refer en siku

27
Akuntansi Pajak terhadap Aktiva Tetap dan Aktiva Tidak Berwujud AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD 1. Klasifikasi Aktiva tetap adalah harta yang dapat digunakan lebih dari satu tahun. Aktiva tetap terbagi atas : Aktiva yang dapat disusutkan (depreciable assets) Contoh: Bangunan, mesin dan peralatan yang lain. Aktiva yang tidak dapat disusutkan (nondepreciable assets) Contoh: Tanah Aktiva tidak berwujud adalah hak mutlak perusahaan terhadap sesuatu yang diperolehnya karena keistimewaan tertentu. Syarat- syarat harta tidak berwujud : Ada hak mutlak Ada keistimewaan tertentu Ada pengeluaran biaya Contoh : Hak paten, hak cipta, franchise, hak guna usaha, hak guna bangunan, goodwill, hak penambangan, hak pengusahaan hutan, trade mark. Berdasarkan masa manfaatnya, aktiva tidak berwujud terbagi atas : Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh undang-undang. Misalnya : hak paten, hak cipta, franchise Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak dibatasi oleh undang-undang. Misalnya : goodwill dan merk dagang

Upload: nurul-shola-ulfah-hidayati

Post on 26-Oct-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refer en Siku

Akuntansi Pajak terhadap Aktiva Tetap dan Aktiva Tidak Berwujud

 AKTIVA TETAP DAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD

1.      Klasifikasi

Aktiva tetap adalah harta yang dapat digunakan lebih dari satu tahun.

Aktiva tetap terbagi atas :

         Aktiva yang dapat disusutkan (depreciable assets) Contoh: Bangunan,

mesin dan peralatan yang lain. 

         Aktiva yang tidak dapat disusutkan (nondepreciable assets) Contoh:

Tanah

Aktiva tidak berwujud adalah hak mutlak perusahaan terhadap sesuatu

yang diperolehnya karena keistimewaan tertentu. Syarat- syarat harta tidak

berwujud :

         Ada hak mutlak

         Ada keistimewaan tertentu

         Ada pengeluaran biaya

Contoh : Hak paten, hak cipta, franchise, hak guna usaha, hak guna

bangunan, goodwill, hak penambangan, hak pengusahaan hutan, trade

mark.

Berdasarkan masa manfaatnya, aktiva tidak berwujud terbagi atas :

         Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh undang-

undang. Misalnya : hak paten, hak cipta, franchise

         Aktiva tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak dibatasi oleh undang-

undang. Misalnya : goodwill dan merk dagang

2.      Perolehan Aktiva

Aktiva dapat diperoleh dengan cara :

Page 2: Refer en Siku

         Pembelian Aktiva ( tunai, kredit )

Aktiva tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai

dan dicatat dengan sejumlah harga beli ditambah dengan biaya yang

terjadi untuk menempatkan aktiva itu pada kondisi dan tempat yang siap

untuk dipergunakan (PSAK Nomor 16 Buku SAK 1994). PPn yang tidak

dapat dikreditkan merupakan salah satu unsur pembentuk harga

perolehan, kecuali pajak itu dibebankan sebagai biaya pada tahun

tersebut. Begitu juga dengan biaya transportasi, pemasangan dan jasa

professional merupakan bagian dari nilai perolehan aktiva.

         Perolehan dengan sewa guna usaha modal (leasing)

Sewa guna usaha (lease) umumnya merupakan perjanjian dengan

memberikan hak kepada lease untuk menggunakan aktiva yang dimiliki

lessor (penyewa) selama masa tertentu dengan membayar sejumlah uang

(sebagai lease). Secara komersial lease modal (capital lease) pada

hakikatnya merupakan pembelian aktiva. Sesuai dengan ketentuan

perpajakkan jumlah yang dibayar pada saat pengambilalihan aktiva dari

lessor merupakan nilai kapitalisasi aktiva dimaksud. Pengeluaran lease

sebelum itu diperlakukkan sebagai pengeluaran sewa seperti yang berlaku

dalam operating lease.

