resume kasus sle

30
PUTRI YANI LUBIS 220110100113 RESUME KASUS Lupus-Eritematosus-Sistemik Ny. C (40 tahun) mengeluh kulit mudah gosong akibat sinar matahari. Sering timbulnya gangguan pencernaan, sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal- pegal. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram yang muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang- kadang bersisik.

Upload: putry-rainism

Post on 13-Aug-2015

136 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

SLE

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Kasus Sle

PUTRI YANI LUBIS

220110100113

RESUME KASUS Lupus-Eritematosus-Sistemik

Ny. C (40 tahun) mengeluh kulit mudah gosong akibat sinar matahari. Sering timbulnya gangguan pencernaan, sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal.

Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram yang muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik.

Page 2: Resume Kasus Sle

DEFINISI

Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan

menyerang berbagai sistem dalam tubuh dan tidak diketahui penyebabnya. SLE menyerang

wanita kira-kiradelapan kali lebih sering daripada pria. Penyakit ini sering kali berawal pada

akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Jika penyakit ini baru muncul pada usia diatas 60

tahun, biasanya akan lebih mudah untuk diatasi.

Diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang menyerupai kupu-kupu, melintasi tonjolan

hidung dan meluas pada kedua pipi. Gambaran ini menyerupai gigitan serigala (dalam bahasa

latin lupus berarti serigala). SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan ringan sampai suatu

gangguan bersifat fulminal dan mematikan. (Sylvia A P 1995)

Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai

dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan

disregulasi sistem imun,menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh.

Lupus Eritematosus Sistemik (Lupus Eritematosus Disseminata, Lupus) adalah suatu

penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai

organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam.

SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem                       yang disebabkan

oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan

disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem   imun   dan    produksi    autoantibodi   

yang    berlebihan    (Albar, 2003).

Dalam ilmu imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kanker

atau HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu

yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan

untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan demikian, Lupus disebut sebagai

autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan).

Page 3: Resume Kasus Sle

ETIOLOGI

Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan, keturunan,

dll.

a. Faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:

Infeksi

Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)

Sinar matahari

Sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan

hormon estrogen yang cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya reaksi

autoimun.

Stres yang berlebihan

Obat-obatan tertentu

Makanan

b. Faktor Genetik

Sampai saat ini, tidak diketahui gen-gen yang menjadi penyebabnya, lupus diturunkan

angkanya relatif kecil, kemungkinan hanya 10 % .

c. Faktor Hormon

Faktor hormonal bisa menjelaskan mengapa kaum hawa lebih sering terkena lupus

dibanding pria. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit lupus sebelum periode

menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon,

khususnya estrogen, menjadi pencetus lupus.

MANIFESTASI KLINIS

Demam

Rasa lelah

Lemah

Berat badan kurang

Ruam khas berbentuk kupu-kupu

Pluritis (nyeri dada)

Page 4: Resume Kasus Sle

Alopesia (rambut rontok)

Fotosensitifitas

SSP : perubahan tingkah laku (depresi, psikosis), kejang-kejang, gangguan saraf otak,

dan neuropati perifer.

Ulkus mulut

Urinalisis : hematuria, silinderuria, dan protein uria

Mata : konjungtivitis, episkleritis, neuritis optik, dan sindroma sika.

Anoreksia

Nyeri perut akibat vaskulitis peradangan pembuluh darah)

Mual dan muntah

Rambut rontok

KOMPLIKASI

o Infeksi sekunder, sampai sepsis

o Gagal ginjal adalah penyebab tersering kematian pada penderita LES. Gagal ginjal

dapat terjadi akibat deposit kompleks antibody-antigen glomerulus disertai

pengaktifan komplemen resultan yang menyebabkan cedera sel

o Perikarditis (peradangan kantong pericardium yang mengelilingi jantung)

o Peradangan membrane pleura yang mengelilingi paru dapat membatasi pernapasan.

