resume kompilasi skenario 2 [coccyx]
DESCRIPTION
.TRANSCRIPT
RESUME KOMPILASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2015
SKENARIO 2
MENGENALI MASALAH KESEHATAN DI KOMUNITAS
Dokter Fani baru lulus setahun yang lalu dan ditempatkan di Puskesmas terpencil di
Pulau Madura. Di ruang kerjanya, beliau sedang memikirkan kejadian seminggu terakhir
yakni terjadinya outbreak diare. Dengan berbekal ilmu epidemiologi yang didapatnya,
beliau mulai berpikir bahwa mata rantai penularan diare disebabkan sumber air yang tidak
layak. Di musim kemarau, mata air mengalami kekeringan sehingga warga banyak
mengandalkan air sungai yang biasanya untuk mandi, cuci, kakus (MCK) sebagai sumber
air minum. Beliau memiliki ide untuk membuat sumur bor. Di dinding ruang kerja dokter
tersebut terpampang berbagai data mengenai karakteristik demografi wilayah tersebut serta
angka morbiditas dan angka mortalitas. Di sana juga terdapat informasi mengenai insidensi dan
prevalensi berbagai penyakit seperti diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, tekanan darah
tinggi, dan indikator kesehatan lainnya. Data-data tersebut merupakan sumber informasi
yang digunakan untuk menentukan masalah kesehatan di wilayahnya, menentukan prioritas,
mengukur faktor risiko, menentukan hubungan berbagai faktor dalam proses terjadinya penyakit,
dan lain-lain. Masalah di Puskesmasnya yang terletak di daerah terpencil itu adalah
cakupan pelayanan yang rendah, tingkat edukasi yang rendah dan kurangnya akses
pelayanan.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Puskesmas
Unit Pelaksana Teknis Daerah kesehatan kabupaten/ kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Kemenkes No.
128 tahun 2004)
2. Terpencil
Daerah yang sulit dicapai, terasingkan, jauh dari yang lain, tersendiri.
3. Outbreak
Peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi normal secara mendadak
pada suatu komunitas, disuatu tempat terbatas, misalnya desa, kecamatan, kota, atau
institusiyang tertutup (misalnya sekolah, tempat kerja atau pesantren) pada suatu periode
waktu tertentu. (Bima Murti, 2013)
*Pandemi: wabah yg berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah
geografi yg luas.
*Endemi: Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun
cukup tinggi pada suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di
dalam dan “demos” yang artinya rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya
berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
4. Diare
Suatu penyakit yang ditandai buang air besar encer disertai lendir bahkan berbusa,
disebabkan oleh bakteri, virus, maupun parasit. Gejala awal dehidrasi karna cairan
banyak yang keluar/ hilang dari tubuh.
5. Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinasi
penyakit serta upaya pengendaliannya. Epidemiologi dibagi menjadi dua yaitu
epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik.
6. Mata Rantai Penularan
Mata rantai penulatan penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang
memungkinkan proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung.
7. Demografi
Ilmu statistik yang mempelajari populasi, termasuk masalah kesehatan, penyakit,
kelahiran, dan kematian (kamus saku Dorlan edisi 25)
8. Morbiditas
Rasio jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi (bisa kelompok
yang sehat atau kelompok berisiko) pada periode tertentu.
9. Mortalitas
Angka kematian per populasi dalam kurun waktu dan wilayah tertentu yang
digunakan sebagai indikator kesehatan
10. Insidensi
Gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu waktu tertentu disuatu kelompok masyarakat.
Angka insidensi adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada
priode waktu dan tmpat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk yang beresiko terkena
penyakit tersebut di pertengahan tahun.
11. Prevalensi
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan dalam
jangka waktu tertentu disuatu kelompok masyarakat tertentu.
Angka prevalensi adalah jumlah keseluruhan orang yang sakit yang
menggambarkan kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik
waktu tertentu
12. Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Infeksi yang mengenai bagian manapun saluran pernapasan, mulai dari hidung,
elinga tengah, ffaring, laring, bronchi, bronchioli, dan paru.
13. Tekanan Darah Tinggi
Kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri meningkat.jantung bekerja
lebih keras. Tekanan darah melibatkan dua pengukuran, sistolik dan distolik , tergantung
apakah otot jantung berkontraksi (systole) atau berelaksasi diantara denyut(diastole).
Tekanan darah normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik 100-140 mmHg
dan diastolic 60-90 mmHg . Tekanan darah tinggi terjadi bila terus menerus berada pada
140/90 mmHg atau lebih.
14. Indikator Kesehatan
Ukuran yang menggambarkan atau menunjukan status kesehatan sekelompok
orang dalam populasi tertentu.
15. Prioritas
Yang didahulukan dan diutamakan dari pada yang lain (KBBI).
16. Faktor Risiko
Karakteristik, tanda, atau kumpulan gejala pada penyakit yang diderita individu
yang mana secara statistik berhubungan dengan peningkatan kasus berikutnya.
17. Edukasi
Proses dalam berlatih dan belajar yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan.
PEMBAHASAN
1. Epidemiologi
Kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunai yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang
berarti Pada atau Tentang, DEMOS yang berati Penduduk dan kata terakhir adalalah LOGOS
yang berarti Ilmu Pengetahuan.
Beberapa pengertian epidemiologi:
Epidemiologi adalah “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi
(Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat
serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta faktor
yang terkait di tingkat populasi.
Ilmu epidemiologi sendiri memiliki tujuan yang spesifik (foundations of public health,2010),
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Menjelaskan etiologi/asal penyebab suatu penyakit.
Kita dapat mengetahui penyebab terjadi penyakit dalam suatu masyarakat, faktor
– faktor apa saja yang menimbulkan penyakit tersebut. Selanjutnya, data yang didapat
dari tujuan ini dapat digunakan untuk menenetukan dasar suatu program kesehatan di
masa yang akan datang.
b. Mengetahui seberapa sering penyakit muncul dalam suatu komunitas.
Kita dapat mengetahui penyakit apa yang sering terjadi dalam masyarakat.
Selanjutnya, dapat direncanakan pelayanan kesehatan apa saja yang harus diberikan
kepada masyarakat tersebut, tentunya setelah memiliki dasar dari program kesehatan
yang akan diberikan.
c. Mempelajari awal mula kemunculan penyakit.
Kita dapat mengetahui awal mula terbentuknya penyakit yang sedang terjadi di
masyarakat. Mulai dari ditemukannya penyakit pada beberapa hewan, penyebaran virus
dari hewan ke manusia, sampai terbentuknya penyakit pada manusia. Selanjutnya, dapat
diketahui tindakan – tindakan preventif yang dapat mnegurangi resiko terjadinya suatu
penyakit, dan memberi penilaian apakah tindakan pencegahan yang dilakukan adalah
tindakan efektif atau tidak.
d. Evaluasi tindakan medis yang dilakukan sebelumnya.
Yaitu, melakukan evaluasi terhadap berbagai tindakan yang telah dilakukan untuk
menekan penyakit yang ada dalam masyarakat. Selanjutnya, dapat digunakan sebagai
penilaian dari suatu metode dalam program kesehatan
e. Menentukan kebijakan yang diambil untuk ke depannya.
Tujuan akhir dari dari semua tujuan – tujuan di atas adalah ditetapkannya suatu kebijakan
yang merupakan tindak lanjut dari penyakit yang ada dalam masyarakat tersebut.
Ruang lingkup epidemiologi, Bustan (2006:13), dalam masalah kesehatan meliputi “6E”
yaitu:
1. Etiologi
Berkaitan dengan identifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lain.
Misalnya, etiologi dari kolera adalah vibrio cholerae.
2. Efikasi (Efficacy)
Berkaitan dengan efek/daya optimal yang dapat diperoleh dari pemberian
intervensi kesehatan. Efikasi dimaksudkan untuk melihat hasil atau efek suatu intervensi,
misalnya efikasi dari pemberantasan sarang nyamuk adalah menurunkan angka kejadian
penyakit demam berdarah.
3. Efektivitas (Effectiveness)
Efektivitas adalah besarnya hasil yang diperoleh dari suatu tindakan (intervensi)
dan besarnya perbedaan dari suatu tindakan yang satu dengan yang lain.
4. Efisiensi (Efficiency)
Efisiensi adalah sebuah konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat
diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang diberikan atau ditujukan untuk mengetahui
kegunaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi/biaya
yang dilakukan.
5. Evaluasi
Penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan atau program
kesehatan masyarakat atau melihat dan memberi nilai keberhasilan program seutuhnya.
6. Edukasi
Intervensi berupa peningkatan pengetahuan tentang kesehatan masyarakat sebagai
bagian dari upaya preventif penyakit.
Bidang Kajian Epidemiologi
1. Epidemiologi peyakit menular
Epidemiologi yang berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit menular dalam masyarakat.
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
Epidemiologi yang berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit tidak menular dalam masyarakat.
3. Epidemiologi klinis
Epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk
dapat membekali para klinisi dan dokter tentang cara pendekatan masalah melalui
disiplin ilmu melalui epidemiologi.
4. Epidemiologi kependudukan
Ilmu epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi dalam
menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang
demografi/kependudukan sera faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan
demografis yang terjadi dalam masyarakat.
5. Epidemiologi pengelolaan pelayanan kesehatan
Sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah mencari faktor
penyebab timbulnya suatu masalah secara menyeluruh dan terpadu.
6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Mempelajari serta menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh
keterpaparan pada lingkungan kerja.
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
Dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik
mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu maupun analisis berbagai
faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.
8. Epidemiologi gizi
Bertujuan untuk menganalisis berbagai faktor yang berhubungan erat dengan
timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang
berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat.
9. Epidemiologi perilaku
Menganalisis tindakan masyarakat yang berbeda di tiap orang berkaitan dengan
masalah kesehatan.
10. Epidemiologi genetika
Mempelajari variasi genetik dan interaksinya dengan faktor lingkungan sehingga
memanifestasikan suatu penyakit.
Metode – metode epidemiologi :
1. Epidemiolodi deskriptif
Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit
berubah menurut perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang,
tempat, dan waktu.
Tujuan epidemiologi deskriptif:
Memberikan informasi tentang distribusi penyakit, besarnya beban penyakit (disease burden),
dan kecenderungan (trend) penyakit pada populasi, yang berguna dalam perencanaan dan
alokasi sumber daya untuk intervensi kesehatan
Memberikan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit
Merumuskan hipotesis tentang paparan sebagai faktor risiko/ kausa penyakit.
2. Epidemiologi Analitik
Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi-
informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif.
Tujuan epidemiologi analitik:
Menentukan faktor risiko/ faktor pencegah/ kausa/ determinan penyakit
Menentukan faktor yang mempengaruhi prognosis kasus
Menentukan efektivitas intervensi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada
populasi.
Epidemiologi analitik dapat dibagi menjadi dua yakni :
1) Non eksperimental :
a) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan
sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
b) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor
penyebab penyakit.
c) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan
secara empiris fakto resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di
masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-
kota besar.
2) Eksperimental.
Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk
menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol,
terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi
eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a) Clinical Trial. Contoh :
Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah
terjadinya stroke.
Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus
Neonatorum.
b) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.
3. Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen kepada kelompok subyek,
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Manfaat epidemiologi yaitu :
1. Mempelajari riwayat penyakit. Dengan ini kit dapat memprediksi tren penyakit sehingga
dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat.
2. Diagnosis masyarakat. Epidemiologi memberikan gambaran penyakit, kondisi, cedera,
gangguan, ketidakmampuan, defek/caca tapa saja yang menyebabkan keasakitan,
masalah kesehatan atau kematian dalam suatu komunitas atau wilyah.
3. Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena merasa dapatmempengaruhi
kelompok maupun populasi. Setiap kelompok dikaji dengan menggunakan pengkajian
terhadap factor risiko dan menggunakan teknik pemeriksaan, misalnya: risiko kesehatan,
pemeriksaan, skrining kesehatan, tes kesehatn, pengkajian penyakit, dsb.
4. Sebagai pengkajian, evaluasi, dan penelitian.
5. Melengkapi gambaran klinis ilmu epidemiologi berguna dalam proses identifikasi dan
diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada atau bahwa seseorang
memang menderita penyakit tertentu.
6. Identifikasi sindrom. Epidemiologi membantu dalam menyusun dan menerapkan kriteria
identifikasi sindrom. Misal : sindrom down, fetal alcohol, dll.
7. Memungkinkan dilakukannya pengenendalian, pencegahan, dan pemusnahan penyebab
penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, dan kematian (Timreck 2004) .
Batasan Epidemiologi
Pada saat ini epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi
dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok menusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Dari batasan yang seperti ini, segera terlihat bahwa dalam pengertian
epidemiologi terdapat tiga hal yang bersifat pokok yakni:
a) Frekuensi masalah kesehatan
Frekuensi masalah kesehatan dini dimaksudkan untuk menunjuk kepada besarnya
masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk dapat mengetahui frekuensi
suatu masalah kesehatan dengan tepat ada dua hal pokok yang harus dilakukan yakni
menemukan masalah kesehatan yang dimaksud untuk kemudian dilanjutkan dengan melakukan
pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.
b) Penyebaran masalah kesehatan
Yang dimaksud dengan penyebaran masalah kesehatan disini ialah menunujuk kepada
pengelompokkan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang
dimaksudkan banyak macamnya, yang dalam epidemiologi dibedakan atas tiga macam yakni
menurut ciri-ciri manusia (man), menurut tempat (place), dan menurut waktu (time).
c) Faktor-faktor yang memengaruhi
Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi disini ialah menunujuk kepada
faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran
dan ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Untuk itu
ada tiga langkah pokok yang lazim dilakukan yakni merumuskan hipotesa tentang penyebab
yang dimaksud, melakukan pengujian terhadap rumusan hipotesa yang telah disusun dan setelah
itu menarik kesimpulan terhadapnya. Dengan diketahuinya penybab suatu masalah kesehatan,
dapatlah disusun langkah-langkah penanggulangan selanjutnya dari masalah kesehatan tersebut.
