bab iii metode penelitian -...

34
154 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat baik Inspektorat, Dinas, Badan, Kantor dan Sekretariat di lingkungan Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya pembahasan dalam penelitian ini akan difokuskan pada Sistem Pengendalian Internal, Kepemimpinan, Budaya Organisasi, dan Akuntabilitas di lingkungan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat. 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian internal, kepemimpinan dan budaya organisasi, terhadap akuntabilitas di lingkungan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Dilihat dari posisinya, secara substantif terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas yakni variabel yang tidak tergantung pada variabel lain (independent variable), dan variabel terikat, yakni variabel yang tergantung pada variabel lain (dependent variable). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Sistem Pengendalian Internal, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian descriptive dan explanatory. Penelitian descriptive digunakan karena dalam penelitian ini akan memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri variabel penelitian, yang terdiri dari, kepemimpinan (X 1 ), dan budaya organisasi (X 2 ) terhadap Akuntabilitas (z) melalui

Upload: dinhnhan

Post on 13-Apr-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

154

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD)

Kabupaten/Kota di Jawa Barat baik Inspektorat, Dinas, Badan, Kantor dan

Sekretariat di lingkungan Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya pembahasan dalam

penelitian ini akan difokuskan pada Sistem Pengendalian Internal, Kepemimpinan,

Budaya Organisasi, dan Akuntabilitas di lingkungan Organisasi Perangkat Daerah

(OPD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian

internal, kepemimpinan dan budaya organisasi, terhadap akuntabilitas di lingkungan

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Dilihat dari

posisinya, secara substantif terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel

bebas yakni variabel yang tidak tergantung pada variabel lain (independent

variable), dan variabel terikat, yakni variabel yang tergantung pada variabel lain

(dependent variable). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Sistem

Pengendalian Internal, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi, sedangkan variabel

terikat dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian descriptive dan

explanatory. Penelitian descriptive digunakan karena dalam penelitian ini akan

memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri variabel penelitian, yang terdiri dari,

kepemimpinan (X1), dan budaya organisasi (X2) terhadap Akuntabilitas (z) melalui

155

sistem pengendalian internal (Y). Sedangkan penelitian explanatory digunakan

karena penelitian bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna

memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah

ada sebelumnya, karena bersifat mendasar, penelitian ini disebut penjelajahan.

Adapun metode penelitian yang digunakan dengan menggunakan metode

survey explanatory karena metode ini tidak hanya melihat gambaran umum dari

variabel atau hubungan antar variabel saja, akan tetapi melihat juga sejauhmana

pengaruh tersebut. Informasi diperoleh berdasarkan pengumpulan data dari sebagian

populasi (sampel responden) yang dikumpulkan langsung dari tempat kejadian

secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi

terhadap objek yang sedang diteliti.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Operasional variabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel

penelitian. Dengan demikian dalam penelitian ini yang dinyatakan sebagai variabel

bebas (independent variabel) yaitu : Kepemimpinan (X1), dan Budaya Organisasi

(X2), variabel intervening yaitu Sistem Pengendalian Internal (Y), Sedangkan

variabel terikat (dependent variabel) adalah Akuntabilitas (Z) pada Organisasi

Perangkat Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Adapun dimensi-dimensi yang

diukur dari masing-masing variabel yang dimaksud dapat dijelaskan pada Tabel 3.1.

adalah dapat dilihat pada halaman berikutnya.

156

Tabel 3.1.

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

Kepemimpinan Suatu kegiatan untuk

memberikan pengaruh

kepada pegawai agar

tunduk dan patuh atas

perintah yang diberikan sesuai

dengan aturan yang

telah ditetapkan untuk

mencapai tujuan

organisasi

1. Penentu Arah

(Direction

Setter)

Kepemimpinan

menentukan

strategi

organisasi

Kepemimpinan

menentukan

arah perubahan organisasi

Kepemimpinan

mengimplmenta

sikan strategi

organisasi

Tingkat

kepemimpinan

mampu

menentukan

strategi-strategi organisasi yang

terukur bagi

kemampuan

nyata organisasi.

Tingkat

kepemimpinan

menentukan arah

perubahan

organisasi di dalam lingkungan

yang penuh

dengan

ketidakpastian.

Tingkat

kepemimpinan

mampu

mengimplmentasi

kan strategi organisasi dengan

mengandalkan

kekuatan

personill

organisasi.

Ordinal

Ordinal

Ordinal

1

2

3

2. Orator Handal

(Spokesperson)

kepemimpinan

mempunyai

kemampuan

berkomunikasi

dengan baik.

kepemimpinan

membangun

hubungan kerja dengan pegawai

dengan baik.

kepemimpinan

membangun

kerja dengan

pihak luar

organisasi dengan baik.

kepemimpinan

mengembangkan sumber daya

Tingkat

kepemimpinan

mempunyai

kemampuan

berkomunikasi dengan baik.

Tingkat

kepemimpinan

mampu membangun

hubungan kerja

dengan pegawai

dengan baik.

Tingkat

kepemimpinan

mampu

membangun kerja

dengan pihak luar organisasi dengan

baik.

Tingkat

kepemimpinan mampu

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

4

5

6

7

157

Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

organisasi.

kepemimpinan

menjadi cerminan secara

menyeluruh dari

visi organisasi.

mengembangkan

sumber daya

organisasi.

Tingkat

kepemimpinan

mampu menjadi

cerminan secara

menyeluruh dari visi organisasi.

Ordinal

8

3. Agen Perubahan

(Change

Agent)

kepemimpinan mengantisipasi

perubahan

lingkungan.

kepemimpinan

menilai

perubahan lingkungan yang

berdampak pada

organisasi

kepemimpinan

menentukan

prioritas

perubahan yang

harus dilakukan.

kepemimpinan

mampu mencari jalan keluar

organisasi dalam

situasi yang

mendesak.

kepemimpinan

memberdayakan

anggota

organisasi untuk melakukan

perubahan.

Tingkat kepemimpinan

mampu

mengantisipasi

perubahan

lingkungan.

Tingkat

kepemimpinan

mampu menilai

perubahan lingkungan yang

berdampak pada

organisasi

Tingkat kepemimpinan

mampu

menentukan

prioritas

perubahan yang harus dilakukan.

Tingkat

kepemimpinan

mampu mencari jalan keluar

organisasi dalam

situasi yang

mendesak.

Tingkat

kepemimpinan

mampu

memberdayakan

anggota organisasi untuk

melakukan

perubahan.

