refer at traumatologi inferior

79
Disusun oleh : Martinus Satya Gani H2A009031 REFERAT TRAUMA PADA EKSTREMITAS INFERIOR

Upload: martin-gani

Post on 23-Oct-2015

142 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

BEdah

TRANSCRIPT

Disusun oleh :Martinus Satya Gani

H2A009031

REFERATTRAUMA PADA EKSTREMITAS INFERIOR

Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera atau luka karena salah satu sebab. Penyebab trauma adalah kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, dan rumah tangga.

Di Indonesia kematian akibat kecelakaan lalu lintas ± 12.000 orang per tahun. Trauma yang dialami seseorang akan menyebabkan masalah-masalah sebagai berikut.◦ 1. Biaya yang besar untuk mengembalikan fungsi

setelah mengalami trauma.◦ 2. Resiko kematian yang tinggi.◦ 3. Prodiktivitas menurun akibat banyak kehilangna

waktu bekerja.◦ 4. Kecatatan sementara dan permanen.

BAB IPENDAHULUAN

Di masyarakat, seorang dokter perlu mengetahui perawatan trauma yang mungkin dijumpai, baik dijalan maupun selama melakukan perawatan di rumah sakit. Selain itu, ia perlu mengetahui dasar-dasar penanggulangan suatu trauma yang menimbulkan masalah pada sistem muskuloskletal dengan melakukan penanggulangan awal dan merujuk ke rumah sakit terdekat agar mengurangi resiko yang lebih besar.

Resiko yang lebih fatal yang perlu diketahui adalah kematian. Peristiwa yang sering terjadi pada penderita dibagi dalam tiga periode waktu sebagai berikut:◦ Kematian dalam detik-detik pertama sampai menit

berikutnya (50%).◦ Kematian dalam menit pertama sampai beberapa jam

(35%).◦ Kematian setelah beberapa hari sampai beberapa minggu

setelah trauma (15%).

Ekstremitas inferior meliputi, bagian panggul, bagian tungkai atas sampai ke jari kaki. Trauma muskuloskletal ekstremitas inferior biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan yang paling sering terjadi akibat trauma muskuloskletal adalah kontusio, strain, sprain, dislokasi dan fraktur.

Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlabihan, peregangan berlebihan, atau stres yang berlebihan.

Sprain: adalah injury pada struktur ligamen disekitar persendian; biasanya disebabkan oleh terkilir sehingga menurunkan stabilitas sendi.

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Dislokasi : terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).

Trauma Pada Ekstremitas Inferior◦ panggul

Fraktur PelvisPada kasus ini selain frakturnya, harus segera ditangani komplikasinya (perdarahan besar, ruptur kandung kemih, cedera uretra).Cara pemeriksaannya pelvis ditekan ke belakang dan ke medial secara hati – hati pada kedua spina iliaka anterior superior, ke medial pada kedua trokanter mayor, ke belakang pada simfisis pubis, dan ke medial pada kedua krista iliaka. Apabila pemeriksaan ini menyebabkan nyeri maka patut dicurigai adanya fraktur.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Ada beberapa jenis patah tulang panggul◦ Patah tulang ilium, gelang pelvis dan penunjang

berat badan utuh.◦ Patah tulang ilium dan acetabulum, gelang pelvis

utuh tetapi penunjang berat badan patah.◦ Patah tulang ramus pubis superior dan inferior,

patah tulang pelvis tapi penunjang berat badan utuh.

◦ Patah tulang ramus pubis bilateral◦ Patah tulang pelvis kanan dengan dislokasi ke

kranial◦ Patah tulang engsel pada simfisis dan sendi

sakroiliaka dengan dislokasi besar.

Umumnya pemeriksaan radiologis diperlukan pada fraktur yang meliputi acetabulum, CT scan amat berguna umelihat dengan tepat posisi fraktur dan hubungan antar fragmen. Ada 2 jenis fraktur yang tidak merusak gelang pelvis dan yang merusak cincin pelvis.

Terapinya bila terdapat trauma kandung kemih atau trauma multipel, tindakan yang efektif pada fraktur pelvis yang tidak stabil adalah reposisi terbuka dengan fiksasi ekstern atau intern

Patah tulang pelvis terisolasi yang tidak merusak cincin pelvis dan tidak merusak kolom penunjang berat badan, tidak menganggu stabilitas pelvis dalam fungsinya sebagai penyangga dan mobilisasi sehingga tidak diperlukan reposisi.

Fraktur os ilium akibat trauma langsung menimbulkan nyeri yang kuat, tetapi hanya diperlukan analgetik sampai nyeri hilang. Umumnya penderita dapat berjalan beberapa minggu sampai 2 bulan.

Fraktur yang merusak gelang pelvis dibedakan menjadi 3 :◦ Fraktur yang terjadi akibat trauma kompresi

anteroposterior.◦ Yang terjadi akibat trauma kompresi lateral dengan atau

tanpa kombinasi rotasi pada salah satu sisi pelvis◦ Yang terjadi akibat trauma vertikal.

Dislokasi Sendi Panggul◦ Bergesernya caput femur dari sendi panggul,

berada di posterior dan atas acetabulum (dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur menembus acetabulum (dislokasi sentra).

◦ Indikasi operasi gagal reposisi tertutup kedudukan caput femur tidak stabil terjadi fraktur koolum femoris adanya lesi N. Ischiadikus

◦ Klasifikasi Dislokasi posterior Dislokasi anterior Dislokasi sentral

Dislokasi posterior◦ Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat

panggul fleksi dan adduksi. Arah trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury) atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu

Dislokasi anterior◦ Dislokasi anterior terjadi pada trauma jika tungkai

terkangkang, lutut lurus, punggung bongkok arah ke depan dan ada puntiran ke balakang.

Dislokasi sentral◦ Dislokasi sentral terjadi kalau trauma datang dan

arah samping sehingga trauma ditransmisikan lewat trokanter mayor mendesak terjadi fraktur acetabulum sehingga caput femors masuk ke rongga pelvis.

Gejala klinis◦ Dislokasi posterior

Sendi panggul dalam posisi fleksi, adduksi dan internal rotasi

Tungkai tampak lebih pendek Teraba caput femur pada panggul

◦ Dislokasi anterior Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan

abduksi Tak ada pemendekan tungkai Benjolan di depan daerah inguinal dimana kaput femur

dapat diraba dengan mudah Sendi panggul sulit digerakkan

◦ Dislokasi Sentral Posisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet di

bagian lateral Gerakan sendi panggul terbatas

Pemeriksaan radiologis◦ Dislokasi posterior Caput femur berada di luar

dan di atas acetabulum Femur adduksi dan internal rotasi

◦ Dislokasi anterior Caput femur terlihat di depan acetabulum

◦ Dislokasi sentral Terlihat pergeseran dan caput femur menembus panggul

Pengobatan◦ Dislokasi posterior Dislokasi harus direposisi

secepatnya dengan pembiusan umum dengan disertai relaksasi yang cukup. Penderita dibaringkan di 1antai dan pembantu menahan panggul. Sendi panggul difleksikan 90° dan kemudian dilakukan tarikan pada pada secara vertical Sesudah reposisi dilakukan traksi kulit 3-4 minggu disertai exercise Weight bearing dilakukan minimal sesudah 12 minggu.

