bab ii kajian pustaka, kerangka pemikiran dan...

77
45 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Landasan teori (grand theory) yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen strategik, yang merupakan serangkaian proses pengambilan keputusan dan tindakan manajerial yang dapat menentukan kinerja unit bisnis dalam jangka panjang. Sementara itu, middle range theory yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Resource Based View (RBV) yang menjelaskan lebih kepada lingkungan internal perusahaan dan menggunakan Market Based View (MBV) yang menjelaskan lebih kepada lingkungan eksternal perusahaan. Selanjutnya, applied theory mencakup teori mengenai turbulensi lingkungan, kepemimpinan strategis dan budaya organisasi. Gambaran teori ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Menurut Wheelen dan Hunger (2015), manajemen strategik adalah seperangkat keputusan manajerial dan tindakan yang menentukan kinerja jangka panjang dari suatu perusahaan. Ini mencakup analisa lingkungan eksternal dan analisa lingkungan internal, perumusan atau formulasi strategi terkait dengan perencanaan perusahaan atau strategi jangka panjang perusahaan, implementasi strategi, evaluasi dan control, terlihat pada Gambar 2.2:

Upload: phamquynh

Post on 05-Jul-2019

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

45

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Landasan teori (grand theory) yang digunakan dalam penelitian ini adalah

manajemen strategik, yang merupakan serangkaian proses pengambilan keputusan

dan tindakan manajerial yang dapat menentukan kinerja unit bisnis dalam jangka

panjang. Sementara itu, middle range theory yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan Resource Based View (RBV) yang menjelaskan lebih kepada

lingkungan internal perusahaan dan menggunakan Market Based View (MBV)

yang menjelaskan lebih kepada lingkungan eksternal perusahaan. Selanjutnya,

applied theory mencakup teori mengenai turbulensi lingkungan, kepemimpinan

strategis dan budaya organisasi. Gambaran teori ini dapat dilihat pada Gambar

2.1.

Menurut Wheelen dan Hunger (2015), manajemen strategik adalah

seperangkat keputusan manajerial dan tindakan yang menentukan kinerja jangka

panjang dari suatu perusahaan. Ini mencakup analisa lingkungan eksternal dan

analisa lingkungan internal, perumusan atau formulasi strategi terkait dengan

perencanaan perusahaan atau strategi jangka panjang perusahaan, implementasi

strategi, evaluasi dan control, terlihat pada Gambar 2.2:

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

46

Gambar 2.1Landasan Teori Penelitian

Gambar 2.2 Proses Manajemen Strategik (Wheelen dan Hunger, 2015)

Manajemen Strategis

Market Based View Resource Based View

Turbulensi

LingkunganKepemimpinan

StrategisBudaya Organisasi

GrandTheory

MiddleRangeTheory

AppliedTheoryStrategi Human Capital

Kinerja Unit Bisnis

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

47

Selanjutnya, Hill et al. (2014) memandang manajemen strategik sebagai

seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan

evaluasi (evaluating) keputusan strategik antar-fungsi yang memungkinkan

organisasi meningkatkan kinerja dan mengungguli pesaingnya dan mencapai

tujuannya di masa yang akan datang.

Dengan merangkum definisi manajemen strategik di atas, maka Manajemen

Strategik dapat diartikan sebagai seni pengambilan keputusan manajerial dalam

upayanya mencapai kinerja jangka panjang dari suatu perusahaan, serta

kemampuan mengenali keunggulan bersaingnya maupun pasar potensialnya untuk

memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman serta meraih keunggulan

bersaing secara berkelanjutan.

Sejalan dengan perkembangan teknologi, berubahnya permintaan dari

pelanggan, terjadinya perubahan regulasi serta terjadinya kompetisi yang sangat

kompetitif maka terjadi perubahan paradigma dan pembaruan dari implementasi

MBV dan RBV yang pada penelitian ini diadopsi sebagai middle range theory.

MBV mendapat tantangan dari kondisi lingkungan luar yang awalnya relatif stabil

saat ini terjadi perubahan yang sangat signifikan, begitu cepat dan tidak pasti

(turbulen), sedangkan RBV mendapat tantangan karena kesulitan perusahaan

untuk dengan cepat melakukan perubahan mengikuti perubahan luar yang terjadi,

tantangan utamanya berasal dari kesulitan perusahaan untuk mempertahankan

keunikan sumber daya manusia terutama kompetensinya yang sulit untuk dapat

menyesuaikan pada lingkungan luar yang cepat berubah dan tidak pasti.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

48

Penelitian ini menggunakan applied theory yaitu teori turbulensi

lingkungan yang dikembangkan oleh Kertajaya (2004), Nasruddin (2014), Tsai

dan Yang (2014), Wilden dan Gudergan (2015) dan Andotra dan Gupta (2016).

Teori kepemimpinan strategis yang dikembangkan Duignan (2004), Hitt et

al.(2012), dan Westerman (2014). Teori budaya perusahaan (William et al., 2007;

Schermerhorn et al., 2014; Armstrong dan Taylor, 2014).

Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

harus mampu menerapkan strategi bisnis untuk dapat menciptakan kinerja unit

bisnis yang superior dengan mengintegrasikan faktor lingkungan eksternal dan

faktor lingkungan internal. Penelitian ini menggunakan applied theory, yaitu

Teori strategi Human Capital yang dikembangkan oleh Rao dan Rothwell (2005),

Mathis dan Jackson (2010, dan Ulrich (2012). Untuk mengukur dampak dari

strategi HC tersebut maka digunakan applied theory yaitu kinerja unit bisnis yang

dikembangkan olehKaplan dan Norton (2015). Gambaran landasan teori yang

digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Berdasarkan pada Grand Theory yang merupakan dasar dari teori-teori

lainnya, disebut makro karena teori tersebut berada pada level makro, serta middle

range theory yang merupakan teori yang berada di level menengah dimana fokus

kajiannya makro dan mikro. Applied theory yang merupakan teori di level mikro

dan siap diaplikasikan dalam konseptualisasi yang merupakan pedoman dalam

penyusunan formulasi variabel penelitian ini. Variabel penelitian ini terdiri dari

Turbulensi Lingkungan, Kepemimpinan Strategis, Budaya Organisasi, Strategi

Human Capital, dan Kinerja Unit Bisnis seperti yang tertera di bawah ini.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

49

2.1.1. Turbulensi Lingkungan

2.1.1. Definisi Turbulensi Lingkungan

Turbulensi lingkungan adalah situasi di dalam lingkungan eksternal yang

menunjukkan adanya kekacauan, pasar hyper-competition, lingkungan amat ganas

dan kompleks. Aspek non-market menjadi penting dan perusahaan harus

mempertimbangkan proses lingkungan internal maupun eksternal. Lingkungan

turbulen merupakan lingkungan yang paling dinamik dengan ketidakpastian

terbesar. Pada saat terjadi perubahan maka unsur-unsur dalam lingkungan saling

terkait satu sama lain. Jika perubahan dilakukan secara bersama-sama,maka

unsur-unsur dalam lingkungan menciptakan compounded changes effect terhadap

perusahaan. Pada lingkungan yang turbulen perusahaan mungkin harus selalu

mengembangkan produk-produk dan jasa-jasa baru sebagai dasar untuk survive

dan juga harus selalu mengevaluasi hubungannya dengan kompetitor.

Lingkungan turbulen merupakan lingkungan yang dinamis dengan

ketidakpastian (Choo dan Auster, 1993) serta ketidakteraturan (Calantone et al.,

2003) yang menjadi perhatian agar perubahan lingkungan yang merupakan

ancaman dapat dikendalikan sehingga tidak menurunkan kinerja organisasi.

Turbulensi lingkungan adalah meningkatnya ketidakpastian dan kesulitan

memprediksi masa depan (Glazer dan Weiss, 1993). Menurut Jaworki dan Kohli

(1995) dalam penelitiannya terhadap orientasi pasar (market orientation),

hubungan antara orientasi pasar dengan kinerja tampaknya menjadi kuat di

konteks turbulensi lingkungan, yang ditandai dengan turbulensi pasar, turbulensi

teknologi dan intensitas persaingan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

50

Turbulensi ditandai dengan terjadinya perubahan teknologi yang cepat

(Mendelson dan Pillai, 1998), di mana kondisi umum dan ketidakpastian yang

tidak dapat diprediksi dan seringkali mengakibatkan tingginya tingkat perefensi

pelanggan, pengembangan teknologi dan kondisi pasar sangat berperan. Ada lima

faktor yang sangat berpengaruh dalam turbulensi lingkungan (Liao et al., 2008),

antara lain turbulensi pasar, turbulensi teknologi, turbulensi kompetisi, turbulensi

pemasok dan turbulensi regulasi.

Beberapa penyebab terjadinya turbulensi lingkungan adalah : (1) cepatnya

perubahan teknologi (fast changing technology) dan perubahan market (Lynn dan

Nunez, 2012); (2) konvergensi layanan dalam industri media dan komunikasi

(Chakravarthy, 1997); (3) terjadinya peningkatan ketersediaan layanan dengan

kemudahan ketersediaan informasi (D’Aveni dan Gunther, 2007). Turbulensi

adalah kesempatan besar untuk maju dan hal ini sering terjadi dengan melalui cara

transformasi (Harrington et al., 2005), kepemimpinan yang dilakukan pada

kondisi ini harus cepat bereaksi, kreatif untuk mengambil kesempatan dari

pesaing.

Sementara itu, turbulensi menurut Kartajaya (2004) ditandai dengan

cepatnya perubahan pasar, perkembangan teknologi, perubahan regulasi, serta

tingginya intensitas kompetisi. Menurut Nashiruddin (2014), definisi turbulensi

lingkungan adalah suatu gejolak ketidakteraturan atau ketidakpastian lingkungan

bisnis, yang ditandai dengan kecepatan perubahan yang sangat tinggi, sulit

diprediksi serta berdampak besar. Menurut Tsai dan Yang (2014), turbulensi

teknologi dan pasar mempengaruhi dampak inovasi perusahaan terhadap

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

51

performansi bisnis.Turbulensi teknologi memberikan efek positif terhadap inovasi

yang juga berdampak terhadap performansi bisnis, sejalan dengan itu turbulensi

dapat memperkuat keterkaitan inovasi perusahaan. Menurut Wilden dan Gudergan

(2015), utilisasi dari kapabilitas dinamis yang berkelanjutan, melalui proses

evaluasi dan rekonfigurasi berkaitan erat dengan perubahan kapabilitas teknologi

dan pemasaran, termasuk didalamnya bagaimana turbulensi pasar, teknologi dan

kompetisi bisa berpengaruh pada keterhubungan antara proses evaluasi dan

rekonfigurasi tersebut.

Menurut Andotra dan Gupta (2016), hubungan kinerja dan orientasi pasar

dimediasi oleh intensitas persaingan, turbulensi pasar dan turbulensi teknologi.

Dari ketiga komponen tersebut turbulensi teknologi dan intensitas persaingan

memberikan dampak yang signifikan bagi hubungan tersebut, namun turbulensi

pasar memberikan dampak yang tidak begitu besar. Kedua komponen yang

memberikan dampak yang signifikan memiliki dampak yang berlawanan, dimana

intensitas persaingan memberikan hubungan yang berbanding lurus sementara

turbulensi teknologi yang tinggi malah melemahkan hubungan kinerja dan

orientasi pasar.

Berdasarkan definisi di atas, dapat diidentifikasi ciri dari turbulensi antara

lain yaitu: adanya ketidakpastian (uncertainty), cepat berubah (rapid change),

sulit diprediksi (unpredictable), lingkungan yang rumit atau complexity.

Untuk mengatasi turbulensi lingkungan diperlukan cara berpikir yang tepat.

Mark Bonchek (2016) menjelaskan tentang pemikiran incremental thinking versus

exponential thinking yang digambarkan sebagai berikut :

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

52

Gambar 2.3 Incremental Thinking Vs Exponential Thinking

Sumber : Mark Bonchek (2016)

Incremental thinking memberikan hasil stabil secara langsung, sementara

pemikiran eksponensial (exponential thinking) memberikan hasil yang

berakselerasi dari waktu ke waktu. Harapan yang salah dapat menyebabkan tim

segera keluar dari jalur eksponensial. Kadang-kadang model inkremental dari

hambatan masuk, kampanye linier, dan kontrol hirarkis akan menjadi model yang

tepat, tapi model tersebut kadang-kadang perlu diganti dengan model

eksponensial yang berbasis pada efek jaringan, orbital merek, dan jaringan

terdistribusi.

Bonchek (2016) menjelaskan bahwa perusahaan berusaha untuk menjadi

"organisasi pembelajar" yang terus-menerus mengubah diri mereka sendiri. Di era

digital ini, tujuan tersebut lebih penting dari sebelumnya. Bakan perusahaan-

perusahaan terbaik pun masih harus berjuang mengejar kemajuan nyata di bidang

digital.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

53

Mempertimbangkan definisi turbulensi lingkungan dan berbagai pendapat

tersebut di atas yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan bisnis

telekomunikasi di Indonesia, maka konsep turbulensi lingkungan pada penelitian

ini didefinisikan sebagai suatu kondisi lingkungan eksternal (pasar, kompetisi,

teknologi, regulasi) yang tidak pasti, cepat berubah, kacau dan sulit diprediksi

serta ditandai dengan kecepatan perubahan yang berdampak disruptive terhadap

bisnis dan jika dimanfaatkan maka akan menjadi peluang.

Konsep turbulensi lingkungan sendiri sudah seringkali menjadi objek

penelitian yang tertuang pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Konsep Turbulensi Lingkungan

No Penulis Konsep

1 Kartajaya

(2004)

Ditandai dengan cepatnya perubahan pasar, perkembangan

teknologi, perubahan regulasi serta tingginya intensitas

kompetisi

2

Wijen dan

Van Tulder

(2011)

Di dalam konsep bisnis internasional termasuk untuk

menghadapi globalisasi, aspek lingkungan yang

memberikan pengaruh signifikan terhadap

keberlangsungan bisnis adalah kebergantungan pasar dan

ketatnya regulasi yang diimplementasikan oleh pemerintah

setempat.

3 Nashiruddin

(2014)

Turbulensi lingkungan didefinisikan sebagai gejolak

ketidakteraturan atau ketidakpastian lingkungan bisnis,

yang ditandai dengan kecepatan perubahan yang sangat

tinggi, sulit diprediksi dan berdampak besar.

4 Tsai dan

Yang (2014)

Turbulensi teknologi dan pasar mempengaruhi dampak

inovasi perusahaan terhadap performansi bisnis. Turbulensi

teknologi memberikan efek positif terhadap inovasi yang

juga berdampak positif terhadap performansi bisnis.

Sejalan dengan itu, turbulensi pasar dapat memperkuat

keterkaitan inovasi perusahaan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

54

Tabel 2.2 Konsep Turbulensi Lingkungan (Lanjutan)

No Penulis Konsep

5

Wilden dan

Gudergan

(2015)

Utilisasi dari kapabilitas dinamis yang berkelanjutan,

melalui proses evaluasi dan rekonfigurasi berkaitan erat

dengan perubahan kapabilitas teknologi dan pemasaran,

termasuk di dalamnya bagaimana turbulensi pasar,

teknologi dan kompetisi bisa berpengaruh pada

keterhubungan antara proses evaluasi dan rekonfigurasi

tersebut

6

Andotra dan

Gupta

(2016)

Hubungan kinerja dan orientasi pasar dimediasi oleh

intensitas persaingan, turbulensi pasar, dan turbulensi

teknologi. Dari ketiga komponen tersebut, turbulensi

teknologi dan intensitas persaingan memberikan dampak

yang signifikan bagi hubungan tersebut, namun turbulensi

pasar memberikan dampak yang tidak begitu besar. Kedua

komponen yang memberikan dampak yang signifikan

memiliki dampak yang berlawanan, dimana intensitas

persaingan memberikan hubungan yang berbanding lurus

sementara turbulensi teknologi yang tinggi malah

melemahkan hubungan kinerja dan orientasi pasar.

