makalah 9.docx

36
Nama : Hana Lestari Indah Nim : 06111381320020 Prodi : Pendidikan Fisika Palembang Dosen Pengampu : Dr. Sardianto MS, S.Pd. M. Pd. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana dilihat dari hal yang teknis dan praktis salah satu tugas professional guru adalah menyusun sendiri perangkat pembelajaran, yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). PP No. 19 Tahun 2005 pasal 16 ayat (1) menyatakan penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Pasal 17 ayat (1) menyatakan kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB/, SMP/MTs/ SMPLB/, SMA/MA/SMALB, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, social budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Penyusunan kurikulum pada pada tingkatan satuan pendidikan mengisyaratkan bahwa tanggung jawab tanggung jawab penyusunan kurikulum ada pada sekolah dan sekolah menugaskan pada guru. Penegasan PP No.19 Tahun 2005 ini jelas menegaskan bahwa yang menyusun dan mengembangkan kurikulum adalah guru, penyusunan kurikulum dalam bentuk silabus dan dikembangkan dalam RPP. Silabus yang disusun oleh guru setelah dihimpun untuk semua mata pelajaran disebut dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) KTSP disusun dan dikembangkan oleh guru mengacu pada standar isi dan standar kelulusan yang dikembangkan oleh BSNP. Pelaksanaannya mengacu pada standar proses pembelajaran. Namun gejala yang muncul pada sebagian guru ternyata ada guru memiliki silabus dan RPP, tetapi bukan guru tersebut yang menyusunnya, ia memperolehnnya dari temannya dengan mengganti namanya dan/atau dibeli dari orang lain. Silabus dan RPP itu

Upload: hana-lestari-indah

Post on 11-Jan-2016

85 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah 9.docx

Nama : Hana Lestari Indah

Nim : 06111381320020

Prodi : Pendidikan Fisika Palembang

Dosen Pengampu : Dr. Sardianto MS, S.Pd. M. Pd.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara sederhana dilihat dari hal yang teknis dan praktis salah satu tugas professional guru adalah menyusun sendiri perangkat pembelajaran, yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). PP No. 19 Tahun 2005 pasal 16 ayat (1) menyatakan penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Pasal 17 ayat (1) menyatakan kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB/, SMP/MTs/ SMPLB/, SMA/MA/SMALB, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, social budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. Penyusunan kurikulum pada pada tingkatan satuan pendidikan mengisyaratkan bahwa tanggung jawab tanggung jawab penyusunan kurikulum ada pada sekolah dan sekolah menugaskan pada guru. Penegasan PP No.19 Tahun 2005 ini jelas menegaskan bahwa yang menyusun dan mengembangkan kurikulum adalah guru, penyusunan kurikulum dalam bentuk silabus dan dikembangkan dalam RPP. Silabus yang disusun oleh guru setelah dihimpun untuk semua mata pelajaran disebut dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)

KTSP disusun dan dikembangkan oleh guru mengacu pada standar isi dan standar kelulusan yang dikembangkan oleh BSNP. Pelaksanaannya mengacu pada standar proses pembelajaran. Namun gejala yang muncul pada sebagian guru ternyata ada guru memiliki silabus dan RPP, tetapi bukan guru tersebut yang menyusunnya, ia memperolehnnya dari temannya dengan mengganti namanya dan/atau dibeli dari orang lain. Silabus dan RPP itu digunakan apabila ada pemeriksaan dari pengawas sekolah. Jadi, ketika pengawas sekolah datang dan bertanya mana silabus guru-guru diseolah ini? maka dengan sigap dan cekatan para guru menunjukkannya dan setelah ditunjukan pengawas tersebut mencatat bahwa guru pada sekolah tersebut telah memiliki silabus dan RPP. Padahal silabus dan RPP yang dimiliki guru tersebut hanya dokumen yang disalin ulang dari orang lain.

Dilain pihak, ada guru membawa RPP ketika mengajar dikelas, tetapi pengajarannya tidak sesuai dengan RPP yang dibawanya. Guru tersebut mengajar langsung membuka buku paket lanjutan dari

Page 2: makalah 9.docx

pembelajaran sebelumnya, sehingga tidak jelas mana standar isi, mana standar kompetensi, mana kompetensi dasar, dan mana standar kelulusan dalam kegiatan mengajarnya. Ada guru menilai hasil belajar siswa lebih tinggi nilai subjektif dibanding nilai objektif. Guru tersebut malas atau tidak mampu menyusun tes yang standar sesuai kebutuhan standar isi dan standar kelulusan yang akhirnya kompetensi siswa menjadi tidak terukur. Perilaku dan kinerja guru yang demikian itu termasuk kinerja yang tidak etis atau tidak memenuhi etika profesi sebagai guru.

Etika guru termasuk dalam etika profesi. Profesi dirumuskan adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai upaya memenuhi nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam. Menurut keraf (1998:35), orang professional adalah oaring yang melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya itu. Guru yang memenuhi etika profesi adalah guru yang memiliki keterampilan dan keahlian yang tinggi dalam melaksanakan tugas mengajar. Karena bagaimanapun mengajar yang sesungguhnya dilakukan oleh guru menurut joyce dan weil (2009:3) adalah mengajarkan siswa bagaimana belajar. Siswa belajar melalui sejumlah pengalaman belajar yang dirancang guru mekanisme dan langkah-langkahnya.

Guru yang terampilanbisa menduga atau menyimpulkan dengan tepat bagian apa yang bisa dilihat dan didengar oleh siswanya dan bagaimana siswa belajar. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru seperti mengatur suasana kelas, menyediakan tugas-tugas pada siswa dan memeriksanya, dan membangub gambaran otak membuat pengajaran terus-menerus berkembang tak pernah sempurna. Guru yang kreatif dan memiliki semangat untuk mencobakan pendekatan pengajaran yang baru, akan dengan senang hati menerapkan serbagai model dan strategi pembelajaran yang diberikan kepada siswa, akan mampu menjangkau lebih banyak kebutuhan siswa dikelas.

Penggunaan model dan strategi mengajar akan efektif, jika hal itu relevan dan mendukung proses belajar dan mengajar yang guru jalankan bersama siswanya serta menjamin tercapainya tujuan pembelajaran. Guru efektif menurut Arends (2008:16) adalah guru yang mampu membangun hubungan yang akrab dengan siswa-siswanya dan mampu membangun lingkungan asuh yang penuh kasih sayang untuk perkembangan pribadi mereka. Guru efektif dan mengaktifkan energy siswa untuk bekerja menuju tatanan social yang lebih adil dan manusiawi. Tujuan akhir mengajar adalah membantu siswa agar dapat menjadi pelajar yang mandiri. Guru yang berdedikasi tinggi dan memiliki keterampilan mengajar akan mampu membantu siswa-siswanya meningkatkan kompetensi dan meraih tujuan mereka melalui belajar.

Guru yang terampil dan melaksanakan tugas profesionalnya mengajar adalah pengajaran yang mampu merangkul pengalaman belajar siswa tanpa batas mengenai bagaimana gagasan dan emosi berinteraksi dengan suasana kelas dan keduanya dapat berubah sesuai suasana yang

Page 3: makalah 9.docx

juga turut berubah.guru professional mengerjakan pekerjaannya dengan waktu yang penuh dan hidup dari pekerjaannya itu. Ini berarti seorang guru, baik sebagai PNS maupun yang ditugaskan oleh badan yayasan harus memperoleh dan diberi imbalan yang memadai atas pekerjaan yang dilakukannya. Dari imbalan yang diperoleh guru memungkinkan guru itu hidup secara layak sebagai manusia dan mampu memenuhi kebutuhan nafkah hidupnya serta mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan anak-anaknya.

Jika pemerintah atau badan yayasan tidak memberi imbalan yang memadai atas pekerjaan yang dilakukan guru, maka pemerintah dan badan yayasan tersebut dalam memperkerjakan seorang guru tidak memenuhi etika dan moralitas. Sebagai akibatnya guru akan melaksanakan tugas cenderung tidak memenuhi etika dan moralitas dilihat dari kualitas dan disiplin kinerjanya sebagai seorang professional. Hanya dengan imbalan yang layak diterima oleh guru, pemerintah dan badan yayasan dapat menuntut dan mengharapkan seorang guru untuk bekerja dengan tekun, giat, rajin, dan jenius. Perolehan imbalan yang yang memadai dan perlakuan yang wajar oleh pemerintah maupun badan yayasan seorang guru dapat memiliki komitmen pribadi yang tinggi, bertanggung jawab penuh atas pekerjaannya dan memberikan yang terbaik atas pihak-pihak lain yang menjadi focus pelayanan profesinya.

Tanpa itu, siapapun menurut Keraf (1998:37) akan mudah melepaskan tanggung jawabnya dan mencari pekerjaan lain. Kalaupun seseorang itu tetap memilih guru sebagai pekerjaan, maka guru itu akan bekerja seadanya, sekadar memnuhi jam yang diberikan kepadanya, menyediakan perangkat pembelajaran dengan cara copy paste, cara mengajar yang monoton atau tidak berkembang, melakukan penilaian lebih tinggi subjektif disbanding objektif, dan lain sebagainya. Jadi, tinggallah guru-guru yang bekerja adalah orang-orang yang hanya mengerjakan tugasnya bersifat rutin saja atau tidak professional, tidak kreatif, dan tidak inovatif.

