fluidisasi kelompok 1.docx
TRANSCRIPT
Laboratorium Satuan Operasi 1
Tahun Ajaran 2014/2015
F L U I D I S A S I
Pembimbing : Wahyu
Tanggal Praktikum : April 2015
Kelompok : 1 (Satu)
Syahrianti Muh Ilham Basri
Sri Astuti Nur Ahmad Ali
Riskawati
TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2015
F L U I D I S A S I
I. TUJUAN :
Tujuan dari praktikum ini adalah :
Agar dapat membuktikan persamaan Carman-Kozeny
Agar dapat mengamati sampel saat terfluidisasi
II. ALAT YANG DIGUNAKAN :
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Satu set alat fixed and fluidised bed 1 buah
2. Spatula 1 buah
3. Ayakan 1 buah
4. Ayakan sieving 3 buah
5. Neraca analitik 1 buah
6. Gelas kimia 100 ml 5 huah
7. Gelas kimia 250 ml 2 buah
8. Piknometer 1 buah
III. BAHAN YANG DIGUNAKAN :
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
Aquadest
Pasir kuarsa
Pasir Pantai
IV. DASAR TEORI
Fluidisasi merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran padat dengan
fluida. Apabila kecepatan fluida relative rendah, unggun tetap diam karena fluida hanya
mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya perubahan
susunan partikel tersebut. Apabila kecepatan fluida dinaikkan sedikit demi sedikit, pada
saat tertentu penurunan tekanan akan sama dengan gaya berat yang bekerja terhadap
butiran-butiran padat sehingga unggun mulai bergerak.. Unggun mengembang,
pororsitas bertambah, tetapi butiran-butiran masih saling kontak satu sama lain.
Dengan metoda ini diharapkan butiran-butiran padat memiliki sifat seperti
fluida dengan viskositas tinggi. Sebagai ilustrasi, tinjau suatu kolom berisi sejumlah
partikel padat berbentuk bola. Melalui unggun padatan ini kemudian dialirkan gas dari
bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat akan tetap diam, karena
gas hanya mengalir dari bawah ke atas. Pada laju alir yang cukup rendah, butiran padat
akan tetap diam, karena gas hanya mengalir melalui ruang antar partikel tanpa
menyebabkan perubahan susunan partikel tersebut. Keadaan yang demikian disebut
unggun diam atau fixed bed.
Dalam system padat-cair, kenaikan kecepatan air sampai diatas fluidisasi
minimum akan menyebabkan pengembangan unggun yang halus dan progresif (terus
menerus). Dalam hal ini ketidak stabilan aliran keseluruhan relative kecil dan tidak
terjadi pembentukkan gelembung yang cukup besar. Unggun yang berkelakuan seperti
ini sering disebut unggun fluidisasi cair (liquidfluidized bed) atau unggun fluidisasi
homogeny.
System padat-gas berkelakuan sangat berbeda. Pada kenaikan laju alir gas
dibawah fluidisasi minimum sudah terjadi pembentukan gelembung dan saluran
(chanelling) gas, dan gerakkan padatan menjadi lebih tidak beraturan. System seperti
ini disebut unggun fluidisasi agregatif atau unggun fluidisasi gas.
Kedua macam fluidisasi tersebut dapat digolongkan kedalam fluidisasi fase padat
(ketinggian unggun masih berada pada batas tertentu).
Pada laju alir fluida yang sanga tinggi (melebihi P), kecepatan akhir (ut) menjadi
sangat besar, sehingga batas atas unggun akan hilang (totalentrainment/butiran
padatan terbawa aliran fluida), porositas mendekati 1. Keadaan ini disebut fluidisasi
berkesinambungan
Proses Fluidisasi
Bila suatau zat cair dilewatkan melalui hamparan lapisan partikel padat pada
kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak. Jika kecepatan fluida berangsur-
angsur dinaikan, partikel-partikel itu akhirnya akan mulai bergerak dan melayang di
dalam fluida. Istilah “fluidisasi” (fluidization) dan “hamparan fluidisasi” (fluidized bed)
biasanya digunakan untuk keadaan partikel yang seluruhnya dianggap melayang,
karena suspense ini berperilaku seakan-akan fluida rapat. Jika hamparan itu
dimiringkan, permukaan atasnya akan tetap horizontal, dan benda-benda besar akan
mengapung atau tenggelam di dalam hamparan itu bergantung pada perbandingan
densitasnya terhadap suspense. Zata padat yang terfluidisasi dapat dikosongkan dari
hamparannya melalui pipa dan katub sebagaimana halnya suatu zat cair, dan sifat
fluiditas ini merupakan keuntungan utama dari penggunaan fluidisasi untuk menangani
zat padat.
Kondisi Fluidisasi
Perhatikan suatu tabung vertical yang sebagian berisi bahan butiran,
sebagaimana terlihat dalam gambar. Tabung itu turbulen pada keadaan atas, dan
mempunyai plat berpori pada bagian bawah untuk menopang pasir diatasnya untuk
menyebarkan aliran secara seragam pada keseluruhan penampang. Udara dimasukkan
dibawah plat distribusi dengan laju lambat dan naik keatas dengan hamparan tanpa
menyebabkan terjadinya gerakan dalam partikel. Jika partikel itu cukup kecil, aliran
didalam saluran-saluran diantara partikel-partikel dalam hamparan itu akan
bersifat laminar. Jika kecepatan itu dinaikkan , penurunan tekanan akan meningkat,
tetapi partikel-partikel itu tetap masih tidak bergerak dan tinggi hamparan pun tidak
berubah. Pada kecepatan tertentu, penurunan tekanan melintas hamparan itu akan
mengimbangi gaya gravitasi yang dialaminya dengan kata lain mengimbangi bobot
hamparan., dan jika kecepatan masih dinaikkan lagi partikel itu akan mulai bergerak.
