sda2 - full

Upload: putri-regina

Post on 18-Jul-2015

183 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmatNya kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Adapun pembuatan karya tulis ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan mata pelajaran Studi Dasar Arsitektur 2 pada Semester 2 di Universitas Taurmanagara. Kami juga berterima kasih kepada Ir. Titi Amantari, M.Si. selaku dosen dan Olga Nauli, S.T., M.T., selaku asisten dosen yang telah membimbing selama pembuatan karya tulis ini. Di dalam karya tulis ini kami akan membahas mengenai kajian pustaka tentang rumah hunian, khususnya perumahan cluster .Dalam pembuatan karya tulis ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan demi penyempurnaan tugas ini.

Jakarta, 12 Maret 2012

Penulis

1

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR.............................................................................................................1 DAFTAR ISI............................................................................................................................2 BAB 1 : PENDAHULUAN.....................................................................................................3 1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................3 1.2. PERUMUSAN MASALAH........................................................................4 1.3. TUJUAN PENULISAN...............................................................................4 1.4. MANFAAT PENULISAN...........................................................................4 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN....................................................................4 BAB 2 : ISI / PEMBAHASAN.................................................................................................5 2.1. RUMAH HUNIAN......................................................................................5 2.1.1. DEFINISI RUMAH HUNIAN...................................................5 2.1.2. SEJARAH RUMAH HUNIAN..................................................6 2.1.3. KRITERIA RUMAH HUNIAN................................................11 2.1.4. TIPE-TIPE RUMAH HUNIAN................................................13 2.2. CLUSTER...................................................................................................15 2.2.1. DEFINISI CLUSTER................................................................15 2.2.2. SEJARAH CLUSTER...............................................................16 2.2.3. KARAKTER FISIK PERUMAHAN CLUSTER.....................17 2.2.4. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SISTEM CLUSTER......19 BAB 3 : PENUTUP..................................................................................................................22 3.1. KESIMPULAN...........................................................................................22 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

2

BAB 1

PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG Manusia tidak pernah lepas dari segala masalah yang berhubungan dengan tempat dimana manusia bernaung dan tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi manusia, tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (basic need), disamping kebutuhannya akan pangan dan sandang. Maslow (1970) menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan jasmaninya, yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal merupakan motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi lagi. Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga dalam melangsungkan kehidupannya. Peran tempat tinggal bagi kelangsungan kehidupan yang dinamis sangatlah mutlak karena tempat tinggal bukan lagi sekedar tempat untuk bernaung, tetapi juga merupakan tempat untuk melindungi diri dari kondisi alam yang tidak selamanya menguntungkan. Perumahan ditinjau dari segi ekonomi merupakan komoditas ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap manusia (basic development) dan sebagai tempat berlindung atau bermukim perseorangan maupun suatu keluarga. Perumahan juga sebagai benda sosial, untuk pelayanan sosial dan fasilitas sosial. Selain sebagai benda sosial, perumahan juga sebagai instrumen bagi pengembangan manusia untuk kesejahteraannya dan kebahagiaannya. Pembangunan perumahan merupakan bagian dari pembangunan permukiman, yang melibatkan orang-perseorangan (individu), kumpulan orang-orang (groups), maupun banyak orang (komunitas), hingga masyarakat luas, oleh karena itu pembangunan perumahan dan permukiman berkaitan erat dengan berbagai aspek, seperti tata pemerintahan atau politik, sosial-budaya, sosial-ekonomi, hingga aspek ekologi dan perancangan kota (urban design). Salah satu tipe perumahan yang sedang berkembang dan digemari di Indonesia menurut riset yang dilakukan oleh Konsultan Properti Panangian Simanungkalit and Associates (PSA) adalah perumahan tipe cluster, yaitu perumahan yang mengelompokkan suatu style arsitektur bangunan rumah tinggal yang sama (Hill, 1990), diperuntukkan bagi masyarakat modern golongan ekonomi menengah ke atas yang berkecenderungan memiliki gaya hidup modern. Menurut Pasaribu (2006) gaya hidup modern adalah kehidupan yang bergaya, efektif, efisien, estetis, fungsional, dan hemat energi.

3

1.2. PERUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi rumah tinggal? 2. Bagaimana sejarah perkembangan rumah tinggal? 3. Apa kriteria rumah tinggal yang sehat? 4. Apa saja tipe-tipe rumah hunian? 5. Apa definisi cluster? 6. Bagaimana sejarah terbentuknya cluster? 7. Apa karakteristik dari cluster? 8. Apa saja keuntungan dan kerugian dari sistem cluster? 1.3. TUJUAN PENULISAN Tujuan utama penulisan karya tulis ini yaitu untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen. Selain itu, ada tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini, yaitu : - Mahasiswa/i diharapkan mampu mencari dan memahami kajian pustaka mengenai rumah tinggal yang diambil dari berbagai sumber. - Mahasiswa/i diharapkan mampu menganalisis kajian pustaka yang didapat dan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari 1.4. MANFAAT PENULISAN - Melatih mahasiswa/i untuk berusaha mencari kajian pustaka dari berbagai sumber dan menganalisisnya. - Wawasan mahasiswa/i mengenai rumah hunian, terutama cluster, semakin bertambah. 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN - Data dicari dari berbagai sumber seperti dari buku maupun dari internet. - Penulisan menggunakan kaidah penulisan karya tulis yang baik dan benar.