Hanya guru-guru yang professional dan yang menjungjung tinggi etika yang dapat meningkatkan kualitas kinerja pendidikan pada suatu lembaga pendidikan. Guru-guru yang memiliki integritas, keterampilan dan kemampuan professional yang tinggi tentu mereka yang memiliki latar belakang pendidikan (khususnya pendidikan tinggi) yang memiliki budaya belajar yang tinggi, bukan mereka yang memiliki ijazah tetapi tidak punya budaya belajar yang baik. Oleh karena itu, sebagai seorang guru yang professional dan memiliki etika yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesionalnya, guru professional melaksanakan tugas dengan integritas tinggi dan penuh dedikasi. Perilaku guru tersebut dalam berinteraksi dengan berbagai pihak yang terkait dengan aktivitas pendidikan menunjukkan moral kerja dan komitmen yang tinggi untuk memperoleh kualitas terbaik. Mengacu pada latar belakang pemikiran tersebut, kajian ini membahas etika guru dalam pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana Latar Belakang Pendidikan Guru?2. Bagaimana Etika Guru Dengan Pemimpin?

Page 4: makalah 9.docx

3. Bagaimana Etika Guru Dengan Sesama Guru?4. Bagaimana Etika Guru Dengan Siswa?5. Bagaimana Etika Guru Dengan Masyarakat dan Orangtua

Siswa?6. Bagaimana Etika dan Kode Etik Guru Sebagai Pendidik

Profesional?

1.3 Tujuan Penulisan1. Untuk mengetahui Latar Belakang Pendidikan Guru2. Untuk mengetahui Etika Guru Dengan Pemimpin3. Untuk mengetahui Etika Guru Dengan Sesama Guru4. Untuk mengetahui Etika Guru Dengan Siswa5. Untuk mengetahui Etika Guru Dengan Masyarakat dan

Orangtua Siswa6. Untuk mengetahui Etika dan Kode Etik Guru Sebagai Pendidik

Profesional

Page 5: makalah 9.docx

BAB II

PEMBAHASAN

Interaksi guru dengan pihak dalam mendukung kegiatan pembelajaran tidak bisa diabaikan, karena semuanya saling berkaitan dan juga saling melengkapi. Guru melakukan interaksi dengan memenuhi etika dan moralitas seperti berinteraksi dengan kepala sekolah, pengawas sekolah, guru senior, dan teman sejawatnya, peserta didik, dengan orangtua siswa, dan masyarakat yang berkepentingan. Interaksi tersebut mendukung aktivitas pembelajaran disekolah. Kualitas interaksi guru dengan berbagai phak tampak pada sejauh mana guru memenuhi etika dan moralitas, sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat dalam mendidik anaknya, dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Hal ini dapat terjadi, karena guru yang memiliki etika ditandai dengan penguasaan pengetahuan sesuai materi pelajaran yang menjadi bidangnya, keterampilan dan keahlian yang cukup memadai dalam memberikan layanan belajar kepada anak-anak mereka, objektif, dan jujur, konsisten dan komitmen tinggi untuk memajukan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya sebagai guru. Pembahasan pada kesempatan ini akan mengkaji latar belakang pendidikan guru, etika guru dengan pemimpin, serta etika guru dengan sesame guru, etika guru dengan siswa, etika guru dengan masyarakat dan orangtua siswa.

2.1 Latar Belakang Pendidikan Guru

Sebelum seseorang menjadi guru tentu saja orang tersebut memiliki ijazah yang diisyaratkan untuk diangkat menjadi guru.UU No. 14 tahun 2005 pasal 8 menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal 9 menyatakan kualifikasi akademik sebagai mana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Tampaklah bahwa persyaratan pendidikan untuk diangkat menjadi guru menurut UU No. 14 tahun 2005 adalah berpendidikan sarjana atau program diploma empat. Kebijakan ini menunjukkan betapa republik indonesia memiliki keseriusan dalam mengangkat harkat dan martabat guru indonesia sekaligus mengangkat kualitas pendidikan yang dipandang mampu mengembangkan kreativitasan dan inovasi dalam proses pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah.

Guru yang memiliki kualifikasi sarjana atau program diploma IV secara teoritis akan memiliki etika dan profesional serta memiliki dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Pada dasarnya, guru yang menjunjung tinggi etika adalah guru yang dalam melaksanakan tugas profesionalnya, menjaga secara objektif kualitas kinerjanya. Juga menjaga keharmonisan hubungan dengan sesamanya dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran serta menjalankan profesional, sehingga jasa yang diberikan oleh guru dapat diterima oleh masyarakat. Guru yang menjunjung tinggi etika adalah guru

Page 6: makalah 9.docx

yang bekerja sebaik mungkin dan dapat mempertanggung jawabkan tugas yang dilakukannya. Perangkat dokumen pembelajaran dapat dipertanggung jawabkan bahwa semuanya disiapkan sendiri oleh guru, menguasai dengan baik model dan strategi pembelajaran.

Guru yang profesional menggunakan tes standar menilai hasil belajar siswanya, mengandalkan keterampilan atau keahlian khusus yang menuntut pengembangan profesi, dan terus memperbarui keterampilan nya sesuai perkembangan teknologi. Konsep profesional adalah menunjukkan guru tersebut ahli dibidangnya. Keahliannya itu diperoleh nya melalui pendidikan atau pelatihan dari lembaga pendidikan yang menjaga kualitas atmosphere pendidikan dilembaganya. Oleh karena itu, bagi seorang guru yang memiliki etika dan moralitas yang tinggi tentu guru tersebut tidak bersedia memperoleh ijazah sarjana atau diploma empat IV dari perguruan tinggi yang tidak mempunyai etika atau tidak menunjukkan budaya belajar dalam mengelola perguruan tingginya.

Meskipun ijazah yang diterima seorang guru itu jika dilihat dari segi dokumennya baik yang berkaitan dengan absensi ketika perkuliahan dan juga ijazah yang dikeluarkan tampaknya sah dan tidak cacat. Tetapi guru itu sendiri sebagai pemilik ijazah merasakan bahwa yang mengikuti belajar dibangku kuliah sebenarnya hanya namanya saja. Adapun orangnya tidak ikut, yang penting guru tersebut membayar kewajiban sebesar yang disyaratkan, maka satu saat guru tersebut memperoleh ijazah yang sah secara dokumen tetapi tidak benar dilihat dari proses. Kasus guru yang memiliki ijazah dari perguruan tinggi semacam ini memang tidak dapat diketahui seberapa banyak , tetapi bagi kita tidak penting membahas berapa banyaknya. Hal yang penting adalah jika dilihat dati etika profesi guru tersebut sulit untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi serta tidak bertanggung jawab atas pencapaian kompetensi pesrta didiknya.

Guru yang seperti itu cenderung melaksanakan tugas bersifat rutin sajam menunggu intruksi, tidak kreatif, dan tidak mampu melakukan inovasi, sehingga guru tersebut tidak akan membawa kemajuan uang berarti. Padaha secara etika seorang guru melakukan suatu pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang mendalam membelarkan peserta didiknya. Jika pengalaman belajar seorang guru saat menempuh pendidikan di bangku kuliah tidak memadai dan tidak memiliki budaya belajar yang tinggi, bagaimana mungkin guru tersebut memilikikeahlian dan keterampilan yang tinggi serta punya komitmen pribadi yang tangguh atas pekerjaannya.

Bagi guru yang mempunyai etos belajar dan budaya belajar yang tinggi ketika belajar di bangku kuliah dan memiliki pengalaman belajar yang tinggi, maka guru yang demikian inilah yang memungkinkan memiliki komitmen pribadi yang tinggi untuk melaksanakan tugas dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab. Guru harus memiliki ketrampilan dan keahlian yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesionalnya sebagai guru. Brubacher ( 1962 ) menegaskan bahwa kerusakan pada guru adalah akibat standar training yang tidak baik

Page 7: makalah 9.docx

menimbulkan posisi guru berada pada taraf pinggiran sebab training yang dilakukan cenderung bersifat lokal dan temporer.

Potret profesi yang ideal bagi seorang guru ditunjukkan pada latar pendidikan yang menjamin kualitas. Guru merupakan suatu kelompok yang mementingkan kepentingan orang lain, dan profesi guru yang aktif dibentuk dengan suatu kode etik. Guru yang menjunjung tinggi etika, penekanan pada tujuan profesional yang ditunjukkan pada pelayanan yang baik untuk peserta didiknya. Guru memang butuh dengan penghargaan berupa uang (finalcial reward ) tetapi uang tentu bukanlah tujuan utama. Meski financial itu amat penting untuk menunjang fungsi prilaku profesi bagi guru dan memenuhi nafkah hidupnya, artinya kebutuhan nafkah dan kebutuhan penunjang profesional guru haruslah dipenuhi . konsep profesi guru secara eksplisit ada fungsi dan etika dalam arti bahwa etika sebagai mandat, selanjutnya mendapat pengakuan atas pengabdiannya, sementara klien ( pelanggan ) atau peserta didik mendapat pelayanan yang tepat oleh profesional hasilnya sesuaiyang diinginkan dan yang diisyaratkan. Dengan demikian, dapat ditegaskanbahwa latar belakang pendidikan guru dapat dijadikan acuan bahwa guru menjunjung tinggi etika dan moralitas sebagai guru.

