pkn kelompok 1.docx

43
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung selama- lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal tersebut. Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu dan demokrasi dimana

Upload: jum-yoichi

Post on 25-Oct-2015

53 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PKN KELOMPOK 1.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk

menjaga suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering

terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang

dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem

pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah

dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem

pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan berlangsung

selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk

memprotes hal tersebut.

Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga

kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun

minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik,

pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem

pemerintahan yang kontiniu dan demokrasi dimana seharusnya

masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem

pemerintahan tersebut.

Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan

sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara sempit, Sistem

pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda

pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif

1

Page 2: PKN KELOMPOK 1.docx

2

lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari

rakyatnya itu sendiri.

Page 3: PKN KELOMPOK 1.docx

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemerintahan

1. Dalam arti luas

Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh

badan-badan legislatif, eksekutif dan yudikatif di suatu negara dalam

rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.

2. Dalam arti sempit

Pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh

badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan

penyelenggaraan negara.

3. Menurut Utrecht

Istilah pemerintahan punya pengertian yang tidak sama.

Beberapa pengertian tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pemerintahan sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan

yang berkuasa memerintah. Jadi, yang termasuk badan-badan

kenegaraan di sini bertugas menyelenggarakan kesejahteraan

umum, misalnya badan legislatif, badan eksekutif dan badan

yudikatif.

b) Pemerintahan sebagai gabungan badan-badan kenegaraan

tertinggi yang berkuasa memerintah di wilayah satu negara,

misalnya raja, presiden, atau Yang Dipertuan Agung (Malaysia).

3

Page 4: PKN KELOMPOK 1.docx

4

c) Pemerintahan dalam arti kepala negara (presiden) bersama

dengan kabinetnya.

Adapun sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu

tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan

yang bekerja saling bergantung dan mempengaruhi dalam mencapai

tujuan dan fungsi pemerintahan. Komponen-komponen tersebut

secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya

lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara dan

bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan

negara yang bersangkutan.

Dalam pandangan Offe, bahwa pemerintahan merupakan

hasil dari tindakan administratif dalam berbagai bidang dan bukan

merupakan hasil dari pelaksanaan tugas pemerintah berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang ditetapkan sebelumnya; tetapi

lebih merupakan hasil dari kegiatan produksi bersama (coproduction)

antara lembaga pemerintahan dengan klien masing-masing.

Pemerintahan (governing) menurut Kooiman, merupakan proses

interaksi antara berbagai aktor dalam pemerintahan dengan

kelompok sasaran atau berbagai individu masyarakat. Oleh sebab

itu, pola penyelenggaraan pemerintahan dalam masyarakat dewasa

ini pada intinya merupakan proses koordinasi (coordinating),

Page 5: PKN KELOMPOK 1.docx

5

pengendalian (steering), pemengaruhan (influencing) dan

penyeimbangan (balancing) setiap hubungan interaksi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa

penyelenggaraan pemerintahan (governing) dapat dipandang

sebagai “intervensi perilaku politik dan sosial yang berorientasi hasil,

yang diarahkan untuk menciptakan pola interaksi yang stabil atau

dapat diprediksikan dalam suatu sistem (sosial-politik), sesuai

dengan harapan ataupun tujuan dari para pelaku intervensi tersebut”.

B. Bentuk Pemerintahan

1. Bentuk Pemerintahan Klasik

Teori-teori tentang bentuk pemerintahan klasik pada

umumnya masih menggabungkan bentuk negara dan bentuk

pemerintahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Mac Iver dan Leon

Duguit yang menyatakan bahwa bentuk negara sama dengan

bentuk pemerintahan. Prof. Padmo Wahyono, SH juga berpendapat

bahwa bentuk negara aristokrasi dan demokrasi adalah bentuk

pemerintahan klasik, sedangkan monarki dan republik adalah bentuk

pemerintahan modern.

Dalam teori klasik, bentuk pemerintahan dapat di bedakan

atas jumlah orang yang memerintah dan sifat pemerintahannya.

a. Ajaran Plato (429 – 347SM)

Page 6: PKN KELOMPOK 1.docx

6

Plato mengemukakan lima bentuk pemerintahan negara. Kelima

bentuk itu menurut Plato harus sesuai dengan sifat-sifat tertentu

manusia. Adapun kelima bentuk itu sebagai berikut.

1) Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh

kaum cendikiawan yang dilaksanakan  sesuai dengan pikiran

keadilan.

2) Timokrasi, yaitu bentuk pemerintah yang di pegang oleh

orang-orang yang ingin mencapai kemasyuran dan

kehormatan.

3) Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegang oleh

golongan hartawan.

4) Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh

rakyat jelata, dan

5) Tirani, yaitu bentuk pemerintahan  yang di pegang oleh

seorang tiran ( sewenang-wenang) sehingga jauhdari cita-cita

keadilan.

b. Ajaran Aristoteles (384 – 322 SM)

Aristoteles membedakan bentuk pemerintahan berdasarkan dua

kriteria pokok, yaitu jumlah orang yang memegang pucuk

pemerintahan dan kualitas pemerintahannya. Berdasarkan dua

kriteria tersebut, perbedaan bentuk pemerintahan adalah sebagai

berikut.

Page 7: PKN KELOMPOK 1.docx

7

1) Monarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh satu

orang demi kepentingan umum, sifat pemerintahan ini baik dan

ideal.

2) Tirani, yaitu bentuk pemerintah yang dipegang oleh seseorang

demi kepentingan pribadi. Bentuk pemerintahan ini buruk dan

merupakan kemerosotan.

3) Aristokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh

sekelompok cendikiawan demi kepentingan umum. Bentuk

pemerintahan ini baik dan ideal.

4) Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh

sekelompok cendikiawan demi kepentingan kelompoknya.

Bentuk pemerintahan ini merupakan pemerosotan dan buruk.

5) Pliteia, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh seluruh

rakyat demi kepentingan umum. Bentuk pemerintahan ini baik

dan ideal.

6) Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh

orang-orang tertentu demi kepentingan sebagian orang. Bentuk

pemerintahan ini kurang baik dan merupakan pemrosotan.

c. Ajaran Polybios (204-122 SM)

Ajaran Polybios yang dikenal dengan Cyclus Theory sebenarnya

merupakan pengembangna lebih lanjut dari ajaran aristoteles

dengan sedikit perubahan, yaitu dengan mengganti bentuk

Page 8: PKN KELOMPOK 1.docx

8

pemerintahan ideal pliteia dengan demokrasi. Teori siklus menurut

Polybios dapat digambarkan pada bagan berikut ini.

1) Monarki adalah bentuk pemerintahan yang pada mulanya

mendirikan kekuasaan atas rakyat dengan baik  dan dapat di

percaya. Namun pada perkembangannya, para penguasa

dalam hal ini adalah raja tidak lagi menjalankan pemerintahan

untuk kepentingan umum, bahkan cenderung sewenang-

wenang dan menindas rakyat. Bentuk pemerintahan monarki

bergeser menjadi tirani.

2) Dalam situasi pemerintahan tirani yang sewenang-wenang,

muncullah kaum bangsawan yang bersekongkol untuk

melawan. Mereka bersatu untuk mengadakan pemberontakan

sehingga kekuasaan beralih pada mereka. Pemerintahan

selanjutnya di pegang oleh beberapa orang dan

memperhatikan kepentingan umum., serta sifat baik,.

Pemerintahan pun berubah dari tirani menjadi aristokrasi.

3) Aristokrasi yang semula baik dan memperhatikan kepentingan

umum, pada perkembangannya tidak lagi menjalankan

keadilan dan hanya mementingkan diri sendiri. Keadaan itu

mengakibatkan pemerintahan aristokrasi bergeser ke oligarki.

4) Dalam pemerintahan oligarki yang tidak ada keadilanm rakyat

berontak mengambil alih kekuasaan umtuk memperbaiki

nasib. Rakyat menjalankan kekuasaan negara demi

Page 9: PKN KELOMPOK 1.docx

9

kepentingan rakyat. Akibatnya, pemerintahan bergeser

menjadi demokrasi. Namun, pemerintahan demokrasi yang

awalnya baik lama keamaan banyak diwarnai kekacauan,

kebrobokan, dan korupsi sehingga hokum sulit di tegakkan.

Dari pemerintahan okhlorasi ini kemudian muncul seorang

yang kuat dan berani yang dengan kekerasan dapat

memegang pemerintahan. Dengan demikian, pemerintahan

kembali di pegang oleh satu tangan lagi dalam bentuk

monarki.

Perjalanan siklus pemerintahan di atas mamperlihatkan pada kita

akan adanya hubungan kausal (sebab akibat) antara bentuk

pemerintahan yang satu dengan yang lain. Itulah sebabnya

Polybios beranggapan bahwa lahirnya pemerintahan yang satu

dengan yang lain sebagai akibat dari pemerintahan yang

sebelumnya telah ada.

2. Bentuk Pemerintahan Monarkhi (Kerajaan)

Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit Constitutional

membedakan pemerintahan dalam bentuk monarki dan republik.