4

BAB 2

ISI / PEMBAHASAN

2.1. RUMAH HUNIAN 2.1.1. Definisi Rumah Hunian Dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan, namun tempat tinggal yang khusus bagi hewan biasa disebut sangkar, sarang, atau kandang. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas, dll. Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding dan atap, biasanya memiliki jalan masuk berupa pintu, bisa berjendela ataupun tidak. Lantainya bisa berupa tanah, ubin, babut, keramik, atau bahan lainnya. Rumah modern biasanya lengkap memiliki unsur-unsur ini, dan ruangan di dalamnya terbagi-bagi menjadi beberapa kamar yang berfungsi spesifik, seperti kamar tidur, kamar mandi, WC, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, garasi, gudang, teras, dan pekarangan. Dalam kegiatan sehari-hari, orang biasanya berada di luar rumah untuk bekerja bersekolah, atau melakukan aktivitas lain, tetapi paling sedikit rumah berfungsi sebagai tempat untuk tidur bagi keluarga ataupun perorangan. Selebihnya, rumah juga digunakan sebagai tempat beraktivitas antara anggota keluarga atau teman, baik di dalam maupun di luar rumah pekarangan. Rumah dapat berfungsi sebagai: tempat untuk menikmati kehidupan yang nyaman, tmpat untuk beristirahat, tempat berkumpulnya keluarga, dan tempat untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat. (Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah , dilihat pada Selasa 6 Maret 2012, 15.37) Maslow (1970) menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan jasmaninya, yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal merupakan motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi lagi. Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga dalam melangsungkan kehidupannya. Peran tempat tinggal bagi kelangsungan kehidupan yang dinamis sangatlah mutlak karena tempat tinggal bukan lagi sekedar tempat untuk bernaung, tetapi juga merupakan tempat untuk melindungi diri dari kondisi alam yang tidak selamanya menguntungkan.

5

2.1.2. Sejarah Rumah Hunian Dalam sejarah, rumah / tempat tinggal yang aman terlindung adalah gua atau tempat di bawah tonjolan wadas. Tempat itu aman terhadap cuaca , binatang liar, dan musuh. Dengan perkembangan kemampuan kerajinan tangan , manusia mulai membangun pondok sederhana. Orang menyusun dahan pohon atau tulang binatang membentuk kerucut dan menutupnya dengan dedaunan atau kulit binatang. Perapian didekat pintu masuk atau di tengah ruang. Sebagai pengumpul dan berburu, manusia belum membutuhkan tempat tinggal yang tetap karena mereka selalu berpindah pindah tempat.

Gambar 1 : Goa sebagai tempat tinggal

Gambar 2 : Pondok kerucut sebagai tempat tinggal

Lama kelamaan mereka mulai membangun rumah yang tertanam dalam tanah dan menggali lubang bundar yang kemudian di lengkapi dengan konstruksi atap yang terdiri dari dahan pohon , tiang dan dilapisi dengan alang-alang. Asap perapian dapat keluar lewat lubang asap pada atap. Dengan perkembangan , manusia butuh tempat tinggal yang tetap. Karena mereka pada waktu itu sudah tersebar di seluruh dunia. maka cara mereka membangun rumah tergantung dari iklim dan bahan bangunan yang tersedia. Di daerah tropis lembab biasanya mereka memilikih konstruksi rumah panggung di atas air sehingga dapat menjamin keamanan terhadap musuh, binatang liar, maupun banjir.

Gambar 3 : Rumah yang tertanam di dalam tanah

Gambar 4 : Rumah panggung

(Sumber : Frick, Heinz. 2006, hal: 7-9)

6

BENTUK AWAL PERMUKIMAN Pada awalnya kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah pangan yaitu makan dan minum. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia pada zaman purbakala berburu binatang liar di hutan-hutan. Jadi dari cara hidupnya manusia adalah sebagai pengumpul dengan berburu binatang liar. Karena kondisi ini mereka bermukim dengan cara berpindah-pindah, apakah tinggal di dalam gua maupun di atas pohon. Hal ini juga untuk melindungi dari binatang buas dan cuaca. Tetapi sejalan dengan perkembangan kemampuan manusia, mereka mulai berpikir bagaimana caranya untuk menguasai sumber pangan tersebut sehingga sumber pangan itu akan terjamin ada tersedia terus. Mulailah sekelompok manusia membentuk peternakan dan pertanian. Dengan cara ini manusia dapat menguasai sumber pangan secara keseluruhan. Cara hidup bertani dan beternak akan mengharuskan mereka menetap di suatu tempat. Sehingga terjadilah perubahan yang besar dari pola permukimannya. Perubahan terjadi dari cara berpindah-pindah menjadi menetap. Terjadi peningkatan pengetahuan manusia dengan membuat alat-alat untuk bertani atau beternak, dan ini menyebabkan adanya bermacammacam barang kerajinan mereka. Sejalan dengan itu karena mereka sudah menetap di suatu tempat, maka mereka mulai membuat organisasi/aturan diantara mereka dalam berinteraksi. Terlihat dari upacara adat yang ada. Barang kerajinan dan upacara adat membuat mereka dapat membuat bentuk-bentuk tradisional dan ini terlihat dalam bangunan rumah tinggalnya. Biasanya sekelompok manusia tinggal dalam suatu bangunan besar. Dari interaksi sosial diantara mereka mulai diperlukan adanya alat untuk pertukaran. Muncullah cara pertukaran dengan barter barang atau jasa, sehingga dipikirkan alat yang dipergunakan itu adalah yag kita sebut uang. Sesudah sistim pertukaran itu disepakati, lamalama terbentuk lokasi yang khusus dipergunakan untuk tukar menukar barang/jasa itu adalah awal mulanya terbentuk pasar. Pasar semakin lama semakin membesar sehingga terbentuklah kota. Dalam proses pertukaran tentu ada pihak yang mendapat keuntungan. Sehingga mulai dipikirkan bagaimana caranya untuk menguasai daerah produsen yaitu lahan-lahan pertanian. Berubah pula cara hidup manusia, mereka mulai memikirkan monopoli. Caracara ini adalah cara hidup kolonialisme, imperialisme, dan ada perbudakan. Pada pola permukimannya terlihat membentuk koloni sendiri-sendiri antara yang kaya dan miskin, yaitu antara tuan-tuan tanah dan buruh-buruh pekerja yang menggarap lahan. Perkembangan pengetahuan manusia, membuat terjadinya peningkatan kebutuhan manusia, mulailah dipertimbangkan efisiensi dan efektifitas. Cara hidup juga mengalami perubahan sehingga terjadilah proses industrialisasi, otomatisasi, dan modernisasi. Cara hidup ini diikuti pula oleh perubahan manusianya menjadi lebih individual dan egoistis. Pengaruhnya terhadap perkembangan permukiman, menyebabkan terjadinya urbanisasi ke kota-kota metropolitan akibatnya terbentuklah daerah-daerah slum yang membedakan secara jelas antara zona kaya dan zona miskin. Beberapa kelompok manusia mulai mengalami kekhawatiran mengenai masa depan yaitu bagaimana memenuhi kebutuhan hidup untuk generasi yang akan datang. Dipropagandakan cara-cara hidup yang dapat melestarikan lingkungan, seperti misalnya pembangunan yang berwawasan lingkungan, pelestarian alam, dan lain-lain.7

