resume skenario 2 blok 13

143
Fraktur dan Dislokasi 2012 Sekenario 2 PATAH TULANG Seorang pengendara sepeda motor, laki-laki , berusia 30 tahun di bawa ke UGD setelah bertabrakan dengan pengendara lain. Penderita mengeluh nyeri pada sendi bahu kiri dan tidak bias di gerakkan, selain itu kaki kirinya juga terasa nyeri dan sulit untuk di gerakkan. Penderita juga mengeluhkan punggungnya terasa nyeri. Pada pemeriksaan didapatkan vital sign normal, memar pada cruris sinistra, dan edema pada articulation glenuhumeri (shoulder) sinistra, tidak ada jejas pada punggung, hasil pemeriksaan neurovascular dan pemeriksaan cervical normal. Setelah di berikan pertolongan pertama pada kaki dan bahu penderita tersebut, dokter segera melakukan pemeriksaan penunjang lainnya. Resume Skenario 2 Blok 13

Upload: muhammad-firdaus

Post on 02-Jan-2016

295 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Fraktur dan Dislokasi 2012

Sekenario 2

PATAH TULANG

Seorang pengendara sepeda motor, laki-laki , berusia 30 tahun di bawa ke UGD setelah bertabrakan dengan pengendara lain. Penderita mengeluh nyeri pada sendi bahu kiri dan tidak bias di gerakkan, selain itu kaki kirinya juga terasa nyeri dan sulit untuk di gerakkan. Penderita juga mengeluhkan punggungnya terasa nyeri. Pada pemeriksaan didapatkan vital sign normal, memar pada cruris sinistra, dan edema pada articulation glenuhumeri (shoulder) sinistra, tidak ada jejas pada punggung, hasil pemeriksaan neurovascular dan pemeriksaan cervical normal. Setelah di berikan pertolongan pertama pada kaki dan bahu penderita tersebut, dokter segera melakukan pemeriksaan penunjang lainnya.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

TUJUAN BELAJAR

FRAKTUR DAN DISLOKASI

FRAKTUR

A. FRAKTUR SECARA UMUM1. Definisi dan Etiologi2. Klasifikasi3. Diagnosis4. Proses Penyembuhan Fraktur5. Prinsip Pengobatan Fraktur dan Terapi6. Komplikasi

B. FRAKTUR PADA ANAK-ANAKFraktur ekstremitas Superior

1. FRAKTUR SKAPULA2. FRAKTUR CLAVIKULA3. FRAKTUR HUMERUS4. FRAKTUR RADIUS – ULNA5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS

Fraktur ekstremitas Inferior

1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR2. FRAKTUR PATELA3. FRAKTUR TIBIA-FIBULA4. FRAKTUR TULANG TARSAL

C. FRAKTUR PADA ORANG DEWASAFraktur ekstremitas Superior

1. FRAKTUR SKAPULA2. FRAKTUR CLAVIKULA3. FRAKTUR HUMERUS4. FRAKTUR RADIUS – ULNA5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS

Fraktur ekstremitas Inferior

1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR2. FRAKTUR PATELA

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

3. FRAKTUR TIBIA-FIBULA4. FRAKTUR TULANG TARSAL

Fraktur tulang belakang

DISLOKASI

A. DISLOKASI SIKUB. DISLOKASI BAHUC. DISLOKASI PANGGULD. DISLOKASI LUTUTE. DISLOKASI PERGELANGAN KAKI

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

PEMBAHSAN

FRAKTUR

A. FRAKTUR SECARA UMUM

1. Definisi dan Etiologi

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersift total maupun parsial. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma bisa bersifat :

a. Trauma Langsung : menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

b. Trauma Tidak Langsung : Apabila trauma diarahkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, missal jatuh dengan tangan ekstensi menyebabkan fraktur klavikula.

Tekanan pada tulang dapat berupa :

a. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblikb. Tekanan membengkok (fraktur transversal)c. Tekanan sepanjang aksis tulang (fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi)d. Kompresi vertical (Fraktur kominutif/ memecah / fraktur buckle pada anak)e. Trauma langsung disertai resistensi pada satu jarak tertentu (fraktur oblik atau Z)f. Fraktur karena remukg. Trauma karena tarikan ligament atau tendon (menarik sebagian tulang)

2. Klasifikasi

KLASIFIKASI BERDASARKAN ETIOLOGI

1. Fraktur traumatic

Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.

Etiologi : kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan

Kekuatan yang langsung jaringan lunak pasti rusak.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Kekuatan yang tidak langsung jaringan lunak mungkin tidak ada.

Kekuatan dapat berupa :

1. pemuntiran : fraktur spiral

2. penekukan : fraktur melintang

3. penekukan dan penekanan : sebagian melintang disertai fragmen kupu-kupu.

4. kombinasi pemuntiran, penekukan, dan penekanan : fraktur oblik pendek

5. penarikan : tendon dan ligament akan menarik tulang sampai terpisah fraktur

avulsi.

2.Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam

tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah karena

tumor primer metastasis atau tulang yang rapuh misalnya penyakit Paget

3. Fraktur stress

Retak yang terjadi pada tulang karena tekanan yang berulang-ulang( baru saja

menambah tingkat aktivitas). Sering ditemukan pada tibia, fibula, metatarsal terutama

pada atlet, penari dan calon tentara yang jalan berbaris jarak jauh. Pada awitan gejala,

radiogram mungkin tidak menunjukkan daerah fraktur tetapi setelah 2 minggu timbul

garis radiopak linear tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Biasanya timbul

nyeri berat setelah aktivitas maka seharusnya diproteksi dengan memakai tongkat

atau bidai gips yang tepat.

KLASIFIKASI KLINIS

1.Fraktur tertutup (simple fracture)

Fraktur tertutup (simpel) fraktur dengan kulit yang tidak tertembus oleh

fragmen tulang sehingga tempat fraktur tidak tercermar oleh lingkungan.

2.Fraktur terbuka (compound fractur)

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit

dan jaringan lunak, dapat berbentuk form within( dari dalam) atau from without

( dari luar). Dalam hal ini fraktur biasanya terkontaminasi dengan lingkungan.

Untuk terapinya perlu operasi untuk irigasi, debridement dan pemberian antibiotika

secara IV untuk mencegah osteomielitis. Operasi irigasi dan debridement ini harus

dilakukan dalam 6 jam setelah terjadi cedera untuk mencegah kemungkinan infeksi.

3.Fraktur komplikasi (complicated fracture)

fraktur disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion,

infeksi tulang.

KLASIFIKASI RADIOLOGI

Klasifikasi berdasarkan atas:

1. Lokalisasi

Diafisial

Metafisial

intra-artikular

fraktur dengan dislokasi

2. konfigurasi

fraktur transversal

fraktur transversal fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu

tulang. Biasanya segmen tulang yang patah akan direposisi / direduksi

kembali ke tempatnya maka segmen itu akan stabil dan mudah dikontrol

dengan bidai gips.

fraktur oblik

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Fraktur oblik garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini

tidak stabil.

fraktur spiral

Fraktur spiral timbul karena torsi pada extremitas.

fraktur Z

fraktur segmental

Fraktur segmental 2 fraktur berdekatan pada 1 tulang menyebabkan

terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.

fraktur kominutif

Fraktur kominuta serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan

dengan lebih dari 2 fragmen.

fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi

Fraktur kompresi

Terjadi ketika 2 tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ke-3 yang ada

diantaranya seperti pada vertebra. Biasanya didiagnosis dengan radiogram.

Pada orang muda dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat.

Seperti pada fraktur pelvis dapat meninggal karena syok hipovolemik jika

tidak diperiksa denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan secara akurat

dalam 24 jam sampai 48 jam.

fraktur avulsi,

fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur epikondilus

humeri, fraktur trochanter mayor, fraktur patella.Biasanya terjadi karena

ketidakstabilan sendi. Maka perlu pembedahan untuk membuang atau

meletakkan kembali fragmen tulang.

fraktur depresi

Karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak

fraktur impaksi

fraktur pecah (burst)

Fragmen kecil yang berpisah misalnya fraktur vertebra, patella, talus,

kalkaneus.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

fraktur epifisis

3. Menurut ekstensi

fraktur total

fraktur tidak total (fraktur crack)

fraktur buckle atau torus

fraktur garis rambut

fraktur green stick

Fraktur greenstick fraktur yang tidak sempurna dan sering timbul pada

anak-anak. Kortex tulangnya sebagian masih utuh, demikian denmgan

periosteumnya. Fraktur ini segera sembuh dan segera mengalami remodeling

ke bentuk dan fungsi normal.

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

tidak bergeser (undisplaced)

bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :

a. Bersampingan

b. Angulasi

c. Rotasi

d. Distraksi

e. Over riding

f. Impaksi

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

3. Diagnosis

Anamnesis

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (trauma fraktur), baik yang hebat

maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota

gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi

di daerah trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau

jatuh dari kamar mandi, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja

oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena adanya

nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak,

krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

1.      Syok, anemia, atau perdarahan

2.       Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau

organ-organ dalam toraks, panggul, dan abdomen

3.       Faktor predisposisi, misalnya fraktur patologis

Pemeriksaan Lokal

1.      Inspeksi (Look)

Bandingkan dengan bagian yang sehat

 Perhatikan posisi anggota gerak

Keadaan umum penderita secara keseluruhan

Ekspresi wajah karena nyeri

Lidah kering atau basah

Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur

tertutup atau terbuka

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari

Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, dan kependekan

Lakuakan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain

Perhatikan kondisi mental pendrita

Keadaan vaskularisasi

2.      Palpasi (Feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh

sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh

kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang

Krepitasi, dapat diketahui dengan rabaan dan harus dilakukan secara hati-hati

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,

arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior seseai dengan anggota gerak yang

terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal

daerah trauma, temperatur kulit.

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya

perbedaan panjang tungkai

3.      Pergerakan (Move)

Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif  dan

pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita

dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji

pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat

menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf

4.      Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris

serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis, atau neurotmesis.

Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan penderita serta merupakan patokan

untuk pengobatan selanjutnya

5.      Pemeriksaan Radiologis

Foto polos

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi, serta

ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak

selanjutnya, maka sebaiknya kita menggunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk

imobilisasi sementara sebelum sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.

Tujuan:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

Untuk konfirmasi adanya fraktur

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannya

Untuk menentukan teknik pengobatan

 Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler

 Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

 Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

Dua posisis proyeksi pada antero-pasterior dan lateral

Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di

bawah sendi yang megalami fraktur

Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua

anggota gerak terutama pada fraktur epifisis

Dua trauma

Dua kali dilakuakan foto. Pada fraktur tulang skafoid foto pertama

biasanya tidak jelas, biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari

kemudian.

 

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pemeriksaan radiologis lainnya

Pemeriksaan khusus dengan:

Tomografi, misalnya pada fraktur vertebra

CT-scan

MRI

Radioisotop scanning

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut:

A. Nyeri

Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan

adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan

sekitarnya.

B. Bengkak / edema.

Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma)

yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan

sekitarnya.

C. Memar / ekimosis

Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di

jaringan sekitarnya.

D. Spame otot

Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.

E. Penurunan sensasi

Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.

F. Gangguan fungsi

Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot,

paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.

G. Mobilitas abnormal

Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi

normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.

H. Krepitasi

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang

digerakkan.

I. Deformitas

Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma

dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal,

akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

J. Gambaran X-ray menentukan fraktur

Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur

4. Proses Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur beragam sesuai dengan jenis tulangnya dan

jumlah gerakan di tempat fraktur . pada tulang tubuler bila tak ada fiksasi yang kaku

penyembuhan dimulai dalam 5 tahap :

1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma

Setelah trauma terjadi, maka pembuluh darah akan robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang di permukaan fraktur yang tidak mendapat ersediaan darah akan mai sepanjang 1-2milimeter

2. Radang dan priliferasi seluler

Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel

di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Ujing

fragmen dikelilingi oleh jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur.

Hematoma yang membeku perlahan lahan diabsorpsi dan kapiler baru yang halus

berkembang ke daerah tersebut.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

3. Pembentukan kalus

Sel yang berproliferasi memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik, lalu sel

tersebut akan mulai membentuk tulang dan kartilago. Populasi sel sekarang sudah

mencakup osteoklas yang mulai membersihkan tulang tulang yang mati.

Kemudian kalus terbentuk di permukaan periosteal dan endosteal, sementara itu

tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat serta pergerakan pada tempat

fraktur pun semakin berkurang. Setelah itu dalam 4 minggu cedera fraktur akan

menyembuh.

4. Konsolidasi

Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut anyaman tulang berubah

menjadi tulang lamellar. Sistem tersebut sudah cukup kaku untuk memungkinkan

osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur dan osteoblas di

belakangnya mengisi celah celah yang tersisa antara fragmen dengan tulang yang

baru. Ini adalah proses yang lambat dan perlu beberapa bulan sebelum tulang

menjadi cukup kuat untuk membawa beban yang normal.

5. Remodeling

Fraktur saat ini telah dijembatani oleh suatu manset tulangyang padat. Dalam

beberapa tahun dan beberapa bulan pengelasan kasar ini dibentuk melalui proses

reabsorpsi dan pembentukan tulang yang terus menerus. Akhirnya nanti tulang

akan memperoleh bentuk yang mirip dengan bentuk normalnya.

Kalus merupakan suatu reaksi terhadap gerakan di tempat fraktur yang berfungsi

menstabilkan fragmen secepat mungkin – suatu syarat yang diperlukan untuk proses

pembentukan jembatan tulang. Tapi jika tempat fraktur benar benar tidak bergerak

(contohnya fraktur yang terimpaksi atau yang diimobilisasi dengan plat logam) maka

kalus tidak diperlukan.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Penyembuhan dengan kalus meskipun tidak begitu langsung, mempunyai keuntungan

yang berbeda yaitu : menjamin kekuatan mekanik sementaraujung ujung tulang

menyembuh serta dengan meningkatnya tekanan kalus sakan tumbuh semakin kuat.

5. Prinsip Pengobatan Fraktur dan Terapi

Penatalaksanaan Awal

Pertolongan Pertama

Dengan membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan

imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena. Bila terdapat perdarahan segera

dilakukan pertolongan juga.

A = Airway saluran napas

Untuk mengetahui adanya obstruksi saluran napas, seperti adanya benda asing,

fraktur mandibula atau kerusakan mandibula/laring. Harus diperhatikan pula

mengenai kelainan yang terdapat pada vertebra servikalis dan apabila ditemukan,

harus dicegah gerakan yang berlebihan dan dapat diberikan alat bantu, seperti polar

leher alat penyangga.

B = Brithing pernapasan

Perlu diperhatikan & dilihat secara keseluruhan daerah thoraks untuk menilai

ventilasi. Jalan napas yang bebas bukan berarti ventilasi cukup. Beberapa kelainan

yang dapat memberikan gangguan pernapasan, yaitu :

1. pneumothoraks tekanan

2. kontusi pulmoner dengan flail chest

3. pneumothoraks terbuka

4. hemothoraks masif

C = Circulation sirkulasi

Sirkulasi dan kontrol perdarahan melalui dua hal, yaitu:

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

1. Volume darah perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada

trauma, misalnya menyebabkan hipotensi pada trauma.

Tiga tanda klinis hipovolemik:

a. Kesadaran apabila terjadi kehilangan volume darah ½ lebih dari

volume darah total, maka terjadi gangguan darah perfusi pada otak dan

akhirnya terjadi kehilangan kesadaran.

b. Warna kulit pucat & kelabu bisa menandakan adanya kehilangan

darah bisa sampai 30% dari volume darah total.

c. Nadi perabaan nadi tidak dilakukan pada pergelangan tangan, tapi

pada A. carotis / A. femoralis dengan membandingkan kiri & kanan,

kualitas, jumlah denyut & regulasinya.

2. Perdarahan harus diatasi bebat tekan ( perdarahan luar ). Jangan

melakukan pengikatan dengan bahan karet, perban, dsb karena dapat

menyebabkan kematian anggota gerak setelah waktu tertentu.

Keadaan hipovolemik yang sering memberilan kesalahan diaknosis, yaitu:

a. Perdarahan abdominal / intrathorakal

b. Fraktur femur / panggul.

c. Trauma tembus pada arter / vena.

d. Perdarahan keluar dari salah satu sumber.

