tinjauan komunikasi organisasi islam indonesia sebagai...

106
1 TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING UMBRELLA KEILMUAN IAIN SALATIGA Oleh: Drs. Bahroni, M.Pd. / NIP. 196408181994031004 Rasimin, S.Pd.I., M.Pd. / NIP. 197507132009011011 Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A. / NIP. 198005132003122003 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017 PERNYATAAN KEASLIAN

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

1

TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI

ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING UMBRELLA

KEILMUAN IAIN SALATIGA

Oleh:

Drs. Bahroni, M.Pd. / NIP. 196408181994031004

Rasimin, S.Pd.I., M.Pd. / NIP. 197507132009011011

Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A. / NIP. 198005132003122003

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

PERNYATAAN KEASLIAN

Page 2: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

2

Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Drs. Bahroni, M.Pd. / NIP. 196408181994031004

2. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd. / NIP. 197507132009011011

3. Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A. / NIP. 198005132003122003

menyatakan bahwa naskah penelitian dengan judul TINJAUAN KOMUNIKASI

ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

UMBRELLA KEILMUAN IAIN SALATIGA, secara keseluruhan adalah hasil

penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian-bagian yang dirujuk sumbernya dan

telah saya susun sesuai dengan kaidah dan etika penelitian.

Salatiga, 15 November 2017

Yang Menyatakan

Drs. Bahroni, M.Pd.

NIP. 196408181994031004 ________________

Rasimin, S.Pd.I., M.Pd.

NIP. 197507132009011011 ________________

Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A.

NIP. 198005132003122003 ________________

Page 3: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

3

ABSTRAK

Bahroni, Rasimin, dan Maslihatul Umami. 2017. Tinjauan Komunikasi OrganisasiIslam Indonesia Sebagai Paradigma Unifying Umbrella Keilmuan IAINSalatiga. Konsultan: Dr. Mukti Ali, M. Hum.

Kata kunci: komunikasi organisasi, Islam Indonesia, unifying umbrella

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana proseskomunikasi organisasi dilingkungan civitas IAIN Salatiga?, (2) bagaimana strategiyang dilakukan untuk mewujudkan kampus berparadigma Islam Indonesia diIAIN Salatiga?, dan (3) apa sajakah yang menjadi kendala dalam mewujudkanvisi-misi IAIN Salatiga? Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yangberdasarkan studi lapangan (field research) dengan pendekatan phenomenologis.Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah denganasumsi dasar bahwa objek ilmu tidak sebatas pada yang empirik, tetapi mencakupphenomena yang tidak lain daripada persepsi, pemikiran, kemauan, dankeyakinan.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalahwawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan denganmenggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan untukmengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, jugamenjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telahdibahas atau ditanyakan. Penelitian ini juga menggunakan metode observasi.Observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara danhasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang dilakukanadalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksisubjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapatmemberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Adapun metodedokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa arsip-arsiptentang pencapaian visi misi IAIN Salatiga yang dilakukan oleh civitasAkademika IAIN salatiga beserta profil, data yang berkaitan dengan sejarah danperkembangannya secara fisik dan tersebut.

Page 4: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

4

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induksianalitik. Data dikumpulkan dianalisis secara induksi untuk mengembangkanmodel deskripsi penelitian dan menghasilkan laporan deskripsi analitik, denganfokus masalah komunikasi organisasi Islam Indonesia sebagai paradigmaunifying umbrella keilmuan IAIN Salatiga. Tahapan-tahapan yang dilakukandalam analisis data adalah (1) mengorganisasikan data, (2) mengelompokkan databerdasarkan kategori, tema dan pola jawaban, (3) menguji asumsi ataupermasalahan yang ada terhadap data, (4) mencari alternatif penjelasan bagi data,dan (5) menulis hasil penelitian.

Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, proseskomunikasi organisasi dilingkungan civitas IAIN Salatiga melalui beberapabentuk komunikasi yang dipakai dalam menyampaikan informasi, perintah, dankebijakan yaitu komunikasi vertikal, horosontal, dan diagonal. Disamping bentukkomunikasi tersebut ada juga komunikasi lisan dan tertulis, komunikasi verbaldan nonverbal. Komunikasi lisan dan tertulis ini adalah bentuk pesan yang akandisampaikan. Biasanya komunikasi antarpribadi disampaikan secara lisan maupuntertulis. Sebagian besar proses komunikasi dalam organisasi terjadi dalam bentukini, banyak anggota organisasi yang menyukai komunikasi lisan karena keakrabanyang ditimbulkannya. Dalam komunikasi organisasi pimpinan mendengarkanmasukan-masukan atau saran-saran dari bawahan, karena itu komunikasi daribawahan dapat menunjukkan bahwa pimpinan menghargai karyawan danmendengarkan serta berinteraksi dengan karyawan sehingga membentuk dasarbagi sebuah komunikasi yang efektif, dan salah satu bentuknya denganmeluangkan waktu untuk pertemuan tatap muka. Dengan adanya komunikasi daribawahan kepada atasan, pimpinan dapat mengetahui: (1) informasi tentangkeberhasilan, kemajuan, dan rencana-rencana mendatang dari para bawahan; (2)informasi tentang problem-problem pekerjaan yang memerlukan bantuan daritingkatan lebih atas dalam organisasi; (3)ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitasdan fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan; dan (4) informasi mengenaiperasaan para bawahan tentang pekerjaan atau isu yang berhubungan denganpekerjaan. Ada tujuh kerangka dasar yang melandasi implementasi program kerjadi IAIN Salatiga yaitu (1) nilai-nilai agama dan budaya luhur sebagai spirit; (2)berbasis partisipasi masyarakat; (3) berorientasi pada kemandirian yang tinggi; (4)bersifat majemuk dari aspek jalur, jenjang, dan jenis; (5) nilai-nilai demokratis,keadilan, dan kesetaraan; dan (6) berwawasan kebangsaan Indonesia.

Kedua, strategi yang dilakukan untuk mewujudkan kampus berparadigmaIslam Indonesia di IAIN Salatiga adalah sebagai berikut: (1) BidangPengembangan Keilmuan Islam Indonesia yaitu dengan penyelenggaraan berbagaikajian ilmiah secara terarah untuk menyusun naskah akademik bangunan keilmuan(Body of Knowledge) berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. (2) BidangPenelitian, melakukan penyelenggaraan penelitian secara terarah dan terpublikasikandengan baik sebagai dasar penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. (3) Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat,penyelenggaraaan pengabdian kepada masyarakat secara terarah untuk

Page 5: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

5

mendukung penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilaikeislaman dan keindonesiaan (4) Bidang Pengembangan Manajemen Organisasimelakukan penyelenggaraan manajemen organisasi yang memenuhi standar mutusesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN. (5) Bidang Pengembangan SumberDaya Manusia, melakukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber dayamanusia sesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN Salatiga. (6) BidangPengembangan Sarana Prasarana melakukan pengadaan sarana prasarana sesuaituntutan kelembagaan yang mendukung penyusunan bangunan keilmuanpendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. (7) BidangKeuangan, melakukan perencanaan, penggunaan dan penggalian dana secara tepatsesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN yang mendukung penyusunanbangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.(8) Bidang Pengembangan Kerjasama dengan pelaksanaan kerjasama kelembagaansesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN yang mendukung penyusunan bangunankeilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.

Ketiga, kendala-kendala dalam mewujudkan visi-misi IAIN Salatiga adalah(1) manajemen organisasi pada masa transisi, sehingga sistem manajemen belumberjalan optimal; (2) pedoman kerja organisasi belum terumuskan secara mantab,sehingga menghambat dalam memberikan pelayanan; (3) belum semua jaringandan kerja sama dengan lembaga di dalam maupun di luar negeri belum semuanyamemiliki MoU; (4) budaya kerja yang sesuai dengan tuntutan perguruan tinggiyang modern yang dicirikan dengan etos kerja tinggi dan jaringan internasionalbelum merata pada semua dosen atau staf; dan (5) kampus terpadu baru dibangunpada tahap I sehingga fasilitas ruang kelas masih terbatas. Pada tahap ini IAINSalatiga masih mencari bentuk dan road map keilmuan yang ingin ditonjolkan.

Page 6: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

6

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

Jl. Tentara Pelajar No.2 Telp. (0298) 323706, Fax 3233433 Salatiga 50721

http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tinjauan Komunikasi Organisasi Islam Indonesia SebagaiParadigma Unifying Umbrella Keilmuan IAIN Salatiga.

Peneliti :

1. Drs. Bahroni, M.Pd.NIP. 196408181994031004

2. Rasimin, S.Pd.I., M.Pd.NIP. 197507132009011011

3. Maslihatul Umami, S.Pd.I., M.A.NIP. 198005132003122003

Jenis Penelitian : Penelitian Unggulan

Tema : Komunikasi

Page 7: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

7

Salatiga, 20 November 2017

Konsultan Kepala LP2M

Dr. Mukti Ali, M. Hum. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.

NIP. 1975090520001121001 NIP. 197205311993031002

Page 8: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT dan kontribusi dari berbagai

pihak, penyusunan laporan penelitian unggulan yang berjudul Tinjauan

Komunikasi Organisasi Islam Indonesia Sebagai Paradigma Unifying Umbrella

Keilmuan IAIN Salatiga dapat terselesaikan dengan baik. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi masukan dan rujukan dalam upaya memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang komunikasi organisasi.

Peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari

berbagai pihak terhadap kekurangan-kekurangan dalam penelitian in untuk

perbaikan karya-karya peneliti di masa-masa mendatang.

Akhirnya, semua kebenaran mutlak dan kesempurnaan hanyalah milik

Allah, segala kekurangan dan kesalahan tentu dari peneliti sebagai manusia biasa.

Mudah-mudahan karya yang jauh dari kesempurnaan ini ada manfaatnya. Amin.

Salatiga, 15 November 2017

Tim Peneliti

Page 9: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ____i

PERNYATAAN KEASLIAN ____ ii

ABSTRAK ____iii

LEMBAR PENGESAHAN ____

KATA PENGANTAR ____

DAFTAR ISI ____

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ___1

B. Rumusan Masalah ___

C. Tujuan Penelitian ___

D. Manfaat Penelitian ___

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Organisasi ____

1. Pengertian Komunikasi ____

2. Tujuan Komunikasi ____

3. Proses Komunikasi

4. Fungsi Komunikasi

5. Pengertian Komunikasi Organisasi

6. Unsur Dasar Organisasi

Page 10: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

10

7. Elemen Organisasi

8. Karakteristik Organisasi

9. Fungsi Organisasi

B. Islam ____

1. Pengertian Islam ____

2. Karakteristik Islam ____

3. Sumber Ajaran Islam ____

4. Aliran-aliran dalam Islam ____

C. Islam Indonesia ____

D. Penelitian yang Relevan ____

E. Kerangka Pemikiran ____

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

B. Subjek Penelitian

C. Tahap-tahap Penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Alat Bantu Pengumpulan Data

F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian

G. Teknik Analisis Data

BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Proses Komunikasi Organisasi di IAIN Salatiga

B. Strategi yang Dilakukan untuk Mewujudkan Kampus

Berparadigma Islam Indonesia di IAIN Salatiga

C. Kendala dalam Mewujudkan Visi-misi IAIN Salatiga

Page 11: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

11

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ___

B. Saran ___

DAFTAR PUSTAKA ___

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah sebuah risalah yang telah dikirim ke seluruh umat manusia

tanpa memandang ras, kebangsaan, serta struktur sosial. Islam tidak dikirim ke

negara tertentu, komunitas yang dipilih, sehingga orang lain harus mematuhi

mereka. Risalah Islam adalah panduan dan rahmat untuk seluruh umat manusia,

seperti yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Anbiya’ ayat 107, yang

artinya: "Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk

(menjadi) rahmat bagi semesta alam. Merujuk pada al-Qur’an surah al-Anbiya’

ayat 107 tersebut, Islam adalah agama kasih sayang (rahmat) bagi semua makhluk

(manusia, hewan, tumbuhan, dan makhluk lainnya). Ini berarti bahwa Islam

adalah agama universal. Universalisme ini telah dimanifestasikan dalam

ajarannya, yang mencakup keimanan (tauhid), hukum agama (fiqh), serta etika

(akhlak). Oleh karena itu, semua umat Islam benar-benar percaya bahwa Islam

sesuai bagi semua makhluk. It means that Islam is a universal religion, this

universalism has been manifested in its teachings, which belief (tauhid), covers

religious laws (fiqh), as well as ethics (akhlak). For that reason, all moslems were

totally believe that Islam would suitable for all ages and places as the guidance

for all creatures (Nur Sahid, 2016:3).

Mengacu pada pernyataan di atas, agama Islam adalah agama yang sangat

menghargai dan saling toleransi, agama yang mengajarkan kepada penganutnya

untuk saling menyayangi, mengasihi dan mengayomi tanpa memandang ras,

kebangsaan, serta struktur sosial. Hal ini sejalan dengan Islam yang berkembang

di Indonesia. Meskipun Indonesia bukan negara Islam, namun penduduk

Indonesia mayoritas beragama Islam. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat

yang multikultural, masyarakat yang menjunjung keragaman nilai-nilai

kebudayaan. Namun, tidak berarti Islam yang mereka anut menyimpang dari

kemurnian ajaran Islam itu sendiri.

Page 13: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

13

Masyarakat Indonesia dikatakan multikultural karena konsep ini

mengedepankan keragaman budaya, sehingga ketika mendengar istilah Islam

Indonesia, maka akan berkaitan dengan pluralitas. Dalam Islam Indonesia, budaya

merupakan bagian dari agama, di mana awal mula Islam dapat dengan mudah

diterima di Indonesia salah satunya melalui akulturasi budaya, sehingga agama

Islam terkesan merakyat dengan masyarakat Indonesia.

Islam yang berkembang di Indonesia dengan ciri yang moderat,

menyelaraskan antara kekhasan individual yang dimiliki oleh masing-masing

umat dan bangsa, dengan keutamaan atau keburukan yang terjadi pada semua

umat dan bangsa. Maka, yang terjadi kemudian adalah rasa senang terhadap

kekhasan dan keutamaan yang dimiliki tanpa mengingkari kekhasan dan

kelebihan yang lain. Sikap ini tampak dalam peradaban Islam, sehingga hal itu

dapat mengalahkan kecenderungan fanatisme non-Arab dan fanatisme

kekabilahan Arab seluruhnya (Imarah, 1997:141). Kajian menarik dari Islam

Indonesia adalah platform untuk menegaskan kembali bahwa Islam di negeri ini

mengadaptasi nilai-nilai lokal yang menjadi ciri khasnya. Warisan-warisan ulama,

menjadi bagian penting dari transformasi keilmuan Islam yang berkembang di

Indonesia (Mizan, 2016:9).

Ekspresi Islam Indonesia dihadirkan terkait dengan kenyataan bahwa,

berkat dinamika tersebut, budaya Indonesia mengembangkan ciri-ciri yang khas,

yakni unsur-unsur yang menekankan pada kedamaian, harmoni dan silaturahim

(kerukunan dan welas asih), yang sebenarnya hanya merupakan manifestasi dari

inti ajaran Islam itu sendiri. Memang, kenyataan ini disumbang baik oleh budaya

khas Indonesia pra-Islam maupun oleh kenyataan bahwa Islam yang dihayati oleh

mayoritas Muslim di negeri ini didasarkan pada wasathiyah (kemoderatan),

tawazun (keseimbangan) dan tasamuh (toleransi).

Islam yang selama ini dipraktikkan ternyata menjadi unik dan menarik

setelah maraknya fenomena keberagamaan sebagian kelompok di luar negeri yang

menamakan diri muslim dan membawa bendera Islam, namun membuat gelisah

dunia. Dunia yang kemudian bertanya-tanya tentang Islam yang rahmatan

lil’aalamin, Islam yang ramah, damai, dan teduh pun mendapatkan jawaban dari

Page 14: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

14

perilaku keislaman kita yang ada di Indonesia ini. Sebagai bangsa Indonesia yang

beragama Islam sudah barang tentu kita harus ikut memperkokoh dan

mempertahankan cara kita ber-Islam selama ini, seperti yang diajarkan oleh guru-

guru agama Islam yang memperoleh Islam dari guru-guru mereka dari guru-guru

sebelumnya dengan sanad yang bersambung hingga Rasulullah saw (Bisri,

2016:14). Dengan kata lain, jika ajaran Islam yang dipraktikkan di Indonesia ini

sesuai dengan syari’at Allah dan Rasul-Nya yang tujuan utamanya adalah untuk

menjadi rahmat bagi alam semesta, niscaya Islam yang berkembang di Indonesia

ini juga akan mampu mewarnai peradaban Islam di dunia.

Islam bersumberkan wahyu dan memiliki norma-normanya sendiri. Oleh

karena bersifat normatif, maka ia cenderung menjadi permanen. Sedangkan

budaya adalah buatan manusia, karenanya ia berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman dan cenderung untuk selalu berubah. Perbedaan ini tidak

menghalangi kemungkinan manifestasi kehidupan beragama dalam bentuk

budaya. Maka muncul istilah seudati cara hidup santri, budaya menghormati kiai

dan sebagainya, dengan wawasan budaya dari agama secara langsung diterima

dan dilaksanakan oleh masyarakat tanpa mempersoalkan dalilnya. Umat Islam

abangan yang menjahui malima, yakni madat (mengonsumsi obat-obat terlarang),

madon (main perempuan), mateni (membunih orang), maling (mencuri), main

(berjudi) belum tentu dengan alasan keagamaan, tetapi sangat boleh jadi karena

alasan-alasan budaya, misalnya ketaatan kepada kiai atau orangtua (Wahid,

2016:33).

Akulturasi antara agama dan budaya akan terjadi terus-menerus sebagai

suatu proses yang akan memperkaya kehidupan dan membuatnya tidak gersang,

kekayaan variasi budaya akan memungkinkan adanya persambungan antara

berbagai kelompok atas dasar persamaan-persamaan, baik persamaan agama

maupun budaya. Upaya rekonsiliasi antara budaya dan agama bukan karena

kekhawatiran terjadinya ketegangan antara keduanya, sebab kalau manusia

dibiarkan pada fitrah rasionalnya, ketegangan seperti itu akan reda dengan

sendirinya (Wahid, 2016:34).

Page 15: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

15

Indonesia secara kultural dibangun di atas berbagai budaya, lokal dan

budaya luar. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Barat

sampai Timur, dihuni oleh beragam etnis yang masing-masing memiliki budaya

dan bahasa yang berbeda-beda menunjukkan Indonesia sebagai negara

multikultural. Keberadaan agama-agama besar di Indonesia, seperti; Islam, Hindu,

Budha, Kristen, Katolik, dan Konghuchu menambah keragaman dari sudut

keyakinan yang masing-masing memberi konstribusi kewujudan budaya

Indonesia. Dilihat dari asal kelahiran agama, maka budaya Indonesia juga

dipengaruhi dan dibentuk oleh budaya India (asal agama Hindu dan Budha), Arab

(asal agama Islam), Eropa (asal agama Kristen dan Katolik) dan Cina (asal agama

Konghucu). Realitas keragaman bangsa Indonesia dari sudut pandang sosial dan

budaya ditegaskan oleh Nurcholis Madjid.

“Islam sebagai agama dominan dan memiliki doktrin teologi yang tegastidak serta merta berhasil mengubah budaya Indonesia dengan wajah budayaArab. Jauh sebelumnya, budaya Indonesia telah diwarnai oleh keyakinanHindu dan Budha yang selaras dengan paham animisme dan dinamisme.Maka tidak asing, jika ritual dan perilaku keberagamaan umat Islam, padaumumnya, masih sangat kental dengan budaya lokal yang dipengaruhi olehagama Hindu dan Budha yang sudah mengakar ratusan tahun sebelumnya.”