-Skema Perkembangan Permukiman-

8

PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI INDONESIA Ada dua segi dari masalah perkembangan permukiman dan perumahan. Pertama adalah hal tersebut sebagai gejala objektif yang terjadi dalam masyarakat dan kedua adalah permukiman dan perumahan sebagai gejala yang ditangkap oleh kalangan pemikir dan dituangkan dalam konsep-konsep kebijaksanaan dan tindakan-tindakan untuk mengatasi masalahnya. Sesungguhnya melihat permukiman dan perumahan sebagai gejala objektif tidak terlepas dan keharusan untuk menyederhanakan gejala dan memudahkan pengutaraan dan pemberian keterangannya. Untuk itu maka pembahasan akan mencakup keadaan sesudah kemerdekaan sampai sekarang yang dibagi-bagikan dalam beberapa periode yang mempunyai ciri-ciri khusus. Periode-periode ini waktunya tidak tepat sekali tahunnya melainkan agak kabur atas-batasnya: 1. Periode I adalah sekitar tahun 50 - an sampai permulaan tahun 60-an. 2. Periode II adalah sekitar permulaan tahun 60-an sampai pertengahan tahun 70-an. 3. Periode III adalah sekitar pertengahan tahun 70-an sampai pertengahan tahun 80-an. 4. Periode sesudah itu sampai sekarang. Kondisi perumahan dan permukiman di Indonesia pada saat ini masih ditandai oleh: 1. Belum mantapnya sistem penyelenggaraan termasuk sistem kelembagaan yang diperlukan; 2. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau; dan 3. Menurunnya kualitas lingkungan permukiman, dimana secara fungsional kualitas pelayanan sebagian besar perumahan dan permukiman yang ada masih terbatas dan belum memenuhi standar pelayanan yang memadai. Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau masih belum dapat diimbangi dengan kemampuan penyediaan baik oleh masyarakat, dunia usaha maupun pemerintah. Secara nasional kebutuhan perumahan masih relatif besar. Sebagai gambaran status kebutuhan perumahan pada saat ini meliputi: (i) kebutuhan rumah yang belum terpenuhi (backlog) sebanyak 4,3 juta unit rumah, (ii) pertumbuhan kebutuhan rumah baru setiap tahunnya sebesar 800 ribu unit rumah; (iii) kebutuhan peningkatan kualitas perumahan yang tidak memenuhi persyaratan layak huni sebanyak 13 juta unit rumah (25%). Dari segi kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar lingkungan, masih terdapat banyak kawasan yang tidak dilengkapi dengan berbagai prasarana dan sarana pendukung, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Secara fisik lingkungan, masih banyak ditemui kawasan perumahan dan permukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan. Dampak dari semakin terbatas atau menurunnya daya dukung lingkungan di antaranya adalah meningkatnya lingkungan permukiman kumuh pertahunnya, sehingga pada saat ini luas lingkungan permukiman kumuh telah mencapai 47.500 ha yang tersebar tidak kurang dari 10.000 lokasi. Sumber : http://usupress.usu.ac.id/files/PERUMAHAN%20DAN%20PEMUKIMAN%20_Normal_bab %201.pdf diunduh pada 26 Februari 2012, pkl 18:28

9

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Menurut Abhraham Maslow (1908-1970), manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhankebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. 1. Kebutuhan fisiologis (Physiological) Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks. Jika kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka tubuh akan menjadi rentan terhadap penyakit, terasa lemah, tidak fit, sehingga proses untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya dapat terhambat. Hal ini juga berlaku pada setiap jenis kebutuhan lainnya, yaitu jika terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi. 2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safety and security needs) Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya. 3. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and Belonging needs) Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul. 4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs) Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior. 5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization) Kebutuhan terakhir menurut hirarki keb utuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Menurut Abraham Maslow, kepribadian bisa mencapai peringkat teratas ketika kebutuhan-kebutuhan primer ini banyak mengalami interaksi satu dengan yang lain, dan dengan aktualisasi diri seseorang akan bisa memanfaatkan faktor potensialnya secara sempurna. (Sumber : http://kapukpkusolo.blogspot.com/2011/01/abraham-maslow-kebutuhan-dasarmanusia.html dilihat pada Senin, 12 Maret 2012, 00:15)10