7.

Dwi

Heriyanto B

(2018)

Turbulensi lingkungan didefinisikan sebagai suatu kondisi

lingkungan eksternal (pasar, kompetisi, teknologi, regulasi)

yang tidak pasti, cepat berubah, kacau dan sulit diprediksi

serta ditandai dengan kecepatan perubahan yang

berdampak disruptive terhadap bisnis dan jika

dimanfaatkan maka akan menjadi peluang.

2.1.1.2 Dimensi Turbulensi Lingkungan

Beberapa penelitian terdahulu yang mengukur tentang turbulensi

lingkungan menemukan berbagai dimensi yang dapat digunakan untuk mengukur

variabel turbulensi lingkungan. Ada dua pendekatan dalam pengukuran turbulensi

lingkungan, pendekatan yang pertama adalah pengukuran turbulensi berdasarkan

sifat turbulensi, peneliti pendahulu seperti Emery dan Trist (1965) lalu

dikembangkan oleh Dess dan Beard (1984) antara lain berisi dimensi (1)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

55

Dynamism yaitu sifat yang memperlihatkan kecepatan perubahan, ketidakpastian

dan sulit untuk diprediksi, (2) Complexity yaitu tingkat kerumitan yang terjadi,(3)

Munificiency yaitu kelangkaan sumberdaya.

Peneliti lainnya seperti Ansoff dan McDonnell (1990) menambahkan satu

dimensi yaitu (4) kebaruan perubahan novelty of change, dari tiga dimensi yang

sudah ditetapkan peneliti sebelumnya yaitu kecepatan perubahan, kerumitan serta

perubahan prediksi dalam lingkungan bisnis. Pendekatan lainnya disampaikan

oleh Glazer dan Weiss (1993) yaitu: (1) jumlah kejadian yang meningkat secara

dramatik,(2) seringnya terjadi perubahan yang mendasar di knowledge based, (3)

tingginya tingkat perubahan yang terjadi, (4) ada sesuatu yang tiba-tiba hilang

secara cepat dalam kebutuhan dan tingkat pertumbuhan, (5) ketidakpastian dan

ketidaktepatan prediksi masa depan karena turbulensi lingkungan.

Pengukuran turbulensi berdasarkan penyebab turbulensi lingkungan yang

terjadi menurut Jaworski dan Kohli (1993) adalah (1) turbulensi pasar, (2)

turbulensi teknologi dan (3) turbulensi persaingan. Selanjutnya, Kartajaya (2004)

menambahkan turbulensi regulasi yang menjadi penyebab turbulensi lingkungan.

Sedangkan menurut Wijen dan Van Tulder (2011), turbulensi lingkungan

dipengaruhi oleh kebergantungan pasar dan dinamika regulasi. Menurut Tsai dan

Yang (2014), turbulensi lingkungan hanya dipengaruhi oleh dua aspek yaitu

turbulensi teknologi dan turbulensi pasar, lalu ditambahkan aspek turbulensi

kompetitor oleh Wilden dan Gudergan (2015). Penelitian oleh Andotra dan Gupta

(2016) berisi tentang turbulensi lingkungan yang diukur dari intensitas persaingan,

turbulensi teknologi dan turbulensi pasar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

56

Gambaran tentang dimensi turbulensi lingkungan dari para peneliti

sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Komparasi/Konstruk Dimensi Turbulensi Lingkungan

Kartajaya

(2004)

Nasruddin

(2014)

Tsai dan

Yang (2014)

Wilden dan

Gudergan

(2015)

Andotra

dan Gupta

(2016)

Konstruk

Dwi

Heriyanto

(2018)

Turbulensi

pasar Turbulensi

pasar Turbulensi

teknologi Turbulensi

kompetitor Intensitas

Persaingan Turbulensi

pasar

Turbulensi

teknologi Turbulensi

teknologi Turbulensi

pasar Turbulensi

Teknologi Turbulensi

Teknologi Turbulensi

teknologi

Turbulensi

kompetisi Turbulensi

kompetisi Turbulensi

Pasar Turbulensi

Pasar Turbulensi

kompetisi

Turbulensi

regulasi Turbulensi

regulasi Turbulensi

regulasi

Turbulensi

disruptive

Mempertimbangkan karakteristik industri yang menjadi fokus penelitian

adalah industri telekomunikasi yang memiliki turbulensi tingkat yang tinggi

(Nashiruddin, 2014) dan ditandai dengan cepatnya perubahan pasar,

perkembangan teknologi, perubahan regulasi serta tingginya intensitas kompetisi

(Kartajaya, 2004), maka penelitian ini menggunakan empat dimensi turbulensi

lingkungan yang telah diuraikan pada penelitian terdahulu yaitu turbulensi

lingkungan pasar, turbulensi lingkungan kompetisi,turbulensi teknologi, dan

turbulensi lingkungan regulasi.

Selain keempat dimensi yang sudah dijabarkan di atas, kondisi lingkungan

digital juga memunculkan adanya kemunculan produk pengganti atau bisnis

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

57

model baru yang memiliki nature yang sangat berbeda, namun berpotensi

mengganggu stabilitas bisnis incumbent. Munculnya produk pengganti seperti

WhatsApp yang dilengkapi dengan fitur call, Skype dengan Video Call, produk-

produk konten yang menggunakan teknologi internet, merupakan suatu bentuk

disruptive innovation.Inovasi disruptivesendiri menurut Christensen (2006) adalah

“bringing to the market a product that was not as good, but was more affordable,

simpler, and more convenient to use.” Karakterisitik produk yang relatif lebih

murah dan nyaman bagi pengguna, menjadi tantangan tersendiri bagi

penyelenggara layanan telekomunikasi dalam berkompetisi dengan produk OTT

tersebut. Konsep disruptive innovation ini kemudian memberi landasan

terbentuknya konstruk dimensi lingkungan disruptive sebagai dimensi kelima

dalam penelitian ini.

Istilah disruptive pertama kali diperkenalkan oleh Clayton Christensen dan

Joseph Bower pada artikel “Disruptive Technologies, Cathing the Wave” di jurnal

Harvard Business Review pada tahun 1995. Menurut Clyton Christensen Institute

for Disruptive Innovation, fenomena ini terjadi ketika suatu inovasi mengubah

pasar atau sektor yang sudah ada dengan memperkenalkan kesederhanaan

(simplicity), kenyamanan (satisficity), aksesibilitas (accessibility) dan

keterjangkauan (coverage).

Disruptive innovation adalah inovasi yang membantu menciptakan pasar

baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, dan pada akhirnya

menggantikan teknologi atau produk terdahulu. Inovasi disruptive

mengembangkan suatu produk atau layanan dengan cara yang tiba-tiba dan tidak

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

58

diduga oleh pasar, umumnya menciptakan jenis konsumen yang berbeda pada

pasar baru dan menurunkan harga pasar yang lama, yang pada akhirnya konsumen

lama akan beralih ke produk atau layanan yang baru.

Ada dua jenis inovasi, yang pertama adalah yang menyempurnakan

inovasi sebelumnya (sustaining innovation), dan yang kedua adalah inovasi yang

mengganggu atau bahkan menggantikan inovasi sebelumnya (disruptive

innovation). Definisi disruptive innovation menurut Wikipedia adalah “marketing

speak for a technological innovation that improve a product or service in ways

that the market does not expect, typically by being lower priced or designed for

different set consumers“. Ciri dari disruptive innovation adalah produk atau

service yang dihasilkan lebih murah dan lebih mudah dalam penggunaan bagi

consumer baru (low-end consumers). Disruptive innovation ini dapat digunakan

untuk memecahkan kondisi eksisting, merubah tatanan yang ada dan

menggantikannya dengan jauh lebih baik, menggantikan tatanan produk, layanan

yang eksisting dengan solusi yang dapat diterima pasar.

Beberapa persyaratan untuk menjadi disruptive innovation antara lain

adalah (1) inovasi baru tersebut bersifat eksponensial dari teknologi sebelumnya,

(2) inovasi tersebut memanfaatkan peluang pasar yang ada dan menciptakan pasar

baru, melalui disruptive ennovation menggantikan solusi yang lebih sederhana

(simple) dan dengan biaya yang murah, serta mudah digunakan, (3) inovasi yang

dihasilkan bukan inovasi yang canggih, namun berupa inovasi yang sederhana,

yang lebih inferior dalam fungsionalitas dibandingkan dengan produk lama yang

sejenis. Produk ini akan terus menerus diperbaiki sesuai dengan permintaan pasar

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

59

dan pada akhirnya akan mendekati fungsionalitas produk lama dengan harga yang

lebih murah.

Dimensi turbulensi lingkungan disruptive ini diukur dengan 4 indikator

yaitu (1) intensitas munculnya produk pengganti, intensitas ini ditandai dengan

banyaknya produk pengganti yang menggantikan produk lama. Voice dan SMS

telepon tergantikan dengan adanya Line, Whatsapp, Skype, BlackBerry, Google

Talk, dan lain lain. Awalnya produk tersebut adalah produk pelengkap

(Complement), namun berkembang menjadi produk pengganti yang digemari,

karena tidak berbayar. Hal inilah yang menyebabkan menurunnya revenue voice

dan SMS operator bisnis telekomunikasi. (2) Intensitas para pemain Over The

Top (OTT), sebagaimana disebutkan di atas bahwa produk pengganti yang

diciptakan oleh pemain OTT mengakibatkan terjadinya penurunan revenue para

operator telekomunikasi, serta mengharuskan para operator telekomunikasi juga

melakukan perubahan portofolio bisnis dan model bisnis untuk mengantisipasi

adanya perubahan lingkungan disruptive yang disebabkan oleh para pemain OTT,

(3) intensitas disruptive innovation di aplikasi. Intensitas disisi perubahan unit

bisnis telekomunikasi di Indonesia juga terjadi melalui banyaknya aplikasi yang

dibuat dan dijalankan via device smart phone.

Banyaknya supply smart phone, semakin murah dan terjangkaunya harga

smartphone ini mendongkrak bisnis device. Banyaknya aplikasi yang dibuat oleh

para OTT, dan aplikasi tersebut dapat diterima di market. Kolaborasi para pelaku

OTT dengan para penggunanya juga semakin mempercepat proses penggunaan

aplikasi di market. Sebagai contoh aplikasi GoJek yang secara cepat dapat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

60

diterima di market, baik oleh pelaku GoJek (tukang Ojek) yang secara sistem

menggunakan aplikasi GoJek melalui smartphone dapat berinteraksi dengan

pelanggan ojek yang juga menggunakannya. Aplikasi Traveloka memudahkan

pelanggan dapat mengatur jadwal keberangkatan dan kedatangan untuk bepergian

dengan menggunakan pesawat terbang. Awalnya pelanggan dalam membeli tiket

menghubungi agen tiket, namun dengan aplikasi ini pelanggan bisa langsung

pesan tiket pesawat sendiri, hal ini memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi

para pengguna travel di Indonesia.

Kolaborasi Device dan Aplikasi tidak akan dapat terhubung jika tidak ada

network atau jaringan penghubungnya yang secara bisnis dilakukan oleh para

operator telekomunikasi. Turbulensi lingkungan disruptive ditandai dengan

terjadinya kolaborasi antara pemain OTT sebagai penyedia aplikasi, dengan para

penyedia device yang menciptakan produk pengganti dan mempengaruhi produk

eksisting yang ada. Indikator lainnya dalam turbulensi lingkungan disruptif adalah

terjadinya disruptive innovation di bisnis model.

Bisnis model yang terjadi bukan hanya dari bisnis penjualan jumlah

pelanggan saja tetapi sudah beralih juga ke bisnis kolaborasi antara pemilik

network jaringan seperti bisnis telekomunikasi di Indonesia dengan para pemilik

aplikasi seperti GoJek, Traveloka dan aplikasi lainnya menjadikan intensitas

terjadinya model bisnis inovatif banyak dikembangkan antara operator

telekomunikasi dengan pelaku OTT.

Dengan demikian, pada penelitian ini digunakan lima dimensi terkait

turbulensi lingkungan yaitu: (1) turbulensi lingkungan pasar, adalah turbulensi

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

61

lingkungan yang menjadikan pasar terbentuk, apakah dengan melalui permintaan

pelanggan melalui produk baru, berkembangnya kebutuhan pelanggan yang

menyebabkan terbentuknya pasar baru baik dari pelanggan eksisting ataupun

pelanggan baru, (2) turbulensi lingkungan kompetisi, adalah lingkungan dimana

para pelaku unit bisnis melakukan strategi bisnisnya baik dengan cara perang

harga, memunculkan produk baru, melakukan kompetisi secara langsung dengan

menandingi produk kompetitor,(3) turbulensi lingkungan teknologi, adalah

turbulensi lingkungan yang disebabkan oleh adanya perubahan teknologi yang

memberikan kemudahan dan kecepatan layanan kepada pelanggan, (4) turbulensi

lingkungan regulasi, adalah turbulensi lingkungan yang disebabkan adanya

perubahan kebijakan dari aturan regulasi bisnis telekomunikasi di Indonesia, dan

(5) turbulensi lingkungan disruptive, adalah turbulensi lingkungan yang

menyebabkan tatanan eksisting bisnis berubah total. Penjelasan detail indikator

seperti terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Turbulensi

Lingkungan

Dimensi Indikator

Turbulensi

Lingkungan Pasar

Kecepatan perubahan permintaan pelanggan terhadap produk Frekuensi pencarian produk baru Frekuensi permintaan produk eksisting Tingkat perbedaan kebutuhan pelanggan existing dan

pelanggan baru

Kecepatan perubahan cara pemasaran dari waktu ke waktu

Turbulensi

Lingkungan

Teknologi

Kecepatan perubahan teknologi Kesulitan memprediksi perubahan teknologi Intensitas peluang dari terobosan teknologi Intensitas munculnya inovasi produk baru hasil terobosan

teknologi baru

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

62

Tabel 2.3 Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Turbulensi

Lingkungan (Lanjutan)

Dimensi Indikator

Turbulensi

Lingkungan

Kompetisi

Intensitas persaingan antar operator Intensitas perang harga Kekuatan kompetitor untuk menandingi produk yang

ditawarkan Intensitas munculnya pergerakan produk baru dari kompetitor Tingkat kekuatan kompetitor Intensitas munculnya produk baru dari kompetitor

Turbulensi

Lingkungan Regulasi

Kesulitan memprediksi perubahan regulasi Kecepatan perubahan regulasi Intensitas keketatan regulasi Ketidakpastian hukum terhadap pelaksanaan regulasi

Turbulensi

Lingkungan

Disruptive

Munculnya produk pengganti Intensitas OTT players Disruptive Innovation di aplikasi Disruptive innovation di bisnis model

2.1.2. Kepemimpinan Strategis

2.1.2.1 Definisi Kepemimpinan Strategis

Proses manajemen stratejik menurut Wheelen dan Hunger (2015) meliputi

beberapa tahap yaitu perumusan strategi (strategy formulation), implementasi

strategi (strategy implementation), dan evaluasi strategi (strategy evaluation).

Tahap pertama dalam proses manajemen stratejik adalah analisa situasi

(environmental scanning) baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal.

Tahap selanjutnya adalah strategy formulation yaitu formulasi strategi yang

diawali dari perancangan visi, misi, tujuan bisnis serta kebijakan yang ditujukan

untuk mencapai tujuan perusahaan. Tingkatan strategi terdiri dari strategi

korporasi, strategi bisnis, dan strategi fungsional. Strategi tingkat korporasi

menjelaskan arah keseluruhan perusahaan dalam mencapai pertumbuhan dari

berbagai lini produk dan bisnisnya yang biasanya mencakup tiga kategori yaitu

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

63

stabilitas, pertumbuhan, dan penghematan. Strategi bisnis fokus pada upaya

meningkatkan posisi persaingan suatu produk atau layanan dari suatu unit bisnis

atau perusahaan dalam industri tertentu atau segmen pasar tertentu dimana mereka

bersaing. Strategi bisnis berupa strategi kompetitif (bersaing melawan seluruh

pesaing dalam keunggulan) dan atau strategi kooperasi (kerjasama dengan satu

atau lebih perusahaan untuk mencapai keunggulan dibanding pesaingnya).

