nata de coco_mayliana andriani_12.70.0045_f3

28
Acara II FERMENTASI SUBSTRAT CAIR FERMENTASI NATA DE COCO LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI Disusun oleh: Nama : Mayliana Andriani NIM : 12.70.0045 Kelompok F3 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA 0

Upload: james-gomez

Post on 05-Feb-2016

17 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Nata de coco merupakan produk fermentasi dari air kelapa menggunakan Acetobacter xylinum yang berwarna putih, berbentuk gel, dan memiliki tekstur yang kenyal.

TRANSCRIPT

Page 1: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

Acara II

FERMENTASI SUBSTRAT CAIR FERMENTASI NATA DE COCO

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FERMENTASI

Disusun oleh:

Nama : Mayliana Andriani

NIM : 12.70.0045

Kelompok F3

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG

2015

0

Page 2: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

1. HASIL DAN PENGAMATAN

1.1. Lapisan Nata de coco

Hasil pengamatan lapisan nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1.

.

Tabel 1. Lapisan Nata de coco

Kel. Tinggi Awal Media(cm)

Tinggi Ketebalan Nata (cm) % Lapisan NataHari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14

F1 0,5 0 0,4 0,4 0 80 80F2 2 0 0,2 0,2 0 10 10F3 1,5 0 0,5 0,2 0 75 13,33F4 1,5 0 0,3 0,3 0 20 20F5 1,5 0 0,3 0,1 0 20 6,67

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa tinggi awal media berbeda-beda karena wadah yang digunakan berbeda-beda.

Persentase lapisan nata pada kelompok F1, F2, dan F4 tidak mengalami perubahan antara hari ke-7 hingga hari ke-14, namun persentase

lapisan nata pada kelompok F3 dan F5 justru mengalami penurunan ketebalan. Dengan tinggi awal media yang sama, pada kelompok F3

memiliki ketebalan nata yang berbeda dengan kelompok F4 dan F5.

1.2. Uji Sensori Nata de coco

Hasil pengamatan uji sensori nata de coco dapat dilihat pada Tabel 2.

1

Page 3: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

2

Tabel 2. Uji Sensori Nata de coco

Kelompok Aroma Warna Tekstur RasaF1 +++ + - -F2 +++ + - -F3 +++ + - -F4 +++ + - -F5 +++ + - -

Keterangan :Aroma Warna Tekstur Rasa+ = sangat asam + = kuning + = tidak kenyal + = tidak manis++ = asam ++ = putih bening ++ = agak kenyal ++ = agak manis+++ = agak asam +++ = putih agak bening +++ = kenyal +++ = manis++++ = tidak asam ++++ = putih ++++ = sangat kenyal ++++ = sangat manis

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa aroma nata de coco yang dihasilkan semua kelompok setelah 2 minggu adalah agak

asam, sedangkan warna nata de coco adalah kuning. Namun percobaan pembuatan nata de coco ini gagal, sehingga tektur dan rasa tidak

diuji.

Page 4: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

2. PEMBAHASAN

Nata merupakan lapisan polisakarida ekstraseluler (selulosa) yang dibentuk oleh

kumpulan sel bakteri pembentuk kapsul, di mana nata memiliki tekstur yang kenyal,

putih, menyerupai gel, dan terapung pada permukaan cairan (nata tidak akan terbentuk

di dalam cairan) (Rizal et al., 2013). Nata memiliki kandungan air yang sangat tinggi,

yaitu sekitar 98% (Hamad & Kristiono, 2013). Nata dapat dibuat dari bahan baku air

kelapa, yang disebut dengan nata de coco. Pembentukan nata de coco dihasilkan oleh

bakteri Acetobacter xylinum melalui fermentasi air kelapa (Afrizal, 2008). Sifat yang

menonjol dari Acetobacter xylinum adalah memiliki kemampuan untuk

mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa. Lalu selulosa tersebut akan membentuk

matrik yang dikenal sebagai nata (Iskandar et al., 2010).

