makalah kankou docx

31
BAB II PEMBAHASAN 2.I KABUPATEN KLATEN Kabupaten Klaten (Bahasa Jawa: Klathèn), adalah sebuah kabupaten megapolitan di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Klaten terletak diantara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan. Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali. Menurut topografi kabupaten Klaten terletak diantara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan. Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut.

Upload: hanum-rahma

Post on 09-Feb-2016

110 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kankou docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.I KABUPATEN KLATEN

Kabupaten Klaten (Bahasa Jawa: Klathèn), adalah sebuah kabupaten megapolitan di

Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Klaten terletak diantara 110°30'-110°45'

Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan.

Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur berbatasan

dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul

(Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman

(Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali.

Menurut topografi kabupaten Klaten terletak diantara gunung Merapi dan pegunungan

Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan laut yang terbagi menjadi

wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah

berbukit di bagian selatan.

Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan

pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian

0-100 meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari

permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air

laut.

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan

kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28°-30° Celsius dengan

kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan

Januari (350mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8mm)

Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang.

Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibukota

kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta. Kabupaten Klaten terdiri atas 26

kecamatan, yang dibagi lagi atas 391 desa dan 10 kelurahan. Ibukota kabupaten ini adalah

Page 2: Makalah Kankou docx

Klaten, yang sebenarnya terdiri atas tiga kecamatan yaitu Klaten Utara, Klaten Tengah, dan

Klaten Selatan.

Asal mula nama

Ada dua versi yang menyebut tentang asal muasal nama Klaten. Versi pertama

mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata kelati atau buah bibir. Kata kelati ini kemudian

mengalami disimilasi menjadi Klaten. Klaten sejak dulu merupakan daerah yang terkenal

karena kesuburannya.

Versi kedua menyebutkan Klaten berasal dari kota Melati. Kata Melati kemudian

berubah menjadi Mlati. Berubah lagi jadi kata Klati, sehingga memudahkan ucapan kata Klati

berubah menjadi kata Klaten. Versi ke dua ini atas dasar kata-kata orangtua sebagaimana

dikutip dalam buku Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda Kab.

Dati II Klaten Tahun 1992/1993.

Melati adalah nama seorang kyai yang pada kurang lebih 560 tahun yang lalu datang

di suatu tempat yang masih berupa hutan belantara. Kyai Melati Sekolekan, nama lengkap

dari Kyai Melati, menetap di tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang yang tinggal di

sekitarnya, dan daerah itulah yang menjadi Klaten yang sekarang.

Dukuh tempat tinggal Kyai Melati oleh masyarakat setempat lantas diberi nama

Sekolekan. Nama Sekolekan adalah bagian darinama Kyai Melati Sekolekan. Sekolekan

kemudian berkembang menjadi Sekalekan, sehingga sampai sekarang nama dukuh itu adalah

Sekalekan. Di Dukuh Sekalekan itu pula Kyai Melati dimakamkan.

Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti. Karena kesaktiannya

itu perkampungan itu aman dari gangguan perampok. Setelah meninggal dunia, Kyai Melati

dikuburkan di dekat tempat tinggalnya.

Sampai sekarang sejarah kota Klaten masih menjadi silang pendapat. Belum ada

penelitian yang dapat menyebutkan kapan persisnya kota Klaten berdiri. Selama ini kegiatan

peringatan tentang Klaten diambil dari hari jadi pemerintah Kab Klaten, yang dimulai dari

awal terbentuknya pemerintahan daerah otonom tahun 1950.

2.2 PARIWISATA DI KLATEN

Page 3: Makalah Kankou docx

Kota Klaten mempunyai beberapa tempat pariwisata yang terkenal antara lain:

A. RAWA JOMBOR

Terletak di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat yang dilatar belakangi oleh pegunungan

kapur.

Jarak ± : 8 km ke arah tenggara dari kota Klaten

Luas kawasan : 198 ha

Panjang tanggul : 7,5 km

Lebar tanggul : 12 m

Kedalam : 4,5 m

Daya tampung air : 4.000.000 m3

Kata "Rowo" berasal dari Bahasa Jawa yang berarti rawa. Rowo Jombor merupakan

danau kecil (situ) yang berjarak kurang lebih 15 Km di sebelah selatan Kota Klaten. Kawasan

Jombor merupakan salah satu ikon pariwisata Klaten, disamping Candi Prambanan, Deles

Indah, dan Pemancingan Janti. Lokasi wisata yang berada sekitar delapan kilometer di

tenggara Kota Klaten ini, menawarkan suguhan baru. Pemancingan di atas rawa. Obyek

wisata kuliner ini terkenal dengan nama Warung Apung. Disebut begitu, karena untuk sampai

di tempat makan itu, wisatawan harus menyeberang dengan rakit bambu.

Warung apung sebetulnya hanyalah sebuah bangunan yang mengapung di atas air. Namun

warung apung di Rawa Jombor ini memberikan daya tarik tersendiri berikut nuansa kuliner

yang ditawarkan. Jumlah warung apung di Rawa Jombor ini cukup banyak dan dibatasi per

kapling, para pengunjung tinggal memilih warung apung yang akan dijadikan tempat untuk

menikmati wisata kuliner di Rawa Jombor.

