adalah
penyembuhan luka insisi bedah yang bersih dan tidak terinfeksi. Hal
ini diacu sebagai primary union atau healing by first intention. Insisi
tersebut hanya menyebabkan gangguan fokal dari kontinuitas
membran basal epitel dan kematian sedikit sel epitel dan jaringan ikat.
Hari 1. Neutrofil terlihat pada tepi insisi, ber- migrasi ke arah
bekuan fibrin. Sel-sel basal epidermis pada pinggiran irisan mulai
mem- perlihatkan peningkatan aktivitas mitosis. Dalam 24-48 jam,
sel-sel epitel kedua pinggir- an luka mulai bermigrasi dan
berproliferasi sekitar dermis.
Hari 2 - 3. Neutrofil digantikan oleh makrofag, dan jaringan
granulasi secara progresif me- nyerbu ruang insisi. Serabut kolagen
sekarang jelas pada pinggiran insisi, tetapi ini cenderung secara
vertikal dan tidak menjembatani insisi. Proliferasi sel epitel yang
terus-menerus meng- hasilkan suatu penebalan lapisan epidermis.
Hari 4 - 5. Pembentukan pembuluh darah baru mencapai
puncaknya sambil jaringan granulasi mengisi ruang insisi. Serabut-
serabut kolagen menjadi sangat berlebihan dan mulai menjem- batani
insisi. Epidermis memperoleh ketebalan normalnya sambil
diferensiasi sel permukaan menghasilkan arsitektur epidermis matur
de- ngan keratinisasi permukaan.
-
21
Minggu ke dua. Terdapat akumulasi kolagen dan proliferasi
fibroblas yang terus-menerus. Infiltrat leukosit, edema, dan
peningkatan vaskularitas pada dasarnya berkurang.
Bulan pertama. Jaringan bekas luka (scar) terdiri dari jaringan
ikat yang sebagian besar tanpa sel-sel radang dan ditutupi epidermis
normal.
b. Secondary union atau healing by second intention
Jika kehilangan sel atau jaringan lebih luas maka proses
perbaikannya lebih kompleks. Pada ke- adaan ini, regenerasi sel-sel
parenkim saja tidak dapat mengembalikan arsitektur aslinya. Akibat-
nya terdapat pertumbuhan luas jaringan gra- nulasi dari pinggiran
luka, diikuti oleh akumu- lasi matriks ekstrasel dan parut luka. Bentuk
penyembuhan ini diacu sebagai seco Komplikasi pasca pencabutan
adalah suatu respon pasien tertentu yang dianggap sebagai kelanjutan
abnormal dari pembedahan, yaitu perdarahan, rasa sakit, edema dan
dry socket. Komplikasi gigi dapat terjadi oleh berbagai sebab dan
bervariasi pula dalam akibat yang ditimbulkan.
Cedera jaringan yang berkaitan dengan radang pada akhirnya
diikuti oleh beberapa bentuk penyembuhan. Penghilangan debris
radang dan sel nekrotik harus mendahului setiap penyembuhan.
Akibat akhir dari suatu cedera tergantung pada banyak faktor.
Terpwnting diantara faktor tersebut ialah kemampuan sel untuk
membelah diri dengan maksud untuk mengganti semua yang hilang,
digabung dengan kemampuan untuk mengganti bentuk arsitektur yang
kompleks.
Hasil penyembuhan ideal adalah pemulihan jaringan ke keadaan
normal (sebelum cedera), suatu proses yang disebut resolusi. Setelah
penghilangan debris sel, setiap sel parenkim nekrotik dapat digantikan
oleh sel parenkim baru bertipe sama pada proses yang disebut
regerasi. Bila resolusi dan regerasi tidak mungkin terjadi,sel nekrotik
digantioleh kolagen; hal ini disebut organisasi, atau perbaikan dengan
pembentukan jaringgan parut.
-
22
RESOLUSI
Resolusi adalah hasil penyembuhan ideal dan terjadi pada
respon radang akut hingga cedera minor atau cedera dengan nekrosis
sel parenkim minimal. Jaringan di pulihkan ke keadaan sebelum
terjadinya cedera. Tahapan yang biasanya terjadi pada proses resolusi
adalah;
Fagositosis bakteri oleh neutrofil dan penghancuran intraseluler
Fibrinolisis
Fagositosis debris, terutama oleh makrofag, dan di bawa melalui
saluran limfatik ke hilus limfonodus.
Menghilangnya dilatasi vaskuler
Mengikuti tahapan ini, parenkim akan kembali normal.
