karmil full

Upload: ddjnd35

Post on 15-Oct-2015

240 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

  • TERBATAS

    TERBATAS

    KARANGAN MILITER PERWIRA SISWA ANGKATAN LXXIII

    TAHUN 2003

    JUDUL

    UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION

    PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG

    OLEH

    Ir. ARWIN D.W. SUMARI, FSI, FSME, VDBM, SA KAPTEN LEK NRP 515561

    KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARA SEKOLAH KOMANDO KESATUAN

  • TERBATAS

    KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARA SEKOLAH KOMANDO KESATUAN

    UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU

    MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION

    PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG

    IDE POKOK

    1. Kesiapan Tempur (Combat Readiness) dan Kemampuan Tempur (Combat

    Capability) yang tinggi adalah syarat utama keberhasilan TNI dalam melaksanakan

    tugas pokoknya sebagai kekuatan udara Indonesia mempunyai tugas pokok

    diantaranya adalah sebagai penegak kedaulatan dan hukum di wilayah udara nasional

    Indonesia.

    2. Salah satu elemen utama dalam pertempuran udara adalah penerbang tempur.

    Dalam kondisi pengetatan jam terbang dan kelangkaan suku cadang, pimpinan TNI AU

    membeli beberapa flight simulator modern untuk mengkompensasi kekurangan jam

    terbang tersebut. Perkembangan teknik pertempuran udara menyebabkan teknologi

    yang saat ini diaplikasikan di flight simulator TNI AU sudah tidak memadai lagi.

    3. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan upaya-upaya realistis yang

    dapat dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut yakni memperbesar database flying

    area dan membangun flight simulator complex dengan memanfaatkan kemajuan

    teknologi flight simulation.

  • KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARA SEKOLAH KOMANDO KESATUAN

    UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU

    MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION

    PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG

    Pendahuluan

    1. TNI AU sebagai kekuatan udara Indonesia mempunyai tugas pokok diantaranya

    adalah sebagai penegak kedaulatan dan hukum di wilayah udara nasional Indonesia.

    Tugas penegakan kedaulatan dan hukum di dirgantara nasional ini menjadi sangat

    penting (crucial) dalam situasi kerawanan pertahanan udara Negara Kesatuan Republik

    Indonesia (NKRI) saat ini dan mendatang. Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok ini

    mutlak diperlukan Kesiapan Tempur (Combat Readiness) dan Kemampuan Tempur

    (Combat Capability) yang tinggi. Kemampuan Tempur sangat bergantung pada

    Kesiapan Tempur yang ditentukan oleh lima elemen yakni Personel (Man), Alat Utama

    Sistem Senjata Udara (Equipment), Pemeliharaan (Maintenance), Pelatihan (Training)

    dan Keselamatan Terbang dan Kerja (Safety) dengan penekanan pada elemen-elemen

    yang terlibat langsung pada suatu pertempuran udara yang dalam konteks naskah ini

    adalah profisiensi para penerbang tempur TNI AU.

    / 2. Dalam ..

    TERBATAS

  • TERBATAS

    2

    TERBATAS

    2. Dalam situasi dan kondisi yang sedang dihadapi oleh TNI AU saat ini dengan

    adanya pengetatan jam terbang karena keterbatasan dukungan pesawat tempur dan

    kelangkaan suku cadang sebagai akibat dari embargo berkepanjangan berdampak

    pada minimnya alokasi jam latihan terbang sehingga profisiensi sebagai penerbang

    tempur menurun. Penurunan profisiensi berbanding lurus dengan penurunan Kesiapan

    Tempur yang pada akhirnya menurunkan Kemampuan Tempur TNI AU. Salah satu

    upaya yang telah dilaksanakan oleh pimpinan TNI AU adalah dengan membeli

    beberapa flight simulator modern untuk mengkompensasi kekurangan jam terbang di

    samping untuk mempertahankan dan meningkatkan profisiensi penerbang tempur.

    Dengan semakin berkembangnya teknik pertempuran udara dan untuk mengantisipasi

    banyaknya pelanggaran di wilayah udara nasional Indonesia, kemampuan flight

    simulator TNI AU saat ini sudah tidak memadai lagi untuk menunjang kebutuhan

    tersebut.

    3. Agar TNI AU mampu melaksanakan tugas pokok yang telah diamanatkan di dalam

    Buku Petunjuk Dasar TNI AU Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor :

    KEP/25/X/2000 tanggal 17 Oktober 2000 pada kondisi yang sedang dihadapi saat ini,

    diperlukan upaya-upaya realistis dan aplikatif namun dapat dilaksanakan secara

    bertahap dan berlanjut. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi flight simulation

    yang berkembang dengan pesat, diharapkan kemampuan flight simulator modern yang

    dimiliki TNI AU saat ini dapat ditingkatkan sehingga para penerbang tempur dapat

    meningkatkan profisiensinya selaras dengan perkembangan teknik pertempuran udara

    / di ..

  • TERBATAS

    3

    TERBATAS

    di dunia. Ada dua upaya realistis dan aplikatif yang dapat dilaksanakan yakni dengan

    memperbesar database flying area yang mencakup seluruh wilayah udara nasional dan

    membangun Integrated Flight Simulator Complex (IFSC) yang berisi berbagai jenis flight

    simulator yang dimiliki TNI AU dan diintegrasikan sedemikian rupa agar suatu kegiatan

    operasi udara dapat disimulasikan sesuai dengan skenario yang telah dirancang.

    Dengan demikian diharapkan dengan mengaplikasikan kemajuan teknologi flight

    simulation yang tepat pada flight simulator TNI AU, profisiensi para penerbang tempur

    TNI AU akan meningkat yang berujung pada peningkatan Kemampuan Tempur TNI AU

    pada masa lima tahun mendatang.