Seperti bronchitis

o Vaskulitis diseluruh pembuluh serebrum dan perifer

o Efusi pleura

o Hipertensi dan kejang

o Gangguan pertumbuhan

o Abnormalitas mata

o Kerusakan muskuloskeleta

o Gangguan fungsi gonad

Page 5: Resume Kasus Sle

KLASIFIKASI

Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk, yang pertama yaitu

1. Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit.

Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema       yang

meninggi, skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia. Lesi ini timbul          di

kulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada. Penyakit ini dapat

menimbulkan kecacatan karena lesi ini memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di

bagian tengahnya serta hilangnya apendiks kulit secara menetap (Hahn, 2005).

2. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit,

persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan

syaraf.

3. Drug Induced Lupus(DIL), Timbul akibat efek samping obat akan sembuh sendiri

dengan memberhentikan obat terkait, biasanya pemakaian obat hydralazine (obat

hipertensi) dan procanamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur).

Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.

Kriteria klasifikasi lupus eritematosus sistemik

Kriteria ACR 1982 Kriteria ACR 1997

Ruam malar (butterfly)

Ruam lupus diskoid

Fotosensitivitas

Ulserasi mukokutaneus oral atau nasal

Artritis nonerosif

Nefritis

   Proteinuria > 0,5 gr/hari

Ruam malar (butterfly)

Ruam lupus diskoid

Fotosensitivitas

Ulserasi mukokutaneus oral atau nasal

Artritis nonerosif

Nefritis

   Proteinuria > 0,5 gr/hari

Page 6: Resume Kasus Sle

   Sel silinder

Ensefalopati

   Seizure

   Psikosis

Pleuritis atau perikarditis

Sitopenia

Imunoserologi positif

   Antibodi terhadap dsDNA

   Antibodi terhadap nuklear antigen Sm

   Sediaan sel LE positif

   Uji biologis positif palsu untuk sifilis

 

 

  Uji antibodi antinuklear positif

   Sel silinder

Ensefalopati

   Seizure

   Psikosis

Pleuritis atau perikarditis

Sitopenia

Imunoserologi positif

   Antibodi terhadap dsDNA

   Antibodi terhadap nuklear antigen Sm

   Antibodi antifosfolipid positif, berdasar :

1. antibodi antikardiolipin IgG atau IgM

2. antikoagulan lupus

3. uji serologi positif palsu untuk sifilis

selama 6 bulan, dikonfirmasi dengan

uji imobilisasi Treponema pallidum

atau uji absorpsi antibodi treponemal

fluorescent

(Dikutip dengan modifikasi dari Petty dan Laxer, 2005)

Page 7: Resume Kasus Sle

PENATALAKSANAAN

1. Farmakologi

o Antimalaria efektif digunakan untuk manifestasi ringan atau sedang (demam,

atralgia, lemas atau serositis) yang tidak menyebabkan kerusakan          organ-

organ penting.Pemberian antimria dilakukan pada 1 sampai 2 minggu awal

terapi         dan kebanyakan pasien mengalami regresi eritema lesi kulit pada 2

minggu pertama. Jika pasien memberikan respon yang baik.

Obat malaria yang sering digunakan adalah :

Klorokuin

Klorokuin mempunyai indeks terapetik yang sempit sehingga tidak dianjurkan

pemberian secara parenteral untuk anak-anak. Dosis yang digunakan 150 mg  (250

mg klorokuin fosfat) per hari. Efek samping yang terjadi meliputi ocular toksisitas

(keratopati dan retinopati), saluran cerna, SSP, kardiovaskular, dll. Sebaiknya

diberikan bersama dengan makanan karena bioavailabilitasnya bagus (absorpsi

meningkat). Secara luas didistribusikan di seluruh tubuh, mengikat        sel-sel

yang mengandung melanin yang terdapat dalam kulit dan mata, 50% – 65% terikat

dengan protein plasma.

Hidroksiklorokuin

Dosis yang digunakan 155 – 310 mg (200 – 400 mg hidroksiklorokuin sulfat). Efek

samping yang terjadi sama dengan klorokuin tetapi kardiomiopati jarang terjadi.

