bab iii metode penelitian -...
TRANSCRIPT
154
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
Kabupaten/Kota di Jawa Barat baik Inspektorat, Dinas, Badan, Kantor dan
Sekretariat di lingkungan Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya pembahasan dalam
penelitian ini akan difokuskan pada Sistem Pengendalian Internal, Kepemimpinan,
Budaya Organisasi, dan Akuntabilitas di lingkungan Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
3.1 Metode Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian
internal, kepemimpinan dan budaya organisasi, terhadap akuntabilitas di lingkungan
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Dilihat dari
posisinya, secara substantif terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel
bebas yakni variabel yang tidak tergantung pada variabel lain (independent
variable), dan variabel terikat, yakni variabel yang tergantung pada variabel lain
(dependent variable). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Sistem
Pengendalian Internal, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi, sedangkan variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Akuntabilitas.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian descriptive dan
explanatory. Penelitian descriptive digunakan karena dalam penelitian ini akan
memperoleh deskripsi tentang ciri-ciri variabel penelitian, yang terdiri dari,
kepemimpinan (X1), dan budaya organisasi (X2) terhadap Akuntabilitas (z) melalui
155
sistem pengendalian internal (Y). Sedangkan penelitian explanatory digunakan
karena penelitian bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna
memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah
ada sebelumnya, karena bersifat mendasar, penelitian ini disebut penjelajahan.
Adapun metode penelitian yang digunakan dengan menggunakan metode
survey explanatory karena metode ini tidak hanya melihat gambaran umum dari
variabel atau hubungan antar variabel saja, akan tetapi melihat juga sejauhmana
pengaruh tersebut. Informasi diperoleh berdasarkan pengumpulan data dari sebagian
populasi (sampel responden) yang dikumpulkan langsung dari tempat kejadian
secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi
terhadap objek yang sedang diteliti.
3.2. Operasionalisasi Variabel
Operasional variabel dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel
penelitian. Dengan demikian dalam penelitian ini yang dinyatakan sebagai variabel
bebas (independent variabel) yaitu : Kepemimpinan (X1), dan Budaya Organisasi
(X2), variabel intervening yaitu Sistem Pengendalian Internal (Y), Sedangkan
variabel terikat (dependent variabel) adalah Akuntabilitas (Z) pada Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Barat. Adapun dimensi-dimensi yang
diukur dari masing-masing variabel yang dimaksud dapat dijelaskan pada Tabel 3.1.
adalah dapat dilihat pada halaman berikutnya.
156
Tabel 3.1.
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item
Kepemimpinan Suatu kegiatan untuk
memberikan pengaruh
kepada pegawai agar
tunduk dan patuh atas
perintah yang diberikan sesuai
dengan aturan yang
telah ditetapkan untuk
mencapai tujuan
organisasi
1. Penentu Arah
(Direction
Setter)
Kepemimpinan
menentukan
strategi
organisasi
Kepemimpinan
menentukan
arah perubahan organisasi
Kepemimpinan
mengimplmenta
sikan strategi
organisasi
Tingkat
kepemimpinan
mampu
menentukan
strategi-strategi organisasi yang
terukur bagi
kemampuan
nyata organisasi.
Tingkat
kepemimpinan
menentukan arah
perubahan
organisasi di dalam lingkungan
yang penuh
dengan
ketidakpastian.
Tingkat
kepemimpinan
mampu
mengimplmentasi
kan strategi organisasi dengan
mengandalkan
kekuatan
personill
organisasi.
Ordinal
Ordinal
Ordinal
1
2
3
2. Orator Handal
(Spokesperson)
kepemimpinan
mempunyai
kemampuan
berkomunikasi
dengan baik.
kepemimpinan
membangun
hubungan kerja dengan pegawai
dengan baik.
kepemimpinan
membangun
kerja dengan
pihak luar
organisasi dengan baik.
kepemimpinan
mengembangkan sumber daya
Tingkat
kepemimpinan
mempunyai
kemampuan
berkomunikasi dengan baik.
Tingkat
kepemimpinan
mampu membangun
hubungan kerja
dengan pegawai
dengan baik.
Tingkat
kepemimpinan
mampu
membangun kerja
dengan pihak luar organisasi dengan
baik.
Tingkat
kepemimpinan mampu
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
4
5
6
7
157
Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item
organisasi.
kepemimpinan
menjadi cerminan secara
menyeluruh dari
visi organisasi.
mengembangkan
sumber daya
organisasi.
Tingkat
kepemimpinan
mampu menjadi
cerminan secara
menyeluruh dari visi organisasi.