Sementara strategi fungsional berupa suatu pendekatan padaarea fungsional yang

dilakukan untuk mencapai strategi dan tujuan unit bisnis dan perusahaan dengan

cara memaksimalkan produktivitas sumber daya.

Berkaitan dengan strategi fungsional unit bisnis, Wheelen dan Hunger

(2015) berpendapat bahwa agar strategi fungsional memiliki kesempatan besar

untuk berhasil, maka strategi tersebut harus dibangun dalam suatu kompetensi

unik sesuai dengan area fungsionalnya masing-masing. Di sisi lain, Pearce dan

Robinson (2015) berpendapat bahwa dengan strategi, manajer mengarahkan

rencana yang berorientasi masa depan dan berskala besar untuk berinteraksi

dengan lingkungan persaingan agar mampu mencapai tujuan perusahaan.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan perlunya konsistensi dalam

melaksanakan resources allocation yang selaras dengan keputusan perumusan

strategi di dalam proses manajemen strategik agar mampu menghasilkan

kompetensi unik, dan hal itu dapat dijaga dengan adanyaperan strategis dari

pemimpin di perusahaan maupun unit bisnis.

Boal dan Hooijberg (2001) menyatakan bahwa kepemimpinan strategis

berfokus pada penciptaan makna dan tujuan organisasi. Oleh karena itu

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

64

kepemimpinan strategis berkaitan dengan pengembangan organisasi secara

keseluruhan yang mencakup tujuan dalam perubahan (Selznick, 1984). Sementara

itu, Duignan (2004) menyatakan terdapat lima kemampuan untuk membentuk

kesatuan makna dari suatu kepemimpinan yang efektif. Kelima kemampuan yang

efektif tersebut meliputi (1) kemampuan pendidikan (educational capabilities),

(2) kemampuan personal (personal capabilities),(3) kemampuan relasional

(relational capabilities),(4) kemampuan intelektual (intellectual capabilities),dan

(5) kemampuan keorganisasian (organizational capabilities).

Kepemimpinan strategis menurut Hitt et al. (2012) adalah kemampuan

pemimpin dalam mengantisipasi (anticipate), memiliki mimpi (envision),

fleksibel dan dapat mendayagunakan sumberdaya yang ada dan dapat melakukan

perubahan jika diperlukan. Kepemimpinan strategis bekerjanya sangat (1)

demanding,disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan yang ada, (2) challenging,

artinya dilakukan pada saat yang sangat menantang yaitu pada saat terjadi

perubahan lingkungan dan (3) balancing, artinya dibutuhkan keseimbangan hasil

antara hasil kinerja jangka pendek dengan hasil kinerja jangka panjang.

Beberapa kunci kepemimpinan strategis yang dilakukan Hitt et al. (2012)

adalah (1) menentukan tujuan strategic, (2) effective dalam mengelola resource

portfolio perusahaan, (3) mempertahankan keefektifan budaya organisasi, (4)

menekankan praktek praktek yang etis, (5) menetapkan pengendalian organisasi

yang seimbang. Menurut Robbin (1996), terdapat tiga pendekatan teori

kepemimpinan yaitu (1) pendekatan teori sifat, (2) pendekatan teori pelaku, (3)

pendekatan teori kontingensi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

65

Kegiatan yang sering dikaitkan dengan kepemimpinan strategis adalah; (1)

membuat keputusan strategis, (2) menciptakan dan mengkomunikasikan visi masa

depan, (3) mengembangkan kompetensi kunci dan kapabilitas, (4)

mengembangkan struktur organisasi, proses dan control, (5) mengelola beberapa

konstituen, (6) melakukan seleksi dan mengembangkan tim untuk generasi

berikutnya, (7) mempertahankan budaya organisasi yang efektif dan menanamkan

sistem etika ke dalam budaya organisasi (Hickman, 1998; House, 1997; Hunt,

1991; Ireland dan Hitt, 1999; Zaccaro, 1996). Hambrick (1989) menambahkan

bahwa kepemimpinan strategis dibutuhkan dilingkungan dengan tingkat

kekacauan yang tinggi (ambiguity), kerumitan yang tinggi (complexity), dan

informasi yang berlebihan. Ketika turbulensi lingkungan semakin hyper

turbulence, Eisenhardt (1989) menyarankan agar esensi dari kepemimpinan

strategis adalah penciptaan dan pemeliharaan daya serap, yaitu kemampuan untuk

belajar dari situasi dan kondisi yang terjadi (Cohen dan Levinthal, 1990).

Sedangkan menurut Westerman et al. (2014), digital master terdiri dari 2

dimensi pertama terkait dengan dimensi teknologi yang disebut kemampuan

teknologi (technology capabilities) misalnya menciptakan kemampuan digital

untuk memanfaatkan social media, membuat desain produk berbasis digital,

customized produk. Kedua adalah bagaimana pemimpin dapat dengan cepat

melakukan perubahan (leadership capabilities) misalnya kemampuan leaders

untuk menciptakan digital marketing, digital product innovation, digital

commerce, digital technology dan customer analytics. Kemampuan

kepemimpinan ini mencakup 4 kapabilitas yang dibutuhkan seorang pimpinan

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

66

dalam menjalankan misi kepemimpinan strategis, yaitu : menetapkan visi

(envisioning), karakteristik dalam menetapkan visi digital yang biasanya terlihat

dari tiga perspektif; (1) melakukan perubahan visi yang disesuaikan dengan

pengalaman pelanggan (reenvisoning the customer experience), (2) melakukan

perubahan visi dibidang proses operasional (reenvisioning operational processes),

(3) kombinasi pendekatan kedua reenvisioning untuk melakukan reenvisioning

modelbisnis.

Kapabilitas kedua adalah menarik keterlibatan karyawan (engaging) dengan

kemampuan merealisasikan visi menjadi kenyataan. Dimensi untuk pengukuran

engagement ini terdiri dari tiga indikator antara lain; (1) kemampuan untuk

menghubungkan ke organisasi (connect the organization),(2) dapat memperluas

diskusi (create wider conversation),(3) menumbuhkan suasana kerja yang baru

(foster new ways of working), kontrol pelaksanaan aturan (governing) antara lain

pelaksanaan aturan terkait dengan inovasi teknologi (governing technology

innovation), aturan terkait dengan pembangunan budaya digital (building a digital

governance culture). Governance ini dibutuhkan karena perusahaan yang

memiliki aturan (governance) akan memiliki kedisiplinan dalam menerapkan

setiap proses dalam perusahaan. Misalnya perusahaan tersebut memiliki IT

governance artinya perusahaan tersebut dalam mengimplementasikan IT-nya

memiliki governance yang jelas sehingga efektif dalam implementasinya. Aturan

utama dalam digital (Digital Master Govern) dalam survey yang dilakukan

Westerman (2012) bahwa perusahaan yang memiliki aturan digital utama (Digital

Master Govern) 51% lebih baik dari non master.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

67

Digital governance adalah salah satu pengungkit yang utama dalam

kepemimpinan strategis yang dapat mengimplementasikan gerakan transformasi

digital (driving digital transformation). Untuk mewujudkan digital governance,

kepemimpinan strategis memiliki kemampuan berkoordinasi (Collaboration)

yang terdiri dari penentuan prioritas (prioritizing), synchronizing, dan aligning

initiative antarperusahaan.

Kepemimpinan strategis juga memiliki kemampuan untuk berbagi (sharing)

dengan kemampuan umum dan sumber daya termasuk people, technology dan

data antarperusahaan. Kepemimpinan yang memanfaatkan keunggulan teknologi

(technology leadership) bukan hanya berbicara tentang IT saja, bukan hanya

kemampuan teknis saja, lebih dari itu adalah bagaimana menciptakan sumber

daya manusia yang dapat beradaptasi dengan teknologi yang baru dan dapat

bertransformasi dengan cepat dengan cara berkolaborasi. Jika kita memiliki

kekuatan kemampuan karyawan di digital IT, maka karyawan tersebut dapat

menciptakan bisnis baru dari teknologi digital IT yang dikuasainya.

Technology leadership ini juga melibatkan hubungan (relationship) yang

baik, membangun kemampuan digital dan mentransformasikan platform teknologi

dengan membuat simplifikasi proses, melibatkan pelanggan dalam proses

pembuatan produknya serta dapat menentukan bisnis model sesuai dengan

keinginan pelanggan melalui inovasi teknologi yang diciptakannya.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

68

Gambar 2.4 Empat Kapabilitas Kepemimpinan

(Westerman et al., 2014)

Mempertimbangkan definisi dari kepemimpinan strategis dan berbagai

pendapat di atas yang disesuaikan dengan kondisi kepemimpinan strategis unit

bisnis telekomunikasi di Indonesia, maka konsep kepemimpinan strategis

didefinisikan sebagai kepemimpinan strategis yang terjadi pada kondisi

disruptive, yaitu kondisi terjadinya perubahan tatanan dalam model bisnis yang

sama sekali berbeda dengan model bisnis eksisting, sehingga kepemimpinan

strategis memiliki kemampuan dalam hal menetapkan visi (envisioning), yaitu

dapat menciptakan visi kedepan dari transformasi digital, menarik keterlibatan

karyawan (engaging), yaitu dapat merealisasikan visi menjadi kenyataan dengan

melibatkan seluruh karyawan, dapat melaksanakan aturan (governing),

yaitudengan koordinasi (collaborations), melakukan dengan skala prioritas

(prioritizing), melalui sinkronisasi dan aligning strategic initiatives, konsep

berbagi (sharing), memanfaatkan keunggulan teknologi digital (digital

leadership) dan melakukan kepemimpinan secara disruptive innovation

yaitu kepemimpinan yang innovative.

Secara lebih komprehensif, konsep kepemimpinan strategis disajikan pada

Tabel kepemimpinan strategis seperti terlihat pada Tabel 2.4.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

69

Tabel 2.4 Konsep Kepemimpinan Strategis

No Peneliti Konsep

1 Hitt (1993) Proses menjadi pemimpin identik dengan proses menjadi

manusia seutuhnya. Jalur yang ditempuh sebagai

pemimpin yang berfungsi sepenuhnya menurut paradigma

kepemimpinan, dimana terdapat empat tingkatan potensi

manusia yaitu Eksistensi berdasarkan pengalaman

(Empirical Existence), Kesadaran yang luas

(Consciousness at large), semangat (Spirit), eksistensi

(Existence) 2 Hickman (1998),

House (1997)Hunt,

(1991),Ireland dan

Hitt (1999),

Zaccaro (1996)

Kegiatan yang sering dikaitkan dengan kepemimpinan

strategis adalah membuat keputusan strategis,

menciptakan dan mengkomunikasikan visi masa depan,

mengembangkan kompetensi kunci dan kapabilitas,

mengembangkan struktur organisasi, proses dan kontrol,

mengelola beberapa konstituen, melakukan seleksi dan

mengembangkan team untuk generasi berikutnya,

mempertahankan budaya organisasi yang efektif dan

menanamkan sistem etika ke dalam budaya organisasi 3 Robbin (1996) Terdapat tiga pendekatan teori kepemimpinan yaitu

pendekatan teori sifat, pendekatan teori pelaku,

pendekatan teori kontinjensi 4 Boal dan Hooijberg

(2001) Kepemimpinan strategis berfokus pada penciptaan makna

dan tujuan organisasi

5 Duignan (2004) Terdapat lima kemampuan untuk membentuk kesatuan

makna dari suatu kepemimpinan yang efektif meliputi

kemampuan pendidikan (educational capabilities),

kemampuan personal (personal capabilities), kemampuan

relasional (relational capabilities), kemampuan

intelektual (intellectual capabilities),dan kemampuan

keorganisasian (organizational capabilities) 6 Hitt et al. (2012) Kepemimpinan strategis adalah kemampuan pemimpin

dalam mengantisipasi (anticipate), memiliki mimpi

(envision), fleksibel dan dapat mendayagunakan

sumberdaya yang ada dapat melakukan perubahan jika

diperlukan 7 Westerman et al.,

(2014) Terdapat 4 kapabilitas yang dibutuhkan seorang pimpinan

dalam menjalankan misi kepemimpinan strategis, yaitu:

menetapkan visi (envisioning), menarik keterlibatan

karyawan (engaging), kontrol pelaksanaan aturan

(governing), kepemimpinan yang memanfaatkan

keunggulan teknologi (technology leadership)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

70

Tabel 2.4 Konsep Kepemimpinan Strategis (Lanjutan)

No Peneliti Konsep

8 Dwi Heriyanto B,

(2018) Kepemimpinan strategis didefinisikan sebagai

kepemimpinan strategis yang terjadi pada kondisi

disruptive, yaitu kondisi terjadinya perubahan tatanan

dalam model bisnis yang sama sekali berbeda dengan

model bisnis eksisting, sehingga kepemimpinan strategis

harus dapat memiliki kemampuan dalam hal menetapkan

visi (envisioning), menjalin hubungan (engaging), dapat

membangun digital service unit secara kolaborasi,

prioritas, terintegrasi (governing), memanfaatkan

keunggulan teknologi digital (digital leadership), dan

melakukan kepemimpinan secara disruptive Innovation

2.1.2.2 Dimensi Kepemimpinan Strategis

Berikut ini adalah komparasi/konstruk dimensi kepemimpinan strategis.

Tabel 2.5 Komparasi/Konstruk Dimensi Kepemimpinan Strategis

Ireland &

Hitt (1999)

Boal &

Hooiijberg

(2001)

Duignan

(2004)

Hitt et al

(2012)

Westerman et

al (2014)

Konstruk

Dwi Heriyanto

(2018)

Envisioning

Envisioning Educational

capabilities Anticipate Envisioning Envisioning

Planning &

Developing

Creating

Values Personal

capabilities Envision Engaging Engaging

Creating

Team

Setup Target

& Goal Relational

capabilities Flexible Governing Governing

Organizatio

nal

Capabilities

Engaging Intellectual

capabilities

Technology

leadership

Digital

leadership

Culture

Capbilities

Organizationa

l Capabilities

DisruptiveInno

vation

Beberapa penelitian terdahulu yang mengukur tentang kepemimpinan

strategis (strategic leadership) antara lain Duignan (2004) dan Hitt et al. (2012)

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

71

yang melakukan penelitian kepemimpinan strategis dengan melihat dari dimensi

anticipate, envision, dan flexible.

Mempertimbangkan karakteristik pemimpin yang menjadi objek penelitian,

dan sesuai dengan kelengkapan dan kemutakhiran penelitian sebelumnya, maka

dimensi yang digunakan untuk mengukur variabel Kepemimpinan Strategis dalam

penelitian ini mengadopsi dimensi kapabilitas kepemimpinan strategis yang

dikembangkan oleh Westerman et al. (2014), dengan menambahkan satu dimensi

disruptive innovation sebagai konstruk dalam penelitian ini.

Envisioning,adalah kemampuan kepemimpinan strategis dalam menciptakan

visi danmelakukantransformasi menuju perusahaan yang digital. Menciptakan

kerangka visi menuju perusahaan digital dan melakukan transformasi bisnis

dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Envisioning terdiri dari (1)

identifikasi peluang bisnis perusahaan, (2) menciptakan transformasi

perusahaan yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan, dapat (3)

mendefinisikan hasil transformasi perusahaan.

Engaging, adalah kemampuan dalam menarik keterlibatan karyawan untuk

terlibat aktif dalam merealisasikan visi yang telah ditentukan oleh pimpinan.

Engaging ini membuat visi menjadi kenyataan dengan melalui (1) Connect

the Organization (Wiki, Blogs, Social Network), (2) menciptakan percakapan

atau diskusi yang terbuka (create wider conversation) melalui diskusi model

eksekutif (Executive Modeling), pembentukan team pemenangan digital

(Digital Champions), program mentoring & coaching, (3) membantu

perkembangan dalam penciptaan cara kerja yang baru (foster new ways of

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

72

working) melalui berbagi ilmu (knowledge sharing), penyelesaian masalah

(solving issues), lomba inovasi (innovation contest).

