makalah miastenia gravis

36
ASKEP MIASTENIA GRAVIS A. Definisi Miastenia Gravis yang berarti “kelemahan otot yang serius” adalah satu-satunya penyakit neuromuskuler yang menggabungkan kelelahan cepat otot voluntar dan waktu penyembuhan yang lama (penyembuhan dapat butuh waktu 10 hingga 20 kali lebih lama daripada normal). (Sylvia A. Price : 1148, 1995) Myastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi trasmisi neuromuskuler pada otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang (volunteer) . Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter dan hal itu dipengaruhi oleh fungsi saraf cranial (Brunner and Suddarth, 2002) Myasthenia gravis adalah gangguan neuromuskuler yang mempengaruhi transmisi impuls pada otot-otot volunter tubuh (Sandra M. Neffina, 2002). B. Etiologi Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara

Upload: rama-de-green

Post on 02-Aug-2015

767 views

Category:

Documents


114 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Miastenia Gravis

ASKEP MIASTENIA GRAVIS

A. Definisi

Miastenia Gravis yang berarti “kelemahan otot yang serius” adalah

satu-satunya penyakit neuromuskuler yang menggabungkan kelelahan cepat

otot voluntar dan waktu penyembuhan yang lama (penyembuhan dapat butuh

waktu 10 hingga 20 kali lebih lama daripada normal). (Sylvia A. Price : 1148,

1995)

Myastenia gravis merupakan gangguan yang mempengaruhi trasmisi

neuromuskuler pada otot tubuh yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang

(volunteer) . Karakteristik yang muncul berupa kelemahan yang berlebihan

dan umumnya terjadi kelelahan pada otot-otot volunter dan hal itu dipengaruhi

oleh fungsi saraf cranial (Brunner and Suddarth, 2002)

Myasthenia gravis adalah gangguan neuromuskuler yang

mempengaruhi transmisi impuls pada otot-otot volunter tubuh (Sandra M.

Neffina, 2002).

B. Etiologi

Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan

transmisi pada neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf

dan unsur otot. Pada ujung akson motor neuron terdapat partikel -partikel

globuler yang merupakan penimbunan asetilkolin (ACh). Jika rangsangan

motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah dan ACh dibebaskan

yang dapat memindahkan gaya sarafi yang kemudian bereaksi dengan ACh

Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran

ion pada membran serat otot dan menyebabkan masuknya kation, terutama

Na, sehingga dengan demikian terjadilah kontraksi otot.

Penyebab pasti gangguan transmisi neromuskuler pada Miastenia

gravis tidak diketahui. Dulu dikatakan, pada Miastenia gravis terdapat

kekurangan ACh atau kelebihan kolinesterase, tetapi menurut teori terakhir,

faktor imunologik yang berperanan

Page 2: Makalah Miastenia Gravis

C. Insiden

Serangan dapat terjadi pada beberapa usia, ini terlihat paling sering

pada wanita antara 15-35 tahun dan pada pria sampai 40 tahun. Dahulu, angka

kematian mencapai 90 %. Angka kematian menurun drastis sejak tersedia

pengobatan dan unit perawatan pernapasan.

D. Klasifikasi

Klasifikasi Klinis Miastenia Gravis

Klasifikasi Klinis

Kelompok I Miastenia Okular Hanya menyerang otot-otot ocular,

disertai ptosis dan diplopia

Kelompok Miastenia Umum

A. Miastenia umum ringan Awitan (onset) lambat, biasanya

pada mata, lambat laun menyebar

ke otot-otot rangka dan bulbar

System pernafasan tak terkena.

Respon terhadap terapi obat baik

Angka kematian rendah

B. Miastenia umum sedang Awitan bertahap dan sering

disertai gejala-gejala ocular, lalu

berlanjut semakin berat dengan

terserangnya seluruh otot-otot

rangka dan bulbar

Disartria, disfagia, dan sukar

mengunyah lebih nyata

dibandingkan dengan miastenia

umum ringan. Otot-otot

pernafasan tak terkena

Respon terhadap terapi obat

kurang memuaskan dan aktivitas

klien terbatas, tetapi angka

Page 3: Makalah Miastenia Gravis

kematian rendah

C. Miastenia umum berat 1. Fulminan akut:

Awitan yang cepat dengan

kelemahan otot-otot rangka

dan bulbar dan mulai

terserangnya otot-otot

pernafasan

Biasanya penyakit

berkembang maksimal dalam

waktu 6 bulan

Respon terhadap obat buruk

Insiden krisis miastenik,

kolinergik, maupun krisis

gabungan keduanya tinggi

Tingkat kematian tinggi

2. Lanjut

Miastenia gravis berat timbul

paling sedikit 2 tahun setelah

awitan gejala-gejala kelompok

I atau II

Miastenia gravis dapat

berkembang secara perlahan

atau tiba-tiba

Respon terhadap obat dan

prognosis buruk

Sumber : Price dan Wilson, Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-proses

