bab iv hasil penelitian dan pembahasan 4.1 profil...
TRANSCRIPT
157
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Responden
Dari proses penelitian diperoleh sampel sebanyak 400 responden yang
memenuhi syarat dan lengkap. Kuesioner yang diajukan dan telah memenuhi
persyaratan uji validitas dan reliabilitas memuat 68 item pernyataan yang terdiri
atas 12 item pernyataan dengan 3 dimensi yang mewakili variabel Manajemen
Kerelasian Pelanggan, 13 item pernyataan dengan 2 dimensi yang mewakili
variabel Keunggulan yang Unik, 26 item pernyataan dengan 7 dimensi yang
mewakili variabel Bauran Pemasaran, 8 item pernyataan dengan 2 dimensi yang
mewakili variabel Nilai Pelanggan, dan 9 item pernyataan dengan 3 dimensi yang
mewakili variabel Loyalitas Pelanggan. Dari 400 sampel yang berhasil dihimpun
datanya, berikut disajikan profil respoden yang meliputi data jenis kelamin, usia,
pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan per bulan, operator fixed broadband
yang digunakan, lamanya menggunakan fixed broadband dan asal kota responden.
Gambar 4.1. Jenis Kelamin Responden
158
Berdasarkan Gambar 4.1. di atas, diketahui bahwa responden yang diteliti
hampir berimbang berdasarkan jenis kelamin, meskipun responden responden
wanita sedikit lebih banyak yakni sebanyak 51% sedangkan selebihnya adalah
responden pria yakni sebanyak 49%. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunan
layanan fixed broadband adalah berimbang antara wanita maupun pria dalam
menunjang pekerjaan, informasi, hiburan, bisnis dan kegiatan lainnya sehari-hari.
Gambar 4.2. Usia Responden
Berdasarkan Gambar 4.2. di atas, diketahui bahwa usia responden
didominasi antara 20 – 30 tahun yakni sebanyak 50%, diikuti terbanyak kedua
dengan interval usia 20 – 30 tahun yakni sebanyak 23,8% dan terbanyak ketiga
dalam interval 31 – 40 tahun (16,0%). Dengan demikian diperoleh gambaran
bahwa responden yang diteliti mayoritas berada pada usia produktif (20 – 40
tahun). Hal ini juga mengindikasikan bahwa penggunaan layanan fixed broadband
di usia produktif sangat dibutuhkan dalam menunjang aktifitas sehari-hari dalam
pekerjaan, kegiatan sosial maupun kegiatan lainnya. Kelompok usia tersebut
menjadi target market potensial bagi para operator.
159
Gambar 4.3. Pendidikan Responden
Berdasarkan Gambar 4.3, diketahui bahwa pendidikan terakhir responden
paling banyak Sarjana/S1 (47,8%), kemudian diikuti Diploma yakni sebanyak
29,5% di urutan terbanyak kedua, dan SMU di urutan terbanyak ketiga (17,3%).
Dengan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang
diteliti berpendidikan tinggi (sarjana dan diploma).
Hal ini menunjukkan pengguna layanan fixed broadband mayoritas adalah
berpendidikan tinggi, sehingga potensi pemanfaatan fixed broadband menjadi
tinggi. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi operator dalam
melaksanakan Bauran Pemasaran bagi pelanggan yang lebih mengedepankan
pertimbangan rasional ataupun nilai yang didapatkan oleh pelanggan.
160
Gambar 4.4. Pekerjaan Responden
Berdasarkan Gambar 4.4 di atas, diketahui bahwa persentase terbanyak
responden bekerja sebagai pekerja swasta (35,8%), diikuti terbanyak kedua oleh
responden yang bekerja pada BUMN/BUMD sebanyak 28,5%, dan terbanyak
ketiga responden yang bekerja sebagai wiraswasta (15,8%).
Bila ditinjau dari pekerjaan responden, menunjukkan bahwa layanan fixed
broadband ini sangat dibutuhkan oleh semua kalangan dan tidak hanya dari
kalangan berpendidikan saja namun sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat
umum.
Gambar 4.5. Penghasilan Responden per Bulan
161
Berdasarkan Gambar 4.5 di atas, diketahui bahwa persentase terbanyak
responden memiliki penghasilan lebih dari Rp.7.5 juta (62%), terbanyak kedua
berpenghasilan Rp.5 - 7,5 juta (24%) dan selebihnya berpengasilan kurang dari
Rp. 5 juta sebesar (14%). Dari distribusi tersebut tampak bahwa mayoritas
responden yang diteliti memiliki penghasilan lebih dari Rp. 7,5 juta.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa daya beli pelangggan layanan fixed
broadband relatif lebih bagus. Hal ini memberi peluang bagi operator untuk
mengembangkan paket-paket layanan fixed broadband yang bervariasi sampai
dengan paket premium. Sekaligus juga menjadi ancaman mudahnya melakukan
switching ke operator lain karena memiliki sumber daya yang memadai.
Rancangan Bauran Pemasaran untuk setiap segmen dengan daya beli yang
berbeda membutuhkan pengelolaan khusus baik dari sisi rancangan produk, harga,
saluran distribusi dan proses delivery.
Pelanggan yang daya belinya relatif kurang rentan terhadap churn, atau
dengan kata lain tingkat loyalitasnya sangat dipengaruhi oleh harga yang di
deliveri oleh operator.
Gambar 4.6. Operator Fixed broadband yang Digunakan Responden
162
Gambar 4.6 di atas memperlihatkan bahwa sampel terbanyak diperoleh
dari pelanggan IndiHome dari PT.Telkom Indonesia yakni sebanyak 77,3%.
Sampel kedua terbanyak adalah responden yang menggunakan First dari PT.Link
Net Tbk. sebanyak 17,0%, sedangkan selebihnya merupakan pengguna Biznet
dari MidPlaza Group (3,8%) dan Play dari MNC Group (2%).
Hal ini menunjukkan bahwa IndiHome sebagai market leader dalam
operator layanan fixed broadband, harus bisa menghadirkan inovasi-inovasi untuk
bisa mempertahankan pelanggannya. Misalnya dengan pemberian hadiah atau
reward produk-produk tertentu bagi pelanggan yang sudah berlangganan lama
ataupun pengguna varian produk yang banyak akan dapat memberi manfaat guna
membangun intimasi yang kuat dengan pelanggan.
Gambar 4.7. Lamanya Responden Menggunakan Fixed broadband
Berdasarkan hasil yang disajikan pada Gambar 4.7 di atas, diketahui
bahwa persentase terbanyak responden telah menggunakan Fixed broadband
selama 1 – 2 tahun (33,8%), disusul kemudian di urutan kedua terbanyak telah
menggunakan selama lebih dari 2 tahun (27,5%), dan di urutan ketiga telah
menggunakan selama 3 – 6 bulan (14,5%). Dengan demikian maka dapat
163
disimpulkan bahwa mayoritas responden merupakan pengguna yang telah
berlanggan lebih dari 1 tahun.
Pelanggan yang sudah berlangganan lama harus diupayakan untuk tetap
stay agar customer base operator tetap terjaga skaligus mempertahankan ataupun
meningkatkan market share.
Gambar 4.8. Asal Kota Responden
Berdarkan hasil yang disajikan pada Gambar 4.8 di atas, tampak bahwa
persentase terbanyak responden berdasarkan kota nya berasal dari Jakarta
(48,5%), disusul kemudian dari Kota Surabaya (19,3%), dan terbanyak ketiga dari
Kota Bekasi (12,3%).
Hal ini mengindikasikan layanan fixed broadband tidak hanya dibutuhkan
oleh masyarakat kota besar saja tetapi juga sudah menjadi kebutuhan bagi semua
pelanggan fixed broadband di daerah dalam mengakses berbagai informasi,
hiburan maupun yang lainnya.
164
4.2 Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik, Bauran
Pemasaran, Nilai Pelanggan, dan Loyalitas Pelanggan Fixed Broadband di
Indonesia
4.2.1 Manajemen Kerelasian Pelanggan Fixed Broadband di Indonesia (X1)
Variabel Manajemen Kerelasian Pelanggan diwakili oleh 12 item
pernyataan dengan 3 dimensi yakni dimensi Manfaat Psikologis dengan 3
indikator pernyataan, dimensi Pemberian Hadiah dengan 4 indikator pernyataan,
dan dimensi Pemberian Kemudahan dengan 5 indikator pernyataan. Hasil
penilaian responden atas tiga dimensi tersebut disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.1.Penilaian Responden terhadap Manajemen Kerelasian Pelanggan
Dimensi Manajemen Kerelasian Pelanggan Skor Rata-Rata Kategori
1. Manfaat Psikologis 3,84 Baik
2. Pemberian Hadiah 2,85 Cukup
3. Pemberian Kemudahan 4,04 Baik
Rata-Rata CRM 3,58 Baik
Gambar 4.9. Manajemen Kerelasian Pelanggan
165
Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.9 di atas, dapat dijelaskan bahwa
secara keseluruhan penilaian responden terhadap Manajemen Kerelasian
Pelanggan pada operator Fixed broadband di Indonesia menghasilkan skor rata-
rata sebesar 3,58 dan termasuk dalam kategori Baik (interval 3,41 – 4,20). Dari
tiga dimensi yang membentuk Manajemen Kerelasian Pelanggan, skor tertinggi
berada pada indikator Pemberian Kemudahan dengan skor rata-rata 4,04 (kategori
Baik), tertinggi kedua berada pada dimensi Manfaat Psikologis dengan skor rata-
rata 3,84 (kategori Baik) dan skor terendah berada pada dimensi Pemberian
Hadiah dengan skor rata-rata 2,85 (kategori cukup).
Pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai rata-rata dimensi pemberian hadiah
dibawah rata-rata, artinya pemberian hadiah belum baik yaitu sebesar 2,85 hal ini
mengindikasikan operator fixed broadband belum memberikan perhatian tinggi
dengan memberikan hadiah sebagai bentuk apresiasi kepada pelanggan yang setia
menggunakan layanan fixed broadband. Selain itu, operator fixed broadband
belum memberikan hadiah berupa point reward yang dapat ditukarkan dengan
berbagai pilihan discount merchant atau nomor undian dengan hadiah sesuai
dengan keinginan pelanggan ataupun memberi tambahan layanan servis (Add-On)
Gambaran tersebut di atas belum sesuai dengan apa yang disampaikan
oleh Kotler & Keller (2012) “pemasar harus membina hubungan dengan
pelanggannya” yag berarti Manajemen Kerelasian Pelanggan untuk dimensi
pemberian hadiah harus baik. Pendapat yang senada dikemukakan pula oleh
Lovelock & Wirtz (2011) “Manajemen Kerelasian adalah untuk menghasilkan
hubungan yang lebih mendalam atau berarti dengan pelanggan.” Lemahnya
166
Manajemen Kerelasian Pelanggan menyebabkan operator fixed broadbandakan
menimbulkan masalah dalam membina Loyalitas Pelanggan sesuai pendapat
Kotler & Bowen (2010) dan Bridson et al. (2008) “CRM berperan sebagai titik
singgung dengan pelanggan untuk memaksimumkan Loyalitas Pelanggan, untuk
menstimulasi pemakaian serta dan memelihara pelanggan.” (Baran, Galka &
Strunk, 2008). Berdasarkan pembahasan tersebut operator fixed broadband harus
mengembangkan Manajemen Kerelasian Pelanggan secara maksimal dalam
mengembangkan bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan
infomasi secara kreatif agar dapat memberikan pengalaman yang terintegrasi
kepada pelanggan fixed broadband.
Berikut disajikan perbandingan rata-rata skor dari dimensi Manajemen
Kerelasian Pelanggan beserta indikatornya berdasarkan operator penyedia layanan
Fixed broadband.
Gambar 4.10. Manajemen Kerelasian Pelanggan Berdasarkan Operator
Manajemen Kerelasian Pelanggan tertinggi dicapai oleh produk First
dengan rata-rata skor 3,71 (kategori Baik), disusul kemudian oleh produk Biznet
dengan skor rata-rata 3,70 (kategori Baik), dan posisi ketiga dicapai oleh produk
167
IndiHome dengan rata-rata skor 3,55 (kategori Baik). Nilai terendah dicapai oleh
produk MNC Play dengan rata-rata skor 3,29 yang termasuk dalam kategori
Cukup.
Untuk melihat gambaran distribusi tanggapan responden terhadap setiap
dimensi Manajemen Kerelasian Pelanggan, berikut disajikan tabel distribusi
frekuensi dan persentase dari setiap item untuk setiap dimensi.
Nilai dimensi pada variabel Manajemen Kerelasian Pelanggan dengan
nilai 2.85 adalah tergolong cukup, hal ini diperkuat dengan hasil FGD yang
menyatakan pelanggan fixed broadband tidak mengetahui adanya promo atau
program loyalty yang diberikan oleh para operator. Wawancara yang dilakukan
dengan penanggung jawab marketing di operator yang nilainya rendah mengakui
bahwa sepajang tahun 2017 belum melakukan program loyalty kepada pelanggan.
Dimensi Manfaat Psikologis pada Variabel Manajemen Kerelasian
Pelanggan Fixed broadband di Indonesia (X11)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Manfaat
Psikologis.
Tabel 4.2. Penilaian Responden terhadap Dimensi Manfaat Psikologis
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q1 Frekuensi 60 203 44 76 17 400
3,53 (Baik) % 15% 51% 11% 19% 4% 100%
Q2 Frekuensi 61 290 39 8 2 400
4,00 (Baik) % 15% 73% 10% 2% 1% 100%
Q3 Frekuensi 85 250 42 21 2 400
3,99 (Baik) % 21% 63% 11% 5% 1% 100%
Rata-rata Skor Manfaat Psikologis 3,84 (Baik)
168
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa ketiga indikator pernyataan terkait Manfaat
Psikologis dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak pada
interval 3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.12, dimensi Manfaat Psikologis dinilai Baik untuk
keempat produk, dengan skor tertinggi dicapai oleh produk Firstmedia (3,92),
Biznet (3,87), IndiHome di urutan ketiga (3,83) dan di urutan terakhir dicapai
MNC Play (3,54).
Gambar 4.11. Manfaat Psikologis Berdasarkan Operator
Dimensi manfaat psikologis dinilai baik oleh pelanggan karena berhasilnya
operator dalam mengurangi gangguan yang terjadi dan menjaga hubungan baik
dengan pelanggan sehingga pelanggan merasa diberikan perhatian secara terus
menerus oleh operator.
Dimensi Pemberian Hadiah pada Variabel Manajemen Kerelasian
Pelanggan Fixed broadband di Indonesia (X12)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Pemberian
Hadiah.
169
Tabel 4.3. Penilaian Responden terhadap Dimensi Pemberian Hadiah
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q4 Frekuensi 15 123 94 155 13 400
2,93 (Cukup) % 4% 31% 24% 39% 3% 100%
Q5 Frekuensi 60 130 82 107 21 400
3,25 (Cukup) % 15% 33% 21% 27% 5% 100%
Q6 Frekuensi 15 99 76 157 53 400
2,67 (Cukup) % 4% 25% 19% 39% 13% 100%
Q7 Frekuensi 18 91 79 119 93 400 2,56 (Tidak
Baik) % 5% 23% 20% 30% 23% 100%
Rata-rata Skor Pemberian Hadiah 2,85 (Cukup)
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa tiga indikator pernyataan terkait Pemberian
Hadiah dinilai Cukup oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak pada
interval 2,60 – 3,40 (Q4, Q5, Q6) sementara satu item dinilai Tidak Baik yakni Q7
dengan skor sebesar 2,56 berada pada interval 1,80 – 2,60.
Gambar 4.12. Pemberian Hadiah Berdasarkan Operator
170
Gambar 4.12 menunjukkan bahwa kontribusi efektifitas program
pemberian hadiah yang cukup adalah MNC Play dengan nilai 2.69, IndiHome
dengan nilai 2.7 dan Biznet dengan 3.37. Ketiga operator belum dapat
memberikan nilai yang lebih tinggi terhadap operator Firstmedia dengan nilai
3.43. Masing-masing operator yang memiliki nilai Cukup perlu memberikan
perhatian khusus pada dimensi pemberian hadiah sesuai dengan harapan
pelanggan.
Nilai skor dimensi pengelolaan Managemen Kerelasian Pelanggan dapat
ditingkatkan dengan memperbaiki indikator yang masuk dalam kategori kurang
baik. Program loyalti dapat dilakukan dengan memberikan hadiah berupa
penambahan layanan secara gratis dengan periode waktu tertentu kepada
pelanggan pelanggan terpilih, yaitu pelanggan yang memberikan kontribusi relatif
besar kepada operator, antara lain dengan melihat jumlah penggunaan layanan
dari operator layanan, lamanya berlangganan, dan ketepatan waktu di dalam
membayar. Juga pemberian perhatian kepada pelanggan di even tertentu misalnya
di hari ulang tahun kemerdekaan, hari raya besar dan hari ulang tahun pelanggan.
Dimensi Pemberian Kemudahan pada Variabel Manajemen
Kerelasian Pelanggan Fixed broadband di Indonesia (X13)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Pemberian
Kemudahan.
171
Tabel 4.4. Penilaian Responden terhadap Dimensi Pemberian Kemudahan
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q8 Frekuensi 98 262 34 5 1 400
4,13 (Baik) % 25% 66% 9% 1% 0% 100%
Q9 Frekuensi 99 248 34 16 3 400
4,06 (Baik) % 25% 62% 9% 4% 1% 100%
Q10 Frekuensi 103 257 28 10 2 400
4,12 (Baik) % 26% 64% 7% 3% 1% 100%
Q11 Frekuensi 83 249 36 27 5 400
3,95 (Baik) % 21% 62% 9% 7% 1% 100%
Q12 Frekuensi 73 250 57 19 1 400
3,94 (Baik) % 18% 63% 14% 5% 0% 100%
Rata-rata Skor Pemberian Kemudahan 4,04 (Baik)
Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa lima indikator pernyataan terkait Pemberian
Kemudahan dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak
pada interval 3,41 – 4,20.
Pada dimensi Pemberian Kemudahan, keempat produk dinilai Baik dengan
posisi tertinggi dicapai oleh IndiHome (4,11), urutan kedua dicapai oleh Biznet
(3,85), urutan ketiga dicapai oleh Firstmedia (3,79), dan di urutan terakhir MNC
Play dengan skor rata-rata 3,65, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.14 berikut:
Gambar 4.13. Pemberian Kemudahan Berdasarkan Operator
172
Gambar 4.13.memberi makna bahwa pelanggan sudah merasa dimudahkan
dalam memperoleh informasi baik informasi berlangganan, tagihan maupun
informasi yang terkait dengan produk. Informasi dapat di peroleh baik melalui
Web, Sosial Media, Aplikasi, browsure, flayer maupun fasilitas online dan digital
lainnya.
4.2.2 Kompetensi Unik Fixed Broadband di Indonesia (X2)
Variabel Kompetensi Unik diwakili oleh 13 indikator pernyataan dengan 2
dimensi yakni dimensi Pemberian Kemudahan dengan 10 indikator pernyataan
dan dimensi Kinerja yang Unggul dengan 5 indikator pernyataan. Hasil penilaian
responden atas dua dimensi tersebut disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.5. Penilaian Responden terhadap Kompetensi Unik
Dimensi Kompetensi yang Unik Skor Rata-Rata Kategori
1. Sumber Daya Spesifik 4,01 Superior
2. Kinerja yang Unggul 3,89 Superior
Kompetensi yang Unik 3,95 Superior
Gambar 4.14. Kompetensi Unik
173
Berdasarkan Tabel 4.5 dan Gambar 4.14 di atas, dapat dijelaskan bahwa
secara keseluruhan penilaian responden terhadap Kompetensi Unik pada operator
Fixed broadband di Indonesia menghasilkan skor rata-rata sebesar 3,95 dan
termasuk dalam kategori Baik (interval 3,41 – 4,20). Dari dua dimensi yang
membentuk Kompetensi Unik, skor tertinggi berada pada dimensi Sumber Daya
Spesifik dengan skor rata-rata 4,01 (kategori Baik) dan tertinggi kedua berada
pada dimensi kinerja yang unggul dengan skor rata-rata 3,89 (kategori baik).
Pada Tabel 4.5 menunjukkan nilai rata-rata dimensi kinerja yang unggul
dibawah rata-rata, artinya keahlian sumber daya manusia dalam menangani
pelanggan fixed broadband perlu di optimalkan lagi terutama teknisi yang
bertugas melakukan instalasi di rumah. Selain itu kerjasama antar unit organisasi
perlu ditingkatkan lagi terutama dalam menangani keluhan pelanggan fixed
broadband.
Selain itu, “perusahaan akan memiliki perbedaan dalam hal pengelolaan
berdasarkan kepemilikannya atas sumber-sumber daya, yang menurut Pearce dan
Robinson (2012) terdiri dari tangible asset, intangible assets dan organizational
capabilities.” Apabila perusahaan mampu mengenali dan mengembangkan
keunikan sumber daya yang dimiliki maka perusahaan tersebut memiliki orientasi
pasar yang kuat. Sumber daya memiliki kekuatan yang unik yang memungkinkan
perusahaan mencapai superioritas dalam aspek aktiva berwujud, aktiva tidak
berwujud dan kapabilitas organisasi. Kemanfaatan yang lebih besar dari sumber
daya yang ada harus diciptakan oleh perusahaan untuk dapat memberikan
superioritas performance bagi pelanggan. Perusahaan yang telah mencapai
174
superior performance melalui pemberian superior value kepada pelanggan berarti
telah memenuhi harapan pelanggan (Sucherly, 2011).
Berikut disajikan perbandingan rata-rata skor dari dimensi Kompetensi
Unik beserta indikatornya berdasarkan operator penyedia layanan Fixed
broadband.
Gambar 4.15. Kompetensi Unik Berdasarkan Operator
Kompetensi Unik tertinggi dicapai oleh produk IndiHome dengan rata-rata
skor 3,89 (kategori Baik), disusul kemudian oleh produk Biznet dengan skor rata-
rata 3,96 (kategori Baik), dan posisi ketiga dicapai oleh produk Firstmedia dengan
rata-rata skor 3,86 (kategori Baik). Nilai terendah dicapai oleh produk MNC Play
dengan rata-rata skor 3,49 yang masih termasuk dalam kategori Baik.
Untuk melihat gambaran distribusi tanggapan responden terhadap setiap
dimensi Kompetensi Unik, berikut disajikan tabel distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap item untuk setiap indikator.
175
Dimensi Sumber Daya Spesifik pada Variabel Kompetensi Unik
Fixed broadband di Indonesia (X21)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Sumber Daya
Spesifik.
Tabel 4.6. Penilaian Responden terhadap Dimensi Sumber Daya Spesifik
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q13 Frekuensi 118 236 30 11 5 400
4,13 (Baik) % 30% 59% 8% 3% 1% 100%
Q14 Frekuensi 114 233 38 11 4 400
4,11 (Baik) % 29% 58% 10% 3% 1% 100%
Q15 Frekuensi 86 260 47 6 1 400
4,06 (Baik) % 22% 65% 12% 2% 0% 100%
Q16 Frekuensi 88 265 38 7 2 400
4,08 (Baik) % 22% 66% 10% 2% 1% 100%
Q17 Frekuensi 81 259 52 6 2 400
4,03 (Baik) % 20% 65% 13% 2% 1% 100%
Q18 Frekuensi 81 199 51 50 19 400
3,68 (Baik) % 20% 50% 13% 13% 5% 100%
Q19 Frekuensi 103 253 41 2 1 400
4,14 (Baik) % 26% 63% 10% 1% 0% 100%
Q20 Frekuensi 83 223 49 38 7 400
3,84 (Baik) % 21% 56% 12% 10% 2% 100%
Q21 Frekuensi 108 225 36 26 5 400
4,01 (Baik) % 27% 56% 9% 7% 1% 100%
Q22 Frekuensi 81 247 57 13 2 400
3,98 (Baik) % 20% 62% 14% 3% 1% 100%
Rata-rata Skor Pemberian Kemudahan 4,01 (Baik)
Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa ke-sepuluh dimensi pernyataan terkait
Sumber Daya Spesifik dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang
terletak pada interval 3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.17, dimensi Sumber Daya Spesifik dinilai Baik untuk
176
keempat produk, dengan skor tertinggi dicapai oleh produk IndiHome (4,08),
Biznet (3,89), Firstmedia di urutan ketiga (3,75) dan di urutan terakhir dicapai
MNC Play (3,51).
Gambar 4.16. Sumber Daya Spesifik Berdasarkan Operator
Saat ini Layanan Fixed broadband yang diberikan oleh operator sudah
memiliki kualitas, jangkauan dan kapasitas yang baik, di tambah dengan brand
yang sudah cukup superior di mata pelanggan.
IndiHome memiliki nilai paling tinggi di dimensi ini karena Telkom
adalah perusahaan yang sudah terlebih dahulu menggelar jaringan dan terus
mengembangkan cakupannya ke seluruh kota di Indonesia.
Dimensi Kinerja yang Unggul pada Variabel Kompetensi Unik Fixed
broadband di Indonesia (X22)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Kinerja yang
Unggul.