◦ Dislokasi anterior Dilakukan reposisi seperti dislokasi posterior, kecuali pada saat fleksi dan tarikan pada dislokasi posterior dilakukan adduksi pada dislokasi anterior

◦ Dislokasi sentral Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self reposisi pada fraktur acetabulum tanpa pen

Perawatan Pasca Reduksi◦ Pasien tirah baring dan diimobilisasi dengan skin traksi

selama 2 minggu, kemudian mobilisasi non weight bearing selama 3 bulan atau tirah baring hingga nyeri sendi panggul menghilang, kemudian segera mobilisasi partial weight bearing.

Follow up◦ Pengawasan posisi ekstremitas bawah dalam posisi

netral bila diimobilisasi dengan traksi kulit. Latihan isometrik segera dilakukan dan latihan isotonik setelah 2 minggu. Atau pemantauan hilangnya nyeri sendi panggul dan segera mobilisasi partial weight bearing.

Fraktur Asetabulum◦ Fraktur ini terjadi apabila kaput femoris terdorong

ke dalam pelvis. Ini disebabkan oleh hantaman pada sisi tersebut. Atau hantaman pada bagian depan lutut.

Ada 4 tipe fraktur acetabulum◦ Fraktur kolumna anterior ◦ Fraktur kolumna posterior ◦ Fraktur melintang ◦ Fraktur kompleks

Gambaran klinik pasien mungkin mengalami syok yang berat, memar pada sekitar pinggul dan tungkai, harus dilakukan pemeriksaan – pemeriksaan lain untuk mencari komplikasi (RT).

◦ Terapi Terapi darurat hanya terdiri untuk memberantas

syok dan reduksi dislokasi. Dilakukan pemasangan traksi selama 3 – 4 hari/

Terapi non operatif digunakan untuk fraktur acetabulum yang pergeserennya minimal, Dan yang tidak melibatkan segmen penahan beban superomedial pada acetabulum, fraktur pada pasien manula

Terapi operasi pasien dengan fraktur dinding posterior yang terisolasi dan dislokasi pinggul membutuhkan reduksi terbuka dan stabilisasi dengan segera. Antibiotik profilaksis diperlukan, dan setelah operasi secepat mungkin dilakukan gerakan pinggul. Pasien diperbolehkan bangun, dengan pembebanan sebagian pada kruk penopang, setelah 7 hari

Tungkai atas◦ Fraktur leher femur

Fraktur ini sering terjadi pada orang tua, fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal, dan basal. Fraktur ini terletak intraartikuler sukar sembuh dikarenakan bagian proksimal pendarahannya sangat terbatas sehingga memerlukan fiksasi yang kokoh untuk waktu yang cukup lama.

Semua fraktur di daerah ini umumnya tidak stabil sehingga tidak ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini.

Sering dapat dilihat pemendekan bila dibandingkan dengan kaki sebelahya.

penderita umumnya datang dengan keluhan tidak bisa jalan setelah jatuh dan nyeri. Umumnya penderita tidur dengan tungkai bawah dalam keadaan sedikit fleksi dan eksorotasi serta memendek.

Gambaran radiologis menunjukan fraktur dengan dislokasi pergesaran ke kranial atau impaksi ke dalam kaput.

Penanganan fraktur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi tertutup dan fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukan dari lateral melalui kolum femur.

Bila tidak dilakukan operasi cara terbaik adalah langsung mobilisasi dengan pemberian anestesi dalam sendi dan bantuan tongkat. Fraktur ini biasanya sembuh dalam waktu 3 bulan tanpa operasi.

Fraktur leher femur pada anak – anak◦ Fraktur leher femur jarang terjadi pada anak –

anak, tetapi bila terjadi sangat berbahaya, hal ini dikarenakan cedera yang hebat (jatuh dari ketinggian / kecelakaan mobil). Biasanya terjadi resiko nekrosis avaskular dan fraktur pergeseran.

◦ Terapi fraktur yang tidak bergeser diimobilisasi dengan spika gips selama 6 minggu. Bila fraktur yang bergeser maka harus diterapi dengan reduksi tertutup dan fiksasi internal dengan dua pen berulir. Penahanan beban harus ditunda dulu hingga fraktur menyatu dengan kuat dan kaput femoris tampak normal.

Fraktur intertrokanter◦ Mekanisme cidera jatuh langsung pada

tronkanter mayor atau oleh cidera pemuntiran tak langsung. Retak berada di antara trokanter minor dan mayor dan fragmen proksimal cenderung bergeser ke dalam varus. Fraktur ini dibagi dalam tipe stabil dan tidak stabil.

◦ Fraktur yang tidak stabil adalah fraktur yang korteks medialnya hancur, sehingga terdapat fragmen besar yang bergeser yang mencakup trokanter minor.

Gambaran klinik pasien biasanya tua dan tidak sehat, setelah jatuh dia tidak bisa berdiri, kaki lebih pendek dan lebih berotasi keluar daripada fraktur servikal, pasien tidak dapat mengangkat kaki.

Sinar X fraktur tanpa pergeseran yang stabil dapat terlihat sebagai tidak lebih dari retakan tipis di sepanjang garis intertrokanter.

Terapi Harus diterapi sejak dini, supaya dapat memperoleh posisi sebaik mungkin, dan agar pasien dapat bangun dan berjalan secepat mungkin sehingga mengurangi komplikasi akibat terlalu lama tiduran.◦ Fraktur yang bergeser minimal direduksi dengan

sedikit traksi dan rotasi internal, posisi dicek dengan sinar X. fraktur ini sering lebih baik direduksi dengan sedikit rotasi luar.

◦ Pasca operasi latihan dimulai setiap hari setelah operasi dan pasien dibiarkan bangun dan penahanan beban dimulai secepat mungkin.

Fraktur subtrokanter◦ Gambaran klinik kaki berada pada rotasi luar,

bentuknya pendek dan paha jelas membengkak. Gerakan akan terasa sangat nyeri.

◦ Sinar X fraktur berada pada atau di bawah trokanter minor. Fraktur itu mungkin bersifat melintang, oblique atau spiral, dan sering kominutif.

◦ Terapi ORIF merupakan terapi pilihan, reduksi tertutup dapat dilaksanakan dan dapat diindikasikan untuk fraktur kominutif berat bila fiksasi internal tak dapat dilaksanakan atau tidak aman, dan juga diindikasikan untuk fraktur terbuka.

Fraktur trokanter femur◦ Fraktur ini terjadi diantara trokanter mayor dan

minor, biasanya terjadi pada orang tua dan umumnya dapat bertaut dengan terapi konservatif maupun operatif.

◦ Penderita datang biasanya dengan keluhan tidak bisa berjalan, nyeri, terdapat pemendekan sekitar 3cm, biasanya terdapat hematom pada pangkal paha.

◦ Pada foto sinar X terlihat patah pada trokanter dengan leher femur dalam posisi varus yang bisa mencapai 900.

◦ Fraktur ini ditangani secara konservatif dengan traksi tulang, dengan paha posisi fleksi dan abduksi selama 6 – 8 minggu. Terapi operatif dapat dilakukan dengan pemasangan pelat trokanter yang kokoh, kemudian mobilisasi segera pasca bedah.