Segitiga Epidemiologi
Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias epidemiologi merupakan konsep
dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara tiga faktor utama yang berperan dalam
terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya yaitu: host, agen, dan lingkungan (Muliani, dkk.,
2010).
Lingkungan
Agen pejamu
Waktu
(masa inkubasi)
Segitiga Epidemiologi dalam bentuk lain :
1.
2. Pejamu kalah dengan penyakit
3. Pejamu bertahan atas penyakit
4. Ketidak seimbangan perkembangan lingkungan
Contoh : banjir
a. Faktor host/ penjamu (Tuan rumah)
Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi
tempat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit. Yang termasuk faktor
penjamu adalah:
H A
H
L
H : Populasi manusia yang beresiko sakit
A : Penyebab Penyakit
Karakteristik Agen :
1. Kemampuan hidup invitro
2. Daya tahan
3. Kemampuan berkembang biak
4. Sifat antigenik
5. Sifat mutagenik
L : Lingkungan
H A
H
L
H A
H L
H
A
H L
Genetika, faktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan.
Misalnya: buta warna, hemophilia, dan lain - lain.
Umur dan keadaan imunologis, mempengaruhi status kesehatan karena ada
kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu. Misalnya, pada balita karena
imunnya belum stabil, dan pada manula karena imunnya sudah menurun.
Jenis kelamin, mempengaruhi status kesehatan karena ad penyakit
yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan pada pria atau wanita saja.
Misalnya, kanker serviks pada wanita.
Etnis/ ras/ warna kulit. Mempengeruhi status kesehatan karena terdapat perbedaan
antara etnis/ ras tertentu. Misalnya, ras kulit putih lebih berisiko terkena kanker
kulit dibandingkan dengan ras kulit hitam.
Keadaan fisiologis tubuh, mempengeruhi status kesehatan. Misalnya, kelelahan,
kehamilan, pubertas, keadaan gizi dll.
Perilaku dan kebiasaan/ gaya hidup, mempengaruhi status kesehatan. Misalnya,
personal hygiene, hubungan antar pribadi dll.
Penyakit sebelumnya, mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit yang
jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya serangan kedua menimbulkan
kondisi yang lebih parah atau ada juga jika penyakit sebelumnya telah sembuh
maka risiko kambuh lebih kecil atau tidak terjadi (Muliani, Dkk., 2010).
b. Faktor Agen
Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infeksi yang
dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Faktor lingkungan
(Muliani, Dkk., 2010). Agent/ penyebab bibit penyakit terdiri dari biotis dan abiotis.
i. Penyebab biotis, khususnya terjadi pada penyakit-penyakit menular yang terdiri dari
lima golongan, yaitu: protozoa (plasmodium, amoeba), metazoa (arthopoda, helmintes),
Bakteri (salmonela), virus (dengue, polio), jamur (candida, Tinia algae).
ii. Penyebab abiotis, terdiri dari:
a. Nutrient agent: kekurangan/ kelebihan gizi
b. Chemical agent: pestisida, logam berat, obat, dan lain-lain.
c. Physical agent: suhu, kelembaban, panas, dan lain-lain.
d. Mechanical agent: pukulan, kecelakaan trauma dan lain-lain. (Kasjono, Dkk., 2008).
c. Environment
Lingkungan adalah semua faktor diluar individu yang dapat berupa
lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi. Yang termasuk faktor lingkungan adalah
lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi (Muliani,
dkk., 2010).
d. Time
Mempengaruhi masa inkubasi, harapan hidup penjamu atau pathogen dan durasi
penyakit
a. Faktor Environment adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi Host dan Agent
Fisik: iklim (kemarau dan hujan), geografis (pantai dan pegunungan),
demografis (kota dan desa)
Biologis: flora dan fauna
Sosial: migrasi/urbanisasi, lingkungan kerja, perumahan, bencana alam, perang,
banjir
b. Karakteristik Host
Resistensi: kemampuan Host untuk bertahan hidup terhadap infeksi (agent)
Imunitas: kemampuan Host mengembangkan sistem kekebalan tubuh, baik
didapat maupun alamiah
Infectiousness: potensi Host yg terinfeksi untuk menularkan penyakit yang
diderita kepada orang lain
c. Karakteristik Agent
Infektivitas: kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan
Host untuk mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host
Patogenesitas: kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis (penyakit)
pada Host setelah infeksi
Virulensi: kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang
menyebabkan kematian
Toksisitas: kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak jaringan
Host
Invasivitas: kesanggupan agent untuk penetrasi dan menyebar kedalam jaringan
Host
Antigenisitas: kesanggupan agent merangsang reaksi imunologis Host
(membentuk antibodi)
d. Karakteristik Environment
Topografi: situasi lokasi tertentu (letak/posisi/peta), baik alamiah maupun buatan
manusia, yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit tertentu (danau,
sungai, hutan, sawah)
Geografis: keadaan yang berhubungan dengan permukaan bumi (struktur geologi,
iklim, penduduk, flora, fauna) yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran
penyakit tertentu (tanah pasir atau tanah liat).
e. Portal of Entry dan Portal of Exit
Portal of entry: pintu masuknya Agent kedalam Host contoh: oral, kulit, nafas,
kemih
Portal of exit: pintu keluarnya Agent dari Host contoh: nafas, anal, darah, cairan
tubuh
1) Etika Epidemiologi
Etika epidemiologi pada dasarnya terdiri dari 3 unsur utama dan dapat digambarkan
sebagai keseimbangan hubungan segitiga antara truth (kebenaran), risk (risiko), dan
benefit (manfaat).
a. Truth (kebenaran).
Etika adalah pencari kebenaran, merumuskan kebenaran, menjadikan
pedomannya, dan berusaha menegakkan kebenaran itu secara adil.
b. Risk (risiko)
Etika selalu mempertimbangkan setiap kemungkinan risiko atau bahaya yang
mungkin terjadi dari setiap intervensi atau pelayanan.
c. Benefit (manfaat)
Etika selalu ingin melihat adanya nilai manfaat, kebaikan / keuntungan, tunjangan,
ataupun laba dari setiap kegiatan terkait etika. (M.N. Bustan, 2006)
Kewajiban Umum
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan profesi epidemiologi kesehatan dengan sebaik-baiknya.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
c. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi epidemiologi, seorang
Epidemiolog Kesehatan tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan
hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
d. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menghindarkan diri dari perbuatan yang
memuji diri sendiri.
e. Seorang Epidemiolog Kesehatan senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap
penemuan atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang
menimbulkan keresahan masyarakat profesi atau ilmuwan.
f. Seorang Epidemiolog Kesehatan memberi saran atau rekomendasi yang telah
melalui suatu proses analisis secara komprehensif.
g. Seorang Epidemiolog kesehatan dalam menjalankan profesinya harus memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan
keselamatan manusia.
h. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus bersifat jujur dalam berhubungan dengan
klien atau masyarakat dan teman seprofesinya dan berupaya untuk mengingatkan
teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau
kompetensi atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam menangani
masalah klien atau masyarakat.
i. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menghormati hak-hak klien atau
masyarakat, hak-hak teman seprofesi dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya dan
harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.
j. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang Epidemiolog Kesehatan harus
memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek
kelimuan epidemiologi secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta
berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
k. Seorang Epidemiolog Kesehatan dalam bekerja sama dengan para pejabat di
bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat,
Kewajiban Epidemiolog Kesehatan Terhadap Klien/Masyarakat
a. Seorang Epidemiolog kesehatan bersikap tulus, ikhlas dan mempergunakan segala
ilmua dan kompetensinya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau
masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu penelitian atau
penyelidikan dalam rangkapenyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi,
bekerja sama dan merujuk pekerjaan tersebut kepada Epidemiolog Kesehatan lain
yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib melaksanakan profesinya secara
bertanggung jawab.
c. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib melakukan penyelesaian masalah secara
tuntas dan keseluruhan dengan menggunakan ilmu dan metode epidemiologi serta
ilmu lainnya yang relevan.
d. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib memberikan informasi kepada kliennya
atas pelayanan yang diberikannya.
e. Seorang Epidemiolog Kesehatan berhak mendapatkan perlindungan atas praktek
pemberian pelayanan.
Kewajiban Epidemiolog Kesehatan terhadap Teman Seprofesi
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan memperlakukan teman seprofesinya sebagai
bagian dari penyelesaian masalah.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dan
teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang ada.
Kewajiban Epidemiolog Kesehatan terhadap Diri Sendiri
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus memperhatikan dan mempraktekkan hidup
bersih dan sehat , beriman menurut kepercayaan dan agamanya supaya dapat
bekerja dengan baik.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu
dan teknologi kesehatan yang berkaitan dan atau penggunaan ilmu, metodologi
dankompetensi epidemiologi.
Sumber Data Sebagai Batasan Epidemiologi
a. Karakteristik Demografi
Sebelum mengetahui kaitan antara karakteristik demografi dengan
epidemiologi, kita harus mengetahui terlebih dahulu makna demografi sendiri.
Demografi adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, territorial, komposisi
penduduk, dan perunahan serta sebab-sebabnya yang biasa timbul karena natalitas,
mortalitas, migrasi, dan mobilitas sosial.(Philip M.Hauser & Duddley Duncan,
1959).
Data-data seputar karakteristik demografi sendiri akan digunakan dalam
epidemiologi utamanya pada bagian studi deskriptif. Sedangkan dtudi deskripti
sendiri nantinya akan memberikan pengetahuan berupa data dan informasi tentang
perjalanan atau pola penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan, dan kematian dalam
suatu populasi.
Informasi kependudukan (demografi) yang biasanya digunakan adalah :
- Usia - Ras
- Gender - Pekerjaan
- Musim - Waktu
- Status Kawin - Etnik
- Lokasi Geografis - Agama
- Pendidikan
- Pendapatan
- Kelas Ekonomi-Sosial
Informasi kependudukan dan data statistic vital yang memang berguna untuk
bidang epidemiologi, kesehatan masyarakat, dan layanan kesehatan masyarakat dapat
diperoleh dari berbagai sumber data. Metode pengumpulan data sendiri, terbagi
menjadi lima, yaitu :
1. Wawancara
2. Kuesioner
3. Registrasi dan pencatatan
4. Hasil penelitian atau eksperimen
5. Review dan record/ publikasi
Fungsi dari pengumpulan data-data demografi ini sendiri adalah :
1) Memperlihatkan hubungan dan asosiasi antara penyakit, kondisi, dan kematian,
serta dampak yang disebabkan variabel-variabel di atas.
2) Hubungan sebab-akibat antara morbiditas dan mortalitas dengan variabel / faktor
dalam pengembangan progam pencegahan dan pengendalian penyakit.
Sedangkan tujuan utama dari pengumpulan data demografi ini adalah
menurunkan angka kematian, dan tujuan akhirnya yaitu memahami hubungan
penyebab penyakit dan kematian sehingga mampu meningkatkan status kesehatan
masyarakat.
Selain karakterisitik demografi, juga dikenal istilah statistik kesehatan, yang
tercantum dalam buku Ilmu Kesehatan Masyarakat oleh dr.Indan Entjang.Definisi
statistik sendiri adalah suatu pernyataan jumlah atau keterangan yang sebaik-baiknya
dinyatakan dengan angka dari data yang timbul dalam masyarakat. Fungsi statistik
sendiri adalah untuk menilai hasil kerja yang sudah dilaksanakan, serta untuk
dipergunakan sebagai bahan dalam menyusun rencana kerja untuk menghadapi masa
yang akan datang. Beberapa data yang penting untuk perencanaan dalam bidang
kesehatan.
1. Data demografi.
Yaitu data-data tentang jumlah penduduk beserta pembagiannya menurut umur
dan sex.Perubahan di dalam jumlah dan pembagiannya, menyebabkan perubahan
pula dalam pelayanan kesehatan.
2. Data vital statistik.
Yaitu tentang : angka kelahiran, angka kematian, perkawinan, dan sebagainya.
3. Data tentang kesehatan.
Yaitu tentang berbagai macam penyakit, morbidity, kasus-kasus penyebab
kematian, dan sebagainya.
4. Data tentang hygine dan sanitasi lingkungan.
Yaitu tentang : - Sumber air untuk rumah tangga.
- Cara pembuangan sampah, kotoran, dan air limbah.
- Keadaan perumahan dan sebagainya.
5. Data mengenai fasilitas kesehatan.
Yaitu tentang :
- Jumlah rumah sakit umum/khusus, puskesmas, dsb
Jumlah personil kesehatan dan sebagainya
6. Data tentang lembaga-lembaga pendidikan kesehatan.
7. Data mengenai sumber-sumber fisik seperti alat-alat kesehatan dan obat-
obatan.
8. Data mengenai anggaran kesehatan.
9. Angka Morbiditas, Insidensi, Prevalensi
2. Insidensi dan Prevalensi
Insidensi
Gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada
suatu waktu tertentu pada suatu kelompok masyarakat.Untuk dapat menghitung angka
insidensi, sebelumnya harus tahu dulu data jumlah penderita baru dan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit baru (population at risk). Penduduk yang kebal terhadap
suatu penyakit tidak diikutkanSecara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :
a. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka
waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Tujuan dari Insidence Rate adalah :
Mengukur angka kejadian penyakit
Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas
Perbandinagan antara berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda
Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh determinan tertentu
Manfaat Incidence Rate adalah :
Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada
saat yang sama.
