refer at

47
REFERAT REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS PADA BAYI & ANAK Lili Suriani 07.06.0018 PEMBIMBING : dr. Yusuf T. Asa, Sp.A 1

Upload: lili-suriani

Post on 27-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

REFERAT

REFLEKS FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS PADA BAYI & ANAK

Lili Suriani

07.06.0018

PEMBIMBING :

dr. Yusuf T. Asa, Sp.A

Dalam Rangka Mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya Di Lab/SMF Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram/RSUD Soedjono Selong

2013

1

PENDAHULUAN

Cara manusia bertindak dan bereaksi bergantung pada pengolahan neuron yang tersendiri,

terorganisasi, dan kompleks. Banyak pola neuron penunjang kehidupan, seperti pola yang

mengontrol pernapasan dan sirkulasi, serupa pada semua individu. Reseptor adalah suatu struktur

khusus yang peka terhadap suatu bentuk energi tertentu dan dapat mengubah bentuk energi

menjadi aksi-aksi potensial listrik atau impuls-impuls saraf. 3,4,7

Reflek sadalah respon yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi di luar kehendak,

atau dengan kata lain refleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Ada

dua jenis refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, misalnya mengedipkan mata jika ada

benda asing yang masuk; dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika belajar

dan berlatih, misalnya seorang pianis yang menekan tuts tertentu sewaktu melihat suatu di kertas

partitur. Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi atau

relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah.Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh

mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan diluar maupun di dalam

tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut. Dengan demikian seberapa besar peran

system saraf pusat dapat mengatur kehidupan organisme.Refleks sangat penting untuk

pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh.Dari refleks atau

respon yang diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui normal

tidaknya fungsi dalam tubuh. Jalur – jalur saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas

refleks dikenal sebagai lengkung refleks. 3,4

TINJAUAN PUSTAKA

2

A. REFLEKS

Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantar

impuls oleh saraf.Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang

terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan

panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah

oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor

sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. 3

Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap

rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi

tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks

misalnya berkedip, bersin, atau batuk. 3,4

Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari

reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf,

diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim

tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan

pintas ini disebut lengkung refleks. 3

3

Komponen-komponen utama suatu lengkungan refleks yang paling sederhana terdiri atas

unsur-unsur sebagai berikut :3

a. Suatu reseptor, yang peka terhadap suatu macam rangsangan.

b. Suatu neuron aferen (sensorik) yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan

saraf pusat (medula spinalis atau batang otak), dan mengadakar synapsis.

c. Suatu neuron eferen (motorik) yang dapat mengantarkan impils-impuls ke perifer.

d. Suatu alat efektor, yang merupekan tempat terjadinya reaksi, dan yang dapat diwakili

oleh suatu serat otot atau sel kelenjar.

Lengkung reflex. Paling sederhana adalah lengkung reflex yang mempunyai satu sinaps

anatara neuron aferen dan eferen. Lengkung reflex semacam itu dinamakan

monosinaptik, dan reflex yang terjadi disebut reflex monosinaptik. Lengkung reflex yang

mempunyai lebih dari satu interneuron antara neuron afern dan eferen dinamakan

polisanptik, dan jumlah sinapsnya antara 2 sampai beberapa ratus. Pada kedua jenis

lengkung reflex, terutama pada lengkung reflex polisinaptik. 1

Bila suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh direnggangkan, akan timbul

kontraksi. Respons ini disebut reflex renggang. Rangsangannya adalah regangan pada

otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang direnggangkan. Reseptornya adalah

kumparan otot (muscle spindle). Impuls yang timbul akibat peregangan kumparan otot

yang dihantarkan ke SSP melalui sera-serat sensorik cepat yang langsung bersinaps

dengan neuron motorik otot yang teregang itu. Neurotransmitter di sinaps yang berada di

SSP ini adalah glutamate. Reflex-refleks regang merupakan contoh reflex monosimpatik

yang paling dikenal dan paling banyak diteliti. 1,3,4

Jika suatu otot keseluruhan diregangkan secara pasif, serat-serat intrafusal di dalam

gelendong-gelendong otot juga teregang, terjadi peningkatan pembentukan potensial aksi

di serat saraf aferen yang ujung-ujung sensoriknya berakhir di serat-serat gelendong yang

teregang tersebut. Neuron aferen secara langsung bersinaps dengan neuron motorik alfa

yang mempersarafi serat-serat ekstrafusal otot yang sama, sehingga terjadi kontraksi otot

4

itu. Refleks regang (stretch reflex) ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik negative

untuk menahan setiap perubahan pasif panjang otot, sehingga panjang optimal dapat

dipertahankan.2

Contoh klasik reflex regang adalah reflex tendon patella atau knee-jerk reflex. Otot- otot

ekstenson lutut adalah kuadriseps femoris, yang membentuk anterior paha dan melekat ke

tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut melalui tendon patella. Pengetukan tendon ini

dengan sebuah palu karet akan secara pasif meregangkan otot-otot kuadriseps dan

mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya. Reflex regang yang terjadi menimbulkan

kontraksi otot ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai

bawah dengan cara yang khas. Pemeriksaan ini dilakukan secara rutin sebagai penilain

pendahuluan fungsi system saraf. Reflex patella yang normal mengindikasikan bahwa

sejumlah komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik,

keluaran eferen taut neuromuskulus, dan otot itu sendiri-berfungsi normal. Reflex ini juga

mengindikasikan adanya keseimbangan antara masukan eksitorik dan inhibitorik ke

neuron motorik dari pusat-pusat yang lebih tinggi di otak. 2

Tujuan utama reflex regang adalah menahan kecenderungan peregangan pasif otot-otot

ekstensor yang ditimbulkan oleh gaya gravitasi ketika seseorang berdiri tegak. Setiap kali

sendi lutut cenderung melengkung akibat gravitasi, otot-otot kuadriseps teregang.

