isi makalah 3.docx

31
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Populasi adalah suatu kelompok individu yang spesiesnya sama dan menempati dalam suatu habitat yang cukup kecil sehingga memungkinkan terjadinya interbreding diantara anggota semua kelompoknya. Perbedaan kondisi lingkungan, sumber daya, dan gangguan cuaca, hanyalah beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika populasi dan pola tanaman. Sesuatu yang berbeda dari kondisi lingkungan tidak hanya merubah distribusi dan kelimpahan individu tetapi mungkin untuk mengubah tingkat pertumbuhan, produksi benih, pola, luas daun, daerah akar, dan jumlah individu, kelangsungan hidup,. dan pola pertumbuhan dan reproduksi mencerminkan adaptasi tanaman untuk lingkungan tertentu. Tidak seperti kebanyakan hewan, banyak tanaman menghasilkan secara aseksual individu baru dan bisa menambah organ baru (bunga, daun, akar, dan cabang) dalam menanggapi perubahan di lingkungan eksternal. Ekologi disini membahas tentang populasi tumbuhan. Oleh karena itu, dinamika dalam suatu populasi tidak berkurang dan akan terus menghasilkan tanaman baru. Tujuan dalam pembahasan ini adalah kita akan membahas tentang populasi pada umumnya dan pertumbuhan serta penyusutan populasi pada khusunya. Selanjutnya kita akan mengembangkan populasi tanaman dengan membahas mengenai faktor-faktor yamg

Upload: romansa-tan

Post on 17-Feb-2015

199 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISI MAKALAH  3.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Populasi  adalah suatu kelompok individu yang spesiesnya sama dan menempati dalam

suatu habitat yang cukup kecil sehingga memungkinkan terjadinya interbreding diantara anggota

semua kelompoknya.

Perbedaan kondisi lingkungan, sumber daya, dan gangguan cuaca, hanyalah beberapa

faktor yang mempengaruhi dinamika populasi dan pola tanaman. Sesuatu yang berbeda dari

kondisi lingkungan tidak hanya merubah distribusi dan kelimpahan individu tetapi mungkin

untuk mengubah tingkat pertumbuhan, produksi benih, pola, luas daun, daerah akar, dan jumlah

individu, kelangsungan hidup,. dan pola pertumbuhan dan reproduksi mencerminkan adaptasi

tanaman untuk lingkungan tertentu.

Tidak seperti kebanyakan hewan, banyak tanaman menghasilkan secara aseksual

individu baru dan bisa menambah organ baru (bunga, daun, akar, dan cabang) dalam

menanggapi perubahan di lingkungan eksternal. Ekologi disini membahas tentang populasi

tumbuhan. Oleh karena itu, dinamika dalam suatu populasi tidak berkurang dan akan terus

menghasilkan tanaman baru.

Tujuan dalam pembahasan ini adalah kita akan membahas tentang populasi pada

umumnya dan pertumbuhan serta penyusutan populasi pada khusunya. Selanjutnya kita akan

mengembangkan populasi tanaman dengan membahas mengenai faktor-faktor yamg

mempenguruhinya.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalahnya yaitu:

1. Mengidentifikasikan tentang populasi tanaman!

2. Menjelaskan ukuran- ukuran untuk menggambarkan keadaan populasi!

3. Menjelaskan pertumbuhan populasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya!

4. Menjelaskan penyusutan populasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya!

Page 2: ISI MAKALAH  3.docx

2

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Dapat mengidentifikasikan tentang populasi tanaman.

2. Dapat menjelaskan ukuran- ukuran untuk menggambarkan keadaan populasi.

3. Dapat menjelaskan pertumbuhan populasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi

mempengaruhinya.

4. Dapat menjelaskan penyusutan populasi serta faktor-faktor yang

mempemgaruhinya.

Page 3: ISI MAKALAH  3.docx

3

BAB II

POPULASI,

PERTUMBUHAN DAN PENYUSUTAN

2.1 POPULASI TUMBUHAN

2.1.1 Pengertian populasi tumbuhan

Dalam ekologi tumbuhan secara umum yang dimaksud dengan populasi adalah

sekelompok individu tumbuh-tumbuhan sejenis, seperti pohon karet yang ditanam

diperkebunan, tanaman padi di sawah, dan lain lain. Dalam ekosistem, populasi tumbuhan

tidaklah statis karena dipengaruhi oleh pertambahan atau pengurangan anggota populasi

sepanjang waktu. Perubahan populasi dapat diketahui dari berbagai sifat populasi yang

menjadi ciri-ciri populasi, seperti kerapatan populasi, natalitas, mortalitas, pertumbuhan atau

persebaran populasi. Salah satu sifat populasi yang bersifat numeric dan struktural adalah

kerapatan jenis, yaitu jumlah individu tumbuhan per satuan luas. Dengan kerapatan dapat

ditentukan perkembangan populasi dan sifat persebarannya.

Faktor-faktor yang merubah populasi .Tingkat populasi dari spesies bisa banyak

berubah sepanjang waktu. Kadangkala perubahan ini disebabkan oleh peristiwa-peristiwa

alam. Misalnya perubahan curah hujan bisa menyebabkan beberapa populasi meningkat

sementara populasi lainnya terjadi penurunan. Atau munculnya penyakit-penyakit baru

secara tajam dapat menurunkan populasi suatu spesies tanaman atau hewan.

Populasi tumbuhan dengan dinamikanya dapat diamati dengan melihat penyebarannya

permukaan bumi, jarak yang tidak sama antara tumbuhan satu dan tumbuhan lainnya

disebabkan karena perbedaan lingkungan, sumber daya, tetangga dan gangguan. Ukuran

populasi (N) berubah menurut waktu disebut dinamika populasi.

