kelompok 16.docx

21
MAKALAH KEMUHAMMADIYAHAN “Komitmen Bermuhammadiyah Pembimbing: dr. Yoe !i"a#$ %KM Ke#om&o' () Muhammad A#i* +aina# ,-(( /-(01 Mohammad Ha*i !amadhan ,-(( /-(2( 3AKUL4A% KED5K4E!AN DAN KE%EHA4AN P!56!AM %4UDI PENDIDIKAN D5K4E! UNI7E!%I4A% MUHAMMADIYAH 8AKA!4A ,-(, 1

Upload: hka

Post on 07-Oct-2015

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH KEMUHAMMADIYAHANKomitmen Bermuhammadiyah

Pembimbing: dr. Yose Rizal, SKM

Kelompok 16Muhammad Alif Zainal2011730149Mohammad Hafis Ramadhan2011730151

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2012KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan ilmu dan hikmah kepada kita semua, sehingga kita dapat menjalankan tugas-tugas dengan baik. Semoga Allah SWT berkenan senantiasa menambahkan ilmu dan iman kita, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sesuai waktu dengan judul Komitmen Bermuhammadiyah.Salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah berjasa merubah peta kekafiran menjadi hidayah yang menerangi alam semesta.Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam penilaian mata kuliah kami yaitu Kemuhammadiyahan. Makalah ini telah selesai karena atas izin dari Allah SWT dan bantuan serta bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih setinggi-tingginya semoga Allah SWT membalas amal baiknya. Makalah ini hanya sekedar salah satu sarana untuk sumber pembelajaran. Dan masih banyak lagi sumber yang perlu digali.Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Kritik dan saran selalu penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.

Jakarta, 19 November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1DAFTAR ISI2

BAB I PENDAHULUANA.Latar Belakang3B.Rumusan Masalah3C.Tujuan Penulisan3D.Metode Penulisan3E.Sistematika Penulis3

BAB II KOMITMEN BERMUHAMMADIYAHA.Iftitah4B.Komitmen Bermuhammadiyah5

BAB III PENUTUP20

DAFTAR PUSTAKA21

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar BelakangUntuk mengetahui pengertian mengenai komitmen dalam bermuhammadiyah, serta hubungannya dalam mengemban misi dan usaha-usaha yang diinginkan oleh Muhammadiyah untuk mencapai tujuan utamanya.

B.Rumusan MasalahApakah yang disebut sebagai komitmen bermuhammadiyah?Apa saja komitmen yang dibutuhkan dalam berkiprah di Muhammadiyah?

C.Tujuan PenulisanAgar dapat mengetahui, menjelaskan, menerapkan, serta mengamalkan komitmen-komitmen dalam berkiprah di Muhammadiyah.

D.Metode PenulisanDalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan, yaitu dalam mencari bahan-bahan yang diperlukan dan sesuai dengan judul makalah ini melalui buku studi kemuhammadiyahan.

E.Sistematika PenulisanMakalah ini terdiri dari tiga bab yang secara sistematis disusun menurut urutan sebagai berikut:BAB I: PendahuluanBAB II: Komitmen BermuhammadiyahBAB III: Penutup

BAB IIKOMITMEN BERMUHAMMADIYAH

A.IFTITAHKomitmen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) ialah perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu. Komitmen ber-Muhammadiyah berarti keterikatan untuk melakukan sesuatu dalam mengemban misi dan usaha-usaha yang diinginkan oleh Muhammadiyah untuk melaksanakan gerakannya guna mencapai tujuan utamanya yaitu terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Komitmen yang demikian sifatnya panggilan batin yang diwujudkan dalam berbagai tindakan yang selaras dengan panggilan itu, sehingga menunjukkan kesetiaan pada perjuangan Muhammadiyah apapun, dimana pun dan dalam keadaan bagaimanapun.Ada contoh teladan dalam hal komitmen di Muhammadiyah. Pada suatu hari, Fakhrudin muda menghadap Kyai Ahmad Dahlan dan mengutarakan maksudnya untuk tidak aktif lagi (sementara) dalam Muhammadiyah karena terdesaknya hidupnya dan ingin konsentrasi mencari nafkah, berniaga, atau berdagang. Kyai Ahmad Dahlan dengan arif mempersilahkannya, tetapi sambil bertanya: apa engkau kira setelah meninggalkan Muhammadiyah dan lalu berdagang saja engkau menjadi kaya? Bukankah hanya Allah yang memberi rezeki?. Fakhrudin merasa malu hati dengan Kyai Ahmad Dahlan, akhirya tidak jadi berhenti sementara dari aktif dalam Muhammadiyah. Dibelakang hari terbukti Fakhrudin kemudian menjadi tokoh Muhammadiyah yang cerdas dan pemberani, sehingga termasuk menjadi satu panutan Muhammadiyah generasi awal. Dia menjadi aorator ulung, penggerak yang tak kenal lelah, penulis yang kritis, bahkan menjadi pemberontak pemerintah colonial yang pemberani. Dikemudian hari, tahun 1926 ketika Sarekat Islam (SI) mendisiplinkan keanggotaan rangkap dengan Muhammadiyah, Fakhrudian yang semula disangka Agus Salim akan lebih memilih SI, justru lebih memilih Muhammadiyah. Itulah contoh tentang komitmen dalam ber-Muhammadiyah.Bagi setiap anggota, lebih-lebih kader dan pimpinan, dan siapapun yang berada di dalam rumah besar Muhammadiyah dituntut komitmennya untuk berkiprah menggerakkan Muhammadiyah. Termasuk bagi siapapun yang berada di amal usaha dan berbagai lembaga Muhammadiyah. Bagaimana mengikuti paham Muhammadiyah. Bagaimana Mengemban misi dan berkiprah dalam Muhammadiyah. Jadi bukan berada di dalam Muhammadiyah tapi tanpa komitmen, apalagi sampai berkomitmen pada gerakan lain. Sungguh tidak berarti bagi Muhammadiyah manakala berada dalam rumah gerakan Islam ini tetapi tidak berkomitmen apalagi justru berkomiten pada misi dan kepentingan gerakan lain, sehingga yang demikian bukan hanya tidak etis tetapi akan mengeroposkan Muhammadiyah. Muhammadiyah sekedar jadi tempat perjuangan diri sendiri, menjadi batu loncatan, apalagi menjadi kuda tunggangan semata. Di sinilah ujian komitmen dalam ber-Muhammadiyah.

