bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan...

102
21 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Konstruksi berpikir dalam kajian pustaka yang peneliti kembangkan dalam penelitian ini terpetakan menjadi tiga bagian, yakni Grand Theory, Middle Theory dan Applied Theory. Secara konseptual Grand Theory merupakan teori umum yang menjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa lain, Grand Theory ini adalah teori yang menjadi kerangka besar dan melandasi teori-teori yang akan digunakan. Adapun Grand Theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Gambar 2.1 Grand Theory

Upload: lamquynh

Post on 09-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Konstruksi berpikir dalam kajian pustaka yang peneliti kembangkan dalam

penelitian ini terpetakan menjadi tiga bagian, yakni Grand Theory, Middle Theory

dan Applied Theory. Secara konseptual Grand Theory merupakan teori umum yang

menjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa lain, Grand

Theory ini adalah teori yang menjadi kerangka besar dan melandasi teori-teori yang

akan digunakan. Adapun Grand Theory yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

Gambar 2.1 Grand Theory

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

22

Grand theory dalam penelitian ini adalah manajemen strategik. Manajemen

strategik adalah suatu rangkaian langkah, tindakan dan serta keputusan suatu

perusahaan yang dapat menentukan kinerja jangka panjang suatu perusahaan.

Dalam hal ini, perusahaan dapat membawa organisasi untuk dapat

mengimplementasikan langkah strategik yang akan dia ambil melalui perencanaan

program, pembuatan budgeting, sistem manajemen kinerja, perubahan pada stuktur

organisasi yang ada, dan manajemen program dan proyek (Wheelen & Hunger,

2011).

Gambar 2. 2 Gambar strategic Management Process

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

23

(Sumber: Wheelen T.L and Hunger, J.D. Hunger, 2011)

Proses manajemen strategik adalah satu keputusan dan tindakan manajerial

yang menentukan performasi jangka panjang perusahaan. Di dalamnya termasuk

pemindaian lingkungan (eksternal dan internal), formulasi strategik (strategik atau

rencana jangka panjang), implementasi strategik serta evaluasi dan kontrol.

Proses manajemen strategik menjadi sangat penting untuk dilakukan semua

organisasi, tidak tergantung dari jenisnya berorientasi profit maupun non-profit/

nirlaba, karena memungkinkan organisasi memiliki kemampuan untuk mencapai

tujuannya dan secara berkala berkelanjutan memperbaiki performasinya sehingga

dapat bertahan dan bertumbuh. Berdasarkan definisi Wheelen dan Hunger di atas,

terdapat 4 (empat) tahap dalam manajemen strategik yaitu enviromentals

scanning (pemindai lingkungan), strategy formulation (formulasi strategi), strategy

implementation (implementasi strategi) serta evaluation and control (evaluasi dan

control ).

Manajemen strategik adalah suatu rangkaian langkah, tindakan dan serta

keputusan suatu perusahaan yang dapat menentukan kinerja jangka panjang suatu

perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dapat membawa organisasi untuk dapat

mengimplementasikan langkah strategik yang akan diambil melalui perencanaan

program, pembuatan budgeting, sistem manajemen kinerja, perubahan pada stuktur

organisasi yang ada, dan manajemen program dan proyek (Wheelen & Hunger,

2011).

Menurut (Hedley, White, Roche, & Banerjea, 2006), bank menciptakan

kondisi yang diperlukan untuk pengembangan inovasi. Ada empat keharusan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

24

strategi yang harus diikuti oleh bank untuk menumbuhkan inovasi dan

memposisikan diri untuk pertumbuhan berkelanjutan:

1. Fokus pada kekuatan inti dan pasangan untuk segala sesuatu yang lain -

Memimpin bank akan mengoptimalkan kinerja mereka dengan menjadi

perusahaan khusus, hanya mengelola strategi, membedakan komponen bisnis

secara internal dan bermitra dengan spesialis terbaik di kelasnya bagi mereka

kemampuan yang tidak mendorong keunggulan kompetitif.

2. Optimalkan potensi masing-masing hubungan pelanggan - Daripada mencoba

untuk menjadi segalanya bagi semua orang, pemimpin industri akan

menggunakan wawasan pelanggan yang unggul untuk menawarkan yang

paling sesuai dan menguntungkan produk, peralatan dan jasa untuk segmen

yang ditargetkan.

3. Memanfaatkan potensi tenaga kerja melalui manajemen kinerja yang efektif -

Bank akan perlu untuk meluruskan kembali keterampilan dan mengatur metrik

kinerja yang tepat untuk memotivasi tenaga kerja berubah untuk terus

mengejar inovasi.

4. Kenali teknologi yang akan menjadi elemen penting dari kesuksesan dengan

membuat teknologi komponen utama dari proses pengambilan keputusan

strategi, bank akan dapat erat menyelaraskan bisnis dan teknologi inisiatif

mereka, dan akan dapat membedakan penawaran mereka dan merebut pasar

peluang dengan kelincahan yang lebih besar.

Middle theory dalam penelitian ini adalah manajemen operasi. Manajemen

operasi adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

25

dan jasa dengan mengubah input menjadi output (Heizer & Render, 2008). Ada

beberapa aspek yang saling berhubungan erat dalam ruang lingkup manajemen

operasi, antara lain:

a. Aspek Struktural, merupakan aspek mengenai pengaturan komponen yang

membangun suatu sistem manajemen operasional yang saling berinteraksi

antara satu sama lainnya.

b. Aspek Fungsional, yaitu aspek yang berkaitan dengan manajerial dan

pengorganisasian seluruh komponen struktural maupun interaksinya mulai

dari perencanaan, penerapan, pengendalian maupun perbaikan agar

diperoleh kinerja optimal.

c. Aspek Lingkungan, sistem dalam manajemen operasional yang berupa

pentingnya memperhatikan perkembangan dan kecenderungan yang

berhubungan erat dengan lingkungan. Applied dalam penelitian ini adalah

teori penerimaan teknologi.

2.1.1 Konsep Penerimaan Teknologi

Saat ini, mengetahui alasan diterima atau ditolaknya teknologi baru oleh

konsumen telah menjadi kajian penting dalam ranah pengembangan teknologi

informasi dan manajemen strategi (Momani & Jamous, 2017). Hal ini sejalan

dengan penelitian Davis, et al. yang menyatakan bahwa adaptasi teknologi yang

baik dapat meningkatkan produktivitas organisasi, memberi keunggulan

kompetitif, meningkatkan pemrosesan layanan, dan memberi kesiapan yang baik

terkait penyedian informasi (Davis, 2017).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

26

Turban, et al. kemudian merinci bahwa teknologi, inovasi teknologi, ide

baru, sistem baru akan sukses apabila diterima oleh pengguna dan disebarkan ke

populasi pengguna (Turban, King, Lee, & Liang, 2012). Penerimaan teknologi

bergantung oleh beberapa variabel, diantaranya:

1) Persepsi terhadap teknologi itu sendiri, bahwa teknologi tersebut

memberikan keuntungan yang lebih baik.

2) Kesesuaian teknologi dengan nilai dan kebutuhan penggunanya.

3) Kesulitan dari penggunaan teknologi.

4) Hasil observasi mengenai teknologi tersebut.

Teori dan model mengenai penerimaan teknologi juga telah banyak

dikembangkan sejak dekade 1980-an dengan beragam variabel (Momani & Jamous,

2017). Secara umum, variabel-variabel dalam berbagai model yang telah digunakan

tersebut menjelaskan bahwa motivasi intrinsik, pengalaman, dan kondisi sosial

berperan besar pada penerimaan suatu teknologi, sehingga dapat digeneralisir

bahwa perilaku (behavior) pengguna berperan penting dalam pengambilan

keputusan pengguna dalam menggunakan teknologi.

2.1.2 Teori Penerimaan Teknologi

(Kotler & Armstrong, 2010) mendefinisikan penerimaan teknologi sebagai

kemauan yang tampak dalam kelompok pengguna untuk menerapkan sistem

teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya.

(Turban et al., 2012) menyatakan bahwa teknologi, inovasi teknologi, ide

baru, sistem baru akan sukses apabila diterima oleh pengguna dan disebarkan ke

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

27

populasi pengguna. Penerimaan teknologi bergantung oleh beberapa variabel,

diantaranya:

1) Persepsi terhadap teknologi itu sendiri, bahwa teknologi tersebut

memberikan keuntungan yang lebih baik.

2) Kesesuaian teknologi dengan nilai dan kebutuhan penggunanya.

3) Kesulitan dari penggunaan teknologi.

4) Hasil observasi mengenai teknologi tersebut.

Penggunaan teknologi bagi suatu perusahan ditentukan banyak faktor adalah

pengguna teknologi informasi dipengaruhi oleh aspek perilaku. Perilaku ini

dipengaruhi oleh persepsi pengguna teknologi informasi yang secara teoritis dapat

dideskripsikan pengembangan teknologi informasi sebagai pengguna dan

berpengaruh terhadap pengguna computer (DeLone, 1988).

Ada tiga hal yang berkaitan dengan penerapan teknologi informasi yang

berbasis komputer yaitu: perangkat keras (hardware), Perangkat lunak (software)

dan Pengguna (Brainware). Pengguna sistem adalah manusia (Man) yang secara

psikologi memiliki suatu karekteristik tertentu yang melekat pada dirinya, membuat

aspek perilaku manusia sebagai pengguna (brianware) teknologi informasi

menjadi penting sebagai faktor penentu pada setiap orang yang menggunakan

teknologi informasi (Pratt, 2010).

Teori penerimaan berakar dari teori sistem informasi, psikologi dan sosiologi

(Venkatesh, Morris, Davis, & Davis, 2003). Berikut ini adalah teori yang digunakan

untuk menginvestigasi penerimaan sebuah teknologi atau sistem:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

28

2.1.3 Theory of Reasoned Action (TRA)

TRA (theory of reasoned action) di perkenalkan dalam phycologycal social

yang melihat tahapan manusia dalam melakukan perilaku. Tahapan pertama

dimulai dengan minat , dengan ada minat maka dapat dijelaskan sikap dan norma

subyektif, didalam model TRA sikap (behavior beliefs) sedangkan subjective

norm akan berhubungan mengeneai bagaimana seorang berfikir tentang

penilaian oran lain (Ajzen, 1991), Teori penerimaan berakar dari teori sistem

informasi, psikologi dan sosiologi (Venkatesh et al., 2003). Berikut ini adalah teori

yang digunakan untuk menginvestigasi penerimaan sebuah teknologi atau sistem:

Dalam Model TRA yang dikembangkan oleh Martin Fishbein dan Icek Ajzen

dapat dijelaskan lebih lanjut yaitu perilaku suatu individu bergantung dari beberapa

model yang berhubungan antara lain yaitu keyakinan (belief), sikap (attidudes),

norma (norms) niat (intention). Dalam model ini perilaku yang aktual dari suatu

invidu (actual Intention) ditentukan dari niat untuk berperilaku (behavirol

intention).

TRA juga menjelaskan mengenai internet banking behavior dimana

berkorelasi tinggi antara niat dan perilaku yang ditemukan dimana terdapat

temporary gap dan terdapat kesenjangan antara tingakah laku dan niat sikap

obyektif hal ini dapat mengukur niat dan perilaku secara bersamaan untuk

memastikan model ini dapat memprediksi masa depan (Shumaila, Foxall, &

Pallister, 2010).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

29

Dalam pengukuran TRA harus dilakukan diam-diam, tanpa sinyal dengan

cara apapun koneksi ke tahap pengukuran niat sebelummnya, persyaratan lebih

lanjut TRA adalah bahwa perilaku harus berada di bawah kehendak kontrol.

Gambar 2.3 Model Theory of Reasoned Action

Sumber: Icek Ajzen and Fishbein (1974)

2.1.4 Technology Acceptance Model (TAM and TAM 2)

Dalam Model Teori Acceptance Model (TAM) adalah adaptasi atau

perkembangan dari Theory Reasoned Action (TRA) yang di kembangkan oleh

(Fred D Davis, 1989) untuk konteks penerimaan pengguna terhadap suatu system

informasi. Tujuan dari pengembangan teori TAM adalah mengambarkan

faktor-faktor penerimaan computer yang bersifat lebih umum, sehingga dapat

menjelaskan perilaku pengguna dari berbagai macam teknologi komputansi

dan pengguna. Sehingga dapat menjadi dasar untuk melihat factor-faktor

eksternal (Eksternal Variabel ) pada keyakinan (Belief), sikap (attitudes) dan niat

(Intensions) dalam penggunaan suatu sistem informasi.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

30

Gambar 2.4 Model Technology Acceptance Model

Sumber: Davis,F,D., Bagozzi,R,P. (1989)

2.1.5 Motivation Model (MM)

Dalam teori model ini (Fred D Davis, Bagozzi, & Warshaw, 1992) meneliti

motivasi apa yang mendorong seseorang untuk menggunakan komputer di

tempat kerjanya. Penelitian ini dilakukan kepada 200 orang responden untuk

menggunakan program pengolah kata WriteOne yang berbasis pada PC (Personal

Computer).

Menurut para pakar motivasi, ada dua macam motivasi yang mempengaruhi

perilaku seseorang, yaitu pertama, Extrisnsic Motivation, didefinisikan sebagai

persepsi dimana pengguna mau melakukan suatu kegiatan karena dipersepsikan

sebagai alat dalam pencapaian hasil, namun berbeda dari kegiatan itu sendiri,

misalnya dalam hal peningkatan kinerja, penghasilan serta promosi jabatan.

Kedua, adalah instrinsic motivation, didefiniskan sebagai persepsi dimana

pengguna mau melakukan suatu kegiatan karena tidak adanya alasan kuat yang

jelas selain proses dalam melakukan kegiatan itu sendiri.

Dalam studi model MM ini disimpulkan bahwa minat seseorang untuk

menggunakan computer ditempat kerja pertama dipengaruhi oleh dua faktor.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

31

Faktor pertama adalah persepsi mereka terhadap sejauhmana manfaat komputer

dapat meningkatkan kinerja pekerjaan mereka, dan faktor kedua adalah

sejauhmana dapat memberikan perasaan yang menyenangkan (enjoyment) pada

saat menggunakan komputer itu sendiri.

Gambar 2.5 Theory Motivation Model

Sumber: Davis,F,D., Bagozzi,R,P. (1989)

2.1.6 Theory of Planned Behavior (TPB)

Theory Plannned Behavior adalah suatu teori perilaku perencanaan dimana teori ini

adalah pengembangan lebih lanjut dari Theory Reason Action (TRA). (Ajzen, 1991)

mengembangkan teori TPB ini dengan memasukkan sebuah variabel yang tidak

ada dalam TRA, yaitu variabel pengendali perilaku (Perceived Behavioral control)

yang menjadikan ada niat individu dalam melakukan perilaku tertentu, yang mana

sikap terhadap perilaku dan norma subjektif tak akan mempengaruhi terhadap niat

perilaku, dan melakukan tambahan yaitu kontrol perilaku persepsi juga dapat

mempengaruhi terhadap minat perilaku (Bartholomew C. Emecheta, 2012).

Sehingga TPB dapat menunjukkan bahwa tindakan manusia diarahkan menjadi tiga

macam kepercayaan yaitu kepercayaan perilaku (behavioral belief), kepercayaan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

32

normatif (normative belief), dan kepercayaan kontrol (control belief) (Ajzen I. ,

2014).

Dalam hal ini TPB mempuyai suatu kelemahan yaitu teori juga tidak

sepenuhnya memperhitungkan varian dalam niat. Di bagian ini dihubungkan

dengan fakta bahwa langkah-langkah dari teori ini dalam membangun konstruksi

variabel tidak sempurna baik sehubungan dengan validitas dan reabilitas,

reliabilitas jarang melebihi 0,80 menunjukkan bahwa validitas prediktif untuk niat

dapat semakin dekat dengan teoritis membatasi. Masalah ini dapat diatasi dengan

mengoreksi pelemahan karena tidak dapat diandalkan, karena kadang-kadang

dilakukan dalam sintesis meta-analisis dari penelitian TPB dan seperti yang terjadi

secara rutin dipemodelan persamaan struktural. Sebaliknya, masalah validitas yang

tidak sempurna tidak begitu mudah dipecahkan. Dalam aplikasi khas dari TPB,

sejumlah kecil item, mungkin tiga atau empat, digunakan untuk langsung menilai

masing-masing konsep TPB utama. Karena kecil seperti jumlah item biasanya

tidak mampu benar-benar menangkap konstruk yang mendasari, validitas ukuran

ini terganggu. Keadaan ini tidak hanya dapat membantu untuk menjelaskan tidak

sempurna validitas prediktif, tetapi juga dapat membantu menjelaskan temuan

bahwa menambahkan lebih banyak variabel untuk model dapat meningkatkan

prediksi niat. Temuan ini jenis biasanya ditafsirkan sebagai merusak asumsi

kecukupan teori dan mereka telah menyebabkan kritik lain, yaitu bahwa 'beberapa

teori ini proposisi yang terang-terangan palsu' (Sniehotta, Presseau, & Araújo-

Soares, 2014).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

33

Gambar 2.6. Model Theory of Planned Behavior (TPB)

Sumber (Ajzen, 1991)

2.1.7 Combine TAM and TPB (C-TAM-TPB)

Dalam hal ini Teori antara TAM dan TPB di kombinasikan yang disebut dengan

combined theory acceptance model and theory planned behavior atau yang paling

sering dikatakan adalah decomposed theory of planned behavior yang menjelaskan

perilaku seseorang dengan kontruktuksi dimensional. Dimana teori ada

penambahan indikator dari teori TRA yang menunjukkan pada teori ini penentuan

sikap (attitude) tidak tergantung pada persepsi kegunaan (Perceived usefulness) dan

persepsi kemudahan (easeof use) disini terdapat penambahan indikator kecocokan

(compability) yang mengakibatkan sejauh mana inovasi cocok dengan nilai adopter

saat ini termasuk dari pengalaman dan kebutuhan saat ini (Taylor & Todd, 1995).

Dalam hal ini perbedaan dengan Theory Plannned Behavior (TPB) adalah norma-

norma subjektif (subjective norm) yang dipengaruhi dengan rekan sejawat (peer

influence) dan pengaruh atasan (superior influence).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

34

Selanjutnya persepsi kontrol dari sikap (perceived behavirol control) maka

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: kemampuan diri sendiri (self efficacy), kondisi

sumber daya pendukung (resource facilitating condition) misalnya: waktu dan

kondisi teknologi pendukung (technology facilitating conditions) seperti, cocokan

(compability) dengan teknologi yang digunakan. Dengan tidak ada faktor-faktor

pendukung tersebut maka akan menghasilkan hambatan seseorang dalam menerima

penggunaan teknologi dan sebaliknya dengan adanya faktor tersebut tidak secara

otomitis individu untuk menerima penggunaan teknologi (Venkatesh et al., 2003)

Gambar 2.7. Model Combine TAM dan TPB

Sumber: Taylor and Tood (1995)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

35

2.1.8 Model of PC Utilization (MPCU)

Model teori Model of PC Utilitazation adalah sebuah teori yang menggunakan

pendekatan dari bagiamana berpengaruh terhadap sebuah perilaku (Trianidis, 1990)

didalam pengamatan sistem informasi dengan mengunakan PC (personal

computer) maka teori dari triadisi menggunakan pendekatan dengan sosiologi dan

psikologi yang menggambarkan bahwa perilakukan sesorang ditentukan dengan

apa yang orang inginkan (attiitudes), apa yang mereka pikirkan harus dilakukan

(social norm), apa yang biasa mereka lakukan (habists) dan apa yang saja

konsekuensi yang diharapkan atas tindakan yang dilakukan (expected

consequences). Dalam teori MPCU dikembangkan sehingga pemanfaatan

(utilization) komputer sangat dipengaruhi oleh norma sosial (social norm)

(Thompson, Higgins, & Howell, 1991).

Norma sosial itu mencakup antara lain social factors, affecte toward use dan

facilitating condition. Affecte toward use adalah perasaaan gembira (enjoy), bangga

(elation) atau nikmat (pleasure) atau murung (depression), kurang suka (disgust),

tidak senang (displeasure) atau benci (hate) yang berasosiasi dengan suatu tindakan

seseorang.

Facilitating condition adalah suatu sistem informasi terdapat unsur-unsur

objektif dimana penggunaan sistem mendapatkan kemudahan dari yang

diperolehnnya.

Expected consequences mencakup kekomplekan dalam penggunaan PC

(complexitiy of pc use).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

36

Job fit with pc use di maksudkan adalah kecocokan anatra pekerjaaan

dengan alat atau kemampuan PC dalam menyelesaikan pekerjaan

Log term consequences of pc use dimana adalah konsekuensi dalam

menggunakan PC dalam periode jangka panjang

Gambar 2.8 Model Of PC Utilization (MPCU)

Sumber: (Thompson, Higgins, & Howell, 1994)

2.1.9 Innovation Diffusion Theory (IDT)

Model ini dikembangkan oleh (Rogers, 2010) dengan mempelajari berbagai

macam inovasi dari peralatan yang sederhana pertanian sampai kepada inovasi

organisasi yang ada. Yang dikenal dengan innovation diffusion theory (IDT).