Governing, adalah kemampuan dalam menetapkan desain kebijakan untuk

meningkatkan koordinasi dan sharing diantara unit bisnis, melalui aligning

strategic initiatives dan prioritas progam kerja.

Digital leadership, adalah kemampuan kepemimpinan strategis dalam

menghubungkan IT dengan komunitas bisnis (link IT & business

communities), membangun digital capabilities dan dapat memiliki

kemampuan melakukan transformasi teknologi digital.

Munculnya Industri 4.0 telah mengubah batas-batas bisnis tradisional dalam

meninjau kembali model bisnis dalam konteks digital dan industri TIK

(Gerlitz, 2015). Menurut Gilchrist (2016:197) Industri 4.0 pada dasarnya

adalah pendekatan yang direvisi terhadap manufaktur yang memanfaatkan

penemuan teknologi terbaru daninovasi, khususnya dalam memadukan

operasional dengan teknologi informasi dan komunikasi. Industri 4.0 adalah

suatu istilah kolektif untuk konsep dan teknologi dari rantai nilaiorganisasi.

Industri 4.0 ini memiliki karakteristik berbasis pada ekosistem jaringan

(interoperability, virtualisation, decentralisation), orientasi layanan, serta

orientasi pelanggan (modularity and Real time) (Ibarra et al., 2018). Ada 7

faktor utama dalam industri 4.0 (Ustundag, 2017) yaitu : Management real

time:proses digitalisasi; Interoperability : partnership, collaboration and co-

creation value; Virtualisasi: aplikasi digital dan intenet based; Desentralisasi :

personalisasi dan lokalisasi; Agility; Orientasi layanan (Service orientation);

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

73

dan Integrasi proses bisnis. Karakteristik tersebut menuntut peran digital

leadership yang lebih besar.

Disruptive Innovation adalah kemampuan kepemimpinan strategis dalam

menciptakan inovasi produk baru, inovasi penciptaan pasar baru, dan inovasi

penciptaan model bisnis baru.

Dengan demikian konstruk dimensi dan indikator dari variabel

kepemimpinan strategis terdiri dari :

Tabel 2.6 Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Kepemimpinan

Strategis

Dimensi Indikator

Envisioning

Mengidentifikasi peluang bisnis perusahaan

Menciptakan gairah dan ambisi transformatif sesuai perkembangan

Mendefinisikan secara jelas hasil dari perubahan

Engaging

Menjalin hubungan internal yang baik

Aktif dan memiliki sifat keterbukaan

Memberikan solusi Crowdsourcekepada karyawan

Governing Pelopor digital governance

Membangun Digital Service Unit

Digital

Leadership

Tingkat kepentingan dari hubungan IT-Business

Membangun kemampuan digital

Platform digital sebagai tantangan gaya kepemimpinan

Disruptive

Innovation

Inovasi dalam menciptakan produk dan layanan baru

Inovasi dalam menciptakan pasar baru

Inovasi dalam menciptakan model bisnis

2.1.3. Budaya Organisasi

2.1.3.1 Definisi Budaya Organisasi

Perusahaan yang dapat bertahan adalah perusahaan yang cepat beradaptasi,

jeli melihat potensi pasar yang terbuka, dan mampu menangkap peluang. Selain

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

74

hal itu, salah satu faktor yang dapat menolong suatu perusahaan untuk bertahan

adalah budaya yang berkembang dalam suatu perusahaan.

Budaya dipandang sebagai salah satu elemen penting yang dapat menolong

organisasi untuk mengantisipasi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan

dan menjaga performa untuk mendapatkan kesuksesan kinerja ekonomi jangka

panjang (Kotter dan Heskett, 1992).

Konsep budaya organisasi dapat dijelaskan secara operasional dengan

mengutip definisi Bower (1966) dalam buku “The Will to Manage” yang

menyatakan bahwa Corporate culture is ’the way we do things around here’. Dari

definisi itu, kita dapat memperoleh pengertian bahwa budaya organisasi terutama

terlihat sebagai perilaku. Istilah perilaku mengandung pengertian sebagai kegiatan

hasil belajar, muncul karena alasan tertentu dan berlangsung demi pencapaian

tujuan tertentu. Alasan yang melandasi perilaku adalah nilai-nilai yang melahirkan

kebutuhan manusia. Sedangkan tujuan perilaku adalah pencapaian pemenuhan

kebutuhan sebagai manifestasi dari nilai-nilai yang dihayati bersama oleh

sekelompok orang-orang.

Hal ini juga disampaikan oleh Schein (2010) bahwa definisi budaya

organisasi adalah sebuah pola asumsi-asumsi dasar yang dihayati bersama oleh

sekelompok manusia saat mereka belajar memecahkan persoalan-persoalan

adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang bekerja cukup efektif sehingga

dianggap absah, dan oleh karena itu, diajarkan kepada segenap anggota baru

sebagai cara yang benar dalam memandang, berfikir, dan merasakan mengenai

persoalan-persoalan tersebut. Definisi Schein ini menyadarkan kita bahwa kunci

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

75

pemahaman budaya organisasi adalah pengertian yang benar tentang sosialisasi

sebagaisebuah proses pembelajaran nilai-nilai bersama dan pola perilaku.

Menurut Schein (2010), budaya terdiri dari artifacts, espoused values, dan

basic underlying assumptions. Istilah artifacts menunjuk pada dimensi fisik yang

terlihat seperti struktur organisasi, proses kerja,relasi, dan bangunan, ruang kerja,

maupun benda-benda lainnya yang dianggap penting.’Espoused values’menunjuk

pada nilai-nilai pegangan yang dinyatakan secara eksplisit, seperti strategi, tujuan,

filosofi, dan landasan kebijakan organisasi. Basic underlying assumptions adalah

berbagai kepercayaan, persepsi, pikiran, dan perasaan-perasaan, yang tidak

disadari dan diterima sebagai kebenaran dan akhirnya dijadikan sumber akhir dari

nilai dan tindakan sehingga tidak perlu dipertanyakan lagi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Luthans (2005), yang menyatakan

budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai

dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah

laku bagi anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi

internal. Menurut Gibson et al. (2005), budaya organisasi yang mencakup: simbol,

bahasa, ideologi, ritual dan mitos; aturan organisasi yang berasal dari aturan

pribadi dari pendiri organisasi atau pemimpin yang dominan; serta hasil masa lalu

atas dasar simbol, ringkasan dari tingkah laku, dan produk tingkah laku.

Menurut Williams et al. (2007), budaya organisasi merupakan sebuah pola

asumsi-asumsi dan keyakinan-keyakinan dasar yang dirasakan bersama oleh

anggota organisasi dan merupakan solusi secara konsisten yang dapat berjalan

dengan baik bagi sebuah kelompok dalam menghadapi persoalan-persoalan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

76

eksternal dan internalnya, sehingga dapat diajarkan kepada para anggota baru

sebagai suatu persepsi, berpikir dan merasakan dalam hubungannya dengan

persoalan-persoalan tersebut.

Chang dan Lee (2007) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah

kemampuan untuk mengintegrasikan aktivitas sehari-hari karyawan untuk

mencapai tujuan yang telah direncanakan, dapat juga membantu organisasi

beradaptasi dengan lingkungan eksternal untuk tanggapan cepat dan khusus.

Menurut Kropp (2004), budaya organisasi adalah maksud bersama tentang

kepercayaan dan pemahaman yang dimiliki oleh organisasi atau kelompok

tertentu tentang permasalahan, praktek, dan tujuan.

Menurut Hodge (1996), budaya organisasi sebagai konstruksi dari dua

tingkat karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang kelihatan (observable)

dan yang tidak kelihatan (unobservable). Pada level observable, budaya

organisasi mencakup beberapa aspek organisasi seperti arsitektur, seragam, pola

perilaku, peraturan, legenda, mitos, bahasa, dan seremoni yang dilakukan

organisasi. Sementara pada level unobservable, budaya organisasi mencakup

shared values, norma-norma, kepercayaan, asumsi-asumsi para anggota organisasi

untuk mengelola masalah-masalah dan keadaan-keadaan di sekitarnya. Budaya

Organisasi juga dianggap sebagai alat untuk menentukan arah organisasi. Budaya

organisasi yang tidak terlihat berupa nilai-nilai yang ada, dipahami dan secara

berkelanjutan dilaksanakan oleh mayoritas anggota organisasi. Kedua sifat

tersebut berfungsi sebagai identitas organisasi, sehingga orang di luar organisasi

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

77

akan mudah mengenal organisasi dari identitas tersebut, dan juga penentu arah

setiap perilaku orang-orang dalam organisasi.

Schermerhorn et al. (2011) menyatakan budaya organisasi atau budaya

perusahaan adalah sistem tindakan nilai bersama, dan keyakinan yang

berkembang dalam suatu organisasi dan memandu perilaku anggotanya.

Sementara, Gibson et al. (2005) berpendapat bahwa budaya organisasi adalah apa

yang karyawan persepsikan dan bagaimana persepsi ini menciptakan pola

keyakinan, nilai, dan harapan.

Sementara menurut Armstrong dan Taylor (2014), budaya organisasi adalah

pola nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang tidak diartikulasikan tetapi

membentuk cara orang-orang di dalam organisasi berperilaku. Selanjutnya,

Kreitner dan Kinicki (2014) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah

perangkat asumsi yang dibagi dan diterima secara implisit begitu saja serta

dipegang oleh satu kelompok yang menentukan hal itu dirasakan, dipikirkan, dan

bereaksi terhadap lingkungan yang beragam.

Mempertimbangkan definisi budaya organisasi dari berbagai pendapat di

atas yang disesuaikan dengan kondisi budaya organisasi bisnis telekomunikasi di

Indonesia, maka konsep budaya organisasi didefinisikan sebagai sebuah

keyakinan dasar (basic belief) atau filosofi dasar dari suatu organisasi yang terdiri

dari nilai-nilai inti (core values) yang menjadi pegangan para pemimpin dan

karyawan dalam organisasi dan dijadikan sebagai ciri atau karakteristik organisasi

dan terlihat nyata dari perilaku utama (key behavior) para pemimpin dan

karyawannya. Ciri atau kharakteristik perilaku utama bisa berbeda sama sekali

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

78

dengan sebelumnya bahkan dapat berubah sama sekali, hal ini dinamakan

disruptive culture.

Aspek budaya organisasi suatu perusahaan meliputi perilaku, pengalaman,

keyakinan dan nilai-nilai suatu organisasi. Budaya organisasi merupakan salah

satu faktor internal yang diindikasikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Kesuksesan hasil dari kinerja perusahaan berkaitan dengan nilai dan sasaran yang

hendak dicapai oleh organisasi, karena itulah untuk menetapkan strategi yang

efektif budaya organisasi tidak boleh diabaikan.

Alat ukur yang digunakan untuk menilai dan memetakan budaya organisasi

adalah OCAI. OCAI yang merupakan kependekan dari Organizational Culture

Assessment Instrument yang merupakan sebuah instrumen pengukuran budaya

organisasi berdasarkan “Competing Values Framework”.

Instrumen ini merupakan pengembangan teori untuk memahami budaya dan

fenomena organisasi. Instrumen ini dikembangkan dan diperkenalkan oleh

peneliti Amerika, Cameron dan Quinn (Nummelin, 2006). OCAI telah banyak

digunakan oleh perusahaan untuk menunjukkan budaya yang dominan dalam

suatu organisasi dan cocok digunakan untuk international survey yang dilakukan

oleh banyak peneliti di dunia (Nummelin, 2006; Liu et al., 2006; Berio, 2003).

Beberapa perusahaan yang pernah menggunakan ”Competing Values

Framework” seperti 3M, American Express, Apple, GE Lighting, Pfizer, dan

Reuters (Cameron et al., 2006).

Ada dua dimensi utama dalam pengukuran budaya, antara lain:

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

79

1. Dimensi yang membedakan kriteria keefektifan dengan fokus pada

fleksibilitas, keleluasaan, dan dinamis, dengan kriteria keefektifan yang

menekankan pada stabilitas dan kontrol. Organisasi dipandang efektif jika

organisasi tersebut stabil. Di sisi lain, kestabilan dan daya tahan organisasi

juga perlu dikontrol.

2. Sumbu dimensi berupa flexibility dan discretion yang terkadang disebut

people, stability dan control disebut proses. Dimensi ini membedakan

keefektifan dengan berfokus pada orientasi internal, integrasi, dan kesatuan

dengan kriteria keefektifan pada orientasi eksternal diferensiasi dan

persaingan. Organisasi disebut efektif jika mereka fokus berinteraksi dan

berkompetisi dengan pihak luar dari batasan organisasi. Sumbu dimensi yang

berupa eksternal fokus dan diferensiasi kadang disebut strategic, dan internal

dan integration disebut operational seperti terlihat pada Gambar 2.5.

Tabel 2.7 Profil Budaya Organisasi menurut Cameron dan Quinn (2006)

Tipe Budaya

Organisasi Deskripsi

Clan Sebuah organisasi yang berkonsentrasi pada perbaikan internal

(internal maintenance) dengan fleksibilitas, perhatian pada orang,

dan sensitivitas terhadap pelanggan.

Adhocracy Sebuah organisasi yang berkonsentrasi pada penempatan

eksternal dengan derajat fleksibilitas dan individualitas yang

tinggi.

Market Sebuah organisasi yang memfokuskan diri pada pelayanan

eksternal dengan kebutuhan akan stabilitas dan kontrol.

Hierarchy Sebuah organisasi yang memfokuskan diri pada perbaikan

internal dengan kebutuhan akan stabilitas dan kontrol.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

80

Gambar 2.5 Pengukuran Budaya Organisasi

Dengan menggunakan OCAI, Cameron dan Quinn (2006) memilih dua

orientasi organisasi yang berbeda sebagai kriteria untuk menetapkan tipe budaya,

yaitu:

1. Apakah sebuah organisasi lebih berorientasi pada fleksibilitas dan

kebijaksanaan/keleluasaan atau sebaliknya, pada ekstrim yang lain, lebih

mementingkan stabilitas organisasi dan menerapkan mekanisme kontrol

lebih ketat.

2. Apakah sebuah organisasi lebih berorientasi internal dan menjaga

integritas organisasi atau pada ekstrim yang lain lebih berorientasi

eksternal dan mengedepankan diferensiasi (Sobirin, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, disusun komparasi konsep budaya organisasi

sebagai berikut:

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

81

Tabel 2.8 Konsep Budaya Organisasi

No Peneliti Konsep

1 Kropp (2004)

Budaya organisasi adalah maksud bersama tentang

kepercayaan dan pemahaman yang dimiliki oleh organisasi

atau kelompok tertentu tentang permasalahan, praktek, dan

tujuan 2 Gibson et al.

(2005)

Budaya organisasi yang mencakup: (1) Simbol, bahasa,

ideologi, ritual dan mitos; (2) Aturan organisasi yang berasal

dari aturan pribadi dari pendiri organisasi atau pemimpin

yang dominan; dan (3) Hasil masa lalu atas dasar simbol,

ringkasan dari tingkah laku, dan produk tingkah laku 3 Williams et al.