Page 4: Makalah Kankou docx

Konsep warung apung ditempat ini dengan mengikat beratus-ratus drum kosong kemudian

diberi alas kayu dan atap sehingga mirip seperti bangunan semi permanen. Kemudian

diapungkan sedikit ke tengah rawa kira-kira 20-30 meter dari tepi rawa. Untuk menuju

warung apung dengan menggunakan rakit atau perahu yang ditarik dengan tali di kedua sisi.

Di warung apung Rawa Jombor ini juga disediakan alat untuk memancing beserta

umpannya untuk memancing di rawa ini. Bila beruntung anda bisa mendapatkan ikan dalam

ukuran besar, namun kebanyakan orang yang mencoba memancing hanya mendapatkan ikan

yang berukuran kecil.

Ikan yang dipancing bukan berasal dari kolam yang dibuat oleh penyedia warung apung

dari jaring namun berasal dari rawa. Susahnya mencari ikan di Rawa Jombor diakibatkan air

rawa terlihat keruh, berwarna kehijauan dan beberapa bagian rawa telah mengalami

pendangkalan. Diperparah dengan pertumbuhan enceng gondok di beberapa bagian rawa

yang tidak digunakan untuk warung apung. Mengakibatkan banyak orang tidak mengetahui

bahwa Rawa Jombor merupakan rawa atau telaga yang terbentuk secara alami bukan buatan.

Namun dibalik permasalahan yang terjadi di Rawa Jombor, pesona kuliner yang ada

memang cukup menggoda. Hidangan kuliner berupa ikan nila bakar, bawal bakar, lele bakar,

udang air tawar, dan masih banyak hidangan ikan air tawar dimasak dengan bumbu khas

daerah sekitar cukup enak dan unik untuk dinikmati.

Rowo Jombor setiap hari cukup ramai dikunjungi warga Klaten dan sekitarnya untuk

melepas penat dan sekedar makan di Warung Apung menikmati kelezatan beberapa ikan

bakar. Pada musim lebaran, beberapa event menarik digelar di kawasan ini dan dibukit kecil

disebelah rowo, event tersebut antara lain sebar ketupat dan malam meriah (maleman).

Di lingkungan Obyek wisata Rowo Jombor terdapat :

a. Rumah Minangkabau

Rumah ini dibangun pada waktu Gubernur Muchtar tahun 1958 yang digunakan sebagai

tempat pertemuan dan rekreasi

b. Taman Rekreasi anak anak di Bukit Sidoguro

Page 5: Makalah Kankou docx

c. Gua Kendil dan Gua Payung

Yaitu gua alam yang berbentuk Kendil dan Payung yang terletak di sebelah selatan bukit

Sidoguro.

d. Sendang Bulus Jimbung

Sendang ini terletak di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes.

Luas Sendang 9 m x 8 m = 72 m2

Luas Kawasan 1.000 m2

Dihuni bulus yang bernama Nyi dan Ki Poleng, tempat ini digunakan untuk kegiatan

upacara Tradisional Syawalan.

B. CANDI PLAOSAN

Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh

Plaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah,

Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi Sewu atau

Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi perwara

(pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah

candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri

Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram

Kuno.

Candi Plaosan ditemukan pada pertengahan abad ke 19, dibangun oleh Rakai

Panangkaran sebagai hadiah untuk Permaisuri yang memeluk Agama Budha. Pada Candi

sebelah utara wisatawan akan mendapati tulisa Asthupa Sri Maharaja Rakai Pikatan, dan

Anumoda Rakai Gurunwangi Dayli Sidu. Kata-kata dari Rakai Penangkaran ini ditujukan

Page 6: Makalah Kankou docx

kepada permaisurinya Rakai Pikatan. Kompleks candi yang dibangun kurang lebih 900 tahun

silam ini terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu:

Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.

a. Candi Plaosan Lor

Kompleks Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama. Candi yang terletak di

sebelah kiri (di sebelah utara) dinamakan Candi Induk Utara dengan relief yang

menggambarkan tokoh-tokoh wanita, dan candi yang terletak di sebelah kanan (selatan)

dinamakan Candi Induk Selatan dengan relief menggambarkan tokoh-tokoh laki-laki. Di

bagian utara kompleks terdapat masih selasar terbuka dengan beberapa arca buddhis. Kedua

candi induk ini dikelilingi oleh 116 stupa perwara serta 50 buah candi perwara, juga parit

buatan.

Pada masing-masing candi induk terdapat 6 patung/arca Dhyani Boddhisatwa.

Walaupun candi ini adalah candi Buddha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan perpaduan

antara agama Buddha dan Hindu.

