refer kejahatan seksual

Upload: jemima

Post on 16-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    1/45

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kejahatan seksual merupakan pelanggaran atas kesusilaan yang bukan saja

    merupakan masalah hukum nasional suatu negara melainkan sudah merupakan

    masalah hukum semua negara di dunia atau merupakan masalah global. Pelaku

    kejahatan seksual bukan didominasi mereka yang berasal dari golongan ekonomi

    menengah atau rendah apalagi kurang atau tidak berpendidikan sama sekali,

    melainkan pelakunya sudah menembus semua strata sosial dari strata terendah sampai

    tertinggi. Berdasarkan Lembar Fakta Catatan Tahunan (CATA!" Komnas

    Perempuan Tahun #$%& ter'atat ada total kasus kekerasan terhadap perempuan

    sebanyak #).*$ kasus, dimana #*&.#+ kasus terjadi pada ranah personal, -.*)

    kasus pada ranah komunitas dan kasus ranah egara. /edangkan pada tahun #$%-

    terjadi peningkatan dengan total sebanyak #)&.##$ kasus, +.*#* kasus pada ranah

    personal, &+*$ pada ranah komunitas dan #- kasus pada ranah egara.% 0anah

    personal artinya pelaku adalah orang yang memiliki hubungan darah (ayah, kakak,adik, paman, kakek", kekerabatan, perka1inan (suami" maupun relasi intim (pa'aran"

    dengan korban. 0anah komunitas jika pelaku dan korban tidak memiliki hubungan

    kekerabatan, darah ataupun perka1inan. Bisa jadi pelakunya adalah majikan,

    tetangga, guru, teman sekerja, tokoh masyarakat, ataupun orang yang tidak dikenal.

    0anah negara artinya pelaku kekerasan adalah aparatur negara dalam kapasitas tugas.

    Termasuk di dalam kasus di ranah negara adalah ketika pada peristi1a kekerasan,

    aparat negara berada di lokasi kejadian namun tidak berupaya untuk menghentikan

    atau justru membiarkan tindak kekerasan tersebut berlanjut.

    2iantara manusia 3ndonesia yang ra1an menjadi korban kejahatan kekerasan

    seksual adalah kaum perempuan. Begitu banyak terjadi kekerasan terhadap

    perempuan di 3ndonesia, sebut saja 4tragedi di bulan 5ei %))+6 yang disebut sebagai

    1

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    2/45

    salah satu 'atatan bersejarah yang menempatkan pelanggaran A5 terhadap

    perempuan yang luar biasa dahsyat kekejiannya, karena pada bulan itu diduga terjadi

    beragam bentuk sistemikasi, transparansi dan 7ulgarisasi kejahatan kekerasan dan

    pele'ehan seksual. Persoalan8persoalan ini membuat penulis tertarik untuk membuat

    suatu makalah dengan judul 4A/P9K 5923K:L9;AL K9

    %. Apa yang dimaksud dengan medikolegal dan kejahatan seksual?

    #. Apa saja jenis dan tanda tanda kejahatan seksual?

    &. Apa =aktor resiko dan dampak kejahatan seksual?

    -. Bagaimana aspek hukum mengenai kejahatan seksual?

    . Apa saja prosedur medikolegal pada kasus kejahatan seksual?

    *. Apa tatalaksana kedokteran =orensik pada kasus kejahatan seksual?

    1.3 Tujuan

    %.&.% Tujuan umum

    !ntuk mengetahui peranan aspek medikolegal terhadap kejahatan

    seksual

    %.&.# Tujuan khusus

    %. 5engetahui de=inisi medikolegal dan kejahatan seksual

    #. 5engetahui jenis kejahatan seksual

    &. 5engetahui tanda tanda kejahatan seksual

    -.5engetahui =aktor resiko kejahatan seksual

    .5engetahui dampak kejahatan seksual

    *.5engetahui aspek hukum mengenai kejahatan seksual

    .5engetahui prosedur medikolegal pada kasus kejahatan seksual

    +.5engetahui tatalaksana kedokteran =orensik pada kasus kejahatan

    seksual

    2

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    3/45

    1. Man!aat

    %.-.% 5an=aat untuk ilmu pengetahuan

    2iharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah mengenai peranan

    aspek medikolegal terhadap kejahatan seksual

    %.-.# 5an=aat untuk pro=esi

    5enambah pengalaman dan juga pengetahuan bagi peneliti khususnya

    di bidang penelitian

    %.-.& 5an=aat untuk masyarakat

    Penelitian ini diharapakan dapat berman=aat sebagai sumber in=ormasi

    kepada masyarakat untuk mengetahui peranan aspek medikolegal pada

    kejahatan seksual

    BAB II

    PEMBAHA"AN

    2.1 De!#n#s#

    3

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    4/45

    2.1.1 De!#n#s# Me$#k%legal

    5edikolegal se'ara har=iah berasal dari dua pengertian yaitu medik

    yang berarti pro=esi dokter dan legal yang berarti hukum. /ehingga

    batasan medikolegal adalah ilmu hukum yang mengatur bagaimana

    pro=esi dokter ini dilakukan sehingga memenuhi aturan8aturan hukum

    yang ada.# al ini untuk men'egah penyele1engan pelaksanaan

    pro=essional medis maupun mengantisipasi dengan berkembang serta

    lajunya ilmu8ilmu kedokteran yang tentunya terdapat hal8hal yang ra1an

    terhadap hukum.

    2.1.1.1 Pr%se$ur me$#k%legal

    Pengertian dari medikolegal sendiri adalah aspek hukum dari

    dunia medis atau dari pro=esi dokter, di dalam medikolegal dokter

    berke1ajiban menjalankan praktek pro=esi dan membantu penyidik

    dalam menangani suatu kasus pidana.&Pengaturan prosedur medikolegal

    diatur dalam Kitab !ndang8undang ukum A'ara Pidana (K!AP".

    2idalam K!AP disebutkan pengaturan dari penemuan atau pelaporan

    hingga dijatuhkannnya 7onis atau hukuman.

    a. Penemuan $an Pela&%ran

    /esuai dengan pasal % ayat # K!AP, Laporan adalah

    pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau

    ke1ajiban berdasarkan undang8undang kepada pejabat yang

    ber1enang tentang telah atau sedang atau diduga akan

    terjadinya peristi1a pidana. Penemuan dan pelaporan dilakukan

    oleh 1arga masyarakat yang melihat, mengetahui atau

    mengalami suatu kejadian yang diduga merupakan suatu tindak

    pidana. Pelaporan dilakukan ke pihak yang ber1ajib dan dalam

    hal ini yaitu Kepolisian 03, dll. Pelaporan juga bisa dilakukan

    melalui instansi pemerintah terdekat seperti 0T (0ukun

    4

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    5/45

    Tetangga" atau 0@ (0ukun @arga". ak dan ke1ajiban

    pelaporan ini diatur didalam pasal %$+ K!AP.

    '. Pen(el#$#kan

    /esuai dengan pasal % ayat K!AP, penyelidikan

    adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk men'ari dan

    menemukan suatu peristi1a yang diduga sebagai tindak pidana

    guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan

    menurut 'ara yang diatur oleh undang8undang. Penyelidik yang

    dimaksud adalah setiap pejabat polisi negara 0epublik

    3ndonesia yang tertera didalam Pasal - K!AP. 2idalam Pasal

    K!AP disebutkan 1e1enang dan tindakan yang dilakukan

    oleh penyelidik>

    (%" Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal ->

    a. Karena ke1ajibannya mempunyai 1e1enang>

    %. 5enerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang

    adanya tindak pidana

    #. 5en'ari keterangan dan barang bukti

    &. 5enyuruh berhenti seseorang yang di'urigai dan

    menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri

    -. 5engadakan tindakan lain menurut hukum yang

    bertanggung ja1ab

    b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa>

    %. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,

    penggeledahan dan penyitaan

    5

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    6/45

    #. Pemeriksaan dan penyitaan surat

    &. 5engambil sidik jari dan memotret seseorang

    -. 5emba1a dan menghadapkan seseorang pada penyidik

    (#" Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil

    pelaksanaan tindakan sebgaimana tersebut pada ayat (%"

    huru= a dan b kepada penyidik.