B.KOMITMEN BERMUHAMMADIYAHBerada dan aktif dalam Muhammadiyah bukanlah sekedar keterlibatan fisik, tetapi lebih fundamental bagi keterlibatan moral atau mental, termasuk didalamnya pikiran dan pengkhidmatan. Komitmen itu merupakan perpaduan ikrar batin, kesetiaan, dan tindakan untuk berada dalam rumah Muhammadiyah lahir dan batin, serta melakukan tindakan-tindakan yang selaras dan bahkan memperjuangkan misi Muhammadiyah dengan sepsenuh hati. Itulah yang disebut sikap atau komitmen ber-Muhammadiyah, yakni keterlibatan yang penuh (totalitas) kesetiaan dari yang bersifat fisik hingga mental, pemikiran, dan tindakan.Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah dikatakan bahwa anggota Muhammadiyah selain memenuhi persyaratan administratif, juga harus menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyahserta bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha Muhammadiyah (AD Pasal 4 Ayat 1). Adapun kewajiban anggota ialah:a) Taat menjalankan ajaran Islam,b) Menjaga nama baik dan setia kepada Muhammadiyah serta perjuangannya,c) Berpegang teguh kepada kepribadian serta keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah,d) Taat pada peraturan Muhammadiyah, keputusan musyawarah, dan kebijakan pimpinan pusat,e) Mendukung dan mengindahkan kepentingan Muhammadiyah serta melaksanakan usahanya,f) Membayar iuran anggota, dang) Membayar infaq (AD Pasal 4 Ayat 7)

Dalam ber-Muhammadiyah (aktif dan menggerakkan Muhammadiyah) khususnya bagi anggota, lebih-lebih pimpinannya diberbagai lini termasuk di amal usaha dan organisasi otonomnya, komitmen itu sangatlah penting. Ibarat pepatah bahwa air sungai tergantung dari hulu, maka komitmen merupakan sumber dari tingkat keterlibatan anggota dalam Muhammadiyah. Jika dicarikan substansi dari sikap ber-Muhammadiyah, maka terdapat 13 komitmen yang dibutuhkan dalam berkiprah di Muhammadiyah, termasuk di amal usahanya, yakni sebagai berikut:1. Niat Ikhlas Lillahi TaalaBer-Muhammadiyah itu harus ikhlas karena Allah, bukan karena kepentingan-kepentingan duniawi sesaat. Niat adalah landasan utama suatu tindakan, Innama amalu bi al-niyat (Al-Hadits). Kyai Ahmad Dahlan berpesan, al-Naasu kullu hum mauta illa al-ulama, wa alulama mutahairuna illa al-amiluna, wa alamiluna ala wajali illa al-mukhlashun (Imam Al-Ghazali).Jangan salah niat, bisa salah jalan, salah kaprah, salah tujuan. Kalau ber-Muhammadiyah tidak ikhlas, maka akan mudah kecewa, putus asa, dan lari, lebih-lebih ketika menghadapi masalah. Sekali salah niat dalam ber-Muhammadiyah, maka akan selamanya akan mengalami salah kaprah, kecewa, dan sia-sia. Niat ikhlas karena Allah merupakan ruh dari sikap dan ikhtiar berkiprah dalam Muhammadiyah.Jika berkiprah dalam Muhammadiyah hanya untuk mencari nafkah, maka hanya nafkah yang diperoleh. Jika memiliki motif dan tujuan-tujuan yang bersifat politik atau jangka pendek, maka boleh jadi dapat tercapai, tetapi hanya itulah yang dapat diraih. Lagipula Muhammadiyah didirikan bukan untuk kepentingan-kepentingan pragmatis seperti itu, yang demikian mungkin lebih cepat sebagai perusahaan atau partai politik. Muhammadiyah bukan tempat lapangan kerja, juga bukan kendaraan politik. Tapi, manakala berada dan berkiprah dalam Muhammadiyah karena ikhlas untuk menjadi bagian dari misi dan perjuangan Muhammadiyah dalam usaha menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, maka insya Allah akan memperoleh pahala di dunia dan di akhirat.Disinilah pentingnya niat ikhlas dalam ber-Muhammadiyah dan berada dalam Muhammadiyah. Niat sebagai perpaduan ikrar batin, lisan, dan tindakan untuk berkiprah dalam Muhammadiyah karena Allah semata, sehingga hidup ini bermakna dan di akhirat kelak dapat memperoleh ridha dan karunia-Nya. Jika dalam praktiknya karena ikhtiar dan kemampuan atau profesi memperoleh pahala (kompensasi) lahir dalam berkiprah di Muhammadiyah maka hal seperti itu sebagai hal wajar sesuai kadar dan keperluan, tetapi selebihnya selalu ada niat dan tindakan yang bernilai pahala akhirat, sehingga dapat diraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2. Menjalankan Fungsi Ibadah dan KekhalifaanBer-Muhammadiyah tidak lain sebagai wujud dari ibadah kepada Allah, sekaligus menjalankan fungsi kekhalifaan di muka bumi. Jadi bukan sekedar pekerjaan atau keterlibatan praktis belaka. Allah menitahkan manusia dan jin untuk beribadah.

