kelompok 3.docx

26
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH SISTEM KADIOVASKULAR PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (Defek Septum Ventrikular (VSD)) Femy Yuanita Ika Novia Indira Eka Oktaviana Intan Agustina Irma Suryani Melisa Hardianti Oktaviana Yuli Arisanti Olembata Giawa Resti Purnama Sari Rieska Fransiska Florina Rika Diana Siti Khodijah Siti Robiah Tia Nurtiah Barqah (1111048) (1111049) (1111050) (1111051) (1111052) (1111057) (1111062) (1111063 ) (1111065) (1111066 ) (1111067) (1111074) (1111075) (1111076 )

Upload: ook-cyank-qaqha-quilfram

Post on 07-Dec-2014

49 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN MASALAH SISTEM KADIOVASKULAR

PENYAKIT JANTUNG BAWAAN (Defek Septum Ventrikular (VSD))

Femy Yuanita

Ika Novia

Indira Eka Oktaviana

Intan Agustina

Irma Suryani

Melisa Hardianti

Oktaviana Yuli Arisanti

Olembata Giawa

Resti Purnama Sari

Rieska Fransiska Florina

Rika Diana

Siti Khodijah

Siti Robiah

Tia Nurtiah Barqah

(1111048)

(1111049)

(1111050)

(1111051)

(1111052)

(1111057)

(1111062)

(1111063)

(1111065)

(1111066)

(1111067)

(1111074)

(1111075)

(1111076)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN TK 1B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami

membahas “Penyakit jantung Bawaan”, suatu permasalahan yang selalu dialami klien.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah dalam kasus penyakit

jantung bawaan yang terjadi di lingkungan Rumah Sakit dan sekaligus melakukan apa yang

menjadi tugas mahasiswa mengikuti mata kuliah “Sistem Kadiovaskular”

Dalam proses pendalaman materi kadiovaskular ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan,

arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang kami sampaikan :

1. Tonika Tohri, S.Kp.M.Kes selaku ketua Stikes Rajawali Bandung.

2. Istianah, S.Kep., Ners selaku ketua prodi S1 keperawatan Stikes Rajawali Bandung.

3. Ayu Ningrum, S.Kep.,Ners selaku kordinator mata kuliah sistem respirasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dan semoga makalah ini

bermanfaat bagi pembacanya.

Bandung, 26 Maret 2012

Hormat kami,

Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini angka kejadian beberapa penyakit non-infeksi

makin menonjol , baik di negara maju maupun negara berkembang. Perbaikan tingkat sosial

ekonomi telah membawa perubahan pola penyakit. Penyakit infeksi serta defisiensi gizi

makin lama makin menyurut, sedangkan pelbagai penyakit non-infeksi, termasuk penyakit

kongenital makin meningkat. Peristiwa tersebut juga terjadi dalam bidang kardiologi. Di

Indonesia, walaupun belum ada data PJB yang akurat, namun masalah PJB jelas telah

memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh baik dari dokter umum maupun spesialis.

Data Polildinik Jantung Anak di Bagian Anak FKUI—RSCM1 melaporkan peningkatan

jumlah pengunjung dari 241 menjadi 512 pada tahun 1970 dan 1973. Jumlah PJB (72%)

lebih tinggi dari Penyakit Jantung Didapat (28%), dan jumlah konsultasi berasal dari Dokter

umum (47%) tidak jauh berbeda dari dokterspesialis (53%).

Oleh karena itu, pengetahuan tentang penyakit jantung bawaan sangat diperlukan bagi

mahasiswa kedokteran dalam menunjang standart kompetensi pendidikan dokter. Dalam

laporan ini, penulis tidak membahas semua PJB. Namun, penulis hanya membahas PJB yang

berhubungan dengan kasus dan yang menjadi standart kompetensi dokter umum.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Ventrikel Septum Defect ?

2. Bagaimana etiologi dan patofisiologinya dari VSD?

3. Bagaimana Asuhan Keperawatannya klien VSD?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan apa definisi dari Ventrikel Septum Defect.