Perbedaan antara pemerintahan bentuk “monarki” dan “republik”

menurut Leon Duguit, adalah ada pada kepala negaranya. Jika

ditunjuk berdasarkan hak turun-temurun, maka kita berhadapan

dengan monarki. Kalau kepala negaranya ditunjuk tidak

Page 10: PKN KELOMPOK 1.docx

10

berdasarkan turun-temurun tetapi dipilih, maka kita berhadapan

dengan republik.

Dalam praktik-praktik ketatanegaraan, bentuk

pemerintahan monarki dan republik dapat dibedakan atas:

a) Monarki Absolut

Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam suatu negara

yang dikepalai oleh seorang (raja, ratu, syah, atau kaisar) yang

kekuasaan dan wewenangnya tidak terbatas. Perintah raja

merupakan undang-undang yang harus dipatuhi oleh rakyatnya.

Pada diri raja terdapat kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif

yang menyatu dalam ucapan dan perbuatannya. Contoh: Perancis

semasa Louis XIV dengan semboyannya yang terkenal L’etat

C’est Moi (negara adalah saya).

b) Monarki Konstitusional

Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam suatu

negara yang dikepalai oleh seorang raja yang kekuasaannya

dibatasi oleh undang-undang dasar (konstitusi). Proses monarki

konstitusional adalah sebagai berikut :

Adakalanya proses monarki konstitusional itu datang dari raja

itu sendiri karena ia takut dikudeta. Contoh: negara Jepang

dengan hak octrooi.

Adakalanya proses monarki konstitusional itu terjadi karena

adanya revolusi rakyat terhadap raja. Contoh: Inggris yang

Page 11: PKN KELOMPOK 1.docx

11

melahirkan Bill of RightsI tahun 1689, Yordania, Denmark,

Arab Saudi, dan Brunei Darussalam.

c) Monarki Parlementer

Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam suatu

negara yang dikepalai oleh seorang raja dengan menempatkan

parlemen (DPR) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam

monarki parlementer, kekuasaan eksekutif dipegang oleh kabinet

(perdana menteri) dan bertanggung jawab kepada parlemen.

Fungsi raja hanya sebagai kepala negara (simbol kekuasaan)

yang kedudukannya tidak dapat diganggu gugat. Bentuk monarki

parlementer sampai sekarang masih tetap dilaksanakan di Inggris,

Belanda, dan Malaysia.

3. Bentuk Pemerintahan Republik

Dalam pelaksaannya bentuk pemerintahan republik dapat

dibedakan menjadi republik absolut, republik konstitusional, dan

republik parlementer.

a) Republik Absolut

Dalam sistem republik absolut, pemerintahan bersifat diktator

tanpa ada pembatasan kekuasaan. Penguasa mengabaikan

konstitusi dan untuk melegitimasi kekuasaannya digunakanlah

partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada,

namun tidka berfungsi.

b) Republik Konstitusional

Page 12: PKN KELOMPOK 1.docx

12

Dalam sistem republik konstitusional, presiden memegang

kekuasaan kepala negara dan kepala pemerintahan. Namun,

kekuasaan presiden dibatasi oleh konstitusi. Di samping itu,

pengawasan yang efektif dilakukan oleh parlemen.

c) Republik Parlementer

Dalam sistem republik parlementer, presiden hanya sebagai

kepala negara. Namun, presiden tidak dapat diganggu-gugat.

Sedangkan kepala pemerintahan berada di tangan perdana

menteri yang bertanggungjawab kepada parlementer. Alam sistem

ini, kekuasaan legislatif lebih tinggi daripada kekuasaan eksekutif.

C. Sistem Pemerintahan

Istilah sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua

kata, “sistem” dan “pemerintahan”. “Sistem” adalah suatu keseluruhan,

terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional,

baik antara bagian-bagian maupun hubungan fungsional terhadap

keseluruhannya, sehingga, hubungan itu menimbulkan suatu

ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu

bagian tidak bekerja dengan baik, maka akan mempengaruhi

keseluruhannya itu. (Carl J. Friedrich).

Sistem pemerintahan di dunia terbagi atas sistem

pemerintahan parlementer dan presidensial. Pada umumnya, negara-

negara di dunia menganut salah satu dari sistem pemerintahan

tersebut. Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi

Page 13: PKN KELOMPOK 1.docx

13

atau kombinasi dari dua sistem pemerintahan di atas. Negara Inggris

dianggap sebagai tipe ideal dari negara yang menganut sistem

pemerintahan parlementer. Bahkan, Inggris disebut sebagai “mother of

parliaments” (induk parlementer), sedangkan Amerika Serikat

merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem pemerintahan

presidensial.

Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena

menerapkan ciri-ciri yang ideal dari sistem pemerintahan yang

dijalankannya. Inggris adalah negara pertama yang menjalankan model

pemerintahan parlementer. Amerika Serikat juga sebagai pelopor

dalam pemerintahan presidensial. Kedua negara tersebut sampai

sekarang tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip dari sistem

pemerintahannya. Dari dua negara tersebut, kemudian sistem

pemerintahan diadopsi oleh negara-negara lain di belahan dunia.

1. Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem parlementer adalah sebuah sistem permerintahan di

mana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan.

Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat

perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan

pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak

percaya. Berbeda dengan sistem presidensil, di mana sistem

parlemen dapat memiliki seorang presiden presiden dan seorang

perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan.

Page 14: PKN KELOMPOK 1.docx

14

Dalam presidensil, presiden berwenang terhadap jalannya

pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya

menjadi simbol kepala negara saja.

Sistem parlementer, terlahir dari adanya pertanggung

jawaban menteri. Seperti halnya yang terjadi di Inggris, di mana

seorang raja tak dapat diganggu gugat (the king can do no wrong),

maka jika terjadi perselisihan antara raja dengan rakyat, menterilah

yang bertanggung jawab terhadap segala tindakan raja. Sebagai

contoh, Thomas Wentworth salah seorang menteri pada masa Raja

Karel I dituduh melakukan tindak pidana oleh majelis rendah.

Kemudian karena terbukti, menteri tersebut dijatuhi hukuman mati

oleh majelis tinggi.

Dari pertanggung jawaban pidana ini, kemudian lahir

pertanggung jawaban politik, di mana para menteri harus

bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah terhadap

parlemen. Sistem parlemen telah terjadi sejak permulaan abad ke-18

di Inggris. Dari sejarah ketatanegaraan, dapatlah dikatakan, bahwa

sistem parlementer ini adalah kelanjutan dari bentuk negara

Monarchi Konstitusionil, di mana kekuasaan raja dibatasi oleh

konstitusi. Karena itu dalam sistem parlementer, raja atau ratu dan

presiden, kedudukannya adalah sebagai kepala negara. Contoh

kedudukan ratu di Inggris, raja di Muangthai dan presiden di India.

Page 15: PKN KELOMPOK 1.docx

15

Selanjutnya yang disebut eksekutif dalam sistem

parlementer adalah kabinet itu sendiri. Kabinet yang terdiri dari

perdana menteri dan menteri-menteri, bertanggung jawab sendiri

satau bersama-sama kepada parlemen. Kesalahan yang dilakukan

oleh kabinet tidak dapat melibatkan kepala negara. Karena itulah di

Inggris dikenal istilah “the king can do no wrong”. Pertanggung

jawaban menteri kepada parlemen tersebut dapat berakibat kabinet

meletakkan jabatan dan mengembalikan mandat kepada kepala

negara manakala parlemen tidak lagi mempercayai kabinet.

Sebagai catatan, bahwa dalam pemerintahan kabinet

parlementer, perlu dicapai adanya keseimbangan melalui mayoritas

partai untuk membentuk kabinet atas kekuatan sendiri. Kalau tidak,

maka dibentuk suatu kabinet koalisi berdasarkan kerjasama antara

beberapa partai yang bersama-sama mencapai mayoritas dalam

badan legislatif. Beberapa negara, seperti Negera Belanda dan

negara-negara Skandinavia, pada umumnya berhasil mencapai

suatu keseimbangan, sekalipun tidak dapat dielakkan suatu

“dualisme antara pemerintah dan dewan perwakilan rakyat”.

Beberapa ciri dari sistem pemerintahan parlementer,

adalah sebagai berikut :

a) Raja/ratu atau presiden adalah sebagai kepala negara. Kepala

negara ini tak bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan

yang diambil oleh kabinet.

Page 16: PKN KELOMPOK 1.docx

16

b) Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan.

Kepala pemerintahan adalah perdana menteri. Kepala negara

tak memiliki kekuasaan pemerintahan. Ia hanya berperan

sebagai simbol kedaulatan dan keutuhan negara.

c) Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang

anggotanya dipilih lansung oleh rakyat melalui pemilihan umum.

Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan perwakilan

dan lembaga legislatif.

d) Eksekutif bertanggung jawab kepada legislatif. Dan yang disebut

sebagai eksekutif di sini adalah kabinet. Kabinet harus

meletakkan atau mengembalikan mandatnya kepada kepala

negara, manakala parlemen mengeluarkan mosi tidak percaya

kepada menteri tertentu atau seluruh menteri.

e) Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk

kabinet dan sekaligus sebagai perdana menteri adalah ketua

partai politik yang memenangkan pemilu. Sedangkan partai

politik yang kalah akan berlaku sebagai pihak oposisi.

f) Dalam sistem banyak partai, formatur kabinet harus membentuk

kabinet secara koalisi, karena kabinet harus mendapat dukungan

kepercayaan dari parlemen.

g) Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dan parlemen dan

kepala negara beranggapan kabinet berada dalam pihak yang

benar, maka kepala negara akan membubarkan parlemen. Dan

Page 17: PKN KELOMPOK 1.docx

17

menjadi tanggung jawab kabinet untuk melaksanakan pemilu

dalam tempo 30 hari setelah pembubaran itu. Sebagai akibatnya,

apabila partai politik yang menguasai parlemen menang dalam

pemilu tersebut, maka kabinet akan terus memerintah.

