bab iii evapro

19
BAB III METODE EVALUASI 3.1. Variabel dan Tolok Ukur Penelitian Evaluasi ini dilakukan dengan pendekatan sistem. Data dikumpulkan menurut komponen sistem, baik tolok ukur maupun pencapaian program. Sumber rujukan variabel dan tolok ukur penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Profil kesehatan Puskesmas Kecamatan Cimanggis Tahun 2014 2. Perencanaan Program Puskesmas Kecamatan Cimanggis tahun 2014 3. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014 4. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 6. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004 7. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid II Departemen Kesehatan RI 1999 8. Pedoman Tatalaksana KEP Pada Anak di Rumah Sakit Kab/Kota 1998 46

Upload: preston-parker

Post on 16-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB IIIMETODE EVALUASI

3.1. Variabel dan Tolok Ukur PenelitianEvaluasi ini dilakukan dengan pendekatan sistem. Data dikumpulkan menurut komponen sistem, baik tolok ukur maupun pencapaian program. Sumber rujukan variabel dan tolok ukur penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut :1. Profil kesehatan Puskesmas Kecamatan Cimanggis Tahun 20142. Perencanaan Program Puskesmas Kecamatan Cimanggis tahun 20143. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 20144. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 20115. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/20086. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia 20047. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid II Departemen Kesehatan RI 19998. Pedoman Tatalaksana KEP Pada Anak di Rumah Sakit Kab/Kota 19989. Pedoman Tatalaksana KEP Pada Anak di Puskesmas dan Rumah Tangga 199810. Buku Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Cimanggis, Depok.

Tabel 3.1. Variabel dan Tolok Ukur PenilaianNoVariabelDefinisi Operasional Atau RumusTolok Ukur

1Angka Cakupan Prevalensi Gizi Kurang Balita(Umur < 5 tahun)Cakupan Jumlah balita gizi kurangPrevalensi Gizi = -------------------------------------------- x 100%Kurang Balita Jumlah balita di satu wilayah kerja< 20%

2Angka Cakupan Prevalensi Gizi Buruk Balita(Umur < 5 tahun)Cakupan Jumlah balita gizi burukPrevalensi Gizi = -------------------------------------------- x 100%Buruk Balita Jumlah balita di satu wilayah kerja< 5%

3Angka Cakupan Balita Tidak Naik Berat Badan (2T)(Umur < 5 tahun) Jumlah balita yang tidak naikCakupan berat badan selama 2 bulan (2 TT)Balita Tidak = ----------------------------------------------- x 100%Naik BB (2T) Jumlah seluruh balita yang ditimbang 2 bulan berturut turut (N)< 20%

4Angka Cakupan Balita Naik Berat Badan(Umur < 5 tahun) Jumlah balita yang ditimbang 2 bulanCakupan berturut turut yang naik berat badanBalita Naik = ----------------------------------------------- x 100%Berat Badan Jumlah seluruh balita yang ditimbang 2 bulan berturut turut (N)> 80%

5Angka Prevalensi Balita Bawah Garis Merah (Umur < 5 tahun)Cakupan Jumlah balita bawah garis merahBalita Bawah = ---------------------------------------------- x 100%Garis Merah Jumlah seluruh balita yang ditimbang

Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada KMS, ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. < 5%

6Angka Cakupan Pemberian MP ASI Pada Bayi Bawah Garis Merah Dari GAKIN(Umur 6 59 bl) Jumlah bayi usia 6 59 bulan dariCakupan gakin yang mendapat MP ASIPemberian = ------------------------------------------------- x 100%MP ASI Jumlah bayi usia 6 59 bulan dari gakin

Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6 59 bulan keluarga miskin adalah pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6 59 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.100%

7Angka Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan(Umur < 5 tahun)Cakupan Jumlah balita gizi buruk yang dirawatPerawatan Balita = ------------------------------------------- x100%Gizi Buruk Jumlah balita gizi buruk yang ditemukan

