toksi kelompok 2.docx

42
BAB I PENDAHULUAN Makanan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Selain menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pertumbuhan, makanan juga menyediakan zat-zat yang diperlukan untuk mendukung kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk meningkatkan kehidupan manusia diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, selain mengandung semua zat yang diperlukan oleh tubuh makanan juga harus memenuhi syarat keamanan. Makanan yang aman merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu masalah keamanan pangan di Indonesia adalah masih rendahnya pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab produsen pangan tentang mutu dan keamanan pangan, terutama pada industri kecil atau industri rumah tangga. Makanan-makanan yang selama ini diduga sebagai penyebab terjadinya kasus kasus penyakit bawaan makanan dan keracunan makanan berasal baik dari makanan keluarga maupun makanan-makanan yang diperjualbelikan di tempat-tempat pengelolaan makanan (TPM). Makanan tersebut biasanya banyak dijual oleh para pedagang kaki lima (PKL). Dimana makanan tersebut biasanya dijajakan di pinggir jalan yang banyak terpapar asap kendaraan sehingga makanan dapat tercemar dan dapat membawa penyakit bagi yang memakannya.

Upload: nina-prihastuti

Post on 15-Feb-2015

64 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: toksi kelompok 2.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Makanan memiliki arti penting dalam kehidupan manusia. Selain menyediakan zat-

zat yang diperlukan untuk sumber tenaga dan pertumbuhan, makanan juga menyediakan zat-

zat yang diperlukan untuk mendukung kehidupan tubuh yang sehat. Karena itu untuk

meningkatkan kehidupan manusia diperlukan adanya persediaan makanan yang memadai baik

dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, selain mengandung semua zat yang

diperlukan oleh tubuh makanan juga harus memenuhi syarat keamanan. Makanan yang aman

merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Salah satu masalah keamanan pangan di Indonesia adalah masih rendahnya

pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab produsen pangan tentang mutu dan

keamanan pangan, terutama pada industri kecil atau industri rumah tangga. Makanan-

makanan yang selama ini diduga sebagai penyebab terjadinya kasus kasus penyakit bawaan

makanan dan keracunan makanan berasal baik dari makanan keluarga maupun makanan-

makanan yang diperjualbelikan di tempat-tempat pengelolaan makanan (TPM). Makanan

tersebut biasanya banyak dijual oleh para pedagang kaki lima (PKL). Dimana makanan

tersebut biasanya dijajakan di pinggir jalan yang banyak terpapar asap kendaraan sehingga

makanan dapat tercemar dan dapat membawa penyakit bagi yang memakannya.

Di beberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena mengganggu para

pengendara kendaraan bermotor. Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran

air terdekat untuk membuang sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih merusak

sungai yang ada dengan mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Namun, PKL kerap

menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah

daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap

mengundang pedagang yang hendak memulai bisnis dengan modal yang kecil atau orang

kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.

Dengan ini sangat dibutuhkan peran pemerintah dalam membuat suatu kebijaksanaan

mengenai keberadaan para Pedagang Kaki Lima ini. Pemerintah menghadapai suatu tantangan

besar untuk mampu membuat kebijakan yang tepat untuk menangani masalah PKL.

Page 2: toksi kelompok 2.docx

Pemerintah dalam hal ini belum mampu menemukan solusi untuk menghasilkan kebijakan

pengelolaan PKL yang bersifat manusiawi dan sekaligus efektif.

PKL yang dianggap ilegal, mengganggu ketertiban kota dan alasan – alasan lain yang

mengharuskan pemerintah membuat suatu kebijakan melarang keberadaan PKL. Tetapi

sebaiknya pemerintah tidak melihat PKL dari satu sisi saja, PKL juga telah memainkan peran

sebagai pelaku shadow economy. PKL perlu diberdayakan guna memberikan kesejahteraan

yang merata bagi masyarakat. PKL merupakan sebuah wujud kreatifitas masyarakat yang

kurang mendapatkan arahan dari pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan

arahan pada mereka, sehingga PKL dapat melangsungkan usahanya tanpa menimbulkan

kerugian pada elemen masyarakat yang lainnya.

Page 3: toksi kelompok 2.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut

penjaja dagangan yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian

karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki

pedagang ditambah tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua

roda dan satu kaki). Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk pedagang di jalanan

pada umumnya.

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda.

Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun

hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah

lima kaki atau sekitar satu setengah meter.Beberapa puluh tahun setelah itu, saat

Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh

para pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan,

sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya

namanya adalah pedagang lima kaki.

B. Pencemaran Bahan Toksik pada Makanan

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia

(Casarett dan Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari kerusakan pada

organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi

substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme

terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan

terhadap organisme.

Keberadaan zat kimia dalam tubuh dapat menimbulkan efek toksik melalui 2

cara yaitu berinteraksi secara langsung (toksik intrasel) dan secara tidak langsung

(toksik ekstrasel). Toksik intrasel adalah toksisitas yang diawali dengan interaksi

langsung antara zat kimia atau metabolitnya dengan reseptornya. Sedangkan toksisitas

Page 4: toksi kelompok 2.docx

ekstrasel terjadi secara tidak langsung dengan mempengaruhi lingkungan sel sasaran

tetapi dapat berpengaruh pada sel sasaran. Zat kimia atau metabolitnya yang telah

masuk pada sel sasarannya dapat menyebabkan gangguan sel atau organelnya melalui

peningkatan dan substitusi. Gangguan yang ditimbulkan akan direspon oleh sel untuk

mengurangi dampaknya, dan sel akan beradaptasi atau melakukan perbaikan. Namun

bila respon pertahanan tidak mampu meminimalis gangguan yang ada akan terjadi

efek toksik. Dampaknya akan terjadi perubahan atau kekacauan biokimiawi,

fungsional atau struktural yang bersifat reversible atau irreversible. Kelangsungan

hidup suatu sel sangat tergantung pada lingkungannya, yang diperlukan untuk

memenuhi kebutuhan sel. Oleh karenaitu, adanya zat di lingkungan sel dapat

mengganggu aktivitas sel, mungkin akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur

atau gangguan fungsi sel. Untuk kelangsungan hidup sel, minimal dibutuhkan oksigen,

zat makanan dan cairan ekstrasel (elektrolit asam dan basa) yang optimal.