177
Tabel 4.7. Penilaian Responden terhadap Dimensi Kinerja yang Unggul
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q23 Frekuensi 82 257 48 10 3 400
4,01 (Baik) % 21% 64% 12% 3% 1% 100%
Q24 Frekuensi 53 231 60 44 12 400
3,67 (Baik) % 13% 58% 15% 11% 3% 100%
Q25 Frekuensi 69 271 52 6 2 400
4,00 (Baik) % 17% 68% 13% 2% 1% 100%
Rata-rata Skor Kinerja yang Unggul 3,89 (Baik)
Dari Tabel 4.7 terlihat bahwa ke-tiga indikator pernyataan terkait dimensi
Kinerja yang Unggul dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang
terletak pada interval 3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan indikator berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.18, dimensi Kinerja yang Unggul dinilai Baik untuk
keempat produk, dengan skor tertinggi dicapai oleh produk Biznet (4,05), First di
urutan kedua (3,97), IndiHome di urutan ketiga (3,88) dan di urutan terakhir
dicapai Play (3,46).
Gambar 4.17. Kinerja yang Unggul Berdasarkan Operator
178
4.2.3 Bauran Pemasaran Fixed Broadband di Indonesia (X3)
Variabel Bauran Pemasaran diwakili oleh 26 indikator pernyataan dengan
7 dimensi yakni dimensi Produk dengan 10 indikator pernyataan, dimensi Harga
dengan 3 indikator pernyataan, dimensi Tempat dengan 3 indikator pernyataan,
dimensi Promosi dengan 5 indikator pernyataan, dimensi Sumber Daya Manusia
dengan 3 indikator pernyataan, dimensi Sarana Fisik atau Fasilitas dengan 4
indikator pernyataan, dan dimensi Proses dengan 4 indikator pernyataan. Hasil
penilaian responden atas tujuh dimensi tersebut disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.8. Penilaian Responden terhadap Bauran Pemasaran
DImensi Bauran Pemasaran Skor Rata-Rata Kategori
1. Produk 3,95 Baik
2. Harga 3,39 Cukup
3. Tempat 3,65 Baik
4. Promosi 3,64 Baik
5. Sumber Daya Manusia 3,99 Baik
6. Sarana Fisik/Fasilitas 3,64 Baik
7. Proses 3,88 Baik
Bauran Pemasaran 3,73 Baik
Gambar 4.18. Bauran Pemasaran
179
Berdasarkan Tabel 4.8 dan Gambar 4.18 di atas, dapat dijelaskan bahwa
secara keseluruhan penilaian responden terhadap Bauran Pemasaran pada operator
Fixed broadband di Indonesia menghasilkan skor rata-rata sebesar 3,73 dan
termasuk dalam kategori Baik (interval 3,41 – 4,20). Dari tujuh dimensi yang
membentuk Bauran Pemasaran, enam di antaranya termasuk dalam kategori Baik
dan satu dimensi termasuk dalam kategori cukup yakni dimensi Harga. Skor
tertinggi pertama hingga ke-enam yang berada dalam kategori Baik secara
berurutan dicapai oleh dimensi Sumber Daya Manusia (3,99), kedua oleh Produk
(3,95), ketiga Proses (3,88), keempat Tempat (3,65), kelima dan keenam Sarana
Fisik dan Promosi (3,64) , sedangkan dimensi dengan skor terendah dan dalam
kategori Cukup adalah Harga (3,39).
Untuk dimensi Bauran Pemasaran Tabel 4.8 menunjukkan hanya ada tiga
dimensi yang di atas rata-rata yaitu sumber daya manusia, produk dan proses
sedangkan yang di bawah rata-rata adalah tempat, promosi, sarana fisik/fasilitas
dan harga.
Sementara itu dimensi harga memiliki nilai rata-rata terendah yaitu sebesar
3,39 artinya kinerja bauran harga belum baik. Hal ini karena operator fixed
broadband menurut persepsi pelanggan fixed broadband dalam menerapkan tarif
yang dibebankan kepada pelanggan dirasa sangat mahal. Selain itu factor lain
yang dirasakan pelanggan adalah perubahan tarif pelanggan yang tidak
diinformasikan dan tidak sesuai dengan kesepakatan awal.
Ahonen et al. (2005) menyampaikan “karena sedang berlangsungnya
proses penggabungan atau konvergensi secara revolusioner berbagai media
180
komunikasi yang bebeda yaitu telekomunikasi, computer dan media maka
perusahaan dapat mengembangkan berbagai strategi Bauran Pemasaran yang lebih
inovatif.” Berkaitan dengan hal ini, Bauran Pemasaran operator fixed broadband
belum mengembangkan Bauran Pemasaran secara maksimal. Operator fixed
broadband yang dalam bisnisnya berkaitan erat dengan teknologi telekomunikasi
dan informasi seperti disebutkan oleh Ahonen et al. Di atas seharusnya dapat
memanfaatkannya secara maksimal untuk menjalankan bisnisnya.
Berdasarkan pembahasan tersebut maka operator fixed broadband harus
lebih kreatif dalam memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi yang
ada agar dapat dihasilkan berbagai layanan fixed broadband dan pelayanan
pelanggan fixed broadband yang superior.Hal ini bisa dilakukan dengan cara
antara lain mengembangkan kompetensi dan kreatifitas sumber daya manusia,
penelitian dan pengembangan serta kerjasama dengan berbagai wirausaha dalam
bidang industry kreatif.
Berikut disajikan perbandingan rata-rata skor dari sub variabel Bauran
Pemasaran beserta dimensinya berdasarkan operator penyedia layanan Fixed
broadband.
Gambar 4.19. Bauran Pemasaran Berdasarkan Operator
181
Bauran Pemasaran tertinggi dicapai oleh produk IndiHome dengan rata-
rata skor 3,81 (kategori Baik), disusul kemudian oleh produk Biznet dengan skor
rata-rata 3,55 (kategori Baik), dan posisi ketiga dicapai oleh produk First dengan
rata-rata skor 3,46 (kategori Baik). Nilai terendah dicapai oleh produk Play
dengan rata-rata skor 3,38, satu-satunya yang termasuk dalam kategori Cukup.
Untuk melihat gambaran distribusi tanggapan responden terhadap setiap
indikator Bauran Pemasaran, berikut disajikan tabel distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap item untuk setiap indikator.
Dimensi Produk pada Variabel Bauran Pemasaran Fixed broadband
di Indonesia (X31)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Produk.
Tabel 4.9. Penilaian Responden terhadap Dimensi Produk
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q26 Frekuensi 75 230 47 41 7 400
3,81 (Baik) % 19% 58% 12% 10% 2% 100%
Q27 Frekuensi 67 284 38 9 2 400
4,01 (Baik) % 17% 71% 10% 2% 1% 100%
Q28 Frekuensi 77 272 40 11 0 400
4,04 (Baik) % 19% 68% 10% 3% 0% 100%
Q29 Frekuensi 90 234 42 28 6 400
3,94 (Baik) % 23% 59% 11% 7% 2% 100%
Rata-rata Skor Produk 3,95 (Baik)
182
Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa ke-empat indikator pernyataan terkait
Produk dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak pada
interval 3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.20, dimensi Produk dinilai Baik untuk tiga produk,
dengan skor tertinggi dicapai oleh produk IndiHome (4,07), urutan kedua dicapai
oleh Biznet (3,82), First di urutan ketiga (3,54) dan di urutan terakhir dicapai Play
(3,09) dengan kategori Cukup.
Gambar 4.20. Produk Berdasarkan Operator
MNC memperoleh skor rendah pada bauran produk karena paket yang
ditawarkan kurang bervariasi demikian juga masih banyaknya keluhan jaringan
karena kecepatan internet yang kurang stabil.
Tingginya nilai IndiHome pada Bauran Pemasaran produk adalah karena
Telkom sudah menyediakan produk yang cukup bervariasi dan juga banyaknya
pilihan paket dengan jumlah channel TV maupun Add-On serta paket-paket
produk yang ditawarkan.
183
Dimensi Harga pada Variabel Bauran Pemasaran Fixed broadband di
Indonesia (X32)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Harga.
Tabel 4.10. Penilaian Responden terhadap Dimensi Harga
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q30 Frekuensi 50 183 50 90 27 400
3,35 (Cukup) % 13% 46% 13% 23% 7% 100%
Q31 Frekuensi 46 180 48 92 34 400
3,28 (Cukup) % 12% 45% 12% 23% 9% 100%
Q32 Frekuensi 81 195 15 76 33 400
3,54 (Baik) % 20% 49% 4% 19% 8% 100%
Rata-rata Skor Harga 3,39 (Cukup)
Dari Tabel 4.10 terlihat bahwa satu dari tiga indikator pernyataan terkait
Harga dinilai Baik oleh responden (Q32), dengan indeks rata-rata yang terletak
pada interval 3,41 – 4,20 sedangkan dua indikator lainnya dinyatakan Cukup,
yakni Q30 dan Q31, dengan indeks rata-rata yang terletak pada interval 2,60 –
3,40.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.21, dimensi Harga dinilai Baik untuk tiga produk,
dengan skor tertinggi dicapai oleh produk Biznet (4,00), urutan kedua dicapai oleh
First (3,97), Play di urutan ketiga (3,67) dan di urutan terakhir dicapai IndiHome
(3,22), satu-satunya dimensi Harga dengan kategori Cukup.
184
Gambar 4.21. Harga Berdasarkan Operator
Hal yang mempengaruhi dimensi harga, diantaranya jenis produk yang
ditawarkanoleh operator dan adanya program promo dari operator. Tanggapan
atas bauran harga kepada produk IndiHome sesuai hasil FGD, bahwa mayoritas
pelanggan IndiHome menilai bahwa tarif yang dibebankan kepada pelanggan
dinilai sat mahal bila dibandingkan dengan tarif provider lain dengan kapasitas
dan kuota yang sama. Pelanggan masih tetap bertahan menjadipelanggan
IndiHome karena faktor kebutuhan dan pertimbangan switching cost yang mahal
Dimensi Tempat pada Variabel Bauran Pemasaran Fixed broadband
di Indonesia (X33)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Tempat.
185
Tabel 4.11. Penilaian Responden terhadap Dimensi Tempat
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q33 Frekuensi 78 199 57 47 19 400
3,68 (Baik) % 20% 50% 14% 12% 5% 100%
Q34 Frekuensi 62 214 57 64 3 400
3,67 (Baik) % 16% 54% 14% 16% 1% 100%
Q35 Frekuensi 72 187 67 53 21 400
3,59 (Baik) % 18% 47% 17% 13% 5% 100%
Rata-rata Skor Tempat 3,65 (Baik)
Dari Tabel 4.11. terlihat bahwa tiga indikator pernyataan terkait Tempat
dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak pada interval
3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.22, indikator Tempat dinilai Baik hanya untuk
IndiHome dengan skor tertinggi sebesar 4,06. Urutan kedua dalam kategori cukup
dicapai oleh Play (2,83). Urutan ketiga dalam kategori Kurang Baik dicapai oleh
First dengan nilai rata-rata 2,23 dan di urutan terakhir dicapai Biznet dengan nilai
rata-rata 2,04.
Persepsi atas dimensi tempat yang kurang baik ataupun cukup kepada 3
operator umumnya karena jumlah kantor layanan yang terbatas dan sulitnya
mengakses nomor kontak layanan yang disediakan. Seyogianya apabila kantor
layanan operator terbatas jumlahnya dapat memperkuat media kontak lainnya
melalui telepon, media social, aplikasi dan lainnya guna memudahkan pelanggan
untuk mengakses operator.
186
Gambar 4.22. Tempat Berdasarkan Operator
IndiHome menjadi unggulan pada Bauran Pemasaran tempat karena
Telkom memiliki kantor layanan hampir di seluruh kota sampe dengan tingkat
kabupaten di seluruh Indonesia. Indikator ini juga di pengaruhi oleh tingkat
kemudahan dalam menemukan kantor layanan dan tersedianya kontak layanan
yang mudah dihubungi (Call Center, Website, Aplikasi)
Dimensi Promosi pada Variabel Bauran Pemasaran Fixed broadband
di Indonesia (X34)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Promosi.
Tabel 4.12. Penilaian Responden terhadap Dimensi Promosi
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q36 Frekuensi 65 200 55 65 15 400
3,59 (Baik) % 16% 50% 14% 16% 4% 100%
Q37 Frekuensi 74 269 48 8 1 400
4,02 (Baik) % 19% 67% 12% 2% 0% 100%
Q38 Frekuensi 38 152 73 134 3 400
3,22 (Cukup) % 10% 38% 18% 34% 1% 100%
Q39 Frekuensi 78 261 40 21 0 400
3,99 (Baik) % 20% 65% 10% 5% 0% 100%
Q40 Frekuensi 44 162 102 91 1 400
3,39 (Cukup) % 11% 41% 26% 23% 0% 100%
Rata-rata Skor Promosi 3,64 (Baik)
187
Dari Tabel 4.12 terlihat bahwa tiga indikator pernyataan terkait Promosi
dinilai Baik oleh responden yakni Q36, Q37 dan Q39 dengan indeks rata-rata
yang terletak pada interval 3,41 – 4,20, dan dua item lainnya dinilai Cukup yakni
Q38 dan Q40 dengan indeks rata-rata yang terletak pada interva 2,60 – 3,40.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.23, dimensi Promosi dinilai Baik untuk semua
operator, dengan nilai tertinggi dicapai oleh IndiHome dengan skor sebesar 3,67,
urutan kedua dicapai oleh Biznet (3,63), urutan ketiga dicapai oleh First dengan
nilai rata-rata 3,54 dan di urutan terakhir dicapai Play dengan nilai rata-rata 3,48.
Gambar 4.23. Promosi Berdasarkan Operator
Banyaknya iklan IndiHome yang di tayangkan di berbagai media baik media
elektronik cetak maupun media ruang tertentu sangat mempengaruhi mind set
pelanggan. juga peran petugas sales force yang aktif turun ke pelanggan dan factor
word of mouth dapat berperan signifikan, gambaran ini di peroleh saat melakukan
FGD dengan pelanggan operator.
188
Dimensi Sumber Daya Manusia pada Variabel Bauran Pemasaran
Fixed broadband di Indonesia (X35)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap Sumber Daya Manusia.
Tabel 4.13. Penilaian Responden terhadap Dimensi Sumber Daya Manusia
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q41 Frekuensi 101 242 25 26 6 400
4,02 (Baik) % 25% 61% 6% 7% 2% 100%
Q42 Frekuensi 101 201 39 46 13 400
3,83 (Baik) % 25% 50% 10% 12% 3% 100%
Q43 Frekuensi 118 238 29 12 3 400
4,14 (Baik) % 30% 60% 7% 3% 1% 100%
Rata-rata Skor Sumber Daya Manusia 3,99 (Baik)
Dari Tabel 4.13 terlihat bahwa tiga indikator pernyataan terkait Sumber
Daya Manusia dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak
pada interval 3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.24, dimensi Sumber Daya Manusia dinilai Baik untuk
semua operator, dengan nilai tertinggi dicapai oleh IndiHome dengan skor sebesar
4,08, urutan kedua dicapai oleh Biznet (3,84), urutan ketiga dicapai oleh First
dengan nilai rata-rata 3,68 dan di urutan terakhir dicapai Play dengan nilai rata-
rata 3,46.
Selama ini permasalahan yang terjadi dipelanggan mayoritas sudah bisa di
selesaikan dengan baik oleh petugas kantor layanan. Dari sisi penampilan dan
juga keramahan petugas secara umum juga sudah baik.
189
Gambar 4.24. Sumber Daya Manusia Berdasarkan Operator
Dimensi Sarana Fisik/Fasilitas pada Variabel Bauran Pemasaran
Fixed broadband di Indonesia (X36)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Sarana
Fisik/Fasilitas.
Tabel 4.14. Penilaian Responden terhadap Dimensi Sarana Fisik/Fasilitas
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q44 Frekuensi 70 196 51 81 2 400
3,63 (Baik) % 18% 49% 13% 20% 1% 100%
Q45 Frekuensi 66 207 36 91 0 400
3,62 (Baik) % 17% 52% 9% 23% 0% 100%
Q46 Frekuensi 68 201 49 81 1 400
3,64 (Baik) % 17% 50% 12% 20% 0% 100%
Q47 Frekuensi 75 209 33 82 1 400
3,69 (Baik) % 19% 52% 8% 21% 0% 100%
Rata-rata Skor Sarana Fisik/Fasilitas 3,64 (Baik)
190
Dari Tabel 4.14 terlihat bahwa tiga indikator pernyataan terkait Sarana
Fisik/Fasilitas dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak
pada interval 3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.25, dimensi Sarana Fisik/Fasilitas dinilai Baik untuk
semua operator, dengan nilai tertinggi dicapai oleh Biznet dengan skor sebesar
3,72, urutan kedua dicapai oleh First (3,71), urutan ketiga dicapai oleh Play
dengan nilai rata-rata 3,66 dan di urutan terakhir dicapai IndiHome dengan nilai
rata-rata 3,62.
Gambar 4.25. Sarana Fisik/Fasilitas Berdasarkan Operator
Dari hasil FGD diperoleh gambaran bahwa pelanggan yang berkunjung ke kantor
layanan operator bahwa tata ruang, fasilitas dan kebersihan kantor pelayanan
sudah repreentatif dan nyaman.
Dimensi Proses pada Variabel Bauran Pemasaran Fixed broadband di
Indonesia (X37)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Proses.
191
Tabel 4.15. Penilaian Responden terhadap Dimensi Proses
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q48 Frekuensi 81 198 60 49 12 400
3,72 (Baik) % 20% 50% 15% 12% 3% 100%
Q49 Frekuensi 86 274 33 6 1 400
4,1 (Baik) % 22% 69% 8% 2% 0% 100%
Q50 Frekuensi 86 209 54 44 7 400
3,81 (Baik) % 22% 52% 14% 11% 2% 100%
Q51 Frekuensi 76 245 43 29 7 400
3,89 (Baik) % 19% 61% 11% 7% 2% 100%
Rata-rata Skor Proses 3,88 (Baik)
Dari Tabel 4.15. terlihat bahwa empat indikator pernyataan terkait Proses
dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak pada interval
3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.26, dimensi Proses dinilai Baik untuk semua
operator, dengan nilai tertinggi dicapai oleh IndiHome dengan skor sebesar 3,95,
urutan kedua dicapai oleh Biznet (3,82), urutan ketiga dicapai oleh First dengan
nilai rata-rata 3,58 dan di urutan terakhir dicapai Play dengan nilai rata-rata 3,47.
Gambar 4.26. Proses Berdasarkan Operator
192
Secara umum prosedur pelayanan untuk berlangganan sudah baik, relatif
cepat namun terkadang pelanggan tidak tahu pasti hari pemasangan tergantung
kesiapan petugas teknis sehingga pelanggan perlu menyesuaikan dengan jadwal
tersebut.
4.2.4 Nilai Pelanggan Fixed Broadband di Indonesia (Y)
Variabel Nilai Pelanggan diwakili oleh 8 indikator pernyataan dengan 2
dimensi yakni dimensi Manfaat dengan 4 indikator pernyataan dan dimensi
Korbanan dengan 4 indikator pernyataan. Hasil penilaian responden atas dua
indikator tersebut disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.16.Penilaian Responden terhadap Nilai Pelanggan
Dimensi Nilai Pelanggan Skor Rata-Rata Kategori
1. Manfaat 3,53 Superior
2. Korbanan 3,96 Superior
Nilai Pelanggan 3,74 Superior
Gambar 4.27. Nilai Pelanggan
193
Berdasarkan Tabel 4.16 dan Gambar 4.27 di atas, dapat dijelaskan bahwa
secara keseluruhan penilaian responden terhadap Nilai Pelanggan pada operator
Fixed broadband di Indonesia menghasilkan skor rata-rata sebesar 3,74 dan
termasuk dalam kategori Baik (interval 3,41 – 4,20). Dari dua dimensi yang
membentuk Nilai Pelanggan, keduanya termasuk dalam kategori Baik. Skor
tertinggi dicapai oleh dimensi Korbanan (3,96) dan kedua dicapai oleh dimensi
Manfaat (3,53).
Untuk dimensi Nilai Pelanggan Tabel 4.16 menunjukkan yang di atas rata-
rata yaitu korbanan sedangkan yang di sedikit di atas rata-rata adalah manfaat
(skor 3,53).Dimensi manfaat dari Nilai Pelanggan menjadi inferior, bila manfaat
yang dirasakan oleh pelanggan fixed broadband dan atau tingginya tarif layanan
fixed broadband sesuai dengan formulasi Lehtonen (2011) yaitu “Nilai Pelanggan
merupakan persamaan sederhana yaitu Customer Value = Benefits/Price.” Selain
itu juga Nilai Pelanggan yang inferior ini menimbulkan resiko bagi operator tidak
dapat menarik pelanggan-pelanggan fixed broadband yang prospektif karena
layanan fixed broadband-nya inferior dibandingkan dengan layanan fixed
broadband competitor. Hal ini sejalan dengan Kotler & Keller (2012) “ customer-
perceived value adalah perbedaan antara hasil evaluasi pelanggan dari prospektif
atas semua manfaat/benefit dengan semua biaya atas penawaran dan persepsi
alternative pilihan (perceived alternative).” Selain itu Nilai Pelanggan yang
inferior tersebut mengindikasikan juga ekspektasi manfaat pelanggan yang lebih
tinggi sejalan dengan yang disampaikan Bouchlaghem (2012) yaitu “munculnya
penggunaan baru berbagai layanan teknologi informasi dan komunikasi.”
194
Berikut disajikan perbandingan rata-rata skor dari dimensi Nilai Pelanggan
beserta indikatornya berdasarkan operator penyedia layanan Fixed broadband.
Gambar 4.28. Nilai Pelanggan Berdasarkan Operator
Nilai Pelanggan tertinggi dicapai oleh produk IndiHome dengan rata-rata
skor 3,77 (kategori Baik), disusul kemudian oleh produk Biznet dengan skor rata-
rata 3,76 (kategori Baik), posisi ketiga dicapai oleh produk First dengan rata-rata
skor 3,66 (kategori Baik) dan nilai terrendah dicapai oleh produk Play dengan
rata-rata skor 3,60 yang masih dalam kategori Baik.
Dari gambar 4.28 diperolah gambaran bahwa customer value yang di
deliver IndiHome adalah lebih besar dibanding dengan customer value yang di
deliver oleh tiga operator lainnya. Artinya posisi IndiHome adalah superior
terhadap produk lainnya atau di sebut superior customer value. Namun kalau di
lihat dari pencapaian skor masing-masing operator bedanya relatif kecil, kondisi
ini harus menjadi perhatian bagi seluruh operator.
Untuk melihat gambaran distribusi tanggapan responden terhadap setiap
dimensi Nilai Pelanggan, berikut disajikan tabel distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap indikator untuk setiap dimensi.
195
Dimensi Manfaat pada Variabel Nilai Pelanggan Fixed broadband di
Indonesia (Y1)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Manfaat.
Tabel 4.17. Penilaian Responden terhadap Dimensi Manfaat
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q52 Frekuensi 33 188 76 102 1 400
3,38 (Cukup) % 8% 47% 19% 26% 0% 100%
Q53 Frekuensi 49 231 36 83 1 400
3,61 (Baik) % 12% 58% 9% 21% 0% 100%
Q54 Frekuensi 49 225 45 80 1 400
3,60 (Baik) % 12% 56% 11% 20% 0% 100%
Q55 Frekuensi 39 219 54 86 2 400
3,52 (Baik) % 10% 55% 14% 22% 1% 100%
Rata-rata Skor Manfaat 3,53 (Baik)
Dari Tabel 4.17 terlihat bahwa tiga dari empat indikator pernyataan terkait
Manfaat dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak pada
interval 3,41 – 4,20, dan satu item dinyatakan Cukup yakni item Q52 dengan rata-
rata sebesar 3,38 yang terletak pada interval 2,60 – 3,40.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.29, indikator Manfaat dinilai Baik untuk semua
produk, dengan skor tertinggi dicapai oleh produk Biznet (3,60), urutan kedua
dicapai oleh First (3,55), Play di urutan ketiga (3,53) dan di urutan terakhir
dicapai IndiHome (3,52).
196
Persepsi atas indicator manfaat produk perlu di kelola oleh operator karena
ketidaktahuan atas penggunaan dan fungsi dari fitu-fitur yang disediakan oleh
operator.
Gambar 4.29. Manfaat Berdasarkan Operator
Dimensi Korbanan pada Variabel Nilai Pelanggan Fixed broadband di
Indonesia (Y2)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Korbanan.
Tabel 4.18. Penilaian Responden terhadap Dimensi Korbanan
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q56 Frekuensi 73 243 61 21 2 400
3,91 (Baik) % 18% 61% 15% 5% 1% 100%
Q57 Frekuensi 68 277 48 7 0 400
4,02 (Baik) % 17% 69% 12% 2% 0% 100%
Q58 Frekuensi 81 225 51 37 6 400
3,85 (Baik) % 20% 56% 13% 9% 2% 100%
Q59 Frekuensi 85 270 38 6 1 400
4,08 (Baik) % 21% 68% 10% 2% 0% 100%
Rata-rata Skor Korbanan 3,96 (Baik)
197
Dari Tabel 4.18 terlihat bahwa empat indikator pernyataan terkait
Korbanan dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang terletak pada
interval 3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.30, indikator Korbanan dinilai Baik untuk semua
produk, dengan skor tertinggi dicapai oleh produk IndiHome (4,02), urutan kedua
dicapai oleh Biznet (3,92), First di urutan ketiga (3,76) dan di urutan terakhir
dicapai Play (3,66).