Ordinal
8
3. Agen Perubahan
(Change
Agent)
kepemimpinan mengantisipasi
perubahan
lingkungan.
kepemimpinan
menilai
perubahan lingkungan yang
berdampak pada
organisasi
kepemimpinan
menentukan
prioritas
perubahan yang
harus dilakukan.
kepemimpinan
mampu mencari jalan keluar
organisasi dalam
situasi yang
mendesak.
kepemimpinan
memberdayakan
anggota
organisasi untuk melakukan
perubahan.
Tingkat kepemimpinan
mampu
mengantisipasi
perubahan
lingkungan.
Tingkat
kepemimpinan
mampu menilai
perubahan lingkungan yang
berdampak pada
organisasi
Tingkat kepemimpinan
mampu
menentukan
prioritas
perubahan yang harus dilakukan.
Tingkat
kepemimpinan
mampu mencari jalan keluar
organisasi dalam
situasi yang
mendesak.
Tingkat
kepemimpinan
mampu
memberdayakan
anggota organisasi untuk
melakukan
perubahan.
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
9
10
11
12
13
4. Pelatih
(Coach)
kepemimpinan
mempunyai
keberanian
menghadapi resiko
kepemimpinan mempunyai
Tingkat
kepemimpinan
mampu
mempunyai keberanian
menghadapi
resiko
Tingkat kepemimpinan
Ordinal
Ordinal
14
15
158
Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item
komitmen
terhadap
keberhasilan
setiap anggota organisasi.
kepemimpinan selalu
menghargai
anggota
organisasi.
kepemimpinan
selalu
membangun rasa
saling percaya dengan anggota
organisasi
kepemimpinan selalu membantu
anggota
organisasi untuk
belajar.
kepemimpinan
selalu membantu anggota
organisasi untuk
berkembang.
kepemimpinan
mendorong
anggota untuk
senantiasa meningkatkan
kemampuan
dalam rangka
pencapaian visi.
mampu
mempunyai
komitmen
terhadap keberhasilan
setiap anggota
organisasi.
Tingkat kepemimpinan
mampu selalu
menghargai
anggota
organisasi.
Tingkat
kepemimpinan
mampu selalu
membangun rasa saling percaya
dengan anggota
organisasi
Tingkat kepemimpinan
mampu selalu
membantu
anggota organisasi untuk
belajar.
Tingkat
kepemimpinan mampu selalu
membantu
anggota
organisasi untuk
berkembang.
Tingkat
kepemimpinan
mampu
mendorong anggota untuk
senantiasa
meningkatkan
kemampuan
dalam rangka pencapaian visi.
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
16
17
18
19
20
Budaya
Organisasi
Budaya organisasi
adalah suatu sistem nilai yang dapat
membentuk perilaku
yang melembaga,
kemudian dapat
diwujudkan dalam penampilan, sikap, dan
tindakan, sehingga
menjadi identitas dari
organisasi tertentu.
1. Inovasi dan
pengambilan resiko
Memiliki sikap
inovatif
Mampu
mengambil
resiko
Tingkat
memiliki sikap inovatif
Tingkat mampu
mengambil
resiko
Ordinal
Ordinal
21
22
2. Perhatian ke
rincian
Mampu bekerja
secara cermat
Tingkat mampu
bekerja secara
cermat
Ordinal
23
159
Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item
Memperhatikan
pekerjaan secara
rinci
Tingkat
memperhatikan
pekerjaan secara
rinci
Ordinal 24
3. Orientasi
hasil
Memperhatikan
hasil kerja secara
kuantitatif
Memperhatikan
hasil kerja secara kualitatif
Tingkat
memperhatikan hasil kerja
secara kuantitatf
Tingkat
memperhatikan hasil kerja
secara kualitatif
Ordinal
Ordinal
25
26
4. Orientasi
orang,
Memperhatikan
kebutuhan fisik
pegawai
Memperhatikan
pengembangan
karir pegawai
Memperhatikan
kesejahteraan
pegawai
Tingkat
memperhatikan
kebutuhan fisik
pegawai
Tingkat
memperhatikan
pengembangan
karir pegawai
Tingkat
memperhatikan
kesejahteraan
pegawai
Ordinal
Ordinal
Ordinal
27
28
29
5. Orientasi tim Membangun
kerjasama antar
pegawai
Lebih
mengefektifkan
koordinasi
Tingkat
membangun
kerjasama antar pegawai
Tingkat
mengefektifkan
koordinasi
Ordinal
Ordinal
30
31
6. Keagresifan, Mendorong
partisipasi
pegawai
Membangun
iklim kerja yang
kompetitif
Tingkat
mendorong
partisipasi pegawai
Tingkat
membangun
iklim kerja yang
kompetitif
Ordinal
Ordinal
32
33
7. Kemantapan Menjaga