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.100%

8Angka Cakupan Balita Drop Out Perawatan Gizi Buruk (Umur < 5 tahun)Cakupan Jumlah balita gizi buruk yang Drop OutDrop Out = ------------------------------------------------- x 100%Perawatan Jumlah balita gizi buruk yang dirawat0%

Sumber : Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008, Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011

3.2. Bahan Kerja3.2.1. Pengumpulan DataData yang digunakan pada evaluasi program PPG / TFC meliputi:1. Data PrimerDiperoleh melalui wawancara dengan koordinator program pelaksana PPG / TFC di Puskesmas Kecamatan Cimanggis, Depok.2. Data Sekunder Dokumentasi puskesmas berupa laporan bulanan PPG / TFC di Puskesmas Kecamatan Cimanggis periode Januari Desember 2014. Profil UPT Puskesmas Cimanggis Tahun 2014. Data Kependudukan Kecamatan Cimanggis. Data Kependudukan Kelurahan Curug.Sumber data yang digunakan meliputi:1. Sumber data primerDiperoleh dari koordinator program dan pelaksana PPG / TFC di Puskesmas Kecamatan Cimanggis, Depok.2. Sumber data sekunder Dokumentasi puskesmas berupa laporan bulanan PPG / TFC di Puskesmas Kecamatan Cimanggis periode Januari Desember 2014. Profil UPT Puskesmas Cimanggis Tahun 2014. Data Kependudukan Kecamatan Cimanggis. Data Kependudukan Kelurahan Curug.3.2.2. Pengolahan DataPengolahan data yang dilakukan secara manual dengan tabel-tabel yang sudah dipersiapkan, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan komputerisasi.

3.2.3. Penyajian DataPenyajian data dilakukan dalam bentuk tekstular dan tabular. Interpretasi data dilakukan dengan bantuan kepustakaan.3.2.4. LokasiPengumpulan data dilakukan di Puskesmas Kecamatan Cimanggis, Depok.3.2.5. WaktuPengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2014.

3.3. Cara Analisis3.3.1. Menetapkan MasalahMasalah yang dimaksud dalam pendekatan sistem adalah kesenjangan antara tolok ukur dengan hasil pencapaian pada unsur keluaran. Adanya masalah diidentifikasi dengan membandingkan keluaran pada program dengan tolok ukur yang ada.3.3.2. Menetapkan Prioritas MasalahPenentuan prioritas masalah harus dilakukan jika terdapat lebih dari satu masalah. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbatasan dan sumber daya, serta kemungkinan adanya masalah-masalah tersebut berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah yang dianggap paling besar, mudah diintervensi, dan paling penting, akan menjadi prioritas, dimana jika masalah tersebut diatasi maka masalah-masalah lain diharapkan juga teratasi. Penentuan prioritas masalah dilakukan menggunakan teknik kriteria matriks yang terdiri dari 3 komponen:1. Pentingnya masalah (I), yang terdiri dari:a. Besarnya masalah (P)b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (S)c. Kenaikan besarnya masalah (RI)d. Derajat kenaikan masyarakat yang tidak terpenuhi (DU)e. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (SB)f. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (PB)g. Suasana politik (PC)

2. Kelayakan teknologi (T)Makin layaknya teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.3. Sumber daya yang tersedia (R)Terdiri dari man, money, material, makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah makin diprioritaskan masalah tersebut.

Selanjutnya beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting) pada tiap kotak dalam matriks sesuai dengan jenis masalah masing-masing. Masalah yang dipilih sebagai prioritas adalah yang memiliki nilai I x T x R tertinggi.

3.3.3. Penentuan Penyebab Masalah dan Prioritas Penyebab MasalahIdentifikasi penyebab masalah dilakukan dengan membandingkan antara tolok ukur /standar komponen-komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik dengan pencapaian di lapangan. Bila terdapat kesenjangan maka ditetapkan sebagai penyebab masalah yang diprioritaskan tadi. Prioritas penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan teknik kriteria matriks (crtiteria matrix technique). Hal ini tergantung dari kontribusi (C/contribution), kelayakan teknologi (T / technical feasibility), dan ketersediaan sumber daya (R / resource availability). Penetapan prioritas (P / priority) masalah dilakukan dengan cara mengalikan C, T, R.