(2007) Budaya organisasi merupakan sebuah pola asumsi-asumsi

dan keyakinan-keyakinan dasar yang dirasakan bersama oleh

anggota organisasi dan merupakan solusi secara konsisten

yang dapat berjalan dengan baik bagi sebuah kelompok

dalam menghadapi persoalan-persoalan eksternal dan

internalnya, sehingga dapat diajarkan kepada para anggota

baru sebagai suatu persepsi, berpikir dan merasakan dalam

hubungannya dengan persoalan-persoalan tersebut. 4 Chang and Lee

(2007) Budaya organisasi adalah kemampuan untuk

mengintegrasikan aktivitas sehari-hari karyawan untuk

mencapai tujuan yang telah direncanakan, dapat juga

membantu organisasi beradaptasi terhadap lingkungan

eksternal untuk tanggapan cepat dan khusus. 5 Schein

(2010) Budaya organisasi adalah sebuah pola asumsi-asumsi dasar

yang dihayati bersama oleh sekelompok manusia saat mereka

belajar memecahkan persoalan-persoalan adaptasi eksternal

dan integrasi internal, yang bekerja cukup efektif sehingga

dianggap absah dan, oleh karena itu, diajarkan kepada

segenap anggota baru sebagai cara yang benar dalam

memandang, berfikir, dan merasakan mengenai persoalan-

persoalan tersebut 6 Schermerhorn

et al. (2011)

Budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah sistem

tindakan nilai bersama, dan keyakinan yang berkembang

dalam suatu organisasi dan memandu perilaku anggotanya 7 Armstrong dan

Taylor (2014)

Budaya organisasi adalah pola nilai, norma, keyakinan, sikap

dan asumsi yang tidak diartikulasikan tetapi membentuk cara

orang-orang di dalam organisasi berperilaku 8 Kreitner dan

Kinicki (2014)

Budaya organisasi adalah perangkat asumsi yang dibagi dan

diterima secara implisit begitu saja serta dipegang oleh satu

kelompok yang menentukan hal itu dirasakan, dipikirkan, dan

bereaksi terhadap lingkungan yang beragam

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

82

Tabel 2.8 Konsep Budaya Organisasi (Lanjutan)

No Peneliti Konsep

9 Dwi Heriyanto

B (2018) Budaya Organisasi didefinisikan sebagai sebuah keyakinan

dasar (basic belief) atau philosophy dasar dari suatu

organisasi yang terdiri dari nilai-nilai inti (core values) yang

menjadi pegangan para pemimpin dan karyawan dalam

organisasi (People Culture) melalui suatu proses monitoring,

penciptaan lingkungan kerja yang mendukung inovasi

(Process Culture), dilakukan secara top down oleh pimpinan

unit dengan dibantu change agent (Strategy Culture) dan ini

terlihat nyata dari perilaku karyawan dalam kegiatan yang

dilakukan sehari-hari (Operation Culture)

2.1.3.2 Dimensi Budaya Organisasi

Berikut ini adalah komparasi dimensi budaya organisasi yang dapat

dirangkum:

Tabel 2.9 Komparasi/Konstruk Dimensi Budaya Organisasi

Gibson et al.

(2005)

Williams et

al. (2007)

Schermerhorn

et al. (2011)

Armstrong & Taylor (2014)

Konstruk Dwi

Heriyanto (2018)

Simbol, bahasa,

ideology, ritual

& mitos

Pola asumsi-

asumsi dan

keyakinan-

keyakinan

dasar

Sistem

tindakan nilai

dan keyakinan

bersama

Pola nilai,

norma,

keyakinan,

sikap dan

asumsi

People

Culture

Aturan

organisasi yang

berasal dari

pendiri

organisasi

Solusi yang

secara

konsisten

dapat berjalan

dengan baik

Memandu

perilaku

anggotanya

Membentuk

cara orang-

orang di dalam

organisasi

berperilaku

Process

Culture

Hasil masa lalu

atas dasar

simbol,

ringkasan

tingkah laku,

produk tingkah

laku

Menghadapi

persoalan-

persoalan

eksternal dan

internal

Strategy

Culture

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

83

Tabel 2.9 Komparasi/Konstruk Dimensi Budaya Organisasi (lanjutan)

Gibson et al.

(2005)

Williams et

al. (2007)

Schermerhorn

et al. (2011)

Armstrong & Taylor (2014)

Konstruk Dwi

Heriyanto (2018)

Suatu

persepsi,

berpikir dan

merasakan

Operation

Culture

Berdasarkan kajian atas berbagai dimensi budaya organisasi, serta

disesuaikan dengan unit analisis penelitian, maka dimensi budaya organisasi pada

penelitian ini diukur dengan dimensi yang terdiri dari People Culture, Process

Culture, Strategy Culture, dan Operation Culture, dengan indikator sebagaimana

pada Tabel 2.10.

Tabel 2.10 Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Budaya Organisasi

Dimensi Indikator

People Culture

Membangun komunikasi antara pimpinan unit kepada karyawannya

Mendorong terciptanya inovasi kepada seluruh karyawan

Memberikan perhatian dalam penyelesaian pelaksanaan tugas

Process

Culture

Monitoring team kerja karyawan

Menciptakan lingkungan kerja yang kreatif melalui reward Mendorong karyawan untuk melakukan perbaikan pekerjaan yang

berkelanjutan Strategi

Culture Menciptakan atmosfir kerja melalui kolaborasi Membangun team kerja yang efektif

Operation

Culture

Melakukan pengawalan budaya organisasi hingga pencapaian hasil

kinerja unit bisnis Memastikan karyawan mendapatkan informasi yang jelas dalam

pelaksanaan budaya organisasi Melakukan koordinasi dengan semua pimpinan unit untuk

pelaksanaan budaya organisasi Mendorong pelaksanaan budaya organisasi agar mencapai

performansi yang optimal Memberikan feedback dalam proses pengembangan budaya

organisasi Monitoring budaya organisasi agar hasilnya sesuai dengan tujuan

organisasi

Melakukan pengelolaan secara berjenjang di level manajerial

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

84

2.1.4. Strategi Human Capital

2.1.4.1 Definisi Strategi Human Capital

Strategi Human Capital sangat berguna dalam praktek manajemen sumber

daya manusia untuk mendapatkan atau mempertahankan competitive advantage.

Talent acquisition, talent deployment, talent development, dan rewarding

talentsangat bermanfaat terhadap pendekatan Human Resources Management

(HRM) strategy yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi untuk

mencapai tujuannya. Fokus strategi inisiatif HC berkembang dari tradisional

menjadi lebih strategis, seperti yang dijelaskan dalam Gambar 2.6.

Karena strategi bisnis mempengaruhi rencana dan kebijakan SDM, maka

pertimbangan masalah sumber daya manusia harus menjadi bagian dari proses

perumusan strategi. Strategi HC dapat berkontribusi untuk membuat HC mencapai

efektivitas organisasi dan competitive advantages dan bagaimana kontribusi SDM

lebih maksimal untuk dilakukan.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

85

Gambar 2.6 Fokus Strategi Inisiatif HR

Sumber : Mathis dan Jackson (2010)

Sebuah elemen penting dari HRM strategis adalah untuk mengembangkan

proses dalam organisasi yang membantu menyelaraskan kinerja individu

karyawan dengan tujuan strategis organisasi. Ketika karyawan memahami

prioritas organisasi, mereka lebih baik dapat berkontribusi dengan menerapkan

keterampilan mereka untuk memajukan tujuan strategis organisasi. Karyawan

yang memahami gambaran besardapat membuat keputusan yang akan

berkontribusi pada tujuan perusahaan. Praktek HRM yang memfasilitasi ini

meliputi pengembangan karyawan dan sistem penghargaan karyawan bahwa

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

86

upaya saluran karyawan terhadap bottomline organisasi (Mathis dan Jackson,

2010).

Dalam pengertian Hall (2008) bahwa Human Capital Strategy adalah

bagaimana suatu organisasi akan menghasilkan competitive advantage yang

berkelanjutan dan cukup untuk meningkatkan kinerja unit bisnis melalui people.

Ulrich (2012) menjelaskan bahwa HR Strategy terdapat dalam salah satu

proses perkembangan evolusi Human Capital. Menurut Ulrich (2012), dalam HR

Evolution terdapat empat gelombang perubahan, tiga gelombang pertama adalah

yang bersifat umum dan gelombang keempat adalah yang bersifat emerging.

Gelombang 1 menekankan pekerjaan administrasi HR, di mana HR

Personnel difokuskan pada syarat dan kondisi kerja, pemberian layanan SDM,

dan kepatuhan terhadap peraturan. HR dijelaskan sebagai utilitas administrasi dan

transaksional selama HR konsisten dalam efisiensi biaya tetapi kebutuhan dasar

karyawan dibayarkan, pensiun diberikan, kehadiran dipantau, rekrut karyawan,

dan HR dipandang telah melakukan tugasnya.

Gelombang 2 menekankan desain praktek HR yang inovatif, menjalankan

penerapan kompensasi atau reward, learning, komunikasi, dan sebagainya.

Sementara, gelombang 3 difokuskan pada praktik HR individu dan terintegrasi

dengan kesuksesan bisnis melalui HR strategis. Dalam kurun waktu 15 sampai 20

tahun terakhir, HRtelah bekerja untuk menghubungkan pekerjaan dengan strategi

atau tujuan bisnis dari sebuah perusahaan. Mengingat strategi bisnis yang ada, HR

Professionals akan menilai dan meningkatkan pengembangan talent, budaya, dan

kepemimpinan untuk mencapai strateginya. Di gelombang ini, HR Professional

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

87

merubah strategi menjadi prioritas HR untuk memberikan dan menjalankan HR

strategis secara skala prioritas.Terjadi transformasi SDM yang dapat meng-

upgrade Profesional HR dan mendesain ulang Departemen HR.

Gelombang 4 adalah praktik HR untuk memperoleh dan menanggapi

kondisi bisnis eksternal, atau disebut gelombang ini adalah "HR outside in". HR

melampaui strategi dan menyelaraskan kerja dengan konteks bisnis dan pemangku

kepentingan, dalam hal ini tiga gelombang sebelumnya merupakan pekerjaan HR

yang masih harus dilakukan secara administrasi HR. Gelombang 4 merupakan

Praktik HR yang harus inovatif dan terpadu dan HR Outside In, harus mengubah

aspirasi strategis ke dalam tindakan HR.

Mempertimbangkan definisi Strategi Human Capital dari berbagai pendapat

di atas yang disesuaikan dengan kondisi strategi HC bisnis telekomunikasi di

Indonesia, maka konsep strategi HC didefinisikan sebagai strategi yang terkait

dengan Human Capital life cycle (People), yaitu proses HC dari rekrutmen,

seleksi, penempatan, pengembangan, pengukuran kinerja karyawan, hingga

pensiun, serta terkait dengan aktivitas budaya (Culture) dan terkait dengan

organisasi perusahaan (Organization), yang dapat memberikan petunjuk atau

arahan kepada perusahaan dalam mengembangkan HC, melalui praktek-praktek

HC dan pengukurannya serta terkomunikasikan secara efektif agar dapat

mencapai tujuan perusahaan (Dwi Heriyanto B., 2018).

Berikut ini adalah komparasi konsep strategi human capital serta konstruk

definisi yang digunakan dalam penelitian ini.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

88

Tabel 2.11 Konsep Strategi Human Capital

No Peneliti Konsep

1 Rao dan Rothwell

(2005)

Strategic HR Management menyelaraskan orang dan

kemampuan kreatif mereka dengan competitive objective

organisasi. Integrasi Human Capital kepada strategi bisnis

membutuhkan pengembangan organisasi (Organization

Development) yang terintegrasi dengan praktek

pengelolaan HC, termasuk pendekatan sistemik dan

humanistik untuk mempengaruhi perubahan dalam

organisasi. 2 Kaplan dan Norton

(2004)

Strategi HC dapat dilihat dari (1) perspektif finansial

(profitabilitas, pertumbuhan, shareholder value), (2)

internal business process (faktor yang mempengaruhi

siklus waktu, kualitas, keterampilan karyawan, dan

produktivitas), (3) perspektif pelanggan (waktu, kualitas,

kinerja, dan layanan), (4) perspektif inovasi dan

pembelajaran (keterampilan karyawan, sistem IT, dan

budaya organisasi).

3 Zula (2007) Terdapat 6 komponen yang telah divalidasi berdasarkan

hasil riset yang dapat dipergunakan sebagai instrumen

perencanaan HC sebagai HRM strategic tools yaitu (1)

Kepemimpinan didorong pendekatan perencanaan, (2)

Status organisasi saat ini, (3) Sistem pengukuran,

akuntabilitas dan feedback, (4) Pembelajaran Organisasi

danBuy-in, (5) Integrasi model kompetensi organisasi, (6)

Kapasitas dan kapabilitas Human Resource. 4 Hall (2008) Human Capital Strategy adalah bagaimana suatu

organisasi akan menghasilkan competitive advantage yang

berkelanjutan dan cukup untuk meningkatkan kinerja unit

bisnis melalui people. Strategi Human Capital bertindak

sebagai sistem untuk meningkatkan kinerja karyawan

yang memegang peran penting, yaitu meraka yang

berdampak paling besar pada kompetensi inti di

perusahaan. 5 Lengnick-Hall et al.

(2009)

Ada tujuh prinsip dalam manajemen strategis Human

Capital yaitu : (1) menjelaskan perspektif kontingensi dan

kecocokan, (2) pergeseran dari fokus dari mengelola

orang kepada menciptakan kontribusi strategis,(3)

mengelaborasi komponen sistem HR dan struktur,(4)

memperluas lingkup SHRM, (5) mencapai pelaksanaan

HR dan eksekusinya, (6) mengukur hasil dari SHRM, dan

(7) mengevaluasi isu metodologi

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

89

Tabel 2.11 Konsep Strategi Human Capital (Lanjutan)

No Peneliti Konsep

6 Mathis dan Jackson

(2010) HR harus terlibat dalam menerapkan strategi yang

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang. Sebuah

elemen penting dari HRM strategis adalah untuk

mengembangkan proses dalam organisasi yang membantu

menyelaraskan kinerja individu karyawan dengan tujuan

strategis organisasi. Strategic HC Management and

planning adalah proses mendefinisikan strategi organisasi

atau arah, dan membuat keputusan tentang alokasi sumber

daya orgranisasi (modal dan orang) 7 Ulrich (2012) HR Evolution terdapat 4 gelombang perubahan yaitu HR

Administration, HR Practices, HR Strategy, HR Outside

in. StrategiHC digunakan untuk menciptakan internal

value untuk karyawan dan organisasi serta external value

untuk pelanggan, investor, dan masyarakat. 8 Kim dan Sung-

Choon (2013) Strategi Human Capital didefinisikan sebagai sejauh mana

peran dan tanggung jawab Human Capital Management

diintegrasikan ke manajemen strategis perusahaan.Model

strategi Human Capital ini memungkinkan karyawan

untuk berpartisipasi dalam keputusan manajemen sebagai

moderator dari integrasi fungsi SDM dalam manajemen

strategis dan perusahaan kinerja. 9 Dwi Heriyanto B

(2018) Strategi HC didefinisikan sebagai strategi yang terkait

dengan Human Capital lifecycle (People), yaitu proses

HC dari rekrutmen, seleksi, penempatan, pengembangan,

performance karyawan, hingga Pensiun, serta terkait

dengan aktivitas budaya (Culture) dan terkait dengan

organisasi perusahaan (Organization), yang dapat

memberikan petunjuk atau arahan kepada perusahaan

dalam mengembangkan HC, melalui praktek-praktek HC

dan pengukurannya (HC Practice & Metrics) serta

terkomunikasikan secara efektif agar dapat mencapai

tujuan perusahaan(HC Effective Communication).

2.1.4.2 Dimensi Strategi Human Capital

Pengukuran Strategi Human Capital dapat mengacu pada dimensi-dimensi

yang telah ditemukan pada penelitian terdahulu. Aspek people terkait kompetensi,

kepemimpinan, performansi dan HR praktis lainnya tetap menjadi highlight utama

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

90

dalam pengukuran aspek ini (Hall, 2008; Kaplan dan Norton, 2004; Lengnick-

Hall et al., 2009; Rao dan Rothwell, 2005; Zula, 2007).

Aspek organisasi dan budaya juga menjadi dimensi pengukuran yang

digunakan untuk mengetahui sejauh mana strategi Human Capital dirancang dan

diimplementasikan (Hall, 2008; Kaplan dan Norton, 2004; Lengnick-Hall et al.,

2009; Mathis dan Jackson, 2010; Rao dan Rothwell, 2005; Zula, 2007).

Komparasi konstruk dimensi pengukuran Strategi Human Capital dapat dilihat

pada Tabel 2.12.