         Perolehan dengan pertukaran

Aktiva tetap dapat diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva nonmoneter

(baik sejenis atau bukan) atau sekuritas (obligasi atau saham sendiri atau

emisi badan lain). Perolehan aktiva melalui pertukaran harus dinilai

menurut nilai wajar aktiva yang diterima atau diserahkan mana yang

diketahui dengan pasti dan andal (PSAK No. 16 Buku Sak 1994). Selisih

nilai (nilai buku aktiva lama dengan perolehan aktiva baru) dari pertukaran

aktiva bukan sejenis harus diakui sebagai laba atau rugi. Untuk aktiva

sejenis, pengakuan itu ditangguhkan sampai saat aktiva baru dilepaskan

kembali. Pertukaran aktiva dengan sekuritas memerlukan penilaian atas

keduanya. Pertukaran dengan sekuritas emisi badan lain dapat

Page 3: Refer en Siku

menimbulkan laba atau rugi apabila terdapat selisih nilai antara aktiva yang

diperoleh dan sekuritas yang dilepas. Sebaiknya, pertukaran dengan

sekuritas emisi sendiri (obligasi atau saham) dapat menimbulkan agio dan

disagio. Laba dan rugi yang dilepaskan aktiva dihitung berdasarkan selisih

antara nilai buku dengan harga pasar aktiva. Agio dan disagio bagi

penerbit saham atau obligasi dihitung berdasarkan nilai nominal kedua

sekuritas itu dibanding dengan nilai pasar sekuritas atau nilai perolehan

harta yang dapat diketahui dengan pasti.

         Perolehan dengan membangun sendiri

Praktek akuntansi komersial menyatakan harga perolehan aktiva tetap

yang dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan

dengan pembangunan aktiva itu hingga siap digunakan. Dalam praktek

akuntansi komersial masalah perhitungan nilai aktiva yang timbul dalam

membangun sendiri termasuk (1) pembebanan biaya overhead

(tambahannya saja atau alokasi semua biaya overhead secara

proporsional). (2) penghematan atau kerugian atas aktivitas membangun

(apabila ada perbedaan dengan harga pasar). Dan (3) bunga selama masa

konstruksi. Secara komersial umunya terdapat kesesuaian pendapat biaya

overhead dialokasikan secara proporsional kepada biaya rutin dan biaya

pembangunan aktiva. Sementara penghematan biaya (misalnya biaya

pembangunan Rp 8juta, sedangkan harga pasar aktiva Rp 10juta yang

berarti terdapat penghematan Rp 2juta) tidak diakui sebagai penghasilan.

Sebaliknya, kerugian karena inefisiensi (yang menyebabkan harga

pembangunan lebih tinggi dari nilai pasar) segera diakui sebagai kerugian

atau pemborosan pada tahun yang bersangkutan. Selanjutnya bunga yang

dikeluarkan atas pinjaman untuk pembangunan selama masa konstruksi

dikapitalisasi (sebagai nilai perolehan aktiva).

         Perolehan dengan hibah, bantuan, atau pemberian

Berbeda dengan akuntansi komersial yang menghitung harga pasar

sebagai harga perolehan, pasal 10 ayat (4) UU PPh menyatakan (a) harga

yang diperoleh karena hibah, bantuan atau pemberian yang diterima oleh

Page 4: Refer en Siku

badan keagamaan, social, pendidikan dan pengusaha kecil yang

memenuhi persyaratan tertentu (tidak ada hubungan dengan usaha,

pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pemberi dan penerima)

harus dinilai sejumlah nilai buku dari pemberi dan (b) harta juga dinilai

menurut harga pasar, berdasarkan KMK Nomor 604/KMK/1994 tangal 21

Desember 1994 dalam pengertian pengusaha kecil yang memenuhi

persyaratan itu, termasuk koperasi, yaitu pengusaha yang jumlah aktiva

tanpa tanah dan atau bangunan tidak melebihi Rp 600juta. Dengan

demikian, perkiraan modal hibah (bantuan) dikredit untuk tujuan fiskal.

Sebesar nilai buku aktiva itu. Perolehan karena hibah, bantuan atau

pemberian yang tidak memenuhi kualifikasi dinilai menurut harga pasar.

3.      Penyusutan dan Amortisasi

1)      Ketentuan tentang Penyusutan menurut pasal 10 UU PPh

1.      Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud yang memiliki masa

manfaat lebih dari 1 tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih,

dan memelihara penghasilan yang menjadi objek pajak, kecuali tanah.