2. Menggambarkan etiologi dan patofisiologi dari VSD.

3. Memaparkan Asuhan Keperwatan dari VSD.

1.4 Manfaat

1. Membentuk pola pikir penyusun dan pembaca menjadi terarah dan sistematis

2. Menambah wawasan penyusun dan pembaca terhadap penyakit VDS.

3. Penyusun dan pembaca dapat mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien

VSD.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penyusun obsevarsi studi pustaka, internet dan pakar.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Ventrikel septum defect (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan

adanya lubang pada sekat antara ventrikel kanan dan ventrikil kiri dari mulai terbentuknya

embrio.

2.2 Etiologi

Penyebab dari VSD sampai sekarang belum, tetapi ada beberapa faktor yang diduga

mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :

1. Faktor Prenatal :

a. Ibu menderita penyakit infeksi : RubellaIbu alkoholisme.

b. Umur ibu lebih dari 40 tahun.

c. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.

d. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.

2. Faktor Genetik :

a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.

b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.

c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.

d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

2.3 Klasifikasi

PJB dapat dibagi atas dua golongan besar, yaitu sebagai berikut :

1. Penyakit jantung bawaan non-sistonik

Defek septum atrium (ASD)

Defek septum ventrikuler (VSD)

Dukus arteri paten (PDA)

Pulmonary aorta (CA)

2. Penyakit jantung bawaan sistonik

Tetralogi fallot

Transposisi pembuluh darah besar (TGA)

2.3 Patofisiologi

Faktor Prenatal dan Faktor Genetik

Penutupan Shunt (aliran darah bukan melalui vaskuler yang tidak lazim)

dari ventrikel kanan ke kiri

Darah mengalir dari ventrikel kanan ke kiri

Peningkatan beban di ventrikel kiri

Peningkatan beban volume ventrikel kiri

Peningkatan aliran ventrikel kiri ke

Kongesti paru pembuluh pulmonalis

Edema paru peningkatan beban pada pulmonalis

Sesak napas peningkatan tekanan pulmo

Pola napas

Tidak efektif

Penurunan volume

darah ventrikel kiri (muncul dispenia)

Penurunan Curah Jantung

Penurunan kapasitas pulmo

Penurunan proses difusi O2

Penurunan oksigen pulmo dan

Penurunan produk energi metabolic Jaringan

Kompensasi peningkatan Denyut jantung kelemahan fisik

Untuk memenuhi asupan oksigen

Intoleran aktivitas

Nyeri dada pemenuhan nutrisi

Kurang dari kebutuhan tubuh

2.4 Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala klinis yang muncul pada anak yang menderita VSD congenital sangat

tergantung dengan besar kecilnya shunt.

a. VSD dengan shunt kecil

VSD dengan shunt kecil yang biasanya tidak muncul keluhan apa-apa pada penderita.

Anak atau penderita tetap dapat menjalankan aktifitasnya seperti biasa, anak tidak

mengalami keluhan berdebar-debar setelah aktifitas. Data klinis yang muncul adalah

adanya bising pada akhir sistolik (tepat sebelum S2).

b. VSD dengan shunt yang sedang

Gejala yang sering pada jenis ini adalah:

Keluhan cepat lelah terutama saat aktifitas fisik berat seperti berlari

Batuk (karena mudah mengalami infeksi paru)

Terdapatnya bising sitolik yang cukup keras kalau kita dengarkan pada

interkosta 3-4 linea sternalis kiri.

c. VSD dengan shunt beras

Gejala klinis pada tipe ini antara lain:

Sesak nafas (karena peningkatan beban pada paru yang besar)

Mudah lelah (akibat penurunan kemampuan kontraksi jantung untuk

mencukupi kebutuhan jaringan)

Batuk

Kenaikan berat badan yang lambat

Pucat (terjadi penurunan oksigen pada jaringan karena darah dari ventrikel kiri

yang seharusnya dipompa ke jaringan masuk kembali ke ventrikel kanan)

Terdengar bunyi sistolik yang keras dan kasar yang terdengar pada interkosta

3-4 linea parasternalis kiri.

d. VSD dengan shunt besar dan hipertensi pulmonal permanen type ini merupakan type

yang komleks atau disebut juga dengan sindrom Eisemenger.gejala klinis yang

muncul pada type ini antara lain:

Sianosis (terjadi karena terjadi gangguan yang besar pada proses diffusi

oksigen dan karbondioksida kadarnya pada jaringan tubuh lebih banyak)

Mudah lelah

Palpitasi

Sesak nafas

Batuk

Adanya bising sistolik dengan type ejeksi (bunyi bising yang lemah makin

lama makin keras dan makin lama lemah lagi)

Pada type ini jarang terjadi secara tiba-tiba akan tetapi melalui proses yang alami.