Manfaat Attack Rate adalah :
Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit. Makin tinggi
nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan Penyakit tersebut.
c. Secondary Attack Rate
Adalah : Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan
kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah
terkena penyakit pada serangan pertama. Digunakan menghitung suatu panyakit menular
dan dalam suatu populasi yang kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ).
Prevalensi
Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan
pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan
angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan
orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko (Population at Risk).
Beberapa kegunaan nilai prevalensi yaitu:
Untuk menentukan situasi penyakit yang ada (banyaknya kasus yang dapat
didiagnosis) pada satu waktu tertentu
Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan. Misalnya penyediaan
obat-obatan, tenaga kesehatan, dan ruangan
Memberikan arahan pada populasi mana sasaran utama/sasaran mencari kasus
Kelompok mana sasaran program kesehatan tertentu
Perhitungan saran dan biaya kesehatan
Memberikan kelompok prioritas pelayanan kesehatan
Memudahkan pencarian kasus
Evaluasi program
Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Period Prevalen Rate
Yaitu : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu
yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang
sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
b) Point Prevalen Rate
Adalah : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi
dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Point prevalensi meningkat pada:
Imigrasi penderita
Emigrasi orang sehat
Imigrasi tersangka penderita atau mereka dengan risiko tinggi untuk menderita
Meningkatnya masa sakit
Meningkatnya jumlah penderita baru
Point prevalensi menurun pada:
Imigrasi orang sehat
Emigrasi penderita
Meningkatnya angka kesembuhan
Meningkatnya angka kematian
Menurunnya jumlah penderita baru
Masa sakit jadi pendek
HUBUNGAN INSIDENSI DAN PREVALENSI
a. Angka insidensi menurun, prevalensi tetap
Hal ini dikarenakan:
Rasio peyembuhan meningkat
Rasio kematian meningkat sehingga masa sakit menurun
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit kurang berhasil
b. Angka insidensi menurun, angka prevalensi tetap naik
Hal ini dikarenakan:
Angka kesembuhan dan kematian menurun
Lama sakit bertambah
Upaya pencegahan cukup berhasil walaupun penyembuhan penderita kurang berhasil
Upaya pencegahan lebih efektif,misalnya vaksin
c. Angka insiden dan prevalen menurun
Hal ini dikarenakan:
Keberhasilan pencegahan
Menurunnya faktor risiko
Angka kematian dan kesembuhan tetap
Prevalensi = Semua. Angka Prevalensi dipengaruhi oleh Tingginya Insidensi dan
Lamanya Sakit/Durasi Penyakit. Lamanya Sakit/Durasi Penyakit adalah Periode mulai
didiagnosanya penyakit sampai berakhirnya penyakit tersebut yaitu : sembuh, mati ataupun
kronis. Hubungan ketiga hal tersebut dabat dinyatakan dengan rumus
P = I x D
• P = Prevalensi • I = Insidensi • D = Lamanya Sakit
Rumus hubungan Insidensi dan Prevalensi tersebut hanya berlaku jika dipenuhi 2
syarat, yaitu :
a. Nilai Insidensi dalam waktu yang cukup lama bersifat konstan : Tidak menunjukkan
perubahan yang mencolok.
b. Lama berlangsungnya suatu penyakit bersifat stabil : Tidak menunjukkan perubahan
yang terlalu mencolok.
Sehingga:
Prevalens dapat naik oleh : Prevalens dapat turun oleh :
1. Kelangsungan penyakit lama (waktu
berlangsung lama)
2. Kelangsungan hidup penderita tanpa
pegobatan lama.
3. Penderita baru meningkat (peningkatan
insidensi)
4. Terdapat in-migration of cases.
5. Out-migration of healthy people
meningkat.
6. Meningkatnya in-migration of
susceptible people.
7. Fasilitas diagnostik yang makin
meningkat.
1. Kelangsungan penyakit pendek (waktu
berlangsung pendek)
2. Case Fatality Rate meningkat.
3. Kasus baru berkurang (insidensi
penyakit menurun)
4. Terdapat peningkatan in-migration of
healthy people.
5. Outmigration og cases yang berhasil
meningkat
6. Angka pengobatan yang berhasil
meningkat
7. Sistem pelaporan yang makin cepat dan
baik hingga pengobatan makin cepat
berhasil.
CARA MENGHITUNG INSIDENSI & PREVALENSI BESERTA CONTOH KASUS
DAN CARA PENYELESAIANNYA
Incidence Risk/Cumulative Incidence
Probabilitas dari seseorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode
waktu tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab
lain.
CI= Jumlah kasus baru (individu sehat menjadi sakit)/ jumlah individu sehat
pada awal pengamatan
Kelompok individu yang berisiko terserang ini disebut population at risk atau
populasi yang berisiko.
Ciri dari Incidence Risk :
a) Berbentuk proporsi.
b) Tidak memilik satuan.
c) Besarnya berkisar antara 0 dan 1
Contoh : Dokter puskesmas mempunyai kasus suatu warga keracunan makanan
pada dusun setelah jamuan makan (syukuran). Populasi penduduk pada dusun
tersebut 500 orang, jumlah penduduk yang hadir pada acara syukuran 100 orang.
Sampai hari pertama orang yang mengalami gejala keracunan adalah 25 orang.
Berapa risiko keracunan makanan pada penduduk tersebut selama 1 hari ?
Jawaban: CI = 25/100 = 0,25 dalam 1 hari
Insidence rate/ insidence density
Insidence rate dari kejadian penyakit adalah potensi perubahan status penyakit per
satuan waktu, relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada waktu itu.
Menyatakan suatu jumlah kasus baru per orang-waktu
Ciri Dari Insidens Density
a) Mempunyai satuan, yaitu per waktu. Tanpa satuan ini insidens density
kehilangan maknanya.
b) Besarnya berkisar antara 0 sampai tak terhingga
ID = Jumlah kasus baru penyakit/(jumlah orang X waktu)
Contoh: :
Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk tgl 1 Juli 2005 sebanyak 100.000
orang semua rentan terhadap penyakit Diare ditemukan laporan penderita baru
sebagai berikut : bulan januari 50 orang, Maret 100 orang, Juni 150 orang,
September 10 orang dan Desember 90 orang.
IR = ( 50+ 100+150+10 +90) /100.000 X 100 % = 0,4 %
Prevalence ( Crude Prevalence Proportion)
Jumlah individu sakit dalam suatu populasipada suatu waktu tertentu (tanpa
membedakan kasus baru atau kasus lama).
Prevalensi (P) = jumlah individu sakit pada waktu tertentu
populasi beresiko pada waktu tertentu x 100%
Contoh :
20 ekor sapi di suatu peternakan yang terdiri dari total 200 ekor sapi menderita
kelumpuhan, maka prevalensi kelumpuhan di peternakan tersebut adalah …….
20
200 x 100 % = 10 %
Prevalence Risk (Period Prevalence)
Period Prevalence yaitu proporsi populasi yang sakit pada satu periode tertentu.
Contoh :
Pada suatu daerah penduduk pada 1 Juli 2005 100.000 orang, dilaporkan
keadaan penyakit A sebagai berikut:
Januari 50 kasus lama dan 100 kasus baru. Maret 75 kasus lama dan 75 kasus
baru, Juli 25 kasus lama dan 75 kasus baru; Sept 50 kasus lama dan 50 kasus
baru dan Des. 200 kasus lama dan 200 kasus baru.
Period Prevalens rate :
(50+100) +(75+75)+(25+75)+(50+50)+(200+200) /100.000 X 100 % = 0,9 %
Prevalence Rate (Point Prevalence)
Point Prevalens, yaitu probabilitas dari individu dalam populasi berada dalam
keadaan sakit pada satu waktu tertentu.
Rumus prevalence rate :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡
𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑘𝑖𝑡 x 1000%
Contoh :
Satu sekolah dengan murid 100 orang, kemarin 5 orang menderita penyakit campak, dan
hari ini 5 orang lainnya menderita penyakit campak.
Prevalence rate = 10/100 x 1000 ‰= 100
3. Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang
spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Ada tiga
hal umum yang menyebabkan kematian yaitu:
a. Degenerasi organ vital
b. Status penyakit
c. Kematian akibat lingkungan/masyarakat
Beberapa jenis statistik kematian adalah:
1. Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)
Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu
(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan
waktu yang bersangkutan. Istilah crude (kasar) digunakan karena setiap aspek
kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, dan variable lain.
2. Specific Cause of Death (Penyebab Spesifik Kematian)
Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam jangka
waktu tertentu (1 tahun) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit tersebut pada pertengahan tahun.
(Jumlah orang yg menderita suatu penyakit/Populasi at risk) X 1000%
3. Age Specific Death Rate (Angka Kematian Usia Tertentu)
Yaitu jumlah seluruh kematian pada golongan usia tertentu per tahun
dibagi dengan jumlah penduduk golongan usia bersangkutan pada pertengahan
tahun. Manfaat ASDR:
- Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat
dengan melihat kematian tertinggi pada golongan umur.
- Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.
- Untuk menghitung rata-rata harapan hidup
4. Age Specific & Specific Cause of Death (Angka Kematian pada Usia dan
Penyakit Tertentu)
5. Infant Mortality Rate (Angka Kematian Bayi)
Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun yang sama. Manfaatnya adalah sebagai indikator
yang sensitif terhadap derajat kesehatan masyarakat.
6. Neonatal Mortality Rate (Angka Kematian Neonatal)
Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hati yang dicatat
selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Manfaatnya
adalah untuk mengetahui tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal, program
imunisasi,pertolongan persalinan, penyakit infeksi, terutama saluran napas
bagian atas.
7. Post Neonatal Mortality Rate (Angka Kematian Pasca-Neonatal)
Angka kematian ini diperlukan untuk menelusuri kematian di negara
belum berkembang, terutama pad wilayah tempat bayi meninggal pada tahun
pertamanya akibat malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan penyakit infeksi. Post
Neonatal Mortality Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 28 hari –
1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun.
8. Perinatal Mortality Rate (Angka Kematian Perinatal)
Adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia 28 minggu/lebih
ditambah dengan jumlah kematian bayi berumur <7 hari yang dicatat selama 1
tahun per 1000kelahiran hidup pada tahun yang sama (WHO, 1981). Manfaat
untuk menggambarkam keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu
hamil danbayi.Factor yang memengaruhi tinggi rendahnya Perinatal Mortality
Rate yaitu banyaknya bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), status gizi bayi,
keadaan sosial
ekonomi, penyakit infeksi utamanya ISPA, pertolongan persalinan.
9. Maternal Mortality Rate
Adalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan,
persalinan, dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama. Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan sosial ekonomi,
kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin, dan nifas, pelayanan kesehatan terhadap
ibu hamil, pertolongan persalinan, danperawatan masa nifas.
10. Under Five Mortality Rate
Adalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000
penduduk balita pada tahun yang sama. Tujuannya adalah untuk mengukur
status kesehatan balita.
11. Fetal Death Rate (Angka Kematian Janin)
Istilah kematian janin=istilah lahir mati. Kematian Janin adalah kematian
yang terjadi akibat keluar/dikeluarkannya janin dari Rahim, terlepas dari durasi
kehamilannya.Jikabayi tidak bernapas atau tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal.Tanda-tanda kehidupan
biasanya ditentukan dari pernapasan, detak jantung, detak tali pusat atau
gerakan otot volunter.Angka kematian janin adalah proporsi jumlah kematian
janin yang dikaitkan dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu,
biasanya 1 tahun.
12. Case Fatality Rate
Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu
penyebab penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit
tersebut pada tahun yangsama. Digunakan untuk mengetahui penyakit-penyakit
dengan tingkat kematian yang sama. Digunakan untuk mengetahui penyakit-
penyakit dengan tingkat kematian yang sama. Digunakan untuk mengetahui
penyakit-penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi.
Indikator lain yang dapat dikembangkan secara epidemiologi
Selain berbagai indikator konvensional di ats yang sering digunakan, kita juga
dapat mengembangkan berbagai indikator epidemiologi lain yang lebih menjurus.
Beberapaindikator yang menjurus ini dapat dikembangkan antara lain :
13. Cause-Specific Mortality Rate (CSMR) untuk penyakit tertentu
Merupakan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tertentu.
Dirumuskan :
14. Age Specific Morbidity Rate (ASMR) untuk penyakit tertentu
Dirumuskan :
Faktor yang mendukung usaha pengurangan angka mortalitas :
a. Imunisasi
b. Pertumbuhan ekonomi
c. Upaya dan pendidikan kesehatan
d. Berkembangnya kesadaran masyarakat
e. Sarana dan prasarana kesehatan
Faktor yang menghambat usaha pengurangan angka mortalitas :
a. Peningkatan organisasi
b. Kemiskinan
c. Tersebarnya daerah dan pulau terpencil
Hubungan morbiditas dan mortalitas digambarkan sebagai berikut:
Menurut WHO bahwa morbiditas dapat menimpa manusia lebih dari satu kali
dan selanjutnya rangkaian morbiditas ini (morbiditas kumulatif) pada akhirnya
menghasilkan suatu kematian. Jadi hubungan keduanya adalah bahwa
morbiditasyang berkelanjutan dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena keduanya saling berkaitan maka cara pencegahan salah
satukomponen sama saja dengan mencegah kedua aspek tersebut. Maksudnya
mencegah morbiditas juga mencegah mortalitas ataupun sebaliknya. Cara
pencegahan keduanya adalah imunisasi, jampersal, jamkesmas, ASI eksklusif,
meningkatkan kualitas perawat, dan lain lain.