REGENERASI
Regenerasi merupakan penggantian jaringan yang rusak dengan
sel sisa yang mengalami proliferasi. Terjadinya regerasi bergantung
pada :
Kemampuan regerasi sel-sel yang terkena (kemampuan
membelah)
Jumlah sel viable yang bertahan
Keberadaan kerangka jaringan ikat yang memberikan dasar
restorasi struktur jaringan normal.
Berdasarkan kemampuan regerasinya, sel tubuh dapat di bagi
menjadi tiga keleompok:
1. Sel Labil
Sel labil biasanya membelah secara aktif seumur hidup
untuk menggantikan sel yang terus menerus hilang dari
tubuh. Contoh :sel epitel, sel darah, jaringan limfoid. Cedera
pada jaringan yang mengandung sel parenkim labil diikuti
dengan regerasi cepat.sebagai contoh pada proses menstruasi.
-
23
2. Sel Stabil
Sel stabil memiliki rntang hidup yang lama dank arena
itu ditandai oleh laju pembelahan yang rendah. Contoh : sel
hati, sel ginjal, glandula endokrin, tulang, jaringan fibrosa.
Sel stabil merupakan sel fungsional berdiferensiasi yang
hanya melakukan pembelahan jika diperlukan. Meskipun sel
stabil memiliki fase istirahat lama, mereka dapat cepat
membelah jika diperlukan. Regenerasi di dalam jaringan
yang terdiri atas sel stabil membutuhkan jaringan viable
berjumlah cukup yang terus menjadi sumber sel parenkim
untuk regerasi dan keberadaan rangka jaringan ikat yang
utuh.
3. Sel Permanen
Sel permanen tidak memiliki kemampuan untuk
membelah. Contohnya adalah sel saraf dan sel otot serat
lintang. Cedera pada sel permanen selalu diikuti dengan
pembentukan jaringan parut. Regenerasi tidak mungkin
terjadi. Oleh karena itu, berkurangnya sel permanen bersifat
irreversible.
ORGANISASI
Jika sel tidak dapat memperbaiki dengan regenerasi, sehingga
sel yang rusak diganti dengan jaringan parut, yang tersusun atas
jaringan fibrosa dan serabut kolagen. Jaringan sering kehilangan
fungsi normalnya atau menjadi mudah rusak . Terjadi oleh produksi
jaringan granulasi dan pembuangan jaringan yang mati dan
pembuangan jaringan yang mati dengan fagositosis.
Perbaikan dengan pembentukan jaringan parut terjadi :
1. Bila resolusi gagal terjadi di dalam proses radang akut
2. Bila terjadi nekrosis jaringan yang terus menerus
3. Bila nekrosis sel parenkim tidak dapat diperbaiki dengan
regenerasi
-
24
A. Persiapan
Daerah cedera dipersiapkan untuk pembentukan parut
dengan menghilangkan eksudat radang, meliputi fibrin,
darah dan setiap jaringan nekrotik. Debris ini dilikuifikasi
oleh enzim lisosom yang berasal dari neutrofil yang
selanjutnya akan dihilangakan melalui limfatik, setiap sisa
partikulat dihilangkan dengan fagositosis makrofag.
B. Pertumbuhan Jaringan Granulasi
Jaringan granulasi merupakan jaringan ikat dengan
banyak vaskularisasi yang terdiri atas kapiler yang baru
terbentuk (angiogenesis), proliferasi fibroblast, dan sisa sel
radang. Kapiler berasal dari proliferasi vaskuler di dalam
jaringan yang sehat pada bagian pinggir daerah yang
terkena. Dalam satu minggu terdapat tanda-tanda yang jelas
bahwa pembuluh darah yang baru tumbuh ke dalam wilayah
yang terluka. Hal ini awalnya tampak sebagai pita yang
padat dari sel-sel endotel yang tumbuh ke luar sebagai
kuncup darikapiler yang utuh pada tepi luka. Sel- sel
muncul oleh aktivitas mitosis pada sel-sel endotel pembuluh
darah. Fibroblast berasal dari fibroblast local yang sudah
ada sebelumnya. Sesungguhnya sel-sel fibroblast di tepi
luka dapat terlihat membelah dan bermigrasi ke dalam luka
pada saat yang sama dengan timbulnya kuncup-kuncup
pembuluh darah dan dengan laju kira-kira 0,2m perhari.
C. Produksi Fibronektin
Fibronektin adalah glikoprotein yang memegang
peran kunci dalam pembentukan jaringan granulasi dan
terdapat dalam jumlah besar selama penyembuhan
-
25
luka.fibronektin mendorong organisasi sel endotel ke
dalampembuluh darah.