2.      Harta yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilan tidak boleh disusutkan secara fiskal, misalnya:

bangunan untuk tempat tinggal karyawan bukan di daerah terpencil yang

ditetapkan Menteri Keuangan. Keuntungan penjualan harta tersebut

merupakan objek PPh, namun apabila terjadi kerugian tidak dapat

dibebankan sebagai biaya fiskal.

3.      Penyusutan aktiva dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali

untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai

pada bulan selesainya pengerjaan hrta tersebut. Dengan persetujuan

Direktorat Jenderal Pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta

tersebut dipergunakan.

2)      Harga/Nilai Perolehan Aktiva Tetap

Page 5: Refer en Siku

Penentuan harga prolehan aktiva tetap sangat penting karena harga

perolehan menjadi dasar untuk menghitung besarnya biaya penyusutan

tiap-tiap tahun. Adapun ketentuan sesuai dengan pasal 10 UU PPh,

penentuan harga perolehan aktiva tetap sebagai berikut:

1.      Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta

yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa adalah jumlah yang

sesungguhnya dikeluarkan atau diterima sedangkan apabila terdapat

hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau

diterima.

2.      Nilai perolehan atau niai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta

adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan

harga pasar.

3.      Nilai perolehan atau nilai pengalihan harta yang dialihkan dalam rangka

likuidasi, penggabungan, peleburan pemekaran, pemecahan, atau

pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharunya dikeluarkan atau

diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri

Keuangan.

4.      Dasar penilaian harta yang dialihkan dalam rangka bantuan sumbangan

atau hibah:

a.       Yang memenuhi syarat sebagai bukan Objek Pajak bagi yang meneima

pengalihan, sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang melakukan

pengalihan atau nilai yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.

b.      Yang tidak memenuhi syarat sebagai bukan Objek Pajak bagi yang

menerima pengalihan, sama dengan nilai pasar dan harta tersebut.

5.      Dasar penilaian harta yang dialihkan dalam rangka penyetoran modal bagi

badan yang menerima pengalihan, sama dengan nilai pasar dari harta

tesebut.

3)      Waktu Dilakukannya Penyusutan

Page 6: Refer en Siku

1.      pada bulan dilakukannya pengeluaran; atau

2.      pada bulan selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada

tahun pertama dihitung secara pro-rata; atau;

3.      dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut

digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;

atau

4.      dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, pada bulan harta tersebut

mulai menghasilkan yakni saat mulai berproduksi dan bukan saat diterima

atau diperolehnya penghasilan

Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan, penyusutan atau deperesiasi

merupakankonsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud.

Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi

menjadi dua golongan, yaitu:

1.      Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.

2.      Harta berwujud yang berupa bangunan.

Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok,

yaitu:

1.      Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 4 tahun.

2.      Kelompok 2: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 8 tahun.

3.      Kelompok 3: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 16 tahun.

4.      Kelompok 4: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai

masa manfaat 20 tahun.

Harta terwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:

1.      Permanen: masa manfaatnya 20 tahun.

Page 7: Refer en Siku

2.      Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan

yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan.

Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.

Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight

line method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib

pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan

penyusutan. Metode garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua

kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya

diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan

saja.

Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta

tarif penyusutannya:

Kelompok Harta

Berwujud

Masa Manfaat Tarif Depresiasi

Garis Lurus Saldo Menurun

I.  Bukan Bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

II. Bangunan

Permanen 20 tahun 5% -

Tidak Permanen 10 tahun 10% -

Dengan ijin Direktur Jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan

harta berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai

menghasilkan. Menurut akuntansi ada 4 faktor yang harus dipertimbangkan

dalam penghitungan besarnya biaya penyusutan suatu aktiva, yaitu:

1.   Nilai Perolehan Aktiva

2.   Nilai residu

Page 8: Refer en Siku

3.   Dasar penyusutan

4.   Umur aktiva

Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan fiskal, yakni :

         Metode garis lurus

Pada metode penyusutan garis lurus, biaya penyusutan aktiva dialokasikan

ke tiap-tiap tahun dengan jumlah yang sama. Tarif amortisasi : 25%,

12.5%, 6.25%, 5%.

