Download - Resume Kasus Sle
PUTRI YANI LUBIS
220110100113
RESUME KASUS Lupus-Eritematosus-Sistemik
Ny. C (40 tahun) mengeluh kulit mudah gosong akibat sinar matahari. Sering timbulnya gangguan pencernaan, sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegal-pegal.
Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram yang muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik.
DEFINISI
Lupus Eritematosus Sistemik (SLE) adalah suatu penyakit autoimun yang kronik dan
menyerang berbagai sistem dalam tubuh dan tidak diketahui penyebabnya. SLE menyerang
wanita kira-kiradelapan kali lebih sering daripada pria. Penyakit ini sering kali berawal pada
akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Jika penyakit ini baru muncul pada usia diatas 60
tahun, biasanya akan lebih mudah untuk diatasi.
Diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang menyerupai kupu-kupu, melintasi tonjolan
hidung dan meluas pada kedua pipi. Gambaran ini menyerupai gigitan serigala (dalam bahasa
latin lupus berarti serigala). SLE dapat bervariasi dari suatu gangguan ringan sampai suatu
gangguan bersifat fulminal dan mematikan. (Sylvia A P 1995)
Lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai
dengan adanya autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan
disregulasi sistem imun,menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh.
Lupus Eritematosus Sistemik (Lupus Eritematosus Disseminata, Lupus) adalah suatu
penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa menyerang berbagai
organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam.
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang disebabkan
oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan
disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan produksi autoantibodi
yang berlebihan (Albar, 2003).
Dalam ilmu imunologi atau kekebalan tubuh, penyakit ini adalah kebalikan dari kanker
atau HIV/AIDS. Pada Lupus, tubuh menjadi overacting terhadap rangsangan dari sesuatu
yang asing dan membuat terlalu banyak antibodi atau semacam protein yang malah ditujukan
untuk melawan jaringan tubuh sendiri. Dengan demikian, Lupus disebut sebagai
autoimmune disease (penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan).
ETIOLOGI
Penyebab dari lupus tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor lingkungan, keturunan,
dll.
a. Faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus:
Infeksi
Antibiotik (terutama golongan sulfa dan penisilin)
Sinar matahari
Sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan
hormon estrogen yang cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya reaksi
autoimun.
Stres yang berlebihan
Obat-obatan tertentu
Makanan
b. Faktor Genetik
Sampai saat ini, tidak diketahui gen-gen yang menjadi penyebabnya, lupus diturunkan
angkanya relatif kecil, kemungkinan hanya 10 % .
c. Faktor Hormon
Faktor hormonal bisa menjelaskan mengapa kaum hawa lebih sering terkena lupus
dibanding pria. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit lupus sebelum periode
menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon,
khususnya estrogen, menjadi pencetus lupus.
MANIFESTASI KLINIS
Demam
Rasa lelah
Lemah
Berat badan kurang
Ruam khas berbentuk kupu-kupu
Pluritis (nyeri dada)
Alopesia (rambut rontok)
Fotosensitifitas
SSP : perubahan tingkah laku (depresi, psikosis), kejang-kejang, gangguan saraf otak,
dan neuropati perifer.
Ulkus mulut
Urinalisis : hematuria, silinderuria, dan protein uria
Mata : konjungtivitis, episkleritis, neuritis optik, dan sindroma sika.
Anoreksia
Nyeri perut akibat vaskulitis peradangan pembuluh darah)
Mual dan muntah
Rambut rontok
KOMPLIKASI
o Infeksi sekunder, sampai sepsis
o Gagal ginjal adalah penyebab tersering kematian pada penderita LES. Gagal ginjal
dapat terjadi akibat deposit kompleks antibody-antigen glomerulus disertai
pengaktifan komplemen resultan yang menyebabkan cedera sel
o Perikarditis (peradangan kantong pericardium yang mengelilingi jantung)
o Peradangan membrane pleura yang mengelilingi paru dapat membatasi pernapasan.