D. Kolagenissi
Kolagen adalah protein fibrilar utama pada jaringan
ikat. Kolagen disintesis oleh fibroblast dalam bentuk
precursor yaitu tropokolagen. Sintesis ini hidroksilasi prolin
oleh enzim yang aktivitasnya memerlukan asam askorbat
(vitamin C).
E. Maturasi
Pada saat jaringan parut menjadi matur, jumlah
kolagen meningkat dan jaringan parut menjadi kurang
selular dan vaskular. Jaringan parut yang matur terdiri atas
kolagen yang avaskuler dan kurang selular. Pada
pemeriksaan makroskopis jaringan tersebut berwarna putih.
F. Kontraksi dan Penguatan
Kontraksi dan penguatan merupakan fase akhir
perbaikan dengan pembentukan jaringan parut. Kontraksi
mulai secara dini pada proses perbaikan dan berlanjut ketika
parut matur. Meningkatnya kekuatan renganagan
disebabkan oleh peningkatan jumlah kolagen dan
peningkatan ikatan kovalen antara molekul kolagen.
Jaringan parut yang telah terbentuk sepenuhnya adalah
struktur yang keras, tidak elastis , dan fleksibel.
-
26
-
27
3. Komplikasi pasca pencabutan adalah suatu respon pasien tertentu yang
dianggap sebagai kelanjutan abnormal dari pembedahan, yaitu perdarahan,
rasa sakit, edema dan dry socket. Komplikasi gigi dapat terjadi oleh
berbagai sebab dan bervariasi pula dalam akibat yang ditimbulkan.Rasa
Sakit pada seseorang selalu merasa berbeda, dimana rasa sakit tersebut
memiliki ambang atau tingkatan yang berbeda tiap manusia.
Contoh Rasa sakit pasca pencabutan gigi adalah :
Rasa sakit pada jaringan keras
Rasa sakit dapat diakibatkan trauma jaringan keras
karena terkenainstrument atau bor yang terlalu panas selama
pembuangan tulang. Dengan pencegahan secara teknis
melalui irigasi dan menghaluskan tepi tulang tajam dengan
bone fileserta membersihkan soket tulang setelah
pencabutan gigi.
Kerusakan jaringan lunak
Kerusakan jaringan lunak dapat terjadi oleh beberapa
sebabmisalnya insisi yang kurang dalam sehingga bentuk
flapnyacompang camping yang membuat proses
penyembuhan menjadi lambat.
Pembengkakan merupakan kelanjutan normal dari
setiap pencabutan dan pembedahan gigi, serta merupakan
reaksi normal dari jaringan terhadap cedera. Contoh
Pembedahan pasca pencabutan gigi adalah :
Edema
Pembengkakan pasca operasi selama pencabutan
gigi dapat menimbulkan edema traumatic sehingga
menghambat penyembuhan luka.
Hematoma
Penjahitan yang terlalu kencang dapat
menyebabkan pembengkakan pasca operatif akibat
edema.
-
28
Infeksi
Penyebab yang sering terjadi pembengkakan pasca
operasi adalah infeksi pada daerah bekas pencabutan
karena masuknya mikroorganisme yang pathogen.
Pada kondisi kesehatan mulut yang normal, hanya sejumlah bakteri
yang masuk kedalam aliran darah dan tidak membahayakan. Namun pada
individu yang mempunyai oral higiene buruk, maka jumlah bakteri pada
permukaan giginya meningkat. Peranan mikroorganisme pada pasien
dengan oral hygiene yang buruk dan adanya inflamasi secara signifikan
dapat meningkatkan insidens terjadinya dry socket. Sebuah teori
mengemukakan bahwa adanya mikroorganisme dalam flora normal mulut
dapat menyebabkan luka pencabutan gigi terinfeksi. Dry socket
merupakan komplikasi umum setelah pencabutan gigi, terbukanya dinding
soket disebabkan adanya gangguan pembentukan bekuan darah normal
yang terjadi pada tahap proliferasi dari jaringan granulasi dan
pembentukan jaringan osteoid sehingga menyebabkan terjadinya infeksi.
Etiologi yang diketahui adalah terjadinya peningkatan aktivitas fibrinolisis
sehingga melarutkan bekuan darah yang sudah terbentuk. Faktor-faktor
penyebab peningkatan aktifitas fibrinolisis ini antara lain anastesi yang
mengandung vasokonstriktor yang berlebihan menyebabkan suplai darah
terhalang ke tulang dan daerah pencabutan sehingga bekuan darah sulit
terbentuk, obat-obatan sistemik, aktivator cairan tubuh, aktivator jaringan
dan bakteri yang menghasilkan rasa nyeri, bau mulut, dan rasa tidak enak.
hancurnya bekuan darah disebabkan oleh pelepasan mediator selama
inflamasi oleh aktivitas plasminogen direct (fisiologik) dan indirect
(nonfisiologik) kedalam darah. Plasminogen akan berubah menjadi
plasmin yang menyebabkan pecahnya bekuan darah oleh disentegrasi
fibrin. Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan
pembentukan senyawa kinin di dalam alveolus.