    ). Pen(#$#kan

    /esuai dengan pasal % ayat % K!AP, penyidikan

    adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut

    'ara yang diatur dalam undang8undang ini untuk men'ari serta

    mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

    tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

    tersangkanya. Penyidikan dilakukan oleh penyidik yaitu pejabat

    polisi egara 03 dan pejabat pega1ai negeri sipil tertentu yang

    diberi 1e1enang khusus oleh undang8undang sebagaimana

    diatur di dalam pasal * K!AP. Penyidik dapat meminta

    bantuan seorang ahli dan didalam hal kejadian mengenai tubuh

    manusia, maka penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk

    dilakukan penanganan se'ara kedokteran =orensik. Ke1ajiban

    seorang dokter antara lain>

    %. 5elakukan pemeriksaan kedokteran =orensik atas korban

    apabila diminta se'ara resmi oleh penyidik.

    #.5enolak melakukan kedokteran pemeriksaan kedokteran

    =orensik tersebut diatas dapat dikenai pidana penjara , selama

    lamanya ) bulan.

    Ke1ajiban untuk membantu peradilan sebagai seorang

    dokter =orensik itu diatur dalam asal %&& K!AP dimana

    seperti yang disebutkan diatas penyidik ber1enang muntuk

    6

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    7/45

    mengajukan permintaan keterangan ahli pada dokter =orensik

    atau kedokteran kehakiman. !ntuk ak dokter menolak

    menjadi saksiahli diatur dalam Pasal %#$, %*+, %$ K!AP.

    /edangkan sangsi bagi pelanggar ke1ajiban dokter diatur di

    dalam Pasal #%*, ###, ##-, ## K!P.

    !ntuk melakukan prosedur Bedah mayat klinis,

    anatomis, dan transplantasi oleh seorang dokter =orensik diatur

    menurut peraturan pemerintah o.%+ Tahun %)+%. 2an bagi

    seorang dokter =orensik yang membuat sebuah keterangan palsu

    didalam hasil akhir pemeriksaan dikenakan Pasal #* K!Pdan pasal K:29K3.

    $. Pem'erkasan Perkara

    al dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil

    penyidikannya, termasuk hasil pemeriksaan kedokteran =orensik

    yang dimintakan kepada dokter. 2an nanti hasil berkas perkara

    ini akan diteruskan ke penuntut umum.

    e. Penuntutan

    /esuai dengan pasal % ayat K!AP. Penuntutan yaitu

    tindakan penuntut !mum untuk melimpahkan perkara pidana ke

    Pengadilan egeri yang ber1enang dalam hal dan menurut 'ara

    yang diatur dalam undang8undang ini dengan permintaan

    supaya diperiksa dan diputus oleh akim di siding Pengadilan.

    !. Pers#$angan

    2idalam persidangan dipimpin oleh hakim atau majelis

    hakim. 2imana didalam persidangan itu dilakukan pemeriksaan

    terhadap terdak1a, para saksi dan juga para ahli. 2okter dapat

    7

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    8/45

    dihadirkan di sidang pengadilan untuk bertindak selaku saksi

    ahli atau selaku dokter pemeriksa. 2okter pun berhak menolak

    menjadi saksiahli yang sebagaimana diatur dalam pasal %#$,

    %*+, %) K!AP

    g. *%n#s

    onis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan sebagai berikut>

    + Keyakinan pada diri hakim bah1a memang telah terjadi

    suatu tindak pidanadan bah1a terdak1a memang bersalah

    melakukan tindak pidana tersebut

    + Keyakinan akin arus 2itunjang oleh sekurang8kurangnya

    # alat bukti yang sah yang diatur dalam pasal %+- K!AP

    (keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk,

    keterangan terdak1a"

    2.1.2 De!#n#s# ,ejahatan seksual

    Terdapat beberapa de=inisi kekerasan seksual, baik de=inisi legal, so'ial,

    maupun medis. /alah satu de=inisi yang luas mengartikan kekerasan seksual

    sebagai segala jenis kegiatan atau hubungan seksual yang dipaksakan danatau

    tanpa persetujuan (consent" dari korban. /edangkan de=inisi yang lebih sempit

    menyamakan kekerasan seksual dengan perkosaan (rape" dan mengharuskan

    adanya persetubuhan yaitu penetrasi penis ke dalam 7agina. Kejahatan seksual

    merupakan semua tindakan seksual, per'obaan tindakan seksual, komentar

    yang tidak diinginkan, perdagangan seks, denganmenggunakan paksaan, an'aman, paksaan =isik oleh siapa saja tanpa memand

    ang hubungan dengan korban, dalam situasi apa saja, tidak terbatas pada

    rumah dan pekerjaan.-

    8

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    9/45

    2i 3ndonesia pada umumnya de=inisi dan jenis kekerasan seksual yang

    dianut diambil dari Kitab !ndang8undang ukum Pidana (K!P" khususnya

    dalam BAB 3 tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan. /alah satu pasal

    utama adalah pasal #+ tentang Perkosaan yang berbunyi DBarang siapa

    dengan kekerasan atau an'aman kekerasan memaksa seorang 1anita

    bersetubuh dengan dia di luar perka1inan, dian'am karena melakukan

    perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahunE.

    2.1.2.1 E$em#%l%g# kejahatan seksual

    /ebuah penelitian di Amerika /erikat pada tahun #$$* (ational iolan'e

    against @omen /ur7ey" melaporkan bah1a %,* dari responden 1anita dan & dari

    responden pria pernah mengalami kekerasan seksual, beberapa diantaranyanya

    bahkan lebih dari satu kali sepanjang hidup mereka. 2ari jumlah tersebut hanya

    sekitar # yang pernah membuat laporan polisi. Komisi asional Anti Kekerasan

    Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan" mengungkapkan tingkat tindak kekerasan

    seksual terhadap perempuan di 3ndonesia terhitung sangat tinggi. 2alam periode %))+

    8 #$%% ter'atat )&.)*$ kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di seluruh

    3ndonesia. *

    2engan demikian rata8rataa ada #$ perempuan yang menjadi korban

    kekerasan seksual tiap harinya. al yang lebih mengejutkan adalah bah1a lebih dari

    G dari jumlah kasus tersebut ($,%%" dilakukan oleh orang yang masih memiliki

    hubungan dengan korban. Terdapat dugaan kuat bah1a angka8angka tersebut

    merupakan =enomena gunung es, yaitu jumlah kasus yang dilaporkan jauh lebih

    sedikit daripada jumlah kejadian sebenarnya di masyarakat. Banyak korban enggan

    melapor, mungkin karena malu, takut disalahkan, mengalami trauma psikis, atau

    karena tidak tahu harus melapor kemana. /eiring dengan meningkatnya kesadaran

    hokum di 3ndonesia, jumlah kasus kekerasan seksual yang dilaporkanpun mengalami

    peningkatan.

    9

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    10/45

    2.2 -en#s+jen#s kejahatan seksual

    #.#.% Perkosaan

    /erangan dalam bentuk pemaksaan hubungan seksual dengan memakai penis

    ke arah 7agina, anus atau mulut korban. Bisa juga menggunakan jari tangan atau

    benda8benda lainnya. /erangan dilakukan dengan kekerasan, an'aman kekerasan,

    penahanan, tekanan psikologis, penyalahgunaan kekuasaan, atau dengan mengambil

    kesempatan dari lingkungan yang penuh paksaan. Pen'abulan adalah istilah lain dari

    perkosaan yang dikenal dalam sistem hukum 3ndonesia. 3stilah ini digunakan ketika

    perkosaan dilakukan diluar pemaksaan penetrasi penis ke 7agina dan ketika terjadi

    hubungan seksual pada orang yang belum mampu memberikan persetujuan se'ara

    utuh, misalnya terhadap anak atau seseorang di ba1ah %+ tahun.