Dimulai karena perbedaan tekanan antara ventrikel kiri yang lebih besar (120 mmHg) dari

ventrikel kanan (25 mmHg) sehingga terjadi aliran yang deras ke ventrikel kanan sehingga

lambat laun dapat merusak pembuluh darah di paru.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan elektrokardiogram menunjukan adanya gangguan konduksi pada ventrikel

kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 900. Pemeriksaan ekokardiogram

menunjukan adanya pembesaran ventrikel kanan serta gerakan paradoksal septum

interventrikuler. Ekokardiografi dua dimensi dapat menunjukan adanya defek septum

interatrial dan lokalisasi defek tersebut. Ekokardiografi dengan kontras dapat menunjukkan

defek akiran darah dari kiri ke kanan, atau aliran kanan ke kiri.

2.6 Komplikasi

1. Gagal ginjal

2. Edema paru

3. Gangguan pertumbuhan

4. kematian

2.7 Pengkajian penatalaksanaan Medis

Besarnya aliran pintas darah ialah aliran darah melalui sirkulasi pulmonar dibandingkan

sirkulasi sistemik (QP/QS). Hal ini sangat erat kaitannya dengan timbulnya kelainan pada

dinding kapiler paru dikemudian hari. Oleh karena itu, jika perbandingannya mencapai lebih

besar dari 1,5 dianjurkan untuk dilakukan operasi karena resistensi kapiler paru yang sangat

tinggi. Penutupan defek interatrial dapat dilakukan dengan jahitan langsung atau penempelan

patch. Di indonesia, operasi jenis ini sudah dapat dilakukan dan berhasil baik dengan

mortalitas perioperatif sekitar 0-1%.

Klien dengan resistensi kapiler paru yang sangat timggi dan tidak dapat dioperasi dapat

dibantu dengan obat vasodilator, antagonis kalsium, dan lain-lain. Sedangkan untuk gagal

jantung dapat diberikan pengobatan sama seperti gagal jantung lainnya. Operasi dianjurkan

pada saat berusia 5-10 tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, bila

terjadi Sindrom Eisenmenger umumnya menunjukan prognosis yang buruk. Prognosis pasien

yang dioperasi pada umumnya sama seperti populasi normal.

2.8 Pengkajian Pada Anak

Pada pemeriksaan, selain didapatkan pertumbuhan terhambat, anak juga terlihat pucat,

banyak keringat bercucuran, dan ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah,

sering terlihat pembenjolan ddada kiri. Tanda yang menonjol ialah napas pendek dan retraksi

pada jugularis, sela interkostal, dan regio epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat implus

jantung yang hiperdinamik. Selain kelainan tersebut, pada palpasi dan auskultasi masih

terdapat kelainan-kelainan yang menunjukkan adanya VSD besar, seperti terdapatnya

tekanan arteri pulmonalis yang tinggi. Penutupan katup pulmonalis teraba jelas pada sela iga

III kiri dekat sternum, dan mungkin teraba getaran bising pada dinding dada.

2.9 Diagnosis Keperawatan

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan darah ke ventrikel

kanan atau kiri, penurunan isi sekuncup.

2. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif yang berhubungan kelainan vaskuler paru obstruktif

sekunder dari stenosis pulmonar.

3. Resiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan intake tidak adekuat sekunder dari adanya sesak napas, mual, dan anoreksi.

4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder dan

perembesan darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.

2.10 Asuhan Keperawatan

2.10.1 Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama : An. R

Umur : 16 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Diagnosa : Defek Septum Ventrikuler (VSD)

Alamat : Jalan sari asih No. 123

b. Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. S

Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu RT

Hub dengan Klien : Orang tua kandung

Alamat : Jalan sari asih No.123

c. Riwayat kesehatan

Keluhan utama : terengah-engah saat menyusui dan hanya sebentar.