Dalam pertumbuhannya, Acetobacter xylinum membutuhkan sumber nutrisi C, H, dan

N, serta mineral. Air kelapa mengandung sebagian sumber nutrisi yang dibutuhkan,

namun kebutuhan akan substrat makro seperti sumber C dan N harus ditambahkan agar

nata yang dihasilkan optimal. Sebagai sumber karbon, dapat ditambahkan sukrosa,

glukosa, fruktosa, atau tepung, sedangkan sumber nitrogen dapat ditambahkan urea, ZA,

atau ammonium sulfat (Hamad & Kristiono, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan nata meliputi kandungan gula, protein,

lemak, karbohidrat dan vitamin di dalam larutan, umur starter, lama fermentasi, tingkat

keasaman medium, dan ruangan produksi (Tari et al., 2010). Menurut Syakirell (2014),

faktor-faktor yang juga mempengaruhi pembentukan nata de coco adalah

a. Varietas kelapa

Air kelapa yang baik digunakan dalam pembuatan nata de coco adalah air kelapa

dari varietas kelapa ganjah karena pengguaan air kelapa varietas ini akan

menghasilkan nata de coco yang lebih tebal jika dibandingkan dengan

menggunakan air kelapa dari varietas kelapa hibrida.

b. Temperatur

Temperatur yang cocok untuk proses fermentasi air kelapa ini adalah 28oC-31oC.

3

Page 5: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

4

c. pH media

pH atau derajat keasaman selama fermentasi perlu dikendalikan agar bakteri

Acetobacter xylinum tumbuh dengan baik. Acetobacter xylinum menyukai pH asam

sekitar 4-5,5. Beberapa penelitian mengatakan pH yang optimum adalah pH 4.

Sehingga diperlukan penambahan bahan untuk mendapatkan pH yang diinginkan

dengan asam asetat glasial.

d. Gula sebagai sumber karbon

Proses fermentasi dapat terjadi jika ada media yang mengandung karbohidrat

sejenis sukrosa, laktosa,dan jenis lainnya. Sumber karbon ini berfungsi sebagai

nutrisi bagi pertumbuhan bakteri pada saat proses metabolisme dan juga sebagai

sumber energi pada saat perombakan glukosa dan fruktosa menjadi selulosa.

e. Sumber nitrogen

Nitrogen merupakan sumber nutrisi untuk pertumbuhan dari bakteri. Sumber

nitrogen yang digunakan dapat berupa ammonium fosfat, ammonium sufat, atau

sumber nitrogen lainnya. Konsentrasi yang biasa digunakan adalah 0,3%-0,7%.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan nata menurut Effendi (2009)

meliputi:

1. Temperatur ruang inkubasi

Temperatur ruang inkubasi pada pembuatan nata adalah 28oC (suhu ruang) karena

pada temperature tersebut, bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh secara

optimal. Jika suhu inkubasi terlalu rendah, nata yang dihasilkan kurang sempurna,

sedangkan jika suhu terlalu tinggi, pertumbuhan Acetobacter xylinum akan

terganggu sehingga proses produksi nata terhambat.

2. Kualitas starter

Produk nata yang baik dihasikan dari starter yang berkualitas baik pula. Starter

yang berkualitas adalah starter yang tidak terkontaminasi, berada pada lapisan atas

di permukaan media, serta nata yang dihasilkan tidak terlalu tebal.

3. Kebersihan peralatan yang digunakan

Sebelum dilakukan pembuatan nata de coco, semua alat yang akan digunakan harus

dibersihkan serta disterilkan terlebih dahulu agar pertumbuhan bakteri tidak

terhambat oleh kontaminasi mikroba lain.

Page 6: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

5

4. Jenis dan konsentrasi media

Media fermentasi nata de coco harus banyak mengandung gula (glukosa). Selain

berfungsi sebagai energy bagi bakteri, gula ini yang nantinya akan diubah

Acetobacter xylinum menjadi selulosa.