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

9

10

11

12

13

4. Pelatih

(Coach)

kepemimpinan

mempunyai

keberanian

menghadapi resiko

kepemimpinan mempunyai

Tingkat

kepemimpinan

mampu

mempunyai keberanian

menghadapi

resiko

Tingkat kepemimpinan

Ordinal

Ordinal

14

15

158

Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

komitmen

terhadap

keberhasilan

setiap anggota organisasi.

kepemimpinan selalu

menghargai

anggota

organisasi.

kepemimpinan

selalu

membangun rasa

saling percaya dengan anggota

organisasi

kepemimpinan selalu membantu

anggota

organisasi untuk

belajar.

kepemimpinan

selalu membantu anggota

organisasi untuk

berkembang.

kepemimpinan

mendorong

anggota untuk

senantiasa meningkatkan

kemampuan

dalam rangka

pencapaian visi.

mampu

mempunyai

komitmen

terhadap keberhasilan

setiap anggota

organisasi.

Tingkat kepemimpinan

mampu selalu

menghargai

anggota

organisasi.

Tingkat

kepemimpinan

mampu selalu

membangun rasa saling percaya

dengan anggota

organisasi

Tingkat kepemimpinan

mampu selalu

membantu

anggota organisasi untuk

belajar.

Tingkat

kepemimpinan mampu selalu

membantu

anggota

organisasi untuk

berkembang.

Tingkat

kepemimpinan

mampu

mendorong anggota untuk

senantiasa

meningkatkan

kemampuan

dalam rangka pencapaian visi.

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

16

17

18

19

20

Budaya

Organisasi

Budaya organisasi

adalah suatu sistem nilai yang dapat

membentuk perilaku

yang melembaga,

kemudian dapat

diwujudkan dalam penampilan, sikap, dan

tindakan, sehingga

menjadi identitas dari

organisasi tertentu.

1. Inovasi dan

pengambilan resiko

Memiliki sikap

inovatif

Mampu

mengambil

resiko

Tingkat

memiliki sikap inovatif

Tingkat mampu

mengambil

resiko

Ordinal

Ordinal

21

22

2. Perhatian ke

rincian

Mampu bekerja

secara cermat

Tingkat mampu

bekerja secara

cermat

Ordinal

23

159

Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

Memperhatikan

pekerjaan secara

rinci

Tingkat

memperhatikan

pekerjaan secara

rinci

Ordinal 24

3. Orientasi

hasil

Memperhatikan

hasil kerja secara

kuantitatif

Memperhatikan

hasil kerja secara kualitatif

Tingkat

memperhatikan hasil kerja

secara kuantitatf

Tingkat

memperhatikan hasil kerja

secara kualitatif

Ordinal

Ordinal

25

26

4. Orientasi

orang,

Memperhatikan

kebutuhan fisik

pegawai

Memperhatikan

pengembangan

karir pegawai

Memperhatikan

kesejahteraan

pegawai

Tingkat

memperhatikan

kebutuhan fisik

pegawai

Tingkat

memperhatikan

pengembangan

karir pegawai

Tingkat

memperhatikan

kesejahteraan

pegawai

Ordinal

Ordinal

Ordinal

27

28

29

5. Orientasi tim Membangun

kerjasama antar

pegawai

Lebih

mengefektifkan

koordinasi

Tingkat

membangun

kerjasama antar pegawai

Tingkat

mengefektifkan

koordinasi

Ordinal

Ordinal

30

31

6. Keagresifan, Mendorong

partisipasi

pegawai

Membangun

iklim kerja yang

kompetitif

Tingkat

mendorong

partisipasi pegawai

Tingkat

membangun

iklim kerja yang

kompetitif

Ordinal

Ordinal

32

33

7. Kemantapan Menjaga

stabilitas organisasi

Menjamin

ketertiban dalam

pelaksanaan pekerjaan

Tingkat menjaga

stabilitas organisasi

Tingkat

menjamin

ketertiban dalam pelaksanaan

pekerjaan

Ordinal

Ordinal

34

35

Sistem

Pengendalian

Internal

Kerangka acuan untuk

memeriksa

kecermatan, kebenaran

1. Lingkungan

Pengendalian

(Control

Komitmen

kepada intergritas

Tingkat

komitmen

kelembagaan

Ordinal

36

160

Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

administrasi,

mengamankan harta

dan membantu

menjaga kebijaksanaan

organisasi untuk

dipatuhi

Environment)

Komitmen

kepada nilai etika

Filosofi dalam

pelaksanaan manajemen

Gaya

kepemimpinan

dalam

pelekasanan

manajemen

Struktur

organisasi

Komite audit

Metode penerapan

wewenang

Komitmen pada

tanggung jawab

Kebijakan

tentang sumber daya manusia

Pengaruh eksternal

pada intergritas

Tingkat

komitmen yang kuat kepada nilai

etika birokrasi

Tingkat landasan

filosofi dalam pelaksanaan

manajemen

pemerintahan

daerah

Tingkat gaya

kepemimpinan

kepala daerah

Tingkat struktur

organisasi yang

diterapkan oleh

pemerintah daerah

Tingkat komite

Audit yang dibentuk oleh

pemerintah

daerah

Tingkat Penerapan

wewenang di

lingkungan

pemerintah

daerah

Tingkat

komitmen pada

tanggung jawab

di lingkungan pemerintah

daerah

Tingkat kebijakan

sumber daya aparatur oleh

pemerintah

daerah

Tingkat lingkungan

eksternal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

37

38

39

40

41

42

43

44

45

2. Penilaian Resiko (Risk

Assessment).