Titik ini digambarkan oleh titik A pada grafik. Jika kecepatan it uterus ditingkatkan lagi,
partikel-partikel itu akan memisahkan dan menjadi cukup berjauhan satu sama lain
sehingga dapat berpindah-pindah dalam hamparan itu, dan fluidisasi yang sebenarnya
pun mulailah terjadi. Jika hamparan itu sudfah terfluidisasi , penurunan tekanan
melintas hamparan akan tetap konstan, akan tetapi tinggi hamparan akan bertambah
terus jika aliran ditinngkatkan lagi.
Jika laju aliran hamparan ke fluidisasi (fluized bed) itu perlahan-lahan
diturunkan, penurunan tekanan tetap sama, tetapi tinggi hamparan berkurang. Akan
tetapi, tinggi akhir hamparan itu mungkin lebih besar dari nilainya pada hamparan
diam semula, karena zat padat yangdicurahkan dalam tabung itumenetal lebih rapat
dari zat padat yang mengendap perlahan-lahan dari keadaan fluidisasi. Penurunan pada
kecepatan rendah lebih kecil dari hamparan diam semula. Jika fluidisasi dimulai
kembali, penurunan tekanan akan mengimbangi bobot hamparan pada titik B, titik
inilah yang harus kita anggap sebagai kecepatan fluidisasi minimum Umf dan bukan titik
A. Untuk mengukur Umf hamparan itu harus difluidisasikan dengan kuat terlebih dahulu,
dibiarkan mengendap dengan mematikan aliran udara, dan laju aliran dinaikan lagi
perlahan-lahan sampai hamparan itu mengembang.
Jenis-jenis Fluidisasi
1. Fluidisasi partikulat
Dalam fluidisasi air dan pasir, partikel-partikel itu bergerak menjauh satu sama
lain dan gerakannya bertambah hebat dengan bertambahnya kecepatan, tetapi densitas
hamparan rata-rata pada suatu kecepatan tertentu sama disegala arah hamparan.
Proses ini disebut “ Fluidisasi partikulat” yang bercirikan ekspansi hamparan yang
cukup besar tetapi seragam pada kecepatan yang tinggi.
Kertika fluida cairan seperti air dan padatannya berupa kaca, gerakan partikel
pada saat terfluidisasi terjadi dalam ruanng sempit dalam hamparanSeiring dengan
bertambahnya kecepatan fluida dan penurunan tekanan, maka hamparan akan
terekspansi dan gerakan dan pergerakan partikel semakin cepat. Jalan bebas rata-rata
suatu partikel diantara tubrukan-tubrukan dengan partikel akan bertambah besar
dengan meningkatnya kecepatan fluida, dan akibatnya porositas hamparan akan
meningkat pula. Ekspansi dari hamparan ini akan di ikuti dengan meningkatnya
kecepatan fluida samapi setiap partikel bertindak sebagai suatu individu.
2. Fluidisasi Gelembung
Hamparan zat padat yang terfluidisasi di dalam udara biasanya menunjukan
fluidisai yang dikenal sebagia fluidisasi agregativ. Fluidisasi ini terjadi jika kecepatan
superficial gas diatas kecepatan fluidisasi minimum. Bila kecepatan superficial gas
diatas kecepatan jauh lebih besar dari Umf kebanyakan gas itu mengalir melalui
hamparan dalam bentuk gelembung, dan hannya sebagian kecil gas itu mengalir dalm
saluran-saluran yang terbentuk diantara partikel. Partikel itu bergerak tanpa aturan
dan didukung oleh fluida tetapi diruang-ruang antara gelembung fraksi kosong kira-kira
sama dengan kondisi awal fluidisasi . Gelembung yang terbentuk berperilaku hamper
seperti gelembung udara dalam air, atau gelembung uap dalam zat cair yang mendidih
(hamparan didih).
Ukuran rata-rata gelembung itu bergantung pada jenis dan ukuran partikel, jenis
plat distributor, kecepatan superficial, dan tebalnya hamparan. Gelembung-gelembung
cenderung bersatu, dan menjadi besar pada waktu naik melalui hamparan fluidisasi itu
dan ukuran maksimum gelembung stabil berkisar antara beberapa inci sampai
beberapa kaki diameternya. Gelembung-gelembung yang beriringan lalu bergerak ke
puncak terpisah oleh zat padat yang seakan-akan sumbat. Peristiwa tersebut di kenal
peristiwa “penyumbatan” (slugging) dan biasanya hal ini tidak dikehendaki karena
mengakibatkan karena adanya fluktuasi tekanan dalam hamparan, meningkatkan zat
padat yang terbawa ikut dan menimbulkan kesulitan jika kita ingin memperbesar
skalanya di unit-unit yang lebih besar.
Parameter-parameter didalam Peristiwa Fluidisasi
1). Densitas partikel
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang masih dan tidak menyerap air
atau zat cair lain, bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Sedang untuk partikel
berpori, cara diatas akan menimbulkan kesalahan yang cukup besar karena air atau
cairan akan memasuki pori-pori didalam partikel, sehingga yang diukur bukan lagi
densitas partikel (berikut pori-porinya) seperti yang diperlukan dalam persamaan di
muka, tetapi densitas bahan padatnya (tidak termasuk pori-pori didalamnya). Untuk
partikel-artikel yang demikian ada cara lain yang biasa digunakan, yaitu dengan metode
yang diturunkan Ergun.
2). Bentuk partikel
Dalam persamaan yang telah diturunkan, partikel padatnya dianggap sebagai
butiran yang berbentuk bola dengan diameter rata-rata dp. Untuk partikel bentuk lain,
harus ada koreksi yang menyatakan bentuk partikel sebenarnya.
Faktor koreksi tersebut dinyatakan dengan :
Diameter partikel
Diameter partikel biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan (ukuran mesh).