Pencemaran adalah perubahan yang tidak diinginkan sifat-sifat fisik, kimia,

atau biologi lingkungan yang dapat membahayakan kehidupan manusia atau

mempengaruhi keadaan yang diinginkan makhluk hidup. Tresna Sastrawijaya (1992)

mengartikan pencemaran sebagai kehadiran sesuatu dalam lingkungan yang

berpengaruh jelek terhadap lingkungan. Berdasarkan pada kedua batasan tersebut

maka yang dimaksud dengan pencemaran bahan toksik pada makanan adalah adanya

bahan toksik pada makanan. Bahan toksik adalah bahan kimia atau fisika yang

memiliki efek yang tidak diinginkan (adverse effect) terhadap organisme hidup.

Berdasarkan penggunaannya bahan toksik ada yang merupakan pestisida, ada

yang merupakan bahan tambahan makanan, dan sebagainya. Boraks dan zat-zat

pewarna terlarang merupakan bahan toksik yang digunakan sebagai bahan tambahan

makanan. Berdasarkan efeknya dikenal adanya bahan toksik penyebab kanker, bahan

toksik penyebab alergi, dan sebagainya. Boraks merupakan contoh bahan toksik yang

dapat menyebabkan kanker. Zat warna kuning nomor 5 merupakan contoh bahan

toksik penyebab alergi, terutama bagi orang-orang yang peka terhadap aspirin.

Karakteristik suatu bahan toksik ditentukan oleh sifat toksisitas (toxicity),

bahaya (hazard), dan risiko (risk). Toksisitas bahan toksik adalah gambaran dan

kuantifikasi mengenai suatu bahan toksik. Bahaya suatu bahan toksik berkaitan

Page 5: toksi kelompok 2.docx

dengan kemungkinan bahan toksik tersebut menimbulkan cidera. Risiko bahan toksik

adalah besarnya kemungkinan suatu bahan toksik untuk menimbulkan keracunan.

Pencemaran bahan toksik pada makanan dapat terjadi dengan cara sengaja atau

tidak sengaja. Pencemaran bahan toksik pada makanan yang terjadi dengan cara

sengaja, terjadinya pencemaran karena bahan pencemar secara sengaja diberikan

kepada makanan sebagai bahan tambahan. Pencemaran boraks dan zat-zat pewarna

yang dilarang pada makanan merupakan contoh pencemaran bahan toksik pada

makanan yang terjadi dengan sengaja. Pada kejadian itu pembuat makanan dengan

tujuan tertentu sengaja menambahkan boraks atau zat-zat pewarna terlarang pada

makanan yang dibuatnya. Pencemaran bahan toksik pada makanan yang terjadi

dengan tidak sengaja, terjadinya pencemaran karena adanya bahan pencemar pada

makanan tidak sengaja diberikan oleh pembuat makanan. Sebagai contoh, misalnya

pencemaran pestisida pada makanan. Dalam hal ini pembuat makanan tidak sengaja

memberikan pestisida kepada makanan yang dibuatnya. Pencemaran dapat terjadi

mungkin karena air atau alat-alat yang digunakan untuk mengolahnya mengandung

pestisida.

Dalam Undang-undang RI No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, keamanan

pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah

pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, benda-benda lain yang dapat

mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Penyakit yang

ditimbulkan karena pangan yang tercemar telah menjadi masalah di dunia.

Berdasarkan analisis data yang berhasil dihimpun saat ini, kasus-kasus penyakit

bawaan makanan (foodborne disease) atau keracunan makanan masih cukup tinggi.

Kasus keracunan makanan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Masalah

keamanan pangan perlu ditangani secara bersama baik oleh pemerintah, produsen,

maupun konsumen. Produsen pangan bertanggung jawab untuk mengendalikan

keamanan pangan yang dihasilkan, konsumen bertanggung jawab untuk memantau

keamanan pangan yang ada di sekitarnya, sedangkan pemerintah bertanggung jawab

untuk mengatur dan mengawasi keamanan pangan yang beredar di masyarakat.

Bahan-bahan dan zat-zat pewarna tertentu dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang digunakan

sebagai bahan tambahan dalam makanan. Dalam Permenkes RI Nomor: 722/MenKes/

Per/IX/88 yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1168/

MenKes/Per/X/ 1999 disebutkan ada 10 bahan yang dinayatakan sebagai bahan

Page 6: toksi kelompok 2.docx

berbahaya dan dilarang penggunaannya dalam makanan. Di antara bahan-bahan

tersebut adalah asam borat dan senyawa-senyawanya. Dalam Permenkes RI Nomor:

239/ MenKes/ Per/V/85 disebutkan ada 30 macam zat pewarna yang dinyatakan

sebagai bahan berbahaya dan dilarang digunakan dalam makanan. Di antaranya adalah

Rhodamin B dan Methanil Yellow.

C. Pengaruh Boraks dan Zat Pewarna Terlarang pada Kesehatan

Pemakaian boraks dan zat-zat warna tertentu dalam pembuatan makanan

jajanan tradisional dapat dikatakan telah membudaya. Dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor: 722/MenKes/Per/IX/88 tentang bahan tambahan makanan dan

Nomor: 239/ MenKes/Per/ V/85 tentang zat-zat warna tertentu yang dinyatakan

sebagai bahan berbahaya, boraks dan zat-zat warna tertentu seperti halnya Methanil

Yellow dan Rhodamin B dinyatakan sebagai bahan yang berbahaya bagi kesehatan.

Karena itu bahan-bahan tersebut dilarang untuk digunakan dalam pembuatan

makanan.