Penyakit, Jakarta. EGC, 1995

E. Manifestasi Klinis

Page 4: Makalah Miastenia Gravis

Karakteristik penyakit berupa kelemahan otot ekstrem dan mudah

mengalami kelelahan, yang umumnya memburuk setelah aktivitas dan

berkurang setelah istirahat. Pasien dengan penyakit ini akan mengalami

kelelahan hanya karena penggunaan tenaga yang sedikit seperti menyisir

rambut, mengunyah dan berbicara, dan harus menghentikan segalanya untuk

istirahat.

Berbagai gejala yang muncul sesuai dengan otot yang terpengaruh.

Otot-otot simetris terkena, umumnya ini dihubungkan dengan saraf kranial.

Karena otot-otot okular terkena maka gejala awal yang muncul adalah

diplopia (pengelihatan ganda) dan ptosis (jatuhnya kelopak mata). Kelemahan

pada otot bulbar menyebabkan masalah mengunyah dan menelan dan adanya

bahaya tersedak dan aspirasi.

Ekspresi wajah pasien yang sedang tidur terlihat seperti patung, hal ini

disebabkan karena otot-otot wajah terkena. Pengaruhnya terhadap laring

menyebabkan disfonia (gangguan suara) dalam membentuk bunyi suara

hidung atau kesukaran dalam pengucapan kata-kata. Beberapa pasien sekitar

15% sampai 20% mengeluh lemah pada tangan dan otot-otot lengan, dan

biasanya berkurang, pada otot kaki mengalami kelemahan, yang membuat

pasien jatuh. Kelemahan diafragma dan otot-otot interkostal progresif

mengebabkan gawat napas, yang merupakan keadaan darurat akut.

Secara umum beristirahat dan agen antikolinesterase dapat

meringankan gejala gejala Miastenia Gravis. Gejala diperberat oleh perubahan

keseimbangan hormonal (misal selama kehamilan, fluktuasi dalam siklus

menstruasi atau gangguan fungsi tiroid), penyakit yang terjadi pada waktu

yang bersamaan khususnya infeksi traktus pernapasan atas dan yang berkaitan

dengan diare dan demam, emosi kekecewaan (sebagian besar pasien

mengalami kelemahan otot yang lebih ketika kecewa), alkohol (khususnya

dengan air tonik yang terdiri dari kuinin, yaitu obat yang meningkatkan

kelemahan otot) dan obat lain-lain.

Maka manifestasi klinis dari miastenia gravis diantaranya:

Page 5: Makalah Miastenia Gravis

1. Kelemahan otot ekstrim dan mudah mengalami kelelahan

2. Diplobia (penglihatan ganda)

3. Ptosis (jatuhnya kelopak mata)

4. Disfonia (gangguan suara)

5. Kelemahan diafragma dan otot-otot interkosal progressif menyebabkan

gawat napas.

F. Patofisiologis

Otot rangka dan otot lurik dipersarafi oleh nervus besar bermielin yang

berasal dari sel kornu anterior medula spinalis dan batang otak. Nervus ini

mengirim keluar aksonnya dalam nervus spinalis atau kranialis menuju

perifer. Nervus yang bersangkutan bercabang berkali-kali dan mampu

merangsang 2000 serat otot rangka. Kombinasi saraf motorik dan serabut otot

yang dipersarafinya disebut unit motorik. Meskipun setiap neuron motorik

mempersyarafi banyak serabut otot, tetapi setiap serabut otot dipersyarafi oleh

hanya satu neuron motorik (Price dan Wilson, 1995).

Daerah khusus yang menghubungkan antara saraf motorik dengan

serabut otot disebut sinaps neuromuscular atau hubungan neuromuskular.