Sebaliknya, apabila partai oposisi yang memenangkan pemilu,

maka dengan sendirinya kabinet mengembalikan mandatnya dan

partai politik yang menang akan membentuk kabinet baru.

Dalam hal terjadinya suatu krisis kabinet karena kabinet tidak

lagi memperoleh dukungan dari mayorits badan legislatif,

kadang-kadang dialami kesukaran untuk membentuk suatu

kabinet baru, oleh karena pandangan masing-masing partai tidak

dapat dipertemukan. Dalam keadaan semacam ini terpaksa

dibentuk suatu kabinet ekstra-parlementer, yaitu suatu kabinet

yang dibentuk tanpa formateur kabinet

merasa terikat pada konstelasi kekuatan politik dalam badan

legislatif.

Dengan demikian bagi formateur kabinet cukup peluang untuk

menunjuki menteri berdasarkan keahlian yang diperlukan tanpa

menghiraukan apakah dia mempunyai dukungan partai.

Kalaupun ada menteri yang merupakan anggota pertai, maka

secara formil dia tidak mewakili partainya. Biasanya suatu

kabinet ekstra-parlementer mempunyai program kerja yang

Page 18: PKN KELOMPOK 1.docx

18

terbatas dan mengikat diri untuk menangguhkan pemecahan

masalah-masalah yang bersifat fundamental.

2. Sistem Pemerintahan Presidensial

Dalam sistem pemerintahan presidensial, kedudukan

eksekutif tak tergantung pada badan perwakilan rakyat. Adapun

dasar hukum dari kekuasaan eksekutif dikembalikan kepada

pemilihan rakyat. Sebagai kepala eksekutif, seorang presiden

menunjuk pembantu-pembantunya yang akan memimpin

departemennya masing-masing dan mereka itu hanya bertanggung

jawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet itu tak

tergantung dari badan perwakilan rakyat atau tidak memerlukan

dukungan kepercayaan dari badan perwakilan rakyat, maka menteri-

pun tak bisa diberhentikan olehnya.

Sistem ini terdapat di Amerika Serikat yang

mempertahankan ajaran Montesquieu, di mana kedudukan tiga

kekuasaan negara yaitu legislatif, eksekutif dan legislatif, terpisah

satu sama lain secara tajam dan saling menguji serta saling

mengadakan perimbangan (check and balance). Kekuasaan

membuat undang-undang ada di tangan congress, sedangkan

presiden mempunyai hak veto terhadap undang-undang yang sudah

dibuat itu. Kekuasaan eksekutif ada pada presiden dan pemimpin-

pemimpin departemen, yaitu para menteri yang tidak bertanggung

Page 19: PKN KELOMPOK 1.docx

19

jawab pada parlemen. Karena presiden dipilih oleh rakyat, maka

sebagai kepala eksekutif ia hanya bertanggung jawab kepada rakyat.

Pelaksanaan kekuasaan kehakiman menjadi tanggung

jawab Supreme Court (Mahkamah Agung), dan kekuasaan legislatif

berada di tangan DPR atau Konggres (Senat dan Parlemen di

Amerika). Dalam Praktiknya, sistem presidensial menerapkan teori

Trias Politika Montesqueu secara murni melalui pemisahan

kekuasaaan (Separation of Power ). Contohnya adalah Amerika

dengan Chek and Balance. Sedangkan yang diterapkan di Indonesia

adalah pembagian kekuasaan (Distribution of Power). Ciri-ciri 

Sistem Pemerintahan Presidensial :

a) Penyelenggara negara berada di tangan presiden. Presiden

adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.