Tabel 2.12 Komparasi/Konstruk Dimensi Strategi Human Capital

Rao dan

Rothwell

(2005)

Hall (2008)

Mathis dan

Jackson

(2010)

Ulrich

(2012)

Kim dan

Sung-Choon

(2013)

Konstruk Dwi

Heriyanto

(2018) Integrasi

strategi antara

people dan

organisasi

Effective

Executive

Team

Produktivitas

organisasi Produktivitas

karyawan

Partisipasi

serikat tenaga

kerja People Strategy

Human

Capital dan

aset ilmu

pengetahuan

Pemimpin

yang

memberikan

hasil

Layanan

pelanggan

dan kualitas

Kapabilitas

organisasi

(budaya dan

proses)

Pengembangan

karir dan

kompetensi

karyawan

Culture

Strategy

Pengembangan

organisasi Posisi kunci

yang unggul Leadership

as brand Program pay-

forperformance Organization

Strategy

Kinerja

tenaga kerja Kontribusi

finansial

Manajemen

pelembagaan

pekerja

sementara

HR Practice

dan Metrics

HC Effective

Communication

Berdasarkan kajian konsep dan dimensi strategi human capital, serta

disesuaikan dengan unit analisis penelitian, maka pada penelitian ini variabel

strategi human capital diukur dengan dimensi : People Strategy, Culture Strategy,

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

91

Organization Strategy, HR Practice dan Metrics, dan HC Effective

Communication.

People Strategy dalam strategi HC dimensi People atau karyawan

merupakan dimensi yang paling pertama di-setup dalam strategi HC. Dimensi

people strategy terdiri dari strategi yang terkait dengan seleksi karyawan,

penempatan karyawan, pengembangan karyawan, performansi karyawan, pensiun

karyawan ini biasa disebut dengan melakukan fungsi HC life Cycle.

Culture Strategy, dalam strategi HC adalah strategi budaya yang

dijalankan oleh pimpinan unit, culture agent dan karyawan sesuai dengan nilai

nilai yang telah ditetapkan organisasi .Kegiatan strategi budaya juga memberikan

apresiasi kepada karyawan dan memberikan pelayanan kepada karyawan. Strategi

budaya merupakan top down policy dari pimpinan organisasi, dan cascading

setiap kepala unit menjadi role model budaya.

Organization Strategy, dalam strategi HC adalah strategi bagaimana

organisasi didesain sesuai dengan kondisi eksternal dan internal organisasi

sehingga dapat meningkatkan kinerja unit bisnis. Kegiatan untuk organization

strategy meliputi desain organisasi yang lean and agile, menentukan jumlah

tenaga kerja sesuai dengan desain organisasi.

HC Practice and metrics, adalah praktek-praktek HC dan pengukuran

produktivitas karyawan. Kegiatan untuk HC Practices and Metric terdiri dari

melakukan pengukuran efektivitas jumlah kebutuhan tenaga kerja, melakukan

penilaian kompetensi karyawan, pengukuran produktivitas karyawan, melakukan

pengukuran efektivitas pelatihan karyawan termasuk juga konseling karyawan.

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

92

HC Effective Communication, dalam Strategi HC adalah kegiatan yang

melakukan komunikasi program kerja kepada karyawan, work life balance,

melakukan sosialisasi kinerja karyawan dan komunikasi terkait dengan kebijakan

dan progam kerja karyawan.

Selanjutnya dimensi dan indikatornya secara lebih detail dijabarkan pada

Tabel 2.13.

Tabel 2.13 Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel

Strategi Human Capital

Dimensi Indikator

People Strategy

Melakukan fungsi HC life Cycle

Membuat kesisteman pegawai

Melakukan fungsi rekrutmen yang berkualitas

Melakukan orientasi kepada karyawan baru

Menyiapkan rencana suksesi untuk karyawan

Menetapkan rencana strategis HC

Membuat staffing plan

Culture Strategy Memberikan apresiasi kepada karyawan

Memberikan pelayanan kepada karyawan

Organization

Strategy

Mendesain organisasi yang lean and agile

Menentukan jumlah tenaga kerja pada formasi desain

organisasi

HR Practice and

Metric

Melakukan pengukuran effectiveness jumlah kebutuhan

tenaga kerja secara periodik

Melakukan penilaian kompetensi karyawan

Melakukan pengukuran produktivitas karyawan

Melakukan pengukuran efektivitas pelatihan bagi karyawan

Melakukan konseling bagi karyawannya

HCEffective

Communication

Melakukan komunikasi program kerja kepada karyawan

Melakukan komunikasi terkait keseimbangan kerja kepada

karyawan

Melakukan sosialiasasi kinerja kepada karyawan

Melakukan komunikasi terkait program kerja yang telah

dilakukan

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

93

2.1.5. Kinerja Unit Bisnis

2.1.5.1 Definisi Kinerja Unit Bisnis

Kinerja unit bisnis berdasarkan Kaplan dan Norton (1996) dibagi menjadi 4

aspek penilaian, antara lain dimulai dari learning and growth, proses bisnis

internal, aspek pelanggan dan aspek financial. Keempat aspek yang disusun

Kaplan dan Norton tersebut dikenal dengan nama Balanced Scorecard. Dalam

balanced scorecard ini dimulai dari perbaikan langkah-langkah yang merupakan

driver kinerja yang dimulai dari unsur Human Capital, untuk mencapai tujuan

perusahaan maka Human Capital harus dipersiapkan dan dikembangkan terlebih

dahulu.

Langkah selanjutnya adalah perbaikan proses bisnis internal, inovasi dan

perbaikan operasionalisasi yang merupakan penggerak proses dalam perusahaan.

Dari proses internal perusahaan yang efektif dan efisien maka didapatkan

pelanggan yang puas dan pada akhirnya akan memberikan pemasukan keuangan

bagi perusahaan.

Balanced scorecard meliputi langkah-langkah keuangan yang menceritakan

hasil dari tindakan yang sudah diambil. Dan itu melengkapi langkah-langkah

keuangan dengan langkah-langkah operasional pada kepuasan pelanggan, proses

internal, dan inovasi dan perbaikan langkah-langkah yang merupakan driver

kinerja keuangan masa depan kegiatan-operasional organisasi. Gambaran umum

strategy map Balanced Scorecard dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

94

Konsep dimensi kinerja unit bisnis memiliki beberapa pendekatan / model

yang dikembangkan oleh peneliti di bidang manajemen strategi.Model-model

tersebut ditampilkan Tabel 2.14.

Gambar 2.7 Balanced Scorecard (Kaplan dan Norton, 1996)

Tabel 2.14 Konsep Dimensi Kinerja Unit Bisnis

No Penulis Konsep

1 Kaplan dan Norton

(1996)

BSC merupakan sistem manajemen yang

memungkinkan organisasi untuk mengatur, melacak,

dan mencapai tujuan bisnis. Setelah strategi bisnis

dibuat, perusahaan dimonitor menggunakan empat

perspektif Balanced Scorecard yaitu Financial,

Customer, Internal Business Process, dan Knowledge,

Education dan Growth

2 Elkington (1998)

Sistem pengukuran kinerja 3 dimensi menghitung dan

mengevaluasi performansi bisnis melalui 3 dimensi

kunci: Sustainability (mengukur performansi sosial,

lingkungan dan ekonomi), temporal (relasi antara

performansi aktivitas sehari-hari dan strategic outlook)

dan spatial (mengkoordinasikan aktor yang terlibat

dalam rangkaian aktivitas)

Page 51: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

95

Tabel 2.14 Konsep Dimensi Kinerja Unit Bisnis (Lanjutan)

No Penulis Konsep

3 Gomathi (2013)

BSC mewadahi gambaran utuh aspek performansi

organisasi melalui 4 perspektif: financial goals,

customer perspective, internal processes,dan learning

and innovation. Untuk dapat mengimplementasikan

BSC secara efektif, diperlukan support dari

manajemen puncak, scorecard yang selalu update,

pelatihan rutin bagi staff, memelihara budaya

organisasi yang positif dengan menyelaraskan Strategi

HR dan Strategi Bisnis

4 Arrfelt et al. (2015)

Kantor perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja

unit bisnis melalui perannya dalam mengalokasikan

modal pada semua unit bisnis. Keberadaan Capital

Allocation Competencies sebagai bagian dari

kapabilitas kepemimpinan dinamis memberikan

dampak yang positif pada kinerja unit bisnis

5 Gawankar et al. (2015)

Dalam mengadopsi BSC sebagai indikator kinerja

perusahaan, 4 perspektif balanced scorecard juga

harus dipandang dari sudut pandang pihak eksternal.

Aspek customer hendaknya mempertimbangkan

ekspektasi dari pelanggan, aspek finansial fokus pada

financial outcome, proses bisnis internal dirancang

untuk dapat menjawab permintaan eksternal, sementara

aspek pembelajaran fokus pada peningkatan

kapabilitas untuk memenuhi kebutuhan strategis yang

akan menunjang pemenuhan ekspektasi eksternal

6 Vinichenko (2015)

Performance Prism model merupakan model

pengukuran kinerja perusahaan yang berfokus pada

stakeholder. Selain 5 perspektif dasar dalam

Performance Prism, kontribusi dan kepuasan

stakeholder juga akan sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan eskternal dan internal dari organisasi.

Aspek internal dan eksternal ini dapat meliputi

identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

sekaligus melakukan pengukuran terhadap risk

factorsdi internal dan eksternal organisasi

7 Youngbantao dan

Rompho (2015)

Dalam implementasi Performance Prism sebagai alat

ukur kinerja perusahaan, dilakukan identifikasi

perspektif prism ke dalam 2 organisasi yang memiliki

budaya yang berbeda yaitu fleksibel dan stabil. Dalam

hal ini, ternyata tidak terdapat perbedaan hasil yang

siginifikan untuk organisasi dengan budaya yang

berbeda ketika melakukan pengukuran dengan metode

Performance Prism.

Page 52: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

96

2.1.5.2 Dimensi Kinerja Unit Bisnis

Pengukuran kinerja unit bisnis menjadi kritikal untuk memastikan

pengawasan terhadap keselarasan antara hasil pekerjaan dan target yang telah

ditetapkan. Pengukuran kinerja menghasilkan nilai tambah yang nyata dilengkapi

dengan umpan balik terhadap proses pengambilan keputusan (Bacon, 2008).

Terkait dengan aspek keberlanjutan perusahaan, pengukuran ini dapat dijadikan

sebagai acuan peningkatan kinerja dan penetapan target di masa yang akan datang

(Brutus, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, terdapat berbagai model

pengukuran performansi yang tertuang dalam berbagai model kerangka kinerja.

Dimensi pengukuran kinerja ini umumnya disajikan dalam bentuk scorecard yang

dapat menyajikan data menyeluruh kepada pengambil keputusan untuk

mengidentifikasi masalah dan menetapkan solusi untuk meningkatkan kinerja jika

diperlukan (Gawankar et al., 2015). Balanced Scorecard (BSC) dalam hal ini

fokus pada aspek kinerja finansial dan non finansial (Kaplan dan Norton, 1996).

Balance Scorecard terdiri dari pengukuran hasil dan proses sebagai driver

hasil yang diharapkan di masa yang akan datang. Model ini mengukur kinerja

terhadap output dan proses yang sudah lewat serta driver untuk kinerja

berikutnya. Salah satu keunggulan dari model ini, selain aspek pengukuran yang

melibatkan finansial dan non finansial, fokus BSC juga memastikan pengukuran

dilaksanakan di semua level di dalam organisasi, tidak hanya pada level korporasi

seperti model performansi lainnya (Brutus, 2010).

Page 53: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

97

Sementara itu, para peneliti juga hadir dengan beberapa model pengukuran

kinerja lainnya seperti pengukuran kinerja tiga dimensi yang mengukur aspek

sustainability, temporal dan spatial (Elkington, 1998), Model Capital Allocation

Capabilities yang mengukur aspek kapabilitas kepemimpinan (Arrfelt et al.,

2015), Model Performance Prism yang menitikberatkan pada aspek pemenuhan

ekspektasi dan kepuasan stakeholder, didukung oleh aspek strategi, proses dan

kapabilitas organisasi (Youngbantao dan Rompho, 2015).

Berikut ini adalah komparasi dimensi pengukuran kinerja bisnis.

Tabel 2.15 Komparasi/Konstruk Dimensi Kinerja Unit Bisnis

No

Kaplan

dan

Norton

(1996)

Gomathi

(2013) Vinichenko

(2015)

Youngbantao

dan Rompho

(2015)

Prajogo

(2016)

Konstruk

Dwi

Heriyanto

(2018)

1 Financial

Financial

goals

Kepuasan

stakeholder Kepuasan

stakeholder Lingkungan

Dinamis Financial

2 Customer Customer

perspective Strategi Strategi Lingkungan

Kompetitif Customer

3 Internal

Business

Process

Internal

Process Process Process Inovasi

Produk

Internal

Business

Process

4 Learning

dan

Growth

Learning

& Growth Kapabilitas Kapabilitas Inovasi

Prosess

Learning

and

Growth

5 Kontribusi

Stakeholder Kontribusi

Stakeholder

6 Lingkungan

internal

7 Lingkungan

eksternal

Pada penilitian ini, fokus aspek kinerja unit bisnis akan mengadopsi konsep

Balanced Scorecard sebagai acuan dimensi pengukuran kinerja unit bisnis. Aspek

Page 54: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

98

ini dinilai paling komprehensif dibanding model lainnya karena mencakup aspek

finansial dan non finansial yang representatif untuk mengukur kinerja unit bisnis

pada model strategi Human Capital yang dikembangkan melalui penelitian ini.

Sehingga variabel kinerja unit bisnis pada penelitian ini mencakup dimensi

financial, customer, Internal Business Process, dan Learning dan Growth, dengan

konstruk indikator terdapat dalam Tabel 2.16.

Tabel 2.16 Konstruk Dimensi dan Indikator dari Variabel Kinerja Unit Bisnis

Dimensi Indikator

Financial

Pertumbuhan revenue

Pertumbuhan ebitda

Pertumbuhan net income

Pertumbuhan produktivitas karyawan

Customer

Pertumbuhan jumlah pelanggan

Pertumbuhan pangsa pasar

Pertumbuhan churn

kepuasan pelanggan

Internal Business Process Keberhasilan inovasi produk baru Keberhasilan efisiensi operasional Keberhasilan pelayanan after sales

Learning and Growth

Keberhasilan kompetensi pegawai Kemampuan sistem informasi Keberhasilan meningkatkan lingkungan yang

produktif

2.2 Posisi Penelitian

Berdasarkan penelitian terdahulu dapat diketahui variabel-variabel yang

dilibatkandalam penelitian berikut dimensi untuk masing-masing variabel

tersebut.Selain itu, dapat diketahui metode yang digunakan dan objek dalam

penelitian. Selanjutnya dapat diketahui persamaan maupun perbedaaan

dibandingkan dengan penelitian ini.Gambaran mengenai penelitian terdahulu

sebagaimana terlihat pada Tabel 2.17.

Page 55: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

99

Tabel 2.17 Penelitian Terdahulu

No Tahun Peneliti Judul Penelitian Variabel Dimensi Sample Analisa Data Persamaan/Perbedaan

1 2009 George A.

Boyne dan

Kenneth J.

Meier

Environmental

Turbulence,

Organization

Stability, and

Public Service

Performance

Environmental

Turbulence

1. Munificence of the

environment

2. Complexity of the

environment

300 sekolah

dan 1000

siswa

Regression Persamaan : Persamaan :

Meneliti turbulensi

lingkungan dan performansi

suatu organisasi.

Perbedaan: Penelitian ini

dilakukan pada sektor

pendidikan.

Organization

Stability

1. Vertical stability

2. Horizontal stability

Public Service

Performance

1. The percentage of

student who pass the

exam

2. The percentage of

"college ready"

students

Page 56: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

100

Tabel 2.17 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Tahun Peneliti JudulPenelitian Variabel Dimensi Sample Analisa Data Persamaan/Perbedaan

2 2009 Lengnick-

Hall et al.