Seperti bronchitis
o Vaskulitis diseluruh pembuluh serebrum dan perifer
o Efusi pleura
o Hipertensi dan kejang
o Gangguan pertumbuhan
o Abnormalitas mata
o Kerusakan muskuloskeleta
o Gangguan fungsi gonad
KLASIFIKASI
Jenis penyakit Lupus ini memiliki tiga macam bentuk, yang pertama yaitu
1. Cutaneus Lupus, seringkali disebut discoid yang mempengaruhi kulit.
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas eritema yang
meninggi, skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia. Lesi ini timbul di
kulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada. Penyakit ini dapat
menimbulkan kecacatan karena lesi ini memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di
bagian tengahnya serta hilangnya apendiks kulit secara menetap (Hahn, 2005).
2. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang menyerang organ tubuh seperti kulit,
persendian, paru-paru, darah, pembuluh darah, jantung, ginjal, hati, otak, dan
syaraf.
3. Drug Induced Lupus(DIL), Timbul akibat efek samping obat akan sembuh sendiri
dengan memberhentikan obat terkait, biasanya pemakaian obat hydralazine (obat
hipertensi) dan procanamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur).
Setelah pemakaian dihentikan, umumnya gejala akan hilang.
Kriteria klasifikasi lupus eritematosus sistemik
Kriteria ACR 1982 Kriteria ACR 1997
Ruam malar (butterfly)
Ruam lupus diskoid
Fotosensitivitas
Ulserasi mukokutaneus oral atau nasal
Artritis nonerosif
Nefritis
Proteinuria > 0,5 gr/hari
Ruam malar (butterfly)
Ruam lupus diskoid
Fotosensitivitas
Ulserasi mukokutaneus oral atau nasal
Artritis nonerosif
Nefritis
Proteinuria > 0,5 gr/hari
Sel silinder
Ensefalopati
Seizure
Psikosis
Pleuritis atau perikarditis
Sitopenia
Imunoserologi positif
Antibodi terhadap dsDNA
Antibodi terhadap nuklear antigen Sm
Sediaan sel LE positif
Uji biologis positif palsu untuk sifilis
Uji antibodi antinuklear positif
Sel silinder
Ensefalopati
Seizure
Psikosis
Pleuritis atau perikarditis
Sitopenia
Imunoserologi positif
Antibodi terhadap dsDNA
Antibodi terhadap nuklear antigen Sm
Antibodi antifosfolipid positif, berdasar :
1. antibodi antikardiolipin IgG atau IgM
2. antikoagulan lupus
3. uji serologi positif palsu untuk sifilis
selama 6 bulan, dikonfirmasi dengan
uji imobilisasi Treponema pallidum
atau uji absorpsi antibodi treponemal
fluorescent
(Dikutip dengan modifikasi dari Petty dan Laxer, 2005)
PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
o Antimalaria efektif digunakan untuk manifestasi ringan atau sedang (demam,
atralgia, lemas atau serositis) yang tidak menyebabkan kerusakan organ-
organ penting.Pemberian antimria dilakukan pada 1 sampai 2 minggu awal
terapi dan kebanyakan pasien mengalami regresi eritema lesi kulit pada 2
minggu pertama. Jika pasien memberikan respon yang baik.
Obat malaria yang sering digunakan adalah :
Klorokuin
Klorokuin mempunyai indeks terapetik yang sempit sehingga tidak dianjurkan
pemberian secara parenteral untuk anak-anak. Dosis yang digunakan 150 mg (250
mg klorokuin fosfat) per hari. Efek samping yang terjadi meliputi ocular toksisitas
(keratopati dan retinopati), saluran cerna, SSP, kardiovaskular, dll. Sebaiknya
diberikan bersama dengan makanan karena bioavailabilitasnya bagus (absorpsi
meningkat). Secara luas didistribusikan di seluruh tubuh, mengikat sel-sel
yang mengandung melanin yang terdapat dalam kulit dan mata, 50% – 65% terikat
dengan protein plasma.