Gambar 4.30. Korbanan Berdasarkan Operator
4.2.5 Loyalitas Pelanggan Fixed Broadband di Indonesia (Z)
Variabel Loyalitas Pelanggan diwakili oleh 9 indikator pernyataan dengan
3 dimensi yakni dimensi Penciptaan Prospek dengan 3 indikator pernyataan,
dimensi Keberpihakan Pelanggan dengan 3 indikator pernyataan dan dimensi
Kepercayaan Pelanggan dengan 3 indikator pernyataan. Hasil penilaian responden
atas tiga dimensi tersebut disajikan sebagai berikut:
198
Tabel 4.19. Penilaian Responden terhadap Loyalitas Pelanggan
Dimensi Loyalitas Pelanggan Skor Rata-Rata Kategori
1. Penciptaan Prospek 3,52 Tinggi
2. Keberpihakan Pelanggan 3,74 Tinggi
3. Kepercayaan Pelanggan 3,99 Tinggi
Loyalitas Pelanggan 3,75 Tinggi
Gambar 4.31. Loyalitas Pelanggan
Berdasarkan Tabel 4.19 dan Gambar 4.31 di atas, dapat dijelaskan bahwa
secara keseluruhan penilaian responden terhadap Loyalitas Pelanggan pada
operator Fixed broadband di Indonesia menghasilkan skor rata-rata sebesar 3,75
dan termasuk dalam kategori Baik (interval 3,41 – 4,20). Dari tiga dimensi yang
membentuk Loyalitas Pelanggan, ketiganya termasuk dalam kategori Baik. Skor
tertinggi dicapai oleh dimensi Kepercayaan Pelanggan (3,99), kedua dicapai oleh
dimensi Keberpihakan Pelanggan (3,74) dan ketiga dicapai oleh dimensi
Penciptaan Prospek (3,52).
Pada Tabel 4.19 menunjukkan diantara ke tiga dimensi Loyalitas
Pelanggan, kepercayaan pelanggan memiliki nilai rata-rata paling tinggi yaitu
sebesar 3,99, artinya pelanggan fixed broadband percaya terhadap operator fixed
199
broadband yang dimilikinya akan menjadi pilihan dari segi manfaat layanan dan
kemudahan dalam penggunaan layanan.
Sementara itu, dimensi penciptaan prospek memiliki rata-rata paling
rendah yaitu sebesar 3,52, menggambarkan kurangnya pelanggan fixed
broadbandyang mengajak tema-teman atau relasinya untuk mengunakan layanan
fixed broadband yang mereka pakai.
Durukan & Bozaci (2011) menyatakan Loyalitas Pelanggan mendorong
pelanggan tetap melakukan pembelian kembali pada suatu perusahaan tertentu.
Sedangkan menurut Dixon, Freeman & Toman (2010), pelanggan yang loyal
menunjukkan kemauan untuk melanjutkan hubungan bisnis dengan perusahaan,
meningkatkan pengeluaran belanjanya, atau meyatakan hal-hal yang baik tentang
perusahaan atau menghindari menyampaikan pernyataan-pernyataan yang buruk.
Dikaitkan dengan bisnis, Louis Columbus dalam Kotler & Keller (2012)
menyatakan bahwa menciptakan pelanggan yang loyal merupakan inti dari setiap
bisnis. Hal ini berarti bahwa Loyalitas Pelanggan merupakan hall yang positif
bagi fixed broadband sehingga mereka harus dapat mempertahankan dan
mengembangkan Loyalitas Pelanggan agar dapat bertahan maupun
mengembangkan bisnis.
Berikut disajikan perbandingan rata-rata skor dari dimensi Loyalitas
Pelanggan beserta indikatornya berdasarkan operator penyedia layanan Fixed
broadband.
200
Gambar 4.32. Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Operator
Loyalitas Pelanggan pada keempat operator dinyatakan Baik (dalam
interval 3,41 – 4,20), dengan rata-rata tertinggi dicapai oleh produk IndiHome
(3,80), disusul kemudian oleh produk Biznet di urutan kedua (3,75), posisi ketiga
dicapai oleh produk First (3,57) dan nilai terrendah dicapai oleh produk Play
dengan rata-rata skor 3,40 dengan kategori Cukup.
Untuk melihat gambaran distribusi tanggapan responden terhadap setiap
dimensi Loyalitas Pelanggan, berikut disajikan tabel distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap indikator untuk setiap dimensi.
Dimensi Penciptaan Prospek pada Variabel Loyalitas Pelanggan
Fixed broadband di Indonesia (Z1)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Penciptaan
Prospek.
201
Tabel 4.20. Penilaian Responden terhadap Dimensi Penciptaan Prospek
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q60 Frekuensi 69 197 44 72 18 400
3,57 (Baik) % 17% 49% 11% 18% 5% 100%
Q61 Frekuensi 82 264 43 9 2 400
4,04 (Baik) % 21% 66% 11% 2% 1% 100%
Q62 Frekuensi 42 118 55 152 33 400
2,96 (Cukup) % 11% 30% 14% 38% 8% 100%
Rata-rata Skor Penciptaan Prospek 3,52 (Baik)
Dari Tabel 4.20 terlihat bahwa dua dari tiga indikator pernyataan terkait
Penciptaan Prospek dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang
terletak pada interval 3,41 – 4,20, dan satu item dinyatakan Cukup yakni item Q62
dengan rata-rata sebesar 2,96 yang terletak pada interval 2,60 – 3,40.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.33, indikator Penciptaan Prospek dinilai Baik untuk
IndiHome dan Play, dengan skor tertinggi dicapai oleh produk IndiHome (3,60)
dan di urutan kedua dicapai oleh Play (3,42). Operator dengan dimensi Penciptaan
Prospek yang termasuk dalam kategori Cukup dicapai oleh dua produk yakni
Biznet (3,38) di urutan ketiga dan First di urutan terakhir (3,19).
Gambar 4.33. Penciptaan Prospek Berdasarkan Operator
202
Dari sisi harga layanan operator Biznet termasuk kategori mahal bila di
bandingkan dengan operator lain namun dari sisi kualitas menunjukkan
performansi yang baik. Kondisi ini mengakibatkan keengganan masyarakat untuk
mengajak yang lainnya berlangganan Biznet.
Dimensi Keberpihakan Pelanggan pada Variabel Loyalitas Pelanggan
Fixed broadband di Indonesia (Z2)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Keberpihakan
Pelanggan.
Tabel 4.21. Penilaian Responden terhadap Dimensi Keberpihakan Pelanggan
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q63 Frekuensi 50 154 54 110 32 400
3,20 (Cukup) % 13% 39% 14% 28% 8% 100%
Q64 Frekuensi 76 248 59 13 4 400
3,95 (Baik) % 19% 62% 15% 3% 1% 100%
Q65 Frekuensi 118 234 17 26 5 400
4,09 (Baik) % 30% 59% 4% 7% 1% 100%
Rata-rata Skor Keberpihakan Pelanggan 3,74 (Baik)
Dari Tabel 4.21 terlihat bahwa dua dari tiga indikator pernyataan terkait
Keberpihakan Pelanggan dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata
yang terletak pada interval 3,41 – 4,20 dan satu item dinilai Cukup yakni item
Q63 dengan rata-rata skor sebesar 3,20 yang terletak pada interval 2,60 – 3,40.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.34, dimensi Keberpihakan Pelanggan dinilai Baik
untuk semua produk, dengan skor tertinggi dicapai oleh produk Biznet (4,07),
203
urutan kedua dicapai oleh First (3,94), IndiHome di urutan ketiga (3,69) dan di
urutan terakhir dicapai Play (3,54).
Gambar 4.34. Keberpihakan Pelanggan Berdasarkan Operator
Dimensi Kepercayaan Pelanggan pada Variabel Loyalitas Pelanggan
Fixed broadband di Indonesia (Z3)
Berikut disajikan tanggapan responden terhadap dimensi Kepercayaan
Pelanggan.
Tabel 4.22. Penilaian Responden terhadap Dimensi Kepercayaan Pelanggan
No Frekuensi Jawaban
Total Indeks Rata-
rata % 5 4 3 2 1
Q66 Frekuensi 69 286 36 8 1 400
4,04 (Baik) % 17% 72% 9% 2% 0% 100%
Q67 Frekuensi 84 238 42 33 3 400
3,92 (Baik) % 21% 60% 11% 8% 1% 100%
Q68 Frekuensi 105 235 23 30 7 400
4,00 (Baik) % 26% 59% 6% 8% 2% 100%
Rata-rata Skor Kepercayaan Pelanggan 3,99 (Baik)
204
Dari Tabel 4.22 terlihat bahwa tiga indikator pernyataan terkait
Kepercayaan Pelanggan dinilai Baik oleh responden, dengan indeks rata-rata yang
terletak pada interval 3,41 – 4,20.
Jika dilihat perbandingan dimensi berdasakan Operatornya, sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 4.35, indikator Kepercayaan Pelanggan dinilai Baik
untuk tiga produk, dengan skor tertinggi dicapai oleh IndiHome (4,10), urutan
kedua dicapai oleh Biznet (3,80) dan First di urutan ketiga dengan skor rata-rata
3,57. Sedangkan satu produk lainnya dinyatakan dalam kategori Cukup yakni Play
dengan skor rata-rata 3,25.
Gambar 4.35. Kepercayaan Pelanggan Berdasarkan Operator
Kehadiran operator MNC Play di bisnis fixed broadband dinilai masih relatif baru
sehingga secara kuantitas dan kualitas banyak yang belum diketahui. Sebagian
besar orang berlangganan MNC Play karena pertimbangan faktor harga dan
promosi (gratis channel TV dalam beberapa bulan) bukan mempertimbangkan
kualitas produk (Hasil FGD).
205
4.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan teknik analisis SEM atau
Structural Equation Modeling untuk mengetahui pengaruh Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan
serta implikasinya Loyalitas Pelanggan.
Variabel penelitian terdiri atas variabel eksogen yaitu Manajemen
Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran dan variabel
endogen yaituNilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan. Model Structural
Equation Modeling (SEM) yang digunakan merupakan model pendekatan dengan
First Order
4.3.1 Pengujian Asumsi Pengujian Normalitas
Perhitungan metode SEM menggunakan metode Maximum Likelihood
mensyaratkan data memiliki sebaran normalitas multivariate. Untuk mengetahui
sebaran data yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pengecekan asumsi
sebaran normalitas multivariate dari data. Evaluasi normalitas data yang dihitung
menggunakan bantuan software Lisrel 8.8 dilakukan dengan menggunakan ratio
skewness. Hasil pengujian normalitas disajikan pada tabel 4.23
206
Tabel 4.23.
Uji Normalitas Data Model SEM
Test of Univariate Normality for Continuous Variables
Skewness Kurtosis Skewness and Kurtosis Kesimpulan UJi
Variable Z-Score P-Value Z-Score P-Value Chi-Square P-Value
mp 0.038 0.970 -6.779 0.000 45.950 0.000 Tidak Normal
ph 3.653 0.000 -2.861 0.004 21.531 0.000 Tidak Normal
pk 1.410 0.158 -10.060 0.000 103.183 0.000 Tidak Normal
sds 2.419 0.016 -12.519 0.000 162.588 0.000 Tidak Normal
ku 1.153 0.249 -6.422 0.000 42.573 0.000 Tidak Normal
prd 1.486 0.137 -7.310 0.000 55.646 0.000 Tidak Normal
hrg 1.837 0.066 -7.740 0.000 63.287 0.000 Tidak Normal
tmp 1.650 0.099 -6.552 0.000 45.650 0.000 Tidak Normal
pro 2.227 0.026 -6.082 0.000 41.952 0.000 Tidak Normal
sdm 1.552 0.121 -6.234 0.000 41.273 0.000 Tidak Normal
Sf 2.832 0.005 -4.016 0.000 24.150 0.000 Tidak Normal
prs 2.417 0.016 -5.266 0.000 33.570 0.000 Tidak Normal
mft 2.416 0.016 -3.556 0.000 18.486 0.000 Tidak Normal
Kb 0.972 0.331 -6.106 0.000 38.231 0.000 Tidak Normal
Pp 2.327 0.020 -2.235 0.025 10.411 0.005 Tidak Normal
Kbp 1.401 0.161 -5.582 0.000 33.127 0.000 Tidak Normal
Kpp 2.243 0.025 -7.220 0.000 57.162 0.000 Tidak Normal
Test of Multivariate Normality for Continuous Variables
Skewness Kurtosis Skewness and Kurtosis
Value Z-Score P-Value Value Z-Score P-Value Chi-
Square P-Value
28.4320 16.5660 0.0000 350.3800 8.4660 0.0000 346.0950 0.0000
Uji normalitas data multivariate dilakukan dengan statistik uji nilai
kurtosis. Diperoleh nilai uji Skewness and Kurtosis sebesar 346.0950 dengan
signifikansi 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka di peroleh
kesimpulan data Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik, Bauran
Pemasaran, Nilai Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan secara keseluruhan tidak
memenuhi distribusi normal multivariate.
Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukan bahwa data tidak memiliki
distribusi normal multivariate sehingga penaksiran model persamaan structural
207
dilakukan menggunakan Robust Maximum Likelihood Method. Dari hasil
perhitungan diperoleh full model SEM yang digunakan sebagai berikut:
Gambar 4.36. Model Struktural Full Model
4.3.2 Analisis Model Pengukuran
1) Variabel Laten Manajemen Kerelasian Pelanggan
Tabel 4.24.
Loading Faktor Manifes Laten Variabel Manajemen Kerelasian Pelanggan
Manifes Laten
Variabel
Loading Faktor
Keterangan Model
Pengukuran thitung R2 Eror
Variance
Manfaat
psikologis (mp) 0,7286 Valid X11= 0,7286X1 + 0,4691 18,1411 0,5309 0,4691
Pemberian
hadiah (ph) 0,7110 Valid X12= 0,7110 X1 + 0,4944 16,5988 0,5056 0,4944
Pemberian
kemudahan (pk) 0,9420 Valid X13= 0,9420 X1 + 0,1126 32,4029 0,8874 0,1126
C-R = 0,841 V-E = 0,641
Sumber: Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
208
Hasil pada tabel di atas menunjukkan loading faktor dari variabel manifes
dari variabel laten Manajemen Kerelasian Pelanggan sudah di atas rata-rata
loading faktor sebesar 0,5 yaitu berkisar antara 0,7– 0,9. Nilai thitung yang
diperoleh untuk setiap variabel manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel manifes yang digunakan bermakna dalam mengukur variabel
Manajemen Kerelasian Pelanggan yang digunakan.
Gambar 4.37. Model Pengukuran X1 (Manajemen Kerelasian Pelanggan)
Nilai Construct Reliability variabel Manajemen Kerelasian Pelanggan
sebesar 0,841 sudah berada di atas nilai cutt-off = 0,7 yang disarankan untuk
penilaian reliabilitas . Nilai ini menunjukkan variabel laten yang terbentuk
memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan indikator yang digunakan pada
laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk laten variabel Manajemen
Kerelasian Pelanggan sebesar 0,641. Nilai yang diperoleh di atas cut –off = 0,5
yang menunjukkan besaran variabel manifes yang telah tercakup dalam konstruk
yang terbentuk (laten variabel) relatif tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan
konstruk yang terbentuk (laten variabel) sudah tepat dibangun dari indikatornya.
209
2) Variabel Laten Kompetensi Unik
Tabel 4.25. Hasil Loading Faktor Manifes Laten Variabel Kompetensi Unik
Manifes
Laten
Variabel
Loading
Faktor
Model Pengukuran
thitung R2 Eror
Variance
Sumber Daya
Spefisik (sds) 0,9554
X21= 0,9554X2+ 0,0871 33,9004 0,9129 0,0871
Kinerja yang
Unggul (ku) 0,8433
X22= 00,8433X2+ 0,2882 25,9101 0,7112 0,2882
C-R = 0,896
V-E = 0,812
Sumber: Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Hasil pada tabel di atas menunjukkan loading faktor dari variabel manifes
dari variabel latenKompetensi Unik sudah di atas rata-rata loading faktor sebesar
0,5 yaitu 0,9554 dan 0,8433. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel
manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes yang
digunakan bermakna dalam mengukur variabel Kompetensi Unik yang digunakan.
Gambar 4.38. Model Pengukuran X2 (Kompetensi Unik)
Nilai Construct Reliability variabel Kompetensi Unik sebesar 0,896 sudah
berada di atas nilai cutt-off = 0,7 yang disarankan untuk penilaian reliabilitas .
Nilai ini menunjukkan variabel laten yang terbentuk memiliki tingkat keandalan
yang relatif tinggi dan dimensi yang digunakan pada laten variabel memiliki
kesesuaian yang baik.
210
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk laten variabel Kompetensi
Unik sebesar 0,812. Nilai yang diperoleh di atas cut –off = 0,5yang menunjukkan
besaran variabel manifes yang telah tercakup dalam konstruk yang terbentuk
(laten variabel) relatif tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang
terbentuk (laten variabel) sudah tepat dibangun dari dimensinya.
3) Variabel Laten Kinerja Bauran Pemasaran
Tabel 4.26.
Loading Faktor Manifes Laten Variabel Kinerja Bauran Pemasaran
Manifes
Laten Variabel
Loading
Faktor Model Pengukuran thitung R2 Eror
Variance Produk (X31) 0,8433 X31= 0,8433 X3+ 0,2888 26,6385 0.7112 0,2888 Harga (X32) 0,7822 X32= 0,7822 X3+ 0,3882 21,6783 0.6118 0,3882
Tempat (X33) 0,6849 X33= 0,6849 X3+ 0,5310 16,5531 0.4690 0,5310 Promosi (X34) 0,8804 X34= 0,8804 X3+ 0,2248 27,3568 0.7752 0,2248 Sumber daya
Manusia (X35) 0,8577 X35= 0,8577 X3+ 0,2644 25,6256 0.7356 0,2644
Sarana Fisik/Fasilitas
(X36)
0,8566 X36= 0,8566 X3+ 0,2665 24,4890 0.7335 0,2665
Proses (X37) 0,8758 X37= 0,8758 X3+ 0,2330 25,6346 0.7670 0,2330 C-R = 0,938 V-E = 0,686
Sumber: Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Hasil pada tabel di atas menunjukkan Loading faktor dari variabel manifes
dari variabel latenKinerja Bauran Pemasaran sudah di atas rata-rata loading faktor
sebesar 0,5 yaitu berkisar antara 0,6 – 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap
variabel manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes
yang digunakan bermakna dalam mengukur variabel Kinerja Bauran
Pemasaranyang digunakan.
Nilai Construct Reliability variabel Kinerja Bauran Pemasaran sebesar
0,938 sudah berada di atas nilai cutt-off = 0,7 yang disarankan untuk penilaian
211
reliabilitas . Nilai ini menunjukkan variabel laten yang terbentuk memiliki tingkat
keandalan yang relatif tinggi dan indikator yang digunakan pada laten variabel
memiliki kesesuaian yang baik.
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk laten variabel Kinerja Bauran
Pemasaran sebesar 0,686. Nilai yang diperoleh di atas cut –off = 0,5yang
menunjukkan besaran variabel manifes yang telah tercakup dalam konstruk yang
terbentuk (laten variabel) relatif tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan
konstruk yang terbentuk (laten variabel Kinerja Bauran Pemasaran) sudah tepat
dibangun dari indikatornya.
4) Variabel Laten Nilai Pelanggan
Tabel 4.27.
Hasil Loading Faktor Manifes Laten Variabel Nilai Pelanggan
Manifes
Laten Variabel
Loading
Faktor
Model Pengukuran thitung R2 Eror
Variance
Manfaat (Y1) 0,8388
Y1= 0,8388Y+ 0,2965 n.a
0.7035 0,2965
Korbanan (Y2) 0,8549
Y2= 0,8549Y+ 0,2692 19,660
0.7308 0,2692
C-R = 0,835
V-E = 0,717
Sumber: Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Hasil pada tabel di atas menunjukkan Loading faktor dari variabel manifes
dari variabel latenNilai Pelanggan sudah baik di atas rata-rata loading faktor
sebesar 0,5 yaitu 0,828 dan 0,8549. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap
variabel manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes
yang digunakan bermakna dalam mengukur variabel Nilai Pelanggan yang
digunakan.
212
Nilai Construct Reliability variabel Nilai Pelanggan sebesar 0,835 sudah
berada di atas nilai cutt-off = 0,7 yang disarankan untuk penilaian reliabilitas .
Nilai ini menunjukkan variabel laten yang terbentuk memiliki tingkat keandalan
yang relatif tinggi dan indikator yang digunakan pada laten variabel memiliki
kesesuaian yang baik.
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk laten variabel Nilai Pelanggan
sebesar 0,717. Nilai yang diperoleh di atas cut –off = 0,5yang menunjukkan
besaran variabel manifes yang telah tercakup dalam konstruk yang terbentuk
(laten variabel) relatif tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang
terbentuk (laten variabel Nilai Pelanggan) sudah tepat dibangun dari indikatornya.
5) Variabel Laten Loyalitas Pelanggan
Tabel 4.28.
Hasil Loading Faktor Manifes Laten Variabel Loyalitas Pelanggan
Manifes
Laten Variabel
Loading
Faktor
Model Pengukuran thitung R2 Eror
Variance
Penciptaan prospek
(PP) 0,8304
Z1= 0,8304 Z+ 0,3204 n.a 0.6896 0,3104
Keberpihakan
pelanggan (kbp) 0,7963
Z2= 0,7963Z+ 0,3659
20,2780 0.6341 0,3659
Kepercayaan
pelanggan (kpp) 0,8830
Z3= 0,8830 Z+ 0,2204 23,2711 0.7796 0,2204
C-R = 0,875
V-E = 0,701
Sumber: Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Hasil pada tabel di atas menunjukkan Loading faktor dari variabel manifes
dari variabel latenLoyalitas Pelanggan sudah baik di atas rata-rata loading faktor
sebesar 0,5 yaitu berkisar antara 0,7 – 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap
variabel manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes
213
yang digunakan bermakna dalam mengukur variabel Loyalitas Pelanggan yang
digunakan.
Nilai Construct Reliability variabel Loyalitas Pelanggan sebesar 0,875
sudah berada di atas nilai cutt-off = 0,7 yang disarankan untuk penilaian
reliabilitas. Nilai ini menunjukkan variabel laten yang terbentuk memiliki tingkat
keandalan yang relatif tinggi dan indikator yang digunakan pada laten variabel
memiliki kesesuaian yang baik.
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk laten variabel Loyalitas
Pelanggan sebesar 0,701. Nilai yang diperoleh di atas cut –off = 0,5yang
menunjukkan besaran variabel manifes yang telah tercakup dalam konstruk yang
terbentuk (laten variabel) relatif tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan
konstruk yang terbentuk (laten variabel Loyalitas Pelanggan) sudah tepat
dibangun dari indikatornya
Untuk menjawab hipotesis yang diajukan, berikut ini akan dilihat dan
diuraikan masing-masing pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat sesuai
dengan hipotesis yang diajukan.
4.3.3 Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan dan dampaknya terhadap
Loyalitas Pelanggan
Ketepatan persamaan struktural (Structural Equation Modelling (SEM) yang
diperoleh ditunjukkan oleh ukuran kesesuaian model (Goodness of fit measures)
214
(Hair, 2010, 640). Pada penelitian ini ukuran kesesuaian model yang digunakan
dalam menguji model struktural berdasarkan kriteria berikut:
Tabel 4.29.
Hasil Uji Kesesuaian Model (GOF)
Goodness of Fit Index
Cut of Value Hasil Olah
Data Evaluasi Model
Chi-Square (df= 109) 122,108 172,95 Marginal Probability 0,05 0,00009 Marginal
CMIN/DF 2 Fit RMSEA 0,05 0,038 Fit
Normed Fit Index (NFI) 0,900 0,9 Fit Comparative Fit Index (CFI) 0,900 0,9 Fit
Relative Fit Index (RFI) 0,900 0,9 Fit IFI 0,900 0,9 Fit GFI 0,900 0,9 Fit
Dari hasil perhitungan Goodness of Fit Statistics untuk model yang diteliti,
diperoleh nilai χ 2 sebesar 172,95dengan p-value = 0,00009. Hasil yang diperoleh
jika dilihat berdasarkan kriteria di atas, model yang diperoleh memenuhi kriteria
ideal dimana nilai χ2 hasil olah data 172,95 lebih besar dari nilai χ2 tabel 122,108
dengan p-value< 0.05.
Nilai RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation) untuk model
yang diteliti sebesar 0,038. Nilai RMSEA menunjukkan goodness of fit yang
dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA 0,05
menunjukkan model fit dengan data (berdasarkan banyaknya derajat bebas
(degrees of freedom) dalam model). Dapat dikatakan model yang diperoleh
dengan nilai RMSEA = 0,036 memiliki tingkat kecocokan (fit) dengan data.
Ukuran komparatif lain adalah dengan menggunakan NonNormed Fit
Index (NFI), dan Comparatif Fit Indeks (CFI). Para ahli menentukan batasan
model fit untuk NFI, RFI dan GFI adalah sebesar 0,90 sedangkan berdasarkan
215
indek CFI bila nilainya mendekati 1. Non-Normed Fit Index (NFI) model yang
diperoleh adalah 0.9767, Comparatif Fit Indeks (CFI) model yang diperoleh
adalah 0.9955 dan Relative Fit Index (RFI) model yang diperoleh adalah 0,9715.