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Qs. Adz-Dzariat: 56).

Dengan spirit ibadah, berkiprah dalam Muhammadiyah berarti merupakan jalan lurus bertaqarrab kepada Allah dengan cara menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhkan larangan-larangan-Nya, dan melaksanakan apa yang diizinkannya dalam kehidupan, sehingga meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Spirit beribadah ialah kepasrahan dan pengkhidmatan total yang penuh makna dalam hidup. Jadi tidak sia-sialah hidup ini.Sedangkan fungsi kekhalifahan ditegaskan Al-Quran. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Qs. Al-Baqarah [2]: 30). Fungsi kekhalifaan ialah memakmurkan bumi ciptaan Allah dengan sebaik-baiknya (Qs. Hud: 61), membangunnya dan tidak merusaknya (Qs. Al-Baqarah: 11). Spirit kekhalifahan ialah mengemban amanat Tuhan, sehingga hidup dan alam semesta dengan seluruh isinya ini dapat dimanfaatkan sebagai rahmat, berkah, dan maslahat. Dengan spirit kekhalifahan, manusia dengan akal pikiran yang dianugerahkan Allah dan ajaran Islam yang menjadi pedoman dari-Nya menjadikan hidup bermakna dan berguna dalam bingkai Sunnatullah.Dengan fungsi ibadah dan kekhalifahan, maka kiprah ber-Muhammadiyah selain harus optimal, juga melekat fungsi hidup untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat. Ber-Muhammadiyah merupakan sarana menjalankan ibadah dan kekhalifahan di muka bumi, bukan kiprah yang sia-sia tanpa tujuan. Hidup menjadi penuh arti dan fungsi yang maslahat, bukan kesia-siaan. Dengan demikian, baik usaha maupun duka, berkiprah dalam Muhammadiyah menjadi sebuah lambang kesyukuran dan pengkhidmatan unutk meraih ridha dan karunia Allah.

3. Amal dan Jihad Fi SabilillahBer-Muhammadiyah tidak lain sebagai ikhtiar perjuangan untuk menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam guna terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Karena itu harus dilakukan dengan penuh kesungguhan, tidak boleh minimalis. Ber-Muhammadiyah merupakan amal jihad fi sabilillah, yakni berjuang di jalan Allah melalui berbagai usaha dalam Persyarikatan guna meraih ridha dan karunia-Nya. Dengan semangat jihad fi-sabilillah maka akan dikerahkan segala kemampuan berupa pikiran, tenaga, harta, relasi, jaringan, dan anugerah Allah lainnya. Kyai Dahlan mengajarkan kepada murid-muridnya ayat Al-Quran tentang jihad berikut ini:

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Qs. Ali Imran: 142).

Jihad ialah bekerja sungguh-sungguh untuk meraih keridhaan dan karunia Allah. Karena itu hasilnya pun insya Allah selain akan optimal maka akan bermakna. Dengan spirit jihad dalam ber-Muhammadiyah tidak akan ada perasaan malas, patah arang, kecewa, dan sia-sia. Orang berjihad bahkan ketika meninggalpun dianggap hidup, karena betapa harumnya pengabdian sang mujahid. Manakala setiap orang Muhammadiyah berkiprah dengan ruh jihad, maka insya Allah Muhammadiyah akan meraih keberhasilan dalam gerakannya. Hal ringan maupun berat dapat dipikul bersama dengan penuh spirit dan langkah yang bermakna dan sarat dengan atos kerja tinggi. Namun sebaliknya, manakala etos jihad lemah atau luntur dalam ber-Muhammadiyah, maka apapun akan mengalami kegagalan atau tidak membuahkan hasil yang optimal sebagaimana harapan. Bagi anggota, kader, dan pimpinan Muhammadiyah di level mana pun kiranya perlu membangkitkan kembali etos jihad dalam ber-Muhammadiyah agar gerakan Islam ini berhasil melipargandakan usaha dan hasilnya yang diperoleh disegala bidang garapan yang diembannya. Insya Allah karena jihad, maka amalan yang dilakukan melalui Muhammadiyah tidak akan salah alamat, tentu akan berujung pada mardhatillah.

4. Konsisten dalam BerkhidmatBer-Muhammadiyah itu tidaklah ringan karena selain banyak masalah dan tantangan, juga pengorabanan. Di sinilah setiap anggota Muhammadiyah, lebih-lebih pimpinannya harus memilikinya harus memiliki konsistensi dalam berkhidmat di Muhammadiyah. Harus ada konsistensi antara lisan dan perbuatan, teori, dan tindakan, serta keputusan dan kegiatan. Dalam ber-Muhammadiyah tidak hanya bil-llisan, tetapi juga bil-hal dan harus sepenuh pengabdian atau pengkhidmatan. Hanya pengkhidmatan yang penuh maka Muhammadiyah akan tumbuh dan maju. Allah tidak suka pada hambanya yang tidak konsisten sebagaimana firman-Nya:

Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Qs. Ash-Shaff [61]: 2).