Kontraksi yang terjadi pada otot ekstensor ini akibat reflex regang dengan cepat

5

meluruskan lutut, menahan tungkai tetap terkstensi, sehingga orang yang bersangkutan

tetap berdiri tegak.2

Yang sangat penting fungsi dari refleks regangan adalah kemampuannya untuk mencegah

osilasi atau sentakan pada pergerakan mesin tubuh. Ini adalah fungsi meredam dam

memperlancar seperti yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Sinyal dari sumsum tulang

belakang sering ditularkan ke otot dalam bentuk unsmooth, meningkatkan intensitas

untuk beberapa milidetik, kemudian menurun intensitas, kemudian mengubah tingkat

intensitas lain, dan begitu seterusnya. 2

Pada periode perkembangan pasca natal, perkembangan motorik awal pada bayi adalah

refleks primitif dan refleks postural. Refleks primitif timbul sejak masa 4 bulan terakhir

masa pranatal sampai 4 bulan postnatal, mulai menghilang dalam umur ±3 bulan, diganti

oleh refleks postural yang terdiri dari refleks righting yang mulai muncul pada umur 3-9

bulan serta refleks proteksi dan keseimbangan pada umur 6-18 bulan, dan akhirnya

berkembang menjadi gerak yang sempurna. Refleks tersebut berasal dari daerah

subkorteks yaitu, medula spinalis dan batang otak. Gerak bersifat cepat, difus, involunter,

tidak bertujuan dan stereotipi.4.9

Fungsi refleks primitif terutama untuk survival. Refleks ini akan menghilang dan

digantikan oleh refleks postural yang merupakan dasar untuk perkembangan gerak

volunter yang dikontrol Pada periode perkembangan pasca natal, perkembangan motorik

awal pada bayi adalah refleks primitif dan refleks postural. Refleks primitif dan refleks

postural penting untuk menentukan tingkat kematangan susunan saraf pusat. Pada

perkembangan normal, reflek primitif spinal dan batang otak akan berkurang secara

bertahap seiring perkembangan kemampuan lokomosi dan reaksi keseimbangan yang

terbentuk kemudian. Bila kontrol inhibisi dari pusat yang lebih tinggi mengalami

kerusakan atau keterlambatan maka pola primitif akan tetap mendominasi sensori motor.

Refleks-refleks yang menetap, tidak muncul, lemah atau asimetri menunjukkan adanya

gangguan perkembangan susunan saraf pusat sehingga memerlukan pemeriksaan lebih

lanjut. 9

6

B. SISTEM PERSARAFAN PADA JANIN

Pembentukan sistem saraf pada janin Embrio akan terus membesar sehingga pada

minggu ke-5 terdapat 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm

adalah lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem saraf pada janin tersebut

yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Neurulasi adalah

pembentukan lempeng neural (neural plate) dan lipatan neural (neural folds) serta

penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh

dan berdeferensiasi menjadi otak dan korda spinalis. Pada mulanya, tabung ini menutup

pada tempat dimana akan terjadi pertemuan antara otak dan medula spinalis, sehingga

kedua ujungnya menjadi terbuka. Pada saat tersebut, embrio melipat pada sumbu

panjangnya sendiri dan membentuk lipatan kepala pada tabung neural ditempat

pertemuan ini. Ujung kranial tabung neural menutup, di ikuti penutupan tabung

kaudalnya. Selama minggu kelima, tingkat pertumbuhan yang berbeda menimbulkan

banyak lekukan pada tabung neural, sehingga dihasilkan tiga daerah otak : otak depan,

otak tengah dan otak belakang. 1,8

~  Otak depan berkembang menjadi mata (saraf kranial II) dan hemisfer otak.

Perkembangan semua daerah korteks serebri terus berlanjut sepanjang masa kehidupan

janin dan masa kanak-kanak. Sistem olfaktorius dan thalamus juga berkembang dari otak

depan.

~  Saraf kranial III dan IV (occulomotorius dan trochlearis) terbentuk dari otak tengah.

~  Otak belakang membentuk medula, spons, serebelum dan saraf kranial lain.

Gelombang otak dapat dicatat melalui elektroensefalogram (EGG) pada minggu ke-8.

~  Medula spinalis terbentuk dari ujung panjang tabung neural. Pada mudigah, korda

spinalis berjalan sepanjang kolumna vertebralis, tetapi setelah itu korda spinalis tumbuh

lebih lambat. Pada minggu ke-24, korda sinalis memanjang hanya sampai S1, saat lahir

sampai L3 dan pada orang dewasa sampai L1. Mielinisasi korda spinalis mulai pada

7

pertengahan gestasi dan berlanjut sepajang tahun pertama kehidupan. Fungsi sinaps

sudah cukup berkembang pada minggu ke delapan sehingga terjadi fleksi leher dan

badan. Struktur ektodermal lainnya, yaitu neural crest, berkembang menjadi sistem saraf

perifer. Sel neural crest yang terlepas dari tepi lateral lipatan neural, menghasilkan

ganglion spinal dan ganglion sistem autonom serta sejumlah sel jenis lain. Mesoderm

paraksial, yang paling dekat dengan notokord dan neural tube yang sedang berkembang,

berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok jaringan atau somit. Somit pertama

muncul pada hari ke-20. Terdapat sekitar 30 pasagan somit pada hari ke-30 yang

meningkat menjadi total 44 pasangan. Somit berdiferensiasi menjadi sklerotom, miotom,

dan dermatom yang masing-masing menghasilkan tulang rangka sumbu, otot rangka dan

dermis kulit.

Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembangan pesat sebagai respons terhadap

peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedikit tertekan pada 24 jam pertama,

terutama apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudian

beberapa refleks mulai tampak. Pada kasus asfiksia berat, skor Apgar yang rendah atau

kerusakan saraf, refleks tertekan atau mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk

muncul.8

C. REFLEKS PADA BAYI

Pada saat lahir sistem saraf belum terintegrasi sempurna namun sudah cukup berkembang

untuk bertahan dalam kehidupan ekstra uterin. Fungsi tubuh dan respon-respon yang

diberikan sebagian besar dilakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan reflek-

reflek dalam medulla spinalis. BBL baru dapat menjalankan fungsi pada tingkat batang

otak. Kontrol saraf dari pusat yang lebih tinggi secara bertahap berkembang, membuat

lebih memungkinkannya perilaku yang kompleks dan bertujuan. (Hamilton, 1995).