Fraktur batang femur◦ Pada patah tulang diafisis femur biasanya

perdarahan cukup luas dan besar sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat bangun, bukan karena nyeri, tetapi karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi keluar lebih pendek dan bengkak pada bagian proksimal. Pertautan biasanya diperoleh penanganan secara tertutup dan normalnya perlu waktu 20 minggu.

Fraktur batang femur pada anak◦ Fraktur batang femur pada bayi sering terjadi

akibat trauma persalinan. Secara klinis bayi tidak mau menggerakan tungkai yang patah. Tindakan yang terbaik adalah membidai kedua tingkai dengan pembalut ke abdomen seperti posisi intrauterin selama 10 hari.

Pada anak di atas 3 tahun dilakukan skin traksi, traksi dikenakan pada tungkai yang patah dengan panggul dalam posisi fleksi 400 dan lutut fleksi 400 dapat juga dilakukan traksi dengan tungkai bawah ekstensi. Traksi dipasang 3 – 4 minggu dan penderita dipulangkan dengan gips hemispica panggul selama 3 – 4 minggu.

lutut◦ Fraktur suprakondiler

Fraktur ini jarang terjadi dibandingkan dengan fraktur batang femur, fraktur ini dapat dikelola secara konservatif dengan traksi skeletal dengan lutut posisi fleksi 900.. Traksi ini juga memerlukan masa istirahat di tempat tidur yang lama sehingga lebih disukai ORIF dengan plat suprakondiler yang kokoh.

◦ Fraktur intrakondiler Fraktur ini penyebabnya biasanya akibat jatuh dengan lutut

dalam keadaan fleksi dari ketinggian. Permukaan belakang patella yang berbentuk baji masuk ke dalam sendi lutut dan mengganjal diantara kedua kondilus dan salah satu / keduanya retak. Biasanya didapati garis fraktur berbentuk T atau Y.

Secara klinis lutut bengkak akibat hemartrosis dan ada memar pada depan lutut, untuk fraktur kondilus tunggal atau lateral atau medial paling baik dilakukan ORIF dengan sekrup tulang spongiosa. Pada fraktur ganda, yaitu Kondilus T / Y biasanya dilakukan ORIF yang kokoh pada kedua kondilus dan pada komponen melintang.

Fraktur separasi pada epifies femur distal◦ Lutut membengkak dan mungkin mengalami deformitas.

Nadi kaki harus dipalpasi karena, bila ada pergeseran ke depan pada epifisis, arteri popliteus dapat terhalang oleh femur bagian bawah. Terapi fraktur biasanya dapat direduksi secara

manual dengan sempurna, tetapi pemeriksaan lebih jauh dengan sinar X akan diperlukan dalam beberapa minggu untuk memastikan bahwa reduksi tetap. Tungkai diimobilisasi dengan gips dan pasien diberi pembebanan sebagian dengan kruk penopang. Gips dapat diganti dengan bebat posterior setelah 4 minggu.

Dislokasi genu◦ Penyebabnya biasanya adalah ruda paksa pada

lutut, misalnya akibat KLL, dapat merobek 4 ligamen utama : Kedua ligamen kolateral Kedua ligamen krusiatum

◦ Reposisi harus segera dilakukan untuk mencegah cedera arteri atau saraf. Sesudah itu dikerjakan dengan tindakan bedah untuk memperbaiki ligamen yang rusak. Bila tidak ada penyulit, tungkai diimobilisasi dalam gips selama 3 – 4 minggu.

Ruptur ligamen genu dan meniskus◦ Cedera lutut tanpa patah tulang dapat menyebabkan

ruptur atau distorsi ligamen kolateral atau krusiatum. Distorsi ligamen akan sembuh tanpa operasi dalam beberapa minggu, terapinya cukup dengan bidai untuk mencegah ruptur total selama masa penyembuhan.

◦ Ruptur merupakan cedera berat yang menyebabkan kedua ujung yang putus tersebut harus ditautkan supaya dapat sembuh. Umumnya pertautan dicapai dengan jahitan, selanjutnya pasien diberikan bidai / diimobilisasi penguat selama masa penyembuhan.

◦ Ruptur ligamen lutut tanpa dislokasi sendi lutur sering terjadi pada trauma lutut. Trauma valgus dapat menyebabkan ruptur ligamen kolateral medial atau distorsi saja. Trauma varus dapat menyebabkan ruptur ligamen kolateral lateral atau sekedar distorsi. Trauma varus dengan lutut dalam posisi fleksi dan dengan tungkai bawah sedikit endorotasi dapat menyebabkan ruptur ligamen krusiatum anterior dan meniskus lateral.

◦ Trauma valgus dengan lutut dalam posisi fleksi dengan tungkai bawah sedikit eksorotasi dapat menyebabkan ruptur ligamen krusiatum posterior dan meniskus medialis. Gambaran klinis didapati adanya trauma lutut

yang diikuti dengan pembengkakan lutut akibat hemartos maupun pembengkakan periartikuler. Pada aspirasi cairan sendi didapatkan darah.

Pemeriksaan lutut yang dilakukan adalah melakukan gerakan varus dan valgus dengan lutut dalam posisi fleksi untuk melihat instabilitas lateral dan medial. Bila lutut ekstensi didapatkan instabilitas lateral medial maka robekan ligamen kolateral bersama robekan ligamen krusiatum. Robekan krusiatum diperiksa dengan melakukan gerakan anteroposterior pada lutut yang berada dalam posisi fleksi 90o

◦ Pemeriksaan lutut yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya ruptur meniskus adalah dengan menggerakan lutut fleksi ekstensi dengan tungkai bawah dalam posisi ekso dan endorotasi, kadang terasa dan terdengar bunyi klik.

◦ Pemeriksaan radiologi untuk mendiagnosis ruptur ligamen adalah membuat foto dengan memberi beban ke arah valgus dan varus, bila perlu dibandingkan dengan kaki yang sehat

◦ Terapi untuk ruptur yang baru (1 – 3 minggu) bisa dioperasi. Ruptur yang lama perlu direkontruksi dengan ligamen buatan yang berasal dari tendon atau fasia pasien sendiri.

Fraktur dislokasi patella◦ Patela merupakan tulang sesamoid besar yang

melekat kuat pada otot kuadriceps, cedera biasanya dikarenakan trauma langsung dan tidak langsung. Trauma langsung biasanya menyebabkan fraktur yang kominutif, trauma tidak langsung biasanya hanya menimbulkan garis fraktur.

◦ Secara klinis pasien tidak mampu mengadakan ekstensi lutut secara aktif, disertai hematros karena fraktur patela merupakan kerusakan intraartikuler. Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fikasi intern pada patela.

◦ Dislokasi patela dapat terjadi karena gerakan lutut yang kurang terkoordinasi sehingga patela terletak di sebelah lateral lutut. Lutut terkunci pada posisi fleksi dan pasien mengeluh sangat nyeri. Reposisi biasanya berhasil jika lutut dilursukan secara perlahan – lahan, dibantu dorongan patela ke medial dengan tangan secara halus.