Perbedaan lingkungan tidak hanya mempengaruhi dan memodifikasi distribusi dan

kelimpahan individu, tetapi sekaligus merubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola

percabangan, area daun, area akar, dan ukuran individu. Penyebaran tumbuhan,

kelulushidupan, pola pertumbuhan serta kecepatan reproduksi semuanya mencerminkan

adaptasi tumbuhan tersebut dengan lingkungannya.

Page 4: ISI MAKALAH  3.docx

4

2.1.2 Persoalan khusus ekologi populasi

Distribusi dan kelimpahan tumbuhan dalam ruang dan waktu merupakan problema bagi

ekologi populasi tumbuhan, karena tumbuhan mampu menghasilkan individu baru dengan

melalui :

a. aseksual

Kaitan reproduksi tumbuhan yang dapat dilakukan dengan aseksual (Ramet) maka

batasan populasi tidak hanya sekedar pada indvidu baru namun juga percabangan,

ataupun perangkat organ baru yang mampu merespon lingkungan tempat hidupnya,

sehingga populasi tumbuhan tidak hanya dilihat dari distribusi dan dinamika

individu tumbuhan, tetapi juga termasuk pertumbuhan dinamika individu tumbuhan

sendiri, seperti cabang, ranting, ataupun propagul.

b. Seksual

Keterkaitan reproduksi tumbuhan yang dilihat dari cara reproduksi seksual

(genet) maka dinamika dan distribusi tumbuhan diamati dari pertambahan individu.

Berdasarkan batasan diatas apakah dapat reproduksi seksual dan aseksual dibedakan

jelas dalam suatu vegetasi. Parameter populasi yang dapat digunakan untuk

mengukur aspek dalam populasi serta model pertumbuhan diantaranya dapat ditinjau

dari:

keluasan penyebaran distribusi.

kecepatan pertumbuhan.

frekuen gen.

densitas.

perbandingan antara sex ratio.

pola penyebaran.

Struktur umur.

Page 5: ISI MAKALAH  3.docx

5

2.1.3 Pola Penyebaran Populasi di Alam

Yang menyebabkan terjadinya pola sebaran acak, teratur/merata,

atau pun mengelompok yaitu :

1. Mengelompok

- Respon organisme terhadap perbedaan habitat secara

lokal.

- Respon organime terhadap perubahan cuaca musiman

- Akibat cara atau proses reproduksi/regenerasinya

- Sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yang

menunjang untuk terbentuknya kelompok/koloni

2. Merata/teratur

- Persaingan yang kuat antar individu dalam populasi.

3. Acak

- Bila faktor lingkungan sangat seragam.

- Tidak ada sifat-sifat mengelompok.

2.2 Pertumbuhan populasi

Pertumbuhan populasi merupakan proses sentral di dalam Ekologi. Karena tidak ada

populasi yang tumbuh secara terus menerus maka kita mengetahui adanya pengaturan

populasi. Interaksi spesies seperti predator, kompetisi, herbivory dan penyakit berdampak

terhadap pertumbuhan populasi dan pertumbuhan populasi menghasilkan perubahan dalam

struktur komunitas oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana suatu

populasi tumbuh.Suatu populasi yang dilepaskan pada suatu lingkungan yang sesuai, akan

terus bertambah jumlahnya. Contohnya populasi tanaman tebu,tanaman tebu yang selalu

kita banggakan akan berhasil jika sejak awal kita memahami tentang Pola pertumbuhan dan

faktor yang berpengaruh terhadap tanaman tebu.Produktivitas tebu merupakan hasil

interaksi antara faktor internal tanaman dan lingkungan.  Setelah diperoleh tanaman tebu

dengan kualitas potensi produksi yang tinggi, maka produktivitas tebu sepenuhnya menjadi

tanggungan lingkungan yang menentukan.  Faktor lingkungan yang berperan penting dalam

menetukan produktivitas tidak hanya melulu pada sumberdaya lahan semata, tetapi juga

termasuk usaha pengelolaan sumberdaya lahan tersebut khususnya menyangkut cara

memanipulasi lingkungan sumberdaya lahan yang tersedia untuk  mencapai tingkat potensi

Page 6: ISI MAKALAH  3.docx

6

lingkungan tumbuh yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman tebu.  Secara internal,

sumberdaya lahan penentu keberhasilan pencapaian tebu untuk mendekati potensinya

adalah kesuburan tanah baik secara fisik maupun kimia.  Sedangkan faktor eksternal

sebagai penentu adalah  budidaya tebu.  Namun  dari faktor tersebut yang sangat dominan

sebagai penentu  adalah pengolahan tanah, pemupukan, pengendalian organisme

penggangu (hama, penyakit dan gulma), pengendalian air (drainase dan irigasi) serta tebang

angkut.

2.2.1 Faktor Internal

Tanaman tebu memiliki sifat inhern yang sangat menentukan perolehan produk-

tivitasnya, yaitu varietas dan bibit. Pengalaman menunjukkan bahwa varietas sangat sig-

nifikan dalam mempengaruhi produktivitas tebu.  Rekayasa varietas pada saat sekarang

ini diarahkan pada penciptaan varietas yang bersifat ekolokasi, artinya sifat unggul suatu

varietas terhadap kondisi lingkungan tertentu.  Kualitas bibit akan sangat menentukan

pola pertumbuhan tebu.  Bibit yang baik biasanya akan menghasilkan pertumbuhan yang

baik pula.  Sebaliknya, bibit yang jelek akan menyebabkan pertumbuhan jelek.