8

Kebanyakan fungsi neurologis berupa reflek primitif. Evaluasi reflek primitif dan tonus

otot merupakan pengkajian perilaku saraf (neuro behavioral) pada neonatus. BBL

memiliki banyak reflek yang primitif. Waktu, saat reflek BBL ini muncul dan

menghilang, menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem syaraf yang baik.

Reflek yang sering ditemukan pada BBL normal adalah menghisap dan membuka mulut

(rooting), menelan, menggenggam telapak tangan dan kaki, menjulurkan lidah, reflek

moro, dll. 10

Reflek primitif adalah aksi reflek yang berasal dari dalam pusat sistem saraf yang

ditunjukkan oleh bayi baru lahir normal namun secara neurologis tidak lengkap seperti

pada orang dewasa dalam menanggapi rangsang tertentu. Reflek ini tidak menetap hingga

dewasa, namun lama-kelamaan akan menghilang karena dihambat oleh lobus frontal

sesuai dengan tahap perkembangan anak normal. Reflek primitif ini sering juga disebut

infantile atau reflek bayi baru lahir, Reflek primitif ini juga membantu orang tua merasa

nyaman dengan bayinya karena reflek primitif tersebut akan mendorong bayi untuk

mengontrol dirinya serta menerima dan menanggapi stimulasi atau rangsangan dari orang

tuanya. 9

Selain itu, sistem syaraf otonom sangat penting selama transisi, Karena saraf ini

merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan keseimbangan asam basa, dan

mengatur sebagian kontrol suhu. 9,10

Myelinisasi system saraf mengikuti hukum perkembangan cephalokaudal proksimodistal

(kepala ke jari kaki-pusat ke perifer) dan berhubungan erat dengan kemampuan

keterampilan motorik halus dan kasar yang tampak. Myelin diperlukan untuk transmisi

cepat dan efisien pada sebagian impuls saraf sepanjang jalur neural. Traktus yang

mengalami myelinisasi paling awal adalah traktus sensoris, serebral, dan ekstra

pyramidal. Saraf ini menyebabkan pengindraan tajam pengecap, pembau, dan

pendengaran pada BBL, begitu juga persepsi nyeri. Semua saraf kranial sudah ada dan

mengalami myelinisasi, kecuali saraf opticus dan olfaktorius. 6

Perilaku gerak pada anak sudah muncul saat masih dalam kandungan ibu dan bulan

pertama setelah lahir. Sebagian besar gerak yang dilakukan anak masih bersifat refleks

artinya setiap gerakan dilakukan tidak secara sukarela, namun sebagai respon terhadap

9

rangsangan tertentu. Contoh, apabila diberikan rangsangan berupa sentuhan pada telapak

tangan bayi, maka telapak tangan tersebut akan menutup. Hal ini akan terus menerus

dilakukan oleh bayi apabila mendapat rangsangan yang sama. Jadi gerak refleks

dilakukan secara tidak sukarela oleh bayi, namun sebagai upaya tidak sadar yang

dilakukan oleh bayi. 1,9,10

Pada anak usia balita, gerak refleks pada umumnya tidak berlangsung hingga melampaui

ulang tahun pertama. Namun demikian, sebagian gerak refleks akan bertahan dalam

waktu yang lebih lama bahkan selama hidupnya pada orang normal dan sehat. Gerak

refleks bukan hanya merupakan salah satu aspek perkembangan manusia yang menarik,

melainkan juga menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia.

Manusia lahir hanya dengan sedikit kemampuan yang dapat dilakukan secara sadar dan

dengan mobilitas yang sangat terbatas. Manusia pada saat baru lahir (neonatal) sangatlah

tidak berdaya dan sangat menggantungkan diri pada orang lain dan pada refleks untuk

perlindungan dan kelangsungan hidupnya. Gerak refleks pada bayi digunakan sebagai

perlindungan kadar makanan (nutrisi). Refleks seperti ini seing disebut dengan refleks

primitif artinya gerak refleks yang muncul pada saat perkembangan dalam kandungan

atau setelah lahir dan biasanya hilang setelah umur bayi 6 bulan. Gerak reflex

menghisap/menyusu merupakan salah satu refleks primitive yang paling dikenal, reflex

ini ditandai dengan gerakan menghisap jika bibir dirangsang. Seorang bayi yang baru

lahir, tanpa kemampuan yang dapat dilakukan secara sadar untuk mencerna makanan.

Oleh karena itu, gerak refleks menyusu ini membuat bayi dapat memperoleh makanan

yang penting bagi kelangsungan hidupnya dengan gerakan yang dilakukan secara tidak

sadar. Gerak refleks lainnya, yang penting untuk mempertahankan kecukupan zat

makanan adalah refleks menarik atau menekan. Keduanya berfungsi untuk menghisap

makanan. Gerak refleks ini akan muncul apabila daerah pipi dekat mulut dirangsang.

Kepala bayi akan berputar kearah pemberi rangsangan. Gerak refleks ini membuat bayi

yang belum mampu bergerak dapat mencari makanan yang disediakan oleh ibunya saat

dirangsang dengan puting susu ibunya.8,9,10

Gerak refleks yang agak sukar (labyrinthine reflex) merupakan refleks perlindungan yang

sedikit berbeda dengan refleks sebelumnya. Jika seorang bayi ditempatkan dalam posisi

10

telungkup sehingga membuat pernafasannya agak terhambat. Bayi akan berusaha untuk

membalikkan badanya agar dapat bernafas, refleks ini dapat merangsang bayi untuk dapat

memutar atau memiringkan kepalanya ke posisi yang sesuai dengan posisi tubuhnya.

Selain gerak refleks yang dilakukan tanpa kesadaran, ada juga gerak refleks yang

dilakukan dengan sadar (postular reflex). Gerak refleks ini dianggap sebagai dasar dari

gerakan-gerakan pada masa datang, karena rangsangan timbul dari pusat otak. Gerak

refleks postular ini diintegrasikan, dimodifikasi, dan diterapkan secara langsung ke dalam

pola-pola gerakan secara sadar yang lebih kompleks. Contoh, gerak refleks berjalan,

seorang anak berusia 1 atau 2 bulan jika diangkat dengan kedua kaki menyentuh lantai,

maka tekanan pada telapak kaki akan merangsang kaki untuk melakukan aksi berjalan.