Jelaslah bahwa guru yang profesional memiliki etika dan moralitas, yang dalam sikapnya menunjukkan (1) komitmen tinggi dan kuat pada pekerjaan yang sedang dilakukannya: (2) bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya sendiri ; (3) berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya; (4) menguasai secara mendalam bahan/ materi pekerjaan yang sedang dilakukannya ; (5) menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya. Mentalitas yang ditolak berkaitan dengan latar belakang pendidikan ini adalah bahwa profesi pendidikan sebagai suatu profesi bukanlah hanya operator, tetapi berpartisifasi untuk mengontrol seluruh kegiatan pendidikan yang standar.

Oleh karena itu, pengalaman belajar di perguruan tinggi sebelum seseorang menjadi guru salah satu pertaruhan apakah seorang guru itu akan mampu membelajarkan peserta didiknya atau tidak? Latar belakang pendidikan seorang guru yang berasal dari perguruan tinggi yang lengkap dengan administrasinya, tetapi sesungguhnya proses belajar yang dilakukan tidak memenuhi standar secara aktual, maka guru yang demikian ini tidak akan membawa kemajuan berarti dalam dunia pendidikan. tetapi bagi guru yang mempunyai latar belakang pendidikan dimana perguruan tinggi tempat ia belajar sebelumnya menjunjung tinggi budaya belajar, atmosfer akademik yang tinggi, administrasi pembelajaran yang lengkap sesuai fakta dan baik, tenaga pengajar yang berkualitas, dukungan fasilitas belajar yang cukup dan berkomitmen memajukan pendidikan, tentu sajadiperoleh guru yang beretika tinggi.

Perguruan tinggi yang menjaga etika dan moralitaas dalam memberikan layanan belajar kepada mahasiswany, tentu akan menjadi jaminan bagi satuan pendidikan untuk memperoleh guru yang terbaik. Oleh karena saat mahasiswa guru tersebut telah terbiasa dengan disiplin dan budaya belajar yang tinggi, menghargai waktu, mendiskusikan hal-hal yang rumit dengan sejawatnya, dan proaktif, maka guru tersebut akan

Page 8: makalah 9.docx

dapat memecahkan masalah-masalah pembelajaran, secara terus menerus meningkatkan keterampilan menggunakan model dan strategi pembelajaran dan sebagainya. Guru yang telah belajar pada perguruan tinggi yang penuh dedikasi, tentu akan membelajarkan peserta didiknya mampu mengembangkan kreativitas dengan melakukan berbagai inovasi dalam upaya mendidik anak bangsa yang berkarakter dan berbudaya.

Dapat ditegaskan bahwa etika guru adalah menjaga secara objektif kualitas kinerjanya, menjaga keharmonisan hubungan dengan sesamanya dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran dan menjalankan profesinya secara profesional, menjunjung tinggi etika, bekerja sebaik mungkin, dapat mempertanggungjawabkan tugas yang dilakukannya, menyiapkan sendiri perangkat dokumen pembelajaran, melakukan penilaian hasil belajar siswa secara objektif dengan prosedur yang benar, menguasai materi pelajaran, menguasai model dan strategii pembelajaran, dan terus memperbarui keterampilannya sesuai perkembangan teknologi. Performansi guru menggambarkan proses pembelajaran yang dikembangkan guru membudayakan berpikir sehat dimulai dari keinginan untuk belajar, suka menolong yang lebih lemah, menghormati yang lebih tua, bertutur sapa yang santun, memecahkan masalah secara bersama, peduli dengan lingkungan sekitar, melatih diri memecahkan masalah dan sebagainya. Niat baik guru dalam mendidik menegaskan bahwa prioritas utamanya adalah membantu muridnya percaya diri dan menggali kemampuan mereka untuk belajar.

2.2 Etika Guru dengan Pimpinan

Guru tidaklah berdiri sendiri, tetapi bersama sejawat guru dan unsur lainnya yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Secara administratif kedinasan atasan guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) yang ditempatkan pada sekolah negeri adalah kepala sekolah dan atasan kepala sekolah adalah pengawas sekolah dan kepala dinas pendidikan. adapun guru yang ditempatkan pada sekolah swasta atasannya adalah kepala sekolah dan pimpinan yayasan pendidikan tempat mereka bertugas dan juga harus mengikuti instruksi yang datangnya dari dinas pendidikan. sebagai seorang guru tentu senantiasa berinteraksi dengan atasannya baik yang berkaitan dengan penggunaan fasilitaspembelajaran yang diperlukan seperti ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dan lainnya, maupun yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan pembelajaran seperti membantu siswa mengatasi kesulitan dalam belajar, pendalaman materi pelajaran, pengembangan kurikulum, menilai hasil belajar peserta didik dan lain sebagainya. Satu saat guru berinteraksi dengan atasannya berkaitan dengan bantuan fasilitas dan bahan yang diperlukan untuk pembelajaran,pada saat lainnya guru meminta bantuan kepada atasan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapinya.

Begitulah setiap saat dan setiap kesempatan interaksi guru dengan atasannya terjadi. Di lain pihak, atasan guru mempunyai kewajiban dan tanggung jawab penuh untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh

Page 9: makalah 9.docx

guru dalam kegiatan pembelajaran baik yang berkaitan dengan fasilitas dan bahan yang diperlukan, maupun berkaitan dengan bantuan yang memecahkan masalah bersifat akademik yang dibutuhkan oleh guru. Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan meningkatkan produktivitas, penuh percaya diri, dan rasa bangga. Suasana yang baik dapat dibangun jika etika guru dengan pimpinan dapat dipenuhi dengan baik.ketidakoptimalan kinerja guru antara lain disebabkan oleh lingkungan kerja uang tidak menjamin pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal dapat dilaksanakan.

Sebagaimana ditegaskan dalam UUSPN Pasal 1 bahwa pemerintah berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. pada tatar satuan pendidikan pemerintah di sini adalah kepala sekolah, sedangkan pada tatar pemerintah daerah pemerintah adalah kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah yang berkaitan dengan urusan pendidikan. oleh karena itu, tugas untuk menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif dan fasilitas sekolah yang memadai menjadi tanggung jawab kepala sekolah di sekolah dan tanggung jawab kepala daerah bersama perangkat daerah didaerah masing-masing. Jika ini terpenuhi, maka guru yang profesional akan memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka terwujudnya manusia seutuhnya melalui proses pembelajaran sesuai dengan visi pendidikan nasional, provinsi, kabupaten/ kota dan sekolah.

Disisi lain, jika guru dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak mempunyai fasilitas yang memadai bahkan buku pelajaran saja sangat minim. Tentu saja muncul pertanyaan, yaitu bagaimana sikap guru dan apa yang dilakukannya sebagai bagian dari lembaga tersebut? Makanya, profesionalitas guru dan kehandalan pimpinan sekolah sangat diuji disini. Tanpa fasilitas yang memadai sukar bagi guru tetap profesional dalam membimbing anak didik. Dalam suasana yang demikian ini kreativitasdan inovasi guru akan sulit dikembangkan. Tetapi bagi guru dengan niat yang tulus dan integritas yang tinggi akan mengoptimalkan kemampuan profesionalnya. Kemudian bekerja keras mengatasi berbagai persoalan dan keterbatasan, sehingga layanan belajar yang menjadi tanggung jawabnya dapat diberikan dengan baik meskipun dalam sejumlah keterbatasan.

Hal ini menjadi penting untuk dikembangkan, dan secara etika kepala sekolah dan instansi diatasnya memfasilitasi dan mendukung kreativitas dan dedikasi guru tersebut dalam melaksanakan tugas profesionalnya.berdasarkan fasilitas dan dukungan yang diterima guru, maka guru yang memanfaatkannya untuk mengembangkan strategi pembelajan dengan memilih model pembelajaran sesuai tuntunan materi pelajaran, menggunakan pendekatan dan metode yang mampu membelajarkan peserta didik mendorongnya untuk lebih kreatif dan inovatif.pendekatan ini, artikan strategi belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Etika guru dengan pimpinan adalah melaporkan kepada pimpinan secara rutin dan berkala mengenai apa yang dikerjakannya. Guru menjamin pencapaian kompetensi peserta

Page 10: makalah 9.docx

didik yang disyaratkan dan menciptakan hubungan harmonis dengan atasannya dilingkungan tempat kerja.

2.3 Etika Guru dengan Sesama Guru

Dalam rangka memperdalam pengalaman dan menerima informasi serta memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru, tentu diperlukan teman menyampaikan curahan pendapat dari hati ke hati. Teman yang paling dekat dan paling mengerti tentang apa yang dibutuhkan seorang guru adalah teman sejawat guru baik guru yang sama bidang studinya maupun guru yang berbeda bidang studinya. Semuanya saling membutuhkan untuk memecahkan masalah profesional keguruan. Hal yang perlu dibangun hubungan guru dengan guru adalah secara bersama-sama memajukan pendidikan ditempat mereka bertugas, baik dengan cara meningkatkan kualitas diri sendiri maupun meningkatkan kualitas secara bersama-sama dalam bentuk tim kerja. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat untuk memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi dan reputasi sekolah secara aktif dan kreatif dalam proses pendidikan. esensi yang perlu ditanamkan oleh guru baik diri sendiri-sendiri maupun bersama-sama adalah etika kebaikan yang menunjukkan bahwa guru itu memiliki perkataan baik, konsisten antara perkataan dengan perbuatan, apa yang dipikirkan adalah suatu yang baik, dan yang dilakukan juga baik.