Candi Induk Selatan Plaosan Lor dipugar pada tahun 1962 oleh Dinas Purbakala. Sementara

itu, Candi Induk Selatan dipugar pada tahun 1990-an oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan

Purbakala Jawa Tengah.

b. Candi Plaosan Kidul

Page 7: Makalah Kankou docx

Berbeda dari Candi Plaosan Lor, Candi Plaosan Kidul belum diketahui memiliki candi

induk. Pada kompleks ini terdapat beberapa perwara berbentuk candi dan stupa. Sebagian di

antara candi perwara telah dipugar.

Candi ini dipugar, dan selesai pemugaran pada tanggal 9 Oktober 1960. Dengan tinggi

candi induk kurang lebih 22 meter, dengan dasar/ denah 21,5 meter kali 14,5 meter. Bentuk

candi ini menyerupai candi sari di Yogyakarta. Yang berbentuk segi panjang dan bertingkat

II, mempunyai 3 (tiga) area Dyani Buddhi Sarrwa yang bersikap duduk, sedangkan arca yang

bagian tengah telah hilang.

C. CANDI SEWU

Candi Sewu adalah candi Budha yang dibangun pada abad ke-8 yang berjarak hanya

delapan ratus meter di sebelah utara candi Prambanan. Candi Sewu merupakan komplek

candi Buddha terbesar kedua setelah candi Borobudur di Jawa Tengah. Candi Sewu berusia

lebih tua daripada candi Prambanan. Meskipun aslinya terdapat 249 candi, oleh masyarakat

setempat candi ini dinamakan Candi "Sewu" yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa.

Penamaan ini berdasarkan kisah legenda Loro Jonggrang.

Sejarah

Page 8: Makalah Kankou docx

Berdasarkan prasasti yang berangka tahun 792 dan ditemukan pada tahun 1960, nama

asli bangunan ini adalah “Manjus’ri grha” (Rumah Manjusri). Manjusri adalah salah satu

Boddhisatwa dalam ajaran buddha. Candi Sewu diperkirakan   dibangun pada abad ke-8

masehi pada akhir masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Rakai Panangkaran (746 – 784)

adalah raja yang termahsyur dari kerajaan Mataram Kuno. Kompleks candi ini mungkin

dipugar, diperluas, dan rampung pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, seorang pangeran

dari dinasti Sanjaya yang menikahi Pramodhawardhani dari dinasti Sailendra. Setelah dinasti

Sanjaya berkuasa rakyatnya tetap menganut agama sebelumnya. Adanya candi Sewu yang

bercorak buddha berdampingan dengan candi Prambanan yang bercorak hindu menunjukkan

bahwa sejak zaman dahulu di Jawa umat Hindu dan Buddha hidup secara harmonis dan

adanya toleransi beragama. Karena keagungan dan luasnya kompleks candi ini, candi Sewu

diduga merupakan Candi Buddha Kerajaan, sekaligus pusat kegiatan agama Buddha yang

penting di masa lalu. Candi ini terletak di lembah Prambanan yang membentang dari lereng

selatan gunung Merapi di utara hingga pegunungan Sewu di selatan, di sekitar perbatasan

Yogyakarta dengan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di lembah ini tersebar candi-candi dan

situs purbakala yang berjarak hanya beberapa ratus meter satu sama lain. Hal ini

menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan kawasan penting artinya dalam sektor

keagamaan, politik, dan kehidupan urban masyarakat Jawa kuna.

Candi ini rusak parah akibat gempa pada bulan Mei 2006 di Yogyakarta. Kerusakan

struktur bangunan sangat nyata dan candi utama menderita kerusakan paling parah. Pecahan

bebatuan berserakan di atas tanah, retakan dan rekahan antar sambungan batu terlihat. Untuk

mencegah keruntuhan bangunan, kerangka besi dipasang di keempat sudut bangunan untuk

menunjang dan menahan tubuh candi utama. Meskipun situs dibuka kembali untuk

pengunjung beberapa pekan kemudian setelah gempa pada tahun 2006, seluruh bagian candi

utama tetap ditutup dan tidak boleh dimasuki demi alasan keamanan.

Kompleks candi

Page 9: Makalah Kankou docx

Kompleks candi Sewu adalah kumpulan candi buddha terbesar di kawasan sekitar

Prambanan, dengan bentang ukuran lahan 185 meter utara-selatan dan 165 meter timur-barat.

Pintu masuk kompleks dapat ditemukan di keempat penjuru mata angin, tetapi jika

mencermati susunan bangunannya, diketahui pintu utama terletak di sisi timur. Tiap pintu

masuk dikawal oleh sepasang arca Dwarapala. Arca raksasa penjaga berukuran tinggi sekitar

2 meter ini dalam kondisi yang cukup baik, dan replikanya dapat ditemukan di Keraton

Yogyakarta.

Aslinya terdapat 249 bangunan candi di kompleks ini yang disusun membentuk

mandala, perwujudan alam semesta dalam kosmologi Buddha Mahayana. Selain satu candi

utama yang terbesar, pada bentangan poros tengah, utara-selatan dan timur-barat, pada jarak

200 meter satu sama lain, antara baris ke-2 dan ke-3 candi Perwara (pengawal) kecil terdapat

8 Candi Penjuru atau disebut juga Candi Perwara Utama, candi-candi ini ukurannya kedua

terbesar setelah candi utama. Aslinya di setiap penjuru mata angin terdapat masing-masing

sepasang candi penjuru yang saling berhadapan, tetapi kini hanya candi penjuru kembar timur

dan satu candi penjuru utara yang masih utuh.