Dalam menentukan inovasi teknologi baru menurut Rogger ada 5 kategori

antara lain Innovators, Early Adopters, Early Majority, Late majority dan

Laggrads.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

37

Pertama, adalah innovators adalah sekumpulan orang yang pertama kali

mengadopsi suatu inovasi. Ciri-ciri dari innovators tersebut adalah mereka bisa

mengambil resiko, berusia muda, memiliki kelas sosial yang tinggi, mampu dalam

financial, berjiwa sosial, memiliki akses ke sumber pengetahuan dan dapat

berinterkasi dengan innovator lainnya

Kedua, adalah early adopters adalah kelompok kedua yang dapat

mengadopsi inovasi teknologi baru. Dan mempunyai kesamaan dengan innovator,

yang membuat berbeda adalah early adopter ini harus memiliki opinion leadership

yang tinggi.

Ketiga, adalah early majority adalah kelompok orang yang memerlukan

waktu lebih lama di bandingkan kelompok sebelumnya dalam menghadapi

mengadopsi inovasi teknologi baru. Yang ditandai dengan dengan kelas sosial yang

diatas rata-rata yang berhubungan dengan early adopters dan jarang memiliki

opinion leadership dalam suatu sistem.

Keempat, adalah late majority yang mempunyai arti adalah kelompok yang

mengadopsi inovasi setelah rata-rata anggota masyarakat mau mengadopsi

teknologi baru. Kelompok ini mempunyai keragu-raguan atau skeptical dalam

menghadapi teknologi baru sampai mereka menerima teknologi tersebut.

Kelima, adalah laggards yaitu dimana kelompok tersebut mau mengadopsi

inovasi teknologi yang baru dalam hal ini kelompok ini mempunyai ciri-ciri adalah

memiliki golongan sosial yang rendah, kemampuan finansial yang rendah, tidak

memiliki opinion leadership, berusia relatif lebih tua dan memiliki pola pikir yang

konservatif.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

38

Gambar 2.9. Model Innovation Diffusion Theory (IDT)

Sumber Roger (Rogers, 2010)

2.1.10 Social Cognitive Theory (SCT)

Social Cognitive Theory adalah teori yang menerangkan teori perilaku manusia

dimana faktor sosial dan kognitif memainkan peranan penting dalam proses

pembelajaran (Bandura, 2011). Dalam hal ini penerapan dan pengembangan teori

SCT dalam konteks penggunaan komputer (Compeau & Higgins, 1995)

mengembangkan dalam penelitiannya suatu model kontruksi untuk menerangkan

peranan self-efficacy yaitu penilaian tentang kemampuan seseorang untuk

mengunakan suatu teknologi untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas

tertentu. Penilaian ini mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan dimasa yang

akan datang dalam hal ini tidak hanya mempertimbangkan unsur-unsur

pengorperasian komputer yang sederhana tapi juga mampu mengaplikasikan

keterampilan komputer untuk tugas-tugas yang lebih kompleks sifatnya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

39

Gambar 2.10. Model Social Cognitive Theory (SCT)

Sumber (Bandura, 1989)

2.1.11 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Unified theory of Acceptance and use of Technology (UTAUT) dikembangkan oleh

(Venkatesh et al., 2003) yang merupakan penggabungan kedelapan model teori

yang dibahas diatas. Di teori UTAUT ini dirumuskan 4 penentu inti mengenai niat

dan penggunaannya, ditambahakan dengan empat moderator dari hubungan pokok

tersebut.

Keempat, inti penentu (Core Determinant) yang dimaksud yaitu, pertama adalah

Ekspektasi terhadap kinerja (Performance Expectancy), yaitu dimana individu

percaya bahwa menggunakan sistem akan membantunya untuk mencapai hasil-

hasil dalam kinerja pekerjaannya. Yang kedua, ekpektasi terhdap upaya (Effort

Expectancy) yaitu sejauhmana tingkat kemudahan yang terkait dengan penggunaan

sistem. Ketiga, adalah pengaruh sosial (Social Infuance) yaitu bagaimana persepsi

dari invidu akan keyakinan orang lain dalam menggunakan sistem yang baru.

Keempat, adalah kondisi yang mendukung (Facilitating Conditions) yaitu sejauh

mana dari individu percaya dari infrastruktur organisasi dan teknis harus ada untuk

mendukung penggunaan sistem.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

40

Dan Keempat Modeling Varibel adalah pertama Jenis kelamin (Gender), Usia

(Age), Pengalaman (experience) dan kesukarelaan dalam mengunakan (Voluntaries

of Use).

Dalam Model teori ini juga dijelaskan bahwa faktor penentu niat (intention) dan

perilaku (behavior) akan berevolusi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan

teori mempunyai keterbatasan seperti dari asumsi teknologi yang relatif sederhana.

Profil responden yang tidak merata. Waktu penelitian (timing) yang kurang tepat,

perbedaan pengalaman dan penggunaan dan konteks yang berdasarkan

kesukarelaan. diantaranya Teori penerimaan teknologi berakar dari teori sistem

informasi, psikologi dan sosiologi (Venkatesh et al., 2003). Tabel 2.1 menunjukkan

telaah atas delapan model penerimaan teknologi Pra-UTAUT yang menjadi

konstruk model penerimaan teknologi UTAUT.

Tabel 2.1 Konsep Model Penerimaan Teknologi UTAUT

Model Definisi Diemensi Indikator

Theory of

Reasoned Action

(TRA)

Teori ini secara umum

dikembangkan

berdasarkan temuan-

temuan riset psikologi

sosial. Davis, et al.

telah menelaah

penggunaan model

TRA dalam berbagai

studi kasus

penerimaan teknologi,

dan menemukan

bahwa TRA relatif

konsisten untuk

banyak studi kasus

(F.D. Davis, Bagozzi,

& Warshaw, 1989)

Attitude Toward

Behavior (Sikap

yang mempengaruhi

Perilaku)

Persepsi baik-buruk

(faktor afektif)

seseorang di saat

mengevaluasi suatu hal

berpengaruh terhadap

perilaku seseorang

(Fishbein & Ajzen,

1974)

Subjective Norm

(Norma Subjektif)

Norma-norma yang

mengatur boleh

tidaknya seseorang

bersikap, berpengaruh

terhadap pengambilan

keputusan (Fishbein &

Ajzen, 1974)

Technology

Acceptance Model

(TAM)

TAM secara khusus

dirancang sebagai

model analisis

Perceived

Usefullness

Perceived of

Usefullness dapat

diartikan sebagai

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

41

Model Definisi Diemensi Indikator

prediktif penerimaan

teknologi informasi,

khususnya penerapan

teknologi tersebut

dalam lingkungan

kerja.

Berbeda dengan TRA,

TAM justru

membuang konsep

‘attitude’ dalam TRA

untuk memberi ruang

pada intensi, atau

kesengajaan user

(pengguna teknologi)

dalam menerima suatu

teknologi baru.

Sementara TAM versi

2 (TAM2),

dikembangkan dengan

menyertakan

Subjective Norm pada

TRA sebagai

prediktor pada

lingkungan kerja yang

memiliki standar

operasional ketat

(penerimaan teknologi

bersifat dipaksakan).

Baik TAM maupun

TAM2 telah

digunakan dalam

berbagai studi kasus

penerimaan teknologi

(Venkatesh et al.,

2003)

(Persepsi

Kebergunaan)

tingkat keyakinan

seseorang terhadap

suatu teknologi dimana

teknologi tersebut dapat

diandalkan untuk

membantu pekerjaannya

(Davis, 1988).

Perceived Ease of

Use (Persepsi

Kemudahan

Penggunaan)

Perceived of Ease of

Use dapat diartikan

sebagai tingkat

keyakinan seseorang

terhadap suatu

teknologi dimana

teknologi tersebut

mudah digunakan

bahkan tidak perlu

dipelajari/less effort

((Fred D Davis, 1989)

Subjective Norm Adaptasi dari TRA.

Hanya digunakan

sebagai prediktor pada

lingkungan kerja yang

memiliki standar

operasional ketat

(penerimaan teknologi

bersifat dipaksakan)

Motivational

Model (MM)

Secara umum model

ini dikembangkan

dengan dasar beberapa

temuan riset psikologi

terkait motivasi.

Dalam konteks

penerimaan teknologi

informasi, Venkatesh

dan Speier telah

menelaah penggunaan

model ini dalam

berbagai studi kasus

Extrinsic Motivation

(Motivasi

Ekstrinsik)

Persepsi atas value

ekstrinsik yang dapat

diperoleh seseorang

setelah melakukan suatu

tindakan. Seperti gaji,

dan promosi jabatan

dalam konteks

pekerjaan (Fred D

Davis et al., 1992)

Intrinsic Motivation

(Motivasi Intrinsik)

Persepsi atas value

intrinsik yang dapat

diperoleh seseorang

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

42

Model Definisi Diemensi Indikator

dan menemukan

bahwa model ini

berhasil menjelaskan

penerimaan teknologi-

teknologi

tersebut(Venkatesh &

Speier, 1999).

setelah melakukan suatu

tindakan. Seperti

kepuasaan, dan

kebahagiaan (Fred D

Davis et al., 1992)

Theory of Planned

Behavior (TPB)

TPB merupakan

pengembangan TRA

pada konteks perilaku

terkontrol. TPB juga

sering disebut

perluasan TRA yang

bercorak dimensional.

TPB menambahkan

Perceived Behavioral

Control sebagai

tambahan prediktor.

Attitude Toward

Behavior

Senada dengan definisi

Attitude Toward

Behavior pada TRA

dengan tambahan

dimensi Compatibility

Value, atau kecocokan

nilai seseorang terhadap

suatu teknologi.

Subjective Norm Pada model TPB,

indikator Subjective

Norm diperluas dalam

dua dimensi yaitu

pengaruh rekan sejawat

(peer influence) dan

pengaruh atasan

(superior influence).

Perceived

Behavioral Control

Persepsi user (pengguna

teknologi) akan sulit

atau mudahnya

penguasaan suatu

teknologi berdasarkan

kebiasaannya saat ini

(Ajzen, 1991). Pada

konteks penerimaan

teknologi informasi,

dapat dinyatakan

sebagai persepsi atas

hambatan apa saja yang

mungkin ditemui user

dalam menggunakan

produk teknologi

informasi tersebut

(Taylor & Todd, 1995c)

Combined TAM

and TPD (C-TAM-

TPB)

Model ini

menggabungkan

prediktor-prediktor

pada TPB dengan

Perceived of

Usefulness pada TAM

menjadi suatu model

Attitude Toward

Behavior

Senada dengan definisi

Attitude Toward

Behavior pada TRA dan

TPB.

Subjective Norm Senada dengan definisi

Subjective Norm pada

TPB.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

43

Model Definisi Diemensi Indikator

hybrid penerimaan

teknologi (Taylor &

Todd, 1995c)

Model ini juga

memperluas definisi

Perceived Behavioral

Control dalam tiga

dimensi yaitu persepsi

kemampuan diri

sendiri (self efficacy),

kondisi sumber daya

pendukung (resource

facilitating condition),

dan kondisi teknologi

pendukung

(technology

facilitating conditions)

Perceived

Behavioral Control

Senada dengan definisi

Perceived Behavioral

Control pada TPB,

namun diperluas dalam

tiga dimensi yaitu

persepsi kemampuan

diri sendiri (self

efficacy), kondisi

sumber daya pendukung

(resource facilitating

condition), dan kondisi

teknologi pendukung

(technology facilitating

conditions)

Perceived

Usefulness

Senada dengan definisi

Perceived Usefulness

pada TAM.

Model of PC

Utilization

(MPCU)

Model ini

dikembangkan

Thompson, et al.

terhadap perilaku

penggunaan PC

(Personal Computer)

berdasarkan temuan

riset psikologis

perilaku manusia oleh

Triandis pada tahun

1977, terutama

mengenai norma

sosial (social norm),

kebiasaan (habit), dan

harapan terkait

konsekuensi tindakan

(expected

consequences).

Meskipun dirancang

untuk mengamati

perilaku penggunaan

PC, MPCU juga

masih relevan untuk

riset penerimaan

teknologi informasi

secara umum

((Venkatesh et al.,

2003)

Job-fit (Kecocokan

dengan Pekerjaan)

“Keyakinan seseorang

bahwa penggunaan

teknologi tersebut

mampu membantu dan

meningkatkan performa

kerja. (Thompson et al.,

1991)

Complexity

(Kompleksitas)

Berdasarkan Roger

Shoemaker (1971)

dalam Thompon, et al.

“persepsi atas tingkat

kemudahan suatu

teknologi dapat

dipahami dan

digunakan.(Thompson

et al., 1991)

Long-term

Consequences

(Konsekusensi

Jangka Panjang)

“Berkaitan dengan hasil

yang akan diperoleh di

masa depan

((Thompson et al.,

1991)

Affect Towards Use

(Dorongan Afektif

untuk

Menggunakan)

Berdasarkan Triandis,

Affect Towards Use

dapat diartikan sebagai

“perasaan riang,

gembira, nikmat, atau

sebaliknya seperti

depresi, galau, tak

nikmat bahkan benci

yang dapat

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

44

Model Definisi Diemensi Indikator

diasosiasikan dengan

keputusan spesifik

seseorang melakukan

tindakan (Thompson et

al., 1991).

Social Factors

(Faktor Sosial)

Berdasarkan Triandis,

social factors

merupakan “internaliasi

seseorang terhadap

beberapa pendapat

subjektif, dan secara

spesifik dapat berupa

persetujuan

interpersonal seseorang

dengan orang lain,

dalam situasi sosial

spesifik (Thompson et

al., 1991)

Facilitating

Conditions (Kondisi-

kondisi Pendukung)

Faktor-faktor seperti

layanan atau fungsi

dalam produk yang

membuat produk

tersebut menjadi mudah

diterima. Seperti

layanan gratis

pembelian jika produk

mengecewakan dalam

transaksi online.

Thompson, et al. sendiri

mengkonstruk indikator

ini pada studi kasus PC

sebagai “Bentuk

dukungan layanan

kepada user PC

(pengguna PC) yang

dharapkan mampu

memberi kepuasan

kepada penggunanya

(Thompson et al.,

1991)).” Bukti bahwa

konstruk ini dapat

diperbaharui dengan

konteks saat ini, seperti

layanan pengembalian

barang pada kasus

transkasi online di atas.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

45

Model Definisi Diemensi Indikator

Innovation

Diffusion Theory

(IDT)

IDT dikembangkan

lewat metode

Grounded Theory

dalam riset sosiologi.

Rogers dalam

Tomatzky dan Klein

meneliti bahwa IDT

telah digunakan sejak

1960an sejak untuk

meneliti berbagai

macam inovasi

teknologi, mulai dari

pertanian sampai

perusahaan

(Tornatzky & Klein,

1982). Di mana dalam

konteks sistem

informasi, Moore dan

Benbasat

mengadaptasi

karakteristik paparan

Rogers untuk

konstruksi model yang

cocok untuk riset

oenerimaan teknologi

individual, terutama

dalam aspek prediktif

yang valid (G. Moore

& Benbasat, 1991).

Relative Advantage

(Keunggulan Relatif)

Persepsi bahwa

teknologi baru yang

ditawarkan lebih unggul

secara relatif

dibandingkan teknologi

sebelumnya (G. C.

Moore & Benbasat,

1991)

Ease of Use

(Kemudahan

Penggunaan)

Persepsi tingkat

kesulitan penggunaan

suatu teknologi (G. C.

Moore & Benbasat,

1991).

Image (Citra) Persepsi bahwa

penggunaan teknologi

tersebut dapat

meningkatkan citra

(image) penggunanya

(G. Moore & Benbasat,

1991)

Visibility

(Visibilitas)

Persepsi bahwa

teknologi sudah

menjadi hal umum atau

digunakan secara

massal oleh publik (G.

Moore & Benbasat,

1991)

Compatibility

(Kecocokan Nilai)

Persepsi bahwa suatu

teknologi konsisten

dengan nilai,

kebutuhan, hingga

pengalaman masa lalu

pemakai (adopter)

potensialnya (G. C.

Moore & Benbasat,

1991)

Results

Demonstrability

(Manfaat Nyata dan

Meyakinkan)

Manfaat nyata dan

dirasa menyakinkan

dari penggunaan

teknologi, baik saat

digunakan sendiri

secara langsung,

maupun tidak langsung,

seperti baru sebatas

iklan demonstratif, atau

pendapat orang yang

sudah menggunakan (G.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

46

Model Definisi Diemensi Indikator

Moore & Benbasat,

1991)

Voluntariness of Use

(Kerelaan

Penggunaan)

Persepsi bahwa

penggunaan teknologi

itu terasa tidak

dipaksakan, atau

berdasar kehendak

bebas (G. Moore &

Benbasat, 1991).

Social Cognitive

Theory (SCT)

Dikembangkan

berdasarkan riset

psikologi Social

Cognitive Theory oleh

Albert Bandura.

Compeau dan Higgins

kemudian

mengembangkan

model SCT dalam

konteks penerimaan

teknologi komputer

(Compeau & Higgins,

1995).

Sama halnya dengan

MPCU dan IDT,

meskipun Compeau

dan Higgins pada

awalnya hanya

mengembangkan

model ini dalam

konteks penerimaan

teknologi komputer,

namun model ini

masih relevan untuk

konteks penerimaan

teknologi informasi

secara umum

(Venkatesh et al.,

2003)

Outcome

Expectation

Performace

(Ekspektasi Hasil

Seiring Kebiasaan

Penggunaan)

Performa yang dapat

dicapai seiring

kebiasaan pemakaian.

Secara spesifik dapat

diartikan juga sebagai

performa teknologi

yang diharapkan sesuai

dengan semakin

terlatihnya user,

khususnya dalam

menyelasaikan tugas

pekerjaan (Compeau &

Higgins, 1995b)

Outcome

Expectations

Personal

(Ekspektasi Personal

Akan Penggunaan

Teknologi)

Ekspektasi personal

akan penggunaan

teknologi, seperti

kepuasan (Compeau &

Higgins, 1995)

Self-efficacy

(Pengujian Pribadi)

Hasil penilaian

seseorang atas

pengujian mampu-

tidaknya suatu

teknologi memvantu

menuntaskan pekerjaan

(Venkatesh et al.,

2003).

Affect (Penilaian

Pribadi Berdasar

Afeksi)

Penilaian pribadi

seseorang berdasarkan

afeksi atau suka-

tidaknya ia atas

penggunaan suatu

teknologi (Compeau &

Higgins, 1995).

Anxiety

(Kegelisahan)

Reaksi kegelisahan saat

akan kebiasaan

(Compeau & Higgins,

1995)

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

47

Berdasarkan kedelapan model UTAUT dalam tabel 2.1.1 di atas, tujuh

variabel dipilih oleh Venkatesh, et al. sebagai determinan langsung yang signifikan

terhadap behavior intention dalam satu atau lebih dimasing-masing model.

Variabel-variabel tersebut adalah performance expectancy, effort expectancy social

influence, facilitating conditions, attitude toward using technology dan self

efficacy. Setelah melalui pengujian lebih lanjut Venkatesh, et al. menemukan empat

variabel utama yang memainkan peranan penting sebagai determinan langsung dari

behavioral intention dan use behavior yaitu performance expectancy, effort

expectancy, social influence dan facilitating conditions. Sedangkan tiga variabel

lainnya tidak signifikan sebagai deteminan langsung dari behavioral intention.

Konstruk model UTAUT dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Sumber Konsep Model UTAUT

Konsep UTAUT Indikator Model Sumber

Performance Expectancy

Perceived Usefulness TAM

Extrinsic Motivation MM

Job Fit MPCU

Relative Advantage IDC

Outcome Expectations SCT

Effort Expectancy

Perceived Ease of Use TAM

Complexity MPCU

Ease of Use IDT

Social Influence

Subjective Norm TRA, TPB, C-TAM-TPB

Social Factors MPCU

Image IDT

Facilitating Conditions

Perceived Behavior Control TPB, C-TAM-TPB

Facilitating Conditions MPCU

Compatibility IDT

Disamping keempat variabel itu terdapat empat variabel moderator meliputi

gender, age, voluntariness, dan experience yang diposisikan untuk memoderisasi

dampak dari empat konstruk utama pada behavior intention dan use behavior.