3.3.4. Kerangka KonsepKerangka konsep dibuat untuk menentukan penyebab masalah yang telah diprioritaskan. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang telah diprioritaskan yang berasal dari komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen input, proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka konsep yang diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal.

3.3.5. Identifikasi Penyebab MasalahIdentifikasi penyebab masalah dilakukan dengan:1. Mengelompokkan faktor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap prioritas masalah dalam unsur masukan, proses, umpan balik dan lingkungan.2. Menentukan indikator-indikator serta tolok ukurnya masing-masing dari faktor-faktor tersebut. 3. Mengukur besarnya nilai indikator-indikator tersebut di lapangan.4. Membandingkan nilai dari tiap-tiap indikator tersebut dengan tolok ukurnya. Diperlukan pengumpulan data dari dokumentasi puskesmas, wawancara, atau kuesioner untuk mengetahui pencapaian di lapangan.

Tabel 3.2. Tolok Ukur Pada Komponen MasukanNo VariabelTolok Ukur

1TenagaTenaga pelaksana minimal: 1 dokter, 4 perawat, 1 ahli gizi, dan 1 juru masak, dan 1 tenaga kebersihan.

Tenaga kesehatan yang bertugas merawat anak, telah mendapat pelatihan Tatalaksana anak gizi buruk.

2DanaTersedianya dana khusus untuk pelaksanaan program yang berasal dari APBD dan APBN

3SaranaTersedianya sarana:1. Sarana medis: alat-alat pemeriksaan seperti stetoskop, senter, timbangan, tersimeter, dan termometer2. Sarana non medis: ruangan dilengkapi dengan tempat tidur, status, alat tulis, buku catatan3. Sarana penyuluhan: brosur, poster4. Sarana khusus untuk TFC / PPG (rawat inap):a. Ruang perawatan khusus, terpisah dari ruang perawatan lainnya. Luas ruangan ditentukan berdasarkan jumlah tempat tidur. Untuk 10 tempat tidur diperlukan luas ruangan 10 m x 6 mb. Ruang konseling kesehatan dan gizic. Tempat penyimpanan obatd. Dapur: ruang persiapan dan penyiapan formula makanan (F-75, F-100, ReSoMal, dll)e. Tempat penyimpanan bahan makananf. Fasilitas air bersih, Mandi Cuci Kakus (MCK)g. Peralatan medis dan obat-obatanh. Pemeriksaan laboratorium sederhana (Pemeriksaan HB,kadar gula darah dan mantoux tes)i. Alat Antropometri (alat ukur BB, TB atau PB)j. Media KIE (food model, leaflet, poster, buku pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk I dan II)k. Peralatan dapur dan peralatan pembuatan formula.l. Peralatan kebersihanm. Peralatan mandi dan cucin. Alat Permainan Edukasi (APE)5. Laboratorium

4MetodePengobatan penderita gizi kurang / gizi buruk sesuai dengan pedoman pelayanan anak gizi kurang / gizi buruka. Pendekatan MTBS untuk penderita balita dengan penyakit penyertab. Pendekatan pada poli umum untuk penderita anak diatas 5 tahun dengan penyakit penyertac. Pengobatan penderita gizi kurang dan gizi buruk sesuai standar pelayanan anak gizi kurang / gizi buruk

Penyuluhan kesehatana. Penyuluhan kepada penderita dan keluargab. Penyuluhan ke masyarakatc. Konseling gizi pada poli gizi dan TFC / PPG sesuai standar pelayanan

Sumber : Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008, Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011

Tabel 3.3. Tolok Ukur Pada Komponen ProsesNoVariabelTolok Ukur

1PerencanaanAdanya perencanaan operasional yang jelas: jenis kegiatan, target kegiatan, waktu kegiatan.