Perbuatan baik ini bukan hanya ketika ada kepentingan, tetapi dilakukan secara konsisten dan benar. Artinya landasan kebaikan yang dilakukan secara konsisten bukan karena hanya ada kepentingan, sehingga tercipta suasana yang kondusif,. Jadi, kebaikan yang dilakukan guru juga dilandasi keikhlasan, ketulusan, dan perbuatan yang dilakukan sesuai kemampuan masing-masing. Kebaikan saling menghormati rekan sejawat dengan menciptakan suasana kekeluargaan dilakukan kapan saja dan dimana saja (universal) untuk semua orang. Prinsip-prinsip kebaikan ini memang akan dihadapkan pada orang-orang yang tidak berlaku baik khususnya pada diri kita sendiri. Namun sebagai manusia yang mempunyai kebaikan seorang guru tetap saja meningkatkan kesabarannya dan mengatasi berbagai persoalan dengan senantiasa melakukan kebaikan.

Itulah sebabnya pekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia, terhormat dan bermartabat . mulia di tengah masyarakat dan mulia disisi Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai seorang profesional, guru dikondisikan untuk senantiasa melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan profesional. Antar- sesama rekan sejawat guru saling membimbing menjunjung tinggi martabat profesionalisme.hal ini dilakukan agar guru dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat. Untuk itu guru perlu menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat . keinginan dan permintaan masyarakat ini dipengaruhi perkembangan ilmu dan teknologi. Guru dengan berbagai cara membantu rekan juniornya maupun sejawat lainnya untuk tumbuh secara profesional dalam memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntunan profesionalnya.

Page 11: makalah 9.docx

Dilain pihak guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat profesional berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Etika yang dibangun oleh guru berbasis pada nilai-nilai agam, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan teman sejawat. Memiliki beban moral bersama dengan sejawat, meningkatkan kualitas pribadi dan kualitas sosial sebagai guru. Oleh sebab itu, guru yang baik akan slalu berusaha secara terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,keterampilan dan mutu layanannya. Namun demikian secara faktual pandangan Stanley mengatakan banyak persoalan profesi pengajaran yang kurang mendukung di lapangan.

Misalnya mentalitas masyarakat termasuk guru mempercayai bahwa guru hanya sebagai “operator kelas” yang membutuhkan sedikit pengetahuan dan tanpa ilmu-ilmu pendidikan. kenyataan ini perlu dijawab sendiri oleh guru, karena bagi seorang guru meningkatkan dan mengembangkan mutu ini sejalan dengan kode etik guru yaitu “ guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. “ kode etik guru ini menegaskan perlu ada keberanian mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya. Namun perlu ada kehati-hatian agar guru tidak secara sembrono mengeluarkan pernyataan yang dapat merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawat guru.

Jika pun harus mengoreksi tindakan sejawat guru tentu semua harus berdasarkan fakta dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara etika maupun secara moral dengan menggunakan prosedur yang baik dan benar, sehingga betul—betul untuk mengatasi masalah bukan menambah masalah. Secara profesional, guru tidak boleh dilanda wabah completism , merasa diri sudah sempurna dengan ilmu yang dimilikinya, melainkan harus belajar terus-menerus (kartadinata, 2004:1). Agar guru mampu mengatasi berbagai problem yang dihadapinya, maka bagi seorang guru, belajar terus menerus adalah hal yang mutlak. Karena yang dihadapi adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan segala dinamika dan potensinya yang memerlukan kearifan.

Untuk meningkatkan mutu profesinya, menurut Soejipto dan kosasi ada dua cara, yaitu (1) secara formal, guru mengikuti pendidikan lanjutan dan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya; dan (2) secara informal dilakukan melalui televisi, radio, surat kabar, belajar mandiri, dan sebagainya. Secara kolegial guru senantiasa bersama sejawatnya memecahkan berbagai masalah pembelajaran dengan cara berdiskusi intensif, curah pendapat, tukar pengalaman, kerja kelompok, dan sebagainya. Etika antar-sesama rekan sejawat guru diwujudkan dalam bentuk prilaku yang saling membimbing menjunjung tinggi martabat profesionalisme, menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat profesional berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran,dan membantu rekan juniornya maupun sejawat lainnya untuk tumbuh secara profesional dalam memilih jenis latihan yang relevan, dengan kebutuhan profesionalnya.

Page 12: makalah 9.docx

2.4 etika guru dengan siswa

Tugas utama guru adalah mebelajrkan siswanya melalui kegiatan mengajar dengan menggunakan berbagai model, strategi, metode, dan teknik mengajar yang sesuai tuntunan materi pembelajaran agar siswa belajar. Mengajar menurut Johnson (2009:4) adalah profesi yang paling indah didunia, seseorang yang menjadi guru member kontribusi langsug dan terukur bagi bangsa dan bagi dunia dengan membantu anak-anak muda mengenal pengetahuan dan keterampilan. Mengajar memberikan tantangan dan kesempatan yang tiada habisnya untuk terus berkembang. Guru berperilakusecara professional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, memotivasi, menilai, mengevaluasi proses hasil belajar. Dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai guru, tentu saja tidak dapat dihindarkan dari siswa. Karena seorang guru akan ada jika siswanya ada, makanya siswa menjadi factor penting dan utama bagi seorang guru.

Guru membimbing siswanya untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah dan warga masyarakat. Apapun latar belakang siswa, jika sudah menjadi peserta didik bagi seorang guru, maka hal penting yang dilakukan guru adalah mendidik mereka melalui proses pembelajaran. Oleh karena latar belakang peserta didik yeng berbeda, akan menghasilkan kualitas hasil belajar yang berbeda pula. Berkaitan dengan perbedaan ini guru mendidik mereka mengacu pada standar pencapaian yang dipersyaratkan. Artinya ada batas pencapaian terendah tetapi dinyatakan telah berhasil dan ada pula batas pencapaian tertinggi yang dapat diperoleh oleh peserta didiknya.

Guru mengakui setiap siswa memiliki karakteristik secara individu dan berhak atas layanan pembelajaran. Hubungan guru dengan siswa ditampakkan pada suasana yang menyenangkan dalam kegiatan pembelaaran dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan yang diluar batas kaidah pendidikan. Guru berusaha secara manusiawi mencegah setiap gangguan yang dapat memengaruhi perkembangan keseluruhan kepribadian siswanya mencapai kompetensi yang telah direncanakan. Dalam kide etik guru Indonesia secara jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

Dalam membimbing anak didiknya ada tiga landasan filosofi dalam bentuk kalimat padat yang terkenal menurut Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin yaitu sebagai teladan, penuntun, dan mengarahkan. Kalimat tersebut memiliki makna

1) Guru member contoh yang baik bagi anak didiknya. Ada pepatah Sunda yang akrab di telinga kita yaitu “guru, digugu, dan ditiru” (diikuti dan diteladani). Guru adalah contoh nyata bagi anak didiknya. Semua tingkah laku guru menurut Nurzaman (2005:3) jadi teladan. Keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi

Page 13: makalah 9.docx

kegiatan belajar mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat berpengaruhi sikap siswa. Sebaliknya, seorang guru yang berperilaku premanisme akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa. Dalam memberikan contoh kepada peserta didik guru mencontohkan bagaimana bersifat objektif, berbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat orang lain.

2) Guru memengaruhi dan mengendalikan anak didiknya, yaitu perilaku dan pribadi guru akan menjadi instrument ampuh untuk mengubah perilaku peserta didik. Guru bukanlah sebagai orang harus ditakuti, tetapi menjadi “teman” bagi peserta didik tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan hal itu, guru dapat memengaruhi dan mampu mengendalikan peserta didik.

3) Guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Bagi seorang guru, keberangaman siswa yang dihadapinya adalah sebuah wahana layanan professional yang diembannya. Layanan professional guru akan tampil dalam kemahiran memahami keberagaman potensi dan perkembangan peserta didik, kemahiran mengintervensi perkembangan peserta didik dan kemahiran mengakses perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan yang membelajarkan siswanya (Kartadinata, 2004:4)

Semua kemahiran tersebut perlu dipelajari secara akdemik, dan semua harus terinteralisasi dalam perilaku mendidik. Guru yang professional selalu menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak akan pernah merendahkan martabat siswanya, tetapi guru bertindak menjunjung tinggi asas keadilan. Artinya guru taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak siswanya. Hubungan guru dengan siswa dilandasi hati nurani yang tulus dan normal serta penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan siswanya.

Sebagai masyarakat akademik, guru membuat usaha-usaha yang rasional melindungi siswanya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, gangguan keamanan, dan sebagainya sesuai batas kemampuan dan kewenangan guru. Johnson (2009:5) mengatakan bahwa guru terbagi dalam tiga rasa dasar, yaitu:

1) Menjadi guru Super, artinya seorang guru harus memastikan bahwa keluarga memahami dan mendukung pekerjaannya sebagia guru. Anak-anak dan keluarga dapat menyesuaikan diri dengan baik, dapat memotivasi diri sendiri dan hormat pada anda sebagai seorang Guru, dukungan ini berguna untuk mengatasi berbagai kerimutan yang dihadapi sebagai guru.