Rumus :         Penyusutan tiap tahun             =                  NP-

NR                                                                                                                    

UmurPemakaian 

Contoh:

PT. Jaya Abadi membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I

harta berwujud seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka

pembebanan atas biaya penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode

garis lurus adalah sebagai berikut :

Tahun Harga Perolehan %Penyusutan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku

2009 Rp. 100.000.000 25% Rp. 12.500.000 Rp. 87.500.000

2010 25% Rp. 25.000.000 Rp. 62.500.000

2011 25% Rp. 25.000.000 Rp. 37.500.000

2012 25% Rp. 25.000.000 Rp. 12.500.000

2013 25% Rp. 12.500.000 Rp. 0

Keterangan :

Untuk tahun 2009 biaya penyusutan dihitung berdasarkan 6/12 x 25% x

biaya perolehan, karena pembelian dimulai pada bulan Juli 2009 sehingga

biaya yang diperkenankan hanya dari bulan Juli 2009 sampai Desember

2009 yaitu selama 6 bulan. 

Untuk tahun 2013 biaya penyusutan dihitung berdasarkan 6/12 x 25% x

Page 9: Refer en Siku

biaya perolehan, karena sisa masa manfaat hanya untuk bulan Januari

2011 sampai Juni 2011 yaitu selama 6 bulan.

         Metode saldo menurun (declining balance method)

Dasar penyusutan adalah nilai sisa buku fiskal. Penyusutan dengan

metode saldo menurun adalah penyusutan dalam bagian-bagian yang

menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku.

Cara perlakuan nilai sisa buku suatu aktiva tetap pada akhir masa manfaat

yang disusutkan dengan metode saldo menurun adalah nilai sisa buku

suatu aktiva pada akhir masa manfaat yang disusutkan dengan metode

saldo menurun harus disusutkan sekaligus.

Contoh :

PT. Jaya Abadi membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I

harta berwujud seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka

pembebanan atas biaya penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode

saldo menurun adalah sebagai berikut :

Tahun Harga Perolehan %Penyusutan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku

2009 Rp. 100.000.000 50% Rp. 25.000.000 Rp. 75.000.000

2010 50% Rp. 32.500.000 Rp. 32.500.000

2011 50% Rp. 16.250.000 Rp. 16.250.000

2012 50% Rp. 8.125.000 Rp. 8.125.000

2013 Disusutkan sekaligus 50% Rp. 8.125.000 Rp. 0

Keterangan : 

Untuk tahun 2009 biaya penyusutan dihitung berdasarkan 6/12 x 50% x

biaya perolehan, karena pembelian dimulai pada bulan Juli 2009 sehingga

biaya yang diperkenankan hanya dari bulan Juli 2009 sampai Desember

2009 yaitu selama 6 bulan.

Deplesi

Page 10: Refer en Siku

Deplesi ialah istilah yang digunakan dalam akuntansi untuk menyatakan

penyusutan dalam usaha pertambangan dan pengusahaan

hutan. Perpajakan menggunakan istilah lain untuk deplesi yaitu

amortisasi. Sumber pertambangan dan pengusahaan hutan adalah harta

yang berkurang secara berangsur-angsur karena penambangan atau

penebang pohon.

Menurut ketentuan pajak, hak penambangan dan hak pengusahaan hutan

termasuk harta tidak berwujud. Amortisasi menggunakan metode satuan

produksi berarti persentase amortisasi dari biaya tersebut dalam setiap

tahun pajak harus sama dengan penambangan yang dihasilkan setiap

tahun. Karena itu, harga perolehannya dapat diamortisasikan berdasarkan

metode satuan produksi dengan pembatasan sebagai berikut :

-          Biaya untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi

serta pengusahaan hutan dapat diamortisasikan dengan persentase yang

tidak lebih dari 20 % tahun.

Amortisasi per tahun = Jumlah penambangan/penebangan x 20%

                                       Taksiran total produksi/deposit

-          Biaya untuk memperoleh hak atau biaya-biaya yang mempunyai manfaat

lebih dari satu tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi tanpa

pembatasan presentase tertentu.

Amortisasi per tahun = Jumlah penambangan    x tanpa batasan

                                      Tanpa total produksi

Metode satuan = Jumlah penambangan/penebangan yg dihasilkan

setahun  x 100%

                                        Taksiran jumlah seluruh produksi

Contoh : 

Suatu konsensi pertambangan ditaksir jumlah depositnya 100.000 ton.

Hasil produksi 1 tahun = 10.000 ton. Berapa prosentase produksi dalam

setahun ?

(10.000 / 100.000) * 100 % = 10 %

Page 11: Refer en Siku

Jadi, hak penambangan perusahaan tersebut dalam setahun

diamortisasikan sebesar 10%.