Jadi, gerak refleks memberikan suatu gerak otomatis untuk mencapai gerakan-gerakan

pada masa datang. Gerak refleks ini akan digabung dengan pola-pola gerak yang

dilaksanakan secara sadar dan diperlukan untuk memulai gerakan dengan

mengembangkan otot. Bentuk-bentuk perilaku gerak yang dilakukan secara tidak sadar

pada usia dini sangatlah penting dalam menentukan tingkat kematangan syaraf pada bayi.

Masing-masing gerak refleks pada bayi itu akan muncul dan menghilang sebagai variasi

untuk masing-masing bayi. Namun, penyimpangan yang terlalu jauh dari kerangka waktu

normal sebagai bukti adanya ketidakberfungsian syaraf-syaraf bayi tersebut. Salah satu

refleks yang paling sering dipergunakan untuk menguji ketidakberfungsian syaraf adalah

refleks moro, yang dapat menunjukkan kerusakan otak pada saat lahir jika refleks itu

kurang simetris. Metode pengujian gerak refleks yang terstandarisasi ini dapat

memberikan peluang untuk memeriksa secara visual pola gerak anak dan kelayakan pola

gerak tersebut untuk usia anak yang bersangkutan.6,8,9

Macam-macam Reflek Primitif pada Bayi Baru Lahir

1. Reflek Rooting

Reflek ini ditunjukkan pada saat kelahiran dan akan membantu proses menyusui.

Reflek ini akan mulai terhambat pada usia sekitar empat bulan dan berangsur-angsur

akan terbawa di bawah sadar. Seorang bayi baru lahir akan menggerakkankepalanya

menuju sesuatu yang menyentuh pipi atau mulutnya, dan mencari obyek tersebut

11

dengan menggerakkan kepalanya terus-menerus hingga ia berhasil menemukan obyek

tersebut. Setelah merespon rangsang ini (jika menyusui, kira-kira selama tiga minggu

setelah kelahiran) bayi akan langsung menggerakkan kepalanya lebih cepat dan tepat

untuk menemukan obyek tanpa harus mencari-cari.6,8,9

2. Snout repleks

Caranya adalah perkusi pada bibir atas, dikatakan positif apabila didapatkan respon

berupa bibir atas dan bawah menyengir atau kontraksi otot-otot disekitar bibir dan

dibawah hidung. Repleks ini dijumpai sejak lahir dan menghilang setelah usia 3

bulan. Repleks snout yang menetap menunjukkan adanya regresi SSP. 6,8,9

3. Reflek Sucking

Reflek ini secara umum ada pada semua jenis mamalia dan dimulai sejak lahir. Reflek

ini berhubungan dengan reflek rooting dan menyusui, dan menyebabkan bayi untuk

secara langsung mengisap apapun yang disentuhkan di mulutnya. Ada dua tahapan

dari reflek ini, yaitu : 6,8,9

a. Tahap expression : dilakukan pada saat puting susu diletakkan diantara bibir bayi

dan disentuhkan di permukaan langit-langitnya. Bayi akan secara

langsungmenekan (mengenyot) puting dengan menggunakan lidah dan langit-

langitnya untuk mengeluarkan air susunya.

b. Tahap milking : saat lidah bergerak dari areola menuju puting, mendorong

air susu dari payudara ibu untuk ditelan oleh bayi

Replek ini dipengaruhi oleh otot-otot wajah yang diinervasi oleh N VII juga

dipengaruhi oleh N V, lesi pada kedua saraf kranialis tersebut menyebabkan bayi

mengalami kesulitan menghisap ASI.12

4. Reflek Palmar Grasping

Reflek ini muncul pada saat kelahiran dan akan menetap hingga usia 5 sampai 6

bulan. Saat sebuah benda diletakkan di tangan bayi dan menyentuh telapak

tangannya, maka jari-jari tangan akan menutup dan menggenggam benda tersebut.

Genggaman yang ditimbulkan sangat kuat namun tidak dapatdiperkirakan, walaupun

juga dimungkinkan akan mendorong berat badan bayi, bayi mungkin juga akan

menggenggam tiba-tiba dan tanpa rangsangan. Genggaman bayi dapat dikurangi

kekuatannya dengan menggosok punggung atau bagian samping tangan bayi.

Repleks palmar grasp asimetris menunjukkan adanya kelemahan fleksor jari tangan

yang dapat disebabkan akibat adanya palsi pleksus brakhialis inferior atau disebut

“klumpeks paralyse”. Repleks palmar grasp menetap merupakan tanda khas pada

pasien cerebral palsy. 6,8,9

5. Reflek Plantar

Reflek ini juga disebut reflek plantar grasp, muncul sejak lahir dan berlangsung

hingga sekitar satu tahun kelahiran. Reflek plantar ini dapat diperiksa dengan

menggosokkan sesuatu di telapan kakinya, maka jari-jari kakinya akan

melekuk secara erat. Repleks plantar negative dijumpai pada bayi dengan kelainan

pada medulla spinalis bagian bawah. 6,8,9

6. Reflek Babinsky

Reflek babinsky muncul sejak lahir dan berlangsung hingga kira-kira satu tahun

paling sering saat usia 4 bulan. Reflek ini ditunjukkan pada saat bagian samping

telapak kaki digosok, dan menyebabkan jari-jari kaki menyebar dan jempol kaki

13

ekstensi. Reflek disebabkan oleh kurangnya myelinasi traktus corticospinal pada bayi.