2) Mengajar dan excellence, yaitu hati-hati dalam menggunakan waktu, menjelaskan pada teman dan keluarga bahwa pekerjaan anda sebagai guru adalah yang menjadi prioritas utama, karena anda sebagai guru akan menghabiskan waktu malam dan akhir

Page 14: makalah 9.docx

pecan anda untuk menyiapkan pengembangan yang anda lakukan dalam mengajar.

3) Guru yang baik (good) membuat batasan yang sangat jelas antara profesionalitas dengan waktu pribadi. Memperlakukan muridnya dengan rasa hormat dan melakukan yang terbaik utnuk memastikan bahwa semua mempelajari materi yang disyaratkan.

Seorang guru memiliki hasrat yang kuat untuk meolong generasi muda, bergairah pada tujuan sebagai guru, memiliki pendidikan yang kuat, yaitu ijazah dari Institusi pengajaran terkemuka. Prinsip ini merupakan prinsip manusia seutuhnya dimana manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Terkait dengan prinsip tersebut etika hubungan guru dengan siswa diwujudkan dalam bentuk perilaku guru yang tidak akan membuka rahasia siswanya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kekuasaan, dan kemanusiaan. Artinya guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada siswa dengan cara yang melanggar etika, morall social, kebudayaan, moral dan agama serta menghindari dari memperoleh keuntungan pribadi. Dalam proses pembelajaran yang diperankan oleh guru, peserta didik tidak hanya dituntut berilmu pengetahuan tinggi tetapi bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik tidak hanya mengutamakan perkembangan intelektual saja, tetapi juga memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, social maupun lainnya yang sesuia hakikat kependidikan dan oertumbuhan siswanya.

Peserta didik pada akhirnya dapat menjadi manusia seutuhnya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan dan mampu mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Dari berbagai sudut pandang tersebut tampaklah bahwa etika hubungan siswa dan guru menegaskan bahwa peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh pada kehendak dan kemauan guru. Tetapi guru dan siswa secara bersama menumbuhkembangkan potensi siswanya melalui sejumlah tahapan pengalaman belajar yang terencana, menggunakan model dan strategi pembelajaran yang membelajarkan, sehingga tercapai kompetensi yang menggambarkan pengetahuan dan keteampilan secara seimbang anata kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil belajar.

Uraian diatas menunjukkan bahwa etika hubungan guru dengan siswa (peserta didik) menekankan bahwa guru dalam tindakan profesionalnya menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik, menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang diluar batas kaidah pendidikan dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya. Guru mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan keseluruhan kepribadiannya, memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil, menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak

Page 15: makalah 9.docx

peserta didiknya dan melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar dan prestasi belajar.

Etika yang ditegakkan adalah guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma social dan agama, dan menggunkan hubungan professional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi. Rahasia pribadi siswa merupakan hak asasi yang tidak boleh dilanggra, kecuali dengan alasan yang dibenarkan secara etika. Hak asasi (fundamental rights) adalah hak yang bersifat mendasar (grounded). Oleh karena itu, pada dimensi kemanusiaan bahwa manusia itu memiliki hak yang bersifat mendasar. Dilain pihak, guru secara etis tidak mengambil keuntungan pribadi dari siswanya, tetapi semata-mata melaksanakan tugas professional untuk membantu memaksimalkan potensi intelektual dan kepribadian siswanya.

2.5 etika guru dengan masyarakat dan orangtua siswa

pada dasrnya, masyarakat mempercayai guru untuk mendidik anaknya, karena mereka tidak bisa melakukannya sendiri. Tetapi dilain pihak guru-guru yang terampil dan mempunyai komitmen dari integritas pribadi yang tinggi membutuhkan dukungan dari masyarakat. Dukungan dan keberadaan masyarakat akan sangat menentukan apakah sekolah tempat guru mengajar adalah sekolah yang dipercaya atau tidak dipercaya oleh masyarakat dalam hal kualitas dan manfaatnya. Dukungan dan kepercayaan masyarakat ini akan tumbuh jika guru disekolah memang memiliki integritas, komitmen, keteampilan, dan pengetahuan yang cukup tinggi memenuhi harapan masyarakat.

Etika membangun hubungan antara guru dengan masyarakat dan orangtua siswa merupakan bagian dari kompetensi social. Kompetensi social guru menurut sagala (2011:39) terkait dengan kemampuanguru sebagai makhluk social dalam berinteraksi dengan oarng lain. Sebagai makhluk social guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesame pendidik dan tenaga kependidikan,orangtua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah adalah bagian dari indicator kualitas sekolah.

Guru menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, bersahabat, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk menajukan dan mengembangkan pendidikan dimana guru itu bertugas. Nilai etika dan moralitas yangt= tinggi akan muncul dari masyarakat jika sekolah dan seluruh guru di sekolah juga menunjukkan etika dan moralitas yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Perilaku sehari-hari guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pemeblajaran. Dalam

Page 16: makalah 9.docx

mengakomodasikan aspirasi masyarakat, guru peka terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan bekerja sama secara arif untuk meningkatkan prestise dan martabat profesi. Usaha yang dilakukan guru bersama masyarakat pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas kesejahteraan guru itu sendiri dan kompetensi peserta didiknya sebagai hasil belajar.

Guru bukanlah suatu komunikasi yang eksklusif, sehingga tidak menyatu dengan masyarakat. Tetapi guru adalah bagian integral dari masyarakat dan bersama-sama memecahkan masalah dalam upaya memajukan pendidikan didaerahnya. Dalam proses pendidikan, banyak unsure-unsur yang telibat agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik seperti guru sebagai tenaga pendidik disekolah, orantua sebagai pengasuh dan pendidik dirumah. Dan masyarakat yang mengawal adat budaya kemasyarakatan. Guru memberikan pandangan professional, mejungjung tinggi nilai-nilai agama, hikum, moral, dan kemanusiaan, dalam hubungan dengan masyarakat. Dalam penyelengaraan sekolah masyarakat diberi ruang yang cukup untuk berpartisipasi dalam mendukungdan membantu peningkatan kualitas manajemen sekolah.

Masyarakat dapat membantu sekolah dengan cara memberikan sesuatu misalnya ada di antara masyarakat seseorang yang menguasai cara menggunakan alat music dan keterampilan itu dibutuhkan oleh sekolah, maka dirancanglah seseorang tersebut untuk melatih siswa yang bersedia mempelajari alat music tersebut dan demikianlah seterusnya. Atau masyarakat membantu berupa alat-alat, dana, atau fasilitas yang dibutuhkan oleh sekolah dengan syarat tidak memberatkan tetapi ada keikhlasan. Semua ini dapat terjadi, jika hubungan komunikasi sekolah dengan masyarakat, baik oleh kepala sekolah maupun guru memang sudah terjalin dengan baik, dan masyarakat sekitar sekolah memiliki kemampuan untuk membantu seperti bantuan dana bagi yang lebih kaya, bantuan tenaga bagi yang terampil seperti teknisi, dan bantuan lainnya.

Apabila sekolah selalu memberikan yang terbaik kepada masyarakat, maka masyarakat menanamkan kepercayaan yang tinggi terhadap sekolah, sehingga rasa memiliki dan rasa ingin berpartisipasi membantu sekolah agar sekolah tersebut semakin baik dan berkualitas. Oleh, karena itu, etika guru dalam membangun hubungan orangtua siswa dengan dirinya adalah melakukan komunikasi dan koorddinasi akan tindakan yang tepat dalam mendidik anak-anaknya, memberikan informasi penting tentang perkembangan anaknya kepada orangtuanya, dan menjaga rahasia teman sejawat maupun siswanya kepada masyarakat. Adapun etika dan morslitas yang ditegakkan guru dengan masyarakat adalah membuka komunikasi yang lebih intensif agar masyarakat dan apa yang dapat dibantu oleh masyarakat berkaitan dengan pendidikan anak-anak mereka.

Dengan demikian, penting sekali membangun komunikasi antara guru dengan orangtua siswa dan juga masyarakat akan member informasi penting, sehingga dapat diambil langkah-langkah tepat mendidik anak mereka. Hubungan antara guru dengan orangtua/wali siswa menegaskan bahwa guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan anaknya sebagai peserta didik. Namun

Page 17: makalah 9.docx

demikian, secara etis guru tetap harus merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya. Etika dan moralitas yang ditegakkan, adalah guru menjungjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi dengannya berkaitan dengan kemajuan belajar anaknya dan guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan professional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

Adapun hubungan guru dengan masyarakat bahwa secara etis guru dituntut memiliki kemampuan dan kemauan untuk mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Guru yang mampu dan mau mengakomodasikan aspirasi masyarakat, dipersyaratkan untuk peka dan tanggap terhadap perubahan-perubanhan yang terjadi dalam masyarakat. Atas kepekaannya merespon perubahan, dan senantiasa memperdalam pengetahuannya, maka guru tersebut akan mampu memberikan pandangan professional dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan. Sebagai guru yang professional etika dan moralitas yang ditegakkan adalah tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat dan tidak menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan masyarakat.