Ber-Muhammadiyah itu, apalagi bagi kader dan pimpinan, hendaknya konsisten antara niat, lisan, dan tindakan. Setelah dilantik jadi pengurus, apalagi dengan ikrar atau komitmen berkhidmat, maka selanjutnya berkiprah secara istiqamah. Jangan sampai aktif keitka awal dilantik, kemudian vakum untuk sekian lama, lalu aktif kembali kalau ada Mukatamar, Musywil, Musyda, Muscab, dan Musyran. Jika hal seperti itu yang terjadi, maka ber-Muhammadiyah ala bedug, yang isi hanya pinggirnya, tidak di tengahnya. Di sinilah pentingnya konsistensi. Konsistensi itu bukan sekedar dalam niat, tetapi juga dalam lisan dan tindakan. Kendati dari lisan banyak keluar untaian dalil agama, tetapi manakala dalam praktik tidak menunjukkan konsistensi dalam ber-Muhammadiyah dan berkiprah hanya melalui Muhammadiyah, maka belum dikatakan konsisten. Sekali ber-Muhammadiyah, tetap ber-Muhammadiyah, dan tidak berbelok ke gerakan lain baik terang-terangan maupun samar-samar.

5. Berpaham Agama Sesuai Paham Islam dalam MuhammadiyahBer-Muhammadiyah itu yang paling fundamental harus bersandarkan pada keyakinan, pemahaman, dan pengamalan Islam sesuai dengan paham agama dalam Muhammadiyah. Keputusan Tarjih dan segala pandangan resmi Muhammadiyah mengenai agama dengan seluruh pemikirannya harus menjadi acuan anggota Muhammadiyah, termasuk dalam berhari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Muhammadiyah selalu kokoh dan isitqamah dalam memutuskan segala perkara, lebih-lebih yang menyangkut urusan diniyah (keagamaan). Bahkan sejak kelahirannya, Muhammadiyah berdiri karena dan untuk Islam, lil-izzat al-Islam wal-muslimin, karena itu setiap anggotanya haruslah kokoh dan istiqamah pula dalam beragama Islam sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Qs. Ar-Rum [30]: 30).

Dengan meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam sesuai paham agama dalam Muhammadiyah maka setiap anggota selain menunjukkan ketaatan pada paham dan misi Islam yang diemban Muhammadiyah, sekaligus menunjukkan kemantapan dalam ber-Muhammadiyah. Bahwa ber-Muhammadiyah itu merupakan aktualisasi berislam, yakni Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah yang sahih serta mengembangkan ijtihad dan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Paham Islam yang murni dan berkemajuan, yang berdimensi pemurnian (purifikasi) sekaligus pembaruan (tajdid, dinamisasi, reformasi), sehingga menampilkan corak Islam yang rahmatan lilalamin.Dalam berpaham agama seorang anggota, apalagi kader dan pimpinan, dapat diuji pemihakannya bukan hanya dalam pemikiran tetapi juga dalam amalan. Dari pemikiran boleh jadi banyak gerakan-gerakan Islam yang sepaham dengan Muhammadiyah dari segi pemurniannya saja, tetapi minus orientasi tajdid atau kemajuan, atau sebaliknya, maka tidaklah sama dengan Muhammadiyah. Demikian pula manakala sama pun dalam paham agamanya, tetapi jika gerakan Islam itu gerakan politik, maka apapun tetap berbeda dan harus dipisahkan atau dijauhkan dari Muhammadiyah. Bahkan kalaupun sama semuanya tetapi karena organisasi lain, maka harus, tetap istiqamah dalam Muhammadiyah.Adapun dalam amalan sangatlah jelas. Jika Muhammadiyah melalui Tarjih yang telah ditanfidzkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengambil keputusan yang bersifat diniyah (keagamaan) maupun soal-soal lain yang bersentuhan dengan aqidah, ibadah, akhlak, dan muamalat duniawiyah, maka semua anggota apalagi kader dan pimpinan haruslah Sanina wa athna. Contohnya, manakala Muhammadiyah telah menetapkan awal bulan Ramadhan untuk berpuasa, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, maka semuanya harus mengikuti apa yang telah menjadi keputusan Muhammadiyah itu, jangan malah mengikuti keputusan paham pihak lain. Masalah agama tidaklah main-main, juga tidak dapat dipertukarkan untuk kepentingan politik dan pertimbangan-pertimbangan keduniawian. Dalam beragama di Muhammadiyah jangan mengikuti waham dan paham sendiri.

6. Berideologi MuhammadiyahDalam ber-Muhammadiyah harus ada komitmen utama untuk mengikatkan diri pada paham agama dan sistem perjuangan Muhammadiyah secara utuh dan jelas, serta tidak menduakan paham atau misi dengan lainnya. Dengan berideologi maka akan terbangun kesetiaan dan solidaritas kolektif di tubuh Muhammadiyah, sehingga ber-Muhammadiyah laksanakan sebuah barisan yang rapi dan menyusun diri seperti sebuah bangunan yang kokoh. Allah menyukai hambanya yang berjuang di jalan-Nya dengan barisan yang rapi dan kokoh sebagaimana firman-Nya:

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan nereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh (Qs. Ash-Shaf [61]: 4)