Riwayat kesehatan sekarang : Penyakit Jantung Bawaan (VSD)

Riwayat kesehatan dahulu : -

Riwayat kesehatan keluarga : Ayah/Ibu menderita PJB

d.Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

Kesadaran : normal

Penampilan umum : Tampak anak tidak aktif

e. Pemeriksaan tanda-tanda vital

TD :-

N :120x/mnt

RR :44x/mnt

2.10.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS: Ibu klien mengatakan

saat menyusu anak

terengah-engah dan

hanya sebentar-

sebentar.

DO: BB : 7500 gram

Penurunan preload,

kontraktilitas dan

afterload

Perubahan daya

kembang dan gerakan

Resiko Tinggi Penurunan

Curah Jantung

PB : 70 cm

Terdengar murmur

middiastolik dengan

derajat 2/6 terdengar

irama gallope

dinding ventrikel kiri

Penurunan curah

jantung

2 DS: Ibu klien mengatakan

saat menyusu anak

terengah-engah dan

hanya sebentar-

sebentar.

DO: - retaksi interkostal

-dada kiri menonjol

(asimetris)

-Suara paru rales

-Palpasi dada teraba

getaran bising

Edema paru

Pengembangan paru

tidak optimal

Sesak napas

Resiko tinggi pola

nafas tidak efektif

Resiko Tinggi Pola Napas

Tidak Efektif

3 DS: Ibu klien mengatakan

saat menyusu anak

terengah-engah dan

hanya sebentar-

sebentar.

DO: Diet 120 kcal/kg BB

dengan rendah

natrium dan intake

cairan disesuaikan

dengan diuresis.

Penurunan produk

energi metabolic

Kompensasi

peningkatan Denyut

jantung untuk

memenuhi asupan

oksigen

Nyeri dada

pemenuhan nutrisi

Kurang dari kebutuhan

tubuh

Ketidakseimbangan Nutrisi

Kurang Dari Kebutuhan

Tubuh

4 DS:

DO: Anak tampak tidak

aktif

Curah jantung

Penurunan oksigen

pulmo dan jaringan

Kelemahan

Intoleransi aktifitas

Intoleransi aktifitas

2.10.3 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Tinggi Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan preload dan

afterload, ditandai dengan :

a. Distensi vena jugularis

b. Murmur

c. Perubahan gambaran EKG

d. Peningkatan frekuensi jantung

2. Resiko Tinggi Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan kelainan vaskular paru

obstruktif sekunder dari stenosis pulmonar, ditandai dengan :

a. sesak nafas

b. peningkatan diameter anterior dan posterior

c. keletihan

3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan intake

tidak adekuat dari adanya sesak nafas, mual, muntah dan anoreksia, ditandai dengan :

a. Bising usus hiperaktif

b. Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

c. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

2.10.4 Rencana Intervensi

Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung yang berhubungan dengan penurunan

kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, dan konduksiektrikal.

Ditandai dengan : peningkatan frekuensi jantung (tahikardi), disritmia : perubahan

gambaran pola EKG, perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi), bunyi jantung

ekstra (S3, S4), penurunan pengeluaran urine, nadi perifer tidak teraba, kulit dingin

(kusem : diaforesis), ortopnea, crackles, distensi vena jugularis, pembesaran hepar,

edema ekstremitas, dan nyeri dada.

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam penurunan curah jantung dapat teratasi.

Kriteria : klien akan melaporkan episode dispnea, berperan dalam aktivitas mengurangi

beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas normal. (120/80mmHg), nadi 80

kali/menit, tidak terjadi aritmia, denyut, dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3

detik, pengeluaran urine 30 ml/jam.

INTERVENSI RASIONAL

Catat bunyi jantung S1 dan S2 mungkin lemah karena

menurunnya kerja pompa, irama gallop

umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai

aliran darh ke dalam serambi yang

distensi murmur dapat menunjukkan

inkompetensi/stenosis mitral.

Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat

menunjukkan menurunnya nadi radial,

popliteal, dorsalis pedis, dan postibial.

Nadi mungkin cepat hilang atau tidak

teratur untuk dipalpasi, dan pulsus

alteran (denyut kuat lain dengan denyut

lemah) mungkin ada.

Pantau adanya pengeluaran urine, catat

pengeluaran, dan kepekatan/konsentrasi

urine.