Candi perwara (pengawal) yang berukuran lebih kecil aslinya terdiri atas 240 buah

dengan disain yang hampir serupa dan tersusun atas empat barisan yang konsentris. Dilihat

dari bagian terdalam (tengah), baris pertama terdiri atas 28 candi, dan baris kedua terdiri atas

44 candi yang tersusun dengan interval jarak tertentu. Dua barisan terluar, baris ketiga terdiri

dari 80 candi, sedangkan baris keempat yang terluar terdiri atas 88 candi-candi kecil yang

disusun berdekatan. Beberapa candi perwara ini telah dipugar dan berdiri, sedangkan

sebagian besar lainnya masih berupa batu-batu berserakan.

Dari keempat baris candi perwara ini, baris keempat (terluar) memiliki rancang

bentuk yang serupa dengan baris pertama (terdalam), yaitu pada bagian penampang gawang

Page 10: Makalah Kankou docx

pintunya, sedangkan baris kedua dan ketiga memiliki rancang bentuk yang lebih tinggi

dengan gawang pintu yang berbeda. Banyak patung dan ornamen yang telah hilang dan

susunannya telah berubah. Arca-arca buddha yang dulu mengisi candi-candi ini mengkin

serupa dengan arca buddha di Borobudur.

Candi-candi yang lebih kecil ini mengelilingi candi utama yang paling besar tapi

beberapa bagiannya sudah tidak utuh lagi. Di balik barisan ke-4 candi kecil terdapat pelataran

beralas batu dan ditengahnya berdiri candi utama.

Candi utama

Candi utama memiliki denah poligon bersudut 20 yang menyerupai salib atau silang

yang berdiameter 29 meter dan tinggi bangunan mencapai 30 meter. Pada tiap penjuru mata

angin terdapat struktur bangunan yang menjorok ke luar, masing-masing dengan tangga dan

ruangan tersendiri dan dimahkotai susunan stupa. Seluruh bangunan terbuat dari batu andesit.

Ruangan di empat penjuru mata angin ini saling terhubungkan oleh galeri sudut berpagar

langkan. Berdasarkan temuan pada saat pemugaran, diperkirakan rancangan awal bangunan

hanya berupa candi utama berkamar tunggal. Candi ini kemudian diperluas dengan

menambahkan struktur tambahan di sekelilingnya. Pintu dibuat untuk menghubungkan

bangunan tambahan dengan candi utama dan menciptakan bangunan candi utama dengan

lima ruang. Ruangan utama di tengah lebih besar dengan atap yang lebih tinggi, dan dapat

dimasuki melalui ruang timur. Kini tidak terdapat patung di kelima ruangan ini.[2]. Akan

tetapi berdasarkan adanya landasan atau singgasana batu berukir teratai di ruangan utama,

diduga dahulu dalam ruangan ini terdapat arca buddha dari bahan perunggu yang tingginya

mencapai 4 meter. Akan tetapi kini arca itu telah hilang, mungkin telah dijarah untuk

mengambil logamnya sejak berabad-abad lalu.

D. MUSEUM GULA JAWA TENGAH GONDANG WINANGOEN

Banyak daerah memiliki pabrik gula. Tapi hanya Klaten, Jawa Tengah yang memiliki

Museum Gula. Beragam koleksinya dapat membuat kita kagum dan bangga. Museum Gula

Jawa Tengah terletak di lingkungan kompleks Pabrik Gula Gondang Baru Klaten, termasuk

dalam wilayah Desa Gondang Baru, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.Letak museum

sangat strategis karena berada persis tepi jalan utama/ jalan raya yang menghubungkan kota

Yogyakarta dengan Kota Solo.

Page 11: Makalah Kankou docx

Pendirian Museum Gula Jawa Tengah dilandasi, pertimbangan bahwa perkembangan

industri sebagai data untuk pengembangan lebih lanjut. Gagasan pertama dimulculkan oleh

Gubernur Propinsi Jawa Tengah yang kala itu dijabat oleh Bapak Soepardjo Roestam dengan

dukungan penuh dari Bapak Ir. Waryatno, direktur utama PTP. XV – XVI (persero).

Peresmian berdirinya museum dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 1986, bertepatan

dengan diadakannya Kongres Internasional Soceity of Sugar Cane Technologist (ISSCT) di

Pasuruan Jawa Timur yangd ihadiri para ahli gula seluruh dunia.