    #.#.# 3ntimidasi /eksual

    Termasuk An'aman atau Per'obaan Perkosaan Tindakan yang menyerang

    seksualitas untuk menimbulkan rasa takut atau penderitaan psikis pada perempuan

    korban. 3ntimidasi seksual bisa disampaikan se'ara langsung maupun tidak langsung

    melalui surat, sms, email, dan lain8lain. An'aman atau per'obaan perkosaan juga

    bagian dari intimidasi seksual.

    #.#.& Pele'ehan /eksual

    Tindakan seksual le1at sentuhan =isik maupun non8=isik dengan sasaran organ

    seksual atau seksualitas korban. 3a termasuk menggunakan siulan, main mata, u'apan

    bernuansa seksual, mempertunjukan materi pornogra=i dan keinginan seksual,

    'olekan atau sentuhan di bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersi=at seksualsehingga mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, merasa direndahkan

    martabatnya, dan mungkin sampai menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan

    #.#.-. 9ksploitasi /eksual

    10

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    11/45

    Tindakan penyalahgunaan kekuasan yang timpang,atau penyalahgunaan

    keper'ayaan, untuk tujuan kepuasan seksual, maupun untukmemperoleh keuntungan

    dalam bentuk uang, sosial, politik dan lainnya. Praktik eksploitasi seksual yang kerap

    ditemui adalah menggunakan kemiskinan perempuan sehingga ia masuk dalam

    prostitusi atau pornogra=i. Praktik lainnya adalah tindakan mengiming8imingi

    perka1inan untuk memperoleh layanan seksual dari perempuan, lalu

    ditelantarkankan. /ituasi ini kerap disebut juga sebagai kasus Dingkar janjiE. 3ming8

    iming ini menggunakan 'ara pikir dalam masyarakat, yang mengaitkan posisi

    perempuan dengan status perka1inannya. Perempuan menjadi merasa tak memiliki

    daya ta1ar, ke'uali dengan mengikuti kehendak pelaku, agar ia dinikahi.

    #.#.. Perdagangan Perempuan untuk Tujuan /eksual

    Tindakan merekrut, mengangkut, menampung, mengirim, memindahkan, atau

    menerima seseorang dengan an'aman kekerasan, penggunaan kekerasan, pen'ulikan,

    penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atas posisi rentan,

    penjeratan utang atau pemberian bayaran atau man=aat terhadap korban se'ara

    langsung maupun orang lain yang menguasainya, untuk tujuan prostitusi ataupun

    eksploitasi seksual lainnya. Perdagangan perempuan dapat terjadi di dalam negara

    maupun antar negara.

    #.#.*. Prostitusi Paksa

    /ituasi dimana perempuan mengalami tipu daya, an'aman maupun kekerasan

    untuk menjadi pekerja seks. Keadaan ini dapat terjadi pada masa rekrutmen maupun

    untuk membuat perempuan tersebut tidak berdaya untuk melepaskan dirinya dari

    prostitusi, misalnya dengan penyekapan, penjeratan utang, atau an'aman kekerasan.

    Prostitusi paksa memiliki beberapa kemiripan, namun tidak selalu sama dengan

    perbudakan seksual atau dengan perdagangan orang untuk tujuan seksual.

    #.#.. Perbudakan /eksual

    11

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    12/45

    /ituasi dimana pelaku merasa menjadi DpemilikE atas tubuh korban sehingga

    berhak untuk melakukan apapun termasuk memperoleh kepuasan seksual melalui

    pemerkosaan atau bentuk lain kekerasan seksual. Perbudakan ini men'akup situasi

    dimana perempuan de1asa atau anak8anak dipaksa menikah, melayani rumah tangga

    atau bentuk kerja paksa lainnya, serta berhubungan seksual dengan penyekapnya.

    #.#.+. Pemaksaan perka1inan, termasuk 'erai gantung

    Pemaksaan perka1inan dimasukkan sebagai jenis kekerasan seksual karena

    pemaksaan hubungan seksual menjadi bagian tidak terpisahkan dari perka1inan yang

    tidak diinginkan oleh perempuan tersebut. Ada beberapa praktik di mana perempuan

    terikat perka1inan di luar kehendaknya sendiri. Pertama, ketika perempuan merasa

    tidak memiliki pilihan lain ke'uali mengikuti kehendak orang tuanya agar dia

    menikah, sekalipun bukan dengan orang yang dia inginkan atau bahkan dengan orang

    yang tidak dia kenali. /ituasi ini kerap disebut ka1in paksa. Kedua, praktik memaksa

    korban perkosaan menikahi pelaku. Pernikahan itu dianggap mengurangi aib akibat

    perkosaan yang terjadi. Ketiga, praktik 'erai gantung yaitu ketika perempuan dipaksa

    untuk terus berada dalam ikatan perka1inan padahal ia ingin ber'erai. amun,

    gugatan 'erainya ditolak atau tidak diproses dengan berbagai alasan baik dari pihak

    suami maupun otoritas lainnya. Keempat, praktik DKa1in Cina ButaE, yaitu

    memaksakan perempuan untuk menikah dengan orang lain untuk satu malam dengan

    tujuan rujuk dengan mantan suaminya setelah talak tiga ('erai untuk ketiga kalinya

    dalam hukum 3slam". Praktik ini dilarang oleh ajaran agama, namun masih ditemukan

    di berbagai daerah.

    #.#.). Pemaksaan Kehamilan

    /ituasi ketika perempuan dipaksa, dengan kekerasan maupun an'aman

    kekerasan, untuk melanjutkan kehamilan yang tidak dia kehendaki. Kondisi ini

    misalnya dialami oleh perempuan korban perkosaan yang tidak diberikan pilihan lain

    ke'uali melanjutkan kehamilannya.

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    13/45

    menggunakan kontrasepsi sehingga perempuan itu tidak dapat mengatur jarak

    kehamilannya. Pemaksaan kehamilan ini berbeda dimensi dengan kehamilan paksa

    dalam konteks kejahatan terhadap kemanusiaan dalam /tatuta 0oma, yaitu situasi

    pembatasan se'ara mela1an hukum terhadap seorang perempuan untuk hamil se'ara

    paksa, dengan maksud untuk membuat komposisi etnis dari suatu populasi atau untuk

    melakukan pelanggaran hukum internasional lainnya.

    #.#.%$. Pemaksaan Aborsi

    Pengguguran kandungan yang dilakukan karena adanya tekanan, an'aman,

    maupun paksaan dari pihak lain.

    #.#.%%. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi

    2isebut pemaksaan ketika pemasangan alat kontrasepsi danatau pelaksanaan

    sterilisasi tanpa persetujuan utuh dari perempuan karena ia tidak mendapat in=ormasi

    yang lengkap ataupun dianggap tidak 'akap hukum untuk dapat memberikan

    persetujuan. Pada masa :rde Baru, tindakan ini dilakukan untuk menekan laju

    pertumbuhan penduduk, sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan.

    /ekarang, kasus pemaksaan pemaksaan kontrasepsisterilisasi biasa terjadi pada

    perempuan dengan 3A32/ dengan alasan men'egah kelahiran anak dengan

    3A32/. Pemaksaan ini juga dialami perempuan penyandang disabilitas, utamanya

    tuna grahita, yang dianggap tidak mampu membuat keputusan bagi dirinya sendiri,

    rentan perkosaan, dan karenanya mengurangi beban keluarga untuk mengurus

    kehamilannya.

    #.#.%#. Penyiksaan /eksual

    Tindakan khusus menyerang organ dan seksualitas perempuan, yang

    dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan hebat,

    baik jasmani, rohani maupun seksual. 3ni dilakukan untuk memperoleh pengakuan

    atau keterangan darinya, atau dari orang ketiga, atau untuk menghukumnya atas suatu

    13

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    14/45

    perbuatan yang telah atau diduga telah dilakukan olehnya ataupun oleh orang ketiga.

    Penyiksaan seksual juga bisa dilakukan untuk mengan'am atau memaksanya, atau

    orang ketiga, berdasarkan pada diskriminasi atas alasan apapun. Termasuk bentuk ini

    apabila rasa sakit dan penderitaan tersebut ditimbulkan oleh hasutan, persetujuan,

    atau sepengetahuan pejabat publik atau aparat penegak hukum.