Porositas unggun
Porositas unggun menyatakan fraksi kosong di dalam unggun yang secara
matematika bila ditulis sebagai berikut:
granulasi unggun yang terfluidisasikan adalah pembesaran ukuran umum di
industri farmasi, di mana bubuk halus adalah diaglomerasi menggunakan
pengikat cair untuk memberikan butiran yang lebih besar. Distribusi ukuran
butiran selama granulasi adalah salah satu karakteristik utama dari evaluasi
proses. Dengan demikian, ada kebutuhan untuk desain proses pengendalian
metode yang bertujuan untuk mengevaluasi distribusi ukuran pada real-time.
Beberapa dari gambar analisis dan NIR instrumentasi memiliki ditangani ini
masalah di barutahun 1-3. Namun, yang isu dengan yang handal data
penanganan dan probe kontaminasi masih perlu untuk diatasi.
Fenomena-Fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi
Adapun fenomena-fenomena yang dapat terjadi pada proses fluidisasi, antara lain:
1. Fenomena fixed bed, terjadi ketika laju alir fluida kurang dari laju minimum yang
dibutuhkan untuk proses awal fluidisasi. Pada kondisi ini partikel padatan tetap diam.
Kondisi ini ditunjukkan pada gambar.
Gambar II.1.3. Fenomena fixed bed
2. Fenomena minimum or incipient fluidization, terjadi ketika laju alir fluida mencapai
laju alir minimum yang dibutuhkan untuk proses fluidisasi. Pada kondisi ini
partikelpartikel padat mulai terekspansi. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar.
Gambar II.1.4. Fenomena minimum or incipient fluidization
3. Fenomena smooth or homogenously fluidization, terjadi saat kecepatan dan distribusi
aliran fluida merata, densitas dan distribusi partikel dalam unggun sama atau homogeny
sehingga ekspansi pada setiap partikel padatan seragam. Kondisi ini ditunjukkan pada
gambar.
Gambar II.1.5. Fenomena smooth or homogenously fluidization
4. Fenomena bubbling fluidization yang terjadi ketika gelembung–gelembung pada
unggun terbentuk akibat densitas dan distribusi partikel tidak homogen. Kondisi ini
ditunjukkan pada gambar.
Gambar II.1.6. Fenomena bubbling fluidization
5. Fenomena slugging fluidization, terjadi ketika gelembung-gelembung besar yang
mencapai lebar dari diameter kolom terbentuk pada partikel-partikel padat. Pada kondisi
ini terjadi penolakan sehingga partikel-partikel padat seperti terangkat. Kondisi ini dapat
dilihat pada gambar.
Gambar II.1.7. Fenomena slugging fluidization
6. Fenomena chanelling fluidization, terjadi ketika dalam unggun partikel padatan
terbentuk saluran-saluran seperti tabung vertikal. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar.
Gambar II.1.8. Fenomena chanelling fluidization
7. Fenomena disperse fluidization, terjadi saat kecepatan alir fluida melampaui kecepatan
maksimum aliran fluida. Pada fenomena ini sebagian partikel akan terbawa aliran fluida
dan berekspansi mencapai nilai maksimum. Kondisi ini ditunjukkan pada gambar.
Gambar II.1.9. Fenomena disperse fluidization
Fenomena-fenomena fluidisasi tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Laju alir fluida dan jenis fluida
2. Ukuran partikel dan bentuk partikel
3. Jenis dan densitas partikel serta faktor interlok antar partikel
4. Porositas unggun
5. Distribusi aliran
6. Distribusi bentuk ukuran fluida
7. Diameter kolom
8. Tinggi unggun.
Kelebihan dan Kekurangan Teknik Fluidisasi
Kelebihan dari teknik fluidisasi adalah:
1. Properti transfer panas yang baik dalam gas-fluidized bed. Gelembung yang terbentuk
menjaga unggun bersifat isotermal dan laju transfer panas yang tinggi diperoleh antara
unggun dan permukaan yang dicelupkan.
2. Sifat unggun yang menyerupai fluida memungkinkan adanya aliran zat padat secara
kontinu dan memudahkan pengontrolan.
3. Perpindahan panas antara unggun terfluidakan dengan media pemindah panas yang baik
memungkinkan pemakaian alat penukar panas yang memiliki luas permukaan kecil.
4. Perpindahan panas dan kecepatan perpindahan mass antara partikel cukup tinggi.
5. Sirkulasi butiran-butiran padat antara dua unggun fluidisasi memungkinkan pemindahan
jumlah panas yang besar dalam reaktor.
Kekurangan dari teknik fluidisasi adalah:
1. Kecepatan fluida yang digunakan terbatas pada jangkauan dimana unggun terfluidisasi.
Jika kecepatan jauh lebih besar dari Umf, dapat terjadi kehilangan material yang cukup
besar akibat terbawa keluar dari unggun serta ada kemungkinan terjadi kerusakan
partikel karena kecepatan operasi yang terlalu besar.
2. Tenaga untuk memompa fluida sehingga terjadi fluidisasi harus besar untuk unggun yang
besar dan dalam.
3. Ukuran dan tipe partikel yang dapat digunakan dalam teknik ini terbatas.
4. Karena sifat unggun terfluidisasi yang kompleks, seringkali terjadi kesulitan dalam
mengubah skala kecil menjadi skala industri.
5. Adanya erosi terhadap bejana dan sistem pendingin.
6. Butiran halus akan terbawa aliran sehingga mengakibatkan hilangnya sejumlah tertentu
padatan.