Karena itu, setiap anggota harus memahami dan mengaktualisasikan pemikiran-pemikiran formal dalam Persyarikatan seperti Muqaddimah, Kepribadian, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Khittah, dan segala pemikiran resmi dalam Muhammadiyah. Mereka yang berada di lingkungan Muhammadiyah, teramsuk amal usaha. Harus berideologi Muhammadiyah dan jangan menduakan dengan yang lainnya. Jangan sampai ambivalen seperti mengaku sebagai penjaga kemurnian Muhammadiyah, tetapi mengikatkan diri dan mendukung gerakan dakwah lain bahkan partai politiknya sekaligus.Jangan pula menganggap tidak ada masalah dalam soal ideologi Muhammdiyah, yakni masuknya paham lain yang melakukan pengeroposan ideologi baik yang bersifat keagamaan maupun poliitk. Jangan sampai ketika Muhammadiyah mengalami pengeroposan pihak lain pun dianggap tidak masalah, karena merasa satu ideologis, simpati, bahkan menjadi pendukung gerakan lain itu. Memang tidak harus bermusuhan dengan sesama umat Islam dan bahkan harus ukhuwah, tetapi jika benar-benar ukhuwah maka jangan mengganggu Muhammadiyah sebagai sesama gerakan Islam dan orang Muhammadiyah pun jangan membiarkan proses pengeroposan itu berlangsung tanpa ketegasan sikap.Di sinilah ujian komitmen anggota, lebih-lebih pimpinannya termasuk yang berada di majelis. Ortom, dan amal usaha Muhammadiyah. Ujian komitmen itu ditentukan tatkala harus memilih ideologi Muhammadiyah dengan segala misi, kehormatan, dan kepentigannya ataukah memihak ideologi alin. Muhammadiyah harus segala-galanya bagi anggota, lebih-lebih kader dan pimpinan. Kalau masih berat hati dan simpati apalagi mendukung yang lain, maka tidak akan total komitmennya kepada Muhammadiyah, lebih-lebih dikala kritis seperti dalam kasus pengeroposan ideologis sekarang ini. Jika anggota, kader, dan pimpinan di seluruh lingkungan Muhammadiyah masih memiliki kelebihan harta, pemikiran, tanga, realsi, jaringan, dan apapun yang dimiliki makakomitmennya sangat ditentukan oleh bagaimana memnerikan semuanya itu secara penuh bagi sebesar-besarnya dan seoptimal mungkin untuk membesarkan amal usaha, program, dan kegiatan Persyarikatan.

7. Memperkokoh Sistem GerakanMuhammadiyah itu gerakan, sekaligus merupakan alam pikiran dan organisasi. Muhammadiyah merupakan gerakan tersistem dan harus terorganisasi dengan rapi. Harus setia dan konsisten dalam sistem gerakan, tidak boleh menduakan sistem dengan yang lain. Bahkan kelahiran Muhammadiyah didorong oleh pesan Al-Quran yang mengandung jiwa gerakan, yakni Surat Ali Imran 104 berikut ini:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (Qs. Ali Imran: 104).

Jiwa gerakan yang mengandung perintah dakwah Islam, amar maruf, dan nahi munkar itu menjadi intisari gerakan Muhammadiyah. Karena itu setiap anggotanya haruslah berada dalam dan memperkokoh sistem gerakan Muhmammadiyah tersebut, dan tidak boleh mengeroposkan apalagi merusak sistem tersebut. Jiwa gerakan tersebut harus terpantul dalam semangat memantaukan diri dalam jamiyah (organisasi), imamah (kepemimpinan), dan jamaah (komunitas anggota atau warga) Muhammadiyah, baik pada tingkat nilai-nilai dasarnya maupun kelembagaan dan aktivitas pengabdiannya. Slogannya ialah Islam agamaku, Muhammadiyah gerakanku.

Termasuk dalam memperkokoh sistem gerakan ialah adanya sinergi, ukhuwah, dan jaringan untuk seluruh lini yang berada di Persyarikatan, termasuk di dalamnya organisasi otonom dan unit-unit kelembagaan dalam Muhammadiyah. Semangat otonomi dan demokrasi pun tidak boleh memperlemah sistem gerakan. Organisasi otonom perlu meningkatkan sinergi dan menyatukan diri dengan organisasi induknya, sehingga tidak lepas atau berjalan sendiri-sendiri secara separatis, bahkan semakin fokus pada bidang gerakannya sebagai kepanjangan tangan dari gerakan Muhammadiyah secara keseluruhan. Sekali Pimpinan Persyarikatan telah mengambil kebijakan dan keputusan maka segenap bagian yang berada di Persyarikatan, termasuk organisasi otonom, haruslah saman wa thaatan. Sikap kritis harus ditempatkan pada koridornya, tidak memperlemah sistem gerakan. Kelemahan dalam tubuh Muhammadiyah kada banyak orang yang terlalu berpikir dan berjalan sendiri-sendiri, sehingga sistem gerakan menjadi lemah atau serba longgar, akhirnya Persyarikatan kehilangan wibawa dan kendali seperti amal usaha seolah milik sendiri-sendiri, termasuk tergantung siapa yang memimpin dan mengelolahnya, yang terlepas dari koridor dan kendali sistem Persyarikatan.

8. Mengmabangkan WawasanMuhammadiyah dikenal sebagai gerakan tajdid, gerakan Islam modern, gerakan Islam yang berkemajuan. Masyarakat bahkan mengenal orang Muhammadiyah sebagai kaum terpelajar, intelektual, dan atribut-atribut lainnya yang menunjukkan kemajuan. Karena itu, orang Muhammadiyah, lebih-lebih kader dan pimpinannya, haruslah menjadi sosok yang memiliki wawasan yang luas dan mendalam, yang menggambarkan orang yang berkemajuan di segala bidang kehidupan. Sebaliknya jangan sampai sempit wawasan dan tertinggal, serta anti kemajuan. Pendek kata, anggota Muhammadiyah itu harus menjadi sosok ulul albab (murfad) atau ulul albab (jamak).Kyai Ahmad Dahlan pernah mengajarkan kepada murid-muridnya Al-Quran Surat Az-Zumar (ayat ke-18) tentang salah satu ciri ulul albab, sebagaimana kutipan ayat berikut ini:

Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orangorang yang mempunyai akal (Qs. Az-Zumar: 18).