    #.#.%&. Penghukuman tidak manusia1i dan bernuansa seksual

    Cara menghukum yang menyebabkan penderitaan, kesakitan, ketakutan, atau

    rasa malu yang luar biasa yang tidak bisa tidak termasuk dalam penyiksaan. 3a

    termasuk hukuman 'ambuk dan hukuman8hukuman yang mempermalukan atau untuk

    merendahkan martabat manusia karena dituduh melanggar norma8norma kesusilaan.

    #.#.%-.Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau

    mendiskriminasi perempuan

    Kebiasaan masyarakat , kadang ditopang dengan alasan agama danatau

    budaya, yang bernuansa seksual dan dapat menimbulkan 'idera se'ara =isik,

    psikologis maupun seksual pada perempuan. Kebiasaan ini dapat pula dilakukan

    untuk mengontrol seksualitas perempuan dalam perspekti= yang merendahkan

    perempuan. /unat perempuan adalah salah satu 'ontohnya.

    #.#.%. Kontrol seksual, termasuk le1at aturan diskriminati= beralasan

    moralitas dan agama

    Cara pikir di dalam masyarakat yang menempatkan perempuan sebagai

    simbol moralitas komunitas, membedakan antara Dperempuan baik8baikE dan

    perempuan DnakalE, dan menghakimi perempuan sebagai pemi'u kekerasan seksual

    menjadi landasan upaya mengontrol seksual (dan seksualitas" perempuan. Kontrol

    seksual men'akup berbagai tindak kekerasan maupun an'aman kekerasan se'ara

    langsung maupun tidak langsung, untuk mengan'am atau memaksakan perempuan

    untuk menginternalisasi simbol8simbol tertentu yang dianggap pantas bagi

    14

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    15/45

    Dperempuan baik8baik6. Pemaksaan busana menjadi salah satu bentuk kontrol seksual

    yang paling sering ditemui. Kontrol seksual juga dilakukan le1at aturan yang

    memuat ke1ajiban busana, jam malam, larangan berada di tempat tertentu pada jam

    tertentu, larangan berada di satu tempat bersama la1an jenis tanpa ikatan kerabat atau

    perka1inan, serta aturan tentang pornogra=i yang melandaskan diri lebih pada

    persoalan moralitas daripada kekerasan seksual. Aturan yang diskriminati= ini ada di

    tingkat nasional maupun daerah dan dikokohkan dengan alasan moralitas dan agama.

    Pelanggar aturan ini dikenai hukuman dalam bentuk peringatan, denda, penjara

    maupun hukuman badan lainnya.

    2.3 Tan$a tan$a kejahatan seksual

    !ntuk men'ari tanda8tanda kejahatan seksual sepatutnya dilakukan keseluruhan

    pemeriksaan mulai dari anamnesis, pemeriksaan =isik se'ara umum dan khusus, dan

    pemeriksaan penunjang./e'ara umum tujuan pemeriksaan korban kejahatan seksual

    adalah untukH

    5elakukan identi=ikasi, termasuk memperkirakan usia korbanH

    5enentukan adanya tanda8tanda persetubuhan, dan 1aktu terjadinya, bila

    mungkinH

    5enentukan adanya tanda8tanda kekerasan, termasuk tanda intoksikasi

    narkotika, psikotropika, dan Iat adikti= lainnya (APJA"

    5enentukan pantastidaknya korban untuk dika1in, termasuk tingkat

    perkembangan seksualnyaH dan

    5embantu identi=ikasi pelaku

    Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan korban kekerasan

    seksual

    15

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    16/45

    Lakukan pemeriksaan sedini mungkin setelah kejadian, jangan dibiarkan

    menunggu terlalu lama. al ini penting untuk men'egah rusak atau berubah

    atau hilangnya barang bukti yang terdapat di tubuh korban, serta untuk

    menenagkan korban dan men'egah terjadinya trauma pskis yang lebih berat

    Pemeriksaan harus dilakukan se'ara sistematis dan menyeluruh

    Catat dan dokumentasikan semua temuan, termasuk temuan negati7e.

    %. Anamnesis

    8 !mur atau tanggal lahir

    8 /tatus pernikahan

    8 0i1ayat paritaas danatau abortus

    8 0i1ayat haid (menar'he, hari pertama haid terakhir, siklus haid"

    8 0i1ayat koitus (sudah pernah atau belum, ri1ayat koitus sebelum

    danatau setelah kejadian kekerasan seksual, dengan siapa, penggunaan

    alat pengaman seperti kondom atau alat kontrasepsi lainnya

    8 Penggunaan obat8obatan (termasuk APJA"

    8 0i1ayat penyakit (sekarang dan dahulu" serta

    8 Keluhan atau gekala yang dirasakan pada saat pemeriksaan

    /edangkan anamnesis khusus men'akup keterangan yang terkait kejadian

    kejahatan seksual yang dilaporkan dan dapat menuntun pemeriksaan =isik,

    seperti>

    What & How

    16

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    17/45

    8

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    18/45

    8 !sia pelaku

    8 ubungan antara pelaku dengan korban

    #. Pemeriksaan Fisik

    8 !mum

    a" Tingkat kesadaran

    b" Tanda 7ital

    '" Penampilan (rapih atau tidak, dandan dan lain8lain"

    d" A=ek (keadaan emosi, apakah sedih, takut dan sebagainya"

    e" Pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kan'ing yang terlepas"

    =" /tatus generalis dan status antropometri

    g" 0ambut (ter'abutrontok"

    h" ;igi dan mulut (terutama pertumbuhan gigi molar kedua dan

    ketiga"

    i" Kuku (apakah ada kotoran atau darah di ba1ahnya, apakah ada

    kuku yang ter'abut atau patah"

    j" Tanda8tanda perkembangan seksual sekunder

    k" Tanda8tanda intoksikasi APJA

    l" /tatus lokalis dari luka8luka yang terdapat pada bagian tubuh

    selain daerah kemaluan

    8 Khusus

    18

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    19/45

    a" 2aerah pubis (kemaluan bagian luar", yaitu adanya perlukaan pada

    jaringan lunak atau ber'ak 'airan mani

    b" Penyisiran rambut pubis (rambut kemaluan", yaitu apakah adanya

    rambut pubis yang terlepas yang mungkin berasal dari pelaku,

    penggumpalan atau perlengketan rambut pubis akibat 'airan mani

    '" 2aerah 7ul7a dan kulit sekitar 7ul7apaha bagian dalam (adanya

    perlukaan pada jaringan lunak, ber'ak 'airan mani".

    d" Labia mayora dan minora apakah ada perlukaan pada jaringan

    lunak atau ber'ak 'airan mani

    e" estibulum dan =our'hette posterior apakah ada perlukaan

    =" ymen (selaputdara" 'atat bentuknya, diameter ostium, elastisitas

    atau ketebalan, adanya perlukaan seperti robekan, memar, le'et

    atau hiperemi". Apabila ditemukan robekan hymen, 'atat jumlah

    robekan, lokasi dan arah robekan, apakah robekan men'apai dasar

    (insersio" atau tidak, dan adanya perdarahan atau tanda

    penyembuhan pada tepi robekan

    g" agina (liang senggama", 'ari perlukaan dan adanya 'airan atau

    lender

    h" /er7iks dan porsio, 'ari tanda8tanda pernah melahirkan dan adanya

    'airan atau lender

    i" !terus diperiksa apakah ada tanda kehamilan

    j" Anus dan daerah perianal diperiksa apabila ada indikasi

    berdasarkan anamnesis

    k" 5ulut diperiksa apabila ada indikasi berdasarkan anamnesis

    19

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    20/45

    l" 2aerah8daerah erogen (leher, payudara, paha dan lain8lain"

    diperiksa untuk men'ari ber'ak mani atau air liur dari pelau

    m" Tanda8tanda kehamilan pada payudara dan perut

    &. Pemeriksaan Penunjang

    8 Pakaian yang dipakai korban saat kejadianH untuk men'ari trace evidence

    yang mungkin berasal dari pelaku, seperti darah dan ber'ak mani, atau

    dari tempat kejadian, misalnya ber'ak tanah atau daun8daun kering

    8 0ambut pubisH menggunting rambut yang menggumpal

    8 Kerokan kukuH apabila korban melakukan perla1anan dengan men'akar

    pelaku maka mungkin terdapat sel epitel atau darah pelaku di ba1ah kuku

    korbanH

    - SwabH dapat diambil dari ber'ak yang diduga ber'ak mania tau air liur dari

    kulit sekitar 7ul7a, 7ul7a, 7estibulum, 7agina, =orniks posterior, kulit

    bekas gigitan atau 'iuman, rongga mulut (pada seks oral" atau lipatan8

    lipatan anus (pada /odom", atau untuk pemeriksaan penyakit menular

    seksual

    - 2arahH sebagai sampel pembanding untuk identi=ikasi dan untuk men'ari

    tanda8tanda intoksikasi APJA

    - Pemeriksaan kehamilan

    - Pemeriksaan 'airan mani (semen"