Mungkin serat medial m. Kuadriseps pada pinggir kranial patela terputus sehingga memerlukan hips pada tungai untuk imobilisasi selama 2 minggu. Mungkin luksasi patela kambuh karena permukaan kondilus femur kurang menonjol, dengan atau tanpa lutut valgus sebagai kelainan bawaan. Untuk mencegahnya dilakukan pemindahan tuberositas tibia dengan insersi ligamen patela 1- 2cm ke medial pada tibia.

Fraktur plato tibia Bagian proksimal tibia dengan korteks yang

tipis amat mudah cedera. Mekanisme cedera biasanya berupa trauma abduksi, pukulan langsung pada bagian lateral tungkai dengan kaki terfiksasi pada permukaan tanah.

Secara klinis ditemukan nyeri lutut dan fraktur terjadi intraartikuler, terdapat hematros, tegang, dan nyeri, harus diaspirasi. Traksi skelet dengan pin pada tibia distal menghasilkan posisi yang baik.

Fraktur spina tibia◦ Tekanan valgus atau varus yang berat, atau cedera

pemuntiran, dapat merusak ligamen lutut dan mengakibatkan fraktur spina tibia.

◦ Gambaran klinis Pasien biasanya orang dewasa muda atau anak – anak, mengalami lutut yang tidak dapat bergerak dan membengkak, terasa tegang, nyeri. Aspirasi akan memperlihatkan hematrosis.

◦ Sinar X Fraktur tidak selalu jelas dan fraktur posterior yang kecil dapat terlewatkan.

◦ Terapi Diberi anestesi lalu sendi diaspirasi dengan hari – hati dimanipulasi ke dalam ekstensi penuh. Fragmen sering kembali ke posisinya dan sinar X menunjukkan bahwa fraktur telah tereduksi. Bila tidak dapat berekstensi penuh atau fragmen tulang tetap bergeser, diperlukan reduksi dengan operasi. Setelah reduksi tertutup / terbuka, dipasang silinder gips panjang dengan posisi lutut hampir lurus, dipakai selama 6 minggu.

Fraktur pada separasi pada epifise tibia proksimal◦ Cedera yang tidak lazim ini disebabkan oleh

hiperekstensi dan strain valgus yang hebat. Epifisis bergeser ke depan dan ke lateral, Sering membawa serta fragmen metafisis yang kecil.

◦ Gambaran klinik Lutut membengkak, keras dan sangat nyeri, bila epifisis bergeser, mungkin terjadi deformitas valgus atau deformitas hiperekstensi.

◦ Sinar X Seluruh epifisis tibia bagian atas dapat miring ke depan atau ke samping.

◦ Terapi dilalukan anestesi, reduksi manipulasi secara tertutup, bila apofisis yang kecil dan terpisah tetap bergeser maka dilakukan operasi dan dijahit pada posisinya. Kadang – kadang epifisis tibia tidak dapat direduksi secara tertutup, bagian ini diganti dengan operasi dan dipertahankan dengan sekrup. Setelah direduksi dipasang gips dari paha sampai maleolus dengan posisi lutut lurus selama 6 minggu.

Fraktur pada ujung proksimal fibula◦ Fraktur pada ujung proksimal fibula dapat

disebabkan oleh cedera langsung atau cedera pemuntiran tak langsung pada tungkai bawah. Fraktur ini tak memberi banyak pengaruh dan tidak perlu terapi.

Ketidakstabilan pada sendi tibiofibula proksimal◦ Cedera pukulan atau pemuntiran dapat

menyebabkan subluksasi atau dislokasi pada sendi tibiofibula proksimal. Biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan lokal, bila pasien berdiri terlihat menekan dorsum kaki yang lain terhadap kaput fibula seolah – olah untuk menstabilkan. Bila reduksi manual diikuti dengan pemasangan gips selama 3 minggu tidak berhasil, kaput fibula dapat dieksisi.

Cedera akut ligamen lutut◦ Sebagian besar cedera ligamen terjadi pada saat

lutut dipakai menekuk, sehingga merelaksasikan kapsul dan ligamen, dan memungkinkan terjadinya rotasi. Daya perusak dapat berupa dorongan lurus, rotasi, dan benturan yang keras. Ligamen medial adalah yang paling sering terkena, penyebabnya adalah cedera pemuntiran dengan lutut yang berotasi dan terdorong ke dalam valgus.

◦ Gambaran klinis lutut terasa nyeri dan bengkak, nyeri tekan pada ligamen yang robek, pasien berjalan pincang, Bagian pemeriksaan yang penting adalah menguji stabilitas ligamentum.

◦ Sinar X foto polos memperlihatkan ligamen telah mengalvulsikan sepotong tulang kecil.

Terapi◦ Robekan sebagian serat yang utuh akan

membebat serat yang robek dan akan terjadi penyembuhan spontan.

◦ Robekan lengkap prinsipnya adalah melakukan operasi dini (<14hari), mengunakan insisi yang cukup lebar, memperbaiki setiap struktur yang robek dengan kuat, mempertimbangkan penguatan perbaikan dengan implan, melindungi selama 6 minggu dengan memakai gips.

Tungkai bawah◦ Fraktur tibia dan fibula

Merupakan fraktur yang sering terjadi daripada tulang panjang lainnya.

Gambaran klinisnya berupa pembengkakan dan dapat terjadi sindrom kompartemen bila ada gangguan vaskularisasi kaki.

Harus dibidai sebelum di rongsen. Fraktur tertutup kruris dengan garis fraktur

transversal atau miring yang stabil cukup diimobilisasi dengan gips dari jari kaki sampai puncak paha dengan lutut letak faal, yaitu fleksi ringan. penyambungan biasanya 3 - 4 bulan.

Garis fraktur yang miring dan membentuk spiral tidak stabil karena biasanya membengkok atau memendek sesudah reposisi tertutup. Oleh karena itu diperlukan ORIF atau OREF

Fraktur fibula◦ Sebagian besar fraktur fibula spiral menyertai

cedera pergelangan kaki atau lutut, pergelangan kaki harus diperiksa dan difoto sinar X, Fraktur fibula yang terisolasi (biasanya melintang) dapat diakibatkan oleh tekanan atau pukulan langsung. Terdapat nyeri tekan lokal, tetapi pasien dapat berdiri dan menggerakkan lutut dan pergelangan kaki. Analgesik akan mengurangi nyeri.

Fraktur tibia◦ Pada anak – anak cedera pemuntiran dapat

menyebabkan fraktur spiral pada tibia tanpa fraktur fibula, keadaan ini jarang ditemukan pada orang dewasa.

◦ Memar dan pembengkakan lokal biasanya jelas tetapi gerakan lutut dan pergelanganan kaki dapat dilakukan. Anak dengan fraktur spiral mungkin dapat berdiri dengan satu kaki

◦ Terapi pada pergeseran, reduksi harus dicoba. Gips dipasang di atas lutut seperti pada fraktur cruris, pertama gips sebagian dan kemudian bila pembengkakan telah mereda, gips yang lengkap. Fraktur pada tibia memerlukan waktu penyatuan yang sama seperti fraktur cruris kira – kira 12 minggu untuk berkonsolidasi dan kadang – kadang jauh lebih lama, tetapi, anak dengan fraktur spiral dapat dilepaskan dengan aman setelah 6 minggu.