D = Disability evaluasi neurologis

Merupaksn elevaluasi neurologis secara cepat setelah survei awal kita dapat

menilai tingkat kesadaran, besar dan reaksi pupil. Evaluasi ini menggunakan metode

AVPU, yaitu:

A = Alert, sadar

V = Vokal, respon terhadap stimulli vokal

P = Painfull, repon hanya pada rangasang nyeri

U = Unrensponsif, tidak ada respon sama sekali

E = Exposure kontrol lingkungan untuk melakukan secara teliti, pakaian

penderita harus dilepas, selain itu perlu dihindari terjadinya hipovolemik.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Penilaian Klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah luka

tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat

dalam yang lain.

Resusitasi

Kebanyakan penderita dengan fraktur multiple dating ke rumah sakit dalam keadaan

syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya.

PrinsipUmum Pengobatan Fraktur

1. Jangan mengubah keadaan lebih jelek

Beberapa komplikasi fraktur terjadi akibat trauma yang antara lain disebabkan karena

pengobatan yang diberikan disebut sebagai iatrogenic. Hal ini perlu diperhatikan oleh

karena banyaknya kasus terjadi akibat penanganan dokter yang menimbulkan

komplikasi atau memperburuk keadaan fraktur. Hal ini dapat dihindari dengan

melakukan tindakan yang memadai dan sesuai prosedur.

2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat

Dengan melakukan diagnosis yang tepat pada fraktur kita dapat menentukan

prognosis trauma sehingga dapat dipilih pengobatan yang tepat. Perlu ditetapkan

apakah fraktur ini memerlukan reduksi dan apabila perlu apakah bersifat tertutup

atau terbuka

3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus

Menghilangkan nyeri

Nyeri timbul karena trauma pada jaringan lunak termasuk periosteum dan

endosteum. Nyeri bertambah bila ada gerakan pada daerah fraktur disertai

spasme otot serta pembengkakan yang progresif dalam rungan yang tertutup.

Nyeri dapat diatasi dengan imobilisasi fraktur dan pemberian analgetik.

Memperoleh posisi yang baik dari fragmen

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan pergeseran

yang sedikit tidak memerlukan reduksi. Reduksi tidak perlu akurat secara

radiologic.

Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

Umumnya fraktur yang telah ditangani, dalam waktu singkat dapat terjadi

proses penyembuhan. Pada fraktur tertentu bila terjadi fraktur yang hebat pada

periosteum/jaringan lunak sekitarnya mungkin diperlukan usaha agar terjadi

union, misalnya dengan bone graft.

Mengembalikan fungsi secara optimal

Penyembuhan fraktur dengan imobilisasi harus dipikirkan pencegahan

atrofi pada anggota gerak, sehingga perlu diberikan latihan yang bersifat aktif

dinamik (isotonic). Dengan latuhan dapat pula dipertahankan kekuatan otot dan

sirkulasi darah.

4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami

Jaringan musculoskeletal bereaksi terhadap suatu fraktur sesuai dengan hukum alami

5. Bersifat realistic dan praktis dalam memilih jenis pengobatan

Dalam memilih pengobatan harus dipertimbangkan pengobatan yang realistic dan

praktis.

6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual

Setiap fraktur memerlukan penilaian pengobatan yang sesuai dengan

mempertimbangkan factor umur, jenis fraktur, komplikasi dan factor social ekonomi

pasien.

Prinsip Pengobatan (4R)

1. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan

anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu

diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk

pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

2. Reduction; reduksi fraktur apabila perluResume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat

diterima. Posisi yang baik adalah aligment dan aposisi yang sempurna. Fraktur

seperti fraktur klavikula, costae dan fraktur impaksi dari humerus tidak memerlukan

reduksi. Angulasi <50 pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan

angulasi sampai 100 pada humerus dapat diterima. Terdaat kontak sekurang-

kurangnya 50% dan over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya

rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokasi fraktur.

3. Retention; imobilisasi fraktur

4. Rehabilitation; mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin

Metode Pengobatan Fraktur

Fraktur Tertutup

Metode pengobatan farktur tertutup pada umumnya dibagi dalam:

1. Konservatif

Terdiri atas:

☼ Proteksi semata-mata (tanpa reduks atau imobilisasi)

Terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut misalnya dengan memberikan

mitela pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah

☼ Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)

Hanya memberikan sedikit imobilisasi, biasanya mempergunakan plaster of

Paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal.

☼ Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna menggunakan gips

Dilakukan dengan pembiusan umum ataupun local. Reposisi yang dilakukan

melawan kekuatan terjadinya fraktur. Penggunaan gips untuk imobilisasi

merupakan alat utama pada teknik ini

☼ Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi

Dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi kulit dan traksi tulang.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

☼ Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi

Dengan mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas, bidai

Brown Bohler, bidai Thomas dengan Pearson knee flexion attachment.

2. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan K-

wire

Dilakukan dengan anastesi yang tepat dan relaksan otot, fraktur dapat direduksi

dengan maneuver 3 tahap :

1. Bagian distal tungkai ditarik ke garis tulang

2. Fragmen direposisi

3. Penjajaran disesuaikan ke setiap bidang

Cara ini paling efektif periosteum dan otot pada satu sisi fraktur tetap utuh.

Reduksi tertutup digunakan untuk semua fraktur dengan pergeseran minimal,

sebagian besar pada fraktur anak-anak dan fraktur yang stabil setelah reduksi.

Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil, maka

reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutaneus misalnya pada

fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak atau fraktur Colles. Teknik ini biasanya

memerlukan bantuan alat rontgen image intensifier (Garm).

3. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang

Reduksi bedah pada fraktur dengan penglihatan langsung diindikasikan :

1. Bila reduksi tertutup gagal, baik karena kesukaran mengendalikan fragmen atau

karena terdapat jaringan lunak diantara fragmen-fragmen

2. Bila terdapat fragmen artikular besar yang perlu ditempatkan secara tepat

3. Bila terdapat fraktur traksi yang fragmennya terpisah.

Tetapi, biasanya reduksi terbuka hanya merupakan langkah pertama untuk fiksasi

internal.Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

4. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis

Pada fraktur leher femur dan sendi siku pada orang tua biasanya terjadi nekrosis

avaskuler dari fragmen atau non-union oleh karena itu dilakukan pemasangan

protesis yaitu alat dengan komposisi metal untuk menggantikan bagian yang

nekrosis.

MEMPERTAHANKAN REDUKSI

Pembatasan gerakan tertentu diperlukan untuk membantu jaringan lunak dan

untuk memungkinkan gerakan bebas pada bagian yang tak terkena. Metode yang

tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah :

1. Traksi terus menerus

2. Pembebatan dengan gips

3. Pemakaian penahan fungsional

4. Fiksasi internal

5. Fiksasi eksternal

Keterangan :

TRAKSI TERUS MENERUS

Dilakukan pada tungkai di bagian distal fraktur sangat berguna untuk fraktur oblik

dan fraktur spiral yang mudah bergeser karena kontraksi otot.

Kekurangan : traksi tidak dapat menahan fraktur tetap diam, traksi dapat menarik

tulang panjang secara lurus dan mempertahankan panjangnya tetapi pada reduksi

yang tepat kadang sukar dipertahankan.

Kelebihan : pasien dapat menggerakkan sendi dan melatih otot-ototnya.

Traksi dengan gaya berat

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Hanya berlaku pada cedera tungkai atas ketika memakai penggendong lengan,

lengan atas akan memberikan traksi terus menerus pada lengan bawah.

Traksi Kulit

Traksi dapat menahan tarikan dengan berat tidak lebih dari 4-5 kg. plaster

ditempelkan pada kulit dan dipertahankan dengan suatu pembalut.

1. Traksi kulit

Menggunakan plaster yang direkatkan sepanjang ekstremitas lalu dibalut, ujung

plaster dihubungkan dengan tali lalu ditarik beban < 5kg, traksi ini banyak dilakukan

pada anak-anak

2. Traksi skelet

digunakan pin steinmann atau kawat Kirschener

kawat ditusukkan pada tulang lalu ditarik dengan tali dan katrol

untuk femur dewasa 5-7kg, pada dislokasi panggul lama ± 15-20kg

traksi sementara untuk imobilisasi selama beberapa hari, traksi untuk reposisi

dan imobilisasi seseai dengan lamanya terbentuj kalus fibrosa, setelah

terbentuk, ekstremitas dimobilisasi dengan gips.

Traksi Kerangka

Pen steinman atau pen Denham dimasukkan pada bgian dari tulang, misalkan di

tuberculum majus nya, dipasang kait yang bisa berputar dengan bebas, dan tali

dipasang pada kait untuk menerapkan traksi.Kawat ditusukkan pada tulang lalu

ditarik dengan tali dan katrol. Untuk femur dewasa 5-7kg, pada dislokasi panggul

lama ± 15-20kg.

Traksi jenis yang lainnya adalah : traksi tetap, traksi berimbang, traksi kombinasi

Plester pada Traksi dapat menghambat sirkulasi sehingga dapat

mengakibatkan sindroma kompartemen dan cedera saraf, terutama n.peroneus.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

PEMBEBATAN DENGAN GIPS

Gips atau nama lain dari plester of paris adalah metode mempertahankan

reduksi secara tertutup. Gips tidak seperti traksi yang hanya membuat tulang lurus

pada suatu posisi dengan tarikan, gips dipasang disesuaikan dengan bentuk tangan

individu yang cedera fraktur dan mempertahankan posisi setelah reduksi. Namun,

kerugian memakai gips adalah rentan menyebabkan penyakit fraktur atau kekakuan

sendi, hal ini terjadi karena sendi sendi yang terbungkus dalam gips tidak dapat

bergerakj dan cenderung kaku selama dipasangnya gips.

Kekakuan pemaiakaian gips dapat diminimalkan dengan

1. Pembebatan tertunda, gips yang dipasang setelah pasien terlebih dahulu

diterapi dengan metode traksi

2. Gips bisa dipakai terlebih dahulu, kemudian metode ini dilanjutkan dengan

metode mempertahankan reduksi dengan branching fungsionlal.

Imobilisasi dengan gips sesuai dengan posisi faali ;

1. Bahu abduksi 40%, siku flexi >90˚, pergelangan tangan doso flexi 30˚, posisi

tangan tengah antara pro- dan supinasi, jari-jari flexi ringan, ibu jari aposisi

2. Siku kiri extensi hampir sempurna (untuk kep. Hygiene toilet), sendi tangan

dan bahu sperti di atas

3. Sendi paha flexi 10˚, lutut flexi 10˚, pergelangan kaki posisi netral valgus

ringan

Gerakan minimal merangsang kalus, dengan syarat tidak boleh dipaksakan, latihan persendian tidak boleh menimbulkan nyeri, pada patah tulang intraartikuler akan memuaskan apabila disertai latihan gerakan aktif pada tahap dini pada hari ke-1

Gerakan bebas menurunkan pembentukan kalus dan menimbulkan pseudoarthrosis imobilisasi mutlak tidak terbentuk kalus

Bahaya pemasangan gips yang salah gangguan peredaran darah yang salah

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

tekanan berlebihan pada beberapa bagian yang menonjol decubitus

1. Untuk mencegah kontak langsung gips dengan kulit, pasang pembalut stockinet

atau pembalut krep

2. Pada bagian yang menonjol, diletakkan penahan berupa kapas untuk

menghindari decubtus

3. Tidak boleh menyangga gips yang masih lembek, karena bisa terbentuk lekukan

decubitus, terutama pada tendo Achilles

BRANCHING FUNGSIONAL

Adalah pemasangan suatu metode dimana gips dipasang hanya di distal dan

proksimal tulang yang fraktur, sedangkan pada sendi di distal dan proksimal fraktur,

dipasang suatu engsel yang berasal dari logam atau plastic yang memungkankan

gerakan pada satu bidang.

Biasanya digunakan setelah tulang menyatu atau 3-6 minggu setelah traksi atau

gips fungsional. Keuntungan dari pemakaina branching fumgsonal adalah :

1. Fraktur dapat dipertahankan cukup baik

2. Sendi-sendi dapat digerakkan

3. Fraktur akan menyatu pada kecepatan normal

4. Metode aman.

FIKSASI INTERNAL

Adalah metode mempertahankan reduksi dengan cara mnegikat fragmen tulang

yang mengalami diskontinuitas dengan sekrup, pen, paku pengikat, plat logam, paku

intramedular, circumferensial band, dll.

Indikasi :Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

1. Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan cara operasi

2. Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung mnegalami pergeseran

kembali setelah reduksi, fraktur yang cenderung ditarik oleh kerja otot.

3. Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan lahan.

4. Fraktur patologik

5. Fraktur multiple

6. Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya.

Komplikasi : Infeksi, malunion, kegagalan implant, fraktur ulang. Untuk mengatasi

atau meminimalisir hal tsb, pelepasan implant paling cepat 1 tahun, lebih aman lagi

antara 18 sampai 24 bulan.

FIKSASI EKSTERNAL

Fraktur dipertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan yang melalui

tulang diatas dan dibawah fraktur dan dilekatkan pada suatu kerangka luar.

Indikasi :

1. Fraktur yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat dimana luka

dapat dibiarkan terbuka untuk pemeriksaan, pembalutan dan skin graft.

2. Fraktur yang disertai kerusakan saraf dan pembuluh

3. Fraktur yang sangat komunitif dan unstable

4. Fraktur yang tidak menyatu

5. Fraktur pada pelvis

6. Fraktur yang terinfeksi

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

7. Cedera multiple yang berat, bila stabilisasi lebih awal maka dapat menurunkan

risiko komplikasi yang berbahaya.

Komplikasi : overdistraksi fragmen, infeksi di tempat pen, berkurangnya penyaluran

beban melalui fragmen (6-8 minggu harus dilepas)

Fraktur Terbuka

Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka:

1. Obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan

2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan

kematian

3. Berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi

4. Segera dilakukan debridement dan irigasi yang baik

5. Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya

6. Stabilisasi fraktur

7. Biarkan luka terbukan antara 5-7 hari

8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya

9. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena

Tahap-tahap pengobatan fraktur terbuka

1. Pembersihan luka

Dilakukan dengan cara irigasi cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk

mengeluarkan benda asing yang melekat

2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridement)

Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat

pembenihan bakteri sehingga perlu eksisi secara operasi pada kulit, jaringan

subkutaneus, lemak, fasia, otot, dan fragmen-fragmen yang lepas.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

3. Pengobatan fraktur itu sendiri

Fraktur dengan luka hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka

dengan fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan

fiksasi eksterna.

4. Penutupan kulit

Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari

terjadinya kecelakaan) maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak dilakukan apabila

penutupan membuat kulit sangat tegang. Dapat dilakukan split thickness skin-graft

serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada

luka yang dalam. Luka dapat dibiarkan terbuka selama beberapa hari tapi tidak lebih

dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure.

5. Pemberian antibiotik

Bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotic diberikan dalam dosis yang adekuat

sebelum, pada saat dan sesudah tindakan operasi

6. Pencegahan tetanus

Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada

penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid

tetapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus immunoglobulin (manusia)

6. Komplikasi

Komplikasi umum

Syok dan Gangguan Fungsi Pernafasan

Syok dan gangguan fungsi pernapasan terjadi selama 24 jam pertama setelah

cedera. Juga terdapat reaksi metabolik yang terjadi secaralambat dlm beberapa hari

atau minggu, ini mencakup pningkatan katabolisme dan membutuhkan dukungan

gizi. Syok yang biasa terjadi adalah syok hipovolemik karena berkurangnya pasokan

darah (volume) dalam tubuh/pembuluh darah. Terapinya berupa perbaikan cairan

dengan NaCl

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Crush syndrome

Terjadi jika sejumlah beasar masa otot remuk, ex: pemasangan turniket yang

terlalu lama. Asam miohematin (sitokrom c), akibat pemecahan otot, bibawa oleh

darah ke ginjal dan menyumbat tubulus. Ada juga yang menyebutkan bahwa terjadi

penyumabatan arteri renalis dan sel tubulus yang anoksia mengalami nekrosis.