Berikut ini konstruk keempat variabel moderator berdasarkan delapan model

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

48

penerimaan teknologi Pra-UTAUT (Venkatesh et al., 2003), disajikan dalam Tabel

2.3 berikut:

Tabel 2.3 Sumber Konsep Moderator UTAUT

Variabel Moderator Utaut Sumber Konsep

Experience TRA, TAM, TPB, C-TAM-TPB, MPCU, dan IDT

Voluntariness TRA, TAM, TPB, dan IDT

Gender TAM, dan TPB

Age TPB

Berdasarkan Tabel 2.2 tentang sumber konsep model UTAUT dan Tabel 2.3

tentang sumber konsep moderator UTAUT, Venkatesh (2003) menggambarkan

model penerimaan teknologi UTAUT sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.13

berikut:

Gambar 2.11 Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Sumber: (V. Venkates. M. G., 2003)

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

49

2.1.12 Modified UTAUT

UTAUT adalah model penerimaan dan penggunaan teknologi yang

menyatukan prediktor-prediktor terbaik dari delapan model penerimaan teknologi

lainnya. UTAUT dikembangkan oleh (Venkatesh et al., 2003). Model UTAUT

dipengaruhi langsung oleh empat konsep utama yaitu ekpektasi kinerja, ekspektasi

usaha, faktor sosial dan kondisi yang memfasilitasi.

Semakin pesatnya perkembangan teknologi menjadi salah satu alasan

diperlukannya pengembangan baru dari model UTAUT. Hasil dari pengembangan

model UTAUT ini dinamakan model UTAUT2. Tiga konstruk tambahan yang

diperkenalkan Venkatesh untuk memperluas model UTAUT menjadi UTAUT2

yaitu: hedonic motivation (motivasi hedonis), price value (nilai berbanding harga),

habit (Venkatesh, Thong, & Xu, 2012a). Namun, seiring berkembangnya zaman

dan pengujian model UTAUT, model ini ikut ‘berevolusi’ menyesuaikan konteks

penelitian penerimaan teknologi berikut variabel-variabel unik pembentuk

behavioral intention dan use behavior. Tabel 2.4 menunjukkan beberapa modifikasi

UTAUT (Modified/Extended UTAUT) yang telah dikembangkan beberapa tahun

terakhir ini, beserta konstruk unik pembeda UTAUT versi Venkatesh:

Tabel 2.4 Beberapa Model Modified UTAUT

(Keunikan Model Terhadap UTAUT Default Venkatesh Dicirikan dengan Huruf Kapital)

Author Judul dan Tahun

Penerbitan Jurnal Variabel Independen Variabel Dependen

(Rahi, Ghani, &

Ngah, 2018)

A structural equation

model for evaluating

user’s intention to

adopt internet

banking and

1. Performance

Experience

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Facilitating

Condition

1. INTENTION TO

ADOPT

2. PERCEIVED TO

RECOMMEND

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

50

Author Judul dan Tahun

Penerbitan Jurnal Variabel Independen Variabel Dependen

intention to

recommend

technology (2018)

5. Hedonic

Motivation

6. Price Value

7. Habit

8. PERCEIVED

TECHNOLOGY

SECURITY

(S. Singh &

Srivastava, 2018)

Predicting the

intention to use

mobile banking in

India (2018)

1. Social Influence

2. PERCEIVED

EASE OF USE

3. COMPUTER

SELF

EFFICACY

4. TRUST

5. SECURITY

6. PERCEIVED

FINANCIAL

COST

1. Behavioral

intention to use

mobile banking

(Aboobucker & Bao,

2018)

What obstruct

customer acceptance

of internet banking?

Security and privacy,

risk, trust and website

usability and the role

of moderators (2018)

1. SECURITY

AND PRIVACY

2. PERCEIVED

TRUST

3. PERCEIVED

RISK WEBSITE

USABILITY

1. INTERNET

BANKING

ACCEPTANCE

(Liebenberg, Benade,

& Ellis, 2018)

Acceptance of ICT:

Applicability of the

Unified Theory of

Acceptance and Use

of Technology

(UTAUT) to South

African Students

(2017)

Performance

Expectancy, Effort

Expectancy,

Facilitating

Conditions, Self

Efficacy, Anxiety

Dan Attitute Towards

Using Technology

Behavioural Intention

Sumber: Olah data peneliti

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, peneliti mengajukan security

sebagai konstruk baru pada UTAUT default Venkatesh menjadi UTAUT-S untuk

meneliti penerimaan e-banking pada bank pemerintah di Jakarta. Penambahan

konstruk security diajukan peneliti karena diyakini security berperan penting pada

penerimaan nasabah terhadap teknologi e-banking bank pemerintah di Jakarta

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

51

melalui behavioral intention dan use behavior. Pengaruh Security sebagai konstruk

modified UTAUT-S dijelaskan lebih lanjut pada sub-bab 2.1.3.1.

2.1.13 Security

Persepsi konsumen terkait keamanan (perceived security) merupakan salah

satu konsep penting dalam perilaku konsumen (Patel & Patel, 2018)). Perceived

security, dapat diartikan sebagai tingkat kepercayaan konsumen terhadap keamanan

layanan web internet banking yang di dalamnya terdapat aktivitas pengelolaan

transaksi informasi sensitif atau rahasia (Patel & Patel, 2018), Hal senada

diungkapkan (S. Singh & Srivastava, 2018) pada layanan mobile banking, serta

Haslan, et al. (2018) pada smartphone banking. Berdasarkan pengertian tersebut,

faktor security dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai persepsi nasabah terkait

keamanan layanan e-banking terhadap suatu perbankan yang telah dipercaya

konsumen untuk mengelola transaksi serta informasi rahasia didalamnya, sehingga

dengan adanya jaminan security dapat meningkatkan penerimaan teknologi e-

banking melalui behavioral intention dan akhirnya use behavior seperti ditunjukkan

pada Gambar 2.12 berikut:

Gambar 2.12 Konstruk Security Terhadap Behavioral Intention dan Use Behavior

dalam Model UTAUT-S Peneliti

Beberapa penelitian mengenai pengaruh security terhadap behavioral

intention menunjukkan bahwa faktor keamanan berpengaruh signifikan terhadap

behavioral intention pengguna internet banking dan mobile banking (Patel & Patel,

Security Behavioral

Intention Use Behavior

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

52

2018); Singh dan Srivastava, 2018; Aboobucker dan Bao, 2018; Chiu, et al. 2017).

Tabel 2.1.3 berikut ini menunjukkan beberapa penelitian sebelumnya terkait

pengaruh variabel security terhadap variabel behavioral intention.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya terkait perceived security,

dapat disimpulkan bahwa security dapat dipersepsi dengan berbagai cara, dan

secara umum mempengaruhi penerimaan teknologi perbankan oleh nasabah.

Rahi, et al. (2018) menjelaskan indicator Perceived Technology Security 1)

tingkat keamanan saat input informasi rahasia/sensitive pada saat menggunakan

internet banking. 2) Persepsi bahwa Internet banking mana secara keseluruhan.

Chiu, et al (2017) menggambarkan indikator Security yaitu 1) Persepsi keamanan

saat melakukan transfer uang. 2) Persepsi keamanan tentang tidak adanya third

party (hacker) yang akan mencuri informasi sesnsitif (PIN, password, nomor

rekening). Singh dan Srivastava (2018) menjelaskan indikator security 1) Jaminan

bahwa informasi yang di input dalam mobile banking aman dari pencurian/hilang.

2) Jaminan bahwa transaksi aman sampai rekening bank yang dituju. 3)

Kenyamanan saat bertransaksi dengan mobile banking.

Peneliti mengajukan empat buah indikator security yang terakit erat dengan

mekanisme transaksi dan diduga berpengaruh kuat terhadap behavioral intention

yaitu Privacy adalah semua data pengguna e-banking harus mempunyai akses

khusus yang tidak bisa orang lain gunakan karena ini bersifat pribadi.,

Autentification adalah validasi semua pengguna sehingga pada proses transaksi

hanya yang bersangkutan saja yang bisa melakukan proses tersbut., Integrity

adalah semua data atau transaksi tidak bisa dirubah bila dikirim atau mengikuti

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

53

transaksi pertama yang di lakukan pada sender dan sama yang diterima oleh

receiver dan Non-repudiation apabila orang tersebut mengirim transaksi dia tidak

dapat menyangkal transaksi terbebut atau transaksi tersebut tidak dapat berulang.

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya terkait perceived security,

dapat disimpulkan bahwa security dapat dipersepsi dengan berbagai cara, dan

secara umum mempengaruhi penerimaan teknologi perbankan oleh nasabah.

Peneliti mengajukan empat buah indikator security yang terakit erat dengan

mekanisme transaksi dan diduga berpengaruh kuat terhadap behavioral intention

yaitu Privacy, Autentification, Integrity dan Non-repudiation.

Tabel 2.5 Pengaruh Varibel Security Terhadap Variabel Behavioral Intention dan

Indikator Pembentuknya

Nama DEFINISI

SECURITY INDIKATOR

(Rahi, Ghani, &

Ngah, 2018)

Rahi, et al.

mengembangkan

model UTAUT

Venkatesh dengan

perubahan variabel

dependen Behavioral

Intention menjadi

Intention to Adopt

dan Use Behavior

menjadi Perceived to

Recommend untuk

meniliti penerimaan

teknologi internet

banking.

Penelitian ini

menambahkan faktor

security yang diduga

berpengaruh terhadap

intensi nasabah untuk

mengadopsi

teknologi internet

banking dan akhirnya

Perceived

Technology Security

didefinisikan sebagai

persepsi nasabah

terkait keamanan

transaksi saat

menggunakan

internet banking.

1. Keamanana saat

input informasi

rahasia/sensitive

pada saat

menggunakan

internet banking.

2. Persepsi bahwa

Internet banking

mana secara

keseluruhan.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

54

Nama DEFINISI

SECURITY INDIKATOR

merekomendasikan

produk tersebut

kepada nasabah

lainnya.

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

persepsi nasabah

terkait security dapat

mempengaruhi

penerimaan internet

banking bahkan

merekomendasikan

teknologi tersebut

kepada nasabah

lainnya.

(Chiu, Bool, & Chiu,

2017)

Chiu, et al

menambahkan

sebuah variabel

mediasi initial trust

untuk memoderasi

persepsi keamanan

berupa infrastructure

quality, disposition of

trust, perceived costs,

privacy, dan security

untuk penelitian

adopsi mobile

banking di Filipina

menggunakan model

penerimaan teknologi

Technology Planned

Behavior (TPB).

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa

initial trust dapat

memoderasi variabel

independen

infrastructure

quality, disposition of

trust, perceived costs,

privacy, dan security.

Penelian ini juga

menunjukkan bahwa

Security atau

lengkangpnya Online

Security dalam

penelitian Chiu, et al

didefinisikan sebagai

persepsi keamanan

atas data pribadi yang

bersifat privasi,

seperti PIN,

password, dan nomor

rekening saat

melakukan transaksi,

khususnya transfer

uang.

1. Persepsi

keamanan saat

melakukan

transfer uang.

2. Persepsi

keamanan

tentang tidak

adanya third

party (hacker)

yang akan

mencuri

informasi

sesnsitif (PIN,

password, nomor

rekening).

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

55

Nama DEFINISI

SECURITY INDIKATOR

variabel-variabel

independen tersebut

berpengaruh terhadap

behavioral intention.

(M. Singh & Matsui,

2018)

Penelitian ini

bertujuan untuk

meneliti faktor-faktor

yang berpengaruh

terhadap intensi

pemakaian mobile

banking di India

menggunakan

Modified UTAUT.

Penelitian ini

menunjukkan bahwa

perceived ease of use,

computer

self-efficacy,

perceived financial

cost, and security

berpengaruh terhadap

intensitas pemakaian

mobile banking di

India.

Security didefinisikan

sebagai mekanisme

perbankan untuk

menjamin keamanan

transaksi nasabah

melalui mobile

banking.

1. Jaminan bahwa

informasi yang

diinput dalam

mobile banking

aman dari

pencurian/hilang.

2. Jaminan bahwa

transaksi aman

sampai rekening

bank yang dituju.

3. Kenyamanan saat

bertransaksi

dengan mobile

banking.

Efraim Turban (2016) Penelitian yang

dilakukan pada

perbankan sehingga

security dalam suatu

transakasi bisa

dilakukan

Secuirty yang

didefinisikan disini

adalah proses

transaksi di lakukan

authentifikasi

sehingga aman buat

para pengguna

1. Persepsi

pengguna

terhadap

kerahasiaan data

yang ada Privacy

2. Persepsi

pengguna hanya

pengguna saja

yang bisa

memakai pin

tersebut Authorit

3. Persepsi

pengguna bahwa

keamanan

tersebut tidak

dapat di pisahkan

Integrity

4. Untuk

penggunaan

password yang

ada tidak dapat

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

56

Nama DEFINISI

SECURITY INDIKATOR

berulang ulang

Non Repudation

Konstruk Penelitian ini

menunjukan bahwa

security mempunyai

hubungan terhadap

persepsi pengguna.

Semakin complex

tingkat security

semakin banyak

orang tidak ingin

menggunakan sistem

tersebut

Security didefinisikan

sebagai mekanisme

perbankan untuk

menjamin keamanan

transaksi nasabah

melalui mobile

banking.

1. Privacy

2. Authority

3. Integrity

4. Non Repudation

Sumber: Analisis Peneliti

2.1.14 Performance Expectancy

Performance expectancy adalah tingkat dimana seseorang percaya bahwa

penggunaan sistem akan membantu dia untuk mendapatkan dan meningkatkan

keuntungan dalam pekerjaannya (Ahmad, 2014). Menurut (Rahi, Ghani, & Ngah,

2018) mendefiniskan performance expectancy sebagai sejauh mana persepsi

pengguna kinerja unggul dengan penggunaan internet banking pada tugas-

tugasnya, serta percaya akan membantu untuk mencapai manfaat dalam

melaksakan operasional perbankan. Sementara itu (Liebenberg et al., 2018)

menyatakan performance expectancy dapat dilihat sebagai tingkat yang seseorang

percaya bahwa menggunakan sistem e-Book Specialist learning management

System (SLMS) di Afrika Selatan akan membantu meningkatkan kualitas

pekerjaannya. Dengan indikator Persepsi terhadap pengguna, Motivasi Ekstinsik

Pengguna, Kesuaian Dengan Pekerjaan, Keuntungan Relatif, Hasil dalam

mengunakan e-bok dapat meningkatkan kualitas pekerjaan. Sedangkan menurut

(Martins, Oliveira, & Popovič, 2014) Performance expenctancy dilihat

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

57

keterampilan dari menggunakan internet banking. Dengan indikator Persepsi

pengguna dalam mengoperasikan internet banking. Motivasi dari pengguna untuk

menangung biaya pengunaan internet banking. Pengunaan internet banking sesuai

dengan pekerjaan. Pengguna akan mempunyai keuntungan dalam waktu melakukan

transaksi Hasil yang diharapkan akan memudahkan transaksi dalam internet

banking.

Definisi Performance Expectancy menurut (Ahmad, 2014) adalah Tingkat

dimana seseorang percaya bahwa penggunaan sistem akan membantu dia untuk

mendapatkan dan meningkatkan keuntungan dalam pekerjaannya. Dengan

Indikator Persepsi terhadap pengguna, Motivasi Ekstinsik, Kesesuaian Pekerjaan

Pengguna, Keuntungan Relatif, Ekspektasi Hasil. Sedangkan menurut (Rahi,

Ghani, Alnaser, & Ngah, 2018) Performance Expectancy adalah sejauh mana

persepsi pengguna kinerja unggul dengan penggunaan internet banking pada tugas-

tugasnya, serta percaya akan membantu untuk mencapai manfaat dalam

melaksanakan operasional perbankan. Dengan Indikator Persepsi terhadap

pengguna internet banking, Motivasi Ekstinsik pengguna internet banking,

Kesuaian pekerjaan pengguna internet banking, Keuntungan Relatif menggunakan

e-banking.

Konsep ini berakar dari perceived usefullness pada TAM, relative

advantage pada IDT dan outcome expectations pada SCT. Dalam konsep ini

terdapat gabungan indikator-indikator yang diperoleh dari model penelitian

sebelumnya tentang model penerimaan dan penggunaan teknologi. Adapun

indikator-indikator tersebut menurut (Ahmad, 2014) diantaranya:

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

58

1. Persepsi Terhadap Kegunaan (perceived usefulness) didefinisikan sebagai

seberapa jauh seseorang percaya bahwa menggunakan suatu sistem tertentu

akan meningkatkan kinerjanaya.

2. Motivasi Ekstrinsik (extrinsic motivation) didefinisikan sebagai persepsi

yang diinginkan pemakai untuk melakukan suatu aktivitas karena dianggap

sebagai alat dalam mencapai hasil-hasil bernilai yang berbeda dari aktivitas

itu sendiri, semacam kinerja pekerjaan, pembayaran, dan promosi-promosi.

3. Kesesuaian Pekerjaan (job fit) didefinisikan bagaimana kemampuan-

kemampuan dari suatu sistem meningkatkan kinerja pekerjaan individual.

4. Keuntungan Relatif (relative advantage) didefinisikan sebagai seberapa

jauh menggunakan sesuatu inovasi yang dipersepsikan akan lebih baik

dibandingkan menggunakan pendahulunya.

5. Ekspektasi-ekspektasi Hasil (outcome expectations) berkaitan dengan

konsekuensi-konsekuensi dari perilaku. Berdasarkan pada bukti empiris,

mereka dipisahkan ke dalam ekspektasi-ekspektasi kinerja (performance

expectations) dan ekspektasi-ekspektasi personal (personal expectations).

Penelitian tentang pengembangan model UTAUT untuk penerimaan

teknologi bagi pengguna internet banking di Lebanon telah dilakukan, hasil

penelitian menyatakan bahwa performance expectancy merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh secara signifkan terhadap use behavior melalui behavior

intention (Tarhini, El-Masri, Ali, & Serrano, 2016) Hal senada diungkapkan oleh

(Ahmad, 2014) dalam penelitiannya tentang validasi dan pengembangan

penerimaan teknologi menggunakan model UTAUT, hasil validasi terhadap model

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

59

UTAUT yang dikembangkan Venkantesh bahwa performance expextancy

berpengaruh secara signifikan terhadap behavior intention.

Peneliti lain yang dilakukan oleh (Afonso, Schwarz, State, & Rouge, 2015)

tentang penerimaan teknologi pengguna Electronic Document Management System

(EDMS) di Portugal, menyatakan bahwa performance expectancy memiliki

pengaruh positf terhadap behavior intention. Selain itu, penambahan gender dan

age sebagai moderating varibel dari performance expectancy memberikan

pengaruh yang berbeda. Laki-laki memberikan pengaruh yang lebih besar atau

sesuai harapan kerja dibandingkan kelompok perempuan, sedangkan age

memberikan pengaruh postif yang signifikan kepada kedua kelompok laki-laki dan

perempuan.

Kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang

percaya bahwa penggunaan suatu subjek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi

kerja orang tersebut (Ahmad, 2014). Selanjutnya, (Afonso et al., 2015) memberikan

dimensi tentang kemanfaatan TI, yaitu menjadikan pekerjaan lebih mudah,

bermanfaat, menambah produktivitas, mempertinggi efektivitas, dan meningkatkan

kinerja pekerjaan. Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa seseorang mempercayai dan merasakan dengan menggunakan

suatu teknologi informasi akan sangat berguna dan dapat meningkatkan kinerja dan

prestasi kerja. Variabel Performance Expectancy Pada Penelitian Sebelumnya

disajikan dalam Tabel Tabel 2.1.3.1.

Menurut (Liebenberg et al., 2018) pengukuran performance expectancy

dapat diukur berdasarkan faktor-faktor berikut ini:

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

60

1. Persepsi terhadap pengguna

2. Motivasi Ekstinsik pengguna

3. Kesuaian dengan pekerjaan

4. Keuntungan Relatif

Sementara itu (Rahi, Ghani, & Ngah, 2018) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa performance expectancy dapat diukur berdasarkan faktor-faktor berikut

ini:

1. Persepsi terhadap pengguna internet banking

2. Motivasi Ekstinsik pengguna internet banking

3. Kesuaian pekerjaan pengguna internet banking

4. Keuntungan Relatif menggunakan e-banking

Sedangkan indikator variabel performance expectancy dalam penelitian ini

diukur dari 5 indikator yaitu:

1. Persepsi terhadap pengguna e-banking

2. Motivasi Ekstinsik pengguna e-banking

3. Kesuaian pekerjaan pengguna e-banking

4. Keuntungan Relatif menggunakan e-banking

5. Ekspektasi Hasil menggunakan e-banking

Beberapa definisi dan indikator performance expectancy lainnya dapat

diamati pada tabel 2.6 berikut:

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

61

Tabel 2.6. Definisi Performance Expectancy dan Indikator yang Digunakan

Menurut Beberapa Peneliti

PENELITI

DEFINISI

PERFORMANCE

EXPECTANCY

INDIKATOR

(Ahmad, 2014) Tingkat dimana seseorang

percaya bahwa penggunaan

sistem akan membantu dia

untuk mendapatkan dan

meningkatkan keuntungan

dalam pekerjaannya

1. Persepsi terhadap

pengguna

2. Motivasi Ekstinsik

3. Kesuaian pekerjaan

pengguna

4. Keuntungan Relatif

5. Ekspektasi Hasil

(Rahi, Ghani, Alnaser, et al.,

2018)

Mendefiniskan performance

expectancy sebagai sejauh

mana persepsi pengguna

kinerja unggul dengan

penggunaan internet banking

pada tugas-tugasnya, serta

percaya akan membantu

untuk mencapai manfaat

dalam melaksanakan

operasional perbankan.

