refer at tes vestibuler

33
TES VESTIBULER I. PENDAHULUAN Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita jumpai dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang berobat walaupun tingkat gangguan keseimbangan masih dalam taraf ringan. Hal ini disebabkan oleh terganggunya aktivitas sehari-hari dan rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkannya. 1,2 Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh saat itu. 1,3 Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan.Gejala yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin. 1,2 Keseimbangan yang normal membutuhkan : (a) informasi sensorik yang akurat dari mata, reseptor proprioseptif, dan labirin vestibular; (b) koordinasi dari informasi tersebut dalam otak; dan (c) motor output yang normal 1

Upload: maghfirahekasarilaitjinara

Post on 20-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tler

TRANSCRIPT

Page 1: Refer At Tes Vestibuler

TES VESTIBULER

I. PENDAHULUAN

Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita

jumpai dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang berobat

walaupun tingkat gangguan keseimbangan masih dalam taraf ringan. Hal ini

disebabkan oleh terganggunya aktivitas sehari-hari dan rasa ketidaknyamanan

yang ditimbulkannya.1,2

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di

sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ

visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut

akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh saat itu. 1,3

Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga

kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan.Gejala

yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa

bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin. 1,2

Keseimbangan yang normal membutuhkan : (a) informasi sensorik yang

akurat dari mata, reseptor proprioseptif, dan labirin vestibular; (b) koordinasi dari

informasi tersebut dalam otak; dan (c) motor output yang normal dari sistem saraf

pusat kepada sistem muskuloskeletal. Kesalahan dari salah satu hal diatas dapat

menyebabkan ketidakseimbangan.(1)

Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin),

terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara

umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat

keseimbangan.(2)

1

Page 2: Refer At Tes Vestibuler

Gambar 1 - Komponen sensorik dan motorik dari keseimbangan.(1)

II. ANATOMI DAN FISIOLOGI ALAT VESTIBULER

Telinga terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah, dan telinga dalam.

Bagian telinga luar dan tengah mentransmisikan getaran suara yang ada di

udara ke telinga dalam sambil mengamplifikasi energi suara tersebut

selama prosesnya. Telinga dalam merupakan tempat dari 2 sistem sensorik

yang berbeda; cochlea yang memiliki reseptor untuk mengkonversi

gelombang suara menjadi impuls saraf, dan aparatus vestibular, yang

penting dalam sensasi keseimbangan.(4)

Gambar 3 – Anatomi Telinga(4)

2

Page 3: Refer At Tes Vestibuler

Sistem vestibular terdiri dari 5 organ sensori yang berbeda : 3 kanalis

semi-sirkularis yang sensitif terhadap perubahan kecepatan angular (rotasi

kepala) dan dua otolit yang sensitif terhadap perubahan kecepatan linear

(seperti pergerakan kendaraan atau elevator).(5)

Aparatus vestibular mendeteksi perubahan posisi dan pergerakan dari

kepala. Seperti cochlea, semua komponen dari aparatus vestibular memiliki

endolymph dan dikelilingi oleh perilymph. Selain itu, sama dengan organo

corti, setiap komponen vestibular memiliki sel rambut yang merespon

deformasi mekanikal yang dipicu oleh pergerakan tertentu dari endolymph.(4)

Kanalis semi-sirkularis merupakan alat keseimbangan dinamik,

mendeteksi gerakan berputar atau akselerasi dan deselerasi angular dari

kepala, seperti ketika mulai atau berhenti berputar, jungkir balik, atau

memutar kepala, sehingga kemana saja arah gerakan kepala, asal gerakan

itu membentuk putaran, maka gerakan tersebut akan tertangkap oleh salah

satu, dua, atau oleh ketiga kanalis semi-sirkularis bersama-sama. Pada

manusia, kss horizontal fungsinya paling dominan dibandingkan dengan

kanalis yang lain. Hal ini sesuai dengan hidup manusia yang banyak

bergerak horizontal.(2, 4)

Gambar 4 – Aparatus vestibularis (4)

Sel-sel rambut reseptor pada setiap kanalis semi-sirkularis terletak di

ampulla, bagian yang menebal di bagian bawah kanal. Sel-sel rambut

tersebut melekat pada cupula, yang menonjol ke arah endolymph. Kupula

akan bergoyang sesuai dengan gerakan cairan endolymph.(4)

3

Page 4: Refer At Tes Vestibuler

Gambar 5 – Sel-sel rambut reseptor (4)

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan

cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk.