Syok hebat. Tungkai tak memiliki nadi dan kemudian menjadi merah,

bengkak dan melepuh; sensasi dan tenaga otot dapat menghilang. Sekresi ginjal

berkurang dan terjadi uremia dengan asidosis, sebagian besar penderita menjadi

semakin mengantuk da mati dalam 14 hari kecuali kalau diterapi dengan dialisis

ginjal.

Tungkai yang remuk hebat belum ditangani dalam beberapa jam harus

diamputasi.

DVT (deep venous thrombosis)

Merupakan komplikasi paling sering ditemukan pada cidera dan operasi.

Trombosis paling sering terjadi pada vena-vena betis dan jarang pada vena proksimal

di paha dan pelvis. Penyebab utama DVT pada pasien pembedahan adalah

hiperkoagulabilitas darah, terutama aktivitas faktor X oleh tromboplastin yang

terlepas dari jaringan yang rusak. Statis dapat diakibatkan oleh turniket atau

pembalut yang ketat, tekanan terhadap meja bedah atau kasur, dan imobilitas yang

lama; kerusakan endotel dan peningkatan jumlah dan kelengketan trombosit dapat

diakibatkan oleh cedera atau operasi. Secara khas, jika terjadi trombosis pada betis

maka akan terjadi peningkatan nyeri pada dorsofleksi kaki (tanda HOMANS)

Diagnosis dan tempat trombosis yang tepat dapat ditetapkan dengan

venografi ascenden: yang harus dilakukan secara bilateral. Pencegahan dapat

dilakukan dengan tindakan fisik yang sederhana antaralain dengan paninggian kaki

tempat tidurpenggunaan kaus kaki elastis atau kaus kaki pembagi tekanan, dan

berjalan sesegera mungkin, lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

antikoagulan pada pasien yang beriko tinggi, kontraindikasi pada pasien lanjut usia.

Untuk terapi DVT lokal dapat hanya dilakukan dengan mamasang kaus kaki elastis

dan memberikan heparin subkutan dosis rendah(5000 unit 3x/hari).

Tetanus

Disebabkan oleh clostridium tetani (organisme anaerob yang tumbuh pada

jaringan nekrosis yang menghasilkan neurotoksin)neurotoksin diangkut oleh

kelenjar limfe dan aliran darah menuju sistem saraf pusat dan terikat pada kornu

anterior yang tidak dapat dinetralisir dengan antitoksinkejang tonik kemudian

klonik,kontraksi otot skeletal (spasme tetanik).

Organisme tetanus hanya berkembang dalam jaringan mati. Tetanus ditandai

dengan kontraksi tonik, dan belakangn klonik. Pada akhirnya, diafragma dan otot

interkostal kejang dan pasien mati karena asfiksia. Pencegahan pada pasien yang

sudah imunisasi, dosis booster toksoid diberikan betapapun sepelenya luka itu. Pada

setiap luka sebaiknya diberikan toksoid antitetanus apabila sudah memperoleh

imunisasi dasar dan apabila tidak memperoleh imunisasi dasar maka diberikan serum

anti tetanus.

Emboli lemak

Sumber emboli lemak kemungkinan adalah sumsum tulang, dan keadaan ini

sering ditemukan pada pasien fraktur multiple yang tertutup. Tanda-tanda peringatan

dini (72 jam setelah cedera) adalah sedikit kenaikan suhu dan denyut nadi, pada

kasus yang lebih berat terjadi sesak napas dan kekecauan mental/kegelisahan. Pada

keadaan lebih berat tejadi gangguan pernapasan yaitu ARDS tanda-tandanya yaitu

hipoksemia. Pada kasus ini tidak dierlukan terapi kecuali apabila terdapat tanda-

tanda hipoksia oksigeen harus segera diberikan. Selain itu jg perlu diperhatikan

keseimbangan cairannya dan diberikan heparin, steroid, dan aprotinin.

Terjadi pada fraktur yang mengenai orang dewasa,jarang ditemukan pada

anak.Komplikasi ini merupakan komplikasi yang fatal dan menyebabkan kematian

sebesar 20% dari seluruh kematian akibat fraktur.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Etiologi dan patogenesis

Emboli berasal dari lemak sumsum tulang dan jaringan lemakmelalui

robekan venamasuk ke sirkulasi vena paru-paru melewati kapiler parumasuk ke

sirkulasi sistemik dan menuju otak,ginjal,jantung dan kulit.

Pada trauma yang luas juga terjadi penurunan karbohidrat dan lemak berupa

lipolisis pada jaringan lemakasam lemak bebas meningkatasam lemak ini

ditranspor ke sirkulasi hati terjadi sintesis dan sekresi lipoprotein densitas rendah

di dalamnyalipoprotein hati mengalami agregasi dengan kalsium dan

kolesterolmenarik plateletperlambatan aliran darahemboli.

Penanganan

Dapat diberikan heparin untuk menambah hidrolisis dan menghilangkan emboli

Kortikosteroid dapat mengurangi trauma jaringan paru

Infus dekstran membantu memperbaiki mikrosirkulasi pada organ

Bila terjadi kesulitan pernafasan bisa dipasang intubasi endotrakeal dan bila perlu

dapat dilakukan trakeostomi yang diikuti hiperventilasi pada penderita yang

mengalami anoksia otak.

Monitoring PO2,PCO2 dan pH arteri penilaian status metabolik yang terbaik

dan membantu menunjukkan hasil pengobatan.

Komplikasi lokal

Komplikasi lokal dapat terjadi lebih dini (beberapa minggu pertama setelah

cedera) atau belakangan (minggu sampai tahun setelah fraktur).

Infeksi

Infeksi lebih sering terjadi pada fraktur terbuka dibanding dengan fraktur tertutup.

Jadi ketika terjadi suatu fraktur terbuka maka harus dianggap berpotensi terkena

innfeksi dan diterapi dengan antibiotik dan dilakukan debridemen. Pada infeksi akut,

jaringan disekitar fraktur harus dibuka dan didrainase.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Non-union

Non union atau tidak terjadinya penyatuan tulang pada fraktur, dapat terjadi

akibat celah pada fraktur yang terlalu lebar dan interposisi non union. Gambaran

klinikya adalah gerakan yang tidak nyeri pada pasien fraktur dari penyatuan yang

terlambat. Ada 2 jenis non union, 1) bersifat hipertrfik, jika ujung-ujung tulang

membesar, menunjukkan aktivitas osteogenik. 2) bersifat atrofik, jika tidak ada

perkapuran di sekitar ujung tulang. Pada kelainan ini dapat diterapi, jika tidak

terdapat gejala maka tidak perlu diterapi, pada non union hipertrofik pemberian

bracing fungsional cukup untuk menginduksi penyatuan. Pada non union atrofik,

fiksasi saja tidak cukup dan cangkokan harus ditambahkan, juga dapat dilakukan

dengan mengeksisi setiap jaringan yang berserat yang berada diantara ujung-ujung

tulang, dan setiap deformitas juga perlu dikoreksi

Malunion

Malunion (posisi yangg tak memuaskan) dapat sisebabkan karena tidak

tereduksinyafraktur secara cukup, kegagalan mempertahankan reduksi ketika terjadi

penyembuhan, atau kolaps berangsur-angsur pada tulang yang osteoporotik atau

kominutif. Sinar_x untuk mengecek posisi fraktur ketika terjadi penyatuan. Ini

terutama dilakukan selama 3 minggu pertama ketika keadaan dapat beruba tanpa

tanda-tanda sebelumnya. Terapi dapat dilakukan dengan remanipulasi.

Kekakuan sendi

Kekekuan sendi ini dapat terjadi akibat edeme dan fibrosis pada kapsul, ligamen

dan otot di sekitar sendi, atau perlekatan dari jaringan lunak satu sama lain atau ke

tulang yang mendasari. Hal ini diperburuk dengan imobilisasi yang terlalu lama.

Terapi terbaik adalah pencegahan-dengan latihan yang mempertahankan sendi-sendi

tetap mobil sejak permulaan.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Ulkus dekubitus

Ulkus dekubitus ini terjadi kebanyakan pada manula atau pasien yang kumpuh.

Perawatan yang cermat dan pergerakan yang lebih awal dapat mencegah ulkus

dekubitus. Untuk terapinya sukar dilakukan karena mungkin diperlukan eksisi

jaringan nekrotik dan pencangkokan kulit.

Tendinitis

Tendinitis dapat menyerang tendon posterior tibialis setelah fraktur maleolus

medialis. Tendinitis dapat dicegah dengan reduksi yang tepat, kalau perlu dengan

operasi terbuka.

Ruptur tendon

Ruptur tendon ekstensos polisis longus dapat terjadi 6-12 minggu setelah fraktur

radius bagian bawah. Penjahitan langsung jarang berhasil, dan ketidakstabilan yang

diakibatkan dapat diterapi dengan memindahkan tendon ekstensos polisis longus ke

ujung distal tendon ibu jari yang robek. Ruptur belakangan pada kaput bisep panjang

setelah fraktur leher humerus biasanya tidak memerlukan terapi.

Kompresi saraf

Kompresi saraf dapat merusak saraf poplitea lateral kalau seorang lansia atau

pasien yang kurus berbaring dengan kaki posisi luar penuh. Kelumpuhan radialis

dapat terjadi akibat kesalahan dalam penggunaann penopang. Kedua keadaan itu

adalah akibat kurangnya pengawasan.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

B. FRAKTUR PADA ANAK-ANAK

Fraktur ekstremitas Superior

1. FRAKTUR SKAPULA

Fraktur scapula terjadi karena trauma langsung pada daerah scapula. Dislokasi

sendi bahu jarang ditemukan pada anak-anak, umumnya pada orang dewasa.

Gambaran Klinis

Ditemukan pembengkakan dan nyeri di daerah scapula

Pengobatan

Konservatif

2. FRAKTUR CLAVIKULA

Klavikula merupakan tulang yang pertama kali mengalami osifikasi pada embrio dan paling sering mengalami fraktur pada anak-anak.

Dapat terjadi karena trauma kelahiran atau trauma yang lain misalnya kecelakaan lalu lintas.

Mekanisme trauma

Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung pada posisi lengan terputar / tertarik keluar ( outstretched hand ), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula,

Gambaran KlinisResume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pembengkakan pada daerah klavikula yang terjadi beberapa hari setelah trauma. Hal ini terjadi setelah pembentukan kalus.

Pemeriksaan radiologis

Fraktus di bagian tengah klavikula paling sering ditemukan, bagian ini paling sering mengalami fraktur greenstick atau fraktur total.

Pengobatan

Pada anak-anak tidak memerlukan tindakan khusus, cukup dengan memasang mitela selama 23 minggu dan akan sembuh secara sempurna.

3. FRAKTUR HUMERUS

Fraktur epifisis humerus

Fraktur epifisis humerus adalah fraktur lempeng epifisis tipe II

Mekanisme trauma

Biasanya terjadi pada anak-anak yang jatuh dalam posisi hiper-ekstensi. Hampir

70 % fraktur lempeng epifisis adalah grade I (pergeseran fraktur kurang dari 5

mm) dan II ( pergeseran epifisis 1/3 terhadap fragmen distal )

Pemeriksaan Radiologis

Adanya pemisahan epifisis dan metafisis, dimana epifisis bersama-sama dengan

sebagian metafisis yang tetap terletak dalam ruangan sendi, sedangkan bagian

distal tertarik ke proximal.

Pengobatan

Fraktur yang masih batu terutama grade I tidak memerlukan reposisi. Pada grade

II reposisi dapat dilakukan dengan mudahdengan pembiusan umum kemudian

dipasang mitela, pada fraktur grade III dan IV harus dilakukan reposisi dengan

pembiuasan umum apabila tidak berhasil dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi

interna.

Fraktur metafisis humerus

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Biasanya tidak mengalami pergeseran. Terapi yang pas adalah konservatif.

Fraktur metafisis dengan pergeseran yang jauh biasanya bagian distal menembus

kea rah muskulus deltoid sampai subkutan, pada keadaan ini dibutuhkan operasi.

Fraktur diafisis humerus

Bisa terjadi karena trauma langsung atau trauma putar pada daerah

humerus.

Gambaran klinis

Terdapat pembengkakan dan nyeri pada daerah humerus. Harus diperhatikan apakah

fraktur humerus ini disertai kelumpuhan nervus radialis yang jarang ditemukan pada

anak-anak

Pengobatan

Dengan pemasangan gips sirkuler atau gips U selama beberapa minggu

Fraktur suprakondiler humeri

Sangat sering ditemukan pada anak-anak setelah fraktur antebraki. Ada 2 tipe :

a. Tipe posterior (tipe ekstensi)

99% dari seluruh jenis fraktur suprakondiler humeri. Pada tipe ini fragmen distal

bergeser kearah posterior.

b. Tipe anterior ( tipe fleksi )

Hanya merupakan 1-2 %. Disini fragmen distal bergeser kea rah anterior.

Mekanisme trauma

Tipe ekstensi Terjadi pada saat sendi siku hiperekstensi atau sedikit fleksi serta

pergelangan tangan dalam keadaan dorsofleksi.

Tipe fleksi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung sendi siku pada distal

humeri

Klasifikasi

Tipe 1 : terdapat fraktur tanpa pergeseran hanya retak berupa garis

Tipe 2 : tidak ada pergeseran, terjadi perubahan sudut antara humerus dan

kondilus lateralis (normal 40)

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Tipe 3 : terdapat pergeseran tetapi korteks posterior utuh serta masih ada

kontak antara kedua fragmen

Tipe 4 : pergeseran fragmen tanpa ada kontak sama sekali

A. Tipe ekstensi

Pergeseran fragmen distal dapat bergerak kearah :

- Posterior

- Lateral atau medial

- Rotasi

Gambaran klinis

Terdapat pembengkakan pada sendi siku

Pengobatan

Tipe 1 : dengan mitela akan sembuh10 hari – 2minggu

Tipe 2 : reposisi tertutup

Tipe 3 dan 4 : reposisi tertutup, apabila tidak berhasil dianjutkan untuk operasi

terbuka.

4. FRAKTUR RADIUS – ULNA

Lengan bawah dimana radius dan ulna dihubungkan dengan kuat oleh membrane

interosea, merupakan kesatuan yang utuh. Ligament anulare menahan dan

memperkuat sendi radio ulna proximal, sedangkan bagian distal radio-ulna dan sendi

radio-karpal dihubungkan dengan ligament radio-karpal dorsal dan volar.

Fraktur ulna dan radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengan, dan 1/3 distal.

Mekanisme trauma

Biasanya terjadi sewaktu tangan dalam keadaan out-stretched

Klasifikasi

Fraktur dapat berupa green-stick, kompresi atau total

Gambaran klinis

Ditemukan nyeri, pembengkakan atau adanya krepitasi serta deformitas pada daerah

lengan bawah.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pengobatan

Fraktur pada ulna dan radius merupakan suatu jenis fraktur yang sulit diobati.

Pengbatan berdasarkan jenis fraktur. Prinsip pengobatan adalah reposisi tertutup.

Fraktur kaput radius dan leher radius

Biasanya terjadi pada anak umur 10 tahun (5-13 tahun). Mekansme terjadinya fraktur

adalah tangan dalam keadaan out-stretched hand, sendi siku dalam posisi ekstensi dan

lengan bawah dalam posisi supinasi.

Fraktur ini dibagi menjadi 3 tipe :

Tipe 1 : pergeseran 0-30 derajat

Tipe 2 : pergeseran 31-60 derajat

Tipe 3 : pergeseran 61-90 derajat

Diagnosis

Ditemukan pembengkakan dan nyeri daerah kaput radialis pada daerah aspek lateral

sendi siku.

Pengobatan

Fraktur tipe 1 pada anak umur di bawah 10 tahun dilakukan pengobatan konservatif

dengan pemasangan mitela. Pada anak yang lebih besar perlu dilakukan manipulasi

dengan pembiusan umum

Fraktur tipe 2 memerlukan manipulasi dengan pembiusan umum. Pasien tipe 3 perlu

dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi interna.

Komplikasi

Malunion

Fusi dini epifisis radius

Nekrosis avaskuler

Pembentukan tulang baru yang mengganggu pergerakan sendi siku

Sinostosis antara radius prox dan ulna

Fraktur 1/3 proximal ulna ( fraktur Monteggia )

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Fraktur 1/3 prox ulna disertai dengan dislokasi radius proximal disebut sebagai fraktur

Monteggia. Ditemukan lebih sering pada anak-anak daripada dewasa, dengan

perbandingan 2:1. Fraktur dapat bersifat terbuka maupun tertutup. Biasanya ditemukan

pada usia termuda 4 tahun, laki-laki 5 kali lebih sering daripada perempuan.