4. Faktor Risiko
Risiko merupakan probabilitas dari beberapa keadaan yang tidak menyenangkan, atau
kemungkinan individu yang tanpa penyakit, tetapi terpapar oleh beberapa faktor risiko, akan
menderita suatu penyakit. Besarnya risiko untuk terkena peyakit dapat dihitung dan
dibandingkan dengan cara menghitung besarnya insiden suatu penyakit antara orang-orang yang
terpajan oleh faktor penyebab penyakit tersebut dengan orang-orang yang tidak terpajan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kenaikan risiko untuk terjadinya suatu
penyakit antara lain:
a. Lingkungan fisik antara lain : toksin, agen infeksi, obat-obatan
b. Lingkungan sosial antara lain : keluarga pevah/tidak harmonis, kehidupan rutin sehari-
hari, budaya (gangguan emosi, gangguan fisik)
c. Perilaku misalnya : kebiasaan merokok, kurang olahraga, naik motor tanpa helm,
hubungan seks berganti-ganti pasangan, dll.
Paparan faktor risiko dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya sehat, kontak dengan
atau telah mempunyai faktor risiko tersebut pada dirinya, yang kedua paparan dapat terjadi pada
satu titik waktu tertentu.
Kegunaan mengetahui faktor risiko antara lain:
a. Memprediksi atau meramalkan kejadian penyakit
b. Faktor risiko memungkinkan terjadinya penyakit relatif lebih nyata pada individu yang
terpapar dibanding yang tidak terpapar
c. Faktor risiko tidaklah merupakan suatu kausa, tetapi dapat menentukan hasil (outcome)
suatu penyakit secara tidak langsung.
d. Pengetahuan tentantang risiko dapat digunakan dalam proses diagnosis untuk menaikkan
prevalensi penyakit diantara penderita yang diuji/di-test, serta nilai duga positif dari
sebuah tes diagnostik.
e. Bila faktor risiko sebagai penyebab penyakit, maka menghilangkan faktor risiko dapat
digunakan sebagai upaya pencegahan penyakit.
MACAM FAKTOR RESIKO
1. Menurut dapat tidaknya resiko itu diubah
a. Unchangeable risk factor : Faktor resiko yang tidak dapat diubah, seperti umur,
genetik, jenis kelamin.
b. Changeable risk factor : Faktor resiko yang dapat diubah seperti kebiasaan
merokok dan olahraga.
2. Menurut kestabilan peranan faktor resiko
a. Suspected risk factor : Faktor resiko yang dicurigai belum mendapat dukungan
sepenuhnya. Contohnya, merokok dapat mengakibatkan kanker rahim
b. Established risk factor : Faktor resiko yang telah mendapat dukungan. Contohnya,
rokok dapat menyebabkan kanker paru
3. Menurut Ryadi dan Wijayanti (2011:11)
a. Predisposising factor : Faktor yang menyebabkan kondisi semankin peka
(susceptibility) terhadap kesempatan timbulnya penyakit. Misalnya umur, seks, dan
ras.
b. Anabling factor : Faktor yang makin memacu terhadap timbulnya penyakit.
Misalnya tingkat pendapatan keluarga yang rendah, gizi jelek, perumahan maupun
sanitasi yang jelek, pelayanan medis yang tidak terjangkau maupun pelayanan yang
tidak adekuat.
c. Precipitating factor : Faktor yang merupakan paparan terhadap suatu penyakit yang
memang terkait dalam timbulnya penyakit tersebut. Misalnya merokok terhadap
kanker pari-paru, debu asbestos terhadap kanker.
d. Re-enforcement factor : Faktor yang merupakan pengulangan papran sehingga
mempertahankan berlangsungnya penyakit
5. PENCEGAHAN FAKTOR RESIKO
a. Pencegahan primordial: Merupakan upaya mengkondisikan masyarakat supaya
merasa penyakit tersebut tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan
dukungan dari kebiasaan
b. Pencegahan tingkat I
i. Promosi Kesehatan Masyarakat :
Kampanye kesadaran masyarakat,
Promosi kesehatan
Pendidikan Kesehatan Masyarakat
ii. Pencegahan Khusus :
Pencegahan keterpaparan
Pemberian kemopreventif
Pemberian komopreventif
c. Pencegahan tingkat II
Diagnosis dini, misalnya dengan screening
Pengobata, misalnya dengan kemoterapi atau pembedahan
d. Pencegahan tingkat III : Dengan cara rehabilitasi
A. Risiko Relatif
Risiko relatif adalah ukuran yang menunjukkan berapa kali (bisa lebih besar atau
lebih kecil) risiko untuk mengalami peyakit pada populasi terpapar relatif
dibandingkan populasi tak terpapar.
Rumus menghitung risiko relatif:
RR = 𝐈𝐧𝐬𝐢𝐝𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐤𝐮𝐦𝐮𝐥𝐚𝐭𝐢𝐟 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐩𝐚𝐫
𝐈𝐧𝐬𝐢𝐝𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐤𝐮𝐦𝐮𝐥𝐚𝐭𝐢𝐟 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐩𝐚𝐫
Dimana:
Insidensi kumulatif terpapar:
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐩𝐚𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐦𝐮𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭/𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥
𝐒𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐩𝐚𝐫
Insidensi kumulatif tidak terpapar:
𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐩𝐚𝐫 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐦𝐮𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐫𝐤𝐞𝐧𝐚𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭/𝐦𝐞𝐧𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥
𝐒𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐚𝐤 𝐭𝐞𝐫𝐩𝐚𝐩𝐚𝐫
Besarnya nilai RR menunjukkan bahwa:
Jika orang terpapar dan tak terpapar mempunyai risiko kematian yang sama, maka
RR = 1 artinya paparan tidak berhubungan dengan outcome.
Jika risiko diantara orang terpapar lebih besar dibandingkan orang tidak terppar,
RR > 1 artinya paparan yang merusak (hazardous exposure).
Jika risiko diantara orang terpapar lebih kecil daripada orang yang tak terpapar,
RR < 1 paparan merupakan hal yang menguntungan (beneficial exposure).
Jika digambarkan dalam sebuah tabulasi sebagai berikut:
Terpapar Tidak
Terpapar Jumlah
Kasus A B AB
Kontrol C D CD
Jumlah AC BD
Dimana:
Insidensi kumulatif terpapar : A
(A+C)
Insidensi kumulatif tak terpapar : B
(B+D)
Risiko Relatif (RR) : A/(A+C)
B/(B+D)
Contoh:
Hubungan antara apgar score 10 menit dan risiko kematian lima tahun pertama
kehidupan bayi berat lahir rendah (BBLR)
Apgar
Score
Apgar
Score Total
0-3 4-6
Death 42 43 85
No Death 80 302 282
122 345 467
Insidensi Kumulatif terpapar : 42
122 = 0,344 = 34%
Artinya sekitar satu diatara tiga bayi yang beratnya > 2500 gram dan punya score apgar
sangat rendah pada 10 menit akan meninggal selama satu tahun kehidupannya.
Insidensi Kumulatif tidak terpapar : 43
345 = 0,125 = 12,5%
Artinya satu diantara delapan bayi yang beratnya > 2500 gram dan punya score apgar
menengah pada 10 menit akan meninggal dalam satu tahun kehidupannya.
Risiko relatif : 0,344
0,125 = 2,8
Artinya bayi pada berat lahir seperti ini dengan score apgar 10 menit sangat rendah 3x
lebih besar kemungkinanunnya untuk meniggal pada tahun pertama kehidupannya
daripada yang lahir dengan berat serupa dengan score apgar menengah.
B. Odds rasio
Odds rasio merupakan salah satu cara enghitung kekuatan asosiasi paparan dan
ukuran penyakit dalam ukuran rasio. Odds rasio biasa digunakan dalam studi kasus
kontrol. Odds adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan rasio antara dua nilai
variabel yang dikotomi. Dengan demikian, ada yang disebut odds kasus dan odds
kontrol. Odds kasus adalah rasio antara banyaknya kasus terpapar dan kasus tak
terpapar. Odds kontrol adalah rasio antara banyaknya kontrol terpapar dan kontrol tak
terpapar. Kekuatan asosiasi paparan dan penyakit dapat diukur dengan membandingkan
odds kasus dan odds kontrol. Agar OR dapat digunakan untuk mendekati RR, maka
syarat yang perlu dipenuhi adalah:
Penyakit yang diteliti merupakan penyakit langka
Kasus penyakit adalah kasus yang baru saja di diagnosa, yaitu insiden.
Jika digambarkan dalam sebuah tabulasi sebagai berikut:
Terpapar
Tidak
terpapar Jumlah
Kasus A B J1
Kontrol C D J2
Jumlah J3 J4
Odds pemaparan : A
C
C
D
Odds rasio : A/B
C/D atau
A/C
B/D =
AD
BC
Contoh:
Pada 100 orang penderita karsinoma paru-paru terdapat 5 orang perokok, sedangkan
pada 100 orang bukan penderita karsinoma terdapat 2 orang perokok.
Terpapar
Tidak
terpapar Jumlah
Kasus 5 95 100
Kontrol 2 98 100
Jumlah 7 193 200
Artinya besarnya risiko penderita karsinoma paru-paru yang mempunyai pengalaman terpajan
oleh rokok 2,6 kali lebih besar dibadingkan dengan tidak terpajan oleh rokok.
5. MASALAH KESEHATAN
1. Penyebab Masalah Kesehatan
1. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang
peranan penting.Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat harus
dapat dimunculkandari dalam diri masyarakat untuk menjaga
kesehatannya. Sebagai tenaga motorik tersebut adalah orang yang
memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan paham akan
nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan
sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih dan
sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus
dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada
masyarakat.Sebab, apabila upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya
bersifat jangka pendek.Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat.Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role model
harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program kesehatan.
2. Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari
kondisi fisik.Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat
menjadi sumberberkembangnya penyakit.Hal ini jelas membahayakan
kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak
dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi
penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua
pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.
Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana
berperan besar dalam mengukur, mengawasi, dan menjaga kesehatan
lingkungan masyarakat. Namun dilematisnya di puskesmas jumlah tenaga
kesehatan lingkungan sangat terbatas padahal banyak penyakit yang
berasal dari lingkungan kita seperti diare, demam berdarah, malaria, TBC,
cacar dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang
berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain,
sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin
dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan
masalah kejiwaan.
3. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat.Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah
dibutuhkan.Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit
dan pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan kesehatan.Terutama untuk pelayanan
kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat.Kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan jugamesti
ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya.sebab di puskesmaslah akan ditangani
masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki
kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun
program-program kesehatan.Utamanya program-program pencegahan
penyakit yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidak banyak yang
jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti
diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang
berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan
lainnya. Penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat
paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan
kesehatannya.
4. Genetik
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan? Pertanyaan
itu menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib
suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya.Oleh sebab itu
kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka
mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun
bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab
pada masainilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa
mendatang.Namun masih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya
kurang bahkan buruk.Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung.
Oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan
peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya
program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW.
Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status
gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu
terusdijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah.Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms
harus rutin dilakukan.Halini untuk mendeteksi secara dini status gizi
balita.Bukan saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu
dihindari.Bagaimana kualitas generasi mendatang sangat menentukan
kualitas bangas Indonesia mendatang.
2. Masalah Kesehatan di Indonesia
- Kurangnya tenaga medis
- Akses yang belum memadai
- Edukasi yang kurang
- Kesadaran masyarakat buruk
- Biaya untuk berobat mahal
- Tidak seriusnya pemerintah menangani asalah kesehatan
3. Masalah Kesehatan yang penting di Indonesia
The DBM (double burden of mal-nutrition)
Suatu konsep yang pertama kali disajikan sekitar satu dekade yang lalu
yang artinya ko-eksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien
maupun mikronutrien di sepanjang kehidupan pada populasi, masyarakat,
keluarga dan bahkan individu yang sama. Yang mengkhawatirkan adalah
dimensi DBM di sepanjang kehidupan, atauketerkaitan antara gizi buruk pada
ibu hamil dan janin dengan meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan gizi
dan pola makan yang terkait penyakit tidak menular di kemudian hari.
The age of triple health burden:
1. Masih tingginya angka kesakitan penyakit menular “klasik”
2. Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit Tidak
Menular (Non-Communicable Disease)
3. Munculnya penyakit baru (new emerging Infectious Disease)
4. Perbedaan Kesehatan di Negara Berkembang dan Negara Maju
Dalam diskusi yang berhubungan dengan kesehatan , akan sangat
membantu untuk mempertimbangkan indikator sosial dan berhubungan
dengan kesehatan yang sering dikutip dalam diskusi tentang kondisi
kesehatan negara-negara berkembang. Ini termasuk distribusi populasi
perkotaan/ pedesaan, tingkat melek huruf, akses terhadap air bersih,kematian
bayi dan dan balita, kematian ibu, tingkat kesuburan, dan harapan hidup.
Tabel 11 kontras terhadap norma khas untuk indeks ini untuk negara maju
dan negara berkembang, mengingat bahwa banyak negara berada di antara
kedua tipe ideal. Meskipun negara-negara maju sangat urbanisasi dan
industri, negara berkembang memiliki ekonomi terutama pertanian didukung
oleh penduduk tinggal di pedesaan dengan pendidikan sedikit. Akses terhadap
air bersih dan layanan medis modern relatif rendah, dengan kematian bayi,
anak gizi buruk, dan mortlitas ibu yang sangat tinggi di daerah yang kurang
berkembang. Harapan hidup jauh lebih rendah, dan kesuburan jauh lebih
tinggi.
Penelitian tentang perilaku kesehatan di negara berkembang berbeda
nyata dari mitranya di negara maju, karena beberapa alasan. Pertama,
kesehatan anak dan kelangsungan hidup adalah masalah kesehatan
masyarakat yang paling penting di dunia ketiga karena dominasi kaum muda
dalam populasi (sebuah dampak dari kesuburan yang tinggi ) dan karena
kematian pada kelompok usia ini melebihi kematian orang dewasa. Kedua,
infeksi dan parasit penyakit lebih banyak terjadi di negara-negara
berkembang daripada kronis, penyakit noncomunicable, dan faktor risiko
lingkungan untuk masalah kesehatan ini lebih penting daripada perilaku
kesehatan individu. Ketiga, ketika penelitian perilaku kesehatan di negara
maju cenderung diorganisir sekitar perilaku tertentu (misalnya merokok,
olahraga, diet, penggunaan sabuk pengaman), penelitian perilaku di negara
berkembang sebagian besar berpusat di sekitar penyakit biomedis dan upaya
terorganisir untuk mengontrol mereka ( misalnya malaria, AIDS, TBC, diare).