Tekukan silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion

kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses

depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang

selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat

keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terodorong ke arah berlawanan, maka

terjadi hiperpolarisasi.(2)

Sistem vestibuler, yang didefinisikan sebagai pendeteksi gerakan vestibular

perifer dan berkaitan dengan struktur sistem saraf pusat, mendeteksi pergerakan

dan mengubah pergerakan itu menjadi informasi yang dapat digunakan oleh

sistem saraf pusat untuk menghasilkan refleks motorik yang sesuai atau

memfasilitasi proses kompleks seperti koordinasi kepala, mata, dan pergerakan

anggota tubuh, atau megubah persepsi seseorang terhadap orientasinya di dunia.(3)

Sistem vestibular, seperti juga sistem auditorik, mengubah stimuli fisik

menjadi sinyal neuron, hanya saja sistem vestibular mendeteksi akselerasi linear

dan angular, bukan suara.(3)

Gambar 2 – Input dan output dari vestibular nuklei (4)

Organ-organ otolit, yang disebut utrikulus dan sakulus merupakan

alat keseimbangan statik. Alat ini terangsang oleh gerak percepatan atau

perlambatan yang lurus arahnya, dan juga oleh gravitasi. Utrikulus

mendeteksi : (1) perubahan posisi kepala yang menjauh dari medan vertikal

4

Page 5: Refer At Tes Vestibuler

dan (2) akselerasi dan deselerasi linear horizontal. Sakulus mendeteksi : (1)

perubahan posisi kepala yang menjauh dari medan horizontal dan (2)

akselerasi dan deselerasi linear vertikal.(2, 4)

Gambar 6 – Pergerakan kanalis semi-sirkularis (4)

III. PATOFISIOLOGI ALAT VESTIBULER

Rangsangan normal akan selalu menimbulkan gangguan vertigo,

misalnya pada tes kalori. Rangsangan abnormal dapat pula menimbulkan

gangguan vertigo bila terjadi kerusakan pada sistem vestibularnya,

misalnya orang dengan paresis kanal akan merasa terganggu bila naik

perahu. Rangsangan normal dapat pula menimbulkan vertigo pada orang

yang normal, bila situasinya berubah, misalnya dalam ruangan tanpa bobot.(2)

5

Page 6: Refer At Tes Vestibuler

Sistem vestibular sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2

dalam darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak dapat

menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan timbul jika hanya ada perubahan

konsentrasi O2 saja, tetapi harus ada faktor lain yang menyertainya,

misalnya sklerosis pada salah satu dari arteri auditiva interna, atau salah

satu arteri tersebut terjepit. Dengan demikina, bila ada perubahna

konsentrasi O2, hanya satu sisi saja yang mengadakan penyesuaian,

akibatnya terdapat perbedaan elektropotensial antara vestibular kiri dan

kanan. Akibatnya akan terjadi serangan vertigo.(2)

Pada kasus-kasus patologi vestibular, refleks motorik yang

tergantung pada input dari sistem vestibular terganggu. Refleks vestibulo-

okular yang berperan dalam menjaga stabilitas objek pada retina selama

pergerakan kepala. Gangguan fisiologis dapat menyebabkan nistagmus

dan/atau pada pergerakan mata yang terganggu sebagai respon terhadap

pergerakan kepala dengan konsekuensi hilangnya ketajaman penglihatan.(6)