Varietas

Varietas berdasarkan sifat inhernnya dapat direkayasa untuk menghasilkan vari-

etas yang dikondisikan unggul terhadap tujuan tertentu, sebagai contoh varietas dikon-

disikan dengan karakteristik ; kadar rendemen tinggi, diameter batang besar, pertum-

buhan awal anakan cepat, tahan keprasan, tahan kekeringan, tahan terhadap hama

penyakit tertentu, dan lain sebagainya.  Kondisi dengan sifat inhern yang unggul

demikian tentu sangat bermanfaat terhadap perolehan produktivitas sebelum varietas

tersebut berinteraksi dengan lingkungannya.  Bagian yang terpenting lainnya adalah

rekayasa varietas untuk mendukung perolehan produksi gula yang tinggi dan mempermu-

dah pengelolaan tebu yang ditanam dan pengaturan jadwal giling tebu di pabrik. Selain

itu,  dihasilkan pula varietas dengan perbedaan kemasakan yang dikenal kategori varietas

masak awal, tengah dan akhir. Penggunaan varietas tebu bersifat sangat dinamis.  Setiap

periode waktu, varietas yang telah lama digunakan secara terus menerus tidak selalu

menguntungkan, sebagai akibat akan terjadinya penurunan kualitas genetik, kepekaan ter-

hadap hama dan penyakit yang dapat meyebabkan merosotnya perolehan hasil gula. 

Oleh karena itu, untuk menghindari kondisi demikian diupayakan selalu terjadi regen-

Page 7: ISI MAKALAH  3.docx

7

erasi varietas di lapangan untuk mempersiapkan perolehan varietas pengganti.  Varietas

tebu sebaiknya tidak ditaman lebih dari 8 tahun. Rekayasa varietas selama sepuluh tahun

terakhir telah berlangsung secara intensif, sehingga begitu banyak varietas unggul yang

dirilis dan saat ini sudah beredar di lapangan.  Keuntungan dengan kondisi varietas yang

beraneka ragam adalah pengelola tebu di lapangan akan memperoleh kemudahan dalam

pilihan varietas yang dikehendaki sesuai dengan kondisi lingkungannya.

Bibit

Faktor tanaman lain yang sangat menentukan pertumbuhan tanaman adalah kuali-

tas dan jumlah bibit.  Faktor ini dapat dikatakan sebagai faktor inhern mengingat kondisi

bibit dalam pertumbuhannya di tahap awal sangat tergantung pada kualitas bibit.  Se-

belum bersentuhan dengan faktor lingkungan, fase pertumbuhan tanaman dalam proses

perkecambahan sangat tergantung kepada ketersedian air dan makanan yang terdapat

dalam bibit.  Bibit dengan kualitas yang jelek, misalnya diperoleh dari umur bibit yang

sudah tua yang kondisi distribusi air dan hara dalam jaringan lembaga tunas sudah berku-

rang akan menyulitkan terjadinya inisiasi tumbuh tunas.  Selain itu misalnya kondisi bibit

yang terinfeksi hama penyakit akan menyebabkan hambatan dalam proses inisiasi pertu-

nasan dan fase pertumbuhan tanaman lainnya.  Kemudian jumlah bibit yang ditanam san-

gat mempengaruhi jumlah tunas dan populasi pertumbuhan tanaman.  Meskipun pada

awal perkecambahan, jumlah tunas berkorelasi dengan jumlah mata yang berinisiasi men-

jadi tunas, namun sesungguhnya pola pertumbuhan populasi tebu akan mengalami kese-

imbangan mencapai populasi optimal disebabkan antara masing-masing tunas akan ter-

jadi persaingan terhadap faktor lingkungan tumbuh.  Artinya pola pertumbuhan populasi

tanaman pada peride pertunasan maksimal, akan diikuti penurunan populasi tanaman

sampai mencapai pertumbuhan populasi batang optimal.

Faktor Eksternal

Page 8: ISI MAKALAH  3.docx

8

Faktor eksternal atau  lingkungan ideal yang sangat berpengaruh terhadap perole-

han produktivitas tebu adalah iklim, kesuburan tanah, kesehatan tanaman dan budidaya. 

Secara khusus iklim yang menentukan pertumbuhan tanaman dikaitkan dengan sifat-sifat

kelembaban (berkaitan dengan ketersediaan air, curah hujan), penyinaran matahari dan

temperatur udara.

Kesuburan Tanah

Tanah adalah sebagai mediator sekaligus tempat tanaman memperoleh materi

yang dibutuhkan untuk kehidupannya.  Selain sebagai tempat tersediaanya air dan oksi-

gen, tanah juga tempat menyediakan makanan (hara) yang dibutuhkan tanaman.  Tanah

yang subur dengan kondisi ketersediaan air, oksigen dan makanan yang memadai, maka

tanaman tebu yang tumbuh di atasnya akan menunjukkan penampilan pertumbuhan dan

hasil produksi tebu yang baik.  Sebaliknya, pada kondisi tanah yang kurang subur sebagai

akibat terdapatnya faktor pembatas yang dapat disebabkan oleh keterbatasan sifat fisik

dan atau sifat kimia, akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil gula

yang diperoleh tidak akan maksimal.  Pada kondisi kesuburan tanah tidak mengun-

tungkan, maka untuk memaksimalkan hasil pertumbuhan tanaman sering dilakukan ma-

nipulasi oleh manusia melalui budidaya.  Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui

manipulasi fisik untuk mencapai kondisi status fisik tanah yang menguntungkan bagi per-

tumbuhan perakaran dan manipulasi kimia untuk meningkatkan ketersediaan hara yang

biasanya dilakukan melalui penambahan hara dari luar tanah melalui pemupukan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan seyogyanya harus berdasarkan kebutuhan tanaman. 