2.1.3. Syarat Rumah Hunian Kriteria rumah sehat menurut APHA, menkes,dan ditjen ciptakarya : - Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain , pencahayaan , penghawaan dan ruang gerak yang cukup , terhindar dari kebisingan yang menggangu. - Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain , privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluraga / penghuni rumah. - Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah , yaitu dengan persediaan air bersih , pengolaan tinja dan air limbah rumah tangga, bebas vector penyakit dan tikus , kepadatan penghuni yang berlebihan , cukup sinar matahari pagi , terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran. - Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan , baik timbul dari keadaan luar maupun dalam rumah antara lain , persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh , tidak mudah terbakar , dan tidak cenderung membuat penghuni rumahnya jatuh tergelincir. Kriteria rumah sehat menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999 : A. Bahan-bahan bangunan. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan kesehatan Antara lain: - Debu total kurang dari 150Mg per meter persegi. - asbestos kurang dari 0.5 serat perkubik per 24 jam - Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme pantogen. - Komponen penataan Ruang. - Lantai kedap air dan mudah dibersihkan. - Dinding rumah mempunyai ventilasi : kamar mandi , kamar tidur , Dapur Dll - Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan - Bumbungan rumah 10m dari penangkal petir - ruang di tata sesuai fungsinya - dapur harus mempunyai sarana pembuangan asap. B. Pencahayaan Pencahayaan alam/buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata. C . Kualitas udara - Suhu Udara nyaman antara 18 30 C - Kelembaban udara antara 40 70 % - Gas SO2 Kurang dari 0.10 ppm per 24 jam - pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni - Gas CO Kurang dari 100 ppm per 8 jam - Gas Formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik D. Ventilasi Lubang ventilasi yang permanen minimal 10 % dari luas lantai.11

E. Vektor Penyakit Tidak ada lalat , nyamuk , ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah . F. Persediaan Air bersih . G. Pembuangan limbah - Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari Sumber air , tidak menimbulkan bau , dan tidak mencemari permukaan tanah. - Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau , tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah. H. Kepadatan Penghuni Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan tidak dianjurkan untuk 2 orang untuk tidur. Kriteria rumah sehat menurut Ditjen cipta karya,1997 : - Pondasi yang kuat Guna meneruskan beban bangunan ke dasar tanah, member kestabilan bangunan , dan merupakan konsturksi penghubung antara bangunan dan tanah - Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10cm dari penangkaran dan 25 cm dari badan jalan , bahan kedap air , untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan ataupun anyaman bambu. - Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% dari luas lantai - Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap, menahan angin dan air hujan , melindungi dari panas dan debu serta menjaga kerahasian penghuninya (Privacy) - Langit-langit Untuk menahan dan menyerap panas terik matahari , minimum 2.4 m dari lantai , bisa dari papan atau anyaman bambu, triplek , gypsum - Atap rumah berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta melindungi masuknya debu , angin dan air hujan . (Sumber criteria : http://indahnyarumahku.wordpress.com , diunduh pada 6 Maret 2012)

12

2.1.4. Tipe-Tipe Rumah Hunian Landed house, yaitu rumah atau perumahan yang mempunyai konsep satu tempat tinggal untuk satu keluarga di atas tanah. Landed house secara umum dibagi menjadi: Rumah bungalow Rumah semi terpisah Rumah Terrace 1 atau 2 Contoh : 1. Cluster de ubud, Malang 2. Komplek Perumahan Permata

Sumber : http://images04.olx.co.id/ui/11/69/30/1312447468_235926930_1-Gambar--PerumahanCLUSTER-DE-UBUD-Malang.jpg http://www.rumah.com/detil-properti/komplek-perumahan-permata-sunter-3338

Vertical house ialah rumah atau perumahan yang mempunyai konsep bertingkat / level , dengan ada nya berbagai fungsi berbeda dan berpenghuni banyak. Contoh : 1. Rumah susun pejompongan 2. Apartemen Mediterania Kemayoran

13

3.

Flat house Marina city Chicago

Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/ff/Marina_City__Chicago,_Illinois.JPG/190px-Marina_City_-_Chicago,_Illinois.JPG http://images02.olx.co.id/ui/1/96/36/14599036_1.jpg http://karbonjournal.org/sites/default/files/imce/1.darrundono_web.jpg

ANALISIS Dari penjelasan-penjelasan umum mengenai rumah hunian di atas, kita bisa melihat bagaimana rumah hunian sangat penting bagi kehidupan kita. Rumah hunian merupakan kebutuhan primer setiap manusia sejak jaman dulu. Walaupun seiring dengan perkembangan jaman terdapat perubahan-perubahan terhadap cara berhuni manusia, namun tetap ada satu hal dasar yang tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang, yaitu fungsi utama rumah sebagai tempat tinggal yang aman dan melindungi. Apapun jenis rumah huniannya (perumahan, apartemen, rumah susun, dll), selalu ada standar tertentu yang boleh/tidak boleh dilakukan dalam pembangunannya. Hal ini tidak lain untuk keselamatan kita, penghuninya. Kita bisa melihat pada Skema Perkembangan Permukiman di atas bahwa semakin lama, pola pikir manusia berubah dari pemikiran jangka pendek (hanya memikirkan saat ini) menjadi jangka panjang (mulai memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan). Dengan perkembangan itu pula, bentuk tempat tinggal berubah, dari goa menjadi bangunan-bangunan modern seperti yang kita jumpai saat ini. Namun manusia tidak pernah merasa puas. Ia akan terus berkembang dan mencari cara untuk mempermudah hidupnya, salah satunya yaitu dengan pemikirkan akan efisiensi dan efektifitas dari rumah tinggalnya.