Ginjal berespons untuk menurunkan

curah jantung dengan menahan cairan

dan natrium, pengeluaran urine biasanya

menurun selama tiga hari karena

perpindahan cairan ke jaringan, tetapi

dapat meningkat pada malam hari,

sehingga cairan berpindah kembali ke

sirkulasi bila pasien tidur.

Istirahatkan klien dengan tirah baring

optimal.

Oleh karena jantung tidak dapat

diharapkan agar benar-benar istirahat

untuk sembuh seperti luka pada patah

tulang, maka hal terbaik yang dilakukan

adalah mengistirahatkan klien. Dengan

demikian, melalui inaktivitas, kebutuhan

pemompaan jantung diturunkan.

Istirahat akan mengurangi kerja jantung,

meningkatkan tenaga cadangan jantung,

dan menurunkan tekanan darah.

Lamanya berbaring juga merangsang

diuresis karena berbaring akan

memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat

juga mengurangi kerja otot pernapasan

dan penggunaan oksigen. Frekuensi

jantung menurun yang akan

memperpanjang masa diastole

pemulihan sehingga memperbaiki

efisiensi kontraksi jantung.

Atur posisi tirah baring yang ideal.

Kepala tempat tidur harus dinaikkan 20

sampai 30 cm (8-10 inci) atau klien

didudukkan di kursi.

Pada posisi ini aliran balik ke jantung

(preload) dan paru berkurang, kongesti

paru berkurang, dan penekanan hepar ke

diafragma menjadi minimal. Lengan

bawah harus disokong dengan bantal

untuk mengurangi kelelahan otot bahu

akibat berat lengan yang menarik secara

terus-menerus. Klien yang dapat

bernapas hanya pada posisi tegak

(ortopnea) dapat didudukkan di sisi

tempat tidur dengan kedua kaki di

sokong kursi, kepala dan lengan

diletakkan di meja tempat tidur, serta

vertebra lumbosakral disokong dengan

bantal. Bila terdapat kongesti paru,

maka lebih baik klien didudukkan di

kursi karena posisi ini dapat

memperbaiki perpindahan cairan dari

paru.

Kaji perubahan pada sensorik, contoh :

letargi, cemas, dan depresi.

Dapat menunjukkan tidak adekuatnya

perfusi serebral sekunder terhadap

penurunan curah jantung.

Berikan istirahat psikologi dengan

lingkungan yang tenang.

Stres emosi menghasilkan

vesokonstriksi yang terkait serta

meningkatkan tekanan darah dan

meningkatkan frekuensi/kerja jantung.

Berikan oksigen tambahan dengan nasal

kanul/masker sesuai dengan indikasi.

Meningkatkan sediaan oksigen untuk

kebutuhan miokardium guna melawan

efek hipoksia/iskemia.

Kolaborasi untuk pemberian diet jantung. Rasional dukungan diet adalah mengatur

diet sehingga kerja dan ketegangan otot

jantung minimal dan status nutrisi

terpelihara, sesuai dengan selera dan

pola makan klien

Kolaborasi untuk pemberian obat Banyaknya obat dapat digunakan untuk

meningkatkan volume sekuncup,

memperbaiki kontraktilitas, dan

menurunkan kongesti.

Diuretik, furosemid (lasix), dan

sprironolakton (aldakton).

Penurunan preload paling banyak

digunakan dalam mengobati pasien

dengan curah jantung relatif normal

ditambah dengan gejala kongesti

diuretik blok reabsorpsi diuretik,

sehingga mempengaruhi reabsorpsi

natrium dan air.

Vasodilator, contoh nitrat (isosorbide

dinitrat, isodril).

Vasodilator digunakan untuk

meningkatkan curah jantung,

menurunkan volume sirkulasi

(vasodilator) dan tahanan vaskular

sistemik (arteridilator), juga kerja

ventrikel.

Captopril (capoten), isinopril (prinvil),

enapril (vasotec).

Meningkatkan kekuatan kontraksi

miokardium dan memperlambat

frekuensi jantung dengan menurunkan

konduksi dan memperlama periode

refraktori angiostensin dalam paru serta

menurunkan vasokonstriksi, SVR, dan

TD.