4.      Penarikan dan Pelepasan Aktiva

Keuntungan Pelepasan Aktiva Tetap

Dalam pasal 11 UU no.7 tahun 1983 menyatakan hanya penarikan atau

pelepasan aktiva tetap golongan bangunan dan penarikan luar biasa yang

dapat menghasilkan keuntungan atau kerugian yang di perhitungkan pada

tahun penarikan.

Namun menurut UU No.10 tahun 1994 perlakuan berbeda demikian tidak

ada lagi. Hampir sama dengan perlakuan akuntansi, semua penarikan atau

pelepasan harta akan mendatangkan keutungan atau kerugian.

Perhitungan keuntungan juga di terapkan pada transaksi tukar menukar

harta walaupun tidak terjadi pembayaran. Begitu juga dengan pertukaran

harta walaupun hartanya sama atau sejenis masih dalam satu kelompok.

Harta yang di hibahkan, diberikan atau di bantukan kepada badan

keagamaan, pendidikan, social dan pengusaha kecil termasuk koperasi

akan dihitung keuntungan bagi pelepas dan penghasilan bagi penerima.

Penarikan Harta dari Pemakaian

Pengalihan harta dari pemakaian dapat terjadi karena dialihkan kepada

pihak lain, dijual, atau terjadi musibah terhadap harta tersebut. Pengalihan

atau penarikan harta menurut UU No. 10 Tahun 1994 pasal 4 ayat (1)

adalah karena :

a.       Penjualan

b.      Pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya

sebagai pengganti saham atau penyertaan modal

c.       Pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota

d.      Pengalihan harta karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan atau pengambilalihan usaha

e.       Pengalihan harta karena hibah, bantuan atau sumbangan

Page 12: Refer en Siku

Salah satu contoh penarikan aktiva menurut UU No.10  tahun 1994 pasal 4

ayat 1 adalah penjualan.

Contoh Soal :

Sebuah aktiva yang dibeli PT”Andi” pada oktober 2000 Rp 10 juta  dijual

pada akhir Maret 2002 Rp 7.500.000,00. Apabila perusahaan itu

menghitung penyusutan dengan metode saldo menurun maka jumlah

keuntungan menurut akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan  dapat

dihitung sebagai berikut:

Berdasarkan uraian di atas, keuntungan penjualan aktiva untuk tujuan

akuntansi perpajakan lebih besar 1.875.000 ( 5.000.000 – 3.125.000 ).

Dengan demikian, selisih ini merupakan penutupan kembali dari selisih

beban depresiasi perpajakan yang lebih besar.

Contoh-contoh penarikan harta :

Penarikan Harta Karena Dijual Menurut Fiskal

Sebuah mesin dengan nilai perolehan Rp 40.000.000 dengan akumulasi

penyusutan       Rp 30.000.000 dijual dengan harga Rp 17.000.000. Biaya

yang dikeluarkan berkenaan dengan penjualan sebesar Rp 2.000.000

Kalkulasi

Tahun Uraian Komersial Perpajakan

1994 Harga Perolehan

Depresiasi (3 bulan)

10.000.000

(1.250.000)

10.000.000

(5.000.000)

1995 Depresiasi (12 bulan) (3.750.000) (2.500.000)

1996 Depresiasi (3 bulan)

Nilai buku

Harga jual

Keuntungan

(625.000)

4.375.000

7.500.000

3.125.000

-

2.500.000

7.500.000

5.000.000

Page 13: Refer en Siku

Harga jual                                                                         Rp  17.000.000

Biaya penjualan                                                                Rp       2.000.000

Penerimaan netto                                                             Rp  15.000.000

Nilai perolehan                             Rp 40.000.000

Akumulasi penyusutan                 Rp 30.000.000

Nilai sisa buku                                                                  Rp   10.000.000

Keuntungan                                                                     Rp    5.000.000

Nilai sisa buku sebesar Rp 0 dibebankan sebagai kerugian dalam tahun

pajak yang bersangkutan. Keuntungan sebesar Rp 5.000.000 merupakan

penghasilan yang menjadi objek pajak PPh. Apabila transaksi ini dicatat

maka ayat jurnal adalah sbb:

Penerimaan kas                                        Rp 17.000.000

Akumulasi penyusutan                             Rp 30.000.000

                 Mesin                                                              Rp 40.000.000

                 Biaya                                                               Rp   2.000.000