4.7 Rumus-rumus yang digunakan untuk mengolah data :
1. Untuk menghitung Volume piknometer :
Vol Pikno =
( Pikno+aquades )−(Pikno kosong)ρair (28 °C )
2. Untuk menghitung densitas padatan :
ρ P =
Mpasir
V pasir
3. Untuk menghitung luas permukaan tabung :
A = 1/4 π D^2
4. Untuk menghitung porositas padatan terfluidisasi :
ε = 1-
Mpρ p∗¿ A pipa∗¿ L
¿¿
5. Untuk menghitung Vs (Superficial Velocity)
Vs =
Qfluida
Apipa
6. Untuk menghitung bilangan Reynolds
Re= .V . D❑
7. Untuk menghitung x dan y menggunakan persamaan Carman – Kozeny
K1= 150
K2= 1.75
ΔP x Dp x ε3
L x . f x v2(1−ε ) = 150(1−ε )
ℜ + 1,75
Y=mX+c
Jadi,
Y = ΔP x Dp x ε3
L x . f x v2(1−ε )
X= (1−ε )ℜ
V. PROSEDUR KERJA
Menganalisa sampel menggunakan Fixed Fluidized Bed
1. Sampel disiapkan, lalu dimasukkan ke dalam tabung Fixed Fluidized Bed. Pada
praktikum kali ini kami menggunakan dua fluida yakni, fluida yang digunakan adalah
udara dan Air.
2. Permukaan sampel diratakan dan tinggi diam dan tekanan diam sampel dalam tabung.
Dicatat data yang diperoleh.
3. Sampel dimasukkan kedalam alat fluidisasi dengan data , yaitu 75 gram, 100 gram,
125 gram, dan 150 gram.(khusus fluida udara) serta 300 gram (khusus fluida Air).
4. Laju alir udara (Q) diatur dengan :
Q ( lt/menit)02468
1012141618202224
saat laju alir telah tercapai, tinggi sampel dan tekanan fluidisasi sampel dicatat.
Menentukan Densitas sampel
1. Untuk menentukan densitas sampel, pertama-tama harus diketahui volume dari
piknometer;
- Air dimasukkan kedalam piknometer lalu ditimbang.
- Diketahui nilai 𝞺 air adalah 1 g/ml.
- Selanjutnya dari data berat pikno + air yang diperoleh, dapat ditentukan nilai
volume pikno (vol pikno=vol air).
- Bobot air=Bobot pikno danair−Bobot pikno kosong
- Vol air= bobot airdensitasair
2. Setelah penentuan volume pikno, berikutnya menentukan densitas sampel, ( a ).
3. Ditimbang bobot pikno kosong, lalu pikno diisi dengan sampel sampai setengahnya,
lalu ditimbang kembali. ( b )
4. Pikno didisi lagi dengan air hingga penuh, lalu ditimbang lagi ( c )
5. Dari data tersebut dapat ditentukan bobot air dan bobot sampel
bobot sampel=b−a
bobot air= c – b
Kemudian vol air dan vol sampel dihitung menggunakan rumus :
vol. air=bobot airρ ai r
vol sampel=vol. pikno−vol air
Berikutnya nilai densitas sampel dihitung menggunakan rumus :
ρ sampel=bobot sampelvol . sampel
VI. DATA PENGAMATAN
1. Berat pada piknometer
Untuk Pasir Kuarsa
No Ukuran Berat (g)
1 Piknometer kosong 23.06
2 Pikno kosong + air 48.13
3 Pikno + kuarsa 41.35
4 Pikno + air + pasir 59.40
Untuk Pasir Pantai
No Ukuran Berat (g)
1 Piknometer kosong 23.06
2 Pikno kosong + air 48.13
3 Pikno + pasir 43.01
4 Pikno + air + pasir 61.04
2. Berat pada ayakan (Sieving) pasir kuarsa
N0lebar ayakan
dp (mm)
DPΔ
(mm)
Berat pan
kosong(gram
)
berat pan +berat
sampel(gram)
1 0,630 0 256,72 356,72
2 0,355 0,275 230,56 230,90
3 0,2 0,155 211,81 211,91
4 0,112 0,088 201,29 201,34
Pan 0 0,112 282,14 282,45
Berat pada ayakan (Sieving) pasir pantai
N0lebar ayakan
dp (mm)
DPΔ
(mm)
Berat pan
kosong(gram)
berat pan +berat
sampel(gram)
1 0,355 0 230,59 454,08
2 0,248 0,107 244,98 423,05
3 0,211 0,037 246,21 305,64
4 0,178 0,033 240,60 262,31
Pan 0 0,178 282,09 304,28
3. Data Fluidisasi
Mp= 75 gram ( Pasir Kuarsa )
NO
L (mm) ∆H (cm H2O) Q ( lt/menit)
1 26 0 02 26 0 23 26 0,1 44 26 0,2 65 26 0,4 86 26 0,5 107 26 0,6 128 26 0,7 149 26 0,8 16
10 26 0,9 1811 26 1 2012 26 1,1 2213 26 1,2 24
Mp= 100 gram
NO
L (mm) ∆H (cm H2O) Q ( lt/menit)
1 37 0 02 37 0 23 37 0,3 44 37 0,4 65 37 0,5 86 37 0,6 107 37 0,7 128 37 0,8 149 37 1 16
10 37 1,1 1811 37 1,2 2012 37 1,3 2213 37 2 24
Mp = 125 gram
NO
L (mm) ∆H (cm H2O) Q ( lt/menit)
1 47 0 02 47 0 23 47 0,2 44 47 0,4 65 47 0,6 86 47 0,8 107 47 1 128 47 1,1 149 47 1,2 16
10 47 1,3 1811 47 1,5 2012 47 1,6 2213 47 1,8 24
Mp = 150 gram
NO L (mm) ∆H (cm H2O) Q ( lt/menit)1 56 0 02 56 0,3 23 56 0,5 44 56 0,8 65 56 1,1 86 56 1,4 107 56 1,6 128 56 1,9 149 56 2 16