Perdarahan
Definisi Perdarahan
-
29
Menurut Woodruff (1974), perdarahan adalah keluarnya darah dari
system vascular. Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling
ditakuti, karena oleh dokter maupun pasiennya, perdarahan dianggap
mengancam kehidupan. Perdarahan dapat dikatakan normal apabila terjadi
selama 5 hingga 20 menit setelah pencabutan, meskipun dalam beberapa
jam setelahnya terjadi sedikit perdarahan.
Perdarahan dibagi menjadi tiga macam, yakni perdarahan primer,
reaksioner, dan perdarahan sekunder. Perdarahan primer terjadi ketika
terjadi injuri pada suatu jaringan sebagai akibat langsung dari rusaknya
pembuluh darah. Perdarahan reaksioner terjadi dalam 48 jam setelah
operasi. Menurut Starshak (1980), perdarahan reaksioner ini terjadi ketika
tekanan darah mengalami peningkatan lokal, yang membuka dengan paksa
pembuluh darah yang dilapisi oleh sesuatu yang natural ataupun artifisial.
Sedangkan menurut Woodruff (1974), perdarahan reaksioner terjadi pada
24 jam setelah injuri. Perdarahan ini dapat terjadi akibat pergeseran
bekuan darah dan mengakibatkan tekanan darah yang menyebabkan
terjadinya perdarahan. Perdarahan sekunder terjadi setelah 7-10 hari
setelah luka atau operasi. Perdarahan sekunder ini terjadi akibat infeksi
yang menghancurkan bekuan darah atau mengulserasi dinding pembuluh
darah.
Etiologi Perdarahan
Perdarahan pasca ekstraksi dapat terjadi karena factor lokal
maupun karena factor sistemik. Factor lokal dapat berupa kesalahan dari
operator ataupun juga kesalahan yang dilakukan oleh pasien ekstraksi
sendiri. Factor lokal akibat kesalahan operator dapat berupa trauma yang
berlebihan (pada jaringan lunak khususnya) akibat tindakan ekstraksi yang
dilakukan secaara tidak hati-hati atau traumatic. Sedangkan factor lokal
yang diakibatkan oleh kesalahan pasien dapat berupa tidak dipatuhinya
instruksi pasca ekstraksi oleh pasien, tindakan pasien seperti penekanan
soket dengan menggunakan lidah atau kebiasaan pasien menghisap-hisap
area soket gigi, serat kumur-kumur yang berlebihan oleh pasien pasca
ekstraksi.
-
30
Selain factor lokal, perdarahan pasca ekstraksi juga dipengaruhi
factor sistemik. Factor sistemik ini merupakan keadaan pasien dengan
kelainan-kelainan sistemik tertentu yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya perdarahan, seperti pasien dengan kelainan hemoragik, seperti:
hemophilia atau terjadi gangguan pembekuan darah; pasien Diabetes
Mellitus, pasien dengan hipertensi, pasien dengan kelainan kardiovaskular;
pasien dengan penyakit hati dan menderita sirosis; pasien yang sedang
mengkonsumsi obat-obatan anti-koagulan; atau pasien yang sedang
mengkonsumsi agen-agen nonsteroid.
-
31
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Respon inflamsi akut menunjukan awitan yang cepat dan berlangsung
sebentar. Inflamsi akut biasanya disertai dengan reaksi sistemik yang disebut
respons fase akut yang ditandai oleh perubahan cepat dalam kadar beberapa
protein plasma. Reaksi dapat menimbulkan reaksi berantai dan rumit yang
berdampak vasodilatasi, kebocoran vasculator mikro dengan eksudasi cairan dan
protein serta infiltrasi lokal sel-sel inflamasi.
Inflamasi akut merupakan respon khas sistem imun nonspesifik. Inflamasi
akut adalah respon cepat (beberapa jam-hari) dan dipicu oleh sejumlah sebab
seperti kerusakan kimiawi dan termal serta infeksi. Infeksi dihadapi oleh
makrofag yang meleas sejumlah kemokin dan sitokin yang menarikneutrofil ke
tempat infeksi. Inflamasi dapat juga dipicu oleh sel mast residen yang cenderung
menarik eosinofil.
