resume kasus hipremesis gravidarium.doc

14
RESUME KASUS KETUBAN PECAH DINI Oleh Helda Puspitasari NIM 122310101018

Upload: indra

Post on 24-Sep-2015

241 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

RESUME KASUS KETUBAN PECAH DINIOleh

Helda Puspitasari

NIM 122310101018PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNVERSITAS JEMBER2015Kasus Ketuban Pecah Dini (KPD)

Ny. Siti Asiah 38 th dengan usia kehamilan 34 sampai 35 minggu. Kehamilan saat ini merupakan kehamilan yang ke 5 dengan keluhan perut kencang-kencang mulai 3 hari yang lalu disertai keluarnya sedikit cairan dari jalan lahir. Warna cairan tersebut adalah keruh, frekuensi terbanyak keluarnya cairan adalah pukul 05.00 WIB. Hari pertama Haid Terakhit Ny. Siti yaitu pada tanggal 17 agustus 2014. Selama kehamilan Ny. Siti melakukan pelayanan antenatal care sebanyak 5 kali yaitu ke bidan. Anak pertama Ny. Siti A saat ini berumur 24 tahun dengan berat badan lahir 3000 gram, persalinan di bantu oleh dukun. Anak ke dua saat ini berumur 17 tahun di bantu oleh bidan dengan berat bayi lahir 3300 gram. Ny. Siti mengalami keguguran pada riwayat kehamilan ke 3 dan 4. Keguguran pada riwayat kehamilan ke 3 ketika usia kehamilan memasuki 4 bulan dan keguguran pada riwayat kehamilan ke 4 ketika usia kehamilan 2 bulan. Jarak antara keguguran pertama dan kedua adalah 1 tahun. Ny. Siti tidak memiliki riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Saat dilakukan pemeriksaan didapatkan data keadaan umum Ny. Siti baik, kesadaran Ny. Siti compos mentis dengan hasil pengukuran TTV yaitu TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, Suhu 36, 3 derajat celcius, dan RR 18x/menit. Hasil pemeriksaan palpasi didapatkan Hasil Leopod 1 tinggi fundus uteri 31 cm, leopod 2 didapatkan letak punggung bayi terletak disebelah kanan dengan DJJ 142x/menit, leopod 3 yaitu letak kepala dan leopod ke 4 adalah belum masuk PAP. Teori kasus

a. Pengertian Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm (Prawirohardjo. 2010). Insidensi KPD berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. KPD berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman,2009).

b. Etiologi

Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti, dahulu penyakit ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya semacam racun yang berasal dari janin atau kehamilan. Namun diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut ini :1.Faktor fisiologi seperti endokrin, metabolik, alergi, infeksi.2.Faktor lingkungan seperti bau-bauan, pestisida, bising, dan wilayah padat.3.Faktor psikologis dan sosiokultural.Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadiannya adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam Mochtar, 1998) adalah:

1. Faktor adaptasi dan hormonal.

Primagravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan Human Chorionik Gonadotropin (HCG), sedangkan pada kehamilan ganda atau mola hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi.

2. Faktor psikologis.

Wanita yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaaan, keretakan hubungan dengan suami, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,dsb dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup dsb.3. Faktor alergi.

Terjadi invasi jaringan vili Chorialis yang masuk ke dalam peredaran darah ibu.c. PatofisiologiSecara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urin yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perpusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tida sempurna sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan eksresi yang berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weeiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.

d. Tanda Dan Gejala Tanda dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi muntah yang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi memberi petunjuk bahwa ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang intensif. Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga tingkat berikut ini menurut (Manuaba, dkk 2006) adalah :

1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama (Ringan)

a. Muntah berlangsung terus.

b. Makan berkurang.

c. Berat badan menurun.

d. Kulit dehidrasi sehingga tonusnya lemah.

e. Nyeri di daerah epigastrium.

f. Tekanan darah turun dan nadi meningkat.

g. Lidah kering.

h. Mata tampak cekung.

2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua (Sedang)

a. Penderita tampak lebih lemah.

b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor.

c. Tekanan darah menurun, nadi maningkat.

d. Berat badan makin menurun.

e. Mata ikterus.

f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan bau aseton dalam urine meningkat.

g. Terjadinya gangguan buang air besar.

h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis.

i. Napas berbau aseton.