Morfin sulfat. Penurunan tahanan vaskular dan aliran

balik vena menurunkan kerja miokard,

menghilangkan cemas dan

mengistirahatkan sirkulasi umpan balik

cemas pengeluaran katekolamin

Vasokonstriksi cemas.

Pemberian cairanIV, pembatasan jumlah

total sesuai dengan indikasi, hindari cairan

garam.

Oleh karena adanya peningkatan

tekanan ventrikel kiri pasien tidak dapat

mentoleransi peningkatan volume cairan

(preload), pasien juga mengeluarkan

sedikit natrium yang menyebabkan

retensi cairan dan meningkatkan kerja

miokard.

Pantau seri EKG dan perubahan foto dada Depresi segmen ST dan datarnya

gelombang T dapat terjadi karena

peningkatan kebutuhan oksigen. Foto

dada dapat menunjukkan pembesaran

jantung dan perubahan kongesti

pulmonal.

Pembedahan rekonstruksi VSD Pada VSD besar dengan kalainan

vaskular paru obstruktif, apabila tidak

dioperasi pada resistensi vaskular paru,

maka resistensi akan cenderung semakin

meningkat. Demikian juga VSD sedang

resistensi vaskular paru total harus

dikoreksi dengan operasi. Mortalitas

perioperatif berkisar antara 0-2%.

Aktual/risiko tinggi napas tidak efektif yang berhubungan dengan pengembangan paru

tidak optimal. Kelebihan cairan di paru sekunder akibat edema paru akut.

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.

Kriteria : klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit, respons

batuk berkurang.

INTERVENSI RASIONAL

Auskultasi bunyi napas (krakles) Indikasi edema paru, akibat sekunder

akibat dekompensasi jantung.

Kaji adanya edema Curiga gagal kongestif/kelebihan

volume cairan.

Ukur intake dan output Penurunan curah jantung

mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,

retensi natrium/air, dan penurunan

pengeluaran urine.

Pertahankan pemasukan total cairan

2000ml/24 jam dalam toleransi

kardiovaskular

Memenuhi kebutuhan cairan tubuh

orang dewasa, tetapi memerlukan

pembatasan dengan adanya

dekompensasi jantung.

Kolaborasi

Berikan diet tanpa garam.

Berikan diuretik, contoh:

furosemide, sprinolakton,

hidronolakton.

Pantau data laboratorium elektrolit

kalium

Natrium meningkatkan retensi cairan

dan volume plasma yang berdampak

terhadap peningkatan beban kerja

jantung serta kebutuhan akan

miokardium meningkat.

Diuretik bertujuan untuk menurunkan

volume plasma ddan menurunkan

retensi cairan di jaringan, sehingga

menurunkan risiko terjadinya edema

paru.

Hipokalemia dapat membatasi

keefektifan terapi.

Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba dari berat badan

menunjukkan gangguan keseimbangan

cairan.

Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder

akibat perembesan darah dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.

Tujuan : aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan

beraktifitas.

Kriteria : klien menunjukkan kemampuan beraktifitas tanpa gejala-gejal yang berat,

terutama mobilisasi di tempat tidur.

INTERVENSI RASIONAL

Catat frekuensi jantung, irama serta

perubahan tekanan darah selama dan

Respons klien terhadap aktifitas dapat

mengiindikasikan penurunan oksigen

sesudah aktifitas miokard.

Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas, dan

berikan aktifitas senggang yang tidak berat

Menurunkan kerja miokard/konsumsi

oksigen.

Anjurkan klien untuk menghindari

peningkatan tekanan abdomen, misalnya

mengejan saat defekasi.

Dengan mengejan dapat mengakibatkan

bradikardi, menurunkan curah jantung

dan tahikardi, serta peningkatan TD.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari

tingkat aktifitas. Contohnya bangun dari

kursi, bila tak ada nyeri ambulasi, dan

istirahat selam 1 jam setelah makan.

Aktifitas yang mampu memberikan

kontrol jantung, meningkatkan

regangan, dan mencegah aktifitas

berlebihan.

Pertahankan klien tirah baring sementara

sakit akut.

untuk mengurangi beban jantung.

Tingkatkan klien duduk di kursi dan

tinggikan kaki klien.

Untuk meningkatkan aliran vena balik.

Pertahankan rentang gerak pasif selama

sakit kritis.