Reflek babinsky juga merupakan tanda abnormalitas saraf seperti lesi neuromotorik

atas pada orang dewasa. 6,8,9

7. Reflek Galant

Reflek ini juga dikenal sebagai reflek Galant¶s infantile, ditemukan oleh seorang

neurolog dari Rusia, Johann Susman Galant. Reflek ini muncul sejak lahir

dan berlangsung sampai pada usia empat hingga enam bulan. Pada saat kulit di

sepanjang sisi punggung bayi diigosok, maka bayi akan berayun menuju sisi yang

digosok. Jika reflek ini menetap hingga lewat enam bulan, dimungkinkan ada

patologis. Negative pada bayi dengan tetraplegi atau SSP yang tertekan. 6,8,9

8. Reflek Swimming

Reflek ini ditunjukkan pada saat bayi diletakkan di kolam yang berisiiair, ia akan

mulai mengayuh dan menendang seperti gerakan berenang. Reflek ini

akanmenghilang pada usia empat sampai enam bulan. Reflek ini berfungsi untuk

membantu bayi bertahan jika ia tenggelam. Meskipun bayi akan mulai mengayuh dan

menendangseperti berenang, namun meletakkan bayi di air sangat berisiko. Bayi akan

menelan banyak air pada saat itu. Disarankan untuk menunda meletakkan bayi di air

hingga usia tiga tahun. Negative pada bayi dengan tetraplegi atau SSP yang tertekan. 6,8,9

14

9. Reflek Moro

Reflek ini ditemukan oleh seorang pediatri bernama Ernst Moro. Reflek ini muncul

sejak lahir, paling kuat pada usia satu bulan dan akan mulai menghilang pada usia dua

bulan. Reflek ini terjadi jika kepala bayi tiba-tiba terangkat, suhu tubuh bayi berubah

secara drastis atau pada saat bayi dikagetkan oleh suara yang keras. Kaki dan tangan

akan melakukan gerakan ekstensi dan lengan akan tersentak ke atas dengan telapak

tangan keatas dan ibu jarinya bergerak fleksi. Singkatnya, kedua lengan akan

terangkat dan tangan seperti ingin mencengkeram atau memeluk tubuh dan bayi

menangis sangat keras. Reflek ini normalnya akan menghilang pada usia tiga sampai

empat bulan, meskipun terkadang akan menetap hingga usia enam bulan. Tidak

adanya reflek ini pada kedua sisi tubuh atau bilateral (kanan dan kiri) menandakan

adanya kerusakan pada sistem saraf pusat bayi, sementara tidak adanya reflek moro

unilateral (pada satu sisi saja) dapat menandakan adanya gangguan sistem

neuromuscular seperti pada trauma persalinan seperti fraktur klavikula atau perlukaan

pada pleksus brakhialis, apabila asimetris pada tangan dan kaki kita harus mencurigai

adanya hemiperese. Cerebral palsy atau beberapa jenis paralysis kadang juga timbul

pada beberapa kasus. Sedangkan repleks moro menurun dapat ditemukan pada bayi

dengan fungsi SSP yang tertekan, misalnya pada bayi yang mengalami hipoksia,

perdarahan intracranial, dan laserasi jaringan otak akibat trauma persalinan, juga pada

bayi hipotoni, hipertoni, dan premature. Sebuah cara untuk memeriksa keadaan reflek

adalah dengan meletakkan bayi secara horizontal dan meluruskan punggungnya dan

biarkan kepala bayi turun secara pelan-pelan atau kagetkan bayi dengan suara yang

keras dan tiba-tiba. 6,8,9,4

15

10. Reflek Walking / Stepping

Reflek ini muncul sejak lahir, walaupun bayi tidak dapat menahan berat tubuhnya,

namun saat tumit kakinya disentuhkan pada suatu permukaanyang rata, bayi akan

terdorong untuk berjalan dengan menempatkan satu kakinya didepan kaki yang lain.

Reflek ini akan menghilang sebagai sebuah respon otomatis dan muncul kembali

sebagai kebiasaan secara sadar pada sekitar usia delapan bulan hingga satu tahun

untuk persiapan kemampuan berjalan.

Repleks berjalan tidak dijumpai pada penderita cerebral palsy, retardasi mental,

hipotoni, hipertoni, dan keadaan dimana fungsi SSP tertekan. 6,8,9

11. Tahap Gerak Refleks Pencarian (search reflex)

Tahapan gerak refleks pada pencarian ini membantu bayi mendapatkan sumber

makanan dan kemudian refleks menghisap membuat bayi dapat mencerna makanan.

Refleks ini pada umumnya dapat ditimbulkan dengan sentuhan lembut pada daerah

sekitar mulut. Jadi, pada tahapan ini anak sudah memiliki kemampuan melakukan

16

pencarian sesuatu dengan geraknya seperti yang tampak pada gambar di bawah ini. 6,8,9

12. Breathing Reflex

Refleks gerakan seperti menghirup dan menghembuskan nafas secara berulang-ulang

– fungsi : menyediakan O2 dan membuang CO2 – permanen dalam kehidupan.1,2, 6,8,9

13. Eyeblink Reflex

Refleks gerakan seperti menutup dan mengejapkan mata – fungsi : melingdungi mata

dari cahaya dan benda-benda asing – permanen dalam kehidupan Jika bayi terkena

sinar atau hembusan angin, matanya akan menutupatau dia akan mengerjapkan

matanya. Negative pada gangguan dibeberapa sistem saraf antara lain, lesi pada saraf

simpatik m. levator palpebra, lesi N III (oculomotorius), congenital myasthenia

gravis, myotonic dystrophy, congenital myotonic dystrophy, centronuclear myophaty. 6,8,9

14. Puppilary Reflex

Refleks gerakan menyempitkan pupil mata terhadap cahaya terang, membesarkan

pupil mata terhadap lingkungan gelap. – fungsi : melindungi dari cahaya terang,

menyesuaikan terhadap suasana gelap. Repleks cahaya yang positif menunjukkan

adanya respon dari N II dan N III. 6,8,9

15. Refleks tonic neck

Disebut juga posisi menengadah, muncul pada usia satu bulan dan akan menghilang

pada sekitar usia lima bulan. Saat kepala bayi digerakkan kesamping, lengan pada sisi

tersebut akan lurus dan lengan yang berlawananakan menekuk (kadang-kadang

pergerakan akan sangat halus atau lemah). Positif jika lengan dan tungkai yang

17

dihadapi/sesisi menjadi hipertoni dan fleksi, sedangkan lengan dan tungkai sisi

lainnya/dibelakangi menjadi hipertoni dan fleksi. Jika bayi baru lahir tidak mampu

untuk melakukan posisi ini atau jika reflek ini terus menetap hingga lewat usia 6