Nistagmus merupakan pergerakan bolak balik yang sangat cepat dari

mata dengan komponen cepat dan lambat. Arah nistagmus umumnya

dinamakan sesuai dengan komponen cepatnya.(6)

IV. PEMERIKSAAN FUNGSI KESEIMBANGAN

Anamnesis

Dalam anamnesis pusing, pertama-pertama perlu dibedakan pusing yang

berasal dari vestibular dengan yang berasal dari sentral atau dengan sebab-sebab

yang tidak berhubungan dengan sistem keseimbangan. Jika pasien mengatakan

bahwa ia mengalami gangguan kesadaran atau terasa akan pingsan selama

serangan pusing, maka lebih dimungkinkan suatu etiologi non-vestibular.4

Dalam anamnesis, adalah penting mendapat data akurat mengenai waktu

awitan, sifat-sifat fase awal pusing, aktivitas pasien pada saat awitan, lamanya

gejala dan akhirnya masa pemulihan. Perjalanan penyakit juga diperjelas dengan

mendapatkan anamnesis frekuensi kekambuhan. 5

6

Page 7: Refer At Tes Vestibuler

Secara klasik, pusing vestibular menimbulkan sensasi berputar baik pada

pasien sendiri atau lingkungannya. Pada kasus yang lebih kronik dan pada kasus

pusing perifer bilateral, pasien hanya dapat merasa “mabuk” atau amat goyah.5

Gejala pusing vestibular sering pula disertai gejala somatik. Pasien akan

mengeluh mual berat dan terkadang muntah pada saat serangan pusing vestibular.

Pasien dengan gejala-gejala vestibular sering kali mengeluh mengaburnya

penglihatan atau kesulitan memfokuskan penglihatan pada objek tertentu.

Penglihatan ganda, skotomata dan bintik buta amat jarang dikeluhkan. Perubahan-

perubahan visual yang tidak lazim ini mengesankan suatu etiologi non-

vestibular.13

Tabel 1. Diagnosis banding pusing

7

Sentral Perifer

Awitan Bervariasi Mendadak

Sifat-sifat/

gambaran

Tidak stabil Berputar,membalik

Lamanya Konstan, bervariasi Episodic, terkait

gerakan, <2-3 hari

Dapat

melelahkan

Jarang Ya

Efek visual Menutup mata tidak

mengubah gejala

Menutup mata

memperburuk gejala

Gejala visual Penglihatan ganda,

bintik buta

Penglihatan kabur

Gejala telinga Tidak ada Ada

Nyeri kepala Ada Tidak ada

Efek sistemik Tidak ada Mual,muntah

Page 8: Refer At Tes Vestibuler

V. PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

Mengetes keseimbangan merupakan sebuah hal yang kompleks

karena berbagai variasi dari sistem sensorik yang terlibat dalam persepsi

keseimbangan. Tes dibagi menjadi 2 kelompok besar; tes yang

mengaktivasi refleks vestibulo-okular (contoh: electronystagmogram dan

tes rotasi) dan tes keseimbangan umum (posturografi).(7)

1. Tes Kalori

Tes Kobrak

Posisi pasien tidur telentang, dengan kepala fleksi 30 O, atau duduk

dengan kepala ekstensi 60 O. Digunakan semprit 5 atau 10 ml, ujung

jarum disambungkan dengan kateter. Perangsangan dilakukan dengan

mengalirkan air es (0 OC), sebanyak 5 ml, selama 20 detik. Nilai

dihitung dengan mengukur lama nistagmus, dihitung sejak mulai air

dialirkan sampai nistagmus berhenti. Nilai normal 120-150 detik. Nilai

yang kurang dari 120 detik mengindikasikan adanya parese kanal.(2)

Tes Kalori Bitermal

Nistagmus yang dihasilkan dari tes kalori merupakan pergerakan

konveksi endolymph dalam kanalis semi-sirkularis horizontal.