1. Persepsi terhadap

pengguna internet

banking

2. Motivasi Ekstinsik

pengguna internet

banking

3. Kesuaian pekerjaan

pengguna internet

banking

4. Keuntungan Relatif

menggunakan e-banking

(Liebenberg et al., 2018) Menyatakan performance

expectancy dapat dilihat

sebagai tingkat yang

seseorang percaya bahwa

menggunakan sistem e-Book

Specialist learning

management System (SLMS)

di Afrika Selatan akan

membantu meningkatkan

kualitas pekerjaannya

1. Persepsi terhadap

pengguna

2. Motivasi Ekstinsik

pengguna

3. Kesuaian dengan

pekerjaan

4. Keuntungan Relatif

Konstruk Menyatakan Performance

Expectancy dapat dilihat

sejauh mana pengguna

internet banking dalam

melakukan tugas pekerjaan

yang akan meningkat

keuntungan dalam pekerjaan

tersebut

1. Persepsi terhadap

pengguna Electronik

Banking

2. Motivasi Ekstinsik

pengguna Elektronik

banking

3. Kesuaian dengan

pekerjaan elektronik

banking

4. Keuntungan Relatif

elektronik banking

Sumber: Adopsi Ahmad (2015), Rahi, et al (2018) dan (Lienbenberg at al., 2018)

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

62

2.1.15 Effort Expectancy

Effort expectancy adalah tingkat kemudahan di dalam penggunaan sistem.

Konstruk ini berakar dari konstruk perceived ease of use pada TAM dan easy of use

pada IDT. Dari model TAM, kompleksitas dari model of PC utilization (MPCU),

dan kemudahan penggunaan dari teori difusi inovasi (IDT) (Ahmad, 2014).

Sementara itu, (Liebenberg et al., 2018) menyatakan effort expectancy didefinisikan

sebagai tingkat kemudahan yang terkait dengan penggunaan sistem tertentu. Hal

ini, mengidentifikasikan bahwa kemudahan pemakaian mempunyai pengaruh

terhadap penggunaan teknologi informasi.

Definisi Effort Expectancy dan Indikator yang digunakan Menurut beberapa

Peneliti. Ahmad, 2014 menyatakan Effort Expectancy adalah tingkat kemudahan di

dalam penggunaan sistem, dengan indikator Kemudahan pengguna, Kemudahan

pengguna untuk mengoperasikan, Kemudahan pengguna untuk mengerjakan.

Sedangkan menurut (Liebenberg et al., 2018) Effort Expectancy sebagai tingkat

kemudahan yang terkait dengan penggunaan sistem tertentu, dengan indikator

Kemudahan pengguna untuk memahami e-book, Kemudahn interaksi dengan e-

book, Kemudahan pengguna untuk mengerjakan e-book, Kemudahan pengguna

untuk mengoperasikan e-book. Dan definisi Effort Expectancy menurut

(Phichitchaisopa & Naenna, 2013) adalah tingkat kemudahan yang terkait dengan

penggunaan teknologi informasi. Dengan indikator, Kemudahan penggunaan,

Tersedianya layanan bantuan meningkatkan pelayanan, Kemudahan penanganan

saat muncul kesalahan berpengaruh terhadap penerimaan teknologi dan Up to-date.

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

63

Definisi lain diungkapkan oleh (Phichitchaisopa & Naenna, 2013) effort

expectancy adalah tingkat kemudahan yang terkait dengan penggunaan teknologi

informasi. Banyak study yang menyatakan bahwa effort expectancy mempengaruhi

penggunaan sistem serta memiliki dampak positif yang signifikan untuk

menggunakan teknologi informasi. Kemudahan penggunaan teknologi informasi

akan menimbulkan perasaan dalam diri seseorang bahwa sistem itu mempunyai

kegunaan dan karenanya menimbulkan rasa yang nyaman bila bekerja dengan

menggunakannya (Ahmad, 2014).

Dari beberapa penjelasan yang telah disampaikan di atas, pengguna

teknologi informasi mempercayai bahwa teknologi informasi yang lebih fleksibel,

mudah dipahami dan mudah dalam hal pengoperasiannya akan menimbulkan minat

dalam menggunakan teknologi informasi tersebut dan seterusnya akan

menggunakan teknologi informasi tersebut.

Beberapa penelitian sebelumnya tentang pengembangan model UTAUT

untuk penerimaan teknologi diantaranya diungkapkan oleh (Ahmad, 2014) dalam

penelitiannya tentang validasi dan pengembangan penerimaan teknologi

menggunakan model UTAUT, hasil validasi terhadap model UTAUT yang

dikembangkan Venkantesh bahwa effort expextancy berpengaruh secara signifikan

terhadap behavior intention. Hal senada diungkapkan oleh (Liebenberg et al.,

2018), menyatakan bahwa effort expectancy dapat meningkatkan behavior

intention, penelitian ini menggunakan sistem e-Book Specialist Learning

Management System (SLMS) dalam membantu meningkatkan kualitas pekerjaan

siswanya di kawasan Afrika Selatan. Penelitian lain menyatakan hal yang sama

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

64

bahawa effort expectancy berpengaruh terhadap behavior intention adalah (Tarhini

et al., 2016)) dan Alfonso (2015). Variabel Effort Expectancy pada penelitian

terdahulu tercatat dalam Tabel 2.1.3.1.

Beberapa indikator pengukuran effort expectancy menurut (Ahmad, 2014)

adalah sebagai berikut:

1. Kemudahan pengguna

2. Kemudahan pengguna untuk mengoperasikan

3. Kemudahan pengguna untuk mengerjakan

Menurut (Liebenberg et al., 2018)pengukuran effort expectancy dapat

diukur menggunakan beberapa indikator berikut ini:

1. Kemudahan pengguna untuk memahami e-book

2. Kemudahan interaksi dengan e-book

3. Kemudahan pengguna untuk mengerjakan e-book

4. Kemudahan pengguna untuk mengoperasikan e-book

Sementara itu, Rahi at. al (2018) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

effort expectancy dapat diukur berdasarkan faktor-faktor berikut ini:

1. Kemudahan pengguna untuk memahami internet banking

2. Kemudahan interaksi dengan internet banking

3. Kemudahan pengguna untuk mengerjakan internet banking

4. Kemudahan pengguna untuk mengoperasikan internet banking

Phichitchaiso dan Naenna (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

effort expectancy dapat diukur berdasarkan faktor-faktor berikut ini:

1. Kemudahan penggunaan

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

65

2. Tersedianya layanan bantuan meningkatkan pelayanan

3. Kemudahan penanganan saat muncul kesalahan berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi

4. Up to-date

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, maka peneliti menetapkan

variabel effort expectancy diukur dari 4 indikator, yaitu:

1. Kemudahan pengguna untuk memahami e-banking

2. Kemudahan interaksi dengan e-banking

3. Kemudahan pengguna untuk mengerjakan e-baking

4. Kemudahan pengguna untuk mengoperasikan e-banking

Beberapa definisi dan indikator effort expectancy lainnya dapat diamati

pada tabel 2.7 berikut:

Tabel 2.7 Definisi Effort Expectancy dan Indikator yang Digunakan

Menurut Beberapa Peneliti

PENELITI DEFINISI

EFFORT EXPECTANCY INDIKATOR

(Ahmad, 2014) Tingkat kemudahan di dalam

penggunaan sistem

1. Kemudahan pengguna

2. Kemudahan pengguna

untuk mengoperasikan

3. Kemudahan pengguna

untuk mengerjakan

(Liebenberg et al., 2018) Sebagai tingkat kemudahan

yang terkait dengan

penggunaan sistem tertentu

1. Kemudahan pengguna

untuk memahami e-book

2. Kemudahn interaksi

dengan e-book

3. Kemudahan pengguna

untuk mengerjakan e-

book

4. Kemudahan pengguna

untuk mengoperasikan e-

book

Phichitchaiso dan Naenna

(2013)

Tingkat kemudahan yang

terkait dengan penggunaan

teknologi informasi

1. Kemudahan penggunaan

2. Tersedianya layanan

bantuan meningkatkan

pelayanan

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

66

PENELITI DEFINISI

EFFORT EXPECTANCY INDIKATOR

3. Kemudahan penanganan

saat muncul kesalahan

berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi

4. Up to-date

Konstruk Tingakat kemudahan dalam

pengunaan sistem electronic

banking

1. Kemudahan pengguna

untuk memahami

Electronik banking

2. Kemudahn interaksi

dengan Electronik

banking

3. Kemudahan pengguna

untuk mengerjakan

elektronik banking

4. Kemudahan pengguna

untuk mengoperasikan

elektronik banking

Sumber: Adopsi Ahmad (2015), (Lienbenberg at al., 2018) dan Phichitchaiso dan Naenna (2013)

2.1.16 Social Influence

Relasi sosial mempengaruhi bagaimana pengambilan keputusan termasuk

dalam konteks adopsi teknologi. Social Influence adalah salah satu konstruk model

UTAUT yang cukup sering diteliti pengaruhnya, mengingat sifat sosial manusia

yang sering mempertimbangkan pendapat orang lain untuk membuat suatu

keputusan (S. Singh & Srivastava, 2018). Social influence dapat didefinisikan

sebagai suatu tindakan, atau kebiasaan tertentu (particular behavior) orang lain

yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang (S. Singh & Srivastava, 2018).

Dalam konteks penelitian penerimaan internet banking, social influence

dapat didefinisikan sebagai persepsi seseorang atas banyak orang yang dianggap

penting, baik itu keluarga, kolega, grup sosial, atau rekan sejawat, yang dapat

mempengaruhinya untuk menggunakan layanan internet banking (Patel & Patel,

2018). Social Influence akan digunakan sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi adopsi media sosial sebagai platform bisnis.

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

67

Singh & Srivastava, 2018 mengungkapkan Social Influence adalah suatu

tindakan, atau kebiasaan tertentu (particular behavior) orang lain yang dapat

mempengaruhi persepsi seseorang. Konsep social influence Rahi, et al (2018)

dikembangkan dari konsep subjective norm, social factors, dan image. Social

influence dapat berbeda relatif terhadap lingkungan user, jika di tempat kerja

hampir pasti kolega, sedang di rumah, kemungkinan keluarga. Menurut Isa et al.,

2017 Social influence adalah Social influence dapat di definisikan konsumen

percaya bahwa mereka akan dipengaruhi orang lain yang mengunakan internet

banking.

Berdasarkan atas telaah beberapa definisi di atas, terutama relativitas social

influence terkait lingkungan dan konsep image dari (Rahi, Ghani, Alnaser, et al.,

2018) social influence dalam konteks penelitian penulis dapat didefinisikan sebagai

faktor sosial, baik itu pendapat orang lain, lingkungan dan kebijakan tempat kerja,

saran pihak bank, maupun simbol prestise yang dapat mempengaruhi keputusan

seseorang dalam menggunakan teknologi e-banking.

Pengaruh sosial menggambarkan adanya relasi individu dengan yang lain.

Pengambilan keputusan mengandaikan bahwa seseorang dipengaruhi oleh dimensi

sosial. Hal ini menggambarkan bahwa para pelanggan adalah mahluk relasional.

Singh & Srivastava, 2018 menjelaskan indikator Teman dan orang terdekat dapat

mempengaruhi keputusan menggunakan mobile banking. Media massa (TV, Koran,

artikel, radio) dapat mempengaruhi keputusan menggunakan mobile banking.

Keputusan menggunakan mobile banking dipengaruhi oleh banyaknya circle

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

68

terdekat yang sudah menggunakan Penggunaan internet banking akan miningkatka

status sosial dalam komunitas tersebut.

Rahi, et al (2018) menjelaskan indikator social influence yaitu Status orang

terdekat yang sudah menggunakan internet banking dapat mempengaruhi

keputusan menggunakan internet banking. Bank yang di tunjuk dalam tempat kerja

dapat mempengaruhi keputusan menggunakan internet banking. Teman yang di

tempat kerja yang dianggap memiliki profil baik (ahli, dapat dipercaya) dapat

mempengaruhi keputusan menggunakan internet banking. Prestige yang

diasosiakan kepada orang yang menggunakan internet banking mempengaruhi

keputusan menggunakan internet banking.

Indikator social influence menurut (Acheampong et al., 2018) adalah Media

akan mempengaruhi orang dalam mengunakan internet banking. Pengaruh dari

rekan sejawat akan mempengaruhi internet banking. Tempat kerja akan melakukan

akan mengsosialkan pengunaan internet banking. Internet banking sangat

berpangaruh positif dan dianggap penting/prestise dalam pergaulan teman sekantor.

Tabel 2.8 Definisi Social Influence dan Indikator yang Digunakan

Menurut Beberapa Peneliti

PENELITI DEFINISI

SOCIAL INFLUENCE INDIKATOR

Singh dan Srivastava (2018)

Social influence dapat

didefinisikan sebagai suatu

tindakan, atau kebiasaan

tertentu (particular behavior)

orang lain yang dapat

mempengaruhi persepsi

seseorang

1. Teman dan orang terdekat

dapat mempengaruhi

keputusan menggunakan

mobile banking.

2. Media massa (TV, Koran,

artikel, radio) dapat

mempengaruhi keputusan

menggunakan mobile

banking.

3. Keputusan menggunakan

mobile banking

dipengaruhi oleh

banyaknya circle terdekat

yang sudah menggunakan

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

69

PENELITI DEFINISI

SOCIAL INFLUENCE INDIKATOR

Rahi, et al. (2018) Konsep social influence Rahi,

et al dikembangkan dari

konsep subjective norm,

social factors, dan image.

Social influence dapat

berbeda relatif terhadap

lingkungan user, jika di

tempat kerja hamper pasti

kolega, sedang di rumah,

kemungkinan keluarga.

1. Status orang terdekat yang

sudah menggunakan

internet banking dapat

mempengaruhi keputusan

menggunakan internet

banking.

2. Saran orang terdekat dapat

mempengaruhi keputusan

menggunakan internet

banking.

3. Orang yang dianggap

memiliki profil baik (ahli,

dapat dipercaya) dapat

mempengaruhi keputusan

menggunakan internet

banking.

4. Prestige yang diasosiakan

kepada orang yang

menggunakan internet

banking mempengaruhi

keputusan menggunakan

internet banking.

(Acheampong et al., 2018) Kelas Social influence dapat

didefinisikan sebagai suatu

tindakan, atau kebiasaan

tertentu orang lain yang dapat

mempengaruhi persepsi

seseorang

1. Media akan

mempengaruhi orang

dalam mengunakan

internet banking.

2. rekan sejawat akan

mempengaruhi internet

banking.

3. Tempat kerja akan

melakukan akan

mengsosialkan pengunaan

internet banking

4. Internet banking sangat

berpangaruh positive dan

dianggap penting/prestise

dalam pergaulan teman

sekantor

Konstruk Social Influence dapat

didefinisikan adalah tindakan

yang berasal dari orang lain

yang dapat mempengaruhi

keadaan persepsi seoarng

pemakai elektronik banking

1. Pengaruh orang lain

Pendapat orang lain

dapat mempengaruhi

keputusan menggunakan

e-banking.

2. Pengaruh manajemen

bank

3. Pengaruh tempat kerja

4. Pengaruh psikografi

(prestise)

Sumber: Singh dan Srivastava (2018) dan Rahi, et al (2018),(Acheampong et al., 2018)

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

70

2.1.17 Facilitating Conditions

Facilitating conditions merupakan salah satu variabel yang mendapat

perhatian khusus Venkatesh, et al saat mengembangkan UTAUT2 (Venkatesh,

2012). Alasannya, banyak modifikasi UTAUT (modified UTAUT) yang tidak

menyertakan variabel ini sebagai konsep model penerimaan teknologi. Beberapa

peneliti seperti Yoo, et al. mengusulkan bahwa facilitating conditions diubah

konsepnya menjadi bagian dari faktor eksternal, sedangkan effort expectancy

sebagai faktor internal (Yoo, et al, 2012). Meski demikian, akhirnya Venkatesh, et

al. tetap menggunakan facilitating conditions sebagai salah satu konstruk

UTAUT2. Alasannya, facilitating conditions dapat dikategorikan sebagai faktor

organisasi atau bahkan individu yang dapat mempercepat pembelajaran user,

sehingga berperan penting dalam meningkatkan penerimaan teknologi (Venkatesh,

et al. 2012).

Senada dengan Venkatesh, et al., Rahi, et al., menyatakan bahwa

facilitating conditions berperan penting dalam mendukung penerimaan teknologi.

Facilitating conditions dalam konteks penelitian penerimaan internet banking Rahi,

et al. dapat didefinisikan sebagai efek organisasi dan dukungan infrastruktur untuk

menggunakan internet banking, dalam bentuk pelatihan, knowledge sharing, dan

dukungan infrastruktur lainnya (Rahi, et al. 2018).

Konsep facilitating conditions Rahi, et al (2018) dikembangkan dari konsep

perceived behavioural control dan compatibility. Facilitating conditions

didefinisikan sebagai efek organisasi dan dukungan infrastruktur untuk

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

71

menggunakan internet banking, dalam bentuk pelatihan, knowledge sharing, dan

dukungan infrastruktur lainnya (Rahi, et al. 2018).

Sedangkan menurut (Salimon, Yusoff, & Mohd Mokhtar, 2017)

Facilitating conditions dapat di definisikan sebagai persepsi user atas tersedianya

dukungan dan sumber daya yang memadai untuk menggunakan teknologi yang

diajukan kepadanya. Facilitating conditions adalah faktor yang relatif dipengaruhi

oleh lingkungan adopsi teknologi yang bersangkutan, jika itu hanya membutuhkan

pengetahuan user, maka desain user interface yang nyaman atau familiar dengan

aplikasi sejenis sudah cukup disebut sebagai facilitating conditions, namun bila

konteksnya sebesar logistik pada e-commerce, dukungan infrastruktur logistik

merupakan facilitating conditions bagi adopsi e-commerce tersebut.

(Liebenberg et al., 2018) mengatakan Facilitating conditions adalah

Persepsi atas kemudahan penggunaan teknologi dengan adanya dukungan ekternal

berupa asistansi, dan internal berupa pengalaman, pengetahuan, tersedianya sumber

daya. Senada dengan Venkatesh (2003), Ahmad (2014) menyatakan bahwa

Facilitating Conditions dapat didefinsikan sebagai tingkat kepercayaan seseorang

terhadap dukungan organisasi maupun infrastruktur pendukung teknologi ada dan

siap untuk membantunya beradaptasi dengan teknologi baru. Namun, Ahmad

(2014) mengkritisi bahwa Facilitating Confitions sebenarnya tidak kuat sebagai

prediktor jika Experience (pengalaman) responden sudah mumpuni, sedangkan

Facilitating Conditions akan kuat sebagai prediktor saat responden dibagi menjadi

kelompok umur dengan kategori relatif tanggap atau ‘melek teknologi’, dan

kelompok umur yang relatif tidak tanggap atau ‘kurang melek teknologi’. Beberapa

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

72

definisi dan indikator facilitating conditions lainnya dapat diamati pada tabel 2.9

berikut:

Tabel 2.9 Definisi Facilitating Conditions dan Indikator yang Digunakan

Menurut Beberapa Peneliti

PENELITI DEFINISI FACILITATING

CONDITIONS INDIKATOR

(Rahi, Ghani, Alnaser, et al.,

2018)

Konsep facilitating conditions

Rahi, et al dikembangkan dari

konsep perceived behavioural

control dan compatibility.

Facilitating conditions dalam

konteks penelitian

penerimaan internet banking

Rahi, et al. dapat

didefinisikan sebagai efek

organisasi dan dukungan

infrastruktur untuk

menggunakan internet

banking, dalam bentuk

pelatihan, knowledge sharing,

dan dukungan infrastruktur

lainnya (Rahi, et al. 2018)

1. Sumber daya yang

dimiliki saat ini

berpengaruh pada

penerimaan teknologi

internet banking.

2. Pengetahuan yang dimiliki

saat ini berpengaruh pada

penerimaan teknologi

internet banking.

3. Kompatibilitas internet

banking dengan teknologi

lain yang digunakan saat

ini berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi

internet banking.

4. Tersedianya rekan sejawat

atau kolega yang siap

membantu adaptasi

internet banking

berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi

internet banking.