Hidroksiklorokuin
Dosis yang digunakan 155 – 310 mg (200 – 400 mg hidroksiklorokuin sulfat). Efek
samping yang terjadi sama dengan klorokuin tetapi kardiomiopati jarang terjadi.
Didistribusikan ke dalam air susu ibu (ASI) (McEvoy, 2002).
Kortikosteroid
Penderita dengan manifestasi klinis yang serius dan tidak memberikan respon
terhadap penggunaan obat lain seperti NSAID atau antimalaria diberikan terapi
kortikosteroid. Beberapa pasien yang mengalami lupus eritematosus pada
kulit baik kronik atau subakut lebih menguntungkan jika diberikan
kortikosteroid topikal atau intralesional. Kortikosteroid mempunyai
mekanisme kerja sebagai antiinflamasi. Prednison kadar rendah 2,5-15 mg/hari
Imunosupresif (seperti siklofosfamid)
ditambahkan. Bila 6 minggu tidak berhasil, dosis 500-1000 mg/m2 sebulan sekali
selama 6 bulan, kemudian setiap 3 bulan sampai 2 tahun.
o Aspirin
o Metilprednison 1 gr/hari IV selama 3 hari lalu dilanjutkan dengan prednisone
1-1,5 mg/kgBB/hari
Obat ini dapat diberikan 4-6 minggu, lalu dilakukan tapering off.
o Metotreksat
Merupakan analog asam folat yang dapat mengikat dehidrofolat reduktase,
memblok pembentukan DNA, dan menghambat sintesis purin. Pada terapi
SLE, digunakan dosis 7,5 – 15 mg secara oral satu kali seminggu (Herfindal et
al., 2000).
o Mikofenolat mofetil
Efektif pada lupus nefritis terutama pada pasien yang tidak menunjukkan
respon dan intoleran terhadap siklofosfamid. Dosis yang diberikan dua kali
sehari sebesar 1 g dan setelah 12 bulan pemakaian dihentikan, diganti dengan
azatioprin (Rahman, 2001).
2. NonFarmakologi
o Istirahat
Perlu istirahatcukup dan menghindari aktivitas berat
Perlu menghindari :
- Faktor pencetus
- Rokok
- Perubahan cuaca
- Stress
- Trauma fisik
- Terpajan sinar matahari, khususnya pukul 10.00-15.00 dengan : krim kulit, baju
lengan panjang/jilbab, topi, paying
- Estrogen (kontrasepsi) : pengaturan kehamilan
o Diet
Diet tertentu disesuaikan dengan kadar dalam darah. diet yang diperbolehkan
adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan
rendah garam.
o Aktivitas
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan
untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak
boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan
kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila
terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung matahari
(waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat
meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien LES.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) CBC (Complete Blood Cell Count)mengukur jumlah sel darah, maka terdapat anema,
leukopenia,trombositopenia. LED, CRP meningkat
2) ESR(Erithrocyte Sedimen Rate), laju endap darah pada lupus akan akan lebih cepat daripada
normal.
3) fungsi hati dan ginjal (biopsi)
4) u r i n a l y s i s pengukuran urin :kadar protein dan sel darah merah
5) X - r a y d a d a ( Radiologi)
6) ECG (Echocardiogram)
7) ANA (antibodi antinuklear)
PROGNOSIS
Angka harapan hidup pada pasien SLE adalah : 90 hingga 95% dalam 2 tahun, 82 hingga
90% dalam 5 tahun, 71 hingga 80% 10tahun, dan 63 hingga 75% dalam 20 tahun.
Tetapi beberapa tahun terakhir ini prognosis penderita lupus semakin membaik,
banyak penderita yang menunjukkan penyakit yang ringan.