    4. Maksud dan Tujuan. Maksud penulisan naskah ini adalah untuk memberikan

    masukan tentang upaya aplikasi kemajuan teknologi flight simulation pada flight

    simulator modern TNI AU dengan tujuan untuk meningkatkan profisiensi penerbang

    tempur TNI AU dalam rangka meningkatkan Kemampuan Tempur TNI AU di masa lima

    mendatang.

    5. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup penulisan naskah ini meliputi latar

    belakang masalah yang berkaitan dengan kondisi Kemampuan Tempur TNI AU saat ini,

    faktor-faktor yang mempengaruhi, kondisi Kemampuan Tempur TNI AU yang

    diharapkan pada masa mendatang dikaitkan dengan upaya-upaya realistis dan aplikatif

    yang dapat dilaksanakan dan ditutup oleh kesimpulan dan saran dengan tata urut

    sebagai berikut :

    / a. Pendahuluan. ..

  • TERBATAS

    4

    TERBATAS

    a. Pendahuluan.

    b. Dasar-dasar Pemikiran.

    c. Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Saat Ini.

    d. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi.

    e. Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Yang Diharapkan.

    f. Upaya-upaya Untuk Mencapai Kemampuan Tempur TNI AU Yang

    Diharapkan.

    g. Kesimpulan dan Saran.

    h. Penutup.

    6. Pengertian-pengertian

    a. Kemampuan Tempur. Kemampuan melaksanakan taktik pertempuran di

    udara yang diperoleh seorang penerbang melalui suatu proses pelatihan (training)

    yang teratur dan terkontrol.

    / b. Profisiensi. ..

  • TERBATAS

    5

    TERBATAS

    b. Profisiensi. Proficient adj. (often foll. by in, at) adept, expert. proficiency n.

    proficiently adv. [Latin proficio -fect- advance]1.

    c. Kesiapan Tempur (Combat Readiness). Kesiapan Tempur TNI AU untuk

    melaksanakan tugas pokoknya yang berintikan pada kesiapan di bidang Personil

    (Man), Alat Utama Sistem Senjata Udara (Equipment), Pemeliharaan

    (Maintenance), Pelatihan (Training) dan Keselamatan Terbang dan Kerja (Safety).

    d. Taktik. Suatu metode, teknik atau cara untuk menghadapi musuh dalam

    suatu pertempuran udara dengan mempertimbangkan semua potensi dan

    kekuatan musuh dibandingkan dengan potensi dan kekuatan sendiri dengan tujuan

    mendapatkan peluang untuk keberhasilan pencapaian tujuan yakni kehancuran

    musuh.

    e. Teratur. Dijadwalkan secara berkala dalam rentang waktu tertentu, misal

    satu Tahun Anggaran (TA).

    f. Flight Simulation. Suatu metode atau teknik untuk meniru (mimic)

    karakteristik suatu wahana udara (misal : pesawat terbang) bersama dengan

    lingkungannya (environment) ke bentuk program komputer (software) dalam

    lingkungan waktu-nyata (real-time).

    / g. Flight ..

    1 The Pocket Oxford Dictionary, [CD], UK, Oxford University Press, Maret 1994.

  • TERBATAS

    6

    TERBATAS

    g. Flight Simulator. Suatu alat (device) yang digunakan untuk menirukan

    tingkah laku (behavior) suatu wahana udara (misal : pesawat terbang) melalui

    implementasi program komputer.

    h. Waktu-Nyata (Real-Time). Suatu kondisi suatu sistem memberi tanggapan

    terhadap aksi diberikan padanya dalam rentang waktu dalam batas toleransi. Dua

    definisi berikut dapat juga dijadikan sebagai referensi mengenai real-time yaitu :

    1) Solution in which the calculation of a systems behavior over, say, one second of elapsed time can be achieved in one second or less of computing time2.

    2) Anything where something very bad will happen if the system (computer) does not deliver its output in time is said as hard real-time system. Soft real-time system

    is anything where nothing catastrophic happens if some deadlines are missed but

    the performance will be degraded below what is generally considered acceptable3.

    j. Software. Perangkat lunak atau program komputer yang diinstalasi pada

    suatu komputer. Pada dasarnya software di bagi menjadi tiga yaitu Sistem

    Operasi (Operating System) seperti Windows dan UNIX, Program Aplikasi

    (Application Program) seperti Microsoft Word di Windows atau visual editor (vi) di

    / UNIX ..

    2 J.K. Rolfe dan K.J. Staples, Flight Simulation, Cambridge University Press, UK, 1986, hal. 5. 3 C.M. Khrisna dan Kang G. Shin, Real-Time Systems, McGraw-Hill Companies Inc., USA, 1997, hal. 3.

  • TERBATAS

    7

    TERBATAS

    UNIX dan Bahasa Pemrograman (Programming Language) seperti Visual Basic,

    Visual C++ di Windows atau C/C++ dan FORTRAN di UNIX.

    k. Programming Language. Sejenis software yang digunakan untuk membuat

    software lain melalui proses pembuatan source code (coding), kompilasi source

    code (compiling) dan pengujian object code (testing). Bahasa pemrograman yang

    banyak digunakan dalam implementasi simulation software adalah FORTRAN dan

    C/C++ dalam lingkungan sistem operasi UNIX.

    l. Source Code. Substansi dasar suatu software yang dibuat dalam editor

    programming language sebelum dieksekusi menjadi object code yang siap untuk

    diinstalasi pada suatu komputer. Source code untuk bahasa pemrograman

    FORTRAN diberi ekstensi f contoh : airframe.f dan C/C++ diberi ektensi c contoh : hud_io.c, sedang object code hasil kompilasi diberi ektensi exe, contoh : airframe.exe dan hud_io.exe.

    m. Reverse Engineering. Membongkar suatu sistem ke dalam komponen-

    komponennya untuk dianalisa cara kerjanya dengan tujuan membuat duplikatnya

    atau membuatnya lebih baik4, contoh : software airframe.exe di-reverse engineer untuk mendapatkan airframe.f.