Hasil ukuran kesesuaian model (Goodness of Fit) yang diperoleh untuk
model SEM yang digunakan menunjukkan bahwa model FIT dan dapat
diterima sehingga model yang diperoleh dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antar model yang diteliti. Artinya model yang diperoleh dapat
menjelaskan hubungan dan pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan,
Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan serta
implikasinya Loyalitas Pelanggan.
Gambar 4.39.
Model Struktural Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi
Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan dan dampaknya
terhadap Loyalitas Pelanggan
216
4.3.4 Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan
Dari hasil perhitungan untuk hipotesis pengaruh Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan
diperoleh model struktural sebagai berikut.
Gambar 4.40.
Model Struktural Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi
Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan(1)
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dapat dilihat koefisien
pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan (1) terhadap Nilai Pelanggan(1)
sebesar 0,2298 dengan nilai t-hitung untuk uji statistik sebesar 3,2356, koefisien
pengaruh Kompetensi Unik (2) terhadap Nilai Pelanggan(1) sebesar 0,3037
dengan nilai thitung untuk uji statistik sebesar 4,3915dan koefisien pengaruh Bauran
217
Pemasaran(3) terhadap Nilai Pelanggan(1) sebesar 0,4417dengan nilai thitung
untuk uji statistik sebesar 6,5289.
Dapat diperoleh persamaan struktural yang dihipotesiskan sebagai berikut:
1= 0,22981 + 0,30372 +0,44173 + 0,2723
Tabel 4.30.
Hasil Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan (1), Kompetensi Unik
(2)dan Bauran Pemasaran (3) terhadap Nilai Pelanggan(1)
Variabel
Laten Eksogen
Koefisien
Jalur thitung R2 Error
Variance
Manajemen Kerelasian Pelanggan (1) 0,2298 3,2356 0,7277 0,2723
Kompetensi Unik (2) 0,3037 4,3915
Bauran Pemasaran (3) 0,4417 6,5289
(Sumber: Hasil Pengolahan Data )
Dari hasil pengujian penelitian di atas yang tertuang pada Gambar 4.40
dan Tabel 4.30, maka untuk meningkatkan Nilai Pelanggan sangat dipengaruhi
tiga variabel eksogen yaitu Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik
dan Bauran Pemasaran. Sedangkan Loyalitas Pelanggan paling dominan
dipengaruhi oleh Kompetensi Unik, diikuti Manajemen Kerelasian Pelanggan dan
Bauran Pemasaran. Sinergi dari ketiga variabel eksogen Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran yang memberikan Nilai
Pelanggan yang superior sehingga mendorong pelanggan fixed broadband untuk
meningkatkan belanjanya kepada operator yang dipakainya.
Penguatan tiga variabel tersebut diatas, akan dapat meningkatkan value
yang dirasakan oleh pelanggan. Apabila value yang dirasakan oleh pelanggan dari
satu operator lebih tinggi daripada operator yang lain maka akan tercipta superior
218
customer value bagi operator tersebut. Superior customer value dapat mendorong
tingginya tingkat loyalitas bagi pelanggan.
Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran Secara Simultan Terhadap Nilai Pelanggan
Untuk mengetahui pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan,
Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran secara simultan terhadap Nilai
Pelanggan selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan melihat nilai Fhitung (Uji F).
Hipotesis statistik yang digunakan dalam menguji pengaruh adalah sebagai
berikut:
H0:1i= 0 Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran secara simultan tidak berpengaruh
terhadap Nilai Pelanggan
H1: 1i≠ 0 Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran secara simultan berpengaruh terhadap
Nilai Pelanggan
Untuk menguji pengaruh tersebut secara simultan digunakan uji-F dengan
kriteria uji α penelitian sebesar 0,5 pada batas kritis yang dinyatakan signifikan
jika Fhitung lebih besar dari Ftabel untuk db1 =2 dan db2 = n-k-1 = 400 -3-1= 396
sebesar 2,627.
Nilai statistik uji F diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
1 2 3
1 2 3
2
X X X
2
X X X
n k 1 ×RF =
k× 1-R
Y
Y
400 3 1 ×0,7277=
3× 1 0,7277
= 352,7765
219
Tabel 4.31.
Pengujian Koefisien Jalur Secara Simultan X- Y
Hipotesis R2 Fhitung Ftabel Keputusan Kesimpulan
Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi
Unik dan Bauran
Pemasaran secara
simultan berpengaruh
terhadap Nilai
Pelanggan
0,7277 352,7765 2,627 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Lampiran Hasil Perhitungan
Nilai F-hitung diperoleh sebesar 352,7765. Hasil penghitungan nilai
statistik uji F yang diperoleh menunjukkan F-hitung lebih besar dari nilai Ftabel
(F=352,7765>3,047), maka diperoleh hasil pengujian H0 ditolak. Hasil ini
menyimpulkan bahwa Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran secara simultan berpengaruh terhadap Nilai Pelanggan.
Hasil perhitungan dapat disimpulkan Manajemen Kerelasian Pelanggan,
Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Nilai Pelanggan
dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 4.32.
Rangkuman Hasil Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi
Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan
Variabel Koefisien
Jalur Pengaruh
Langsung
Pengaruh karena ada hubungan dengan Total
X1 X2 X3
X1 0.2298 5.28% 5.28% 6.13% 16.70%
X2 0.3037 9.22% 5.28% 7.96% 22.47%
X3 0.4417 19.51% 6.13% 7.96% 33.60%
Total Pengaruh 72,77%
Sumber: Hasil Pengolahan Data
220
Hasil pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan diperoleh sebesar 72,77%. Adapun
pengaruh faktor diluar Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran sebesar 27,23%. Managemen kerelasian pelanggan,
Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran secara simultan berpengaruh terhadap
Nilai Pelanggan mensyaratkan bahwa operator perlu mengembangkan sinergi
secara kuat untuk ketiga variabel eksogen tersebut di atas sehingga menghasilkan
Nilai Pelanggan yang superior (superior customer value). Berdasarkan
pembahasan sebelumnya, dimensi-dimensi yang paling kuat menggambarkan
Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran
secara berurutan adalah pemberian kemudahan, sumber daya spesifik dan sumber
daya manusia. Sebagai contoh bila aspek pemberian kemudahan pelanggan fixed
broadband diterapkan karena adanya sumber daya yang spesifik dan
dikombinasikan dengan pengembangan produk akan terjadi karena sumber daya
manusia yang handal yang dimiliki oleh operator fixed broadband akan
memberikan Nilai Pelanggan yang superior.
Di dalam satu perusahaan ataupun operator umumnya ketiga variabel ini
dikelola oleh tiga unit yang berbeda. Diperlukan sinkronisasi di setiap penyusunan
program sehingga seluruh kegiatan dapat terintegrasi dengan baik, tidak tumpang
tindih namun saling menguatkan. Dengan terintegrasinya program di dalam
menjalankan tiga variabel ini maka akan di dapatkan hasil yang optimal dengan
biaya yang seefesien mungkin.
221
Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan Terhadap Nilai
Pelanggan
Manajemen Kerelasian Pelanggan dihipotesiskan mempengaruhi Nilai
Pelanggan. Perhitungan model pengaruh yang dihipotesiskan diperoleh
menggunakan Software Lisrel 8.8.
Gambar 4.41.
Model Struktural X1-Y
Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik
dinyatakan sebagai berikut:
Ho.γ11 = 0: Manajemen Kerelasian Pelanggan tidak berpengaruh terhadap Nilai
Pelanggan
Ha.γ11 ≠ 0: Manajemen Kerelasian Pelanggan berpengaruh terhadap Nilai
Pelanggan
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Manajemen
Kerelasian Pelanggan terhadap Nilai Pelanggan dirangkum dan dapat dilihat pada
tabel berikut:
222
Tabel 4.33. Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan Terhadap Nilai
Pelanggan
Hipotesis
Koefisien
Jalur
thitung tkritis Keputusan Keterangan
Manajemen Kerelasian
Pelanggan berpengaruh
terhadap Nilai Pelanggan
0,2298 3,2356 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Manajemen
Kerelasian Pelanggan sebesar 3,2356. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada
didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 3,2356> 1,96)
maka dapat diambil keputusan untuk menolak H0.
Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
Manajemen Kerelasian Pelanggan berpengaruh terhadap Nilai Pelanggan.
a. Besarnya pengaruh langsung Manajemen Kerelasian Pelanggan terhadap
Nilai Pelanggan adalah (0,2298×0,2298×100%) = 5,28%. Jadi Manajemen
Kerelasian Pelanggan memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada
variabel lainnya yang diperhatikan sebesar 5,28% terhadap Nilai Pelanggan.
b. Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan karena adanya hubungan dengan
Kompetensi Unik terhadap Nilai Pelanggan sebesar
(0,2298×0,7572×0,3037×100%) = 5,28%.
c. Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan karena adanya hubungan dengan
Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan sebesar
223
(0,2298×0,6043×0,4417×100%) = 6,13%.
Jadi besarnya total pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan terhadap Nilai
Pelanggan sebesar 16,70%.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Manajemen Kerelasian Pelanggan
berpengaruh signifikan terhadap Nilai Pelanggan. Hasil tersebut dapat dijelaskan
melalui dimensi yang paling kuat menggambarkan Manajemen Kerelasian
Pelanggan yaitu pemberian kemudahan. Kemudahan yang diperoleh atau dialami
pelanggan fixed broadband seperti penanganan gangguan sesuai servis level
service level guarentee (SLG) yang sebelumnya 3 hari sekarang menjadi 12 jam
atau kurang, kemudahan mendapatkan informasi tagihan maupun sistem
pembayaran yaitu semua pelanggan bisa membayar dimana pun, diantaranya
Alfamart, ATM, Internet Banking, Tokopedia dan Grapari. Mengingat sebagian
besar profil pelanggan dengan pendidikan yang memadai dan daya beli yang
relatif maka aspek kemudahan ini sangat penting bagi mereka karena dapat
meningkatkan kelancaran kegiatan-kegiatan bisnisnya dan mengurangi waktu
yang tidak efektif bagi mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan manajemen PT Telkom dengan
produk IndiHome, diketahui bahwa konsep Customer Relationship Management
(Management Kerelasian Pelanggan) bagi pelanggan IndiHome dilakukan dalam
semua episode pelanggan (Customer Journey) mulai dari Registrasi Pelanggan,
Pemasangan, Pemakaian, Pembayaran, Penangan keluhan, sampai dengan churn.
Management Kerelasian Pelanggan yang diimplementasikan oleh IndiHome lebih
banyak ditujukan untuk menjaga Loyalitas Pelanggan (retensi pelanggan). Aspek
224
yang dilakukan dimulai dari profiling yaitu memvalidasi data-data pelanggan,
nama, nomor telpon. Dan yang paling dominan di sisi servis, bagaimana mampu
menjamin servis pelanggan dalam kondisi yang baik. Bila layanan IndiHome
kurang bagus/tidak dalam kondisi yang baik, maka tindakan yang dilakukan
adalah penanganan perbaikan gangguan dengan cepat.
Program loyalty kepada pelanggan IndiHome baru dilakukan secara
intensif pada tahun 2018 dengan mensyaratkan profil pelanggan yang sudah
cukup bagus. Handycap dalam mengimplementasikan program loyalti kepada
pelanggan salah satunya adalah karena belum memiliki profiling pelanggan yang
memadai. Pada saat calon pelanggan melakukan registrasi sebelumnya, belum
dilakukan validasi terhadap nomor kontak, alamat dan email pelanggan dimana
data itu sangat penting. Sementara untuk dapat membangun hubungan yang lancar
dengan pelanggan, operator minimal memiliki nomor telpon dan email. Saat ini
kegiatan profiling pelanggan terus dilakukan, IndiHome memiliki punya tim
profiling sebanyak 100 orang untuk melakukan validasi setiap hari atas data - data
pelanggan.
Pelanggan IndiHome yang mendapat program loyalti adalah pelanggan
yang memberikan kontribusi besar kepada IndiHome, dilihat dari lamanya
berlangganan (leng of stay), jumlah billing & ketepatan waktu membayar.
IndiHome memberikan reward berupa “open all channel dan update speed” dalam
periode waktu tertentu. IndiHome juga mempunyai point reward customer yang
baru di mulai tahun 2018 dimana point reward bisa di-redeem di berbagai moda,
IndiHome bekerja sama dengan BliBli.Com, Belanja.Com, lounge bandara, dll.
225
Moda pengelolaan lain terkait dengan servis kepada pelanggan antara lain
bagaimana IndiHome menjamin agar mampu mengakomodasi kebutuhan
pelanggan seperti penanganan keluhan pelanggan yang sudah berbasis jam dengan
SLG (servis level guarantee) adalah 3 X 24 jam.
Berdasarkan survey yang dilaksanakan IndiHome terhadap pelangganya,
diperoleh skor atas pemberian reward dari IndiHome dipersepsi cukup oleh
pelanggan, karena program pemberian reward baru di mulai di tahun 2018. Dan
belum semua pelanggan terprofil dengan baik baru sekitar 50%, dimana
IndiHome tidak mungkin memberikan program loyalty kepada pelanggan-
pelanggan yang belum tervalidasi. IndiHome sudah memiliki calender of event
yang memberikan reward pada event tertentu seperti hari pelanggan, Hari Kartini
contohnya “open all channel IP TV & upgrade speed” untuk memberikan
experience kepada pelanggan. IndiHome memberikan notifikasi terkait reward
yang diberikan dan sampai kapan reward berlangsung, dan apabila pelanggan
ingin melanjutkan reward/add on yang diberikan biasanya sudah dibuatkan
notifikasi untuk menghubungi nomor telpon atau klik link yang diberikan
dinotifikasi. Untuk skor pemberian reward yang “cukup” juga dimungkinkan
karena responden yang diwawancarai belum pernah mendapatkan reward atau
belum mengetahui reward yang diberikan oleh IndiHome.
Tantangan ke depan yang dihadapi dalam industri fixed broadband adalah
tantangan loyalitas, dimana apabila IndiHome tidak bisa memberikan layanan
yang baik dan di satu sisi pelanggan juga tidak pernah merasa di-servis oleh
IndiHome, hal itu akan mengakibatkan banyaknya pelanggan memilih ke operator
226
lain. Sehingga program pemberian reward ini adalah salah satu program unik
yang memberikan sesuatu yang beda dengan yang lain, dan merupakan suatu
keunggulan yang bisa memberikan perbedaan dengan operator lain dan dapat
menjadikan pertimbangan kepada pelanggan dalam memilih operator. Menurut
pihak IndiHome tidak semua operator mampu melaksanakan reward karena setiap
reward yang diberikan akan berdampak kepada peningkatan biaya kepada setiap
perusahaan. Dampak dalam memberikan reward ini adalah apabila suatu saat
terjadi gangguan terhadap pelanggan, maka pelanggan masih memiliki
pertimbangan dimana IndiHome dalam menyelesaikan gangguan cepat dan sering
memberikan reward, sehingga pelanggan tidak cepat berpindah ke operator lain.
IndiHome percaya program reward ini dapat menjaga loyalty pelanggan.
Jika dibandingkan dengan operator lain, IndiHome saat ini sudah cukup
bagus di dalam pengelolaan CRM. IndiHome memiliki indikator yang dinamakan
dengan customer experience indikatornya dinamakan NPS (Net Promotor Score).
NPS mensurvey berapa pelanggan yang puas dan tidak puas. Secara score hasil
akhirnya NPS IndiHome sudah bagus di atas 80%. Skor NPS yang paling tinggi
adalah adalah pada aspek “payment”, dimana mulai tahun 2018, semua pelanggan
IndiHome dapat melakukan pembayaran dimana pun, diantaranya di Alfamart,
ATM, internet banking, Tokopedia, dan Grapari.IndiHome rutin melakukan
Custumer Servis and Loyalti Survey. Tiap minggu IndiHome melakukan survey
per episode dari journey pelanggan. Sistem akan mentriger waktu dari setiap
episode. Dan sudah ada webnya di NPS. Surveynya mengunakan OCVRS
(Outbond Call Voice Respon System).
227
Selain itu, IndiHome berusaha mendorong untuk menambah revenue dari
pelanggan eksisting melaui program upselling dan proselling (add on servis)
dengan basis big data, dimana IndiHome melakukan penawaran servis tambahan
ke pelanggan yang sudah memiliki profil, misalnya jualan add on kepada
pelanggan yang suka nonton Netflix, menawarkan upgrade bandwith kepada
pelanggan yang di rumahnya pengguna internetnya banyak. Dengan big data
analytic tingkat penawaran upselling dan proselling tinggi karena sudah dilakukan
profil sebelumnya.
Sementara untuk Biznet, saat ini fokus pada indikator tempat dan
penciptaan prospek yang mana indikatornya masuk ke dalam kategori cukup. Saat
ini tim Biznet sedang men-develop support tools apps untuk pelanggan.
Pelanggan bisa berkomunikasi langsung dengan call centre. Operator juga
memiliki premium care yang meng-handle account yang membutuhkan treatment
khusus dan di bagian call centre, pelanggan sudah dipisahkan berdasarkan
kategori pelanggan, misalnya tidak disamakan yang B2B dengan yang retail, tapi
yang di B2B juga dibagi lagi kelasnya ada yang masuk ke premier care yang
standard ada juga yang memang treatment jadi ada agen-agen khusus untuk satu
account.
Selain itu, secara sevice support Biznet belum tersedia seefektif Telkom,
tapi Biznet juga memperoleh feedback dari media, dari rekan-rekan yg lain.
Secara brand, Biznet sudah cukup kuat karena memang kendalanya fix broadband
yang digelar memang sangat limited dari sisi coverage. Jadi operator selalu dari
dulu bikin satu produk atau touchpoint, operator tidak terlalu banyak multiple
228
point tapi fokus di satu produk, jadi baik itu di broadband service atau broadband
bisnis operator tidak puya macam-macam, jadi Biznet tidak mempunyai banyak
macamnya dan fokus di sisi produknya. Biznet memiliki bisnis cloud, dan itu pun
hanya 1 produk dan sekarang sudah joint product dengan IIC, sehingga
pengembangan produknya jadi lebih banyak. Untuk di sektor retail sangat simpel
dengan adanya produk internet only atau internet umum dan tidak menawarkan
berbagai macam fitur.
Dari sisi strategi, Biznet biasanya tidak banyak berubah mungkin karena
dari sisi manajemen tidak pernah berubah, jadi program manajemen tidak pernah
belok-belok. Biznet melakukan pengembangan secara pelan-pelan dalam karena
bisnis menggunakan modal sendiri sehingga kalau mau bikin sesuatu harus
memikirkan profit and loss-nya dengan baik. Saat ini kabel yang sudah tergelar
sudah sampai 20.000 KM, operator juga sudah connect ke Singapore, mempunyai
kabel sendiri dari global switch ke Ancol sampai ke Bali juga sudah digelar. Di
Sumatera juga sudah dibangun event city, namun untuk menyeberang antar pulau
Biznet masih menggunakan operator lain. Untuk pulau Jawa-Bali dari ujung ke
ujung sudah memakai kabel milik sendri. Dari sisi marketing masih fokus untuk
melakukan interaksi emosional dengan masyarakat. Kurang lebih sama dengan
Telkom, karena sesuatu yang disentuh dengan interaksi emosi dapat diterima lebih
cepat oleh masyarakat. Operator Biznet juga menggunakan media sosial dalam
mempromosikan produknya, dan memiliki multimedia sendiri untuk pembuatan
video. Untuk pelanggan-pelanggan yang mempunyai bisnis, operator membantu
229
pengguna layanan dibantu diviralkan bisnisnya di sosial media. Sehingga pada
akhirnya pelanggan juga menambah beberapa fitur dari produk.
Di Biznet, untuk pengguna internet sebenarnya tidak ada program loyalty,
sehingga bisa hari ini berlangganan lalu bulan depan terminate terutama di sisi
retail. Di pelanggan bisnis juga mungkin terjadinya hal seperti itu, sehingga di
bisnis fixed broadband operator membangun relasi dan sosialnya. Kalau di sisi
pelanggan jarang memberikan promo. Operator percaya satu hal yaitu produk
tidak akan diganti kalau tidak ada value. Operator Biznet sangat komit dengan
MTTI (main time to instalation), karena operator percaya ketika customer butuh
dan customer happy, produk pasti dibeli, sehingga fokus perusahaan lebih ke arah
ini. Secara company, program-program yang diberikan Biznet adalah base on
demand, lebih ke arah service atau misalnya ke arah penambahan ke akses
hotspot. Untuk program lainnya operator mempublish bisnisnya pelanggan di
sosial media, operator juga memiliki team studio, serta inhouse program, untuk
meliput apa yang dibutuhkan oleh pelanggan.
Berdasarkan hasil FGD diketahui bahwa, implementasi Manajemen
Kerelasian Pelanggan oleh operator First Media dan IndiHome dalam pemberian
manfaat psikologis, pemberian kemudahan, dan pemberian hadiah dinilai sudah
baik. Sementara dari segi pemberian hadiah, mayoritas pelanggan MNC Play
menyatakan belum pernah mendapatkan pemberian hadiah apapun dari operator,
hal ini disebabkan selama ini tidak ada komunikasi dan tidak ada informasi
apapun dari pihak operator terkait pemberian hadiah, tetapi beberapa pelanggan
menyatakan bahwa pada waktu awal berlangganan sempat diberikan discount
230
harga dan bonus beberapa channel TV untuk beberapa bulan saja, setelah itu
semuanya kembali normal. Rata-rata pelanggan yang ikut FGD sudah berlanggan
produk MNC Play lebih dari 1 tahun, tetapi mayoritas pelanggan merasakan
perlakuan yang sama oleh operator, tidak ada perbedaan perlakukan antara
pelanggan yang lama atau yang baru, pemberian kemudahan dalam hal diskon
harga ataupun channel gratis hanya diberikan pada waktu awal berlangganan saja.
Adapun pelanggan Biznet menyatakan bahwa selama ini mereka tidak pernah
mendapatkan hadiah dan tidak mendapatkan informasi apapun dari pihak operator
terkait pemberian hadiah.
Hubungan positif antara Manajemen Kerelasian Pelanggan dengan Nilai
Pelanggan tersebut mendukung pendapat Liu (2007) “sewaktu pelanggan menukar
point reward-nya maka pelanggan menikmati benefit ekonomi dan psikologi dari
program Loyalitas Pelanggan yang dijalankan perusahaan.” Demikian pula
terhadap pendapat Hsee et al. (2003) dan pendapat Osselaer et al. (2004) dimana
“pada saat pelanggan mendapat point rewards karena melakukan pembelian maka
hal tersebut memberi dampak psikologis yang positif kepada mereka.” Apa yang
telah dikemukakan oleh ke tiga peneliti terdahulu tersebut belum sepenuhnya
dipraktekkan oleh operator fixed broadband melaluli pemberian berbagai hadiah
melalui point yang diperoleh pelanggan sehingga memberi manfaat secara
psikologis maupun manfaat ekonomi melalui hadiah-hadiah yang pelanggan
terima.
Temuan ini juga mendukung Verhoer (2002) yang meneliti para pelanggan
penyedia jasa keuangan menyatakan bahwa keanggotaan dalam program Loyalitas
231
Pelanggan dan direct mailings mempunyai pengaruh positif pada perubahan Nilai
Pelanggan. Sirdeshmukh et al. (2002) menekankan pentingnya fungsi
pengembangan nilai tersebut karena kemampuan memberikan nilai yang superior
kepada pelanggan sangat menunjang dalam memulai kerelasian dan retensinya.
Pengaruh Kompetensi Unik Terhadap Nilai Pelanggan
Kompetensi Unik dihipotesiskan mempengaruhi Nilai Pelanggan.
Perhitungan model pengaruh yang dihipotesiskan diperoleh menggunakan
Software Lisrel 8.8.
Gambar 4.42. Model Struktural X2-Y
Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik
dinyatakan sebagai berikut:
Ho.γ12 = 0: Kompetensi Unik tidak berpengaruh secara parsial terhadap Nilai
Pelanggan
Ha.γ12 ≠ 0: Kompetensi Unik secara parsial berpengaruh terhadap Nilai Pelanggan
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Kompetensi
Unik terhadap Nilai Pelanggan dirangkum dan dapat dilihat pada tabel berikut:
232
Tabel 4.34. Pengaruh Kompetensi Unik Terhadap Nilai Pelanggan
Hipotesis Koefisien
Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan
Kompetensi Unik secara
parsial berpengaruh
terhadap Nilai Pelanggan
0,3037 4,3915 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Kompetensi
Uniksebesar 4,3915. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0
yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 4,3915> 1,96) maka dapat diambil
keputusan untuk menolak H0.
Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
Kompetensi Unik berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Pelanggan.
a. Besarnya pengaruh langsung Kompetensi Unik terhadap Nilai Pelanggan
adalah (0,3037×0,3037×100%) = 9,22%. Jadi Kompetensi Unik memberikan
pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang diperhatikan
sebesar 9,22% terhadap Nilai Pelanggan.
b. Pengaruh Kompetensi Unik karena adanya hubungan dengan Manajemen
Kerelasian Pelanggan terhadap Nilai Pelanggan sebesar
(0,3037×0,7572×0,2298×100%) = 5,28%.
c. Pengaruh Kompetensi Unik karena adanya hubungan dengan Bauran
Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan sebesar
(0,3037×0,5934×0,4417×100%) = 7,96%.
Jadi besarnya total pengaruh Kompetensi Unik terhadap Nilai Pelanggan
sebesar 22,47%.
