resume kasus enron

21
Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat Kasus Enron dan PT Kereta Api Indonesia 1 KELOMPOK 1 Naufal Aditya 15/MPA-XXXIC/26 Wahyu D. Sinaga 15/MPA-XXXIC/43

Upload: naufal-aditya

Post on 31-Jan-2016

361 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

mm

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Kasus ENRON

Etika Profesi dan Tata Kelola Korporat

Kasus Enron dan PT Kereta Api Indonesia

1

KELOMPOK 1

Naufal Aditya 15/MPA-XXXIC/26

Wahyu D. Sinaga 15/MPA-XXXIC/43

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GAJAH MADA

2015

Page 2: Resume Kasus ENRON

Kasus PT. Kereta Api Indonesia

PT KERETA API INDONESIA (PT KAI) terdeteksi adanya kecurangan dalam

penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang dapat

menyesatkan investor dan stakeholder lainnya. Kasus ini juga berkaitan dengan

masalah pelanggaran kode etik profesi akuntansi. Diduga terjadi manipulasi data

dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005, perusahaan BUMN itu dicatat

meraih keutungan sebesar Rp6,9 Miliar. Padahal apabila diteliti dan dikaji lebih

rinci, perusahaan justru menderita kerugian sebesar Rp63 Miliar.

Komisaris PT KAI Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan

Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan

mengatakan, laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S.

Manan. Audit terhadap laporan keuangan PT KAI untuk tahun 2003 dan tahun-

tahun sebelumnya dilakukan oleh Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), sedangkan

untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.

Hasil audit tersebut kemudian diserahkan Direksi PT KAI untuk disetujui sebelum

disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, dan Komisaris PT KAI yaitu

Hekinus Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT KAI tahun 2005 yang

telah diaudit oleh akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama,

ditemukan adanya kejanggalan dari laporan keuangan PT KAI tahun 2005 sebagai

berikut:

1. Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam

laporan keuangan itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun

2005. Kewajiban PT KAI untuk membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak

pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2 Miliar yang diterbitkan oleh

Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan

keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang

seharusnya menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standar

Page 3: Resume Kasus ENRON

Akuntansi, pajak pihak ketiga yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa

dimasukkan sebagai aset. Di PT KAI ada kekeliruan direksi dalam mencatat

penerimaan perusahaan selama tahun 2005.

2. Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp24

Miliar yang diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui

manajemen PT KAI sebagai kerugian secara bertahap selama lima tahun.

Pad akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum

dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp6 Miliar, yang seharusnya

dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.

3. Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total

nilai kumulatif sebesar Rp674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar

Rp70 Miliar oleh manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember

2005 sebagai bagian dari hutang.

4. Manajemen PT KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap

kemungkinan tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah

dibebankan kepada pelanggan pada saat jasa angkutannya diberikan PT KAI

tahun 1998 sampai 2003.

Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara Komisaris dan

auditor akuntan publik terjadi karena PT KAI tidak memiliki tata kelola

perusahaan yang baik. Ketiadaan tata kelola yang baik itu juga membuat komite

audit (komisaris) PT KAI baru bisa mengakses laporan keuangan setelah diaudit

akuntan publik. Akuntan publik yang telah mengaudit laporan keuangan PT KAI

tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik. Jika

terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau pencabutan izin

praktik.

Page 4: Resume Kasus ENRON

Kasus PT KAI berawal dari pembukuan yang tidak sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan. Sebagai akuntan sudah selayaknya menguasai prinsip

akuntansi berterima umum sebagai salah satu penerapan etika profesi.

Kesalahan karena tidak menguasai prinsip akuntansi berterima umum bisa

menyebabkan masalah yang sangat menyesatkan.

Laporan Keuangan PT KAI tahun 2005 disinyalir telah dimanipulasi oleh

pihak-pihak tertentu. Banyak terdapat kejanggalan dalam laporan keuangannya.

Beberapa data disajikan tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Hal ini

mungkin sudah biasa terjadi dan masih bisa diperbaiki. Namun, yang menjadi

permasalahan adalah pihak auditor menyatakan Laporan Keuangan itu Wajar

Tanpa Pengecualian. Tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.

Hal ini lah yang patut dipertanyakan.

Dari informasi yang didapat, sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh

Kantor Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang

melibatkan BPK sebagai auditor perusahaan kereta api tersebut. Hal itu

menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Laporan

Keuangan PT KAI melakukan kesalahan.

Profesi Akuntan menuntut profesionalisme, netralitas, dan kejujuran.

Kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya tentu harus diapresiasi dengan

baik oleh para akuntan. Etika profesi yang disepakati harus dijunjung tinggi. Hal

itu penting karena ada keterkaitan kinerja akuntan dengan kepentingan dari

berbagai pihak. Banyak pihak membutuhkan jasa akuntan. Pemerintah, kreditor,

masyarakat perlu mengetahui kinerja suatu entitas guna mengetahui prospek ke

depan. Yang Jelas segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh akuntan

harus mendapat perhatian khusus. Tindakan tegas perlu dilakukan.

Page 5: Resume Kasus ENRON

Kesimpulan

Sebagai Suatu lembaga, PT Kereta Api Indonesia memang memiliki

kewenangan untuk menyusun laporan keuangannya dan memilih auditor

eksternal untuk melakukan proses auditterhadap laporan keuangan tersebut.

Tetapi, ada hal mendasar yang harus diperhatikan sebagai wujud penerapan tata

kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).Auditor eksternal yang

dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnyaharus

terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya, dalam hal

ini Pedoman Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Profesional Akuntan

Publik. Selain itu,auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara benar

dengan komite audit yang ada pada PT Kereta Api Indonesia. Secara tidak

langsung, upaya ini menunjang perwujudantanggung jawab sosial perusahaan

kepada masyarakat luas sebagai salah satu pengampukepentingan. Seperti

halnya yang telah diketahui bersama, hal ini jelas mempunyai dimensietis

Page 6: Resume Kasus ENRON

Analisis Kasus korupsi Enron

Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth

(penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua

perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam

industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat luas bahkan

sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri energi.

Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading

commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai

terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada

tahun 2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang di

tandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di

belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia. Enron, suatu

perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan

terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS

jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar.

Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard

diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta

Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan

disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus

memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil

presiden Amerika Serikat. Kronologis, fakta, data dan informasi dari berbagai

sumber yang berkaitan dengan hancurnya Enron (debacle), dapat penulis

kemukakan sebagai berikut:

1. 1.Board of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non

eksekutif) membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung

unsur konflik kepentingan dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi

berdasarkan informasi yang hanya bisa di akses oleh Pihak dalam

Page 7: Resume Kasus ENRON

perusahaan (insider trading), termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak

sehat sebelum hal tersebut terungkap kepada publik.

2. 2.Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang

melakukan out sourcing secara total atas fungsi internal audit

perusahaan.

Mantan Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah:

Partner KAP Andersen yang ditunjuk sebagai akuntan public perusahaan.

Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.

Sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.

1. Pada awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan evaluasi terhadap

kemungkinan mempertahankan atau melepaskan Enron sebagai klien

perusahaan, mengingat resiko yang sangat tinggi berkaitan dengan praktek

akuntansi dan bisnis enron. Dari hasil evaluasi di putuskan untuk tetap

mempertahankan Enron sebagai klien KAP Andersen.

2. Salah seorang eksekutif Enron di laporkan telah mempertanyakan praktek

akunting perusahaan yang dinilai tidak sehat dan mengungkapkan

kekhawatiran berkaitan dengan hal tersebut kepada CEO dan partner KAP

Andersen pada pertengahan 2001. CEO Enron menugaskan penasehat hukum

perusahaan untuk melakukan investigasi atas kekhawatiran tersebut tetapi

tidak memperkenankan penasehat hukum untuk mempertanyakan

pertimbangan yang melatarbelakangi akuntansi yang dipersoalkan. Hasil

investigasi oleh penasehat hukum tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada

hal-hal yang serius yang perlu diperhatikan.

3. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan

triwulan ketiga. Dalam laporan itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah

meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode

sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron secara

Page 8: Resume Kasus ENRON

berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. Ia juga tidak

menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus

(special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya

menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta. Para

analis dan reporter kemudian mencari tahu lebih jauh mengenai beban $1

miliar tersebut, dan ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.

4. Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan

perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu

terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan senilai

lebih dari satu milyar dolar. Dengan pengungkapan ini nilai investasi dan laba

yang di tahan (retained earning) berkurang dalam jumlah yang sama.

5. Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk

penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas

kebangkrutan Enron (penghambatan terhadap proses peradilan)

6. Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham

Enron. Sementara itu harga saham Enron terus menurun sampai hampir tidak

ada nilainya.

7. KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni

2002. sementara KAP Andersen menyatakan bahwa penugasan Audit oleh

Enron telah berakhir pada saat Enron mengajukan proses kebangkrutan pada

2 Desember 2001.

8. CEO Enron, Kenneth Lay mengundurkan diri pada tanggal 2 Januari 2002 akan

tetapi masih dipertahankan posisinya di dewan direktur perusahaan. Pada

tanggal 4 Pebruari Mr. Lay mengundurkan diri dari dewan direktur

perusahaan.

9. Tanggal 28 Februari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US

dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada

KAP Andersen.