5. Waktu fermentasi

Fermentasi pembuatan nata de coco membutuhkan waktu sekitar 2 – 4 minggu.

6. pH atau tingkat keasaman

pH optimum untuk fermentasi nata de coco adalah 3 - 5.

7. Tempat fermentasi

Selama proses fermentasi, nata de coco harus diletakkan di tempat yang tidak

terkontaminasi, tidak terkena sinar matahari, serta tidak kontak langsung dengan

tanah.

Seperti yang dikatakan oleh Afrizal (2008), pembuatan nata de coco pada praktikum ini

menggunakan media air kelapa. Air kelapa mengandung air 91,23%, protein 0,29%,

lemak 0,15%, karbohidrat 7,27%, dan abu 1,06%. Di dalam air kelapa juga terkandung

sukrosa, dekstrosa, fruktosa, vitamin B kompleks yang terdiri dari asam niotinat 0,01

mikrogram, asam pentotenat 0,52 mikrogram, biotin 0,02 mikrogram, riboflavin 0,01

mikrogram, dan asam folat 0,003 mikrogram per mililiter. Dengan berbagai jenis nutrisi

yang ada pada air kelapa tersebut, maka air kelapa merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan mikroba Acetobacter xylinum (Awang, 1991). Mula-mula kelapa tua

disaring menggunakan kain saring. Penyaringan ini berfungsi untuk menghilangkan

kotoran-kotoran yang mungkin ada pada air kelapa tersebut (Astawan & Astawan,

1991).

Selanjutnya air yang telah disaring tersebut diambil sebanyak 1,2 liter untuk 1 kloter F.

Kemudian air kelapa tersebut direbus hingga panas. Proses pemanasan air kelapa ini

bertujuan untuk mematikan mikroorganisme-mikroorganisme kontaminan yang

mungkin terdapat dalam air kelapa, di mana mikroorganisme kontaminan ini harus

dimatikan terlebih dahulu sebelum proses fermentasi berlangsung supaya tidak

mengganggu jalannya proses fermentasi nata pada nantinya (Tortora et al, 1995).

Proses penyaringan air kelapa dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 7: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

6

Gambar 1. Proses Penyaringan Air Kelapa

Lalu pada air kelapa yang telah panas, ditambahkan 10% gula (120 gram) dan diaduk

hingga gula larut. Gula pasir yang ditambahkan ini berperan sebagai sumber karbon,

untuk fermentasi nata de coco (Hamad & Kristiono, 2013). Sumber karbon ini

berfungsi sebagai nutrisi bagi pertumbuhan bakteri pada saat proses metabolisme dan

juga sebagai sumber energi pada saat perombakan glukosa dan fruktosa menjadi

selulosa (Syakirell, 2014). Sunarso (1982) menambahkan bahwa konsentrasi optimun

gula yang digunakan untuk 100 ml substrat adalah 10 gram sebab jika jumlah gula yang

kurang/berlebih, bakteri Acetobacter xylinum tidak mampu memanfaatkannya secara

optimal. Penambahan gula ini juga berperan sebagai bahan pengawet, menghasilkan

tekstur dan penampakan nata yang baik, serta memberi flavor nata de coco yang ideal

(Hayati, 2003). Penambahan gula selama pemanasan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proses penambahan gula selama pemanasan air kelapa

Page 8: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

7

Setelah itu ditambahkan 0,5% ammonium sulfat (6 gram) dan diaduk hingga seluruhnya

larut. Hal ini sesuai dengan penadapat Syakirell (2014), di mana ammonium sulfat ini

berperan sebagai sumber nitrogen dan konsentrasi yang biasa digunakan adalah 0,3%-

0,7%. Menurut Wowor et al. (2007), salah satu kelebihan penambahan ammonium

sulfat pada pembuatan nata de coco adalah dapat menghambat atau mempersulit

pertumbuhan Acetobacter aceti, yang merupakan pesaing bakteri Acetobacter xylinum

dalam pembuatan nata de coco. Proses penambahan ammonium sulfat pada air kelapa

yang sudah diberi gula dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses penambahan ammonium sulfat