Wanita penderita lupus yang hamil dapat bertahan dengan aman sampai melahirkan bayi
yang normal, tidak ditemukan penyakit ginjal ataupun jantung yang berat dan penyakitnya
dapat dikendalikan. Angka harapan hidup 10 tahun meningkat sampai 85%.
Prognosis yang paling buruk ditemukan pada penderita yang mengalami kelainan otak, paru-
paru, jantung dan ginjal yang berat dan pada negara berkembang prognosis juga lebih buruk.
PATOFISIOLOGI
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama : Ny. C
Usia : 40 tahun
Alamat : -
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : -
Agama : -
Suku bangsa : -
Tanggal masuk dirawat : -
Diagnosa medis : Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
b. Keluhan utama : Pasien mengeluh kulit mudah gosong akibat sinar
matahari
c. Riwayat kesehatan sekarang : Timbulnya gangguan pencernaan, sering merasa lemah,
kelelahan yang berlebihan, demam, dan pegal-pegal.
d. Riwayat kesehatan masa lalu : -
e. Riwayat kesehatan keluarga : -
f. Data Psikososial :
g. Data Spiritual :
h. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
a. Ruam merah yang membentang di kedua pipi (Butterfly Rash)
b. Ruam merah menyerupai cakram di kulit seluruh tubuh, menonjol dan
kadang-kadang bersisik.
Palpasi
Ruam menonjol dan bersisik.
Auskultasi :
Perkusi :
B. ANALISIS DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
1 DO : Klien sering
merasa lemah dan
kelelahan yang
berlebihan
DS : -
Antibody
↓
Sel Darah Merah ↓
↓
Anemia
↓
Malaise
↓
Intoleransi Aktivitas
Intoleransi Aktivitas
berhubungan dengan
malaise
2 DS : Klien mengeluh inflamasi muskoskeletal Imobilitas fisik
pegal-pegal ↓
Aliran, nutrisi O2 ↓
↓
pegal-pegal
↓
Gangguan Imobilitas
berhubungan dengan nyeri
yang dirasakan oleh klien
3 DO : Demam
DS : -
Kerja Hipotalamus ↑
↓
Suhu tubuh lebih dari
normal
↓
Demam
↓
Ganguan Termoregulasi
Gangguan Termoregulasi
berhubungan dengan
peningkatan kerja
hipolatamus
4 DO : Terdapat
butterfly rush pada
kulit klien, kulit
bersisik
DS : -
Inflamasi kulit
↓
Trombosis pd pembuluh
darah
↓
Ruam-ruam, kemerahan
↓
Butterfly Rush
↓
Gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan
inflamasi kulit
5 DO : gangguan
pencernaan
DS : -
Aliran ke usus ↓
↓
Syaraf Simpatis aktif
↓
Parasimpatis
↓
Resti Intake Nutrisi
berhubungan dengan kerja
peristaltic usus
Peristaltic usus
↓
Distensi lambung
↓
Mual & Muntah
↓
Resti intake nutrisi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan malaise
2. Imobilitas fisik berhubungan dengan nyeri yang dirasakan oleh klien
3. Gangguan Termoregulasi berhubungan dengan peningkatan kerja hipolatamus
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi kulit
5. Resiko terjadi harga diri rendah berhubungan perubahan citra tubuh
6. Resiko terjadi Intake Nutrisi berhubungan dengan kerja peristaltic usus
D. INTERVENSI
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Intoleransi
Aktivitas
berhubungan
dengan
malaise
Klien berpartisipasi
dalam aktifitas fisik
yang dibutuhkan
dengan peningkatan
yang memadai pada
denyut jantung,
frekuensi respirasi, dan