(Salimon et al., 2017) Facilitating conditions dapat

di definisikan sebagai

persepsi user atas tersedianya

dukungan dan sumber daya

yang memadai untuk

menggunakan teknologi yang

diajukan kepadanya.

Facilitating conditions adalah

faktor yang relatif

dipengaruhi oleh lingkungan

adopsi teknologi yang

bersangkutan, jika itu hanya

membutuhkan pengetahuan

user, maka desain user

interface yang nyaman atau

1. Infrastruktur internet,

termasuk kecepatan

internet yang memadai,

berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi

online banking.

2. Tersedianya bantuan

teknis seperti layanan

konsumen berpengaruh

terhadap penerimaan

teknologi online banking.

3. Kemampuan dan

pengetahuan saat ini

berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi

online banking.

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

73

PENELITI DEFINISI FACILITATING

CONDITIONS INDIKATOR

familiar dengan aplikasi

sejenis sudah cukup disebut

sebagai facilitating

conditions, namun bila

konteksnya sebesar relatif

pada e-commerce, dukungan

infrastruktur relatif

merupakan facilitating

conditions bagi adopsi e-

commerce tersebut.

4. Dukungan saat terjadi

masalah kegagalan teknis

terhadap transaski

berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi

online banking.

(Liebenberg et al., 2018) Persepsi atas kemudahan

penggunaan teknologi dengan

adanya dukungan eksternal

berupa asistansi, dan internal

berupa pengalaman,

pengetahuan, tersedianya

sumber daya.

1. Persepsi bahwa teknologi

baru cocok dengan

kebiasaan

2. Tersedianya sumber daya

pendukung untuk

menggunakan teknologi

baru.

3. Ilmu dan pengalaman

mencukupi untuk

menggunakan teknologi

baru.

4. Adanya bantuan atau

asistansi jika terjadi

kesulitan

Ahmad (2015) Senada dengan Venkatesh

(2003), Ahmad menyatakan

bahwa Facilitating

Conditions dapat didefinsikan

sebagai tingkat kepercayaan

seseorang terhadap dukungan

organisasi maupun

infrastruktur pendukung

teknologi ada dan siap untuk

membantunya beradaptasi

dengan teknologi baru.

Namun, Ahmad mengkritisi

bahwa Facilitating

Conditions sebenarnya tidak

kuat sebagai prodiktor jika

Experience (pengalaan)

responden sudah mumpuni,

sedangkan Facilitating

Conditions akan kuat sebagai

indikator saat responden

dibagi menjadi kelompok

umur dengan kategori relatif

1. Perceived Behavioral

Control (persepsi atas

kontrol perilaku), persepsi

seseorang akan adanya

bantuan sumber daya,

dukungan teknologi, dan

tidak adanya paksaan

dalam menggunakan

teknologi.

2. Facilitating Conditions

(kondisi-kondisi yang

mempengaruhi), yaitu

situasi lingkungan

percobaan teknologi yang

memungkinkannya secara

mudah menggunakan

teknologi tersebut.

Misalnya menggunakan

Microsoft Office pada

kantor tempat seseorang

magang..

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

74

PENELITI DEFINISI FACILITATING

CONDITIONS INDIKATOR

tanggap atau ‘melek

teknologi’, dan kelompok

umur yang relatif tidak

tanggap atau ‘kurang melek

teknologi’.

3. Compatibility

(kompetibilitas), yaitu

tingkat kepercayaan

seseorang bahwa inovasi

teknologi yang ditawarkan

cocok dengan nilai-nilai,

kebutuhan, dan

pengalaman responden.

Konstruk Dukungan infrastruktur

teknologi akan sangat

membantu pekerjaan seorang

baik dari dalam perusahaan

maupun dari luar perusahaan

yang akan mendorong

seseorang tersebut akan

melakukan adopsi teknologi

1. Infrastruktur internet

dapat mempengaruhi

perilaku sesoerang

2. Kondisi-kondisi yang

memepangaruhi

lingkungan yang berada

dalam suatu organisasi

3. Kompatiblitas peralatan

yang ada dengan yang ada

dikantor akan membuat

pekerjaan akan lebih cepat

Sumber: Adopsi Rahi, et al (2018), Liebenberg, et al (2017), Ahmad (2015), dan Salimon, et al.

(2016)

2.1.18 Behavioral Intenttion

Manusia dapat dinyatakan sebagai mahluk bebas dan tidak bebas. Dalam

perspektif tidak bebas, ada determinasi psikologis sosial maupun teknologi yang

mengarahkan niat dan tindakan seseorang. Disisi lain pelanggan memiliki

kebebasan untuk menentukan penggunaan teknologi sebagai bagian dari eksistensi

kebebasan yang memiliki arti penting.

Teori penerimaan teknologi berakar dari teori sistem informasi, psikologi dan

sosiologi (Venkatesh et al., 2003). Saat ini, mengetahui alasan diterima atau

ditolaknya teknologi baru oleh konsumen telah menjadi kajian penting dalam ranah

pengembangan teknologi informasi dan manajemen strategi (Momani & Jamous,

2017). Hal ini sejalan dengan penelitian Davis, et al. yang menyatakan bahwa

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

75

adaptasi teknologi yang baik dapat meningkatkan produktivitas organisasi,

memberi keunggulan kompetitif, meningkatkan pemrosesan layanan, dan memberi

kesiapan yang baik terkait penyediaan informasi (Fred D Davis et al., 1992)

Behavioral intention adalah salah satu konsep kunci dalam memahami

model penerimaan teknologi UTAUT. Minat atau intensi penggunaan teknologi

informasi (behavioral intention) dapat didefinisikan sebagai tingkat keinginan atau

niat seseorang menggunakan teknologi secara terus menerus dengan asumsi faktor-

faktor yang mempengaruhinya terpenuhi (Venkatesh, Thong, & Xu, 2012b). Secara

umum, seseorang akan berminat menggunakan suatu teknologi informasi yang

diajukan kepadanya apabila ia meyakini bahwa dengan menggunakan teknologi

informasi tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, penggunaannya relatif mudah,

dan ia mendapatkan pengaruh dari lingkungan sekitar (social influence) untuk

menggunakan teknologi informasi tersebut.

Tingkat penerimaan suatu teknologi informasi oleh user juga dapat

diprediksi dari sikap dan persepsi pengguna terhadap teknologi tersebut, misalnya

keinginan menambah alat pendukung atau mencari pendukung seperti layanan

konsumen, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk

mempengaruhi pengguna lain. Beberapa indikator behavioral intention pada

penelitian sebelumnya dapat diamati pada tabel 2.10 dibawah.

Teori dan model mengenai penerimaan teknologi juga telah banyak

dikembangkan sejak dekade 1980-an dengan beragam variabel (Momani & Jamous,

2017). Secara umum, variabel-variabel dalam berbagai model yang telah digunakan

tersebut menjelaskan bahwa motivasi instrinsik, pengalaman, dan kondisi sosial

berperan besar pada penerimaan suatu teknologi, sehingga dapat digeneralisir

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

76

bahwa perilaku (behavior) pengguna berperan penting dalam pengambilan

keputusan pengguna dalam menggunakan teknologi.

Konsep lain yang terkait dengan penerimaan teknologi ditinjau dari aspek

psikologis (determinan psikologis) yaitu dikemukakan Theory of Reasoned Action

(TRA). Teori ini secara umum dikembangkan berdasarkan temuan-temuan riset

psikologi sosial. Davis, et al. telah menelaah penggunaan model TRA dalam

berbagai studi kasus penerimaan teknologi, dan menemukan bahwa TRA relatif

konsisten untuk banyak studi kasus (F.D. Davis et al., 1989).

Technology Acceptance Model (TAM), TAM secara khusus dirancang

sebagai model analisis prediktif penerimaan teknologi informasi, khususnya

penerapan teknologi tersebut dalam lingkungan kerja. Berbeda dengan TRA, TAM

justru membuang konsep ‘attitude’ dalam TRA untuk memberi ruang pada intensi,

atau kesengajaan user (pengguna teknologi) dalam menerima suatu teknologi baru.

Sementara TAM versi 2 (TAM2), dikembangkan dengan menyertakan Subjective

Norm pada TRA sebagai prediktor pada lingkungan kerja yang memiliki standar

operasional ketat (penerimaan teknologi bersifat dipaksakan). Baik TAM maupun

TAM2 telah digunakan dalam berbagai studi kasus penerimaan teknologi

(Venkatesh et al., 2003).

Model lain yang dapat menjelaskan tentang perilaku ditinjau dari

determinasi psikologis yaitu Motivational Model (MM). Secara umum model ini

dikembangkan dengan dasar beberapa temuan riset psikologi terkait motivasi.

Dalam konteks penerimaan teknologi informasi, Venkatesh dan Speier telah

menelaah penggunaan model ini dalam berbagai studi kasus dan menemukan

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

77

bahwa model ini berhasil menjelaskan penerimaan teknologi-teknologi tersebut

(Venkatesh & Speier, 1999).

Konsep lain tentang penerimaan teknologi adalah Theory of Planned

Behavior (TPB). TPB merupakan pengembangan TRA pada konteks perilaku

terkontrol. TPB juga sering disebut perluasan TRA yang bercorak dimensional.

TPB menambahkan Perceived Behavioral Control sebagai tambahan prediktor.

Untuk memahami perilaku yang bersifat multidimensi diperlukan

pendekatan yang menyeluruh yang dapat menjelaskan dimensi determinan dari

perilaku. Combined TAM and TPD (C-TAM-TPB) adalah salah satu pendekatan

tersebut. Model ini menggabungkan prediktor-prediktor pada TPB dengan

Perceived of Usefulness pada TAM menjadi suatu model hybrid penerimaan

teknologi (Taylor & Todd, 1995).

Model of PC Utilization (MPCU) yaitu Model yang dikembangkan

Thompson, et al. terhadap perilaku penggunaan PC (Personal Computer)

berdasarkan temuan riset psikologis perilaku manusia oleh Triandis pada tahun

1977, terutama mengenai norma sosial (social norm), kebiasaan (habit), dan

harapan terkait konsekuensi tindakan (expected consequences). Meskipun

dirancang untuk mengamati perilaku penggunaan PC, MPCU juga masih relevan

untuk riset penerimaan teknologi informasi secara umum (Venkatesh et al., 2003)

Innovation diffusiaon theory IDT dikembangkan lewat metode Grounded

Theory dalam riset sosiologi. Rogers dalam Tomatzky dan Klein meneliti bahwa

IDT telah digunakan sejak 1960an untuk meneliti berbagai macam inovoasi

teknologi, mulai dari pertanian sampai perusahaan (Tornatzky & Klein, 1982). Di

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

78

mana dalam konteks sistem informasi, Moore dan Benbasat mengadaptasi

karakteristik paparan Rogers untuk konstruksi model yang cocok untuk riset

penerimaan teknologi individual, terutama dalam aspek prediktif yang valid (G. C.

Moore & Benbasat, 1991).

Social Cognitive Theory (SCT) dikembangkan berdasarkan riset psikologi

Social Cognitive Theory oleh Albert Bandura. Compeau dan Higgins kemudian

mengembangkan model SCT dalam konteks penerimaan teknologi komputer

(Compeau & Higgins, 1995). Sama halnya dengan MPCU dan IDT, meskipun

Compeau dan Higgins pada awalnya hanya mengembangkan model ini dalam

konteks penerimaan teknologi komputer, namun model ini masih relevan untuk

konteks penerimaan teknologi informasi secara umum (Venkatesh et al., 2003).

Beberapa indikator behavioral intention menurut Liebenberg et al., 2018

yang meneliti tentang Acceptance of ICT: Applicability of the Unified Theory of

Acceptance and Use of Technology (UTAUT) to South African Students, yaitu

Tersedianya kesempatan dan minat mencoba, dapat mempengaruhi penerimaan e-

Book dan SLMS. Penggunaan suatu eBook dapat mempengaruhi penggunaan e-

Book lainnya efisiensi dan efektivitas. Terseidianya paket buku/modul e-learning

yang mirip, dapat mempengaruhi kinerja dalam penerimaan e-Book atau modul e-

learning lainnya kinerja layanan.

Phichitchaisopa & Naenna, 2013 yang meneliti tentang Factors Affecting

The Adoption of Healthcare Information Technology, menjelaskan behavioral

intention dengan indikator tersedianya teknologi terbaru yang lebih baik dapat

mempengaruhi minat penerimaan teknologi baru bidang health care. Tersedianya

teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

79

mempengaruhi penerimaan teknologi baru bidang health care. Peningkatan kinerja

layanan dalam helath care tersebut.

Ahmad, 2014 meneliti tentang Unified Theory of Acceptance and Use of

Technology (UTAUT): A Decade of Validation and Development, Ahmad menelaah

bahwa secara umum dalam satu dekade validasi behavioral intention pada UTAUT

telah diterima secara luas, namun memiliki respon yang berbeda dalam penggunaan

konstruk maupun istilah. Sehingga, indikator seperti minat, efektivitas, efisiensi,

dan kinerja yang lebih baik dapat menjadi indikator behavioral intention. Rahi,

Ghani, Alnaser, et al., 2018 meneliti tentang A structural equation model for

evaluating user’s intention to adopt internet banking and intention to recommend

technology, Pendapat Ahmad (2015) di atas, sesuai dengan penerapan konsep

Behavioral Intention pada Rahi, et al. bahwa sebenarnya konsep ini diterima,

namun alih-alih masih menelaah tentang penerimaan (acceptance) teknologi, Rahi,

et al justru mengajukan hipotesis dalam wujud konsep minat untuk

merekomendasikan (intention to recommend). Indikator dalam penelitian ini juga

sejalan dengan UTAUT2 karya Venkatesh, et al dimana adanya tawaran efektivitas,

efisiensi, dan kompatibilitas dengan pengalaman, serta peningkatan kinerja layanan

kesempatan untuk menyampaikan pendapat terkait produk teknologi

mempengaruhi minat untuk menggunakan hingga merekomendasikan suatu

teknologi.

Berdasarkan telaah atas beberapa penelitian di atas, behavioral intention

dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi

nasabah untuk terus menggunakan layanan e-banking. Sehingga dapat dirumuskan

empat indikator behavioral intention sebagai berikut:

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

80

1. Minat pemanfaatan e-banking

2. Peningkatan efisinsi

3. Peningkatan efektivitas

4. Peningkatan kinerja layanan

Tabel 2.10 Indikator Behavioral Intention pada Penelitian Sebelumnya

AUTHOR DAN TAHUN

PENELITIAN PENELITIAN INDIKATOR

Liebenberg, et al (2018) Acceptance of ICT:

Applicability of the Unified

Theory of Acceptance and

Use of Technology (UTAUT)

to South African Students

1. Tersedianya kesempatan

mencoba, dapat

mempengaruhi

penerimaan eBook dan

SLMS.

2. Penggunaan suatu eBook

dapat mempengaruhi

penggunaan eBook

lainnya.

3. Terseidianya paket

buku/modul e-learning

yang mirip, dapat

mempengaruhi

penerimaan eBook atau

modul e-learning lainnya.

Phichitchaiso dan Naenna

(2013)

Factors Affecting The

Adoption of Healthcare

Information Technology

1. Tersedianya teknologi

terbaru yang lebih baik

dapat mempengaruhi

penerimaan teknologi baru

bidang healthcare

2. Tersedianya teknologi

baru yang dapat

meningkatkan efisiensi

pekerjaan mempengaruhi

penerimaan teknologi baru

bidang healthcare

Ahmad (2015) Unified Theory of Acceptance

and Use of Technology

(UTAUT): A Decade of

Validation and Development

1. minat,

2. efektivitas,

3. efisiensi,

4. kinerja

Rahi, et al (2018) A structural equation model

for evaluating user’s

intention to adopt internet

banking and

1. Efektivitas

2. Efisiensi

3. kompatibilitas dengan

pengalaman, serta

kesempatan untuk

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

81

AUTHOR DAN TAHUN

PENELITIAN PENELITIAN INDIKATOR

intention to recommend

technology

menyampaikan pendapat

terkait produk teknologi

mempengaruhi minat

untuk menggunakan

hingga merekomendasikan

suatu teknologi.

Konstruk 1. Minat pemanfaatan e-

banking

2. Peningkatan efisinsi

3. Peningkatan efektivitas

4. Peningkatan kinerja

layanan

Sumber: Adopsi Liebenberg, et al (2018); Phichitchaiso dan Naenna (2013); Ahmad (2015); dan

Rahi, et al (2018)

2.1.19 Use Behavior

Use behavior juga merupakan salah satu konsep kunci dalam memaham

model penerimaan teknologi UTAUT. Use behavior dalam UTAUT dapat di

definisikan sebagai tingkat intensitas dan atau frekuensi pemakaian suatu teknologi

informasi. Perilaku penggunaan teknologi informasi sangat bergantung pada

evaluasi pengguna terhadap sistem tersebut.

Perilaku pengguna sistem (use behavior) didefinisikan sebagai intensitas

atau frekuensi pemakai dalam menggunakan sistem informasi. Perilaku seseorang

merupakan ekspresi dan keinganan atau minat seseorang (intention). Perilaku

pengguna sistem sangat bergantung pada evaluasi pengguna dari sistem tersebut

(Venkatesh et al., 2003).

Menurut (Alalwan, Dwivedi, & Rana, 2017) Faktor-faktor yang

memengaruhi adopsi mobile banking oleh pelanggan bank Yordania. Dengan

mengunakan UTAUT2 with Trust. (i)Teknologi akan dipakai setiap saat dalam

setiap transakasi yang dilakukan. (ii) Faktor lingkungan akan mempengaruhi dalam

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

82

melakukan transaksi perbankan.(iii) Perasaan dalam membutuhkan mobile akan

membuat pekerjaan lebih mudah.(iv) Kepuasan dalam transaksi yang cepat akan

membuat pekerjaan lebih mudah.

Menurut (Jewer, 2018) yang melakukan penelitian dilakukan pada rumah

sakit kepada perilaku pasien dalam menggunakan aplikasi online waktu tunggu

Emergency Department dengan menggunakan model UTAUT. (i) Pasien

menggunakan aplikasi dalam menunggu panggilan untuk diperiksa. (ii) Faktor

sosial yang menyebabkan pasien menggunkan teknologi dalam waktu menunggu

pangilan tesebut. (iii) Dengan penggunaan aplikasi perasaan pasien lebih

menyenangkan dalam waktu menunggu. (iv) Kepuasan pasien mengenai pelayanan

terhadap menunggu akan lebih puas dengan mengunakan aplikasi

Menurut (Martins et al., 2014) sesorang menggunakan layanan

perbankankan internet dilihat dari frekuensinya, seberapa aktual mereka dalam

menggunakan layanan perbankan Internet? (i) Belum pernah digunakan; (ii)

setahun sekali; (iii) enam bulan sekali; (iv) tiga bulan sekali; (v) sebulan sekali; (vi)

seminggu sekali; (vii) sekali dalam 4-5 hari; (viii) sekali dalam 2-3 hari; (ix) hampir

setiap hari.

Menurut peneliti, Use behavior dapat diukur dari beberapa indikator sebagai

berikut:

1. Frekuensi pemakai dalam menggunakan teknologi informasi

2. Faktor-faktor sosial

3. Perasaan (affect)

4. Tingkat Kepuasan

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

83

Tabel 2.11 Indikator Use Behavior pada Penelitian Sebelumnya

AUTHOR DAN TAHUN

PENELITIAN PENELITIAN INDIKATOR

(Venkatesh et al., 2003) User acceptance of

information technology:

Toward a unified view

1. Penggunaan sistem akan

dipakai pada waktu yang

ditentukan

2. Faktor sosial akan

membuat sistem tersebut

digunakan.

3. Tingkat kepuasan dari

sistem yang digunakan

(Alalwan et al., 2017) Factors influencing adoption

of mobile banking by

Jordanian bank customers:

Extending UTAUT2 with trust

1. Teknologi akan dipakai

setiap saat dalam setiap

transakasi yang

dilakukan.

2. Faktor lingkungan akan

mempengaruhi dalam

melakukan transaksi

perbankan

3. Perasaan dalam

membutuhkan mobile

akan membuat pekerjaan

lebih mudah

4. Kepuasan dalam transaksi

yang cepat akan membuat

pekerjaan lebih mudah.

(Jewer, 2018) Patients’ intention to use

online postings of ED wait

times: A modified UTAUT

model

1. Pasien menggunakan

aplikasi dalam menunggu

panggilan untuk diperiksa

2. Faktor sosial yang

menyebabkan pasien

menggunkan teknologi

dalam waktu menunggu

pangilan tesebut.

3. Dengan penggunaan

aplikasi perasaan pasien

lebih menyenangkan

dalam waktu menunggu.