Strategic human

resource

management:

The evolution of

the field

Strategic

human

resource

management

1. Explaining

contingency

perspectives and fit

2. Shifting from a focus

on managing people

to creating strategic

contributions

3. Elaborating HR

system components

and structure

4. Expanding the scope

of SHRM

5. Achieving HR

implementation and

execution

6. Measuring outcomes

of SHRM

7. Evaluating

methodological

issues

Literature

Literature

Review

Persamaan : Meneliti

Strategi Human Capital

Perbedaan : Hanya

menggunakan metode

kualitatif, menggunakan

teknik analisa data content

analysis, hanya meneliti

strategi human capital

3 2013 Hyodong

Kim dan

Kang Sung-

Choon

Strategic HR

functions and

firm

performance:

Strategic HR

functions

1. Peran HR terhadap

manajemen strategis

perusahaan

2. Tanggungjawab HR

203

perusahaan di

Korea

Exploratory

Factor

Analysis

Persamaan: Meneliti

Strategi Human Capital dan

kinerja unit bisnis

Page 57: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

101

Tabel 2.17 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Tahun Peneliti JudulPenelitian Variabel Dimensi Sample Analisa Data Persamaan/Perbedaan

The moderating

effects of high-

involvement

work practices

terhadap manajemen

strategis perusahaan

Perbedaan : melibatkan

variabel lain yaitu work

practices sebagai variabel

moderator.

melibatkan variabel

kapabilitas dinamik

Firm

performance

1. ROE

2. Sales

3. Labor efficiency

Work practices 1. Partisipasi serikat

pekerja perusahaan

2. Pengembangan karir

dan pelatihan

pegawai

3. Manajemen

karyawan kontrak

4 2015 Said

Abdullah

Al Saifi

Positioning

Organizational

Culture in

Knowledge

Management

Research

Organizational

Culture

1. Artifacts,

2. Expoused Beliefs

and Values

3. Underlying

Assumptions

Literature Comperhensiv

e Review

Persamaan: Sama-sama

meneliti budayao rganisasi

Perbedaan : Meneliti

Knowlegde Management

Research, menggunakan

teknik analisis

comprehensive

review,menggunakan

sampel literatur

Page 58: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

102

Tabel 2.17 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Tahun Peneliti JudulPenelitian Variabel Dimensi Sample Analisa Data Persamaan/Perbedaan

5 2014 Kuen Hung

Tsai dan

Shu Yi

Yang

The contingent

value of firm

innovativeness

for business

performance

under

environmental

turbulence

Turbulensi

lingkungan

1. Turbulensi teknologi

2. Turbulensi pasar

452

Perusahaan

manufaktur di

Taiwan

Regression Persamaan: Meneliti

turbulensi lingkungan dan

kinerja unit bisnis suatu

organisasi.

Perbedaan : Penelitian ini

melibatkan variabel lain

yaitu inovasi pada

perusahaan.

Inovasi

perusahaan

1. Ide perusahaan

2. Inovasi perusahaan

Kinerja unit

bisnis

1. Financial

2. Market

3. Performa perusahaan

secara global

5 2014 Ralf

Wilden dan

Gudergan

The impact of

dynamic

capabilities on

operational

marketing and

technological

capabilities:

investigating the

role of

environmental

turbulence

Kapabilitas

operasional

1. Kapabilitas pasar

2. Kapabilitas teknologi

228

perusahaan

PLS-SEM Persamaan : Meneliti

turbulensi lingkungan dan

kinerja unit bisnis suatu

organisasi.

Perbedaan : Penelitian ini

melibatkan variabel lain

yaitu kapabilitas

operasional.

Turbulensi

lingkungan

1. Frekuensi

perkembangan

teknologi

2. Besarnya peluang

3. Tingkat kesulitan

dalam memprediksi

teknologi

Kinerja unit

bisnis

1. Performansi

perusahaan

2. Profit perusahaan

3.

Page 59: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

103

Tabel 2.17 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Tahun Peneliti JudulPenelitian Variabel Dimensi Sample Analisa Data Persamaan/Perbedaan

6 2015 Pamelyn S.

Witteman

Aspects of

Organizational

Culture That

Impact

Healthcare

Professionals

Trust In The

Organization : A

Quantitative

Study

Organization

Culture

1. Mission,

2. Consistency,

3. Involvement,

4. Adaptability

170 The

sample

consisted of

male and

female

healthcare

professionals

that were part

of the Baby

Boomer, Gen

X , and Gen Y.

The data

analysis

began with

descriptive 62

statistics as a

preliminary

data analysis

using

univariate

analysis to

determine

frequencies,

mean, mode

and standard

deviation.

Persamaan : Sama-sama

meneliti organization

culture

Perbedaan : Variabel lain

dalam penelitian ini adalah

Organization Trust,

Penelitian ini di lakukan di

organisasi kesehatan

Organization

Trust

1. Propensity

2. Ability

3. Benevolence

4. Integrity

7 2015 Zhi Cao, et

al

The Impact of

Organizational

Culture On

Supply Chain

Integration : A

Contingency and

Configuration

Approach

Organizational

Culture

1. Development culture

2. Group culture,

3. Rational culture,

4. Hierarchical culture

317

Manufactures

across ten

countries

SEM Persamaan : Sama-sama

meneliti budaya organisasi,

sama-sama menggunakan

teknik survey untuk

mengumpulkan data

Perbedaan : Meneliti Supply

Chain Integration

Page 60: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

104

Tabel 2.17 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Tahun Peneliti JudulPenelitian Variabel Dimensi Sample Analisa Data Persamaan/Perbedaan

Supply Chain

Integration

1. Internal integration,

2. Customer

integration,

3. Supplier integration

8 2015 Dave Ulrich

dan James

H.

Dulebohn

Are we there

yet? What`s next

for HR

Strategic HC 1. Kontribusi HC

2. Manajemen personil

3. HC maintenance

Literature Literature

Review

Persamaan : Meneliti

turbulensi lingkungan,

strategi kepemimpinan dan

performansi suatu organisas

Perbedaan : Terdapat

variabel transformasi

Turbulensi

lingkungan

1. Faktor eksternal

2. Globalisasi

Strategi

Kepemimpin-

an

1. Individu

2. Organisasi

Transformasi 1. Administrative wave

2. HR practices wave

3. HR strategy wave

9 2015 Gawankar

et al. Performance

Measurement

Using Balance

Score Card and

its Applications:

A Review

Business unit

performance 1. Learning and growth

2. Business process

3. Customer focused

4. Financial

29 Business

unit Literatur

review dan

pengaplikasi-

an balanced

scorecard di

berbagai

sektor

Persamaan : Meneliti

Business unit performance,

Salah satu sampel

penelitiannya di sektor

telekomunikasi

Perbedaan : Hanya meneliti

business unit performance,

Tidak hanya meneliti di

Page 61: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

105

Tabel 2.17 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Tahun Peneliti JudulPenelitian Variabel Dimensi Sample Analisa Data Persamaan/Perbedaan

sektor telekomunikasi saja,

Menggunakan analisis

literature review

10 2015 Mark

Kriger and

Yuriy

Zhovtobryu

kh

Rethinking

strategic

leadership: stars,

clans, teams and

networks.

Strategic

Leadership 1. Stars

2. Clans

3. Teams

4. Networks

Literatur

Literature

Review

Persamaan : Sama-sama

meneliti strategic

leadership

Perbedaan : Sampel dan

metode analisis data

menggunakan literatur saja

11 2016 Neetu

Andotra

& Richa

Gupta

Impact of

Environmental

Turbulence on

Market

Orientation–

Business

Performance

Relationship in

SSI

Impact of

Environmental

Turbulence on

Market

Orientation–

Business

Performance

Relationship in

SSI

Turbulensi lingkungan 150 owners,

sales

managers dan

marketing

managers

Regression Persamaan : Meneliti

turbulensi lingkungan dan

kinerja unit bisnis suatu

organisasi.

Perbedaan : Penelitian ini

melibatkan variabel lain

yaitu intensitas persaingan.

Intensitas persaingan

Kinerja unit bisnis

Sumber :Diolah dari berbagai jurnal

Page 62: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

106

Berdasarkan literatur yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini

memfokuskan kepada unsur people (kepemimpinan strategis) yang membentuk

strategi model Human Capital yang dipengaruhi oleh turbulensi lingkungan dan

budaya organisasi dalam rangka meningkatkan kinerja unit bisnis, yang belum

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

State of the Art dari penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar

peranan kepemimpinan strategis dan pengaruh turbulensi lingkungan, serta

pengaruh budaya organisasi dalam menetapkan strategi Human Capital, sehingga

dapat meningkatkan kinerja unit bisnis. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil

tema: "Model Strategi Human Capital untuk Meningkatkan Kinerja Unit Bisnis

pada Operator Telekomunikasi di Indonesia, Ditinjau dari Aspek Turbulensi

Lingkungan, Kepemimpinan Strategis dan Budaya Organisasi (Suatu study

pada unit bisnis operator telekomunikasi di Indonesia)”.

Dari berbagai kajian terhadap peneitian terdahulu tersebut, terlihat bahwa

masih ada kesenjangan penelitian (research gap) berupa belum adanya penelitian

yang secara komprehensif menganalisis hubungan antara turbulensi lingkungan,

kepemimpinan strategis, budaya organisasi, strategi human capital dan kinerja

unit bisnis di unit bisnis telekomunikasi di Indonesia.

Setelah mempelajari penelitian terdahulu pada jurnal internasional di atas

maka kelebihan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (State

of the Art) adalah sebagai berikut :

Page 63: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

107

1) Penelitian ini melibatkan 5 variabel yaitu turbulensi lingkungan,

kepemimpinan strategis, budaya organisasi, strategi human capital dan

kinerja unit bisnis yang belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

2) Penelitian yang terkait dengan model strategi human capital untuk

meningkatkan kinerja unit bisnis yang ditinjau dari aspek turbulensi

lingkungan, kepemimpinan strategis, budaya organisasi masih sangat

terbatas dan belum pernah dilakukan pada unit bisnis operator

telekomunikasi di Indonesia.

3) Penelitian ini secara orisinil menguji apakah teori-teori terkait dengan

turbulensi lingkungan, kepemimpinan strategis, budaya organisasi

mempengaruhi strategi human capital dan kinerja unit bisnis.

4) Penelitian serupa belum pernah dilakukan, baik di unit bisnis

telekomunikasi maupun di unit bisnis industri lainya dan belum pernah

ditemukan baik di berbagai jurnal internasional maupun jurnal nasional.

2.3 Kerangka Pemikiran

Turbulensi lingkungan unit bisnis telekomunikasi yang begitu cepat dan

tidak dapat diduga serta kepemimpinan strategis yang memiliki kapabilitas digital

leadership serta budaya organisasi yang dapat beradaptasi dengan lingkungan

bisnis merupakan bagian dari masukan formulasi strategi human capital yang

dapat meningkatkan kinerja unit bisnis.

Fenomena menurunnya kinerja unit bisnis telekomunikasi di Indonesia

merupakan refleksi dari adanya pengaruh turbulensi yang tinggi dan belum

memadainya kapabilitas digital kepemimpinan strategis, kesiapan budaya

Page 64: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

108

organisasi menuju budaya digital serta diperlukan strategi human capital yang

tepat untuk dapat mengantisipasi perubahan turbulensi lingkungan.

Penelitian yang dilakukan Boyne dan Meier (2009) turbulensi lingkungan

memiliki hubungan negatif pada kinerja unit bisnis perusahaan, artinya semakin

besar turbulensi lingkungan maka kinerja unit bisnis menurun. Penelitian Morales

et al. (2011) memberikan kontribusi peranan pimpinan dalam peningkatan kinerja

unit bisnis.

Setelah mengkaji masing-masing konstruk penelitian, maka untuk

membangun paradigma penelitian, selanjutnya dikaji hubungan antara masing-

masing konstruk variabel tersebut di atas, berikut ini adalah hubungan antara

masing-masing konstruk variabel yang diperoleh dari hasil penelusuran penelitian

terdahulu dari lima variabel disertasi ini:

2.3.1 Hubungan antara Variabel Turbulensi Lingkungan Dengan

Kepemimpinan Strategis

Turbulensi Lingkungan yang dicirikan dengan adanya kondisi

ketidakpastian (Choo dan Auster, 1993) serta ketidakteraturan merupakan suatu

hal yang tidak dapat terelakan lagi pada pelaku bisnis. Boal dan Hooijberg (2001)

menyatakan bahwa kepemimpinan strategis berfokus kepada penciptaan makna

dan tujuan organisasi. Dalam proses penciptaan makna dan tujuan organisasi

harus mempertimbangkan aspek eksternal seperti terjadinya perubahan

lingkungan bisnis, lingkungan pasar dan teknologi. Kepemimpinan strategis

dapat memformulasikan strategi yang tepat agar dapat mampu untuk

Page 65: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

109

mempertahankan dan menciptakan keunggulan bersaing dibandingkan dengan

kompetitornya sehingga dapat meningkatkan kinerja yang unggul.

Menurut Jiao et al. (2013), dalam lingkungan yang mengalami turbulensi,

perusahaan dalam hal ini kepemimpinan strategis atau pimpinan unit bisnis harus

terus menerus melakukan konfigurasi ulang terhadap sumber daya dan kapabilitas

internalnya untuk menjaga keberlanjutan keunggulan bersaing sehingga

didapatkan kinerja yang unggul. Menurut Hitt et al. (2012) kepemimpinan

strategis harus memiliki kemampuan dalam mengantisipasi (anticipate), memiliki

visi (envisioning), fleksibel dan dapat mendaya gunakan sumber daya yang ada

agar dapat melakukan perubahan jika diperlukan. Dalam melakukan konfirgurasi

ini maka peranan kepemimpinan strategis sangatlah penting, karena penetapan

visi dan misi perusahaan dilakukan melalui kepemimpinan strategis.

Disini terlihat adanya keterhubungan antara turbulensi lingkungan dengan

kepemimpinan strategis, dimana kepemimpinan strategis dapat melihat adanya

perubahan lingkungan eksternal yang terjadi kemudian menformulasikannya

kedalam strategi perusahaan yang tepat, sehingga perusahaan dapat tetap sustain

dan tumbuh dalam turbulensi lingkungan yang cepat berubah dan tidak pasti.

Gambaran studi terkait keterhubungan antara Turbulensi Lingkungan dan

Kepemimpinan Strategis dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Keterhubungan antara Turbulensi Lingkungan dan Kepemimpinan

Strategis

TURBULENSILINGKUNGAN

KEPEMIMPINANSTRATEGIS

BoalandHooijberg(2001),Hi etal(2012)

TsaiandYang(2014),Westermanetal.(2014)

Page 66: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

110

2.3.2 Hubungan antara Turbulensi Lingkungan dan Budaya Organisasi

Turbulensi lingkungan merupakan kondisi eksternal yang tidak dapat

dielakkan oleh perusahaan. Lingkungan di mana bisnis beroperasi akan terus

dinamis sehingga membutuhkan kesiapan organisasi untuk merespon fluktuasi

yang terjadi. Salah satu upaya kesiapan itu menyangkut budaya internal

perusahaan yang harus cocok dengan kondisi lingkungan eksternal dan strategi

perusahaan.

Kitchell (1995) mengemukakan bahwa organisasi yang menganut budaya

adaptif akan lebih siap dalam menghadapi perubahan lingkungan eksternal.

Budaya organisasi yang diadopsi akan menunjukkan apakah perusahaan

dapat menciptakan inovasi sebagai bentuk reaksi terhadap perubahan kondisi

eksternal atau tidak. Sejalan dengan Kitchell, Studi pada 207 perusahaan di US

menyimpulkan terdapat hubungan yang siginifikan antara budaya perusahaan dan

kondisi lingkungan eksternal. Budaya perusahaan yang kuat saja tidak bisa

menjamin kesuksesan suatu bisnis kecuali terdapat kemampuan untuk beradaptasi

dengan lingkungan eksternal (Daft, 2010). Sementara, beberapa tahun sebelum

Daft, Penelitian oleh Skinner (2001) pada Queensland Rugby Union juga telah

memberikan paparan nyata bagaimana perubahan lingkungan eksternal men-

trigger perubahan budaya internal organisai.