Mekanisme pergerakan konveksi ini berdasar pada air hangat dan air

8

Page 9: Refer At Tes Vestibuler

dingin pada MAE, menyebabkan perubahan suhu dari 1 sisi kanalis

horizontal ke yang lainnya. Perubahan suhu ini menyebabkan

perbedaan densitas endolymph dalam kanal.(6)

Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Dingin 30 OC,

panas 44 OC. Volume air yang dialirkan kedalam liang telinga masing-

masing 250 ml, dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat

lama nistagmus yang timbul. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga

kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien diistirahatkan

selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).(2)

Rumus : Sensitivitas L – R : (a+c) - (b+d) = <40 detik

Dalam rumus ini dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan.

Bila kurang dari 40 detik artinya kedua fungsi vestibuler dalam keadaan

seimbang. Jika lebih dari 40 detik, berati yang mempunyai waktu

nistagmus lebih kecil mengalami parese kanal.(2)

Langkah Telinga Suhu air Arah nistagmusWaktu

Nistagmus

Pertama Kiri 30 OC Kanan Kanan a…. detik

Kedua Kanan 30 OC Kiri Kiri b…. detik

Ketiga Kiri 44 OC Kiri Kiri c…. detik

Keempat Kanan 44 OC Kanan Kanan d…. detik

Tabel 1 – Tes Kalori (2)

2. Tes Kontrol Postural

Tes Kontrol Postural terdiri dari : (1) tes Romberg, (2) Pastpointing test,

(3) Tandem Gait test, dan (4) Fukuda Stepping test. Tes kontrol postural

memiliki sensitivitas dan spesifitas sedang dalam mengidentifikasi lesi.

Goyangan berlebih ke satu sisi pada tes Romberg, deviasi ke satu sisi

pada pastpointing test, atau rotasi ke salah satu sisi pada Fukuda

stepping test mengindikasikan adanya lesi parese pada labirin di sisi

tesebut atau lesi iritatif pada arah yang berlawanan.(13)

9

Page 10: Refer At Tes Vestibuler

a. Romberg Test

Selama tes Romberg, yang digunakan untuk mengetahui gangguan

vestibuler, pasien diminta untuk berdiri tegak dengan kaki rapat,

mata terbuka kemudian dengan mata tertutup (untuk mengeliminasi

input visual). Normalnya, tidak ada pergerakan badan atau jatuh ke

salah satu sisi. Pada vestibulopati perifer unilateral, pasien

mengalami deviasi perlahan lahan ke arah lesi.(13, 14)

Tes Romberg dapat dibuat menjadi lebih sensitif dengan :

Manuver Jendrassik : Pasien diminta menarik kedua tangan ke

arah yang berlawanan dengan jari jari yang saling melekat,

menghasilkan peningkatan relaksasi kuskular pada anggota

tubuh bagian bawah.(14)

Manuver Jendrassik

10

Page 11: Refer At Tes Vestibuler

Tandem Romberg test : meminta pasien untuk berdiri dengan

heel-to-toe position dan dengan tangan yang dilipat di depan

dada. Tes ini sangat sulit dan hanya sedikit orang tua yang dapat

melakukannya. Interpretasi pada orang normal jika mampu

berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam selam 30 detik

atau lebih. (13, 14)

Tes dorong : pasien dibuat kehilangan keseimbangan dengan

dorongan anterior-posterior diikuti oleh dorongan lateral.