Hubungan neuromuskular adalah sinaps kimia antara saraf dan otot yang

terdiri dari tiga komponen dasar : elemen prasinaptik, elemen pascasinaptik

dan celah sinaptik. Elemen prasinaptik terdiri dari akson terminal yang terdiri

berisi vesikel sinaptik dengan neurotransmiter asetilkolin. Asetilkolin

disintesis dan disimpan dalam akson terminal (Button). Membran plasma

akson terminal disebut membran prasinaps. Elemen pascasinaps terdiri dari

membran pascasinaps atau ujung lempeng motorik dari serat otot. Membran

pascasinaps dibentuk oleh invaginasi yang disebut saluran sinaps membran

otot atau sarkolema kedalam tonjolan akson terminal. Membran pascasinaps

memiliki banyak lipatan yang sangat meningkatkan luas permukaan.

Membran pascasinaps juga mengandung reseptor asetilkolin dan

mampu membangkitkan lempeng akhir motorik yang sebaliknya dapat

menghasilkan potensial aksi otot. Asetilkolinesterase yaitu enzim yang

Page 6: Makalah Miastenia Gravis

merusak asetilkolin juga terdapat dalam membran pascasinaps. Celah sinaptik

mengacu pada ruangan antara membran prasinaps dan menbran pascasinaps.

Apabila impuls saraf mencapai taut neuromoskular, membran akson

prasinaptik terminal terdepolarisasi, menyebabkan pelepasan asetilkolin ke

dalam celah sinaptik. Asetilkolin menyeberangi celah sinaptik secara difus dan

menyatu dengan bagian reseptor asetilkolin dalam membran pascasinaptik.

Masuknya ion Na secara mendadak dan keluarnya ion K menyebabkan

depolarisasi ujung lempeng, yang diketahui sebagai ujung lempeng potensial.

Ketika ujung lempeng potensial mencapai puncak, maka ujung tersebut akan

menghasilkan potensial potensial aksi dalam membran otot. Potensial aksi ini

merangkai serangkaian reaksi yang menyebabkan kontraksi serabut otot.

Begitu terjadi transmisi melewati penghubung neuromuskular, asetilkolin akan

dirusak oleh enzim asetilkolinesterase. Pada orang normal, jumlah asetilkolin

yang dilepaskan lebih dari cukup untuk menyebabkan suatu potensial aksi.

Pada Miastenia Gravis, konduksi neuromuskularnya terganggu. Jumlah

reseptor asetilkolin normal menjadi menurun yang terjadi akibat cedera

autoimun sehingga terjadi penurunan potensial aksi yang menyebabkan

kelemahan pada otot. Pada 90 % pasien gejala awal melibatkan otot okular

yang menyebabkan ptosis dan diplopia. Otot wajah, laring dan faring juga

sering terlibat dalam Miastenia Gravis yang dapat mengakibatkan regurgitasi

melalui hidung ketika berusaha menelan dan pasien dapat mengalami aspirasi,

gangguan suara (disfonia). Kelemahan otot pernapasan juga ditandai dengan

batuk lemah dan akhirnya serangan dispnea, dan ketidakmampuan

membersihkan mukus dari cabang trakeobronkial. Selain itu terjadi kelemahan

otot ekstremitas yang menyebabkan pasien kesulitan untuk berdiri, berjalan,

atau bahkan menahan lengan di atas kepala (Misalnya ketika sedang menyisir

rambut).

Pathway Miastenia Gravis

Page 7: Makalah Miastenia Gravis

G. Komplikasi

Gangguan autoimun yang merusak reseptor asetil kolin

Jumlah reseptor asetilkolin berkurang pada membrane postsinap

Kerusakan pada transmisi impuls saraf menuju sel-sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal

membrane postsinap pada sambungan neuromuskular

Otot pernafasan

Penurunan hubungan neuromuscular

Kelemahan otot-otot

Ketidakefektifan pola nafas

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Ketidakmampuan batuk efektif

Kelemahan otot-otot

pernafasan

Kelemahan otot-otot rangka

Krisis miastenia

Otot volunter

Regurgitasi makanan ke

hidung pada saat menelan

Suara abnormalKetidak mampuan menutup rahang

Otot wajah, laring, faring

Resti aspirasiGangguan

pemenuhan nutrisi

Kerusakan komunikasi verbal

Hambatan mobilitas fisik

Intoleransi aktivitas

Ptosis & Diplopia

Gangguan otot levator palpebra

Otot-otot okular

Gangguan citra diri

Kematian

Page 8: Makalah Miastenia Gravis

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien miastenia gravis antara lain:

1. Bisa timbul miastenia crisis atau cholinergic crisis akibat terapi yang tidak

diawasi

2. Pneumonia

3. Bullous death

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diarahkan pada perbaikan fungsi melalui pemberian obat

antikolinestrase dan mengurangi serta membuang antibodi yang bersikulasi.