2Pengorganisasi-ana. Adanya struktur pelaksana programb. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas

3PelaksanaanPengobatan :a. Pelayanan Medis, pemeriksaan klinis, keperawatan dan konseling gizi sesuai dengan penyakit penyerta/penyulit.b. Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai berikut:1. Fase StabilisasiDiberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100 KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari.2. Fase TransisiPada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150 KKal/kgBB/hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.3. Fase RehabilitasiDiberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220 KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.4. Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah)Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau kunjungan ke Puskesmas. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6. Tumbuh kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim sampai anak berusia 5 tahun.

Penyuluhan :a. Penyuluhan dan konseling kepada penderita dan keluargab. Pertemuan tingkat desa merupakan forum pertemuan yang dihadiri oleh Kepala Desa, Ketua Tim Penggerak PKK, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) atau Ketua Dewan Kelurahan (DEKEL), tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, bidan dan kader, serta tenaga kesehatan puskesmas dan lintas sektor tingkat kecamatan.

Pelatihan kadera. Materi pelatihan:1) Pemantauan pertumbuhan anak seperti menimbang, mengisi dan interpretasi KMS, mengukur LiLA, konseling dan mengisi SIP),2) Pendampingan dalam melaksanakan PHBS, konseling pemberian makanan, kepatuhan melaksanakan atau mengonsumsi paket pemulihan gizi,3) Peranan kader posyandu dalam penanganan anak gizi buruk secara rawat jalan.b. Pelatihan dilakukan minimal 2x dalam setahun

Pelayanan penderita gizi kurang / gizi buruk oleh kaderKoordinasi puskesmas kecamatan dengan kelurahan

4Pencatatan dan pelaporana. Penilaian kegiatan dalam bentuk laporan tertulis secara periodikb. Pengisian laporan tertulis yang lengkapc. Penyimpanan laporan tertulis yang benar

5PengawasanAdanya pengawasan eksternal maupun internal

Sumber : Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008, Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011

Tabel 3.4. Tolak Ukur Komponen Lingkungan dan Umpan BalikNoVariabelTolok Ukur

1Lingkungan a. Tingkat pendididkan menengah atau tinggi menunjang keberhasilan pelayananan dan penatalaksanaan gizi kurang / gizi burukb. Tingkat sosial ekonomi menengah atau tinggi menunjang keberhasilan pelayananan dan penatalaksanaan gizi kurang / gizi burukc. Akses Pelayanan Kesehatan

2Umpan balikMasukan hasil pencatatan dan pelaporan untuk perbaikan program selanjutnya

Sumber : Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008, Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2011

3.3.6. Alternatif Pemecahan Masalah dan Prioritas Cara Pemecahan Masalah3.3.6.1. Alternatif Pemecahan MasalahSetelah penyebab masalah diketahui, langkah selanjutnya adalah membuat beberapa alternatif pemecahan masalah. Pemilihan alternatif pemecahan masalah harus disesuaikan dengan kemampuan serta situasi dan kondisi puskesmas. Alternatif pemecahan masalah dibuat secara rinci, meliputi tujuan, sasaran, target, metode, jadwal kegiatan, serta rincian pendanaan.3.3.6.2. Prioritas Cara Pemecahan MasalahDari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, dipilih salah satu cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan/penentuan prioritas cara pemecahan masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria yang lazim digunakan adalah:1) Efektifitas Jalan KeluarMenetapkan nilai efektifitas (effectiveness) untuk setiap alternatif jalan keluar, yaitu dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan keluar, dipergunakan kriteria tambahan sebagai berikut:a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude)Makin besar masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut. b. Pentingnya Jalan Keluar (Importancy)Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan penyelesaian masalah. Makin lama masa bebas masalah, makin penting jalan keluar tersebut.c. Sensitivitas Jalan Keluar (Vulnerability)Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah. Makin cepat masalah diatasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.2) Efisiensi Jalan Keluar (Cost)Menetapkan nilai efisiensi (efficiency) untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin besar biaya yang diperlukan, maka makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Beri angka 1 (biaya paling sedikit) sampai angka 5 (biaya paling besar).Menghitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif jalan keluar dengan rumus :P = M x I x V CJalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.

49