Ketangguhan, konsistensi dan komitmen guru untuk menjaga rahasia sejawat adalah perwujudan dari penegakan etika profesi. Guru dalam berhubungan dengan masyarakat melakukan semua usaha yang mungkin dilakukan mendukung tugas pokoknya sebagai pendidik untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya. Guru penting sekali menjalin komunikasi dan kerja sama yang harmonis, efektif dan efisien dengan masyarakat dan orangtua siswa. Dengan hubungan yang harmonis antara guru dengan masyarakat, akan member penegasan bagi masyarakat bahwa mereka tidak ragu-ragu membantu sekolah untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan yang bermutu.

2.6 etika dan kode etik guru sebagai pendidik profesional

Masa depan bangsa berada di tangan guru, karena guru yang lemah dan tidak berkualitas akan menghasilkan lulusan dengan kualitas lemah pula. Lulusan dengan kualitas yang rendah tentu memiliki kepribadian yang lemah. Semakin memudarnya kepribadian akan berdampak pada kemerosotan moral dan akhlak. Kesadaran untuk memperoleh guru yang professional sebagai sumber daya utama yang mencerdaskan bangsa, memperbaiki peradaban, dan ikut membantu meningkatkan kesejahteraan adalah menjadi misi utama. Dalam perjalanannya jabatan professional guru masih utuh sebagai profesi, tetapi masih lebih dekat pada pekerjaan yaitu pekerjaan sebagai guru.

Belum ada persetujuan yang komplet seperti apa sebenarnya substansi profesi guru yang disetujui. Tetapi dapat ditemukan suatu rangkaian keterkaitan karakteristik didalamnya, dimana ada upaya bahwa seluruh komponen dan substansi profesi akan dikukuhkan secara penuh. Karena kompetensi guru ditingkatkan, sebagaimana ditegaskan UU No. 14

Page 18: makalah 9.docx

Tahun 2005 menyatakan pembinaan dan pengembangan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogic, kepribadian, social, dan professional. Etika pengembangan profesi guru diarahkan untuk pelaksanaan professional pendidikan dan pemgembangan yang berkualitas di kelas dan diluar kelas. Tanggapan terhadap pemahaman profesi guru yang ideal merupakan satu set ide tentang jabatan guru dengan profesi riel hubungannya dengan kelompok pada profesi lain, hubungan internalnya dengan kelompok sendiri, kemudian hubungannya dengan klien dan masyarakat umum.

Tantang lainnya terhadap profesi guru, terkait dengan karakter dari motivasi kelompok dan jenis dari training sesuai kebutuhan pelatihan yang diikutinya. Training sesuai kebutuhan pelatihan yang dimaksud adalah training yang berkontribusi signifikan untuk mengatasi kesulitan guru dalam mengajar dan dapat meningkatkan kualitas profesionalisme guru. Pelatihan yang tidak berkontribusi terhadap peningkatan kualitas profesionalisme sebaiknya ditiadakan, karena training tersebut akan menghabisakan dana tetapi tidak bisa mengatasi masalah guru. Johnson (2009:9) mengatakan sejauh ini banyak program pelatihan guru yang berat secara teori dan ringan secara keteampilan praktik dan teknik yang para guru harus memiliki supaya mengajar dan efektif. Misalnya mengetahui cara mendesain kertas kerja, rencana pembelajaran, dan membuat soal ujian adalah keterampilan oenting yang perlu dilatihkan pada guru.

Pada dasarnya, kelompok-kelompok pekerjaan dalam menerima satu jabatan seperti jabatan guru selalu ada seperangkatan karakteristik yang ideal, sekaligus tanggung jawab profesi. Kelompok pekerjaan tidak berfikiran tentang kebenaran suatu profesi, tetapi memiliki satu set karakteristik ketika mereka mencoba mengklaim bahwa dia adalah professional untuk dirinya sendiri. Jenis pekerjaan ditentukan dari hubungan kelompok-kelompok fesi dengan orang dan group lain, dan membutuhkan jenis rekruitmen dan latihan. Maksudnya bukanlah mengatakan bahwa keterkaitan fakta ini adalah benar, tetapi lebih jauh bahwa kedua kelompok yaitu orang profesi dan awan (layman) percaya bahwa mereka harus membuat suatu pemahaman yang jelas jika pekerjaan itu profesi yang riel.

Suatu profesi biasanya dipahami sebagai suatu pekerjaan milik seseorang dan hanya diketahui oleh dirinya sendiri bahwa ia memiliki pengetahuan teoritis yang bagus secara esensial menyukseskan penampilannya untuk tugas professional yang tidak dapat diperoleh secara singkat. Suatu tindakan dikatakan professional jika melakukan dua hal, yaitu pertimbangan kebijakan yang luas dan penuh pertimbangan intelejen dalam menentukan apa yang harus dilakukan. Untuk menustifikasikan professional sebagai harapan membuat profesi itu menjadi otonomi dan meningkatkan pertimbangan dan tanggung jawab ditangan orang professional. Artinya pekerja professional bukan berada dibawah yang lain tetapi bekerja dengan oarng lain sebagai anggota kelompok bekerja sama secara tim diikat dengan kode etik. Atau dengan kata lain, profesi adalah tergantung sebagaimana fungsi profesi itu dilakukan dan dibentuk.

Page 19: makalah 9.docx

Profesi yang benar menunjukkan karakteristik yang khas oleh munculnya “organisasi profesi yang kuat” yang memfasilitas secara penuh apa yang menjadi karakteristiknya sendiri. Tetapi lain halnya dengan orang awam yang membuat pertimbangan kualitas suatu pekerjaan. Para pakar mengemukakan bahwa sejarah evolusi profesi pendidikan dikembangkan secara luas untuk pendidikan guru dengan cara yang menyimpang. Hanya profesi (piecemeal) sebagai perbaikan individu untuk pengembangan profesi. Sebenarnya posisi profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh yang terus-menerus diperbaiki, sehingga makin lama jabatan professional guru semakin utuh dan setara dengan jabatan profesi lainnya seperti psikolog, dokter, advokat, dan sebagainya.

Hal yang penting dipahami bahwa guru memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan mutu peserta didik. Permeneg PAN dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 menyatakan guru adalah pemilik jabatan fungsional terdiri dari empat jenjang yaitu guru pertama, guru muda, guru madya, dan guru utama. Setiap tahun kinerja guru dinilai melalui program penilaian kinerja guru dan mengikuti pengembangan keprofesional berkelanjutan (PKB) yang dilaksanakan sejak guru memiliki jenjang kepangkatan III/a dengan melakukan pengembangan diri. Sejak golongan kepangkatan III/b guru wajib melakukan publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif yang sebaiknya merupakan hasil penelitian.

Sedangkan bagi guru yang ingin naik pangkat dari golongan IV/c menjadi IV/d guru wajib melakukan presentasi ilmiah. PKB dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan dari penilaian kinerja guru yang didukung hasil evaluasi diri. Melalui penilaian kinerja guru dan perkembangan keprofesional berkelanjutan, maka guru yang tetapi juga memiliki kepribadian yang matang. Dengan kepribadian guru yang matang dan prima, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, dan perilakunya menjunjung tinggi etika maupun moralitas, maka secara konseptual guru tersebut adalah guru professional yang terampil dalam menumbuhkembangkan mina dan bakat peserta ddik melalui layanan pembelajaran berkualitas sesuai dengan bidangnya.

Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama yang dilakukan guru, baik disekolah maupun diluar sekolah (seperti KG/MGMP) yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. Pengusan seorang guru disesuaikan dengan latar belakang kualifikasi akademik dan/atau sertifikat pendidik/ keahlian yang dimiliki dengan beban mengajar guru paling sedikit memnuhi 24 jam tatap muka per minggu. Pendangan penulis penugasaan guru lebih baik enam hari kerja, dengan beban mengajar sesuai dengan kondisi siswa disekolah setempat. Guru deberi perjaan ekstrakulikuler dan pekerjaan guru bukan hanya mengajar tatap muka dengan siswanya, tetapi ada aktivitas lainnya yang juga bagian dari profesi guru. Jika tugas guru yang dihargai hanya beban mengajar 24 jam, maka kegiatan lainnya menjadi kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan profesi, oleh karena itu, perlu ditata ulang.

Karir guru dilihat dari jenjang jabatan, pangkat, dan golongan ruang guru, serta persayaratan angka kredit kumulatif minimal untuk kenaikan

Page 20: makalah 9.docx

pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi bagi setiap jabatan guru dari yang terendah sampai dengan yang tinggi. Meskipun dalam praktik guru masih saja dihadapkan dengan benar berbagai permasalahan. Misalnya guru yang bekerja dengan benar dan berkualitas belum mendapat penghargaan atas dasar kinerjannya. Keadaan ini menunjukkan manajemen sekolah belum digerakkan secara objektif. Pengaturan jabatan fungsional, golongan, dan pangkat, serta angka kredit yyang dibutuhkan sesuai peraturan menteri pendidikan nasional No. 35 Tahun 2010 tentang petunjuk teknis jabatan Fungsional dan guru dan angka kreditnya adalah seperti tersebut dalam table dibawah ini.