4. Kepuasan pasien mengenai

pelayanan terhadap

menunggu akan lebih puas

dengan mengunakan

aplikasi

(Martins et al., 2014) Understanding the Internet

banking adoption: A unified

1. Belum pernah digunakan

2. Setahun Sekali

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

84

AUTHOR DAN TAHUN

PENELITIAN PENELITIAN INDIKATOR

theory of acceptance and use

of technology and perceived

risk application

3. Enam bulan sekali

4. Tiga bulan sekali

5. Sebulan sekali

6. Sekali dalam 4-5 hari

7. Sekali dalam 2-4 hari

8. Setiap hari

Konstruk Tingkat pemakaian serta

intensitas pemakaian dalam

mengunakan e-banking

sehingga terjadi pengulangan

dalam pemakaian dan

kepuasan dalam penggunaan

teknologi tersebut

1. Frekuensi pemakai dalam

menggunakan teknologi

informasi

2. Faktor-faktor sosial

3. Perasaan (affect)

4. Tingkat Kepuasan

Sumber: Adopsi Liebenberg, et al (2018); Phichitchaiso dan Naenna (2013); Ahmad (2015); dan

Rahi, et al (2018)

2.1.20 Gender

Penelitian yang bertujuan mengetahui faktor penghalang penerimaan

internet banking pada nasabah bank di Sri Lanka, menunjukkan bahwa gender

sebagai moderating variable dari kepercayaan dan persepsi atas risiko e-commerce

terhadap adoption internet banking behavior, memiliki pengaruh yang relatif kecil,

akan tetapi hasil pengujian lebih lanjut menunjukkan laki-laki lebih mudah

menerima internet banking dibanding perempuan (Aboobucker dan Bao, 2018).

Hasil penelitian senada diungkapkan oleh Tarhini (2016) pada peneiltiannya

yang menunjukkan bahwa penggunaan internet banking di Lebanon tidak hanya

dipengaruhi oleh pihak bank atau pemerintah, tetapi dipengaruhi juga oleh persepsi

dan pengalaman pengguna. Deskripsi data menunjukkan bahwa pengguna internet

banking di Lebanon lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

Pengguna internet banking jenis kelamin laki-laki sebesar 55.88% sedangkan

perempuan 44.12%. Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan tidak melihat

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

85

layanan internet banking berguna sebagaimana laki-laki. Hal terjadi karena

preferensi mereka lebih pada cara tradisional.

Penelitian berikutnya tentang penerimaan internet banking di Gujarat,

menyebutkan bahwa perempuan kurang tertarik menggunakan internet banking di

Gujarat. Mereka tidak berani untuk mencoba internet banking karena takut

menggunakan komputer. Sebaliknya, laki-laki tidak menyatakan kecemasan

menggunakan komputer sebagai alasan untuk tidak menggunakan internet banking,

meskipun beberapa dari mereka memiliki tingkat kecemasan tertentu dalam

mencoba teknologi baru. Mayoritas laki-laki menunjukkan kenyamanan sebagai

manfaat utama penerimaan internet banking (Patel dan Patel, 2017).

Konstruksi tentang gender didasarkan pada jenis kelamin. Pengelompokan tersebut

didasarkan pada atribut biologis laki-laki dan perempuan. Pengelompokan berdasarkan

gender yang ada di masyarakat menghasilkan suatu tuntutan identitas yang disematkan

berdasarkan pandangan mengenai laku-laki dan perempuan seperti disampaikan oleh

(Venkatesh et al., 2003) bahwa: ‘Gender identity or gender-role identity is our perception

of the self as psychologically female or male’ Berdasarkan beberapa penelitian di atas,

peneliti mempertimbangkan menggunakan Gender sebagai moderating variable.

Penggunaan gender sebagai moderating variable pada penelitian sebelumnya dapat

diamati tabel 2.12 berikut:

Tabel 2.12 Penggunaan Gender sebagai Moderating Variable

pada Penelitian Sebelumnya No. Author dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Indikator

1. Aboobucker dan Bao (2018) What obstruct customer acceptance of

internet banking? Security and privacy,

risk, trust and website usability and the

role of moderators

1. Laki Laki

2. Perempuan

2. Tarhini (2016) Extending the UTAUT model to

understand the customers’ acceptance

1. Laki -Laki

2. Perempuan

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

86

No. Author dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Indikator

and use of internet banking in Lebanon: A

structural equation modeling approach

3. Patel dan Patel (2017) Adoption of internet banking services in

Gujarat: an extension of TAM with

perceived security and social

Influence

1. laki -laki

2. Perempuan

4. Liebenberg, et al (2017) Acceptance of ICT: Applicability of the

Unified Theory of Acceptance and Use of

Technology (UTAUT) to South African

Students

1. Laki Laki

2. Perempuan

Konstruk 1. Laki Laki

2. Perempuan

Sumber: Olah data peneliti

2.1.21 Age

Usia mempengaruhi bagaimana perkembangan seseorang termasuk

kognitif, afeks maupun perilaku. Usia mempengaruhi bagaimana pilihan produk

dan jasa yang dikonsumsi termasuk interaksinya dengan teknologi. Pelanggan

mengubah konsumsi barang dan jasa selera makan, interaksi dengan teknologi

berkaitan dengan usia. Pemasar sering mendefinisikan target pasar mereka dalam

hal tahap siklus hidup dan mengembangkan produk dan rencana pemasaran yang

tepat untuk setiap tahap rentang kehidupan.

Perkembangan kognitif merupakan proses mental yang mencakup

pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan,

berfikir dan mengerti tentang realitas. Proses mental yang dimaksud adalah proses

pengolahan informasi yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensi, belajar,

pemecahan masalah dan pembentukan konsep. Hal ini juga menjangkau kreativitas,

imajinasi dan ingatan. Meskipun teori perkembangan ini banyak di kritik, namun

Kohlberg (1977) telah memberikan arah bagi perkembangan pemahaman tentang

bagaimana proses perkembangan berlangsung sepanjang rentang kehidupan.

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

87

Pengelompokan usia merupakan salah satu moderating variable yang sering

dipakai dalam penelitian penerimaan teknologi (Aboobucker dan Bao, 2018).

Penelitian Aboobucker tentang faktor penghambat penerimaan teknologi internet

banking pada nasabah bank di Sri Lanka, menunjukkan bahwa pengelompokan usia

signifikan sebagai moderating variable bagi perceived risk, perceived trust, web

usability, dan security terhadap adoption internet banking behavior (Aboobucker

dan Bao, 2018). Pengujian lebih lanjut menunjukkan grup usia muda (dengan range

usia 18-30 tahun) lebih mudah menerima teknologi internet banking berdasarkan

perceived trust dan web usability dibanding grup usia dewasa (>30 tahun).

Sementara itu, grup usia dewasa lebih unggul atas usia muda dalam penerimaan

teknologi terkait perceived risk dan security.

Selanjutnya, pada penelitian adopsi e-banking di Finlandia, Laukkanen

menunjukkan bahwa pengelompokan usia juga signifikan sebagai moderating

variable dari intensi adopsi e-banking (Laukkanen, 2016). Berdasarkan kedua

uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pengelompokan usia dapat

digunakan sebagai moderating variable bagi security, performace expectancy,

effort expectancy, social influence, serta facilitating condition terhadap behavior

intention.

Pertimbangan untuk mengadopsi teknologi tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh usia yang menggambarkan karakteristik generasi seperti dikemukakan

oleh Kotler & Amstrong (2012) tentang pengelompokan usia berdasarkan generasi

antara lain genX (1964-1978) atau Millenials (1979-1994) untuk masyarakat

Amerika. Generasi millennial dibesarkan dalam kemakmuran, kecerdasan

Page 68: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

88

teknologi, kekebalan yang dirasakan dari pemasaran berbeda dengan generasi baby

boomers atau silent generation yang lahir 1945-an

Ringkasan pengelompokan usia sebagai moderating variable pada

penelitian Aboobucker dan Bao disajikan pada Tabel 2.13 berikut:

Tabel 2.13 Pengelompokan Usia Sebagai Moderating Variable

Kelompok Usia Usia

Muda 18-30 Tahun

Dewasa >30 tahun

Sumber: Aboobucker dan Bao, 2018

Selanjtnya, pengelompokan usia sebagai moderating variable pada

penelitian (Laukkanen, 2016) tercatat pada Tabel 2.14 berikut:

Tabel 2.14 Pengelompokan Usia sebagai Moderating Variable

Kelompok Usia Usia

1 18-30 Tahun

2 31-55 Tahun

3 > 55 tahun

Sumber: Laukkanen, 2016

Sedangkan age dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kelompok

seperti ditunjukkan pada Tabel 2.15 Pengelompokan ini diselaraskan dengan teknik

analisis Multigroup Analysis (MGA) serta mengadopsi pengelompokkan yang

dilakukan oleh Aboobucker dan Bao.

Tabel 2.15 Pengelompokan Usia sebagai Moderating Variable Peneliti

Grup Usia Usia

Muda ≤ 25 tahun

Dewasa > 25 tahun

Sumber: Adopsi Aboobucker dan Bao 2018

2.1.22 Experience

Aspek pengalaman tidak bisa dipungkiri menjadi salah satu unsur penting

yang berkaitan dengan perilaku. Pengalaman berinteraksi dengan teknologi yang

Page 69: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

89

direfleksikan oleh pelanggan memberikan sejumlah pengetahuan tentang interaksi

dan relasi individu dengan teknologi. Pengalaman mempengaruhi bagaimana cara

berpikir maupun berinteraksi dengan teknologi. Mengacu pada kerucut

pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale (1960) memberikan gambaran

bahwa pengalaman sebagai bagian dari proses untuk lebih memahami bagaimana

realita.

Experience atau pengalaman, merupakan pengalaman individu dalam

menggunakan teknologi sebelumnya. Ketika seorang pengguna pernah

menggunakan teknologi sebelumnya, maka dia akan dapat mengevaluasinya

sehingga pengguna dapat memutuskan apakah dia akan berminat untuk

menggunakan teknologi di masa depan(Venkatesh et al., 2003).

Tabel 2.16 Pengelompokan Experience ebagai Moderating Variable

Berpengalaman dalam

menggunakan teknologi

Responden

Mempunyai Pengalamam

Tidak Mempunyai Pengalaman

Sumber (Venkatesh et al., 2003)

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi

oleh perantara sebagai distributor makanan dari pemerintah kepada masyarakat di

India, menyatakan bahwa moderating variabel experience merupakan salah satu

faktor peningkatan penerimaan teknologi oleh perantara yang dapat meningkatkan

kepuasan masyarakat. Dengan kata lain experience merupakan faktor utama untuk

penelitian dan praktik pada intermediasi di e-government (Chopra & Rajan, 2016).

Hal senada diungkapkan (Tarhini et al., 2016) bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara experience sebagai moderating variabel dari effort expectancy dan

Page 70: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

90

social influence terhadap behavior intetntion serta facilitating condition terhadap

use behavior.

Tabel 2.17 Pengelompokan Experience sebagai Moderating Variable

Berpengalaman dalam

menggunakan internet

Responden

Mempunyai Pengalamam

Tidak Mempunyai Pengalaman

Sumber : (Tarhini et al., 2016)

Berdasarkan beberapa definisi diatas dan hasil penelitian diatas, peneliti

memberikan pemahaman experience sebagai peristiwa-peristiwa atau kejadian-

kejadian yang memiliki kesan pribadi, yang terjadi sebagai tanggapan atau hasil

dari adanya rangsangan atau stimulus. Experience melibatkan seluruh dalam setiap

peristiwa kehidupan dan sering merupakan hasil dari observasi langsung atau

partisipasi dalam suatu kejadian baik secara nyata, mimpi maupun virtual.

Experience biasanya tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi disebabkan oleh pemicu

atau rangsangan. Konstruk Pengalaman dalam penelitian ini merupakan peristiwa

pribadi yang dialami nasabah dalam menggunakan e-banking berkartu sebelumnya.

Tabel 2.18 Pengelompokan Experience ebagai Moderating Variable

Berpengalaman dalam

menggunakan E-banking

Responden

Mempunyai Pengalamam

Tidak Mempunyai Pengalaman

Sumber: Olah data peneliti

2.1.23 Voluntariness of Use

Experience melibatkan setiap peristiwa dalam kehidupan dan sering

merupakan hasil dari observasi langsung atau partisipasi dalam suatu kejadian baik

secara nyata, mimpi maupun virtual. (DeLone, 1988) memberikan gambaran

tentang pengalaman yaitu (i) enactive (pengalaman langsung), (ii) Iconic

Page 71: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

91

(pengalaman umtuk menggambarkan/mengilustrasikan) dan (iii) pengalaman

simbolik (Pengalaman yang sangat abstrak) memberikan landasan bagi seseorang

untuk memahami realitas dan merefleksikan diri.

Pengalaman enactive dalam konteks system e-banking atau langsung

melibatkan cara berlatih berinteraksi teknologi saat berinteraksi dengan system

perbankan. Pengalaman enactive melibatkan tindakan segera dan penggunaan indra

dan tubuh. Pengalaman ikonik melibatkan kemampuan untuk menafsirkan gambar.

Pengalaman ikonik terbatas untuk dua atau tiga indera. Sedangkan pengalaman

Simbolis melibatkan pengalaman membaca atau mendengar simbol contoh

mendengar kata "simpul" dan membentuk sebuah gambar dalam pikiran. Dalam

pengalaman simbolis, tindakan dihapus hampir sama sekali dan Pengalaman

terbatas pada pikiran dan ide-ide. (Hedley, White, Petit dit de la Roche, & Banerjea,

2006) menghubungkan refleksi pengalaman dengan otonomi. Hal ini semakin

menjelaskan bagaimana penjelasan penalaran berbasis kognitif untuk memahami

individu menggambarkan pengalaman untuk memahami situasi yang tidak pasti,

baru dan kompleks termasuk tentang teknologi sistem perbankan saat ini.

Para pelanggan belajar dari pengalamannya berinteraksi dengan sistem

layanan perbankan. Melalui panca indera, atau seperti dikemukakan Dale disebut

"pengalaman lengkap," para pelanggan menghasilkan kekayaan pengetahuan dan

perasaan bermakna tentang realitas dirinya, dunia layanan produk dan jasa

perbankan termasuk perkembangan teknologi Voluntariness of use merupakan

tingkat kesukarelaan individu dalam menggunakan teknologi. Kesukarelaan

menggunakan teknologi berasal dari dalam diri masing-masing individu, bukan

Page 72: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

92

paksaan pihak lain (Ahmad, 2014). Selanjutnya, menyatakan bahwa kesukarealaan

akan meningkatkan minat dalam penggunaan suatu sistem. Kesukarelaan akan

memudahkan pengguna dalam menggunakan teknologi.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa poin penting dari

Voluntariness of use adalah kesukarelaan. Unsur kesukarelaan dapat mempermudah

pengguna dalam mengoprasikan penerimaan teknologi karena dorongan dari

keinginan sendiri.

Berdasarkan model UTAUT, pengaruh antar variabel adalah sebagai

berikut:

1. Pengaruh performance expectancy pada behavioral intention di pengaruhi

oleh moderator variabel gender dan age, dengan pengaruh lebih kuat pada

laki-laki, khususnya laki-laki berusia lebih muda.

2. Pengaruh effort expectancy pada behavioral intention dipengaruhi oleh

moderator variabel gender, age, dan experience, dengan pengaruh yang

lebih kuat pada wanita, khususnya wanita berusia lebih tua dan mempunyai

sedikit pengalaman dalam penggunaan sistem (early stage of experience).

3. Pengaruh social influence pada behavioral intention dipengaruhi moderator

variabel gender, age, voluntariness of use, dan experience, dengan pengaruh

lebih kuat pada wanita khususnya wanita berusia lebih tua, penggunaan

sistem secara mandatory dan memiliki sedikit pengalaman tentang

penggunaan sistem (early stage of experience).

4. Pengaruh facilitating conditions pada behavior intention dipengaruhi oleh

moderator variabel age dan experience, dengan pengaruh yang lebih kuat

Page 73: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

93

pada pekerja dengan usia lebih tua khususnya dengan peningkatan

pengalaman.

5. Pengaruh security pada behavior intention dipengaruhi oleh moderator

variabel gender, age, experience dan voluntaries of use yang merupakan

variabel baru dalam menentukan model UTAUT tersebut

6. Behavioral intention berpengaruh terhadap use behavior.

Berdasarkan publikasi yang ada, UTAUT banyak digunakan oleh peneliti

sebagai model dasar yang diaplikasikan untuk penelitian di berbagai teknologi baik

pada konteks organisasi maupun non organisasi, sehingga menghasilkan

pengembangan maupun integrasi dari UTAUT (Venkatesh et al., 2003) Ada tiga

tipe dasar pengembangan maupun integrasi dari UTAUT hingga saat ini, yaitu:

1. Aplikasi UTAUT pada konteks yang baru, misalnya aplikasi untuk

teknologi baru, populasi pengguna yang baru, dan kondisi sosial budaya

yang baru.

2. Penambahan konstruk baru untuk memperluas cakupan UTAUT.

3. Memasukan eksogenus prediktor ke dalam variabel UTAUT.

Hasil kajian yang dilakukan oleh (Venkatesh et al., 2012) terhadap

penelitian yang dipublikasi secara resmi juga memberikan kesimpulan bahwa

kebanyakan penelitian hanya mengeluarkan bagian kecil dari kesatuan model

UTAUT, yaitu mengeluarkan moderator variabel melakukan pengembangan teori

UTAUT ke dalam konteks yang spesifik yaitu consumer context.

Page 74: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

94

2.2 Penelitian Sebelumnya

Berikut ini adalah rangkuman beberapa penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya dan erat kaitannya dengan penelitian ini.

Tabel 2.19 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul

Penelitan

Variabel Analisis Perbedaan

dengan

Penelitian ini

1 (Emad

AbuShanab &

Pearson, 2007)

Internet banking

in Jordan The

unified theory of

acceptance and

use of

technology

(UTAUT)

perspective

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Gender

5. Age

6. Experience

7. Voluntaries of

use

Multiple

Regression

Ada perubahan

variabel dari

Utaut

2 (Tarhini et al.,

2016)

Extending the

UTAUT model

to

understand the

customers’

acceptance and

use of internet

banking in

Lebanon A

structural

equation

modeling

approach

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Perceived

credibility

5. Task technology

6. Facilitation

condition

Structural

equational

model dengan

menggunakan

AMOS 20.0

Ada Penambahan

variabel security

3 (Tan & Leby

Lau, 2016)

Behavioral

intention to

adopt mobile

banking among

the millennial

generation

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Gender

5. Age

6. Experience

7. Voluntaries of

use

Multiple

Regression

Ada Penambahan

variabel security

4 (Celik, 2016) Customer online

shopping

1. Performance

Expectancy

2. Anxiety

Partial least

Square

Ada Penambahan

variabel security

Page 75: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

95

No Peneliti Judul

Penelitan

Variabel Analisis Perbedaan

dengan

Penelitian ini

anxiety within

the Unified

Theory of

Acceptance and

Use

Technology

(UTAUT)

framework

3. Effort

Expectancy

4. Social Influence

5. Gender

6. Age

7. Experience

5 (Alalwan,

Dwivedi,

Rana, &

Williams,

2016)

Consumer

adoption of

mobile banking

in Jordan

Examining the

role of

usefulness,ease

of use,

perceived risk

and self-efficacy

1. Perceived

Usefulness

2. Perceived Ease

of Use

3. Perceived Risk

4. Perceived of

usefulness

5. Behavioral

Intention

6. Adoption

Structural

equational

model dengan

menggunakan

AMOS 20.0

Ada

perkembangan

variabel baru

6 (Teo, Tan, Ooi,

Hew, & Yew,

2015)

The effects of

convenience and

speed in m-

payment

1. Social Influence

2. Performance

Expectancy

3. Effort

Expectancy

4. Facilitating

Condition

5. Perceived

transaction

convenience

6. Perceived

Transaction

speed

7. Behavioral

intention

Partial least

Square

Ada Penambahan

variabel security

7 (Carter,

Christian

Shaupp,

Hobbs, &

Campbell,

2011)

The role of

security and

trust in the

adoption of

online tax filing

1. Social Influence

2. Performance

Expectancy

3. Effort

Expectancy

4. Intention to use

5. Trust of

Independent

intermediary

6. Web Self-

efficacy

7. Perceived

security control

Multiple

Regression

Ada Penambahan

variabel security

Page 76: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

96

No Peneliti Judul

Penelitan

Variabel Analisis Perbedaan

dengan

Penelitian ini

8 (Madan &

Yadav, 2016)

Behavioural

intention to

adopt mobile

wallet:a

developing

country

perspective

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Facilitating

Condition

5. Perceived Value

6. Perceived Risk

7. Perceived Trust

8. Perceived

Regulatory

Support

9. Promotional

Benefit

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

9 (Upadhyay &

Jahanyan,

2016)

Analyzing user

perspective on

the factors

affecting use

intention of

mobile based

transfer

payment

1. System and task

Fit

2. Technical

Perpective

3. User Chateristic

4. Perceived

Usefulness

5. Perceived ease of

Use

6. Use intention

Path Analysis Ada

perkembangan

variabel baru

10 (Engwanda,

2014)

Factor affecting

mobile banking

adoption in the

united states

1. Perceived

usefulness

2. Perceived ease of

use

3. Perceived

compablility

4. Perceived trust

5. Perceived

credibility

6. Perceived risk

7. Perceived cost

Path Analysis Ada Penambahan

variabel security

11 (Pratt, 2010) Factors

Affecting use of

Instant

Massaging

software by

information

technology

professionals

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence,

4. Faciltating

Condition

5. User

Statisfaction

6. Behavioral

intent to use

7. use behavior.