1. Obat anti kolinestrase

a. Piridostigmin bromide (mestinon), ambenonium klorida (Mytelase),

neostigmin bromide (Prostigmin).

b. Diberikan untuk meningkatkan respon otot terhadap impuls saraf dan

meningkatkan kekuatan otot, hasil diperkirakan dalam 1 jam setelah

pemberian.

2. Terapi imunosupresif

a. Ditujukan pada penurunan pembentukan antibody antireseptor atau

pembuangan antibody secara langsung dengan pertukaran plasma.

b. Kortikostreoid menekan respon imun, menurunkan jumlah antibody

yang menghambat

c. Pertukaran plasma (plasmaferesis) menyebabkan reduksi sementara

dalam titer antibody

d. Thimektomi (pengangkatan kalenjer thymus dengan operasi)

menyebabkan remisi subtansial, terutama pada pasien dengan tumor

atau hiperlasia kalenjer timus. kalenjer timus. kalenjer timus. kalenjer

timus. kalenjer timus.

I. Krisis Miastenia Gravis

Page 9: Makalah Miastenia Gravis

Pasien miastenik dikatakan berada dalam krisis bila sudah tidak

mampu menelan, membersihkan sekret, atau bernapas secara adekuat tanpa

bantuan alat. Dua jenis krisis adalah krisis miastenik yaitu keadaan ketika

pasien membutuhkan lebih banyak obat antikolinesterase dan krisis kolinergik

yaitu keadaan yang terjadi akibat kelebihan obat antikolinesterase. Pada

keadaan lain, ventilasi dan jalan napas yang adekuat harus dipertahankan.

Edrofonium klorida (Tensilon 2 hingga 5 mg) diberikan secara intravena

sebagai test untuk membedakan jenis krisis.. obat tersebut menghasilkan

perbaikan sementara dalam krisis miastenik namun tidak memperbaiki atau

memperburuk gejala pada krisis kolinergik.

Bila terjadi krisis miastenik, pasien dipertahankan dengan respirator.

Obat antikolinesterse tidak dapat diberikan karena obat itu dapat

meningkatkan sekresi pernapasan dan dapat mencetuskan krisis kolinergik.

Pemberian obat dimulai lagi secara bertahap dan seringkali dosis dapat

diturunkan setelah krisis.

Pada krisis kolinergik, pasien mungkin telah meminum obat secara

berlebihan karena kesalahan atau dosisnya mungkin berlebihan karena terjadi

remisi spontan. Banyak pasien yang mengalami krisis ini disebut miastenik

rapuh. Episode ini sulit dikendalikan dengan pengobatan dengan kisaran

terapeutik yang sempit antara kekurangan dosis dan kelebihan dosis. Respon

terhadap pengobatan ini seringkali hanya sebagian. Pada krisis kolinergik,

pasien dipertahankan dengan ventilasi buatan. Obat antikolinergik tidak dapat

diberikan, dan 1 mg atropin diberikan secara intravena dan dapat diulang bila

perlu. Ketika diberikan atropin, pasien harus diawasi dengan hati-hati karena

sekret pernapasan dapat mengental sehingga terjadi kesulitan menghisap, atau

sumbatan mukus dapat menghambat bronkus sehingga terjadi atelektasis.

Asuhan Keperawatan

Page 10: Makalah Miastenia Gravis

A. Pengkajian

1. Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status

2. Keluhan utama : Keluhan utama yang sering menyebabkan klien miastenia

gravis meminta pertolongan kesehatan sesuai dengan kondisi dari adanya

penurunan atau kelemahan otot-otot dengan manifestasi diplopia

(penglihathan ganda), ptosis (jatuhnya kelopak mata) merupakan keluhan

utama dari 90% klien miastenia gravis, disfonia (gangguan suara), masalah

menelan dan mengunyah makanan. Pada kondisi berat keluhan utamanya

biasanya adalah ketidakmampuan menutup rahang, ketidakmampuan batuk

efektif dan dispnea.

3. Riwayat kesehatan : Diagnosa miasenia didasarkan pada riwayat dan

pesentasi klinis. Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan

kekuatan pasial setelah istirahat sangatlah menunukkan miastenia gravis,

pasien mugkin mengeluh kelemahan setelah melakukan pekerjaan fisik

yang sederhana . riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada pandangan

atas dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot. Selain

itu juga perlu diperhatikan tentang riwayat penyakit sekarang, dahulu dan

riwayat penyakit keluarga.