Museum Gula Jawa Tengan menempati sebuah bangunan lama, yaitu bangunan bekas

tempat tinggal yang bergaya arsitektur klasik Eropa. Bangunan museum didirikan di atas

areal tanah seluas 1.261,20 meter persegi dengan luas bangunan 240 meter persegi yang

terdiri dari ruang pameran tetap, perpustakaan, lavotary, dan musholla, seta dilengkapi

dengan ruang auditorium seluas 753 meter persegi. Status penyelenggaraan museum

dilaksanakan oleh PTP. XV – XVI (Persero)yang berkedudukan di Surakarta dan dikelola

oleh Pabrik Gula Gondang Baru Klaten.

Dilihat dari jenis koleksinya, museum Gula Jawa Tengah termasuk jenis museum khusus

dengan bercirikan teknologi. Koleksi-koleksinya terdiri dari peralatan tradisional penanaman

tebu bibit tebu, peralatan tradisional pemeliharaan tanaman tebu dan alat-alat, mekanisme

atau fabrikasi dari pabrik gula, serta beberapa foto penunjang. Foto-foto penunjang, antara

lain: foto pabrik gula lama, foto upacara giling pertama, tiruan visualisasi ruang administrasi

lama dan lain-lain.

Page 12: Makalah Kankou docx

Setelah membubuhkan nama, alamat, tanda tangan serta membayar tanda masuk seharga

Rp. 3.500,- pengunjung akan dipandu petugas berkeliling museum. Di dalam ruang

pendaftaran s, ada berbagai koleksi yang dapat disimak, mulai dari maket pabrik gula (secara

umum), beberapa toples berisi beberapa produk pabrik gula sampai limbahnya (seperti gula

pasir, tetes tebu, ampas tebu, dsb), hingga koleksi macam-macam tanda mata dari

pengunjung.

Di ruang berikutnya, pengunjung dapat menyaksikan maket pabrik gula Baturaja,

Kabupaten OKU, Sumatera Selatan. Masih di ruang yang sama, dipajang koleksi yang

berhubungan dengan proses produksi gula, sejak dari masa penanaman hingga pembuatan

gula. Tak hanya alat pertanian yang digunakan dalam bercocok tanam tebu, bahkan sejumlah

hama pengganggu tanaman juga dipajang.

Selain itu ada mesin-mesin yang digunakan di sebuah pabrik gula (manual-modern) dan

alat laboratorium. Terlebih lagi di ruang berikutnya. Beberapa koleksi di ruang ini mungkin

dapat membangkitkan kenangan masa kecil. Sebab disana dipamerkan berbagai jenis

perangkat kerja seperti mesin ketik, mesin hitung, juga alat hitung manual yang semuanya

terlihat antik. Beberapa diantaranya dibuat tahun 1900-an.

Di sebelahnya, dipajang meja kerja berikut beberapa peralatan kerja, foto-foto kepala

pabrik gula, dari pejabat pertama hingga terkini. Disana juga ada sepasang topi dan tongkat

yang digunakan Pak Sinder (istilah/jabatan untuk supervisor perkebunan). Topi dan tongkat

ini mungkin mengingatkan kita pada kakek, atau orang tua teman yang kebetulan memiliki

jabatan serupa. Saat ini, asesoris kostum tersebut kerap dipakai dalam film/sinetron ber-

setting zaman kolonial. Beberapa koleksi dipajang diluar bangunan. Dekat dengan pintu

masuk, ada alat pembuat gula dengan sistem manual. Menurut Bimo, petugas museum yang

menemani TC saat berkunjung ke Museum Gula baru-baru ini, gula yang dihasilkan dari alat

tradisional tersebut secara fisik mirip gula merah (gula Jawa) tapi bahannya dari tebu. Tak

kalah menariknya, adalah koleksi yang ada di sebelah kiri bangunan museum. Disana ada

Simbah (lokomotif kuno) yang menurut MURI dibuat Backer dan Rubb Prada Nederland

tahun 1889. Tapi menurut Bimo, di loko tersebut tak ada catatan tahun pembuatannya.

Page 13: Makalah Kankou docx

Museum Gula masih punya koleksi lain yang tak kalah menarik. Ada loko buatan Jerman

produksi tahun 1901, pedati (semacam gerobak yang digerakkan dengan sapi/kerbau), yang

digunakan sebagai pengangkut tebu dari ladang ke pabrik, dan alat transportasi untuk

inspeksi di perkebunan.

Saksi Kejayaan

Sekitar lebih dari tiga setengah abad bangsa Indonesia dijajah kolonial Belanda.

Sekitar itu pula beragam kekayaan bumi khatulistiwa ini dieksploitasi. Salah satunya tebu

yang dapat diolah menjadi gula (disamping produk lain seperti vetsin, minuman dll).

Tak heran, pada pertengahan abad XIX, di Indonesia (sebagai salah satu wilayah

Hindia Belanda) hanyak didirikan industri gula. Tidak tanggung-tanggung, Belanda

menerapkan teknologi paling canggih yang dimilikinya, hingga Indonesia menjadi produsen

gula terbesar di dunia kala itu.