                 Laba                                                                Rp   5.000.000

Penarikan Harta Karena Terbakar

Suatu mesin terbakar pada pertengahan tahun 1995 dengan keterangan

sbb:

Nilai perolehan                                         Rp 50.000.000

Akumulasi penyusutan                             Rp 30.000.000

Nilai sisa buku                                          Rp 20.000.000

a.       Jumlah penggantian asuransi diterima pada tahun 1995 sebesar Rp

19.000.000

b.      Jumlah penggantian belum dapat diketahui dan penundaan pembebanan

kerugian tidak diajukan untuk ditunda kepada Dirjen Pajak

c.       Jumlah penggantian asuransi belum dapat diketahui, karena itu

penundaan kerugian diajukan utnuk ditunda kepada Dirjen Pajak

Page 14: Refer en Siku

Menurut ketentuan fiskal maka penarikan harta karena terbakar dicatat :

a.       Nilai sisa buku mesin Rp 20.000.000 dicatat sebagai kerugian, sedang

penerimaan pengganti asuransi Rp 19.000.000 dicatat sbagai penghasilan

dalam tahun yang bersangkutan. Karena nilai sisa buku lebih besar

daripada penggantian asuransi maka wajib pajak menderita rugi Rp

1.000.000 (Rp 20.000.000 – Rp 19.000.000)

Kas                                         Rp 19.000.000

Akumulasi penyusutan           Rp 30.000.000

Kerugian                                Rp   1.000.000

           Mesin                                                  Rp 50.000.000

b.      Jumlah penggantian belum dapat diketahui karena itu kerugian sebesar

nilai sisa buku Rp 20.000.000 harus segera dibebankan sebagai kerugian

pada tahun yang bersangkutan. Kejadian ini dapat dicatat dengan ayat

jurnal sebagai berikut :

Akumulasi penyusutan           Rp 30.000.000

Kerugian                                Rp 20.000.000

           Mesin                                                  Rp 50.000.000

c.       Wajib pajak tidak perlu mencatat kerugian dalam tahun terjadinya

kebakaran. Namun penyusutan mesin harus dihentikan.

TUGAS AKUNTANSI PERPAJAKAN“AKTIVA TETAP”

Page 15: Refer en Siku

UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG2012

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam pembelajaran akuntansi perpajakan baiknya kita mengetahui

tentang apa yang ada didalam ilmu ini. Salah satu yang terdapat

didalamnya adalah tentang Aset Tetapyang akan kami uraikan di dalam

makalah kami ini yang mencakup bahasan Aset Tetap.

 Aktiva tetap sangat berarti terhadap kelayakan laporan keuangan,

kesalahan dalam menilai aktiva tetap berwujud dapat mengakibatkan

kesalahan yang cukup material karena nilai investasi yang ditanamkan

Page 16: Refer en Siku

pada aktiva tetap relatif besar. Mengingat pentingnya akuntansi aktiva

tetap dalam laporan keuangan tersebut, maka perlakuannya harus

berdasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.16).

Aktiva tetap tersebut dalam penyajiannya pada laporan keuangan

seharusnya membebankan biaya depresiasi yang dimiliki secara

konsisten pada setiap periode dengan menggunakan metode yang

dianggap sesuai untuk diterapkan, yaitu metode garis lurus untuk

bangunan, peralatan dan inventaris, serta metode jumlah angka tahun

untuk kendaraan dan sarana transportasi lainnya, agar diketahui nilai

sisanya pada akhir periode.

Rumusan Masalah

1.        Bagaimana membedakan perlakuan aset tetap terhadap akuntansi

dengan perpajakan ?

2.        Bagaimana pencatatan aset tetap dengan pembelian siap pakai ?

Manfaat dan Tujuan

1.        Untuk Mengetahui perlakuan pajak terhadap aset Tetap

2.        Untuk mempelajari aspek-aspek yang ada di dalam aset tetap, tentang

cara perlakuan serta pengukuran aset tetap.

BAB II

LANDASAN TEORI

             

              Menurut IAI (2007) dalam PSAK 16, Aset tetap adalah aset

berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebihh

dahulu , yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan

barang atau jasa , untuk direntalkan kepada pihak lain , atau untuk tujuan

administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu

periode.