Kemudian kompor dimatikan dan larutan air kelapa tersebut didinginkan hingga suhu

sekitar 40oC. Selanjutnya diukur pH air kelapa tersebut dengan pH-meter, jika pH

tersebut belum mencapai pH 4-5, maka ditambahkan asam cuka glasial 95% hingga pH

berkisar 4-5. Hal ini sesuai dengan pendapat Syakirell (2004), bahwa Acetobacter

xylinum menyukai pH asam sekitar 4-5,5, sehingga diperlukan penambahan bahan untuk

mendapatkan pH yang diinginkan dengan asam cuka (asam asetat) glasial. Proses

pengukuran pH dapat dilihat pada Gambar 4 dan proses penambahan asam cuka glasial

dapat diihat pada Gambar 5.

Page 9: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

8

Gambar 4. Proses Pengukuran dengan pH-meter

Gambar 5. Proses Penambahan Asam Cuka Glasial

Lalu larutan tersebut dipanaskan lagi hingga agak mendidih, setelah itu ditunggu hingga

agak dingin dan disaring kembali dengan kain saring. Proses pemasakkan yang kedua

ini bertujuan untuk memastikan bahwa air kelapa yang akan digunakan untuk

pembuatan nata de coco ini benar-benar tidak mengandung mikroorganisme

kontaminan, sedangkan penyaringan yang kedua bertujuan untuk menghilangkan

kotoran-kotoran sisa dari proses pembuatan media (Pato & Dwiloted, 1994).

Selanjutnya larutan air kelapa tersebut dibagi untuk 5 kelompok, masing-masing

kelompok 200 ml. Larutan air kelapa tersebut dimasukkan ke dalam wadah berbentuk

kotak dan tutup wadah diletakkan di atasnya namun agak terbuka sedikit agar media

Page 10: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

9

tidak terlalu panas. Hal ini dikarenakan jika suhu terlalu tinggi, pertumbuhan

Acetobacter xylinum akan terganggu sehingga proses produksi nata terhambat (Effendi,

2009). Gambar larutan air kelapa yang sedang didinginkan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pendinginan Larutan Air Kelapa

Lalu dimasukkan kultur Acetobacter xylinum sebanyak 10% (20 ml) ke dalam tiap-tiap

wadah yang berisi larutan air kelapa tersebut secara aseptis. Hal ini sesuai dengan

pendapat Afrizal (2008) di mana pembentukan nata de coco dihasilkan oleh bakteri

Acetobacter xylinum melalui fermentasi air kelapa. Penambahan bakteri Acetobacter

xylinum harus dilakukan secara aseptis untuk mencegah kontaminasi oleh

mikroorganisme-mikroorganisme yang tidak diinginkan dalam proses fermentasi yang

nantinya akan menjadi mikroorganisme pesaing bagi Acetobacter xylinum

(Dwidjoseputro, 1994). Jumlah starter Acetobacter xylinum yang ditambahkan dalam

praktikum ini sesuai dengan teori Rahayu et al. (1993) yang mengatakan bahwa

penambahan starter dalam pembuatan nata harus sebanyak 1-10% supaya proses

fermentasi nata de coco dapat berlangsung secara optimum. Penambahan kultur

Acetobacter xylinum dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 11: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

10

Gambar 7. Proses Penambahan Kultur Acetobacter xylinum

Kemudian wadah ditutup rapat dengan 2 lapis kertas coklat yang dikaretkan di atas

wadah berisi larutan tersebut. Wadah tersebut digojog perlahan agar seluruh starter

bercampur homogeny pda media air kelapa. Tinggi larutan di masing-masing wadah

tiap kelompok diukur dengan penggaris sebagai tinggi nata hari ke-0. Wadah tersebut

diinkubasi pada suhu ruang selama 2 minggu. Perlakuan pada praktikum ini sesuai

dengan teori Rahayu et al. (1993) bahwa fermentasi nata de coco akan berlangsung

secara optimal, akan menghasilkan nata de coco dengan ketebalan optimal, serta

memiliki kualitas sensori yang baik apabila dilakukan pada suhu 28oC-32oC selama 10-