Resiko Tugas Teknis

Tingkat SPI oleh pemerintah

daerah

mempertimbangk

an resiko tugas

Ordinal

46

161

Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

Resiko Tugas

Administratif

Resiko Tugas

Manajerial

teknis

Tingkat SPI oleh

pemerintah daerah

mempertimbangk

an resiko tugas

administrative

Tingkat SPI oleh

pemerintah

daerah

mempertimbangk

an resiko tugas manajerial

Ordinal

Ordinal

47

48

3. Aktivitas

Pengendalian (Control

Activities)

Pengendalian

perencanaan

Pengendalian

Sumber Daya

Aparat

Pengendalian

Anggaran

Tingkat SPI

pemerintah daerah

sepenuhnya

mendukung

terhadap

pengendalian perencanaan

Tingkat

Pengendalian

sumber daya aparat oleh

pemerintah

daerah

mendukung

terhadap pelaksanaan SPI

Tingkat SPI saat

ini mendukung

terhadap pengendalian

Anggaran

Ordinal

Ordinal

Ordinal

49

50

51

4. Informasi dan

Komunikasi

(Information

and

Communication)

Penyerapan

Informasi

Pertukaran

informasi

Tingkat

Penyerapan

informasi sangat

dibutuhkan

dalam mendukung

kelancaran SPI

Tingkat

Pertukaran informasi saat

ini sepenuhnya

efektif dalam

mendukung

pelaksanaan pengendalian

internal

Ordinal

Ordinal

52

53

5. Pemantauan (Monitoring)

Menilai kualitas hasil kerja

Tingkat SPI oleh pemerintah

daerah saat ini

mampu

Ordinal

54

162

Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

Menilai

kuantitas hasil

kerja

membantu

dalam menilai

kualitas hasil

kerja aparat

Tingkat SPI

sepenuhnya

mampu

membantu dalam menilai

kuantitas hasil

kerja aparat

Ordinal

55

Akuntabilitas

Penjelasan dan

pertanggungjawaban

terhadap setiap

tindakan, produk,

keputusan dan kebijakan termasuk

pula di dalamnya

pelaksanaan dalam

lingkup peran atau

posisi masing-masing

1. Akuntabilitas

hukum dan

kejujuran

Kepatuhan

terhadap

peraturan

Kejujuran dalam

pelaksanaan tugas

Menghindari penyalahgunaan

jabatan

Menjamin tegaknya

supremasi hukum

Tingkat

kepatuhan

terhadap

peraturan

Tingkat kejujuran

dalam

pelaksanaan tugas

Tingkat menghindari

penyalahgunaan

jabatan

Tingkat menjamin

tegaknya

supremasi hukum

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

56

57

58

59

2. Akuntabilitas

Proses

Kecukupan

sistem informasi

akuntansi

Efekktivitas

sistem informasi

manajemen

Prosedur

administrasi

Tingkat

kecukupan sistem

informasi

akuntansi

Tingkat

efekktivitas

sistem informasi

manajemen

Tingkat prosedur

administrasi

Ordinal

Ordinal

Ordinal

60

61

62

3. Akuntabilitas

program

Adanya program

yang bermutu

Mendukung

pencapaian visi

organisasi

Mendukung

pencapaian misi

organisasi

Mendukung

tujuan organisasi

Tingkat adanya

program yang

bermutu

Tingkat

mendukung

pencapaian visi

organisasi

Tingkat

mendukung

pencapaian misi

organisasi

Tingkat

mendukung

tujuan organisasi

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

63

64

65

66

163

Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item

Kejelasan

pertanggungjawa

ban program

Tingkat kejelasan

pertanggungjawa

ban program

Ordinal

67

4. Akuntabilitas kebijakan

Kejelasan Perumusan/

formulasi

kebijakan

Efektivitas Pelaksanaan

Kebijakan

Kejelasan evaluasi

kebijakan

Optimalisasi

dampak kebijakan

Tingkat kejelasan Perumusan

/formulasi

kebijakan

Tingkat efektivitas

Pelaksanaan

Kebijakan

Tingkat kejelasan evaluasi

kebijakan

Tingkat

optimalisasi dampak kebijakan

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

68

69

70

71

Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2017)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian yang baik memerlukan data yang harus berkaitan dengan

permasalahan yang ingin diteliti. Sesuai dengan karakteristik, maka sumber data

dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu data primer dan data sekunder yang berkaitan

dengan penelitian yang akan dilakukan, maka data yang ada dalam penelitian ini

merupakan data primer. Penggunaan data primer dan sekunder berdasarkan alasan

untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan realiatas variabel penelitian

secara objektif sesuai dengan fenomena yang ada di lapangan.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari unit observasi seperti kepala

TU, auditor internal, staff melalui pengisian kuesioner yang disebarkan oleh

peneliti. Berdasarkan uraian tersebut, berikut peneliti sajikan dalam tabel 3.2 tentang

unit observasi penelitian pada halaman berikutnya.

164

Tabel 3.2.

Jenis dan Sumber Data

No. Jenis Data Sumber Data

1 Sistem Pengendalian Internal Auditor internal

2 Kepemimpinan Kepala TU/Staff yang bekerja pada satu posisi lebih dari 3 tahun

3 Budaya Organisasi Kepala TU/ Staff yang bekerja pada

satu posisi lebih dari 3 tahun

4 Akuntabilitas Auditor Internal

Sumber : diolah Peneliti (2017)

3.4 Populasi dan Teknik Sampling

Unit analisis dalam penelitian ini adalah OPD yang ada di Jawa Barat.

Populasi dalam suatu penelitian merupakan sekelompok ojek yang dapat dijadikan

sumber penelitian berbentuk benda-benda, manusia ataupun peristiwa yang terjadi

sebagai objek atau sasaran penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

Organisasi Perangkat Daerah di Jawa Barat. Sedangkan rincian anggota populasi

yang dimaksud, dapat dijelaskan pada tabel 3.3 halaman berikutnya.