    / Dasar-dasar ..

    4 Spencer Rugaber, Therry Shikano, R.E. Kurt Stirewalt, Adequate Reverse Engineering, [Online],

    http://www.cc.gatech.edu/are.pdf, download tanggal 13 April 2003

  • TERBATAS

    8

    TERBATAS

    Dasar-dasar Pemikiran

    7. Dasar-dasar pemikiran yang digunakan di dalam naskah ini adalah :

    a. Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa. Doktrin ini ditetapkan melalui Surat

    Keputusan KASAU Nomor : KEP/24/X/2000 tanggal 17 Oktober 2000 yang berisi

    penjabaran kekuatan udara, nilai-nilai hakiki TNI AU serta konsepsi pembinaan

    kemampuan dan penggunaan kekuatan TNI AU. Mengenai personel dinyatakan

    secara tegas pada halaman 11 pasal 24 bahwa personel adalah salah satu

    penentu secara langsung ataupun tidak langsung keberhasilan penggunaan

    kemampuan inti dan pengganda kekuatan udara. Untuk pembangunan kekuatan

    TNI AU secara kuantitatif dilakukan dalam bentuk penambahan kekuatan dan

    secara kualitatif dengan peningkatan/penambahan kemampuan alutsistaud dan

    fasilitasnya.

    b. Buku Petunjuk Dasar TNI AU. Bujukdas disahkan melalui Surat Keputusan

    KASAU Nomor : KEP/25/X/2000 tanggal 17 Oktober 2000 untuk menjabarkan

    Doktrin TNI AU Swa Bhuwana Paksa sebagai pedoman pelaksanaan tugas-tugas

    di lingkungan TNI AU. Di dalam Bujukdas dinyatakan tentang empat tugas pokok

    TNI AU yang salah satu diantaranya adalah sebagai penegak kedaulatan dan

    hukum di wilayah udara nasional. Personel dan fasilitas latihan adalah

    komponen kekuatan TNI AU seperti dicantumkan pada hal 17 pasal 24 dan ikut

    memberikan kontribusi pada keberhasilan pelaksanaan tugas pokok TNI AU.

    / Kondisi ..

  • TERBATAS

    9

    TERBATAS

    Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Saat Ini

    8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan

    Tempur yang terdiri dari elemen-elemen5 6 :

    a. Personil (Man). Para personil TNI AU yang dalam konteks naskah ini

    adalah para penerbang tempur.

    b. Alutsista Udara (Equipment). Pesawat-pesawat tempur TNI AU yang terdiri

    dari F-16 Fighting Falcon, F-5E Tiger II, Hawk Mk-100/200, Hawk Mk-53, A-4E

    Skyhawk dan OV-10 Bronco.

    c. Pemeliharaan (Maintenance). Kemampuan pemeliharaan alutsista udara

    yang dilaksanakan di skadron-skadron udara, skadron-skadron teknik dan depo-

    depo pemeliharaan pesawat dan perlengkapannya.

    d. Pelatihan (Training). Siklus teratur dan berkala yang dijadwalkan untuk

    mempertahankan dan meningkatkan profisiensi dan taktik pertempuran di udara

    serta fasilitas pelatihan diantaranya adalah flight simulator.

    / e. Keselamatan ..

    5 Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA, Sistem Temu Kembali Informasi Cerdas

    untuk Troubleshooting Pesawat Tempur, Angkasa Cendekia, Edisi 9, April 2003, hlm. 129 159. 6 Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA, Sistem Temu Kembali Informasi Cerdas

    untuk Troubleshooting Pesawat Tempur, naskah dipresentasikan pada Lomba Kreativitas Prajurit TNI bidang Karya Tulis Ilmiah di Puslitbang TNI, Jakarta, Maret 2001.

  • TERBATAS

    10

    TERBATAS

    e. Keselamatan (Safety). Tujuan yang harus dicapai dalam setiap kegiatan

    operasi dan pemeliharaan alutsista udara yakni zero accident.

    9. Untuk dapat memberikan gambaran jelas tentang kondisi Kemampuan Tempur

    TNI AU saat ini, ada dua fokus aspek Kesiapan Tempur yang akan ditinjau dengan

    mengambil contoh kecil dari Lanud Iswahjudi yaitu :

    a. Aspek Personel. Penerbang tempur TNI AU, dalam hal ini adalah para

    penerbang F-16 Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud Iswahjudi.

    b. Aspek Pelatihan. Fasilitas latihan terbang Flight Simulator TNI AU, dalam

    hal ini adalah Full Mission Simulator (FMS) F-16A, Fasilitas Latihan (Faslat), Wing

    3 Lanud Iswahjudi.

    10. Aspek Personel. Inti dari aspek Personel ini adalah peningkatan profisiensi

    penerbang tempur F-16 baik dari segi aircraft handling maupun dari segi air combat

    tactic melalui siklus pembinaan kemampuan yang teratur.

    a. Pembinaan Kemampuan. Dalam pembinaan kemampuan para penerbang

    F-16 Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud Iswahjudi7 dilaksanakan siklus latihan yang

    / diatur ..

    7 Wawancara dengan Kapten Pnb Ali Sudibyo, Penerbang F-16 Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud

    Iswahjudi, SEKKAU, Jakarta, tanggal 15 Februari 2003.

  • TERBATAS

    11

    TERBATAS

    diatur dalam masa satu tahun anggaran dan disesuaikan dengan alokasi jam

    terbang yang diberikan oleh Mabes TNI AU. Siklus latihan yang harus

    dilaksanakan oleh para penerbang F-16 dalam satu tahun anggaran adalah

    sebagai berikut :

    1) General Flight (GF). Tahapan untuk familiarisasi karakteristik dan

    limitasi kemampuan pesawat F-16 dalam melakukan manuver di udara.