Fraktur kelelahan pada tibia◦ Tekanan yang berulang dapat menyebabkan

fraktur pada tibia, keadaan ini ditemukan pada calon tentara, pelari, penari, yang mengeluh nyeri di bagian depan kaki, terdapat nyeri tekan lokal dan sedikit pembengkakan.

Sinar X selama 4 minggu pertama mungkin tak ada yang abnormal pada pemeriksaan dengan sinar X. Setelah beberapa minggu periostium tulang baru dapat terlihat, disertai cacat melintang kecil pada korteks.

Terapi pasien diminta untuk menghindari aktivitas yang penuh tekanan. Biasanya setelah 8 – 10 minggu gejala berkurang.

Cedera pada pergelangan kaki dan kaki◦ Cedera ligamen pergelangan kaki

Pasien jatuh atau tersandung dan kaki tertekuk di bawahnya. Biasanya hanya robekan sebagian pada ligamen lateral dan cedera itu adalah terkilir pergelangan kaki. Tetapi kadang – kadang ligamen robek dan sendi bersubluksasi, talus untuk sementara miring ke dalam inversi, kemudian dengan cepat kembali ke posisinya.

Gambaran klinis memar mungkin hebat (menunjukkan robekan lengkap) atau dapat hanya sedikit dan hanya muncul satu atau dua hari setelah cidera (lebih mungkin pada terkilir). Pergelangan kaki selalu membengkak. Nyeri tekan biasanya maksimal pada aspek lateral sendi.

Sinar X pada pergelangan kaki yang beristirahat bersifat normal baik sendi itu terkilir ataupun mengalami subluksasi, karena subluksasi tereduksi sendiri. Foto sinar X diambil dengan kedua pergelangan kaki diinversikan (dengan anestesi lokal / umum). Foto tekanan ini memperlihatkan bahwa talus terlalu miring ke sisi yang terkena.

Terapi Robekan yang sebagian, maka pergelangan kaki yang terkilir harus diterapi dengan aktivitas, pembalut krep dipasang dan latihan aktif dimulai dengan segera dan tetap dilakukan sampai gerakan penuh diperoleh kembali.

Distorsi pergelangan kaki◦ Distorsi pada ligamen lateral terjadi jika kaki

mengalami gerak inversi yang dipaksakan melalui sendi subtalar dan aduksi yang dipaksakan melalui sendi pergelangan kaki. Hal ini menyebabkan ligamen lateral teregang hebat dan sebagian bisa robek. Secara klinis terlihat penderita merasakan nyeri dan nyeri tekan, dan pembengkakan pada bagian inferior dan anterior maleolus lateralis.

◦ Pemeriksaan radiologis penting dibuat untuk membedakan distorsi dengan fraktur fibula yang tidak bergeser, selain itu juga untuk menentukan adanya robekan bagian lateral.

◦ Pemasangan pembalut elastis melekat dengan pita lebar plester elastik khusus sebagai penguat selama 3 minggu cukup untuk pengobatan distorsi.

Ruptur ligamen lateral◦ Dengan mekanisme cedera yang hampir sama,

robekan ligamen lateral juga dapat terjadi, terutama jika pergelangan kaki mengalami subluksasi atau dislokasi. Gambaran klinis berbeda dengan distorsi. Di sini pembengkakan yang terjadi lebih hebat dan sendi menjadi tidak stabil. Pemeriksaan radiologis penting untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur dan untuk melihat derajat ketidakstabilan sendi. Sebaiknya pergelangan kaki yang sehat juga diperiksa untuk dibandingkan.

◦ Robekan ligamen merupakan cedera berat yang kadang sulit diatasi dibandingkan dengan fraktur. Pergelangan kaki dan kaki diimobilisasi dengan gips hingga setinggi di bawah lutut dalam posisi faali sedikitnya selama 8 minggu. Ruptur ligamen yang terbengkalai, sebaiknya direkontruksi menggunakan urat atau fasia pasien sendiri atau menggunakan bahan sintetis.

Robekan ligamen deltoid◦ Ruptur pada ligamen deltoid biasanya

berhubungan dengan fraktur pada ujung distal fibula atau robekan pada ligamen tibiofibula distal (atau keduanya). Diagnosis dibuat dengan sinar X, terdapat pelebaran ruang sendi medial, kadang – kadang talus miring dan diastatis sendi tibiofibular dapat tampak jelas.

◦ Terapi : Asalkan ruang sendi medial benar - benar tereduksi, ligamen akan sembuh. Fraktur fibula atau diastasis harus direduksi denga tepat, jika perlu dengan operasi terbuka dan fiksasi internal, Dipasang gips di bawah dipertahankan selama 8 minggu.

Dislokasi berulang pada tendon peroneus◦ Keadaan ini kelihatan jelas, pasien dapat

menunjukan bahwa tendon peroneus berdislokasi ke depan pada fibula selama dorsofleksi dan eversi. Terapinya adalah operasi dan didasarkan atas pengamatan bahwa tempat perlekatan retinakulum pada periosterum di bagian depan fibula telah terlepas, sehingga menciptakan suatu kantong tempat tendon bergeser dengan penjahitan dexton melalui lubang bor pada tulang.

Robekan pada ligamen tibiofibula anterior◦ Cidera pada lokasi ini dapat menyebabkan

robekan, sehingga menyebabkan separasi sendi tibiofibular sebagian atau lengkap. Diastasis lengkap dengan robekan pada kedua serat anterior dan posterior, terjadi akibat strain abduksi yang hebat. Diastasis sebagian dengan robekan hanya pada serat anteriot, diakibatkan oleh daya rotasi luar. Cedera ini dapat terjadi secara tersendiri, tetapi biasanya disertai dengan fraktur pada maleolus.

Gambaran klinis Setelah cedera pemuntiran, pasien mengeluh nyeri pada bagian depan pergelangan kaki. Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan yang jelas tepat pada sendi tibiofibular inferior.

◦Sinar X Pada robekan sebagian, fibula biasanya terletak pada posisi normal dan pemeriksaan sinar X tampak normal.

◦Terapi Robekan sebagian dapat diterapi dengan

mengikat pergelangan kaki dengan kuat selama 2 – 3 minggu.

Robekan lengkap ditangani dengan fiksasi internal dengan pemasangan sekrup melintang tepat di atas sendi. Harus dilakukan secepat mungkin sehingga ruang tibiofibular tidak tersumbat akibat berkumpulnya hematoma dan jaringan fibrosa.

Pergelangan kaki diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu, setelah itu sekrup dilepas.

Fraktur pergelangan kaki◦ Dapat dikelompokkan menurut derajat beratnya

cedera, yaitu : Derajat 1 jika mengenai satu maleolus. Derajat 2 jika mengenai 2 maleolus dan 1 ligamen

kolateral. Derajat 3 jika mengenai 2 maleolus disertai

pinggir dorsal tibia atau satu ligamen kolateral.◦ Gambaran klinis nyeri dan pasien tidak mampu

menopang berat badannya bengkak terlihat jelas◦ Terapi Patah tulang maleolus selalu merupakan

patah tulang intraartikuler. Pemulihan kembali bentuk permukaan sendi dengan reposisi tepat dan imobilisasi pecahan patah tulang selama proses penyebuhan dianggap penting agar dapat dicapai faal tanpa gangguan.