Table: jabatan fungsional guru dan angka kredit kumulatifNo Jabatan

Fungsional Guru

Pangkat dan Golongan Ruang

Persyaratan Angka Kredit Kenaikan pangkat/ JabatanKumulatif minimal

Perjenjang

1 2 3 4 51 Guru

PertamaPiñata Muda, III/a piñata Muda Tingkat I, III/b

100

150

50

50

2 Guru Muda Piñata, III/c piñata tingkat I, III/d

200300

100100

3 Guru Madya Pembina, IV/aPembina tingkat I, IV/b Pembina Utama Muda. IV/c

400550

700

150150

150

4 Guru Utama Pembina Utama Madya, IV/dPembina Utama, IV/e

8501.050

200

Angka kredit kumulatif minimal pada kolom 4 adalah jumlah angka kredit minimal yang dipersyaratkan untuk jabatan guru pada kolom 2 dengan pangkat golongan ruang pada kolom 3. Angka kredit pada kolom 5 jabatan jumlah angka kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan setingkat lebih tinggi. Jumlah angka kredit yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat/ jabatan fungsional guru (pada kolom 5) dengan ketentuan:

Page 21: makalah 9.docx

1. Paling sedikit 90% angka kredit berasal dari unsur utama.2. Paling banyak 10% angka kredit berasal dari unsure penunjang.

Bagi guru yang telah menduduki jabaatan guru Utama, golongan ruang IV/e setiap tahun telah menduduki jenjang pangkat tersebut, wajib mengumpulkan paling sedikit 25 (dua puluh lima) angka sedikit dari kegiatan tugas utama sub-unsur pembelajaran.

Guru tersebut tetap wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesional berkelanjutan (PKB). Guru yang mampu memnuhi angka kredit 1.050 menjadi Guru Utama Pembina Utama, IV/e adaalh guru yang memiliki budaya belajar tinggi dan menjaga serta memnuhi secara konsisten kode etik guru. Guru yang menunjang tinggi etika profesi adalah guru yang mematuhi kode etik dan memiliki komitmen kuat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga professional. Kode etik adaalh system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional khususnya bagi profesi guru. Kode etik menyatakan dilakukan dan apa yang harus dihindari.

Tujuan kode etik agar professional memberikan jasa layanan sebaik-baiknya kepada pemakai. Adanya kode etik akan melindungi guru dari perbuatan yang tidak professional dari berbagai pihak (soetjipto dan kosasi, 1994: 34-35). Kode etik guru Indonesia merupakan standar etika kerja bagi penyandang profesi guru dan menjadi pedoman bersikap ddan berperilaku yang mengejawantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika jabatan guru sebagai profesi. UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 poin 13 menyatakan organisasi professional guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru.

Selanjutnya UU No. 14 Tahun 2005 pasal 41 ayat (1) menyatakan guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen. Ayat (2) berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karir, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Ayat (3) menyatakan guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. Ayat (4) menyatakan pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kemudian pasal 42 menyatakan organisasi profesi guru mempunyai kewenangan menetapkan dan menegakkan kode etik guru. Organisasi profesi guru yaitu persatuan guru republic Indonesia (PGRI) yang telah berdiri pada 25 November 1945 melalui kongres guru Indonesia di Surakarta. PGRI didirikan bertujuan dan berupaya membina, mempertahankan, dan meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan kemampuan profesionalnya dan kesejahteraan guru beserta keluarganya.

Dalam Anggaran dasar (AD) PGRI pasal 8 ayat (1) menyatakan PGRI memilki dan melaksanakan Kode Etik dan Ikrar Guru Indonesia. Selanjutnya (2) menyatakan kode etik dan ikrar guru Indonesia tersebut dalam ayat (1) pasal ini diatur dalam anggaran rumah Tangga (ART) dan peraturan tersendiri. Adapun ART PGRI menegaskan bahwa pasal 1 ayat (1) menyatakan kode etik guru Indonesia merupakan etika jabatan guru

Page 22: makalah 9.docx

yang menjadi landasan moral dan pedoman tingkah laku profesi yang dijunjung tinggi, diamalkan, dan diamalkan oleh setiap guru Indonesia. Ayat (2) menyatakan ikrar guru Indonesia merupakan penegasan kebulatan tekad anggota PGRI dalam penghayatan dan pengamalan kode etik guru Indonesia. Ayat (3) menyatakan kode etik dan ikrar guru Indonesia tercantum dalam naskah tersendiri.

Ayat (4) menyatakan setiap anggota PGRI wajib memahami, menghayati, mengamalkan, dan menjunjung tinggi kode etik guru Indonesia dan ikrar guru Indonesia. Artinya guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya seperti dalam menentukan model strategi pembelajaran, memberikan penilaian dan sebagainya tentu harus memenuhi norma etik yang bersifat objektif. Jadi, kode etik guru menegaskan suatu norma, etika, atau aturan tata susila yang mengatur perilaku guru sebagai tenaga professional.

Pada dasarnya, kode etik guru hasil konferensi pusat PGRI No. V/Konpus II/XIX/2006 tanggal 25 maret 2006 di Jakarta dan disahkan pada kongres XX PGRI No. 07/Kongres/XX/PGRI/2008 tanggal 3 juli 2008 di Palembang mengatur etika yang menjadi acuan guru dalam menjalankan tugas profesi yaitu etika mengenai:

1. Hubungan guru dengan peserta didik2. Hubungan guru dengan orangtua atau wali siswa3. Hubungan guru dengan masyarakat4. Hubungan guru dengan sekolah dan rekan sejawat5. Hubungan guru dengan profesi6. Hubungan guru dengan organisasi profesi7. Hubungan guru dengan pemerintah.

Etika profesi guru, dalam bentuk kode etik tercermin dalam perilaku dan tindakan nyata oleh guru yaitu menjaalankan profesi secara beretika. Dalam upaya menegakkan etika, maka guru menyadari bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi, bermatabat, dan mulia. Karenanya guru perlu memahami, mengamalkan, dan menegakkan kode etik guru secara konsisten dalam menjalankan tugas professional sebagai pendidik dan menjalani kehidupan di masyarakat.

Menegakkan kode etik dengan konsisten dan benar akan mendorong guru berperilaku sesuai norma-norma yang dibolehkan dan menghindari norma-norma yang dilarang oleh etika profesi. Berperilaku sesuai norma-norma yang dibolehkan seperti mempersiapkan sendiri perangkat pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan baik dan benar. Proses pendidikan yang digerakkan oleh orang-orang yang menjunjung tinggi etika dan moralitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkarakter, karena memiliki prinsip-prinsip yang kukuh dalam hidupnya sebagai hasil dari proses pendidikan yang beretika bermutu. Dengan menerapkan kode etik guru oleh setiap guru secara benar dan konsisten, maka aktualisasi diri guru dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dapat dilakukan secara professional, bermatabat, dan beretika.

Page 23: makalah 9.docx

Ketika melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa kode etik guru merupakan pedoman bersikap dan berperilaku berlandaskan nilai-nilai, moral, dan etika. Guru yang menegakkan etika profesi dalam melaksanakan tugasnya diaktualisasikan dalam proses pendidikan dan pembelajaran yang memenuhi criteria edukatif. Guru yang menegakkan etika adalah guru yang sejak belajar dibangku sekolah dan ketika belajar di perguruan tinggi telah menunjukkan etika belajar yang tinggi dan telah lama dalam hidupnya menjunjung tinggi moralitas dan telah pula menjadi karakternya. Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta Kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada Undang-Undang dasar Negara republic Indonesia Tahun 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republic Indonesia 17 Agustus 1945.

Guru yang menjunjung tinggi kode etik tampak pada kinerja guru yang berusaha terus belajar untuk melakukan updating dari perangkat pembelajran yang telah disusunya. Guru berkonsultasi dengan orang yang lebih menguasai, memilih model dan strategi pembelajaran yang mampu membelajarkan peserta didiknya, melakukan penilaian hasil belajar menggunakan tes yang standar dan sebagainya. Berkonsultasi dengan sejawat dan teman yang lebih senior dengan cara mendiskusikan isu-isu penting teknik-teknik mengajar, melakukan updating terhadap materi pelajaran, senantiasa memutakhirkan cara penilaian yang lebih objektif dan sebagainya.

Oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar

(1)guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

(2)Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional(3)Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai

bahan melakukan pembimbingan dan pembinaan(4)Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang

berhasilnya proses belajar mengajar(5)Guru memelihara hubungan dengan orangtua murid dan

masyarakat sekitar untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

(6)Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

(7)Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat kekluargaan, dan kesetiakawanan social

(8)Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian

(9)Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

Page 24: makalah 9.docx

Sebagaimana ditegaskan bahwa “guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan” Artinya guru professional memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendidikan, makanya dalam kode etik tersebut diatur bahwa guru harus taat akan peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah. Sebagai guru mutlak harus mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan dan melaksanakannya sebagaimana aturan yang berlaku. Ambil contoh pemerintah mengeluarkan kebijakan, yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian diubah lagi menjadi KTSP, dan seterusnya kurikulum 2013.