    2) Instrument Flight (IF). Tahapan untuk melatih kemampuan terbang

    dengan mengandalkan instrumen pesawat F-16.

    3) Basic Flight Maneuver (BFM). Tahap latihan untuk mengaplikasikan

    kemampuan dalam GF dengan skenario satu pesawat lawan satu pesawat (1

    V 1).

    4) Air Combat Maneuver (ACM). Tahap latihan tingkat lanjut GF dengan

    skenario dua pesawat lawan satu pesawat (2 V 1).

    5) Air Combat Tactical (ACT). Tahap latihan tingkat lanjut GF dengan

    skenario 2 V 2 atau 2 V 2 + 1.

    6) Air-to-Ground (ATG). Tahapan untuk melatih kemampuan

    penembakan sasaran di darat.

    / 7) Surface ..

  • TERBATAS

    12

    TERBATAS

    7) Surface Attack (SA). Tahapan untuk melatih teknik serangan udara ke

    darat.

    8) Surface Attack Tactical (SAT). Tahapan pengembangan dari SA

    dengan penerbangan low level altitude.

    9) Versi SAT lainnya adalah latihan operasi udara yang melibatkan unsur

    sweeper, bomber/striker dan escort dan melibatkan berbagai jenis pesawat

    terbang. Dalam versi latihan combined aircraft ini diperlukan aircraft

    handling skill yang handal dan air combat tactics yang mumpuni karena

    pergerakan di udara dihitung dalam detik.

    b. Kendala Pembinaan Kemampuan. Kendala utama dalam pelaksanaan

    pembinaan kemampuan penerbang F-16 Skadron Udara 3 adalah kesiapan

    pesawat tempur untuk latihan dan pengetatan jam terbang. Sebagai contoh : pada

    Triwulan I TA 2003 ini kesiapan pesawat F-16 adalah 3 pesawat dari 10 pesawat

    yang tidak sebanding dengan jumlah penerbangnya. Alokasi jam terbang untuk

    TA 2002 adalah sekitar 1.080 jam. Dengan jumlah kurang lebih 15 penerbang F-

    16 di Skadron Udara 3 yang ada saat ini, setiap penerbang rata-rata mendapat

    alokasi 5 jam terbang per bulan atau jauh dari batas minimal safe flying8.

    / 11. Aspek ..

    8 Untuk standar penerbang tempur, 10 jam per bulan adalah kategori safe flying, 12 jam per bulan adalah

    kategori maintain skill dan dan di atas 15 jam per bulan adalah kategori peningkatan kemampuan.

  • TERBATAS

    13

    TERBATAS

    11. Aspek Pelatihan. Inti dari aspek Pelatihan adalah fasilitas latihan berupa Full

    Mission Simulator F-16A yang mampu mendukung siklus pembinaan kemampuan

    penerbang F-16 Skadron Udara 3 dari tingkat pemula (novice) hingga tingkat lanjut

    (advanced).

    a. Kemampuan Full Mission Simulator (FMS) F-16A. Cukup banyak feature

    menguntungkan yang ditampilkan oleh FMS F-16A yaitu :

    1) Jam Latihan Tak Terbatas. Pada kondisi pengetatan jam terbang dan

    keterbatasan pesawat tempur yang siap operasi, FMS F-16A mampu

    mengatasi kekurangan jam latihan terbang penerbang F-16 Skadron Udara 3.

    Alokasi jam terbang yang disediakan oleh Faslat Wing 3 Lanud Iswahjudi

    pada setiap tahun anggaran adalah 7 jam sehari atau 35 jam per bulan atau

    berkisar antara 1.680 1.740 jam per tahun9. Dengan 15 penerbang F-16

    aktif di Skadron Udara 3 maka tiap penerbang akan mengantongi minimal 10

    jam terbang di flight simulator per bulan. Bila diakumulasi dengan jam

    terbang di pesawat F-16 maka tiap penerbang minimal dapat membukukan

    15 jam terbang per bulan dengan asumsi mereka mendapat alokasi 5 jam

    terbang per bulan. Bila memang sangat diperlukan FMS F-16A dapat

    digunakan 24 jam penuh.

    / 2) Quick ..

    9 Faslat Wing 3 Lanud Iswahjudi, Laporan Kesiapan Operasi Faslat Wing 3 Lanud Iswahjudi Triwulan

    I T.A. 2003, Madiun, 2003.

  • TERBATAS

    14

    TERBATAS

    2) Quick Environmental Changing. FMS F-16A dapat diprogram

    sedemikian rupa mengikuti skenario yang diinginkan seperti latihan terbang

    malam, perubahan kecepatan dan arah angin, perubahan cuaca dan lain

    sebagainya. Dengan semakin banyaknya variabel environment ini akan

    dapat meningkatkan skill penerbang dalam menghadapi segala macam

    situasi yang mungkin terjadi saat melaksanakan operasi udara. Di samping

    itu, penerbang dapat di-set up untuk melaksanakan latihan operasi dari

    pangkalan udara yang diinginkan yang ada dalam database flying area.

    3) Variasi Persenjataan dan Target. Hal ini dapat dikaitkan dengan

    Perencanaan Penggunaan Sistem Senjata (rengunsista). Dengan sejak

    awal mengetahui jenis sasaran atau target yang akan dihancurkan,

    penerbang dapat merencanakan jenis senjata yang harus digunakan untuk

    menghancurkan sasaran dan persentase kehancurannya. Perhitungan di

    atas kertas tidak selalu tepat sama dengan hasil di lapangan sehingga

    dengan mensimulasikan situasi ini dapat memberikan gambaran mendekati

    kenyataan hasil yang akan diperoleh sesuai dengan rencana yang telah

    dibuat.

    b. Keterbatasan Full Mission Simulator F-16A. Dibalik keuntungan dan

    kelebihan yang ada, masih terdapat kendala untuk latihan-latihan (exercise)

    tertentu khususnya yang memerlukan training area yang luas dan yang melibatkan

    lebih dari satu jenis pesawat seperti dalam suatu operasi udara. Keterbatasan-

    / keterbatasan ..