10 56 2,1 1811 56 2,2 2012 56 2,4 2213 56 2,5 24
Mp = 300 gram ( Pasir Pantai )
NO
L (mm) ∆H (cm H2O) Q ( lt/menit)
1 103 0,1 02 120 0,1 0,43 130 0,1 0,54 145 0,1 0,65 160 0,1 0,76 175 0,1 0,87 190 0,1 0,98 210 0,1 19 230 0,1 1,1
10 250 0,1 1,211 270 0,1 1,3
VII. PERHITUNGAN
Diketahui :
Diameter kolom = 0.0522 m
Luas kolom = 0.002139 m2
Berat jenis air = 996.26 kg/m3
Viskositas udara =0.000018 kg/m.s
Viskositas Air =0.001 kg/m.s
Berat jenis udara =1.2928 kg/m3
Kalibrasi Piknometer
1. Volume Piknometer :
Vol Pikno =
( Pikno+aquades )−(Pikno kosong)ρair (28 °C )
=
( 0,04813−0,02306 )kg
996 . 26 kg /m 3̂
= 2.516 x 10-5 m3
2. Densitas Padatan (pasir kuarsa)
Vol air =
( Pikno+aquades+ pasir )−(Pikno+pasir )ρ air (28 ° C )
=
(0 . 05940−0 . 04135 )kg
996 . 26 kg /m 3̂
= 1.811 x 10-5 m3
Vol pasir = volume pikno – volume air
= 2.516 x 10-5m3- 1.811 x 10-5 m3
= 7.05 x 10-6 m3
Berat pasir = (Pikno + pasir) - Pikno kosong
= 0.04135-0.02306
= 0.01829 kg
ρ P =
Mpasir
V pasir
=
0 . 01829 kg7 .05 x 10-6 m3
= 2594.32 kg/m3
3. Densitas Padatan (pasir pantai)
Vol air =
( Pikno+aquades+ pasir )−(Pikno+pasir )ρ air (28 ° C )
=
(0 . 06104−0 .04301 )kg
996 . 26 kg /m 3̂
= 1.809 x 10-5 m3
Vol pasir = volume pikno – volume air
= 2.516 x 10-5m3- 1.809 x 10-5 m3
= 7.07 x 10-6 m3
Berat pasir = (Pikno + pasir) - Pikno kosong
= 0.04301-0.02306
= 0.01995 kg
ρ P =
Mpasir
V pasir
=
0 . 01995 kg7 .07 x 10-6 m3
= 2821 kg/m3
4. Luas permukaan tabung (A)
A = 1/4 π D^2
= ¼ x 3.141592654 x (0.0522 m)2
= 0.002139 m2
Perhitungan untuk data pertama yaitu 75 gram
1. Porositas Padatan Terfluidisasi
ε = 1-
Mpρ p∗¿ A pipa∗¿ L
¿¿
= 1-
0 . 075kg
2594 kg/m3 x 0 . 002139 m2 x 0 .026 m
= 0,480115007
2. Menghitung Vs (Superficial Velocity)
Diketahui :
Untuk Tabel kedua 75 gr 0.075 kg
Vs =
Qfluida
Apipa
=3,33333E-05 m 3/s0 . 002139 m2
=0,01558361 m / s
3. Menghitung bilangan Reynold sampel 0.075 pada table 2
Rumus umum:
Re = .V . D❑
= 1.2928
kgm 3
x 0.01558361m / s x0.0522 m
0.000018 kg /m. s
= 58,42482549
Menghitung X dan Y menggunakan persamaan persamaan Carman – Kozeny
Diketahui K1= 150
K2= 1.75
ΔP x Dp x ε3
L x . f x v2(1−ε ) = 150(1−ε )
ℜ + 1,75
Y=mX+c
Jadi,
Y = ΔP x Dp x ε3
L x . f x v2(1−ε )
X= (1−ε )ℜ
4. Menghitung nilai Y pada percobaan 1 0.075 berada pada table 3
Y = ΔP x Dp x ε3
L x . f x v2(1−ε )
Y = 0.97733106 .mH 2O x0.00063 m x−0.4801150073
0.026 m x 1.2928kgm 3
x 0.0311672212(1−0.480115007)¿¿
Y = 4,014301298
5. Menghitung nilai X pada percobaan 1 0.075 (table ke 2)
X= (1−ε )ℜ
X =(1−0.480115007)
58.42482549
X = 0,008898358
Berdasarkan perhitungan di atas semua data dapat dilihat pada table berikut :
(1). Untuk massa partikel 0.075 kg (PASIR KUARSA)
NO
L (mm) ∆H (cm H2O) Q ( lt/menit) Q(m3/min) Q(m3/s) V (m/s)
1 26 0 0 0 0 02 26 0 2 0,002 3,33333E-05 0,015583613 26 0,1 4 0,004 6,66667E-05 0,03116722
14 26 0,2 6 0,006 0,0001 0,04675083
15 26 0,4 8 0,008 0,000133333 0,06233444
26 26 0,5 10 0,01 0,000166667 0,07791805
27 26 0,6 12 0,012 0,0002 0,09350166
38 26 0,7 14 0,014 0,000233333 0,10908527
39 26 0,8 16 0,016 0,000266667 0,12466888
310 26 0,9 18 0,018 0,0003 0,14025249
411 26 1 20 0,02 0,000333333 0,15583610
412 26 1,1 22 0,022 0,000366667 0,17141971
513 26 1,2 24 0,024 0,0004 0,18700332
5
∆h(mH2O)
∆P(N/m2) L (m) ϵ Re Y X
0 0 0,026 0,480115007
0 0 0
0 0 0,026 0,480115007
58,42482549
0 0,008898358
0,0001 0,97733106 0,026 0,480115007
116,849651 4,014301298
0,004449179
0,0002 1,95466212 0,026 0,480115007
175,2744765
3,56826782 0,002966119
0,0004 3,90932424 0,026 0,480115007
233,699302 4,014301298
0,002224589
0,0005 4,8866553 0,026 0,480115007
292,1241274
3,211441038
0,001779672
0,0006 5,86398636 0,026 0,480115007
350,5489529
2,676200865
0,00148306
0,0007 6,84131742 0,026 0,480115007
408,9737784
2,293886456
0,001271194
0,0008 7,81864848 0,026 0,480115007
467,3986039
2,007150649
0,001112295
0,0009 8,79597954 0,026 0,480115007
525,8234294
1,78413391 0,000988706
0,001 9,7733106 0,026 0,480115007
584,2482549
1,605720519