Page 14: Makalah Kankou docx

Bukti banyaknya pabrik gula di Indonesia ada di berbagai kota, bahkan masih

beroperasi hingga kini. Beberapa diantaranya Pabrik Gula (PG) Madu Kismo (Yogyakarta),

PG Tasik Madu (Karanganyar, Jawa Tengah), PG Pangka (Tegal, Jawa Tengah), dan tentu

saja Pabrik Gula Gondang Baru yang ada di Jl. Raya Yogya-Solo, Dustin Gondawinangun,

Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini. Yang disebut terakhir sudah ada

sejak tahun 1860.

ALAMAT :

d.a Pabrik Gula Gondang Baru

Jalan Raya Jogja – Solo Km. 25, Klaten – Jawa Tengah

Telepon 072-322328

JAM KUNJUNG :

Senin – Kamis: 08.00 – 13.30 WIB

Jumat: 08.00 – 11.00

Sabtu: Pk. 08.00 – 12.30

E. YAQOWIYU

Terletak di Dukuh Jatinom, Kalurahan Jatinom Kecamatan Jatinom

Jarak dari kota Klaten ± 9 km

Luas kawasan 5 ha

Diadakan Pada hari Jumat tiap tiap pertengahan bulan Sapar

Bentuk Upacara adat

Page 15: Makalah Kankou docx

Sifat Rutin tiap tiap tahun

Jumlah pengunjung ± 50.000 orang tiap tiap tahun

Sebuah tradisi yang masih dilestarikan masyarakat di daerah Jatinom, Klaten, Jawa

Tengah adalah Yaqowiyu. Inti acara sebenarnya adalah peringatan haul Ki Ageng Gribig,

tokoh penyebar islam di wilayah itu. Tetapi yang akhirnya menjadi semacam ikon kegiatan

ini adalah ritual penyebaran kue apem dan diperebutkan oleh pengunjung yang hadir. Acara

ini diadakan tiap tahun tepatnya pada hari Jumat yang paling dekat dengan tanggal 15 bulan

Shafar pada penanggalan Hijriah.

Rangkaian Acara Upacara

Rangkaian acara diawali dengan nyekar ke makam Ki Ageng Gribig dan dilanjutkan

dengan pengajian di Masjid Gedhe peninggalan sang kyai pada hari Kamis sebelumnya.

Puncak acara dimulai dengan shalat Jumat bersama di Masjid Gedhe. Selesai jumatan,

gunungan lanang, dikenal dengan nama Ki Kiyat, dan gunungan wadon, dikenal dengan

nama Nyi Kiyat, yang telah disemayamkan semalam di dekat masjid, diarak menuruni tangga

menuju panggung di lapangan Sendang Plampeyan (tanah lapang di pinggir Kali Soka, di

selatan masjid dan makam Ki Ageng Gribig). Penyusunan gunungan apem itu juga ada

artinya, apem disusun menurun seperti sate 4-2-4-4-3 maksudnya jumlah rakaat dalam shalat

isa/ subuh/ zuhur/ ashar/ dan magrib.

Arak-arakan terdiri dari peraga Ki Ageng Gribig, Bupati, Muspida, kedua gunungan,

putri domas, dan para pengawal. Kemudian peraga Ki Ageng Gribig memimpin doa bersama.

Selanjutnya, dia menyerahkan apem yang ditempatkan dalam panjang ilang (keranjang

terbuat dari janur) kepada Bupati Klaten. Bupati mengawali upacara penyebaran dengan

melempar apem dalam panjang ilang kepada pengunjung. Kemudian, petugas penyebar yang

berada di dua menara segera mengikutinya dengan melemparkan ribuan apem. Ribuan

pengunjung pun tanpa dikomando berebut apem, bahkan sampai terinjak kakinya atau

bertabrakan gara-gara ingin menangkap apem. Suasana rebutan apem benar-benar meriah.

Dalam waktu singkat 4 ton apem sumbangan dari para warga sekitar habis tak tersisa.

Sejarah Peristiwa Yaqowiyu

Page 16: Makalah Kankou docx

Konon menurut sejarah suatu hari di bulan Safar Ki Ageng Gribig yang merupakan

keturunan Prabu Brawijaya kembali dari perjalanannya ke tanah suci ia membawa oleh-oleh

3 buah makanan dari sana. Sayangnya saat akan dibagikan kepada penduduk, jumlahnya tak

memadai bersama sang istri iapun membuat kue sejenis. Kue-kue inilah yang kemudian

disebarkan kepada penduduk setempat yang berebutan mendapatkannya sambil menyebarkan

kue-kue ini iapun meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “tuhan berilah kekuatan”

Makanan ini kemudian dikenal dengan nama apem saduran bahasa arab “affan” yang

bermakna ampunan tujuannya agar masyarakat selalu memohon ampunan kepada sang

pencipta. Perayaan yang dipusatkan di kompleks makam Kyai Ageng Gribig ini biasanya

dihadiri Bupati beserta pejabat Kabupaten Klaten agar lebih meramaikan suasana dan

mendekatkan diri kepada rakyat.