Keempat, pemerintah dan keluarga di negara-negara berkembang memiliki
sumber daya yang lebih sedikit untuk berinvestasi dalam perubahan gaya
hidup, dan individu memiliki lebih sedikit pilihan dan kontrol perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan mereka dibandingkan yang khas dari negara-
negara maju. Dengan demikian, penelitian perilaku kesehatan di negara-
negara berkembang dibentuk oleh tujuan kesehatan yang dominan
mengurangi angka kematian anak dari penyakit menular yang dapat dicegah,
sedangkan di negara maju penekanan pada mengurangi angka kesakitan
dewasa dari penyakit kronis, terutama melalui modifikasi gaya hidup.
Tabel 1. Indikator Kesehatan di Negara Maju dan Berkembang
3. Mengetahui hambatan dalam kesehatan
a. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih
dan sehat.
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu
faktor hambatan dalam kesehatan. Perilaku masyarakat yang tidak sehat
dapat dilihat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian air susu ibu
(ASI) eksklusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi lebih pada anak
balita, serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS,
penderita penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA)
dan kematian akibat kecelakaan.
b. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor hambatan dalam
kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja pelayanan kesehatan dapat
dilihat dari beberapa indikator, seperti proporsi pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi
campak, dan proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate)
tuberkulosis paru.
c. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan.
Salah satu hambatan lainnya yang berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara
lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Rumah
tangga yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk dikonsumsi
masih sedikit, dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar juga belum
100 %.
d. Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan.
Walaupun rumah sakit terdapat di hampir semua kabupaten/kota,
namun kualitas pelayanan sebagian besar RS pada umumnya masih di
bawah standar. Pelayanan kesehatan rujukan belum optimal dan belum
memenuhi harapan masyarakat. Masyarakat merasa kurang puas dengan
mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas, karena lambatnya
pelayanan, kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu.
Perlindungan masyarakat di bidang obat dan makanan masih rendah.
Dalam era perdagangan bebas, kondisi kesehatan masyarakat semakin
rentan akibat meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan
yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan.
e. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata.
Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga
kesehatan yang diperlukan. Contohnya pada dokter yang baru saja
tempatkan lulus namun tidak mau ditempatkan di daerah pelosok dengan
alasan seperti sinyal yang jelek, ketidaktersediaan transportasi, jauh dari
keluarga, sehingga menyebabkan tenaga medis berkumpul di daerah
perkotaan, dan hal itu menyebabkan warga yang tinggal di daerah
pelosok akan sulit mendapatkan pelayanan kesehatan.
2) Indikator Kesehatan di Indonesia
Ada 24 indikator kesehatan yang digunakan dalam IPKM (Indeks Pebangunan
Kesehatan Masyarakat) dengan nilai korelasi UHH yang tertinggi. Indikator kesehatan
tersebut adalah :
a. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang
b. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek
c. Prevalensi balita sangat kurus dan kurus,
d. Prevalensi balita gemuk, prevalensi diare,
e. Prevalensi pnemonia
f. Prevalensi hipertensi,
g. Prevalensi gangguan mental
h. Prevalensi asma
i. Prevalensi penyakit gigi dan mulut
j. Prevalensi disabilitas
k. Prevalensi cedera
l. Prevalensi penyakit sendi,
m. Prevalensi ISPA,
n. Proporsi perilaku cuci tangan,
o. Proporsi merokok tiap hari,
p. Akses air bersih, akses sanitasi,
q. Cakupan persalinan oleh nakes
r. Cakupan pemeriksaan neonatal-1,
s. Cakupan imunisasi lengkap,
t. Cakupan penimbangan balita,
u. Ratio Dokter/Puskesmas,
v. Ratio bidan/desa.
Indikator sehat menurut WHO:
a. Ada tidaknya kelainan pathofisiologis pada seseorang
b. Mengukur kemampuan fisik seseorang seperti kemampuan aerobik, ketahanan,
kekuatan, kelenturan sesuai umur
c. Penilaian atas kesehatan sendiri
d. Indeks Massa Tubuh (berat badan (kg) / T2
(m))
Indikator Kesehatan menurut Indonesia Sehat 2010 dari Depkes RI tahun
2003 terdiri dari 3 indikator, yaitu:
a. Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, terdiri atas indikator angka-
angka mortalitas, angka-angka morbiditas, dan indikator status gizi
b. Indikator Hasil Antara, terdiri atas indikator keadaan lingkungan, indikator perilaku
hidup masyarakat, dan indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan
c. Indikator Proses dan Masukan, terdiri atas indikator pelayanan kesehatan, indikator
sumber daya kesehatan, dan indikator manajemen kesehatan serta indikator
kontribusi sektor-sektor terkait.
3) Peran Epidemiologi dalam Kesehatan
Sehat menurut WHO (1948) adalah kondisi fisik, mental, dan sosial yang sempurna dan
bukan sekedar tidak sakit atau tidak cacat. Sedangkan menurut UU Kesehatan RI 1961
yang diperbaharui dengan UU tahun 1992 berbunyi Kesehatan adalah keadaan
sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Dengan pengertian diatas, bisa diketahui bahwa Epidemiologi mempunyai andil yang
besar pada bidang kesehatan. Maka Epidemiologi sebagai suatu displin ilmu
mempunyai peran sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama yang sedang dihadapi oleh
masyarakat
b. Mengetahui faktor faktor yang berperanan dalam terjadinya masalah kesehatan
atau penyakit yang ada di masyarakat
c. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan
d. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan
e. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
f. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang
perlu dipecahkan.
Dalam melakukan peranannya, epidemiologi tidak dapat melepaskan diri dalam
keterkaitannya dengan disiplin ilmu kesehatan masyarakat lainnya seperti Administrasi
kesehatan masyarakat, biostatistika, kesehatan lingkungan dan pendidikan
kesehatan/dan ilmu perilaku. Misalnya, peranan epidemiologi dalam proses perencanaan
kesehatan. Tampak bahwa epidemiologi dapat dipergunakan dalam proses perencanaan
yang meliputi identifikasi masalah, memilih prioritas, menyusun objektif, menerapkan
kegiatan, koordinasi dan evaluasi. Dalam proses perencaan ni epidemiologi sangat
memerlukan tambahan pengetahuan dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan
masyarakat.
Sebaliknya, dalam mempersiapkan suatu intervensi pendidikan kesehatan,
epidemiologi dapat dipergunakan dalam membuat suatu “diagnosis Epidemiologi” dari
masalah intervensi tersebut. Disni epidemiologi berperan dalam menentukan masalah
kesehatan berdasarkan indikator vital seperti mortalitas, morbiditas, fertilitas dan
disabilitas. Juga dapat dipakai dalam menghitung frekuensi penyakit dalam bentuk
insidensi, prevalensi, distribusi, intensitas dan kelangsungan suatu penyakit.
4) Masalah Kesehatan di Daerah Terpencil
Berdasarkan Keputusan Mentri Dalam Negeri No 9 Tahun 1992 tentang Pedoman
dan Tata Cara Penetapan Wilayah Terpencil, menyatakan bahwa derah terpencil adalah
suatu lingkungan pemukiman dan tempat bekerja dalam suatu wilayah administrasi
pemerintah tertentuyang kondisi alamnya menyebabkan kesulitan yang tnggi bagi
penduuduknya karena :
a. Keterbatasan sarana dan prasarana perhubungan
b. Keterlambatan atau ketidakadaan dalam pelayanan umum dibidang administrasi
pemerintahan, pelayanan kesehatan, pertanian, penyuluhan, penerangan, dan
kesempatan untuk melanjutkan SMP atau SLTA
c. Kelangkaan harga kebutuhan pokok.
Masalah yang banyak terjadi di daerah terpencil adalah :
a. Kurangnya sarana dan prasarana serta SDM (Sumber Daya Manusia) pada
puskesmas di daerah terpencil. Sehingga untuk mendapat obat, tenaga medis
harus menempuh jara yang jauh dan medan yang sulit
b. Terdapat penyebaran penyakit ISPA(infeksi saluran pernafasan akut), tuberculosis
paru paru, diare, dan malaria klinis. Hal ini disebabkan oleh geografis yang
mendukung tumbuhnya penyakit tersebut.
c. Kebiasaan masyarakat dalam berobat. Masyarakat belum sepenuhnya percaya
pada dokter dan masih terikat pada tradisi. Contohnya 50,8% dari mayarakat
sudad memanfaatkan puskesmas, 44,1% melakukan pengobatan tradisional, 5,1%
masih melakukan pengobatan sendiri.
d. Perilaku dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seorang ibu yang harus duduk
selama 40 hari pasca melahirkan, pembesaran limfa malaria harus diurut (dipijat),
bayi yang berumur 40 hari tidak boleh dibawa kemana-mana sekalipun untuk ke
posyandu
e. Keadaan kesehatan lingkungan. Contohnya daerah pasang surut, Jambi terdapat
perasalahan kurangnya air bersih sehingga kebersihan kurang terjamin. Lain
halnya dengan derah kepulauan, pinggir sungai dan pegunungan yang
ketersediaan airnya melimpah. Tetapi masalah utama derah tersebut adalah
perilaku asyarakay yang masih buang air besar (BAB) di sumber air, sehinggga
sumber air tercemar.
5) Tingkatan Pelayanan Kesehatan
Tingkat pelayanan kesehatan adalah:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh Dokter Umum (Tenaga Medis) dan
Perawat Mantri (Tenaga Paramedis). Pelayanan kesehatan primer (primary health
care), atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang
paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka
mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary health care pada
pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di
pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan
kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory Services).Diperlukan untuk
masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan
kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan
kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah
sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di
Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D
sampai dengan rumah sakit kelas A. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh Dokter
Spesialis dan Dokter Subspesialis terbatas. Pelayanan kesehatan ini sifatnya
pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient services).Diperlukan untuk
kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan
pelayanan subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh
Dokter Subspesialis dan Dokter Subspesialis Luas. Pelayanan kesehatan ini
sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap
(rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah
tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Contohnya: Rumah
Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
Menurut pendapat Hodgetts dan Casio, jenis pelayanan kesehatan secara umum
dapat dibedakan atas dua, yaitu:
a. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi. Tujuan
utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta
sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok kesehatan masyarakat
(public health service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya
secara bersama-sama dalam suatu organisasi. Tujuan utamanya untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya untuk
kelompok dan masyarakat.
6) Tingkatan Masalah Penyakit
a. Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya
penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut
penyakit yang menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam
epidemiologi, epidemi berasal dari bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan
“demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara
lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu
populasi dalam periode waktu tertentu disebut incide rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan
sama dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
b. Endemi
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi
pada suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan
“demos” yang artinya rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di
dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
c. Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya
penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari
bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
d. Sporadik
Sporadik yakni penyakit yang frekuensinya berubah ubah menurut waktu
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila
ketiga syarat berikut telah terpenuhi :
a. Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
b. Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
c. Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
d. Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai
kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai
pandemi karena tidak ditularkan.
4. PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan
oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk
menentukanurutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang
penting. Penetapanprioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni
spesifik, jelas ada kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif,
serta dirumuskan secara sistematis.
Ketrampilan utama yang diperlukan dalam penentuan prioritas adalah
menyeimbangkan variabel-variabel yang memiliki hubungan kuantitatif yang
sangat berbeda dan dalam kenyataannya terletak dalam skala dimensional yang
berbeda pula. Terlalu sering kesalahan timbul akibat memberikan penekanan
terlalu banyak pada satu dimensi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penentuan prioritas, yaitu:
a. Waktu
Semua masalah tidak mungkin diselesaikan dalam waktu yang
sama sehingga harus dipilih masalah yang harus didahulukan
b. Sumber daya
Keterbatasan sumber daya menyebabkan tidak mungkinnya suatu
masalah diselesaikan secara bersama-sama. Sumberdaya ini meliputi
SDM, Teknologi, dana, dsb.
c. Peneliti
Peneliti harus fokus pada masalah yang dihadapi sehingga hasilnya
maksimal.
Selain itu, beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni:
2. Besarnya masalah yang terjadi
3. Pertimbangan politik
4. Persepsi masyarakat
5. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah ini, ada beberapa hal yang harus
dilakukan, yakni:
a. Melakukan pengumpulan data
Untuk dapat menetapkan prioritas masalah kesehatan, perlu
tersedia data yang cukup. Untuk itu perlulah dilakukan pengumpulan data.
Data yang perludikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan
lingkungan, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan, termasuk
keadaan geografis, keadaanpemerintahan, kependudukan, pendidikan,
pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya, dan keadaan kesehatan.
b. Pengolahan Data
Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan, maka data tersebut
harus diolah, maksudnya adalah menyusun data yang tersediasedemikian
rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing data
tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal ada tiga macam, secara
manual, elektrikal dan mekanik.
c. Penyajian Data
Data yang telah diolah perlu disajikan, ada tiga macam penyajian
data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan grafikal.
d. Pemilihan Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan pelbagai masalah. Tidak
semua masalah dapat diselesaikan. Karena itu diperlukan pemilihan
prioritasmasalah, dalam arti masalah yang paling penting untuk
diselesaikan.
Cara pemilihan prioritas masalah banyak macamnya. Secara sederhana dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Scoring Technique
Pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dengan memberikan score
(nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan.