14

2.2. CLUSTER 2.2.1. Definisi Cluster Secara umum cluster merupakan konsep perumahan tertutup yang hanya menggunakan satu akses untuk keluar dan masuk. Penerapan satu akses ini memungkinkan semua mobilitas yang terjadi didalam cluster tersebut dapat dipantau oleh petugas keamanan. Saat ini umumnya komplek perumahan menggunakan konsep rumah cluster. Rumah yang tidak menggunakan pagar sebagai salah satu alat pengamannya. Pemilik rumah mengandalkan sistem keamanannya dengan mengandalkan pada pagar yang mengelilingi komplek perumahan saja serta pihak keamanan yang dibayar bersama-sama dengan pemilik rumah lain yang tinggal dalam satu komplek perumahan. Jadi halamannya hanya terbuka sedang pembatas tanah yang dimiliki hanya berupa lantai atau tanah yang dibeton saja. Inilah yang dinamakan rumah cluster. (Sumber : http://www.anneahira.com/rumah-cluster.htm) Menurut Meadows (1987), perumahan cluster merupakan perumahan yang terbentuk atas kelompok unit-unit hunian, sedangkan menurut Hill (1990) dan Tisbury (2000) perumahan cluster merupakan kelompok unit-unit hunian dengan gaya bangunan atau gaya arsitektur sama. Menurut Pivo (1990), perumahan cluster merupakan suatu perumahan yang mengelompokkan hunian dengan tujuan agar memiliki lahan bebas bangunan (ruang terbuka), sedangkan menurut Randall (1994), perumahan cluster merupakan kelompok rumah dengan bagian kavling yang sama dan pada tengah-tengah kelompok rumah tersebut terdapat ruang terbuka bersama dimana pemilik rumah masing-masing memiliki akses ke semua area yang terbuka. Sumber : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=alfanita%20exacty%20okterina&source=web&c d=2&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F16348%2F1%2FAL FANITA_EXACTY_OKTERINA.pdf&ei=KdFVT6COOMTZrQe-piaBw&usg=AFQjCNED2M_TZkkazNNseHS2g1r0_UdZRg&sig2=3aiBTtxNfvrPF2EbUrJiQ Q ( Selasa 6 Maret 2012, 16.07)

15

2.2.2. Sejarah Cluster Sepanjang era pasca Perang Dunia II, migrasi dari perkotaan ke daerah pinggiran kota dan ke pedesaan merupakan tren yang signifikan di sebagian besar Amerika Serikat. Menanggapi fenomena ini, perencana, pengembang, dan pejabat terpilih untuk menciptakan sejumlah alat yang dirancang untuk menyeimbangkan pertumbuhan dengan pelestarian asetaset masyarakat lingkungan dan keuangan. Satu cara yang telah menerima peningkatan jumlah perhatian pada tahun 1990 adalah pengembangan cluster. Pendekatan ini dapat disebut sebagai ruang pengembangan, konservasi pembangunan, dusun gaya, desa peternakan, atau nama unik lainnya yang diciptakan oleh para pendukung dan pengembang. Terlepas dari nama-nama yang digunakan untuk menggambarkan itu, pengembangan cluster adalah perencanaan kota yang penting. masyarakat harus mempertimbangkannya karena mereka melihat untuk masa depan. Sebagian besar pengembangan perumahan yang telah muncul di Amerika Serikat pinggiran kota sejak Perang Dunia II dapat digambarkan sebagai pembangunan dan perumahan. Karena begitu umum, pola ini juga dianggap sebagai pembangunan konvensional. Peraturan zonasi perumahan biasanya menyediakan standar untuk pembagian bidang tanah besar yang mengharuskan bila sebidang tanah dibagi menjadi paket yang lebih kecil, atau plot, masing-masing harus memiliki bagian depan jalan seragam, memenuhi standar jalan ditentukan, dan mencapai kemunduran minimum dari jalan atau tetangga pemilik properti. Pembatasan ini umumnya mengakibatkan banyak daerah yang sama dengan rumah-rumah ditempatkan di lokasi yang sama pada tiap lot terlepas dari karakteristik bungkusan itu. Kelompok yang dihasilkan dari rumah atau lahan kosong biasanya disebut cabang dari divisinya. Dalam subdivisi pembangunan konvensional, semua tanah adalah milik pribadi oleh pemilik rumah individu. Sebuah subdivisi cluster umumnya situs rumah di bidang kecil tanah, sedangkan tanah tambahan yang akan dialokasikan ke banyak individu diubah menjadi ruang terbuka umum bersama untuk warga subdivisi. Biasanya bahu jalan, banyak ukuran, kemunduran, dan peraturan pembagian tradisional didefinisikan ulang untuk mengizinkan pengembang untuk melestarikan daerah sensitif secara ekologis, situs sejarah, atau karakteristik unik lainnya dari tanah yang dibagi lagi. Perkembangan Cluster sudah sangat populer di daerah pedesaan di Amerika Serikat bagian timur. Survei menunjukkan bahwa penduduk umumnya menilai cluster sangat diminati sebagai tempat untuk hidup, dan cluster telah mempertahankan nilai properti nya dengan baik. Di Ohio, konsep ini telah diterapkan di Wayne, Danau, Geauga, Madinah, Summit, dan kabupaten Madison. (Sumber : http://ohioline.osu.edu/cd-fact/1270.html)