Boraks dinyatakan sebagai bahan berbahaya bagi kesehatan karena dari hasil

percobaan dengan menggunakan tikus menunjukkan sifat karsinogenik. Dalam

makanan boraks akan terserap oleh darah dan disimpan di dalam hati. Karena tidak

mudah terlarut dalam air boraks bersifat kumulatif. Boraks di dalam tubuh dapat

menimbulkan bermacam-macam gangguan. Gangguan-gangguan umum yang

ditimbulkan boraks adalah sebagai berikut:

1. Dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan bayi, terutama mata.

2. Menyebabkan gangguan proses reproduksi.

3. Dapat menimbulkan iritasi pada lambung, kulit merah dan mengelupas.

4. Menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testes.

Informasi tentang gangguan kesehatan karena boraks masih sangat sedikit,

bahkan dapat dikatakan belum ada bukti yang cukup kuat. Hal ini dapat dimengerti

karena akibat yang ditimbulkannya tidak dapat segera tampak. Gejala-gejala gangguan

kesehatan yang dapat diamati dalam jangka pendek karena menghisap atau kontak

secara langsung dengan boraks antara lain terjadinya iritasi pada hidung, saluran

pernapasan, dan mata. Selain itu, adanya pencemaran boron dalam waktu panjang

dapat menimbulkan gangguan reproduksi berupa menurunnya jumlah sperma pada

orang laki-laki. Dari hasil penelitian pada hewan menunjukkan bahwa dengan adanya

Page 7: toksi kelompok 2.docx

pencemaran boron dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pada jaringan

paru-paru dan inhalasi yang lama.

Pencemaran boron dalam kadar tinggi dalam waktu singkat dapat

menimbulkan bahaya pada perut, usus, hati, ginjal, dan otak. Dari hasil penelitian pada

hewan menunjukkan dengan adanya pencemaran boron pada hewan jantan dapat

menyebabkan gangguan pada testes dan gangguan kelahiran pada hewan betina yang

bunting. Terjadinya kontak langsung pada hewan dapat menyebabkan terjadinya iritasi

kulit. Akibat dari kontak dengan kulit manusia belum diketahui. Konsumsi boraks

secara terus menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus dan dapat

mengakibatkan usus tidak mampu mengubah zat makanan sehingga dapat diserap dan

diedarkan ke seluruh tubuh. Pada dosis 5 gram atau lebih dalam tubuh bayi dan anak

kecil dapat menyebabkan kematian. Pada orang dewasa kematian dapat terjadi pada

dosis 10 – 20 gram atau lebih.

Zat-zat pewarna tertentu karena membahayakan bagi kesehatan dilarang

penggunaannya dalam makanan. Seperti halnya Amaranth (merah) di Amerika

Serikat, Rusia, Australia, Norwegia, dan di negera-negara yang lain dilarang

digunakan sebagai tambahan makanan. Pewarna ini diketahui dapat menyebabkan

asma, ekzem, kanker. Erythrosine diketahui dapat menyebabkan bertambahnya

produksi hormon thyroid, hyperthyroidisme, dan kanker thyroid.

Zat-zat pewarna yang dilarang seperti halnya Methanil Yellow dan Rhodamin

B karena sifat kimianya bersifat sangat toksis sehingga membahayakan bagi

kesehatan. Kedua bahan pewarna tersebut telah diketahui merupakan penyebab kanker

yang gejalanya tidak dapat terlihat secara langsung setelah mengkonsumsinya. Karena

itu bahan pewarna tersebut dilarang untuk digunakan dalam makanan meskipun

dalam jumlah sedikit. Methanil Yellow yang biasa digunakan sebagai bahan pewarna

obat luar bila dikonsumsi dapat menyebabkan terjadinya diare, kerusakan ginjal dan

hati. Rhodamin B yang biasa digunakan sebagai pewarna tekstil karena mengandung

logam berat sangat berbahaya. Konsumsi Rhodamin B yang berlebihan atau terus

menerus dapat menyebabkan kerusakan hati atau kanker hati, dan kerusakan ginjal.

D. Bahaya Pencemaran Timbal pada Makanan dan Minuman

Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian utama dalam segi

kesehatan, karena dampaknya pada sejumlah besar orang akibat keracunan makanan

atau udara yang terkontaminasi Pb memiliki sifat toksik berbahaya. Timbal bisa

Page 8: toksi kelompok 2.docx

terkandung di dalam air, makanan, dan udara. Pb di atmosfer berasal dari senyawa

hasil pembakaran bensin reguler dan premium yang tidak sempurna.

Percepatan pertumbuhan di sektor transportasi dapat dilihat dan dirasakan

pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, khususnya di wilayah Kota Bandung.

Kepadatan arus lalu lintas disebabkan tingginya volume kendaraan yang tidak sesuai

dengan ketersediaan ruas jalan yang ada. Kondisi tersebut merupakan faktor utama

penyebab kemacetan arus lalu lintas. Dampak negatif yang didapatkan adalah

tingginya tingkat polusi udara lingkungan kota, sebagai hasil emisi gas pembuangan

kendaraan bermotor.

Dilihat dari sumbernya, pencemaran udara terbesar memang berasal dari asap

buangan kendaraan bermotor, khususnya di Kota Bandung. Hasil dari berbagai

observasi menyebutkan, kontribusi pencemaran udara dari transportasi mencapai

66,34% dari total pencemaran, sementara kegiatan industri menyumbang 18,90%,

permukiman 11,12% dan kegiatan persampahan 3,68%.

Asap kendaraan bermotor dapat mengeluarkan partikel Pb yang kemudian

dapat masuk/mencemari ke dalam makanan yang dijajakan di pinggir jalan atau dapat

terserap manusia secara langsung melalui pernapasan. Pb dapat merusak jaringan

saraf, fungsi ginjal, menurunkan kemampuan belajar dan membuat anak-anak

hiperaktif. Anak-anak yang menjadi paling menderita akibat pencemaran udara,

karena paru-parunya belum berkembang sempurna dan daya tahan tubuhnya belum

kuat. Tingkat kecerdasan seorang anak yang tubuhnya telah terkontaminasi Pb sampai

10 mikrogram bisa menurun atau menjadi idiot. Pada ibu hamil yang terkontaminasi

Pb dapat menyebabkan berkurangnya kesuburan, keguguran atau paling tidak, sel otak

jabang bayi menjadi tidak bisa berkembang.