Parameteryang dimaksud adalah :
1. Besarnya masalah
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
3. Kenaikan prevalensi masalah
4. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
5. Keuntungan sosial yang dapat diperoleh jika masalah tersebut
terselesaikan
6. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
7. Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi masalah.
1. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)
a. Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan
penyelesaiannya. Beberapa ukuran pentingnya masalah sebagai berikut:
i. Besarnya masalah (prevalence)
ii. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
iii. Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
iv. Derajat keinginan masyarakat yang tidak dipenuhi (degree of unmeet
need)
v. Suasana politik (political climate)
vi. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (social benefit)
vii. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern)
b. Kelayakan teknologi
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut.
c. Sumber daya yang tersedia
Makin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana dan
sarana untuk mengatasi masalah (resource ability) makin diprioritaskan
masalah tersebut.
2. Metode Delbeq
Pada metode ini diprioritaskan masalah dilakukan dengan memberikan bobot
(yang merupakan nilai maksimum dan berkisar antara 0 sampai 100 dengan
kriteria:
a. Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang ada
kemungkinan terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi
terkait.
b. Kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas,
kecenderungannya dari waktu ke waktu.
c. Biaya/dana yaitu besar atau jumlah dana yang diperlukan untuk mengatasi
masalah baik dari segi instansi yang bertanggung jawab terhadap penyelesaian
masalah atau dari masyarakat yang terkena masalah.
d. Kemudahan yaitu tersediannya tenaga, sarana/peralatan, waktu serta cara atau
metode dan teknologi penyelesaian masalah seperti tersediannya
kebijakan/peraturan, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis)
dan sebagainnya.
3. Metode Hanlon
Dalam metode Hanlon dibagi dalam 4 kelompok kriteria, masing-masing:
1. Kelompok kriteria A = besarnya masalah
2. Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah
3. Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah
4. Kelompok kriteria D = Pearl factor, dimana :
P = Kesesuaian
E = Secara ekonomi murah
A = Dapat diterima
R = Tersedianya sumber
L = Legalitas terjamin
4. Metode CARL
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL
juga didasarkan pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 0-10. Kriteria
CARL tersebut mempunyai arti:
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau
tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknoloi serta
penunjang pelaksanaan seperti peraturan
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran,
seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
dalam pemecahan masalah yang dibahas.
5. Metode Reinke
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor
berkisar 1-5 atas serangkaian kriteria:
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari %
atau jumlah/kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta
kepentingan instansi terkait.
I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan
mortalitas serta kecenderunagn dari waktu ke waktu.
V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan
hasil (output) yang diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang
dipergunakan.
C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Semakin besar biaya semakin kecil skornya.
P = Prioritas atau pemecahan masalah.
6. Metode PAHO
Metode PAHO adalah termasuk scoring technique dalam menentukan
prioritas masalah :
1. Magnitude : Berapa banyak penduduk yang terkena masalah
atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalens.
2. Severity : Besarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan
dengan case fatality rate masing-masing penyakit. Makin tinggi
tingkat keparahannya maka skor makin besar.
3. Vulnerablity : Sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat
yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Makin tersedianya
ahli, peralatan danteknologi maka skor makin besar, dan makin sulit
ditangani skornya rendah.
4. Community / Political Concern : adalah tingkat perhatian , diukur
dari perhatian para pengambil kebijakan dan masyarakat, biasanya
kita lihat dari kehebohan masyarakat atau pimpinan daerah dalam
menyikapi kasus yang sedang terjadi. Makin tinggi tingkat
perhatiannya maka makin tinggi skornya.
5. Affordability : Menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia.
Penilaian dengan metode PAHO dilakukan oleh Tim (beberapa orang)
dan dibutuhkan ahli untuk menyatukan persepsi dari semua tim penilai,
karena kalau tidak maka akan banyak terjadi bias dalam penilaian.
Setelah masing-masing anggota memberikan penilaian maka diambil
rata-rata,bila ada anggota tim yang menilai ekstrim maka nilai ekstrim
tersebut dibuang, tidak masuk dalam rata-rata, selanjutnya nilai rata-rata
tersebut dibulatkan.
Setelah semua variable diberi penilaian, maka masing-masing kasus
kita hitung skor totalnya dengan cara :
M x S x V x C
7. Metode USG
Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk
lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan
sebagai berikut :
b. Urgency : Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas
c. Seriusness : Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas
d. Growth :Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut
menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu
akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Langkah – langkah USG :
1. Tentukan range untuk setiap kriteria (1-8).
2. Setiap orang dlm tim memberi nilai pada setiap masalah
3. Buat rata – rata nilai setiap masalah untuk setiap kriteria
4. Tulis nilai tersebut pada kolom tersedia.
Nilai akhir pada setiap masalah ditentukan dengan membuat perhatian
nilai setiap criteria.
8.Metode MCUA
Metode MCUA digunakan apabila pelaksana belum terlalu siap dalam
penyediaan sumber daya, serta pelaksana program atau kegiatan
menginginkan masalah yang diselesaikan adalah masalah yang ada di
masyarakat.
Definisi:
MCUA adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk
membantu tim dalam mengambil keputusan atas beberapa alternative
Alternatif dapat berupa masalah pada langkah penentuan prioritas
masalah atau pemecahan masalah pada langkah penetapan prioritas
pemecahan masalah
Kriteria adalah batasan yang digunakan untuk menyaring alternatif
masalah sesuai kebutuhan
Diputuskan untuk menggunakan metode MCUA karena metode ini
menempatkan parameter pada kedudukan dengan berdasarkan bobot dan
memberikan hasil final score yang objektif di mana score yang diberikan pada
tiap-tiap parameter ditambahkan, lebih sederhana dan mudah dalam
penggunaannya.
Dari masalah yang didapat diberikan penilaian pada masing-masing
masalah denganmembandingkan masalah satu dengan lainnya, kemudian tiap
masalah tersebut diberikan nilai.
9. Metode CARL
Merupakan suatu cara untuk menentukan prioritas masalah jika data
yang tersedia adalah data kualitatif. Dilakukan dengan menentukan skor atas
kriteriatertentu, yaitu Capability, Accessability, Readiness dan Leverage
(CARL), semakin besar skor maka semakin besar masalahnya, sehingga
semakin tinggi letaknya pada urutan prioritas
b. Non Scoring Technique
Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter,
dilakukan bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara
menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah :
1. Delphin Technique
Yaitu penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui
kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas
masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama
keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok,
masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang
dicari.
2. Delbech Technique
Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak
sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan
pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk
mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah prioritas.
RASIO, PROPORSI DAN RATE
RASIO
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai
kuantittif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut Contoh:
Kejadian Luar Biasa(KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu daerah. 10
diantaranya adalah jenis kelamn pria. Maka rasio pria terhadap wanita adalah
R=10/20=1/2
PROPORSI
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya
merupakan bagian dari penyebut.
Penyebaran proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi
proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data yang mengenai
masing-masing kategori atau subkelompok dari kelompok itu.
Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap permapuan adalah P=
10/30=1/3
RATE
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan
dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat Rumus:
Rate: k
o X: angka kejadian
o Y: populasi berisiko
o K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
7) Program di Puskesmas
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di
laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan
kesehatan di Puskesmas yaitu :
2. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien
dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan
3. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan
untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
4. Pelayanan KIA(Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana)
yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang
ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur)
untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan
balita.
5. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).
6. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,
7. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan,
perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan
gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut yaitu :
a. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang
dilakukan petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah
kerja Puskesmas
b. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu
pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet
maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran
jasmani anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di
luar gedung
c. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan
kasus tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi
ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan
keperawatan keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia
d. Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang
ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja
puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya
pemeriksaan secara berkala di tempat kerja oleh petugas puskesmas
e. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut
yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar
gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan
salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas
f. Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan
oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam
rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui
kegiatan pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan
jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.
g. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata
terutama pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan
Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnya upaya
penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
h. Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau
upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan
untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif, kardiovaskuler seperti : diabetes
Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut.
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan terhadap
pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan
tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang
dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat
(tusuk jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat, patah tulang).
j. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah
haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan
kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
k. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Setiap program yang dilaksanakan di puskesmas di lengkapi dengan pelaksana
program yang terlatih dan sesuai dengan keahlianya, peralatan kesehatan (alat
pelayanan dan bahan habis pakai kesehatan), dilengkapi juga dengan pedoman
pelaksanan program dan sasaran program (populasi sasaran dan target sasaran)
termasuk sistem pencatatan (register pencatatan pelayanan) dan pelaporannya serta
standar operasional prosedur pelayanan kesehatan programnya, dan beberapa
kelengkapan lainnya misalnya kendaran roda dua dan empat.
8) Program di Puskesmas
Program pokok Puskesmas merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib di
laksanakan karena mempunyai daya ungkit yang besar terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ada 6 Program Pokok pelayanan
kesehatan di Puskesmas yaitu :
8. Program pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) yaitu bentuk pelayanan kesehatan
untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada seseorang pasien
dilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuan yang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan
9. Promosi Kesehatan yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan
untuk membantu masyarakat agar hidup sehat secara optimal melalui kegiatan
penyuluhan (induvidu, kelompok maupun masyarakat).
10. Pelayanan KIA(Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana)
yaitu program pelayanan kesehatan KIA dan KB di Puskesmas yang
ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia Subur)
untuk ber KB, pelayanan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi dan
balita.
11. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).
12. Kesehatan Lingkungan yaitu program pelayanan kesehatan lingkungan di
puskesmas untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya
sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan tempat umum termasuk
pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta masyarakat,
13. Perbaikan Gizi Masyarakat yaitu program kegiatan pelayanan kesehatan,
perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang meliputi peningkatan pendidikan
gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat
Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.
Program pengembangan pelayanan kesehatan Puskesmas tersebut yaitu :
l. Usaha Kesehatan Sekolah, adalah pembinaan kesehatan masyarakat yang
dilakukan petugas Puskesmas di sekolah-sekolah (SD,SMP dan SMP) diwilayah
kerja Puskesmas
m. Kesehatan Olah Raga adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkan ilmu
pengetahuan fisik untuk meningkatkan kesegaran jasmani masyarakat, naik atlet
maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaan dan pemeriksaan kesegaran
jasmani anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan puskesmas di
luar gedung
n. Perawatan Kesehatan Masyarakat, adalah program pelayanan penanganan
kasus tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak lanjuti atau dikunjungi
ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawatan induvidu dan asuhan
keperawatan keluarganya. Misalnya kasus gizi kurang penderita ISPA/Pneumonia
o. Kesehatan Kerja, adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmas yang
ditujuhkan untuk masyarakat pekerja informal maupun formal diwilayah kerja
puskesmas dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit serta
kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja. Misalnya
pemeriksaan secara berkala di tempat kerja oleh petugas puskesmas
p. Kesehatan Gigi dan Mulut, adalah program pelayanan kesehatan gizi dan mulut
yang dilakukan Puskesmas kepada masyarakat baik didalam maupun diluar
gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo mulut dan gizi yang merupakan
salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai di Puskesmas
q. Kesehatan Jiwa, adalah program pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan
oleh tenaga Puskesmas dengan didukung oleh peran serta masyarakat, dalam
rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang optimal melalui
kegiatan pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan
jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Misalnya ada konseling jiwa di Puskesmas.
r. Kesehatan Mata adalah program pelayanan kesehatan mata
terutama pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga kesehatan
Puskesmas dan didukung oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnya upaya
penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
s. Kesehatan Usia Lanjut, adalah program pelayanan kesehatan usia lanjut atau
upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan
untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif, kardiovaskuler seperti : diabetes
Melitus, Hipertensi dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut.
t. Pembinaan Pengobatan Tradisional, Adalah program pembinaan terhadap
pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan
tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang
dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat
(tusuk jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat, patah tulang).
u. Kesehatan haji adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah
haji yang meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kebugaran dan pemantauan
kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari menaikan ibadah haji.
v. Dan beberapa upaya kesehatan pengembangan lainnya yang spesifik lokal yang
dikembangkan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Setiap program yang dilaksanakan di puskesmas di lengkapi dengan pelaksana
program yang terlatih dan sesuai dengan keahlianya, peralatan kesehatan (alat
pelayanan dan bahan habis pakai kesehatan), dilengkapi juga dengan pedoman
pelaksanan program dan sasaran program (populasi sasaran dan target sasaran)
termasuk sistem pencatatan (register pencatatan pelayanan) dan pelaporannya serta
standar operasional prosedur pelayanan kesehatan programnya, dan beberapa
kelengkapan lainnya misalnya kendaran roda dua dan empat.
9) Indikator Kesehatan di Indonesia
Ada 24 indikator kesehatan yang digunakan dalam IPKM (Indeks Pebangunan
Kesehatan Masyarakat) dengan nilai korelasi UHH yang tertinggi. Indikator kesehatan
tersebut adalah :
a. Prevalensi balita gizi buruk dan kurang
b. Prevalensi balita sangat pendek dan pendek
c. Prevalensi balita sangat kurus dan kurus,
d. Prevalensi balita gemuk, prevalensi diare,
e. Prevalensi pnemonia
f. Prevalensi hipertensi,
g. Prevalensi gangguan mental
h. Prevalensi asma
i. Prevalensi penyakit gigi dan mulut
j. Prevalensi disabilitas
k. Prevalensi cedera
l. Prevalensi penyakit sendi,
m. Prevalensi ISPA,
n. Proporsi perilaku cuci tangan,
o. Proporsi merokok tiap hari,
p. Akses air bersih, akses sanitasi,
q. Cakupan persalinan oleh nakes
r. Cakupan pemeriksaan neonatal-1,
s. Cakupan imunisasi lengkap,
t. Cakupan penimbangan balita,
u. Ratio Dokter/Puskesmas,
v. Ratio bidan/desa.