Page 17: Refer en Siku

              Aset Tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap

pakai dicatat sejumlah harga beli ditambah dengan biaya – biaya yang

terjadi pada saat perolehan atas konstruksi atau , jika dapat diterapkan,

jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pda saat pertama kali diakui

sesuai dengan persyaratn tertentu dalam PSAK 16.

              Dalam pasal 10 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008  diatur bahwa

harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta

yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud

dalam pasal 18 ayat (4) UU PPh adalah jumlah yang sesungguhnya

dikeluarkan atau diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan

istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau

diterima  ( harga pasar wajar ).

              Menurut IAI ( 2007 ) dalam PSAK 16, Penyusutan adalah alokasi

sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur

manfaatnya. Sedangkan jumlah yang dapat disusutkan adalah jumlah

tercatatnya ( baik mengikuti model biaya maupun model revaluasi)

dikurangi dengan nilai residu aset yang bersangkutan.

Menurut akuntansi metode-metode penyusutan yang dapat digunnakan

adalah sebagi berikut:

1.        Metode garis lurus (straight line method) menghasilkan pembebanan

yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.

2.        Metode saldo menurun (diminishing balance method) menghasilkan

pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset.

3.        Metode jumlah unit ( sum of the unit method) menghasilkan

pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang dharapkan

dari suatu aset.

Berdasarkan UU PPh Nomor 36 thn.2008, pengeluaran untuk

memperolehmharta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari

1 tahun harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan dengan mengalokasikan

pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui

peyusutan.

Page 18: Refer en Siku

Metode penyusutan yang diperbolehkkan dalam keetentuan fiskal adalah

sebagai berikut:

1.        Metode garis lurus (straight line method) digunakan untuk kelompok

bangunan dan bukan bangunan.

2.        Metode saldo menurun (diminishing balance method) digunakan untuk

kelompok bukan bangunan saja, dan pada saat akhir masa manfaat

disusutkan sekaligus (closed ended)

Menurut peraturan perpajakan, penyusutan aset tetap dimuli pada saat

tahun pengeluaran; untuk tahun 2000 dan sebelumnya ( UU PPh Nomor

17 tahun 1983). Sementara itu untuk tahun 2001 ( UU PPh Nomor 17

tahun 2000) sampai dengan sekarang ( UU PPh Nomor 36 tahun 2008)

penyusutan dimulai pada saat bulan pengeluaran aset tetap tersebut,

kecuali apabila aset yan masih dalam proses pengerjaan, yaitu pada

bulan selesainya pengerjaan aset tersebut.

Pada Pasal 11 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Mengatur masa

manfaat harta berwujud dan tarif penyusutan , baik menurut metode

garis lurus maupun saldo menurun sebagai berikut

Kelompok harta

berwujudMasa manfaat

Tarif penyusutan

Garis lurus Saldo menurun

 Bukan bangunan

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

  II.     Bangunan

Permanen

Tidak permanen

4 tahun

8 tahun

16 tahun

20 tahun

20 tahun

10 tahun

25%

12,5%

6.5%

5%

5%

10%

50%

25%

12,5%

10%

-

-

              Penentuan kelompok harta berwujud bukan bangunan di

tetapkan dengan PMK-96/PMK.03/2009. Bangunan tidak permanen adalah

bangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak

tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang masa

manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.

Page 19: Refer en Siku

              Dalam setiap pelepasan aset, dapat timbul laba atau rugi

sebesar selisih antara harga pasar dengan nilai buku aset. Namun karena

perbedaan metode penyusutan dan estimasi masa manfaatnya , laba

atau rugi penjualan aset dapat berbeda jumlahnya antara akuntansi

dengan perpajakan.

              Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

terjadi apabila Wajib Pajak ( WP ) menjual aset dengan harga yang lebih

tinggi dari nilai sisa buku atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehan.

Penjualan atau pengalihan harta sesuai dengan pasar Pasal 4 ayat ( 1 )

huruf d UU PPh, jumlah nilah sisa buku dibebankan sebagai kerugian dan

jumlah harga jual / penggantian asuransi dicatat sebagai penghasilan. Hal

ini dicatat pada tahun terjadinya pengalihan harta tersebut. Apabila

terdapat kerugian sebesar nilai sisa buku harta karena penggantian

asuransi yang jumlahnya baru diketahui pada masa yang datang maka

jumlah nilai sisa buku fiskal harta yang bersangktan dapat dicatat sebagai

beban masa yang akan datang dengan persetujuan Dirjen Pajak.