Mekanisme trauma

Dapat terjadi karena trauma langsung atau terjadi karena hiperpronasi dengan tangan

dalam keadaan outstretched.

Gambaran klinis

Penderita biasanya mengeluh nyeri, dan bengkak pada lengan bawah dan datang dengan

tangan dalam posisi fleksi dan pronasi.

Pengobatan

Pada fraktur terbuka sebaiknya dilakukan tindakan operasi segera disertai dengan fiksasi

ulna. Pengobatan pada fraktur tertutup pada anak dicoba dengan reposisi tertutup karena

angka keberhasilannya 50%.

5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS

Fraktur metacarpal dan falangs pada anak-anak jarang ditemukan.

Beberapa jenis fraktur yang biasa ditemukan :

Fraktur komunutif falangs distal

Fraktur falangs tengah

Fraktur metacarpal

Fraktur Bennett

Fraktur ekstremitas Inferior

1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR

A. Fraktur panggul

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Fraktur panggul sangat jarang ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan

orang dewasa.

Klasifikasi

Klasifikasi fraktur panggul pada anak-anak didasarkan aspek klinis :

Tanpa komplikasi, hanya berupa fraktur biasa tanpa pergeseran.tidak

ditemukan syok, tidak perlu transfuse darah serta tidak ditemukan komplikasi.

Fraktur dengan trauma pada organ-organ lain disertai perdarahan dan syok.

Fraktur dengan perdarahan massif dan segera

Gambaran Klinis

Fraktur panggul biasanya disertai dengan perdarahan.disamping gejala fraktur

panggul sendiri mungkin ditemukan tanda-tanda perdarahan pada organ lain.

Pengobatan

Fraktur panggul biasanya merupakan satu bagian trauma multiple.

B. Fraktur Leher femur

Pada anak-anak jarang ditemukan. Lebih sering pada laki-laki daripad perempuan

dengan perbandingan 3 : 2

Menakisme trauma

Biasanya karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan

biasanya disertai trauma pada tempat lain.

Gambaran klinis

Biasanya disertai trauma hebat dan nyeri di daerah panggul sehingga penderita

tidak dapat berjalan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rigiditas dan gangguan

pergerakan sendi panggul. Bila penderita disertai pergeseran, maka penderita

tidak dapat menggerakkan sendi panggulnya. Selain itu didapatkan nyeri tekan di

daerah panggul.

Pengobatan

Tergantung dari jenis dan pergeseran fraktur :

Konservatif

- Traksi kulit

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

- Spika panggul

Dilakukan pada penderita yang fraktur dengan pergeseran yang

minimal

Operasi

Apabila terjadi pergeseran fraktur.

Komplikasi

Nekrosis avaskuler

Koksa vara

Fusi epifisis dini

Delayed union dan nonunion

C. Fraktur diafisis femur

Fraktur diafisis femur sering ditemukan pada anak-anak dan harus dianggap suatu

fraktur yang dapat menimbulkan perdarahan dan syok.

Mekanisme trauma

Fraktur terjadi karena suatu trauma hebat dan lokalisasi yang palin sering adalah

pada 1/3 tangah diafisis femur.

Klasifikasi

Fraktur femur dibagi menjadi :

Subtrokanterik

Adduksi

Abduksi

Klasik

Posisi fraktur terjadi karena tarikan dan lokalisasi fraktur. Pada fraktur femur 1/3

proksimal, fragmen proksimal tertarik dalam posisi fleksi karena tarikan muskulus

illeopsoas, abduksi oleh muskulus gluteus medius dan minimus serta rotasi

eksterna oleh otot rotator pendek. dan gluteus maksimus.

Gambaran klinis

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Penderita biasanya datang dengan gejala trauma hebat disertai pembengkakan

pada daerah tungkai atas dan tidak dapat menggerakkan tungkai.terdapat

deformitas, pemendekan anggota gerak, dan krepitasi.

Pengobatan

1. Konservatif

Anak 0-2 tahun, traksi kulit menurut Bryant

Anak umur 2 tahun ke atas, traksi kulit menurut Hamilton-Russel

Anak yang lebih besar dapat dilakukan traksi tulang melalui kondilus

femur dengan menggunakan bidai dari Thomas dan penyangga dari

Pearson

Spika panggul, dilakukan setelah reposisi dan imobilisasai dengan

gips.

2. Terapi Operatif

Komplikasi

- Tulang yang tidak sama panjang setelah sembuh

- Malrotasi atau deformitas anguler

- Pembentukan spur yang menonjol pada otot yang mengganggu

pergerakan

- Kontraktur kuadrisep

2. FRAKTUR PATELA

Patella adalah tulang sessamoid terbesar dalam tubuh. Jarang sekali ditemukan

fraktur patella pada anak-anak.

Mekanisme trauma :

1. Trauma langsung pada patella yang menekan condyles femur sehingga

menyebabkan fraktur berbentuk bintang dan komunitif

2. Kontraksi tiba-tiba dan keras pada muskulus quadrisep dengan lutut dalam

keadaan fleksi, akan menyebabkan fraktur avulsi dengan garis fraktur

transversal disertai robekan pada ekspansi quadrisepResume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Gambaran Klinis :

- Nyeri

- Pembengkakan

- Ada cairan di dalam lutut

- Pasien tidak dapat melakukan ekstensi tungkai (jika ada robekan muskulus

quadrisep)

Pemeriksaan Radiologis :

Akan memberikan gambaran yang jelas tentang fraktur

Pengobatan :

Prinsipnya sama dengan fraktur patella pada orang dewasa. Apabila

terdapat hemartrosis yang banyak, sebaiknya dilakukan aspirasi secara steril.

1. Fraktur yang sangat minimal pergeserannya dan fraktur komunitif yang

tidak berserakan diatasi dengan gips sirkuler silinder dengan lutut dalam

posisi ekstensi.

2. Fraktur avulsi dengan pemisahan fragmen perlu dilakukan tindakan

operasi dan memperbaiki ekspansi quadrisep.

3. FRAKTUR TIBIA-FIBULA

FRAKTUR DIAFISIS TIBIA dan FIBULA

Fraktur diafisis tibia dan fibula bervariasi menurut umur penderita dan jenis

trauma yang terjadi. Pada bayi dn anak-anak yang muda, fraktur bersifat spiral

pada tibia dengan fibula yang intak.

Pada usia 3-6 tahun biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian medial

yang akan menimbukan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimal

dengan fibula yang intak.

Pada usia 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversal dengan atau tanpa

fraktur fibula.

Fraktur tibia dan fibula dapat bersifat tertutup arau terbuka.

Pengobatan :

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pertimbangkan pengobatan konservatif dengan pemasangan gips sirkuler

di atas lutut dengan sedikit fleksi.

Operasi dialkukan apabila ada indikasi seperti fraktur terbuka, malunion,

atau nonunion (jarang ditemukan).

4. FRAKTUR TULANG-TULANG PADA KAKI

1. Fraktur Talus

Jarang ditemukan dan dapat terjadi fraktur pada daerah leher, badan, atau pada

dinding lateral yang merupakan suatu fraktur osteokondral

2. Fraktur kalkaneus

Jarang ditemukan pada anak-anak

3. Fraktur metatarsal

Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya menimbulkan gejala nyeri

yang sangat hebat. fraktur basis metatarsal disebut juga fraktur Robert-Jones.

C. FRAKTUR PADA ORANG DEWASA

Fraktur ekstremitas Superior

1. FRAKTUR SKAPULA

Mekanisme cidera

Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur, yang biasanya juga

mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat mengakibatkan dislokasi pada

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

sendi sternoklavikular. Leher scapula dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau

jatuh pada bahu. Prosessus korakoideus dapat mengalami fraktur pada dasrany atau

mengalami avulsi pada ujungnya. Fraktur pada akromion adalah akibat kekuatan

langsung. Fraktur pada pinggir glenoid dapat terjadi bersama dislokasi bahu.

Gambaran klinik

Lengan ditahan tak bergerak dan mungkin terdapat memar hebat pada scapula

atau dinding dada. Fraktur pada badan scapula sering menyertai cidera dada yang

hebat.

SINAR X

Film dapat memperlihatkan adanya fraktur kominutif pada badan scapula, atau

leher scapula dengan fragmen sebelah luar yang tertarik ke bawah oleh berat lengan

itu. Kadang – kadang retakan ditemukan pada akromion atau prosessus korakoideus.

CTscan berguna untuk menunjukkan adanya fraktur glenoid.

Terapi

Reduksi biasanya tak dapat dilakukan dan tak perlu. Pasien memakai kain

gendongan agar nyaman, dan sejak awal melakukan latihan aktif pada bahu, siku, dan

jari. Frakmen glenoid yang besar akibat fraktur-dislokasi pada bahu, harus diikat

dengan suatu skrup.

Komplikasi

Fraktur badan disebabkan biasanya oleh cidera pada dinding dada atau paru –

paru (cari pneumothoraks) dan pada semua fraktur scapula mungkin juga terdapat

cidera pleksus brakialis (pemeriksaan neuroligis).

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

2. FRAKTUR CLAVIKULA

Klavikula merupakan tulang yang pertama kali mengalami osifikasi pada

masa embrio dan paling sering mengalami fraktur pada anak – anak. Fraktur

klavikula biasanya terjadi karena trauma pada saat proses partus ,olahraga ataupun

kecelakaan lalu lintas.

Mekanisme trauma

Dapat terjadi karena trauma langsung maupun tidak langsung pada saat posisi

lengan terputar atau tertarik ke arah luar(out stretched hand).

Gambaran Klinis

Adanya poembengkakan pada daerah klavikula yang biasanya terjadi setelah

beberapa hari pasca trauma. Hal ini terjadi setelah pembentukan kalus.

Klasifikasi

fraktur klavikula dapat terjadi pada :

1. Sepertiga tengah

2. Sepertiga lateral

3. Sepertiga medial

Fraktur klavikula 1/3 tengah sering tejadi dan dapat prognosa buruk disbanding

lainnya karena klavikula bagian medial terangkat ke atas oleh tarikan otot

sternokleidomastoideus dan fragmen lateral tertarik ke bawah oleh muskulus

pectoralis mayos karena beban nerat badan

Pengobatan

1. Koservatif

Pengobatan konservatif dengan mitela verban bentuk delapan

2. Operasi

Seabgian besar fraktur klavikula dapat sembuh dengan baik . operasi dilakukan apabila ada

indikasi fraktur terbuka , adanya tekanan pada pembuluh darah , non union , fraktur 1/3

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

lateral serta penderita aktif yang segera akan kembali pada aktivitas seperti biasanya. Operasi

dapat dilakukan dengan pemasangan pin Kirschner atau plate dan screw.

Komplikasi

1. Malunion

2. Kerusakan pembuluh darah atau paru-paru

3. Non union

4. Deformitas yang jelek berupa penonjolan tulang kea rah kulit.

5. Arthritis pasca traumatic

3. FRAKTUR HUMERUS

Fraktur pada humerus dapt terjadi mule dari proksimal(caput) sampai bagian

distal (kondilus) berupa:

1. fraktur leher

2. fraktur diafisis

3. fraktur tuberkulum mayus

4. fraktur suprakondiler

5. fraktur kondiler

6. fraktur epikondilus medialis

Fraktur epifisis humerus

Fraktur epifisis humerus adalah fraktur lempeng epifisis tipe II (Salter-Harris)

Mekanisme trauma

Biasanya terjadi pada anak-anak yang jatuh dalam posisi hiper-ekstensi,

misalnya jatuh pada saat mengendarai sepeda/kuda.

Klasifikasi

Klasifikasi fraktur menurut Neer-Horowitz :

Grade I : pergeseran fraktur kurang dari 5 mm

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Grade II : pergeseran epifisis 1/3 terhadap fragmen distal

Grade III : pergeseran 2/3

Grade IV : pergeseran melebihi 2/3

Tujuh puluh persen fraktur lempeng epifisis adalah grade I dan grade II

Pemeriksaan radiologis

Pada foto rontgen ditemukan adanya pemisahan epifisis dan metafisis,

dimana epifisis bersama-sama dengan sebagian metafisis yang tetap terletak

dalam ruang sendi, sedangkan bagian distal tertarik ke proksimal.

Pengobatan

Fraktur yang masih baru terutama grade I tidak memerlukan reposisi. Pada

grade II reposisi dapat dilakukan dengan mudah dengan pembiusan umum dan

setelah itu dipasang mitela. Pada fraktur epifisis humerus grade III dan IV harus

dilakukan reposisi dengan pembiusan umum dan apabila tidak berhasil dilakukan

operasi terbuka dengan fiksasi interna dengan menggunakan pin kecil.

Fraktur leher humerus

Fraktur leher humerus umumnya terjadi pada wanita tua yang telah

mengalami osteoporosis sehingga terjadi kelemahan pada tulang.

Mekanisme trauma

Biasanya penderita jatuh dan terjadi trauma pada anggota gerak atas.

Klasifikasi

a. fraktur impaksi

b. fraktur tanpa impaksi, dengan atau tanpa pergeseran

Pengobatan

Pada fraktur impaksi atau tanpa impaksi yang tidak disertai pergeseran

dapat dilakukan terapi konservatif saja dengan memasang mitela dan mobilisasi

segera pada gerakan sendi bahu. Bila fraktur disertai dengan pergeseran mungkin

dapat dipertimbangkan tindakan operasi.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Komplikasi

1. kekakuan pada sendi

2. trauma saraf yaitu nervus aksilaris

3. dislokasi sendi bahu

Fraktur diafisis humerus

Fraktur diafisis humerus biasanya terjadi pada 1/3 tengah humerus dimana

trauma dapat bersifat memuntir yang menyebabkan fraktur spiral dan bila trauma

bersifat langsung dapat menyebabkan fraktur tranversal, obliq pendek atau

komunitif. Fraktur patologis biasanya terjadi pada 1/3 proksimal humerus.

Gambaran klinis

Pada fraktur humerus ditemukan pembengkakan, nyeri tekan serta

deformitas pada daerah humerus. Pada setiap fraktur humerus harus diperiksa

adanya lesi nervus radialis terutama pada daerah 1/3 tengah humerus.

Pemeriksaan radiologis

Dengan pemeriksaan radiologist dapat ditentukan lokalisasi dan

konfigurasi fraktur

Pengobatan

Prinsip pengobatan adalah konservativ karena angulasi dapat tertutup oleh

otot dan secara fungsional tidak terjadi gangguan, disamping itu 1/3 kontak cukup

memadai untuk terjadinya union.

1. pengobatan konservatif dibagi atas:

-pemasangan U slab

-pemasangan gips tergantung

2. pengobatan operatif dengan pemasangan plate dan screw atau pin dari rush

atau pada fraktur terbuka dengan fiksasi eksterna.

Indikasi operasi :

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

1. fraktur terbuka

2. terjadi lesi nervus radialis setelah dilakukan reposisi

3. nonunion

4. penderita yang segera ingin kerja kembali.

4. FRAKTUR RADIUS – ULNA

Mekanisme cedera

Biasanya penyebabnya adalah jatuh pada tangan; kalau pada saat benturan

tubuh memuntir, daya geraknya dapat dengan kuat mempronasikan lengan bawah.

Kaput radius berdislokasi ke depan dan sepertiga bagian atas ulna patah dan

melengkung ke depan. Kadang-kadang daya penyebabnya adalah hiperekstensi.

Klasifikasi Fraktur dislokasi Monteggia menurut Bado:

1. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi

anterior kaput radius

2. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi

3. posterior kaput radii dan fraktur kaput radii

4. Fraktur ulna distal processes coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radio

5. Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan

fraktur 1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis

Gambaran Klinis

Pasien dengan fraktur-dislokasi Monteggia datang dengan siku yang bengkak,

deformitas serta terbatasnya ROM karena nyeri khususnya supinasi dan pronasi.

Kaput radius bisanya dapat di palpasi.Harus dilakukan pemeriksaan neurovascular

dengan teliti oleh karena Bering terjadi cedera saraf periper n radialis atau PIN.