165

Tabel 3.3

Jumlah Anggota Populasi

No Kabupaten/Kota

Organisasi Perangkat Daerah

Jumlah Inspektorat Dinas Badan Kantor

Sekre

tariat

1 Kab. Bandung 1 20 6 0 2 29

2 Kab. Bandung Barat

1 14 9 2 3 29

3 Kab. Bekasi 1 16 8 2 2 29

4 Kab. Bogor 1 21 7 2 3 34

5 Kab. Ciamis 1 14 6 2 2 25

6 Kab. Cianjur 1 17 5 4 2 29

7 Kab. Cirebon 1 16 8 3 3 31

8 Kab. Garut 1 22 7 1 2 33

9 Kab. Indramayu 1 22 4 2 2 31

10 Kab. Karawang 1 14 5 6 2 28

11 Kab. Kuningan 1 15 12 3 3 34

12 Kab. Majalengka 1 12 7 2 2 24

13 Kab. Purwakarta 1 12 5 5 2 25

14 Kab. Subang 1 17 5 4 2 29

15 Kab. Sukabumi 1 18 10 4 3 36

16 Kab. Sumedang 1 13 7 3 2 26

17 Kab. Tasikmalaya 1 13 5 8 2 29

18 Kota Bandung 1 21 5 0 2 29

19 Kota Banjar 1 17 5 0 2 25

20 Kota Bekasi 1 15 10 2 4 32

21 Kota Bogor 1 22 5 1 2 31

22 Kota Cimahi 1 14 5 3 1 24

23 Kota Cirebon 1 12 3 7 2 25

24 Kota Depok 1 15 5 4 2 27

25 Kota Sukabumi 1 15 3 0 2 21

26 Kota Tasikmalaya 1 11 5 3 3 23

27 Kab. Pangandaran 1 9 4 1 2 17

Jumlah 27 427 166 74 61 755

Jumlah sampel yang harus diwakili berdasarkan

total sub populasi

9 136 53 23 19 240

Sumber: Hasil pengolahan 2016

166

Masing-masing jumlah sampel ditentukan berdasarkan persentase dari

populasi dengan rumus contoh: untuk inspektorat diwakili 9 kantor 27/755 *240 =

9 kantor inspektorat dengan penentuan secara acak. Beberapa alasan untuk

menetapkan populasi antara lain 1) kesesuaian antara fenomena dengan konstruk

yang akan dikembangkan dalam penelitian 2) Populasi penelitian dapat dijadikan

sebagai kumpulan yang jelas dengan karakteristik yang memudahkan peneliti untuk

memahami variabel-variabel penelitian. Variabel penelitian melekat pada populasi

sesuai dengan fenomena masalah empiris yang dihadapi.

Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, serta biaya yang dibutuhkan,

maka dalam menentukan responden penelitian dilakukan penarikan sampel.

Sehubungan banyaknya anggota populasi penelitian, maka dilakukan pengambilan

sampel. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple

random sampling (Sampling Acak Sederhana). Penggunaan teknik sampling ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa seluruh anggota populasi dipandang homogen

dan tidak memperhatikan strata yang ada.

Untuk menentukan sampel maka ditentukan berdasarkan jumlah indikator,

variabel independent dan pilihan untuk mengkalikan antara 5 s.d 10 seperti

dikemukakan Hair et al (2013) untuk penentuan sampel yang menggunakan alat

analisis SEM. Berdasarkan jumlah indikator untuk system pengendalian internal

(5), Kepemimpinan (4), Budaya Organsiasi (7). Jumlah indikator 16 maka jumlah

sampel adalah 16 x 3 ( jumlah Variabel independent ) x 5 ( nilai minimal ) = 240

unit analisis. Penentuan sampel per OPD diambil secara acak dan proporsional

sesuai dengan jumlah yang ada di wilayah ( cluster).Berdasarkan hasil perhitungan

167

di atas, maka secara proporsional jumlah responden keseluruhan yang menjadi

sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini

Tabel 3.4

Jumlah Sampel Penelitian

No Kabupaten/Kota Organisasi Perangkat Daerah

Jumlah Inspektorat Dinas Badan Kantor Sekretariat

1 Kab. Bandung 0 6 2 0 1 9

2 Kab. Bandung

Barat 0 4 2 1 1 8

3 Kab. Bekasi 0 5 3 1 1 10

4 Kab. Bogor 0 7 2 1 1 11

5 Kab. Ciamis 1 4 2 1 1 9

6 Kab. Cianjur 0 5 2 1 1 9

7 Kab. Cirebon 0 5 2 1 1 9

8 Kab. Garut 0 7 2 0 0 9

9 Kab. Indramayu 0 7 1 1 0 9

10 Kab. Karawang 1 4 2 1 1 9

11 Kab. Kuningan 0 5 4 1 0 10

12 Kab. Majalengka 1 4 2 1 1 9

13 Kab. Purwakarta 1 4 2 1 1 9

14 Kab. Subang 0 5 2 1 1 9

15 Kab. Sukabumi 0 6 2 1 0 9

16 Kab. Sumedang 1 4 2 1 1 9

17 Kab.

Tasikmalaya 0 4 2 2 1 9

18 Kota Bandung 1 7 2 0 0 10

19 Kota Banjar 1 5 2 0 1 9

20 Kota Bekasi 0 5 2 1 1 9

21 Kota Bogor 0 7 2 0 0 9

22 Kota Cimahi 1 4 2 1 0 8

23 Kota Cirebon 1 4 1 2 1 9

24 Kota Depok 0 5 2 2 0 9

25 Kota Sukabumi 0 5 1 0 1 7

26 Kota Tasikmalaya

0 4 2 1 1 8

27 Kab.

Pangandaran 0 4 1 0 1 6

Jumah 9 136 53 23 19 240

Sumber : Hasil Olahan Peneliti, Tahun 2017

168

Pengambilan sampel OPD dilakukan secara acak dengan cara memasukan

nama-nama OPD dalam satu keranjang/ kabupaten sesuai jumlah OPD masing-

masing kabupaten kemudian mengambilnya secara acak sesuai dengan jumlah

sampel pada masing-masing kabupaten kota di Jawa Barat. Selanjutnya yang

dijadikan unit observasi yang terdiri dari Staff TU, Auditor Internal adalah sebagai

berikut sesuai dengan sebaran sampel OPD yang diambil secara acak per OPD

sesuai dengan jumlah sampel. Total unit observasi adalah 720 orang pegawai yang

terdiri dari staff/TU sebesar 480 untuk menjawab kuesioner mengenai

kepemimpinan dan budaya organisasi, 240 tenaga fungsional sebagai auditor

internal yang tersebar di 27 wilayah kota dan Kabupaten (masing-masing wilayah)

untuk menjawab kuesioner pada variabel system pengendalian internal dan

akuntabilitas OPD.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan 4 (empat) teknik

adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengajukan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Adapun bentuk kuesioner yang digunakan adalah berbentuk pernyataan

sederhana dengan tipe pernyataan tertutup.

2. Wawancara untuk mendukung hasil penelitian. Wawancara dilakukan dengan

cara melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang dianggap kompeten untuk

memberikan informasi terkait dengan sistem pengendalian internal, kompetensi,

budaya organisasi dan akuntabilitas di lingkungan Organisasi Perangkat Daerah

169

(OPD) kabupaten/ kota di Jawa Barat. Ketika responden merespon atau

memberikan pandangannya atas pertanyaan yang diajukan, peneliti mencatat

jawaban tersebut. Wawancara terstruktur dilakukan dengan cara meminta untuk

menjelaskan jawaban secara mendalam tentang sistem pengendalian internal,

kepemimpinan, budaya organisasi dan akuntabilitas.

3. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dalam rangka

melengkapi data sesuai dengan konteks penelitian. Pengamatan dilakukan pada

pegawai OPD Kabupaten/Kota di jawa Barat.

4. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengambil bahan-bahan tertulis atau tercatat, tujuannya adalah untuk

memperkuat data yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara, dan observasi.

Kemudian ditelaah dan dikaji catatan atau laporan dan dokumen-dokumen lain

dari berbagai OPD yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.

3.6 Rancangan Analisis

Ada beberapa tahap (proses) yang dilakukan untuk mengolah data dalam

penelitian ini, yaitu mulai dari perubahan skala pengukuran dari ordinal menjadi

interval, uji instrument penelitian, analisis data hingga interpretasi hasil penelitian.

Untuk menjelaskan secara lengkap tentang teknik pengolahan data, di bawah akan

diuraikan secara komprehensip mengenai tahapan teknik pengolahan data sebagai

berikut:

170

3.6.1 Perubahan Skala Ordinal Menjadi Skala Interval

Setelah responden menjawab angket penelitian, maka setiap distribusi

jawaban responden tersebut diubah skalanya dari skala ordinal menjadi skala

interval dengan menggunakan Metode Succesive Interval (MSI). Perubahan skala ini

dimaksudkan agar kelompok jawaban dalam sebuah sub-variabel yang diteliti

dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan operasi statistika yang mewakili

sebuah nilai sub-variabel.

3.6.2 Uji Instrumen Penelitian

Sebelum angket dipakai untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu

dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Analisis instrumen

penelitian dilakukan untuk melihat kelayakan dari angket penelitian yang

digunakan. Analisis ini ditempuh dengan cara melakukan analisis validitas

(ketepatan) dan reliabilitas (keandalan) yang masing-masing analisisnya dilakukan

sebagai berikut:

(1) Uji Validitas Instrumen Penelitian

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang

digunakan mampu mengukur obyek yang diukur atau tidak. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat test

tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukan apa

yang seharusnya diukur.

Penyebaran kuesioner dilakukan setelah kuesioner diuji validitas dan

reliabilitas instrumennya. Hasil uji reliabilitas dan validitas menggunakan SPSS

22 dengan hasil dapat dilihat pada halaman berikutnya.

171

Tabel 3.5.

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

Keterangan Pernya

taan

Skor total

Sistem

pengendali

an internal

Pernya

taan

Skor total

Kepemim

pinan

Pernya

taan

Skor

total

Budaya

Organs

iasi

Pernya

taan

Skor

akuntabili

tas publik

Pearson

Correlation

SPI1 .742**

KEP1 .756**

BO1 .395*

AK1 .764**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .031 .000

Pearson

Correlation

SPI2 .645**

KEP2 .810**

BO2 .548**

AK2 .783**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .002 .000

Pearson

Correlation

SPI3 .740**

KEP3 .699**

BO3 .343

AK3 .794**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .064 .000

Pearson

Correlation

SPI4 .708**

KEP4 .786**

BO4 .352

AK4 .723**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .056 .000

Pearson

Correlation

SPI5 .840**

KEP5 .814**

BO5 .371*

AK5 .655**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .044 .000

Pearson

Correlation

SPI6 .656**

KEP6 .750**

BO6 .333

AK6 .720**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .072 .000

Pearson

Correlation

SPI7 .821**

KEP7 .391*

BO7 .637**

AK7 .582**

Sig. (2-

tailed) .000 .033 .000 .001

Pearson

Correlation

SPI8 .791**

KEP8 .670**

BO8 .696**

AK8 .734**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .000 .000

Pearson

Correlation

SPI9 .733**

KEP9 .668**

BO9 .651**

AK9 .711**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .000 .000

Pearson

Correlation

SPI10 .754**

KEP10 .719**

BO10 .685**

AK10 .722**

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .000 .000

Pearson

Correlation 30

KEP11 .799**

BO11 .337

AK11 .694**

Sig. (2-

tailed)

SPI11 .691** .000 .069 .000

Pearson

Correlation .000

KEP12 .808**

BO12 .480**

AK12 .785**

Sig. (2- SPI12 .786** .000 .007 .000

172

Keterangan Pernya

taan

Skor total

Sistem

pengendali

an internal

Pernya

taan

Skor total

Kepemim

pinan

Pernya

taan

Skor

total

Budaya

Organs

iasi

Pernya

taan

Skor

akuntabili

tas publik

tailed)

Pearson

Correlation .000

KEP13 .783**

BO13 .560**

AK13 .632**

Sig. (2-

tailed)

SPI13 .832** .000 .001 .000

Pearson

Correlation .000

KEP14 .801**

BO14 .345

AK14 .768**

Sig. (2-

tailed)

SPI14 .769** .000 .062 .000

Pearson

Correlation .000

KEP15 .907**

BO15 .435*

AK15 .755**

Sig. (2-

tailed)

SPI15 .879** .000 .016 .000

Pearson

Correlation .000

KEP16 .568**

AK16 .684**

Sig. (2-

tailed)

SPI16 .703** .001

.000

Pearson

Correlation .000

KEP17 .668**

Sig. (2-

tailed)

SPI17 .780** .000

Pearson

Correlation .000

KEP18 .389*

Sig. (2-

tailed)

SPI18 .814** .034

Pearson

Correlation .000

KEP19 .484**

Sig. (2-

tailed)

SPI19 .733** .007

Pearson

Correlation .000

KEP20 .797**

Sig. (2-

tailed)

SPI20 .771** .000

.000

Sumber : Hasil Pengujian Reliabilitas 2017

Item-item dalam penelitian dapat dikatakan valid jika memiliki korelasi item

skor total ≥ 0,3 (Azwar, 2010). Korelasi aitem dalam penelitian dapat diukur dengan

korelasi person yang dapat dilihat melalui rumus maupun aplikasi SPSS 22.

Berdasarkan hasil pengujian validitas instrument diketahui bahwa korelasi skor pada

pernyataan tersebut dengan skor total diatas 0.3. Artinya bahwa pernyataan dalam

173

kuesioner tersebut valid. Kuesioner dapat digunakan untuk mengukur variabel

penelitian.

(2) Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran

yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu pengkuran yang mampu memberikan hasil

ukur yang terpecaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter

utama instrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga

sebagai kepercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi kestabilan dan sebagainya.

Namun demikian, ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil

suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauhmana skor hasil pengukuran

terbebas dari kekeliruan pengukuran (Measurement Error) .