Selama ini orang Muhammadiyah, apalagi kader dan pimpinan, dipandang masyarakat sebagai sosok yang berpikiran maju, selain banyak beramal. Namun kini mulai dirasakan dan menjadi fakta, bahwa pihak lain termasuk yang selama ini dikenal golongan tradisional malah banyak yang intelektual dan berpikiran melampaui zamannya, kadang orang Muhammadiyah mulai tertinggal. Karena itu, menjadi keniscayaan untuk mengembangkan wawasan sebagai bagian penting dari komitmen ber-Muhammadiyah. Jadi orang Muhammadiyah, apalagi kader dan pimpinan, harus berpikiran maju, jangan konservatif atau jumud. Kejumudan merupakan penyakit yang sejak awal diberantas oleh Muhammadiyah. Tentu saja, berpikir maju itu bukan asal berpikir, selalu ada koridornya yang kokoh sesuai dengan paham agama dalam Muhammadiyah. Bahkan agama dalam pandangan Muhammadiyah secara substansi bukan hanya mengandung larangan dan perintah Allah semata, tetapi juga petunjuk-petunjuk (irsyadaf), yang menggambarkan keluasan paham Muhammadiyah. Apalgi dengan pintu ijtihad, maka Muhammadiyah harus menjadi pelopor dalam pengembangan pemikiran Islam sebagaimana diputuskan dalam Mukatamar ke-45 di Malang tentang program tarjih, tajdid, dan pemikiran Islam. Pemikiran Islam bukan hal tabu dalam Muhammadiyah, bahkan menjadi bagian dari gerakannya. Biarlah gerakan lain menabukan pengembangan pemikiran Islam, tetapi hal itu jangan terjadi dalam Muhammadiyah. Ketakutan terhadap sekularisme-liberalisme tidak harus menjadikan orang Muhammadiyah tabu mengembangkan pemikiran Islam, bila perlu hadapi dan lampaui pemikiran liberalisme-sekular itu dengan pemikiran Islam yang lebih baik. Jangan mengikuti gerakan-gerakan lain surut ke belakang.

9. Taat Asas dan Keputusan OrganisasiSebagai anggota, lebih-lebih kader dan pimpinan, merupakan hal yang penting untuk taat asas dan keputusan organisasi. Artinya, taat atas segala prinsip dan peraturan organisasi sebagai pijakan normatif. Diperlukan pula taat atas segala keputusan organisasi, termasuk keputusan Pimpinan Persyarikatan dari tingkat Pusat hingga Ranting. Jangan ada anggapan di kalangan warga Persyarikatan bahwa karena asas segala aturan dan keputusan organisasi itu buatan manusia, maka boleh melakukan pelanggaran dan pengingkaran, sebab semuanya dihasilkan melalui musyawarah dan kebijakan organisasi yang menjadi pedoman sekaligus tatanan untuk kemaslahatan gerakan. Kendati kita sebagai Pimpinan puncak, tidak boleh berada di atas organisasi. Tidak boleh organisasi dilampaui dengan kepentingan, persepsi, dan tindakan-tindakan sendiri.Jangan pula salah kaprah dengan membandingkan aturan dan keputusan organisasi dengan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai kadang muncul dengan mudahnya mengingkari apa yang berlaku dan diputuskan organisasi. Karena bukan Al-Quran dan As-Sunnah, maka boleh seenaknya melanggar dan mengingkari tatanan organisasi. Logika perbandingan semacam itu tidaklah tepat karena aturan dan keputusan organisasi memang tidak dimaksudkan sebagai tandingan Al-Quran dan As-Sunnah, tetapi sebagai mekanisme kita berorganisasi, yang muaranya tiada lain agar gerakan Muhammadiyah yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Nabi itu terlaksana dengan sebaik-baiknya.Taat asas dan keputusan organisasi bahkan dapat diletakkan dalam kerangka berorganisasi dengan prinsip taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan ulil-amri dalam tataran yang fungsional sebagaimana pesan Allah dalam Al-Quran:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil-amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (Qs. An-Nisa [4]: 59)

10. Bermusyawarah dan UkhuwahMuhammadiyah itu tumbuh kuat dan berkembang karena musyawarah yang menjadi pedoman dalam memutuskan segala hal yang berkaitan dengan hajat hidup organisasi. Sejak berdirinya prinsip musyawarah melekat dalam gerakan Muhammadiyah, sehingga lahirlah institusi Rapat Tahunan yang kemudian menjadi Kongres dan Muktamar, disamping berbagai bentuk permusyawaratan organisasi di bawahnya.Prinsip musyawarah bahkan tercermin dalam format kepemimpinan kolektif-kolegial dalam Muhammadiyah. Itulah semangat wa syawrir hum fi al-amr sebagaimana pesan utama Allah dalam Al-Quran.

Dan (bagi) orang-orangmenerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka (Qs. Asy-Syura [42]: 38)

Selain musyawarah, dalam Muhammadiyah juga memerlukan ukhuwah seluruh anggota. Prinsip innama al-muminuna ikhwatun faashlihu baina ahwaikum (Qs. Al-Hujarat [49]: 10) dan Watashim bi Allah jamian wa la tafarraqu (Qs. Ali Imran [3]: 103) sangatlah penting dan mendasar dalam merekat ukhuwah seluruh anggota Persyarikatan.wujudnya selain meningkatkan silaturahmi, juga selalu mengikat rasa satu jamaah, jamiyah, dan imamah dalam rumah Muhammadiyah. Adanya perbedaan selain harus dicarikan titik temu, juga tidak bileh melebar menjadi benih perpecahan dan hilangnya ukhuwah.Jika organisasi telah mengambil keputusan hasil musyawarah, maka haruslah ditaati. Jangan karena berhalangan hadir dalam musyawarah, kemudian tidak menyetujui hasil musyawarah di luar, apalagi manakala prosedur dan proses musyawarah sudah selesai dengan ketentuan organisasi. Memang musyawarah itu kadang menjadi suatu mekanisme yang lamban, tetapi proses dan hasilnya justru dapat dipertanggungjawabkan secara kelembagaan. Manakala ada kesalahan maka dapat ditempuh musyawarah setingkat atau lebih tinggi untuk memperbaikinya. Tak ada yang sulit sebenarnya dalam bermusyawarah dan berorganisasi, sejauh para anggota benar-benar memahami dan mau meletakkan organsasi sebagi mekanisme pengambilan keputusan kolektif.