Pemupukan untuk memacu pertumbuhan vegetatif dilakukan dengan pemberian pupuk N

yang memadai.  Pemupukan untuk memacu pertumbuhan generatif dilakukan dengan

pemberiaan pupuk P dan K.  Memperhatikan setiap hara memiliki spesifikasi dalam me-

nunjang pertumbuhan tebu, maka seharusnya dilakukan penyesuaian aplikasi pemupukan

dengan kebutuhannya.  Pada fase pertumbuhan tebu yang cepat, yaitu pada masa pertu-

nasan (1-3 bulan) dan pemanjangan batang (3-9 bulan), selayaknya tanaman mendap-

atkan pasok hara N yang cukup.  Hara N yang berperan dalam pembelahan sel akan men-

dukung pertunasan secara horizontal (terbentuknya anakan) dan pertumbuhan vertikal

(pemanjangan batang).  Namun yang perlu diperhatikan bahwa sepanjang fase pertum-

Page 9: ISI MAKALAH  3.docx

9

buhan dengan periode yang cukup lama yaitu selama 9 bulan (1-9 bulan), bukan berarti

setiap periode waktu bisa dilakukan penambahan pupuk N, akan tetapi terdapat per-

syaratan pemberian pupuk N dari sisi waktu aplikasi untuk menghasilkan gula secara

maksimal.  Pemberian pupuk N diusahakan tidak melebihi umur tanaman tebu lebih dari

4 bulan.  Pemberian pupuk N yang melebihi batas waktu pemberian optimal sangat tidak

menguntungkan karena akan menyebabkan terganggunya proses fase pertumbuhan gener-

atif.  Pemberian pupuk N yang terlambat (>4 bulan) akan mengakibatkan tebu lambat

masak dan secara visual daun tanaman terus tetap berwarna hijau.

Kemudian hara P dibutuhkan tanaman meskipun secara harfiah dikaitkan per-

anannya dengan fase kemasakan atau fase terjadinya penimbunan karbohidrat di batang,

yang sering diistilahkan dengan pertumbuhan generatif, namun sesungguhnya secara fisi-

ologi tanaman peranan hara P menonjol dalam transfer energi.  Proses perpindahan energi

dari satu bagian sel dan jaringan tanaman tentu terjadi sepanjang fase pertumbuhan secara

keseluruhan.  Dengan kata lain hara P sangat dibutuhkan sejak fase inisiasi perkecamba-

han sampai fase kemasakan.  Hanya saja pada saat tumbuh inisiasi tunas dari matnya ke-

butuhan hara P disuplai dari asal bibit.  Sedangkan setelah periode tersebut sepenuhnya

kebutuhan P tergantung dari ketersediaan hara dalam tanah.  Pemberian P dikaitkan se-

lalu direkomendasikan pada saat tanam tidak lain alasannya adalah hara P diperlukan sep-

anjang fase pertumbuhan dan pada umumnya jenis pupuk P dalam bentuk relative sukar

larut, sehingga membutuhkan waktu yang cukup untuk proses pelarutan pupuk kedalam

bentuk yang tersedia tanah.

Permasalahan hara K ditinjau dari tindakan pemupukan adalah disamping ke-

pentingan K dominan pada saat terjadi traslokasi dan penimbunan karbohidrat dibatang,

juga K sangat diperlukan untuk membantu proses fotosintesis.  Pemupukan K pada tebu

dapat dilakukan dalam dua periode waktu, yaitu pada saat tanam atau pada saat tanaman

telah berumur 1-2 bulan.  Selain itu K di dalam tanah memiliki kemampuan ketersediaan

hara yang relatif mudah diambil tanaman melalui pertukaran antar ion dan K terikat

dalam koloid tanah sehingga tidak mudah hilang tercucikan.

Kesehatan Tanam

Page 10: ISI MAKALAH  3.docx

10

Kesehatan tanaman menetukan pertumbuhan tanaman.  Tanaman tebu yang terin-

feksi organisme pengganggu dapat berupa hama, penyakit dan gulma dapat dipastikan

tidak akan tumbuh notmal.  Kesehatan penyakit diperhatikan sejak awal, dimulai dari

penyediaan bahan tanaman sampai akhir menjelang panen.  Bahan tanaman merupakan

sarana awal sering terjadinya infeksi organisme terutama penyakit dan larva hama.  Ba-

han tanaman yang terserang penyakit kalau tanaman tidak mengalami kematian lebih

awal, penyakit tersebut akan terbawa  selama fase pertumbuhannya yang dapat menye-

babkan pertumbuhan tanaman tidak normal.  Oleh karena itu, dalam pemilihan bibit ser-

ing dilakukan tahap sortasi, seleksi dan inspeksi kesehatan tanaman.

Tindakan penyehatan tanaman sering dilakuan melalui sanitasi kebun sebagai

misal dengan melakukan pemeliharaan tanaman pada petak kebun dengan baik dan be-

nar.  Salah satu faktor penghambat produksi gula adalah adanya serangan hama. Penyakit

dan gulma. Upaya yang tepat pada perlindungan atau proteksi tanaman dapat menyela-

matkan produksi gula kurang lebih 20 persen.

Beberapa macam hama yang sering dijumpai pada tanaman tebu adalah peng-

gerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu putih, tikus, uret dan babi hutan. Uret dan kutu

bulu putih merupakan hama utama bagi tanaman tebu di lahan kering.

Penggerek pucuk. Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga

mematikan titik tumbuh. Usaha pemberantasannya menggunakan insektisida car-

bofuran yang dapat diberikan dengan cara suntikan atau taburan.