Berdasarkan skala pengukuran dari item pertanyaan maka teknik perhitungan

koefisien reliabilitas yang digunakan adalah koefisien Reliabilitas Alpha-

Cronbach, dengan rumus sebagai berikut:

k

Si2

k i = 1

= -------- 1 - -------

k – 1 S2 total

Di mana : K adalah banyaknya item,

Si2 adalah varians dari item ke-i

S2 total adalah total varians dari keseluruhan item

174

Sedangkan rumus varians yang digunakan adalah:

1 n

S2 = ---------- (xi –x)

2

(n-1) i =1

Di mana : S

2 adalah varians

n adalah banyaknya responden

Xi adalah skor yang diperoleh responden ke-i

X adalah rata-rata

(Soehartono, 2000)

Setelah nilai koefisien reliabilitas diperoleh, maka perlu ditetapkan

suatu nilai koefisien reliabilitas paling kecil yang dianggap reliabel. Adapun

kriteria penafsiran koefisien reliabilitas menurut Balian dalam Soehartono

(2000) ditunjukan oleh besarnya koefisien korelasi yang dihasilkan, yaitu

dengan tolok ukur sebagai berikut:

a. + 0,90 - + 1,00 : Luar biasa bagus (exellent)

b. + 0,85 - + 0,89 : Sangat bagus (very good)

c. + 0,80 - + 0,84 : Bagus (good)

d. + 0,70 - + 0,79 : Cukup (fair)

e. Kurang dari 0,70 : Kurang (poor)

Di mana disarankan oleh Saccozzo dalam Al-Rasyid (1997) bahwa koefisien

reliabilitas antara 0,70 – 0,80 cukup baik untuk tujuan penelitian dasar. Hasil

perhitungan koefisien reliabilitas alpha cronbach’s diperoleh nilai lebih besar dari

0.70 sehingga dapat disimpulkan kuesioner penelitian handal dalam mengukur

variabel penelitian. Hasil uji reliabilitas adalah dapat dilihat pada halaman

berikutnya.

175

Tabel 3.6.

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Hasil Uji

Reliabilitas Kesimpulan

Sistem pengendalian internal 0.96 Reliabel

Kepemimpinan 0.95 Reliabel

Budaya Organsiasi 0.86 Reliabel

Akuntabilitas Publik 0.94 Reliabel

Sumber : Hasil Pengujian Reliabilitas 2017

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas diketahui bahwa nilai reliabilitas

instrument diatas 0.7 sebagai standar pengujian reliabilitas dengan menggunakan

Cronbach Alpa. Selanjutnya instrument dapat digunakan dalam penelitian.

3.6.3 Teknik Analisis Data

3.6.3.1 Analisis Data Statistik

Tahap selajutnya setelah dilakukan analisis validitas dan reliabilitas

kuesioner penelitian adalah melakukan analisis data statistik. Analisis data statistik

dalam peneltian ini dibedakan menjadi dua yaitu analisis deskriptif dan analisis

inferensial.

Untuk pengolahan data primer maka dalam penelitian ini mengacu pada hasil

observasi dan hasil dari penyebaran kuesioner kepada responden. Kuesioner tersebut

dibuat bentuk pernyataan yang didasarkan kepada setiap indikator yang diuraikan

dalam operasionalisasi variabel dengan lima pilihan jawaban yang memperlihatkan

gradasi nilai dari nilai sangat positif sampai nilai sangat negatif dan pengukuran

dilakukan dengan menggunakan rating scale dari 1 s.d 5 . yang mempunyai gradasi

dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan kata-kata sebagai berikut:

1. Sangat Setuju (SS) atau Selalu

2. Setuju (S) atau Sering

3. Ragu-ragu (R) atau Jarang

176

4. Tidak Setuju (TS) atau Pernah

5. Sangat Tidak Setuju (STS) atau Tidak Pernah

Untuk mengukur nilai jawaban dari pertanyaan kuesioner dan untuk

keperluan analisis kuantitatif, maka setiap jawaban diberi nilai atau skor berdasarkan

tingkat bobot nilai, tingkat bobot nilai tersebut yaitu :

1. Alternatif jawaban ”Sangat Setuju/Selalu” diberi nilai atau skor 5.

2. Alternatif jawaban ”Setuju/Sering” diberi nilai atau skor 4.

3. Alternatif jawaban ”Ragu-ragu/Jarang” diberi nilai atau skor 3.

4. Alternatif jawaban ”Tidak Setuju/Pernah” diberi nilai atau skor 2.

5. Alternatif jawaban ”Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah” diberi nilai / skor1

3.6.3.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan pada jawaban

responden untuk setiap item penelitian. Analisis deskriptif penting dala kaitnnya

memberikan informasi mengenai kondisi dari setiap variabel penelitian yang sedang

diteliti.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis

pengelompokan kelas mengacu pada Redi Panuju (1995):

1. Setiap indikator oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif

jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat

jawaban, peringkat jawaban setiap indikator diberi skor antara 1 sampai

dengan 5

2. Untuk mendeskripsikan jawaban responden digunakan statistik deskriptif

seperti distribusi frekuensi dan ditambilkan dalam bentuk tabel ataupun grafik

dengan menggunakan Software Excel.

177

3. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel/sub

variabel/dimensi penelitian ini digunakan kriteria penilaian kategori sangat

baik, baik, kurang baik, tidak baik dan sangat tidak baik, Peneliti juga

menghitung skor total dengan formulasi :

dengan, fi adalah frekuensi responden yang memilih kategori ke i, dan Xi

adalah bobot kategori jawaban ke-i (Xi=1,2,3,4,5). Selanjutnya skor jawaban

ini ditranformasikan ke dalam satuan persentase sehingga dapat dibuat

kategorisasi yang standar. Tranformasi ke bentuk persentase dirumuskan

sebagai berikut :

Dengan lima (5) adalah skor maksimum dari kategori pilihan jawaban dalam

kuesioner, n adalah banyak responden. Untuk kategori standar dari skor total

(%) dibuat sebagai berikut :

Sehingga diperoleh kategorisasi berdasarkan persentase yaitu dapat dilihat

pada halaman berikutnya.

178

Tabel 3.7.

Kriteria Skor Total

No. Interval Skor Total

(%) Kategori

1 20 - 35 Sangat Tidak Baik

2 36 - 51 Tidak Baik

3 52 - 67 Kurang baik

4 68 - 83 Baik

5 84 - 100 Sangat Baik

Norma untuk pengelompokan kelas interval mengacu Sudjana (2013) bahwa

paling sedikit 5 kelas untuk pengelompokan kelas. Peneliti mengelompokan kelas

berdasarkan kriteria penilaian 1 s.d 5 yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.8.