4. Pengkajian Psiko-sosial-spiritual

Klien miastenia gravis sering mengalami gangguan emosi dan kelemahan

otot apabila mereka berada dalam keadaan tegang. Adanya kelemahan

pada kelopak mata (ptosis), diplopia, dan kerusakan dalam komunikasi

verbal menyebabkan klien sering mengalami gangguan citra diri.

5. Pemeriksaan fisik:

a. B1 (Breathing)

Inspeksi apakah klien mempunyai kemampuan atau penurunan batuk

efektif, produksi sputum, dispnea, prnggunaan otot-otot bantu

pernafasan dan peningkatan frekuensi pernafasan sering didapatkan

pada klien yang disertai adanya kelemahan otot-otot pernafasan.

Auskultasi buyi nafas tambahan seperti ronchi atau stridor pada klien

Page 11: Makalah Miastenia Gravis

menandakan adanya akumulasi secret pada jalan nafas dan penurunan

kemampuan otot-otot pernafasan.

b. B2 (Bleeding)

Pengkajian pada system kardiovaskuler terutama dilakukan untuk

memantau perkembangan status kardiovaskuler, terutama denyut nadi

(takikardi/bradikardi) dan tekanan darah (hipertensi/hipotensi) yang

secara progresif akan berubah sesuai dengan kondisi tidak

membaiknya status pernafasan.

c. B3 (Brain)

1) Tingkat kesadaran

Biasanya pada kondisi awal kesadaran klien masih baik

2) Fungsi serebral

Status mental : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,

nilai gaya bicara dan observasi ekspresi wajah, aktivitas motorik

yang mengalami perubahan seperti adanya gangguan perilaku,

alam perasaan, dan persepsi

3) Pemeriksaan saraf cranial

a) Saraf I

Biasanya pada klien epilepsi tidak ada kelainan dan fungsi

penciuman tidak ada kelainan

b) Saraf II

Penurunan pada test ketajaman penglihatan, klien sering

mengeluh adanya penglihatan ganda

c) Saraf III, IV dan VI

Sering didapat adanya ptosis. Adanya oftalmoplegia, mimic

dari Pseudointernuklear oftalmoplegia akibat gangguan

motorik pada saraf VI

d) Saraf V

Didapatkan adanya paralisis pada otot wajah akibat

kelumpuhan pada otot-otot wajah

e) Saraf VII

Page 12: Makalah Miastenia Gravis

Persepsi pengecapan terganggu akibat adanya gangguan

motorik lidah/triple-furrowed lidah

f) Saraf VIII

Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi

g) Saraf IX dan X

Ketidakmampuan dalam menelan

h) Saraf XI

Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius

i) Saraf XII

Lidah tidak simetris, adanya deviasi pada satu titik akibat

kelemahan otot motorik pada lidah/triple-furrowed lidah

4) System motorik

Karakteristik utama miastenia gravis adalah kelemahan dari system

motorik. Adanya kelemahan umum pada otot-otot rangka

memberikan manifestasi pada hambatan mobilitas dan intoleransi

aktivitas klien

5) Pemeriksaan reflek

Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum,

atau pperiosteum derajat reflex pada respon normal

6) System sensorik

Pemeriksaan sensorik pada epilepsy biasanya didapatkan perasaan

raba normal, perasaan suhu normal, tidak ada perasaan abnormal di

permukaan tubuh.

d. B4 (Bladder)

Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan

berkurangnya volume output urine, hal ini berhubungan dengan

penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal. Selain itu

dimungkinkan adanya penurunkan fungsi kandung kemih, retensi

urine, hilangnya sensasi saat berkemih.

e. B5 ( Bowel)

Page 13: Makalah Miastenia Gravis

Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam

lambung. Pemenuhan nutrisi pada klien miastenia gravis menurun

karena ketidakmampuan menelan makanan sekunder dari kelemahan

otot-otot menelan, kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus turun.

f. B6 (Bone)

Adanya kelemahan otot-otot volunter memberikan hambatan pada

mobilitas dan mengganggu aktivitas perawatan diri.

6. Pemeriksaan diagnostic

a. Test serum anti bodi resptor ACh yang positif pada 90% pasien.

b. Test tensilon : injeksi iv memeperbaiki respon motorik sementara dan

menurunkan gejala pada krisis miastenik untuk sementara waktu

memperburuk gejala-gejala pada krisis kolinergik.

c. Test elektro fisiologis untuk menunjukan penurunan respon

rangsangan saraf berulang.

d. CT dapat menunjukan hiperplasia timus yang dianggap menyebabkan

respon autoimun.