Adanya upacara ini dinamakan Yaqowiyu diambil dari doa Kyai Ageng Gribig

sebagai penutup pengajian yang berbunyi : Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Ya

qowiyyu warsuqna wal muslimin, yang artinya : Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kita

segenap kaum muslimin, doa tamu itu dihormati dengan hidangan kue roti, dan ternyata

hidangannya kurang, sedang tamunya masih banyak yang belum menerimanya. Nyai Ageng

segera membuat kue apem yang masih dalam keadaan hangat untuk dihidangkan kepada para

tamu undangan tersebut. Majelis pengajian ini sampai sekarang setiap tahunnya masih

berjalan, yang dilakukan pada malam Jumat dan menjelang sholat Jumat pada pertengahan

bulan Sapar, setiap tahunnya Doa Kyai Ageng Gribig itu dibacakan dihadapan hadirin, para

pengunjung kemudian menyebutkan Majelis Pengajian itu dengan sebutan nama :

ONGKOWIYU yang dimaksudkan JONGKO WAHYU atau mencari wahyu. Kemudian oleh

anak turunnya istilah ini dikembalikan pada aslinya yaiut YAQOWIYU.

F. PEMANDIAN COKRO DAN PEMANCINGAN JANTI

Page 17: Makalah Kankou docx

Cokro adalah sebuah lokasi pariwisata yang terletak di Tulung, Klaten, Jawa Tengah. Di

sini dapat ditemukan sebuah pemandian, dengan sumber air langsung dari alam. Air yang

jernih hanya dibuang untuk mengairi sawah atau mandi. Setiap hari bisa diperkirakan ribuan

m³ mengalir ke sungai. Sebagian air di sini juga telah digunakan untuk air minum penduduk

Kota Surakarta. Tempat ini dikenal dengan nama Umbul Ingas/Umbul Cokro.

Obyek wisata Mata Air Cokro Jaraknya ± 17 km kearah utara dari kota Klaten. Terletak

Di Desa Cokro Kecamatan Tulung. Memiliki luas ± 15.000 m2 , merupakan salah satu obyek

wisata favorit di Klaten. Kawasan wisata air ini selalu ramai karena lokasinya sejuk, bermata

air jernih dan pemandangan alur sungai yang indah.

Kesejukan Obyek wisata Mata Air Cokro banyak dipengaruhi pepohonan besar yang

dilestarikan oleh pengelola sumber mata air yang juga meng hidupi warga Kota Surakarta,

Selain tempatnya yang nyaman ka rena dikelilingi puluhan pohon raksasa yang menjulang

tinggi , mata airnya terus meng alir memenuhi tempat permandian. Be nar-benar jernih dan

menyegarkan

Pada awalnya objek wisata Mata Air Cokro hanyalah berupa kolam yang bersumber dari

sebuah mata air yang mengalir. Kini, pemerintah daerah Klaten telah membangunnya

menjadi sebuah komplek pariwisata modern menyerupai waterboom yang terdapat di kota-

kota besar. Pemandian Cokro Tulung telah dilengkapi dengan kolam renang dan papan

seluncur air dan tong yang secara otomatis menumpahkan airnya jika telah penuh terisi.

Obyek Wisata Mata Air Cokro dengan panorama alamnya yang sejuk dan indah, dan

juga disini ada kolam renang, warung warung untuk santai serta lahan untuk tempat

peristirahatan yang teduh di bawah rindangnya pepohonan yang besar dan kicauan burung.

Page 18: Makalah Kankou docx

Obyek wisata ini sangat ramai apabila menjelang bulan puasa tiba banyak pengunjung yang

padusan di obyek ini dengan kepercayaan bahwa puasanya akan dapat lancer tanpa halangan

suatu apapun harinya yaitu (H -2). Fungsinya selain sebagai tempat rekreasi, dan air dari mata

air ini juga dipergunakan untuk air minum Kraton Surakarta Hadiningrat.

Yang sudah tersedia saat ini adalah waterboom dan flying fox (meluncur dari ketinggian

diatas water sliding), water sliding yaitu meluncur kedalam air dan mengikuti arus air. Sejak

penambahan waterboom serta flying fox, makin banyak pengunjung yang datang setiap

harinya. Khususnya jika akhir pekan, Sabtu dan Minggu

Jika hari libur tiba, objek wisata pemandian cokro tulung ini akan didatangi banyak

sekali wisatawan, baik dari daerah Klaten maupun daerah sekitarnya seperti Jogja dan Solo.

Apalagi saat ini, setelah pembangunan wahana yang menyerupai waterboom telah ada,

pemandian cokro tulung menjadi lebih ramai lagi. Bagi yang ingin mencoba tantangan baru,

ada flying fox, meskipun tidak terlalu tinggi, tapi cukup mendebarkan. Anda cukup membayar

biaya Rp. 10.000,- untuk bisa mencobanya.

Biaya tiket masuk per orang di Pemandian Cokro Tulung ini sebesar Rp. 5.000,- dan

biaya parkir sepeda motor sebesar Rp. 2.000,- Kebanyakan pedagang asongan dalam objek

wisata pemandian cokro tulung ini juga menyewakan tikar yang bisa Anda gunakan untuk

duduk-duduk di bawah pohon sebesar Rp. 5.000,- per tikar. Sewa ban ukuran besar Rp.