0,000889836
0,0011 10,75064166
0,026 0,480115007
642,6730804
1,459745926
0,000808942
0,0012 11,72797272
0,026 0,480115007
701,0979059
1,338100433
0,00074153
(2). Untuk massa partikel 0.1 kg
NO
L (mm) ∆H (cm H2O)
Q ( lt/menit)
Q(m3/min)
Q(m3/s) V (m/s)
1 37 0 0 0 0 02 37 0 2 0,002 3,33333E-
050,01558361
3 37 0,3 4 0,004 6,66667E-05
0,031167221
4 37 0,4 6 0,006 0,0001 0,046750831
5 37 0,5 8 0,008 0,000133333
0,062334442
6 37 0,6 10 0,01 0,000166667
0,077918052
7 37 0,7 12 0,012 0,0002 0,093501663
8 37 0,8 14 0,014 0,000233333
0,109085273
9 37 1 16 0,016 0,000266667
0,124668883
10 37 1,1 18 0,018 0,0003 0,140252494
11 37 1,2 20 0,02 0,000333333
0,155836104
12 37 1,3 22 0,022 0,000366667
0,171419715
13 37 2 24 0,024 0,0004 0,187003325
∆h(mH2O) ∆P(N/m2) L (m) ϵ Re Y X0 0 0,037 0,51290054 0 0 0
7
0 0 0,037 0,512900547
58,42482549 0 0,0083372
0,0003 2,93199318 0,037 0,512900547
116,849651 11,01174454 0,0041686
0,0004 3,90932424 0,037 0,512900547
175,2744765 6,525478248 0,002779067
0,0005 4,8866553 0,037 0,512900547
233,699302 4,588226893 0,0020843
0,0006 5,86398636 0,037 0,512900547
292,1241274 3,523758254 0,00166744
0,0007 6,84131742 0,037 0,512900547
350,5489529 2,854896734 0,001389533
0,0008 7,81864848 0,037 0,512900547
408,9737784 2,397114459 0,001191029
0,001 9,7733106 0,037 0,512900547
467,3986039 2,294113447 0,00104215
0,0011 10,75064166 0,037 0,512900547
525,8234294 1,993896131 0,000926356
0,0012 11,72797272 0,037 0,512900547
584,2482549 1,761879127 0,00083372
0,0013 12,70530378 0,037 0,512900547
642,6730804 1,57743999 0,000757927
0,002 19,5466212 0,037 0,512900547
701,0979059 2,039211953 0,000694767
(3). Untuk massa partikel 0.125 kg
L (mm)
∆H (cm H2O)
Q(lt/
menit)
Q(m3/min) Q(m3/s) V (m/s) ∆h(mH2O)
47 0 0 0 0 0 047 0 2 0,002 3,33333E-05 0,01558361 0
47 0,2 4 0,004 6,66667E-05 0,031167221
0,0002
47 0,4 6 0,006 0,0001 0,04675083 0,0004
1
47 0,6 8 0,008 0,000133333
0,062334442
0,0006
47 0,8 10 0,01 0,000166667
0,077918052
0,0008
47 1 12 0,012 0,0002 0,093501663
0,001
47 1,1 14 0,014 0,000233333
0,109085273
0,0011
47 1,2 16 0,016 0,000266667
0,124668883
0,0012
47 1,3 18 0,018 0,0003 0,140252494
0,0013
47 1,5 20 0,02 0,000333333
0,155836104
0,0015
47 1,6 22 0,022 0,000366667
0,171419715
0,0016
47 1,8 24 0,024 0,0004 0,187003325
0,0018
∆P(N/m2) L (m) ϵ Re Y X0 0,047 0,52067341
10 0 0
0 0,047 0,520673411
58,42482549
0 0,00820416
1,95466212 0,047 0,520673411
116,849651 6,144005121
0,00410208
3,90932424 0,047 0,520673411
175,2744765
5,461337886
0,00273472
5,86398636 0,047 0,520673411
233,699302 4,608003841
0,00205104
7,81864848 0,047 0,520673411
292,1241274
3,932163278
0,001640832
9,7733106 0,047 0,520673411
350,5489529
3,413336178
0,00136736
10,75064166
0,047 0,520673411
408,9737784
2,758532912
0,001172023
11,72797272
0,047 0,520673411
467,3986039
2,30400192 0,00102552
12,70530378
0,047 0,520673411
525,8234294
1,972149792
0,000911573
14,6599659 0,047 0,520673411
584,2482549
1,843201536
0,000820416
15,63729696
0,047 0,520673411
642,6730804
1,624860859
0,000745833
17,59195908
0,047 0,520673411
701,0979059
1,53600128 0,00068368
(4). Untuk massa partikel 0.150 kg
L (mm)
∆H (cm H2O)
Q(lt/
menit)Q(m3/min) Q(m3/s) V (m/s) ∆h(mH2O)
56 0 0 0 0 0 056 0,3 2 0,002 3,33333E-05 0,01558361 0,000356 0,5 4 0,004 6,66667E-05 0,031167221 0,000556 0,8 6 0,006 0,0001 0,046750831 0,000856 1,1 8 0,008 0,000133333 0,062334442 0,001156 1,4 10 0,01 0,000166667 0,077918052 0,001456 1,6 12 0,012 0,0002 0,093501663 0,001656 1,9 14 0,014 0,000233333 0,109085273 0,001956 2 16 0,016 0,000266667 0,124668883 0,00256 2,1 18 0,018 0,0003 0,140252494 0,002156 2,2 20 0,02 0,000333333 0,155836104 0,002256 2,4 22 0,022 0,000366667 0,171419715 0,002456 2,5 24 0,024 0,0004 0,187003325 0,0025
∆P(N/m2) L (m) ϵ Re Y X0 0,056 0,51724965 0 0 0
2,93199318 0,056 0,51724965 58,42482549 30,11799022 0,0082627614,8866553 0,056 0,51724965 116,849651 12,54916259 0,00413138