Secara sederhana, turbulensi lingkungan akan menciptakan tekanan yang

secara langsung dirasakan oleh perusahaan. Perusahaan harus beradaptasi dengan

turbulensi lingkungan yang muncul. Budaya dan norma perusahaan harus bisa

beradaptasi dengan turbulensi lingkungan. Pada akhirnya, adaptasi tersebut akan

Page 67: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

111

menghadirkan suatu inovasi budaya dan norma perusahaan. Dengan adanya

inovasi tersebut, akan timbul proses adaptasi budaya organisasi terhadap

turbulensi lingkungan.

Gambaran studi terkait keterhubungan antara Turbulensi Lingkungan dan

Budaya Organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Keterhubungan antara Turbulensi Lingkungan dan Budaya Organisasi

2.3.3 Pengaruh Turbulensi Lingkungan terhadap Strategi Human Capital

Perubahan pada pasar, teknologi dan regulasi dapat menjadi driver

perubahan strategi organisasi, termasuk di dalamnya strategi Human Capital

(Stone dan Deadrick, 2015). Phillips dan Phillips (2014) juga menyebutkan bahwa

perubahan tren dan global khususnya dalam bidang teknologi harus menjadi salah

satu faktor dalam penentuan strategi Human Capital dan organisasi. Menurut

Phillips dan Phillips (2014), ada 8 fungsi yang sangat mempengaruhi efektivitas

dan efisiensi suatu organisasi, dimana salah satunya yaitu energy (energi) dan

environment (lingkungan). Phillips dan Phillips (2014) menerangkan bahwa jika

keseluruhan 8 fungsi tidak ada dalam suatu strategi Human Capital dan

organisasi, maka di dalam organisasi tersebut akan kurang efektif, efisien, dan

kurang profitable.

Gambaran pengaruh turbulensi lingkungan terhadap Strategi Human Capital

dapat dilihat pada pada Gambar 2.10.

Page 68: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

112

Gambar 2.10 Pengaruh Turbulensi Lingkungan terhadap Strategi Human Capital

2.3.4 Pengaruh Turbulensi Lingkungan terhadap Kinerja Unit Bisnis

Turbulensi teknologi dan pasar mempengaruhi dampak inovasi perusahaan

terhadap performansi bisnis. Turbulensi teknologi memberikan efek positif

terhadap inovasi yang juga berdampak positif terhadap performansi bisnis. Sejalan

dengan itu, turbulensi pasar dapat memperkuat keterkaitan inovasi perusahaan

(Tsai dan Yang, 2014).

Hubungan kinerja dan orientasi pasar dimediasi oleh intensitas persaingan,

turbulensi pasar dan turbulensi teknologi. Dari ketiga komponen tersebut,

turbulensi teknologi dan intensitasi persaingan memberikan dampak yang

signifikan bagi hubungan tersebut, namun turbulensi pasar memberikan dampak

yang tidak begitu besar. Kedua komponen yang memberikan dampak yang

siginifikan memiliki dampak yang berlawanan, dimana intensitas persaingan

memberikan hubungan yang berbanding lurus sementara turbulensi teknologi

yang tinggi malah melemahkan hubungan kinerja dan orientasi pasar (Andotra

dan Gupta, 2016).

Turbulensi lingkungan yang bergejolak secara luas memiliki efek yang

merusak kinerja unit bisnis suatu perusahaan. Turbulensi lingkungan memiliki

hubungan negatif pada kinerja perusahaan yang artinya semakin besar turbulensi

lingkungan maka kinerja unit bisnisakan semakin menurun. Perusahaan dituntut

Page 69: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

113

untuk mengambil kebijakan apakah tetap menggunakan strategi yang lama atau

menciptakan strategi yang baru agar tidak terkena dampak buruk dari turbulensi

lingkungan (Boyne dan Meier, 2009).

Gambaran pengaruh turbulensi lingkungan terhadap kinerja unit bisnis dapat

dilihat pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Pengaruh Turbulensi Lingkungan terhadap Kinerja Unit Bisnis

2.3.5 Hubungan Antara Kepemimpinan Strategis dan Budaya Organisasi

Ke dan Wei (2007) menjelaskan pengaruh startegi kepemimpinan terhadap

implementasi Enterprise Resource Planning (ERP) dengan mengembangkan

struktur organisasi yang diinginkan. Selanjutnya, Ke dan Wei (2007)

menyebutkan bahwa strategi kepemimpinan dibutuhkan dalam keberhasilan

implementasi ERP serta mempunyai pengaruh yang kuat. Kepemimpinan juga

termasuk penentu desain budaya organisasi.

Anne-Marie (2014) menerangkan studi kasus dalam suatu perusahaan

penyedia minuman, menyebutkan bahwa culture yang diangkat dalam perusahaan

tersebut yaitu Winning Behaviour dimana para manajer dan talent pool dilatih

dalam kepemimpinan strategis sebagai posisi kunci (key position) dalam

organisasi secara global. Perusahaan tersebut percaya bahwa kepemimpinan

strategis dapat muncul ketika perusahaan telah mengimplementasikan

kepemimpinan strategis dalam organisasinya. Dalam studi kasus tersebut

Page 70: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

114

menggabarkan bahwa culture dianggap mempunyai pengaruh yang signifikan

dalam kepemimpinan strategis.

Gambaran keterhubungan antara kepemimpinan strategis dan budaya

organisasi dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Keterhubungan antara Kepemimpinan Strategis dan Budaya

Organisasi

2.3.6 Pengaruh Kepemimpinan Strategis terhadap Strategi Human Capital

Menurut Sparrow dan Otaye-Ebede (2014), kepemimpinan strategis adalah

suatu implementasi yang sesuai dengan lean management dimana

mengidentifikasi dan mereduksi waste pada human effort sedangkan

memaksimalkan kinerja bisnis. Sparrow dan Otaye-Ebede (2014) menjelaskan

bahwa strategi dalam kepemimpinan di dalam lean management yaitu

memberikan pemikiran yang efisien, pendekatan baru dalam customer

experiencedan employee engagement. Sehingga kepemimpinan strategis menjadi

salah satu strategi Human Capital efektif.

Ingham (2007) menyebutkan bahwa pengembangan model strategi Human

Capital berfokus pada menciptakan kapabilitas organisasi (intangible) yaitu

inovasi, efisiensi, dan kepemimpinan. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa

pengembangan kepemimpinan strategis menjadi suatu investasi yang dijadikan

sebagai model Human Capital.

Page 71: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

115

Ulrich et al. (2012) menyebutkan bahwa model Human Capital akan

mendorong kinerja baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Tetapi belum

diketahui apakah model Human Capital memiliki keterkaitan antara

kepemimpinan strategis.

Gambaran pengaruh kepemimpinan strategis terhadap strategi Human

Capital dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Unit Bisnis

2.3.7 Pengaruh Kepemimpinan Strategis terhadap Kinerja Unit Bisnis

Menurut Pasmore et al. (2009), kepemimpinan strategis didasarkan pada

analisis yang menggambarkan kondisi saat ini dan masa yang akan datang,

sehingga kepemimpinan strategis akan menjelaskan bagaimana arahan dari

seorang pemimpin dalam perkembangan perusahaan, yang nantinya berpengaruh

pada kinerja unit bisnis. Jika gaya kepemimpinan mempunyai visi dan misi yang

jelas dan terarah. Terlebih jika para pemangku jabatan penting diduduki oleh

talent yang berkompetensi tinggi, maka hal tersebut menjadi key success factor

untuk mencapai kinerja bisnis perusahaan yang diinginkan. Pasmore menyebutkan

bahwa kepemimpinan strategis adalah suatu bentuk investasi sumber daya

manusia yang tidak terlihat (intangible) tetapi manfaatnya akan didapatkan dalam

jangka panjang.

Page 72: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

116

García-Morales et al. (2011) menjelaskan keterhubungan antara

kepemimpinan dalam peningkatan kinerja pada perusahaan otomotif dan sektor

kimia. García-Morales (2011) mengemukakan hubungan antara kepemimpinan

transformasional (transformational leadership), pembelajaran organisasi

(organization learning), inovasi organisasi (organizational innovation) dan

kinerja organisasi (organizational performance) dalam mengubah lingkungan

bisnis. Peneliti menggunakan metode Structural Equations Modelling (SEM)

untuk menguji keterhubungan tersebut. Hasil dari penelitian tersebut yaitu adanya

korelasi positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional,

pembelajaran organisasi, inovasi organisasi, dan kinerja organisasi. Penelitian ini

memberikan kontribusi untuk peningkatan kinerja organisasi dengan

menunjukkan peran kepimimpinan strategis, organisasi dan inovasi.

Gambaran pengaruh kepemimpinan strategis terhadap kinerja unit bisnis

dapat dilihat seperti Gambar 2.14.

Gambar 2.14 Pengaruh Kepemimpinan Strategis terhadap Kinerja Unit Bisnis

2.3.8 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Strategi Human Capital

Strategi Human Capital bertindak sebagai mediator antara nilai-nilai

perusahaan dengan karyawan. Sementara itu, budaya perusahaan sendiri sangat

terkait dengan strategi dan outcome dari perusahaan. Dalam hal ini, Wei et al.

(2008) menemukan bahwa budaya perusahaan bertindak sebagai antecedent dari

Page 73: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

117

Strategic Human Capital yang mentransfer pengaruh budaya perusahaan ke

performansi bisnis. Secara sederhana, strategi Human Capital memberikan arahan

yang terstruktur dalam implementasi budaya perusahaan untuk mencapai kinerja

yang diharapkan (Bowen dan Ostroff, 2004; Anne S. Tsui et al., 1997).

Di samping peran sebagai driver dalam implementasi budaya perusahaan,

Strategi Human Capital juga dapat menjadi alat untuk menggerakkan kultivasi

budaya. Rowden (2002) menyatakan bahwa SHC dapat mengambil peran dalam

pengembangan budaya perusahaan sebagai bagian tak terpisahkan dari strategi

perusahaan secara keseluruhan.

Gambaran pengaruh budaya organisasi terhadap strategi Human Capital

dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Strategi Human Capital

2.3.9 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Unit Bisnis

Budaya organisasi merepresentasikan pola tingkah laku dari personil yang

ada di organisasi. Budaya ini terdiri dari shared value dan group behavior

normyang berpengaruh pada bagaimana anggota organisasi itu bekerja untuk

mencapai tujuan organisasi (Kotter, 2008). Konstituen manajerial kunci, dalam

hal ini pelanggan, stakeholders, dan karyawan yang dilingkupi oleh kemampuan

manajerial berdasarkan budaya organisasi, memperlihatkan pengaruh signifikan

terhadap kinerja organisasi, baik secara finansial, maupun meningkatkan

Page 74: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

118

keberlangsungan suatu perusahaan. Kotter (2008) menemukan bahwa peningkatan

revenue organisasi yang menerapkan budaya perusahaan bahkan tercatat lebih dari

6 kali lipat dibanding organisasi yang tidak mengadopsi budaya tertentu di

organisasinya.

Sejalan dengan paparan diatas, studi oleh Gebauer et al. (2010)

memperlihatkan bahwa budaya organisasi seperti orientasi pada pelayanan yang

diadopsi oleh perusahaan manufaktur, baik di level manajemen ataupun

karyawan, memberikan dampak langsung kepada performansi bisnis secara

keseluruhan. Selanjutnya, Iriana et al. (2013) juga membuktikan bahwa organisasi

yang mengadopsi budaya korporasi yang baik akan memberikan pengaruh

terhadap pelayanan pada pelanggan yang juga akan secara langsung berdampak

pada peningkatan performansi perusahaan. Gambaran pengaruh budaya organisasi

terhadap kinerja unit bisnis ini seperti pada Gambar 2.16.

Gambar 2.16 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Unit Bisnis

2.3.10 Pengaruh Strategi Human Capital terhadap Kinerja Unit Bisnis

Human Capital merupakan salah satu aspek penting dalam menjamin

keberlangsungan perusahaan karena keberadaan Human Capital dapat menjadi

sumber keunggulan kompetitif suatu perusahaan. Strategi Human Capital yang

selaras dengan strategi bisnis dengan pencapaian performansi Human Capital

BUDAYAORGANISASI

KINERJAUNITBISNIS

Ko er(2008),Gebauer(2010

Irianaetal(2013)

Page 75: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

119

yang ideal akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi yang optimal

(Becker et al., 2001).

Strategi Human Capital sendiri mengakomodasi penciptaan keterhubungan

antara strategi korporasi dan implementasi aspek praktikal Human Capital.

Keberadaan strategi Human Capital akan memberikan arahan kepada pengelola

Human Capital untuk merancang program Human Capital yang berpengaruh

langsung pada performansi bisnis. Sejalan dengan ini, Besma (2014)

mengemukan bahwa statistik membuktikan bahwa semakin tinggi adopsi Strategi

Human Capital di suatu organisasi, maka semakin baik pula performansi

organisasi tersebut. Lebih jauh lagi, Huselid dan Becker (2006) bahkan

menemukan bahwa strategi Human Capital memberikan pengaruh langsung

terhadap kinerja unit bisnis. Gambaran pengaruh antara strategi Human Capital

dan kinerja unit bisnis dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar 2.17 Pengaruh Strategi Human Capital terhadap Kinerja Unit Bisnis

Berdasarkan dari kajian pustaka terhadap variabel turbulensi lingkungan,

kepemimpinan strategis, budaya organisasi, strategi human capital dan kinerja

unit bisnis, maka dibuat paradigma penelitian yang menghubungkan ke lima

variabel di atas, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.18 berikut ini.

STRATEGI

HUMAN CAPITALKINERJA BISNIS

Becker, B. E., Huselid, M. A. & Ulrich, D. (2001)

Besma (2014), Huselid, M.A., and Becker, B.E. (2000)

KINERJA UNIT

BISNIS

Page 76: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

120

Gambar 2.18 Paradigma Penelitian

2.4 Hipotesis

1. Turbulensi lingkungan (X1) rendah, kepemimpinan strategis (X2) baik,

budaya organisasi (X3) baik, strategi Human Capital (Y) tepat, dan kinerja

unit bisnis (Z) tinggi, pada unit bisnis operator telekomunikasi di Indonesia.

2. Turbulensi lingkungan (X1), kepemimpinan strategis (X2), budaya organisasi

(X3) berpengaruh terhadap strategi Human Capital (Y), baik secara simultan

maupun parsial pada unit bisnis operator telekomunikasi di Indonesia.

3. Turbulensi lingkungan (X1), kepemimpinan strategis (X2), budaya organisasi

(X3) berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis (Z), baik secara simultan

maupun parsial pada unit bisnis operator telekomunikasi di Indonesia.

4. Strategi Human Capital (Y) berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis (Z) pada

unit bisnis operator telekomunikasi di Indonesia.

Turbulensi Lingkungan (XI)• Turbulensi Pasar• Turbulensi Teknologi• Turbulensi Kompetisi• Turbulensi Disruptive

Kepemimpinan strategis (X2)• Envisioning• Engaging• Governing• Technology Leadership• Disruptive Innovation

Budaya Organisasi (X3)• People Culture• Process Culture• Strategy Culture• Operation Culture

Startegi Human Capital (Y)• People• Culture• Organization• HR Practice & Metrics• Effective Communication

Kinerja Unit Bisnis (Z)• Financial• Customer• Internal Business Process• Learning & Growth

Page 77: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN …media.unpad.ac.id/thesis/120430/2014/120430140018_2_6047.pdf · Untuk meningkatkan kinerja unit bisnis yang superior maka unit bisnis

121

5. Turbulensi lingkungan (X1), kepemimpinan strategis (X2), budaya organisasi

(X3) berpengaruh terhadap kinerja unit bisnis (Z) baik secara simultan

maupun parsial melalui strategi human capital (Y) pada unit bisnis operator

telekomunikasi di Indonesia.