stabilitas organisasi
Menjamin
ketertiban dalam
pelaksanaan pekerjaan
Tingkat menjaga
stabilitas organisasi
Tingkat
menjamin
ketertiban dalam pelaksanaan
pekerjaan
Ordinal
Ordinal
34
35
Sistem
Pengendalian
Internal
Kerangka acuan untuk
memeriksa
kecermatan, kebenaran
1. Lingkungan
Pengendalian
(Control
Komitmen
kepada intergritas
Tingkat
komitmen
kelembagaan
Ordinal
36
160
Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item
administrasi,
mengamankan harta
dan membantu
menjaga kebijaksanaan
organisasi untuk
dipatuhi
Environment)
Komitmen
kepada nilai etika
Filosofi dalam
pelaksanaan manajemen
Gaya
kepemimpinan
dalam
pelekasanan
manajemen
Struktur
organisasi
Komite audit
Metode penerapan
wewenang
Komitmen pada
tanggung jawab
Kebijakan
tentang sumber daya manusia
Pengaruh eksternal
pada intergritas
Tingkat
komitmen yang kuat kepada nilai
etika birokrasi
Tingkat landasan
filosofi dalam pelaksanaan
manajemen
pemerintahan
daerah
Tingkat gaya
kepemimpinan
kepala daerah
Tingkat struktur
organisasi yang
diterapkan oleh
pemerintah daerah
Tingkat komite
Audit yang dibentuk oleh
pemerintah
daerah
Tingkat Penerapan
wewenang di
lingkungan
pemerintah
daerah
Tingkat
komitmen pada
tanggung jawab
di lingkungan pemerintah
daerah
Tingkat kebijakan
sumber daya aparatur oleh
pemerintah
daerah
Tingkat lingkungan
eksternal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
37
38
39
40
41
42
43
44
45
2. Penilaian Resiko (Risk
Assessment).
Resiko Tugas Teknis
Tingkat SPI oleh pemerintah
daerah
mempertimbangk
an resiko tugas
Ordinal
46
161
Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item
Resiko Tugas
Administratif
Resiko Tugas
Manajerial
teknis
Tingkat SPI oleh
pemerintah daerah
mempertimbangk
an resiko tugas
administrative
Tingkat SPI oleh
pemerintah
daerah
mempertimbangk
an resiko tugas manajerial
Ordinal
Ordinal
47
48
3. Aktivitas
Pengendalian (Control
Activities)
Pengendalian
perencanaan
Pengendalian
Sumber Daya
Aparat
Pengendalian
Anggaran
Tingkat SPI
pemerintah daerah
sepenuhnya
mendukung
terhadap
pengendalian perencanaan
Tingkat
Pengendalian
sumber daya aparat oleh
pemerintah
daerah
mendukung
terhadap pelaksanaan SPI
Tingkat SPI saat
ini mendukung
terhadap pengendalian
Anggaran
Ordinal
Ordinal
Ordinal
49
50
51
4. Informasi dan
Komunikasi
(Information
and
Communication)
Penyerapan
Informasi
Pertukaran
informasi
Tingkat
Penyerapan
informasi sangat
dibutuhkan
dalam mendukung
kelancaran SPI
Tingkat
Pertukaran informasi saat
ini sepenuhnya
efektif dalam
mendukung
pelaksanaan pengendalian
internal
Ordinal
Ordinal
52
53
5. Pemantauan (Monitoring)
Menilai kualitas hasil kerja
Tingkat SPI oleh pemerintah
daerah saat ini
mampu
Ordinal
54
162
Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item
Menilai
kuantitas hasil
kerja
membantu
dalam menilai
kualitas hasil
kerja aparat
Tingkat SPI
sepenuhnya
mampu
membantu dalam menilai
kuantitas hasil
kerja aparat
Ordinal
55
Akuntabilitas
Penjelasan dan
pertanggungjawaban
terhadap setiap
tindakan, produk,
keputusan dan kebijakan termasuk
pula di dalamnya
pelaksanaan dalam
lingkup peran atau
posisi masing-masing
1. Akuntabilitas
hukum dan
kejujuran
Kepatuhan
terhadap
peraturan
Kejujuran dalam
pelaksanaan tugas
Menghindari penyalahgunaan
jabatan
Menjamin tegaknya
supremasi hukum
Tingkat
kepatuhan
terhadap
peraturan
Tingkat kejujuran
dalam
pelaksanaan tugas
Tingkat menghindari
penyalahgunaan
jabatan
Tingkat menjamin
tegaknya
supremasi hukum
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
56
57
58
59
2. Akuntabilitas
Proses
Kecukupan
sistem informasi
akuntansi
Efekktivitas
sistem informasi
manajemen
Prosedur
administrasi
Tingkat
kecukupan sistem
informasi
akuntansi
Tingkat
efekktivitas
sistem informasi
manajemen