7,81864848 0,056 0,51724965 175,2744765 8,923848954 0,00275425410,75064166 0,056 0,51724965 233,699302 6,902039426 0,0020656913,68263484 0,056 0,51724965 292,1241274 5,622024841 0,00165255215,63729696 0,056 0,51724965 350,5489529 4,461924477 0,00137712718,56929014 0,056 0,51724965 408,9737784 3,892801457 0,00118039419,5466212 0,056 0,51724965 467,3986039 3,137290648 0,001032845
20,52395226 0,056 0,51724965 525,8234294 2,602789278 0,00091808521,50128332 0,056 0,51724965 584,2482549 2,208652616 0,00082627623,45594544 0,056 0,51724965 642,6730804 1,991272081 0,0007511624,4332765 0,056 0,51724965 701,0979059 1,742939249 0,000688563
(5). Untuk massa partikel 0.300 kg (PASIR PANTAI)
L (mm) ∆H (cm H2O) Q ( lt/menit) Q(m3/min) Q(m3/s) V (m/s)103 0,1 0 0 0 0120 0,1 0,4 0,0004 6,66667E-06 0,003116722130 0,1 0,5 0,0005 8,33333E-06 0,003895903145 0,1 0,6 0,0006 0,00001 0,004675083160 0,1 0,7 0,0007 1,16667E-05 0,005454264175 0,1 0,8 0,0008 1,33333E-05 0,006233444190 0,1 0,9 0,0009 0,000015 0,007012625210 0,1 1 0,001 1,66667E-05 0,007791805230 0,1 1,1 0,0011 1,83333E-05 0,008570986250 0,1 1,2 0,0012 0,00002 0,009350166270 0,1 1,3 0,0013 2,16667E-05 0,010129347
∆h(mH2O)
∆P(N/m2) L (m) ϵ Re Y X
0,0001 0,97733106
0,103 0,5173078 0 0 0
0,0001 0,97733106
0,12 0,585689195
162,0844213
0,144875629
0,002556142
0,0001 0,97733106
0,13 0,617559257
202,6055267
0,108695003
0,001887613
0,0001 0,97733106
0,145 0,657122092
243,126632 0,090938835
0,001410285
0,0001 0,97733106
0,16 0,689266896
283,6477373
0,077104525
0,001095489
0,0001 0,97733106
0,175 0,715901162
324,1688427
0,066144374
0,000876392
0,0001 0,97733106
0,19 0,738330018
364,689948 0,057329775
0,000717514
0,0001 0,97733106
0,21 0,763250968
405,2110534
0,051299812
0,000584261
0,0001 0,97733106
0,23 0,783837841
445,7321587
0,04592054 0,00048496
0,0001 0,97733106
0,25 0,801130814
486,253264 0,041196612
0,000408983
0,0001 0,97733106
0,27 0,815861864
526,7743694
0,037074634
0,000349558
Dari perolehan nilai data x dan y, didapatkan grafik hubungan antara x dan y
A. Grafik hubungan antara x dan y (m=0.075 kg)
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009 0.010
2
4
6
8
10
12f(x) = NaN x + NaN
X
Y
Dari grafik didapatkan ;
slope (K1) = 328,8
intercept(K2) = 1,739
B. Grafik hubungan antara x dan y (m=0.100 kg)
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.0090
2
4
6
8
10
12f(x) = NaN x + NaN
X
Y
Dari grafik didapatkan ;
slope (K1) = 1256
intercept(K2) = 0,813
C. Grafik hubungan antara x dan y (m=0.125 kg)
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.0090
2
4
6
8
10
12f(x) = NaN x + NaN
X
Y
Dari grafik didapatkan ;
slope (K1) = 643,0
intercept(K2) = 1,787
D. Grafik hubungan antara x dan y (m=0.150 kg)
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.0090
5
10
15
20
25
30
35
f(x) = 3648.03068489276 x − 0.782228071713067
X
Y
Dari grafik didapatkan ;
slope (K1) = 3648
intercept(K2) = -0,782
E. Grafik hubungan antara x dan y (m=0.300 kg)
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.0030
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
0.16
f(x) = 47.4579744235241 x + 0.0228383789090524
X
Y
Dari grafik didapatkan ;
slope (K1) = 47,45
intercept(K2) = 0,022
PEMBAHASAN
Pada kesempatan ini kami akan membahas mengenai hasil praktikum FLUIDISASI,
pada praktikum ini kami menggunakan Fixed Fluidized Bed sebagai alat fluidisasi dan
udara sebagai fluidanya.
Fluidisasi adalah suatu fenomena berubahnya sifat suatu padatan (bed) dalam suatu
reaktor menjadi bersifat seperti fluida dikarenakan adanya aliranfluida ke dalamnya, baik
berupa liquid maupun gas. Jika suatu aliran udara melewati partikel unggun yang ada
dalam tabung, maka aliran tersebut akan memberikan gaya seret (drag force) pada
partikel dan menimbulkan pressure drop sepanjang unggun. Pressure drop akan naik jika
kecepatan superficial naik. Kecepatan superfisial adalah laju alir udara pada kolom yang
kosong,sedangkan kecepatan interstitial adalah kecepatan udara di antara partikel unggun.