bulan, bayi dimungkinkan mengalami gangguan pada neuron motorik atas atau

tersering karena gangguan pada gangglion basalis. Berdasarkan penelitian, reflek

tonick neck merupakan suatu tanda awal koordinasi mata dan kepala bayi yang akan

menyiapkan bayi untuk mencapai gerak sadar. 6,8,9,5

16. Refleks merangkak (crawling)

Jika ibu atau seseorang menelungkupkan bayi baru lahir, ia membentuk posisi

merangkak karena saat di dalam rahim kakinya tertekuk kearah tubuhnya. Negative

pada bayi dengan tetraplegi atau SSP yang tertekan. 6,8,9

17. Refleks yawning

Yakni refleks seperti menjerit kalau ia merasa lapar, biasanya kemudian disertai

dengan tangisan. Pada saat ini kita dapat melihat kontraksi otot-otot wajah apakah

simetris atau tidak, adanya lesi pada N VII (fasialis) menyebabkan wajah bayi atau

anak Nampak tidak simetris pada saat menguap atau menangis. 6,8,9

18

18. Reflek Ekstrusi

Bila lidah disentuh atau ditekan. bayi merespon dengan mendorongnya keluar.harus

menghilang pada usia 4 bulan, apabila negative kemungkinan menunjukkan gangguan

pada N XII (hipoglosus). 6,8,9

19. Reflek batuk dan bersin

Reflek ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernafasan. 1,2,10,11

D. REFLEKS PADA ANAK

Proses perkembangan motorik anak harus melalui tahap-tahap yang sesuai dengan umur .

Tahap-tahap motorik merupakan dasar kemampuan motorik selanjutnya yang lebih

kompek. Jika keterampilan motorik dasar matang , maka motorik lain yang lebih rumit

akan lebih mudah dilakukan oleh anak. Dampak apabila tahapan motorik dasar tidak

terlalui, anak tidak mempunyai konsepsi motorik yang dasar, sehingga tidak bisa

menyadari gerak yang seharusnya.6

Tahap perkembangan adalah tahap-tahap yang harus dilalui bayi dalam proses

perkembangan motorik sesuai dengan umur dan harus melalui prinsip perkembangan

motorik yang benar. Sedangkan perkembangan motorik yang dimaksud adalah proses

tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak yang dikoordinasi oleh saraf, pusat

saraf dan otot. Secara umum perkembangan motorik dibagi enjadi dua yaitu motor kasar

dan motor halus.6

Motor kasar adalah bagian dari aktivitas motor yag melibatkan keterampilan otot-otot

besar atau kasar. Kemampuan menggunakan otot-otot besar bagi anak merupakan

kemampuan gerak dasar.kemampuan gerak dasar dibagi menjadi empat kategori yaitu

lokomotor, nonlokomotor, manipulatif, dan koordinasi. Kemampuan lokomotor adalah

kemampuan yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat

lain, contoh gerakan antara lain adalah lompat, loncat, berjalan, berlari, skiping.

Kemampuan nonlokomotor adalah gerak berpijak tetap atau dilakukan di tempat tanpa

ada ruang gerak yang memadai, gerak nonlokomotor seperti menekuk, meregang,

meliuk, bergoyang, mengeper, mengulur dan masih banyak yang lain. Kemampuan

manipulatif adalah kemampuan gerak menggunakan alat sebagai obyek kemampuan

gerak ini dikembangkan ketika anak sedang menguasai beberapa obyek ( H. Yudha M.

19

2005 ). Contoh gerak manipulatif antara lain menendang, melempar, menangkap,

memukul dll, dalam kemampuan gerak manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan

kaki, akan tetapi bagian lain dari tubuh juga dpat digunakan, dan gerakan manipulatif

terjadi pada tahun pertama usia anak.6,8

Motorik halus merupakan aktivitas keterampilan yang melibatkan gerakan otot-otot kecil,

seperti menggambar, menulis, meronce manik-manik, menyulam ,makan dll.

Kemampuan motorik halus berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil

berkembang secara optimal. Pada saat ini reflek tubuhnya yang bekerja sempurna. 6,8

Perkembangan gerak pada anak diawali dengan gerak relek, yaitu gerakan-gerakan yang

terjadi secara tidak disadari. Gerak reflek terjadi pada waktu prenatal sampai anak usia

kurang lebih 3 bulan, gerak yang paling dominant saat bayi masih dalam kandungan. Ini

adalah gerakan diluar kesadaran si bayi, tidak terkoordinasi dan merupakan gerak

primitive, Setelah gerak reflek berkurang maka akan berkembang menjadi gerak

sederhana dan akan menjadi gerak kasar atau gerak yang menggunakan otot-otot

besar.2,9,8

REFLEKS PADA ANAK

Fisiologis

1. Reflex superficial

a. Reflex membrane mukosa

Reflex kornea ( R. konjunctiva )

Refleks kornea, juga dikenal sebagai refleks berkedip, adalah saat dimana

tanpa sadar kelopak mata berkedip hal ini disebabkan oleh stimulasi kornea,

atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan perifer. Ini

merupakan mekanisme refleks yang bertujuan protektif. Maka ketika kornea

mengalami iritasi seperti yang ditimbulkan oleh benda asing di dalam mata,

organ penerima mengeluarkan impuls-impuls ke otak dimana selanjutnya

ditransmisi ke neuron motor yang mempengaruhi penutupan katup mata dan

pengeluaran benda asing tersebut.

Rangs. Iritasi kornea (limbus) dg sepotong kapas kecil. Respons Mata

Mengedip. Af. N. V, sentral Pons dan Ef. N.VII.3,4,9

20

Reflex nasal ( R. berbangkis )

Bersin yang terjadi melibatkan sinyal biokimia yang mengatur detak silia

(rambut mikroskopis) pada sel-sel yang melapisi rongga hidung. Dalam hal ini,

rangsangan yang datang ditangkap oleh reseptor taktil hidung. Rangsangan

kemudian dilanjutkan ke Nervous Trigeminus dan dilanjutkan ke pusat

pernafasan di medula oblongata. Mekanisme terjadinya reflek bersin ini

dimulai dari terangsangnya bagian - bagian yang peka pada saluran pernafasan.

Rangsangan ditangkap oleh sensor taktil dan kemoreseptor aferen melalui

Nervous Vagus menuju pusat pernafasan (medula oblongata). Sebagai contoh

adalah rangsangan yang berupa benda asing memasuki rongga hidung atau

saluran pernafasan bagian bawah, kemudian pusat pernafasan memerintah

tubuh untuk melakukan reflek bersin agar benda asing tersebut dapat

dikeluarkan. pada reflek bersin ovula dikondisikan ke bawah, sehingga

memungkinkan aliran udara ekspirasi (aliran udara yang keluar) menjadi kuat

dan dapat melalui rongga mulut dan rongga hidung.