16

2.2.3. Karakter Fisik Perumahan Cluster Menurut Hill (1990) dan Tisbury (2000) perumahan cluster merupakan kelompok unit-unit hunian dengan gaya bangunan atau gaya arsitektur sama dan di dalamnya terdapat suatu ruang komunitas berupa fasilitas umum untuk warga perumahan. Menurut Konsultan Properti Panangian Simanungkalit and Associates (PSA) (2003), perumahan cluster merupakan komplek perumahan dengan pagar tinggi yang mengelilingi komplek tersebut, antara rumah satu dengan lainnya, sama sekali tidak diberi pagar pembatas, terdapat taman untuk tempat bermain dan tempat santai keluarga, sebagai fasilitas umum, serta bangunan serba guna yang bisa digunakan untuk kegiatan warga. Menurut Kamus Real Estate (2004) perumahan cluster merupakan unit hunian yang dikelompokkan secara bersama-sama dan tertutup dengan memberikan area terbuka sebagai area umum. Area terbuka pada umumnya dialokasikan ke pejalan kaki dan digunakan sebagai fasilitas rekreasi bersama, sehingga tercipta suatu lingkungan yang nyaman dan menarik. Selain itu terdapat penetapan peraturan dan keahlian yang menyangkut perancang pengembangan dalam arsitekturnya. Perumahan cluster digambarkan sebagai suatu kelompok rumah yang sama, yang ditempatkan di suatu blok dengan pembagian lahan yang sama dan saling berbagi infrastruktur umum (Karunaratne, 2005). Perumahan cluster dikembangkan dengan memusatkan kelompok rumah di dalam area tunggal dengan meninggalkan area terbuka untuk dipakai bersama oleh penghuninyaa, sehingga komunitas penghuni dapat saling berhubungan. Selain itu dalam satu pengembangan perumahan terdapat kombinasi beberapa tipe rumah, sehingga kesenjangan sosial dapat lebih diperkecil (Fredenburg, 2006). Menurut Panangian Simanungkalit (2003), karakter fisik perumahan cluster yang terdapat di Indonesia, antara lain : Lingkungan rumah eksklusif dengan gaya arsitektur sama dan jumlah rumah terbatas. One gate system, hanya penghuni yang memiliki akses masuk, tamu dilarang masuk tanpa seijin penghuni, dan dijaga petugas keamanan 24 jam Rumah-rumah tidak dibatasi oleh pagar dan tembok tinggi, yang mendukung sosialisasi antar penghuni. Terdapat taman lingkungan sebagai open space. Penghuni dilarang menanam tanaman tinggi, dialihkan ke tanaman bunga. Kendaraan umum dilarang masuk, sehingga kondisi jalan terkontrol. Pedagang keliling dilarang masuk. Underground infrastructure system untuk listrik, telepon, dan PDAM, serta selokanselokan ditutup. Fasilitas umum di setiap cluster (neighbourhood center), misalnya: kolam berenang, play ground, sarana olahraga, dll. Sumber : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=alfanita%20exacty%20okterina&source=web&c d=2&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F16348%2F1%2FAL FANITA_EXACTY_OKTERINA.pdf&ei=KdFVT6COOMTZrQe-piaBw&usg=AFQjCNED2M_TZkkazNNseHS2g1r0_UdZRg&sig2=3aiBTtxNfvrPF2EbUrJiQ Q ( Selasa 6 Maret 2012, 16.08)17

Siteplan contoh rumah cluster:

Sumber : http://www.bestsurabayaproperty.com/regency/jaya-maspion-permata/ http://bahbu.files.wordpress.com/2009/06/site-plan-cluster-jasmine-2.jpg (Selasa 6 Maret 2012, 16.41)

Contoh deret rumah cluster (blok),tampak depan, model rumah clusternya

Sumber : http://multiply.com/mu/naurazain/image/D+pDfUgv4KrpDQFH2NKpg/photos/1M/300x300/321/perumahan-jaya-maspion-permatasidoarjo-370X278921784f6d79b83470654f7d1ed516147.jpeg?et=Atxk3odE0B5NZPNUrm2LNw&nmid=0 http://www.bestsurabayaproperty.com/news/regency-jaya-maspion-permata-siaprealisasikan-100-rumah/18

2.2.4. Keuntungan dan Kerugian Sistem Cluster Keuntungan memiliki rumah cluster : 1. Tempat parkir yang lebih luas sehingga kita bisa menaruh beberapa mobil sekaligus. 2. Pandangan mata juga bisa lebih luas dan bebas karena tidak ada sekat pembatas atau pagar apalagi di pintu gerbang di depan rumah. 3. memberikan rasa komunitas di antara warga, terutama jika beberapa daerah terbuka yang dirancang untuk kegiatan komunal. 4. Keuntungan lainnya termasuk memenuhi kebutuhan pasar untuk rendah pemeliharaan perumahan dan sangat mengurangi dampak pembangunan di daerah aliran sungai. 5. Keuntungan lain adalah bahwa pengembang sering mengalami biaya pengembangan situs lebih murah melibatkan pembangunan jalan dan air / infrastruktur saluran pembuangan. Biaya ini berkurang sering mengimbangi biaya restorasi atau pengembangan fasilitas seperti jalan di daerah ruang terbuka. Kerugian memiliki rumah cluster : 1. Dengan adanya parkir yang tanpa batasan maka kendaraan membludak parkir bisa di depan rumah/pinggir jalan bahkan kendaraan luar masuk parkir semua karena gratis, padahal dengan konsep semula tanpa pagar , anak kecil bisa lari dari halaman rumah menuju ke jalan langsung dan pandangan bisa terhalang oleh membludaknya parkir hal ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan. 2. Belum adanya peraturan pemerintah untuk membedakan antara daerah pemukiman khususnya sistem cluster dan pergudangan. Kadang hal tersebut dimanfaatkan oleh sebagian penghuni untuk mencampur adukkan 2 konsep tersebut karena mereka bisa melakukan penghematan dengan tidak menyewa gudang. Terlihat tidak begitu bermasalah tetapi dapat menjadi bibit permusuhan antar tetangga . 3. Kebanyakan konsumen memilih rumah hanya melihat dari bentuk rumah dan pemandangan sekitar saja, sehingga keamanan kadang luput dari pengamatan seperti adanya akses penduduk sekitar ke perumahan cluster sehingga terkadang mengganggu warga perumahan dengan adanya tindak criminal dan tindakan yang kurang nyaman. 4. Dalam banyak komunitas, zonasi dan peraturan saat ini membutuhkan pola pembagian bangunan konvensional. Hal ini akan memaksa pengembang untuk mendidik dan meyakinkan papan zonasi lokal untuk menyetujui varians untuk pembagian cluster, menambahkan penundaan waktu yang potensial untuk proyek. Sumber : http://pendopo.com/qa/beli/54/Apa-Yang-Harus-Diperhatikan-Sebelum-MembeliRumah-Cluster