Kriteria pengelompokan kelas berdasarkan bobot nilai Jawaban

No. Interval Skor Kategori

1 1 - 1.79 Sangat Tidak Baik

2 1,8 - 2,59 Tidak Baik

3 2,6 - 3,39 Kurang baik

4 3,4 - 4,19 Baik

5 4,2 - 5 Sangat Baik

3.6.3.3 Analisis Inferensial

Untuk membuktikan hipotesis penelitian bahwa terdapat pengaruh dari

kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap akuntabilitas melalui sistem

pengendalian internal.

Peneliti menggunakan analisis statistik inferensi yaitu Struktrual Equation

Modeling (SEM). karena variabel yang akan digunakan adalah variabel laten, yaitu

variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui dimensi-dimensi

atau indikator. Di dalam SEM dapat dilakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu

179

pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen (setara dengan analisis faktor

konfirmatori), pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis

path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi (setara dengan

model struktural atau analisis regresi). Jadi SEM ini adalah pendekatan terintegrasi

dari analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur. Pengolahan data akan dilakukan

dengan bantuan Program AMOS .SPSS 22. Terdapat lima tahap dalam pemodelan

persamaan struktural (Bollen dan Long, 1993) dalam Wijanto (2008), yaitu: 1.

Spesifikasi Model ; 2. Identifikasi Model ; 3.Estimasi ; 4. Uji Kecocokan ;

5.Spesifikasi ulang atau Respesifikasi model.

1) Spesifikasi Model

Model penelitian terdiri atas dua jenis persamaan, yaitu persamaan

pengukuran dan persamaan struktural. Persamaan struktural menunjukkan bentuk

hubungan antara variable latent eksogen dan endogen serta variable intervening.

Sedangkan persamaan pengukuran memperlihatkan bentuk hubungan antara

variable laten eksogen (endogen) dan variable intervening dengan variabel

observasi dalam hal ini dimensi dalam penelitian.

Gambar 3.1. Eksogen Kepemimpinan

Kepemimpinan

( 1 )

Penentu Arah (Direction Setter) (11)

Oratol Handal (Spokesperson) (12)

Agen Perubahan (Change Agent) (13)

Pelatih (Coach) (14)

180

Gambar 3.2. Eksogen Budaya Organisasi

Gambar 3.3. Intervening Sistem Pengendalian Internal

Gambar 3.4. Endogen Akuntabilitas

Budaya Organisasi

( 2 )

Inovasi dan pengambilan resiko (21)

Perhatian ke rincian (22)

Orientasi hasil (23)

Orientasi orang (24)

Orientasi tim (25)

Orientasi keagresifan (26)

Orientasi Kemantapan (27)

Akuntabilitas

( 2 )

Akuntabilitas Hukum & Kejujuran (2)

Oratol Handal (2)

Agen Perubahan (2)

Pelatih (2)

Sistem Pengendalian Internal

( 1 )

Lingkungan Pengendalian (1)

Aktivitas Pengendalian (1)

Informasi dan Komunikasi (1)

Pemantauan (1)

Penilaian Resiko (1)

181

Gambar 3.5. Model Struktural

Keterangan Notasi : Baca

: Ksai

: Eta

: Gamma

: Zeta

Notasi : Keterangan

1 : Variabel laten eksogen Kepemimpinan

2 : Variabel laten eksogen Budaya Organisasi

1 : Variabel Intervening Sistem Pengendalian Internal

2 : Variabel Endogen Akuntabilitas

2) Identifikasi Model

Hal yang berkenaan dengan tahap ini adalah tentang masalah taksiran dari

parameter-parameter dalam model tersebut, apakah dapat dilakukan penaksiran

dengan solusi tunggal atau tidak. Parameter dalam model dapat memiliki taksiran

tunggal jika syarat perlu yaitu banyak matrik korelasi antara indikator harus lebih

besar atau sama dengan banyaknya parameter model yang akan ditaksir. Secara

Kepemimpinan

( 1 )

Budaya

Organisasi

( 2 )

Sistem

Pengendalian

Internal

( 1 )

Akuntabilitas

( 2 )

1.1

1.2

2.1

2.1

1

1

182

sederhana dirumuskan dengan derajat kebabasan. Jika derajat kebebasan nilainya

lebih besar sama dengan nol maka parameter model dapat ditaksir dengan taksiran

yang tunggal. Derajat bebas dalam SEM diformulasikan sebagai berkut :

tp

pdf

2

1

Dengan p adalah banyaknya variabel indikator dan t menunjukkan banyaknya

parameter model yang ditaksir.

Setelah dilakukan perhitungan nilai derajat bebas, diketahui bahwa model

penelitian ini memiliki derajat bebas lebih besar dari nol sehingga dapat dilakukan

penaksiran parmeter model struktural.

3) Estimasi Model

Prinsipnya estimasi parameter pada Structural Equation Modelling (SEM)

adalah berdasarkan minimalisasi selisih (residual) antara matriks varians-kovarians

populasi dengan matriks varians-kovarians model S. Tujuan dari minimalisasi ini

untuk menghasilkan S yang konvergen menuju . Untuk itu, terdapat beberapa

metode untuk mengestimasi Structural Equation Modelling (SEM), yang salah

satunya adalah Metode Kemungkinan Maksimum. Adapun Metode Maximum

Likelihood Estimation (MLE) merupakan metode estimasi yang paling sering

digunakan. Metode ini meminimumkan fungsi berikut ini :

qpSStrFML loglog 1

Dimana tanda menunjukkan determinan, dan S merupakan matriks

positive-definite yang artinya merupakan matriks non-singular. Metode ini

memerlukan asumsi distribusi normal multivariat.

183

Dikarenakan setiap dimensi dalam penelitian ini terdiri dari beberapa item,

maka untuk mendapatkan skor dari dimensi terlebih dahulu dilakukan analisis

faktor.

4) Evaluasi Model

Evaluasi model dalam Structural Equation Modeling diawali dengan

pengujian model pengukuran kemudian dilanjutkan dengan pengujian model

structural.

5) Evaluasi Model Pengukuran

Evaluasi model pengukuran meliputi validitas dan reliabiltias indikator

dalam merefleksikan variabel penelitian. Validitas indikator menggambarkan

bagaimana indikator sungguh-sungguh mampu mengukur variabel yang akan

diukur. Analisis validitas dilakukan menggunakan teknik analisis faktor

konfirmatori. Teknik ini digunakan atas dasar bahwa variabel penelitian merupakan

sebuah konstruk laten yang diukur oleh indikator-indikator dan item-item.