  • TERBATAS

    15

    TERBATAS

    keterbatasan tersebut adalah :

    1) Database Flying Area10. Lingkup database flying area Simulator F-16A

    dibatasi dan hanya mencakup semua pangkalan udara di P. Jawa (gambar 1)

    dan hanya Lanud Iswahjudi yang dibuat sangat detil tampilan visualnya.

    Pangkalan udara lainnya seperti Lanud Halim Perdanakusuma, Husein

    Sastranegara, Adisutjipto, Adisumarmo, Abdulrahman Saleh dan Surabaya

    adalah database generic atau standar suatu pangkalan udara yang dilengkapi

    landasan (runway), fasilitas penerbangan seperti tower dan runway light.

    Dengan kondisi seperti ini Simulator F-16A tidak dapat digunakan untuk

    mensimulasikan latihan di Air Combat Maneuvering Range (ACMR)

    Pekanbaru atau Air-to-Ground (ATG) di Tanjung Pandan. Selain itu dengan

    cakupan flying area yang terbatas, penerbang tidak dapat mempelajari flying

    area lainnya, padahal hal ini akan sangat membantu saat melaksanakan

    operasi udara lintas wilayah atau bahkan lintas negara.

    / Gambar ..

    10 Thomson Training & Simulation Ltd., IDAF F-16A Simulator Instructors Operating Station Manual,

    TT&SL, UK, 1997, hlm. 15.

  • TERBATAS

    16

    TERBATAS

    Gambar 1. Cakupan database flying area FMS F-16A11 saat ini.

    2) Stand Alone. Dalam suatu latihan Dissimilar Air Combat Training

    (DACT) dengan skenario 1 V 1 atau 1 V 2 dan SAT combined aircraft

    integrasi antara dua atau lebih flight simulator akan sangat membantu

    penerbang dalam menemukan taktik yang tepat untuk bertempur di udara.

    Simulator F-16A diinstalasi stand alone (berdiri sendiri) dan tidak

    diintegrasikan dengan flight simulator lain sehingga misi DACT tidak dapat

    / dilakukan ..

    11 The University of Texas at Austin Online General Libraries, Perry-Castaeda Library,

    Map Collection, Indonesian Maps, [Online], http://www.lib.utexas.edu/maps/middle_east_and_asia/ indonesia_rel_2002.jpg, download tanggal 27 Februari 2003.

  • TERBATAS

    17

    TERBATAS

    dilakukan dengan sempurna meskipun sudah disediakan fasilitas untuk

    memprogram dan memunculkan serta mengendalikan opponent aircraft.

    Kesalahan mempersepsikan kemampuan pesawat lawan dapat berakibat

    fatal pada saat melaksanakan pertempuran udara yang sesungguhnya.

    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

    12. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi Kemampuan Tempur TNI AU saat ini

    adalah :

    a. Ideologi. Ketidak jelasan visi masa depan pimpinan TNI maupun TNI AU

    khususnya dikaitkan dengan banyaknya pelanggaran wilayah udara nasional oleh

    negara-negara asing menyebabkan pengembangan TNI AU sebagai kekuatan

    udara NKRI tidak begitu jelas.

    b. Politik. Ketidak tegasan kebijaksanaan politik Pemerintah RI mengenai

    wilayah udara nasional berdampak pada tidak tepatnya alokasi anggaran untuk

    mempertahankan dan mengembangkan kekuatan udara TNI AU.

    c. Ekonomi. Jam operasi pesawat tempur per jamnya memakan biaya sangat

    tinggi sehingga di dalam situasi krisis ekonomi saat ini ditambah pengetatan

    / anggaran ..

  • TERBATAS

    18

    TERBATAS

    anggaran TNI AU menjadi faktor-faktor penyebab dibatasinya jam terbang untuk

    pesawat tempur.

    d. Sosial Budaya. Kultur turun menurun manusia Indonesia yang mengalami

    masa penjajahan yang lama menyebabkan profit-minded lebih menonjol

    dibandingkan dengan mission-minded sehingga kondisi yang muncul adalah

    kebutuhan pribadi daripada kebutuhan nasional. Di sisi lain perkembangan yang

    pesat teknologi elektronika juga membawa pengaruh pada perkembangan

    teknologi untuk pertempuran udara baik dari sisi taktik maupun teknologi pada

    pesawat tempurnya yang juga harus diantisipasi agar tidak ketinggalan.

    e. Pertahanan. NKRI tersebar dari Sabang sampai Merauke yang dipisahkan

    oleh lautan yang luas serta mempunyai wilayah dirgantara yang luas dan rawan

    terhadap infiltrasi udara. Satu-satunya kekuatan yang mampu mencapai seluruh

    titik di muka bumi dengan cepat dan menangkal segala bentuk penyusupan

    melalui media udara adalah pesawat tempur.

    Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Yang Diharapkan

    13. Dengan mempertimbangkan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dan dengan

    pelaksanaan upaya-upaya yang realistis dan aplikatif serta bertahap dan berlanjut,

    / diharapkan ..