Penggerek batang. Hama berupa ulat ini merusak ruas-ruas batang tebu sehingga

pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. Usaha pengendaliannya

dapat dilakukan secara hayati dengan menggunakan parasit karawai Trichograma

spp., dan parasit lalat Diatraeophaga striatalis.

Kutu bulu putih. Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera

dipangkas, dimasukkan ke dalam kantong plastic untuk dimusnahkan atau

dibakar. Pada serangan yang sudah luas, pemberantasannya dapat menggunakan

parasit Encarsia flavosculetan atau menggunakan insektisida sistemik misalnya

formation 825 gr/ha atau dimetoat 1000 gr/ha.

Uret. Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu. Tanaman yang

terserang menampakkan gejala kelayuan daun. Pemberantasan uret dengan insek-

Page 11: ISI MAKALAH  3.docx

11

tisida disarankan menggunakan carbofuran  3 persen sebanyak 50 kg/ha. Penggu-

naan insektisida yang mengandung senyawa BHC hanya diperbolehkan pada la-

han yang tidak ditanami tanaman pangan. Disamping cara kimiawi, pengendalian

hama uret dapat dilakukan secara mekanis dengan cara mengumpulkan uret dan

imagonya. Penangkapan imago harus dilakukan sebelum imago sempat kawin.

Berdasarkan siklus kehidupan uret, penangkapan imago dapat dilaksanakan pada

bulan Oktober hingga Desember.Di daerah dengan serangan hama uret kuat, dian-

jurkan penggunaan insektida yang berformulasi ”slow release”, antara lain durs-

ban 14 S sebanyak 28 kg/ ha yang diberikan di dasar juringan sebelum tebu di-

tanam. Insektisida ini mampu mengendalikan uret selama tiga tahun tanpa

merusak perakaran tebunya.

Tikus. Serangan tikus di daerah-daerah tertentu terjadi hampir setiap tahun, se-

hingga kemungkinan kerugian sangat besar. Pada daerah-daerah yang berbatasan

dengan sawah perlu adanya kerjasama dengan petani padi untuk mengamati

adanya serangan tikus pada tanaman padi. Segera setelah panen, dilakukan gropy-

okan dan pengasapan pada lubang-lubang persembunyian maupun pemasangan

umpan beracun.Beberapa penyakit yang biasa menyerang tanaman tebu antara

lain penyakit mosaik, penyakit pembuluh, luka api (smut), blendok dan pokah-

bung.

Penyakit mosaik. Penyebab penyakit ini adalah virus mosaic. Tanda-tanda

penyakit ini yaitu pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan

noda-noda berwarna hijau muda sampai kuning. Cara pencegahan yang telah di-

lakukan selama ini adalah dengan menggunakan bibit terseleksi yang berasal dari

tanaman sehat dan dari varietas tebu yang tahan terhadap penyakit mosaik seperti

Ps 56, F 154, F 156 atau M 442-51.

Penyakit pembuluh. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp

xyli. Tanaman yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang

sempurna terutama tanaman keprasan tampak kerdil. Gejala yang khas yaitu terli-

hat warna jingga kemerah-merahan pada berkas-berkas pembuluh batang tebu

menjelang masaknya tebu. Cara pencegahan penyakit ini antara lain dengan

melakukan deinfeksi alat pemotong tebu dengan lisol 20%, penanaman dengan

Page 12: ISI MAKALAH  3.docx

12

menggunakan bibit sehat yang diperoleh dengan perawatan air panas terhadap

bibit tebu pada suhu 50°C selama 2-3 jam.

Penyakit luka api (smut). Penyebabnya adalah Ustilago scitaminea Syd. Gejala

penyakit ini timbulnya cambuk hitam pada pucuk tebu. Pencegahannya dengan

menanam bibit yang sehat dan varietas yang resisten, bibit  didesinfeksi dengan

0,5 gr b.a./triadimefon.

Penyakit blendok. Tanda-tanda serangan penyakit yang disebabkan oleh sejenis

bakteri ini yaitu apabila batang dibelah tanpak pembuluh-pembuluh berwarna

kuning tua sampai merah tua. Usaha pencegahannya dengan deinfeksi pisau pe-

motong menggunakan lisol.

Penyakit pokahbung. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama

timbul di musim hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat

memutih (chlorosis). Pada serangan yang parah, pusuk tanaman menjadi busuk,

pembuluh tanaman menjadi tidak normal bentuknya (bengkok dan luka). Pember-

antasan untuk tanaman yang telah terserang dengan cara disemprot bubur Bordo 1

% seminggu sekali.

Gangguan gulma dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar karena bisa menye-

babkan penurunan bobot tebu. Pengendalian gulam disamping dengan cara manual

ataupun kimiawi menggunakan herbisida, dapat pula dilakukan secara kultur teknis den-

gan menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menekan pertumbuhan gulma atau den-

gan cara mekanis dengan pembajakan dan penggaruan. Keempat cara tersebut dalam

pelaksanaannya dapat dilakukan secara terpadu. Usaha pengendalian gulma akan dapat

memberikan hasil yang baik apabila pelaksanaannya tepat waktu, cara, alat maupun dosis

dan jenis herbisida yang digunakan.