    - Pemeriksaan 20L

    - Pemeriksaan serologis epatitis

    - Pemeriksaan ;onorrhea

    20

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    21/45

    - Pemeriksaan 3

    - !rineH untuk men'ari tanda kehamilan dan intoksikasi APJA

    TINDA, LAN-UT

    /etelah pemeriksaan =orensi' terhadap korban selesai, dilakukan tindak lanjut baik

    dari aspek hukum maupun medis. 2ari segi hokum tindak lanjutnya berupa

    pembuatan 7isum et repertum. Tindak lanjut medis dapat men'akup penatalaksanaan

    psikiatrik dan penatalaksanaan bidang obstetri'8ginekologi. Tidak jarang seorang

    korban kekerasan seksual membutuhkan terapi atau konseling pskiatrik. 5ungkin

    juga korban memerlukan tindakan pen'egahan kehamilan serta pen'egahan atau

    terapi penyakit menular seksual.

    2. akt%r res#k% kejahatan seksual

    #.-.%. Faktor Fisik

    Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan =isik,

    karena bagamanapun akti7itas seks bisa menimbulkan nyeri dan

    ketidaknyamanan. Kondisi =isik dapat berupa penyakit ringanberat, keletihan,

    medikasi maupun 'itra tubuh. Citra tubuh yang buruk, terutama disertai

    penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh menyebabkan

    seseorang kehilangan gairah.

    #.-.# Faktor ubungan

    5asalah dalam berhubungan (kemesraan, kedekatan" dapat mempengaruhi

    hubungan seseorang untuk melakukan akti7itas seksual. al ini sebenarnya

    tergantung dari bagimana kemampuan mereka dalam berkompromi danbernegosiasi mengenai perilaku seksual yang dapat diterima dan menyenangkan

    #.-.& Faktor ;aya idup

    ;aya hidup disini meliputi penyalahgunaan alkohol dalam akti7itas seks,

    ketersediaan 1aktu untuk men'urahkan perasaan dalam berhubungan, dan

    21

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    22/45

    penentuan 1aktu yang tepat untuk akti7itas seks. Penggunaan alkohol dapat

    menyebabkan rasa sejahtera atau gairah palsu dalam tahap a1al seks dengan e=ek

    negati= yang jauh lebih besar dibanding perasaan e=oria palsu tersebut.

    /ebagian klien mungkin tidak mengetahui bagaiman mengatur 1aktu

    antara bekerja dengan akti7itas seksual, sehingga pasangan yang sudah merasa

    lelah bekerja merasa kalau akti7itas seks merupakan beban baginya.

    #.-.- Faktor arga 2iri

    perkosaan, inses, penganiayaan =isikemosi, ketidakadekuatan pendidikan seks,

    pengaharapan pribadi atau kultural yang tidak realistik.

    dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya, terutama pada masa pubertas

    2./ Dam&ak kejahatan seksual

    %. 2ampak =isik

    Korban mengalami penurunan na=su makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak

    nyaman di sekitar 7agina, berisiko tertular P5/, luka di tubuh akibat

    perkosaan dengan kekerasan, kerusakan organ tubuh seperti robeknya selaput

    dara, pingsan.

    #. 2ampak psikologis

    Korban kejahatan seksual bisa mengalami stress, depresi, gun'angan ji1a,

    menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan intim dengan la1an jenis,

    dan kehamilan yang tidak diinginkan, kesulitan tidur (insomnia", kurangnya

    na=su makan dan na=su makan berkurang, sukar berkonsentrasi> seperti

    22

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    23/45

    lamban dalam berpikir dan tidak mampu memutuskan sesuatu, sering berpikir

    tentang bunuh diri atau mati.

    & 2ampak sosial

    Korban kejahatan seksual dapat diku'ilkan oleh masyarakat, dihina,

    dipojokkan dengan pandangan masyarakat bah1a perempuan korban

    kejahatan seksual sengaja DmenggodaE dan DmenantangE laki8laki dengan

    memakai pakaian mini, rok ketat, berdandan menor ataupun berbusana seksi.

    (Bernas, %))H Kompas, %))H Taslim, %))H koesnadi, %))#".

    2.0 As&ek hukum mengena# kejahatan seksual

    Kejahatan terhadap kesusilaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan

    sesorang yang menimbulkan kepuasan seksual dan di sisi lain perbuatan tersebut

    mengganggu kehormatan orang lain.+

    Aspek hukum mengenai kejahatan terhadap kesusilaan dan kejahatan seksual

    ialah >

    1. ,UHP

    a" Pasal #+- K!P

    %. 2ian'am dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun >

    %a. /eorang pria telah ka1in yang melakukan Iinah, pada hal diketahui,

    bah1a

    pasal # B@ berlaku baginya

    %b. /eorang 1anita telah ka1in yang melakuakn Iinah, pada hal diketahui,

    bah1a pasal # berlaku baginya

    b" Pasal #+ K!P

    23

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    24/45

    Barang siapa dengan kekerasan atau an'aman kekerasan memaksa seseorang

    1anita bersetubuh dengan dia di luar perka1inan, dian'am karena melakukan

    perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

    '" Pasal #+* K!P

    Barang siapa bersetubuh dengan seorang 1anita di luar perka1inan, pada hal

    diketahui bah1a 1anita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya,

    dian'am dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

    d" Pasal #+ K!P

    %. Barang siapa bersetubuh dengan seorang 1anita di luar perka1inan, pada

    hal diketahui atau sepatutnya harus diduga, bah1a umurnya belum lima belas

    tahun, atau kalau umurnya tidak ternyata, bah1a belum mampu dika1in,

    dian'am dengan pidanan penjara paling lama sembilan tahun.

    e" Pasal #++ K!P

    %. Barang siapa bersetubuh dengan seorang 1anita di dalam perka1inan, yang

    diketahui atau sepatutnya harus diduga bah1a belum mampu dika1in,

    dian'am, apabila perbuatan mengakibatkan luka8luka dengan pidana penjara

    paling lama empat tahun.

    =" Pasal #+) K!P

    Barangsiapa dengan kekerasan atau an'aman kekerasan memaksa seorang

    anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan 'abul, dian'am

    karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan

    pidana penjara paling lama ) tahun.

    g" Pasal #)$ K!P

    2ian'am dengan pidana paling lama tujuh tahun >

    24

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    25/45

    %" Barang siapa melakukan perbuatan 'abul, dengan seorang padahaL

    diketahui, bah1a orang itu pingsan atau tidak berdayaH

    #" Barang siapa melakukan perbuatan 'abul dengan seseorang pada hal

    diketahui atau sepatutunya harus diduga, bah1a umurnya belum lima belas

    tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bah1a belum mampu ka1in

    &" Barang siapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus

    diduga, bah1a umurnya belum lima belas tahun atau kala umurnya tidak

    ternyata, bah1a belum mampu ka1in, untuk melakukan atau membiarkan

    dilakukan perbuatan 'abul, atau bersetubuh di luar perka1inan dengan orang

    lain.

    h" Pasal #)# K!P

    :rang yang 'ukup umur, yang melakukan perbuatan 'abul dengan orang lain

    sama kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bah1a belum

    'ukup umur, dian'am pidana penjara paling lama lima belas tahun

    2. Menurut ,e&utusan Menter# ,esehatan Re&u'l#k In$%nes#a N%m%r

    1220Menkes",II24 tentang Pe$%man &enatalaksanaan &ela(anan

    ter&a$u k%r'an kekerasan terha$a& &erem&uan $an anak $# Rumah

    "ak#t

    2alam keputusan 5enteri Kesehatan 0epublik 3ndonesia omor

    %##*5enkes/K33#$$) menunjukkan bah1a pemerintah sangat menjamin

    perlindungan terhadap anak sehingga mengatur suatu pedoman

    penatalaksanaan pelayanan terpadu korban kekerasan terhadap perempuan

    dananak di rumah sakit.