Teknik Penanganan terapi konservatif dan operasi

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Metode Penanganan Konservatif

Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan posisi tangan

berubah akibat rotasi

Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis patahnya

-   1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk dapat kesegarisan

fragmen distal supinasi

-   1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral

-   1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu

dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku.

Metode Penanganan Operatif

-   Empat eksposur dasar yang direkomendasikan

1. Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna

2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal

3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum radius

sampai ¼ distal shaft radius

4. Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal

-   Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat membantu untuk

memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan kecuali bila didapatkan lesi

vaskuler.

-   Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.

-   Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin

-   Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan dorsolateral pada

radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate sebaiknya diletakkan

pada sisi volar untuk menghindari tuberculum Lister dan tendon-tendon ekstensor.

-   Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis

Fraktur radius, ulna distal dan epifisis

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Merupakan fraktur tersering pada anak (82%) karena daerah metafisis anak

relative lemah.

Mekanisme trauma

Saat tangan terjatuh dalam keadaan outu stretched dimana pergelangan tangan

dalam posisi ektensi.

Klasifikasi :

1. Frakturs epifisis

Yang paling sering ialah fraktur epifisis radius distal pada umur 6-12

tahun. Umumnya tipe I dan II (salter harris).

Terapi : dillakukan reposisi tertutup dan dimobilisasi dengan gips sirkuler

selama 3 minggu.

2. Fraktur torus

Disebut juga fraktur buckle yang terjadi pada korteks di daerah metafisis.

Terapi : pemasangan gips sirkuler selama 3 minggu.

3. Fraktur green stick

Terjadi apabila ada robekan periosteum dan korteks pada daerah konveks

dari deformitas. Fraktur kebanyakan mengenai radius dan ulna.

Terapi : tidak semua perlu reduksi tertutup. Umumnya angulasi kurang

dari 20o pada anak umur 6-12 tahun tidak perlu reduksi tertutup, hanya

pemasangan gips sirkuler di atas siku posisi pronasi selama 3-4 minggu.

4. Fraktur total

Fraktur yang mengenai radius dan ulna bisanya menyamping sehingga

sulit direposisi.

Terapi : reposisi tertutup → gagal →reposisi terbuka dengan fiksasi

interna dan dipasang gips sirkuler selama 4 minggu tergantung umur

pasian.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

5. Fraktur galeazzi

Mekanisme cedera

Penyebab lazimnya adalah jatuh pada tangan; munkin disertai daya

rotasi. Fraktur radius pada sepertiga bagian bwah dan sendi radioulnar

inferior bersubluksasi atau berdislokasi. Cedera ini hampir merupakan

pasangan fraktur-dislokasi Monteggia

Gambaran klinik

Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia.

Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang

mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang

sering terjadi.

Sinar-X

Fraktur melintang atau oblik yang pendek ditemukan pada sepertiga

bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi

radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi.

Terapi

Seperti halnya fraktur moteggia, langkah yang paling penting adalah

memulihkan panjangnya tulang yang mengalami fraktur. Pada anak-anak

reduksi tertutup sering berhasil. Pada orang dewasa, reduksi terbaik

dicapai dengan operasi terbuka dan pemasangan plat pada radius. Sinar-X

dilakukan untuk memastikan bahwa sendi radioulnar telah tereduksi.

Lengan diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu, setelah itu gerakan

aktif dianjurkan.

5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Fraktur radiokarpal

Fraktur pada radius dapat memasuki sendi pergelangan tangan, menyebabkan (1)

fraktur osteoartikular yang sederhana. (2) fraktur osteoartikular kuminutif atau (3)

fraktur-subluksasi pada pergelangan tangan.

Fraktur stiloid radius

Cedera ini disebabkan oleh deviasi radius secara pakasa pada pergelangan tangan

dan dapat terjadi setelah jatuh, atau bila pegangan starter menendang balik. Garis

fraktur bersifat melintang, meluas ke lateral dari permukaan sendi radius; fragmen,

jauh lebih besar daripada siloid radius, sering tak bergeser.

Kalau terdapat pergeseran, fraktur perlu direduksi, dan pergelangan tangan

dipertahankan dalam deviasi ulnar dengan slab gips yang mengelilingi bagian luar

lengan bawah yang membentang dari bawah siku sampai leher metacarpal. Reduksi

yang tak sempurna dapat mengakibatkan oestoartritis; karena itu kalau reduksi

tertutup tak sempurna fragmen harus disekrup kembali, atau dipertahankan dengan

kawat kirschner.

Fraktur kominutif

Jika radius bagian bawah tidak patah secara melintang di atas pergelangan tangan

seperti pada fraktur Colles, mungkin terdapat fraktur berbentuk T pada sendi, atau

radius bagian bawah mungkin kominutif. Reduksi tertutup yang tepat jarang berhasil,

tetapi harus dilakukan upaya untuk memulihkan panjang dan penjajaran (alignment)

lengan bawah. Reduksi ini terbaik dicapai dengan ligamentotaksis (traksi pada

ligament) dengan fiksator luar. Sekali fraktur merekat ( biasanya 6-8 minggu) fiksator

dilepas dan dianjurkan melakukan gerakan pergelangan tangan; dengan alat Pennig,

gerakan pergelangan tangan dapat dimulai (walau fiksator masi pada tempatnya.

Fraktur sublukasi volar (fraktur barton)

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Cedera ini, yang kadang-kadang dikira fraktur simth berbeda dari fraktur smitha

dalam hal garis frakturnya bersifat oblik dari bibir vilar radius sampai ke dalam sendi

pergelangan tangan: fragmen distal bergeser ke anterior; membawa serta karpal ke

anterior. Karena fragmen kecil dan tak berpenyangga, fraktur bersifat tidak stabil.

Terapi Fraktur dapat direduksi dengan mudah, tetapi mudah pula bergeser

kembali. Dianjurkan untuk memelakukan fiksasi internal, dengan plat dinding

penopang anterior yang kecil.

Fraktur-subluksasi dorsal

Kadang-kadang ini disebut fraktur barton dorsal di sini garis fraktur bersifat oblik

pada bibir dorsal radius dan karpal terbawa ke posterior.

Terapi, fratur ini lebih mudah dikendalikan daripada fraktur barton volar. Fraktur

ini direduksi secara tertutup dan lengan bawah diimobolissasi dalam gips selama 6

mingggu. Kalau ini bergeser lagi, sebaiknya dilakukan reduksi terbuka dan

pemasangan plat.

Komplikasi

Dini

Cedera yang berkaitan pada karpal harus disingkitkan dengan pemeriksaan

sinar-X yang cermat.

Pergeseran tulang terdapat kecenderungan yang kuat pada fraktur Barton

untuk bergeser ulang kalau fraktur ini dipertahankan dalam gips; sebab itu

sebaiknya dilakukan fiksasi internal

Belakangan

Ketidakstabilan karpal. Ketidak stabilan karpal yang kronis dapat terjadi

setelah fraktur-subluksasi.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Ostoartritis sekunder. Dapat terjadi lama setelah itu, tetapi

ketidakmampuan biasanya tidak berat,

Fraktur skafoid karpal.

Fraktur skafoid merupakan hampir 74% dari semua cedera karpal, tetapi cedera ini jarang

terjadi pada manula dan anak-anak. Pada fraktur yang tak stabil mungkim kiga terdapat

kerusakan pada ligament skafolunatum dan rotasi dorsal lunatum

Mekanisme cedera

Skafoid terletak secara oblik di seberang dua deret tulang-tulang karpal,

dan juga pada garis pembebanan di antara ibu jari dan lengan bawah. Kombinasi

gerakan paksa dan daya tekanan pada karpal, seperti jatuh pada tangan yang ber-

dorsifleksi, menghasilkan tekanan hbat pada tulang dan hal ini cenderung

mengakibatkan fraktur. Sebagian besar fraktur skafoid bersifat stabil; pada fraktur

yang bersifat tidak stabil fragmen dapat bergeser dan ini sering berhubungan

dengan ketidakstabilan karpal dan kemiringan dorsal, pada lunatum.

Persediaan darah pada skafoid berkurang di bagian proksimal. Ini dapat

menerangkan fakta bahwa 30% dari fraktur sepertiga pertengahan, dan dua kali

jumlah itu pada fraktur proksimal, mengakibatkan nekrosis avaskular pada

fragmen proksimal.

Gambaran klinik

Penampilan mungkin seakan-akan normal, tetapi pengamat yang cermat

biasanya dapat mendeteksi kesan penuh dalam kotak anatomis; nyeri tekan yang

dilokalisasi secara tepat pada situasi yang sama merupakan tanda diagnostic yang

penting. Tekanan prosimal disepanjang poros ibu jari mungkin hanya terasa nyeri.

Sinar-X

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Foto anteroposterior, lateral dan oblik semua penting; fraktur yang baru

terjadi sering hanya terlihat pada foto oblik. Garis fraktur biasanya melintang, dan

pada bagian tulang yang tersempit (pinggang), tetapi pada garis fraktur ini

mungkin terletak di bagian yang lebih proksimal. Kadang-kadang hanya tuberkel

skafoid yang mengalami fraktur.

Sangatlah penting untuk mencari tanda-tanda pergeseran atau

keridakstabilan yang halus pembukaan garis fraktur, angulasi pada fragmen distal,

kelainan pada skafoid dan, kadang-kadang, pola DISI pada sinar-X lateral

Beberapa minggu setelah cedera, fraktur dapat semakin jelas; kalau

penyatuan bersidat lambat, kavitasi akan muncul pada salah satu sisi fraktur.

Fraktur yang tak menyatu dan sudah lama mempunyai daera pinggiran yang

keras, sehingga tampak seolah-olah terdapat tulang karpal ekstra. Sklerosis yang

abnormal pada fragmen prosimal merupakan patognomonik untuk nekrosis

avaskular.

Terapi

Fraktur pada tuberkel skafoid tidak memerlukan pembebatan dan harus

diterapi seperti keseleo pergelangan tangan dengan pembalut krep dan dianjurkan

melakukan gerakan lebih awal. Fraktur skafoid yang lain diterapi sebagai berikut.

Fraktur yang tak bergeser tidak memerlukan reduksi, dan terapinya adalah

digips. Terapi pergeseran, yang sering minimal, biasa terjadi dan, meskipun terapi

dengan gips dapat berhasil, lebih baik fraktur direduksi secara terbuka dan

difiksasi dengan sekrup kompresi

Baik diperlukan reduksi terbuka atau tidak, pangkal lengan harus benar-

benar diimobilisasi. Gips dipasang dari lengan bawah bagian atas sampai tepat di

dekat sendi metakarpifalangeal jari, tetapi menyertakan ruas jari proksimal ibu

jari. Pergelangan tangan dipertahankan berdorsifleksi dan ibu jari ke depan dalam

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

posisi memegang gelas. Gips harus dibentuk dengan hati-hati sesuai lekukan

tangan, dan tidak dibelah. Gips ini dipertahankan selama 6 minggu.

Setelah 6 minggu gips dilepas dan pergelangan tangan diperiksa secara

klinik dan secara radiologic. Kalau ridak ada nyeri tekan dan sinar-X

menuinjukkan tanda-tanda penyembuhan, pergelangan tangan dibiarkan bebas;

penyatuan radiografik lengkap dapat memakan waktu beberapa bulan.

Kalau pergelangan tangan terasa nyeri, atau fraktur masih terlihat pada

pemeriksaan sinar-X, gips dipasang ulang selama 6 minggu lagi. Pada stadium itu,

salah satu dari tiga gambaran berikut dapat muncul. (1) pergelangan tangan tidak

nyeri dan fraktur telah sembuh-gips dapat dibuang.(2) pemeriksaan sinar-X

menunjukkan resorpsi dan kavitasi tulang di sekitar fraktur- ini adalah

penyembuhan lambat. Penyembuhan dapat dipercepat dengan pencangkokan

tulang. (3) terdapat non union

Komplikasi

Nekrosis avaskular, fragmen proksimal dapat mati, terutama akibat fraktur

kutub proksimal, dan kemudian setelah 2-3 bulan fragemen ini tampak padat pada

pemeriksaan sinar-X. meskipun revaskularisasi dan penyatuan secara teoritis

dapat terjadi, keduanya dapat memakan waktu beberapa tahun. Pencangkokan

tulang, seperti untuk penyatuan lambat dapat berhasil. Dan dalam hal ini tulang,

meskipun abnormal, secara structural tetap utuh. Kalau pergelangan tangan terasa

nyeri, fragmen yang mati dan stiloid radius harus di eksisi

Non-union, setelah 6 bulan mungkin telah jelas bahwa fraktur tidak akan

menyatu. Pencangkokan tulang mungkin masi dapat dicoba, terutama pada pasien

yang lebuh muda dan lebih aktif. Kalau skafoid telah kolaps, cangkokan harus

dilakukan untuk memulihkan posisi dan panjangnya tulang; stabilitas dapat di

perkuat dengan memasang suatu sekrup.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pada pasien yang usianya lebih tua, dan pasien yang benar-benar

asimptomatik, non union dapat di biarkan tanpa terapi. Kadang-kadang pasien

pertama kali dating dengan keluhan keseleo, tetapi pemeriksaan sinar-X

memperllihatkan fraktur non-union yang sudah lama disertai sklerosis pada

pinggirannya;3-4 munggu dalam gips sudah cukup membuatnya nyaman dan

tidak diperlukan terapi yang lebih jauh. Non-union lama yang disertai kolaps

karpal dan nyeri dapat diterapi dengan (1) pembebatan pergelangan tangan

berkala; (2) wksisi stiloid radius, untuk mengurain tekanan pada skafoid; atau (3)

artrodesis pergelangan tangan.

Fraktur Colles

Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun1814adalah fraktur

melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal

fragmen distal. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula,

insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoprorisi pasca

menopause. Kerena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada

tangan yang terentang.

Mekanisme cedera

Benturan mengena disepanjang lengan bawahdengan posisi pergelangan

tangan berektensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa

dan fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pegeseran dorsal.

Fraktur Colles sering digilongkan berdasarkan apakah prosesus stiloideus

ulna juga mengalami fraktur, apakah sendi radioulnar terlibat dan apakah sendi

radiokarpal terlibat. Kita memilih untuk mempelajari secara terpisah fraktur yang

melibatkan sendi radio karpal; kelom[ok sisanya, yang utama diterapi dengan cara

yang sama dan dipelajari bersama-sama.

Gambaran klinik

Kita dapat mengenali fraktur ini dengan sebutan deformitas garpu makan

malam, dengan penonkolan pinggung pergelangan tangan dan depresi di depan.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pada pasien degnan sedikit deformitas munkin hanya terdapat nyeri tekan local

dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan

Sinar-X

Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan

prosessus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke

belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang

fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat

Terapi

Kalau fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur

dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekutar dorsum lengan bawah dan

pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.

Fraktur yang bergeser hatus direduksi di bawah anastesi. Tangan dipegang

dengan erat dan traksi diterapkan sepanjang tulang itu; fragmen distal kemudian

didorong ke tempatnya dengan menekan kuat pada dorsum dambil memanipulasi

pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian

diperiksa dengan sinar-X. kalau posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal,

membentang dari tepat dibawah siku sampai leher metacarpal dan dua-eprtiga

keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan

pembalut kain krep. Posisi fleksi dan deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari;

cukup 20 derajat saja pada tiap arah.

Lengan tetap ditinggikan sealam satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan

jari segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami

sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.

Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar-X yang baru; pergeseran

ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,

sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyetuan

secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut

kain krep sementara.

Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan

gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal

yang mentranfiksi radius dan pen distal, senaiknya mentransfiksi dasar-dasar

metacarpal kedua dan sepertiga. Suatu alat misalnya fiksator Pennig mempunyai

kelebihan dalam hal pergelangan tangan dapat digerakkan lebih awal. Apapun

metode fiksasi yg digunakan, hal yang paling penting adalah pasien harus dilatih

menggunakan sendi-sendi yang bebas secara teratur.

Komplikasi

A. Dini

Dini sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan

slab perlu dibuka atau dilonggarkan

Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf

medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi,

ligament karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan dalam saluran

karpal berkurang.

Distrofi reflek simpatetik. Mungkin amat sering ditemukan, tetapi

untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi sudeck.

Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari,

waspadalah jangan sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada sekitar 5% kasus,

pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda

ketidakstabilan vasomotor. Sinar-X memperlihatkan osteoporosis dan terdapat

peningkatan aktivitas pada scan tulang.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

B. Belakangan

Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena

pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan

dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak

diperlukan. Bila ketidakmampuan hebat dan pasien relative mufa, 2,5 cm

bagian bawah ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas

radius dikoreksi dengan osteotomi.

Penyatuan lambat dan non union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus

stiloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap

mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.

Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering

ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan

yang lama.

Atrofi sudeck, kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan kekakuan dan

pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat.

Rupture tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya terjadi beberapa

minggu setelah terjadi fraktur radius bagian bawah yang tampaknya sepele

dan tidak bergeser. Pasien harus diperingatkan akan kemungkinan itu dan

diberitahu bahwa terapi operasi dapat dilakukan.

Fraktur Smith

Smith mendeskribsikan fraktur yang sama dengan Colles 20 tahun kemudian.

Tetapi pada cedera ini fragmen distal bergeser ke anterior. Fraktur ini akibat jatuh pada

punggung tangan.

Gambaran klinik

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat

deformitas garpu-makan malam

Sinar-X

Terdapat fraktur pada metefisis radius distal; foto letral menunjukkan

bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior-sanget berlawanan dengan

fraktur colles

Terapi

Fraktur direduksi dengan traksi dan ekstensi pergelangan tangan, dan

lengan bawah diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu.

Fraktur ekstremitas Inferior

1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR

Fraktur leher femur

Epidemiologi :sering terjadi pada orang tua wanita terutama 60 tahun ke atas yang

disertai demham tulang osteoporosis

Mekanisme trauma:

Karena kecelakaan lalulintas atau jatuh dari tempat yang tidka terlalu tinggi seperti

terpeleset di kamar mandi, dimana panggul dalam keadaan flexi dan rotasi

Klasifikasi

Hubungan terhadap kapsul :

i. Ekstrakapsuler

ii. Intrakapsuler

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Sesuai lokasi

i. Sub capital

ii. Trans servikal

iii. Basal

Radiologis

i. Berdasar keadaan fraktur

1. Tidak ada pergeseran fraktur

2. Fragmen distal, rotasi eksterna, abduksi dan dapat bergeser ke

proksimal

3. Fraktur impaksi

ii. Berdasar Garden

Patologi

Kaput femur mendapat aliran darah dari 3 sumber :

Pemb darah intra meduler di dalam leher femur

Pemb darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi

Pemb darah dari ligament yang berputar

Fraktur pemb darah intramedular & retinakulum mengalami robekan, bila

terjadi pergeseran fragmen

Fraktur trans servikal fraktur yang bersifat intraskapuler yang mempunyai

kapasitas sangay rendah dalam penyembuhan karena adanya kerusakan pembuluh

darah, periosyeum yang rapuh serta hambatan dari cairan synovial.

Gambaran klinis

Nyeri di daerah panggul

Pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi lateral

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pemeriksaan Radiologis

Pengobatan

Konservatif

Terapi operatif

iii. Reduksi akurat dan stabil

iv. Imobilisasi

Pemasangan pin

Pemasangan plate dan screw

Artroplasti

Komplikasi

Umum

Nekrosis avasakuler

Non union

Osteoarthritis

Anggota gerak memendek

Malunion

Malrotasi eksterna

Koksavara

Fraktur daerah trokanter

Definisi

Disebut juga fraktur trokanterik (intertrokanterik) adalah semua fraktur yang terjadi

diantara trokanter mayor dan minor. Bersifat ekstraartikuler dan sering pada wanita

tua diatas 60 tahun

Mekanisme

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Jatuh dan mengalami trauma langsung pada trokanter mayor dan bersifat memuntir.

Keretakan diantara trokanter mayor dan minor dimana fragmen proksimal cenderung

bergeser secara varus dan dapat bersifat komunitif

Klasifikasi

Stabil

Tidak stabil korteks bagian medial remuk dan fragmen besar mengalami

pergeseran terutama trokanter minor

Klasifikasi 4 type :

1. Tipe 1 : melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran

2. Tipe 2 : melewati trokanter mayor disertai trokanter minor

3. Tipe 3 : disertai fraktur komunitif

4. Tipe 4 disretai fraktur spiral femur

Gambaran klinis

Riwayat trauma femur proksimal

Pemendekan anggota gerak bawah dan rotasi eksternal

Tidak bisa berdiri dan mengangkat kaki

Px radiologi

Pengobatan

Konservatif dengan traksi

Sebaiknya dipasang fiksasi interna agar fiksasinya kuat dan mobilitas yang cepat

pada orang tua

Komplikasi

Deformitas varus dan rotasi eksterna serta nonunion, tetapi jarang ditemukan.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Fraktur subtrokanter

Gambaran klinis

a. Anggota gerak bawah dalam kondisi memendek dan rotasi eksterna

b. Bengkak di daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan

Px radiologis

a. Fraktur dibawah trokanter minor

b. Garis bersifat transversal, oblik atau spiral sering komunitif

Pengobatan

Reduksi terbuka dan fiksasi interna dengan plate atau screw

Komplikasi

Nonunion dan malunion dapat dikoreksi dengan osteotomi dan bone grafting

Fraktur diafisis femur

Definisi

a. Disebabkan oleh trauma hebat

b. Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur

tetapi juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur hingga

bergeser

c. Selalu difikirkan ada perdrhan massif yang menyebabkan syok

Mekanisme

a. Fraktur spiral posisi kaki melekat erat pada dasar sambil terjadi putaran

yang diteruskan pada femur

b. Fraktur transversal dan oblik trauma langsung dan angulasi

Klasifikasi:

a. Terbuka

b. Tertutup

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

c. Simple

d. Komunitif

e. Fraktur Z

f. Segmental

Gambaran klinis

a. Penderita pada umumnya dewasa muda

b. Pembengkakan

c. Deformitas tungkai berupa rotasi eksterna

d. Mungkin syok

Px radiologis

Pengobatan

Terapi konservatif

A. Traksi kulit

B. Traksi tulang berimbang

C. Menggunakan cast bracing

Terapi operatif

- Pemasangan plate dan screw

- Mempergunakan K- Nail

- Fiksasi eksterna

Komplikasi

Komplikasi dini : Syok, Emboli lemak, Trauma PD besar, Trauma syaraf, Trombo –

emboli, Infeksi

Komplikasi lanjut : Delayed union, Nonunion, Malunion, Kaku sendi lutut, Refraktur

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Fraktur suprakondiler femur

Definisi

daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis

femur.

Mekanisme trauma

Tekanan varus dan valgus disertai kekuatan aksial dan putaran

Klasifikasi

i. Tidak bergeser

ii. Impaksi

iii. Bergeser

iv. Komunitif

Gambaran Klinis

Pembengkakan

Deformitas daerah suprakondiler

Pada pemeriksaan krepitasi

Pengobatan

Terapi konservatif

1. Traksi berimbang

2. Cast – bracing

3. Spika panggul

Terapi operatif

Komplikasi

Komplikasi dini

Penetrasi segmen fraktur ke kulit yang menyebabkan fraktur

terbuka

Trauma pembuluh darah besar

Trauma saraf

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Komplikasi lanjut

Malunion

Kekakuan sendi lutut

Fraktur suprakondiler femur dan fraktur interkondiler

Klasifikasi

Tipe 1 : fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T

Tipe IIA : fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagaian metafisis

(bentuk Y)

Tipe IIB : sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil

Tipe III : fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler tidak

total

Pengobatan

Terapi konservatif

Terapi operatif

Komplikasi

Trauma pembuluh darah

Kaku sendi

Osteoarthritis lutut

Fraktur kondilus femur

Klasifikasi

Tipe I : fraktur kondilus dalam posisi sagital

Tipe II : fraktur dalam posisi koronal dimana bagian posterior kondilus

femur bergeser

Tipe III : kombinasi antara sagital dan koronal

Gambaran klinis

Nyeri dan pembengkakan

Krepitasi sendi lutut

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pemeriksaan radiologis

Pengobatan :

Terapi konservatif

Terapi operatif

Komplikasi

- Trauma pembuluh darah dan syaraf

- Malunion

- Osteoarthritis

- Kekakuan sendi lutut

2. FRAKTUR TIBIA-FIBULA

Fraktur Eminensia Interkondiler Tibia

Eminensia Interkondiler ( tibia spine ) berada diantara kedua faset lateral dan

medial dan permukaan atas tibia. Sering terjadi pada umur 8 – 13 tahun Ini terjadi karena

avulsi ligamen krusiatumk baik posterior maupun anterior.

Mekanisme trauma

Terjadi karena lutut dalam posisi fleksi dan trauma dari depan mendorong femur

ke belakang dimana tibia dalam keadaan terfiksasi yang akan menyebabkan avulsi bagian

depan.

Klasifikasi ( Meyers dan McKeever )

Tipe 1

Terjadi avulsi dengan sedikit pergeseran dimana eminensia hanya mengalami

elevasi ringan.

Tipe 2

Terjadi avulsi dengan elevasi pada dasarnya 1/3 bag. Depan

Tipe 3

Terjadi avulsi dengan elevasi total dan dapat terjadi 2 bentuk.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

1. Lepas tanpa terbalik

2. Lepas dengan posisi terbalik tidak dapat sembuh.

Gambaran klinis

Trauma dengan hemartrosis secara cepat

Lutut dalam keadaan fleksi 10 – 30 derajat

Nyeri bila ekstensi

Pengobatan

Tipe 1 & tipe 2 dimobilisasi dengan silinder gips dalam keadaan lutut fleksi 20 –

3- derajat.

Tipe 3 di operasi dan fragmen yang terlepas difiksasi dengan jahitan yang dapat

di resorpsi dan bukan menggunakan screw.

Fraktur Tibia dan Epifisis Proksimal

a) Fraktur tibia epifisis proksimal

Jarang ditemukan pada anak – anak insidennya 0,8 % dari seluruh fraktur

lempeng epifisis. Paling sering tipe 2 menyusul tipe 3 dan tipe 4.

Pengobatan :

Pengobatan tipe 2 dengan reduksi tertutup dan dipasang gips 4 – 6 minggu

Tipe 3 & 4 operasi

b) Fraktur apofisis tuberkel tibia

Terjadi pada anak – anak 14 – 16 tahun

Apofisis tibia terletak pada pertengahan daerah tendo ekspansi otot kuadriseps.

Pengobatan :

Tipe 1 : pemasangan gips silinder dengan lutut dalam keadaan ekstensi.

Tipe 2 dan 3 : operasi dengan fiksasi bag. Fragmen menggunakan pin / screw

kecil.

Fraktur Diafisis Tibia dan Fibula

Bayi dan anak fraktur bersifat spiral pada tibia dengan fibula yg intak

Umur 3 - 6 tahun biasanya stress torsional pada tibia bagian medial

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Umur 5 – 10 tahun fraktur bersifat transversal dengan / tanpa fraktur fibula

Pengobatan :

Dengan pemakaian gips sirkuler di atas lutut dengan sedikit fleksi

Operasi ada indikasi fraktur terbuka.

Fraktur Epifisis Tibia Distal

Insidensinya 11 % dari seluruh fraktur epifisis pada anak – anak dan sering di

temukan pada umur 11 – 15 tahun.

Klasifikasi dan mekanisme trauma

Trauma abduksi paling sering di temukan yaitu 48 % dan menimbulakn fraktur

epifisis tipe 2 biasanya disertai fraktur diafisis fibula distal.

Trauma rotasi eksterna paling sering ditemukan ke dua yaitu 23 %. Terdapat

pemindahan ke posterior dari seluruh epifisis tibia distal disertai fragmen metafisis

tibia.

Trauma adduksi ditemukan sebanyak 14,5 %, merupakan trauma tipe 3 ( salter-

harris ) dan disebut juga fraktur Tillaux.

Trauma plantar fleksi Ditemukan 12,5 %, terjadi pemindahan seluruh epifisis

tibia ke arah posterior tanpa adanya fraktur fibula.

Trauma kompresi aksial jarang ditemukan yaitu hanya 9 %. Terjadi karena

trauma langsung epifisis tibia distal dan fragmen tulang dapat bergeser ke depan /

ke belakang.

3. FRAKTUR TULANG TARSAL

Fraktur tulang tarsal lainnya seperti tulang navikular, kuboid, dan kuneiform

dapat terjadi karena trauma langsung akibat kejatuhan benda berat. Pengobatan

biasanya secara konservatif dengan verban elastic atau gips sirkuler, kecuali bila da

pergeseran fraktur yang hebat maka diperlukan tindakan operatif.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

FRAKTUR TULANG-TULANG METATARSAL DAN FALANGS KAKI

Fraktur metatarsal disebabkan karena trauma langsung akibat kejatuhan benda

berat, karena trarikan otot pada trauma rotasi dan dapat pula karena fraktur stress (March

fracture)

Fraktur Metatarsal dapat terjadi pada:

1. Fraktur basis metatarsal V

Fraktur basis metatarsal V sering ditemukan, biasanya terjadi

karena trauma rotasi yang dipaksakan dalam posisi inverse. Ditemukan

nyeri tekan pada daerah basis metatarsal V. pemeriksaan radiologis dapat

menentukan diagnosis. Pengobatan sebaiknya menggunakan gips sirkuler

untuk mengurangi nyeri

2. Fraktur diafisis metatarsal

Fraktur diafisis metatarsal dapat terjadi karena trauma langsung

akibat kejatuhan benda berat. Fraktur bisa tunggal bisa juga pada beberapa

metatarsal

3. Fraktur leher metatarsal

4. Fraktur leher metatarsal

Dapat terjadi pada metatarsal dengan trauma yang sama pada diafisis

Pengobatan

Pengobatan fraktur yang tidak bergeserditujukan untuk mengurangi nyeri dengan

memasang verban elastic atau pemasangan gips sirkuler selama 3-4 minggu. Fraktur

dengan pergeseran yang hebat sebaiknya dilakukan operasi dengan memasang K-wire

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Fraktur tulang belakang

A. FRAKTUR VERTEBRA

Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma yg hebat,

sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi kerumah sakit penderita

harus diperlakukan secara hati-hati.

Trauma pada tulang belakang dapat mengenai :

1. Jaringan lunak pada tulang belakang yaitu ligamen, diskus, dan faset

2. Tulang belakang sendiri

3. Sumsum tulang belakang

Penyebab trauma tulang belakang :

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Kecelakaan olahraga

3. Kecelakaan industri

4. Kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan

5. Luka tusuk, luka tembak

6. Trauma karena tali pengaman ( Fraktur Chance)

7. Kejatuhan benda keras

Mekanisme Trauma

1. Fleksi

Terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada

vertebra. Vertebra mengalami tekanan sehingga remuk dan menyebabkan

kerusakan atau tanpa kerusakan ligamen posterior. Apabila terdapat kerukan

ligamen posterior maka frktur bersifat tidak stabil dan dapat terjadi subluksasi

2. Fleksi dan rotasi

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Suatu tauma fleksi yang bersama-sama dengan rotasi. Terdapat strain

dari ligamen dan kapsul, juga ditemukan fraktur faset. Pada keadaan ini terjdi

pergerakan ke depan / dislokasi vertebra diatasnya. Semua fraktur dislokasi

bersifat tidak stabil.

3. Kompresi Vertikal (aksial)

Trauma vertikal yg secara langsung mengenai vertebra yg akan

menyebabkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan memecahkan

permukaan serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk

dalam badan vertebra dan menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada

trauma ini elemen posterior masih intak sehingga fraktur bersifat stabil.

4. Hiperrekstensi atau retrofleksi

Biasanya kombinasi distraksi dan ekstensi. Keadaan ini sering

ditemukan pada vertebra servical. Ligamen anterior dan diskus dapat

mengalami kerusakan atau terjdi fraktur pd arkus neuralis. Fraktur biasanya

bersifat stabil.

5. Fleksi lateral

Kompresi atau trauma distraksi yg menimbulkan fleksi lateral akan

menyebabkan fraktur pada komponen lateral yaitu pedikel, foramen vertebra

dan sendi faset.