Didistribusikan ke dalam air susu ibu (ASI) (McEvoy, 2002).

Kortikosteroid

Penderita dengan manifestasi klinis yang serius dan tidak memberikan respon

terhadap penggunaan obat lain seperti NSAID atau antimalaria diberikan terapi

kortikosteroid. Beberapa pasien yang mengalami  lupus eritematosus pada

kulit baik kronik atau subakut lebih menguntungkan jika diberikan

Page 8: Resume Kasus Sle

kortikosteroid topikal atau intralesional. Kortikosteroid mempunyai

mekanisme kerja sebagai antiinflamasi. Prednison kadar rendah 2,5-15 mg/hari

Imunosupresif (seperti siklofosfamid)

ditambahkan. Bila 6 minggu tidak berhasil, dosis 500-1000 mg/m2 sebulan sekali

selama 6 bulan, kemudian setiap 3 bulan sampai 2 tahun.

o Aspirin

o Metilprednison 1 gr/hari IV selama 3 hari lalu dilanjutkan dengan prednisone

1-1,5 mg/kgBB/hari

Obat ini dapat diberikan 4-6 minggu, lalu dilakukan tapering off.

o Metotreksat

Merupakan analog asam folat yang dapat mengikat dehidrofolat reduktase,

memblok pembentukan DNA, dan menghambat sintesis purin. Pada terapi

SLE, digunakan dosis 7,5 – 15 mg secara oral satu kali seminggu (Herfindal et

al., 2000).

o Mikofenolat  mofetil

Efektif pada lupus nefritis terutama pada pasien yang tidak menunjukkan

respon dan intoleran terhadap siklofosfamid. Dosis yang diberikan dua kali

sehari sebesar 1 g dan setelah 12 bulan pemakaian dihentikan, diganti dengan

azatioprin (Rahman, 2001).

2. NonFarmakologi

o Istirahat

Perlu istirahatcukup dan menghindari aktivitas berat

Perlu menghindari :

- Faktor pencetus

- Rokok

Page 9: Resume Kasus Sle

- Perubahan cuaca

- Stress

- Trauma fisik

- Terpajan sinar matahari, khususnya pukul 10.00-15.00 dengan : krim kulit, baju

lengan panjang/jilbab, topi, paying

- Estrogen (kontrasepsi) : pengaturan kehamilan

o Diet

Diet tertentu disesuaikan dengan kadar dalam darah. diet yang diperbolehkan

adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan

rendah garam.

o Aktivitas

Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan

untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak

boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan

kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila

terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung matahari

(waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat

meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien LES.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) CBC (Complete Blood Cell Count)mengukur jumlah sel darah, maka terdapat anema,

leukopenia,trombositopenia. LED, CRP meningkat

2) ESR(Erithrocyte Sedimen Rate), laju endap darah pada lupus akan akan lebih cepat daripada

normal.

3) fungsi hati dan ginjal (biopsi)

4) u r i n a l y s i s pengukuran urin :kadar protein dan sel darah merah

5) X - r a y   d a d a ( Radiologi)

6) ECG (Echocardiogram)

7) ANA (antibodi antinuklear)

Page 10: Resume Kasus Sle

PROGNOSIS

Angka harapan hidup pada pasien SLE adalah : 90 hingga 95% dalam 2 tahun, 82 hingga

90% dalam  5 tahun, 71 hingga 80%  10tahun, dan 63 hingga 75% dalam 20 tahun.

Tetapi beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakin membaik,

banyak penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan.

Wanita penderita lupus yang hamil dapat bertahan dengan aman sampai melahirkan bayi

yang normal, tidak ditemukan penyakit ginjal ataupun jantung yang berat dan penyakitnya

dapat dikendalikan. Angka harapan hidup 10 tahun meningkat sampai 85%.

Prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang mengalami kelainan otak, paru-

paru, jantung dan ginjal yang berat dan pada negara berkembang prognosis juga lebih buruk.

PATOFISIOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a. Identitas

Nama : Ny. C

Usia : 40 tahun

Alamat : -

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : -

Agama : -

Suku bangsa : -

Tanggal masuk dirawat : -

Diagnosa medis : Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)

Page 11: Resume Kasus Sle

b. Keluhan utama : Pasien mengeluh kulit mudah gosong akibat sinar

matahari

c. Riwayat kesehatan sekarang : Timbulnya gangguan pencernaan, sering merasa lemah,

kelelahan yang berlebihan, demam, dan pegal-pegal.

d. Riwayat kesehatan masa lalu : -

e. Riwayat kesehatan keluarga : -

f. Data Psikososial :

g. Data Spiritual :

h. Pemeriksaan fisik

- Inspeksi

a. Ruam merah yang membentang di kedua pipi (Butterfly Rash)

b. Ruam merah menyerupai cakram di kulit seluruh tubuh, menonjol dan

kadang-kadang bersisik.

Palpasi

Ruam menonjol dan bersisik.

Auskultasi :

Perkusi :

B. ANALISIS DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan

1 DO : Klien sering

merasa lemah dan

kelelahan yang

berlebihan

DS : -

Antibody

Sel Darah Merah ↓

Anemia

Malaise

Intoleransi Aktivitas

Intoleransi Aktivitas

berhubungan dengan

malaise

2 DS : Klien mengeluh inflamasi muskoskeletal Imobilitas fisik

Page 12: Resume Kasus Sle

pegal-pegal ↓

Aliran, nutrisi O2 ↓

pegal-pegal

Gangguan Imobilitas

berhubungan dengan nyeri

yang dirasakan oleh klien

3 DO : Demam

DS : -

Kerja Hipotalamus ↑

Suhu tubuh lebih dari

normal

Demam

Ganguan Termoregulasi

Gangguan Termoregulasi

berhubungan dengan

peningkatan kerja

hipolatamus

4 DO : Terdapat

butterfly rush pada

kulit klien, kulit

bersisik

DS : -

Inflamasi kulit

Trombosis pd pembuluh

darah

Ruam-ruam, kemerahan

Butterfly Rush

Gangguan integritas kulit

Gangguan integritas kulit

berhubungan dengan

inflamasi kulit

5 DO : gangguan

pencernaan

DS : -

Aliran ke usus ↓

Syaraf Simpatis aktif

Parasimpatis

Resti Intake Nutrisi

berhubungan dengan kerja

peristaltic usus

Page 13: Resume Kasus Sle

Peristaltic usus

Distensi lambung

Mual & Muntah

Resti intake nutrisi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malaise

2. Imobilitas fisik berhubungan dengan nyeri yang dirasakan oleh klien

3. Gangguan Termoregulasi berhubungan dengan peningkatan kerja hipolatamus

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi kulit

5. Resiko terjadi harga diri rendah berhubungan perubahan citra tubuh

6. Resiko terjadi Intake Nutrisi berhubungan dengan kerja peristaltic usus

D. INTERVENSI

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 Intoleransi

Aktivitas

berhubungan

dengan

malaise

Klien berpartisipasi

dalam aktifitas fisik

yang dibutuhkan

dengan peningkatan

yang memadai pada

denyut jantung,

frekuensi respirasi, dan

tekanan darah dan pola

yang dipantau dalam

batas normal

Mandiri :

1. Tentukan

penyebab

keletihan

2. Pantau respon

kardio

respiratori

terhadap

aktifitas

(mis.:

takikardi,

disritmia,

dispnea,

Mandiri :

1. Mengetahui

penyebab

keletihan

membantu

perawat

menentukan

intervensi yang

tepat

2. Kolapsnya

sirkulasi dapat

terjadi sebagai

akibat dari stress

Page 14: Resume Kasus Sle

diaphoresis,

pucat, dan

frekuensi

respirasi)