19

ANALISIS Perbandingan perumahan cluster dengan perumahan yang tidak cluster: No. 1 2 3 4 5 6 7 Cluster Lebih aman Privasi kurang Harga relative lebih mahal Jumlah dalam 1 komplek relatif sedikit Lebih terikat peraturan yang ketat Taman atau penghijauan dalam komplek relative lebih diperhatikan Tampak muka rumah relative sama Tidak cluster Lebih rawan kejahatan Privasi lebih terjaga Harga relative murah Jumlah dalam 1 komplek relative lebih banyak Peraturan lebih longgar Taman atau penghijauna kurang diperhatikan Tampak muka rumah cenderung bervariasi

Cluster merupakan suatu rumah hunian landed house dimana hanya 1 pemilik (1 keluarga) yang tinggal di atas suatu bangunan cluster. Tentunya tidak terlepas dari sejarah berawal dari cara pikir orang membangun perumahan cluster yang menuntut kepraktisan dan tata kota yang baik sehingga masyarakat banyak menempati perumahan cluster. Permintaan konsumen yang banyak pula dan memiliki rumah cluster di pertimbangkan oleh tingkat penghasilan serta biaya membangun rumah. Tingkat penghasilan, gaya hidup dan kesibukan membuat orang memilih hal praktis dengan memilih perumahan cluster. Selain itu faktor lokasi/siteplannya yang strategis antara tempat kerja , akses 1 pintu masuk saja membuat mudah kemana-mana untuk memenuhi kebutuhan, ini yang membuat orang memilih rumah cluster. Faktor lingkungan dan fasilitas yang disediakan oleh pihak development yang menjanjikan membuat orang nyaman menjadi salah satu contoh orang memilih perumahan cluster pada zaman sekarang ini. Cluster yang ada saat ini mempunyai berbagai macam bentuk dan model yang ditawarkan sehingga cluster menjual sesuatu yang baru dengan nilai estetik yang orang lihat indah sehingga konsumen dapat memilih sesuai selera masing-masing, kepraktisan seperti ini membuat cluster sangat di gemari oleh masyarakat tanpa harus memikirkan model rumah seperti apa.Selain itu perumahan cluster juga menyelesaikan berbagai macam masalah yaitu masalah perencanaan dan pembangunan kota, masalah kebisingan karena setiap cluster ada taman dan pepohonannya yang menyerap polusi suara, mengurangi tingkat kejenuhan dan stress karena terdapat berbagai fasilitas yang disediakan dan tentunya lahan lebih luas sehingga orang lebih gampang melepas jenuh. Salah satu karakter yang sangat erat dengan perumahan tipe cluster adalah hanya terdapat 1 buah gerbang atau pintu masuk kompleks, hal ini menghasilkan sistem keamanan yang jauh lebih baik, dibandingkan perumahan yang tidak berbentuk cluster, karena dengan hanya terdapat 1 pintu, maka setiap arus masuk ataupun keluar dapat diketahui dengan baik, terlebih lagi dengan adanya sistem yg mengharuskan setiap pengunjung, yang ingin masuk20