3.000,- dan ukuran kecilnya Rp. 2.000,- per buahnya.

Page 19: Makalah Kankou docx

Untuk memasuki pemandian cokro tulung, Anda akan melintasi sebuah jembatan

gantung yang terbuat dari kayu dan bercat biru sepanjang kurang lebih 25 meter, dengan

tinggi 10 meter dari dasar sungai. Di sepanjang sungai, banyak juga anak muda yang mandi

dan bermain-main di sana.

Wisata Janti

Salah satu tempat wisata klasik yang sudah cuku dikenal di Kota Klaten adalah

Pemancingan Janti di Kecamatan Polanharjo. Pemancingan Janti sudah sejak lama menjadi

alternatif bagi masyarakat Klaten dan sekitarnya (Solo, Jogja, Boyolali, Sukoharjo) untuk

berwisata, mulai dari menghabiskan waktu di akhir pekan, reuni, arisan, pertemuan keluarga,

atau sekedar ingin mancing saja.

Pemancingan Janti terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo dan merupakan salah

satu Desa Wisata di Kota Klaten. Di kampung ini bisa Anda bisa menemukan rumah-rumah

penduduk yang "disulap" menjadi rumah makan lengkap dengan Karena pemancingan,

Page 20: Makalah Kankou docx

bahkan di beberapa pemancingan yang cukup besar terdapat kolam renang dan fasilitas

bermain anak-anak.

Karena memang berkonsep tempat jajan, maka pergi ke Janti memang tak bisa

dipisahkan dengan wisata kuliner. Menu makanan yang ditawarkan di setiap rumah

(pemancingan) tentu saja berhubungan dengan ikan air tawar, mulai dari kakap, bawal, lele

hingga gurame baik yang dimasak dengan digoreng maupun di bakar. Keistimewaan dari

makanan tersebut tentu saja berada pada kesegaran ikan yang dimasak, karena ikan-ikan yang

dimasak tersebut diambil langsung dari kolam-kolam langsung.

Selain bisa menikmati kegiatan memancing dan berwisata kuliner, di Desa Janti juga

menawarkan keasrian  desa yang begitu hijau dengan hamparan persawahan maupun bunyi

gemericik sungai. Selain itu, di kawasan ini juga terdapat umbul (mata air) yang bisa

dijadikan tempat berenang atau sekedar bermain air  yang tentu saja sensasi yang didapatkan

berbeda jika berenang di kolam renang.

Cara pergi menuju Pemancingan Janti yaitu, karena pemancingan ini berjarak cukup

jauh dari pusat kota Klaten ke arah utara. Apabila berangkat dari Kota Klaten, cukup

mengarahkan kendaraan ke arah GOR lalu menyusuri jalan antar kecamatan menuju

Karanganom lalu Polanharjo. Kondisi jalanan terbilang cukup bagus dan cukup lebar.

Sedangkan apabila berangkat dari Solo, maka jarak tempuh dari jalan utama Jogja - Solo pun

tidak begitu jauh, bisa juga membelokkan kendaraan sesuai dengan papan petunjuk di sekitar

Delanggu untuk menuju ke arah Pemancingan Janti/Pemandingan Cokro/Polanharjo yang

merupakan satu kawasan wisata.

Page 21: Makalah Kankou docx

Kawasan Polanharjo terkenal dengan kawasan yang hijau dan banyak memiliki sumber

mata air alami (umbul) sehingga tidak heran air yang mengalir di sungai pun kadang begitu

jernih.  Keberadaan sumber mata air jernih itulah yang juga telah membuat Aqua Danone

"mengambil" air di kawasan ini (dalam kemasan botolnya tertulis Mata Air Sigedang,

Klaten).Di samping itu, keberadaan sumber mata air di Kawasan ini pun tentu saja

mempunyai andil bagi produksi pertanian di Kabupaten Klaten, apalagi Kecamatan

Polanharjo ini berbatasan dengan Kecamatan Delanggu yang terkenal dengan berasnya itu.

2.3 MASAKAN KHAS KLATEN

Ayam bakar khas Klaten ini memiliki rasa yang beda. Gurih-gurih manis, dengan

lumuran bumbu yang dicampurkan setelah dibakar. Ayamnya berwarna kecokelatan dengan

lumuran bumbu berwarna cokelat yang harum. Ayam bakar Klaten menggunakan ayam

kampung yang sudah dimasak dengan bumbu-bumbu seperti jinten, ketumbar, bawang

merah, bawang putih, garam dan merica sebelum di bakar.

Ayam ini dimasak bersama dengan santan encer hingga ayamnya empuk. Inilah yang

menjadikan ayam bakar Klaten ini berbeda. Di tahap akhir barulah ditambahkan santan kental

dan dibakar hingga berminyak dan santan menyatu dengan bumbu bergumpal halus. Jika

sudah matang, kemudian disajikan dengan lalapan dan sambal jawa yang berbumbu khas.

Page 22: Makalah Kankou docx