Klasifikasi

1. berdasarkan lokalisasi

a. fraktur prosesus tranversus

b. fraktur prosesus spinosus

c. fraktur badan vertebra

d. fraktur lamina

e. fraktur pedikel

2. berdasarkan stabilisasi

a. fraktur stabil

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

b. fraktur tidak satbil

3. menurut keterlibatan sumsum tulang belakang

a. fraktur tanpa mengenai sumsum tulang belakang

b. fraktur mengenai sumsum tulang belakang

konkusi spinal (syok spinal)

trauma akar saraf

trauma pada sumsum, total dan parsial

trauma kauda ekuina

Diagnosis

Anamnesis mengenai jenis trauma, apakah jatuh dari ketinggian,

kecelakaan lalu lintas atau olahraga.diperhatikan adanya tanda-tanda trauma dan

aberasi kepala bagian depan yang mungkin disebabkan karena trauma

hiperekstensi. Pemeriksaan tulang belakang dilakukan secara hati-hati dengan

memeriksa mulai dari vertebra servikal sampai vertebra lumbal dengan meraba

bagian vertebra, ligamen serta jaringan lunak lainnya. Pemeriksaan neurologis

lengkp jg dperlukan.

Pada setiap trauma tulang belakang harus dilakukan pemeriksaan yg teliti

thd trauma yg mungkin menyertai seperti trauma pada kepala, toraks, rongga

perut serta panggul.

Pemeriksaan Radiologis

1. pemeriksaan rontgen

pada fraktur G2 pemeriksaan posisi AP dilakukan secara khusus dengan

membuka mulut. Pemeriksaan AP, lateral, dan kadang-kadang oblik

dilakukan untuk menilai :

a. diameter anteroposterior kanal spinal

b. kontur, bentuk dan kesejajaran vertebra

c. pergerakan fragmen tulang dalam kanal spinal

d. keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosus

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

e. ketinggian ruangan diskus intervertebralis

f. pembengkakan jaringan lunak

2. pemeriksaan CT-scan terutama untuk melihat fragmentasi, pergeseran

fraktur dalam kanal spinal

3. pemeriksaan CT-scan dengan mielografi

4. pemeriksaan MRI terutama untuk melihat jaringan lunak yaitu diskus

intervertebralis dan ligamen flavum serta lesi dalam sumsum tulang

belakang.

Prinsip pengelolahan

pertolongan pertama

diprioritaskan pada jalan nafas serta ventilasi yang baik. Penderita yang

dicurigai mengalami trauma tulang belakang digerakan secara hati-hati

terutama untuk menjaga gerakan pada tulang belakang.

Pengelolahan awal di rumah sakit

Terutama ditunjukan pada berat ringanny trauma serta keadaan trauma

sendiri. Kerusakan sumsum tulang belakng perlu dirawat untuk mencegah

terjadiny decubitus serta komplikasi pd kandung kencing. Pemasangan kateter

untuk mengukur urine disertai pemberian cairan yang adekuat.

Pengobatan definitif

Tujuan :

a. Mempertahankan fungsi neurologis

b. Mencegah atau menghilangkan tekanan pada sumsum yang bersifat

reversibel

c. Stabilisasi tulang belakng

d. Rehabilitasi penderita

Prinsip pengobatan

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

1. Penderita tanpa kelainan neurologis

Trauma yang bersifat stabil dapat diobati dng memberikan penompang

pada tulang belakng dan mencegah trauma berikutnya.

Trauma yg bersifat tidak stabil perlu dipertahnkan agar tetap stabil sampai

jaringan sembuh dan tulang belakang menjdi stabil

2. Penderita dengan kelainan neurologis

Pada kelainan neurologis yang tidak total dan fraktur yang bersifat stabil

dapat ditindaki dng cara konservatif sedangkan apabila fraktur bersifat

tidak stabil maka dapat dipertimbangkan dekompresi dan stabilisai secara

operasi.

Kelainan neurologis total dapat terjdi berupa :

Gangguan neurologis bersifat sementara krn adanya syok spinal

yang dapat berlangsung selama 48 jam. Apabila gangguan ini

tidak hilang maka kelainan bersifat permanen.

Apabila trauma spinal tetap stbil dapat ditindaki secara

konservatif dan selanjutnya dilakukan rehabilitasi.

Apabila ada gangguan neurologis total dan fraktur yg bersifat

tidak stbil dapat dipilih pengobatan konservatif dengan tim

rehabilitasi lengkap atau dilakukan stabilisasi dengan opersi untuk

mempermudah perawatan.

1. VERTEBRA SERVIKALDapat meyebabkan kematian segera karena gangguan pernafasan. Biasanya

mengenai jaringan lunak seperti whiplash.

Klasifikasi

1. Berdasarkan patologi anatomi

a. Kompresi fraktur baji badan vertebra

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

b. Fraktur rekah badan vertebra

c. Ekstensi subluksasi

d. Fleksi subluksasi

e. Dislokasi dan fraktur dislokasi

f. Fraktur atlas

g. Fraktur dislokasi sendi atlanto aksial

h. Pergeseran jaringan lunak intra-spinal

i. Fraktur prosesus spinosus

2. Berdasarkan mekanisme trauma

a. Fleksi

b. Fleksi-rotasi

c. Ekstensi

d. Kompresi vertikal

Servikal strain ( Whiplash )

Trauma pada jaringan lunak yang dapat terjadi karena hiperekstensi yang

tiba-tiba. Servikal strain terjadi karena pergerakan badan penderita secara tiba-tiba ke

depan sedangkan kepala bergerak ke belakang. Ditemukan adanya strain atau

robekan pada ligament longitudinal anterior dan kerusakan diskus.

Gambaran klinis

Nyeri,kaku pada leher

Sakit kepala,mual, depresi, dan gangguan penglihatan

Parestesia pada lengan.

Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan yang mencolok

Pemeriksaan radiologis

Tidak ditemukan kelainan pada tulang servikalis

Pengobatan

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Analgesik + fisioterapi. Penderita pada umumnya sembuh setelah 4-8 minggu,

tetapi sebagian penderita tetap mengeluhkan rasa nyeri sampai bertahun-tahun.

Fraktur Vertebra Servikalis 1 (C-1) (Atlas)

Fraktur vertebra G1 biasanya terjadi oleh karena kompresi pada daerah kepala

oleh karena jatuh atau tertimpa benda berat pada kepala atau oleh karena kecelakaan

lalu lintas. Fraktur dapat tanpa disertai robekan (Tipe A) atau dengan robekan

ligamen transversum (Tipe B). Fraktur ini disebut jefferson.

Pada fraktur tipe A biasanya tidak ada gangguan pada kanalis neuralis, tidak

ada gejala neurologis dan fraktur bersifat stabil. Sedangkan pada tipe B fraktur

bersifat tidak stabil.

Pada fraktur vertebra servikal dapat terjadi :

1. Tanpa kelainan pada sumsum tulang belakang

Anamnesis ditemukan riwayat trauma dng spasme pada otot leher, nyeri yg

hebat pada bagian atas leher serta daerah oksipital. Pada pemeriksaan fisis

gerakan pada leher sangat terbatas. Pengobatan fraktur tanpa adanya

gangguan neurologis yaitu dengan traksi kepala menurut crutchfield cranial

tong atau blackburn tong selama 6 minggu. Dapat pula dilakukan pemasangan

gips Minerva.

2. Dengan kelainan pada sumsum.

Suatu kelainan yg serius dan perlu ditangani segera dng melakukan traksi

serta perawatn pd penderita dng kelainan tetraplegi.

2. TORAKAL

Disebabkan oleh karena trauma vertikal melalui aksis longitudinal dari tulang

belakang. Terjadi karena tertimpa beban dari atas atau jatuh dari ketinggian. Secara

normal tulang belakng berbentuk fleksi sehingga trauma yang terjadi akan

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

menyebakn gerakan fleksi yang lebih hebat. Kebanyakan trauma pada vertebra

torakal adalah trauma hiperfleksi dan jarang oleh karena hiperekstensi.

Mekanisme trauma

Penyebab fraktur :

1. Trauma vertikal sepanjang aksis longitudinal tulang belakng karena trauma

kepala atau dari bawah. Pada keadaan ini terjdi frktur rekah seperti pada trauma

vertebra servikal.

2. Trauma hiperfleksi terjadi fraktur dengan kolaps satu atau dua di depan dan

berbentuk baji yang akan memberikan kifosis.

3. Fleksi disertai dengan rotasi akan menghasilkan fraktur serta dislokasi sendi

intervertebra, dimana terjdi pergeseran vertebra di atas terhadap vertebra di

bawahnya.

Klasifikasi

Pada fraktur vertebra torakal yang stabil ligamen posterior utuh, tidak stabil

terjadi kerusakan pada ligamen posterior.

1. Fraktur prosesus transversus

2. Fraktur kompresi yang bersifat baji dari badan vertebra

3. Fraktur rekah badan vertebra

4. Dislokasi dan fraktur dislokasi

3. LUMBAL

Vertebra lumbal memiliki mobilitas yang lebih besar dibandingkan dengan

vertebra torakal.

Mekanisme trauma

Seperti pada vertebra torakal, fraktur pada vertebra lumbal dapat terjadi

karena trauma aksis longitudinal pada daerah kepala atau bokong.Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Klasifikasi

1. Fraktur prosesus transversus

2. Fraktur kompresi yang bersifat baji dari badan vertebra

3. Fraktur rekah badan vertebra

4. Dislokasi dan fraktur dislokasi

5. Trauma jack-knife

Karena trauma fleksi disertai dengan distraksi pada vertebra lumbal. Jenis

ini sering ditemukan pada trauma sabuk pengaman dimana badan terdorong

kedepan, sedangkan bagian lain terfiksasi. Ditemukan adanya robekan dari

ligamentum longitudinal atau fraktur pada tulang sendiri. Disebut juga fraktur

change dimana vertebra terbelah melalui prosesus spinosus dan badan vertebra.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

DISLOKASI

1. DISLOKASI SIKU

Dislokasi sendi siku sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anak.

Mekanisme trauma

Biasanya penderita jauth dengan keras dalam keadaan tangan out stretched

Patologi

Bagian distal dari humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior

sedangkan radius dan ulna mengalami dislokasi ke posterior, sehingga selalu terjadi

kerusakan yang hebat pada jaringan lunak kapsul dan muskulus brakialis yang

kadang-kadang mengalami robekan pada prosesus koronoid. Dislokasi pada

umumnya posterior atau posterolateral . arteri brakialis dan nervus medialis dapat

terangkat bersama-sama humerus kedepan. Dislokasi sering disertai fraktur prosesus

koronoid, kapitulum atau di bagian belakang.

Gambaran klinis

Terdapat trauma dengan pembengkakan yang hebat di sekitar sendi siku

sewaktu siku dalam posisi semi fleksi. Olekranon dapat teraba dibagian belakang

Pemeriksaan radiologis

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Dengan pemeriksaan radiologist dapat diketahui adanya dislokasi yang

mungkin disertai fraktur tulang sekitar sendi siku.

Pengobatan

Pada dislokasi sendi siku dilakukan reposisi secepatnya. Pada jam-jam

pertama, dislokasi dapat direposisi tanpa pembiusan umum. Setelah direposisi, lengan

difleksi lebih 90’ dan dipetrthankan dengan gips selama 3 minggu.

Komplikasi

1. kekauan sendi siku

2. trauma nervus medianus

3. miositis osifikasi

4. trauma arteri brakialis

2. DISLOKASI BAHU

Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada

anak-anak.

Klasifikasi

1. dislokasi anterior

2. dislokasi posterior

3. dislokasi inferior atau lukasi erekta

4. dislokasi disertai fraktur

1. Dislokasi anterior

Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi preglenoid, subkorakoid dan

subklavikuler

Mekanisme trauma

Dislokasi anterior merupakan kelainan yang sering ditemukan dan

biasanya penderita jatuh dengan tangan dalam keadaan out stretched atau trauma

pada scapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi lateral sehingga kaput

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

humerus menembus kapsul anterior sendi. Pada dislokasi anterior, kaput humerus

berada dibawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler.

Gambaran klinis

Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu.

Kontur sendi bahu menjadi rata caput humerus bergeser kedepan.

Pemeriksaan radiologis

Kaput humerus terlihat di depan dan medial glenoid.

Pengobatan

a. Dengan pembiusan umum

metode hipocrates

penderita dibaringkan di lantai, anggota gerak ditarik keatas dan

kaput humerus ditekan dengan kaki agar kembali ketempatnya

metode kocher

penderita berbaring di tempat tidur dan ahli bedah berdiri di samping

penderita.

Tahap reposisi menurut kocher:

o Sendi siku dalam posisi fleksi 90’ dan dilakukan traksi sesuai

dengan garis humerus

o Lakukan rotasi kea rah lateral

o Lengan diadduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh kea rah

garis tengah

o Lengan dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah dada

b. Tanpa pembiusan umum

Teknik menggantung

Penderita diberikan petidin atau diazepam agar tercapai relaksasi

yang maksimum. Kemudian penderita tidur tengkurap dan membiarkan

lengan tergantung di pinggir tempat tidur . setelah beberpa waktu dapat

terjadi reduksi secara spontan

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Penanganan setelah reposisi

Setelah reposisi berhasil, maka lengan harus difiksasi di daerah toraks

selama 3-6 minggu dan bila reposisi tidak dilakukan dapat terjadi dislokasi

rekuren

Komplikasi

a. kerusakan nervus aksilaris

b. kerusakan pembuluh darah

c. tidak terjadi reposisi

d. kaku sendi

e. dislokasi rekuran

Pengobatan

Dislokasi rekuren dengan frekuensi yang tinggi, memerlukan tindakan

operasi seperti operasi menurut putti-plat, Bristow dan bankrat

2. Dislokasi posterior

Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena

trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.

Gambaran klinis

Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian belakang sendi

Pemeriksaan radiologis

Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna

humerus

Pengobatan

Dilakukan reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi

eksterna, serta imobilisasi selama 3-6 minggu.

Dislokasi rekuren

Dislokasi rekurens posterior lebih jaran ditemukan dan juga memerlukan tindakan

opersi

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

3. Dislokasi inferior atau lukasi erekta

Kaput humerus mengalami jepitan di bawah glenoid dimana lengan mengarah

ke atas sehingga terjadi dislokasi inferior

Pengobatan

Dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior dan bila tidak berhasil dapat

dilakukan reposisi terbuka dengan opersi

3. Dislokasi disertai dengan fraktur tuberositas mayor humerus

Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur. Apabila dilakukan

reposisi pada dislokasi, biasanya fraktur akan tereposisi dan melekat kembali pada

humerus

3. DISLOKASI PANGGUL

Dislokasi panggul pada anak-anak karena trauma sering terjadi di Indonesia.

Umumnya ditemukan di bawah umur 5 tahun, dan lebih banyak pada anak laki-laki

daripada perempuan.

Dislokasi panggul dibagi dalam tiga tipe:

1. Dislokasi posterior

Tanpa fraktur

Disertai fraktur rim posterior yang tunggal dan besar

Disertai fraktur komunitif asetabulum bagian posterior dengan atau tanpa

kerusakan pada dasar asetabulum

Disertai fraktur pada caput femur

2. Dislokasi anterior

Obturator

Iliaka

Pubik

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Disertai fraktur kaput femur

3. Dislokasi sentral

Hanya mengenai dinding bagian dalam asetabulum

Fraktur sebagian dari kubah asetabulum

Pergeseran menyeluruh ke panggul disertai fraktur asetabulum yang komunitif

1. Dislokasi posterior dan dislokasi posterior disertai adanya fraktur

Mekanisme Trauma

Kaput femur dipaksa keluar ke belakang asetabulum melalui trauma yang

dihantarkan diafisis femur dimana sendi panggul dalam keadaan fleksi atau

semi fleksi

Dislokasi posterior diakibatkan trauma panggul posisi fleksi dan aduksi

misal benturan dengan panil depan mobil hingga femur yg terkena dalam

posisi fleksi,aduksi dan rotasi intern dengan tungkai tampak lebih pendek.