tekanan darah dan pola
yang dipantau dalam
batas normal
Mandiri :
1. Tentukan
penyebab
keletihan
2. Pantau respon
kardio
respiratori
terhadap
aktifitas
(mis.:
takikardi,
disritmia,
dispnea,
Mandiri :
1. Mengetahui
penyebab
keletihan
membantu
perawat
menentukan
intervensi yang
tepat
2. Kolapsnya
sirkulasi dapat
terjadi sebagai
akibat dari stress
diaphoresis,
pucat, dan
frekuensi
respirasi)
3. Ajarkan
kepada klien
atau keluarga
tentang teknik
perawatan diri
yang akan
meminimalka
n konsumsi
oksigen
4. Ajarkan klien
atau keluarga
tentang
pengaturan
aktifitas dan
teknik
manajemen
waktu
Kolaborasi :
1. Berikan obat
analgesic
2. Kolaborasikan
dengan ahli
terapi okupasi
atau fisik
untuk
merencanakan
dan memantau
program
aktifitas jika
curah jantung
berkurang
3. Menjaga tubuh
dari kekurangan
suplai O2
4. Mencegah
kelelahan pada
klien
Kolaborasi :
1. Analgesik dapat
menurunkan rasa
nyeri
2. Aktifitas yang
terprogram akan
mencegah
kelelahan yang
berlebih pada
klien
3. Nutrisi yang baik
dapat
aktifitas
3. Rujuk pada
ahli gizi untuk
merencanakan
makanan
untuk
meningkatkan
asupan
makanan yang
tinggi energi
meningkatkan
energy klien
2 Imobilitas
fisik
berhubungan
dengan nyeri
yang
dirasakan oleh
klien
Menunjukan tingkat
mobilitas membaik
(pergerakan sendi dan
otot, melakukan
perpindahan, posisi
tubuh yang seimbang)
Mandiri :
1. Kaji
kebutuhan
klien akan
bantuan
pelayanan
kesehatan
2. Berikan
penguatan
positif selama
aktivitas
3. Intruksikan
klien untuk
pergerakan
sendi.
Kolaborasi :
1. Rujuk ke ahli
terapi fisik
atau okupasi
sebagai
sumber dalam
perencanaan
aktivitas
Mandiri :
1.Pelayanan
kesehatan yang
baik dapat
membantu
2.Penguatan positif
memberikan
motivasi klien
untuk terus
beraktivitas.
3. Menjaga
fleksibilitas sendi
Kolaborasi :
1. Perencanaan
dengan ahli terapi
membantu
menentukan
intervensi yang
tepat .
perawatan
klien.
3 Gangguan
Termoregulasi
berhubungan
dengan
peningkatan
kerja
hipolatamus
Klien akan menunjukan
termoregulasi yang
baik dibuktikan dengan
indicator:
- Suhu kulit dalam
rentang yang
diharapkan
- Suhu tubuh dalam
batas normal
- Nadi dan pernafasan
dalam rentang yang
diharapkan
Mandiri :
1. Ajarkan klien
atau keluarga
dalam
mengukur
suhu untuk
mencegah dan
mengenali
secara dini
hipertermia
2. Gunakan
waslap dingin
atau kantung
es yang
dibalut
dengan
pakaian
3. Pantau
tekanan
darah, nadi,
dan
pernafasan
Kolaborasi
1. Berikan obat
antipiretik
sesuai
dengan
kebutuhan
Mandiri :
1. Pengetahuan
klien mengenai
hipertermia dapat
mencegah resiko
lebih lanjut
2. Mengatasi
gangguan suhu
tubuh
3. Mengetahui
tingkat
hipertermia
Kolaborasi :
1. Antipiretik dapat
menurunkan
suhu tubuh
4 Gangguan Menunjukan integritas Mandiri : Mandiri :
integritas kulit
berhubungan
dengan cairan
tubuh yang
menurun
kulit ditandai dengan
indicator : suhu,
elastisitas, hidrasi
jaringan dalam rentan
yang diharapkan.
1. Lakukan
perawatan kulit
secara rutin
(mis:pertahank
an jaringan
terbebas dari
drainse dan
kelembapan
yang
berlebihan,
lindungi klien
dari resiko
luka)
2. Ajarkan klien
atau keluarga
tentang tanda
kerusakan
kulit.