3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga (Berat)

a. Muntah berkurang.

b. Keadaan umum ibu hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas/berat.

c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus.

d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma; komplikasi susunan saraf pusat (enselopati wernicke): nistagmus (perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan perubahan mental

e. Komplikasi

Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin, seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumini aspirasi, robekan mukosa pada hubungan gastroesofagi yang menyebabakn peredaran ruptur esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal, ini akan memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai dengan kehamilan, yang mengakibatkan peredaran darah janin berkurang (setiawan, 2007). Pada bayi, jika hiperemesis ini terjadi hanya di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius, tapi jika sepanjang kehamilan si ibu menderita hiperemesis gravidarum, maka kemungkinan bayinya mengalami BBLR, IUGR, Premtur hingga menjadi abortus (Wiknjosastro, 2005).f. Diagnosa Keperawatan A Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hyperemesis gravidarum adalah meliputi :

1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah yang berlebihan atau intake cairan kurang

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah atau kurangnya intake nutrisi

3. Takut berhubungan dengan pengaruh hyperemesis terhadap kesehatan janin

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perawatan hyperemesis

5. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan muntah yang terus-menerus

6. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan

g. Intervensi Intrvensi untuk diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :

1. Kaji tanda-tanda adanya dehidrasi

Rasional : memperbaiki keseimbangan cairan dan mempertahankan mekanisme homeostatis merupakan dasar untuk menjaga keseimbangan ibu dan fetus.

2. Kaji tanda-tanda vital

Rasional : suhu, nadi yang meningkat dan TD yang menurun adalah tanda-tanda dari dehidrasi dan hypovolemia

3. Berikan cairan parenteral : elektrolit, glukosa dan vitamin sesuai program

Rasional : cairan ini akan memberikan atau memenuhi kebutuhan tubuh akan keseimbangan asam basa , elektrolit dan hypoavitaminosis

4. Berikan nutrisi dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : pemberian makanan secara bertahap atau perlahan-lahan dapat menolong

5. Timbang berat badan ibu secara periodik

Rasional : pengukuran yang dilakukan dengan seksama, menjamin hasil yang pasti : jumlah kenaikan BB 10-13 kg merupakan kenaikan yang optimal bagi ibu dan fetus (indonesia : 11,5 kg). Triwulan 1 BB naik 1-2 kg , triwulan II : BB naik 5 kg, triwulan III : BB naik 5,5 kg.

6. Monitor pemberian cairan dan makanan dalam 24 jam demikian pula pengeluaran dan pemasukan cairan dicatat.

Rasional : pemberian cairan dan elektrolit merupakan suatu cara untuk menangani muntah yang menetap, pencatatan ini akan dapat menilai keseimbangan elektrolit yang diberikan, sedangkan untuk jumlah kalorinya berapa banyak yang sudah dapat diberikan.

7. Kaji edema pada daerah kaki atau tempat lain

Rasional : adanya edema dapat juga karena kekurangan albumin atau terjadi kegagalan ginjal

8. Kaji adanya keton dalam urine

Rasional : adanya keton dalam urine menandakan persediaan lemak ibu dipakai untuk energi karena adanya pemasukkan kalori yang tidak adekuat

9. Lakukan kolaborasi dengan tim lain untuk pemberian obat-obat antiemetik

Rasional : biasanya untuk menanggulangi muntah

10. Berikan makanan yang ringan bila sudah diijinkan dalam porsi kecil dan sering (cair dan padat)

Rasional : pemberian makanan yang padat dan cair dalam porsi kecil dan sering dapat mengurangi muntah

11. Tingkatkan pemberian makanan ini bila klien sudah dapat menerima (toleransi)

Rasional : adanya peningkatan dalam pemberian makanan menunjukkan keberhasilan dalam pengobatan

12. Monitor DJJ janin dan aktivitas janin

Rasional : DJJ dan pergerakan janin merupakan indikasi bahwa fetal/janin dalam keadaan baik

13. Kaji tinggi fundus uteri

Rasional : peningkatan tinggi fundus uteri menunjukkan pertumbuhan janin

14. Monitor gejala-gejala morning sickness

Rasional : adanya peubahan hormonal, maternal hypoglikemia dan motilitas gaster yang menurun, faktor emosional dan kebudayaan

15. Puasakan klien selama 24-48 jam

Rasional : dengan puasa lambung diharapkan perdarahan mukus membran lambung dapat sembuh

16. Kaji kulit : tekstur dan turgornya

Rasional : kulit yang kering dan turgor yang buruk merupakan tanda-tanda dehidrasi

17. Berikan informasi dan keadaan si ibu

Rasional : kehamilan yang tidak terkontrol akan dapat menimbulkan gangguan, atau bila ada gangguan tidak dapat diketahui secara dini

18. Observasi tanda-tanda komplikasi asidosis metabolik

19. Anjurkan klien untuk perbanyak istirahat

20. Ciptakan lingkungan yang nyaman

21. Intervensi psikologis

22. Perhatikan kebersihan mulut

23. Berikan obat-obat anti emetik sesuai program DAFTAR PUSTAKA Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.Runiari, Nengah. 2010. Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum. Jakarta : Salemba Medika.Bobak, Irene, M, (1995), Perawatan Maternitas dan Ginekologi, cetakan 2, IAPKP, Bandung.

Hamilton, P, M, (1995), Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, cetakan 1, Jakarta : EGC.Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid 1, Jakarta : EGC.

Jaffe, Marie, S, etc (1989), Maternal Infant Health Care Plans, Springhouse corporation.

Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta : EGC.