14 hari. Gambar nata de coco yang sedang diinkubasi dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Inkubasi selama Fermentasi Nata de Coco

Page 12: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

11

Selama inkubasi wadah tidak boleh digoyangkan agar lapisan nata yang terbentuk tidak

terpisah-pisah. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyanto (2004), bahwa selama proses

pembentukan nata harus dihindari goncangan atau gerakan. Hal ini disebabkan

goncangan tersebut akan menenggelamkan lapisan nata yang telah terbentuk dan dapat

menyebabkan lapisan nata yang baru akan terpisah dari lapisan nata yang pertama.

Apabila hal ini terjadi maka ketebalan produksi nata tidak standar atau tidak sesuai.

Selain itu, Czaja (2004) juga mengatakan bahwa dengan adanya goncangan selama

proses fermentasi berlangsung, selulosa tidak akan membentuk lapisan di permukaan

dan menghasilkan serat karena kristalin yang terbentuk kecil akibat terpencar oleh

adanya gerakan atau goncangan tersebut. Selanjutnya ketebalan nata de coco diukur

pada hari ke-7 dan hari ke-14. Pada hari ke-14, nata yang terbentuk diamati secara

sensori meliputi aroma, warna, tekstur, dan rasa. Lapisan nata yang terbentuk dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Lapisan Nata yang Terbentuk

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tinggi ketebalan awal media

berbeda-beda karena wadah yang digunakan berbeda-beda pula. Namun terjadi

ketidaksesuaian pada praktikum ini, di mana nata de coco kelompok F3 dengan F4 dan

F5 yang memiliki tinggi media sama, setelah 7 hari tinggi ketebalan lapisan nata yang

terbentuk berbeda. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya kontaminasi pada

saat menambahkan kultur pada kelompok F3, sehingga pertumbuhan Acetobacter

xylinum lebih terganggu dibandingkan pada kelompok F4 dan F5.

Page 13: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

12

Ketidaksesuaian selanjutnya adalah pada praktikum ini dihasilkan persentase rendemen

yang berbeda-beda pula, padahal media nata de coco pada kloter F berasal dari media

yang mendapatkan perlakuan sama. Hal ini juga kemungkinan disebabkan oleh

kontaminasi selama pemasukan kultur karena pemasukan kultur ini dilakukan oleh

praktikan yang berbeda. Pada kelompok F1,F2, dan F4 jumlah rendemen tidak

meningkat pada hari ke-14, pada F3 dan F5 jumlah rendemen justru malah mengalami

penurunan, padahal menurut Rahayu et al. (1993), fermentasi nata de coco akan

berlangsung secara optimal selama 10-14 hari, sehingga seharusnya justru rendemen

mengalami peningkatan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya kontaminasi

dari mikroorganisme yang tidak diinginkan selama pengolahan, sehingga

mikroorganisme ini mengganggu pertumbuhan Acetobacter xylinum dan mengganggu

proses fermentasi nata yang membuat lapisan nata yang terbentuk tidak optimal

(Tortora et al, 1995).

Pada hasil pengamatan uji sensori, aroma yang dihasilkan pada semua kelompok adalah

agak asam dibandingkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Madigan et al.