    3. Menurut ,ese&akatan Bersama ,ementr#an Pem'er$a(aan Perem&uan

    $an Perl#n$ungan Anak Re&u'l#k In$%nes#a $engan Pemer#ntah Daerah

    Pr%5#ns# -a6a Tengah N%m%r 47MEN.PP",B*I218 N%m%r 721

    tentang Penera&an ,#nerja $# B#$ang Pem'angunan Pem'er$a(aan

    25

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    26/45

    Perem&uan $an Perl#n$ungan Anak $# Pr%5#ns# -a6a Tengah

    /angat jelas pemerintah maupun pemerintah daerah melalui Keputusan Bersama

    Kementrian Pemberdayaan Perempuandan Perlindungan Anak 0epublik 3ndonesia

    dengan Pemerintah 2aerah Pro7insi

    %. /etiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulisdari penyidik yang ber1enang (pasal %&& K!AP"

    #. Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti.

    Kalau korban datang sendiri dengan memba1a surat permintaan dari polisi,

    jangan diperiksa, suruh korban kembali kepada polisi.&. /etiap 7isum et repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan

    pada

    tubuh korban pada 1aktu permintaan 7isum et repertum diterima oleh dokter-. 3jin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika

    korban adalah seorang anak, dari orang tua atau 1alinya.

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    27/45

    . isum et repertum diselesaikan se'epat mungkin. 2engan adanya 7isum et

    repertum perkara 'epat dapat diselesaikan. /eorang terdak1a dapat 'epat

    dibebaskan dari tahanan, bila ternyata ia tidak bersalah.

    +. Terkadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang

    ibuayah untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi

    apakah anaknya masih pera1an, atau karena ia merasa 'uriga kalau8kalau atas

    diri anaknya baru terjadi persetubuhan. 2alam hal ini sebaiknya ditanyakan

    dulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin mengetahui saja, atau ada

    maksud untuk melakukan penuntutan. Bila dimaksudkan akan melakukan

    penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak itu. Katakanbah1a pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi dan

    biasanya dilakukan di rumah sakit. 5ungkin ada baiknya dokter memberikan

    penerangan pada ibuayah itu, bah1a jika umur anaknya sudah % tahun, dan

    jika persetubuhan terjadi tidak dengan paksaan makan menurut undang8

    undang, laki8laki yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin

    hanya akan merugikan anaknya saja. Lebih baik lagi jika orang tua itu

    dianjurkan untuk meminta nasehat dari penga'ara.

    2.7 Tatalaksana #lmu ke$%kteran !%rens#k &a$a kasus kejahatan seksual

    A. Pers#a&an $# Tem&at ,eja$#an Perkara

    Tindakan pada kasusdisangka kasus perkosaan atau perIinahan>)

    %. Perhatikan apakah korban memerlukan pertolongan pertama akibat kekerasan

    yang dideritanya. Perhatikan juga apakah korban telah 'ukup umur ataubelum selanjutnya lihat skema persetubuhanH

    #. Perhatikan apakah pada tubuh korban terdapat tanda8tanda kekerasan

    &. Amankan tempat kejadian dan barang bukti

    27

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    28/45

    -. Kumpulkan barang bukti sebaik8 baiknya seperti noda darah, ber'ak pada

    kain, 'elana, sprei, dan lain8lain

    . Perhatikan sikap korban, apakah takut, gelisah, malu atau tenang8tenang saja.

    *. Perhatikan 'aranya berpakaian dan berhias, adalah berlebihan atau

    mengandung gairah

    . Kirimkan korbantersangka korban ke rumah sakit pemerintah dengan

    =ormulir visum et repertum model 3 tanpa diperkenankan membersihkan

    badan dahulu. Korban diantar oleh petugas polisi

    +.

    %. 5aterial kimia> alkohol, obat8obatan, atau bahan kimia lain yang ditemukan

    di tempat kejadian perkara

    #. 5aterial =isik> serat pakaian, selimut, kain penyekap korban dll.

    &. 5aterial biologik> 'airan tubuh, air liur, semensperma, darah, rambut dll.

    28

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    29/45

    :. Pers#a&an "e'elum Pemer#ksaan ,%r'an

    /ebelum korban dikirim ke rumah sakit=asilitas kesehatan untuk dilakukan

    pemeriksaan dokter,%$ perlu dijelaskan dengan hati8hati proses pemeriksaan

    =orensik dengan memaparkan langkah8 langkah penyelidikan. /ebelum

    pemeriksaan =orensik syarat yang harus dipenuhi adalah>

    %. arus ada permintaan tertulis untuk pemeriksaan kasus kekerasan seksual

    dari penyidik atau yang ber1enang.

    #. Korban datang dengan didampingi polisipenyidik.

    &. 5emperoleh persetujuan (inform consent) dari korban.

    -. Pemeriksaan dilakukan sedini mungkin untuk men'egah hilangnya alat bukti

    yang penting bagi pengadilan.

    D. Pemer#ksaan ,%r'an ,ekerasan "eksual

    ang perlu diperiksa oleh dokter terhadap korbantersangka korban kekerasan

    seksual sedapat mungkin memenuhi tuntutan yang digunakan dalam undang8

    undang hukum pidana.

    Pemeriksaan =isik juga didasarkan pada kebijakan juridiksional, dan dilakukan

    oleh dokter dengan pemeriksaan meliputi>

    !mum>

    %. 0ambut, 1ajah, emosi se'ara keseluruhan

    #. Apakah korban pernah pingsan sebelumnya, mabuk atau tanda8tanda

    pemakaian narkotik

    29

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    30/45

    &. Tanda8tanda kekerasan diperiksa di seluruh tubuh korban.

    -. Alat bukti yang menempel ditubuh korban yang diduga milik pelaku.

    . 5emeriksa perkembangan seks sekunder untuk menentukan umur korban.

    *. Pemeriksaan antropometriH tinggi badan dan berat badan

    . Pemeriksaan rutin lain

    Khusus>

    %. ;enitalia> pemeriksaan akibat8akibat langsung dari kekerasan seksual yang

    dialami korban, meliputi>

    a. Kulit genital apakah terdapat eritema, iritasi, robekan atau tanda8tanda

    kekerasan lainnya.

    b. 9ritema 7estibulum atau jaringan sekitar

    '. Perdarahan dari 7agina.

    d. Kelainan lain dari 7agina yang mungkin disebabkan oleh in=eksi atau

    penyebab lain.

    e. Pemeriksaan hymen meliputi bentuk hymen, elastisitas hymen, diameter

    penis. 0obekan penis bisa jadi tidak terjadi pada kekerasan seksual

    penetrasi karena bentuk, elastisitas dan diameter penis.

    =. !ntuk yang pernah bersetubuh, di'ari robekan baru pada 1anita yang

    belum melahirkan

    g. Pemeriksaan ada tidaknya ejakulasio dalam 7agina dengan men'ari

    spermatoIoa dalam sediaan hapus 'airan dalam 7agina

    30

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    31/45

    #. Pemeriksaan analKemungkinan bila terjadi hubungan seksual se'ara anal

    akan menyebabkan luka pada anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan

    =issura. Pemeriksaan laboratorium

    a. Pemeriksaan darah

    b. Pemeriksaan 'airan mani (semen"

    '. Tes kehamilan

    d. Pemeriksaan lain seperti hepatitis, gonorrhea, 3.

    e. Pemeriksaan 'airan tubuh, mani, liur, atau rambut yang dianggap pelaku.