Variasi tes ini sering digunakan jika pasien dicurigai pura-pura

sakit.(14)

Pemeriksa dapat mengganggu konsentrasi pasien dengan cara

menggambar angka pada lengan bawah pasien jika dicurigai

kelainan psikologis atau pura-pura sakit.(14)

11

Page 12: Refer At Tes Vestibuler

Gambar 12 – Tes Romberg (15)

Pada gambar diatas, input sensorik dari mata dihalangi. Hal ini

dapat mengakibatkan miring atau jatuh pada pasien dengan

kehilangan proprioseptif dari persendian atau gangguan vestibular

perifer.(15)

b. Pastpointing Test

Pasien dan pemeriksa berdiri saling berhadapan; mereka kemudian

merentangkan tangan ke depan dengan jari telunjuk saling

menyentuh satu sama lain. Pasien diminta mengangkat tangannya

dan menyentuhkan kembali jari telunjuknya dengan jari telunjuk

pemeriksa yang diam. Pasien melakukan gerakan ini 3 kali dengan

mata terbuka, kemudian diulangi dengan mata tertutup. Deviasi ke

satu sisi termasuk abnormal.(13)

c. Tandem Gait Test

Pasien diminta melakukan langkah tandem dimana kaki pasien

saling menyilang dan tangan menyilang di dada. Pasien disuruh

berjalan lurus, pada saat melangkah tumit akaki kiri diletakkan pada

ujung jari kaki kanan dan seterusnya. Interpretasi pada individu yg

sehat adalah dapat melakukan 10 langkah tanpa deviasi sedangkan

pada pasien dengan gangguan vestibular akan berjalan menyimpang

dan gagal melakukan tes ini.(13)

12

Page 13: Refer At Tes Vestibuler

d. Fukuda Stepping Test (Unterberger's stepping test)

Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan mata tertutup – jika

pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi

tersebut) . Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di

tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada

kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi

dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar

ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi

turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase

lambat ke arah lesi.

13

Page 14: Refer At Tes Vestibuler

3. Tes Nistagmus Spontan

Nylen memberikan kriteria dalam menentukan kuatnya nistagmus

ini. Bila nistagmus spontan ini hanya timbul ketika mata melirik searah

dengan nistagmusnya, maka kekuatan nistagmus itu sama dengan

Nylen-1. Bila nistagmus timbul sewaktu mata melihat ke depan, maka

disebut Nylen 2, dan bila nistagmus tetap ada meskipun mata melirik

berlawanan arah dengan arah nistagmus, maka kekuatannya disebut

Nylen 3.(2)

Bila terdapat nistagmus spontan, maka harus dilakukan tes

hiperventilasi. Caranya ialah pasien diminta mengambil nafas cepat dan

dalam selama satu menit, dan sejak mulai setengah menit terakhir

direkam. Bila terdapat perbedaan 7 derajat perdetik maka berarti tes

hiperventilasi positif. Tes valsava caranya adalah dengan menahan

nafas selama 30 detik, dan sejak mulai menahan nafas itu direkam, dan

interpretasi sama dengan hiperventilasi.(2)

4. Head Shaking Nystagmus (HSN)

Untuk menguji Head Shaking Nystagmus ( HSN ) , pemeriksa

menggelengkan kepala pasien sekitar ± 45º secara horizontal sekitar 30

kali dalam waktu sekitar 15 detik atau dapat diminta pasien untuk

melakukannya sendiri . HSN dikatakan positif jika segera terjadi

sekurang-kurangnya 5 kali nistagmus setelah dilakukan tes ini yang

dapat dipastikan dengan menggunakan kacamata Frenzel.

5. Tes Nistagmus Posisi

Teknik ini disebut juga perasat Dix-Hallpike. Tes ini dilakukan

untuk mengetahui ada tidaknya Benign Paroxysmal Positional Vertigo

(BPPV). Caranya adalah, mula-mula pasien duduk, kemudian

kepalanya dimiringkan 45 O ke salah satu sisi, dan dengan cepat

dibaringkan kedalam posisi supinasi sampai kepala menggantung di

ujung meja periksa. Pemeriksaan diulang pada sisi yang lain.(2, 10)

14

Page 15: Refer At Tes Vestibuler

Pada setiap posisi nistagmus diperhatikan, terutama pada posisi

akhir. Nistagmus yang terjadi dicatat masa laten, dan intensitasnya.