Sementara itu, agama Kristen dan Katolik yang diperkenalkan oleh bangsa

Kolonial juga dianut oleh sebagian warga, khususnya di wilayah bagian timur

Indonesia. Namun demikian, konversi masyarakat Indonesia ke agama Kristen

dan Katolik tidak sebanyak yang ke agama Islam, khususnya di wilayah Indonesia

bagian Barat dan Tengah. Kedua agama ini (Kristen dan Katolik), dalam

penyebarannya juga bersikap adaptif dan akomodatif terhadap budaya lokal. Hal

ini sebagaimana terlihat dari nama-nama Gereja, seperti: Gereja Kristen Jawa,

Gereja Kristen Pasundan, dan Gereja Kristen Batak Protestan. Dengan kata lain,

dalam penyebaran agama apa pun sering kali terjadi proses penyesuaian dengan

budaya yang telah berkembang sebelumnya.

Jika dalam agama Kristen terdapat penggunaan nama-nama daerah yang

dicantumkan di belakangnya, hal ini tidak ditemui dalam agama Islam. Dalam

Page 16: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

16

agama Islam akulturasi terlihat secara jelas dalam tradisi ritual dan upacara

keagamaan yang dilakukan oleh umat Islam. Seperti, upacara pernikahan,

kelahiran, kematian dan lain-lain. Dalam upacara-upacara tersebut terdapat unsur-

unsur budaya lokal dan agama yang saling berkolaborasi. Akulturasi antara Islam

dan budaya lokal tersebut bisa diamati dari upacara keagamaan komunitas Muslim

NU. Wajah Islam yang sedemikian rupa disebut Islam kultural (Donald,1990:45).

Dengan demikian, masyarakat Islam Indonesia paska dan pra kemerdekaan

boleh dikelompokkan ke dalam tiga golongan. Pertama, kelompok yang

mempelajari agama Islam dan berusaha untuk mengamalkan tuntunan-

tuntunannya. Kelompok ini diwakili oleh kelompok tradisionalis Muslim yang

direpresentasikan oleh warga Nahdhiyin (Nahdhatul Ulama’) dan kelompok

modernis Muslim yang diwakili oleh warga Muhammadiyah. Menurut Clivert

Gert, kelompok ini disebut “Santri”. Kedua, masyarakat yang menyatakan diri

sebagai pemeluk Islam tetapi mereka tidak mengetahui banyak tentang Islam serta

tidak menjalankan ajaran Islam sebagaimana yang dilakukan oleh golongan santri.

Di samping itu, mereka lebih dekat dengan ritual “kejawen” yang merupakan

percampuran antara agama Hindu dan Budha dengan agama lokal pada satu sisi,

dan tidak memperlihatkan sebagai sosok Muslim yang taat. Gert menyebutnya

dengan kelompok “Abangan”. Istilah “abangan” ini identik dengan kata abaa

dalam bahasa Arab yang artinya mengabaikan atau membangkang, tidak mau

melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, kelompok

“priyayi”. Kelompok ini, pada umumnya berpikiran “sekuler” dan ada juga yang

menganggap Islam sebagai agama yang kolot, karenanya mereka tidak bangga

dengan agama yang dipeluknya, bahkan malu untuk menyatakan dirinya sebagai

seorang Muslim (Clifford Geertz,1981:1)

Realitas Islam yang berkembang di Indonesia di atas sebagai gambaran

bahwa perlunya kajian yang mendalam. Indonesia yang memiliki penduduk

pemeluk agama Islam terbanyak di dunia akan sangat strategis sebagai rujukan

studi Islam yang berciri khas Indonesia. Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga yang mencerminkan Islam Indonesia dapat dilihat dari misinya yang

berbunyi ‘Tahun 2030 menjadi rujukan studi Islam Indonesia bagi terwujudnya

Page 17: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

17

masyarakat damai bermartabat. Adapun misinya adalah (1) menyelenggarakan

pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu keislaman berbasis nilai-nilai

keindonesiaan; (2) menyelenggarakan penelitian dalam berbagai disiplin ilmu

keislaman bagi penguatan nilai keindonesiaan; (3) menyelenggarakan pengabdian

kepada masyarakat berbasis riset bagi penguatan nilai-nilai keindonesiaan; (4)

mengembangkan budaya masyarakat kampus yang mencerminkan nilai-nilai

Islam Indonesia; dan (5) menyelenggarakan pengelolaan pendidikan tinggi yang

profesional dan akuntabel.

Dari visi dan misi itu diperlukan komunikasi untuk sampai pada tujuan (1)

mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Allah yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, trampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan

bangsa; (2) menghasilkan lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan dan

atau teknologi yang berbasis ilmu keislaman untuk memenuhi kepentingan

nasional dan peningkatan daya saing bangsa; (3) menghasilkan ilmu pengetahuan

dan teknologi melalui penelitian yang mempertahankan dan menerapkan nilai-

nilai keislaman agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa, serta kemajuan peradaban

dan kesejahteraan umat manusia; dan (4) mewujudkan pengabdian kepada

masyarakat berbasis ilmu keislaman dan karya penelitian yang bermanfaat dalam

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka

mewujudkan masyarakat damai bermartabat.

Dalam hal pencapaian suatu tujuan diperlukan suatu perencanaan dan

tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, secara umum bisa dikatakan bahwa

visi dan misi adalah suatu konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan

sesuai dengan apa yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan.

Pengelolaan suatu sistem lembaga atau badan dengan penerapan manajemen

kualitas memerlukan suatu pedoman kerja yang memberikan pengarahan atas

hasil kerja atau tujuan aktivitas yang diharapkan, secara kuantitas maupun

kualitas. Pengarahan ini akan memberikan orientasi yang seragam bagi setiap

elemen atau subsistem dalam lembaga tersebut sehingga terbentuk kesatuan kerja

yang efektif dan kompak dalam usaha lembaga menuju hasil kerja yang

Page 18: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

18

diharapkan. Setiap elemen subsistem, pimpinan, dan anggotanya mengetahui

dengan jelas arah pengembangan lembaga tempat kerjanya. Berdasarkan

pemikiran yang demikian itulah maka penelitian yang berjudul Tinjauan

Komunikasi Organisasi Islam Indonesia Sebagai Paradigma Unifying Umbrella

Keilmuan IAIN Salatiga sangat penting dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses komunikasi organisasi dilingkungan civitas IAIN

Salatiga?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan untuk mewujudkan kampus

berparadigma Islam Indonesia di IAIN Salatiga?

3. Apa sajakah yang menjadi kendala dalam mewujudkan visi-misi IAIN

Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi di

lingkungan civitas IAIN Salatiga?

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan untuk mewujudkan

kampus berparadigma Islam Indonesia di IAIN Salatiga?

3. Untuk mengetahui apa sajakah yang menjadi kendala dalam mewujudkan

visi-misi IAIN Salatiga?

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, adapun manfaat

penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Diharapkan dapat berguna untuk membangun, memperkuat, dan

menyempurnakan teori yang sudah ada.

b. Diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuandibidang akademik

Page 19: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

19

dan sumber ilmu di dalam mengkaji komunikasi organisasi serta

paradigma keilmuan Islam yang berkembang di Indonesia.

2. Manfaat praktis

a. Diharapkan dapat menjadi wacana terutama bagi lembaga IAIN

Salatiga dalam mewujudkan paradigma Islam Indonesia.

b. Bagi lembaga IAIN Salatiga dalam mewujudkan paradigma Islam

Indonesia.

Page 20: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

20

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Organisasi

Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization,

mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan

pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A System

Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen

mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur

formal dari tugas-tugas dan wewenang.

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan

organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi

(Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh

organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya

berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang

harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa

pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang

disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada

anggotanya secara individual.

Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasi tiga komunikasi

organisasi. Pertama, fungsi perintah berkenaan dengan anggota-anggota

organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima,

menafsirkan, dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah

koordinasi di antara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut.

Kedua, fungsi relasional berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan

anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan

personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan

mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara, sebagai

misal, kepuasan kerja dan aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas dalam

hirarkhi organisasional dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam

Page 21: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

21

hubungan antarpersona yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika seseorang

merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dilakukan tidak dipilih, tetapi

diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil,

lebih memacu konflik, kurang ditaati, dan sebagainya. Ketiga, fungsi manajemen

ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam

keadaan yang sangat ambigu.

Misalnya, motivasi berganda muncul karena pilihan yang diambil akan

mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri; tujuan

organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut

mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi

ketidakjelasan (ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu

dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang

membutuhkan perolehan informasi bersama.

Selanjutnya, perlu diuraikan dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan

organisasi sebagai berikut. Pertama, komunikasi internal. Komunikasi internal

organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi

yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan

dengan bawahan, antara sesama bawahan, dan sebagainya. Proses komunikasi

internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok.

Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder

(menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi

dua: (1) komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah

ke atas atau komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada

pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi,

petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dan lain-lain kepada bawahannya.

Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-

pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan; dan (2) komunikasi horizontal atau

lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada karyawan,

manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian

yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini

memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini

Page 22: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

22

membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan

yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

Kedua, komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal organisasi adalah

komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada

organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan

masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan

hanyalah terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting saja. Komunikasi

eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik: (1) komunikasi dari organisasi

kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif,

yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan,

setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk,

seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato

radio; film dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers; dan (2)

komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada

organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi

yang dilakukan oleh organisasi.

Komunikasi organisasi adalah komunikasi antarpribadi atau komunikasi

kelompok yang bersifat terstruktur yang dilakukan oleh pribadi atau kelompok

dalam satu organisasi. Jalur komunikasi organisasi ada tiga yakni: jalur vertikal

(atas-bawah, bawah-atas), jalur horizontal (antara unit atau satuan kerja yang

sederajat), jalur diagonal (komunikasi lintas unit/satuan kerja). Organisasi

merupakan wadah yang mempekerjakan karyawan yang berasal dari berbagai latar

belakang pendidikan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan kebudayaan

yang berbeda-beda (Liliweri, 2007:22).

1. Pengertian Komunikasi

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan hubungan dengan

sesamanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut akan

terjadi apabila didasari dengan adanya komunikasi. Sehubungan dengan itu,

Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tetapi arti

penting komunikasi akan dirasakan apabila manusia mengetahui apa

Page 23: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

23

sebenarnya komunikasi dan bagaimana proses penyampaianya, sehingga

berlangsung secara efektif.

Pada hakikatnya, komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia,

yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam bahasa komunikasi, “pernyataan dinamakan pesan (message),

orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator),

sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama komunikan

(communicate)”. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian

pesan oleh komunikator kepada komunikan (Effendy, 2003:28).

Untuk memperjelas pengertian komunikasi di dalam penelitian ini, maka

penulis uraikan pengertian komunikasi menurut beberapa ahli. Pengertian

komunikasi dapat dilihat dari asal katanya, seperti yang dikemukakan oleh

Willbur Schramm dalam Effendy, yaitu :

Kata komunikasi berasal dari perkataan “communication”, dan

perkataan ini berasal dari perkataan latin communis yang artinya sama, dalam

arti kata sama makna mengenai sesuatu hal. Jadi, komunikasi terjadi apabila

terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh

komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2003:30).

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan, apabila seseorang mengerti

tentang sesuatu yang disampaikan orang lain kepadanya, maka komunikasi

berlangsung dan hubungan diantara keduanya bersifat komunikatif, tetapi

sebaliknya jika pesan yang disampaikan tidak dimengerti oleh sasaran, maka

komunikasi tidak berlangsung dan hubungan yang terjadi tidak komunikatif.

Edward Depari dalam Widjaja (2000:13), mendefinisikan komunikasi

sebagai “ proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan

melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan

ditujukan kepada penerima pesan”.

Menurut Shanon dan Weaver dalam Wiryanto, komunikasi adalah :

“bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja

atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi

Page 24: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

24

juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi” (Wiryanto, 2004:7).

Sedangkan menurut Effendy, pengertian komunikasi adalah sebagai berikut :

Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermaknasebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, kepercayaan, harapan,himbauan dan sebagainya. Yang dilakukan sekarang kepada orang lain,baik langsung secara tatap muka, maupun tak langsung melalui mediadengan tujuan mengubah sikap, pandangan, dan perilaku (Effendy,1989:60).

Dari pengertian di atas, jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah

orang, dimana seseorang menyampaikan sesuatu pada orang lain dan

komunikasi ini merupakan konsekuensi dari hubungan sosial.

Komunikasi menurut Effendy meliputi lima komponen, yaitu : (1)

komunikator (pembawa pesan), (2) message (pesan atau berita), (3) channel

(media atau sarana), (4) komunikan (penerima berita), dan (5) efek (Effendy,

2007:6). Maksud dari kelima komponen komunikasi di atas menurut Effendy,

sebagai berikut :

b. Komunikator (pembawa pesan)

Komunikator, yaitu pemrakarsa komunikasi (pembawa berita) bisa

individu, keluarga, maupun kelompok yang mengambil inisiatif dalam

menyampaikan gerakan komunikasi. Komunikasi ini berlangsung antar

individu atau kelompok lain yang menjadi sasaranya. Komunikator dapat

juga berarti tempat berasalnya sumber komunikasi.

c. Message (pesan atau berita)

Message (pesan) adalah berita yang disampaikan oleh komunikator

melalui lambang-lambang, pembicaraan gerakan dan sebagainya.

Message bisa berupa gerakan, sinar, suara, lambaian tangan, kibaran

bendera atau tanda-tanda lain, dengan interpretasi yang tepat akan arti

dan makna tertentu.

d. Channel (media atau sarana)

Channel (saluran) adalah, sarana tempat berlalunya pesan yang

disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, saluran tersebut

meliputi: (1) pendengaran (lambang berupa suara), (2) penglihatan

Page 25: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

25

(lambang berupa sinar, pantulan, atau lambing), (3) penciuman (lambang

berupa wangi-wangian/bau-bauan), (4) rabaan (lambang berupa

rangsangan rabaan). Jadi, secara keseluruhansaluran bisa berupa radio,

televisi, telephon, koran, majalah, dan lain-lain.

e. Komunikan (penerima berita)

Komunikan adalah objek atau sasaran dari kegiatan komunikasi atau

orang yang menerima pesan atau lambang. Dapat berupa individu,

keluarga, maupun masyarakat.

f. Efek

Efek adalah tanggapan, seperangkat reaksi komunikasi setelah menerima

pesan.

2. Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Tujuan

komunikasi menurut Effendy, adalah (1) perubahan sikap (attitude change),

(2) perubahan pendapat (opinion change), (3) perubahan perilaku (behaviour

change), dan (4) perubahan sosial (social change) (Effendy, 2007:8).

Selanjutnya untuk mencapai tujuan tersebut itu, maka sebalumnya

harus diteliti, apa yang menjadi tujuan dilakukanya komunikasi itu. Tujuan

komunikasi menurut Widjaja adalah: (1) Apakah kita ingin menjelaskan

sesuatu kepada orang lain. Ini dimaksudkan, apakah kita menginginkan

orang lain mengerti dan memahami apa yang kita maksud. (2) Apakah kita

ingin agar orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini

tentunya cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan untuk

menyampaikan informasi atau pernyataan saja. (3) Apakah kita ingin agar

orang lain mengerjakan sesuatu atau agar mereka mau bertindak (Widjaja,

2000:67).

3. Proses Komunikasi

Komunikasi tidak pernah terlepas dari sebuah proses, oleh karena itu

apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses

komunikasi yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh Ruslan bahwa:

Page 26: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

26

“Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-

pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada

penerima pesan sebagai komunikan tersebut bertujuan (feed back) untuk

mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah

pihak” (Ruslan, 2006:81).

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu :

a. Proses komunikasi secara primer

Yaitu proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada

orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media.

Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah

bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara

langsung dapat menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator

kepada komunikan. Media primer atau lambang yang paling banyak

digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Hal ini jelas karena

bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang

lain (apakah itu berbentuk ide, informasi atau opini baik mengenai hal

atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu

yang lalu yang akan datang).

b. Proses komunikasi secara sekunder

Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

lain dengan menggunakan alatatau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama. Seseorang komunikator

menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena

komunikasi sebagai sasaranya berada ditempat yang relatif jauh dan

komunikan yang banyak. Surat, telephon, surat kabar, majalah, radio,

televisi, film, dan masih banyak lagi media kedua yang sering

digunakan dalam komunikasi.

4. Fungsi-fungsi Komunikasi

Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Effendy mengemukakan

bahwa fungsi komunikasi adalah :

a) Menginformasikan (to inform)

Page 27: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

27

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

peristiwa yang terjadi. Ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain,

serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

b) Mendidik (to educated)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan

komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada

orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu

pengetahuan.

c) Menghibur (to entertain)

Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan

komunikasi, pendidikan, dan mempengaruhi juga berfungsi untuk

menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

d) Mempengaruhi (to influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang

berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran

komunikasi dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah

laku komunikasi sesuai dengan yang diharapkan (Effendy, 2003:55).

5. Pengertian Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi menurut Redding dan Sanborn dalam

Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah “pengiriman

dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks” (Muhammad,

2007:65). Menurut Katz dan Kahn dalam Muhammad mendefinisikan

komunikasi organisasi bahwa : “merupakan arus informasi, pertukaran arus

informasi dan pemindahan arti didalam suatu organisasi” (Muhammad,

2007:65).

Komunikasi organisasi menurut Mulyana adalah “suatu disiplin studi

yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat” (Mulyana,

2006:31). Sedangkan menurut Goldhaber dalam Muhammad mendefinisikan

komunikasi organisasi adalah “proses menciptakan dan saling menukar

pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain

untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah”

Page 28: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

28

(Muhammad, 2007:67). Komunikasi organisasi dapat bersifat formal dan

informal komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh

organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya

berupa cara kerja didalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan

yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan,

pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal

adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada

organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

6. Unsur-Unsur Dasar Organisasi

Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi dapat diringkas

menjadi lima kategori besar yaitu :

a) Anggota organisasi

Dipusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan

organisasi. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemikiran yang

meliputi konsep-konsep, penggunaan bahasa, pemecahan masalah,

dan pembentukan gagasan.

b) Pekerjaan dalam organisasi

Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas

formal dan informal. Tugas-tugas ini menghasilkan produk dan

memberikan pelayanan organisasi.

c) Struktur organisasi

Struktur organisasi merujuk kepada hubungan-hubungan antara tugas-

tugas yang dilaksanakan oleh anggota organisasi.

d) Pedoman organisasi

Adalah serangkaian pernyataan yang mempengaruhi, mengendalikan,

dan memberi arahan bagi anggota organisasi dalam mengambil

keputusan dan tindakan (Mulyana, 2006:151-153).

7. Elemen Organisasi

Organisasi adalah sangat bervariasi ada yang sederhana dan ada pula

yang sangat kompleks, maka dalam sebuah organisasi terdapat elemen dasar

dari organisasi yang saling berkaitan satu sama lainya.

Page 29: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

29

a) Struktur sosial

Adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan

didalam suatu organisasi.

b) Partisipan

Adalah individu-individu yang memberikan kontribusi kepada

organisasi.

c) Tujuan

Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat

kontroversial dalam mempelajari organisasi. Menurut para ahli tujuan

sangat diperlukan dalam memahami organisasi serta tujuan

merupakan suatu titik sentral petunjuk dalam menganalisis organisasi.

d) Teknologi

Adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga

pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.

e) Lingkungan

Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi,

kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap dimana organisasi

tersebut harus menyesuaikan diri (Muhammad, 2007:25-28).

8. Karakteristik Organisasi

Tiap organisasi mempunyai karakteristik yang umum, diantara

karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis, memerlukan informasi,

mempunyai tujuan dan struktur.

a) Dinamis

Organisasi sebagai suatu system terbuka terus-menerus mengalami

perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari

lingkunganya dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan

lingkungan yang selalu berubah tersebut, bersifat dinamis adalah

perubahan pasaran yaitu hasil produksi atau pelayanan.

b) Memerlukan informasi

Page 30: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

30

Semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpa

informasi organisasi tidak dapat jalan. Dengan adanya informasi

bahan mentah dapat diolah menjadi hasil produksi yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia. Untuk mendapatkan informasi tersebut

adalah melalui proses komunikasi.

c) Mempunyai tujuan

Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerjasama

untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi

harus mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Tujuan organisasi hendaknya

dihayati oleh seluruh anggota organisasi sehingga setiap anggota dapat

diharapkan mendukung pencapaian tujuan organisasi melalui

partisipasi mereka secara individual.

d) Terstruktur

Organisasi dalam usaha mencapai tujuanya biasanya membuat aturan-

aturan, undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi.hal ini

dinamakan struktur organisasi. Struktur menjadikan organisasi

membakukan prosedur kerja dan mengkhususkan tugas yang

berhubungan dengan proses produksi (Muhammad, 2007:29-30).

