Bapak Presiden SBY yang kami hormati, kami berulang kali telah melaporkan kepada Bapak melalui surat-surat, terakir surat tanggal 9 Desember 2011 digedung Peringatan Anti Korupsi Dunia di semarang, dan juga diterbitkan disurat kabar serta website, pada kesempatan ini kami ulangan menyampaikan terimakasih dan telah menerima pengarahan-pengarahan dari Bapak Presiden SBY melalui surat mensesneg tahun 2007 dan 2011 namun tidak digubris oleh Laksamana Slamet Soebijanto sewaktu menjabat Kasal, dan Laksamana TNI Agus Suhartono sewaktu menjadi Kasal, dan sampai sekarang menjadi Panglima TNI. Sekali lagi tidak digubris. Sebenarnnya permasalahan ini mudah pemecahannya kalau ada niat dari para pejabat tersebut di atas yang terkait dapat berkumpul bersama untuk mencari jalan penyelesaian yang terbaik. Dan bersama ini kami sampaikan beberapa pertanyaan-pertanyaan atau kesimpulan sebagai berikut.

1. Mana yang benar dari Aspek Hukum antara (Huruf a atau huruf b) ? :a. Surat Keputusan Komandan Lantamal III No.

SKEP/29/IV/1993 tanggal 8 April 1993 perihal Penggantian letak tanah kavling anggota TNI AL yang semula di Dukuh Pakis di ganti di Lidah Kulon Surabaya. Dibandingkan dengan, (milik anggota/purn TNL AL)

b. Surat Kadisfaslanal R/566/XII/2005 tanggal 6 Desember 2005 perihal Laporan permasalahan tanah TNI AL Lidah Kulon Sby. (milik dinas TNI AL/milik negara)

2. Bapak Panglima TNI dan Bapak Kasal menurut Bapak arahan Bapak Presiden melalui surat Mensesneg 2007 dan 2011 apakah (Huruf a atau huruf b) ? :a. Menyelesaikan Masalahb. Menyesatkan

3. Seandainya surat perintah Kasal No. Sprin/35/I/2006 tidak diterbitkan maka Akte 050 Wahyudi Suyanto SH, juga tidak akan terbit ? (Betul atau Salah)

4. Alat-alat bukti berupa Surat R566/2005, Sprin Kasal 35 / 2006, disembunyikan selama Kepemimpinan Laksamana TNI Slamet Soebijanto dan setelah 2-3 tahun diserahkan oleh Kasal-Kasal penggantinya (Laksma Soemarjono, dan Laksma Tedjo Edhy). Pertanyaannya merahasiakan surat-surat jual beli

semacam itu merupakan Niat Baik atau Niat Buruk?

5. Sebagai Perwira Tinggi Angkatan Laut lulusan AAL yang mempunyai Moto”Hre Dharma Santi” malu berbuat cela dan berbuat kesatria. Digembleng di Kobangdikal dengan Etos Kerja bermoral, profesional, dan berani. Pertanyaannya apakah sifat pemimpin Laksamana Slamet Soebijanto tidak bertanggungjawab atas perbuatannya terpuji atau tidak terpuji.

Pada kesempatan terakhir masa jabatan Bapak Presiden SBY, kami para pemilik tanah diantaranya ada yang sudah berumur 86 tahun bahkan 92 tahun mengusulkan 3 alternatif:

1. Opsi/Alternatif I (Rekonsiliasi)Dikumpulkan oleh Staff kepercayaan Bapak misalnya (Bapak Menkopolhukam) ada dua tahap, yaitu tahap pertama dipertemukan Laksdya Gunadi MDA, Laksma Purn. Suherman, Laksma TNI Purn. Ir. Dea Mansur, Sdr. Ir. Sutoto Yakubus, dan Tim Gab. TLK. Dan tahap kedua (Bila mana tahap pertama belum selesai), dihadirkan juga Kasal, Laksamana TNI Tanto Koeswanto, dan Laksamana Slamet Soebijanto.Tujuan dari pada pertemuan ini untuk menilai 2 surat produk TNI AL yang bertolak belakang tentang obyek

yang sama tanah Lidah Kulon, (periksa Resume Singkat). Kemudian diputuskan mencabut / tidak mencabut surat perintah Kasal No. 35 tahun 2006.

2. Opsi/Alternatif II (Tidak perlu pertemuan) karena data-data atau bukti-bukti sudah jelas, dengan mencabut surat perintah kasal No. 35 tahun 2006 yang digunakan sebagai dasar pembuatan akte 050 tahun 2006 - Wahyudi Suyanto, SH.Resikonya adalah kemungkinan Ir. Sutoto Yakubus, mantan Dirut PT. Ciputra Graha Prima akan menuntuk kepada Pak Slamet dan Pak Gunadi.Hal ini dari riwayat tanah jelas-jelas bahwasanya PT. Ciputra Graha Prima adalah penyerobot tanah. Karena pada waktu Kasal Laksamana Bernad Ken Sondakh dan Komandan Lantamal III Laksma TNI Ahmad Ikhsan, Oknum penyerobot tanah dari PT. Ciputra Graha Prima dengan Bulldosernya diusir dari Tanah Lidah Kulon.

3. Opsi/Alternatif III yaitu Surat KPK No. R-230/40-43/01/2013 tanggal 16 Januari 2013 dilaksanakan dengan surat TIM Gab. No. B.25/II/Timgab.TLK/2013 tanggal 25 Februari 2013, kepada Komandan Lantamal III untuk memproses Laksdya TNI Purn. Gunadi MDA, mantan Komandan Lantamal dan selanjutnya diproses di Pengadilan Militer sesuai ketentuan UU No. 31 tahun 1997 tentang peradilan militer.