3. Ajarkan

kepada klien

atau keluarga

tentang teknik

perawatan diri

yang akan

meminimalka

n konsumsi

oksigen

4. Ajarkan klien

atau keluarga

tentang

pengaturan

aktifitas dan

teknik

manajemen

waktu

Kolaborasi :

1. Berikan obat

analgesic

2. Kolaborasikan

dengan ahli

terapi okupasi

atau fisik

untuk

merencanakan

dan memantau

program

aktifitas jika

curah jantung

berkurang

3. Menjaga tubuh

dari kekurangan

suplai O2

4. Mencegah

kelelahan pada

klien

Kolaborasi :

1. Analgesik dapat

menurunkan rasa

nyeri

2. Aktifitas yang

terprogram akan

mencegah

kelelahan yang

berlebih pada

klien

3. Nutrisi yang baik

dapat

Page 15: Resume Kasus Sle

aktifitas

3. Rujuk pada

ahli gizi untuk

merencanakan

makanan

untuk

meningkatkan

asupan

makanan yang

tinggi energi

meningkatkan

energy klien

2 Imobilitas

fisik

berhubungan

dengan nyeri

yang

dirasakan oleh

klien

Menunjukan tingkat

mobilitas membaik

(pergerakan sendi dan

otot, melakukan

perpindahan, posisi

tubuh yang seimbang)

Mandiri :

1. Kaji

kebutuhan

klien akan

bantuan

pelayanan

kesehatan

2. Berikan

penguatan

positif selama

aktivitas

3. Intruksikan

klien untuk

pergerakan

sendi.

Kolaborasi :

1. Rujuk ke ahli

terapi fisik

atau okupasi

sebagai

sumber dalam

perencanaan

aktivitas

Mandiri :

1.Pelayanan

kesehatan yang

baik dapat

membantu

2.Penguatan positif

memberikan

motivasi klien

untuk terus

beraktivitas.

3. Menjaga

fleksibilitas sendi

Kolaborasi :

1. Perencanaan

dengan ahli terapi

membantu

menentukan

intervensi yang

tepat .

Page 16: Resume Kasus Sle

perawatan

klien.

3 Gangguan

Termoregulasi

berhubungan

dengan

peningkatan

kerja

hipolatamus

Klien akan menunjukan

termoregulasi yang

baik dibuktikan dengan

indicator:

- Suhu kulit dalam

rentang yang

diharapkan

- Suhu tubuh dalam

batas normal

- Nadi dan pernafasan

dalam rentang yang

diharapkan

Mandiri :

1. Ajarkan klien

atau keluarga

dalam

mengukur

suhu untuk

mencegah dan

mengenali

secara dini

hipertermia

2. Gunakan

waslap dingin

atau kantung

es yang

dibalut

dengan

pakaian

3. Pantau

tekanan

darah, nadi,

dan

pernafasan

Kolaborasi

1. Berikan obat

antipiretik

sesuai

dengan

kebutuhan

Mandiri :

1. Pengetahuan

klien mengenai

hipertermia dapat

mencegah resiko

lebih lanjut

2. Mengatasi

gangguan suhu

tubuh

3. Mengetahui

tingkat

hipertermia

Kolaborasi :

1. Antipiretik dapat

menurunkan

suhu tubuh

4 Gangguan Menunjukan integritas Mandiri : Mandiri :

Page 17: Resume Kasus Sle

integritas kulit

berhubungan

dengan cairan

tubuh yang

menurun

kulit ditandai dengan

indicator : suhu,

elastisitas, hidrasi

jaringan dalam rentan

yang diharapkan.

1. Lakukan

perawatan kulit

secara rutin

(mis:pertahank

an jaringan

terbebas dari

drainse dan

kelembapan

yang

berlebihan,

lindungi klien

dari resiko

luka)

2. Ajarkan klien

atau keluarga

tentang tanda

kerusakan

kulit.

Kolaborasi :

1. Konsultasikan

pada ahli gizi

tentang

makanan

tinggi protein,

mineral,

kalori dan

vitamin.