Berbagai upaya dan tindakan pengamanan perlu dilakukan dalam rangka

mencegah dan mengurangi pencemaran Pb, baik yang berasal dari hasil pembakaran

mesin mobil/motor maupun hasil industri atau dari makanan/minuman yang tercemar

Pb. Upaya-upaya tersebut di antaranya adalah :

1. Melalui tes medis (misal tes kandungan Pb dalam darah), terutama bagi

seseorang/pekerja yang terpapar Pb.

2. Selalu mewaspadai terhadap pencemaran Pb dengan menghindari atau tidak

berada lama di tempat-tempat yang udaranya terkena polusi gas buangan kendaraan

maupun industri, khususnya bagi anak-anak dan ibu hamil.

Page 9: toksi kelompok 2.docx

3. Mengontrol lingkungan sebagai tempat beradanya unsur Pb bebas di udara, dan

penggunaan bensin tanpa Pb merupakan salah satu alternatif yang perlu segera

direalisasikan.

4. Memberikan informasi/penyuluhan tentang bahaya cemaran Pb terhadap

kesehatan kepada para pedagang makanan/minuman jajanan dan harus selalu dalam

keadaan tertutup rapat pada produk dagangannya.

5. Menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur atau tempat

makanan/minuman yang diduga mengandung Pb (misalnya keramik berglasur,

wadah yang dipatri atau mengandung cat, dan lain-lain).

6. Pemantauan terhadap kadar Pb di udara maupun dalam makanan/minuman secara

berkesinambungan, dengan melibatkan instansi yang terkait dan suatu lembaga-

lembaga penelitian.

E. Dampak Positif dari Hadirnya PKL

Pada umumnya barang-barang yang diusahakan PKL memiliki harga yang

tidak tinggi, tersedia di banyak tempat, serta barang yang beragam. Dan uniknya

keberadaan PKL bias menjadi potensi pariwisata yangcukup menjanjikan. Sehingga

PKL banyak menjamur di sudut-sudut kota, karena memang sesungguhnya pembeli

utama adalah kalangan menengah kebawah yang memiliki daya beli rendah. Dampak

positif terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi karena keberadaan PKL

menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota karenasektor informal memiliki

karakteristik efisien dan ekonomis. Hal tersebut,menurut Sethurahman selaku

koordinator penelitian sektor informal yang dilakukan ILO di delapan negara

berkembang, karena kemampuan menciptakan surplus bagi investasi dan dapat

membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan usaha-usaha

sektor informal bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan berasal dari

usaha sendiri. Modal ini sama sekali tidak menghabiskan sumber daya ekonomi yang

besar.

F. Dampak Negatif dari Hadirnya PKL

Penurunan kualitas ruang kota ditunjukan oleh semakin tidak terkendalinya

perkembangan PKL sehingga seolah-olah semua lahan kosong yang strategis maupun

tempat-tempat yang strategis merupakan hak para PKL. PKL mengambil ruang

Page 10: toksi kelompok 2.docx

dimana-mana, tidak hanya ruang kosong atau terabaikan tetapi juga pada ruang yang

jelas peruntukkannya secaraformal. PKL secara illegal berjualan hampir di seluruh

jalur pedestrian,ruang terbuka, jalur hijau dan ruang kota lainnya. Alasannya karena

aksesibilitasnya yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk mendatangkan konsumen

juga. Akibatnya adalah kaidah-kaidah penataan ruang menjadi mati oleh pelanggaran-

pelanggaran yang terjadi akibat keberadaan PKL tersebut.

Keberadaan PKL yang tidak terkendali mengakibatkan pejalan kaki berdesak-

desakan, sehingga dapat timbul tindak kriminal (pencopetan). Mengganggu kegiatan

ekonomi pedagang formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur

pengunjung seperti pinggir jalan dan depan toko. Dan sebagian dari barang yang

mereka jual tersebut mudah mengalami penurunan mutu yang berhubungan dengan

kepuasan konsumen.

Page 11: toksi kelompok 2.docx

BAB III

BIOMONITORING LINGKUNGAN

A. Desain Program Monitoring

Biomonitoring adalah pengujian sampel dari makhluk hidup yang terpapar

bahan kimia. Tanpa biomonitoring, diagnosis dan pengobatan terhadap paparan

bahan kimia dapat tertunda. Secara umum tujuan dari pemantauan biologi secara

langsung adalah untuk menilai jumlah bahan kimia yang diserap organisme (dosis

internal).

Kegiatan monitoring dapat dipakai untuk mengevaluasi risiko kesehatan

yang berhubungan dengan jajanan pedagang kaki lima yang dimungkinkan

makanan atau minumannya tercemar oleh bahan polutan. Dikenal ada 3 jenis

monitoring yaitu:

1. Monitoring ambien untuk menilai risiko kesehatan

Monitoring ambien tersebut digunakan untuk memonitor paparan

eksternal dari bahan kimia untuk mengetahui berapa kadar bahan kimia di

dalam air, makanan, dan udara. Risiko kesehatan dapat diperkirakan

(diprediksi) berdasarkan batas paparan lingkungan, misalnya Treshold Limit

Value (TLV) dan Time Weighted Average (TWA) dari suatu paparan.

2. Monitoring biologi dari paparan (MB paparan)

Monitoring biologi suatu paparan adalah pemantauan suatu bahan yang

mengadakan penetrasi ke dalam tubuh dengan efek sistemik yang

membahayakan. Monitoring biologi dari suatu paparan dapat dipakai untuk

mengevaluasi risiko kesehatan. Monitoring biologi tersebut dilaksanakan

dengan memonitor dosis internal dari bahan kimia, misalnya jumlah dosis

efektif yang diserap oleh organisme. Risiko terhadap kesehatan diprediksi

dengan membandingkan nilai observasi dari parameter biologi dengan

Biological Limit Value (BLV) dan/atau Biological Exposure Index (BEI).

3. Monitoring biologi dari efek toksikan (health surveillance)

Tujuan monitoring biologi dari efek toksikan adalah memprediksi dosis

internal untuk menilai hubungannya dengan risiko kesehatan, mengevaluasi

Page 12: toksi kelompok 2.docx

status kesehatan dari individu yang terpapar dan mengidentifikasi tanda efek

negatif akibat suatu paparan.