233
Kompetensi Unik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai
Pelanggan. Untuk menjelaskan hubungan ini dipakai dimensi yang paling
dominan menggambarkan masing-masing variabel tersebut yaitu sumber daya
spesifik untuk Kompetensi Unik dan korbanan untuk Nilai Pelanggan. Aspek ini
dipahami oleh pelanggan karena operator penyedia sarana fixed broadband sudah
memiliki sarana yang sangat baik, dengan infrastruktur yang tersebar di seluruh
Indonesia sehingga pelanggan merasa puas sesuai dengan korbanan yang
dikeluarkan oleh pelanggan.
Secara empirik, saat ini Biznet fokus di bisnis B2B dengan komposisi
70:30 dengan retail. Servis support saat ini sudah lebih dari 70 cabang di Jawa,
Bali dan Sumatra. Khusus di Jakarta Biznet sudah beroperasi di 9 cabang di
Jakarta Barat & Jakarta Selatan, yang bertujuan untuk support percepatan
penanganan gangguan, dan percepatan delivery layanan. Intinya adalah satu brand
operation yang tidak hanya sales dan marketing saja tapi juga ada team network,
tim akses, tim provisioning & tim support yang standby 24 jam.
Terkait dengan aplikasi, saat ini tim Biznet sedang men-develop support
tools apps untuk customer sebagai salah satu Kompetensi Unik operator.
Pelanggan dapat komunikasi langsung dengan call centre. Operator Biznet juga
memiliki premium care yang meng-handle acount yang membutuhkan treatment
khusus dan juga pemisahan customer di bagian call centre berdasarkan kategori
pelanggan, misalnya B2B atau retail. Di B2B juga dibagi lagi kelasnya ada yang
masuk ke premier care yang standar dan ada juga yang memperoleh ekstra
treatment, dimana hal itu dilakukan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan.
234
Adapun pada IndiHome, saat ini sudah berupaya mendorong pelanggan
eksisting agar revenue-nya bertambah melaui program upselling dan proselling
(add on servis) dimana basisnya adalah big data, dimana IndiHome melakukan
penawaran servis tambahan ke pelanggan yang sudah memiliki profil, misalnya
jualan add on kepada pelanggan yang suka nonton Netflix, menawarkan upgrade
bandwith kepada pelanggan yang di rumahnya pengguna internetnya banyak.
Dengan big data analytic tingkat penawaran upselling dan proseling tinggi karena
sudah dilakukan profil sebelumnya.
Terkait dengan Kompetensi Unik, hasil FGD tentang sumber daya spesifik
menyatakan bahwa First Media merupakan brand operator yang cukup familiar di
tengah masyarakat yang dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan bahwa
secara infrastruktur operator First Media sudah menyiapkan yang terbaik.
Sementara dilihat dari aspek kinerja unggul, First Media dinilai telah mampu
menangani keluhan pelanggan, petugas layanan sudah memberikan solusi dengan
tingkat penyelesaian yang baik dengan waktu yang dijanjikan kepada pelanggan.
Hal itu ditunjang dengan adanya koordinasi internal operator yang sudah cukup
memadai, yang didukung oleh proses penanganan gangguan sudah baik.
Begitu pula dengan IndiHome, sebagai operator terkemuka di tanah air,
hasil FGD menyatakan bahwa IndiHome sudah memiliki sumber daya spesifik
yang memadai dalam hal sarana yang lengkap dan selalu dipersiapkan dengan
baik dan ditunjang dengan brand produk yang sudah kuat. Sementara dari segi
kinerja yang unggul, mayoritas pelanggan IndiHome menyatakan bahwa hampir
semua keluhan yang dirasakan selama ini mampu disolusikan oleh petugas
235
(misalnya, keluhan tentang fluktuasi tagihan, koneksi terputus), dan petugas teknis
datang untuk menangani penyelesaian gangguan.
Hasil FGD juga menilai bahwa Biznet sudah memiliki sumber daya
spesifik yang sangat baik, sehingga mampu memberikan pelayanan yang baik dan
berkelanjutan dan membentuk persepsi bahwa fixed broadband dari operator
tersebut dikelola oleh orang yang tepat. Begitu pula dalam aspek kinerja yang
unggul, dinilai sudah dijalankan dengan oleh oleh Biznet, dalam penanganan
gangguan, petugas teknis Biznet dinilai sudah memiliki keahlian dan ketrampilan
yang memadai dalam menyelesaikan masalah pelanggan, karena berdasarkan
pengalaman pelanggan semua permasalahan yang di laporkan bisa disolusikan
dengan baik. Dalam menangani pengaduan gangguan, rata-rata pelanggan hanya
perlu menghubungi layanan call center, dan call center yang mengkoordinasikan
dengan unit teknis terkait. Ini artinya kordinasi diinternal sudah berjalan dengan
baik dalam melayani pelanggan.
Begitu pula dengan MNC Play, hasil FGD menyatakan bahwa MNC Play
memiliki sumber daya spesifik dan kinerja yang unggul yang dinilai sudah baik.
Dengan nama besar dan dukungan MNC Group tentu memberikan nilai positif
bagi MNC Play, selain itu banyaknya titik channel pemasaran di Mall, Pusat
Pertokoan bisa memberikan kenyakinan bahwa MNC Play memiliki sarana dan
jaringan yang luas. Selain itu, banyaknya titik channel pemasaran di Mall, Pusat
Pertokoan bisa memberikan kenyakinan bahwa MNC Play memiliki sarana dan
jaringan yang luas.
236
Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan pendapat bahwa dalam rangka
menciptakan superior customer value, perusahaan diharuskan mengidentifikasi
kebutuhan sumber daya organisasi yang spesifik, serta kemampuan kinerja yang
unggul. Sumber daya yang spesifik atau unik dan keahlian tenaga kerja adalah
apa yang disebut sebagai Kompetensi Unik (Yamoah, Emanuel Eratus, 2013:29).
Hubungan antara Kompetensi Unik dengan Nilai Pelanggan juga diteliti oleh
Sucherly (2011) yang menyatakan bahwa kemanfaatan yang lebih besar dari
sumber daya yang ada harus diciptakan oleh perusahaan untuk dapat memberikan
Superior Performance bagi pelanggan. Perusahaan yang telah mencapai Superior
Performance melalui pemberian Superior Value kepada pelanggan berarti telah
memenuhi harapan pelanggan.
Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Nilai Pelanggan
Bauran Pemasaran dihipotesiskan mempengaruhi Nilai Pelanggan.
Perhitungan model pengaruh yang dihipotesiskan diperoleh menggunakan
Software Lisrel 8.8.
Gambar 4.43.
Model Struktural X3-Y
237
Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik
dinyatakan sebagai berikut:
Ho.γ13 = 0: Bauran Pemasaran tidak berpengaruh secara parsial terhadap Nilai
Pelanggan
Ha.γ13 ≠ 0: Bauran Pemasaran berpengaruh secara parsial terhadap Nilai
Pelanggan
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Bauran
Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan dirangkum dan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.35. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Nilai Pelanggan
Hipotesis
Koefisien
Jalur
thitung tkritis Keputusan Keterangan
Bauran Pemasaran
berpengaruh secara parsial
terhadap Nilai Pelanggan
0,4417 6,5289 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Bauran
Pemasaran sebesar 6,5289. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah
tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 6,5289> 1,96) maka
dapat diambil keputusan untuk menolak H0.
Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
Bauran Pemasaran berpengaruh secara parsial terhadap Nilai Pelanggan.
d. Besarnya pengaruh langsung Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan
adalah (0,4417×0,4417×100%) = 19,51%. Jadi Bauran Pemasaran
238
memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang
diperhatikan sebesar 19,51% terhadap Nilai Pelanggan.
e. Pengaruh Bauran Pemasaran karena adanya hubungan dengan Manajemen
Kerelasian Pelanggan terhadap Nilai Pelanggan sebesar
(0,4417×0,6043×0,2298×100%) = 6,13%.
f. Pengaruh Bauran Pemasaran karena adanya hubungan dengan Kompetensi
Unik terhadap Nilai Pelanggan sebesar
(0,4417×0,5934×0,3037×100%) = 7,96%.
Jadi besarnya total pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan
sebesar 33,60%.
Berdasarkan uji hipotesa di atas Bauran Pemasaran berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Nilai Pelanggan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa secara
umum operator fixed broadband memiliki sumber daya yang besar seperti dana,
sumber daya manusia, fasilitas jaringan dan manajemen. Kemampuan tersebut
dimanfaatkan untuk mengembangkan layanan fixed broadband dengan tarif yang
beragam melalui berbagai jaringan distribusi yang luas dan bermacam-macam
serta ditunjang iklan dan publisitas yang memberikan manfaat banyak kepada
pelanggan. Demikian juga dengan kualitas sumber daya manausia yang
memberikan pelayanan kepada pelanggan serta prosedur yang telah memberikan
citra positif kepada pelanggan fixed broadband. Korbanan yang dikeluarkan
pelanggan fixed broadband sebanding dengan manfaat yang diterima pelanggan
fixed broadband.
239
Secara lebih spesifik dapat dijelaskan pula mengenai hubungan antara
Bauran Pemasaran dengan Nilai Pelanggan berdasarkan hasil pada Tabel 4.35
dimana sumber daya manusia, produk, dan proses secara berurutan paling
menggambarkan Bauran Pemasaran. Operator fixed broadband dengan sumber
daya manusia yang terampil di kantor layanan dalam mengatasi keluhan para
pelanggan. Selain itu dapat memberikan produk yang inovatif kepada pelanggan
yaitu keleluasaan yang lebih besar dengan tidak dibatasi dengan kuota dan
layanan yang lebih lengkap dengan fitur-fitur yang memadai. Karena layanannya
sudah digital maka layanan fixed broadband tidak di persepsi murah atau mahal
tetapi di persepsi lengkap dan canggih karena layanan fixed broadband nantinya
akan lebih diperluas ke layanan smart home dan lainnya. Mulai dengan produk
internet yang di bundling dengan telepon rumah lalu IP TV dan layanan add on
lainnya (Video streaming, games, music, karaoke dan lain-lain). Hal ini sejalan
dengan pendapat Kotler & Keller (2012) dimana “pelanggan cenderung
berperilaku untuk memaksimumkan nilai dalam batas-batas biaya, keterbatasan
pengetahuan, mobilitas dan pendapatan.”
Implementasi Bauran Pemasaran di IndiHome dapat dijelaskan dimana
secara segmentasi IndiHome ditujukan kepada pelanggan yang menggunakan
internet secara medium to heavy dalam pengertian penggunan internet cukup
banyak, transaksi data yang besar baik untuk keperluan pekerjaan (professional),
pendidikan ataupun keperluan lain seperti ibu rumah tangga yang banyak
melakukan aktivitas online. Karena target yang disasar seperti itu, IndiHome
akhirnya membidik ke household (rumah tangga) dengan positioning layanan
240
internet yang sifatnya premium retail. Kenapa di sebut premium karena
IndiHome ingin memberikan kualitas yang lebih baik dibanding pesaing dengan
keleluasaan yang lebih besar tidak dibatasi dengan kuota, dan layanan yang lebih
lengkap dengan fitur-fitur lengkap. Dengan positioning seperti ini maka IndiHome
memposisikan diri sejajar dengan layanan-layanan digital tidak hanya sebagai
layanan konektifitas.
Karena layanan yang di-delvery IndiHome adalah layanan digital, maka
berharap kedepannya IndiHome tidak dipersepsi murah atau mahal tetapi di
persepsi lengkap dan canggih karena nanti akan masuk juga layanan smart home
dan lainnya. Dengan segmentasi seperti itu, maka Bauran Pemasaran disesuaikan.
Mulai dengan produk yaitu product internet yang di-bundling dengan telepon
rumah lalu IP TV dan layanan add on lainnya (Video stereaming, games, music,
karoke dll). IndiHome juga memberikan layanan yang fleksibel kepada
pelanggan, sehingga pelanggan dapat memilih Internet dan Telepon saja atau
internet dan IP TV saja (2P & 3P) dan berbagai add on.
Dari segi harga, sebenarnya harga IndiHome rangenya cukup lebar mulai
dari harga yang lebih rendah dari pesaing, IndiHome membuatkan paket-paket
khusus di lokasi tertentu dimana jaringan sudah tersedia namun tidak dapat dijual
karena daya beli atau lainnya, ataupun paket tematik yang menjadi campaign pada
masa masa tertentu. Kemudian IndiHome juga menyiapkan paket yang lengkap
dan kualitas yang sangat tinggi. Mulai layanan internet yang mendapatkan paket
IP TV dengan channel entry, essential, sampai ke channel yang paling lengkap.
Sehingga dengan komposisi seperti ini, IndiHome akan memiliki produk yang
241
lebih murah dari pesaing, sama dengan pesaing dan lebih mahal dari pesaing.
Karena variable yang membentuk harga IndiHome cukup banyak mulai dari
speed, kondisi jaringan, kondisi persaingan, kondisi kompetisi, kondisi
kelangkapan layanan dimana ada berbagai tambahan add on (wifi id, muvin, oot
streaming, music, karoke, antivirus, game& kedepan ada lagi video call & Smart
home). IndiHome mengelola persepsi atas harga yang mahal terhadap IndiHome
dengan menyiapkan paket-paket yang jumlahnya sangat bervariasi yang akan
diterapkan tergantung situasi dan kebutuhan, sehingga sulit bagi pelanggan untuk
membandingkan layanan IndiHome yang satu dengan lainnya walaupun
rumahnya bersebelahan. Secara harga spectrum IndiHome sangat luas dan sangat
fleksibel.
Bauran Pemasaran channel atau saluran distribusi IndiHome dilakukan dengan
3 pendekatan yaitu:
1. Put channel, sifatnya IndiHome berpatner dengan pihak lain dimana
IndiHome ditumpangkan ke channel lain yang sudah ada baik berhubungan
langsung dengan IndiHome, maupun yang tidak berhubungan langsung
dengan IndiHome, misalnya di café, di Alfamart, bioskop dll.
2. Full Channel, sifatnya mengedukasi pelanggan agar pelanggan mau masuk
ke channel jualan IndiHome; bisa melalui plasa, 147, web site dan aplikasi
my IndiHome.
3. Push channel, saat ini masih yang paling dominan yaitu menawarkan
IndiHome melalui sales force dan dikordinir oleh dealer.
242
Dengan kondisi seperti ini pelanggan dapat memilih mau berlangganan
IndiHome lewat channel dengan adanya pilihan yang cukup banyak. Promosi juga
menyesuaikan sesuai dengan media yang digunakan mulai dari TV, Internet,
Radio, sampai ke Digital out of Home. IndiHome juga melakukan banyak sekali
brand activation baik online maupun offline baik yang sifatnya untuk
menciptakan awareness sampai kepada menciptakan sales. IndiHome juga
melakukan sales ke cluster-cluser dan ke tempat-tempat dimana jaringan sudah
tersedia.
Berkaitan dengan persepsi harga mahal atas IndiHome, dapat disebabkan
oleh 2 hal, yang pertama informasi yang didapatkan pelanggan seperti itu, kenapa
mendapat informasi seperti itu, karena pada saat pelanggan ditawarkan produk
IndiHome, yang ditawarkan adalah paket yang lebih tinggi, padahal bisa saja ada
paket yang lebih rendah. Sehingga pelanggan merasa harga IndiHome lebih
mahal. Yang kedua masalah persepsi. Terutama di kota besar, karena pelanggan
melihat harga pesaing lebih rendah dari harga IndiHome. Dan pesaing kebetulan
melakukan promo dimana promo yang dilakukan pesaing dalam kurun waktu
tertentu. Apabila promo habis bisa saja harga pesaing lebih mahal dari harga
IndiHome. Malah sebaliknya di lokasi lokasi yang tidak ada pesaing, pelanggan
bersedia menggunakan layanan IndiHome yang harganya menurut di kota besar
lebih mahal.
Untuk meningkatkan Nilai Pelanggan, IndiHome memiliki cara menggeser
persepsi yang dianggap mahal, pertama patokan IndiHome adalah jangan
terpancing dengan perang harga. Karena perang harga tidak ada habisnya. Yang
243
dijaga adalah menjaga kualitas dan menjaga value yang diberikan kepada
pelanggan dengan menambahkan gimmic seperti add on, channel, conten baik
yang sifatnya diamana pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya maupun
pelanggan perlu mengeluarkan biaya. Dan ini mulai berhasil karena konten
tambahan yang ada di IndiHome cukup lengkap. Kedua IndiHome mengedukasi
sales force dengan mencari pelanggan yang tidak terlalu sensitif terhadap harga.
Karena jika bertemu dengan pelanggan yang sangat sensitif terhadap harga,
apabila terjadi masalah, maka dengan cepat mereka akan menghentikan layanan
dan itu sangat berdampak terhadap investasi layanan. Ketiga, IndiHome siap di
lokasi lokasi tertentu mengeluarkan harga yang lebih murah daripada harga
pesaing kalau memang di butuhkan. Tetapi hal ini tidak akan dilakukan secara
massal.
Bauran Pemasaran IndiHome dapat dikatakan superior, jika dilihat dari
market share IndiHome saat ini di angka 88%. Kedua tertinggi adalah firstmedia
di angaka 8%, selebihnya di angka 1-2%. Jadi memang sangat dominan penetrasi
IndiHome secara luas. IndiHome kemudian tetap tidak bisa tenang dan nyaman
karena persaingan sesungguhnya bukan dengan pesaing melainkan dengan diri
sendiri. Jadi IndiHome walaupun brand awareness-nya tinggi tapi masih ada
potensi IndiHome di tinggalkan oleh pelanggan apabila ada persepsi IndiHome ini
brand yang mapan yang tidak berinovasi, yang tidak mau mendengarkan
pelanggan dan tidak mau melakukan perbaikan. Ini tertangkap dari hasil penilaian
top brand award dimana gain indeks yang menunjukkan kemampuan sebuah
brand mendapakan pelanggan di masa yang akan datang untuk IndiHome kurang
244
bagus, sehingga IndiHome harus terus mawas diri untuk terus memperbaiki
layanan, meningkatkan kualitas dan menambah fitur-fitur yang lengkap dengan
pelanggan.
IndiHome memanfaatkan Big data dalam menjalankan Bauran Pemasaran.
Big data analytic adalah sebuah terobosan yang bagus, namun dalam
implementasinya harus hati-hati karena regulasinya masih abu-abu, untuk
menjaga agar IndiHome tidak dianggap membuka kerahasiaan data pelanggan
sehingga dikenakan sanksi yang cukup berat, namun justru big data ini sering
digunakan untuk mempelajari pelanggan eksisting. Karena pelanggan eksisting
sudah ter-capture datanya melalui jaringan. Karena dilakukan di pelanggan
eksisting, akhirnya big data ini banyak digunakan untuk memberikan program-
program retensi royalty seperti misalnya memberikan benefit khusus kepada
pelanggan, penawaran layanan add on yang terprofil dari hasil big data. Contoh
pelanggan yang menyukai bola, akan ditawarkan channel Piala Dunia.
1. Dari Phisical eviden Telkom sudah mengembangkan Grapari Telkom grup
untuk IndiHome dan Telkomsel, dimana pelanggan sudah dimudahkan
untuk mengakses informasi dimana mereka cukup datang ke satu tempat.
2. Plaza Telkom digital khusus untuk pelanggan IndiHome, tempat
melayaninya memang sudah sangat nyaman dan digital sekaligus untuk
mengedukasi pelanggan bahwa IndiHome sudah sangat siap memberikan
layanan digital kepada pelanggan.
3. Untuk people tentunya menyesuaikan karena operator menjalankan bisnis
teknologi digital, maka people yang melayani pun harus menunjukkan
245
perilaku yang digital. Baik people yang bertemu langsung dengan
pelanggan maupun people yang tidak bertemu langsung dengan
pelanggan. Untuk proses IndiHome sudah melakukan digitalisasi layanan
kepada pelanggan baik melalui aplikasi my IndiHome, website maupun
media digital lainnya, walaupun sales force dan outbond call masih
disediakan namun porsinya sudah menurun.
Seperti apa pemanfaatan big data analytic di IndiHome? Analytic di
IndiHom ada beberapa yang sudah dilakukan, yaitu:
Pertama, memprediksi pelanggan yang churn dengan perilaku pelanggan
yang ada saat ini. Mulai dari usage-nya, payment-nya, billing-nya, tanggal
bayarnya, keterlambatannya. Ada sekitar 60-70 variabel untuk memprediksi
pelanggan puas atau tidak puas, churn atau tidak churn. Dari 60-70 variable akan
kalikan 6 bulan dan di tambahkan dengan beberapa pengayaan sehingga dapat
1000 variabel, kemudian di running dengan big data, maka dapatlah 9 penyebab
kenapa pelanggan itu melakukan churn. Adapun penyebabnya diantaranya
1. Harga (Kemahalan)
2. Gangguan (adanya ekspektasi Fiber Optic lebih cepat, namun penangan
gangguan Lebih dari 1 hari)
3. Tidak menggunakan lagi.
4. Pindah rumah
5. Pernah kecewa
6. Billing salah
7. Isolir
8. Kompetitor lebih menarik
9. Promosi
246
Dari 9 penyebab pelanggan churn, selanjutnya akan dimodeling dan
selanjutnya akan di prediksi. Ternyata ini sangat membantu. Pelanggan yang di
prediksi akan churn, ternyata beneran churn. Pelanggan yang diprediksi akan stay,
ternyata akan stay. Akurasi prediksi 80% dan sudah digunakan dan sudah
mengurangi gangguan.
Kedua, yang dipakai untuk analisis di big data adalah network analisis,
daripada cenderung reaktif dengan big data yang akan menjadi proactive,
IndiHome bisa memprediksi pelanggan-pelanggan yang akan mengalami
gangguan. Ada 2 pendekatan yang dilakukan. Pertama pendekatan kepada
pelanggan, dan kedua pendekatan terhadap perangkat untuk diambil lokasinya dan
diprediksi mana perangkat yang akan mati atau gangguan. Contohnya perangkat
metro yang akan mati dapat mengakibatkan gangguan, dengan memperbaiki
Metronya maka pelanggan tidak akan gangguan. Hal itu sudah di-piloting di
Jakarta Timur dan berhasil. Ada beberpa parameter yang mengidentifikasi
perangkat akan mengalami gangguan atau bakalan mati.
Ketiga, sales IndiHome dapat dilakukan mapping atara pelanggan dengan
produk. Tidak semua orang tertarik dengan produk IndiHome, dengan big data
analytic, IndiHome dapat memprediksi mana orang yang akan di tawarkan untuk
upsaling, update speed & add on. Contohnya orang yang suka Netflix akan di
tawarkan add on Netflix dll. Dengan demikian tidak semua pelanggan akan di
tawarin upsaling, update speed & add on. Dengan demikian yang churn dapat
menurun, yang network analisis dapat menurunkan tiket ganggun dan sales dapat
meningkatkan revenue.
247
Keempat, sales dengan growth hacking, yaitu menawarkan IndiHome
melalui iklan dengan profil kebutuhan pelanggan. Cara ini dapat menghasilkan
penjualan digital dengan cara cepat. Big data memiliki kemampuan menghacking
contohnya di google bisa mengecek 19 profil calon pelanggan mulai dari long lat,
kebutuhan, pendidikan, dan device. Saat ini sudah mulai d lakukan profiling dan
penawaran IndiHome dengan memanfaat big data dari google. Ini terobosan baru
dalam mempercepat penjualan. Dimana merekrut 10 orang untuk sales digital
lebih mudah daripada merekrut sales untuk konvensional. Dikarenakan sasaran
penawaran IndiHome langsung ke orang yang membutuhkan.
Kelima, Customer Eksperience, saat ini sudah di gunakan aplikasi 180
derajat di IndiHome dimana resource IndiHome sudah mengetahui profil dan
keinginan pelanggan dan sudah ada rekomendasi terkait tawaran yang akan
diberikan kepada pelanggan.
Hasil FGD menyatakan bahwa dari aspek Bauran Pemasaran, First Media
sudah memiliki keunggulan yang dinilai baik dalam aspek produk, harga,
promosi, dan SDM, serta sarana fisik. Sementara IndiHome dinilai sudah
memiliki keunggulan yang baik dalam aspek produk, tempat, SDM, promosi,
tempat, proses, dan sarana fisik. Biznet dinilai sudah memiliki kelebihan dari segi
harga, sarana fisik, produk, dan promosi. Sementara untuk operator MNC Play,
dinyatakan memilki kelebihan dari segi harga, sarana fisik, promosi, proses, dan
SDM. Berdasarkan hasil FGD tersebut, rata-rata masing-masing operator
memiliki kelebihan dalam implementasi Bauran Pemasaran.
248
Namun begitu, juga masih terdapat kelemahan dari operator yang mana
secara kualitas layanan fixed broadband MNC Play bermasalah dalam segi
jaringan (kecepatan dan kestabilan akses) jika dibandingan dengan operator
unggulan yang lain seperti IndiHome, Biznet.
Sementara penilaian untuk Biznet, masih ada kelemahan dari segi tempat,
yang mana keberadaan lokasi/tempat kantor pelayanan dan pemasaran operator
Biznet dinilai sangat minim dan terbatas, dan strategi marketing yang dilakukan
oleh Biznet adalah door to door sehingga banyak pelanggannya tidak mengetahui
dengan pasti tempat pelayanan dan pemasarannya dan komunikasi yang dibangun
selama ini hanya lewat telepon. Karena keberadaan kantor pelayanan Biznet sulit
dijangkau, maka keberadaan call center menjadi penting untuk bisa digunakan
menjadi alat berkomunikasi antara operator dan pelanggan, dan karena hampir
sebagian besar pelanggan mengakses call center untuk menyampaikan keluhan,
gangguan pelanggan sehingga jalur komunikasinya menjadi lebih padat dan
kadang menunggu untuk beberapa saat.