Inflamasi kronis terjadi bila proses inflamasi akut gagal, bila antigen
menetap. Antigen dan persisten menimbulan aktivasi, dan akumualasi makrofag
yang terus menerus.
SARAN
Disarankan kepada seluruh mahasiswa agar mengerti dan memahami
mekanisme terjadinya inflmasi akut dan kronis. Dengan tujuan agar kita mengerti
bagaimana cara penanganan yang baik dan benar.
-
32
DAFTAR PUSTAKA
Chandrasoma, Parakrama,Clive R. Taylor.2005.Ringkasan Patologi
Anatomi Ed. 2. Jakarta: EGC
Spector, W. G.1993. Pengantar Patologi Umum Ed. 3. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Underwood, J. C. E.1999. Patologi Umum dan Sistemik Ed. 2. Jakarta:
EGC.
Baratawidjaja, Karnen. 2011. Imunologi dasar Ed X. FKUI Jakarta : balai
penerbit, FKUI.
Berkowitz, Aaron. 2013. Lectures notes patologi klinik. Tangerang
selatan. Binarupa aksara publisher.
Starshak TJ, Sanders B. 1980. Preprosthetic Oral and Maxillofacial
Surgery. London: The CV Mosby Co.
-
33
LAMPIRAN
a. Hasil Pleno
(Pertanyaan)
1. Kelompok 4
Nama : Citra Putri Rengganis
NIM : 141610101037
Pertanyaan : Berapa waktu normal dari vasokontriksi dan vasodilatasi
?
2. Kelompok 5
Nama : Dea lili Anis
NIM : 141610101055
Pertanyaan : Kapan neutrofil dan makrofag mulai bekerja ?
3. Kelompok 6
Nama : Nadhil Al khaff
NIM : 14161010101064
Pertanyaan : Apakah di detipa luka rentang waktu pendarahannya sama
?
4. Kelompok 8
Nama : Citra bening
NIM : 141610101046
Pertanyaan : Mengapa pada eksudasi radang ada sel yang dihancurkan
seluruhnya tanpa nekrosis dan ada sel radang yang
dihancurkan segera dengan sel nekrosis ?
-
34
b. Jawaban
1. Nama : shinta permatasari
NIM : 141610101012
Jawaban : fase awal kontriksi arteriol terjadi sementara, kurang
lebih terjadi saat awal injury agent sampai 15 menit. Fase
vasodilatasi kemudian dapat bertahan dari menit ke 15
sampai beberapa jam kemudian, tergantung dari berat
ringannya luka.
2. Nama : Tazqia Jamil Pratami
NIM : 1416101010120
Jawaban : secara normal sebagai respon dari peradangan akan
muncul sel-sel neutrofil didaerah radang. Kemunculannya akan terjadi
segera setelah adanya injury. Secara umum, sel neutrofil memiliki
kemampuan hidup sekitar 24-48 jam. Ketika sel nutrofil tersebut telah
menjalankan fungsinya dalam fagositosis, sel tersebut akan mati dan
fungsinya akan digantikan oleh makrofag (berasal dari monosit). Jadi
apabila ada sel neutrofil yang mati sebelum kurun waktu 48 jam, juga akan
merangsang munculnya sel makrofag di daerah radang.
3. Nama : Aldiansya Hakim
NIM : 1411610101018
Nama : Prisca Vianda Sukma
NIM : 141610101019
Jawaban :apabila terjadi kerusakan sel endotel vaskuler maka akan
mengaktifakn faktor-faktor pembekuan darah. Seperti fibrin, fibrinolitik,
dan kinin. Dimana fungsi dari fibri sendiri adalah untuk memacu
pengelepasan mediator inflamasi. Dan pada saat terjadi kerusakan
pembuluh darah, maka produksi dari trombin akan meningkat dan akan
bekerja pada fibrinogen yang larut dalam plasma darah dan memebentuk
benang-benang fibrin yang tidak larut. Sehingga benang-benang tersebut
saling bersilangan dan membentuk suatu bekuan.
4. Nama : Aldiansyah Hakim
-
35
NIM :141610101018
Nama : Hanifah Nailul A
NIM : 141610101013
Jawaban : Setelah terjadi eksudasi radang, maka akan terbentuk
nekrosis yang nantinya akan dimakan oleh sel makrofag. Jika sel makrofag
dapat memakan sel nekrosis (langsung) maka nantinya akan terjadi
penyembuhan tanpa sel radang. Sebaliknya jika penyembuhan tidak segera
maka akan ada sel nekrosis.