Indikator sehat menurut WHO:
e. Ada tidaknya kelainan pathofisiologis pada seseorang
f. Mengukur kemampuan fisik seseorang seperti kemampuan aerobik, ketahanan,
kekuatan, kelenturan sesuai umur
g. Penilaian atas kesehatan sendiri
h. Indeks Massa Tubuh (berat badan (kg) / T2
(m))
Indikator Kesehatan menurut Indonesia Sehat 2010 dari Depkes RI tahun
2003 terdiri dari 3 indikator, yaitu:
a. Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, terdiri atas indikator angka-
angka mortalitas, angka-angka morbiditas, dan indikator status gizi
b. Indikator Hasil Antara, terdiri atas indikator keadaan lingkungan, indikator perilaku
hidup masyarakat, dan indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan
c. Indikator Proses dan Masukan, terdiri atas indikator pelayanan kesehatan, indikator
sumber daya kesehatan, dan indikator manajemen kesehatan serta indikator
kontribusi sektor-sektor terkait.
10) Peran Epidemiologi dalam Kesehatan
Sehat menurut WHO(1948) adalah kondisi fisik, mental, dan sosial yang sempurna dan
bukan sekedar tidak sakit atau tidak cacat. Sedangkan menurut UU Kesehatan RI 1961
yang diperbaharui dengan UU tahun 1992 berbunyi Kesehatan adalah keadaan
sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Dengan pengertian diatas, bisa diketahui bahwa Epidemiologi mempunyai andil yang
besar pada bidang kesehatan. Maka Epidemiologi sebagai suatu displin ilmu
mempunyai peran sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama yang sedang dihadapi oleh
masyarakat
b. Mengetahui faktor faktor yang berperanan dalam terjadinya masalah kesehatan
atau penyakit yang ada di masyarakat
c. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan
d. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan
e. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
f. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang
perlu dipecahkan.
11) Masalah Kesehatan di Daerah Terpencil
Berdasarkan Keputusan Mentri Dalam Negeri No 9 Tahun 1992 tentang Pedoman dan
Tata Cara Penetapan Wilayah Terpencil, menyatakan bahwa derah terpencil adalah
suatu lingkungan pemukiman dan tempat bekerja dalam suatu wilayah administrasi
pemerintah tertentuyang kondisi alamnya menyebabkan kesulitan yang tnggi bagi
penduuduknya karena :
a. Keterbatasan sarana dan prasarana perhubungan
b. Keterlambatan atau ketidakadaan dalam pelayanan umum dibidang administrasi
pemerintahan, pelayanan kesehatan, pertanian, penyuluhan, penerangan, dan
kesempatan untuk melanjutkan SMP atau SLTA
c. Kelangkaan harga kebutuhan pokok.
Masalah yang banyak terjadi di daerah terpencil adalah :
f. Kurangnya sarana dan prasarana serta SDM (Sumber Daya Manusia) pada
puskesmas di daerah terpencil. Sehingga untuk mendapat obat, tenaga medis
harus menempuh jara yang jauh dan medan yang sulit
g. Terdapat penyebaran penyakit ISPA(infeksi saluran pernafasan akut), tuberculosis
paru paru, diare, dan malaria klinis. Hal ini disebabkan oleh geografis yang
mendukung tumbuhnya penyakit tersebut.
h. Kebiasaan masyarakat dalam berobat. Masyarakat belum sepenuhnya percaya
pada dokter dan masih terikat pada tradisi. Contohnya 50,8% dari mayarakat
sudad memanfaatkan puskesmas, 44,1% melakukan pengobatan tradisional, 5,1%
masih melakukan pengobatan sendiri.
i. Perilaku dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seorang ibu yang harus duduk
selama 40 hari pasca melahirkan, pembesaran limfa malaria harus diurut (dipijat),
bayi yang berumur 40 hari tidak boleh dibawa kemana-mana sekalipun untuk ke
posyandu
j. Keadaan kesehatan lingkungan. Contohnya daerah pasang surut, Jambi terdapat
perasalahan kurangnya air bersih sehingga kebersihan kurang terjamin. Lain
halnya dengan derah kepulauan, pinggir sungai dan pegunungan yang
ketersediaan airnya melimpah. Tetapi masalah utama derah tersebut adalah
perilaku asyarakay yang masih buang air besar (BAB) di sumber air, sehinggga
sumber air tercemar.
12) Tingkatan Pelayanan Kesehatan
Merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yg diberikan pada masyarakat.
Menurut Leavel & Clark dlm memberikan pelayanan kesehatan harus memandang
pada tingkat pelayanan kesehatan yg akan diberikan, yaitu :
a. Health promotion (promosi kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan
kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
Contoh : Kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, dsb
b. Specifik protection (perlindungan khusus)
Perlindungan khusus adalah masyarakat terlindung dari bahaya/penyakit-penyakit
tertentu
Contoh : Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja
c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini & pengobatan segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit dilakukan untuk mencegah penyebaran
penyakit
Contoh : survey penyaringan kasus.
d. Pembatasan Kecacatan
e. Pemulihan Kesehatan
Tingkat pelayanan kesehatan adalah:
d. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh Dokter Umum (Tenaga Medis) dan
Perawat Mantri (Tenaga Paramedis). Pelayanan kesehatan primer (primary health
care), atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang
paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka
mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan. Primary health care pada
pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang sebagian besarnya bermukim di
pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan
kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory Services).Diperlukan untuk
masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan
kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Contohnya : Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
e. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan
kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah
sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di
Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D
sampai dengan rumah sakit kelas A. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh Dokter
Spesialis dan Dokter Subspesialis terbatas. Pelayanan kesehatan ini sifatnya
pelayanan jalan atau pelayanan rawat (inpantient services).Diperlukan untuk
kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat
ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
f. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan
pelayanan subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh
Dokter Subspesialis dan Dokter Subspesialis Luas. Pelayanan kesehatan ini
sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap
(rehabilitasi).Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah
tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Contohnya: Rumah
Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B.
13) Tingkatan Masalah Penyakit
e. Epidemi
Wabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya
penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut
penyakit yang menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam
epidemiologi, epidemi berasal dari bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan
“demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara
lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu
populasi dalam periode waktu tertentu disebut incide rate (laju timbulnya penyakit).
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan
sama dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
f. Endemi
Endemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi
pada suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan
“demos” yang artinya rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di
dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
g. Pandemi
Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya
penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari
bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.
h. Sporadik
Sporadik yakni penyakit yang frekuensinya berubah ubah menurut waktu
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila
ketiga syarat berikut telah terpenuhi :
e. Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi
bersangkutan,
f. Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,
g. Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada manusia.
h. Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena
menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai
kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai
pandemi karena tidak ditularkan.
1. Hambatan dalam Kesehatan
o Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup sehat dan bersih.
Perilaku ini sendiri didasari oleh kurangnya kesadaran diri dari masing-masing
individu akan kesehatan. Contohnya saja seperti kebiasaan merokok, rendahnya
pemberian ASI eksklusif , meningkatnya HIV /AIDS, penggunaan narkoba, serta
meningkatnya angka kematian akibat kecelakaan. Hal ini dapat diatasi dengan
pembentukan peraturan-peraturan yang mampu memberikan efek jera.
o Kinerja pelayanan yang rendah . Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya
proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan akibat masih banyaknya
masyarakat yang melakukan persalinan dibantu dengan dukun . Yang kedua
adalah proporsi penemuan kasus TBC paru yang masih rendah juga , hal ini
disebabkan karena penemuan kasus/diagnosis yang tidak standar serta banyaknya
kasus TB pada anak yang tidak terdeteksi/ terlambat diketahui karena kurangnya
pemahaman masyarakat. Contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa masih
rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan hal-hal tersebut.
o Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu
faktor penunjang akan kesehatan. Masih banyak masyarakat yang tidak memiliki
akses untuk mendapatkan air bersih.
o Rendahnya kualitas, pemerataan, dan keterjangkauan dalam pelayanan kesehatan.
Contohnya dapat dilihat dari sudah banyaknya rumah sakit yang tersebar di
hampir seluruh kabupaten/kota namun kualitas pelayanannya masih kurang
memenuhi harapan masyarakat seperti, lamanya waktu tunggu, sulitnya
administrasi, serta lambatnya pelayanan. Di era globalisasi ini produksi obat pun
semakin banyak dan bervariasi, semakin tinggi pula kemungkinan pengonsumsian
obat yang tidak memenuhi standar mutu dan keamanan.
Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata. Indonesia meluluskan
banyak sekali dokter namun banyak yang tidak bersedia ditempatkan di daerah
terpencil dengan alasan, sinyal kurang, ketidaktersediannya transportasi, jauh dari
keluarga, sehingga menyebabkan tenaga medis berkumpul hanya di kota-kota besar.
2. Puskesmas
Pengertian Puskesmas
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kesehatan.
1) Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD),
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas
kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2) Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3) Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten / kota adalah dinas kesehatan kabupaten / kota,
sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota sesuai dengan
kemampuannya.
4) Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi
apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggung jawab langsung kepada Dinas K esehatan kabupaten/kota.
b. Visi dan Misi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat
adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama,
yakni:
1) Lingkungan sehat
2) Perilaku sehat
3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta
4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Misi tersebut adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan yaitu
pembangunan yang tidak menimbulkan damapk negative terhadap kesehatan,
setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan,
melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk
hidup sehat.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas akan selalu berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan
memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan
sertameningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah
kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi
kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas
mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
c. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
d. Fungsi Puskesmas
1) Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia
usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas
adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2) Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan
aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya social budaya masyarakat setempat.
3) Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu danberkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
1. Pelayan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan
untuk puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
e. Struktur Organisasi Puskesmas
Menurut keputusan menteri kesehatan RI nomor 128/MenKes/RI/SK/II/2004, struktur
organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas.
Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten / kota dilakukan oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai
acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :
1) Kepala puskesmas
2) Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan:
a. Data dan informasi
b. Perencanaan dan penilaian
c. Keuangan
d. Umum dan kepegawaian
3) Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas:
a. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
b. Upaya kesehatan perorangan.
4) Jaringan pelayanan puskesmas:
a. Unit puskesmas pembantu
b. Unit puskesmas keliling
c. Unit bidan di desa/komunitas
Perbedaan Kesehatan Negara Maju dan Berkembang
Pelayanan kesehatan di negara maju umumnya jauh lebih baik dibandingkan dengan
negara berkembang.Selain didukung dari sarana dan prasarana yang memadai, kesadaran
masyarakat akan kesehatan pun juga sangat tinggi sehingga mereka lebih memperhatikan
bagaimana pola hidup yang sehat.Selain itu tingkat pendidikan yang tinggi membuat para
tenaga medis lebih terampil dan lebih ahli dalam menangani pasiennya.
Sedangkan tingkat kesehatan di negara berkembang cenderung rendah. Seperti yang kita
ketahui di negara berkembang, bahwa belum keseluruhan masyarakatnya menikmati taraf hidup
yang layak,hal tersebut tentunya akan mempengaruhi masalah kesehatan yang ada.Rendahnya
tingkat kesehatan tersebut dikarenakan negaranya yang masih berkembang, jumlah pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit masih kurang dibandingkan dengan luas wilayah dan banyak
pendukduknya.
Selain itu karena tingkat pendidikan yang masih kurang,maka kesadaran untuk menjaga
kesehatan pun juga kurang. Hal lain yaitu dikarenakan angka kematian bayi dan balita yang
tinggi karena kurang tepatnya penanganan ibu hamil, kurang imunisasi,dan kurang gizi pada
balita dan yang terakhir yaitu karena di negara berkembang banyak daerah perkotaan yang
kumuh yang merupakan sumber berbagai penyakit.
3. Menguraikan Faktor Risiko
Risk Factor atau Faktor Risiko adalah hal-hal atau variabel yang terkait dengan
peningkatan suatu resiko dalam hal ini penyakit tertentu. Faktor resiko disebut juga faktor
penentu, yaitu menentukan berapa besar kemungkinan seorang yang sehat menjadi sakit. Faktor
penentu kadang-kadang juga terkait dengan peningkatan dan penurunan resiko terserang sutu
penyakit. Faktor resiko adalah salah satu bagian dari ilmu Epidemiologi. Epidemiologi pada
penyakit menular di sebut etiologi sedangkan pada penyakit tidak menular di sebut faktor
risiko.
Faktor resiko merupakan karakteristik, kebiasaan, tanda atau gejala yang tampak pada
seseorang atau populasi sebelum terserang suatu penyakit. Namun secara keilmuan, faktor resiko
memiliki definisi tersendiri, yaitu karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit
yang diderita induvidu yang mana secara statistic berhubungan dengan peningkatan
kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu kelompok masyarakat.
Setiap faktor resiko memiliki korelasi, tetapi korelasi tidak dapat membuktikan hukum sebab-
akibat yang mungkin muncul. Metode statistik seringkali digunakan untuk menilai kekuatan
sebuah asosiasi dan untuk memberikan bukti kausal. Analisis statistik bersama dengan
pendekatan dalam bidang biologi dan medik dapat menetapkan faktor risiko penyebab.
Secara umum, faktor risiko terbagi menjadi dua :
1. Faktor risiko yang tidak dapat di intervensi :
Faktor genetik
Jenis kelamin
Usia
2. Faktor risiko yang dapat di intervensi :
Kebiasaan buruk,
gaya hidup,
pola makan
obesitas
Kegunaan menentukan faktor risiko :
Untuk memprediksi kejadian penyakit, misalnya perokok berat mempunyai
kemungkinan 10 kali untuk kanker paru daripada bukan perokok.
Untuk memperjelas penyebab artinya kejelasan atau beratnya faktor resiko
dapat menjadikannya sebagai faktor penyebab.