11. Mengemban Amanat dan Menjadi Pelaku GerakanAktif dan menjalankan segala tugas/misi organisasi, termasuk di amal usaha, haruslah dilandasi spirit amanah, bahwa semuanya itu merupakan amanat kerisalahan sekaligus harus ditunaikan dengan terpercaya. Dengan semangat amanah maka akan lahir manajemen pengelolaan yang juga terpercaya, transparan, dan baik, yang menghasilkan sistem penyelengaraan amal usaha yang dapat dipertanggungjawabkan. Lebih-lebih di amal usaha yang sudah besar, spirit amanat itu akan menghadang penyimpangan dan konflik, karena semua pengelola tidak lain sebagai pelaku yang menkalankan Persyarikatan, bukan miliknya sendiri. Memang amal usaha itu pun tumbuh menjadi besar karena kiprah mereka yang ada di dalamnya, yang sejak awal membesarkan dan mengembangkannya, tetapi dengan spirit amanat semuanya itu menjadi bagian dari pengkhidmatan diri pada misi Muhammadiyah melalui amal usaha.Karena bergerak di Muhammadiyah itu dilandasi spirit amanat dan mengemban misi kerisalahan, maka setiap anggota harus terpanggil menjadi pelaku aktif dalam gerakan Muhammadiyah. Dengan semangat amanah dan menjadi pelaku gerakan, maka Muhammadiyah akan tumbuh kokoh dalam gerakannya, karena setiap anggotanya akan mencurahkan apa yang dimilikinya dengan penuh pertanggungjawaban dan kepercayaan, sekaligus bergerak secara aktif dan dinamis. Kalau Muhammadiyah memiliki kekurangan dan kelemahan, maka menjadi kewajiban setiap anggotanya untuk memperbaiki, bukan mencemooh apalagi menambah lemah. Jika setiap anggota menjadi pelaku maka akan terjadi akumulasi pengkhidmatan dari sekian puluh orang, sekian ratus orang, sekian ribu orang, bahkan sekian juta warga dan simpatisan Muhammadiyah yang hasil akhirnya tentu saja gerak Muhammadiyah menjadi bergelombang.Sebaliknya manakala setiap orang pasif dan apatis makan jangan harap Muhammadiyah maju dan menghasilkan amal shalih yang bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi jika berada dalam Muhammadiyah tetapi sekadar menumpang hidup, lebih-lebih hanya menyuburkan gerakan lain di luar Muhammadiyah, maka Muhammadiyah sekedar jadi alat yang pada akhirnya selain tidak akan maju, bahkan Muhammadiyah sendiri akan mengalami pengeroposan dan yang maju tentu saja gerakan lain. Manakala Muhammadiyah memiliki kelemahan atau kekurangan, dicemooh, dan disalahkan, bahkan dijadikan kesempatan untuk memasukkan kepentingan atau paham lain, sehingga makin lemah.Bagi anggota Muhammadiyah semestinya komitmen menjalankan misi sebagai amanat merupakan bagian dari sikap keagamaan yang harus ditunaikan sekaligus memerlukan keahlian dengan sebaik-baiknya (Qs. An-Nisa [4]: 58). Amanat lebih-lebih bagi pimpinan, melekat dengan tugas dan tanggung jawab yang harus ditunaikan dan tidak boleh dikhianati sebagaimana pesan Allah dalam Al-Quran:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (Qs. Al-Anfal [8]: 27).

12. Memajukan MuhammadiyahSemangat dan kiprah untuk memajukan Muhammadiyah harus menjadi komitmen setiap anggota, apalagi bagi kader dan pimpinan. Muhammadiyah menghadapi tantangan yang berat diberbagai bidang gerakannya, termasuk dalam dakwah dan amal usahanya. Semuanya harus ditingkatkan kualitasnya, sehingga muhammadiyah selain mampu bersaing juga menjadi gerakan yang unggul.Kemajuan Muhammadiyah dan orang-orangnya harus stimultan, termasuk dalam pemikiran dan amaliahnya. Ciri Muhammadiyah itu gerakan tajdid, yang membawa pada kemajuan. Semangat untuk maju melekat dengan gerak perubahan, yang semuanya terletak pada pundak orang Muhammadiyah sendiri sebagaimana pesan Allah tentang gerak perubahan, Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Qs. Ar-Rad [13]: 11). Maju dan mundurnya Muhammadiyah tergantung pada anggotanya, tergantung para kader dan pimpinannya, tergantung mereka yang berada di dalamnya. Setiap orang harus memberikan konstribusi dan pengabdian yang optimal manakala Muhammadiyah ingin maju dan berkembang pesat.Pada saat yang sama kemajuan Muhammadiyah juga sangat tergantung pada pemikiran-pemikiran inovatif atau pembaruan dari para kader dan pimpinannya. Jangan biarkan Muhammadiyah bergerak apa adanya, termasuk dalam pemikiran. Muhammadiyah selain harus maju, bahkan harus menyumbangkan pemikiran-pemikiran maju untuk kemajuan umat, masyarakat, bangsa, dan dunia kemanusiaan sejagad raya. Jangan penuh kecemasan dan ketakutan untuk berpikiran maju dan melakukan langkah-langkah ke arah kemajuan, tentu saja jalan yang ditempuh tetap berada dalam koridor organisasi. Membawa Muhammadiyah pada kemajuan memang memerlukan ketekunan, kecerdasan, sekaligus kesabaran.