Hubungan antara Bauran Pemasaran dengan Nilai Pelanggan yang positif
tersebut sejalan pula dengan hasil penelitian Wong & Dean (2005) yang
menunjukkan “orientasi perusahaan kepada jasa dan pelanggan dipraktekkan
perusahaan memiliki hubungan yang kuat dengan Nilai Pelanggan.” Guenzi &
Troilo (2007) yang menyatakan “perusahaan yang memiliki tenaga penjualan
yang berorientasi kepada pelanggan secara positif menorong kreasi Nilai
Pelanggan yang superior dan peningkatan performansi pasar.” Pada penelitian
industri jasa telekomunikas di Indonesia, Sucherly (2004) menyatakan”strategi
249
Bauran Pemasaran jasa berpengaruh terhadap nilai jasa telekomunikasi” serta
selanjutnya Sucherly (2007:78) menyampaikan “superioritas program promosi
dan proses pelayanan membentuk Nilai Pelanggan yang superior.”
Hal tersebut telah dijalankan oleh beberapa operator fixed broadband yang
merupakan perusahaan yang bergerak dalam jasa layanan fixed broadband yang
berorientasi kepada jasa seperti pengembangan berbagai layanan fitur-fitur yang
ditawarkan dengan variasi tarif serta memberikan kemudahan dalam pembayaran
tagihan melalui banyak pilihan cara pembayaran serta pelayanan informasi.
Demikian juga dengan tenaga-tenaga penjual (sales force) maupun tim sales
partner bisnis yang telah dilatih dan disiapkan dengan baik untuk dapat melayani
pelanggan dengan baik. Namun di era digital saat ini, operator sudah mulai harus
menyiapkan transformasi penjualan secara fisik menjadi penjualan melalui
aplikasi mobile ataupun e-commerce.
4.3.5. Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan
Dari hasil perhitungan untuk hipotesis pengaruh Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas
Pelanggan diperoleh model struktural sebagai berikut.
250
Gambar 4.44.
Model Struktural Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi
Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan(2)
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dapat dilihat koefisien
pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan (1) terhadap Loyalitas Pelanggan
(2) sebesar 0,2648 dengan nilai t-hitung untuk uji statistik sebesar 3,9638, koefisien
pengaruh Kompetensi Unik (2) terhadap Loyalitas Pelanggan (2) sebesar 0,3822
dengan nilai thitung untuk uji statistik sebesar 5,0417dan koefisien pengaruh Bauran
Pemasaran (3) terhadap Loyalitas Pelanggan(2) sebesar 0,1293 dengan nilai
thitung untuk uji statistik sebesar 2,4337.
Dapat diperoleh persamaan struktural yang dihipotesiskan sebagai berikut:
1= 0,26481 + 0,38222 +0,12933 + 0,5138
251
Tabel 4.36.
Hasil Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan (1), Kompetensi Unik (2)
dan Bauran Pemasaran (3) terhadap Loyalitas Pelanggan(2)
Variabel
Laten Eksogen
Koefisien
Jalur thitung R2
Error
Variance
Manajemen Kerelasian Pelanggan (1) 0,2648 3,9638 0,4862 0,5138
Kompetensi Unik (2) 0,3822 5,0417
Bauran Pemasaran (3) 0,1293 2,4337
(Sumber: Hasil Pengolahan Data )
Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan
Untuk mengetahui pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan,
Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran secara simultan terhadap Loyalitas
Pelanggan selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan melihat nilai Fhitung (Uji F).
Hipotesis statistik yang digunakan dalam menguji pengaruh adalah sebagai
berikut:
H0:1i= 0 Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran secara simultan tidak berpengaruh
terhadap Loyalitas Pelanggan
Ha: 1i≠ 0 Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran secara simultan berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan
Untuk menguji pengaruh tersebut secara simultan digunakan uji-F dengan
kriteria uji α penelitian sebesar 0.5 pada batas kritis yang dinyatakan signifikan
252
jika Fhitung lebih besar dari Ftabel untuk db1 =2 dan db2 = n-k-1 = 400 -3-1= 396
sebesar 2,627.
Nilai statistik uji F diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
1 2 3
1 2 3
2
X X X
2
X X X
n k 1 ×RF =
k× 1-R
Z
Z
400 3 1 ×0,4862=
3× 1 0,4862
= 124,9154
Tabel 4.37. Pengujian Koefisien Jalur Secara Simultan X- Y
Hipotesis R2 Fhitung Ftabel Keputusan Kesimpulan
Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi
Unik dan Bauran
Pemasaran secara
simultan berpengaruh
terhadap Loyalitas
Pelanggan
0,4862 124,9154 2,627 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Lampiran hasil perhitungan
Nilai F-hitung diperoleh sebesar 124,9154. Hasil penghitungan nilai
statistik uji F yang diperoleh menunjukkan F-hitung lebih besar dari nilai Ftabel
(F=124,9154> 3,047), maka diperoleh hasil pengujian H0 ditolak dan Ha diterima.
Hasil dapat disimpulkan Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran secara simultan berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan.
Hasil perhitungan dapat disimpulkan Manajemen Kerelasian Pelanggan,
Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Loyalitas
Pelanggan dirangkum dalam tabel berikut.
253
Tabel 4.38. Rangkuman Hasil Pengaruh
Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran
terhadap Loyalitas Pelanggan
Variabel Koefisien
Jalur
Pengaruh
Langsung
Pengaruh karena ada
hubungan dengan Total
X1 X2 X3
X1 0,2648 7.01% 7.66% 2.07% 16.74%
X2 0,3822 14.61% 7.66% 2.93% 25.20%
X3 0,1293 1.67% 2.07% 2.93% 6.67%
Total Pengaruh 48,62%
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan diperoleh sebesar 48,62%.
Adapun pengaruh faktor diluar Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi
Unik dan Bauran Pemasaran sebesar 51,38%.
Untuk menciptakan tingkat loyalitas yang tinggi, maka operator perlu
melakukan pengukuran secara periodik terhadap loyalitas index melalui survey
atas indikator-indikator dari setiap variabel. PT Telkom melakukan survey CSLS
(Customer Satisfaction & Loyalty Survey) setiap tahun. Untuk Dimensi atau
indikator-indikator yang memiliki nilai kurang, dilakukan perbaikan melalui
program kerja dari unit yang bertanggung jawab terhadap gap tersebut.
Dari tabel 4.41. diperoleh gambaran bahwa pengaruh langsung dari
Kompetensi Unik untuk meningkatkan Loyalitas Pelanggan relatif tinggi
dibanding variabel Management Kerelasian Pelanggan dan Bauran Pemasaran.
Kondisi ini dapat diakibatkan oleh semakin tingginya animo pelanggan dalam
melakukan komunikasi kepada operator melalui aplikasi yang menjadi interface
antara operator dan pelanggan. PT Telkom dan Firstmedia sudah memperhatikan
254
life style tersebut dengan membangun aplikasi MyIndiHome untuk produk
IndiHome dan FirstmediaX untuk produk Firstmedia.
Kinerja teknisi di rumah pelanggan pada saat melakukan instalasi menjadi
sangat menentukan dalam membangun kepercayaan pelanggan yang tentu
mempengaruhi terhadap Loyalitas Pelanggan. Waktu penyelesaian pasang baru
ataupun perbaikan gangguan layanan fixed broadband mengharuskan teknisi
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang mampu memenuhi kebutuhan
pelanggan yang sangat kompleks. PT Telkom sudah menyadari pentingnya
Kompetensi Unik dalam hal teknisi dengan melakukan berbagai pelatihan baik
teknis maupun non teknis. Untuk lebih menjamin standarisasi layanan kepada
pelanggan maka diperlukan standar yang terukur melalui sertifikasi teknisi baik
tingkat nasional maupun internasional.
Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan Terhadap Loyalitas
Pelanggan
Manajemen Kerelasian Pelanggan dihipotesiskan mempengaruhi Loyalitas
Pelanggan. Perhitungan model pengaruh yang dihipotesiskan diperoleh
menggunakan Software Lisrel 8.8.
Gambar 4.45.
Model Struktural X1-Z
255
Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik
dinyatakan sebagai berikut:
Ho.γ21 = 0: Manajemen Kerelasian Pelanggan tidak berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan
Ha.γ21 ≠ 0: Manajemen Kerelasian Pelanggan berpengaruh terhadap Loyalitas
Pelanggan
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Manajemen
Kerelasian Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan dirangkum dan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.39. Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan Terhadap Loyalitas
Pelanggan
Hipotesis
Koefisien
Jalur
thitung tkritis Keputusan Keterangan
Manajemen Kerelasian
Pelanggan berpengaruh
terhadap Loyalitas
Pelanggan
0,2648 3,9638 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Manajemen
Kerelasian Pelanggan sebesar 3,9638. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada di
daerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 3,9638> 1,96)
maka dapat diambil keputusan untuk menolak H0.
Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
Manajemen Kerelasian Pelanggan berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan.
256
g. Besarnya pengaruh langsung Manajemen Kerelasian Pelanggan terhadap
Loyalitas Pelanggan adalah (0,2648×0,2648×100%) = 7,01%. Jadi
Manajemen Kerelasian Pelanggan memberikan pengaruh secara langsung jika
tidak ada variabel lainnya yang diperhatikan sebesar 7,01% terhadap
Loyalitas Pelanggan.
h. Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan karena adanya hubungan dengan
Kompetensi Unik terhadap Loyalitas Pelanggan sebesar
(0,2648×0,7572×0,3822×100%) = 7,66%.
i. Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan karena adanya hubungan dengan
Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan sebesar
(0,2648×0,6043×0,1293×100%) = 2,07%.
Jadi besarnya total pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan terhadap Loyalitas
Pelanggan sebesar 16,74%.
Manajemen Kerelasian Pelanggan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan. Untuk menjelaskan hubungan ini dipakai
dimensi yang paling dominan menggambarkan masing-masing variabel tersebut
yaitu pemberian kemudahan untuk Manajemen Kerelasian Pelanggan dan
kepercayaan pelanggan untuk Loyalitas Pelanggan. Aspek ini dilakukan di mulai
dari profiling yaitu memvalidasi data-data pelanggan, nama dan nomor telepon
serta paket langgan. Contohnya, operator memberikan perhatian khusus kepada
pelanggan yang loyal, dengan profil lamanya berlangganan, besaran tagihan dan
ketepatan waktu pembayaran. Operator dapat memberikan reward “open all
channel dan upgrade speed” selama periode tertentu. Point reward juga bisa di
257
redeem di berbagai moda, IndiHome bekerjasama dengan Blibli.Com,
Belanja.Com, lounge bandara, dan lain-lain.
Hal ini menyebabkan pelanggan menjadi lebih berpihak kepada operator
fixed broadband dalam menggunakan layanan tersebut. Dengan demikian
Manajemen Kerelasian Pelanggan sangat penting untuk meningkatkan Loyalitas
Pelanggan fixed broadband.
Hal tersebut didukung dengan hasil FGD bahwa Implementasi Manajemen
Kerelasian pelanggan oleh operator First Media dan IndiHome dalam pemberian
manfaat psikologis, pemberian kemudahan, dan pemberian hadiah dinilai sudah
baik. Sementara pada MNC Play, dinilai sudah memberikan manfaat psikologis
dan pemberian kemudahan dengan baik, namun dari segi pemberian hadiah,
mayoritas pelanggan menyatakan belum pernah mendapatkan pemberian hadiah
apapun dari operator, hal ini disebabkan selama ini tidak ada komunikasi dan
tidak ada informasi apapun dari pihak operator terkait pemberian hadiah, tetapi
beberapa pelanggan menyatakan bahwa pada waktu awal berlangganan sempat
diberikan discount harga dan bonus beberapa channel TV untuk beberapa bulan
saja, setelah itu semuanya kembali normal. Rata-rata pelanggan yang ikut FGD
sudah berlanggan produk MNC Play lebih dari 1 tahun, tetapi mayoritas
pelanggan merasakan perlakuan yang sama oleh operator, tidak ada perbedaan
perlakukan antara pelanggan yang lama atau yang baru, pemberian kemudahan
dalam hal diskon harga ataupun channel gratis hanya dierikan pada waktu awal
berlangganan saja. Sedangkan pelanggan Biznet menyatakan bahwa selama ini
mereka tidak pernah mendapatkan hadiah dan tidak mendapatkan informasi
258
apapun dari pihak operator terkait pemberian hadiah, sehingga aspek pemberian
hadiah belum dapat dikatakan baik menurut pelanggan.
Sehingga adanya kelemahan dalam implementasi pemberian manfaat
psikilogis, pemberian hadiah, dan pemberian kemudahan memberikan celah bagi
pelanggan untuk beralih ke operator lain yang mampu menawarkan kelebihan dari
aspek-aspek tersebut. Sehingga hal ini sejalan dengan hasil pengujian hipotesis
bahwa Manajemen Kerelasian Pelanggan berpengaruh pada Loyalitas Pelanggan.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Bridson et al. (2008) dimana
“program pembinaan Loyalitas Pelanggan merupakan upaya-upaya pemasaran
terstruktur yang memberikan insentif atau hadiah. Oleh karena itu mendorong
perilaku yang loyal, yakni perilaku yang diharapkan dapat member manfaat bagi
perusahaan.” Demikian juga dengan pendapat Andreas Kuusik (2007) yang
meneliti di bidang telekomunikasi di Estonia yang menegaskan”pentingnya
kerelasian sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi Loyalitas Pelanggan.”
Selain itu Assion & Moez (2004) menjelaskan dampak dari karakteristik
situ Web dalam hubungan antara Manajemen Kerelasian Pelanggan dan Loyalitas
Pelanggan dimana “Penggunaan internet untuk Mendukung Manajemen
Kerelasian Pelanggan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan Loyalitas
Pelanggan di sector IT.” Begitu pula dengan temuan Roam, Pullins & Roam
(2002) yang menyimpulkan selama pelanggan berpartisipasi dalam program
loyalitas maka pelanggan mungkin termotivasi oleh program insentif untuk
membeli merek sponsor program berulang kali.
259
Pengaruh Kompetensi Unik Terhadap Loyalitas Pelanggan
Kompetensi Unik dihipotesiskan mempengaruhi Loyalitas Pelanggan.
Perhitungan model pengaruh yang dihipotesiskan diperoleh menggunakan
Software Lisrel 8.8.
Gambar 4.46. Model Struktural X2-Z
Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik
dinyatakan sebagai berikut:
Ho.γ22 = 0: Kompetensi Unik tidak berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
Ha.γ22 ≠ 0: Kompetensi Unik berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Kompetensi
Unik terhadap Loyalitas Pelanggan dirangkum dan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.40. Pengaruh Kompetensi Unik Terhadap Loyalitas
Pelanggan
Hipotesis
Koefisien
Jalur
thitung tkritis Keputusan Keterangan
Kompetensi Unik
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan
0,3822 5,0417 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
260
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Kompetensi
Uniksebesar 5,0417. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0
yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 5,0417> 1,96) maka dapat diambil
keputusan untuk menolak H0.
Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
Kompetensi Unik berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan.
j. Besarnya pengaruh langsung Kompetensi Unik terhadap Loyalitas Pelanggan
adalah (0,3822×0,3822×100%) = 14,61%. Jadi Kompetensi Unik
memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang
diperhatikan sebesar 14,61% terhadap Loyalitas Pelanggan.
k. Pengaruh Kompetensi Unik karena adanya hubungan dengan Manajemen
Kerelasian Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan sebesar
(0,3822×0,7572×0,2648×100%) = 7,66%.
l. Pengaruh Kompetensi Unik karena adanya hubungan dengan Bauran
Pemasaranter hadap Loyalitas Pelanggan sebesar
(0,3822×0,5934×0,1293×100%) = 2,93%.
Jadi besarnya total pengaruh Kompetensi Unik terhadap Loyalitas
Pelanggan sebesar 25,20%.
Kompetensi Unik memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan. Untuk menjelaskan hubungan ini dipakai dimensi yang
paling dominan menggambarkan masing-masing variabel tersebut yaitu sumber
daya spesifik untuk Kompetensi Unik dan kepercayaan pelanggan untuk Loyalitas
Pelanggan. Aspek ini dipahami oleh pelanggan, dan bila operator penyedia sarana
261
fixed broadband sudah memiliki sarana yang sangat baik dan sudah dikenal oleh
masyarakat umum maka pelanggan menyakini operator yang memberikan kualitas
pelayanan sangat baik.
Berkaitan dengan Kompetensi Unik, pihak IndiHome memiliki aplikasi
SIIS (sales IndiHome information system). Dimana dalam SIIS sudah terdapat
informasi jaringan infrastruktur (ODP, Kabel, dll), Informasi koordinat, data
pelanggan, dll dan sudah terhubung dengan provisioning dan 147. Selain itu,
penggunaan big data analytic oleh IndiHome berhasil menurunkan churn, dari 5%
di tahun 2016 menjadi 2% di tahun 2017. IndiHome menggunakan smart
correction untuk memperdiksi orang-orang yang terlambat bayar. Dulu semua
pelanggan di remainding, padahal tidak semua orang perlu di remind. Saat ini
yang di-remind pelanggan yang hanya di prediksi terlambat bayar. Dengan
demikian mengurangi caring terhadap pelanggan sehingga hemat resource. Dan
hanya Telkom yang sudah menggunakan big data analytic dan sudah berjalan
selam dua tahun, sedangkan operator lain belum memilikinya. Hal ini lah
mendukung IndiHome dalam mempertahankan Loyalitas Pelanggannya.
Hal itu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan Loyalitas Pelanggan,
manajemen perlu menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan untuk
memenangkan kompetensi pasar dengan menerapkan Kompetensi Unik, yang
diartikan sebagai keunggulan kompetensi yang dimiliki suatu perusahaan dimana
keunggulan tersebut tidak dimiliki oleh kompetitor lain. Colin dan Fran (2004)
memberi beberapa contoh dari setiap jenis dan juga memberikan contoh beberapa
kesulitan dalam berpikir tentang kompetensi. Secara khusus, mereka
262
memperingatkan kelompok untuk kemungkinan bahwa mereka kemungkinan
besar akan mulai berpikir hasil yang khas, bukan kompetensi.
Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan
Bauran Pemasaran dihipotesiskan mempengaruhi Loyalitas Pelanggan.
Perhitungan model pengaruh yang dihipotesiskan diperoleh menggunakan
Software Lisrel 8.8.
Gambar 4.47. Model Struktural X3-Z
Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik
dinyatakan sebagai berikut:
Ho.γ23 = 0: Bauran Pemasaran tidak berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
Ha.γ23 ≠ 0: Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Bauran
Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan dirangkum dan dapat dilihat pada tabel
berikut:
263
Tabel 4.41. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan
Hipotesis
Koefisien
Jalur
thitung tkritis Keputusan Keterangan
Bauran Pemasaran
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan
0,1293 2,4337 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Bauran
Pemasaransebesar 2,4337. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak
H0 yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 2,4337> 1,96) maka dapat
diambil keputusan untuk menolak H0.
Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan.
m. Besarnya pengaruh langsung Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas
Pelanggan adalah (0,1293×0,1293×100%) = 1,67%. Jadi Bauran Pemasaran
memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang
diperhatikan sebesar 1,67% terhadap Loyalitas Pelanggan.
n. Pengaruh Bauran Pemasaran karena adanya hubungan dengan Manajemen
Kerelasian Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan sebesar
(0,1293×0,6043×0,2648×100%) = 2,07%.
o. Pengaruh Bauran Pemasaran karena adanya hubungan dengan Kompetensi
Unikterhadap Loyalitas Pelanggan sebesar
(0,1293×0,5934×0,3822×100%) = 2,93%.
264
Jadi besarnya total pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas
Pelanggan sebesar 6,67%.
Untuk menjelaskan hubungan ini dipakai 2 dimensi yang paling dominan
untuk variabel Bauran Pemasaran yaitu sumber daya manusia dan produk dan
kepercayaan pelanggan untuk variabel Loyalitas Pelanggan. Keahlian sumber
daya manusia terutama petugas di kantor layanan dan keragaman produk operator
fixed broadband mencerminkan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang lebih
cepat. Inovasi produk memberi gambaran bahwa operator fixed broadband cukup
maksimal dalam melakukan pengembangan paket layanan dengan varian yang
banyak beserta fitur-fiturnya, yang mendorong peningkatan Loyalitas Pelanggan.
Program peningkatan kompetensi sumber daya manusia di kantor layanan
perlu menjadi perhatian besar dari para operator karena para petugas layanan
tersebut langsung berhubungan dengan pelanggan, yang dapat menentukan tingkat
kepuasan pelanggan.
Hasil ini sesuai dengan kesimpulan Boohene & Agyapong (2011) yang
meneliti operator seluler Vodafone Ghana dimana “terdapat hubungan positif
antara kualitas jasa dengan Loyalitas Pelanggan.” Penelitian lainnya Wan Jin
(2009) juga menyatakan “ada hubungan antara kualitas jasa web-based dengan
Loyalitas Pelanggan. Selain itu Hu dan Yu Jia (2011:71) telah meneliti pelanggan
toko retail di Taiwan dimana “Strategi Bauran Pemasaran dengan dimensi produk,
harga, promosi dan tempat mempunyai hubungan yang positif dan signifikan
dengan Loyalitas Pelanggan menggunakan dimensi rekomendasi dan pembelian
berulang.”
265
Temuan ini juga mendukung Akbar et al. (2010:116) dan Lee (2010:353)
yang menemukan bahwa perbaikan kualitas jasa memberikan pengaruh positif`
yang langsung kepada Loyalitas Pelanggan.
4.3.6 Pengaruh Nilai Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan
Nilai Pelanggan dihipotesiskan mempengaruhi Loyalitas Pelanggan.
Perhitungan model pengaruh yang dihipotesiskan diperoleh menggunakan
Software Lisrel 8.8. Dari hasil perhitungan untuk hipotesis pengaruh Nilai
Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan diperoleh model struktural sebagai
berikut.
Gambar 4.48. Model Struktural Y-Z
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dapat dilihat koefisien
pengaruh Nilai Pelanggan1) terhadap Loyalitas Pelanggan(2) sebesar 0,2715
dengan nilai t-hitung untuk uji statistik sebesar 3,0544.
Dapat diperoleh persamaan struktural yang dihipotesiskan sebagai berikut:
266
Tabel 4.42.
Hasil Pengaruh Nilai Pelanggan (1) terhadap Loyalitas Pelanggan(2)
Variabel
Laten Eksogen
Koefisien
Jalur thitung R2 Error
Variance
Nilai Pelanggan (1) 0,2715 3,0544 0,0737 0,9263
(Sumber: Hasil Pengolahan Data )
Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik
dinyatakan sebagai berikut:
Ho.β21 = 0: Nilai Pelanggan tidak berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
Ha.β22 ≠ 0: Nilai Pelanggan berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Nilai
Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan dirangkum dan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.43. Pengaruh Nilai Pelanggan Terhadap Loyalitas Pelanggan
Hipotesis
Koefisien
Jalur
thitung tkritis Keputusan Keterangan
Nilai Pelanggan
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan
0,2715 3,0544 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Nilai Pelanggan
sebesar 3,0544. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu
thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 3,0544> 1,96) maka dapat diambil
keputusan untuk menolak H0.
267
Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Nilai
Pelanggan berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan.
Besarnya pengaruh langsung Nilai Pelanggan terhadap Loyalitas
Pelanggan adalah (0,2715×0,2715×100%) = 7,37%. JadiNilai Pelanggan
memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang
diperhatikan sebesar 7,37% terhadap Loyalitas Pelanggan .
Pada Tabel 4.42 dan 4.43 memperlihatkan bahwa Nilai Pelanggan
berpengaruh positif secara signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan karena
pelanggan merasakan manfaat yang besar dari layanan fixed broadband yang
diberikan, fitur-fitur yang ditawarkan, pelayanan pelanggan dan citra
dibandingkan dengan korbanan yang harus mereka keluarkan sehingga pelanggan
akan terus menggunakan fixed broadband tersebut. Hal ini berarti pelanggan
memiliki loyalitas yang tinggi.
Sehingga pengelola operator fixed broadband dengan layanan masing-
masing operator yang disediakan di Indonesia. Operator tersebut telah berusaha
untuk meningkatkan banyak manfaat dibandingkan dengan korbanan yang
dikeluarkan oleh pelanggan fixed broadband dengan tujuan meningkatkan
Loyalitas Pelanggan sehingga para pelanggan tersebut tetap bersama operator dan
memanfaatkan berbagai layanan fixed broadband dari operator tersebut.
Sehingga pengelola operator fixed broadband dengan layanan masing-
masing operator yang disediakan di Indonesia. Operator tersebut telah berusaha
untuk meningkatkan banyak manfaat dibandingkan dengan korbanan yang
dikeluarkan oleh pelanggan fixed broadband dengan tujuan meningkatkan
268
Loyalitas Pelanggan sehingga para pelanggan tersebut tetap bersama operator dan
memanfaatkan berbagai layanan fixed broadband dari operator tersebut.