Juga ditanyakan kekuatan vertigo secara subjektif. Tes posisi ini

dilakukan berkali-kali dan diperhatikan ada tidaknya kelelahan. Dengan

tes posisi ini dapat diketahui kelainan sentral atau perifer. Pada kelainan

perifer akan ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan dan vertigo

biasanya terasa berat. Pada kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak ada

masa laten, tidak ada kelelahan, dan vertigo ringan saja.(2)

Gambar 9 – Manuver Dix-Hallpike (10)

Sebagai contoh, misalnya jika BPPV terjadi pada kanalis semi-

sirkularis posterior kiri, maka manuver ini akan menginduksi terjadinya

nistagmus seperti crescendo-descendo, yang menurut penderita seperti

berlawanan arah jarum jam ke telinga kiri dan dahi. Ketika pasien

dikembalikan ke posisi duduk, maka arah nistagmusnya akan berhenti.(10)

Salah satu batasan dari manuver Dix-Hallpike adalah tidak dapat

dilakukan pada pasien dengan penyakit servikal yang membatasi

ekstensi kepala atau gangguan tulang belakang yang melarang

perubahan posisi pasien yang cepat menjadi posisi kepala

15

Page 16: Refer At Tes Vestibuler

menggantung. Pada pasien-pasien tersebut, manuver sidelying Bojrab-

Calvert dapat dilakukan. Manuver ini memungkinkan pemosisian

kanalis semi-sirkularis posterior yang sama seperti manuver Dix-

Hallpike, tanpa kepala menggantung.(8)

Gambar 10 – Manuver sidelying Bojrab-Calvert (8)

Manuver Bojrab-Calvert dimulai dengan pasien dalam posisi

duduk, menghadap pemeriksa. Kepala diputar 45 O ke kanan sehingga

pinna berada dalam garis tegak lurus terhadap permukaan meja.

Pemeriksa memegang kepala pada posisi tersebut sambil pasien

berbaring dengan bahunya dengan kepala bersandar di meja periksa.

Posisi ini ditahan selama kurang lebih 20 detik sambil gerakan mata

diperhatikan. Kemudian pasien dikembalikan ke posisi duduk. Dan

diulang pada posisi yang berbeda. Sama dengan manuver Dix-Hallpike,

posisi telinga dimana nistagmus terjadi dianggap sebagai sisi yang sakit.(8)

6. Tes Rotasi

Ada 2 macam uji rotasi. Salah satunya dengan menempatkan

subjek di atas kursi yang diletakkan pada pusat aksis rotasi dari suatu

16

Page 17: Refer At Tes Vestibuler

motor torque. Bila subjek duduk tegak dengan memiringkan kepala 30 O

ke bawah, maka kanalis horizontalis dapat dirangsang secara

maksimum. Gerakan leher dicegah sehingga rotasi akan menggerakkan

tubuh dan kepala bersamaan. Rotasi dapat dilakukan dalam 1 arah

dengan percepatan konstan dalam waktu singkat (mis., 18 detik) atau

secara osilatorik (mis. Sinusiod). Untuk percepatan konstan dilakukan

pengukuran amplitudo dan lamanya respons, sedangkan untuk ruang

sinusoid diukur fase serta hasil yang didapat.(11)

Tes diatas disebut juga sebagai Rotary Chair Test. Tes ini berguna

untuk membantu menentukan apakah gejala yang pasien alami karena

gangguan pada telinga dalam atau pada otak. Pergerakan mata direkam

oleh elektroda kecil yang mirip dengan yang digunakan pada tes ENG.

Tes ini memungkinkan pengukuran terhadap respon dari pergerakan

kepala yang kecepatannya hampir sama dengan kegiatan sehari-hari.(12)

7. Electronystagmography (ENG)

ENG gunanya untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya

sederhana saja, yaitu bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan

positif ini sifatnya sama dengan muatan positif listrik atau magnet yang

selalu mengimbas daerah sekitarnya.(2, 7)

Dengan meletakkan elektroda pada kulit kantus lateral mata kanan

dan kiri, maka kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa direkam.