13. Berkiprah dalam Memajukan Umat, Bangsa, dan Dunia KemanusiaanMuhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang kehadirannya dirasakan langsung oleh masyarakat luas. Gerak Muhammadiyah merupakan gerak keutamaan, gerak kebangsaan dan gerak kemanusiaan, dalam arti seluruh kiprahnya dikhidmatkan untuk kemajuan dan kebaikan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Karena itu setiap anggota Muhammadiyah, termasuk yang berada di amal usaha, dan lebih-lebih kader dan pimpinan, harus selalu peduli dan berkiprah dalam kegiatan keutamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Muhammadiyah dalam kiprahnya untuk umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu berangkat dari semangat risalah kenabian untuk menyebarkan rahmat bagi semesta alam sebagaimana pesan Allah yang diemban Nabi Muhammad:Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (Qs. Al-Anbiya [21]: 107).Setiap orang Muhammadiyah dituntut untuk memberikan kemanfaatan bagi lingkungannya. Amal usaha Muhammadiyah pun harus dikembangkan ke arah kemajuan sehingga memberi kemaslahatan bagi lingkungan sekitarnya. Muhammadiyah itu gerakan keutamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan sehingga risalah Islam yang dibawanya dan gerakan yang ditampilkannya harus melahirkan rahmat bagi semesta kehidupan. Sejak kelahiran hingga perjalanan sejarahnya di kemudian hari hingga saat ini alhamdulillah Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih untuk umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Namun kini diperlukan kerja lebih keras lagi agar kehadiran Muhammadiyah semakin dirasakan oleh masyarakat luas. Karena itu siapapun yang mewakafkan diri, membantu, menitipkan infak dan apapun yang bermanfaat melalui Muhammadiyah semuanya akan berpulang unutk kemaslahatan orang banyak. Pemerintah pun manakala membantu Muhammadiyah sebenarnya pada hakikatnya membantu rakyat karena Muhammadiyah itu untuk semua orang, semuanya kembali untuk kemaslahatan kehidupan umat manusia.Sedangkan dalam tingkat dunia, Muhammadiyah dituntut perannya sebagai gerakan Islam yang menjadi pilar yang ikut mencerahkan dunia dari berbagai belenggu. Kehidupan pada level global saat ini, selain kemajuan, juga diwarnai politik internasional yang dihegemoni AS dan sekutunya, ketidak-adilan global, kerusakan lingkungan, krisis moral dan filosofi hidup akibat pragmatisme dan humanisme-sekuler, merajalelanya kapitalisme dan neoliberalisme yang menimbulkan ketimpangan, terorisme dan kekerasan dalam berbagai bentuk termasuk terorisme dan kekerasan negara kuat terhadap negara lemah selain dilakukan antarkelompok, dan ancaman kehancuran tatanan dunia ke depan. Sementara dunia Islam pun masih tercerai-berai dan berada dalam hegemoni kekuatan lain, serta tertinggal dalam peradaban. Maka Muhammadiyah perlu didorong untuk memainkan perannya sebagai kekuatan pembawa misi rahmatan lil-alamin. Karena itu setiap orang Muhammadiyah selain harus kokoh/istiqamah dalam berIslam, sehingga dapat memainkan peran kesejarahan dalam membangun peradaban yang utama.

BAB IIIPENUTUP

Komitmen ber-Muhammadiyah berarti keterikatan untuk melakukan sesuatu dalam mengemban misi dan usaha-usaha yang diinginkan oleh Muhammadiyah untuk melaksanakan gerakannya guna mencapai tujuan utamanya yaitu terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Komitmen yang demikian sifatnya panggilan batin yang diwujudkan dalam berbagai tindakan yang selaras dengan panggilan itu, sehingga menunjukkan kesetiaan pada perjuangan Muhammadiyah apapun, dimana pun dan dalam keadaan bagaimanapun.Dalam ber-Muhammadiyah (aktif dan menggerakkan Muhammadiyah) khususnya bagi anggota, lebih-lebih pimpinannya diberbagai lini termasuk di amal usaha dan organisasi otonomnya, komitmen itu sangatlah penting. Ibarat pepatah bahwa air sungai tergantung dari hulu, maka komitmen merupakan sumber dari tingkat keterlibatan anggota dalam Muhammadiyah.Berada dan aktif dalam Muhammadiyah bukanlah sekedar keterlibatan fisik, tetapi lebih fundamental bagi keterlibatan moral atau mental, termasuk didalamnya pikiran dan pengkhidmatan. Komitmen itu merupakan perpaduan ikrar batin, kesetiaan, dan tindakan untuk berada dalam rumah Muhammadiyah lahir dan batin, serta melakukan tindakan-tindakan yang selaras dan bahkan memperjuangkan misi Muhammadiyah dengan sepsenuh hati. Itulah yang disebut sikap atau komitmen ber-Muhammadiyah, yakni keterlibatan yang penuh (totalitas) kesetiaan dari yang bersifat fisik hingga mental, pemikiran, dan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

Nashir, Haedar. Kristalisasi Ideologi dan Komitmen Bermuhammadiyah, hal 17-941