  • TERBATAS

    19

    TERBATAS

    diharapkan Kemampuan Tempur TNI AU di masa depan akan meningkat ditinjau dari

    dua aspek Kesiapan Tempur yakni Aspek Personel dan Aspek Pelatihan.

    a. Aspek Personel. Penekanan pada aspek ini adalah pada pembinaan

    kemampuan penerbang F-16 Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud Iswahjudi dari segi

    aircraft handling dan air combat tactics skill. Dengan mengaplikasikan teknologi

    flight simulation yang tepat pada Simulator F-16A diharapkan para penerbang

    tersebut dapat memperoleh sense yang lebih realistis sehingga memudahkan

    dalam mengendalikan pesawat F-16. Perbedaan sense walaupun hanya

    sepersekian detik di Simulator F-16A dengan di pesawat F-16 dapat memberikan

    persepsi yang salah dan dapat berakibat fatal saat menerbangkan pesawat F-16.

    Dengan Simulator F-16A yang sangat realistis akan berdampak positif pada

    peningkatan aircraft handling dan air combat tactics skill serta pada saat yang

    bersamaan dapat menambah jam terbang untuk mengkompensasi kekurangan di

    pesawat F-16. Dengan jumlah alokasi jam terbang rata-rata Simulator F-16A

    sebanyak 1.680 jam per TA, diharapkan setiap penerbang dapat membukukan

    minimal 10 jam terbang per bulan12 dan bila diakumulasi dengan jumlah jam

    terbang yang diperoleh di pesawat F-16 maka setiap penerbang setidaknya dapat

    mengumpulkan 15 jam terbang per bulan.

    / b. Aspek ..

    12 1.680 jam per TA/12 bulan = 140 jam/bulan. Tiap penerbang akan mendapat alokasi 140/15

    penerbang = 9,333 jam 10 jam terbang simulator per bulan.

  • TERBATAS

    20

    TERBATAS

    b. Aspek Pelatihan. Aspek ini difokuskan pada pengembangan (development)

    fasilitas Full Mission Simulator F-16A agar mampu memenuhi latihan (exercise)

    yang diperlukan para penerbang Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud Iswahjudi untuk

    meningkatkan aircraft handling dan air combat tactics skill. Keahlian ini diperlukan

    untuk mendukung mereka agar mampu melaksanakan misinya dengan sukses

    (mission accomplished) baik latihan maupun operasi udara. Dengan upaya-upaya

    yang akan dilaksanakan diharapkan keterbatasan yang ada saat ini dapat diatasi

    sehingga akan diperoleh :

    1) Database Flying Area. Database flying area Simulator F-16A

    diharapkan dapat mencakup seluruh wilayah udara nasional Indonesia dari

    Sabang sampai Merauke hingga ke batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

    sehingga dimungkinkan simulasi pertahanan udara area dan pelibatan

    tempur pada Palagan I seperti diperlihatkan pada gambar 213.

    Pengembangan database flying area lebih lanjut dapat digunakan untuk

    mensimulasikan gerakan operasi serangan udara strategis ke daerah lawan

    yakni negara-negara tetangga yang diyakini mempunyai indikasi mempunyai

    kemampuan untuk melakukan invasi ke wilayah kedaulatan NKRI khususnya

    melalui media udara.

    / Gambar ..

    13 Mapquest, World Atlas, Indonesia, [Online], http://www.mapquest.com/atlas/?region: indonesia,

    download tanggal 17 April 2003.

  • TERBATAS

    21

    TERBATAS

    Gambar 2. Database flying area Simulator F-16A TNI AU masa depan.

    2) Integrated Flight Simulator Complex. Dalam kaitan peningkatan

    kemampuan air combat tactics para penerbang Skadron Udara 3 yang

    diaplikasikan pada suatu operasi udara mandiri maupun operasi gabungan,

    teknologi flight simulation diaplikasikan dalam integrasi Simulator F-16A

    (Integrated Flight Simulator) dengan flight simulator TNI AU lainnya di dalam

    / suatu ..

  • TERBATAS

    22

    TERBATAS

    suatu Integrated Flight Simulator Complex (IFSC). Ada dua hal yang

    diharapkan di masa depan yakni :

    a) Jangka Pendek. Untuk jangka pendek IFSC difokuskan untuk

    mendukung latihan Air-to-Air Combat yakni dengan mengintegrasikan

    Simulator F-16A dengan Simulator Hawk Mk-209 sehingga latihan

    Dissimilar Air Combat Tactics (DACT) dapat disimulasikan sebelum

    dilaksanakan di Air Combat Maneuvering Range (ACMR) Pekanbaru.

    Dengan mensimulasikan latihan ini, seorang penerbang dapat

    mengetahui lebih awal serta mempelajari kelemahan dan kelebihan

    lawan sehingga ia dapat menentukan taktik terbaik untuk mengalahkan

    lawannya dengan kelemahan dan kelebihan pesawat yang

    diterbangkannya. IFSC akan semakin lengkap bila semua tipe pesawat

    tempur TNI AU dilengkapi dengan flight simulator-nya seperti pesawat

    F-5E, A-4 Skyhawk dan Hawk Mk-53.

    b) Jangka Panjang. Untuk jangka panjang IFSC dapat dilengkapi

    dengan tipe flight simulator lain seperti Simulator C-130, Simulator SA-

    330 dan Simulator C-130 BT Tanker sehingga diharapkan integrated

    simulation latihan operasi udara gabungan dapat dilakukan sebelum

    dipraktekkan di kondisi nyata. Sebagai contoh di dalam operasi udara

    gabungan pesawat Hawk 200 bertindak sebagai bomber atau striker

    / dengan ..

  • TERBATAS

    23

    TERBATAS

    dengan dikawal (escort) oleh pesawat F-16 yang juga bertindak sebagai

    sweeper. Setelah melaksanakan pengeboman, pesawat Hawk 200

    melakukan air refueling dari pesawat C-130 BT di ARCP. Konsep

    IFSC diperlihatkan pada gambar 314 berikut ini.

    Gambar 3. Konsep Integrated Flight Simulator Complex (IFSC)

    TNI AU masa depan.