Untuk mendiagnosa
Hubungan morbiditas dan mortalitas digambarkan sebagai berikut:
Menurut WHO bahwa morbiditas dapat menimpa manusia lebih dari satu kali dan
selanjutnya rangkaian morbiditas ini (morbiditas kumulatif) pada akhirnya menghasilkan
suatu kematian. Jadi hubungan keduanya adalah bahwa morbiditas yang berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena keduanya saling berkaitan maka cara pencegahan salah satu komponen
sama saja dengan mencegah kedua aspek tersebut. Maksudnya mencegah morbiditas juga
mencegah mortalitas ataupun sebaliknya. Cara pencegahan keduanya adalah imunisasi,
jampersal, jamkesmas, ASI eksklusif, meningkatkan kualitas perawat, dan lain lain.
1. Fungsi
a. Melakukan analisa situasi terkini
b. Membuat perbandingan – antar waktu, antar wilayah, antar kelompok orang
c. Mengukur perubahan dari waktu-waktu
d. Menganalisa komitmen terhadap kebijakan-kebijakan sosial ekonomi & yankes dasar
e. Memantau kemajuan dari implementasi program kesehatan
f. Mengevaluasi dampak terhadap status kesehatan dari populasi
g. Alat untuk membandingkan perbedaan antar daerah dan mengukur kemajuannya
sehingga dapat mengetahui status kesehatan
h. Dapat menunjukkan perbedaan status kesehatan antar kelompok dlm populasi: antara
kaya dan miskin, atau urban dan rural.
Masalah Kesehatan
1. Ragam Masalah Kesehatan
a. Masalah Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan bila mengacu pada penelitian Hendrik L. Blum di Amerika
Serikat memiliki urutan kedua faktor yang mempengaruhi status kesehatan
masyarakat setelah faktor lingkungan. Di Indonesia diduga faktor perilaku justru
menjadi faktor utama masalah kesehatan sebagai akibat masih rendah pengetahuan
kesehatan dan faktor kemiskinan. Kondisi tersebut mungkin terkait tingkat
pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan masyarakat untuk berperilaku sehat.
Terbentuknya perilaku diawali respon terhadap stimulus pada domain kognitif berupa
pengetahuan terhadap obyek tersebut, selanjutnya menimbulkan respon batin (afektif)
yaitu sikap terhadap obyek tersebut. Respon tindakan (perilaku) dapat timbul setelah
respon pengetahuan dan sikap yang searah (sinkron) atau langsung tanpa didasari
kedua respon di atas. Jenis perilaku ini cenderung tidak bertahan lama karena
terbentuk tanda pemahaman manfaat berperilaku tertentu.
Proses terbentuknya sebuah perilaku yang diawali pengetahuan membutuhkan
sumber pengetahuan dan diperoleh dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
merupakan kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada sasaran
sehingga pengetahuan sasaran terhadap sesuatu masalah meningkat dengan harapan
sasaran dapat berperilaku sehat.
Sikap setuju terhadap suatu perilaku sehat dapat terbentuk bila pengetahuan yang
mendasari perilaku diperkuat dengan bukti manfaat karena perilaku seseorang
dilandasi motif. Bila seseorang dapat menemukan manfaat dari berperilaku sehat
yang diharapkan oleh petugas kesehatan maka terbentuklah sikap yang mendukung.
Perilaku sendiri menurut Lawrence Green dilatarbelakangi 3 faktor pokok yaitu
faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors) dan
faktor penguat (reinforcing factors). Oleh sebab tersebut maka perubahan perilaku
melalui pendidikan kesehatan perlu melakukan intervensi terhadap ketiga faktor
tersebut di atas sehingga masyarakat memiliki perilaku yang sesuai nilai-nilai
kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
b. Masalah Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga
berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang
optimum pula. Masalah kesehatan lingkungan meliputi penyehatan lingkungan
pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah serta pengelolaan
tempat-tempat umum dan pengolahan makanan.
1) Penyehatan lingkungan pemukiman
Lingkungan pemukiman secara khusus berupa rumah merupakan salah satu
kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kriteria rumah sehat antara lain luas
bangunan rumah minimal 2,5 m2 per penghuni, fasilitas air bersih yang cukup,
pembuangan tinja, pembuangan sampah dan limbah, fasilitas dapur dan ruang
berkumpul keluarga serta gudang dan kandang ternak untuk rumah pedesaan.
2) Penyediaan air bersih
Kebutuhan air bersih terutama meliputi air minum, mandi, memasak dan mencuci.
Syarat air minum yang sehat antara lain syarat fisik, syarat bakteriologis dan syarat
kimia. Air minum sehat memiliki karakteristik tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, suhu di bawah suhu udara sekitar (syarat fisik), bebas dari bakteri patogen
(syarat bakteriologis) dan mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang
dipersyaratkan (syarat kimia).
3) Pengelolaan limbah dan sampah
Limbah merupakan hasil buangan baik manusia (kotoran), rumah tangga, industri
atau tempat-tempat umum lainnya. Sampah merupakan bahan atau benda padat yang
dibuang karena sudah tidak digunakan dalam kegiatan manusia. Pengelolaan limbah
dan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan polusi terhadap kesehatan
lingkungan.
Pengolahan kotoran manusia membutuhkan tempat yang memenuhi syarat agar
tidak menimbulkan kontaminasi terhadap air dan tanah serta menimbulkan polusi bau
dan mengganggu estetika. Tempat pembuangan dan pengolahan limbah kotoran
manusia berupa jamban dan septic tank harus memenuhi syarat kesehatan karena
beberapa penyakit disebarkan melalui perantaraan kotoran.
Pengelolaan sampah meliputi sampah organik, anorganik serta bahan berbahaya,
memiliki 2 tahap pengelolaan yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah serta
pemusnahan dan pengolahan sampah.
Pengelolaan limbah ditujukan untuk menghindarkan pencemaran air dan tanah
sehingga pengolahan limbah harus menghasilkan limbah yang tidah berbahaya.
Syarat pengolahan limbah cair meliputi syarat fisik, bakteriologis dan kimia.
Pengolahan air limbah dilakukan secara sederhana dan modern. Secara sederhana
pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan pengenceran (dilusi), kolam oksidasi
dan irigasi, sedangkan secara modern menggunakan Sarana atau Instalasi Pengolahan
Air Limbah (SPAL/IPAL).
4) Pengelolaan tempat-tempat umum dan pengolahan makanan
Pengelolaan tempat-tempat umum meliputi tempat ibadah, sekolah, pasar dan
lain-lain sedangkan pengolahan makanan meliputi tempat pengolahan makanan
(pabrik atau industri makanan) dan tempat penjualan makanan (toko, warung makan,
kantin, restoran, cafe, dll). Kegiatan berupa pemeriksaan syarat bangunan,
ketersediaan air bersih serta pengolahan limbah dan sampah.
c. Masalah Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal.
Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar membutuhkan syarat
ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan. Ketersediaan sumber daya yang
akan menunjang perilaku sehat masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan
baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas
kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana
pendukung) serta sumber daya dana (pembiayaan kesehatan).
1) Petugas kesehatan yang profesional
Pelaksana pelayanan kesehatan meliputi tenaga medis, paramedis keperawatan,
paramedis non keperawatan dan non medis (administrasi). Profesionalitas tenaga
kesehatan yang memberi pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan kompetensi dan
taat prosedur.
2) Sarana bangunan dan pendukung
Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung pelayanan kesehatan saat ini diatasi
dengan konsep Desa Siaga yaitu konsep memandirikan masyarakat untuk sehat.
Pemerintah sendiri selain dana APBN dan APBD, melalui program Bantuan
Operasional Kegiatan (BOK) Puskesmas dan program pengembangan sarana
pelayanan kesehatan rujukan telah banyak meningkatkan mutu sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan di Indonesia.
3) Pembiayaan kesehatan
Faktor pendukung (enabling factors) masyarakat untuk berperilaku sehat telah
dilakukan di Indonesia melalui asuransi kesehatan maupun dana pendamping, namun
perilaku sakit masih dominan sehingga upaya kuratif yang membutuhkan biaya besar
cenderung menyebabkan dana tidak tercukupi atau habis di tengah jalan.
4). Masalah Genetik
Beberapa masalah kesehatan dan penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik
tidak hanya penyakit keturunan seperti hemophilia, Diabetes Mellitus, infertilitas dan
lain-lain tetapi juga masalah sosial seperti keretakan rumah tangga sampai perceraian,
kemiskinan dan kejahatan. Masalah kesehatan dan penyakit yang timbul akibat faktor
genetik lebih banyak disebabkan kurang paham terhadap penyebab genetik,
disamping sikap penolakan karena faktor kepercayaan.
1. Perbedaan outbreak dengan wabah
Hakikatnya outbreak sama dengan epidemi (wabah). Hanya saja terma kata outbreak
biasanya digunakan untuk suatu keadaan epidemik yang terjadi pada populasi dan area
geografis yang relatif terbatas. Area terbatas yang merupakan tempat terjadinya outbreak
disebut fokus epidemik. Alasan lain penggunaan terma outbreak sebagai pengganti epidemi
karena kata epidemi atau wabah berkonotasi gawat sehingga dapat menimbulkan kepanikan
pada masyarakat (Tomes, 2000). Kata epidemi tidak disukai oleh para pejabat sebab kejadian
epidemi di suatu wilayah dapat menampar muka pejabat yang bertanggungjawab di wilayah
tersebut. Karena itu biasanya terma epidemi atau wabah diganti dengan terma yang lebih
halus, yaitu “outbreak” atau “kejadian luar biasa” (extra-ordinary events), disingkat KLB.
Bahkan dalam bahasa Inggris juga dikenal kata yang lebih eufemistik (halus) daripada
outbreak, yaitu “upsurge” yang berarti peningkatan suatu kejadian peristiwa secara tiba-tiba.
2. Tujuan Investigasi Outbreak
Intinya, investigasi outbreak dilakukan untuk dua tujuan:
(1) Mengetahui penyebab outbreak;
(2) Menyetop outbreak sekarang dan mencegah outbreak di masa mendatang (Greenberg et
al., 2005).
Tujuan khusus investigasi outbreak adalah mengidentifikasi:
(1) Agen kausa outbreak;
(2) Cara transmisi;
(3) Sumber outbreak;
(4) Carrier;
(5) Populasi berisiko;
(6) Paparan yang menyebabkan penyakit (faktor risiko).
3. Langkah Langkah Investigasi Outbreak
a. Identifikasi outbreak
b. Investigasi kasus
c. Investigasi kausa
d. Langkah pencegahan dan pengendalian
e. Studi analitik (jika perlu)
f. Komunikasikan temuan
g. Evaluasi dan teruskan surveilans
1. Perbedaan pelayanan kesehatan di kota, di desa, dan daerah terpencil.
a. Kota
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas kawasan perkotaan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) memprioritaskan pelayanan UKM;
2) pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;
3) pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat;
4) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
5) pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai
dengan pola kehidupan masyarakat perkotaan.
b. Desa
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan pedesaan memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;
2) pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
3) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
4) pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat
perdesaan
c. Daerah Terpencil
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas kawasan terpencil dan sangat
terpencil memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi tenaga kesehatan;
2) dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan tertentu
bagi dokter, perawat, dan bidan;
3) pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal;
4) pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat di
kawasan terpencil dan sangat terpencil;
5) optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
6) pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster dan/atau
pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan aksesibilitas.
Menjelaskan hubungan antar faktor dalam proses terjadinya penyakit, agent, host, dan
environment.
Ditinjau dari sudut ekologis ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan,
kecacatan, ketidakmampuan dan kematian pada manusia yang disebut sebagai Trias Ekologi
atau Trias Epidemiologi yaitu agen penyakit, manusia dan lingkungan.
Dalam keadaan normal terjadi suatu keseimbangan yang dinamis antara ketiga
komponen ini atau disebut sehat. Pada suatu keadaan terjadinya gangguan pada keseimbangan
dinamis ini, misalnya akibat menurunnya kualitas lingkungan hidup sampai tingkat tertentu
maka akan memudahkan agen penyakit masuk kedalam tubuh manusia dan keadaan “sakit”.
Interaksi agen, host, dan environment
1. Interaksi antara agen dan environment
Suatu keadaan terpengaruhnya agen penyakit secara langsung oleh lingkungan yang
menguntungkan agen penyakit. Terjadi pada saat suatu penyakit, misal stabilitas vitamin
yang terkandung dalam sayuran di dalam ruang pendingin dan penguapan bahan kimia
beracun oleh proses pemanasan bumi.
2. Interaksi antara host dan agen
Suatu keadaan agen yang menetap, berkembang biak dan dapat merangsang manusia
untuk menimbulkan respons berupa tanda-tanda dan gejala penyakit, misal demam.
Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, kecacatan, dan kematian.
3. Interaksi antara host dan environment
Suatu keadaan terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya dan
terjadi pada saat prapatogenesis suatu penyakit, misalnya udara dingin, hujan, dan
kebiasaan membuat dan menyediakan makanan.
4. Interaksi agen, manusia, dan environment
Suatu keadaan saling mempengaruhi antara agen, host, dan environment secara
bersama-sama dan keadaan tersebut memperberat satu sama lain sehingga memudahkan
agen baik secara langsung ataupun tidak langsung masuk ke dalam tubuh manusia,
misalnya pencemaran air sumur oleh kotoran manusia dpt menyebabkan muntaber.
Menjelaskan masalah kesehatan di Indonesia meliputi cakupan pelayan yang rendah,
edukasi yang rendah, dan kurangnya akses fasilitas kesehatan.
Masalah kesehatan di Inonesia:
Kurangnya tenaga medis
Akses yang belum memadai
Edukasi yang kurang
Kesadaran masyarakat buruk
Biaya untuk berobat mahal
Tidak seriusnya pemerintah menangani asalah kesehatan