    E. ;a6an)araAnamnes#s ,%r'an ,ekerasan "eksual

    @a1an'ara dengan korban meliputi empat elemen> @a1an'ara teraupetik,

    1a1an'ara in7estigasi, 1a1an'ara medis dan 1a1an'ara medi'o8legal. @alaupun isi

    dari masing8 masing 1a1an'ara bisa saling tumpang tindih dan perbedaan

    1a1an'ara dalam beberapa hal dapat dilakukan oleh orang yang sama, dengan tujuan

    dan =ungsi masing8masing berbeda. @a1an'ara dapat dilakukan tersendiri,

    bersahabat dan lingkungan yang mendukung. Penginter7ie1 akan membangun suatu

    hubungan dengan korban dan mulai dengan pertanyaan umum yang tidak

    berhubungan dengan kekerasan seksual yang dialami, seperti ri1ayat medis.

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    32/45

    Pemeriksaan pasien dibagi dalam beberapa kategori yaituH keadaan umum dan

    tingkah laku pasienH keadaan tubuh se'ara keseluruhan, genitalia eterna, 7agina dan

    ser7i, dan anus serta rektum.

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    33/45

    8 Trauma pukulan pada abdomen

    8 Trauma Pukulan dan tendangan pada paha

    8 5emar, le'et, dan laserasi pada 1ajah.

    a. Trauma non genital yang terpola

    3stilah Mtrauma terpolaM berbeda dari istilah yang sama, Mpola traumaM yang

    disebutkan diatas. Keduanya penting dalam istilah =orensik, akan tetapi,

    Mtrauma terpolaM adalah trauma dari objek yang digunakan untuk

    menimbulkan trauma, yang mudah diindenti=ikasi melalui pola yang ada pada

    korban.

    2. Bukt# trauma gen#tal =k%ntak seksual8 kekerasan>

    Trauma genital menunjukkan adanya kontak seksual dan kekerasan. Trauma

    genital paling banyak terlihat setelah kekerasan seksual. Akan tetapi, pada

    kasus kekerasan seksual seringkali tidak ditemukan bukti trauma genital.

    2engan demikian, tidak adanya trauma genital tidak dapat diinterpretasikan

    bah1a hubungan seks yang terjadi atas persetujuan. 2engan kata lain, peneliti

    =orensik seringkali tidak menemukan bukti trauma genital.

    Pola trauma genital >

    8 posterior =our'hette ($"

    8 labia minora (&"

    8 hymen (#)"

    33

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    34/45

    8 7agina (%%"

    8 perineum (%%"

    H. E5aluas#8 Penanganan $an ,%nsel#ng ,%r'an Perk%saan

    % %. 97aluasi dan penanganan in=eksi akibat transmisi seksual

    # #. 97aluasi dan Pen'egahan 0esiko Kehamilan

    & &. Konseling inter7ensi krisis dan =ollo1 up

    - -. Penanganan korban pada pusat layanan primer

    . Penanganan korban di rumah sakit pro7insidaerah

    2.4 T#njauan kasus

    ,R?N?L?

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    35/45

    Pada 'ontoh kasus kejahatan seksual diatas didapatkan bah1a korban adalah B,

    perempuan, usia %* tahun. 2an pelaku adalah 3P, laku8laki, usia #* tahun.

    I. PEMERI,"AAN MEDI"

    a. Anamnes#s

    Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada isum et 0epertum dengan judul

    Dketerangan yang diperoleh dari korbanE. Terdiri dari bagian yang bersi=at umum dan

    khusus. Anamnesis umum meliputi >

    8 Berapa umur korban, tempat dan tanggal lahir korban8 Apakah sudah menikah atau belum8 Apakah sudah menstruasihaid dan bagaimana siklus haidnya

    8 Apakah memiliki penyakit kelamin dan penyakit kandungan

    8 Apakah memiliki penyakit lain seperti epilepsi, katalepsi dan syn'ope8 Apakah pernah melakukan hubungan seksual

    8 Kapan melakukan hubungan seksual yang terakhir

    8 Apakah saat berhubungan menggunakan kondom

    Adapun anamnesis khusus >

    8 Kapan dan dimana peristi1a tersebut terjadi8 Apakah korban melakukan perla1anan

    8 Apakah korban dalam keadaan pingsan

    8 Apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi8 Apakah setelah kejadian, korban men'u'i, mandi dan mengganti pakaian

    '. Pemer#ksaan Paka#an

    Pada pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti seperti >

    8 Apakah terdapat robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang

    pada pakaian8 Apakah ada kan'ing terputus akibat tarikan, ber'ak darah, air mani, lumpul

    dan lain8lain dari tempat kejadian8 Apakah pakaian dalam keadaan rapi atau tidak

    8 Adakah benda8benda yang melekat pada pakaian dan mengandung trace

    35

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    36/45

    evidence

    ). Pemer#ksaan Tu'uh ,%r'an

    Pemeriksaannya dibagi # yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus.

    Pemeriksaan umum

    8 Bagaimana penampilannya (rambut dan 1ajah", rapi atau kusut8 Bagaimana keadaan emosionalnya (tenang atau sedih atau gelisah"

    8 Adakah tanda8tanda bekas kehilangan kesadaran atau diberikan obat tidurbius

    dan needle marks8 Adakah tanda8tanda bekas kekerasan

    8 Bagaimana perkembangan alat kelamin sekunder8 Bagaimana kondisi pupil, re=leks 'ahaya, berat badan, tekanan darah, jantung,

    paru dan abdomen

    Pemeriksaan khusus

    Pemeriksaan khusus dilakukan pada daerah genitalia, meliputi >

    8 Ada tidaknya rambut kemaluan saling melekat menjadi satu (karena air mani

    yang mengering" dan adakah ber'ak mani sekitar alat kelamin

    8 Apakah pada 7ul7a terdapat tanda8tanda bekas kekerasan seperti hiperemi,

    edema, memar dan luka le'et (goresan kuku", lalu apakah introitus 7agina

    hiperemi atau edema

    8 Bagaimana jenis dari selaput dara, adakah ruptur atau tidak dan bila ada

    ruptur, tentukan ruptur baru atau lama dan 'atat lokasi ruptur, teliti apakah

    sampai ke insertion atau tidak

    8 Apakah =renulum labiorum pudendi dan 'ommisura labiorum posterior utuh

    atau tidak

    8 Adakah tanda penyakit kelamin

    II. PEMERI,"AAN LAB?RAT?RIUM

    !ntuk pemeriksaan 'airan mani dan sel mani dalam sel 7agina, dilakukan dengan

    pengambilan lendir 7agina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose

    36

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    37/45

    batang gelas, atau s1ab.

    Bahan yang diperiksa diambil dari =orniks posterior, mungkin dengan spe'ulum. Pada

    anak8anak seperti pada kasus ini ataupun pada yang selaput daranya utuh

    pengambilan sebaiknya dib atasi dari spe'ulum saja. Pemeriksaan terhadap kuman .

    gonorrhoea dapat dilakukan dengan pulasan pe1arnaan gram dari sekret ureter.

    Pemeiksaan dilakukan pada hari ke %, &, dan . %* tahun8 TTL > # belum menikah

    8 /iklus haid > #+hari, teratur8 Tidak ditemukan penyakit kelamin, penyakit kandungan dan penyakit

    37

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    38/45

    penyerta lainnya.