Presiden tak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh

rakyat atau suatu dewan/majelis

b) Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet

bertanggung jawab kepada presiden dan tidak bertanggung

jawab kepada parlemen/legislatif

c) Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena ia

tidak dipilih oleh parlemen

d) Presiden tak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem

parlementer

Page 20: PKN KELOMPOK 1.docx

20

e) Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan menjabat sebagai

lembaga perwakilan. Anggotanya pun dipilih oleh rakyat

f) Presiden tidak berada di bawah pengawasan langsung parlemen

3. Sistem Pemerintahan Referendum

Sebagai variasi dari kedua sistem pemerintahan

parlementer dan presidensial adalah sistem pemerintahan

referendum. Di negara Swiss, di mana tugas pembuat Undang-

undang berada di bawah pengawasan rakyat yang mempunyai hak

pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum yang

terdiri dari referendum obligatoir, referandum fakultatif, dan

referandum konsultatif.

a) Referandum Obligatoir, adalah referandum yang harus terlebih

dahulu mendapat persetujuan langsung dari rakyat sebelum

suatu undang-undang tertentu diberlakukan. Persetujuan dari

rakyat mutlak harus diberikan dalam pembuatan suatu undang-

undang yang mengikat seluruh rakyat, karena dianggap sangat

penting. Contoh, adalah persetujuan yang diberikan oleh rakyat

terhadap pembuatan undang-undang dasar.

b) Referendum Fakultatif, adalah referandum yang dilaksanakan

apabila dalam waktu tertentu sesudah suatu undang-undang

diumumkan dan dilaksanakan, sejumlah orang tertentu yang

punya hak suara menginginkan diadakannya referandum. Dalam

hal ini apabila referandum menghendaki undang-undang

Page 21: PKN KELOMPOK 1.docx

21

tersebut dilaskanakan, maka undang-undang itu terus berlaku.

Tetapi apabila undang-undang itu ditolak dalam referandum

tersebut, maka undang-undang itu tidak berlaku lagi.

c) Referandum Konsultatif, adalah referandum yang menyangkut

soal-soal teknis. Biasanya rakyat sendiri kurang paham tentang

materi undang-undang yang dimintakan persertujuaannya.

Pada pemerintahan dengan sistem referandum, pertentangan yang

terjadi antara eksekutif (bundesrat) dan legislatif (keputusan daripada

rakyat) jarang terjadi. Anggota-anggota dari bundesrat ini dipilih oleh

bundesversammlung untuk waktu 3 tahun lamanya dan bisa dipilih

kembali.

Keuntungan dari sistem referendum adalah, bahwa pada setiap

masalah negara rakyat langsung ikut serta menanggulanginya. Akan

tetapi kelemahannya adalah tidak setiap masalah rakyat mampu

menyelesaikannya karena untuk mengatasinya perlu pengetahuan

yang cukup harus dimiliki oleh rakyat itu sendiri. Sistem ini tak bisa

dilaksanakan jika banyak terdapat perbedaan paham antara rakyat

dan eksekutif yang menyangkut kebijaksanaan politik. Keuntungan

yang lain ialah, bahwa kedudukan pemerintah itu stabil sehingga

membawa akibat pemerintah akan memperoleh pengalaman yang

baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyatnya.

4. Sistem Parlemen Satu Kamar dan Dua Kamar

a) Sistem Parlemen Satu Kamar

Page 22: PKN KELOMPOK 1.docx

22

Timbulnya pemikiran terhadap parelemen sistem satu

kamar, didasarkan pada pemikiran bahwa apabila majelis

tingginya demokratis, hal itu semata-mata mencerminkan majelis

rendah yang juga demokratis dan karenanya hanya merupakan

duplikasi saja. Teori yang mendukung pandangan ini berpendapat

bahwa fungsi kamar kedua, misalnya meninjau atau merevisi

undang-undang, dapat dilakukan oleh komisi parlementer,

sementara upaya menjaga konstitusi selanjutnya dapat dilakukan

melalui konstitusi yang tertulis.

Banyak negara yang kini mempunyai parlemen dengan

sistem satu kamar dulunya menganut sistem dua kamar dan

belakangan menghapuskan majelis tingginya. Salah satu

alasannya ialah karena majelis tinggi yang dipilih hanya

bertumpang tindih dengan majelis rendah dan menghalangi

disetujuinya undang-undang. Contohnya adalah kasus Landsting

di Denmark (dihapuskan tahun1953). Alasan lainnya adalah

karena majelis yang diangkat terbukti tidak efektif. Contohnya

adalah kasus Dewan Legislatif di Selandia Baru (dihapuskan

tahun 1951). Beberapa hal terkait dengan parlemen sistem satu

kamar adalah sebagai berikut :

Para pendukung, menyatakan bahwa sistem satu kamar

mencatat perlunya pengendalian atas pengeluaran

Page 23: PKN KELOMPOK 1.docx

23

pemerintahan dan dihapuskannya pekerjaan yang berganda

yang dilakukan oleh kedua kamar.

Para pengkritik, bahwa sistem satu kamar menunjukkkan

adanya pemeriksaan dan pengimbangan ganda yang

diberikan oleh sistem dua kamar dan dapat menambah tingkat

konsensus dalam masalah legislatif.