Kolaborasi :
1. Konsultasikan
pada ahli gizi
tentang
makanan
tinggi protein,
mineral,
kalori dan
vitamin.
1. Kulit yang
terawat dapat
mengurangi
gangguan
integritas kulit.
2. Pengetahuan
yang dimiliki
dapat menolong
dapat mencegah
munculnya
maslah di masa
yang akan datang
Kolaborasi :
1. Bermanfaat
menentukan
penggunaan /
kebutuhan kalori
dengan tepat.
5 Resti harga
diri rendah
berhubungan
perubahan
citra tubuh
Klien menunjukan
harga diri, ditandai
dengan indicator :
- Mengungkapakan
Mandiri :
1. Kaji
pernyataan
klien tentang
penghargaan
Mandiri :
1. Mengetahui
pandangan klien
tentang dirinya
membantu
penerimaan diri
secara verbal
- Mempertahankan
kontak mata
- Menerima kritikan
dari orang lain
diri.
2. Tentukan rasa
percaya diri
klien dalam
penilaian diri.
3. Pantau
pengungkapn
diri yang
negatif.
4. Berikan
informasi
tentang
pentingnya
konseling.
5. Hindari
tindakan yang
dapat
melemahkan
klien
menentukan
intervensi
2. Mengetahui
tingkat rasa
percaya diri klien
3. Pengungkapan diri
yang negatif dapat
menurunkan rasa
percaya diri klien.
4. konseling
berfungsi sebagai
tempat klien
mencurahkan
pandangannya
terhadap diri.
5. Tindakan yang
melemahkan klien
dapat menurunkan
rasa percaya diri
klien.
6 Resti Intake
Nutrisi
berhubungan
dengan
menurunnya
kerja
peristaltic
usus
Tingkat gizi klien
tercukupi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolik
Mandiri :
1. Buat
perencanaan
makan
dengan klien
untuk
dimasukan
dalam jadwal
makan,
kesukaan dan
ketidaksukaan
klien
2. Minimalkan
Mandiri :
1. Makan yang
terjadwal dapat
memperbaiki
kondisi gizi klien
2. Mual dan muntah
dapat
memperburuk
tingkat gizi klien
3. Hilangnya nafsu
makan klien
memperburuk
tingkat gizi klien
factor yang
dapat
menimbulkan
mual dan
muntah
3. Identifikasi
dan hindarkan
faktor-faktor
yang dapat
berpengaruh
terhadap
hilangnya
nafsu makan
klien
Kolaborasi :
1. Diskusikan
dengan ahli
gizi dalam
menentukan
kebutuhan
dengan
ketidakadeku
atan asupan
klien
Kolaborasi :
1. Nutrisi yang baik
dapat
meningkatkan
energy klien
DAFTAR PUSTAKA
1. Klein-Gitteman MS, Miller ML. Systemic Lupus Erythematosus. In : Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB. Textbook of Pediatrics. 17th Ed Philadelphia, WB Saunders
2004. pp. 809-812.
2. Lehman TJ. A practical guide to systemic lupus erythematosus. Pediatr Clin North Am
1995; 42 : 1223–38.
3. Boumpas DT, Austin HA, Fessler BJ. Systemic lupus erythematosus : Renal,
neuropsychiatric, cardiovascular, pulmonary and hematologic disease. Ann Intern Med
1995; 122 : 940–50.
4. Wallace DJ. Antilamarial agents and lupus. Rheum Dis Clin North Am 1994; 20 : 243-
263.
5. Bansal VK, Beto JA. Treatment of lupus nephritis: a meta-analysis of clinical trials. Am
J Kidney Dis 1997; 29 : 193-199.
6. Editor : Prof. DR. Adhi Juanda. Anggota Editor : dr. Mochtar hamzah, DR. Siti Aisah.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ketiga. Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI. Jakarta, 1999.