    8 Belum pernah bersetubuh sebelumnya.

    Berdasarkan hasil ini, maka dapat dipastikan bah1a umur korban merupakan umur

    yang belum 1aktunya untuk dika1in.

    asil anamnesis khusus

    8 @aktu kejadian > # Febuari #$%, pukul #%.$$ @3B

    8 Lokasi kejadian > Kampung ;eruduk, 0T $#$&, 2esa 5ekar

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    39/45

    /uhu> &*,oC

    Berat badan> $ kg

    Tinggi badan> % 'm

    2ari pemeriksaan didapatkan>

    8 Penampilan > rambut diikat satu tidak rapiH 1ajah tampak sedih, murung, dan

    malu8 Korban menunjukkan bah1a ia merasa tertekan

    8 Tidak ada needle marks tidak terdapat tanda8tanda diberikan obat tidur, tidak

    ada tanda8tanda kehilangan kesadaran (sesuai dengan hasil anamnesis pada

    korban"

    8 Lebam di daerah paha dan gigitan di sekitar putting susu tanda kekerasan

    8 Perkembangan alat kelamin sekunder normal

    Pemeriksaan Fisik Khusus

    + 5ulut le'et di sudut kanan tanda kekerasan

    + Pergelangan tangan, paha bagian dalam, bokong, pinggang memar

    tanda

    kekerasan

    + iperemi, edema, le'et pada 7ul7a tanda kekerasan

    + 0obekan selaput dara baru sampai ke insertion

    + Lubang 7agina sebesar ), 'mtelah terjadi persetubuhan

    + agina dan ser7iks hiperemi

    + Tidak ada tanda penyakit kelamin

    . ,es#m&ulan

    Pada anak perempuan yang baru berumur %* tahun ini ditemukan robekan selaput

    dara pada lokasi pukul enam sesuai dengan arah jarum jam. 2itemukan juga luka

    memar dan le'et akibat kekerasan tumpul di daerah mulut, leher, pergelangan tangan,

    paha bagian dalam, bokong, pinggang, dan jejas gigit pada daerah payudara.

    39

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    40/45

    2ari hasil pemeriksaan =isik dan pemeriksaan laboratorium memang benar yang

    bersangkutan telah terjadi persetubuhan.

    A"PE, HU,UM

    Pada 'ontoh kasus diatas berlaku aspek hukum antara lain>

    %. Pasal #+ K!P#. Pasal #++ K!P

    PR?"EDUR MEDI,?LE

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    41/45

    memeriksa badan.

    *. Pemeriksaan dilakukan se'epat mungkin jangan ditunda terlampau lama.

    indarkan korban menunggu dengan perasaan 1as81as dan 'emas di kamar

    periksa. Apalagi bila korban adalah seorang anak. /emua yang ditemukan

    harus di'atat, jangan tergantung pada ingatan semata.. isum et repertum diselesaikan se'epat mungkin. 2engan adanya 7isum et

    repertum perkara 'epat dapat diselesaikan. /eorang terdak1a dapat 'epat

    dibebaskan dari tahanan, bila ternyata ia tidak bersalah.

    +. Terkadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang

    ibuayah untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi

    apakah anaknya masih pera1an, atau karena ia merasa 'uriga kalau8kalau atas

    diri anaknya baru terjadi persetubuhan. 2alam hal ini sebaiknya ditanyakan

    dulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin mengetahui saja, atau ada

    maksud untuk melakukan penuntutan. Bila dimaksudkan akan melakukan

    penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak itu. Katakan

    bah1a pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi dan

    biasanya dilakukan di rumah sakit. 5ungkin ada baiknya dokter memberikan

    penerangan pada ibuayah itu, bah1a jika umur anaknya sudah % tahun, dan

    jika persetubuhan terjadi tidak dengan paksaan makan menurut undang8

    undang, laki8laki yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin

    hanya akan merugikan anaknya saja. Lebih baik lagi jika orang tua itu

    dianjurkan untuk meminta nasehat dari penga'ara.

    41

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    42/45

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 ,es#m&ulan

    %. 2i 3ndonesia pada umumnya de=inisi dan jenis kekerasan seksual yang dianut

    diambil dari Kitab !ndang8undang ukum Pidana (K!P" khususnya dalam

    BAB 3 tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan. /alah satu pasal utama

    adalah pasal #+ tentang Perkosaan yang berbunyi DBarang siapa dengan

    kekerasan atau an'aman kekerasan memaksa seorang 1anita bersetubuh

    dengan dia di luar perka1inan, dian'am karena melakukan perkosaan dengan

    pidana penjara paling lama dua belas tahunE

    #. Berdasarkan 'atatan tahunan dari Komnas Perempuan, kekerasan seksual

    dibagi menjadi beberapa ma'am, diantaranya adalah> perkosaan, intimidasi

    seksual, pele'ehan seksual, eksploitasi seksual, perdagangan perempuan

    untuk tujuan seksual, prostitusi paksa, perbudakan seksual, pemaksaan

    perka1inan, pemaksaan kehamilan, pemaksaan aborsi, pemaksaan

    42

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    43/45

    kontrasepsi dan sterilisasi, penyiksaan seksual, penghukuman tidak

    manusia1i dan bernuansa seksual, dan kontrol seksual.

    &. Pola luka kejahatan seksual dapat diketahui dengan dilakukannya

    pemeriksaan yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan pakaian, pemeriksaan

    tubuh korban (pemeriksaan umum, kandungan, kebidanan dan kesehatan

    mental", dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium"

    -. Faktor8=aktor yang dapat menjadi penyebab tindak kekerasan seksual yaitu>

    =aktor =isik, =aktor hubungan, =aktor gaya hidup dan =aktor harga diri

    . Aspek medikolegal terhadap kasus kejahatan seksual diatur dalam !ndang8

    undang K!P Pasal #+-, #+, #+*, #+, #+), #)$, #)#, Keputusan 5enteri

    Kesehatan 0epublik 3ndonesia omor %##*5enkes/K33#$$) tentang

    Pedoman penatalaksanaan pelayanan terpadu korban kekerasan terhadap

    perempuan dan anak di 0umah /akit serta Kesepakatan Bersama Kementrian

    Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 0epublik 3ndonesia

    dengan Pemerintah 2aerah Pro7insi

  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    44/45

    seks sejak dini pada anak sesuai dengan psikologi perkembangan anak dan

    nilai8nilai moral serta keilmuan yang baik dan benar

    -. 2iminta kesadaran dan penga1asan terhadap pihak s1asta (pengelola

    hiburan, media, 1arnet" memiliki kebijakan yang mendukung upaya

    penanggulangan kejahatan seksual.

    DATAR PU"TA,A

    %. Komnas Perempuan. Lembar Fakta Catatan Tahunan (CATA!".

    #$%-. Kegentingan Kekerasan /eksual> Lemahnya !paya Penanganan

    egara. 2isitasi tanggal 111.komnasperempuan.or.id1p8

    'ontentuploads#$%$&Lembar8Fakta8Catatan8Tahunan8CATA!8

    Komnas8Perempuan8Tahun8#$%-.pd=N!pdate> 5aret#$%O#. Ari=, 0ahman dkk, #$$), Tanya Fo'using on

    Pre7ention o= and 0esponse to/eual iolen'e in 9mergen'ies

    . !ndang8undang K!P 0epublik 3ndonesia Pasal #+ tentang

    pemerkosaan

    44

    http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2015/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-CATAHU-Komnas-Perempuan-Tahun-2014.pdfhttp://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2015/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-CATAHU-Komnas-Perempuan-Tahun-2014.pdfhttp://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2015/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-CATAHU-Komnas-Perempuan-Tahun-2014.pdfhttp://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2015/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-CATAHU-Komnas-Perempuan-Tahun-2014.pdfhttp://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2015/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-CATAHU-Komnas-Perempuan-Tahun-2014.pdfhttp://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2015/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-CATAHU-Komnas-Perempuan-Tahun-2014.pdfhttp://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2015/03/Lembar-Fakta-Catatan-Tahunan-CATAHU-Komnas-Perempuan-Tahun-2014.pdf
  • 7/23/2019 Refer Kejahatan Seksual

    45/45

    *. 2ianita, Putri, 3ke 5eilia. Prinsip Pemeriksaan dan Penatalaksanaan

    Korban (P&K" Kekerasan /eksual. 2epartemen 3lmu Kedokteran

    Forensik dan 5edikolegal Fakultas Kedokteran !ni7ersitas

    3ndonesia0/!P 2r. Cipto 5angunkusumo. C2K8%)*7ol.&) no.+,

    th. #$%#> the need =or regulation.

    olume -, spring issue. %))%. p %$)8%)%

    11. Prodjodikoro @. Tindak8tindak pidana tertentu di 3ndonesia. 0e=ika

    aditama. 9disi &. #$$&. p %%+8)

    12. Aitken C. 0obert P.