Dalam rangka analisis keadaan lingkungan, masalah indikator biologis

perlu diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan

petunjuk ada-tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui

analisis kandungan logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang terdapat

di dalam media biologi. Media biologi yang dapat digunakan untuk menganalisa

kandungan bahan kimia dari polusi udara di pinggir jalan raya yang dapat

mencemari makanan atau minuman yang dijual dipinggir jalan, antara lain :

1. Berasal dari manusia

Media biologi pada manusia yang sering dipakai adalah urine, darah,

udara alveolus. Sedangkan media biologi yang jarang dipakai untuk

pengukuran bahan kimia atau metabolik adalah ASI, lemak, air liur, rambut,

kuku, gigi dan plasenta. Pada umumnya urine dipakai sebagai media untuk

mengukur bahan kimia anorganik dan organik yang mudah larut dalam air.

Darah dipakai sebagai media untuk sebagian besar bahan kimia anorganik

dan organik yang sukar dilakukan biotransformasi. Sedangkan udara alveolus

dipakai untuk bahan yang mudah menguap.

2. Tumbuhan

Perubahan ambien atmosfer oleh adanya bahan pencemar udara akan

dapat mempengaruhi kehidupan tanaman. Respon tumbuhan secara

makroskopis :

Kerusakan daun

Gangguan perkecambahan

Perubahan morfologi pertumbuhan

Sedangkan respon tumbuhan secara mikroskopis adalah sebagai berikut :

Penurunan kadar klorofil

Penurunan biokimia dan fisiologi

Page 13: toksi kelompok 2.docx

Kerusakan stomata

Penurunan kandungan lemak dan gula

Penurunan laju fiksasi CO

Jenis-jenis tumbuhan indicator pada pencemaran udara antara lain :

Lumut (Bryophyta)

Lichen

Tumbuhan tingkat tinggi, seperti : pohon, semak, dan tanaman. Sebagai

contoh, Daun pinus jarum dapat dipakai sebagai indikator pencemaran

alifatik hidrokarbon. Dengan pemeriksaan gas kromatografi ditemukan

bahwa kadar hidrokarbon lebih tinggi pada daun pohon pinus yang

berumur tua.

B. Peran Monitoring

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa biomonitoring

merupakan cara ilmiah untuk mengukur paparan manusia dengan alam maupun

bahan kimia berdasarkan sampling dan analisis terhadap jaringan individu dan

cairan. Bahan sampling diantaranya adalah darah, urine, ASI, udara nafas, rambut,

kuku, lemak, tulang, dan jaringan lain. Peran dari Biomonitoring adalah :

1. Melakukan survei langsung mengenai penyajian, pencucian, dan ke-higienisan

jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima terhadap individu manusia dan

populasi.

2. Menyediakan data yang dibutuhkan untuk memprediksi resiko yang akan

terjadi apabila mengkonsumsi jajanan pinggir jalan.

3. Menyediakan data yang digunakan untuk pengambilan keputusan mengenai

kebutuhan penelitian yang akan datang.

4. Mengajak Pemerintah serta warga penduduk secara tidak langsung untuk

mengatasi masalah para pedagang kaki lima yang ada untuk memperbaiki

keadaan di masa depan. Seperti menyediakan tempat yang layak bagi para

pedagang kaki lima untuk menjual dagangannya, sehingga makanan dan

minumannya dapat terhindar dari pencemaran polusi.

C. Uji Biomonitoring

Page 14: toksi kelompok 2.docx

Dalam biomonitoring terdapat beberapa uji untuk mengetahui seberapa

besar pencemaran terjadi. Uji bimonitoring dapat dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain:

1. Uji monitoring biologis

Dalam uji ini, biasanya dilakukan dengan mengukur bahan kimia atau

hasil metabolit yang ada pada media biologi. Sampel yang biasa digunakan

misalnya urine dan udara pernafasan.

2. Uji selektif dan nonselektif

a. Uji selektif

Dilakukan untuk menguji bahan kimia yang tidak mengalami

biotransformasi seperti bahan kinia anorganik. Sedangkan untuk bahan-

bahan organik biasanya lebih mudah mengalami metabolisme dan terlarut

dalam air sehingga mudah dikeluarkan.

b. Uji nonselektif

Beberapa contoh indikatornya antara lain penentuan metabolit diazo

positif dalam urine untuk monitoring paparan amina aromatik. Selain itu

ada penentuan aktivitas mutagenetik dalam urine pada perokok, perawat

yang mengelola obat sitostatik dan lain sebagainya.

3. Uji biomonitoring logam

Dalam uji ini dibagi menjadi beberapa bagian, yang pertama logam

yang ditemukan pada darah atau urine (di dalam tubuh makhluk hidup) antara

lain cadmium, besi, mangan, tembaga, merkuri, seng.

Yang kedua, logam berat di atmosfer ditemukan pada jaringan burung,

misalnya timbal, arsen, merkuri, cadmium. Logam-logam berat tersebut

berasal dari pabrik pengelasan logam dan secara tidak langsung burung

memakan serangga yang terkontaminasi oleh logam berat tersebut. Akumulasi

logam pada burung terjadi di bulu atau jaringan pada burung.

Yang ketiga, logam berat di perairan yang ditemukan pada ikan, antara

lain Cd, Cu, Pb, Zn. Kadar logam-logam tersebut akan meningkat apabila ada

peningkatan kadar BOD di perairan.

Yang keempat, logam berat di perairan yang ditemukan pada hewan

invertebrata, antara lain Cr, Cu, Pb, Co, Cd, Ni. Adanya logam pada hewan

invertebrata mengindikasikan bahwa terjadi pencemaran pada perairan

tersebut.

Page 15: toksi kelompok 2.docx

Yang kelima, tanaman perairan maupun tanaman darat dapat digunakan

sebagai indikator pencemaran logam berat. Pinus dapat digunakan sebagai

bioindikator untuk logam berat Pb, Cd, Zn, As. Vegetasi fitoplankton dapat

digunakan sebagai bioindikator untuk logam berat Cu, Cd dan Zn yang ada

dalam perairan.