Klasifikasi

Menurut Thomson Epstein (1973):

Tipe I : dislokasi tanpa fraktur dengan fragmen tulang yang kecil

Tipe II : dislokasi dengan fragmen tunggal yang besar pada bagian

posterior asetabulum

Tipe III : dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif

Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum

Tipe V : dislokasi dengan fraktur kaput femur

Gambaran Klinis

Biasanya setelah trauma hebat

Nyeri

Deformitas sendi panggul

Sendi panggul teraba menonjol ke belakang dalam posisi adduksi, fleksi dan

rotasi interna

Pemendekan anggota gerak bawah

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pemeriksaan Radiologis

Tau disertai fraktur apa tidak

Pengobatan

Direposisi secepatnya dengan pembiusan umum disertai relaksasi yang

cukup

Sendi panggul difleksikan serta lutut difleksi 90˚ dan dilakukan tarikan pada

paha secara vertical

Stabilitas sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat didislokasikan denan

cara menggerakkan secara vertical

Tipe II : setelah direposisi fragmen yang besar difiksasi denan

screw

Tipe III,IV,V : reduksi tertutup

Perawatan Pasca Reposisi

Traksi kulit 4-6 minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan

menggunakan tongkat 3 bulan

Komplikasi

Dini

Kerusakan nervus skiatik

Kerusakan kaput femur

Kerusakan pembuluh darah

Fraktur diafisis femur

Lanjut

Nekrosis avaskuler

Miositis osifikans

osteoartritis

2. Dislokasi anterior

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Mekanisme Trauma

Dislok anterior jarang terjadi dan dislokasi ini memerlukan reposisi tertutup

Leher femur atau trokanter menabrak asetabulum dan terjungkir keluar mealui

robekan pada kapsul anterior

Terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau trauma dari

belakang saat jongkok dan posisi penderita dalam keadaan abduksi yang

dipaksakan

Sendi panggul fleksi dislokasi tipe obturator

Sendi panggul ekstensi dislokasi tipe pubik atau iliaka

Gambaran Klinis

Tungkai bawah rotasi eksterna, abduksi dan sedikit fleksi

Benjolan di inguinal, sehingga kaput emur dapat diraba dengan mudah

Sendi panggul sulit digerakkan

Pemeriksaan Radiologis

Posisi AP kurang jelas sehingga perlu posisi lateral

Pengobatan

Reposisi seperti dislokasi posterior

adduksi

Komplikasi

nekrosis avaskuler

3. Fraktur dislokasi sentral

Mekanisme Trauma

Kaput femur terdorong ke dinding medial asetabulum pada rongga panggul

Kapsul tetap utuh

Terjadi karena doronan yang kuat dari lateral atau jatuh dari ketinggian pada satu

sisi atau suatu tekanan melalui femur dimana panggul dalam keadaan abduksi

Gambaran Klinis

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pendarahan dan pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi posisi

normal

Nyeri tekan trokanter

Gerakan sendi panggul terbatas

Pemeriksaan Radiologis

Dengan jelas dapat diketahui pergeseran kaput femur menembus dining panggul

Pengobatan

Mereposisi fraktur dan mengembalikan bentuk asetabulum ke normalnya

Tanpa penonjolan kaput femur : traksi tulang 4-6 minggu

Kaput femur tembus asetabulum : traksi pada 2 komponen yaitu komponen

longitudinall dan lateral selama 6 minggu dan setelah 8 minggu dibolehkan

berjalan denan menggunakan penopang berat badan

Komplikasi

Kerusakan alat-alat dalam panggul yang dapat terjadi bersama-sama dengan

fraktur panggul

Kaku sendi merupakan komplikasi lanjut

Osteoarthritis

4. DISLOKASI LUTUT

Mekanisme trauma

Dislkasi terjadi apabila penderita mendapat trauma dari depan denagn keadaan

lutut fleksi. Dislkasi anterior ditemukan dimana tibia ke depan femur ,sehingga

menimbulkan kerusakan pada kapsu

Gambaran klinis

Trauma pada lutut disertai pembengkakan ,nyeri,hematrosis ,defiormitas

Pengobatan

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Reposisi dan manipulasi pembiusan harus dilakukan sesegera mungkin dan

dilakukan aspirasi hemartrosis dan dipasang bidai gips posisi selama satu minggu dan

pembengkakan menurun dipasang gips sirkuler di atas lutut selama 7-8 minggu. Jika

reposisi tidak stabil operasi untuk perbaikan ligamen.

Dislokasi pada vertebra

Trauma pada vertebra C-2 dapat menyebabkan odontoid bergeser kebelakang

pada kanalis spinalis. Subluksasi odontoid karena ligament transversum yang

melekatkan odontoid pada arkus anterior C-1,dislokasi terjadi apabila jarak antara

varkus anterior C-1 dan odontoid melebihi 3mm.

Kemudian bagian vertebra yang sering mendapatkan trauma adalah C-3 danT-

1,terjadi karena trauma fleksi dimana faset persendian bergerak ke depan terhadap

faset dibawahnya. Pengobatanya adalah dengan reduksi dan transi pada tengkorak

5. DISLOKASI PERGELANGAN KAKI

Mekanisme Trauma

Penyelidikan-penyelidikan mekanisme trauma pada sendi talocrural ini

telah dilakukan sejak lama sekali. Tapi baru setelah tahun 1942 oleh penemuan-

penemuan berdasarkan

Penyelidikan eksperimentil pada preparat-preparat anatomik, LAUGE

HANSEN Dari Denmark berhasil melakukan pem- bagian dari jenis-jenis trauma

serta berdasarkan pembagian ini hampir semua fraktur serta trauma dapat dibagi

dalam

5 dasar mekanismenya:

1. Trauma supinasi/Eversi.

Dalam jenis ini termasuk lebih dari 60% dari fraktur sekitar sendi

talocrural.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

2. Trauma Pronasi/Eversi.

Tidak begitu sering, hanya kurang lebih 7 -- 8% fraktur sekitar

sendi talocrural.

3. Trauma Supinasi/Adduksi

Antara 9 -- 15% dari fraktur sendir talocrural termasuk golongan

ini.

4. Trauma Pronasi/Abduksi.

Sekitar 6 -- 17% fraktur sendi talocrural.

5. Trauma Pronasi/Dorsifleksi

Sangat jarang terjadi tapi perlu disebutkan.

Banyak pengarang telah melakukan penyelidikan pada material klinis

mereka berdasarkan pembagian dari LAUGE HA NSEN ini. Satu hal yang

penting yang dapat selalu ditarik dari dasar pembagian ini adalah kita dapat

mengenal mekanismenya dari trauma dan kemudian setelah melihat penemuan

radiologik , menghubungkan trauma yang terdapat pada liga-men-ligamennya.

Mengenai trauma inversi juga telah dilakukan penyelidikan-penyelidikan

eksperimentil dan memang dapat dihasilkan secara eksperimentil tapi suatu

trauma inverse hampir tidak pernah akan ditemukan dalam kehidupan sehari- hari.

Perlu ditekankan kembali bahwa sprain , robekan ligament serta patah tulang pada

sendi talocrural adalah suatu kesatuan asteologi.

Diagnosa Klinik

Diagnosa pasti mengenai trauma pada sendi talocrural tidak dapat

didasarkan secara radiologik saja, karena pemeriksaan ini hanya akan

memberikan keterangan yang sedikit sekali mengenai kerusakan pada ligamenta.

Diagnosa pada sendi talocrural membutuhkan palpasi secara metodik oleh karena

kebanyakan struktur yang penting berada langsung dibawah permukaan kulit.

Lakukanlah palpasi pertama pada daerah yang paling tidak memberikan rasa

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

nyeri, dan singkirkan kemungkinan adanya Kerusakan dengan tidak terdapatnya

nyeri tekan setempat serta tidak adanya pernbengkakan pada daerah tersebut.

Misalnya kedua malleoli dapat diraba, dan bilamana tidak memberi rasa

nyeri pada penekanan maka kemungkinan frak-tur pada kedua nya kecil sekali.

Ligamenta yang mudah diperiksa antara lain adalah :

Medial ligamen.

Komponen fibulocalcaneal serta talofibular anterior dari ligamen lateral.

ligamen tibiofibular inferior. Bilamana ligamenta ini tidak nyeri pada perabaan

dan dapat itegangkan tanpa memberi rasa sakit, kemungkinan kerusakan adalah

kecil. Pada setiap pemeriksaan, lingkup gerak sendi arus diperiksa secara teliti.

Batasan dari gerak atau adanya rasa nyeri harus diperhatikan. Untuk mengetahui

stabilitas sendi talocrural perlu hubungan talus dengan kedua tangkai garpu

malleolar diperiksa. Penting pula diingat bahwa nyeri daerah ini mungkin juga

disebabkan oleh karena terdapatnya fraktur pada os calcaneus atau pada basis os

metatarsal ke lima

Diagnosa Radiologik

Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah

tulang atau disangka adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari

dua sudut, anteroposteriordan lateral sudah akan memberikan jawaban adanya

hal-hal tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan

lain.

Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan

sendi talocrural, suatu pandangananteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat

dilakukan. Suatu stress X-ray dapat dibuat untuk melihat berapa luas robekan dari

ligamen, hal ini terutama berguna untuk ligamenta lateral.

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Diastasis sendi (syndesmosis) tibiofibular distal penting sekali untuk

dikenali. Tapi tidak ada suatu cara khusus untuk melihat luasnya diastasis ini.

Suatu fraktur fibula diatas permukaan sendi talocrural (dapat sampai setinggi 1/3

proksimal fibula) secara tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian yang

sama), selalu harus diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis.

Diastasis juga jelas bila ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis. Tapi

bila tidak terdapat subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu diastasis.

Pengelolaan Klinik

Penting sekali dalam pengelolaan trauma sendi talocrural untuk membuat

suatu rencana yang baik. Pada waktu mula mula melihat suatu trauma sekitar

sendi ini, sebaiknya kitabedakan dahulu apakah trauma itu sesuatu yang stabil

atau tidak stabil.

Kita anggap trauma ini tidak stabil bila terdapat risiko kemungkinan

adanya suatu : (i) dislokasi, (ii) distorsi dan (iii) pelebaran dari ankle mortice.

Bilamana penderita itu datang dengan sudah berjalan pada kaki tersebut tanpa

terlihat adanya dislokasi, dapat dianggap bahwa trauma tersebut stabil. Bilamana

tidak stabil sudah dapat dipastikan bahwa struktur-struktur pada kedua sisi

(medial dan lateral) dari sendi talocrural ini rusak. Atau dengan kata lain bilamana

kerusakan itu hanya terdapat pada satu sisi maka trauma ini stabil dan penggunaan

salah satu cara immobilisasi boleh dilakukan (optional), tapi tidak mutlak.

Bilamana secara klinis sudah dapat dipastikan bahwa terdapat kerusakan

pada kedua sisi, maka kemudian kita fikirkan jenis yang mana dari trauma yang

kita hadapi. Paling sering tentunya adalah jenis yang dalam mekanisme trauma

sudah kita bahas yaitu jenis dengan kaki yang berputar keluar (twisting putwards),

rotasi eksternal, eversi dan abduksi. Sedangkan jenis yang jarang terjadi adalah

jenis berputar kedalam (twisting inwards), rotasi internal, inversi dan adduksi.

Pengelolaan Trauma Yang Stabil

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

1. SPRAINED ANKLE.

(Partial rupture of the lateral ligament) sering sekali terjadi, kadang-

kadang sukar sekali diobati.Tujuan utama pengobatan adalah mengurangi

pembengkakanserta mengurangi kekakuan. Penggunaan elastisch verband sangat

dianjurkan dan biarkan penderita tetap berjalan serta melakukan gerakan-gerakan

aktip pada sendi ini.

2. Ruptur komplit dari ligamen lateral.

Diagnosa setelah pemeriksaan klinis dipastikan dengan membuat Stress X-

ray. Harus diingat bahwa Stress X-ray hanya dapat dibuat dengan baik kalau

dilakukan anestesi lokal atau umum. Pendapat mengenai harus dilakukan

immobilisasi serta repair secara chirurgik belum dapat diterima. RUTH(1961)

mengemukakan perlunya tindakan chirurgik, sedangkanFREMAN (1965)

melaporkanhasil-hasil fungsionil yang jauh lebih baik bilamana hanya dilakukan

immobilisasi. Immo-bilisasi dilakukan dengan gips dibawah lutut selama enam

minggu.

3. FRAKTUR TERISOLIR DARI MALLEOL US LATERA-LIS.

Bilamana hanya sebagian tulang yang kecil teravulsi, ini dapat

diperlakukan sebagai suatu robekan ligamen lateral yang partial . Bilamana

fragmen lebih besar maka lebih baik dilakukan immobilisasi dengan gips selama

dua sampai tiga minggu, setelah mana mobilisasi dilakukan tapi dengan Partial

Weight Bearing, dan masih melakukan proteksi dengan elastisch verband.

Pengelolaan Trauma Yang Tidak Stabil

TWISTING -- OUT INJURIES.Pendapat mengenai trauma yang tidak

stabil ini masih berbeda hanya dalam tindakan konservatip (reposisi se-sempurna

mungkin) atau cara operatip. Persoalan lamanya immobilisasi keduanya sama

bahwa sekurang-kurangnya immobilisasi dilakukan selama dua bulan. Tidak perlu

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

kita tinjau alasan masing-masing, tapi pentingharus kita ingat bahwa beberapa

syarat harus dipenuhi yaitu :

1. Reposisi sesempurna mungkin sehingga tidak terdapa incongruity dari

permukaan sendi (ankle mortice).

2. Immobilisasi yang lama akan rnembawa akibat sisa berupa kekakuan. Akhir-

akhir ini tampak bahwa aliran operatip lebih banyak dilakukan tapi beberapa hal

perlu mendapat perhatian seperti adanya ketrampilan yang tinggi, adanya

peralatan untuk tin- dakan operatip yang sempurna dan mengerti dengan benar

mekanisme trauma. Kesulitan-kesulitan penggunaan cara konservatip adalah

terutama immobilisasi yang betul-betul rigid secara skintight plastering.

TWISTING-IN INJURIES.Trauma ini tidak begitu sering terjadi. Bilamana

ditemukan, pengelolaannya adalah sama dengan prinsip-prinsip twisting

outinjuries. Perbedaan pendapat konservatip dan operatip disinipun terjadi.

FRAKTUR DISLOKASI ANKLE

Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks, dimana talus duduk dan

dilindungi oleh maleloulus lateralis dan medialis yang diikat dengan ligament.

Mekanisme trauma:

Yang biasanya menimbulkan fraktur dislokasi adalah:

a. Trauma rotasi eksterna

b. Trauma kompresi vertical.

Klasifikasi

a. Tipe A: fraktur melaolus di bawah sindesmosis

b. Tipe B: fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulse maleolus

nedialis, dimana sering disertai dengan robekan ligament tibiofibular bagian depan

c. Tipe C: fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulse dari tibia disertai

fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Terjadi robekan pada sindesmosis.

Gambaran klinis:

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

Pembengkakan pada pergerakan kaki, kebiruan atau deformitas.

Pengobatan:

Diperlukan reduksi secara anatomis dan akurat serta mobilisasi sendi yang sesegera

mungkin. Pengobatan terdiri atas:

a. Konservasi

Pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di bawah lutut.

b. Operatif

Terdiri dari pemasangan screw, tension band wiring, pemasangan plate dan

screw.

Komplikasi

a. Vaskuler

b. Malunion

c. Osteoarthritis

d. Algodistrofi

e. Kekakuan yang hebat pada sendi.

Daftar Pustaka

1. Authors: Staheli, Lynn T.Title: Practice of Pediatric Orthopedics, 2nd Edition.

Copyright ©2006 Lippincott Williams & Wilkins

2. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics is the Fourth Edition of the

orthopedic surgery contribution to the Lange Current Series

Resume Skenario 2 Blok 13

Fraktur dan Dislokasi 2012

3. Greene: Netter's Orthopaedics, 1st ed.Copyright © 2006 Saunders, An Imprint of

Elsevier Edited by:Walter B. Greene, MDOrthoCarolina Charlotte, North Carolina

4. Rashaj, hairudin.2007. ilmu bedah ortopedi. Jakarta: PT.Yarsif watampone

5. Appley, graham.1995. ortopedi dan fraktur system edisi 7. Jakarta : Widya medika

6. Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

7. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

8. Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M.. 2005. Patofisiologi Edisi 6 Volume I1.

Jakarta: EGC.

9. http://hiperbarikterapi.wordpress.com/2009/07/20/14/

Resume Skenario 2 Blok 13