Rangs. : Iritasi mukosa nasal. Renpons : berbangkis . Af. N. V, sentral Pons ,

Ef. N V sampai N X dan N servicalis atas . 3,4,9

21

Reflex pharynx / R. muntah/ Gag R.

Pharynx disarafi oleh Plexus pharyngeal yang terdiri atas : Nervus Pharyngeal

yang merupakan cabang N.Vagus yang membawa Nervus Kranialis

Assesorius, Nervus Pharyngeal cabang dari N.Glossopharyngeal, Nervus

Pharyngeal cabang dari Ganglion servikalis ( yang mensarafi simpatetik ).

Serabut motorik berasal dari N. Kranialis Assesorius yang merupakan cabang

N.Vagus. Nervus ini mensarafi seluruh otot-otot pharynx kecuali otot

stylopharyngeus yang diinervasi N.Glossopharyngeal. Constrictor inferior

menerima suplai tambahan dari nervus eksternal dan recurrent laryngeal.

Plexus ini juga mensarafi seluruh otot palatum lunak, kecuali tensor palatum

yang disarafi nervus mandibular. 3,4,9

Gag Reflex merupakan sensasi subjektif yang berawal dari tingkat cortical.

Lebih tepatnya, gag reflex merupakan suatu reflex bawaan yang bertujuan

untuk melindungi sistem pernafasan dan sistem pencernaan dari benda asing

yang dapat merusaknya. Walaupun bisa juga reflex yang didapat yang

dikondisikan oleh berbagai rangsangan seperti : visual, olfaktori, akustik, fisik,

kimia atau racun yang disebarkan lewat aliran darah atau cairan serebrospinal.

Rangs. Iritasi pharynx /dinding pharyng. Respons : muntah Af. dan Ef. N IX

dan N X setral medulla. 3,4,9

Reflex uvula

Rangs. Phonasi ( A) / iritasi membran mukosa , Repons: elevasi uvula. Aferen

Dan Eferen N IX dan N X sentral medulla. 3,4,9

22

b. Reflex kulit

Reflex dinding abdomen

Dibagi: upper (T 7,8,9,10 ) dan lower ( T 10,11,12)

Dirangsang pada tiap sisi. Goresan kulit dinding perut. Respons : kotraksi otot

m. rektus abdominalis dan umblicus gerak ke arah kulit yg di rangs. Kerusakan

neuron suprasegmental (UMN) : refleks (-). Refleks superfisial dinding perut

(-) normal pada: wanita hamil, gemuk, lanjut usia, bayi s/d 1 tahun. 3,4,9

Reflex cremaster

Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada bagian

dalam (medial) paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi

M.kremaster homolateral yang berakibat tertariknya atau mengerutnya testis.

Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan

traktus corticulspinal. Af. N. femoralis. Sentral : L1. Ef. N. genitofemoralis. 3,4,9

Reflex anal

Rangs.menggores perianal/memasukan jari ke anus. Respons : kontraksi

m. spincter ani. Af. N.Pudendus ,sentral : S 3.4.5, Ef. N. Pudendus. 3,4,9

2. Reflex dalam

23

a. Reflex maksilaris

Rangsang dengan mengetuk bag. tengah dagu saat mulut sedikit terbuka.

Respons : dagu menutup secara mendadak . Af. N. V, sentral Pons, Ef. N. V. 3,4,9

b. Reflex biceps (BPR)

Reflek biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam

keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu

tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu reflek.

Respon normal fleksi pada siku dan kontraksi biseps. Af. N. musculocutaneous,

sentral C. 5,6 , Ef. N.musculocutaneous. 3,4,9

c. Reflex triceps (TPR)

Untuk menimbulkan reflek triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan

diposisikan depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan pasien dan

mengindetifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5 cm diatas siku.

Pemukulan langsung pada tendon, normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps

dari ekstensi siku. Af. N. Radialis . Sentral C. 6.7, Ef. N. Radialis. 3,4,9

d. Reflex patella (KPR)

24

Reflek patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon patella tepat di bawah

patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur telentang. Jika pasien telentang,

pengkaji menyokong kaki untuk memudahkan refleksasi otot. Kontraksi

quadriseps dan ekstensi lutut adalah respon normal. Af. N. femoralis, sentral

L.2,3,4 Ef. N femoralis. 3,4,9

e. Reflex tendon achiles (APR)

Cara : ketukan pada tendon achilles, Respon : plantar fleksi krena kontraksi

m.gastroenemius. Af. N. tibialis. Sentral S.1,2 Ef. N tibialis. 3,4,9

3. Reflex visceral

a. Reflex cahaya

Refleks cahaya langsung / RCL dan Refleks cahaya tak langsung/ RCTL.

Rangsangan Memberi cahaya pada retina mata . Renpons : konstriksi pupil

(miosis). Af. N. II, sentral : midbrain dan Ef. N.III (parasimpatik ). 3,4,9

b. Reflex akomodasi

25

Rangs. melihat obyek dari jauh kemudian obyek mendekat kearah hidung

penderita. Respons : miosis dan konvergensi. Af. N. II, sentral : korteks oksipital,

Ef. N. III ( parasimpatik). 3,4,9

c. Reflex ciliospinal

Rangs. Stimulasi nyeri /cubit kulit leher . Renpons : dilatasi pupil. AF. Serabut

Sensorik sentral : T 1,2 Af. Serabut symphatik cervical. Refleks menghilang

pada sindroma Horner . 3,4,9

d. Reflex mengedip/blink reflex

Rangs. Gerakan mendadak tidak disengaja mendekati mata. Respons: kedipan

mata. AF. N. II sentral : Pons EF . N.VII. 3,4,9

e. Reflex oculocardiac

Rangs. Menekan bola mata. Respons : bradicardi . AF : N. V sentral : Pons dan

medulla obl. Ef. N . X. 3,4,9

f. Reflex sinus caroticus

Rangs. Menekan sinus caroticus. Respons : Bradicardi dan tekanan darah turun.