4. Uji zat organik

Akumulasi zat organik pada beberapa media biologi merupakan

bioindikator yang potensial untuk mendeteksi adanya pencemaran. Misalnya

meningkatnya bilirium pada tikus yang menunjukkan adanya paparan Tri Nitro

Toluen (TNT), terakumulasinya Polychlorinated Biphenyl (PCB), pestisida dan

bahan anthropogenik pada tubuh ikan sebagai indikator tercemarnya ekosistem

perairan.

5. Uji limbah cair

Studi toksisitas yang dipakai untuk menguji buangan limbah cair adalah

dengan pemakaian bakteri dan invertebrata. Sebagai contoh untuk menilai air

laut yang terkontaminasi bahan kimia pemutih adalah dengan uji inhibisi

pertumbuhan algae dan uji larva biota air.

6. Uji pencemaran udara

Perubahan ambien atmosfer oleh adanya bahan pencemar udara akan

dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Misalnya daun pinus dapat

digunakan sebagai indikator pencemaran alifatik hidrokarbon. Dengan

kromatografi gas, ditemukan bahwa kadar hidrokarbon akan lebih tinggi pada

daun yang berumur tua.

7. Uji adifikasi

Keasaman (adifikasi) dapat dideteksi dengan biomarker biota yang

hidup di perairan tersebut. Jika pH rendah, maka logam besi dan lainnya akan

terdeteksi. Efek perairan dengan pH rendah, logam toksik dan Dissolved

Organic Carbon (DOC) akan menyebabkan terhambatnya metamorfose hewan

amfibi dan menurunnya daya tahan hewan tersebut.

8. Uji kesehatan manusia

Biomonitoring logam Pb dan Cd pada wanita yang melahirkan

dilakukan dengan pemeriksaan air susu ibu dan darah, terutama pada wanita

yang bekerja di pabrik pengecoran logam. Biomonitoring paparan genotoksid

Page 16: toksi kelompok 2.docx

terhadap karyawan pabrik aluminium ditunjukkan adanya DNA-adducts dalam

sel limfosit darah perifernya.

D. Biomonitoring Bakteri Patogen

Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk

pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.

Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc,

mudah tersebar melalui bahan makanan.

Peralatan makan dalam pedagang makanan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (food hygiene), alat makan

yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan

kesehatan karena dalam alat makan tersebut telah tercemar bakteri yang

menyebabkan alat makan tersebut tidak memenuhi kesehatan. Tempat–tempat

penjualan makanan dikenal sebagai tempat yang berpotensi sebagai hazard bagi

kesehatan, hazard merupakan agent biologi, kimia, fisik atupun kondisi potensial

yang menimbulkan bahaya tempat–tempat penjualan makanan tersebut dapat

menjadi tempat penyebaran penyakit.

Berdasarkan Permenkes No. 304 pasal 9 ayat 1 dijelaskan bahwa peralatan

yang di gunakan harus memenuhi syarat kesehatan. Kebersihan peralatan

makanan yang kurang baik akan mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan

dan perkembangbiakan kuman, penyebaran penyakit dan keracunan, untuk itu

peralatan makanan haruslah dijaga terus tingkat kebersihannya supaya terhindar

dari kontaminasi kuman patogen serta cemaran zat lainnya.

Berdasarkan Permenkes No. 304 tahun 1989 Peralatan yang kontak

langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka

kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh mengandung E. coli per cm2

permukaan air. Oleh karena itu pentingnya melakukan pengawasan terhadap

peralatan makan mengingat pengaruhnya terhadap sanitasi makanan yang kita

konsumsi. Kontaminasi pada makanan yang salah satunya disebabkan dari

keberadaan peralatan makan yang tidak bersih akan mengakibatkan terjadinya

penyakit akibat kontaminasi bakteri yang terdapat dalam peralatan makan yang di

gunakan yang dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan food and water

borne disease, dimana masuknya makanan kedalam tubuh yang mengakibatkan

kontaminasi yang tidak di inginkan masuk ke dalam tubuh dikarenakan makanan

Page 17: toksi kelompok 2.docx

terkontaminasi oleh mikroba, terdapatnya mikroba ini yang menimbulkan

terjadinya penyakit infeksi saluran cerna.

Ada beberapa bakteri ada dalam makanan, yang menyebabkan penyakit

(Novita, 2012), antara lain:

1. E. coli (Escherichia coli)

Bakteri hidup di usus makhluk hidup seperti manusia, kambing, sapi

dsb. Manusia yang terkontaminasi E coli akan menderita gejala diare berat,

sakit perut, muntah-muntah.

2. Listeria

Bakteri ini hidup di tanah dan air, hingga mudah sekali berpindah ke

jenis sayuran dan buah yang langsung bersentuhan dengan tanah. Juga buah

yang kulitnya keras misalnya melon, semangka dan ketimun. Bahkan dalam

lemari pendingin sekalipun, bakteri ini dapat menyebar. Karenanya bersihkan

buah sebelum dimasukkan dalam lemari pendingin. Gejala akibat bakteri ini

adalah demam, panas dingin, sakit kepala, sakit perut.

3. Vibrio parahaemolyticus

Bakteri ini hidup dalam jenis makanan laut atau seafood mentah. Jika

terinfeksi bakteri ini, maka akan timbul mual, muntah demam, dan diare.

4. Salmonela

Bakteri ini hidup pada telur mentah, daging, dan makanan mentah lain.

Menjaga kebersihan makanan sebelum dikonsumsi dengan cara memasak

terlebih dahulu akan menjauhkan infeksi seperti diare, demam, sakit perut, dan

sakit kepala.

Page 18: toksi kelompok 2.docx

5. Campylobacter

Campylobacter jejuni adalah bakteri berbentuk spiral yang berkembang

di ayam dan sapi. Bakteri ini bisa menginfeksi tanpa menyebabkan gejala

penyakit.

Pada manusia, bakteri Campylobacter menyebabkan diare, perut keram,

nyeri perut, dan demam. Feses diare seringkali berdarah. Kebanyakan kasus

infeksi memang ringan, tetapi bakteri ini bisa berakibat fatal pada anak-anak,

lansia, dan orang yang menderita gangguan imun.

Cara menghindari bakteri ini adalah memasak daging sampai matang,

mencuci tangan dengan sabun setelah menyentuh daging mentah, serta

membersihkan peralatan masak yang dipakai mengolah daging mentah (Anna,

2012).