    / Upaya-upaya ..

    14 NASA Langley Research Center - Multimedia Repository, Flight Simulation Facilities, [Online],

    http://lisar.larc.nasa.gov/IMAGES/SMALL/EL-1996-00118.jpeg, download tanggal 27 Februari 2003.

  • TERBATAS

    24

    TERBATAS

    Upaya-upaya Untuk Mencapai Kemampuan Tempur TNI AU Yang Diharapkan

    14. Upaya-upaya realisitis dan aplikatif yang dapat dilaksanakan untuk mencapai

    kondisi yang diharapkan adalah :

    a. Aspek Personel. Ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan untuk

    meningkatkan aircraft handling dan air combat tactics skill para penerbang

    Skadron Udara 3 yakni :

    1) Meningkatkan kecepatan simulasi hingga mendekati situasi nyata

    dengan memperbaharui hardware flight simulator yang mendukung aplikasi

    real-time agar sense Simulator F-16A tidak jauh berbeda dengan pesawat F-

    16A15.

    2) Memperbanyak skenario misi yang disesuaikan dengan misi latihan

    Skadron Udara 3 dan operasi udara yang dilaksanakan oleh TNI AU.

    Database Simulator F-16A mampu menampung 500 skenario misi yang

    dapat diprogram ulang (reprogrammable) sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.

    / b. Aspek ..

    15 Full Mission Simulator F-16A dibangun berdasarkan karakteristik dan performa pesawat F-16 TNI AU

    tail number TS-1605 Block 15 Operational Capability Upgrade (OCU).

  • TERBATAS

    25

    TERBATAS

    b. Aspek Pelatihan

    1) Integrated Flight Simulator Complex (IFSC). Dengan adanya IFSC

    maka berbagai macam latihan dapat dilaksanakan secara terpadu dan

    terkendali. Terdapat dua kegiatan yang dapat dilaksanakan yakni :

    a) Jangka Pendek. Membangun IFSC di lokasi yang representatif

    dan akomodatif disesuaikan dengan disposisi Skadron Udara 3,

    Skadron Udara 1 dan Skadron Udara 12 kemudian memindahkan

    Simulator F-16A dan Simulator Hawk Mk-209 ke lokasi tersebut.

    b) Jangka Panjang. Menggeser Simulator C-130 Hercules ke IFSC

    dan melengkapi IFSC dengan berbagai tipe flight simulator sesuai

    dengan kekuatan pesawat TNI AU.

    2) Database Flying Area. Pembuatan database flying area berjalan

    paralel dengan pembangunan IFSC sehingga biayanya akan lebih murah

    karena satu database dapat digunakan secara bersama (sharing).

    Pemekaran lingkup database disesuaikan dengan program IFSC yang akan

    dilaksanakan sebagai berikut :

    / a) Jangka ..

  • TERBATAS

    26

    TERBATAS

    a) Jangka Pendek. Untuk mengintegrasikan Simulator F-16A dan

    Simulator Hawk-209 harus memperhatikan database flying area masing-

    masing simulator. Ada dua cara yang dapat dilakukan yakni :

    (1) Reverse engineer software database untuk membuat

    database baru yang dapat digunakan bersama.

    (2) Integrasi kedua macam database simulator tersebut dengan

    merancang interfacing software agar kedua database dapat

    berkomunikasi.

    b) Jangka Panjang. Ada perbedaan spesifik antara database

    pesawat tempur dengan pesawat angkut yakni pada metode

    penampilannya di layar visual. Perbedaan metode ini terjadi karena

    sifat high maneuverability pesawat tempur sehingga flight simulator

    bersifat tetap (fixed) sedangkan tampilan visual di flight simulator

    pesawat angkut bersifat fixed dan gerakan manuver disimulasikan oleh

    control loading yang menyangga badan simulator16. Untuk

    menampilkan situasi manuver yang realistis, tampilan visual akan

    bergerak menanggapi sinyal gerakan dari stick pesawat. Oleh karena

    / itu ..

    16 Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA, Mekanisme Efek G pada Flight

    Simulator, Suara Angkasa, Edisi 1/Tahun III, Jakarta, Iptek, Februari 2003, hal. 11 14.

  • TERBATAS

    27

    TERBATAS

    itu mengintegrasikan static visual database Simulator C-130 dengan

    dynamic visual database Simulator F-16A dan Hawk Mk-209

    memerlukan teknik khusus. Karena Simulator C-130 dan Simulator F-

    16A dan Hawk-209 dibuat oleh dua perusahaan yang berbeda sehingga

    metode implementasinya juga berbeda. Upaya yang dapat dilakukan

    adalah :

    (1) Reverse engineer software database untuk membuat

    database baru yang dapat digunakan bersama.

    (2) Integrasi kedua macam database simulator tersebut dengan

    merancang interfacing software agar kedua database dapat

    berkomunikasi.

    Kesimpulan dan Saran

    15. Kesimpulan. Dari uraian yang telah disampaikan di atas dapat diambil kesimpulan

    sebagai berikut :

    a. Kemampuan Tempur TNI AU sangat bergantung pada Kesiapan Tempur.

    Dalam keterbatasan pesawat tempur yang siap operasi dan pengetatan jam

    / terbang ..