Multiple

Regression

Ada Penambahan

variabel security

Page 77: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

97

No Peneliti Judul

Penelitan

Variabel Analisis Perbedaan

dengan

Penelitian ini

12 (McCracken,

2011)

Factor in the

decision of

information

technology

manager to

recommend

server

virtualization

1. Perceived Ease

of use

2. Perceived

Usefulness

3. Perceived

Complicity

4. Perceived Cost

5. Effectiveness

6. Behavioral

Intent TO use,

7. Actual System

to Use

Multiple

Regression

Ada Penambahan

variabel security

13 (Hailu, 2012)) Factor

influencing

cloud-

computing

technology

adoption in

developing

countries

1. Attitudes and

perception of

need, reliability

2. cost

effectiveness

3. security-

effectiveness of

cloud computing

Multiple

Regression

Ada

perkembangan

variabel baru

14 (Breward,

2009)

Factor

Influencing

consumer

attitudes

towards

biometric

identity

authentication

technology

within the

Canadian

banking

industry

1. User Traits, User

Perception

2. Contextual

Variables

3. Model Outcome

Multiple

Regression

Ada

perkembangan

variabel baru

15 (Wolfenden,

2012)

Factor

Predicting

Oncology care

providers’

behavioral

intention to

adopt clinical

decision

support systems

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Facilitating

Conditions

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

16 (Lamp,

Hargiss, &

Howard, 2012)

Information

technology

process

improvement

decision-

Making: an

exploratory

study from the

perpective of

1. IT Process,

Process Aligned

IT

2. Benefit

Improvement Of

IT.

Path Analysis Ada

perkembangan

variabel baru

Page 78: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

98

No Peneliti Judul

Penelitan

Variabel Analisis Perbedaan

dengan

Penelitian ini

process owner

and process

owner and

process

managers

17 (Demissie,

2011)

Investigating

users’ cceptance

of a learning

community

management

system (lcms) in

the

commonwealth

of the bahamas:

the unified

theory of

acceptance and

use of

technology

(utaut)

framework

approach

1. Performance

expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Facilitating

Conditions

5. Behavioral

Intention

6. Use Behavior

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

18 (AlAjmi,

2011)

Participatory

action research:

an exploration

of electronic

banking

adoption in

Saudi Arabia

1. Social Influence

2. Awareness Of

Services

3. Performance

Expectancy

4. Effort

Expectancy

5. Self Efficacy

6. Facilitating

Conditions

7. Attitude Towards

Use

8. Behavioral

intention

9. Online Banking

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

19 (Kijsanayotin,

2007)

Penetration,

Acceptance and

Use of Health

Information

Technology in

Thailand’s

Community

Health Center

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. IT Knowledge

5. Facilitating

Condition

Intention to Use

6. Voluntariness

7. IT Use

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

Page 79: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

99

No Peneliti Judul

Penelitan

Variabel Analisis Perbedaan

dengan

Penelitian ini

20 (Zecca, 2010) Predicting the

use of paired

programming:applying the

attitudes of

application

development

managers

through the

technology

acceptance

mode

1. Perceived

Usefulness

2. Perceived Ease

of Use

3. Behavior Toward

Usage

4. Actual Usage

Structural

equational

model

Ada

perkembangan

variabel baru

21 (Birch, 2009) Preservice

teachers’

acceptance of

information and

communication

technology

integration in

the

classroom: Ap

plying the

Unified Theory

of Acceptance

and Use of

Technology

model

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. IT Knowledge

5. Facilitating

Condition

Intention to Use

6. Voluntariness

7. IT Use

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

22 (Guardado,

2012)

Process

acceptance and

adoption by it

software project

practitioners

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Facilitating

condition

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

23 (Donaldson,

2011)

Student

acceptance of

mobile learning

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Facilitating

Conditions

5. Perceived

Playfulness

6. Self

Management of

Learning

Structural

equational

model

Ada

perkembangan

variabel baru

24 (Seal, 2006) Veterinarian

acceptance of

distance

learning

technologies for

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

Page 80: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

100

No Peneliti Judul

Penelitan

Variabel Analisis Perbedaan

dengan

Penelitian ini

continuing

education: An

Application of

unified theory of

acceptance and

use of

technology

model

4. Facilitating

Conditions.

25 (Chea, 2006) Understanding

the roles of

emotion in

technology

acceptance

1. Performance

Expectancy

2. Effort

Expectancy

3. Social Influence

4. Facilitating

condition

Structural

equational

model

Ada Penambahan

variabel security

Dalam hal ini Peneliti memakai penelitian terdapat beberapa kesamaan variabel

yang digunakan untuk melihat penentu behavioral intention yaitu performance

expectancy, effort expectancy, social influence, facilitating conditions dan security

Tabel 2.20 Penelitian Terdahulu Variabel Independen

PENELITI DEFINISI SECURITY INDIKATOR

SECURITY

(Rahi, Ghani,

Alnaser, et al.,

2018))

Perceived Technology

Security didefinisikan

sebagai persepsi nasabah

terkait keamanan transaksi

saat menggunakan internet

banking.

1. Keamanan saat input informasi

rahasia/sensitif pada saat

menggunakan internet banking.

2. Persepsi bahwa Internet banking mana

secara keseluruhan.

(Chiu et al., 2017) Security atau lengkapnya

Online Security dalam

penelitian Chiu, et al

didefinisikan sebagai

persepsi keamanan atas

data pribadi yang bersifat

privasi, seperti PIN,

password, dan nomor

rekening saat melakukan

transaksi, khususnya

transfer uang.

1. Persepsi keamanan saat melakukan

transfer uang.

2. Persepsi keamanan tentang tidak

adanya third party (hacker) yang akan

mencuri informasi sensitif (PIN,

password, nomor rekening).

Page 81: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

101

PENELITI DEFINISI SECURITY INDIKATOR

(S. Singh &

Srivastava, 2018)

Security didefinisikan

sebagai mekanisme

perbankan untuk

menjamin keamanan

transaksi nasabah melalui

mobile banking.

1. Jaminan bahwa informasi yang diinput

dalam mobile banking aman dari

pencurian/hilang.

2. Jaminan bahwa transaksi aman sampai

rekening bank yang dituju.

3. Kenyamanan saat bertransaksi dengan

mobile banking.

PERFORMANCE EXPECTANCY

(Ahmad, 2014) Tingkat dimana seseorang

percaya bahwa

penggunaan sistem akan

membantunya untuk

mendapatkan dan

meningkatkan keuntungan

dalam pekerjaannya

1. Persepsi terhadap pengguna

2. Motivasi Ekstrinsik

3. Kesesuaian pekerjaan pengguna

4. Keuntungan Relatif

5. Ekspektasi Hasil

(Rahi, Ghani,

Alnaser, et al., 2018)

Mendefiniskan

performance expectancy

sebagai sejauh mana

persepsi pengguna kinerja

unggul dengan

penggunaan internet

banking pada tugas-

tugasnya, serta percaya

akan membantu untuk

mencapai manfaat dalam

melaksakan operasional

perbankan.

1. Persepsi terhadap pengguna internet

banking

2. Motivasi Ekstrinsik pengguna

internet banking

3. Kesesuaian pekerjaan pengguna

internet banking

4. Keuntungan Relatif menggunakan e-

banking

(Liebenberg et al.,

2018)

menyatakan performance

expectancy dapat dilihat

sebagai tingkat seseorang

percaya bahwa

menggunakan sistem

eBook Specialist learning

management System

(SLMS) di Afrika Selatan

akan membantu

meningkatkan kualitas

pekerjaannya

1. Persepsi terhadap pengguna

2. Motivasi Ekstrinsik pengguna

3. Kesesuaian dengan pekerjaan

4. Keuntungan Relatif

EFFORT EXPECTANCY

(Ahmad, 2014) tingkat kemudahan di

dalam penggunaan sistem

1. Kemudahan pengguna

2. Kemudahan pengguna untuk

mengoperasikan

3. Kemudahan pengguna untuk

mengerjakan

(Liebenberg et al.,

2018)

sebagai tingkat

kemudahan yang terkait

dengan penggunaan sistem

tertentu

1. Kemudahan pengguna untuk

memahami eBook

2. Kemudahan interaksi dengan eBook

3. Kemudahan pengguna untuk

mengerjakan eBook

4. Kemudahan pengguna untuk

mengoperasikan eBook

Page 82: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

102

PENELITI DEFINISI SECURITY INDIKATOR

Phichitchaiso dan

Naenna (2013)

tingkat kemudahan yang

terkait dengan penggunaan

teknologi informasi

1. Kemudahan penggunaan

2. Tersedianya layanan bantuan

meningkatkan pelayanan

3. Kemudahan penanganan saat muncul

kesalahan berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi

4. Up to-date

SOCIAL INFLUENCE

Singh dan Srivastava

(2018)

Social influence dapat

didefinisikan sebagai

suatu tindakan, atau

kebiasaan tertentu

(particular behavior)

orang lain yang dapat

mempengaruhi persepsi

seseorang

1. Teman dan orang terdekat dapat

mempengaruhi keputusan

menggunakan mobile banking.

2. Media massa (TV, Koran, artikel,

radio) dapat mempengaruhi

keputusan menggunakan mobile

banking.

3. Keputusan menggunakan mobile

banking dipengaruhi oleh banyaknya

circle terdekat yang sudah

menggunakan

Rahi, et al. (2018) Konsep social influence

Rahi, et al dikembangkan

dari konsep subjective

norm, social factors, dan

image.

Social influence dapat

berbeda relatif terhadap

lingkungan user, jika di

tempat kerja hampir pasti

kolega, sedang di rumah

kemungkinan keluarga.

1. Status orang terdekat yang sudah

menggunakan internet banking dapat

mempengaruhi keputusan

menggunakan internet banking.

2. Saran orang terdekat dapat

mempengaruhi keputusan

menggunakan internet banking.

3. Orang yang dianggap memiliki profil

baik (ahli, dapat dipercaya) dapat

mempengaruhi keputusan

menggunakan internet banking.

4. Prestige yang diasosiasikan kepada

orang yang menggunakan internet

banking mempengaruhi keputusan

menggunakan internet banking.

FACILITATING CONDITION

Rahi, et al. (2018) Konsep facilitating

condition Rahi, et al

dikembangkan dari konsep

perceived behavioral

control dan compatibility.

Facilitating condition

dalam konteks penelitian

penerimaan internet

banking Rahi, et al. dapat

didefinisikan sebagai efek

organisasi dan dukungan

infrastruktur untuk

menggunakan internet

banking, dalam bentuk

pelatihan, knowledge

1. Sumber daya yang dimiliki saat ini

berpengaruh pada penerimaan

teknologi internet banking.

2. Pengetahuan yang dimiliki saat ini

berpengaruh pada penerimaan

teknologi internet banking.

3. Kompatibilitas internet banking

dengan teknologi lain yang digunakan

saat ini berpengaruh terhadap

penerimaan teknologi internet

banking.

4. Tersedianya rekan sejawat atau

kolega yang siap membantu adaptasi

internet banking berpengaruh

terhadap penerimaan teknologi

internet banking.

Page 83: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

103

PENELITI DEFINISI SECURITY INDIKATOR

sharing, dan dukungan

infrastruktur lainnya

(Rahi, et al. 2018)

Salimon, et al

(2016)

Facilitating condition

dapat didefinisikan

sebagai persepsi user atas

tersedianya dukungan dan

sumber daya yang

memadai untuk

menggunakan teknologi

yang diajukan kepadanya.

Facilitating condition

adalah faktor yang relatif

dipengaruhi oleh

lingkungan adopsi

teknologi yang

bersangkutan, jika itu

hanya membutuhkan

pengetahuan user, maka

desain user interface yang

nyaman atau familiar

dengan aplikasi sejenis

sudah cukup disebut

sebagai facilitating

condition, namun bila

konteksnya sebesar

logistik pada e-commerce,

dukungan infrastruktur

logistik merupakan

facilitating condition bagi

adopsi e-commerce

tersebut.

1. Infratruktur internet, termasuk

kecepatan internet yang memadai,

berpengaruh terhadap penerimaan

teknologi online banking.

2. Tersedianya bantuan teknis seperti

layanan konsumen berpengaruh

terhadap penerimaan teknologi online

banking.

3. Kemampuan dan pengetahuan saat ini

berpengaruh terhadap penerimaan

teknologi online banking.

4. Dukungan saat terjadi masalah

kegagalan teknis terhadap transaksi

berpengaruh terhadap penerimaan

teknologi online banking.

Tabel 2.21 Penelitian Terdahulu Variabel Dependen

AUTHOR DAN

TAHUN

PENELITIAN

PENELITIAN INDIKATOR

BEHAVIOR INTENTION

Liebenberg, et al

(2018)

Acceptance of ICT:

Applicability of the

Unified Theory of

Acceptance and Use of

Technology (UTAUT) to

South African Students

1. Tersedianya kesempatan mencoba,

dapat mempengaruhi penerimaan

eBook dan SLMS.

2. Penggunaan suatu eBook dapat

mempengaruhi penggunaan eBook

lainnya.

Page 84: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

104

AUTHOR DAN

TAHUN

PENELITIAN

PENELITIAN INDIKATOR

3. Tersedianya paket buku/modul e-

learning yang mirip, dapat

mempengaruhi penerimaan eBook

atau modul e-learning lainnya.

Phichitchaiso dan

Naenna (2013)

Factors Affecting The

Adoption of Healthcare

Information Technology

1. Tersedianya teknologi terbaru yang

lebih baik dapat mempengaruhi

penerimaan teknologi baru bidang

healthcare.

2. Tersedianya teknologi baru yang dapat

meningkatkan efisiensi pekerjaan

mempengaruhi penerimaan teknologi

baru bidang healthcare.

Tabel 2.22 Penelitian Terdahulu Gender, Age, Experiance dan Voluntaries of Use

AUTHOR DAN

TAHUN

PENELITIAN

PENELITIAN GROUP

GENDER

(Aboobucker &

Bao, 2018))

What obstruct customer

acceptance of internet

banking? Security and

privacy, risk, trust and

website usability and the

role of moderators

1. Laki-laki

2. Perempuan

(Tarhini et al.,

2016)

Extending the UTAUT

model to understand the

customers acceptance and

use of internet banking in

Lebanon: A structural

equation modelling

approach

1. Laki-laki

2. Perempuan

(Patel & Patel,

2018)

Adoption of internet

banking services in

Gujarat: an extension of

TAM with perceived

security and social

Influence

1. Laki-laki

2. Perempuan

AGE

(Aboobucker &

Bao, 2018)

What obstruct customer

acceptance of internet

banking? Security and

privacy, risk, trust and

website usability and the

role of moderators

1. Muda (18-30 tahun)

2. Dewasa (> 30 tahun)

Page 85: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

105

AUTHOR DAN

TAHUN

PENELITIAN

PENELITIAN GROUP

(Laukkanen, 2016) Consumer adoption versus

rejection decisions in

seemingly similar service

inovations:

The case of the Internet

and mobile banking

1. 18-30 tahun

2. 31-55 tahun

3. > 55 tahun

EXPERIENCE

(Chopdar, Korfiatis,

Sivakumar, &

Lytras, 2018)

Modelling Intermediary

Satisfaction with

Mandatory Adoption of E-

government

Technologies for Food

Distribution

1. Memiliki pengalaman

2. Tidak memiliki pengalaman

(Ahmad, 2014) Unified Theory of

Acceptance and Use of

Technology (UTAUT): A

Decade of Validation and

Development

1. Memiliki pengalaman

2. Tidak memiliki pengalaman

VOLUNTARINESS OF USE

(Ahmad, 2014) Unified Theory of

Acceptance and Use of

Technology (UTAUT): A

Decade of Validation and

Development

1. Sukarela

2. Terpaksa

2.2.1 STATE OF THE ART

Berdasarkan hasil kajian terdahulu dengan penelitian ini yang membedakan

antara lain :

Variabel yang dipakai adalah sesuai dengan variabel UTAUT menurut (Venkatesh

et al., 2003) dengan menambahkan security sebagai variabel yang terbaru yang

mana varibel security ini belum pernah diteliti sebelumnya dengan perbankan di

Indonesia.

Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan PLS MGA (Partial

Least Square Multi Group Analysis) yang mana semua faktor dari moderator

variabel bisa dihitung. Persamaan dan perbedaan akan terlihat dengan

menggunakan metode ini. Metode ini baru dikembangkan pada tahun 2016.

Page 86: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

106

Objek Penelitian peneliti ini dilakukan di bank Pemerintah yang pertama

kali menggunakan sistem electronic banking di Indonesia, sedang penelitian lain

sistem electronic banking di luar Indonesia sudah dilakukan tetapi indikator teori

tidak sama dengan penelitian yang dilakukan sekarang. Oleh sebab itu, dengan hasil

pengamatan ini dapat dilihat perbedaan yang menggunakan UTAUT di dalam

maupun di luar negeri.

2.3 Kerangka Pemikiran

Penerimaan e-banking diinvestigasi melalui model UTAUT. Variabel-

variabel yang mempengaruhi penerimaan e-banking variabel yang berpengaruh

terhadap behavioral intention. Ada beberapa alasan dalam pemilihan model

UTAUT. Pertama adalah model UTAUT merupakan penyempurnaan dari berbagai

model penerimaan adopsi teknologi. Kedua adalah model UTAUT didasarkan pada

consumer context. Penelitian ini mengkaji penerimaan e-banking dengan responden

adalah nasabah bank pemerintah (consumer content). Responden tidak hanya

berperan sebagai orang yang difasilitasi oleh sebuah sistem dari pihak bank tetapi

juga sebagai individu diluar konteks nasabah bank. Penelitian ditujukan kepada

nasabah pengguna e-banking.

Model UTAUT pada Gambar 2.15, variabel habit dan use behavior

merupakan hasil dari pengamatan penggunaan secara longitudinal. Penelitian ini

adalah penelitian cross sectional, sehingga variabel yang terkait dengan

longitudinal research tidak relevan untuk di observasi.

Hasil kajian yang dilakukan oleh Venkantesh (2012) memberikan

kesimpulan bahwa, sebagian besar penelitian hanya mengeluarkan bagian kecil dari

Page 87: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

107

kesatuan model UTAUT, yaitu dengan mengeluarkan variabel moderator dalam

konstruk model penelitian. Tujuan Venkatesh et al (2012) memasukkan moderator

variabel pada model UTAUT adalah memberikan implikasi kepada berbagai pihak

agar dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan terkait segmentasi khususnya

dalam menentukan strategi pasar. Terkait dengan objek penelitian ini, moderator

variabel age merupakan variabel yang homogen dalam konteks penerimaan sebuah

sistem di sebuah universitas, yang siswanya memiliki selisih umur tidak terpaut

jauh. Berbeda konteks, pada saat berbicara penerimaan sistem di sebuah perusahaan

dengan umur yang sangat bervariasi. Sedangkan untuk moderator variabel

experience harus dilakukan pengamatan secara longitudinal. Penelitian lain yang

tidak mengikutsertakan moderator variabel, terkait penerimaan sebuah sistem dan

siswa sebagai respondennya, juga dilakukan oleh Jong et al (2009), Wang et al

(2009), dan Nassuora (2012). Atas dasar berbagai paparan tersebut, moderator

variabel yang ada pada model UTAUT yaitu gender, age, dan experience

diobservasi dalam penelitian ini.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini disusun berdasarkan hubungan

beberapa variabel pada model UTAUT yang relevan untuk diobservasi.

2.3.1 Hubungan antara Performance Expectancy dan Behavioral Intention

Menurut V. Venkatesh (2012), performance expectancy adalah tingkat

kepercayaan bahwa penggunaan sebuah teknologi akan memberikan keuntungan di

dalam melakukan kegiatan tertentu. Variabel ini berpengaruh terhadap behavioral

intention. Performance expectancy pada penelitian ini mencerminkan tingkat

Page 88: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

108

kepercayaan bahwa penggunaan e-banking akan meningkatkan keuntungan di

dalam transaksi perbankan.