Page 9: Resume Kasus ENRON

10. Pemerintahan Amerika (The US General Services Administration) melarang

Enron dan KAP Andersen untuk melakukan kontrak pekerjaan dengan

lembaga pemerintahan di Amerika.

11. Tanggal 14 Maret 2002 departemen kehakiman Amerika memvonis KAP

Andersen bersalah atas tuduhan melakukan penghambatan dalam proses

peradilan karena telah menghancurkan dokumen-dokumen yang sedang di

selidiki.

12. KAP Andersen terus menerima konsekwensi negatif dari kasus Enron berupa

kehilangan klien, pembelotan afiliasi yang bergabung dengan KAP yang lain

dan pengungkapan yang meningkat mengenai keterlibatan pegawai KAP

Andersen dalam kasus Enron.

13. Tanggal 22 Maret 2002 mantan ketua Federal Reserve, Paul Volkcer, yang

direkrut untuk melakukan revisi terhadap praktek audit dan meningkatkan

kembali citra KAP Andersen mengusulkan agar manajeman KAP Andersen

yang ada diberhentikan dan membentuk suatu komite yang diketuai oleh

Paul sendiri untuk menyusun manajemen baru.

14. Tanggal 26 Maret 2002 CEO Andersen Joseph Berandino mengundurkan diri

dari jabatannya.

15. Tanggal 8 April 2002 seorang partner KAP Andersen, David Duncan, yang

bertindak sebagai penanggungjawab audit Enron mengaku bersalah atas

tuduhan melakukan hambatan proses peradilan dan setuju untuk menjadi

saksi kunci dipengadilan bagi kasus KAP Andersen dan Enron .

16. Tanggal 9 April 2002 Jeffrey McMahon mengumumkan pengunduran diri

sebagai presiden dan Chief Opereting Officer Enron yang berlaku efektif 1

Juni 2002.

17. Tanggal 15 Juni 2002 juri federal di Houston menyatakan KAP Andersen

bersalah telah melakukan hambatan terhadap proses peradilan.

Page 10: Resume Kasus ENRON

Identifikasi Masalah

Identifikasi dari masalah ini adalah Bagaimana Kasus Enron dilihat dari Perspektif

Etika Bisnis dan Profesional Akuntan serta implikasinya.

Pembahasan Masalah

Menurut teori fraud ada 3 komponen utama yang menyebabkan orang

melakukan kecurangan, menipulasi, korupsi dan sebangsanya (prilaku tidak etis),

yaitu

1.opportunity;

2.pressure;

3.dan rationalization,

ketiga hal tersebut akan dapat kita hindari melalui meningkatkan moral, akhlak,

etika, perilaku, dan lain sebagainya, karena kita meyakini bahwa tindakan yang

bermoral akan memberikan implikasi terhadap kepercayaan publik (public trust).

Praktik bisnis Enron yang menjadikannya bangkrut dan hancur serta

berimplikasi negatif bagi banyak pihak.Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak

hanya investor Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang

menginvestasikan dana pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di

pasar modal pada umumnya (social impact). Milyaran dolar kekayaan investor

terhapus seketika dengan meluncurnya harga saham berbagai perusahaaan di

bursa efek. Jika dilihat dari Agency Theory, Andersen sebagai KAP telah

menciderai kepercayaan dari pihak stock holder atau principal untuk

memberikan suatu fairrness information mengenai pertanggungjawaban dari

pihak agent dalam mengemban amanah dari principal. Pihak agent dalam hal ini

manajemen Enron telah bertindak secara rasional untuk kepentingan dirinya (self

Page 11: Resume Kasus ENRON

interest oriented) dengan melupakan norma dan etika bisnis yang sehat. Lalu apa

yang dituai oleh Enron dan KAP Andersen dari sebuah ketidak jujuran,

kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis? adalah hutang dan sebuah

kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak pihak disamping proses

peradilan dan tuntutan hukum.

Dampak Akibat Kasus Enron dan KAP Andersen

Kasus ini memberikan dampak di Amerika bahkan di Indonesia.

A. Seperti yang saya kutip dari sumber yang sama (blog yang Diposkan oleh Dr.

Dedi Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47), kasus ini mempunyai implikasi terhadap

pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat

antara lain :

Pemerintah AS menerbitkan Sarbanes-Oxley Act (SOX) untuk melindungi

para investor dengan cara meningkatkan akurasi dan reabilitas pengungkapan

yang dilakukan perusahaan publik. Selain itu, dibentuk pula PCAOB (Public

Company Accounting Oversight Board) yang bertugas:

Mendaftar KAP yang mengaudit perusahaan public

Menetapkan atau mengadopsi standar audit, pengendalian mutu, etika,

independensi dan standar lain yang berkaitan dengan audit perusahaan

public

Menyelidiki KAP dan karyawannya, melakukan disciplinary hearings, dan

mengenakan sanksi jika perlu

Melaksanakan kewajiban lain yang diperlukan untuk meningkatkan

standar professional di KAP

Meningkatkan ketaatan terhadap SOX, peraturan-peraturan PCAOB,

standar professional, peraturan pasar modal yang berkaitan dengan audit

perusahaan publik.