B. Diagnosa

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot

pernafasan

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi mucus dan penurunan kemampuan batuk efektif

3. Gangguan aktivitas hidup sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik

umum, keletihan

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan

pengucapan kata, gangguan neuromuscular, kehilangan kontrol tonus otot

fasial atau oral

5. Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya ptosis, ketidakmampuan

komunikasi verbal

C. Intervensi

Page 14: Makalah Miastenia Gravis

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelemahan otot

pernafasan

Tujuan : dalam waktu 1×24 jam setelah diberikan intervensi, pola pernafasan

klien kembali efektif.

Kriteria hasil: irama, frekuensi, dan kedalaman pernafasan dalam batas

normal, bunyi nafas terdengar jelas, respirator terpasang dengan optimal

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan ventilasi Untuk klien dengan penurunan

kapasitas ventilasi, perawat mengkaji

frekuensi pernafasan, kedalaman dan

bunyi nafas, pantau hasil tes fungsi

paru-paru (volume tidal, kapasitas

vital, kekuatan inspirasi), dengan

interval yang sering dalam

mendeteksi masalah paru-paru,

sebelum perubahan kadar gas darah

arteri dan sebelum tampak gejala

klinik.

Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman

pernafasan, laporkan setiap perubahan

yang terjadi

Dengan mengkaji kualitas, frekuensi,

dan kedalaman pernafasan, kita

dapat mengetahui sejauh mana

perubahan kondisi klien.

Baringkan klien dalam posisi yang

nyaman dalam posisi duduk

Penurunan difragma memperluas

daerah dada sehingga ekspansi paru

bisa maksimal.

Observasi tanda-tanda vital (nadi, RR) Peningkatan RR dan takikardia

merupakan indikasi adanya

penurunan fungsi paru.

Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-

4 jam

Auskultasi dapat menentukan

kelainan suara nafas pada bagian

Page 15: Makalah Miastenia Gravis

paru-paru.

Kemungkinan akibat dari

berkurangnya atau tidak

berfungsinya lobus, segmen dan

salah satu dari paru-paru.

Pada daerah kolaps paru suara

pernafasan tidak terdengar, tetapi

bila hanya sebagian yang kolaps

suara pernafasan tidak terdengar

dengan jelas.

Hal tersebut dapat menentukan

fungsi paru yang baik dan ada

tidaknya atelektasis paru

Bantu dan ajarkan klien untuk batuk

dan nafas dalam yang efektif

Menekan daerah yang nyeri ketika

batuk atau nafas dalam. Penekanan

otot-otot dada serta abdomen

membuat batuk lebih efektif

Kolaborasi untuk pemasangan

respirator

Respirator mengambil alih fungsi

ventilasi yang terganggu akibat

kelemahan dari otot-otot pernafasan.

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi mucus dan penurunan kemampuan batuk efektif

Tujuan : dalam waktu 3×24 jam setelah diberikan intervensi, jalan nafas

kembali efektif. Tujuan utama dari intervensi adalah menghilangkan kuantitas

dari viskositas sputum untuk memperbaiki ventilasi paru dan pertukaran gas.

Criteria hasil : dapat mendemonstrasikan batuk efektif, dapat menyatakan

strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi, tidak ada suara tambahan, dan

pernafasan klien normal (16-20×/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu

nafas.

Intervensi Rasional

Page 16: Makalah Miastenia Gravis

Kaji warna, kekentalan dan jumlah

sputum

Karakteristik sputum dapat

menunjukkan berat ringannya

obstruksi

Atur posisi semi fowler Meningkatkan ekspansi dada

Pertahankan asupan cairan sedikitnya

2500 ml/hari kecuali tidak

diindikasikan

Hidrasi yang adekuat membantu

mengencerkan secret dan

mengefektifkan pembersihan jalan

nafas. Alasan lain untuk

memperbanyak masukan cairan

adalah kecenderungan klien untuk

bernafas melalui mulut yang

meningkatkan kehilangan air.

Menghirup air yang diuapkan juga

membantu karena uap ini dapat

melembabkan percabangan bronchial.

Lakukan fisioterapi dada dengan

teknik drainage postural, perkusi,

fibrasi dada, serta lakukan suction

Bila ada kelemahan otot abdominal,

interkostal, dan faring yang hebat,

klien tidak mampu batuk dan nafas

dalam atau membersihkan sekresi.