Kelemahan sistem satu kamar, ialah bahwa wilayah-wilayah

urban yang memiliki penduduk yang lebih besar akan

mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada wilayah-

wilayah pedesaan yang penduduknya lebih sedikit. Satu-

satunya cara untuk membuat wilayah yang penduduknya lebih

sedikit terwakili dalam pemerintahan kesatuan adalah

menerapkan sistem dua kamar, seperti misalnya pada periode

awal Amerika Serikat.

Beberapa pemerintahan sub-nasional yang menggunakan sistem

legislatif satu kamar antara lain adalah negara bagian Nebraska

di Amerika Srikat, Queensland di Australia, semua provinsi dan

atau wilayah di Kanada dan Bundesländer Jerman (Bavaria

menghapuskan Senatnya pada tahun 1999). Adapun di Britania

Raya, Parlemen Skotlandia, Dewan Nasional Wales dan Dewan

Irlandia Utara yang telah meramping juga menganut sistem satu

kamar.

Page 24: PKN KELOMPOK 1.docx

24

Semua dewan legislatif kota praktis juga satu kamar

dalam pengertian bahwa dewan perwakilan rakyat daerah tidak

dibagi menjadi dua kamar. Hingga awal abad ke-20, dewan-

dewan kota yang dua kamar lazim ditemukan di Amerika Serikat.

b) Sistem Parlemen Dua Kamar

Sistem parelmen dua kamar, adalah praktek

pemerintahan yang menggunakan dua kamar legislatif atau

parlemen. Jadi, parlemen dua kamar (bikameral) adalah parlemen

atau lembaga legislatif yang terdiri atas dua kamar. Di Britania

Raya, sistem dua kamar ini dipraktekkan dengan menggunakan

Majelis Tinggi (House of Lords) dan Mejelis Rendah (House of

Commons). Dan di Amerika Serikat sistem ini diterapkan melalui

kehadiran Senat dan Dewan Perwakilan.

Indonesia juga menggunakan sistem yang agak

mendekati sistem dua kamar melalui kehadiran Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR), meskipun dalam prakteknya sistem ini tidak sepenuhnya

diberlakukan karena persidangan MPR tidak berlangsung sesering

persidangan DPR.

Adapun bentuk Parlemen dengan Sistem Dua Kamar,

dapat dibedakan menjadi berikut :

Federalisme

Page 25: PKN KELOMPOK 1.docx

25

Beberapa negara seperti Australia, Amerika Serikat,

India, Brazil, Swiss dan Jerman, mengaitkan sistem dua

kamar mereka dengan struktur politik federal mereka. Di

Amerika Serikat, Australia dan Brazil misalnya, masing-

masing negara bagian mendapatkan jumlah kursi yang sama

di majelis tinggi badan legislatif, dengan tidak mempedulikan

perbedaan jumlah penduduk antara masing-masing negara

bagian. Hal ini dirancang untuk memastikan bahwa negara-

negara bagian yang lebih kecil tidak dibayang-bayangi oleh

negara-negara bagian yang penduduknya lebih banyak. Dan

kesepakatan yang menjamin pengaturan ini di Amerika Serikat

dikenal sebagai Kompromi Connecticut.

Di majelis rendah dari masing-masing negara tadi,

pengaturan ini tidak diterapkan dan kursi dimenangkan

semata-mata berdasarkan jumlah penduduk. Karena itu,

sistem dua kamar adalah sebuah metode yang

menggabungkan prinsip kesetaraan demokratis dengan

prinsip federalisme. Semua setara di majelis rendah,

sementara semua negara bagian setara di majelis tinggi.

Dalam sistem India dan Jerman, majelis tinggi

(masing-masing dikenal sebagai Rajya Sabha dan Bundesrat),

bahkan lebih erat terkait sistem federal, karena para

anggotanya dipilih langsung oleh pemerintah dari masing-

Page 26: PKN KELOMPOK 1.docx

26

masing negara bagian India atau Bundesland Jerman. Hal ini

pun terjadi di AS sebelum amandemen ke-17.

Sistem Dua Kamar Kebangsawanan

Di beberapa negara, sistem dua kamar dilakukan

dengan menyejajarkan unsur-unsur demokratis dan

kebangsawanan. Contohnya adalah Majelis Tinggi (House of

Lords) Britania Raya, yang terdiri dari sejumlah anggota

hereditary peers. Majelis Tinggi ini merupakan sisa-sisa

sistem kebangsawanan yang dulu penah mendominasi politik

Britania Raya, sementara majelis lainnya, Majelis Rendah

(House of Commons), anggotanya sepenuhnya dipilih.