Page 12: Resume Kasus ENRON

1.Perubahan-perubahan yang ditentukan dalam Sarbanes-Oxley Act

Untuk menjamin independensi auditor, maka KAP dilarang memberikan

jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit. Berikut ini adalah sejumlah jasa

non audit yang dilarang :

1. Pembukuan dan jasa lain yang berkaitan.

2. Desain dan implementasi sistem informasi keuangan.

3. Jasa appraisal dan valuation

4. Opini fairness

5. Fungsi-fungsi berkaitan dengan jasa manajemen

6. Broker, dealer, dan penasihat investasi

Membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaansebelum

melakukan audit. Setiap perusahaan memiliki audit committee ini karena

definisinya diperluas, yaitu jika tidak ada, maka seluruh dewan komisaris

menjadi audit committee.

Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah

memberikan jasa audit tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada

klien tersebut.

KAP harus segera membuat laporan kepada audit committeeyang

menunjukkan kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan,

alternatif perlakuan-perlakuan akuntansi yang sesuai standar dan telah

dibicarakan dengan manajemen perusahaan, pemilihannya oleh

manajemen dan preferensi auditor.

KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chiefaccounting

officer, controller klien sebelumnya bekerja di KAPtersebut dan

mengaudit klien tersebut setahun sebelumnya.

Page 13: Resume Kasus ENRON

3. SOX melarang pemusnahan atau manipulasi dokumen yang dapat

menghalangi investigasi pemerintah kepada perusahaan yang menyatakan

bangkrut. Selain itu, kini CEO dan CFO harus membuat surat pernyataan bahwa

laporan keuangan yang mereka laporkan adalah sesuai dengan peraturan SEC

dan semua informasi yang dilaporkan adalah wajar dan tidak ada kesalahan

material. Sebagai tambahan, menjadi semakin banyak ancaman pidana bagi

mereka yang melakukan pelanggaran ini.

4. International Federation Accountants (IFAC), pada akhir tahun 2001 merevisi

kode etik bagi para akuntan yang bekerja agar menjadi whitstleblower sebagai

berikut “ para profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam

kaidah-kaidah aturan profesi saja tetapi profesional juga dalam menyatakan

kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan

perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku”.

5. AICPA dan The Big Five KAP di Amerika mendukung inisiatif Reform yang

melarang KAP untuk menawarkan jasa internal audit dan jasa konsultasi lainnya

kepada perusahaan yang menjadi klien audit KAP yang bersangkutan.

6. Jhon Whitehead dan Ira Millstein, ketua bersama Blue Ribbon Committe

SEC,mengeluarkan rekomendasi tentang perlunya kongres menyusun Undang-

Undang yang mengharuskan perusahaan Go Public melaksanakan dan

melaporkan ketaatanyan terhadap pedoman corporate governance.

7. Securities Exchange Commission (SEC) dan New York Stock Exchange (NYSE),

menyerukan bahwa auditor internal harus lebih mempertajam peran dalam

pemeriksaan ketaatan, mengelola resiko, dan mengembangkan operasi bisnis,

dan setiap perusahaan diwajibkan untuk memiliki fungsi audit intern (James :

2003).

Page 14: Resume Kasus ENRON

Kesimpulan :

Dari penjelasan kasus Enron diatas, ada 3 hal yang harus dicermati, yaitu

1.opportunity;

2.pressure;

3.dan rationalization,

Dengan adanya ketiga hal ini, menurut saya kasus enron timbul, karena

dengan adanya 3 hal tersebut, menyebabkan berbagai masalah terjadi, mulai

dari korupsi, kolusi serta nepotisme. Praktik bisnis Enron yang menjadikannya

bangkrut dan hancur serta berimplikasi negatif bagi banyak pihak, terutama

karena tidak adanya transparansi dan independensi dari pihak manajemen

maupun akuntan publik. Pihak yang dirugikan dari kasus ini tidak hanya investor

Enron saja, tetapi terutama karyawan Enron yang menginvestasikan dana

pensiunnya dalam saham perusahaan serta investor di pasar modal pada

umumnya (social impact).

Dengan kejadian ini, yang seharusnya dilakukan sebuah perusahaan

adalah membagi dan menempatkan SDM bukan hanya dari kemampuannya

tetapi juga harus dilihat dari kepribadiannya agar etika dalam bisnis dan profesi

akuntansi dapat berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.

Sumber :

http://syuhadamakarim.wordpress.com/2012/10/21/kasus-enron-tugas-

tambahan-5/