6. Toksoplasma

Lebih dari 60 juga pria, wanita, dan anak-anak di Amerika Serikat

membawa parasit Toxoplasma gondii. Tetapi jarang ada yang menunjukkan

gejala karena sistem imun menjaga supaya parasit ini tidak menyebabkan sakit.

Akan tetapi, ada juga orang yang mengalami toksoplasmosis, dengan

gejala seperti akan sakit flu, yakni sakit kepala, tidak enak badan, dan demam.

Pada ibu hamil, parasit ini bisa menyebabkan gangguan serius seperti

kerusakan otak, mata, dan organ lain pada janin.

Kebanyakan orang terinfeksi toksoplasma setelah kontak dengan feses

kucing yang membawa parasit, mengonsumsi daging yang belum matang, atau

minum air yang terkontaminasi (Anna, 2012).

7. Norovirus

Norovirus adalah virus penyebab gastroenteritis, penyakit yang memicu

inflamasi di perut dan usus. Sebagian orang menyebutnya sebagai "flu perut".

Virus ini ditemukan pada makanan dan minuman yang terkontaminasi. Ia juga

Page 19: toksi kelompok 2.docx

bisa hidup di permukaan atau menyebar karena kontak dengan orang yang

terinfeksi.  Gastroenteritis sangat menular.

Gejalanya antara lain mual, sakit perut, muntah, diare, sakit kepala,

demam, dan kelelahan, yang berlangsung beberapa hari. Kebanyakan orang

bisa pulih dengan cepat, tetapi pada mereka yang kurang minum untuk

menggantikan cairan yang hilang akibat muntah dan diare, diperlukan infus.

Untuk mencegah novovirus, cucilah tangan dengan sabun sebelum

makan, bersihkan dengan disinfektan permukaan di dapur dan kamar mandi

(Anna, 2012).

Page 20: toksi kelompok 2.docx

BAB IV

HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan lapangan ini dilakukan pada hari Kamis tanggal 6 September 2012.

Kunjungan lapangan dilakukan di beberapa Jajanan Warung Pedagang Kaki Lima di sekitar

Kampus UNS, Kentingan Jebres Surakarta. Beberapa jajanan PKL yang kami kunjungi

diantara lain pedagang Siomay, Batagor, Bubur ayam, Soto Ayam, Ketoprak, Mie Ayam,

Angkringan “Mas Same”, minuman jus, dan Angkringan “Sany”.

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Pedagang kaki lima (PKL); (b) Tempat cuci peralatan makan di PKL

Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebersihan dan kesehatan makanan

yang ada di PKL tersebut. Selain itu untuk megetahui kebersihan di sekitar lingkungan

warung pedagang kaki lima.

Dari hasil kunjungan yang kami lakukan, didapatkan beberapa informasi tentang warung

pedagang kaki lima.

1. Pedagang Siomay

Tingkat higienitas makanan siomay rendah. Hal ini dapat dilihat dari tempat

pencucian piring dan gelas, air yang digunakan tidak mengalir dan hanya ditempatkan

pada ember. Dimana jika pencucian dilakukan dengan cara seperti itu tidak sesuai

dengan standar kebersihan.

Page 21: toksi kelompok 2.docx

Gambar 2. Tempat cuci peralatan makan di pedagang siomay

Karena kotoran atau bakteri yang ada tidak hilang, namun tetap menempel

pada peralatan makan. Selain itu, kebersihan lingkungan disekitar juga tidak memenhi

standar karena berada di pinggir jalan dimana banyak polusi kendaraan.

Selain itu, pada saat penyajian makanannya, piring yang digunakan

dibersihkan dengan menggunakan lap bersih. Penggunaan lap sekali sehari. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat kebersihan peralatan makan yang kurang. Seharusnya lap

yang disediakan beberapa lap bersih untuk membersihkan peralatan makan dalam satu

hari.

2. Bubur Ayam

Kunjungan di warung PKL yang menjajakan bubur ayam, tingkat

kebersihannya juga rendah. Karena untuk tempat pencucian piring dan gelas, air yang

digunakan tidak mengalir dan hanya ditempatkan pada ember. Dimana jika pencucian

dilakukan dengan cara seperti itu tidak sesuai dengan standar kebersihan.

Page 22: toksi kelompok 2.docx

Gambar 3. Gerobak pedagang bubur ayam

Karena kotoran atau bakteri yang ada tidak hilang, namun tetap menempel

pada peralatan makan. Selain itu, kebersihan lingkungan disekitar juga tidak memenhi

standar karena berada di pinggir jalan dimana banyak polusi kendaraan. Dan juga,

bungkus bubur ayam menggunakan stereofoam.

3. Angkringan

Pada pedagang angkringan diatas, tingkat kebersihannya juga rendah. Karena

untuk tempat pencucian piring dan gelas, air yang digunakan tidak mengalir dan hanya

ditempatkan pada ember.

Gambar 4. Angkringan Mas Same

Dimana jika pencucian dilakukan dengan cara seperti itu tidak sesuai dengan

standar kebersihan. Karena kotoran atau bakteri yang ada tidak hilang, namun tetap

menempel pada peralatan makan.

4. Minuman Jus

Tingkat kebersihan di warung jus lebih tinggi dari tempat-tempat yang lain.

Karena untuk tempat pencucian gelas, air yang digunakan mengalir. Kebersihannya

cukup terjamin.

Page 23: toksi kelompok 2.docx

(a) (b)

Gambar 5. (a) Tempat cuci pedagang jus; (b) Gelas plastik dan sedotan plastik

sebagai tempat penyajian jus (bungkus dibawa pulang)

Dari gambar di atas, dapat dilihat juga pemakaian air mineral dari galon. Hal

ini menunjukkan bahwa bahan yang digunakan untuk membuat jus cukup higienis. Di

samping dari buah-buahan yang digunakan cukup segar, penggunaan air mineral untuk

membuat jus juga akan membuat jus tersebut cukup banyak diminati konsumen.