Berkaitan dengan aspek manfaat dan korbanan dari Nilai Pelanggan, IndiHome
dihadapkan pada persoalan persepsi pelanggan yang menilai bahwa harga
IndiHome yang dianggap mahal. Dalam hal ini, IndiHome tidak terpancing
dengan perang harga. Karena perang harga tidak ada habisnya. Sehingga yang
dijaga adalah kualitas dan nilai yang diberikan kepada pelanggan dengan
menambahkan gimmic seperti add on, channel, content baik yang sifatnya
pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya maupun pelanggan perlu mengeluarkan
biaya. Dan hal ini mulai berhasil karena konten tambahan yang ada di IndiHome
cukup lengkap. Selanjutnya IndiHome mengedukasi sales force dengan mencari
pelanggan yang tidak terlalu sensitif terhadap harga. Karena jika bertemu dengan
pelanggan yang sangat sensitif terhadap harga, apabila terjadi masalah, maka
dengan cepat mereka akan menghentikan layanan dan itu sangat berdampak
terhadap investasi layanan. Kemudian, IndiHome siap di lokasi lokasi tertentu
mengeluarkan harga yang lebih murah daripada harga pesaing kalau memang di
butuhkan. Tetapi hal ini tidak akan dilakukan secara massal.
Pengaruh total Nilai Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan sebesar
7.37% dan pengaruh faktor lainnya sebesar 92.63%. Faktor-faktor tersebut antara
lain mencakup:
- Keadaan kondisi ekonomi, misalnya terjadinya penurunan kondisi
ekonomi yang mempengaruhi pendapatan pelanggan fixed broadband
269
sehingga mereka memaksa untuk lebih hemat dengan cara memilih
layanan operator fixed broadband yang lebih hemat.
- Munculnya layanan fixed broadband substitusi maupun aplikasi dari
penyedia internet misalnya kemudahan mendapatkan akses gratis di
tempat-tempat keramaian. Layanan tersebut menarik pelanggan fixed
broadband sehingga lebih banyak memanfatkan layanan terssebut
dibandingkan dengan layanan fixed broadband yang dipakainya.
Hasil FGD tentang Nilai Pelanggan menunjukkan bahwa First Media
sudah mampu memberikan manfaat dan korbanan yang dinilai baik. Contohnya
dari segi manfaat, selama ini untuk proses pelaporan gangguan melewati call
center, dan semuanya berjalan dengan baik sampai petugas teknis lapangan
meyelesaikan permasalahan pelanggan. Sementara dari segi korbanan, menurut
pelanggan, penanganan permasalahan pelanggan selama ini dinilai sudah cukup
sesuai, mulai dari pelaporan sampai proses penyelesaian. Begitu pula dengan
IndiHome yang dari segi manfaat dan korbanan dinilai sudah baik. Contohnya
dari segi manfaat, sudah memberikan kecepatan dan kestabilan akses internet
yang secara umum sudah sangat bagus, selama ini aktifitas berinternet berjalan
dengan baik dan normal. Selain itu, prosedur pemanfaatan layanan dinilai sudah
baik, dengan call center 147 maka pengaduan bisa diproses dengan baik sampai
pada penyelesaian gangguan. Karena rata-rata pelanggan banyak yang memilih
berlangganan paket IndiHome unlimited dan penggunaan telpon PSTN yang
minim (bahkan tidak digunakan) tentu biaya/tagihan bulanan cenderung stabil,
tetapi ada beberapa pelanggan yang menyebutkan ada fluktuasi tagihan tetapi
270
kondisi ini bisa dijelaskan oleh petugas layanan bahwa fluktuasi tagihan karena
akibat over kuota internet. Dari segi korbanan, mayoritas pelanggan menilai
bahwa saat ini performansi IndiHome sudah cukup bagus, baik dari sisi kualitas
produk maupun pelayanan. Hal tersebut dinilai sesuai dengan pengalaman
pelanggan bahwa selama ini dapat mengakses internet dengan mudah dan cepat,
sehingga dengan kondisi tersebut kemungkinan tingkat churn (pindah operator)
sangat kecil.
Begitu pula dengan operator Biznet, dinilai sudah memiliki aspek manfaat
dan korbanan yang baik. Mayoritas pelanggan menyatakan petugas layanan selalu
merespon dengan baik setiap keluhan pelanggan, baik oleh petugas call center
maupun petugas teknis, sehingga pelanggan benar-benar merasa diperhatikan.
Dari segi jumlah tagihan tidak pernah menjadi permasalahan bagi pelanggan.
Pelanggan menilai pada dasarnya Biznet memilki performansi yang baik,
sehingga kemungkinannya kecil pelanggan untuk churn/pindah ke operator lain,
kecuali ada operator lain yang menawarkan dengan tingkat performansi yang
lebih tinggi dengan harga yang lebih kompetitif.
Adapun penilaian atas nilai pelanggan MNC Play, dinilai sudah baik dari
segi manfaat dan korbanan, namun masih ada sedikit kelemahan performansi
MNC Play terutama dari sisi akses dan kestabilan jaringan, terutama saat kondisi
cuaca buruk (hujan/petir). Namun demikian, pengaduan oleh pelanggan selalu
direspon dengan baik oleh petugas, baik oleh call center maupun petugas teknis,
dan yang terpenting petugas mampu memberikan solusi dengan baik. Sehingga
secara umum nilai pelanggan Biznet dinilai baik oleh pelanggan.
271
Hal tersebut menggambarkan bahwa Nilai Pelanggan merupakan aspek
penting dalam upaya mencapai Loyalitas Pelanggan. Pihak operator dituntut untuk
senantiasa meningkatkan performansinya dari segi manfaat dan memberikan
layanan yang sebanding dengan korbanan yang dikeluarkan oleh pelanggan.
Hasil pengujian hipotesis di atas sesuai dengan pendapat Chou et al.
(2009) yang meneliti penggunaan SMS dimana “Nilai Pelanggan berpengaruh
signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan” dan Yang & Peterson (2004) yang
meneliti pengguna layanan online dimana “ Perusahaan yang akan meningkatkan
Loyalitas Pelanggan harus fokus pada Nilai Pelanggan.” Sementara itu menurut
Tsai et al. (2010) menyatakan “pelanggan dengan persepsi nilai yang lebih positif
atas produk atau jasa memberikan evaluasi yang lebih positif pada perusahaan
atau penyedia jasa sehingga menghasilkan loyalitas yang tinggi.” Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Wong & Dean (2005) dimana “persepsi Nilai Pelanggan
mempengaruhi Loyalitas Pelanggan secara signifikan.
4.3.7 Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik, dan
Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai
Pelanggan
Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan Terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan
Manajemen Kerelasian Pelanggan dihipotesiskan mempengaruhi Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan.
272
Gambar 4.49. Model Struktural X1-Y-Z
Besarnya pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan adalah (0,2298×0,2715×100%) = 6,24%. Jadi
Manajemen Kerelasian Pelanggan memberikan pengaruh secara tidak langsung
melalui Nilai Pelanggan sebesar 6,24% terhadap Loyalitas Pelanggan.
Pengujian pengaruh tidak langsung Manajemen Kerelasian Pelanggan
terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan sebagai variabel
intervening dilakukan menggunakan Sobel test (Kline, 2016: 164).
Perhitungan uji signifikansi dari hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho.γ11× β21 = 0: Manajemen Kerelasian Pelanggan tidak berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan
Ha. γ11×β21 ≠ 0: Manajemen Kerelasian Pelanggan berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan
Nilai uji t sobel diperoleh dari perhitungan menggunakan Sobel Test for
the Significance of Mediation Calculator di
www.danielsoper.com/statcalc3/calc.aspx?id=31 .
273
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Manajemen
Kerelasian Pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan
dirangkum dan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.44. Pengaruh Manajemen Kerelasian Pelanggan Terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan
Hipotesis
Besar
Pengaruh
thitung
p
tkritis Keputusan Keterangan
γ11× β21 = 0 0,0624 2,2208 0,0264 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Manajemen
Kerelasian Pelanggan sebesar 2,2208.Nilai statistik uji t yang diperoleh berada
didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 2,2208 > 1,96)
dan nilai signifkansi (p) = 0,0264 < 0,05 maka diambil keputusan untuk menolak
H0. Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
Manajemen Kerelasian Pelanggan berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan. Hubungan tersebut terjadi karena sinergi dari
Manajemen Kerelasian Pelanggan yang memberikan pemberian kemudahan yang
lebih besar dibandingkan dengan korbanan sehingga mendorong pelanggan fixed
broadband untuk meningkatkan penggunaannya pada operator yang dipakainya
karena kepercayaan pelanggan.
Berdasarkan hasil sebelumnya Manajemen Kerelasian Pelanggan
berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan, pengaruh secara
langsung sebesar 7,01%. Sedangkan Manajemen Kerelasian Pelanggan
berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai
274
Pelanggan, pengaruh secar tidak langsung sebesar 6,24%. Karena pengaruh
langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung maka di prioritaskan
menggunakan hubungan antara Manajemen Kerelasian Pelanggan terhadap
Loyalitas tanpa melalui Nilai Pelanggan.
Walaupun pengaruh management kerelasian pelanggan lebih besar secara
langsung lebih besar daripada Nilai Pelanggan, pengelolaan Nilai Pelanggan tetap
harus memperhatikan program program yang efektif dari managemen kerelasian
dalam upaya meningkatkan Nilai Pelanggan. Hal itu sesuai dengan pendapat
Bridson, et al. (2008) dimana program pembinaan Loyalitas Pelanggan
merupakan upaya-upaya pemasaran terstruktur yang memberikan insentif atau
hadiah, oleh karena itu mendorong perilaku yang loyal, yakni perilaku yang
diharapkan dapat memberi manfaat bagi perusahaan. Selain itu, Ndubisi (2007)
menunjukkan bahwa strategi-strategi pemasaran kerelasian, komunikasi,
komitmen, kompetensi, dan penanganan konflik berhubungan secara langsung dan
tidak langsung (melalui trust dan kualitas hubungan) terhadap Loyalitas
Pelanggan.
Pengaruh Kompetensi Unik Terhadap Loyalitas Pelanggan melalui
Nilai Pelanggan
Kompetensi Unik dihipotesiskan mempengaruhi Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan.
275
Gambar 4.50. Model Struktural X2-Y-Z
Besarnya pengaruh Kompetensi Unik terhadap Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan adalah (0,3037×0,2715×100%) = 8,25%. Jadi
Kompetensi Unik memberikan pengaruh secara tidak langsung melalui Nilai
Pelanggan sebesar 8,25% terhadap Loyalitas Pelanggan.
Pengujian pengaruh tidak langsung Kompetensi Unik terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan sebagai variabel intervening dilakukan
menggunakan Sobel test. Sobel test (Kline, 2016: 164).
Perhitungan uji signifikansi dari hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho. γ12× β21 = 0: Kompetensi Unik tidak berpengaruh terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan
Ha. γ12× β21 ≠ 0: Kompetensi Unik berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan
Nilai uji t sobel diperoleh dari perhitungan menggunakan Sobel Test for
the Significance of Mediation Calculator di
www.danielsoper.com/statcalc3/calc.aspx?id=31 .
276
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Kompetensi
Unik terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan dirangkum dan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.45. Pengaruh Kompetensi Unik Terhadap Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan
Hipotesis
Besar
Pengaruh
thitung p tkritis Keputusan Keterangan
γ12× β21 = 0 0,0825 2,5076 0,0061 1,96 H0ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Kompetensi
Unik sebesar 2,5076. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0
yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 22,5076> 1,96) dan nilai
signifkansi (p) = 0,0061< 0,05 maka diambil keputusan untuk menolak H0. Jadi
dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Kompetensi Unik
berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan.
Berdasarkan hasil sebelumnya Kompetensi Unik berpengaruh secara
signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan, pengaruh secara langsung sebesar
14,61%. Sedangkan Kompetensi Unik berpengaruh secara signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan, pengaruh secara tidak langsung
sebesar 8,25%.
Walaupun pengaruh Kompetensi Unik lebih besar secara langsung
mempengaruhi Loyalitas Pelanggan daripada melalui Nilai Pelanggan, komptensi
unitk tetap harus mendapatkan perhatian yang tinggi dari operator agar program
277
peningkatan Kompetensi Unik tersebut dapat juga meningkatkan Nilai Pelanggan.
Hal itu sejalan dengan temuan Fornell (1992 ) dalam Lupiyoadi dan Hamdani:
(2006) dimana tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi akan dapat menciptakan
Loyalitas Pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensitivitas
pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi
biaya operasi yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah pelanggan,
meningkatkan efektivitas iklan, dan meningkatkan reputasi bisnis. Selain itu,
Ndubisi (2007) menunjukkan bahwa strategi-strategi pemasaran kerelasian,
komunikasi, komitmen, kompetensi, dan penanganan konflik berhubungan secara
langsung dan tidak langsung (melalui trust dan kualitas hubungan) terhadap
Loyalitas Pelanggan.
Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan melalui
Nilai Pelanggan
Bauran Pemasaran dihipotesiskan mempengaruhi Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan.
Gambar 4.51. Model Struktural X3-Y-Z
278
Besarnya pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan adalah (0,4417×0,2715×100%) = 11,99%. Jadi Bauran
Pemasaran memberikan pengaruh secara tidak langsung melalui Nilai Pelanggan
sebesar 11,99% terhadap Loyalitas Pelanggan.
Pengujian pengaruh tidak langsung Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan sebagai variabel intervening dilakukan
menggunakan Sobel test. (Kline, 2016: 164).
Perhitungan uji signifikansi dari hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho. γ13× β21 = 0: Bauran Pemasaran tidak berpengaruh terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan
Ha. γ13× β21 ≠ 0: Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan
Nilai uji t sobel diperoleh dari perhitungan menggunakan Sobel Test for
the Significance of Mediation Calculator di
www.danielsoper.com/statcalc3/calc.aspx?id=31 .
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Bauran
Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan dirangkum dan
dapat dilihat pada tabel berikut:
279
Tabel 4.46. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan
Hipotesis
Besar
Pengaruh
thitung p tkritis Keputusan Keterangan
γ13× β21 = 0 0,1199 2,7666 0,0028 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Bauran
Pemasaran sebesar 2,7666. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah
tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 2,7666 > 1,96) dan nilai
signifkansi (p) = 0,0028< 0,05 maka diambil keputusan untuk menolak H0. Jadi
dapat disimpulkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Bauran
Pemasaran berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan.
Berdasarkan hasil sebelumnya Bauran Pemasaran berpengaruh secara
signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan, pengaruh secara langsung sebesar
1,67%. Sedangkan Bauran Pemasaran berpengaruh secara signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan, pengaruh secara tidak langsung
sebesar 11,99%. Karena pengaruh langsung lebih kecil dari pengaruh tidak
langsung maka di prioritaskan menggunakan hubungan antara Manajemen
Kerelasian Pelanggan terhadap Loyalitas melalui Nilai Pelanggan.
Hal tersebut sejalan dengan temuan Guenzi &. Troilo (2007) yang
membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki tenaga penjualan yang
berorientasi kepada pelanggan secara positif mendorong penciptaan Nilai
Pelanggan yang superior serta peningkatan performansi pasar perusahaan tersebut.
Selain itu, Zhang & Deng (2009) yang meneliti pada industri telekomunikasi
280
Swedia, menunjukkan bahwa kualitas jasa, persepsi harga, dan nilai penawaran
berdampak terhadap Loyalitas Pelanggan secara tidak langsung melalui kepuasan
konsumen dan kepercayaan.
Pembahasan berikut ini tidak berkaitan langsung dengan tujuan penelitian
dalam disertasi ini namun dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih
mendalam mengenai hasil akhir kelompok pelanggan fixed broadband yaitu
IndiHome, First Media, MNC Play dan BizNet. Secara khusus pembahasan
berikut mempunyai tujuan untuk melihat variabel eksogen mana diantara
Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran yang
paling berpengaruh terhadap variabel endogen Nilai Pelanggan dan Loyalitas
Pelanggan.
Setelah melakukan pembahasan di atas ke semua penelitian ini maka
berikut ini disampaikan temuan penelitian ini.
Tabel 4.47.
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Manajemen Kerelasian Pelanggan,
Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran terhadap Nilai Pelanggan dan
dampaknya terhadap Loyalitas Pelanggan
Variabel
Eksogen
Pengaruh
Langsung Keputusan
Pengaruh
Tidak
Langsung
Keputusan Keterangan
1. Manajemen Kerelasian Pelanggan
7,01% Signifikan > 6,24% Signifikan Prioritas Pengaruh
Langsung
2. Kompetensi Unik 14,61% Signifikan > 8,25% Signifikan
Prioritas Pengaruh
Langsung
3. Bauran Pemasaran 1,67% Signifikan < 11,99% Signifikan
Prioritas Pengaruh tidak Langsung
Sumber: Hasil pengolahan data survei (diolah)
281
Berdasarkan hasil Tabel 4.47 disampaikan temuan penelitian dimana
Manajemen Kerelasian Pelanggan dan Kompetensi Unik karena nilai pengaruh
langsung lebih besar dari pengaruh tidak langsung maka diprioritaskan
menggunakan pengaruh langsung. Sedangkan Bauran Pemasaran karena nilai
pengaruh langsung lebih kecil dari pengaruh tidak langsung maka diprioritaskan
menggunakan pengaruh tidak langsung.
Pembinaan hubungan pelanggan kepada perusahaan menjadi perhatian
penuh bagi seluruh pemasar dalam menjalankan fungsi pemasaran dalam unit
bisnisnya. Dalam menjaga Loyalitas Pelanggan operator tetap harus
memperhatikan Nilai Pelanggan karena hasilnya juga cukup signifikan. Dalam
penelitian ini pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan lebih
memprioritaskan pengaruh tidak langsung. Hal ini mengindikasikan bahwa
layanan pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan belum
dilakukan secara optimal atau dikelola dengan baik, atau dengan kata lain manfaat
dan korbanan yang diberikan kepada pelanggan fixed broadband belum
sepenuhnya memenuhi harapan pelanggan.
Begitu juga dengan variabel Kompetensi Unik dalam rangka menciptakan
Nilai Pelanggan yang tinggi, perusahaan diharuskan mengidentifikasi kebutuhan
sumber daya organisasi yang spesifik serta kemampuan kinerja yang unggul.
Dalam mengelola Kompetensi Unik guna menjaga Loyalitas Pelanggan melalui
Nilai Pelanggan, lebih memprioritaskan menggunakan pengaruh langsung. Hal ini
mengindikasikan bahwa layanan pelanggan terhadap Loyalitas Pelanggan melalui
Nilai Pelanggan belum dilakukan secara optimal atau dikelola dengan baik. Untuk
282
peningkatan Nilai Pelanggan, perlu memperhatikan penguatan Kompetensi Unik
yang memberikan manfaat dan korbanan yang sesuai. Kemampuan teknisi dan
manager operasional perlu di tingkatkan dalam upaya memperbaiki kinerja
Kompetensi Unik. Program yang dilakukan PT Telkom dalam meningkatkan
kapabilitas teknisi adalah membekali kemampuan multi skill, yaitu kemampuan
teknisi untuk memahami permasalahan tidak hanya fisik dan teknis broadbandnya
saja tetapi juga bisa mengintegrasikan perangkat-perangkat tercangggih yang ada
dipelanggan.
Sedangkan variabel Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan lebih efektif dilakukan secara tidak langsung, dengan
kata lain memprioritaskan peningkatan Nilai Pelanggan.
Nilai Pelanggan merupakan kunci untuk menjaga dan memelihara
hubungan jangka panjang antara pelanggan dan perusahaan. Seperti yang
ditegaskan oleh Kotler & Keller (2016) menegaskan bahwa tugas setiap bisnis
adalah menghasilkan Nilai Pelanggan untuk mendapatkan keuntungan. Demikian
juga dengan operator fixed broadband, mereka harus dapat memberikan layanan
fixed broadband yang prima sehingga menarik banyak pelanggan fixed broadband
dan mendapatkan keuntungan atas usahanya tersebut. Pada saat pelanggan fixed
broadband loyal terhadap layanan fixed broadband, hal ini terjadi bukan karena
pada saat pelanggan merasa puas. Melainkan karena produk atau jasa tersebut
memberikan nilai yang berarti bagi pelanggan fixed broadband. Bauran
Pemasaran dikemukakan oleh McCarthy yang dikutip oleh Kotler & Keller (2016:
36) yang dikenal dengan istilah 4P, yaitu Product (produk), Price (harga), Place
283
(tempat), dan Promotion (promosi). Namun konsep 4P menurut Kotler & Keller
(2016: 37-38) sudah tidak mutakhir lagi sehingga dikembangkan Holistic
Marketing Management Four Ps yang didalamnya meliputi sumber daya manusia
(People), proses (Process), program-program (Programs) dan performansi
(Performance). Khusus mengenai performansi meliputi berbagai ukuran outcome
yang memiliki implikasi finansial dan non finansial seperti keuntungan, brand
equity, costumer equity. Komponen lainnya termasuk berbagai implikasi yang
berada di luar perusahaan, contohnya tanggung jawab sosial, legal, etika dan yang
berkaitan dengan komunitas.
Mengenai 4P menurut Lovelock dan Wirtz (2011:44) berpendapat bahwa
konsep yang dibuat oleh McCarthy biasa diterapkan pada barang-barang
manufaktur sementara karakteristik jasa memiliki tantangan pemasaran yang
berbeda dengan barang-barang manufaktur tersebut. 4P saja tidak cukup karena
belum mencakup aspek pengelolaan interaksi antara perusahaan dengan
pelanggan sehingga Bauran Pemasaran jasa selain 4P ditambah dengan 3P lagi
sehingga secara lengkap Bauran Pemasaran untuk jasa mencakup produk, harga,
tempat, promosi, proses, lingkungan fisik dan sumber daya manusia.
Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, Bauran Pemasaran yang
diidentifikasikan dengan tujuh dimensi yaitu produk, harga, tempat, promosi,
proses, sarana fisik dan sumber daya manusia berpengarun terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai Pelanggan. Hal ini mencerminkan bahwa pelanggan fixed
broadband dalam menentukan pilihan operator fixed broadband sampai menjadi
pelanggan yang loyal sangat memperhatikan kemudahan dalam mendapatkan
284
berbagai informasi, layanan perbaikan saran dan yang lainnya sangat
memperhatikan dimensi sumber daya manusia dan pelanggan fixed broadband
selama ini sangat puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh operator fixed
broadband.
Hasil temuan di atas memperkaya premis yang sudah ada yang berguna
bagi kalangan akademik dalam melakukan penelitian di bidang pemasaran.
4.3.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Tabel 4. 48 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis Jenis
Hipotesis
Hasil Uji
Hipotesis
Kontribusi
Pengaruh
Tabel
Rujukan
1 Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi Unik,
dan Bauran Pemasaran
berpengaruh terhadap Nilai
Pelanggan.
Simultan:
(MKP, KU,
BP) → NP
Signifikan
Tabel
4.32
a Manajemen Kerelasian
Pelanggan berpengaruh
terhadap Nilai Pelanggan.
Parsial:
MKP →
NP
Signifikan 5.28% Tabel
4.33
b Kompetensi Unik
berpengaruh terhadap
Nilai Pelanggan.
Parsial: KU
→ NP Signifikan 9.22%
Tabel
4.34
c Bauran Pemasaran
berpengaruh terhadap
Nilai Pelanggan.
Parsial: BP
→ NP Signifikan 19.51%
Tabel
4.35
2 Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi Unik,
dan Bauran Pemasaran
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan.
Simultan:
(MKP, KU,
BP) → LP
Signifikan
Tabel
4.36
285
Hipotesis Jenis
Hipotesis
Hasil Uji
Hipotesis
Kontribusi
Pengaruh
Tabel
Rujukan
a Manajemen Kerelasian
Pelanggan berpengaruh
terhadap Loyalitas
Pelanggan.
Parsial:
MKP → LP Signifikan 7.01%
Tabel
4.39
b Kompetensi Unik
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan.
Parsial: KU
→ LP Signifikan 14.61%
Tabel
4.40
c Bauran Pemasaran
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan.
Parsial: BP
→ LP Signifikan 1.67%
Tabel
4.41
3 Nilai Pelanggan berpengaruh
terhadap Loyalitas Pelanggan. NP → LP Signifikan
Tabel
4.43
4 Manajemen Kerelasian
Pelanggan, Kompetensi Unik,
dan Bauran Pemasaran
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan melalui
Nilai Pelanggan
a Manajemen Kerelasian
Pelanggan berpengaruh
terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Nilai
Pelanggan.
Intervening
: MKP →
NP → LP
Signifikan 6.24% Tabel
4.44
b Kompetensi Unik
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan.
Intervening
: KU → NP
→ LP
Signifikan 8.25% Tabel
4.45
c Bauran Pemasaran
berpengaruh terhadap
Loyalitas Pelanggan
melalui Nilai Pelanggan.
Intervening
: BP → NP
→ LP
Signifikan 11.99% Tabel
4.46
286
4.4 Novelty
Berdasarkan rekapitulasi hasil pengujian hipotesis terungkap
bahwa:Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran
Pemasaran berpengaruh terhadap Nilai Pelanggan sebesar 72,77%. Adapun
pengaruh faktor diluar Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran adalah sebesar 27,23%. Bauran Pemasaran memiliki pengaruh
yang lebih besar dibandingkan Kompetensi Unik dan manajemen kerelasian
pelanggan. Dimensi yang paling kuat menggambarkan Manajemen Kerelasian
Pelanggan yaitu pemberian kemudahan. Dimensi yang paling dominan
menggambarkan Kompetensi Unik yaitu sumber daya spesifik. Sumber daya
manusia, produk, dan proses secara berurutan paling menggambarkan Bauran
Pemasaran. Kualitas sumber daya manusia yang memberikan pelayanan kepada
pelanggan serta prosedur yang telah memberikan citra positif kepada pelanggan
fixed broadband. Korbanan yang dikeluarkan pelanggan fixed broadband
sebanding dengan manfaat yang diterima pelanggan fixed broadband. Adanya
pengaruh ketiga variabel tersebut terhadap Nilai Pelanggan mensyaratkan bahwa
operator perlu mengembangkan sinergi secara kuat untuk ketiga variabel eksogen
tersebut di atas sehingga menghasilkan Nilai Pelanggan yang superior (superior
customer value).
Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran
Pemasaran berpengaruh terhadap Loyalitas Pelanggan sebesar 48,62%. Adapun
pengaruh faktor diluar Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan
Bauran Pemasaran sebesar 51,38%. Pengaruh langsung dari Kompetensi Unik
287
untuk meningkatkan Loyalitas Pelanggan relatif tinggi dibanding variabel
management kerelasian pelanggan dan Bauran Pemasaran. Kondisi ini dapat
diakibatkan oleh semakin tingginya animo pelanggan dalam melakukan
komunikasi kepada operator melalui aplikasi yang menjadi interface antara
operator dan pelanggan.
Nilai Pelanggan memberikan pengaruh secara langsung sebesar 7,37%
terhadap Loyalitas Pelanggan. Nilai Pelanggan berpengaruh positif secara
signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan karena pelanggan merasakan manfaat
yang besar dari layanan fixed broadband yang diberikan, fitur-fitur yang
ditawarkan, pelayanan pelanggan dan citra dibandingkan dengan korbanan yang
harus mereka keluarkan sehingga pelanggan akan terus menggunakan fixed
broadband tersebut.
Manajemen Kerelasian Pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap
Loyalitas Pelanggan melalui Nilai Pelanggan, sebesar 6,24%. Hubungan tersebut
terjadi karena sinergi dari Manajemen Kerelasian Pelanggan yang memberikan
pemberian kemudahan yang lebih besar dibandingkan dengan korbanan sehingga
mendorong pelanggan fixed broadband untuk meningkatkan penggunaannya pada
operator yang dipakainya karena kepercayaan pelanggan. Sedangkan Kompetensi
Unik berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan melalui Nilai
Pelanggan, sebesar 8,25%. Bauran Pemasaran memberikan pengaruh secara tidak
langsung melalui Nilai Pelanggan sebesar 11,99% terhadap Loyalitas Pelanggan.
288
Dari pemaparan hasil rekapitulasi hasil pengujian di atas, maka diperoleh
temuan penelitian (gambar model summary hasil pengujian hipotesis) sebagai
bahan dasar terciptanya Novelty Disertasi sebagai berikut:
Gambar 4.52 Temuan Hasil Penelitian
289
Temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Bauran Pemasaran memiliki pengaruh yang lebih besar (33.6%) dibandingkan
Manajemen Kerelasian Pelanggan (16.7%) dan Kompetensi Unik (22.47%)
dalam mempengaruhi Nilai Pelanggan.
b. Kompetensi Unik memiliki pengaruh yang lebih besar (25.20%) dibandingkan
Manajemen Kerelasian Pelanggan (16.74%) dan Bauran Pemasaran (6.67%)
dalam mempengaruhi Loyalitas Pelanggan.
c. Sebesar 26.48% perubahan yang terjadi pada Loyalitas disebabkan oleh
perubahan pada Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik, dan
Bauran Pemasaran yang dimediasi oleh Nilai Pelanggan, dengan pengaruh
tertinggi diperoleh dari Bauran Pemasaran (11.99%).
d. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Nilai Pelanggan memiliki kontribusi yang
moderat terhadap Loyalitas Pelanggan dibandingkan pengaruh langsung dari
Bauran Pemasaran.
Berdasarkan temuan hasil penelitian tersebut, dihasilkan novelty yang
digambarkan sebagai berikut:
290
Gambar 4. 52 Novelty Penelitian
“MODEL ESI LOYALTY”
Berdasarkan summary hipotesis penelitian, maka diperoleh model novelty
penelitian seperti di atas yang mengungkapkan bahwa eskalasi marketing ke
depan khususnya dalam industri ICT, menuntut percepatan penentuan strategi
pemasaran karena life cycle pemasaran dalam industri digital tersebut relatif
sangat pendek. Hal ini terungkap bahwa penentuan aspek marketing stimuli
seperti relational marketing (CRM) dan transactional marketing (Kompetensi
Unik dan Bauran Pemasaran) semakin dituntut harus memiliki value yang
superior yang artinya bahwa seluruh aspek nilai sudah melekat pada masing-
masing variabel eksogen tersebut. Hal ini terbukti seperti model di atas,
komponen variabel eksogen khususnya Manajemen Kerelasian Pelanggan dan
kapabilitas unit relatif mampu secara langsung membentuk terciptanya Loyalitas
Pelanggan dimana pengaruh langsung dari kedua variabel eksogen tersebut
291
pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pengaruh Nilai Pelanggan terhadap
Loyalitas Pelanggan, karena value (nilai-nilai layanan) sudah melekat pada
variabel eksogen tersebut.
Temuan model penelitian di atas berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya dimana Nilai Pelanggan lebih dominan membentuk Loyalitas
Pelanggan secara langsung. Dalam mengungkapkan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya, dikarenakan sejauh ini belum ditemukan penelitan
dengan industri yang sama, maka kesamaan dititik beratkan pada linieritas
variabel penelitian dimana variabelnya sama meskipun unit analisisnya berbeda,
seperti diantaranya penelitian:
a. Javed dan Cheema (2017) meneliti pengaruh variabel nilai pelanggan, dan
kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan dengan mediasi CRM.
Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai pelanggan memiliki
pengaruh langsung yang lebih besar (0,788) dibandingkan kepuasan
pelanggan (0,773) dalam meningkatkan loyalitas pelanggan. Sementara
dalam disertasi ini terungkap bahwa nilai pelanggan sebagai variabel
intervening relatif lebih kecil pengaruhnya dibandingkan manajemen
kerelasian pelanggan dan kompetensi unik terhadap Loyalitas Pelanggan
fixed broadband di Indonesia.
b. Paola Mercedes Tapia Pijuan (2013) membahas hubungan antara kepuasan
pelanggan dan aspek lainnya menentukan faktor Loyalitas Pelanggan yaitu
kualitas layanan dan nilai yang dirasakan, melalui studi kasus pada
perusahaan T-Mobile, sebuah operator mobile internet di Belanda. Temuan
292
menemukan bahwa Loyalitas Pelanggan dipengaruhi secara positif oleh
kepuasan pelanggan (0,196), kualitas layanan (0,833) dan nilai yang
dirasakan (0,178). Sementara pada penelitian disertasi ini Nilai Pelanggan
memiliki pengaruh sebesar 7,3% terhadap Loyalitas Pelanggan fixed
broadband di Indonesia.
c. Ya-Ling Wu, Eldon Y. Li (2018), berupaya untuk mengembangkan model
yang terintegrasi untuk mengeksplorasi pengaruh dari enam komponen
marketing-mix (rangsangan) pada loyalitas konsumen (respons) melalui
nilai konsumen (organisme) dalam social commerce (SC). Hasil dari
analisis PLS menunjukkan bahwa semua komponen SC marketing mix
memiliki efek signifikan pada nilai konsumen SC. Selain itu, Nilai
Pelanggan SC berpengaruh positif terhadap Loyalitas Pelanggan.
Ditemukan bahwa Nilai Pelanggan berpengaruh pada Loyalitas Pelanggan
dengan koefisien jalur sebesar 0,68 atau sebesar 46,24%. Sementara pada
penelitian ini ditunjukkan bahwa Nilai Pelanggan hanya memberikan
pengaruh secara langsung sebesar 7,37% terhadap Loyalitas Pelanggan .
d. Apostolos N. Giovanis, Dimitris Zondiros, Petros Tomaras (2014)
mengembangkan dan menguji model untuk menyelidiki anteseden Loyalitas
Pelanggan penyedia layanan fixed broadband di Yunani. Model ini
mempertimbangkan empat driver Loyalitas Pelanggan yaitu persepsi aspek
fungsional dan teknis kualitas layanan, kepuasan emosional, dan citra
perusahaan , yang secara positif terkait satu sama lain dan secara positif
mempengaruhi Loyalitas Pelanggan yang disengaja. Data diambil dari 573
293
pelanggan layanan. Temuan menunjukkan bahwa loyalitas pelanggan
dipengaruhi secara signifikan oleh semua konstruks yang diusulkan, yang
menjelaskan 73% variasinya, dimana kualitas layanan yang dirasakan,
kepuasan emosional, dan citra adalah pendorong utama Loyalitas
Pelanggan. Penelitian menekankan peran kepuasan emosional dan citra
sebagai variabel mediasi antara kualitas layanan yang dirasakan dengan
Loyalitas Pelanggan. Sementara pada penelitian ini Loyalitas Pelanggan
layanan fixed broadband di Indonesia dominan secara langsung dipengaruhi
oleh Kompetensi Unik sebesar 25,20%.
Disamping itu, penelitian ini juga men-challenge pernyataan teori
Hollensen (2015) bahwa era pemasaran jasa ke depan cenderung lebih
berorientasi kepada relational marketing daripada transactional marketing. Dalam
temuan penelitian ini terungkap bahwa variabel Kompetensi Unik (sebagai service
delivery) yang merupakan bagian dari transactional marketing cenderung lebih
dominan mampu meningkatkan Loyalitas Pelanggan .
Dari model novelty di atas terungkap bahwa, aspek pengembangan
Kompetensi Unik yang bersinergi dengan Bauran Pemasaran sebagai komponen
transactional marketing dan dikolaborasikan dengan CRM sebagai variabel
relational marketing akan mampu meningkatkan Loyalitas Pelanggan menuju
tingkat loyalitas pelanggan yang tertinggi.
294
4.5 Strategi Operasional
Merujuk pada hasil penelitian ini, dalam upaya meningkatkan Loyalitas
Pelanggan maka diuraikan program penguatan (pengembangan) variabel-variabel
yang mempengaruhi Nilai Pelanggan yang berdampak kepada peningkatan
Loyalitas Pelanggan yaitu penguatan dimensi atau indikator pada variabel
Manajemen Kerelasian Pelanggan, Kompetensi Unik dan Bauran Pemasaran.
Seperti telah dijelaskan pada rancangan pemecahan masalah, pada tabel berikut ini
ditetapkan prioritas pelaksanaan program penguatan dimaksud sebagai berikut:
1. Prioritas tinggi karena nilainya paling kecil diantara nilai indikator lainnya
pada dimensi yang berkaitan sehingga harus segera ditangani dalam jangka
pendek.
2. Prioritas sedang ditangani dalam jangka waktu menengah.
3. Prioritas rendah, dalam pelaksanaannya hanya menjaga performansinya
sesuai standar performansi yang ada.
Pada setiap dimensi dari ketiga variabel eksogen tersebut, indikator-
indikator yang memiliki nilai rendah diberi prioritas tinggi, yang menengah diberi
prioritas sedang dan indikator dengan nilai tinggi diberi prioritas rendah.
Berikut ini disampaikan langkah-langkah operasional yang perlu
dilaksanakan oleh operator fixed broadband untuk meningkatkan Loyalitas
Pelanggan.
a. Peningkatan Manajemen Kerelasian Pelanggan
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada butir 4.2.1 mengenai
Manajemen Kerelasian Pelanggan maka dibuat langkah-langkah/program
295
peningkatan kualitas Manajemen Kerelasian Pelanggan yang memprioritaskan
aspek pemberian kemudahan karena paling merefleksikan Manajemen Kerelasian
Pelanggan, kemudian diikuti oleh aspek pemanfaatan psikologis dan pemberian
hadiah.
Untuk mengetahui lebih jelas langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.49 s/d Tabel 4.51. Tabel 4.49 yang menjelaskan aspek pemberian
kemudahan bagi pelanggan fixed broadband yang berkaitan dengan pelayanan
registrasi layanan fixed broadband, informasi tagihan, aktivasi layanan fixed
broadband, layanan dari petugas khusus operator dan pelayanan prioritas antrian
di pusat layanan. Mengingat aspek pemberian kemudahan ini paing kuat
menggambarkan kinerja Manajemen Kerelasian Pelanggan maka hal ini harus
menjadi perhatian yang tinggi oleh manajemen pengelola pelanggan fixed
broadband.
Tabel 4.49. Langkah-Langkah Operasional Meningkatkan Kemudahan
Pelanggan Fixed Broadband
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Peningkatan
kemudahan
bagi
pelanggan
fixed
broadband
1
Menyediakan lebih banyak kemudahan
saat registrasi layanan fixed broadband
sampai dengan berlangganan
Sedang
2
Meningkatkan kemudahan mengakses
atau mendapatkan informasi jumlah
tagihan layanan secara online
Sedang
3
Meningkatkan kemudahan dengan
adanya petugas di kantor layanan yang
siap melayani kebutuhan pelanggan
Sedang
4
Menyediakan kemudahan dalam
melakukan aktivasi layanan fixed
broadband
Tinggi
5
Menyediakan kemudahan dalam
pelayanan prioritas antrian dipusat
layanan
Tinggi
296
Berdasarkan hasil survei, kemudahan dalam melakukan aktivasi layanan
fixed broadband dan kemudahan dalam pelayanan prioritas antrian di pusat
layanan nilainya rendah diantara aspek-aspek lainnya dalam dimensi pemberian
kemudahan sehingga menjadi prioritas tinggi untuk diperbaiki. Dengan semakin
bertambahnya jumlah pelanggan fixed broadband maka kemudahan-kemudahan
dalam proses layanan melalui inovasi baru harus terus dilakukan oleh para
operator yang akan berdampak kepada kecepatan operator dalam melayani
pelanggan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan operator IndiHome, dalam
pengelolaan layanan pelanggan IndiHome, PT Telkom sudah
mengimplementasikan tools NPS (Net Promotor Score) yang digunakan
melakukan survey untuk mengetahui metrik Loyalitas Pelanggan yang
memprediksi kemungkinan seorang pelanggan membeli kembali dari penyedia
layanan atau merekomendasikan langsung ke teman. Selain itu IndiHome rutin
melakukan Customer Service and Loyalty Survey.
Tabel 4.50. Langkah-Langkah Operasional Meningkatkan Manfaat
Psikologis Pelanggan Fixed Broadband
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Meningkatkan
manfaat
psikologis
1
Pemberian layanan fixed broadband
yang disediakan jarang mengalami
gangguan
Tinggi
2
Meningkatkan perhatian terhadap
kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan setiap pelanggan
Tinggi
297
Berdasarkan wawancara dengan operator, walaupun servis level garansi
sudah ditingkatkan dari 1 X 24 jam menjadi 1 X 12 jam, pelanggan masih merasa
terlalu lama karena fungsi internet saat ini sudah hampir sama dengan fungsi
listrik & air di rumah, sudah menjadi kebutuhan yang mendasar. Progress
penyelesaian gangguan layanan IndiHome di bawah 12 jam baru dapat
diselesaikan sebesar 70%, sisanya sebesar 30% baru dapat diselesaikan lebih dari
12 jam. Percepatan penyelesaian gangguan ini dapat dilakukan dengan melalui
tindakan preventif dan korektif. Tindakan preventif dilakukan dengan
mengakselerasi penggantian kabel tembaga menjadi kabel fiber optic, tindakan
korektif dilakukan dengan memperbaiki/menyederhanakan prosedur perbaikan
gangguan layanan, peningkatan skill para teknisi serta melengkapi tools kerja.
Untuk dapat selalu dapat memenuhi kebutuhan setiap pelanggan, para
operator agar lebih proaktif menghadirkan inovasi-inovasi baru guna
menghasilkan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Menghadirkan inovasi baru dapat tercapai melalui peningkatan pengetahuan dan
skill sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan serta implementasi
teknologi yang dapat mendukung dalam menghadirkan produk-produk baru.
Tabel 4.51. Langkah-Langkah Operasional Meningkatkan Pemberian
Hadiah Pelanggan Fixed broadband
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Pemberian
hadiah
1
Meningkatkan perhatian melalui
pemberian hadiah karena menjadi
pelanggan setia
Tinggi
2 Meningkatkan frekuensi pemberian
hadiah-hadiah Tinggi
298
Tabel 4.51 menjelaskan mengenai program untuk meningkatkan
pemberian hadiah kepada pelanggan fixed broadband. Pemberian hadiah akan
berdampak kepada meningkatnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, untuk
itu perlu ada tata kelola pemberian hadiah melalui profiling pelanggan yang akan
menerima hadiah. Profiling dapat dilakukan dengan mengelompokkan pelanggan
berdasarkan lamanya sudah berlangganan, jumlah layanan yang digunakan,
jumlah pembayaran dan ketepatan waktu pembayaran. Pada event-event tertentu,
misalnya pada hari-hari besar dan hari ulang tahun pelanggan perusahaan dapat
memberikan apresiasi ataupun hadiah yang dapat membuat pelanggan merasa
diperhatikan dengan khusus.
Berdasarkan hasil FGD, mayoritas pelanggan menyatakan bahwa selama
ini belum pernah mendapatkan hadiah apapun dari operator. Padahal beberapa kali
operator pernah memberikan hadiah kepada pelanggan antara lain berupa upgrade
kecepatan internet dan penambahan channel, namun karena tidak ada
pemberitahuan, pelanggan merasa tidak mendapat hadiah.
b. Peningkatan Kompetensi Unik
Berdasarkan pada analisis pada butir 4.2.2 tentang Kompetensi Unik,
dibuat langkah-langkah untuk meningkatkan Kompetensi Unik yang diuraikan
pada Tabel 4.52 dan Tabel 4.53. Variabel Kompetensi Unik terdiri dari dua
komponen yaitu Sumber Daya Spesifik dan Kinerja yang Unggul.
299
Tabel 4.52. Langkah-Langkah Operasional Meningkatkan Sumber Daya
Spesifik
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Meningkatkan
sumber daya
spesifik
1 Meningkatkan layanan fixed broadband yang
diberikan memiliki jangkauan yang luas Rendah
2 Menyediakan layanan fixed broadband sudah
memiliki jaringan infrastruktur dengan kapasitas besar Rendah
3 Pengembangan sarana infrastruktur penyedia layanan
fixed broadband memiliki kualitas sangat baik Rendah
4 Pemeliharaan penyedia layanan fixed broadband
sudah memiliki sarana yang sangat baik Rendah
5 Meningkatkan kualitas perangkat yang dipasang
dirumah sudah canggih dengan teknologi terkini Rendah
6
Meningkatkan sarana aplikasi (contoh myIndiHome,
firstmediaX) yang disediakan memberikan akses
pelanggan dalam menghubungi petugas layanan fixed
broadband
Sedang
7 Pelayanan operator penyedia layanan fixed broadband
yang saya gunakan sudah sangat di kenal Rendah
8 Pelayanan operator penyedia layanan fixed broadband
memiliki reputasi yang baik dibidangnya Rendah
9
Meningkatkan pemahaman merk layanan fixed
broadband yang saya gunakan sudah dikenal
masyarakat umum
Rendah
10 Manajemen penyedia layanan fixed broadband sangat
professional Rendah
Pada Tabel 4.52 dapat diperlihatkan indikator-indikator yang dapat
meningkatkan sumber daya spesifik. Operator layanan IndiHome dan First Media
sudah mengimplementasikan aplikasi layanan pelanggan yaitu MyIndiHome dan
FirstmediaX. Dengan tersedianya aplikasi MyIndiHome di gadget pelanggan,
maka untuk mendapatkan layanan dari PT Telkom dengan produk MyIndiHome
seperti pendaftaran pasang baru, penambahan layanan, info paket & promo,
pembayaran tagihan & laporan gangguan. Hal yang sama juga sudah disediakan
oleh First Media dengan menu yang difokuskan untuk peningkatan layanan
300
pelanggan. Para operator yang belum mengimplementasikan penggunaan aplikasi
tersebut untuk meningkatkan Kompetensi Uniknya agar sesegera mungkin dapat
mengikuti jejak MyIndiHome & FirstmediaX.
Tabel 4.53. Langkah-Langkah Operasional Meningkatkan Kinerja yang
Unggul
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Meningkatkan
Kinerja Unggul
1
Meningkatkan keahlian SDM dalam
menangani pelanggan
Rendah
2
Meningkatkan kemampuan perusahaan
dalam mengelola pengetahuan SDM
terkait pelanggan
Sedang
3
Efektivitas koordinator antar unit
dalam menangani pelangga.
Rendah
Peningkatan kemampuan teknisi dalam menyelesaikan seluruh kebutuhan
pelanggan saat ini menjadi sangat penting. Dinamika perkembangan teknologi
perangkat di sisi pelanggan menuntut teknisi yang multi skill serta
berpengetahuan luas. Untuk itu para operator perlu memberikan pelatihan-
pelatihan khusus berkaitan dengan layanan pelanggan dengan perangkat yang
sangat variatif di rumah pelanggan.
c. Peningkatan Bauran Pemasaran Fixed broadband
Berdasarkan pada analisis pada butir 4.2.3 tentang Bauran Pemasaran,
dibuat langkah-langkah untuk meningkatkan Bauran Pemasaran yang diuraikan
pada Tabel 4.54 s/d 4.55. Variabel Bauran Pemasaran terdiri dari tujuh komponen
yaitu produk, harga, lokasi, promosi, proses, sarana fisik dan sumber daya
301
manusia. Diantara ke tujuh dimensi Bauran Pemasaran, sejumlah tiga dimensi
perlu mendapat prioritas di dalam langkah-langkah operasionalnya.
Tabel 4.54. Langkah-Langkah Operasional Meningkatkan Sumber Daya
Manusia
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Meningkatkan
Sumber Daya
Manusia
1
Meningkatkan kemampuan SDM
pelayanan pelanggan dalam
melaksanakan tugasnya.
Rendah
2
Meningkatkan daya tarik penampilan
petugas pelayanan pelanggan
Sedang
3
Meningkatkan keramahan petugas
pelayanan dalam membantu pelanggan
Rendah
Diantara ketujuh dimensi Bauran Pemasaran, sumber daya manusia paling
kuat merefleksikan kinerja Bauran Pemasaran. Tabel 4.54 menunjukkan program-
program yang perlu dikembangkan dalam rangka meningkatkan sumber daya
manusia yaitu petugas pelayanan di kantor-kantor layanan. Skill dan pengetahuan
para petugas layanan perlu terus dikembangkan karena mereka merupakan
representasi perusahaan kepada pelanggan. Perkembangan industri ICT yang
sangat cepat dengan ciri produk life cycle yang makin pendek menuntut kecepatan
upgrade skill dan pengetahuan para petugas layanan.
Tabel 4.55. Langkah-Langkah Operasional Meningkatkan Produk
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Meningkatkan
produk
1 Memberikan tingkat variasi layanan
fixed broadband yang ditawarkan Sedang
2 Tingkat kualitas fixed broadband yang
ditawarkan Rendah
302
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Meningkatkan
produk 3
Tingkat pengembangan layanan fixed
broadband Rendah
4 Tingkat jangkauan layanan fixed
broadband yang ditawarkan Sedang
Tabel 4.55 berisi langkah-langkah operasional dalam upaya penguatan
produk melalui penambahan jumlah variasi produk, peningkatan kualitas,
pengembangan layanan dan perluasan jangkauan layanan. Pengembahan varian
produk dapat disesuaikan dengan segmen pasar yang disasar dengan
pertimbangan bahwa aspek demografis dan geografis pelanggan yang berbeda.
Kualitas produk harus dikendalikan mulai dari saat pembanguan infrastruktur,
instalasi jaringan di rumah pelanggan dan program-program preventif guna
menghindari terjadinya gangguan layanan. Pengembangan layanan agar terus
dilakukan mengikuti perkembangan perilaku pelanggan, gaya hidup dan
perkembangan teknologi. Untuk pengembangan layanan ini, perlu unit R&D
(Reaserch & Development) dari para operator yang mampu mengikuti
perkembangan bisnis ICT.
Tabel 4.56. Langkah-Langkah Operasional Meningkatkan Proses
Tujuan No Langkah Operasional Prioritas
Meningkatkan
proses
1 Menyederhanakan prosedur pelayanan Tinggi
2 Memberikan keseragaman prosedur
pelayanan pelanggan Rendah
3
Meningkatkan kedisiplinan dan
kesesuaian waktu operasi pelayanan
pelanggan
Sedang
4
Memberikan kemudahan mengajukan
keluhan
Sedang
303
Pada Tabel 4.56 indikator yang harus mendapatkan perhatian dalam
dimensi proses dalam Bauran Pemasaran adalah menyederhanakan tingkat
kesederhanaan prosedur layanan. Penyederhanaan layanan dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan digitalisasi dalam setiap proses layanan mulai dari
registrasi, instalasi, pembayaran tagihan sampai dengan kemudahan dalam
mengajukan keluhan atas layanan operator. PT Telkom & First Media sudah
mengimplementasikan digitalisasi layanan melalui apps namun masih belum user
friendly. Kehadiran dan kesiapan petugas layanan baik di kantor layanan maupun
ketika melakukan perbaikan di rumah pelanggan menuntut kedisiplinan dan
kepatuhan atas waktu operasi layanan dan pemenuhan janji dengan pelanggan.
Implementasi aplikasi agar di kembangkan juga untuk memonitor kehadiran
petugas layanan dan pemenuhan janji dengan pelanggan sekaligus memonitor
hasil kerja petugas layanan.