Rekaman muatan ini disambungkan pada galvanometer. Bila muatan

kornea kanan sama dengan kiri, galvanometer akan menunjukkan angka

nol (di tengah). Jadi kesimpulannya jarum galvanometer akan bergerak

sesuai dengan gerak bola mata. Dengan demikian, nistagmus yang

terjadi bisa dipantau dengan baik.(2, 7)

17

Page 18: Refer At Tes Vestibuler

Gambar 7 – ENG (8)

8. Videonystagmography / Videooculography

VNG atau disebut juga VOG belakangan menjadi cara yang dipilih

untuk merekam pergerakan mata selama tes vestibular. VOG

memberikan keuntungan dibandingkan dengan tes EOG konvensional

karena pengukurannya akurat. Komponen utama dari sistem VOG

adalah sebuah kamera video infrared sensitif yang terhubung dengan

komputer untuk menentukan posisi mata.(9)

Gambar 8 – VNG (8)

18

Page 19: Refer At Tes Vestibuler

9. Posturografi

Karena keseimbangan merupakan kombinasi antara sensasi

vestibular, penglihatan, dan proprioseptif, telah dirancang beberapa

jenis posturografi untuk mengevaluasi fungsi keseimbangan secara

umum. Yang paling sering digunakan saat ini adalah Computerized

Dynamic Posturography.Pasien yang menjadi kandidat tes ini adalah

pasien dengan gangguan keseimbangan yang tidak diketahui

penyebabnya, riwayat sering jatuh, riwayat trauma kepala, atau pusing

yang terus menerus walaupun tanpa adanya kegiatan, juga yang suspek

malignansi.(7)Tes ini mengevaluasi seberapa baiknya pasien dapat

menggunakan sistem visual, vestibular, dan sensorik selama

keseimbangan.(12)

19

Page 20: Refer At Tes Vestibuler

Gambar 11 – Computerized Dynamic Posturography(12)

Subjek berdiri diatas panggung yang mengukur gaya yang ditimbulkan

masing-masing kaki, dan posisi kepala serta panggul diukur. Pengujian

dilakukan dalam beberapa kondisi; penglihatan normal dengan subjek

berdiri diatas panggung terfiksasi, tanpa penglihatan (kegelapan total),

tanpa gerakan pergelangan kaki (panggung bergerak bersama subjek

agar sudut pergelangan kaki tetap konstan dan dengan demikian

mencegah rangsangan reseptor sendi dan otot), dan dengan konflik

visual (lapangan pandangan atau drum yang mengelilingi subjek

bergerak bersama subjek sementara ia bergoyang ke depan dan ke

belakang). Subjek dengan gangguan fungsi vestibularis mengalami

kesukaran besar saat panggung dan lapangan pandang keduanya

bergerak bersama subjek. Pada kondisi ini terjadi konflik visual :

masukan penglihatan dan proprioseptif tidak menangkap gerakan

apapun, sementara kenyataannya tubuh bergerak ke depan dan ke

belakang. Pada subjek normal, sistem vestibularis memiliki suatu

rujukan inersia untuk menyelesaikan konflik ini dan postur tubuh

dipertahankan. Namun hal ini tidak dapat dilakukan subjek dengan

cacat vestibuli.(11)

Kesimpulan

Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita

jumpai dan dapat mengenai segala usia. Sistem keseimbangan manusia

bergantung kepada telinga dalam, mata, dan otot dan sendi untuk menyampaikan

informasi yang dapat dipercaya tentang pergerakan dan orientasi tubuh di dalam

ruang. Alat keseimbangan terdapat di telinga dalam, terlindung oleh tulang yang

paling keras yang dimiliki oleh tubuh.

Telinga memiliki 3 kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi

tersusun dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu sama lain. Di setiap kanalis

semisirkularis terdapat Sel-sel rambut reseptif yang terletak di atas suatu

bubungan (ridge), terletak di ampula (suatu pembesaran dipangkal kanalis).