Koefisien validitas indikator dinyatakan sebagai nilai loading faktor (koefisien jalur

standar dari konstruk terhadap indikator atau dari indikator terhadap item) dengan

rumusan sebagai berikut:

12

2 ( )

jjs

ij ij

ix

Dalam hal ini, jj merupkan varians variabel laten j dan 2 ( )ix adalah varians

variabel indikator, ix .

Koefisien validitas yang berkisar antara 0.30 – 0,40 dianggap cukup tinggi

untuk digunakan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan

dengan program SPSS Versi 22.

184

Sedangkan reliabilitas Indikator artinya tingkat keterpercayaan hasil suatu

pengukuran indikator terhadap variabelnya. Untuk menghitung reliabilitas

indikator dengan model struktural, Bollen (1989) memberikan konsep baru dalam

perhitungan reliabilitas. Reliabilitas untuk masing-masing variabel indikator dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

)( 222

22

ii

ixi

R

Selanjutnya untuk mengukur reliabilitas konstruk digunakan Constructs

reliability (CR). Constructs reliability merupakan reliabilitas variabel-variabel

indikator bagi suatu variabel latent dirumuskan sebagai berkut: (Hair et. al., 1998):

)()(

)(

2

2

ii

i

VarCR

dalam hal ini, dan )(2 masing-masing menunjukkan besarnya pengaruh antara

variabel ix dan variabel dan )(2 adalah taksiran varians kekeliruan variabel ix .

Ukuran reliabilitas pada persamaan di atas secara berururan dinyatakan “baik” jika

masing-masing nilainya adalah 0.5 dan 0.7 (Sharma, 1996).

6) Evaluasi Model Struktural

Tidak terdapat statistik tunggal dalam evaluasi model structural Umumnya

terdapat berbagai jenis indeks kecocokan yang digunakan untuk mengukur derajat

kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan.

Kesesuaian model dilihat dalam tiga kondisi :

Absolute Fit Measures (cocok secara absolut)

Incremental Fit Measures (lebih baik relatif terdapat model-model lain)

185

Parsimonius Fit Measures (lebih sederhana relatif terhadap model-

model alternatif)

Chi-square 2 merupakan satu-satunya ukuran kesesuaian model dengan

statistik inferensial dalam Structural Equation Modelling (SEM). Chi-square bersifat

sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Semakin kecil nilai 2

semakin baik model itu. Model diterima jika probabilitas p > .

Langkah pengujian sebagai berikut :

1. Hipotesis pengujian

H0 : = () Model cocok dengan data

H1 : () Model tidak cocok dengan data

2. Statistik uji

2 =

^

1 Fn

^

F adalah nilai minimum untuk ^

untuk metode penaksiran

Maximum Likelihood (ML).

3. Kriteria uji

Tolak H0 jika 2 hitung > 2 tabel dengan df = tqpqp 12

1

dimana : p, q = jumlah variabel indikator, dan t = jumlah parameter yang

ditaksir.

4. Kesimpulan

186

Jika H0 diterima maka dapat diambil kesimpulan bahwa model diterima,

namun jika H0 ditolak maka dapat diambil kesimpulan bahwa model

ditolak.

Selain dengan menggunakan statistik inferen, pengujian kesesuaian model

juga dapat dilakukan menggunakan statistik deskriptif. Tabel 3.9 berikut ini akan

digambarkan indeks kecocokan yang digunakan dalam menguji apakah sebuah

model dapat diterima atau ditolak.

Tabel. 3.9

Kriteria Kecocokan Model

No. Statistik Kriteria

1 Chi-Square p > 0.05 : Fit

2 Chi-square/df < 2 : Fit

3 RMSEA < 0.08 : Fit

4 Norm Fit Index (NFI) 0.8 - < 0.9 : Marginal Fit

0.9 – 1.0 : Fit

5 Comparative Fit Index (CFI) 0.8 - < 0.9 : Marginal Fit 0.9 – 1.0 : Fit

6 Incremental Fit Index (IFI) 0.8 - < 0.9 : Marginal Fit 0.9 – 1.0 : Fit

7 Standardized Root Mean Square

(SRMS)

0.0 - 0.05 : Fit

0.5 – 1.00 : Marginal Fit

8 Goodness of Fit (GFI) 0.8 - < 0.9 : Marginal Fit 0.9 – 1.0 : Fit

Sumber : Hair et al, (1998).

3.7 Pengujian Hipotesis Penelitian

Setelah dilakukan penaksiran parameter model dan dilakukan uji kecocokan

model, selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian kepemimpinan dan budaya

organisasi terhadap akuntabilitas melalui sistem pengendalian internal pada

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Barat.

187

Rumusan Hipotesis Statistik :

Hipotesisi statistika yang diajukan adalah :

Ho:

≤3.39, Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Sistem Pengendalian Internal,

dan akuntabilitas berada pada kategori kurang baik

H1: i ≥03.39 Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Sistem Pengendalian Internal,

dan akuntabilitas berada pada kategori baik

Ho:

y.x1x2x3= 0, Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap

Akuntabilitas melalui Sistem Pengendalian Internal pada OPD

Kab./Kota di Jawa Barat secara bersama-sama

H2: y.x1x2y≠0 Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi berpengaruh terhadap

Akuntabilitas melalui Sistem Pengendalian Internal pada OPD

Kab./Kota di Jawa Barat secara bersama-sama

Ho:

y.x1 = 0, Kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas melalui

Sistem Pengendalian Internal pada OPD Kab./Kota di Jawa Barat.

H3: y.x1 ≠0 Kepemimpinan berpengaruh terhadap Akuntabilitas melalui Sistem

Pengendalian Internal pada OPD Kab./Kota di Jawa Barat.

Ho:

y.x2 = 0, Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas

melalui Sistem Pengendalian Internapada OPD Kab./Kota di Jawa

Barat

H4: y.x2 ≠ 0 Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas melalui

Sistem Pengendalian Interna pada OPD Kab./Kota di Jawa Barat

Ho:

y.y = 0, Sistem Pengendalian Internal tidak berpengaruh terhadap

Akuntabilitas melalui pada Kab./Kota di Jawa Barat.

H5: y.y ≠ 0 Sistem Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Akuntabilitas

pada Kab./Kota di Jawa Barat.