harus meninggalkan identitas, hal ini semakin mempermudah kontrol terhadap keadaan di dalam kompleks. Tetapi dilain sisi, hal ini juga membuat/menghasilkan kesulitan akses untuk mencapai atau memasuki kompleks tersebut, karena hanya memiliki 1 pintu. Ciri khas atau karakteristik lain yang juga erat dimiliki oleh perumahan tipe cluster adalah jumlah unit rumah yang relatif lebih sedikit, ataupun dibeberapa perumahan yang telah ada, telah diterapkan suatu sistem yg bersifat menumpuk, yaitu cluster di dalam cluster. Jadi dari beberapa cluster, dijadikan 1 dalam sebuah cluster lagi, contoh: disuatu kompleks perumahan terdapat suatu cluster yang bernama cluster Harmoni, di dalam cluster Harmoni ini terdapat 5 buah cluster lagi, di dalam cluster yang lebih kecil ini lah terdapat unit-unit rumah. Hal ini membuat pengawasan menjadi lebih baik lagi, karena pengawasan menjadi 2x lipat, ditambah lagi jika jumlah unit yang sedikit, maka kontrol keamanan menjadi mudah. Jumlah unit yang sedikit juga menghasilkan sifat eksklusifitas terhadap cluster tersebut. Jumlah unit yang sedikit juga akan menghasilkan proses sosialisasi yang lebih baik dan mudah, karena setiap warga menjadi lebih mudah untuk mengenali siapa saja orang-orang yang tinggal disekitarnya. Disisi lain dengan jumlah yang sedikit, maka harga jual yang akan ditwarkan akan cenderung menjadi lebih tinggi. Karakter lain yang juga erat dengan sistem perumahan cluster adalah aturan yang ketat terkait keadaan tampak rumah. Biasanya pihak pengelola tidak mengijinkan kita untuk merubah tampak muka dari rumah kita, hal ini dapat dikatakan sebagai kekurangan, karena kita jadi tidak dapat membuat rumah sesuai dengan keinginan kita sendiri. Hal ini tidak terjadi pada perumahan tipe konvensional, kita bebas menentukan bagaimana keadaan tampak rumah kita sendiri. Karakter yang juga melekat adalah tidaknya ada pintu pagar dan tembok pembatas pada perumahan cluster. Hal ini disatu sisi menjadi kelebihan, tetapi disisi lain merupakan kelemahan juga. Kelebihannya adalah dengan tidak adanya pagar dan tembok pembatas, pandangan akan menjadi lebih leluasa, dan tampak keseluruhan kompleks akan menjadi lebih indah. Tetapi kekurangannya adalah privasi masing-masing penghuni yang cenderung kurang terjaga, dikarenakan tidak adanya pagar, maka setiap orang dapat masuk ke halaman rumah kita, orang tersebut dapat melakukan apa saja, misalnya mengotori dinding, merusak taman, dan lain-lain. Hal ini tentu menyebabkan kerugian bagi pemilik rumah. Cluster tidak hanya memiliki dampak positif saja, namun juga terdapat dampak negative pula dalam pengembangan cluster tersebut. Dampak positif yang baik dari pengembangan cluster pada umumnya yaitu lebih banyak penghijauan dan area rekreasi untuk penghuni. Namun berbeda dengan pengembangan cluster-cluster yang ada di Indonesia. Masih tergolong sedikit sekali area penghijauan pada cluster cluster Indonesia . Faktor-faktor yang membuat area penghijauan cluster di Indonesia kurang berkembang yaitu antara lain : belum ada-nya inisiatif masyarakat atau penghuni untuk menghijaukan cluster , banyaknya polusi yang berasal dari pabrik dan kendaraan sehingga daerah tersebut terkesan gersang sekali , kebanyakan developer yang membangun cluster tersebut menggunakan lahan semaksimal mungkin untuk di jadikan hunian agar mendapatkan keuntungan yang lebih banyak tanpa memikirkan dampak dampak lain yang bisa saja merugikan.

21

BAB 3

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN - Rumah Hunian Rumah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting sejak jaman dulu. Seiring dengan perkembangan jaman, terdapat perubahan cara pandang manusia terhadap rumah tinggal. Jika pada jaman dahulu rumah hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dari cuaca dan binatang buas, pada jaman sekarang rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat bernaung, tetapi juga bisa sebagai penunjuk status sosial, dll. Cluster

Cluster merupakan salah satu tipe rumah tinggal yang termasuk dalam kategori Landed House, yaitu satu rumah yang dihuni satu keluarga dan berada di atas tanah. Biasanya rumah-rumah cluster terletak berderet dengan bentuk rumah yang identik dan tidak memiliki pagar. Akses masuk ke dalam cluster hanya ada satu jalan, sehingga keamanan lebih terjamin. Pada jaman sekarang ini Cluster sedang populer dan banyak diminati, terutama di daerah perkotaan.

22

DAFTAR PUSTAKAFrick, Heinz dan Petra Widmer. 2006. Membangun, Membentuk, Menghuni : Pengantar Arsitektur. http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah http://usupress.usu.ac.id/files/PERUMAHAN%20DAN%20PEMUKIMAN%20_Normal_bab %201.pdf http://kapukpkusolo.blogspot.com/2011/01/abraham-maslow-kebutuhan-dasar-manusia.html http://indahnyarumahku.wordpress.com http://images04.olx.co.id/ui/11/69/30/1312447468_235926930_1-Gambar--PerumahanCLUSTER-DE-UBUD-Malang.jpg http://www.rumah.com/detil-properti/komplek-perumahan-permata-sunter-3338 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/ff/Marina_City__Chicago,_Illinois.JPG/190px-Marina_City_-_Chicago,_Illinois.JPG http://images02.olx.co.id/ui/1/96/36/14599036_1.jpg http://karbonjournal.org/sites/default/files/imce/1.darrundono_web.jpg http://www.anneahira.com/rumah-cluster.htm http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=alfanita%20exacty%20okterina&source=web&c d=2&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id%2F16348%2F1%2FAL FANITA_EXACTY_OKTERINA.pdf&ei=KdFVT6COOMTZrQe-piaBw&usg=AFQjCNED2M_TZkkazNNseHS2g1r0_UdZRg&sig2=3aiBTtxNfvrPF2EbUrJiQ Q http://ohioline.osu.edu/cd-fact/1270.html http://www.bestsurabayaproperty.com/regency/jaya-maspion-permata/ http://bahbu.files.wordpress.com/2009/06/site-plan-cluster-jasmine-2.jpg http://multiply.com/mu/naurazain/image/D+pDfUgv4KrpDQFH2NKpg/photos/1M/300x300/321/perumahan-jaya-maspion-permatasidoarjo-370X278921784f6d79b83470654f7d1ed516147.jpeg?et=Atxk3odE0B5NZPNUrm2LNw&nmid=0 http://www.bestsurabayaproperty.com/news/regency-jaya-maspion-permata-siaprealisasikan-100-rumah/ http://pendopo.com/qa/beli/54/Apa-Yang-Harus-Diperhatikan-Sebelum-Membeli-RumahCluster23