Meningkatkan kontraksi otot sehingga

membantu aliran vena balik.

Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktifitas

terjadi.

Untuk mengetahui fungsi jantung bila

dikaitkan dengan aktifitas.

Berikan waktu istirahat diantara waktu

aktifitas.

Untuk mendapatkan cukup waktu

resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu

memaksa kerja jantung.

Pertahankan penambahan O2 sesuai

kebutuhan.

Untuk meningkatkan oksigenasi

jaringan.

Selama aktifitas kaji EKG, dispnea,

sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta

keluhan subjektif.

Melihat dampak aktifitas terhadap

fungsi jantung.

Berikan diet sesuai kebutuhan (pembatasan

air dan Na0.

Untuk mencegah restensi cairan dan

edema akibat penurunan kontraktilitas

jantung.

Rujuk ka program rehabilitasi jantung. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada

untuk pemakaian miokardium sekaligus

mengurangi ketidaknyamanan karena

iskemia.

Aktual/risiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan pemenuhan intake, mual, dan anoreksia.

Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam terdapat peningkatan dalam pemenuhan nutrisi.

Kriteria : klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai

anjuran, klien dan keluarga mengetahui tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien,

asupan meningkat pada porsi makan yang disediakan.

INTERVENSI RASIONAL

Jelaskan tentang manfaat makan bila

dikaitkan dengan kondisi klien saat ini.

Dengan pemahaman klien akan lebih

kooperatif mengikuti aturan.

Anjurkan agar klien memakan makanan

yang disediakan di ruamh sakit.

Untuk menghindari makanan yang

justru dapat mengganggu proses

penyembuhan klien.

Beri makanan dalam keadaan hangat dan

porsi kecil serta diet TKTPRG

Untuk meningkatkan selera dan

mencegah mual, mempercepat

perbaikan kondisi, serta mengurangi

nbeban kerja jantung.

Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan

nutrisi tambahan yang tidak bertentangan

dengan penyakitnya.

Klien kadang kala mempunyai selera

makan yang sudah terbawa sejak di

rumah. Dengan bantuan keluarga dalam

pemenuhan nutrisi dengan tidak

bertentangan dengan pola diet akan

meningkatkan pemenuhan nutrisi.

Lakukan dan ajarkan perawatan mulut

sebelum dan sesudah makan serta sebelum

dan sesudah intervensi/pemeriksaan per

oral.

Higiene oral yang baik akan

meningkatkan nafsu makan klien.

Beri motivasi dan dukungan psikologis. Meningkatkan secara psikologis.

Kolaborasi

Dengan nutrisien tentang

pemenuhan diet klien.

Pemberian multivitamin.

Meningkatkan pemenuhan sesuai

dengan kondisi klien.

Memenuhi asupan vitamin yang kurang

sekunder dari penurunan asupan nutrisi

secara umum dan memperbaiki daya

tahan tubuh.

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Ventrikel septum defect (VSD) adalah suatu keadaan abnormal yang ditandai dengan

adanya lubang pada sekat antara ventrikel kanan dan ventrikil kiri dari mulai terbentuknya

embrio. Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak di operasi,

kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi.

Dengan begitu maka asuhan serta proses keperawatan yang akan diberikan kepada pasien

akan jauh lebih mudah, cepat dan tepat karena dapat mengetahui karakteristik dari masing-

masing klasifikasi.

3.2 Saran

Kita sebagai calon perawat profesional harus mahir dalam membedakan dan

mengklasifikasikan penyakit jantung bawaan baik Defek Septum Atrium (ASD) maupun

Defek Septum Ventrikuler (VSD). Selain itu kita juga harus mampu memberikan asuhan

keperawatan yang benar, baik, tepat dan cepat dalam mengambil tindakan asuhan

keperawatan serta proses keperawatannya.

Daftar Pustaka

Faqih Ruhyanudin, S. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Kadiovaskular. Malang: Universitas Muhammadiyah malang.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Sukarmin, S. R. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://jarumsuntik.com/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-penyakit-jantung-bawaan-patent-ductus-arteriosus-pda/

http://www.slideshare.net/abhique/askep-anak-dengan-kelainan-jantung-kongenital

http://virtuashare.blogspot.com/2011/06/penyakit-jantung-bawaan-pada-anak.html