1. Kulit yang

terawat dapat

mengurangi

gangguan

integritas kulit.

2. Pengetahuan

yang dimiliki

dapat menolong

dapat mencegah

munculnya

maslah di masa

yang akan datang

Kolaborasi :

1. Bermanfaat

menentukan

penggunaan /

kebutuhan kalori

dengan tepat.

5 Resti harga

diri rendah

berhubungan

perubahan

citra tubuh

Klien menunjukan

harga diri, ditandai

dengan indicator :

- Mengungkapakan

Mandiri :

1. Kaji

pernyataan

klien tentang

penghargaan

Mandiri :

1. Mengetahui

pandangan klien

tentang dirinya

membantu

Page 18: Resume Kasus Sle

penerimaan diri

secara verbal

- Mempertahankan

kontak mata

- Menerima kritikan

dari orang lain

diri.

2. Tentukan rasa

percaya diri

klien dalam

penilaian diri.

3. Pantau

pengungkapn

diri yang

negatif.

4. Berikan

informasi

tentang

pentingnya

konseling.

5. Hindari

tindakan yang

dapat

melemahkan

klien

menentukan

intervensi

2. Mengetahui

tingkat rasa

percaya diri klien

3. Pengungkapan diri

yang negatif dapat

menurunkan rasa

percaya diri klien.

4. konseling

berfungsi sebagai

tempat klien

mencurahkan

pandangannya

terhadap diri.

5. Tindakan yang

melemahkan klien

dapat menurunkan

rasa percaya diri

klien.

6 Resti Intake

Nutrisi

berhubungan

dengan

menurunnya

kerja

peristaltic

usus

Tingkat gizi klien

tercukupi untuk

memenuhi kebutuhan

metabolik

Mandiri :

1. Buat

perencanaan

makan

dengan klien

untuk

dimasukan

dalam jadwal

makan,

kesukaan dan

ketidaksukaan

klien

2. Minimalkan

Mandiri :

1. Makan yang

terjadwal dapat

memperbaiki

kondisi gizi klien

2. Mual dan muntah

dapat

memperburuk

tingkat gizi klien

3. Hilangnya nafsu

makan klien

memperburuk

tingkat gizi klien

Page 19: Resume Kasus Sle

factor yang

dapat

menimbulkan

mual dan

muntah

3. Identifikasi

dan hindarkan

faktor-faktor

yang dapat

berpengaruh

terhadap

hilangnya

nafsu makan

klien

Kolaborasi :

1. Diskusikan

dengan ahli

gizi dalam

menentukan

kebutuhan

dengan

ketidakadeku

atan asupan

klien

Kolaborasi :

1. Nutrisi yang baik

dapat

meningkatkan

energy klien

Page 20: Resume Kasus Sle

DAFTAR PUSTAKA

1. Klein-Gitteman MS, Miller ML. Systemic Lupus Erythematosus. In : Behrman RE,

Kliegman RM, Jenson HB. Textbook of Pediatrics. 17th Ed Philadelphia, WB Saunders

2004. pp. 809-812.

2.      Lehman TJ. A practical guide to systemic lupus erythematosus. Pediatr Clin North Am

1995; 42 : 1223–38.

3.      Boumpas DT, Austin HA, Fessler BJ. Systemic lupus erythematosus : Renal,

neuropsychiatric, cardiovascular, pulmonary and hematologic disease. Ann Intern Med

1995; 122 : 940–50.

4.      Wallace DJ. Antilamarial agents and lupus. Rheum Dis Clin North Am 1994; 20 : 243-

263.

5.      Bansal VK, Beto JA. Treatment of lupus nephritis: a meta-analysis of clinical trials. Am

J Kidney Dis 1997; 29 : 193-199.

6. Editor : Prof. DR. Adhi Juanda. Anggota Editor : dr. Mochtar hamzah, DR. Siti Aisah.

Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ketiga. Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin

FKUI. Jakarta, 1999.