Fraktur separasi pada epifisis fibula distal dan tibia distal◦ Cedera fisis amat sering ditemukan pada anak –

anak dan hampir sepertiganya terjadi di sekitar pergelangan kaki.

◦ Kaki tertambat pada tanah atau terjebak dalam celah dan kaki memuntir ke salah satu sisi, fisis tibia (atau fibula) terpuntir sehingga terpecah, biasanya mengakibatkan fraktur salter – harris atau tipe 1 atau 2. Fraktur tipe 3 dan 4 jarang terjadi. Epifise retak secara tegak lurus dan satu potong epifise mungkin bergeser

◦ Gambaran klinis setelah terkilir, pergelangan kaki terasa nyeri, bengkak, memar dan nyeri akut. Mungkin terdapat deformitas yang jelas, tetapi kadang – kadang cedera seakan tampak ringan.

Gambaran radiologis Fraktur fisis tak bergeser khususnya pada fibula distal mudah terlewatkan,

Terapi◦ tipe 1 dan 2 diterapi secara tertutup, kalau bergeser,

fraktur direduksi dengan hati – hati memakai anestesi umum, tungkai diimobilisasi dalam gips selama 3 minggu dan kemudian dalam gips jalan di bawah lutut selama 3 minggu lagi.

◦ Tipe 3 atau 4, kalau tidak bergeser dapat diterapi dengan cara yang sama, tetapi pergelangan kaki harus difoto ulang dengan sinar X setelah 5 hari untuk memastikan bahwa fragmen tidak bergeser. Fraktur yang bergeser kadang – kadang dapat direduksi secara tertutup dengan membalikkan kekuatan yang menimbulkan cidera. Tetapi, kalau reduksi tidak benar – benar mendekati sempurna, fraktur harus direduksi secara terbuka dan difiksasi dengan sekrup kanselosa melintang atau obliqu yang tipis selama 4 bulan. Pasca operasi kaki digips sampai atas lutut selama 6 minggu.

Fraktur maleous medialis◦ Ada dua macam cedera yang dapat menyebabkan

fraktur maleolus medialis, yaitu cedera abduksi yang mengakibatkan alvulsi maleolus medialis di bawah garis sendi dengan garis fraktur sejajar arah sendi dan cedera adduksi yang menyebabkan fraktur pada garis sendi dengan garis fraktur miring ke arah kranial. Pada cedera abduksi maleolus medialis ditarik lepas oleh ligamen kolateralir medialis, sedangkan pada cedera aduksi maleolus medialis didorong terlepas oleh tulang talus.

◦ Reduksi tertutup mungkin dilakukan, tetapi biasanya tidak stabil sehingga dibutuhkan reduksi terbuka dengan pemasangan fiksasi dalam dengan sekrup dan diimobilisasi dengan gips sampa bawah lutut selama 8 minggu.

Fraktur maleous lateralis◦ Terjadi akibat cedera dengan tekanan ke arah abduksi

dan rotasi eksterna. Reduksi tertutup biasanya cukup berhasil karena stabil. Biasanya imobilisasi dengan gips setinggi bawah lutut selama 6 minggu cukup untuk menunggu penyembuhan tulang dan ligamen.

Fraktur maleolus lateralis dengan robekan ligamen medial◦ Patah maleolus lateral yang disertai ruptur ligamen

medial merupakan cedera pada posisi abduksi dan rotasi ekstern, Yang membuat maleolus lateral patah dan ligamen medial robek dan selanjutnya talus bergeser ke lateral.

◦ Pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya pendalaman celah antara talus dan maleolus medial. Reduksi tertutup dapat dilakukan, tetapi biasanya perlu dilakukan penjahitan ruptur ligamen sambil sekaligus melakukan fiksasi internal pada maleolus lateralis. Imobilisasi dengan gips setinggi bawah lutut selama 6 minggu

Fraktur bimaleolaris◦ Cedera abduksi dan eksorotasi yang berat

menyebabkan maleolus lateral patah di atas garis sendi dan maleolus medial patah di bawah garis sendi. Walaupun maleolus biasanya tidak dapat direposisi secara tertutup, reduksi terbuka dengan fiksasi internal dari kedua maleolus. Biasanya diberikan imobilisasi dengan gips dengan tinggi di bawah lutut selama 3 bulan. Cedera ini sering dengan pemisahan ligamen tibiofibular dan talus bergerak ke arah lateral. Reposisi kedua maleolus secara terbuka dengan pemasangan sekrup melalui sendi tibiofibular sesudah imobilisasi dengan gips setinggi bawah lutut selama 8 minggu. Sekrup ini harus diangkat.

Fraktur kompresi pada tibia◦ Fraktur kompresi tibia disebut patah tulang tiang dan

ini terjadi bila seseorang melompat atau terjatuh dari ketinggian dengan posisi kaki sebagai tumpuan yang mengakibatkan fraktur pada ujung tibia. Jika fragmentasi tulang tidak begitu banyak, reduksi terbuka dapat membantu, akan tetapi kadang sendi sedemikian rusak dan fragmentasi sedemikian banyak sehingga sulit untuk difiksasi. Pada keadaan ini yang dapat dilakukan hanyalah artodesis primer

Fraktur talus◦ Tulang talus sama seperti tulang skafoid pada tangan,

tidak dilekati otot dan sebagian besar permukaanya dilapisi tulang rawan sendi sehingga tidak mendapat pendarahan yang cukup. Oleh karena itu fraktur leher talus dapat menyebabkan nekrosis avaskuler pada bagian korpusnya sehingga pertautan gagal. Penyebab tersering adalah ruda paksa kaki dengan posisi dorsofleksi maksimal.

Reduksi tertutup biasanya berhasil baik, yaitu fiksasi kaki dengan gips pada posisi equinos sedikitnya 8 minggu tanpa boleh menopang berat badan.

Fraktur kalkaneus◦ Tulang kalkaneus merupakan tulang spongiosa

dengan korteks yang tipis. Jatuh dari ketinggian dengan bertopang pada satu kaki merupakan penyebab tersering fraktur kalkaneus. Masalah penting yang harus dipikirkan dalam pengangan fraktur kalkaneus adalah fraktur intraartikuler sendi talokalkaneus.

◦ Fraktur ekstraartikuler terjadi pada tuberositas kalkaneus dan merupakan fraktur vertikal maupun horizontal. Secara klinis ditandai dengan adanya nyeri, pembengkakan dan ketidakmampuan kaki menopang berat.

◦ Bila ada fragmen yang fraktur secara vertikal, kedua fragmen dikompresi secara manual dari dua sisi dan kemudian kaki diistirahatkan dalam posisi terangkat selama 1 minggu, setelah bengkak berkurang dipasang gips dalam posisi equinis untuk imobilisasi.