Perubahan kurikulum ini dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam kurikulum tersebut, secara eksplisit bahwa hendaknya guru menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya. Pendekatan ini dimaksudkan agar pencapaian kompetensi yang dijabarkan dalam kompetensi dasar dan diturunkan dalam sejumlah indicator dalam dipenuhi dan dimiliki peserta didik dalam bentuk keterampilan dan pengetahuan. Contoh lainnya kebijakan penerapan manajemen berbasasis sekolah (MBS) yang diperhatikan oleh UUSPN yang mengedepankan manajemen yang lebih mandiri, partisipatif, transparan dan akuntabel dalam melaksanakan program dan kegiatan disekolah, sehingga dapat diberdayakan seluruh potensi sekolah.

Jika guru mengikuti perkembangan kebijakan pendidikan secara cermat, maka guru tetap dapat melakukan penyesuaian diri atas kebijakan tersebut. Etika guru yang professional akan tampak pada perilaku yang benar, yaitu taat akan peraturan yang berlaku dengan cara menerapkan kebijakan penddiikan dan akan menerima tantangan, yang nantinya diharapkan akn dapat mamacu produktivitas guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Etika guru yang baik akan tampak pada perilakunya mencerminkan keikhlasan dan kejujuran, kerja keras menggunakan strategi yang baik dan benar, melakukan refleksi untuk senantiasa memperbaiki kelemahan dan memperkuat keunggulan. Senantiasa mempertimbangkan asas keadilan dalam bertindak dan mengambil keputusan, menghindari perilaku subjektif yang berlebihan.

Hal menarik untuk dicermati adalah jika seorang guru mempunyai semangat yang membara untuk mengajar mata pelajaran yang disukainya, tentu guru itu harus melakukan pencarian dalam jiwanya bagaimana keadaannya, apa pilihan yang harus dilakukan. Tetapi hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana membangkitkan semangat murid-nya belajar sama dengan semangat gurunya mengajar. Artinya guru Indonesia memahami dengan jelas tugas pokonya, menginternalisasi dalam dirinya jiwa pendidik dan menunjukkan perilaku keseharian menjunjung tinggi etika dan moralitas sebagai pendidik dan pencerah kehidupan bangsa. Terus menerus belajar, ketika terjadi penyesuaian kurikulum yang dikembangkan pemerintah, guru selalu dapat menyesuaikan diri dalam mengembangkan kurikulum.

Menegembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai dokumen pembelajaran yang menuntun dirinya untuk

Page 25: makalah 9.docx

mencapai tujuan pembelajaran dan siswanya mampu mencapai kompetensi yang ditegakkan oleh guru. Dalam RPP tersebut dikembangkan tes sebagai turunan dari setiap indicator untuk merespons standar kelulusan. Jadi, tes yang dikembangkan guru adalah tes standar yang dapat mengukur hasil belajar secara akurat. Untuk mencapai keseimbangan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam hal ini guru menggunakan model dan strategi pembelajaran yang member pengalaman belajar pada siswanya. Melalui pengalaman belajar tersebut dilatihkan cara-cara penguasaan ilmu pengetahuan, kemudian dilatihkan dan pemikiran yang baik dan memenuhi etika maupun estetika, dan dilatihkan berbagai keterampilan baik dilaboratorium dan tempat belajar lainnya.

Etika yang ditegakkan ialah, guru menyusun sendiri silabus dan RPP mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga guru tersebut mengetahui arah yang akan dilalui dan jelas tujuan yang akan dicapai. Dapat menyusun silabus secara bersama-sama, tetapi guru betul-betul aktif terlibat berdiskusi, sehingga menghasilkan yang terbaik dan kesalahan terus-menerus dapat diperbaiki. Secara kreatif guru mendesain strategi pendekatan pemebalajaran yang menarik dan variatif. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang mendorong siswanya mengembangkan kreativitas dan melakukan sejumlah inovasi sebagai upaya pengembangan bagan kapasitas terus-menerus melalui pengalaman dan proses belajar. Proses belajar adalah melatih daya jiwa yang potensial yang sudah ada untuk menyerap apa yang berasal dari luar diri peserta didik yang disusun dalam kurikulum dan guru berfungsi sebagai perantara.

Dalam perspektif administrasi dan manajemen pendidikan agar peserta didik mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi, maka perlu dilatih melalui proses belajar yang berkualitas dan oleh guru yang berkualitas didukung fasilitas belajar yang berkualitas pula. Dalam upaya mempertinggi asas keadilan, maka guru menggunakan tes yang standar untuk mengukur kualitas hasil belajar siswa agar terukur ketuntasan belajarnya. Semua tahapan pembelajaran yang dilakukan guru diaudit sendiri oleh guru bersangkutan untuk mengetahui hal mana yang perlu diperbaiki dan hal mana yang dapat diteruskan dan ditingkatkan. Kegiatan audit ini bagian dari refleksi atau kilas balik atas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dilaksanakaa.

Atas dasar refleksi yang dilakukan, maka ada sejumlah tahapan yang akan dilakukan untuk melakukan perbaikan dan penyesuain, dan aktivitas demikian ini menunjukkan karakter profesonal seorang guru. Guru Profsional memiliki karakter jujur, cerdas, disiplin, kreatif, kerja keras, mandiri, demokratis, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli, tangguh, dan tanggung jawab. Apakah guru yang memiliki karakter seperti ini?, tentu jawabannnya tidak mudah, tetapi ada dan jumlahnya tidak banyak. Pembentukan karakter ini bagi seorang guru terpulang kembali kepadanya apakah guru tersebut ingin membangun karakter unggul atau biasa-biasaa saja. Karakter yang demikian ini dimulai dari niat dan komitmen bahwa ia ingin menjadi guru yang berkarakter unggul dan akan siap menghadapi berbagai halangan dan

Page 26: makalah 9.docx

rintangan dan menjadikannya sebagai proses sebagai proses pembentukan pematangan karakter bagi dirinya sendiri.

Sejalan dengan hal itu Dewey mengartikan pendidikan adalah hidup, pertumbuhan, suatu rekonstruksi terus-menerus dari pengalaman yang terakumulasi dan suatu proses social. Adapun langkah-langkahnya menurut Dewey terdiri atas penyadaran masalah, perumusan masalah, pengumpulan data, penyusun hipotesis, dan pembuktian. Adapun Kilpatrick (1920) memadukan konsep pendidikan menjadi tiga unsure:

1) Partisipasi social siswa dalam belajar2) Penggunaan penuh prinsip psikologi belajar3) Etika dan rasa tanggung jawab.

Melalui sentuhan pembelajaran yang seimbang antara kognitif, afektif, dan psikomotorik akan menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahua, etika dalam kehidupannya, estetika dan menghargai keindahan, keterampilan yang digunakan untuk memecahkan berbagai permasalahan, menemukan hal-hal baru sebagai pengembangan kreativitas dan inovasi.

Menegakkan kode etik guru akan meningkatkan kualitas dirinya, memperlakukan siswanya secara manusiawi dan bermatabat. Guru yang memenuhi etika dalam perilaku sehari-hari baik kaitannya dengan proses belajar dikelas, pergaulan sehari-hari baik kaitannya disekolah dan masyarakat akan menghasilkan pendidikan yang berkarakter kebangsaan, nasionalisme yang tinggi, memeprtinggi ketahanan nasional, dan memperoleh kesejahteraan yang tinggi.

Page 27: makalah 9.docx

BAB IIIPENUTUPAN.

1.1 Kesimpulan

Guru memiliki otonomi dan tanggung Jawab dalam pekerjaanya, mereka memiliki pertimbangan dan menegakkan asumsi seberapa bagus pekerjaannya. Sebagai guru yang professional dalam melaksanakan tugas selalu lebih dari suatu teknik aplikasi mekanikal. Persoalannya bukan pada sebaik apa dia berfikir, tetapi sebaik apa dia dapat melakukan pekerjaan. Guru mempunyai tugas utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Guru sebagai jantung pendidikan dituntut semakain professional seiring perkembangan ilmu dan teknologi. Guru rofesional menguasai dan memahami standar isi yang telah dirumuskan. Selanjutnya menyusun sendiri silabus mengacu pada standar isi. Guru professional mengembangkan sendiri perangkat pembelajaran meskipun selalu meminta pandangan dari teman sejawat sebagai teman diskusi. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional dibutuhkan etika professional guru sesuai kode etik profesi keguruan. Seorang guru dapat disebut professional jika telah menaati kode etik keguruan yang telah ditetapkan organisasi profesi guru

Page 28: makalah 9.docx

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Lou Anne. 2009. Pengajaran yang kreatif dan menarik: cara membangkitkan minat

siswa melalui pemikiran. Jakarta: Indeks.Keraf, Sony, A. 1998. Etika Bisnis: tuntunan dan relavansinya. Yogyakarta: Kanisius.Menteri Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 Tahun 2010

Tentang petunjuk teknis jabatan fungsional dan guru dan angka kreditnya. Jakarta:

KemendiknasPresiden RI. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

Tentang system pendidikan nasional. Jakarta: Armas Duta jaya.Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta.Sutjipto dan Kosasi, R. 2004. Profesi keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.Sukmadinata, N. S., Jami’at, A.N., dan Ahman. 2006. Pengendalian mutu pendidikan sekolah

Menengah: Konsep, prinsip, dan Instrumen. Bandung: Refika Aditama.