(1997), bahwa Acetobacter xylinum adalah bakteri asam asetat yang tergolong bakteri

gram negatif yang mampu mengoksidasi alkohol (etanol) menjadi asam asetat shingga

memunculkan aroma asam. Warna yang dihasilkan adalah putih, seperti yang dikatakan

Rizal et al. (2013). Namun pada tekstur dan rasa pada nata de coco tidak dapat diuji

sensori, hal ini disebabkan tekstur nata tidak dapat yang terbentuk. Hal ini kemungkinan

disebabkan terjadinya goncangan pada saat pengukuran hari ke-7, seperti yang

dikatakan Czaja (2004) bahwa dengan adanya goncangan selama proses fermentasi

berlangsung, selulosa tidak akan membentuk lapisan di permukaan dan menghasilkan

serat karena kristalin yang terbentuk kecil akibat terpencar oleh adanya gerakan atau

goncangan tersebut. Kemungkinan lain juga disebabkan karena terjadinya kontaminasi

baik saat pemasukkan kultur maupun saat pengolahan, seperti yang dikatakan oleh

Dwidjoseputro (1994), bahwa kontaminasi oleh mikroorganisme-mikroorganisme yang

tidak diinginkan dalam proses fermentasi dapat menjadi mikroorganisme pesaing bagi

Acetobacter xylinum, di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan ini mengganggu

jalannya proses fermentasi nata, yang membuat pembuatan nata de coco ini gagal

(Tortora et al, 1995).

Page 14: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

3. KESIMPULAN

Nata merupakan lapisan polisakarida ekstraseluler (selulosa) yang dibentuk oleh

kumpulan sel bakteri pembentuk kapsul, memiliki tekstur yang kenyal, putih,

menyerupai gel, dan terapung pada permukaan, yang memiliki kandungan air

sangat tinggi sekitar 98%.

Nata de coco dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum melalui fermentasi air

kelapa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan nata meliputi kandungan karbon

dan nitrogen, umur dan kualitas starter, pH dan temperatur medium, varietas

kelapa, kebersihan peralatan, jenis dan konsentrasi media, waktu fermentasi, dan

tempat fermentasi.

Gula pasir yang ditambahkan sebagai sumber karbon berperan sebagai nutrisi bagi

pertumbuhan bakteri pada saat proses metabolisme dan juga sebagai sumber energi

pada saat perombakan glukosa dan fruktosa menjadi selulosa.

Ammonium sulfat berperan sebagai sumber nitrogen serta dapat menghambat atau

mempersulit pertumbuhan Acetobacter aceti (pesaing Acetobacter xylinum).

Fermentasi nata de coco berlangsung secara optimal apabila dilakukan pada suhu

28oC-32oC selama 10-14 hari.

Selama proses pembentukan nata harus dihindari goncangan atau gerakan karena

dapat menenggelamkan nata yang terbentuk dan dapat menyebabkan lapisan nata

yang baru akan terpisah dari lapisan nata yang pertama.

Pembuatan nata de coco pada kloter F ini gagal karena terjadinya kontaminasi baik

sehingga mengganggu jalannya proses fermentasi nata.

Semarang, 9 Juli 2015 Asisten Dosen

- Wulan Apriliana

- Nies Mayangsari

Mayliana Andriani Hartono

12.70.0045

13

Page 15: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

4. DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2008. Selulosa Bakterial Nata de coco Sebagai Adsorban Pada Proses Adsorpsi Logam Cr (III). Jurnal Gradien Vol. 4 No. 1. Diakses tanggal 3 Juli 2015.

Astawan, M. dan M. W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Nabati Tepat Guna Edisi Pertama. Akademika Pressindo. Bogor.

Awang, S. A. 1991. Kelapa: Kajian Sosial–Ekonomi. Aditya Media. Yogyakarta.

Budiyanto. K.A. 2004. Mikrobiologi Terapan. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga. UMM Press. Malang.

Czaja W.; Dwight R; and R. Malcolm Brown, Jr. 2004.Structural Investigations of Microbial Cellulose Produced in Stationary and Agitated Culture. Cellulose11: 403 411.

Dwijoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Effendi, Nurul Huda. 2009. Pengaruh Penambahan Variasi Massa pati (Soluble Starch) Pada Pembuatan Nata de Coco Dalam Medium Fermentasi Bakteri Acetobacter xylinum. Medan.