5. Pedagang Ketoprak

Tingkat kebersihan di warung ketoprak relatif masihrendah. Karena untuk

tempat pencucian piring dan gelas, air yang digunakan tidak mengalir dan hanya

ditempatkan pada ember. Dimana jika pencucian dilakukan dengan cara seperti itu

tidak sesuai dengan standar kebersihan.

Page 24: toksi kelompok 2.docx

Gambar 6. Cara penyajian ketoprak

Karena kotoran atau bakteri yang ada tidak hilang, namun tetap menempel

pada peralatan makan. Selain itu, tempatnya juga berada di pinggir jalan.

Dari gambar (a) di atas, cara penyajian ketoprak sudah cukup higienis. Dimana

tidak ada ceceran bahan ataupun sampah yang ada di meja penyajian. Penempatan

bahan makanan yang cukup rapi.

Namun pada gambar (b), lokasi warung ketoprak yang dekat dengan jalan raya

tidak memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena kemungkinan makanan akan

terkontaminasi oleh polusi udara yang ditimbulkan dari asam kendaraan bermotor.

Asap kendaraan yang bersifat toksik akan mencemari makanan.

6. Mie Ayam

Tingkat kebersihan di penjual mie ayam masih rendah. Karena untuk tempat

pencucian piring dan gelas, air yang digunakan tidak mengalir dan hanya ditempatkan

pada ember. Dimana jika pencucian dilakukan dengan cara seperti itu tidak sesuai

dengan standar kebersihan. Karena kotoran atau bakteri yang ada tidak hilang, namun

tetap menempel pada peralatan makan.

Gambar 7. Gerobak mie ayam

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa tingkat kebersihan pada gerobak mie

ayam sangat rendah. Ada kain lap yang tergantung di gerobak tersebut. Gerobak yang

Page 25: toksi kelompok 2.docx

terkesan berantakan menunjukkan kurangnya higienitas makanan. Selain itu, di dekat

gerobak diletakkan tempat sampah.

7. Batagor

Tingkat kebersihan di penjual batagor masih cukup rendah. Karena untuk

tempat pencucian piring dan gelas, air yang digunakan tidak mengalir dan hanya

ditempatkan pada ember. Walaupun digunakan tiga ember, dimana ember pertama

untuk mencelupkan piring kotor, sedangakan ember kedua dan ketiga untuntuk

membilas, tingkat kebersihannya masih kurang. Seperti yang telah diketahui bahwa

cara pencucian yang benar adalah dengan menggunakan air yang mengalir.

(a) (b)

Gambar 8. (a) Cara penggorengan batagor; (b) Tempat pencucian

Karena kotoran atau bakteri yang ada tidak hilang, namun tetap menempel

pada peralatan makan. Dan juga bungkus yang digunakan adalah plastik.

Page 26: toksi kelompok 2.docx

Penggantian minyak goreng untuk menggoreng dilakukan satu kali sehari.

Dimana tiap hari digunakan minyak baru untuk menggoreng batagor. Untuk minyak

bekas menggoreng, biasanya digunakan untuk menggoreng kacang tanah untuk

sambal kacangnya. Namun, terkadang minyak bekas tersebut dibuang. Minyak goreng

yang dipakai berkali-kali akan menyebabkan penyakit. Hal ini dikarenakan akumulasi

zat toksik pada minyak goreng dari bahan makanan yang digoreng.

Untuk pembungkus makanannya digunakan plastik bening. Plastik yang

digunakan kurang memenuhi syarat. Hal ini karena plastik yang digunakan sangat tipis

dan kemungkinan jika terkena bahan makanan yang cukup panas, polimer penyusun

plastik dapat terdegradasi sehingga akan menyebakan zat toksik pada makanan.

8. Soto Ayam

Tingkat kebersihan di warung soto ayam juga masih relatif rendah. Karena

untuk tempat pencucian piring dan gelas, air yang digunakan tidak mengalir dan hanya

ditempatkan pada ember. Dimana jika pencucian dilakukan dengan cara seperti itu

tidak sesuai dengan standar kebersihan. Karena kotoran atau bakteri yang ada tidak

hilang, namun tetap menempel pada peralatan makan. Dan juga bungkus yang

digunakan adalah plastik.

Gambar 9. Warung soto ayam

Page 27: toksi kelompok 2.docx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tingkat higienitas warung PKL masih cukup rendah. Ada beberapa aspek

standar kesehatan yang belum terpenuhi misalnya:

1. Lokasi warung yang dekat atau di pinggir jalan raya

2. Tempat penyajian, meliputi piring, gelas, mangkok, sendok dan garpu

3. Cara pencucian dengan air mengalir atau beberapa buah ember

B. Saran

Perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada para PKL tentang

pentingnya menjaga mutu makanan yang dijual, agar makan yang dijual tetap enak

dan tetap bergizi.

Page 28: toksi kelompok 2.docx

Daftar Pustaka

Anna, Lusia Kus. 2012.

http://health.kompas.com/read/2012/09/17/17325147/7.Bakteri.dalam.Makanan.Penyeb

ab.Sakit (diakses tanggal 27 September 2012)

Berg, Alan dan Robert J. Muscat. 1987. Faktor Gizi. Jakarta: Bharata Karya Aksara

Foerwadarminta, W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarata: BalaiPustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_kaki_lima

http://hmibecak.wordpress.com/2007/08/01/melihat-fenomena-pedagang- kaki-lima-melalui-

aspek-hukum/

http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-nurmaini2.pdf

http://restatika.wordpress.com/2010/03/08/kebijakan-pemerintah-melarang-pedagang-kaki-

lima/

http://www.kompas.com/kompascetak/0305/28/jatim/336650.html/http://

veronicakumurus.Blospot.Com/2006/08/pedagang-kaki-limapkldanpotensialnya.html/

http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/08/street-vendors-also- deserve-urban-

space.html

Novita. 2012. http://sidomi.com/128723/jenis-bakteri-penyebab-penyakit-yang-hidup-dalam-

makanan/ (diakses tanggal 27 September 2012)

Sastrawijaya, Tresna. 1992. Pencemaran Lingkungan. Majalah Kesehatan, edisi III. Jakarta:

Rineka Cipta

Sediaoetaman, Achmad Djaeni. 1989. Ilmu Gizi dan Rakyat. jilid II. Jakarta