20

Page 21: Refer At Tes Vestibuler

Rambut – rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi diatasnya

yaitu kupula yang menonjol kedalam endolimfe di dalam ampula. Kupula

bergoyang sesuai arah gerakan cairan.

Sejumlah uji klinis dapat dilakukan untuk menentukan apakah sistem

vestibularis berfungsi normal atau tidak. Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat

dilakukan mulai dari pemeriksaan yang sederhana terlebih dahulu, pemeriksaan-

pemeriksaan tersebut antara lain (Uji Romberg, Uji berjalan (stepping test), tes

unterberger, past-pointing tes ( uji tunjuk barany), rangsangan kalori (uji kalori),

test Nistagmus spontan, test Nistagmus Posisi, test Rotasi, Posturografi,

Elektronigtagmogram.

21

Page 22: Refer At Tes Vestibuler

DAFTAR PUSTAKA

1. Ludman H. Vertigo, in : Ludman H, Bradly PJ. ABC of Ear, Nose, and Throat

Fifth Edition. Blackwell Publishing. USA. 2007. pp. 40.

2. Hadjar E. Gangguan Keseimbangan, dalam : Soepardi EA, Iskandar N. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Balai Penerbit FK UI.

Jakarta. 1997. pp. 75-79.

3. Newlands SD, Wall C. Vestibular Function and Anatomy, in : Bailey BJ,

Johnson JT, Newlands SD. Head & Neck Surgery – Otolaryngology 4th

Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.

4. Sherwood L. Human Physiology : From Cells to Systems, Seventh Edition.

Books/Cole Cengeage Learning. USA. 2010. Chapter 6. pp. 213, 215, 224-25,

227-28.

5. Lysakowski A. Anatomy of Vestibular End Organs and Neural Pathways, in :

Cummings CW, et al. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery

Fourth Edition. Elsevier. USA. 2005. Chapter 138.

6. Hullar TE, Minor LB. Vestibular Physiology and Disorders of the Labyrinth,

in: Glasscook ME, Gulya AJ. Glasscook-Shambaugh Surgery of the Ear Fifth

Edition. BC Decker. USA. 2003. pp. 83, 94.

7. Staecker H. Testing Balance and The Vestibular System, in : Van De Water

TR, Staecker H. Otolaryngology Basic Science and Clinical Review. Thieme.

New York. 2006. pp. 415, 419.

8. Bojrab DI, Kaot MB. Vestibular Testing, in : Glasscook ME, Gulya AJ.

Glasscook-Shambaugh Surgery of the Ear Fifth Edition. BC Decker. USA.

2003. pp. 202, 208-09.

9. Wuyts FL, et al. Vestibular Function Testing. Lippincott Williams & Wilkins.

2007. pp. 19-20.

10. Brandt T, Strupp M. General Vestibular Testing. Elsevier. Clinical

Neurophysiology 116. 19 August 2004. pp. 416.

11. Anderson JH, Levine SC. Sistem Vestibularis, dalam : Adams GL, BOIES LR,

Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT Edisi III. Penerbit Buku

Kedokteran ECG. Jakarta. 1997. pp. 43-44.

22

Page 23: Refer At Tes Vestibuler

12. Robinson BS. Common Vestibular Function Test. American Physical Therapy

Association, Section on Neurology. USA. pp. 2.

13. Lalwani AK. Current Diagnosis and Treatment – Otolaryngology Head and

Neck Surgery Second Edition. McGraw Hill Publishing, Lange. New York.

2007. Chapter 46.

14. Dejardin S. The Clinical Investigation of Static and Dynamic Balance. B-

ENT. 2008. Suppl 8, 29.

15. Dhillon RS, East CA. An Illustrated Colour Test – Ear, Nose, and Throat and

Head and Neck Surgery Second Edition. Churchill Livingstone. UK. 1999.

Pp20

23