  • TERBATAS

    28

    TERBATAS

    terbang, Aspek Personel ditinjau dari segi pembinaan kemampuan dan Aspek

    Pelatihan ditinjau dari segi fasilitas latihan harus menjadi prioritas agar

    Kemampuan Tempur dapat tetap dipertahankan dan ditingkatkan.

    b. Upaya untuk meningkatkan aircraft handling dan air combat tactics skill

    penerbang melalui flight simulator dilakukan dengan meningkatkan kecepatan

    simulasi mendekati real-time dan memperbanyak skenario misi disesuaikan

    dengan misi latihan dan operasi udara yang dilaksanakan TNI AU.

    c. Upaya untuk meningkatkan air combat tactics skill di flight simulator dalam

    konteks operasi udara mandiri yang lebih luas atau operasi udara gabungan yang

    melibatkan lebih dari satu jenis pesawat terbang dilakukan dengan

    mengintegrasikan semua kekuatan flight simulator TNI AU ke dalam suatu

    Integrated Flight Simulator Complex (FSC) dan memperbesar dan

    menggabungkan database flying area IFSC sehingga dapat digunakan bersama.

    d. Dengan memanfaatkan flight simulator secara optimal, penerbang TNI AU

    tetap dapat mempertahankan dan meningkatkan skill di samping menambah jam

    terbang untuk menutup kekurangan di pesawat terbang.

    / 16. Saran. ..

  • TERBATAS

    29

    TERBATAS

    16. Saran. Mengingat pesatnya kemajuan teknologi informasi, elektronika dan

    komputer khususnya flight simulation, mohon agar Dinas Komunikasi dan Elektronika

    TNI AU (Diskomlekau) sebagai Instansi Pembina Item (Inbinitem) selalu mengikuti

    perkembangan ini sehingga dapat mengantisipasi kebutuhan operasi dan pemeliharaan

    flight simulator TNI AU saat ini dan di masa mendatang.

    Penutup

    17. Demikian naskah karangan militer ini disampaikan dengan harapan dapat dijadikan

    sebagai bahan masukan kepada pimpinan untuk menentukan kebijakan lebih lanjut

    dalam rangka meningkatkan Kemampuan Tempur TNI AU pada masa lima tahun

    mendatang dihadapkan pada keterbatasan-keterbatasan yang ada.

    Jakarta, April 2003

    PERWIRA SISWA

    Ir. ARWIN D.W. S., FSI, FSME, VDBM, SA

    KAPTEN LEK NRP 515561

  • TERBATAS

    30

    TERBATAS

    DAFTAR PUSTAKA

    Faslat Wing 3 Lanud Iswahjudi, Laporan Kesiapan Operasi Faslat Wing 3 Lanud

    Iswahjudi Triwulan I T.A. 2003, Madiun

    Khrisna, C.M. & Shin, Kang G., Real-Time Systems, 1997, McGraw-Hill Companies Inc.,

    USA.

    Mabes TNI AU, Doktrin TNI Angkatan Udara Swa Bhuwana Paksa, 2000, Surat

    Keputusan KASAU No. : KEP/24/X/2000, 17 Oktober, Mabes TNI AU, Jakarta.

    Mabes TNI AU, Buku Petunjuk Dasar TNI Angkatan Udara, 2000, Surat Keputusan

    KASAU No. : KEP/25/X/2000, 17 Oktober, Mabes TNI AU, Jakarta.

    Mabes TNI AU, Program Pengadaan Full Mission Simulator F-16A, 1995, Kontrak No. :

    006/KE/VII/AU/1995, 5 Juli, Mabes TNI AU, Jakarta.

    Mapquest, World Atlas, Indonesia, [Online], http://www.mapquest.com/atlas/?region:

    indonesia, download tanggal 17 April 2003

    NASA Langley Research Center - Multimedia Repository, Flight Simulation Facilities,

    [Online], http://lisar.larc.nasa.gov/IMAGES/SMALL/EL-1996-00118.jpeg, download

    tanggal 27 Februari 2003

    / Oxford ..

  • TERBATAS

    31

    TERBATAS

    Oxford University Press, The Pocket Oxford Dictionary [CD], 1994, Oxford University

    Press, UK.

    Rolfe, J.K. & Staples, K.J., Flight Simulation, 1986, Cambridge University Press, UK.

    Rugaber, Spencer, Therry Shikano and R.E. Kurt Stirewalt, Adequate Reverse

    Engineering, [Online] pada http://www.cc.gatech.edu/are.pdf, download 13 April

    2003.

    Sumari, Kapten Lek, Ir. Arwin D.W., FSI, FSME, VDBM, SA, Mekanisme Efek G pada

    Flight Simulator, 2003, Suara Angkasa, No. 1/Tahun III, Februari, Jakarta.

    Sumari, Kapten Lek Ir. Arwin D.W., FSI, FSME, VDBM, SA, Sistem Temu Kembali

    Informasi Cerdas untuk Troubleshooting Pesawat Tempur, 2003, Angkasa

    Cendekia, Edisi 9, April, Dispen TNI AU, Jakarta.

    Sumari, Kapten Lek Ir. Arwin D.W., FSI, FSME, VDBM, SA, IDAF F-16A Simulator In

    Plant Team Leader and Software Engineer Log Book, [Unpub], 1997, UK.

    The University of Texas at Austin Online General Libraries, Perry-Castaeda Library,

    Map Collection, Indonesian Maps, [Online],

    http://www.lib.utexas.edu/maps/middle_east_and_asia/indonesia_rel_2002.jpg,

    download tanggal 27 Februari 2003.

    / Thomson ..

  • TERBATAS

    32

    TERBATAS

    Thomson Training & Simulation Ltd., IDAF F-16A Simulator Instructors Operating

    Station Manual, 1997, TT&SL, UK.

    Thomson Training & Simulation Ltd., Prime Item Development System (PIDS) for the

    IDAF F-16A Simulator, 1996, TT&SL, UK.

  • KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARA SEKOLAH KOMANDO KESATUAN

    UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION

    PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG

    KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU

    RENDAH

    MABES TNI MABES TNI AU

    PENERBANG TEMPUR TNI AU FLIGHT SIMULATOR TNI AU

    APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION

    DOKTRIN TNI AU

    BUJUKDAS TNI AU

    IPOLEKSOSBUDHAN

    KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU

    MENINGKAT