Page 20: Refer en Siku

BAB III

PEMBAHASAN

Perbedaan Mendasar antara perlakuan menurut Akuntansi Komersial

dengan Perpajakan yang berkaitan dengan Aset tetap.

NO URAIAN AKUNTANSI PERPAJAKAN

1 Harga Perolehana)      Untuk pembelian menggunakan nilai tunai saat

terjadinya jika tidak dapat diukur dengan nilai

wajar, maka biaya perolehannya diukur dengan

jumlah tercatat dari aset yang diserahkan (P.23

&P.24)

b)      Aset Tetap (tanah) yang diperoleh dari

sumbangan dicatat berdasarkan harga wajar

(PSAK 47 P. 13)

a)      Untuk transaksi yang mempunyai

hubungan istimewa dihitung

berdasarkan harga pasar

b)      Untuk transaksi tukar menukar

adalah berdasarkan harga pasar.

2 Pennetuan Masa

manfaat

Tergantung pada justifikasi manajemen dan

dtelaah ulang secara periodik (P. 6 & 60)

Sudah diatur oleh KMK

3 Saat dimulainya

penyusutan

Penyusutan dimulai saat aset tetap siap

untuk  digunakan (P. 58)

a)      Penyusutan dimulai sejak

pengeluaran atas perolehan harta.

b)      Sejak bulan selesainya pengerjaan

harta.

Page 21: Refer en Siku

c)      Dengan persetujuan Dirjen Pajak, WP

dapat melakukan Penyusutan mulai

pada bulan harta tersebut digunakan.

4 Penghitungan

jumlah bulan

sejak dimulainya

penyusutan

Jumlah bulan dapat dibulatkan ke atas atau ke

bawah.

Jumlah bulan selalu dibulatkan ke

atas, walaupun dibeli di atas tanggal

15 setiap bulannya.

5 Metode

Penyusutan

a)      Metode garis lurus

b)      Metode saldo menurun

c)      Metode jumlah unit (P. 65)

a)      Kelompok bangunan harus

menggunakan metode garis lurus

b)      Selain Bangunan bisa menggunakan

metode garis lurus atau saldo

menurun asalkan diterapkan secara

taat asas.

6 Nilai Residu Nilai residu harus di-review minimum setiap akhir

tahun buku (P. 54)

Tidak mengakui adanya nilai residu

7 Aset yang boleh

disusutkan

Semua aset tetap yang dimiliki badan usaha

kecuali tanah.

Hanya harta yang dimiliki dan

digunakan untuk

mendapatkan,menagih,dan

memelihara penghasilan yang

merupakan Objek Pajak tidak final.

Page 22: Refer en Siku

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

               Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk

siap pakai atau dibangun lebih dahulu, yang dimiliki untuk digunakan

dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan

kepada pihak lain , atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk

digunakan selama lebih dari satu periode.

Aset Tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap

pakai dicatat sejumlah harga beli ditambah dengan biaya – biaya yang

terjadi pada saat perolehan atas konstruksi atau , jika dapat diterapkan,

jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pda saat pertama kali diakui

sesuai dengan persyaratn tertentu dalam PSAK 16.

Dalam penghitungan penyusutan ada berbagai metode yang harus

digunakan baik menurut akuntansi maupun menurut fiskal atau

perpajaknnya. Untuk akuntansi metode yang digunakan bisa memilih

antara metode garis lurus, metode saldo menurun, atau metode Jumlah

unit. Sedangkan untuk perpajakannya bisa menggunakan Metode garis

lurus atau metode saldo menurun dan penggunaannya harus dilakukan

secara taat asas.

            Akuntansi aset tetap pada lingkup pajak merupakan suatu hal

yang sangat penting dalam sebuah perusahaan atau entitas, karena

pengakuan akun asset tetap dalam laporan keuangan komesial

perusahaan berbeda dengan pengakuan dalam laporan keuangan fiskal,

yang diperlukan oleh pihak fiskus. Dengan demikian adanya

Page 23: Refer en Siku

perkembangan dan perbaharuan UU Perpajakan semata-mata untuk

mempermudah dan menyesuaikan kondisi objek dan subjek pajak

sehingga meminimalisir terjadinya diskriminasi masalah penetapan tarif

pajak.