Terapi fisik dada yang terdiri atas

drainage postural bertujuan untuk

memobilisasi sekresi dan suction

untuk mengeluarkan secret dilakukan

sesering mungkin.

Drainage postural dengan perkusi dan

vibrasi menggunakan bantuan gaya

gravitasi untuk membantu menaikkan

sekresi sehingga dapat dikeluarkan

atau dihisap dengan mudah. Drainage

postural biasanya dilakukan ketika

klien bangun untuk membuang

Page 17: Makalah Miastenia Gravis

sekresi yang telah terkumpul

sepanjang malam dan sebelum

istirahat, untuk meningkatkan tidur.

Gangguan aktivitas hidup sehari-hari berhubungan dengan kelemahan

fisik umum, keletihan

Tujuan : infeksi bronkhopulmonal dapat dikendalikan untuk menghilangkan

edema inflamasi dan memungkinkan penyembuhan aksi siliaris normal.

Infeksi pernafasan minor yang tidak memberikan dampak pada individu yang

memiliki paru-paru normal, dapat berbahaya bagi klien dengan PPOM.

Criteria hasil : frekuensi nafas 16-20×/menit, frekuensi nadi 70-90×/menit,

dan kemampuan batuk efektif dapat optimal, tidak ada tanda peningkatan suhu

tubuh.

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan klien dalam

melakukan aktivitas

Menjadi data dasar dalam melakukan

intervensi selanjutnya

Atur cara beraktivitas Sasaran klien adalah memperbaiki

kekuatan dan daya tahan. Menjadi

partisipan dalam pengobatan, klien

harus belajar tentang fakta-fakta dasar

mengenai agen-agen antikolinesterase

–kerja, waktu, penyesuaian dosis, dan

efek toksik. Dan yang penting pada

penggunaan medikasi dengan tepat

waktu adalah ketegasan.

Evaluasi kemampuan aktivitas

motorik

Menilai tingkat keberhasilan dari

terapi yang telah diberikan.

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan disfonia, gangguan

pengucapan kata, gangguan neuromuscular, kehilangan kontrol tonus

Page 18: Makalah Miastenia Gravis

otot fasial atau oral

Tujuan : klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi,

mampu mengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat.

Criteria hasil : terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat

dipenuhi, klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun

isyarat.

Intervensi Rasional

Kaji kemampuan komunikasi klien Kelemahan otot-otot bicara pada klien

krisis miastenia gravis dapat berakibat

pada komunikasi

Lakukan metode komunikasi yang

ideal sesuai dengan kondisi klien

Teknik untuk meningkatkan

komunikasi meliputi mendengarkan

klien, mengulangi apa yang mereka

coba komunikasikan dengan jelas dan

menbuktikan yang diinformasikan,

berbicara klien dengan kedipan mata

mereke dan atau goyangan jari-jari

tangan atau jari-jari kaki untuk

menjawab ‘ya’ atau ‘tidak’. Setelah

periode krisis miastenik dipecahkan,

klien selalu mampu mengenal

kebutuhan mereka.

Beri peringatan bahwa klien di ruang

ini mengalami gangguan bicara,

sediakan bel khusus bila perlu

Untuk kenyamanan yang

berhubungan dengan

ketidakmampuan berkomunikasi.