◦ Gambaran klinis fraktur intraartikuler adalah pembengkakan yang lebih hebat dari yang ekstraartikuler dan nyeri yang hebat pada pergerakan sendi subtalar. Pada bagian lateral sendi subtaral yang terpisah dan terdepresi dilakukan reduksi terbuka dengan fiksasi intern dan ditanam tandur tulang spongiosa di bawah bagian yang terdepresi tersebut. Pada fraktur yang kominutif tidak dilakukan reduksi, pengobatannya non bedah dengan mengankat kaki selama 1 minggu dan latihan yang aktif.

Cedera pertengahan tarsal dan tasometatarsal◦ Biasanya disebabkan karena jatuh yang

menyebabkan kaki terpuntir atau tertekan ke dalam ekuinus dapat menyebabkan berbagai jenis cedera, dari strain ligamen yang relatif tidak berbahaya sampai fraktur dislokasi pada sendi tarsal atau tarsometatarsal.

◦ Gambaran klinis Kaki mengalami memar dan bengkak. Bila hanya

keselo nyeri timbul bila menggerakkan bagian depan kaki, bila terjadi fraktur atau dislokasi, semua usaha untuk menggerakan kaki akan dilawan. Kaki harus diperiksa dengan cermat untuk mencari tanda – tanda iskemik.

◦ Radiologis Beberapa foto sinar X diperlukan untuk menentukan

tingkat cedera. Ahli bedah harus mewaspadai akan adanya

kemungkinan fraktur pada tulang tarsal atau pada dasar – dasar metatarsal.

◦ Terapi Strain ligamen kaki dapat dibalut sampai rasa nyeri

akut mereda. Sesudah itu dianjurkan melakukan gerakan

Fraktur yang tak bergeser kaki kaki ditinggikan untuk melawan pembengkakan. Setelah 3 atau 4 hari gips di bawah lutut dipasang. Gips dipertahankan 4 – 6 minggu.

Fraktur yang bergeser fraktur kuboideus kadang – kadang bergeser dan jika terjadi demikian, dapat membutuhkan reduksi terbuka dan fiksasi dengan sekrup.

◦ Fraktur dislokasi Ini adalah cedera yang berat. Dibawah anestesi umum, dislokasi biasanya dapat direduksi dengan manipulasi tertutup, tetapi cara mempertahankannya akan menjadi masalah. Jika terdapat saja kecenderungan pergeseran ulang, kawat kirschner yang kuat atau pen steinmann dilewatkan melaluai sendi untuk menfiksaksinya dalam posisi kaki diimobilisasi dalam gips bawah lutut selama 6 – 8 minggu.

Fraktur metatarsal◦ Sering terjadi bila dorsum kaki tertimpa benda berat atau

terlindas roda kendaraan. Dalam keadaan ini yang perlu mendapat perhatian adalah selain frakturnya juga gangguan sirkulasi kaki.

◦ Pengobatan yang harus dilakukan adalah mengembalikan fragmen – fragmen tersebut pada posisi semula. Imobilisasi dengan gips, kadang fiksasi dengan K-wire dilakukan untuk mempertahankan stabilitas, terutama pada fraktur yang multipel, menopang berat badan tidak diperbolehkan minimal selama 4 minggu sesudah itu dilanjutkan pemasangan gips untuk berjalan selama 4 minggu kemudian.

Cedera pada sendi – sendi metatarsofalangeal◦ Terkilir dan dislokasi pada sendi – sendi

metatarsofalangeal sering terjadi pada penari dan atlet. Terkilir biasa membutuhkan tak lebih dari pembebatan ringan. Pengikatan jari kaki dengan jari sebelahnya selama 1 – 2 minggu adalah cara yang paling mudah. Kalau jari kaki berdislokasi ini perlu direduksi dengan traksi dan manipulasi, ujung kaki kemudian dilindungi dengan gips.

Fraktur jari kaki◦ Biasanya disebabkan kejatuhan benda berat pada jari kaki

atau karena terbentur barang keras. Bila kulitnya robek harus ditutupi dengan pembalut yang steril, fraktur akan sembuh tanpa kesulitan. Penderita dapat istirahat selama beberapa hari dengan kaki tinggi . Karena fraktur ini sangat nyeri maka jari kaki dibebat dengan mengikatnya dengan jari di sebelahnya atau dengan bidai selama 2 – 3 minggu.

◦ analgetik harus diberikan dan hematoma subungual di ibu jari dikeluarkan segera melalui kuku.

Fraktur sesamoid◦ Salah satu sesamoid (biasanya medial) dapat

mengalami fraktur akibat cedera langsung (jatuh dari ketinggian), tekanan berulang – ulang yang kronis, lebih sering ditemukan pada penari dan pelari.

◦ Pasien biasanya mengeluh nyeri langsung pada sesamoid. Terdapat tempat yang nyeri di daerah yang sama dan kadang – kadang nyeri dapat memburuk bila dilakukan hiperekstensi pasif pada jempol kaki. Sinar X biasanya akan memperlihatkan fraktur.

◦ Terapi sering tidak diperlukan, meskipun injeksi lokal dengan lignokain dapat membantu meredakan nyeri. kaki dapat diimobilisasi dalam gips selama 2 – 3 minggu. Kadang – kadang, gejala yang membandel memerlukan eksisi osikel yang menjadi penyebabnya.

Cedera penggunaan berlebihan◦ Sebagian besar cedera merupakan akibat dari

beberapa keajdian nyata, cedera akibat penggunaan berlebihan sukar dicari penyebabnya dan berlangsung secara pelan – pelan. Cedera ini terutama ditemukan pada atlet, oleh sebab itu disebut cedera olahraga, dan juga ditemukan pada penari, tetapi dapat terjadi pada siapapun setelah overaktivitas tanpa latihan yang memadai. Sebagian dicantumkan sebagai cedera kerja dan telah memperoleh label diagnostik misalnya kelainan cedera kumulatif, dan cedera strain berkali – kali.

PATOLOGI◦ Pergeseran : Sebuah tendo atau bursa selama

pergerakan sendi, dapat mengalami pergesekan yang hebat melewati pembungkus fibrosa atau melewati tonjolan tulang. Reaksi radang akan timbul (peritendinitis atau bursitis). Terjadi pembekakan. Sejalan dengan waktu sarung dapat mengalami fibrosis dan menebal (tendovaginitis).

◦ Tekanan : Tekanan yang berulang kali atau tekanan saat lengah dapat mengakibatkan robeknya otot atau serat tendon, fraktur tidak lengkap pada tulang, atau lesi tumbukan pada kartilago (biasanya pada patela). Kadang – kadang kekuatan yang hebat dan tiba – tiba menyebabkan ruptur lengkap pada tendon atau otot.

◦ Iskemia : keadaan ini biasanya terjadi pada otot yang dibungkus rapat – rapat dalam kompartemen fasia . Iskemia dapat bersifat relatif, akibat terlalu banyak aktivitas, tidak dapat terpenuhi atau bersifat mutlak.

Tempat yang paling sering terkena adalah bahu, siku, pergelangan tangan dan lutut.

Jenis – Jenis Cedera Olahraga Yang Terjadi Pada Ekstremitas Inferior◦ Bursitis trokanter

Penari balet atau pelari mengeluhkan nyeri di sekitar trokanter mayor femur. Terdapat nyeri tekan dan krepitus lokal dalam bursa. Kadang – kadang nyeri tekan bertempat di belakang trokanter, dan sinar – X dapat memperlihatkan kalisifikasi di daerah ini. Diagnosis pada kasus ini mungkin tendinitis pada gluteus medius, keadaan ini dapat diatasi lewat terapi dengan obat antiinflamasi non steroid, kalau tidak berhasil injeksi lokal dengan kortikosteroid biasanya efektif.