Sejak beberapa tahun lalu telah muncul usul-usul

untuk memperbaharui Majelis Tinggi dan sebagian telah

berhasil. Misalnya, jumlah hereditary peers (berbeda dengan

life peers) telah dikurangi dari sekitar 700 orang menjadi 92

orang dan kekuasaan Majelis Tinggi untuk menghadang

undang-undang telah dikurangi. Contoh lain dari sistem dua

kamar kebangsawanan ini adalah House of Peers Jepang,

yang dihapuskan setelah Perang Dunia II.

D. Sistem Pemerintahan di Beberapa Negara

1. INGGRIS

Inggris adalah negara yang menganut sistem pemerintahan

monarki namun lebih banyak dipengaruhi oleh sistem pemerintahan

Page 27: PKN KELOMPOK 1.docx

27

parlementer karena badan eksekutif negara beranggotakan raja yang

sifatnya tidak dapat diganggu gugat. Walaupun secara formal raja

yang membubarkan parlemen dan memberikan instruksi untuk

diselenggarakannya pemilihan umum kembali, namun semua itu

dilakukan raja atas saran dari perdana menteri. Sehingga bisa

dikatakan bahwa sistem pemerintahan di Inggris lebih menonjolkan

sistem pemerintahan kabinet, sehingga banyak orang yang

memberikan istilah cabinet government (pemerintahan kabinet)

kepada negara Inggris.

2. AMERIKA SERIKAT

Amerika Serikat menganut sistem pemerintahan

presidensial. Badan eksekutif terdiri dari presiden beserta para

menterinya. Di Amerika Serikat, seorang presiden juga dinamakan

"Chief Executive". Presiden samasekali terpisah dari lembaga

legislatif dan tidak boleh mempengaruhi organisasi serta

penyelenggaraan pekerjaan dari konggres. KOnggres tidak bisa

menjatuhkan presiden selama presiden masih dalam masa jabatan,

begitu juga sebaliknya, presiden tidak mempunyai kekuasaan untuk

membubarkan konggres. Kekuasaan presiden Amerika Serikat

terletak dalam wewenangnya untuk memveto suatu rancangan

undang - undang yang telah diterima oleh konggres

3. PAKISTAN

Page 28: PKN KELOMPOK 1.docx

28

Pakistan juga menganut sistem pemerintahan bentuk

presidensial dengan badan eksekutif yang sangat kuat. Anggota

badan eksekutif terdiri dari presiden beserta para menterinya.

Perdana menteri sifatnya merupakan pembantu presiden dan tidak

boleh merangkap menjadi anggota badan legislatif. Di Pakistan,

dalam keadaan darurat, presiden berhak mengeluarkan ordinances

yang harus diajukan kepada badan legislatif dalam waktu 6 bulan.

Badan legislatif bisa memecat presiden bila melanggar undang -

undang dan berkelakuakn buruk. Dewan di Pakistan telah kembali ke

sistem pemerintahan parlementer saat ini.

4. INDIA

Sistem pemerintahan yang berlaku di India tidak jauh

berbeda dengan sistem pemerintahan di Inggris, yaitu cabinet

government. Anggota badan eksekutif terdiri dari Presiden sebagai

kepala negara dan para mentrinya yang dipimpin oleh perdana

menteri. Walaupun harus diakui bahwa sistem pemerintahan

parlementer dengan gaya cabinet government hanya dapat berjalan

dengan baik pada saat pemerintahan Nehru karena sejak tahun

1975, India berada dalam keadaan darurat sehingga mengharuskan

pemerintahan saat itu untuk melakukan berbagai macam

pembatasan agar pembangunan di India tidak terhambat.

Page 29: PKN KELOMPOK 1.docx

29

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pemerintahan di dunia terbagi atas sistem

pemerintahan parlementer dan presidensial. Pada umumnya, negara-

negara di dunia menganut salah satu dari sistem pemerintahan

tersebut. Sistem parlementer adalah sebuah sistem permerintahan di

mana parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam

hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana

menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu

dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda

dengan sistem presidensil, di mana sistem parlemen dapat memiliki

seorang presiden presiden dan seorang perdana menteri, yang

berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensil,

presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam

sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.

B. Saran

Dengan memahami sistem pemerintahan di berbagai negara,

terutama negara maju, diharapkan kita mampu membandingkannya

dengan sistem pemerintahan negara kita, sehingga kita dapat

menyimpulkan mengapa negara kita sangat terlambat sekali maju,

bahkan dibandingkan dengan negara muda yang beru lahir. Serta

29

Page 30: PKN KELOMPOK 1.docx

30

dapat mengkritik sistem pemerintahan negara kita dengan kritikan yang

membangun.