Af : N. IX sentral : medulla Ef : N. X. 3,4,9

g. Reflex bulbocavernosus

Rangs. Menggores dorsum penis. Respons : kontraksi m. bulbocavernosus. Af. N.

Pudendus, sentral : S 2,3,4 Ef. N. Pudendus . 3,4,9

Patologis

1. Plantar respone

a. Babinski

Melakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi

lateral. Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan

tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi,

sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih

ada. Babinski positif menunjukkan lesi pada UMN merupakan kerusakan pada

saluran kortikospinal, kadang-kadang repleks plantar yang patologis adalah

repleks pertama (dan satu-satunya) yang dapat mengindikasikan proses penyakit

yang serius. Kerusakan pada upper motor neuron (UMN) dapat disebabkan

26

adanya lesi medula spinalis setinggi servikal atas. Refleks ini diperantarai oleh m.

ekstensor hallucis longus. 3,4,9

Refleks Babinski terjadi karena terputusnya intergrasi dari komponen fleksi dan

ekstensi. Bila terjadi lesi pada traktus piramidalis baik structural maupun

fungsional, maka respon segmental spinalis menjadi hilang, dan terjadi disinhibisi

dari sinergi fleksi tersebut, maka otot m. ekstensor longus menjadi terangsang

untuk fleksi, sehingga timbullah refleks fleksi pada ibu jari kaki. Selain m.

ekstensor longus, otot lainnya yang juga terangsang antara lain m. tibialis anterior,

m. ekstensor digitorum longus, mm. hamstring. Rangsangan otot-otot tersebut

menyebabkan dorsofleksi diikuti ekstensi ibu jari, dorsofleksi pergelangan kaki,

fleksi sendi lutut dan sendi panggul. Refleks Babinski terangsang karena adanya

disfungsi serabut saraf traktus piramidalis yang terdapat pada zona interneuronal,

minimal pada neuron yang memfasilitasi sinersi refleks fleksi tersebut.

Interneuron ini penting untuk menghubungkan segmen medulla spinalis

lumbosakral. 3,4,9

b. Chadok

Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari

tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski. Repleks ini

adalah untuk mengidentifikasi lesi pada traktus piramidalis dengan stimulasi pada

bagian belakang malleolus. Repleks ini pertama kali d identifikasi oleh Charles

Gilbert Chaddock pada tahun 1911. 3,4,9

27

c. Oppenheim

Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah,

dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek

seperti babinski. Repleks ini adalah untuk mengidentifikasi lesi pada traktus

piramidalis. 3,4,9

d. Gordon

Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul

reflek seperti babinski. Repleks ini adalah untuk mengidentifikasi lesi pada

traktus piramidalis. 3,4,9

e. Scaefer 28

Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek

seperti Babinski. Repleks ini adalah untuk mengidentifikasi lesi pada traktus

piramidalis, repleks ini diidentifikasi oleh neurologist German bernama Max

Schaeffer (1852-1923). 3,4,9

f. Gonda

Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4. Respon : seperti

babinsky. Repleks ini adalah untuk mengidentifikasi lesi pada traktus piramidalis. 3,4,9

2. Ditangan

a. Tromner

Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan

pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek

positif jika terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari. Repleks ini adalah

untuk mengidentifikasi lesi pada traktus piramidalis. 3,4,9

29

b. Hoffman

Stimulus: Goresan pada kuku jari tengah pasien dgn kuku ibu jari pemeriksa.

Respons: Ibu jari, jari telunjuk serta jari2 lainnya berfleksi sejenak setiap kuku

jari digores. Repleks ini adalah untuk mengidentifikasi lesi pada traktus

piramidalis. 3,4,9

c. Wartenberg

Stimulus: ketukan pada jari si pemeriksa yg ditempatkan pd falangs ke 2 dan

distal jari2 pasien. Respons: Fleksi jari2 pasien dpt dilihat dan dirasakan si

pemeriksa. Repleks ini adalah untuk mengidentifikasi lesi pada traktus

piramidalis. 3,4,9

d. Mayer

Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan

dengan bgian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi

siku, Absennya respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis. Repleks ini

adalah untuk mengidentifikasi lesi pada traktus piramidalis. 3,4,9

30

e. Leri

Cara : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan

dengan bgian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi

siku, Repleks ini adalah untuk mengidentifikasi lesi pada traktus piramidalis. 3,4,9

DAFTAR PUSTAKA

31

1. Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.EGC

2. Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC

3. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi 5. Jakarta: Dian Rakyat; 2008: 26-7.

4. Saharso D. Gangguan perkembangan neurologis. Dalam : Firmansyah A, Sastroasmoro S,

Trihono PP, Pujiadi A, Tridjaja B, Mulya GD, dkk, editor. Buku Naskah lengkap KONIKA

XI Jakarta. Jakarta : IDAI Pusat ; 1999. h.571-88.

5. Leonard CH, Piecuch RE, Cooper BA. Use of the Bayley Infant Neurodevelopmental

Screener with Low Birth Weight Infant. Journal of Pediatric Psychology 2001 ; 26(1) : 33-

40.

6. Njiokiktjien C, Panggabean R, Hartono B. Masalah-masalah dalam perkembangan

psikomotor. Semarang : Wonodri Offset Ltd ; 2003. h.1-55.

7. Soetomenggolo TS, Iman S. Kelainan Toksik dan Nutrisi. Dalam : Soetomenggolo TS,

Ismael S, editor. Buku ajar Neurologi Anak. Edisi-2. Jakarta : BP IDAI ; 2000. h.541-3.

8. Soetjiningsih. Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Dalam : Narendra MB, Sularyo

TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IN, editor. Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan

Remaja. Edisi-1. Jakarta : Sagung Seto ; 2002. h.86-94.

9. Soetomenggolo TS. Pemeriksaan Neurologis pada Bayi dan Anak. Dalam : Soetomenggolo

TS, Ismael S, editor. Buku ajar Neurologi Anak. Edisi-2. Jakarta : BP IDAI ; 2000. h.1-35.

10. Bobak, Irena M. dkk. 2005. Buku Ajar Maternitas. Jakarta: EGC.

11. Hamilton, Persis M. 1995. Dasar- dasar Maternitas. Jakarta: EGC.

32