9. Fungsi Organisasi

Organisasi mempunyai beberapa fungsi di antaranya adalah sebagai

berikut :

a) Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam

rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Misalnya semua

organisasi cenderung memerlukan gedung sebagai tempat

beroprasinya organisasi, uang untuk modal untuk biaya pekerja dan

penyediaan bahan mentah atau fasilitas yang diperlukan dalam

pelaksanaan.

b) Mengembangkan tugas dan tanggung jawab

Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis

tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan

Page 31: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

31

standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar

masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar ini memberikan

organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukanoleh anggota

organisasi, baik itu ada hubungannya denganproduk yang mereka buat

maupun tidak.

c) Memproduksi barang

Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau orang

sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai

produknya masing-masing, para ahli dan pimpinan organisasi banyak

menggunakan waktunya untuk memikirkan peningkatan dan

penyempurnaan hasli produksinya. Efektivitas proses produksi banyak

bergantung kepada ketepatan informasi, oleh sebab itu informasi juga

tergantung kepada keterampilan berkomunikasi.

d) Mempengaruhi dan dipengaruhi orang

Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang

membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan

pertumbuhan organisasi. Orang sebagai anggota organisasi maupun

sebagai pemakai jasa organisasi, dipengaruhi oleh organisasi,

suksesnya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan dan

kualitas anggotanya dalam melakukan aktivitas organisasi

(Muhammad, 2007:32-34).

B. Islam

1. Pengertian Islam

Secara bahasa kata Islam berasal dari bahasa Arab yang diambil dari

kata “salima” yang mempunyai arti “selamat”. Dari kata “salima” tersebut

maka terbetuk kata “aslama” yang memiliki arti “menyerah, tunduk, patuh,

dan taat”. Kata “aslama” menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti

yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan

“aslama” atau masuk Islam dinamakan muslim. Berarti orang itu telah

menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt.

dengan melakukan “aslama” maka orang terjamin keselamatannya di dunia

Page 32: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

32

dan di akhirat. Selanjutnya dari dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat,

dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan

kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai

panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan

telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.

Adapun pengertian Islam dari segi istilah, banyak para ahli yang

mendefinisikannya; di antaranya Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa Islam

menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama yang ajaran-ajarannya

diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw.

sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan

hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan

manusia. Sementara itu Maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam

adalah agama perdamaian; dan dua ajaran pokoknya, yaitu keesaan Allah dan

kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata bahwa agama

Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai

agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, melainkan

pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada

undang-undang Allah.

Di kalangan masyarakat Barat, Islam sering diidentikkan dengan istilah

Muhammadanism dan Muhammedan. Peristilahan ini timbul karena pada

umumnya agama di luar Islam namanya disandarkan pada nama pendirinya. Di

Persia misalnya ada agama Zoroaster. Agama ini disandarkan pada nama

pendirinya, Zarathustra (w.583 SM). Agama lainnya, misalnya agama Budha,

agama ini dinisbahkan kepada tokoh pendirinya, Sidharta Gautama Budha

(lahir 560 SM). Demikian pula nama agama Yahudi yang disandarkan pada

orang-orang Yahudi (Jews) yang berasal dari negara Juda (Judea) atau Yahuda.

Penyebutan istilah Muhammadanism dan Muhammedan untuk agama

Islam, bukan saja tidak tepat, akan tetapi secara prinsip hal itu merupakan

kesalahan besar. Istilah tersebut bisa mengandung arti bahwa Islam adalah

Page 33: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

33

paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad, sebagaimana

perkataan agama Budha yang mengandung arti agama yang dibangun oleh

Sidharta Gautama Budha atau paham yang berasal dari Sidharta Gautama.

Analogi nama dengan agama-agama lainnya tidaklah mungkin bagi Islam.

Berdasarkan keterangan tersebut, Islam menurut istilah mengacu kepada

agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah swt, bukan berasal

dari manusia/Nabi Muhammad saw. Posisi Nabi dalam agama Islam diakui

sebagai orang yang ditugasi Allah untuk menyebarkan ajaran Islam tersebut

kepada umat manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam, nabi terlibat

dalam memberi keterangan, penjelasan, uraian, dan tata cara ibadahnya.

Keterlibatan nabi ini pun berada dalam bimbingan wahyu Allah swt. Dengan

demikian, secara istilah, Islam adalah nama agama yang berasal dari Allah swt.

Nama Islam tersebut memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama

lainnya. Kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orang tertentu,

golongan tertentu, atau negeri tertentu. Kata Islam adalah nama yang diberikan

oleh Allah swt. Hal itu dapat dipahami dari petunjuk ayat-ayat Al Qur’an yang

diturunkan Allah swt. Selanjutnya, dilihat dari segi misi ajarannya, Islam

adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama dari seluruh Nabi dan Rasul

yang pernah diutus oleh Allah swt. pada berbagai kelompok manusia dan

berbagai bangsa yang ada di dunia ini. Islam adalah agama Nabi Adam, Nabi

Ibrahim, Nabi Yakub, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Isa, Nabi

Muhammad saw. Dengan kata lain, seluruh Nabi dan Rasul beragama Islam

dan mengemban risalah menyampaikan Islam. Hal itu dapat dipahami dari

ayat-ayat yang terdapat di dalam Al Qur’an yang menegaskan bahwa para Nabi

tersebut termasuk orang yang berserah diri kepada Allah. Artinya Islam secara

bahasa berarti tunduk, patuh, dan damai. Sedangkan menurut istilah, Islam

adalah nama agama yang diturunkan Allah untuk membimbing manusia ke

jalan yang benar dan sesuai fitrah kemanusiaan. Islam diturunkan bukan

kepada Nabi Muhammad saja, tetapi diturunkan pula kepada seluruh nabi dan

rasul. Sesungguhnya seluruh nabi dan rasul mengajarkan Islam kepada

umatnya. Al Qur’an menyatakan bahwa:

Page 34: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

34

Artinya: Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali

tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk

orang-orang yang rugi (Q.S. Al Imron: 85).

Islam adalah ketundukan kepada Allah yang telah menciptakan alam

semesta, kemudian menetapkan manusia sebagai hamba-Nya yang paling

besar perannya di muka bumi. Manusia berinteraksi dengan sesamanya,

dengan alam semesta di sekitarnya, kemudian berusaha mencari jalan untuk

kembali kepada Penciptanya. Tatkala salah berinteraksi dengan Allah,

kebanyakan manusia beranggapan alam sebagai Tuhannya sehingga mereka

menyembah sesuatu dari alam. Ada yang menduga-duga sehingga banyak di

antara mereka yang tersesat. Ajaran yang benar adalah ikhlas berserah diri

kepada Pencipta alam yang kepada-Nya alam tunduk patuh berserah diri.

(QS. 4:125). Maka, Islam identik dengan ketundukan kepada sunnatullah

yang terdapat di alam semesta (tidak tertulis) maupun Kitabullah yang tertulis

(Alquran).

Islam adalah wahyu Allah dengan kasih sayang-Nya, Allah menurunkan

Ad-Dien (aturan hidup) kepada manusia. Tujuanya agar manusia hidup

teratur dan menemukan jalan yang benar menuju Tuhannya. Aturan itu

meliputi seluruh bidang kehidupan: politik, hukum, sosial, budaya, dan

sebagainya. Dengan demikian, manusia akan tenteram dan damai, hidup

rukun dan bahagia dengan sesamanya dalam naungan ridha Tuhannya (Q.S.

Al-Baqarah: 38). Oleh karena kebijaksanaan-Nya, Allah tidak menurunkan

banyak agama. Dia hanya menurunkan Islam. Agama selain Islam tidak

diakui di sisi Allah dan akan merugikan penganutnya di akhirat nanti.

Sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya Ad-Dien yang diridhai di sisi

Allah hanyalah Islam.” (QS. 3:19) Sebab, Islam merupakan satu-satunya

Page 35: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

35

agama yang bersandar kepada wahyu Allah secara murni. Artinya, seluruh

sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang Allah turunkan kepada

para Rasul-Nya terdahulu. Dengan kata lain, setiap Nabi adalah muslim dan

mengajak kepada ajaran Islam. Ada pun agama-agama yang lain seperti

Yahudi dan Nasrani adalah penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa

oleh para nabi tersebut.

Islam adalah agama para Nabi dan Rasul, perhatikan kesaksian Alquran

bahwa Nabi Ibrahim adalah muslim, bukan Yahudi atau pun Nasrani. (QS.

2:132) Nabi-nabi lain pun mendakwahkan ajaran Islam kepada manusia.

Mereka mengajarkan agama sebagaimana yang dibawa Nabi Muhammad

saw. Hanya saja, dari segi syariat (hukum dan aturan) belum selengkap yang

diajarkan Nabi Muhammad saw. Akan tetapi, ajaran prinsip-prinsip keimanan

dan akhlaknya sama. Nabi Muhammad saw. datang menyempurnakan ajaran

para Rasul, menghapus syariat yang tidak sesuai dan menggantinya dengan

syariat yang baru. (QS. 3: 84). Menurut pandangan Alquran, agama Nasrani

yang ada sekarang ini adalah penyimpangan dari ajaran Islam yang dibawa

Nabi Isa a.s. Nama agama ini sesuai nama suku yang mengembangkannya.

Isinya jauh dari Kitab Injil yang diajarkan Isa a.s..

Agama Yahudi pun telah menyimpang dari ajaran Islam yang dibawa

Nabi Musa a.s.. Diberi nama dengan nama salah satu Suku Bani Israil,

Yahuda. Kitab Suci Taurat mereka campur aduk dengan pemikiran para

pendeta dan ajarannya ditinggalkan.

Islam adalah hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah. Orang

yang ingin melihat Islam hendaknya melihat Kitabullah Alquran dan Sunnah

Rasulullah. Keduanya, menjadi sumber nilai dan sumber hukum ajaran Islam.

Islam tidak dapat dilihat pada perilaku penganut-penganutnya, kecuali pada

pribadi Rasulullah saw. dan para sahabat beliau. Nabi Muhammad saw.

bersifat ma’shum (terpelihara dari kesalahan) dalam mengamalkan Islam.

Beliau membangun masyarakat Islam yang terdiri dari para sahabat Nabi

Muhammad saw yang langsung terkontrol perilakunya oleh Allah dan

RasulNya. Jadi, para sahabat Nabi tidaklah ma’shum sebagaimana Nabi,

Page 36: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

36

tetapi mereka istimewa karena merupakan pribadi-pribadi didikan langsung

Nabi Muhammad saw. Islam adalah akidah dan ibadah, tanah air dan

penduduk, ruhani dan amal, Alquran dan pedang sebagaimana telah

dibuktikan dalam hidup Nabi, para sahabat, dan para pengikut mereka yang

setia sepanjang zaman.

Islam adalah jalan Allah yang lurus. Islam merupakan satu-satunya

pedoman hidup bagi seorang muslim. Baginya, tidak ada agama lain yang

benar selain Islam. Karena ini merupakan jalan Allah yang lurus yang

diberikan kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah. (QS. 6:153;

45:18).

Islam pembawa keselamatan dunia dan akhirat Sebagaimana sifatnya

yang bermakna selamat sejahtera, Islam menyelamatkan hidup manusia di

dunia dan di akhirat. Keselamatan dunia adalah kebersihan hati dari noda

syirik dan kerusakan jiwa. Sedangkan keselamatan akhirat adalah masuk

surga yang disebut Daarus Salaam. Allah menyeru (manusia) ke Daarus

Salaam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan

yang lurus (Islam). (QS. 10:25)

Dengan prinsip-prinsip di atas, siapa pun dapat memahami kemuliaan

dan keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad saw. bersabda,

“Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya.” Sebagai ajaran,

Islam tidak terkalahkan oleh agama lain. Maka, setiap muslim wajib meyakini

kelebihan Islam dari agama lain atau ajaran hidup yang lain (QS.5:3).

Ada dua sisi yang dapat digunakan untuk memahami pengertian agama

Islam, yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam

berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti

selamat, sentosa dan damai. Dan kata salima selanjutnya diubah menjadi

bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Senada

dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan Islam berasal dari bahasa

Arab, terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata

itu dibentuk kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat

sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat.

Page 37: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

37

Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw diyakini

dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan

batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia,

sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya (Alquran dan Hadits),

tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis

dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan

material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial,

menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada kualitas,

egaliter, kemitraan, anti-feodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan

persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya.

Menurut Muslim Nurdin, dkk (1995) Islam berasal dari kata aslama

yuslimu yang berarti tunduk, menyerah, patuh, dan damai. Secara etimologis,

Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia yang ajaran-

ajarannya disampaikan lewat rasul-Nya (utusan-Nya). Jadi, Islam adalah

agama samawi yang diturunkan Allah kepada manusia dan ajaran-ajarannya

disampaikan oleh rasul yang berakhir dengan Nabi Muhammad.

Senada dengan pendapat di atas, Toto Suryana, dkk (1996)

menyatakan bahwa secara bahasa Islam berasal dari kata aslama yang berarti

tunduk, patuh, dan berserah diri. Sedangkan secara etimologis, Islam adalah

nama agama wahyu yang diturunkan Allah kepada rasul-rasul-Nya yang

berisi aturan-aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah,

manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Islam dalam pengertian

ini adalah amanat yang dibawa oleh rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi

Muhammad.

Cahyadi Takariawan, dkk (2003:79) menjelaskan tentang pengertian

Islam. Ditinjau dari asal katanya, istilah Islam berasal dari bahasa Arab,

yakni aslama-yuslimu yang artinya menyerahkan. Kata tersebut bentukan dari

salima, yang berarti selamat. Dari kata itu pula lahir kata-kata baru seperti

istislam (menyerahkan diri), salaam (sejahtera), silm (damai), dan sullam

(tangga). Secara terminologis, Islam adalah ketundukan kepada wahyu Allah

Page 38: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

38

yang diturunkan kepada para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad

SAW., sebagai hukum atau aturan Allah yang membimbing manusia ke jalan

yang lurus menuju kebahagiaan dunia-akhirat.

Nama agama pada umumnya berasal atau bersandarkan nama penyeru

atau nama asal munculnya. Misalnya, Budha diambil dari nama pencetusnya,

yaitu Budha (Sidharta Gautama), Kristen dari Kristus atau nama lainnya

Nasrani (karena Yesus lahir di daerah Nazaret). Sedangkan nama Islam

adalah pemberian langsung dari Allah, yakni dienul Islam (Cahyadi

Takariawan, dkk., 2003: 79).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa

Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah melalui rasul-Nya yang

berisi ajaran-ajaran mulia untuk disampaikan kepada manusia. Ajaran-ajaran

tersebut berisi aturan-aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan

Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.

2. Karakteristik Islam

Cahyadi Takariawan (2003: 81) menjelaskan bahwa Islam memiliki

karakteristik, di antaranya:

a. Rabbaniyah (ketuhanan)

Rabbaniyah (ketuhanan) adalah berorientasi kepada Allah dalam

segala aspeknya. Orientasi tersebut meliputi: (1) rabbaniyah ghayah wa

mijhah (orientasi ketuhanan dalam tujuan dan sudut pandang), yakni

bahwa Islam menjadikan tujuan akhir dan sasarannya jauh ke depan, yaitu

menjaga hubungan dengan Allah secara baik demi mencapai ridha-Nya.

(2) rabbaniyah masdar wa manhaj (orientasi ketuhanan dalam sumber

hukum dan sistem), yakni bahwa sistem yang telah ditetapkan oleh Islam

guna mencapai sasaran dan tujuan itu badalah sistem rabbani yang murni,

yang berasal dari Allah.

b. Al-insaniyah (kemanusiaan)

Selain berorientasi ketuhanan, ternyata Islam adalah ajaran yang

sangat manusiawi. Islam itu istimewa dengan kecenderungan

kemanusiaannya yang jelas, tetap, dan asli dalam akidah, syariat, dan

Page 39: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

39

akhlak. Buah dari insaniyah dalam Islam adalah ukhuwah (persaudaraan),

persamaan, dan kebebasan. Prinsip persaudaraan dalam Islam adalah

karena berasal dari satu keturunan, yaitu Adam dan Hawa. Di samping itu,

dasar keimanan merupakan bagian dari dasar persaudaraan yang mengikat

kaum muslimin di manapun berada.

c. Syumul (universal)

Risalah Islam adalah risalah yang panjang terbentang sehingga

meliputi semua abad sepanjang zaman, terbentang luas sehingga meliputi

semua cakrawala umat, dan begitu mendalam sehingga memuat urusan-

urusan dunia-akhirat. Risalah Islam memuat risalah sampai akhir zaman,

risalah bagi alam semesta, dan risalah untuk segala sektor kehidupan.

d. Al-Wasthiyyah (moderat)

Moderat atau tawazun (keseimbangan) adalah keseimbangan di

antara dua jalan atau dua arah yang saling berhadapan atau bertentangan

yang salah satu dari dua jalan tersebut tidak bisa berpengaruh dengan

sendirinya dan mengabaikan yang lain. Contohnya individu dengan

kolektif, kontekstual dengan idealisme, konsisten dengan perubanhan.

Modert dalam Islam meliputi moderat dalam ideologi, moderat di antara

rasionalis dan naturalis, moderat dalam memperlakukan nabi, moderat

dalam meletakkan akal dan wahyu/ ilham, moderat dalam sisi ketuhanan

dan kemanusiaan beribadah, dan moderat di antara orientasi dunia-akhirat.

e. Al-Waqi’iyyah (kontekstual)

Islam adalah serangkaian kalam Allah yang abadi bagi manusia.

Allah menjamin Islam sebagai ajaran yang sesuai dengan kondisi manusia

di mana saja, kapan saja, dan bagi siapa saja. Kontekstual dalam Islam

meliputi kontekstual dalam akidah, kontekstual dalam ibadah, kontekstual

dalam akhlak, dan kontekstual dalam syariat.

f. Al-Wudhuh (jelas)

Islam adalah risalah yang jelas, baik berhubungan dengan asas-

asanya, sumber hukumnya, sasaran dan tujuan, maupun kejelasan sistem

dan jalan penyelesaiannya. Kejelasan dalam Islam meliputi kejelasan

Page 40: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

40

dalam ibadah, kejelasan dalam akhlak/ adab, kejelasan dalam hukum,

kejelasan dalam tujuan beragama, serta kejelasan sistem dan jalan

penyelesaian masalah.

3. Sumber Ajaran Islam

Zakiah Darajat, dkk (1984) menyatakan bahwa sumber ajaran Islam

berasal dari Alquran dan hadits, serta terdiri dari akidah yang merupakan akar

yang menunjang kokohnya batang di atas permukaan bumi, syariat

merupakan batang yang berdiri kokoh di atas akar, dan akhlak yang

merupakan buah dari akar dan batang. Akidah berkaitan dengan kepercayaan

dan keimanan seseorang kepada Allah. Syariat berhubungan dengan masalah

hukum dan norma yang mengatur manusia dalam menjalankan ajaran-ajaran

Islam. Syariat terdiri dari ibadah dan muamalah. Sedangkan akhlak berkaitan

dengan perilaku manusia.

Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah

dan al-Hadits yang memuat Sunnah Rasulullah saw. Komponen utama

agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan

akhlak) dikembangkan dengan ra’yu atau akal pikiran manusia yang

memenuhi syarat runtuk mengembangkannya.

Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain, yakni kewajiban

pribadi setiap muslim dan musimah, sedangkan mengkaji ajaran Islam

terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada

masyarakat atau kelompok masyarakat.

Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh

setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat an-Nisa (4) ayat 59

yang artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah,

taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”.

Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah,

kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan) mereka

sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul

terhimpun sekarang dalam al Hadits, kehendak ’penguasa’ (ulil amri)

termaktum dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat

Page 41: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

41

karena mempunyai ”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan untuk

mengalirkan ajaran Islam dari dua sumber utamanya yakni Al-Quran dan Al-

Hadits dengan ra’yu atau akal pikirannya.

Menurut hadits Mu’az bin Jabal (nama sahabat nabi yang diutus

Rasulullah ke Yaman untuk menjadi Gubernur di sana) sumber ajaran Islam

ada tiga, yakni (1) Al-Quran (Kitabullah), (2) As-Sunnah (kini dihimpun

dalam al-Hadits) dan (3) Ra’yu atau akal pikiran manusia yang memenuhi

syarat untuk berijtihad. Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan

mempergunakan seluruh kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan

pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk mengkaji dan memahami

wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran mengenai

hukum (fikih) Islam dari keduanya.

Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam

yang utama adalah Alquran dan Al-Sunnah, sedangkan penalaran atau akal

pikiran sebagai alat untuk memahami Alquran dan Al-Sunnah.

a) al-Qur’an

Al-Quran adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan

utama yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan

yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw

sebagai Rasulullah saw sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan

22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Madinah.

Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23

tahun itu dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika

Nabi Muhammad masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan

ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah.

Ayat-ayat yang tutun ketika Nabi Muhammad masih berdiam di

Mekkah di sebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun

sesudah Nabi Muhammad pindah ke Madinah dinamakan ayat-ayat

Madaniyah.

Di kalangan para ulama dijumpai adanya perbedaan pendapat di

sekitar pengertian Alquran baik dari segi bahasa maupun istilah. Asy-

Page 42: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

42

Syafi’i misalnya mengatakan bahwa Alquran bukan berasal dari akar

kata apa pun, dan bukan pula ditulis dengan memakai kata hamzah.

Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah

(firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

Sementara itu, Al-Farra berpendapat bahwa lafal Alquran berasal dari

kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan; karena dilihat

dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat Alquran itu satu sama

lain saling berkaitan. Selanjutnya, Al-Asy’ari dan para pengikutnya

mengatakan bahwa lafal Alquran diambil dari akar kata qarn yang

berarti menggabungkan suatu atas yang lain; karena surat-surat dan

ayat-ayat Alquran satu dan lainnya saling bergabung dan berkaitan.

Al-Quran berisi: (1) Ayat-ayat Makkiyah pada umumnya

pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari

86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya

panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri

dari 28 surat, 1456 ayat. (2) Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-

kata yaa ayyuhannaas (hai manusia) sedangkan ayat-ayat Madaniyah

dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhallaziina aamanu (hai orang-

orang yang beriman). (3) Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi

tentang tauhid yakni keyakinan pada Kemahaesaan Allah, hari

Kiamat, akhlak, dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu,

sedangkan ayat-ayat Madaniyah memuat soal-soal hukum, keadilan,

masyarakat, dan sebagainya.

Al-Quran sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia,

berisi hal-hal antara lain: (1) Petunjuk mengenai akidah yang harus

diyakini oleh manusia. Petunjuk akidah ini berintikan keimanan akan

keesaan Allah dan kepercayaan kepastian adanya hari kebangkitan,

perhitungan serta pembalasan kelak. (2) Petunjuk mengenai syari’ah

yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan dengan

Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia di

dunia ini dan di akhirat kelak. (3) Petunjuk tentang akhlak, mengenai

Page 43: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

43

yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh manusia dalam

kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial. (4)

Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah

kaum Saba yang tidak mensyukuri karunia yang diberikan Allah,

sehingga Allah menghukum mereka dengan mendatangkan banjir

besar serta mengganti kebun yang rusak itu dengan kebun lain yang

ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya. (5) Berita

tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir

manusia yang disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai

dengan peniupan sangkakala (terompet) oleh malaikat Israfil. “

Apabila sangkakala pertama ditiupkan, diangkatlah bumi dan gunung-

gunung, lalu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah

terjadilah kiamat dan terbelahlah langit...”.(Q.S. al-Haqqah (69):13-

16. (6) Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. (7) Hukum yang

berlaku bagi alam semesta.

b) Hadits atau As-Sunnah

Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam selain

didasarkan pada keterangan ayat-ayat Alquran dan hadits juga

didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh

sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadits,

baik pada masa Rasulullah saw. masih hidup maupun setelah beliau

wafat.

Menurut bahasa As-Sunnah artinya jalan hidup yang dibiasakan,

terkadang jalan tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk.

Pengertian As-Sunnah seperti ini sejalan dengan makna hadits Nabi

yang artinya: ”Barang siapa yang membuat sunnah (kebiasaan) yang

terpuji, maka pahala bagi yang membuat sunnah itu dan pahala bagi

orang yang mengerjakannya; dan barang siapa yang membuat sunnah

yang buruk, maka dosa bagi yang membuat sunnah yang buruk itu dan

dosa bagi orang yang mengerjakannya.

Page 44: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

44

Sementara itu, Jumhurul Ulama atau kebanyakan para ulama

ahli hadits mengartikan As-Sunnah, Al-Hadits, Al-Khabar dan Al-

Atsar sama saja, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi

Muhammad Saw, baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun

ketetapan. Sementara itu, ulama Ushul mengartikan bahwa Al-Sunnah

adalah sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad saw dalam bentuk

ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau yang berkaitan dengan

hukum. Sebagai sumber ajaran Islam kedua, setelah Alquran, As-

Sunnah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan Alquran.

Keberadaan As-Sunnah tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagian

ayat Alquran: (a) Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan

perincian; (b) Yang bersifat umum (menyeluruh) yang menghendaki

pengecualian; (c) Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang

menghendaki pembatasan; dan ada pula (d) Isyarat Alquran yang

mengandung makna lebih dari satu (musytarak) yang menghendaki

penetapan makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut; bahkan

terdapat sesuatu yang secara khusus tidak dijumpai keterangannya di

dalam Alquran yang selanjutnya diserahkan kepada hadits nabi.

Al-Hadits adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Sebagai

sumber agama dan ajaran Islam, al-Hadits mempunyai peranan

penting setelah Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab suci dan pedoman

hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang

perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan

diamalkan. Ada tiga peranan al-Hadits di samping al-Quran sebagai

sumber agama dan ajaran Islam, yakni sebagai berikut: (a)

Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran.

Misalnya dalam Al-Quran terdapat ayat tentang salat tetapi mengenai

tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh Nabi. (b) Sebagai penjelasan

isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan manusia

mendirikan salat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan

banyaknya raka’at, cara, rukun, dan syarat mendirikan salat. Nabilah

Page 45: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

45

yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat,

cara, rukun, dan syarat mendirikan salat. (c) Menambahkan atau

mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar

ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi

mengawini seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak

terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa (4): 23.

Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan

tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara

dua kerabat dekat yang tidak disukai oleh agama Islam.

Hadits atau sunnah yang dihimpun kini dalam kitab-kitab hadits

(al-Hadits), terdiri dari ucapan (qaul), perbuatan (fi’il) dan sikap diam

nabi tanda setuju (taqrir atau sukut). Orang-orang yang

mengumpulkan sunnah nabi (dalam kitab-kitab hadits) menelusuri

seluruh jalur riwayat ucapan, perbuatan, dan sikap diam nabi.

Hasilnya di kalangan Sunni terdapat enam kumpulan hadits, yang

utama ialah yang dikumpulkan oleh Al-Bukhari dan Muslim yang

mendapat pengakuan di kalangan Sunni (ahlul sunnah wal jama’aah)

sebagai sumber ajaran Islam kedua (utama) sesudah kitab suci al-

Quran.

c) Ra’yu atau Akal Pikiran yang dilaksanakan dengan Ijtihad.

Menurut ajaran Islam manusia dibekali Allah dengan berbagai

perlengkapan yang sangat berharga antara lain akal, kehendak, dan

kemampuan untuk berbicara. Dengan akalnya manusia dapat

membedakan antara yang benar dengan yang salah, yang baik dengan

yang buruk, antara kenyataan dengan khayalan. Dengan

mempergunakan akalnya manusia akan selalu sadar dan dapat

memilih jalan yang dilaluinya, membedakan mana yang mutlak mana

yang nisbi. Karena manusia bebas menentukan pilihannya, ia dapat

dimintai pertanggungjawaban mengenai segala perbuatannya dalam

memilih sesuatu.

Page 46: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

46

Perkataan al-’aqal dalam bahasa Arab berarti pikiran dan

intelek. Di dalam bahasa Indonesia pengertian itu dijadikan kata

majemuk akal pikiran. Perkataan akal dalam bahasa asalnya

dipergunakan juga untuk menerangkan sesuatu yang mengikat

manusia dengan Tuhan. Akar kata ’aqal mengandung makna ikatan.

Sebagai sumber ajaran yang ketiga, kedudukan akal pikiran

manusia yang memenuhi syarat penting sekali dalam sistem ajaran

Islam. Sumber ajaran Islam ini biasa disebut dengan istilah ar-ra’yu

atau sering juga disebut ijtihad. Namun makna ijtihad sendiri

sebenarnya adalah usaha yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh

seseorang atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan

dan pengalaman tertentu yang memenuhi syarat untuk mencari,

menemukan dan menetapkan nilai dan norma yang tidak jelas atau

tidak terdapat patokannya di dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Ia

merupakan suatu proses, karena itu ijtihad dapat dilakukan bersama-

sama oleh beberapa orang (yang hasilnya menjadi ijma’ atau

konsensus dan dapat pula dilakukan oleh orang tertentu yang hasilnya

menjadi qiyas atau analogi).

Sebagai hasil ketekunan keilmuwan muslim mempelajari Al-

Quran dan Al-Hadits (sebagai sumber utama agama dan ajaran Islam)

dan kemampuan mereka mempergunakan akal pikiran atau ra’yu

melalui ijtihad, mereka telah berhasil menyusun berbagai ilmu dalam

ajaran Islam seperti ilmu tauhid atau ilmu kalam yang (kini) sering

disebut dengan istilah teologi, ilmu fikih, ilmu tasawuf, dan ilmu

akhlak.

Di samping itu mereka juga telah berhasil menyusun norma-

norma dan seperangkat penilaian mengenai perbuatan manusia dalam

hidup dan kehidupan, baik dalam hidup pribadi maupun di dalam

hidup kemasyarakatan. Sistem penilaian mengenai perbuatan manusia

yang diciptakan oleh ilmuwan muslim itu, dalam kepustakaan

Indonesia dikenal dengan nama al-ahkam al-khamsah (lima kategori

Page 47: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

47

penilaian, lima kaidah atau sering disebut juga lima hukum dalam

Islam).

4. Aliran-aliran dalam Islam

Abu Zahrah (1991) menyatakan bahwa aliran-aliran Islam bisa

digolongkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Aliran-aliran politik, yang meliputi:

(1) Syiah. Syiah adalah kaum yang berlebih-lebihan dalam memuja

Khalifah Ali bin Abi Thalib. Mereka tidak mengakui

khulafaurrasyidin yang lain (pemimpin setelah Nabi Muhammad

meninggal dunia, mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab,

Usman bin Affan). Orang Syi’ah berkeyakinan bahwa Ali bin Abi

Thalib adalah seseorang yang telah dipilih oleh Nabi Muhammad

dan dialah yang paling mulia daripada sahabat yang lain. Kaum

Syi’ah ada yang ekstrim (ghulat) dalam menjunjung Ali dan

keluarganya, dan sebagian yang lain moderat, dimana mereka

hanya menjunjung Ali lebih dari para sahabat tanpa mendudukkan

Ali pada tingkatan sakral yang lebih dari sekedar manusia biasa.

(2) Khawarij. Khawarij adalah kaum yang berlebih-lebihan membenci

Ali bin Abi Thalib. Mereka suka mengafirkan umat Islam lain yang

tidak sepaham dan mengikuti mereka. Prinsip-prinsip ajaran mereka

antara lain: pemilihan khalifah (pemimpin) tidak berlaku kecuali

dengan pemilihan yang bebas dan benar yang diikuti oleh seluruh

umat Islam dan bukan hanya dipilih oleh satu golongan; tidak ada

satupun dari warga Arab yang mempunyai wewenang khusus untuk

menjadi khalifah; Sekte Najdat Khawarij berkeyakinan bahwa

seorang imam (pemimpin) itu tidak diperlukan lagi apabila manusia

di tempat itu sanggup melakukan tugas mereka masing-masing

dengan insaf; mereka tidak membeda-bedakan antar dosa yang satu

dengan dosa yang lain, bahkan kesalahan dalam berpendapat pun

termasuk dosa karena akan bisa menimbulkan perbedaan kebenaran

dalam pandangan mereka.

Page 48: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

48

(3) Aliran Ahlu Sunnah (Fuqaha dan Mudditsun) atau Madzab

Jumhur (kesepakatan) dalam Khilafah. Aliran ketiga ini berpendapat

bahwa dua golongan di atas (Syiah dan Khawarij) adalah kaum

yang tersesat pemikirannya karena berlebih-lebihan dalam

mempertahankan pendapat. Kaum Syi’ah tersesat karena

menempatkan khilafah sebagai wasiat dari Nabi Muhammad kepada

orang sesudahnya. Sedangkan Kaum Khawarij keluar dari setiap

ikatan peraturan khilafah. Jumhur berada di antara keduanya.

Disepakati oleh jumhur ulama tentang kewajiban menentukan imam

yang akan menegakkan hukum, mengumpulkan zakat dari orang

kaya untuk orang miskin, menjaga harta benda, menjadi penengah

dalam percekcokan, meyatukan kekuatan, menegakkan syariat,

menyatukan kelompok-kelompok, dan mendirikan negeri adil

(Madinah Fadhilah) yang diinginkan Islam. Oleh sebab itu, syarat-

syarat imam menurut jumhur ulama di antaranya: orang quraisy,

baiat (janji setia), musyawarah, dan adil.

b. Aliran-aliran akidah yang meliputi aliran lama yang terdiri dari:

(1) Jabariyah, aliran yang memiliki prinsip-prinsip: surga dan neraka

akan hancur; iman adalah pengetahuan dan kufur adalah

kebodohan; firman Allah (kalamullah) adalah baru (hadits) dan

bukan qadim (aksiden); dia tidak mensifati Allah sebagai zat yang

hidup, ilmu dengan pendapatnya, ”Aku tidak mensifati Allah

dengan suatu sifat yang bisa digunakan untuk makhluk”; dan

melihat Allah pada hari kiamat adalah tidak mungkin.

(2) Qadariyah, aliran yang meniadakan qadar (takdir, ketentuan

Allah) tetapi menetapkan adanya takdir dari hamba, mereka itu

menjadikan setiap sesuatu sebagai kehendak dari Allah. Mereka

seakan-akan memberikan kekuasaan atas takdir kepada manusia.

(3) Murji’ah, aliran yang menfatwakan bahwa berbuat maksiat tidak

memberi mudharat kalau orang sudah beriman, sebaliknya

berbuat kebajikan tidak akan memberi manfaat jika orang kafir.

Page 49: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

49

(4) Mu’tazilah, aliran yang berpaham bahwa Allah tidak

mempunyai sifat dan tidak bisa dilihat dengan mata di surga,

mikraj Nabi Muhammad hanya dengan ruh.

(5) Asy’ariah, aliran yang berpaham: orang-orang saleh mendapat

kemungkinan untuk mendapat tanda khusus yang disebut

karamah sebagai pembeda dari mukjizat; mereka mengambil

segala apa yang bersumber dari sunnah dalam bidang akidah

tanpa membedakan sumber yang mutawatir atau yang ahad;

mereka memegang pada kenyataan-kenyataan ayat yang belum

jelas pengertiannya, tanpa mentakwilkannya sehingga mereka

berpendapat bahwa Allah mempunyai wajah, tangan, dan

sebagainya, hanya saja wajah dan tangan Allah berbeda dengan

makhluk-Nya; mereka berpendapat bahwa apa yang diyakini itu

merupakan pendapat dari Imam bin Hanbal yang dianggap imam

pendahulu.

(6) Maturidiyah, aliran yang berpaham bahwa mereka

menggunakan hukum akal sejauh tidak bertentangan dengan

hukum syariat, tetapi jika bertentangan dengan syariat maka akal

harus tunduk pada ketentuan hukum syariat. Jadi mereka boleh

menafsirkan Alquran dan menjadikan hal-hal yang masih samar

menjadi jelas. Jika manusia tidak memiliki daya nalar untuk

mentakwilkan ayat maka pasrah kepada Allah adalah tindakan

yang paling selamat.

(7). Salafiyah, aliran yang berpaham ingin kembali pada akidah yang

sesuai dengan Alquran dan sunnah, seperti yang terjadi pada

masa sahabat dan tabi’in. Mereka menjadikan akal selalu

berjalan di belakang Alquran dan hadits. Untuk menguatkan dan

memuliakannya ia tidak berdiri sendiri dengan dalil-dalil sendiri,

tetapi selalu mendekati makna nash-nash.

c. Aliran-aliran akidah modern yang meliputi:

Page 50: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

50

(1) Wahabiyah, aliran yang muncul disebabkan karena banyaknya

orang yang melampau batas dalam rangka mengagungkan dan

memohon berkah kepada orang-orang saleh, dan mendekatkan

diri kepada Allah dengan cara berziarah ke kuburan mereka, serta

banyaknya bid’ah yang bukan dari agama. Bid’ah-bid’ah tersebut

sudah meluas dalam praktik-praktik keagamaan dan aktivitas-

aktivitas sehari. Prinsip-prinsip dakwah mereka antara lain:

mereka tidak cukup dengan menjadikan ibadah sebagaimana

dalam tuntunan Islam yang terkandung dalam Alquran dan hadits

atau yang disebutkan Ibnu Taimiyah, tetapi mereka

menginginkan agar adat istiadat juga tidak boleh keluar dari

wawasan Islam; pada mulanya mereka mengharamkan kopi dan

sejenisnya, tetapi kemudian akhirnya mereka memperingan hal

itu; Kaum Wahabi tidak terbatas pada dakwah saja, tetapi lebih

luas lagi mereka menggunakan kekerasan bagi para

penentangnya dengan alasan memerangi bid’ah; gerakan ini

menghancurkan setiap bangunan kuburan yang mereka dapatkan;

mereka terikat dengan hal-hal kecil yang tidak mengandung

keberhalaan, tetapi mereka mengharamkannya, seperti

mengharamkan fotografi; mereka meluaskan pengertian bid’ah

secara aneh sehingga meletakkan tutup di atas kuburan Nabi

dianggap bid’ah; dan sebenarnya aliran wahabiyah menerapkan

pendapat-pendapat Ibnu Taimiyah dan mendukung sepenuhnya,

hanya saja mereka lebih meluaskan pengertian bid’ah dan

menduga hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan ibadah sebagai

hal yang bid’ah.

(2) Bahaiyah, aliran ini termasuk sesat karena bertentangan dengan

Alquran dan sunnah. Prinsip-prinsip pemahaman mereka antara

lain: mereka tidak percaya dengan hari akhir; menyeru untuk

mempercayai bahwa dirinya adalah potret dari nabi-nabi

terdahulu; percaya akan menyusupnya Tuhan ke dalam makhluk,

Page 51: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

51

dan Allah pun menyatu dalam dirinya, serta akan menyatu pada

orang-orang sesudahnya; risalah Nabi Muhammad bukanlah

risalah terakhir; dan huruf-huruf serta angka-angka mempunyai

tuah, terutama angka 19; perempuan mendapat hak yang sama

dalam menerima harta waris; dan menyeru kepada persamaan

mutlak antarmanusia tanpa membedakan jenis, agama, dan warna

kulit.

(3) Qadyaniyah, aliran yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad.