Budidaya

Page 13: ISI MAKALAH  3.docx

13

Budidaya dapat diartikan sebagai upaya manusia untuk memanipulasi kondisi

lingkungan dan kondisi pertumbuhan tanaman mendekati terhadap kondisi ideal yang di-

harapkan oleh tanaman sehingga tanaman yang diupayakan menghasilkan produktivitas

yang maksimal.  Beberapa kegiatan budidaya tanaman yang sangat signifikan membantu

proses pertumbuhan tanaman adalah pemberian air, turun tanah dan kadang dilakukan

penjarangan tanaman untuk menghasilkan kondisi keleluasaan pertumbuhan tanaman se-

cara maksimal. Pemberian air yang utama dilakukan adalah menyiapkan kelembaban

tanah yang terjamin pada periode perkecambahan dan pertunasan.  Ketersediaan air yang

mencukupi akan merangsang inisiasi tunas dari mata tunas sehingga tercipta perkecamba-

han yang optimal.  Selain itu, pemberian air untuk menjaga kelembaban pada proses per-

tunasan sangat diperlukan hingga mencapai pertunasan anakan maksimal.

Turun tanah atau pemberian tanah disekitar perakaran sangat membantu proses

pertumbuhan tebu terutama dalam peride pertunasan dan pertumbuhan pemanjangan

batang. Pola penyiapan lahan untuk peletakan bibit dalam juringan pada akhirnya diba-

gian dasar juringan akan membutuhkan tambahan tanah segar yang diturunkan dari

bagian permukaan juringan ke bagian dalam juringan yang tujuannya untuk

meningkatkan volume tanah.  Bagian tanah yang diturukan memiliki sifat fisik yang

cukup baik seperti misalnya tanah berstruktur remah dan gembur, beruang pori makro be-

sar dan menyediakan tambahan hara untuk menunjang pertumbuhan bakal tunas akar

baru sehingga pertumbuhan perakaran yang memadai pada akhirnya akan mendukung

pertumbuhan bagian atas tanaman yang lebih baik.

Tebang Angkut

Setelah tanaman tebu selama 12 bulan dipelihara untuk mencapai kondisi perole-

han hasil optimal, maka di periode akhir pertumbuhan yang menentukan perolehan pro-

duktivitas gula adalah tebang angkut.  Para pengamat agronomis tebu di lapangan menge-

mukakan perhatian tebang angkut sesungguhnya adalah tahap pengamanan dalam mene-

tukan perolehan produktivitas tebu.  Namun kenyataannya kontribusi tebang angkut yang

dilakukan secara tidak hati-hati dapat menyebabkan  kehilangan hasil gula hingga menca-

pai 30%. Apabila itu terjadi, sungguh sangat merugikan dalam kehilangan momen keun-

tungan, waktu dan usaha pemeliharaan yang sia-sia.

2.3 Penyusutan populasi

Page 14: ISI MAKALAH  3.docx

14

Penyusutan jumlah populasi makhluk hidup disebabkan oleh faktor cuaca, iklim,

ruang, dan waktu. Populasi makhluk hidup sekarang semakin menyusut dan cenderung

mempunyai sifat endemis. Makhluk hidup endemis merupakan makhluk hidup yang ter-

dapat di suatu tempat dalam jumlah terbatas, sedangkan di tempat lain tidak ditemukan.

Penyusutan jumlah populasi juga disebabkan oleh jarangnya perkembangan biakan dan

tingginya persaingan hidup antarindividu. Kelompok makhluk hidup yang menyusut

harus dilestarikan dan di jaga. Makhluk hidup yang populasinya rendah disebut makhluk

hidup langka.

Penyusutan jumlah populasi juga dapat terjadi karena ulah manusia. Manusia

terkadang memanfaatkan suatu jenis populasi berlebihan sehingga tidak seimbang dengan

laju pemulihannya. Manusia juga sering mengubah suatu habitat makhluk hidup menjadi

perumahan atau lahan produksi. Kegiatan-kegiatan seperti ini dapat menjadi

menyusutkan jumlah populasi makhluk hidup. Jika penyusutan ini terus berlanjut, kemu-

ngkinan kelompok makhluk hidup tersebut akan punah. Untuk menghindari kepunahan

makhluk-makhluk hidup tersebut. Perlu dilakukan beberapa usaha, antara lain memberi

perlindungan terhadap hewan ataupun tumbuhan yang populasinya rendah.

contoh salah satu tumbuhan yang populasinya menyusut adalah Hoya spp. (Asclepi-

adaceae) yang dikenal dengan nama umum Hoya,merupakan tumbuhan epifit merambat

yang terdapat di daerah tropis. Tumbuhan ini mulai populer sebagai tanaman hias eksotis

di Eropa, Amerika Serikat dan Australia, karena bentuk bunganya yang unik dan indah.

Selain dapat dikembangkan sebagai tanaman hias, Hoya dimanfaatkan oleh penduduk

setempatsebagai bahan obat tradisional (Zachos 1998). Penelitian eksploratif jugamenun-

jukkan potensi Hoya sebagai bahan insektisida hayati untuk pemberantasanpradewasa

nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefacsiatus yang merupakan vektor bagi virus

penyebab demam berdarah (Cahyadi 2005; Kusumawati 2005;Mukharam 2005; Rustandi

2005).

Perdagangan internasional jenis-jenis Hoya semakin meningkat, sehingga berimp-

likasi pada peningkatan eksploitasi di alam. Namun demikian, perhatian terhadap potensi

maupun keberadaannya belum memadai, terutama di daerah aslinya. Secara alami Hoya

tersebar di daerah Asia Tenggara dan sekitarnya dengan keragaman jenis terbesar

diperkirakan terdapat di kawasan Malaysia,terutama di wilayah Indonesia (Kleijn & van

Page 15: ISI MAKALAH  3.docx

15

Don Kelaar 2001, Wanntorp et al.2006; Goyder 2008). Indonesia diperkirakan memiliki

sekitar 30 % kekayaan jenis Hoya dunia. Dari 150-200 jenis Hoya yang terdapat di dunia

(Burton 1992),Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 50-60 jenis (Rahayu 1999).