Hamad, Alwani & Kristiono. 2013. Pengaruh Penambahan Sumber Nitrogen Terhadap Hasil Fermentasi Nata de coco. Momentum Vol.9 No. 1. Diakses tanggal 3 Juli 2015.

Hayati, M. 2003. Membuat Nata de Coco. Adi Cita Karya Nusa. Yogyakarta.

Iskandar; Muhammad Zaki; Sri Mulyati; Umi Fathanah; Indah Sari; dan Juchairawati. 2010. Pembuatan Film Selulosa dari Nata de Pina. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7 No. 3. Diakses tanggal 3 Juli 2015.

Madigan MT, Martinko JM, Parker J, 1997. Brock Biology of Microorganism. Edisi ke‐8, New Jersey: Prentince Hall.

Pato, U. dan Dwiloted, B. 1994. Proses dan Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Nata de Coco. Sains Teks I (A): 70 – 77.

Rahayu, E. S.; R. Indriati; T. Utami; E. Harmayanti dan M. N. Cahyanto. 1993. Bahan Pangan Hasil Fermentasi.UGM.Yogyakarta.

14

Page 16: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

15

Rizal, Hardi Mey; Dewi Masria Pandiangan; dan Abdullah Saleh. 2013. Pengaruh Penambahan Gula, Asam Asetat, dan Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Nata de Corn. Jurnal Teknik Kimia Vol. 19 No. 1. Diakses tanggal 3 Juli 2015.

Sunarso. 1982. Pengaruh Keasaman Media Fermentasi Terhadap Ketebalan Pelikel pada Pembuatan Nata de Coco.Skripsi.UGM.Yogyakarta.

Syakirell, Dhika. 2014. Pembuatan Nata de coco. https://www.scribd.com/doc/ 211593838/Pembuatan-Nata-de-Coco. Diakses tanggal 4 Juli 2015.

Tari, A. Intan Niken; Catur Budi Handayani; dan Sri Hartati. 2010. Pembuatan Nata de coco : Tinjauan Sumber Nitrogen Terhadap Sifat Fisiko-Kimianya. Widyatama Vol. 19 No. 2. Diakses tanggal 3 Juli 2015.

Tortora, G.J., R. Funke & C.L. Case.1995. Microbiology.The Benjamin / Cummings Publishing Company, Inc. USA.

Wowor, Liana Y.; Mufidah Muis; dan Abd. Rahman Arinong. 2007. Analisa Usaha Pembuatan Nata de coco Dengan Menggunakan Sumber dan Kandungan yang Berbeda. Jurnal Agrisistem Vol. 3 No. 2. Diakses tanggal 3 Juli 2015.

Page 17: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

5. LAMPIRAN

5.1. Perhitungan

Rumus perhitungan Nata de coco

% lapisan nata=tinggi ketebalan nata(cm)

tinggimedia awal(cm)×100 %

5.1.1.Hari ke-7

Kelompok F1

% lapisan nata=0,40,5

×100 %

¿80 %

Kelompok F2

% lapisan nata=0,22

× 100 %

¿10%

Kelompok F3

% lapisan nata=0,51,5

× 100 %

¿75%

Kelompok F4

% lapisan nata=0,31,5

× 100 %

¿20 %

Kelompok F5

% lapisan nata=0,31,5

× 100 %

¿20 %

16

Page 18: NATA DE COCO_Mayliana Andriani_12.70.0045_F3

17

5.1.2.Hari ke-14

Kelompok F1

% lapisan nata=0,40,5

×100 %

¿80 %

Kelompok F2

% lapisan nata=0,22

× 100 %

¿10 %

Kelompok F3

% lapisan nata=0,21,5

× 100 %

¿13,33 %

Kelompok F4

% lapisan nata=0,31,5

× 100 %

¿20 %

Kelompok F5

% lapisan nata=0,11,5

× 100 %

¿6,67 %

5.2. Laporan Sementara

5.3. Jurnal