Aliran ini juga termasuk sesat karena memiliki ajaran-ajaran

sebagai berikut: mewajibkan umat Islam untuk menaati bangsa

Inggris; jihad sudah habis masanya karena sudah habis tujuan-

tujuan jihad itu; Mirza Ghulam Ahmad tidak mengafirkan orang-

orang Islam yang bukan pengikutnya, kecuali jika mereka

mengafirkannya; dilarang kawin dengan perempuan-perempuan

qadyaniyah sebelum beriman kepada nubuat Ghulam Ahmad.

Selain aliran-aliran akidah modern di atas, Hartono Ahmad Jaiz (2009:

29 – 146) menyatakan bahwa terdapat aliran-aliran lain di Indonesia di

antaranya:

1) Inkar Sunnah

Paham Inkar Sunnah muncul di Indonesia sekitar tahun 1980-an.

Mereka menamakan pengajian yang mereka adakan dengan sebutan

Kelompok Qurani (Kelompok Pengikut Alquran). Pokok-pokok ajaran

Inkar Sunnah antara lain:

(1). Tidak percaya kepada semua hadis Nabi Muhammad. Menurut

mereka, hadis itu buatan Yahudi untuk menghancurkan Islam

dari dalam.

(2). Dasar hukum dalam Islam hanya Alquran.

(3). Syahadat mereka adalah Isyhadu biannana muslimin.

(4). Salat mereka bermacam-macam, ada yang salatnya dua rekaat-

dua rekaat dan ada yang hanya ingat.

Page 52: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

52

(5). Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan, kalau seorang

saja yang melihat bulan, maka hanya dialah yang wajib puasa.

(6). Haji boleh dilakukan selama empat bulan haram, yaitu Muharam,

Rajab, Zulqaidah, dan Zulhijah.

(7). Pakaian ihram adalah pakaian orang Arab dan membuat repot.

Oleh sebab itu waktu mengerjakan haji boleh memakai celana

panjang dan baju biasa serta memakai jas/ dasi.

(8). Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.

(9). Nabi Muhammad tidak berhak menjelaskan tentang ajaran

Alquran (isi kandungan Alquran).

(10). Orang yang meninggal dunia tidak disalatkan karena tidak ada

perintah dalam Alquran.

2). Aliran Pembaharu Isa Bugis

Isa Bugis lahir tahun 1926 di Bhakti Aceh Pidie. Ia ingin

menerjemahkan dan menganalisis agama Islam berdasarkan teori

pertentangan antara dua hal. Seperti ideologi komunis dengan

kapitalis, antara nur (cahaya) dan dzulumat (kegelapan). Pokok-pokok

ajaran Isa Bugis antara lain:

(1). Air Zam-zam di Mekah adalah air bekas bangkai orang Arab.

(2). Semua kitab tafsir Alquran yang ada sekarang harus dimuseumkan

karena semuanya salah.

(3). Menolak semua mukjizat para nabi dan rasul, seperti kisah Nabi

Musa AS. membelah laut dengan tongkatnya dalam Alquran

adalah dongeng Lampu Aladin.

(4). Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail adalah dongeng.

(5). Kakbah adalah kubus berhala yang dikunjungi oleh turis setiap

tahun.

(6). Ilmu fikih, ilmu tauhid dan sejenisnya adalah syirik. Ulama yang

mengajarkan ilmu tersebut harus disingkirkan ke Pulau Seribu.

(7). Alquran bukan bahasa Arab sehingga untuk mempelajari Alquran

tidak perlu belajar bahasa Arab, tata bahasa Arab dan sejenisnya.

Page 53: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

53

(8). Setiap orang yang cerdas diberi kebebasan untuk menafsirkan

Alquran walaupun tidak mengerti bahasa Arab.

(9). Ajaran Nabi Muhammad adalah pembangkuit imperialisme Arab.

(10). Ajaran kurban pada waktu ’idul adha tidak ada dasar

kebenarannya.

(11). Mubaligh-mubaligh Islam yang menyebarkan agama ke luar

tanah Arab adalah pemabuk kegelapan yang haus darah dan

harta.

(12). Indonesia adalah di antara sekian banyak korban dari kebiadaban

Arabisme.

(13). Lembaga pembaharu (yang dipimpin oleh Isa Bugis) adalah nur,

sedangkan orang atau golongan di luar Lembaga Pembaharu Isa

Bugis adalah kegelapan, sesat serta kafir.

(14). Sekarang masih periode Mekah sehingga belum diwajibkan salat,

puasa dan lainnya.

3). Gerakan Darul Arqam

Gerakan Darul Arqam berasal dari Malaysia dan pernah

menghebohkan negara tersebut serta telah dilarang di sana sejak

tanggal 15 Agustus 1994. Sekarang masih berkembang di Indonesia

dan berganti nama menjadi Hawariyun. Gerakan tersebut dinyatakan

sesat oleh MUI. Kesesatannya adalah pendiri Darul Arqam, Syaikh

Ahmad Suhaimi mengaku bertemu dengan Nabi Muhammad dalam

keadaan terjaga, kemudian Nabi Muhammad diklaim memberi wirid

(amalan bacaan) yang kemudian disebut Aurad Muhammadiyah.

Klaim seperti itu bertentangan dengan Islam karena Nabi Muhammad

sudah wafat dan syariat Islam dinyatakan sudah sempurna oleh Allah

dalam Alquran.

4). Gerakan Lembaga Kerasulan (LK)

Gerakan LK banyak berkembang di Indonesia terutama di kota-

kota besar. Anggota gerakan tersebut mempunyai disiplin yang tinggi.

Mereka mengaji biasanya tengah malam. Paling cepat pengajiaannya

Page 54: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

54

dimulai jam 23.00 WIB ketika orang lain sudah tidur. Pokok-pokok

ajaran L. K. di antaranya:

(1). Rasul tetap diutus sampai hari kiamat.

(2). Wajib baiat (disumpah) serta taat pada imam.

(3). Dosa bisa ditebus dengan uang kepada imam. Besar kecilnya uang

tebusan tersebut tergantung pada besar kecilnya dosa yang telah

dilakukan. Yang berhak menentukan uang tebusan itu adalah

imam.

(4). Di luar kelompok mereka adalah kafir.

(5). Perkawinan harus di hadapan imam mereka dan diakadkan oleh

imam mereka, serta orang tua tidak perlu diberi tahu.

(6). Membagi suasana menjadi periode Mekah dan Medinah. Sekarang

masih periode Mekah dan belum wajib salat, puasa, haji, serta

belum diharamkan minuman yang memabukkan.

(7). Mengaji harus kepada imam dan sangat selektif terhadap

kehadiran orang lain.

5). NII-Ma’had Al-Zaytun

NII-Ma’had Al-Zaytun adalah aliran sesat di Indonesia yang

dipimpin oleh Abu Ma’ariq atau Abu Toto. Penyimpangan yang

dilakukan oleh kelompok tersebut termasuk penyimpangan akidah,

penyimpangan syariah, penyimpangan dalam hal berkurban (berkurban

tidak selamanya dengan menyembelih hewan, menyembelih hewan

hanyalah lambang dari pengorbanan), dan melakukan pemerasan.

6). Gerakan Ahmadiyah

Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India.

Ia lahir pada tanggal 15 Februari 1835 M dan meninggal pada tanggal

26 Mei 1906 M di India. Ahmadiyah masuk di Indonesia pada tahun

1935, dan sudah mempunyai 200 cabang, terutama di Jakarta, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Palembang, Bengkulu, Bali,

NTB, dll. Pokok-pokok ajaran Ahmadiyah di antaranya:

(1). Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya sebagai nabi dan rasul

Page 55: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

55

utusan Tuhan.

(2). Kelompok Ahmadiyah mengakui bahwa kitab suci Tadzkirah sama

sucinya dengan kitab suci Alquran karena sama-sama wahyu dari

Tuhan.

(3). Wahyu tetap turun sampai hari kiamat begitu juga nabi dan rasul

tetap diutus sampai hari kiamat.

(4). Kelompok Ahmadiyah mempunyai tempat suci tersendiri yaitu

Qadian dan Rabwah.

(5). Mereka mempunyai surga sendiri yang terletak di Qadian dan

Rabwah serta sertifikat kavling surga tersebut dijual kepada

jamaahnya dengan harga yang sangat mahal.

(6). Wanita Ahmadiyah haram menikah dengan laki-laki yang bukan

Ahmadiyah, tetapi laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan

wanita yang bukan Ahmadiyah.

(7). Tidak boleh bermakmum dengan (di belakang) imam yang bukan

Ahmadiyah.

(8). Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan, dan tahun sendiri yaitu

nama bulan: Suluh, Tabligh, Aman, Syahadah, Hijrah, Ikhsan,

Wafa, Zuhur, Tabuk, Ikha, Nubuwah, Fatah. Sedangkan nama

tahun mereka adalah Hijri Syamsyi (disingkat H. S.).

7). Baha’i, Aliran Sesat Sempalan Syi’ah

Baha’iyah atau baha’isme menggabungkan agama-agama Yahudi,

Nasrani, Islam, dan lainnya menjadi satu sehingga aliran tersebut jelas-

jelas dinyatakan sebagai nonislam. Pokok-pokok ajaran Baha’iyah di

antaranya:

(1). Menghilangkan setiap ikatan agama Islam, menganggap syariat

telah kadaluarsa.

(2). Mengubah peraturan rumah tangga dengan menolak ketentuan-

ketentuan Islam.

(3). Tidak ada salat jama’ah, yang ada hanyalah salat jenazah secara

bersama-sama.

Page 56: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

56

(4). Kakbah bukanlah kiblat yang diakui oleh mereka.

8). Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)

LDII didirikan oleh Nurhasan Ubaidah Lubis pada tahun 1951.

Pokok-pokok ajaran LDII antara lain:

(1). Orang Islam di luar LDII adalah kafir dan najis, termasuk kedua

orangtua sekalipun.

(2). Kalau ada orang di luar kelompok LDII salat di masjid mereka,

maka bekas tempat salatnya harus dicuci karena dianggap sudah

terkena najis.

(3). Wajib taat kepada amir atau imam.

(4). Mati dalam keaadaan belum bai’at kepada amir/ imam LDII, maka

akan mati jahiliyah (mati kafir).

(5). Alquran dan hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang

keluar dari mulut imam atau amir mereka).

(6). Haram mengaji Alquran dan hadits kecuali kepada imam/ amir

mereka.

(7). Dosa bisa ditebus kepada sang amir/ imam, besar kecinya tebusan

tergantung pada besar kecilnya dosa yang diperbuat, dan yang

menentukannya adalah amir/ imam.

(8). Harus rajin membayar infaq, sedekah, dan zakat kepada amir/

imam mereka, haram mengeluarkan infaq, sedekah, dan zakat

kepada orang lain.

(9). Harta benda di laur kelompok mereka dianggap halal untuk

diambil atau dimiliki walaupun dengan cara bagaimanapun

memperolehnya.

(10). Apabila mencuri harta orang lain yang bukan golongan LDII

kemudian diketahui orang lain, maka salahnya bukan mencurinya

itu, tetapi kenapa mencuri bisa diketahui.

(11). Harta, uang, zakat, infak, sedekah yang sudah diberikan kepada

imam/ amir haram ditanyakan kembali catatannya atau

digunakan untuk apa uang tersebut.

Page 57: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

57

(12). Haram membagikan daging kurban atau zakat fitrah kepada

orang di luar LDII.

(13). Haram salat di belakang imam yang bukan kelompok LDII,

kalaupun terpaksa sekali tidak perlu berwudhu karena salatnya

harus diulang kembali.

(14). Haram nikah dengan orang di luar kelompok.

(15). Perempuan LDII kalau akan bertamu ke rumah orang yang bukan

kelompok mereka, maka harus memilih waktu pada saat haid

karena badan dalam keadaan kotor sehingga ketika terkena najis

di rumah orang yang bukan LDII yang dianggap najis itu tidak

perlu dicuci kembali sebab kotor dengan kotor tidak apa-apa.

(16). Kalau ada orang di luar kelompok mereka yang bertamu di rumah

mereka, maka bekas tempat duduknya harus dicuci karena

dianggap najis.

9). Gerakan Syiah di Indonesia

Gerakan syiah termasuk aliran sesat di Indonesia. Kesesatan dan

penyimpangan syiah di antaranya:

(1) Syiah memandang imam itu ma’sum (suci).

(2) Syiah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan/

pemerintahan (imamah) adalah rukun agama.

(3) Syiah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlul Bait.

(4) Syiah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar,

Umar, dan Usman.

(5) Syiah menghalalkan nikah mut’ah (nikah kontrak) yang sudah

diharamkan oleh Nabi Muhammad.

(6) Para imam dianggap ma’sum, itu bertentangan dengan Islam

karena yang ma’sum hanyalah Nabi Muhammad.

(7) Syiah menggunakan senjata taqiyyah yaitu berbohong, dengan cara

menampakkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya,

untuk mengelabui.

10). Lia Aminuddin dan Ajarannya, Agama Salamullah

Page 58: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

58

Ajaran Lia Aminuddin termasuk sesat di Indonesia. Beberapa

pokok ajarannya di antaranya:

(1) Malaikat Jibril akan turun kembali ke bumi dan bersemayam di

dalam diri Lia Aminuddin. Oleh sebab itu di manapun Lia berada

selalu bersama Malaikat Jibril.

(2) Lia Aminuddin mengaku menjadi juru bicara Malaikat Jibril dan

mengaku sebagai nabi dan rasul.

(3) Lia Aminuddin mengaku mendapatkan wahyu.

(4) Lia Aminudin mengaku mendapatkan mukjizat.

(5) Agama yang dibawa oleh Lia Aminuddin bernama Salamullah/

perenialisme yang menghimpun seluruh agama.

(6) Lia Aminuddin mengaku sebagai imam mahdi.

(7) Ahmad Mukti (putera Lia Aminuddin) dianggap sebagai Nabi Isa.

(8) Abdul Rahman diyakini sebagai wakil/ imam besar ajaran

Salamullah.

(9) Air sumur Salamullah berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit.

(10) Mencukur semua jenis rambut yang ada dalam tubuh, mulai dari

kepala, ketiak, dan lain-lain lalu membakarnya, hal itu dianggap

sebagai ibadah yang diperintahkan Jibril melalui Lia Aminuddin.

Barangsiapa yang telah melakukan itu sama dengan bayi yang baru

dilahirkan.

Abu Ridha (2002:7) menjelaskan bahwa selain aliran-aliran di atas,

terdapat lagi gerakan ormas yang tergolong besar di Indonesia, di

antaranya:

1) Ikhwanul Muslimin

Ikhwanul muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam,

mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah

naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah, dan

diserukan oleh para salafushshalih, bekerja dengannya dan untuknya,

keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang

benar yang merasuk dalam akal dan pikiran, syariah yang mengatur al-

Page 59: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

59

jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik. Mereka berdakwah

kepada Allah. Pokok-pokok ajarannya di antaranya:

(a) Rabbaniyah; segala orientasi individu, sosial atau negara, segala

perbuatan, perilaku, pandangan dan politik harus berkomitmen

dengan apa yang diridhai Allah, mentaati perintah-Nya, dan

menjauhi larangan-Nya.

(b) Menjaga jati diri manusia dari hal-hal yang dapat membuat Allah

murka, mulia dari segala yang rendah, dan berusaha menggapai

tingkat kesucian diri (ikhlas).

(c) Beriman pada hari kiamat, hisab, pembalasan, dan siksa.

(d) Bangga dengan ikatan ukhuwah sesama manusia dan

melaksanakan hak-haknya.

(e) Perhatian dengan peran wanita dan laki-laki sebagai sekutu yang

tidak dapat dipisahkan dalam membangun masyarakat, komitmen

dengan kesempurnaan, persamaan, dan menegaskan akan

pentingnya peran keduanya dalam pembangunan dan kemajuan

masyarakat.

(f) Kemerdekaan, kepemilikan dan musyarakah, hak untuk hidup,

bekerja, dan mendapatkan ketenangan adalah hak mendasar setiap

warga, di bawah naungan keadilan, persamaan dan undang-undang

secara adil.

(g) Nilai-nilai dan akhlak merupakan jaminan ketenangan dan tegas

dalam memerangi kemungkaran dan kerusakan.

(h) Kesatuan umat merupakan hakikat yang harus diwujudkan.

(i) Jihad merupakan jalan satu-satunya bagi umat.

(j) Umat yang berambisi menggapai ridha ilahi dalam perilaku dan

perbuatan, politik dan orientasi, setiap individu bangga dengan

ikatan ukhuwah yang dapat menyatukan dan menyambung tali

persaudaraan di antara mereka, berusaha untuk hidup dengan

bebas, pemahaman yang utuh, kesadaran dan keseriusan dalam

merealisasikan prinsip-prinsip melebihi pemahaman dan perbuatan

Page 60: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

60

2) Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang besar di Indonesia.

Nama organisasi tersebut diambil dari nama Nabi Muhammad SAW.

sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang

menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh

penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan

tersebut sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan

kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Ciri Gerakan Muhammadiyah adalah semangat membangun tata

sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik,

menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi

dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan

manusia dalam segala aspeknya. Akan tetapi, ia juga menampilkan

kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang ekstrem.

Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan

kepada ajaran-ajaran Alquran, di antaranya Surat Ali Imran ayat 104

yang artinya: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan

mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung

isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam

secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung

penegasan tentang hidup berorganisasi, maka dalam butir ke-6

Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan:

melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi,

yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan

yang niscaya. Sebagai dampak positif dari organisasi tersebut, kini

telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan

di seluruh Indonesia.

3) Nahdlatul Ulama (NU)

Page 61: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

61

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial keagamaan

(jam’iyah diniyah islamiah) yang berhaluan Ahli Sunnah wal-Jamaah.

Organisasi tersebut didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 oleh K. H.

Hasyim Asy’ari beserta para tokoh ulama tradisional dan usahawan di

Jawa Timur. Sejak awal K.H. Hasyim Asy’ari duduk sebagai pimpinan

dan tokoh agama terkemuka di dalam NU. Tetapi tidak diragukan

bahwa penggerak di balik berdirinya organisasi NU adalah Kiai Wahab

Chasbullah putera Kiai Chasbullah dari Tambakberas Jombang. Pada

tahun 1924 Kiai Wahab Chasbullah mendesak gurunya K.H. Hasyim

Asy’ari agar mendirikan sebuah organisasi yg mewakili kepentingan-

kepentingan dunia pesantren. Namun ketika itu pendiri pondok

pesantren Tebu Ireng tersebut K. H. Hasyim Asy’ari tidak

menyetujuinya. Beliau menilai bahwa untuk mendirikan organisasi

semacam itu belum diperlukan. Kemudian setelah adanya peristiwa

penyerbuan Ibn Sa’ud atas Mekah, beliau berubah pikiran dan

menyetujui perlunya dibentuk sebuah organisasi baru. Semangat untuk

merdeka dari penjajahan Belanda pada waktu itu dan sebagai reaksi

defensif maraknya gerakan kaum modernis (Muhammadiyah dan

kelompok modernis moderat yg aktif dalam kegiatan politik Sarekat

Islam) di kalangan umat Islam yg mengancam kelangsungan tradisi

ritual keagamaan khas umat islam tradisional adalah yang

melatarbelakangi berdirinya NU.

Kaum reformis mempertanyakan relevansinya bertaklid kepada

kitab-kitab fikih klasik salah satu mazhab seperti yang dilakukan oleh

orang-orang NU. Kaum reformis menolak taklid dan menganjurkan

kembali kepada sumber yang aslinya yaitu Alquran dan hadis yaitu

dengan ijtihad para ulama yg memenuhi syarat dan sesuai dengan

perkembangan zaman. Kaum reformis juga menolak konsep-konsep

akidah dan tasawuf tradisional yang dalam formatnya dipengaruhi oleh

filsafat Yunani pemikiran agama dan kepercayaan lainnya. Bagi

banyak kalangan ulama tradisional kritikan dan serangan dari kaum

Page 62: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

62

reformis itu tampaknya dipandang sebagai serangan terhadap inti

ajaran Islam. Pembelaan kalangan ulama tradisional terhadap tradisi-

tradisi menjadi semakin ketat sebagai sebuah ciri kepribadian. Mazhab

Imam Syafii merupakan inti dari tradisionalisme ini .