Seiring dengan peningkatan perdagangan internasional yang diimbangi dengan

peningkatan eksploitasi tumbuhan pada habitat aslinya, keberadaan Hoyadi alam menjadi

semakin terancam. Setiap tumbuhan yang bernilai ekonomi dandigunakan dalam perda-

gangan internasional sebaiknya diketahui statuskelangkaannya. Saat ini belum ada status

konservasi yang resmi atau belum adadata bagi jenis-jenis Hoya menurut IUCN karena

belum dilakukan studi populasi,meskipun tumbuhan ini telah menjadi komoditi perdagan-

gan internasional. Selain itu, kepentingan konservasi suatu jenis sebaiknya tidak hanya

didasarkan pada tingkat kelangkaan jumlah individu, melainkan perlu juga memper-

hatikan tingkatkelangkaan gen dan keunikan habitatnya. Berdasarkan kriteria yang dike-

mukakanIUCN (2001), suatu tumbuhan disebut dalam keadaan terancam, antara lain jika

terjadi penyusutan populasi. Penyusutan populasi Hoya di alam menjadi tidak terhin-

darkan manakala terjadi kerusakan dan atau alih fungsi kawasan hutan dalam skala luas

dan terus menerus. Hoya adalah tumbuhan epifit yangkeberadaannya di alam sangat

bergantung kepada keberadaan pepohonan hutan sebagai forofit (pohon tumpangan).

Menurut BAPLAN-DEPHUT (2008), laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta

hektar per tahun, yang tentunya akan berpengaruh besar bagi penyusutan populasi Hoya

di alam. Tindakan konservasi yang menyeluruh sangat diperlukan untuk menghindari

punahnya jenis-jenis potensial meskipun belum dibuktikan manfaatnya secara langsung

bagi kehidupan masyarakat. Menurut konsep CBD (2000), setiap komponen sumberdaya

hayati yang membentuk ekosistem dengan lingkungannya memiliki peranan yang sama

pentingnya seberapapun kecil peran tersebut.

Convention on Biological Diversity (CBD) merupakan kesepakatan negara-ne-

gara anggota mengenai pentingnya konservasi keanekaragaman hayati.Tiga tujuan utama

pembentukan CBD yaitu konservasi keanekaragaman hayati,pemanfaatan berkelanjutan

dari setiap komponen sumberdaya hayati, dan pembagian keuntungan yang adil dari pe-

manfaatan sumberdaya genetik (CBD2000).

Page 16: ISI MAKALAH  3.docx

16

Khusus untuk konservasi tumbuhan tertuang dalam Global Strategy for Plant

Conservation (GSPC) (CBD 2002). GSPC memiliki empat tujuan utama yaitu:

(1) Menghentikan laju proses kehilangan keanekaragaman tumbuhan.

(2) Mengharmoniskan organisasi-organisasi yang bergerak dalam konservasitum-

buhan.

(3) Meningkatkan pendekatan ekosistem dengan fokus pada peran utama tum-

buhan dalam ekosistem dan

(4) Menyediakan pilot studi bagi CBD dalam membuat target.

Terdapat 16 butir target (Lampiran 1) dalam strategi konservasi keanekaragaman

tumbuhan. Salah satu target (no 2) adalah pendugaan awal status konservasi bagi semua

jenis tumbuhan yang diketahui pada tingkat nasional, regional maupun internasional. Tar-

get-target GSPC tersebut dapat dicapai melalui beberapa langkah pengamanan, penelitian

dan pemanfaatan secara lestari sebagaimana dikemukakan oleh Alikodra dan Syaukani

(2004) yaitu mengamankan (save it), mempelajari (study it) dan memanfaatkan (use it).

Pemerintah Indonesia yang ikut meratifikasi dan menjadi anggota CBD juga telah men-

geluarkan peraturan perundang-undangan dalam bidang konservasi 3 sumberdaya hayati

melalui UU no 5 th 1990 tentang KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI

DAN EKOSISTEMNYA. Undang-undang tersebut dilengkapi dengan penetapan peratu-

ran pemerintah yang terkait, yaitu PP no 7 th 1999 tentang PENGAWETAN JENIS

TUMBUHAN DAN SATWA serta PP no 8 TH 1999 tentang PEMANFAATAN JENIS

TUMBUHAN DAN SATWA LIAR (DEPHUT 2004). Pada Pasal 5 UU no 5 th 1990

Konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui tiga kegiatan

(tiga pilar konservasi) yaitu, perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara

lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pengawetan jenis dapat dilakukan melalui dua kegiatan, yaitu pengawetan jenis

dan ekosistemnya serta pengawetan jenis. Pengawetan jenis dilakukan terhadap jenis

yang dilindungi maupun jenis yang tidak dilindungi. Jenis yang dilindungi ditetapkan

berdasarkan peraturan pemerintah atas dasar tingkat bahaya kepunahan dan populasi yang

jarang. Jenis-jenis yang dilindungi tidak diperkenankan untuk dipelihara dan diperda-

gangkan. Penetapan jenis-jenis yang dilindungi dapat berubah-ubah sesuai dengan tingkat