Pada kecepatan superfisial rendah, ungun mula-mula diam. Jika kecepatan superfisial
dinaikkan maka pada suatu saat gaya seret fluida menyebabkan unggun mengembang dan
menyebabkan tahanan terhadap aliranudara mengecil, sampai akhirnya gaya seret tersebut
cukup untuk mendukung gaya berat partikel unggun. Hal ini menyebabkan unggun
terfluidisasi dan sistem solid-fluida menunjukkan sifat-sifat seperti fluida. Kecepatan
superfisialterendah yang dibutuhkan agar terjadi fluidisasi disebut minimum fluidization
velocity (Umf).
Bila cairan atau gas dilewatkan pada unggun partikel padat pada kecepatan rendah
dari bawah ke atas, unggun tidak akan bergerak. Apabila laju aliran gas diperbesar terus
maka besarnya penurunan tekanan gas sepanjang unggun juga akan bertambah, hingga
pada suatu saat dimana butiran padatan mulai terangkat oleh aliran gas maka penurunan
tekanan menjadi tetap. Keadaan dimana padatan terangkat sehingga tidak lagi berupa
unggun diam disebut terfluidisasi, artinya padatan tersuspensi dalam gas dan pada
keadaan ini sifat dari padatan tidak lagi seperti semula tetapi berubah menyerupai fluida,
yaitu dapat dialirkan melalui pipa, mempunyai permukaan mendatar. Besarnya kecepatan
minimum yang diperlukan untuk membuat padatan unggun diam berubah menjadi
terfluidisasi tergantung beberapa faktor seperti besarnya diameter padatan, porositas
padatan, rapat massa padatan dan faktor kebolaan (sphericity) dari butiran padat. Pada
kecepatan lebih tinggi dari Kecepatan superfisial yang terjadi disebut fluidisasi
gelembung/bubbling dan apabila kecepatan ini bertambah terus fluidisasi yang terjadi
disebut fluidisasi bergolak/turbulen.
Berdasarkan data yang diperoleh kami melakukan perhitungan untuk
mengetahui nilai porositas ( ) dan Bilangan RE dan massa.ε
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh data porositas sebagai berikut
L (m) ϵ0,103 0,5173078
0,12 0,5856891950,13 0,617559257
0,145 0,6571220920,16 0,689266896
0,175 0,7159011620,19 0,7383300180,21 0,7632509680,23 0,7838378410,25 0,8011308140,27 0,815861864
Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa semakin basar nilai L, maka nilai
porositas semakin besar.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh data RE sebagai berikut
V (m/s) Re0 0
0,003116722 162,08442130,003895903 202,60552670,004675083 243,1266320,005454264 283,64773730,006233444 324,16884270,007012625 364,6899480,007791805 405,21105340,008570986 445,73215870,009350166 486,2532640,010129347 526,7743694
Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa semakin basar nilai V, maka
nilai RE semakin besar.
Berdasarkan data porositas, blangan RE, ∆P, Vs,Bj,Dp,L tersebut, maka dapat
dihitung nilai X dan Y yang akan digunakan dalam grafik.
Untuk nilai K, nilai yang diperoleh dari grafik tidak sesuai dengan teori Carman-
Kozeny yang seharusnya adalah 150 untuk K1 dan 1.75 untuk K2. Nilai K yang diperoleh
dari praktikum terlalu jauh (melenceng). Hal ini mungkin disebabkan oleh ukuran partikel
sampel yang digunakan, pembacaan skala yang tidak akurat pada saat unggun diam atau
terfluidisasi, dan l
Dari pengolahan data, nilai K1 dan K2 yang diperoleh yaitu :
Massa Partikel (gram) K1 K2
75 328,8 1,739
100 1256 0,813
125 643,0 1,787
150 3648 -0,782
300 47,45 0,022
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa,
Semakin besar ukuran diameter partikel padatannya maka semakin besar pula harga
Superficial Velocity (Vs) yang dibutuhkannya. Umf berdasarkan kurva karakteristik
pada tinggi unggun 50 mm,
Diameter partikel (m)
Vs (m/s)
0,00063 0,01558361
0,000355 0,003116722
Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa semakin basar nilai L, maka nilai
porositas semakin besar.
L (m) ϵ0,103 0,5173078
0,12 0,5856891950,13 0,617559257
0,145 0,6571220920,16 0,689266896
0,175 0,7159011620,19 0,7383300180,21 0,7632509680,23 0,7838378410,25 0,8011308140,27 0,815861864
Dari data tersebut, maka dapat diketahui bahwa semakin basar nilai V, maka
nilai RE semakin besar.
V (m/s) Re0 0
0,003116722 162,08442130,003895903 202,60552670,004675083 243,1266320,005454264 283,64773730,006233444 324,16884270,007012625 364,6899480,007791805 405,21105340,008570986 445,73215870,009350166 486,2532640,010129347 526,7743694
Nilai K yang di peroleh dari grafik
Massa Partikel (gram) K1 K2
75 328,8 1,739
100 1256 0,813
125 643,0 1,787
150 3648 -0,782
300 47,45 0,022
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J., 1993,”Transport Processes and Unit Operations” 3 rd, pp 127-132,
Prentice-Hall, Inc., Eanglewood Cliffs, New Jersey USA.
Buku Petunjuk Praktikum Satuan Operasi, 2004 “ Fluidisasi Padat Gas” Jurusan Teknik
Kimia, Politeknik negeri Bandung.
http://id.scribd.com/doc/91779131/laporan-FLUIDISASI diakses 5 Mei 2013.
http://id.scribd.com/doc/56710010/Fluidisasi-Laporan-Teknik-Kimia-IV-Zeffa-Aprilasani
diakses 5 Mei 2013.