Antisipasi dan bantu kebutuhan klien Membantu menurunkan frustasi oleh

karena ketergantungan atau

ketidakmampan berkomunikasi

Ucapkan langsung kepada klien,

berbicara pelan dan tenang, gunakan

pertanyaan dengan jawaban ‘ya’ atau

Mengurangi kebingungan atau

kecemasan terhadap banyaknya

informasi. Memajukan stimulasi

Page 19: Makalah Miastenia Gravis

‘tidak’ dan perhatikan respon klien komunikasi ingatan dan kata-kata

Kolaborasi : konsul ke ahli terapi

bicara

Mengkaji kemampuan verbal

individual, sensorik dan motorik,

serta fungsi kognitif untuk

mengidentifikasi deficit dan

kebutuhan terapi

Gangguan citra diri berhubungan dengan adanya ptosis,

ketidakmampuan komunikasi verbal

Tujuan : citra diri klien meningkat

Criteria hasil : mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang

terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu

menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan

perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri

negatif

Intervensi Rasional

Kaji perubahan dari gangguan

persepsi dan hubungan dengan

derajat ketidakmampuan

Menentukan bantuan individual

dalam menyusun rencana perawatan

atau memilih intervensi

Identifikasi arti dari kehilangan atau

disfungsi pada klien

Beberapa klien dapat menerima dan

mengatur perubahan fungsi secara

efektif dan sedikit penyesuaian diri,

sedangkan yang lain mempunyai

kesulitan membandingkan, mengenal

dan mengatur kekurangan

Catat ketika klien menyatakan

terpegaruh seperti sekarat atau

mengingkari dan menyatakan inilah

kematian

Mendukung penolakan terhadap

bagian tubuh atau perasaan negative

terhadap gambaran tubuh dan

kemampuan yang menunjukkan

kebutuhan dan intervensi serta

Page 20: Makalah Miastenia Gravis

dukungan dan emosional

Pernyataan pengakuan terhadap

penolakan tubuh, mengingatkan

kembali fakta kejadian tentang

realitas bahwa masih dapat

menggunakan sisi yang sakit dan

belajar mengontrol sisi yang sehat

Membantu klien untuk melihat bahwa

perawat menerima kedua bagian

sebagai bagian dari seluruh tubuh.

Mengizinkan klien untuk merasakan

adanya harapan dan mulai menerima

situasi baru

Bantu dan anjurkan perawatan yang

baik dan memperbaiki kebiasaan

Membantu meningkatkan perasaan

harga diri dan mengontrol lebih dari

satu area kehidupan

Anjurkan orang yang terdekat untuk

mengizinkan klien melakukan hal

untuk dirinya sebanyak-banyaknya

Menghidupkan kembali perasaan

kemandirian dan membantu

perkembangan harga diri serta

mempengaruhi proses rehabilitasi

Dukung perilaku atau usaha seperti

peningkatan minat atau partisipasi

dalam aktivitas rehabilitasi

Klien dapat beradaptasi terhadap

perubahan dan pengerian tentang

peran individu masa mendatang

Monitor gangguan tidur, peningkatan

kesulitan konsentrasi, letargi dan

witdhrawal

Dapat mengindikasikan terjadinya

depresi, umumnya terjadi sebagai

pengaruh dari stroke, dimana

memerlukan intervensi dan evaluasi

lebih lanjut

Kolaborasi : rujuk pada ahli

neuropsikologi dan konseling bila ada

indikasi

Dapat memfasilitasi perubahan peran

yang penting untuk perkembangan

perasaan.

D. Implementasi

Page 21: Makalah Miastenia Gravis

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah

ditetapkan dari diagnose yang ditegakkan sesuai hasil pengkajian yang

dilakukan kepada klien.

E. Evaluasi

Dari intervensi yang ada dan implementasi yang dilakukan diharapkan :

1. Bersihan jalan napas efektif.

2. Mencapai fungsi pernapasan adekuat.

3. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan beradaptasi terhadap

keletihan

4. Pasien mampu berkomunikasi dengan alternatif pilihan pasien

5. Pasien mampu mengekspresikan konsep diri yang positif.

.

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: Makalah Miastenia Gravis

Brunner & Suddart. (1996), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,

Vol 3, EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J. (2001) Handbook of Nursing Diagnosis (Buku terjemahan),

Ed.8. EGC, Jakarta.

Doenges, E. M (2000), Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian,

ed. 3, EGC, Jakarta.

Hudak & Gallo. (1996). Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol. 2.

EGC: Jakarta.

Ramali, A.( 2000 ). Kamus Kedokteran. Djambatan, Jakarta.

Sylvia, A. (2005), Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, Edisi 6, Vol 2,

EGC, Jakarta

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis

Proses-proses Penyakit. Edisi 4. ECG: Jakarta.

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 23: Makalah Miastenia Gravis

MIASTENIA GRAVIS

KELOMPOK I :

1. Agus Tri Wahyudi P. 27220010 083

1. Aisah Ayu Nur P P. 27220010 084

2. Alvialin Purnama S P. 27220010 085

3. Anysh Sholikah P. 27220010 086

4. Arif Rochmansyah S P. 27220010 087

5. Asri Dharmastuti P. 27220010 088

6. Bayu Setyawan P. 27220010 089

7. Choirul Hidayah U P. 27220010 090

8. Cici Puspitasari P. 27220010 091

9. Danang Apriyanto P. 27220010 092

10. Devi Nur F P. 27220010 093

DIII BERLANJUT DIV KEPERAWATAN KRITIS

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

2012