Page 17: ISI MAKALAH  3.docx

17

bahaya kepunahan dan perkembangan kondisi populasi jenis yang bersangkutan. Pen-

gawetan jenis yang dilindingi dan jenis yang tidak dilindungi dapat dilakukan di dalam

kawasan konservasi (in situ) maupun di luar kawasan (ex-situ). Pengelolaan jenis diluar

habitatnya (ex-situ) juga memiliki keuntungan tersendiri, misalnya di Kebun

Raya(Frankel & Soul 1991). Pengawetan jenis terkait dengan pemanfaatan lestari di-

lakukan dengan cara melakukan penangkaran dan perbanyakan, hasil penangkaran dan

perbanyakan dapat dipelihara dan diperdagangkan. Mengingat besarnya laju kerusakan

habitat di Indonesia, konservasi secara ex-situ, terutama di Kebun Raya menjadi tindakan

yang penting. Konservasi ex-situ yang baik perlu dukungan pertimbangan pengetahuan

keragaman genetik atau genetika populasi, terutama agar koleksinya memenuhi seluruh

genotipe yang mewakili anggota populasi. Hal ini diperlukan untuk menjamin terpeliha-

ranyakeragaman genetik yang juga akan diperlukan jika dibutuhkan dalam program rein-

troduksi ke habitat alaminya (Young et al. 2000). Studi genetika populasi juga dapat di-

gunakan untuk meramalkan bagaimana kondisi suatu populasi atau 4 spesies dapat berta-

han ataukah menuju ke arah kepunahan (Frankel & Soul 1991).

Studi keragaman genetika populasi dapat pula berperan sebagai landasan dalam

usaha domestikasi dan pemuliaan suatu jenis tumbuhan hutan (Brown & Hardner 2000;

Finkeldey 2005). Hal ini sesuai dengan strategi konservasi Hoya melalui pemanfaatan se-

cara lestari dengan pengembangan sebagai tanaman hortikultura. Keragaman populasi bi-

asanya ditentukan pada tingkat jenis atau pada tingkat di bawah jenis. Mengingat

banyaknya jumlah jenis Hoya seperti telah dikemukakan sebelumnya dan belum ada yang

memiliki data keragaman genetiknya, maka kajian genetika populasi dapat dikerjakan

dengan memilih satu jenis terlebih dahulu. Sebagai langkah awal, dipilih jenis yang dapat

mewakili persebaran geografis luas, yaitu Hoya multiflora Blume, yang memiliki penye-

baran dari India hingga Papua.H. multiflora Blume adalah salah satu jenis Hoya yang

berpotensi ekonomi tinggi. Jenis ini memiliki nama daerah kimandjel (Priangan) atau

areuycukankan (Sunda), kompiong (Bali), intalun (Sulut), malacui (Bugis), “theshooting

stars” (Inggris) dan ”hoya avatar” (perdagangan Internasional).

Page 18: ISI MAKALAH  3.docx

18

Tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai tanaman hias di berbagai negara, baik dine-

gara-negara Eropa,Amerika Serikat, Australia maupun Asia (Hodgkiss 2007). Sebagai

tanaman hias, jenis ini cenderung lebih disukai bila dibandingkan dengan jenis Hoya lain-

nya di Indonesia karena memiliki batang pendek dan tidak merambat, mudah dalam per-

awatan dan termasuk rajin berbunga. Manfaat lain H.multiflora adalah sebagai bahan

obat tradisional yaitu untuk sakit perut di India (Ambasta, 1986) dan digunakan sebagai

obat rematik atau artritis di Malaysia (Burkill 2002). Kandungan senyawa aktif belum

pernah diteliti, namun diharapkan memiliki senyawa sejenis indomethacine, yaitu obat

anti nyeri pada penyakit rematik yang belakangan diketahui memiliki efek anti HIV

(Bourinbaiar& Lee-Huang 1995). Tumbuhan berupa semak epifit dengan susunan daun

bersilang berhadapan, bunga majemuk memayung, perhiasan 5 bagian (Goyder 2008).

Persebaran alam Hoya meliputi India, Burma, Thailand, Laos, Vietnam, Malaysia, In-

donesia, Brunei, Filipina dan Papua Nugini (Wanntorp et al. 2006). Persebaran 5 altitudi-

nal di Pulau Jawa dari 200 hingga 1200 m di atas permukaan laut (Backer & van der

Brink 1965).Sebagai epifit yang memiliki potensi ekonomi, H. multiflora belum dikenal

oleh masyarakat umum Indonesia.

Page 19: ISI MAKALAH  3.docx

19

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Populasi tumbuhan adalah sekelompok individu tumbuh-tumbuhan sejenis, seperti

pohon karet yang ditanam diperkebunan, tanaman padi di sawah, dan lain lain. Dalam

ekosistem, populasi tumbuhan tidaklah statis karena dipengaruhi oleh pertambahan atau

pengurangan anggota populasi sepanjang waktu.

Perubahan populasi dapat diketahui dari berbagai sifat populasi yang menjadi ciri-ciri

populasi, seperti kerapatan populasi, natalitas, mortalitas, pertumbuhan atau persebaran

populasi. Salah satu sifat populasi yang bersifat numeric dan struktural adalah kerapatan

jenis, yaitu jumlah individu tumbuhan per satuan luas. Dengan kerapatan dapat ditentukan

perkembangan populasi dan sifat persebarannya..

Faktor-faktor yang merubah populasi .Tingkat populasi dari spesies bisa banyak

berubah sepanjang waktu. Kadangkala perubahan ini disebabkan oleh peristiwa-peristiwa

alam. Misalnya perubahan curah hujan bisa menyebabkan beberapa populasi meningkat

sementara populasi lainnya terjadi penurunan. Atau munculnya penyakit-penyakit baru

secara tajam dapat menurunkan populasi suatu spesies tanaman atau hewan.

3.2 SARAN

Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat

tentang pentingnya mempelajari serta memahami konsep struktur populasi,serta

perkembangan dan penyusutannya. Sehingga dengan ini kita bisa memiliki pengetahuan

yang luas tentang ilmu ekologi tumbuhan dan dapat mengalikasikannya denga mudah.