Ulama tradisional memilih salah satu mazhab dan mewajibkan

kepada pengikutnya karena di zaman sekarang ini tidak ada orang yang

mampu menerjemahkan dan menafsirkan ajaran-ajaran yg terkandung

di dalam Alquran dan sunah secara menyeluruh. Di sisi lain berdirinya

NU dapat dikatakan sebagai ujung perjalanan dari perkembangan

gagasan-gagasan yg muncul di kalangan ulama di perempat abad ke-

20.

Berdirinya NU diawali dengan lahirnya Nahdlatul Tujjar yang

muncul sebagai lambang gerakan ekonomi pedesaan disusul dengan

munculnya Taswirul Afkar sebagai gerakan keilmuan dan kebudayaan

dan Nahdlatul Wathon sebagai gerakan politik dalam bentuk

pendidikan. Dengan demikian bangunan NU didukung oleh tiga pilar

utama yang bertumpu pada kesadaran keagamaan. Tiga pilar tersebut

di antaranya wawasan ekonomi kerakyatan; wawasan keilmuan dan

sosial budaya; dan wawasan kebangsaan.

Ciri khas NU yang membuatnya berbeda dengan organisasi sejenis

lainnya adalah ajaran keagamaan NU tidak membunuh tradisi

masyarakat bahkan tetap memeliharanya yang dalam bentuknya yang

sekarang merupakan asimilasi antara ajaran Islam dan budaya

setempat. Ciri khas tersebut lebih unik bagi warga nahdliyyin ulama

merupakan maqam tertinggi karena diyakini sebagai waratsatul

anbiya’. Ulama tidak saja sebagai panutan bagi masyarakat dalam hal

kehidupan keagamaan tetapi juga diikuti tindak tanduk keduniaannya.

Untuk sampai ke tingkat itu, selain menguasai kitab-kitab salaf

Alquran dan hadis harus ada pengakuan dari masyarakat secara luas.

Ulama dengan kedudukan seperti itu dipandang bisa mendatangkan

barakah. Kedudukan yang demikian tingginya ditandai dengan

Page 63: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

63

kepatuhan dan penghormatan anggota masyarakat kepada para kiai

NU. Persaudaraan di kalangan nahdliyyin sangat menonjol. Catatan

sejarah menunjukkan bahwa dengan nilai persaudaraan itu, NU ikut

secara aktif dalam membangun visi kebangsaan Indonesia yg

berkarakter keindonesiaan. Hal tersebut bisa dilihat dari pernyataan

NU bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bentuk final

dari perjuangan kebangsaan masyarakat Indonesia. Komitmen yang

selalu dikembangkan adalah komitmen kebangsaan yg religius dan

berbasis Islam yg inklusif. Ciri menonjol lainnya adalah bahwa

komunikasi di dalam NU lebih bersifat personal dan tentu sangat

informal. Implikasi yang sudah berjalan lama menunjukkan bahwa

performance fisik terlihat santai dan komunikasi organisasional kurang

efektif. Dengan demikian kebijakan-kebijakan organisasi seringkali

sulit mengikat kepada jamaah. Jamaah seringkali lebih taat kepada kiai

panutannya daripada taat kepada organisasi.

C. Islam Indonesia

Tentang Islam Indonesia, kita dapat membaca perjalan secara geneologis.

Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak

kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya

Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua

(lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi,

yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam yang berciri khas

Indonesia. Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan

masjid, makam, istana. Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama

Islam, berkembang pula kebudayaan Islam di Indonesia. Unsur kebudayaan Islam

itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan Indonesia tanpa

menghilangkan kepribadian Indonesia, sehingga lahirlah kebudayaan baru yang

merupakan akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam. Akulturasi kebudayaan

Indonesia dan Islam itu juga mencakup unsur kebudayaan Hindu-Budha.

Proses akulturasi ini dimaksudkan untuk mengola kebudayaan asing yang

tidak menghilangkan unsur budaya asli hingga bisa diterima oleh penganut

Page 64: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

64

kebudayaan tersebut. Karena itu, dalam teori akulturasi, J Powel (dalam Baker Sj

1984: 115), mengungkapakan, akulturasi dapat diartikan sebagai masuknya nilai-

nilai budaya asing ke dalam budaya lokal tradisional. Budaya berbeda itu bertemu,

yang luar mempengaruhi yang telah mampan untuk menuju suatau keseimbangan.

Sementara itu, Kuntjaraningrat (1990: 91), mengartikan, akulturasi sebagai suatu

kebudayaan dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh suatu kebudayaan asing

yang demikian berbeda sifatnya, sehingga unsur kebudayaan asing tadi lambat

laun diakomodasikan dan diintegrasikan kedalam budaya itu sendiri tampa

kehilangan kepribadiaan dan kebudayaanya.

Kemampuan Islam untuk beradaptasi dengan budaya setempat,

memudahkan Islam masuk ke lapisan paling bawah dari masyarakat. Akibatnya,

kebudayaan Islam sangat dipengaruhi oleh kebudayaan petani dan kebudayaan

pedalaman, sehingga kebudayaan Islam mengalami transformasi bukan saja

karena jarak geografis antara Arab dan Indonesia, tetapi juga karena ada

jarakjarak kultural. Proses kompromi kebudayaan seperti ini tentu membawa

resiko yang tidak sedikit, karena dalam keadaan tertentu seringkali mentoleransi

penafsiran yang mugkin agak menyimpang dari ajaran Islam yang murni.

Secara sosiokultur, Islam Indonesia dapat dimaknai paling tidak mendekati

pada tata kehidupan yang islami pada satu sisi, dengan mengakomodir nilai-nilai

keindonesiaan yang sarat dengan budayanya sendiri secara orisinal pada sisi yang

lain, sehingga akan melahirkan tipologi baru yaitu Islam ala Indonesia.

Proses kompromi kebudayaan seperti ini, tentu membawa resiko yang tidak

sedikit, karena dalam keadaan tertentu seringkali mentoleransi penafsiran yang

mungkin agak menyimpang dari ajaran Islam yang murni. Kompromi kebudayaan

ini pada akhirnya melahirkan, apa yang di pulau Jawa dikenal sebagai sinkretisme.

Agama dan kebudayaan Islam yang masuk ke Indonesia mempengaruhi

kebudayan asli Indonesia, sehingga menimbulkan akulturasi kebudayan, maka

lahirlah corak baru kebudayan Indonesia. Akulturasi kebudayaan Islam dalam

persinggungannya dengan kebudayaan lokal dalam perspektif ekonomi, politik,

sosial, dan budaya dapat dilihat dari cara-cara para mubaligh menyiarkan Islam

ketika itu, guna mewujudkan misi Islam sebagai agama rahmatan lillalamin.

Page 65: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

65

Modernisme di Indonesia memang benar adanya. Modernisme telah

masuk ke Indonesia seiring dengan majunya zaman dan masuk dalam

berbagai hal termasuk dalam agama Islam. Sejarah modernisme Islam di

Indonesia sama halnya seperti yang terjadi di dunia Islam lainnya. Awal mula

munculnya modernisme dimulai sejak pertemuan masyarakat Islam Indonesia

dengan barat lewat kolonialisme (Sukron Kaml,2013:55). Seperti kita ketahui

bersama bahwa Indonesia telah dijajah oleh beberapa bangsa Barat

diantaranya Portugis, Belanda, dan Inggris. Oleh sebab itu, bukan mustahil

jika modernisme dengan mudah masuk ke Indonesia.

Gerakan modernisme Islam ditandai dengan diadopsinya system

kelas oleh lembaga pendidikan Islam, semisal Sekolah Adabiyah dan

Sumatera Thawalib, munculnya Sarekat Islam (SI) 1911, Muhammadiyah

1912, al-Irsyad dan Persis. Gerakan-gerakan ini menunjukkan satu hal yang

menonol yaitu konsep kembali pada al-Qur’an dan Hadist yang menunjukkan

semangat ijtihad. Namun di sisi lain menekankan relevansi Islam dalam

konteks kemodernan dan bisa menerima modernitas sebagai produk barat.

Misalnya, system pendidikan modern, pola organisasi modern, demokrasi,

dan pakaian ala barat.

Masyarakat Indonesia selama ini menganggap modernisme sebagai

suatu hal yang negatif. Modernisme yang berasal dari kata Modern dan Isme

menjadi sebuah paham yang mengarah kepada segala sesuatu yang modern

dan kebaratbaratan. Modernitas yang notabene dibawa oleh bangsa Barat

dianggap telah merusak moral dan etika bangsa Indonesia. Contoh saja

modernitas dalam tingkat alat, yaitu munculnya alat-alat teknologi canggih

seperti televisi, gadget, dan alatalat lainnya. televisi sebagai hasil modernitas

dalam tingkat alat sedikit banyak telah menggerogoti moral bangsa Indonesia.

Televisi yang awalnya muncul sebagai media informasi audio-visual seolah

berganti fungsi menjadi media hiburan semata. Jika dibandingkan, tayangan-

tayangan yang disajikan oleh stasiun televisi lebih banyak memberikan porsi

hiburan daripada informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Page 66: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

66

Hal inilah yang menjadikan masyarakat Indonesia menjadi apatis

terhadap modernitas. Padahal Nurcholis Madjid meyatakan bahwa yang

dinamakan modernitas tidaklah selalu berkonotasi negative. Cak Nur

menyebutkan bahwa modernisasi adalah rasionalisasi bukan westernisasi

(Agussalim,1986:17), umat Islam khususnya di Indonesia tampak gugup

menyikapi adanya modernisasi yang memang kebetulan datangnya dari Barat.

Menurut Cak Nur, seharusnya umat Muslim dapat bersyukur dengan adanya

modernisasi, karena modernisasi sendiri merupakan konsekuensi logis dari

ajaran tauhid.

Sudah semestinya umat Muslim melakukan pembaruan. Melalui

pembaruan itulah umat muslim akan terus eksis dan dapat mengisi proses

demokrasi yang sedang berjalan. Kesadaran membangun pembaruan ini

sudah semestinya dimiliki oleh setiap umat Islam, lebih khusus lagi oleh

mahasiswa Islam di seluruh tanah air atau bahkan dunia. Mahasiswa yang

memiliki peran sebagai agent of change dan agent of social control bagi

masyarakat harus mampu menciptakan sebuah gerakan pembaruan demi

terwujudnya cita-cita luhur bangsa dan kaffah dalam berislam.

Sebagai pemikiran besar tentang keislaman, secara garis besar, berisi

tentang ketuhanan, alam, kemanusiaan, demokrasi, keadilan ekonomi dan

ilmu pengetahuan. Tentang ketuhanan, pertama-tama dijelaskan bahwa

kepercayaan melahirkan nilai-nilai yang kemduian melembaga dalam

tradisitardisi. Karena kecenderungan mempertahankan tradisi, manusia

seringkali mengalami hambatan dalam perkembangan peradaban dan

kemajuan manusai (modernitas). Oleh sebab itu, manusia harus selalu

bersedia meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai tradisional

dan menganut kebenaran mutlak yaitu kebenaran yang berasal dari Allah.

(2:147).

Mengingat Allah yang menciptakan segala yang ada di langit dan di

bumi dengan sebenarnya dan menganutnya dengan pasti, maka alam adalah

eksistensi riil dari ciptaan-Nya. Alam diciptakan tidak menyerupai Allah, dan

Allah pun untuk keseluruhan yang lain tidak sama dengan yang lain. Untuk

Page 67: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

67

mengisi alam semseta ini, Allah pun menciptakan manusia yang

berkedudukan sebagai khalifah (2:30). Manusia ditugaskan untuk mengatur

dan mengelola alam ini sebaikbaiknya sesuai fitrahnya. Fitrah manusai adalah

suci dan berkecenderungan pada kebenaran dan kebaikan (hanif).

Sebagai khalifah di bumi, manusia sepenuhnya bertanggung jawab

atas segala perbuatannya di dunia dan pertanggung jawaban yang terakhir

adalah akhirat sebagai hari agama. Di muka bumi, manusia berperan sebagai

makhluk individual dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia

memiliki kebebasan individu untuk mengembangkan potensi yang

dianugerahkan Allah dalam dirinya. Potensi tersebut dapat dikembangkan dan

diimplementasikan dalam bentuk kerja dan pengabdian untuk keadilan

(Sukron,2013:60).

Kemudian untuk mewujudkan keadilan itu, manusia sebagai makhluk

sosial wajib untuk menegakkannya. Keadilan perlu ditegakkan dalam

berbagai hal, diantaranya dalam hal sosial dan ekonomi. Keadailan sosial

perlu ditegakkan dalam masyarakat Indonesia, melihat kenyataan masyarakat

Indonesia yang terdiri dari beberapa lapisan masyarakat. Adanya beberapa

lapisan dalam masyarakat menciptakan adanya kesenjangan dalam hal

ekonomi. Oleh karena itu, keadilan ekonomi pun perlu ditegakkan agar tidak

ada ketimpangan yang dilakukan oleh orang kaya kepada orang miskin.

Selanjutnya dan yang terakhir adalah tentang ilmu pengetahuan. Ilmu

pengetahuan merupakan prasyarat bagi manusia untuk beramal shalih. Ilmu

pengetahuan berarti pengertian yang dimiliki manusia secara benar tentang

dunia dan sekitar dirinya. Ilmu pengetahuan adalah hukum alam dan hukum

sejarah, suatu hukum yang mengharuskan manusia setia pada fitrahnya

(Sukron, 2013:60).

D. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini yang relevan ada empat penelitian tentang

pluralisme yaitu penelitian Jauharotul Munawaroh tentang Konsep Pluralisme

Agama dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam Studi Analisis Pemikiran

Page 68: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

68

KH. Abdurrahman Wahid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama,

Pemikiran Konsep Pluralisme agama KH. Abdurrahman Wahid yaitu

pribumisasi Islam, nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, prinsip

humanis dalam pluralitas masyarakat, prinsip keadilan dan egaliter. Kedua,

Implikasi dari pemikiran Pluralisme KH. Abdurrahman Wahid dalam

pendidikan Islam bahwa dalam hal ini mengambil dan menganalisis ide-ide

pemikiran pluralism KH. Abdurrahman Wahid yang akan menjadi masukan

bagi dunia pendidikan Islam. Adapun hal-hal yang perlu ditekankan dalam

proses pengajaran pendidikan Islam adalah: paradigma agama, antara inklusif

dan eksklusif; pendidikan Islam, humanis dan egalitarian; demokratisasi

pendidikan serta penuh etika dan moral. Jadi, adanya upaya memadukan

kesalahen personal dan kesalehan sosial: keselamatan insaniyah, kemaslahatan

basyariyah, serta keselamatan alam. Pendidikan tidak semata memicu

kecerdasan yang bersifat kognitif semata, tetapi juga aspek afektif dan

psikomotorik yaitu: prilaku kongrit terhadap sosial kemasyarakat

(Munawaroh, 2012:1).

Penelitian Fakhruddin Fuad Tentang Korelasi antara Kesadaran

Plurlisme Agama dengan Perilaku Sosial Siswa Muslim SMP Negeri 4

Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan pembuktian

tentang pentingnya pemahaman seseorang terhadap kesadaran pluralisme

agama guna menumbuhkan perilku sosial yang penuh keharmonisan

dikalangan pelajar (Fuad, 2012:23).

Penelitian Jannah, Fadhulil tentang Model Toleransi Keagamaan Remaja

Muslim Pada Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan Desa Lopait

Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa model toleransi yang di terapkan dalam

kehidupan sehari-hari remaja Dusun Celengan adalah Model Toleransi terbuka

Toleransi terbuka yaitu mereka dapat menghormati menyayangi dan

menghargai antar sesamanya sehingga tidak terjadi kekacauan, konflik

ataupun keributan karena adanya perbedaan dan tanpa memandang perbedaan

agama, ras, bahasa, karakter dan sifat, dan tertutup, yaitu mereka yang hanya

Page 69: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

69

menghormati dan menyayangi dan menghargai karena terpaksa dan hanya

berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadanya saja, dalam arti disini

adalah pilih-pilih tidak menyeluruh. Sikap toleransi remaja muslim di Dusun

Celengan mereka merealisasikan dengan bersikap dalam kehidupan sehari-hari

(Fadhulil, 2014:17).

Penelitian Roswidyaningsih Laras tentang Pengaruh Tingkat Toleransie

agama Terhadap Interaksi Sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali Tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan tingkat

toleransi beragama dengan kategori sangat baik dengan jumlah presentase

(40%), kategori baik dengan jumlah persentase (57%), sedangkan kategori

kurang baik berada pada persentase (3%). Hasil penelitian menunjukkan

interaksi sosial kategori sangat baik dengan jumlah persentase (20%), kategori

baik dengan jumlah presentase (57%), sedangkan kategori kurang baik dengan

jumlah persentase (23%). Sehingga hasil penelitian menunjukkan adanya

pengaruh antara tingkat toleransi beragama dengan interaksi sosial di Desa

Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali tahun 2014 (Laras,

2014:15).

Page 70: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

70

E. Kerangka Pemikiran

Page 71: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

71

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitiaan

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang berdasarkan studi

lapangan (field research) dengan pendekatan phenomenologis. Adapun

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

asumsi dasar bahwa objek ilmu tidak sebatas pada yang empirik, tetapi

mencakup phenomena yang tidak lain dari pada persepsi, pemikiran, kemauan,

dan keyakinan, subjek tentang sesuatu di luar subjek, ada yang transenden

disamping aposteriorik (Muhadjir,1989:12). Manusia dalam berilmu

pengetahuan tidak dapat lepas dari pandangan moralnya, baik pada taraf

mengamati, menghimpun data, menganalisis ataupun dalam membuat

kesimpulan. Penelitian kualitatif phenomenologis menuntut bersatunya subjek

peneliti dengan subjek pendukung objek penelitian.

Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan

kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian

yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti

transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan

lain-lain. Dalam penelitan kualitatif perlu menekankan pada pentingnya

kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti

memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan

nyata.(Patton dalam Poerwandari, 1998).

Page 72: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

72

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, karakteristik subjek adalah sebagai berikut:

Subjek penelitian ini adalah Dekan Fakultas, Ketua Jurusan, dan kepala UPT

yang ada di wilayah IAIN Salatiga.

C. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu :

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun

berdasarkan dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan

yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-

pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara.

Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukkan kepada orang yang

lebih ahli dalam hal ini, yakni pembibing penelitian untuk mendapat

masukan mengenai isi pedoman wawancarara.

Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti

membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan

diri untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah

peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil

observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi

terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap

perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti

melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti

sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai.

Page 73: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

73

Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan

karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara

dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang kesiapannya untuk

diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti

membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat

untuk melakukan wawancara.

2. Tahap pelaksanaan penelitiaan

Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan

tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat.

Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman

berdasrkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya peneliti

melakukan analisis data dan interpretasi data sesuai dengan langkah-

langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini.

Setelah itu, peneliti membuat dinamika psikologis dan kesimpulan yang

dilakukan, peneliti memberikan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan

data, yaitu :

1. Wawancara

Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan

data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden,

caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.

Page 74: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

74

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari

1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum

wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat

umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan

urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang

eksplisit.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer

mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar

pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas

atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan

bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkret dalam

kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual

saat wawancara berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998).

Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan tiga hal yang menjadi

kekuatan metode wawancara :

a) Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang

diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer

dengan memberikan penjelasan.

b) Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing

individu.

c) Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tehnik lain sudah

tidak dapat dilakukan.

Page 75: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

75

Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga

memiliki kelemahan, yaitu :

a) Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang

penyusunanya kurang baik.

b) Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang

kurang sesuai.

c) Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi

kurang akurat.

d) Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin

didengar oleh interviwer.

2. Observasi

Di samping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode

observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang

tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami

proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam

konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap

subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan

peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan

data tambahan terhadap hasil wawancara.

Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah

mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang

Page 76: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

76

berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna

kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang

diamati tersebut. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal

yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati

hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil

observasi menjadi data penting karena :

a) Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks

dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.

b) Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka,

berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan

mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

c) Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek

penelitian sendiri kurang disadari.

d) Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal

yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian

secara terbuka dalam wawancara.

e) Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap

introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan

pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat

dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

3. Dokumentasi.

Page 77: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

77

Berupa arsip-arsip tentang pencapaian visi misi IAIN Salatiga yang

dilakukan oleh civitas Akademika IAIN salatiga beserta profil, data yang

berkaitan dengan sejarah dan perkembangannya secara fisik dan tersebut.

E. Alat Bantu Pengumpulan Data

Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh

proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut,

mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan

menyimpulkan hasil penelitian.

Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu

(instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga alat

bantu, yaitu:

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak

menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya

berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan

pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun

berdasrkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan

observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya

terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya

wawancara.

Page 78: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

78

3. Alat Perekam

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar

peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus

berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan

data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek

untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian

Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitataif. Yin

(2003) mengajukan emmpat criteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan

dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah

Sebagai berikut :

1. Keabsahan Konstruk (Construct validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa

yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin diukur.

Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang

tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar

data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu. Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999) ada empat macam

triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :

a) Triangulasi data

Page 79: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

79

Mengguanakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari

satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

b) Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil

pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus

bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan

masukan terhadap hasil pengumpulan data.

c) Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan

bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian

ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan

menguji terkumpulnya data tersebut.

d) Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti

metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi

pada saat wawancra dilakukan.

2. Keabsahan Internal (Internal validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa

jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang

sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan

interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif

Page 80: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

80

akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian

tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada

kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.

3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity)

Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian

dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian

kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan

kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap

kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.

4. Keajegan (Reabilitas)

Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh

penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang

penelitian yang sama, sekali lagi.

Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti

selanjutnya memeperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi

dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian

kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan

data dan pengolahan data.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara, dan lainya untuk meningkatkan

pemahaman peneliti tentang fenomena yang diteliti dan menyajikannya

sebagai temuan bagi orang lain (Muhadjir,1989:171). Analisis data

Page 81: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

81

sebagaimana menurut Patton yang dikutip oleh Lexy J Moleong adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori,

dan satuan uraian dasar (Moleong,1989:103). Analisis dilakukan atas data

yang ditemukan di lapangan, dan bukan sebagai upaya untuk menguji teori

yang telah ditetapkan sebelumnya, mengingat bahwa penelitian kualitatif

menolak pra-konsep sebelum terjun di lapangan (Muhajir,1989:166).

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induksi

analitik. Data dikumpulkan dianalisis secara induksi untuk mengembangkan

model deskripsi penelitian dan menghasilkan laporan deskripsi analitik.

Dengan fokus masalah komunikasi organisasi Islam Indonesia sebagai

paradigma unifying umbrella keilmuan IAIN Salatiga.

Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisis data kualitatif

untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisis penelitian

kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall

dan Rossman dalam Kabalmay, 2002), di antaranya :

1. Mengorganisasikan data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara

mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape

recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya

dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk

tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang

agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah didapatkan.

2. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema, dan pola jawaban

Page 82: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

82

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap

data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang

muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan

pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis

sebagai acuan dan pedoman dalam mekukan coding. Dengan pedoman

ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan

melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan

pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan

singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan

kerangka analisis yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang

diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman

terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah

dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh

dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti

dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi

pada subjek.

3. Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data

Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji

data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini.

Pada tahap ini kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau

kemabali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II,

sehingga dapat dicocokan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis

Page 83: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

83

dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki

hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi

mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada.

4. Mencari alternatif penjelasan bagi data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi

terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan

kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa

perlu mencari suatau alternative penjelasan lain tetnag kesimpulan yang

telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada

alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan

terdpat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir

sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain

melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna

pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

5. Menulis hasil penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan

suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah

kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan

yang dipakai adalah persentase data yang didapat yaitu, penulisan data-

data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi

dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang

diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali

sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis,

Page 84: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

84

sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari

subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di

dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

Page 85: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

85

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Proses Komunikasi Organisasi di IAIN Salatiga

Komunikasi merupakan hal penting dalam sistem pengendalian

manajemen yang merupakan alat untuk mengarahkan, memotivasi, memonitor

atau mengamati serta evaluasi pelaksanaan manajemen perusahaan yang mencoba

mengarahkan pada tujuan organisasi dalam perusahaan agar kinerja yang

dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dapat berjalan lebih efesien dan

lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam sistem pengendalian manajemen

adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam mengelola perusahaan.

Dalam komunikasi organisasi terkait dengan struktur dan fungsi

organisasi, hubungan antar manusia komunikasi dan proses pengorganisasian

serta budaya organisasi yang ada di Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan

yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus

komunikasi vertikal dan horisontal. Komunikasi adalah proses pemindahan

pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain.

Komunikasi juga sebagai suatu proses dimana orang-orang bermaksud

memberikan pengertian-melalui pengiringan berita secara simbolis, dapat

menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan

bidang yang berbeda pula, sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi. Di

dalam suatu organisasi penting pula hendaknya seorang pemimpin yang mampu

berkomunikasi dengan baik kepada para anggotanya. Kaerna suatu tujuan bisa

salah arti jika tidak terwujudnya komunikasi yang baik dalam organisasi tersebut.

Komunikasi organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan

penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu

organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam

hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu

lingkungan.

Page 86: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

86

Perilaku berpengaruh dalam desain system pengendalian manajemen untuk

membantu, mengendalikan, memotivasi manajemen dalam mengambil keputusan

dan memonitor perilaku yang dapat mengendalikan aktivitas-aktivitas yang terjadi

dalam sebuah organisasi. Sistem pengendalian manajemen adalah sejumlah

struktur komunikasi yang saling berhubungan yang mengklasifikasikan proses

informasi yang dapat membantu manajer dalam mengkoordinasi bagiannya untuk

mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan organisasi yang diharapkan pada

dasar yang berkesinambungan (Maciarriello dan Kirby, 1994). Untuk membentuk

suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya komunikasi yang baik antara unsur-

unsur yang ada di dalam organisasi tersebut. Komunikasi yang baik akan

menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam bekerja.

Komunikasi memungkinkan orang untuk mengkoordinir kegiatan dalam

organisasi untuk mencapai tujuan bersama, komunikasi tidak hanya

menyampaikan informasi saja, tetapi anggota organisasi dapat membentuk makna

dan mengembangkan harapan mengenai apa yang sedang terjadi disekitar anggota

organisasi melalui pertukaran simbol. Komunikasi merupakan unsur pengikat

berbagai bagian yang saling bergantung dari sistem yang ada.

Ada beberapa bentuk komunikasi yang dipakai dalam menyampaikan

informasi, perintah, dan kebijakan yaitu komunikasi vertikal, horosontal, dan

diagonal. Disamping bentuk komunikasi tersebut ada juga komunikasi lisan dan

tertulis, komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi lisan dan tertulis ini

adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Biasanya komunikasi antarpribadi

disampaikan secara lisan maupun tertulis. Sebagian besar proses komunikasi

dalam organisasi terjadi dalam bentuk ini, banyak anggota organisasi yang

menyukai komunikasi lisan karena keakraban yang ditimbulkannya. Komunikasi

lisan dan tertulis juga dapat menimbulkan kecermatan dan ketepatan. Pola

komunikasi di perguruan tinggi tidak hanya terbatas pada pola komunikasi dari

pimpinan saja, tetapi juga bagaimana bawahan ikut memberi sumbang saran

kepada pimpinan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan pola komunikasi yang

baik akan dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik juga.

Page 87: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

87

Pola komunikasi yang terlihat di lembaga ini adalah dengan menggunakan

media tertulis contohnya dengan diterbitkannya buku pedoman akademik, dan

juga dengan diadakannya rapat-rapat yang bertujuan untuk membahas masalah

yang ada. Pola komunikasi yang ada diperguruan tinggi lebih banyak

menggunakan pola komunikasi dari atasan ke bawahan, ini dapat terlihat dari

adanya instruksi lisan atau tulisan, dan rapat sebagai media komunikasi dalam

organisasi menunjukkan bahwa komunikasi dari atasan lebih banyak dilakukan,

sedangkan komunikasi dari bawahan yang lebih sedikit dipergunakan, ini terlihat

dari rapat-rapat yang diadakan. Rapat hanya diadakan kalau ada yang perlu

dibicarakan atau ketika ada masalah yang memerlukan usulan dari bawahan

Dalam komunikasi organisasi pimpinan juga perlu mendengarkan atau

mengetahui masukan-masukan atau saran-saran dari bawahan, karena itu

komunikasi dari bawahan dapat menunjukkan bahwa pimpinan menghargai

karyawan dan mendengarkan serta berinteraksi dengan karyawan sehingga

membentuk dasar bagi sebuah komunikasi yang efektif, dan salah satu bentuknya

dengan meluangkan waktu untuk pertemuan tatap muka. Dengan adanya

komunikasi dari bawahan kepada atasan mana pimpinan dapat mengetahui

pertama informasi tentang keberhasilan, kemajuan, dan rencana-rencana

mendatang dari para bawahan. Kedua informasi tentang problem-problem

pekerjaan yang memerlukan bantuan dari tingkatan lebih atas dalam organisasi.

Ketiga Ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitas dan fungsi yang berhubungan

dengan pekerjaan. Keempat Informasi mengenai perasaan para bawahan tentang

pekerjaan atau isu yang berhubungan dengan pekerjaan. Karena komunikasi dari

bawahan kepada atasan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam

meningkatkan kinerja dalam organisasi maka komunikasi dari bawahan kepada

atasan ini perlu ditingkatkan agar anggota organisasi baik dosen ataupun pegawai

adminstrasi merasa dihargai kehadirannya dan juga dapat diberikan solusi ketika

mempunyai masalah, terutama masalah dalam menjalankan pekerjaannya.

Page 88: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

88

Ada tujuh kerangka dasar yang melandasi implementasi Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga meliputi:

1. Nilai-nilai agama dan budaya luhur sebagai spirit

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga mengintegrasikan nilai

Islam dan budaya luhur dalam proses pembelajaran

2. Berbasis partisipasi masyarakat

IAIN Salatiga diselenggarakan oleh, dari, dan untuk masyarakat guna

memenuhi kebutuhan aspirasi warganya, oleh sebab itu dilaksanakan atas

dasar partisipasi masyarakat.

3. Berorientasi pada kemandirian yang tinggi

IAIN Salatiga berpijak kepada prinsip kemandirian yang tinggi di

tingkat satuan kerja karena bertumpu kepada partisipasi masyarakat.

4. Bersifat majemuk dari aspek jalur, jenjang, dan jenis

IAIN Salatiga bersifat majemuk dari berbagai aspek sehingga

memberikan warna tersendiri dalam sistem pendidikan nasional.

5. Nilai-nilai demokratis, keadilan, dan kesetaraan

IAIN Salatiga menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis, berkeadilan,

dan berkesetaraan sehingga memberikan keberpihakan yang tinggi kepada

kelompok masyarakat marjinal.

6. Perhatian pemerintah tanpa mengurangi ciri khas

Dengan jelasnya kedudukan Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam

(PTKI) dalam sistem pendidikan nasional, perhatian pemerintah semakin

dipertegas secara hukum dan peraturan perundangan, sehingga baik

pemerintah pusat maupun daerah mempunyai kewajiban yang sama dalam

memfasilitasi dan mendukung penyelenggaraan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga dengan tetap mempertahankan ciri khas dan kemandiriannya.

7. Berwawasan kebangsaan Indonesia:

IAIN Salatiga memiliki nilai wawasan kebangsaan Indonesia yang selaras

dengan muatan pendidikan dan proses tata kelolanya.

Page 89: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

89

B. Strategi yang Dilakukan untuk Mewujudkan Kampus Berparadigma

Islam Indonesia di IAIN Salatiga

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional bertujuan untuk: 1) mendukung koordinasi antar pelaku

pembangunan; 2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, sinergi baik antar

daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat

dan daerah; 3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; 4) mengoptimalkan partisipasi

masyarakat; dan 5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,

efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2015-2030

yang diundangkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, pendidikan

dan agama memiliki kedudukan dan fungsi yang tak terpisahkan dalam kerangka

pembangunan nasional di bawah payung pembangunan sumber daya manusia dan

kesejahteraan rakyat. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga sebagai

lembaga pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab yang besar dalam

pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan dan penanaman nilai-

nilai agama.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga diselenggarakan untuk: 1)

memenuhi tugas negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua, wali, dan

lembaga sosial dalam melindungi hak-hak anak untuk memeluk ajaran agamanya

meliputi pembinaan, pembangunan, dan pengamalan ajaran agama, serta 2)

memberikan layanan pendidikan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan

serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan

dengan amanah UUD 1945 pasal 31 ayat 3 dan UU No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak pasal 43 ayat (1,2).

Strategi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dalam mengarahkan

pencapaian tujuan organisasi. IAIN Salatiga akan mampu memberikan arah dalam

penyusunan rencana operasional dan rencana kegiatan. IAIN Salatiga akan

menjadikan semua orang memiliki persepsi dan kesatuan langkah dalam

pencapaian tujuan organisasi.

Page 90: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

90

Dalam kerangka pembangunan nasional, Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga memiliki peran strategis dalam melaksanakan amanat Undang-

Undang Dasar Tahun 1945. Dalam Pasal 31 amandemen keempat UUD 45 ayat iii

dan iv yang menyatakan: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

Undang-Undang; Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan

peradaban serta kesejahteraan umat manusia.” Selanjutnya, ditegaskan dalam

pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan bahwa: (a) Negara berdasar atas Ketuhanan

Yang Maha Esa, dan (b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya

dan kepercayaannya itu. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

menjalankan amanah untuk melindungi hak dalam memperoleh pendidikan dan

pengajaran sekaligus menjalankan kewajiban negara dalam pembinaan dan

pengamalan ajaran agama.

Keberadaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga juga dapat

memberikan kontribusi dalam tiga aspek utama pembangunan nasional jangka

panjang Indonesia, yaitu (a) sebagai wahana untuk melaksanakan tugas negara,

masyarakat, dan pemerintah dalam memenuhi hak untuk memperoleh pendidikan

agama, (b) mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,

berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila dan (c) mewujudkan

bangsa yang berdaya saing.

Dalam dimensi pemenuhan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

berperan sebagai pelaksana tugas negara dalam melindungi terwujudnya

pemenuhan salah satu hak asasi manusia melalui penyediaan layanan pembinaan,

pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama Islam. Dalam dimensi perwujudan

masyarakat berakhlak mulia, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

berperan sebagai penyedia layanan pendidikan yang relevan dan sebagai

instrumen dalam pembangunan kondisi mental-spiritual masyarakat. Pada dimensi

penyedia landasan daya saing bangsa, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Page 91: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

91

Salatiga memberikan layanan pendidikan yang bermutu untuk menjawab

tantangan global terhadap kebutuhan sumber daya manusia yang unggul baik di

bidang ilmu pengetahuan maupun karakter tangguh dalam sikap dan perilaku

beragama.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dalam bingkai ideologi

negara dan misi jangka panjang pembangunan Indonesia menempati posisi

strategis yang diharapkan mampu mewarnai dinamika pembangunan bangsa

Indonesia. Posisi strategik tersebut mewarnai aspek pembangunan pendidikan dan

agama peserta didik, ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat secara luas.

Pemenuhan hak dan peningkatan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia

merupakan kata kunci yang dimiliki oleh Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga dalam aspek pembangunan individu. Nilai-nilai agama menjadi dasar

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada pembangunan

masyarakat secara luas, dua posisi strategik Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga dipertegas dengan memajukan peradaban serta kesejahteraan umat

manusia, dan mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,

berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Pada pembangunan

bangsa Indonesia, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga diharapkan

mampu mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

Secara khusus, IAIN Salatiga memiliki posisi strategis dalam membangun

Kota Salatiga yang memiliki karakteristik : kota pendidikan, kota transit atau kota

peristirahatan, dan kota yang memiliki karakteristik masyarakat heterogen. Kaitan

IAIN Salatiga dengan Salatiga dalam konteks sebagai kota pendidikan, memiliki

peran memberikan akses pendidikan pada masyarakat. Salatiga sebagai kota

transit atau kota peristirahatan, IAIN Salatiga memiliki peran dalam menyiapkan

masyarakat yang siap menerima kunjungan dari luar daerah dan sebagai kota yang

damai. Salatiga sebagai kota yang memiliki karakteristik masyarakat heterogen

terdiri dari berbagai etnis, suku bangsa di Indonesia, maupun dari berbagai negara

yang ada di dunia, IAIN Salatiga memiliki peran dalam mewujudkan sebagai kota

yang aman dan damai.

Page 92: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

92

Adapun langkah strategis yang dilakukan oleh lembaga Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah sebagai berikut :

1. Bidang Pengembangan Keilmuan Islam Indonesia

Penyelenggaraan berbagai kajian ilmiah secara terarah untuk menyusun naskah

akademik bangunan keilmuan (Body of Knowledge) berbasis nilai-nilai keislaman dan

keindonesiaan

TahunTahun 2027-2030

Tahun 2023-2026Tahun 2019-2022

2015-2018

2. Bidang Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan yang memenuhi standar mutu untuk

mendukung penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai

keislaman dan keindonesiaan. Strategi yang dilakukan adalah penyelenggaraan

berbagai kajian ilmiah secara terarah untuk menyusun naskah akademik bangunan

keilmuan (Body of Knowledge) berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan

dengan kebijakan (a) Penjaminan mutu kegiatan ilmiah untuk mewujudkan

bangunan keilmuan (Body of Knowledge) pendidikan berbasis nilai-nilai

keislaman dan keindonesiaan (b) Pelaksanaan kegiatan ilmiah untuk membangun

keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. (c)

pengkajian dan pendokumentasian hasil penelitian, jurnal, artikel, dll sebagai

bahan menyusun bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman

Penyebaran nilai-nilai Islam

Indonesia demiterwujudnya

masyarakat duniayang damaibermartabat

Implementasipendidikan berbasisnilai-nilai keislamandan keindonesiaan

dalam pembelajaranunggul

Tersusunnyabangunankeilmuan

pendidikanberbasis nilai-nilai keislaman

dankeindonesiaan

Pengembanganpendidikan berbasisnilai-nilai keislamandan keindonesiaan

dalam pembelajaranberbasis riset

Page 93: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

93

dan keindonesiaan dan (d) penyusunan naskah akademik bangunan keilmuan

pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan

TahunTahun 2027-2030

Tahun 2023-2026Tahun 2019-2022

2015-2018

3. Bidang Penelitian

Penyelenggaraan penelitian secara terarah dan terpublikasikan dengan baik

sebagai dasar penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai

keislaman dan keindonesiaan

Tahun 2027-2030Tahun 2023-2026

Tahun 2015-2018 Tahun 2019-2022

Terlaksananyapembelajaran unggulyang berbasis nilai-

nilai Islam Indonesia

TerlaksananyaPembelajaranyang bermutu

yang mendukungpenyusunanbangunan

keilmuan IslamIndonesia

Terlaksananyapembelajaran

berbasis riset untukmengembangkannilai-nilai Islam

Indonesia

Terlaksananyapembelajaran untuk

penyebaran nilai-nilaiIslam Indonesia

Terwujudnya hasilpenelitian sebagai

landasan dan bahanpembelajaran unggulyang berbasis pada

nilai-nilai IslamIndonesia

Terwujudnyahasil penelitiansebagai landasan

penyusunanbangunan

keilmuan Islam-Indonesia

Terwujudnya hasilpenelitian sebagai

landasan untukmenyebarkan nilai-

nilai Islam Indonesiademi terwujudnyamasyarakat dunia

yang damaibermartabat

Terwujudnya hasilpenelitian sebagai

landasan dan bahanpembelajaran

berbasis riset untukmengembangkannilai-nilai Islam

Indonesia

Page 94: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

94

4. Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat

Penyelenggaraaan pengabdian kepada masyarakat secara terarah untuk

mendukung penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai

keislaman dan keindonesiaan

TahunTahun 2027-2030

Tahun 2023-2026Tahun2015-

20182019-2022

5. Bidang Pengembangan Manajemen Organisasi

Penyelenggaraan manajemen organisasi yang memenuhi standar mutu

sesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN

TahunTahun 2027-2030

Tahun 2023-2026Tahun 2019-2022

2015-2018

Terlaksananyapengabdian kepadamasyarakat yang

mendukungpembelajaran unggulyang berbasis pada

nilai-nilai IslamIndonesia

Terlaksananyapengabdiankepadamasyarakat yangmendukungpenyusunanbangunankeilmuan Islam-Indonesia

Terlaksananyapengabdian kepadamasyarakat yang

mendukungpembelajaran

berbasis riset untukmengembangkannilai-nilai Islam

Indonesia

Terlaksananyapengabdian kepadamasyarakat untukmenyebarkan nilai-

nilai Islam Indonesiademi terwujudnyamasyarakat dunia

yang damaibermartabat

Terlaksananyamanajemen

organisasi yangmendukungpemenuhan

persyaratan alihbentuk menjadi UIN

Terlaksananyagood governancesesuai tuntutan

manajemenorganisasi IAIN

Terlaksananyamanajemen organisasi

yang mendukungpenyebaran nilai-nilaiIslam Indonesia demi

terwujudnyamasyarakat dunia yang

damai bermartabat

Terlaksananyamanajemen

organisasi UINyang mendukung

pembelajaranberbasis riset untukmengembangkannilai-nilai Islam

Indonesia

Page 95: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

95

6. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia

Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia sesuai tuntutan

manajemen organisasi IAIN Salatiga.