Pergesekan traktur iliotibialis◦ Keadaan ini biasanya terjadi pada pelari jarah jauh yang

meningkatkan jarak larinya terlalu cepat, ini diduga akibat gesekan bagian posterior trakturs iliotibialis terhadap kondilus femur latera. Nyeri terasa bila lutut mencapai fleksi sekitar 200, pasien berjalan dengan gaya jalan lutut kaku dan nyeri tekan terlokalisasi pada suatu titik tepat di belakang kondilus lateral. Penegangan traktus iliotibialis dengan menekannya terhadap femur dan kemudian memfleksikan lutut akan menimbulkan nyeri tajam di tempat iritasi.

Tendinitis patela (lutut peloncat)◦ Kata tendinitis biasa digunakan tetapi tidak tepat. Karena

yang terkena adalah ligamen patela. Keadaan ini sering ditemukan pada penari dan atlet (terutama pelompat jauh dan pelompat itnggi). Kontraksi kuadriseps mendadak yang berulang kali saat melenting dapat menyebabkan ruptur kecil pada serat di atau dekat perlekatan ligamen pada kutub patela bagian bawah. Keadaan ini disertai reaksi pembuluh darah. Nyeri dan nyeri tekan paling hebat di tempat yang ada lesi.

Kondromalasia patela (lutut pelari)◦ Gejala dan tanda – tanda adalah gejala

kondromalasia, cedera akibat olahraga terjadi pada pelari yang sehat. Ini diduga disebabkan oleh kelemahan vastus medialis, atau oleh kelainan postural misalnya pes valgus dan rotasi internal pada tibia baik akibat kelemahan kuadriseps ataupun akibat salah jajar ringan pada lutut, patela cenderung bersubluksasi selama ekstensi lutut secara aktif sehingga merusak kartilago artikular. Keadaan yang serupa terjadi pada para pengemudi truk.

Tendo achilles yang nyeri◦ Ada 3 sindrom yang diketahui, walaupun

sindrom – sindrom ini masih diragukan merupakan kelainan yang benar – benar terpisah.

◦ Peritendinitis adalah radang di sekitar tendon, yang menyebabkan nyeri, pembengkakan difus pada tendon, krepitus pada saat menggerakan kaki dan nyeri tekan yang tetap pada satu tempat.

◦ Tendinitis achilles Menyebabkan tanda – tanda yang serupa, kecuali nyeri tekan yang lebih jelas pada tendon dan ikut bergeser sementara tendon bergerak dengan dorsi dan plantarfleksi. Hal ini disebabkan oleh ruptur kecil pada serat tendon.

◦ Bursitis kalkaneus muncul sebagai tumit yang nyeri, nyeri tekan terdapat di bagian anterior dari achilles tendo dan langsung pada tulang yang mendasari.

Ketiga kelainan diatas biasanya sering terjadi pada atlet / orang tua (diatas 40 tahun) yang meningkatkan porsi latihannya atau menggunakan kekuatan yang tidak biasa dalam lari sprint, pendakian. Kadang – kadang setelah periode nyeri dan pembengkakan yang sedang, tendon dapat robek.

Shin splints◦ Istilah ini digunakan untuk menggambarkan nyeri dan

nyeri tekan di sepanjang perbatasan posteromedial di setengah bagian bawah tibia, gejalanya secara khas meningkat bersama aktivitas dan dapat mereda dengan beristirahat. Gejala – gejala itu mungkin akibat tendinitis pada tibialis posterior, tetapi keadaan yang lebih berbahaya misalnya sindroma kompartemen posterior yang ringan atau fraktur tekanan pada tibia harus disingkirkan.

Fraktur karena tekanan◦ Sering terjadi pada pelari, fraktur ini cenderung

terjadi pada setengah bagian proksimal tibia atau sepertiga bagian distal fibula. Nyeri tekan terlokalisasi pada tempat fraktur. Sinar X dapat memperlihatkan sedikit reaksi periosteum, tetapi bahkan sebelum itu skintigrafi radionuklida dapat mengungkapkan daerah peningkatan aktivitas tulang.

Metatarsalgia◦ Nyeri pada bagian depan kaki dapat meyertai setiap

kelainan yang menyebabkan perubahan mekanika kaki. Sakit yang serupa dapat diakibatkan oleh penggunaan terlalu banyak. Berjalan jauh pada permukaan yang keras, hiking dengan memakai alasa kaki yang tidak cocok atau berdiri lama dengan keseimbangan yang buruk. Bentuk terapi yang sederhana, misalnya beristirahat dan perendaman kaki diikuti dengan latihan otot intrinsik, biasanya mencukupi. Tetapi setiap lesi tekanan yang mendasari perlu disingkirkan.

Fraktur tekanan pada metatarsal kedua atau ketiga◦ Sering ditemukan pada calon tentara yang terlalu aktif

(fraktur berbaris) dan pada orang berusia lanjut yang menderita osteoporosis. Tanda – tanda yang diperoleh dengan sinar X dan skintigrafi bernilai diagnostik

Osteokondritis◦ Biasa ditemukan pada caput metatarsal kedua

kada – kadang terjadi (atau mungkin hanya ditemukan) setelah periode berjalan dan berlari yang penuh tekanan.

Penanganan Cedera Akibat Penggunaan Berlebihan◦ Pencegahan lebih baik daripada pengobatan dan

sebagian besar cedera akibat penggunaan yang berlebihan dapat dihindari dengan menaati beberapa peraturan yang sederhana. Peningkatan aktivitas harus bertahap, latihan sebelum bertanding harus memadai, perubahan aktvitas harus berangsur – angsur, dan isyarat peringatan adanya sedikit nyeri pada tempat yang khas harus diperhatikan.

◦ Terapi biasanya non spesifik dan terdiri atas penurunan aktivitas (bukan bedrest), mengurangi tekanan, mengobati radang (diberikan obat antiinflamasi) kadang dengan menginjeksi anastetik dan kortikosteroid lokal di sekitar tetapi bukan ke dalam tendon yang terkena.

◦ Operasi mungkin diperlukan pada kasus yang resisten untuk menginsisi traktur iliotibialis untuk melepaskan tendon yang berjepit, atau untuk mengurangi tekanan kompartemen fasial yang ketat. Pada semua kasus diperlukan fisioterapi dan ditujukan untuk merentangkan otot secara bertahap yang digabungkan dengan latihan penguatan.

Kesimpulan◦ Trauma pada sistem musculoskeletal inferior terdiri dari

Fraktur Dislokasi Strain Sprain Ruptur

◦ Bagian yang terkena pada ekstremitas inferior terdiri dari Pelvis Femur Genu Cruris Tarsal dan metatarsal

Saran◦ Menambah referensi yang relevan.◦ Membandingkan klasifikasi fraktur, dislokasi lebih detail.◦ Menambah bukti – bukti foto yang lebih jelas

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

TERIMA KASIH