Gambar 2.13 Hubungan performance expectancy dan behavioral intention

Sumber(Venkatesh et al., 2003), (Zhou, Lu, & Wang, 2010a), (Gounaris &

Koritos, 2008), (Henderson, 1995), (Turban et al., 2012), (Shaikh & Karjaluoto,

2014)

Ekspektasi kinerja dalam penggunaan e-banking akan meningkatkan

efisiensi dan efektifitas dalam jasa bank. Dengan kata lain penggunaan internet

banking akan menghasilkan peningkatan ekspektasi kinerja, yang akan

mempengaruhi niat dari perilaku (Zhou, Lu, & Wang, 2010).

Bank adalah salah satu industri yang paling efisien dalam memanfaatkan

teknologi internet, terutama karena sifat informatif yang berwujud layanan

perbankan yang disediakan (Gounaris & Koritos, 2008). Electronic banking telah

menjadi strategi jangka panjang, dikarenakan memungkian biaya penghematan,

meningkatkan produktivitas, meningkatkan pelayanan perbankan, Customises

layanan perbankan dan meminimalkan kesalahan dari staf perbankan dalam

melakukan tugas-tugas rutin operasi bank tersebut, sehingga akan meningkatkan

ekspektasi kinerja terhadap niat perilaku dalam menggunakan electronic banking

(Henderson, 1995). Dengan menawarkan layanan electronic banking, bank yang

tidak harus menjaga cabang mereka buka 24 jam sehari untuk memberikan layanan

perbankan, sehingga biaya rendah akan masuk ke sektor perbankan (Turban, Lee,

King, & and Chung, 2012).

Behavioral Intention Performance

Expectancy

Page 89: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

109

Ekspektasi kinerja adalah flow control yang membuat internet banking lebih

otonomi yang memungkinkan pengguna untuk fokus pada transaksi keuangan

mereka. Dimana otonomi akan memberikan pengaruh positif terhadap niat perilaku

pada penggunan electronic banking (Shaikh & Karjaluoto, 2014).Disini peneliti

mendefiniskan ekspektasi kinerja dalam electronic banking akan mempengaruhi

niat perilaku melakukan transaksi dalam penggunaan teknologi bertransaksi.

2.3.2 Hubungan antara Effort Expectancy dan Behavioral Intention

Menurut V. Venkatesh (2012), effort expectancy adalah tingkat kemudahan

di dalam penggunaan teknologi. Variabel ini berpengaruh terhadap behavioral

intention. Effort expectancy pada penelitian ini mencerminkan tingkat kemudahan

di dalam penggunaan e-banking. Tingkat kemudahan ini akan berpengaruh

terhadap tingkat keinginan untuk terus menggunakan e-banking.

Gambar 2.14 Hubungan effort expectancy dan behavioral intention

Sumber (Venkatesh et al., 2003), (Doll & Torkzadeh, 1988), (Lee, 2009),

(Ganapathy, Ranganathan, & Sankaranarayanan, 2004), (Aboobucker & Bao,

2018), (Celik, 2016),

Indikator lain yang penting adalah keinginan pengguna dalam berusaha

yang mengacu ke dalam persepsi niat perilaku pengguna yang membutuhkan usaha

yang minimal dalam penerapan pengunaan teknologi (Doll, 1988). Keinginan

pengguna dalam kemudahaan mengadaptasi teknologi tertentu ke dalam rutinitas

kerja yang ada. Contohnya keinginan pengguna akan meningkat dengan mudah

Effort Expectancy Behavioral Intention

Page 90: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

110

apabila memakai teknologi yang sesuai dengan apa yang diinginkan dalam perilaku

niat pengguna (Lee, 2009).

Mengukur dari keinginan pengguna akan mempengaruhi niat perilaku,

dalam hal ini akan memungkinkan lembaga keuangan untuk mendesain ulang

rencana bisnis e-banking untuk meningkatkan operasi dan desain situs mereka

(Ganapathy et al., 2004) hal senada di maksud oleh (Aboobucker & Bao, 2018)

dalam kemudahan memakai internet banking hal kemudahan pemakaian

merupakan faktor yang utama dalam menentukana niat perilaku (behavioral

intention) selain security juga mendapat perhatian yang khusus.

Selain itu peneliti (Celik, 2016) menjelaskan betapa penting niat perilaku

terhadap kemudahan suatu teknologi dalam belanja online. Pada saat dilakukan

penelitian tersebut hubungan antara dua variabel tersebut sangat kuat dan significat

Pada penelitian ini, peneliti mendefinisikan tingkat kemudahan di dalam

penggunaan teknologi e-banking akan mempengaruhi niat perilaku dalam

mengunakan teknologi dalam melakukan transaksi tersebut.

2.3.3 Hubungan antara Social Influence dan Behavioral Intention

Menurut V. Venkatesh (2012), social influence adalah persepsi pengguna

terhadap orang yang penting baginya meyakinkan bahwa ia harus menggunakan

teknologi. Variabel ini berpengaruh terhadap behavioral intention (tingkat minat

untuk menggunakan teknologi) e-banking.

Page 91: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

111

Gambar 2.15 Hubungan Social Influence dan Behavioral Intention

Sumber (Venkatesh, Thong, & Xu, 2012), (Gounaris & Koritos, 2008), (Lee,

2009), (Celik, 2016),(Teo, Tan, Ooi, & Lin, 2015)

Penggunaan teknologi di dalam lingkungan sosial seseorang akan

berpengaruh terhadap reputasi seseorang tersebut. Pengguna akan mengikuti

langkah orang yang menggunakan internet dikalangannya sesuai dengan niat

perilakunya (Gounaris & Koritos, 2008).

Dukungan pengaruh sosial dari lingkungan sangat penting untuk

memperkenalkan e-banking kepada pengguna none-banking dalam suatu

organisasi. Tingginya tingkat saling ketergantungan diantara pekerja dalam

melaksanakan tugas tertentu, dukungan sosial dari rekan-rekan sangat penting

untuk pencapaian tujuan tertentu seperti peningkatan produktivitas dalam suatu

organisasi sesuai dengan niat perilaku pekerja tersebut dalam penggunaan e-

banking (Lee, 2009). Peneliti lain (Celik, 2016) menyatakan pengaruh yang sosial

merupakan salah satu faktor seorang tersebut dalam niat perilaku seseorang dalam

belanja online hal ini ditunjukkan dengan pengaruh yang signifikan antara dua

variabel tersebut. Sedang (Teo, Tan, Ooi, & Lin, 2015) menyatakan dengan ada

pengaruh sosial akan mempercepat pembayaran yang dilakukan seperti yang

dilihat dengan ada pembayaran elektronik akan memudah pembayaran tanpa harus

melakukan antrian dalam pembelanjaan tersebut. Pada penelitian ini, peneliti

mendefinisikan pengaruh sosial akan memiliki efek yang lebih kuat pada pengguna

Social Influence Behavioral Intention

Page 92: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

112

teknologi dimana pengaruh sosial sangat penting dalam tahap awal penerimaan

teknologi.

2.3.4 Hubungan antara Facilitating Condition dan Behavioral Intention

Menurut V. Venkatesh (2012) Facilitating Condition adalah persepsi

pengguna terkait ketersediaan sumber daya dan dorongan untuk melakukan

penggunaan. Variabel ini berpengaruh terhadap Behavioral Intention (tingkat

keinginan untuk terus menggunakan teknologi). Facilitating Condition pada

penelitian ini, mencerminkan bahwa persepsi pengguna terkait ketersediaan sumber

daya dan dorongan untuk melakukan penggunaan e-banking. Tingkat persepsi ini

akan mempengaruhi tingkat keinginan untuk terus menggunakan e- banking.

Gambar 2.16 Hubungan Facilitating Condition dan Behavioral Intention

Sumber (Venkatesh et al., 2012), (Ajzen, 1991), (Pratt, 2010), (Madan & Yadav,

2018)

Kondisi memfasilitasi adalah indikator selanjutnya yang memiliki pengaruh

langsung kepada penerimaan e-banking. Hal ini mengacu kepada ketersedian

sumber daya seperti dokumen tertulis dan infrastruktur teknologi dalam mendukung

penggunaan teknologi yang baru (Ajzen, 1991). Menurut peneliti (Pratt, 2010)

dengan ada infrastructur atau jaringan akan mendorong seseorang atau niat perilaku

dalam menggunakan penerimaan pesan yang instant. Peneliti lainya (Madan &

Yadav, 2018) menyatakan telah terjadi lonjakan dalam jumlah perusahaan yang

menawarkan solusi pembayaran berbasis seluler kepada pelanggan mereka di pasar

yang berbeda. Semakin banyak bisnis sekarang mengirim informasi mengenai

Facilitating Conditions Behavioral Intention

Page 93: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

113

penagihan, peluncuran produk baru, konfirmasi pembayaran, dan detail lainnya

langsung ke ponsel pelanggan. Dirasakan bahwa karena kelebihan yang tertanam,

teknologi e-wallet akan memiliki kemampuan dan potensi untuk tumbuh sebagai

saluran pembayaran alternatif oleh sebab itu semakin baik infrastructure atau

fasilitas akan mempengaruhi minat perilaku seorang.

2.3.5 Hubungan antara Security dan Behavioral Intention

Venkatesh (2012) menyatakan bahwa security adalah keamanan yang

berasal dari penggunaan sebuah teknologi. Variabel ini berpengaruh terhadap

Behavioral Intention. Security pada penelitian ini mencerminkan keamanan yang

berasal dari penggunaan e-banking. Security ini akan mempengaruhi tingkat

keinginan untuk terus menggunakan e-banking.

Gambar 2.17 Hubungan Security dan Behavioral Intention

Sumber (Mauro C. Hernandez & Afonso Mazzon, 2007), (Chellappa &

Pavlou, 2002), (Lebek, Uffen, Neumann, Hohler, & H. Breitner, 2014), (Jin, Yong

Park, & Kim, 2008), (Komatsu, Takagi, & Takemura, 2013)

Security tidak bisa lepas dari privasi. Masalah privasi telah terbukti secara

langsung menjadi hambatan penting untuk layanan online (Mauro C. Hernandez &

Afonso Mazzon, 2007). Para peneliti mengusulkan, keamanan dalam e-banking

didefinisikan sebagai ancaman yang menciptakan “keadaan, kondisi atau acara

dengan potensi untuk menyebabkan kesulitan untuk mendapatkan data atau sumber

daya jaringan yang membuat perusakan, pengungkapan, modifikasi data, penipuan

Security Behavioral Intention

Page 94: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

114

dan penyalahgunaan”. Persepsi konsumen dari keamanan online menimbulkan

persepsi yang berbeda. Pengukuran tingkat keamanan yang objektif dalam setiap

transaksi tidak mudah sesuai dengan persepsi konsumen terhadap keamanan

(Chellappa & Pavlou, 2002).

Menurut (Lebek et al., 2014) ada enam teori yang menghubungkan security

terhadap behavioral intention dalam penelitian terhadulu yaitu; Theory of

Reasoned Action/Theory of Planned Behavior (TRA/TPB), General Deterrence

Theory (GDT), Protection Motivation Theory (PMT) and Technology Acceptance

Model (TAM)] and learning theories [Constructivism, social cognitive theory

(SCT) and social learning theory (SLT). Sehingga teori tersebut membuat security

menjadi penting, sedangkan dalam penelitian UTAUT faktor security belum

menjadi faktor yang dominant dalam menilai perilaku sesorang terhadap

teknologi.

Menurut (Jin et al., 2008) Namun, baru-baru ini, para peneliti telah mulai

menyadari bahwa keamanan komputer bukan hanya masalah alat teknologi dan

perilaku pengguna (behavioral intention) terkait keamanan pengguna sangat

penting untuk mencegah insiden keamanan komputer agar tidak dimasuki para

hacker dalam pencurian data atau password pengguna sistem tersebut

Hal senada menurut (Komatsu et al., 2013) keamanan informasi seperti

fenomena individu yang bersedia mengambil tindakan dalam keamanan, tetapi

tidak adanya penelitian yang terkait dengan perilaku individu dalam pengambilan

keputusan. Penelitian ini adalah untuk menganalisis survei tentang perilaku

Page 95: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

115

individu (behavioral intention) yang menerapkan langkah-langkah keamanan

informasi

2.3.6 Hubungan antara Behavioral Intention dan Use Behavioral

Perilaku penggunaan teknologi informasi (use behavior) didefinisikan

sebagai intensitas dan atau frekuensi pemakai dalam menggunakan teknologi

informasi. menyatakan bahwa perilaku seseorang perilaku seseorang merupakan

ekspresi dari keinginan atau minat seseorang (intention), dimana keinginan tersebut

dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, perasaan (affect), dan konsekuensi-

konsekuensi yang dirasakan (perceived consequences).

Gambar 2.18 Hubungan Behavioral Intention dan Use Behavior

Sumber(Thompson et al., 1991), (Venkatesh et al., 2003), (Yu, 2012),

(Khalilzadeh, Ozturk, & Bilgihan, 2017)

Perilaku penggunaan teknologi informasi sangat bergantung pada evaluasi

pengguna dari sistem tersebut. Jadi, penggunaan sistem adalah indikator dari

penilaian kinerja terhadap pemanfaatan dan penerimaan sebuah teknologi

informasi. Baik atau buruknya sebuah teknologi informasi sangat tergantung dari

apa yang dirasakan oleh pengguna.Secara empiris, hubungan minat penggunaan

dengan perilaku penggunaan teknologi telah terbukti dibeberapa penelitian.

(Thompson et al., 1991) dalam penelitiannya telah menguji dan menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan positif antara minat pemanfaatan dengan penggunaan

teknologi informasi dan keyakinan seseorang akan kegunaan teknologi informasi

akan meningkatkan minat pengguna. (Venkatesh et al., 2003) juga menemukan hal

Behavioral Intention Use Behavior

Page 96: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

116

yang sama, bahwa terdapat adanya hubungan langsung dan signifikan antara minat

pemanfaatan teknologi informasi (Behavioral Intention) terhadap penggunaan

teknologi informasi (Use Bahavior). Hal senada juga diungkapkan oleh (Yu, 2012)

niat perilaku sangat berhungan dengan jumlah pemakaian yang dilakukan

seseorang dalam memakai mobile banking dengan makin seringnya jumlah

pemakaian akan semakin signifikan behavioral intentention. Sedangkan pada

penelitian (Khalilzadeh et al., 2017) menyatakan NFC (Near Field

Communication) teknologi dipakai di restaurant industri dimana semakin sering

pelanggan mempergunakan semakin cepat sistem dalam menindai pesanaan yang

ada yang mempunyai hubungan dengan niat perilaku.

2.3.7 Hubungan antara moderating variabel Gender Terhadap Security,

Performance Expectancy, Effort Expectancy dan Facilitating Condition

melalui Behavioral Intention

Pada variabel ini (Venkatesh et al., 2003) menyatakan pengambilan dari

technological acceptance model (TAM) dan Theory Plan Behavior (TPB) yang

menunjukan ke semua variabel kecuali kepada social influence yang mana social

influence bukan faktor utama dalam menilai moederating varaiabel Gender. Hal

senada juga di berikan oleh berapa para ahli dengan menggunakan Gender sebagai

moderating variabelnya (Celik, 2016) pada penelitian customer online dengan

menggunakan metode UTAUT, (E. AbuShanab & Pearson, 2007) sedangan

penelitian internet banking di Jordan juga mengggunakan model UTAUT dalam

penelitian.

Page 97: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

117

Gambar 2.19 Moderating Variabel Gender

Sumber: (Venkatesh et al., 2003), (Celik, 2016), (E. AbuShanab & Pearson, 2007)

2.3.8 Hubungan antara moderating variabel Age terhadap Security,

Performance Expectancy, Effort Expectancy, Social Influence dan

Facilitating Condition melalui Behavioral Intention.

Pada variabel Age (Venkatesh et al., 2003) menunjukkan kepada semua

variabel dengan menggunakan Theory Plan Behavior (TPB) hal yang sama juga

ditunjukkan pada penelitian internet banking di Jordan juga mengunakan variabel

age sebagai moderatornya hal yang sama juga di teliti para ahli (Celik, 2016), (E.

AbuShanab & Pearson, 2007)

Page 98: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

118

Gambar 2.20 Moderating Variabel Age

Sumber: (Venkatesh et al., 2003), (Celik, 2016), (E. AbuShanab & Pearson, 2007)

2.3.9 Hubungan antara moderating variabel Experience terhadap Security,

Performance Expectancy, Social Influence dan Facilitating Condition

melalui Behavioral Intention

Hubungan antara moderating variabel Experience dengan variabel lainnya

ada enam theori yang melatar belakangi yaitu: TRA, TAM, TPB, C-TAM-TPB,

MPCU, dan IDT sehingga (Venkatesh et al., 2003) menyatakan semua berhubungan

dengan variabel endogen kecuali effort expectancy yang bukan variabel yang dominan

untuk diteliti. Hal ini diakui oleh peneliti (Owusu Kwateng, Osei Atiemo, & Appiah, 2018)

juga menyatakan bahwa Experience juga melatar belakangi pembentukan UTAUT pada

penelitian mereka dengan unit analysis adalah mobile banking. Sedangkan (Bhatiasevi,

2016) juga menyatakan dalam meta anlaysis di berbagai negara experience merupakan

faktor yang dominant dalam pembetukan konsep UTAUT

Page 99: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

119

Gambar 2.20 Moderating Variabel Experience

Sumber: (Venkatesh et al., 2003), (Owusu Kwateng et al., 2018), (Bhatiasevi,

2016)

2.3.10 Hubungan antara moderating variabel Volunetaries of Use terhadap

Security dan Social Influence dan melalui Behavioral Intention

Moderating variabel Volunataries of Use dilatar belakangi oleh dari teori TRA,

TAM, TPB, dan IDTsehingga dengan ini menyatakan pengunaan suatu sistem dilandasi

keterpaksaan atau suka rela pengguna sistem tersebut. Menurut (Gharaibeh, Arshad, &

Gharaibeh, 2018) hubungan antara kerelaaan pemakai suatu sistem sangat

dipengaruhi oleh Social Influence melalui Behavioral Intention didalam penelitian

mereka adopsi mobile banking service. Hal ini juga diakui oleh (Warsame & Ireri,

2018) dalam penelitian mereka pada bidang microfinance service dengan

menggunakan moderation efek dalam penelitian mereka. (Owusu Kwateng et al.,

2018) juga menyatakan bahwa meniliti electronic banking service dengan

menggunakan model UTAUT, Mobile banking (m-banking) dapat didefinisikan

Page 100: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

120

sebagai layanan yang ditawarkan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya yang

memungkinkan pelanggan dari perusahaan tersebut untuk melakukan berbagai

operasi perbankan melalui perangkat mobile, seperti ponsel, tablet atau Asisten

digital pribadi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang

mempengaruhi pelanggan untuk mengadopsi dan selanjutnya menggunakan

layanan m-banking di Ghana menggunakan UTAUT.untuk tingkat security

dikemukan oleh (Komatsu et al., 2013) menyatakan security tersebut berpengaruh

kepada behavioral intentention yang dipengaruhi oleh faktor kesukarealaan

pengguna

Gambar 2.21 Moderating Variabel Voluntariness of Use

Sumber: (Gharaibeh et al., 2018), (Warsame & Ireri, 2018),(Owusu Kwateng et

al., 2018)

Page 101: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

121

2.4 Kerangka pemikiran

Gambar 2.22 Paradigma Penelitian

Sumber: Dari Berbagai Sumber Diolah oleh Penulis

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan pada sub bab

sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh signifikan Performance Expectancy, Effort Expectancy,

Social Influence, Facilitating Condition, terhadap Behavioral Intention

Page 102: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2013/120430130515_2_1394.pdfmenjadi basis atau dasar dari teori yang akan digunakan. Dengan bahasa

122

2. Ada pengaruh signifikan Performance Expectancy, Effort Expectancy,

Social Influence, Facilitating Condition, Security terhadap Behavioral

Intention

3. Ada pengaruh signifikan Behavioral Intention terhadap Use Behavior.

4. Ada pengaruh signifikan Performance Effectancy, Effort Expectancy Social

Influence, Facilitating Condition, Security terhadap Use Behavioral melalui

Behavioral Intention pada nasabah bank pemerintah.

5. Gender merupakan moderating variabel dari Performance Expectancy,

Effort Expectancy, Security terhadap Behavioral Intention pada nasabah

bank pemerintah.

6. Age merupakan moderating variabel dari Performance Expectancy, Effort

Expectancy, Social Influence, Facilitating Condition dan Security terhadap

Behavioral Intention pada nasabah bank pemerintah.

7. Experience merupakan moderating variabel dari Effort Expectancy, Social

Influence dan Social Facilitating Condition terhadap Behavioral Intention

pada bank pemerintah.

8. Voluntary of use merupakan moderating variabel dari Social Influence

terhadap Behavioral Intention pada nasabah bank pemerintah.