TahunTahun 2027-2030

Tahun 2023-2026Tahun 2019-2022

2015-2018

7. Bidang Pengembangan Sarana Prasarana

Pengadaan sarana prasarana sesuai tuntutan kelembagaan yang mendukung

penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan

keindonesiaan. Pengadaan sarana prasarana sesuai tuntutan kelembagaan menjadi

IAIN yang mendukung penyusunan konsep ilmu berbasis nilai-nilai keislaman

dan keindonesiaan dengan kebijakan: (a) Penataan lingkungan kampus sesuai

tuntutan alih bentuk kelembagaan menjadi IAIN yang mendukung penyusunan

konsep ilmu berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. (b)Pembangunan

gedung sesuai tuntutan alih bentuk kelembagaan menjadi IAIN yang mendukung

penyusunan konsep ilmu pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan

keindonesiaan. (c) Peningkatan area kampus sesuai tuntutan alih bentuk

kelembagaan menjadi IAIN yang mendukung penyusunan konsep ilmu

pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan

Tersedianya sumberdaya manusia yang

mendukungpenyebaran nilai-nilaiIslam Indonesia demi

terwujudnyamasyarakat dunia

yang damaibermartabat

Tersedianya sumberdaya manusia yang

mendukungpelaksanaanmanajemen

organisasi UINyang mendukung

pembelajaranberbasis riset untukmengembangkannilai-nilai Islam

Indonesia

Tersedianya sumberdaya manusia untuk

mendukungpemenuhan

persyaratan alihbentuk menjadi UIN

dan mendukungpembelajaran unggul

Tersedianyasumber daya

manusia sesuaituntutan

manajemenorganisasi IAIN

yang mendukungpenyusunanbangunan

keilmuan IslamIndonesia

Page 96: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

96

Tahun

Tahun2027-2030

Tahun 2023-2026Tahun 2019-2022

2015-2018

8. Bidang Keuangan

Perencanaan, penggunaan dan penggalian dana secara tepat sesuai tuntutan

manajemen organisasi IAIN yang mendukung penyusunan bangunan keilmuan

pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.

TahunTahun 2027-2030

Tahun 2023-2026Tahun 2019-2022

2015-2018

9. Bidang Pengembangan Kerjasama

Tersedianya saranaprasarana yang

mendukungpenyebaran nilai-nilaiIslam Indonesia demi

terwujudnyamasyarakat dunia

yang damaibermartabat

Tersedianya saranaprasarana yang

mendukungpelaksanaanmanajemen

organisasi UINyang mendukung

pembelajaranberbasis riset untukmengembangkannilai-nilai Islam

Indonesia

Tersedianyasarana prasaranasesuai tuntutan

alih bentukkelembagaanmenjadi IAIN

yang mendukungpenyusunanbangunan

keilmuan IslamIndonesia

Tersedianya saranaprasarana untuk

pemenuhanpersyaratan alihbentuk menjadi

UIN danmendukung

pembelajaranunggul

Tersedianya sumberdana yang

mendukungpenyebaran nilai-nilaiIslam Indonesia demi

terwujudnyamasyarakat dunia

yang damaibermartabat

Tersedianya sumberdana untukmendukungpemenuhan

persyaratan alihbentuk menjadi UIN

dan mendukungpembelajaran unggul

Tersedianyasumber dana

sesuai tuntutanmanajemen

organisasi IAINyang mendukung

penyusunanbangunan

keilmuan IslamIndonesia

Tersedianya sumberdana yang

mendukungpelaksanaanmanajemen

organisasi UINyang mendukung

pembelajaranberbasis riset untukmengembangkannilai-nilai Islam

Indonesia

Page 97: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

97

Pelaksanaan kerjasama kelembagaan sesuai tuntutan manajemen organisasi

IAIN yang mendukung penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-

nilai keislaman dan keindonesiaan

TahunTahun 2027-2030

Tahun 2023-2026Tahun 2019-2022

2015-2018

C. Kendala dalam Mewujudkan Visi-misi IAIN Salatiga

Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian

sebuah organisasi yang ingin dicapai di masa depan. Dengan kata lain, visi dapat

dikatakan sebagai pernyataan want to be dari organisasi. Visi juga merupakan hal

yang sangat krusial bagi lembaga untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan

jangka panjang.

Antara visi, misi, dan perencenaan strategis memiliki hubungan yang sangat

erat dan saling mebutuhkan.Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang

diinginkan padaakhir periode perencanaan, Misi adalah rumusan umummengenai

upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi, sedangkan

Perencanaan Strategis merupakan proses memutuskan program-program yang

akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang

akandialokasikan ke setiap program jangka panjang selama beberapa tahun ke

depan.

Terwujudnya jaringankerjasama yang

mendukungpenyebaran nilai-nilaiIslam Indonesia demi

terwujudnyamasyarakat dunia

yang damaibermartabat

Terwujudnyajaringan kerjasamauntuk mendukung

pemenuhanpersyaratan alih

bentuk menjadi UINdan mendukung

pembelajaran unggul

Terlaksanayakerjasama

kelembagaansesuai tuntutan

manajemenorganisasi IAIN

yang mendukungpenyusunanbangunan

keilmuan IslamIndonesia

Terwujudnyajaringan kerjasamayang mendukung

pelaksanaanmanajemen

organisasi UINyang mendukung

pembelajaranberbasis riset untukmengembangkannilai-nilai Islam

Indonesia

Page 98: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

98

Dengan demikian perencanaan strategis digunakan untuk menentukan atau

mewujudkan visi dan misi IAIN Salatiga dan membagi-bagi sumber daya yang

diperlukan untuk mencapainya. Jadi dapat dikatakan suatu organisasi pada

mulanya memiliki cita-cita atau tujuan akhir yang ingin dicapai dalam jagka

panjang yang disebut visi,selanjutnya untuk mencapai atau mewujutkan visi

organisasi yang telah ditentukan tersebut, organisasi merumuskan upaya-upaya

umum yang hendak dilakukan yang disebut misi, kemudian untuk mewujutkan

misi, organisasi membuat atau merumuskan upaya-upaya khusus yang dirasa

paling efektif dan efisien untuk mencapai cita-cita organisasi yang disebut

perencanaan strategis.

Lebih jelasnya visi merupakan pernyataan tentang gambaran keadaan dan

karakteristik yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pada jauh dimasa yang akan

datang. Misi merupakan pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh

lembaga dalam usahanya mewujudkan visi,dan hubungannya dengan rencana

strategis adalah memberikan arah yang akan membawa lembaga dalam mencapai

tujuan yang sesuai dengan visi dan misi yang telah dirumuskan.

Kelemahan-kelemahan dalam mewujudkan visi dan misi IAIN Salatiga

adalah :

1. Manajemen organisasi pada masa transisi, sehingga sistem manajemen belum

berjalan optimal (status peralihan dari STAIN ke IAIN yang membutuhkan

penyesuaian-penyesuaian baik dari sisi SDM dan sarana-prasarana yang

dimiliki oleh lembaga)

2. Pedoman kerja organisasi belum terumuskan secara mantab, sehingga

menghambat dalam memberikan pelayanan.

3. Belum semua jaringan dan kerja sama dengan lembaga di dalam maupun di

luar negeri belum semuanya memiliki MoU.

4. Budaya kerja yang sesuai dengan tuntutan perguruan tinggi yang modern

yang dicirikan dengan etos kerja tinggi dan jaringan internasional belum

merata pada semua dosen/staf.

5. Kampus terpadu baru dibangun pada tahap I sehingga fasilitas ruang kelas

masih terbatas.

Page 99: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

99

6. Pada tahap I IAIN Salatiga masih mencari bentuk dan road map keilmuan

yang ingin ditonjolkan.

Page 100: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

100

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengkajian dan analisis

seluruh data-data, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses komunikasi organisasi di lingkungan IAIN Salatiga berlangsung

dalam beberapa bentuk, yaitu komunikasi vertikal, horosontal, dan

diagonal. Disamping bentuk komunikasi tersebut ada juga komunikasi

lisan dan tertulis, komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi lisan dan

tertulis ini adalah bentuk pesan yang akan disampaikan. Biasanya

komunikasi antarpribadi disampaikan secara lisan maupun tertulis.

Sebagian besar proses komunikasi dalam organisasi terjadi dalam bentuk

ini, banyak anggota organisasi yang menyukai komunikasi lisan karena

keakraban yang ditimbulkannya. Komunikasi lisan dan tertulis juga dapat

menimbulkan kecermatan dan ketepatan. Pola komunikasi di perguruan

tinggi tidak hanya terbatas pada pola komunikasi dari pimpinan saja, tetapi

juga bagaimana bawahan ikut memberi sumbang saran kepada pimpinan

untuk mencapai tujuan bersama. Dengan pola komunikasi yang baik akan

dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik juga. Pola komunikasi

yang terlihat di lembaga ini adalah dengan menggunakan media tertulis

contohnya dengan diterbitkannya buku pedoman akademik, dan juga

dengan diadakannya rapat-rapat yang bertujuan untuk membahas masalah

yang ada. Pola komunikasi yang ada diperguruan tinggi lebih banyak

menggunakan pola komunikasi dari atasan ke bawahan, ini dapat terlihat

dari adanya instruksi lisan atau tulisan, dan rapat sebagai media

komunikasi dalam organisasi menunjukkan bahwa komunikasi dari atasan

lebih banyak dilakukan, sedangkan komunikasi dari bawahan yang lebih

sedikit dipergunakan, ini terlihat dari rapat-rapat yang diadakan. Rapat

Page 101: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

101

hanya diadakan kalau ada yang perlu dibicarakan atau ketika ada masalah

yang memerlukan usulan dari bawahan.

Dalam komunikasi organisasi pimpinan mendengarkan masukan-

masukan atau saran-saran dari bawahan, karena itu komunikasi dari

bawahan dapat menunjukkan bahwa pimpinan menghargai karyawan dan

mendengarkan serta berinteraksi dengan karyawan sehingga membentuk

dasar bagi sebuah komunikasi yang efektif, dan salah satu bentuknya

dengan meluangkan waktu untuk pertemuan tatap muka. Dengan adanya

komunikasi dari bawahan kepada atasan mana pimpinan dapat mengetahui

pertama informasi tentang keberhasilan, kemajuan, dan rencana-rencana

mendatang dari para bawahan. Kedua informasi tentang problem-problem

pekerjaan yang memerlukan bantuan dari tingkatan lebih atas dalam

organisasi. Ketiga Ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitas dan fungsi yang

berhubungan dengan pekerjaan. Keempat Informasi mengenai perasaan

para bawahan tentang pekerjaan atau isu yang berhubungan dengan

pekerjaan. Karena komunikasi dari bawahan kepada atasan mempunyai

fungsi yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja dalam organisasi

maka komunikasi dari bawahan kepada atasan ini perlu ditingkatkan agar

anggota organisasi baik dosen ataupun pegawai adminstrasi merasa

dihargai kehadirannya dan juga dapat diberikan solusi ketika mempunyai

masalah, terutama masalah dalam menjalankan pekerjaannya.

Ada tujuh kerangka dasar yang melandasi implementasi Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yaitu (1) nilai-nilai agama dan

budaya luhur sebagai spirit, (2) Berbasis partisipasi masyarakat, (3)

berorientasi pada kemandirian yang tinggi, (4) bersifat majemuk dari

aspek jalur, jenjang, dan jenis, (5) nilai-nilai demokratis, keadilan, dan

kesetaraan, (6) berwawasan kebangsaan Indonesia:

2. Strategi yang dilakukan untuk mewujudkan kampus berparadigma Islam

Indonesia di IAIN Salatiga adalah sebagai berikut: (1) Bidang

Pengembangan Keilmuan Islam Indonesia yaitu dengan penyelenggaraan

berbagai kajian ilmiah secara terarah untuk menyusun naskah akademik

Page 102: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

102

bangunan keilmuan (Body of Knowledge) berbasis nilai-nilai keislaman dan

keindonesiaan. (2) Bidang Penelitian, melakukan penyelenggaraan

penelitian secara terarah dan terpublikasikan dengan baik sebagai dasar

penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan

keindonesiaan. (3) Bidang Pengabdian Kepada Masyarakat,

penyelenggaraaan pengabdian kepada masyarakat secara terarah untuk

mendukung penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-

nilai keislaman dan keindonesiaan (4) Bidang Pengembangan Manajemen

Organisasi melakukan penyelenggaraan manajemen organisasi yang

memenuhi standar mutu sesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN. (5)

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, melakukan peningkatan

kuantitas dan kualitas sumber daya manusia sesuai tuntutan manajemen

organisasi IAIN Salatiga. (6) Bidang Pengembangan Sarana Prasarana

melakukan pengadaan sarana prasarana sesuai tuntutan kelembagaan yang

mendukung penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-

nilai keislaman dan keindonesiaan. (7) Bidang Keuangan, melakukan

perencanaan, penggunaan dan penggalian dana secara tepat sesuai tuntutan

manajemen organisasi IAIN yang mendukung penyusunan bangunan

keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.(8)

Bidang Pengembangan Kerjasama dengan pelaksanaan kerjasama

kelembagaan sesuai tuntutan manajemen organisasi IAIN yang mendukung

penyusunan bangunan keilmuan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman dan

keindonesiaan.

3. Kendala-kendala dalam mewujudkan visi-misi IAIN Salatiga di antaranya:

(1) Manajemen organisasi pada masa transisi, sehingga sistem manajemen

belum berjalan optimal.(2) Pedoman kerja organisasi belum terumuskan

secara mantab, sehingga menghambat dalam memberikan pelayanan.(3)

Belum semua jaringan dan kerja sama dengan lembaga di dalam maupun

di luar negeri belum semuanya memiliki MoU. (4) Budaya kerja yang

sesuai dengan tuntutan perguruan tinggi yang modern yang dicirikan

dengan etos kerja tinggi dan jaringan internasional belum merata pada

Page 103: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

103

semua dosen atau staf. (5) Kampus terpadu baru dibangun pada tahap I

sehingga fasilitas ruang kelas masih terbatas. Pada tahap ini IAIN Salatiga

masih mencari bentuk dan road map keilmuan yang ingin ditonjolkan.

B. Saran-saran

Dari temuan-temuan yang telah diulas pada bab sebelumnya serta

kesimpulan di atas maka rekomendasi yang diberikan dalam penelitian ini

adalah IAIN Salatiga hendaknya lebih intensif lagi dalam mensosialisasikan

dan menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam visi, misi, dan

tujuan kepada seluluh civitas akademika dan para stakeholder agar menjadi

semangat dan gerakan bersama sehingga visi, misi, dan tujuan tersebut dapat

segera terwujud.

Page 104: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

104

DAFTAR PUSTAKA

Abd A’la dkk. 2005. Nilai-nilai Pluralism dalam Islam. Bandung: Pustaka

Nuansa.

Abu Ridha. (ed.). 2002. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran. Jakarta: Al-I’tishom

Cahaya Umat.

Abu Zahrah. 1991. Sejarah Aliran-Aliran dalam Islam Bidang Politik dan Akidah.

Ponorogo: Pusat Studi Ilmu dan Amal.

Agussalim Sitompul, 1986. Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah

Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: Integrita Dinamika Press.

Arifin, H. M. 1993. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Cahyadi Takariawan, dkk. 2003. Di Bawah Naungan Cahaya Ilahi. Surakarta:

Nurulhuda Press.

Clifford Geertz. 1981. Abangan, Santri, Priyai dalam Masyarakat Jawa,

terjemahan Aswab Mahasin, Bandung: Dunia Pustaka.

D. Ratna Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Deddy Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Donald K. Emmerson. 1989. Islam and Regim in Indonesia: Who’s coopting

Whom?, Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.

Fakhruddin, Fuad. Korelasi antara Kesadaran Plurlisme Agama dengan Perilaku

Sosial Siswa Muslim SMP Negeri 4 Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012.

Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

Hadari Nawawi, M. Martini Hadari. 1995. Instrument Penelitian Bidang Sosial

Yogyakarta: Gajah Mada University.

Hartono Ahmad Jaiz. 2009. Aliran dan Paham Sesat di Indonesia. Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar.

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sociology. Edisi keenam.

International Student Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill Book Company Inc.

Husaen Muhammad. 2011. Mengaji Pluralisme. Bandung: Putaka Nuansa.

Page 105: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

105

Husaini Usman. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Jannah, Fadhulil. Model Toleransi Keagamaan Remaja Muslim Pada

Lingkungan Beda Agama di Dusun Celengan Desa Lopait Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2014

Jauharotul Munawaroh, Konsep Pluralisme Agama dan Implikasinya dalam

Pendidikan Islam Studi Analisis Pemikiran KH. Abdurrahman Wahid.

IAIN Walisongo Semarang, Skripsi. Semarang. Tahun 2012

Keith Davis.1962. Human Relations at Work. New York, San Francisco, Toronto,

London.

Moleong, L. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. 2000. Human Communication. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Muslim Nurdin, dll. Moral dan Kognisi Islam. Bandung: CV Alfabeta.

Nasution. 1996. Metode Research. Bandung: Bumi Aksara.

Onong Uchjana Effendy. 1994. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Pius A. P, M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Popular. Surabaya: Arkola.

Proyek Pembinaan Kerukunan antar Umat Beragama Departemen Agama

Kerjasama Sosial Kemasyarakat. 2011. Jakarta: PPKHB.

Roswidyaningsih. Laras Pengaruh Tingkat Toleransi Beragama Terhadap

Interaksi Sosial di Desa Sampetan Kecamatan Ampel Kabupaten

Boyolali Tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi

Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri Salatiga.

Sifuddin Azwan. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1976. Understanding Practice and

Analysis. New York: Random House.

Soyomukti, Nurani. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Page 106: TINJAUAN KOMUNIKASI ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/8851/1/BAHRONI, BUKU REFER… · ORGANISASI ISLAM INDONESIA SEBAGAI PARADIGMA UNIFYING

106

Stephen P.Robbins. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi.

Jakarta: Arcan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

Sukron Kamil. 2013. Islam dan Politik Indonesia Terkini. Jakarta: Pusat Studi

Indonesia dan Arab.

Toto Suryana, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.

Bandung: Tiga Mutiara.

Tubbs, Stewart L.Moss, Sylvia. 2005. Human Communication: Konteks-Konteks

Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,.

Zakiah Darajat, dkk. 1984. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: CV Kuning

Mas.