Tingkat prosedur
administrasi
Ordinal
Ordinal
Ordinal
60
61
62
3. Akuntabilitas
program
Adanya program
yang bermutu
Mendukung
pencapaian visi
organisasi
Mendukung
pencapaian misi
organisasi
Mendukung
tujuan organisasi
Tingkat adanya
program yang
bermutu
Tingkat
mendukung
pencapaian visi
organisasi
Tingkat
mendukung
pencapaian misi
organisasi
Tingkat
mendukung
tujuan organisasi
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
63
64
65
66
163
Variabel Konsep Dimensi Indikator Ukuran Skala Item
Kejelasan
pertanggungjawa
ban program
Tingkat kejelasan
pertanggungjawa
ban program
Ordinal
67
4. Akuntabilitas kebijakan
Kejelasan Perumusan/
formulasi
kebijakan
Efektivitas Pelaksanaan
Kebijakan
Kejelasan evaluasi
kebijakan
Optimalisasi
dampak kebijakan
Tingkat kejelasan Perumusan
/formulasi
kebijakan
Tingkat efektivitas
Pelaksanaan
Kebijakan
Tingkat kejelasan evaluasi
kebijakan
Tingkat
optimalisasi dampak kebijakan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
68
69
70
71
Sumber : Diolah Oleh Peneliti (2017)
3.3 Jenis dan Sumber Data
Penelitian yang baik memerlukan data yang harus berkaitan dengan
permasalahan yang ingin diteliti. Sesuai dengan karakteristik, maka sumber data
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu data primer dan data sekunder yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan, maka data yang ada dalam penelitian ini
merupakan data primer. Penggunaan data primer dan sekunder berdasarkan alasan
untuk memperoleh data yang dapat menggambarkan realiatas variabel penelitian
secara objektif sesuai dengan fenomena yang ada di lapangan.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari unit observasi seperti kepala
TU, auditor internal, staff melalui pengisian kuesioner yang disebarkan oleh
peneliti. Berdasarkan uraian tersebut, berikut peneliti sajikan dalam tabel 3.2 tentang
unit observasi penelitian pada halaman berikutnya.
164
Tabel 3.2.
Jenis dan Sumber Data
No. Jenis Data Sumber Data
1 Sistem Pengendalian Internal Auditor internal
2 Kepemimpinan Kepala TU/Staff yang bekerja pada satu posisi lebih dari 3 tahun
3 Budaya Organisasi Kepala TU/ Staff yang bekerja pada
satu posisi lebih dari 3 tahun
4 Akuntabilitas Auditor Internal
Sumber : diolah Peneliti (2017)
3.4 Populasi dan Teknik Sampling
Unit analisis dalam penelitian ini adalah OPD yang ada di Jawa Barat.
Populasi dalam suatu penelitian merupakan sekelompok ojek yang dapat dijadikan
sumber penelitian berbentuk benda-benda, manusia ataupun peristiwa yang terjadi
sebagai objek atau sasaran penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
Organisasi Perangkat Daerah di Jawa Barat. Sedangkan rincian anggota populasi
yang dimaksud, dapat dijelaskan pada tabel 3.3 halaman berikutnya.
165
Tabel 3.3
Jumlah Anggota Populasi
No Kabupaten/Kota
Organisasi Perangkat Daerah
Jumlah Inspektorat Dinas Badan Kantor
Sekre
tariat
1 Kab. Bandung 1 20 6 0 2 29
2 Kab. Bandung Barat
1 14 9 2 3 29
3 Kab. Bekasi 1 16 8 2 2 29
4 Kab. Bogor 1 21 7 2 3 34
5 Kab. Ciamis 1 14 6 2 2 25
6 Kab. Cianjur 1 17 5 4 2 29
7 Kab. Cirebon 1 16 8 3 3 31
8 Kab. Garut 1 22 7 1 2 33
9 Kab. Indramayu 1 22 4 2 2 31
10 Kab. Karawang 1 14 5 6 2 28
11 Kab. Kuningan 1 15 12 3 3 34
12 Kab. Majalengka 1 12 7 2 2 24
13 Kab. Purwakarta 1 12 5 5 2 25
14 Kab. Subang 1 17 5 4 2 29
15 Kab. Sukabumi 1 18 10 4 3 36
16 Kab. Sumedang 1 13 7 3 2 26
17 Kab. Tasikmalaya 1 13 5 8 2 29
18 Kota Bandung 1 21 5 0 2 29
19 Kota Banjar 1 17 5 0 2 25
20 Kota Bekasi 1 15 10 2 4 32
21 Kota Bogor 1 22 5 1 2 31
22 Kota Cimahi 1 14 5 3 1 24
23 Kota Cirebon 1 12 3 7 2 25
24 Kota Depok 1 15 5 4 2 27
25 Kota Sukabumi 1 15 3 0 2 21
26 Kota Tasikmalaya 1 11 5 3 3 23
27 Kab. Pangandaran 1 9 4 1 2 17
Jumlah 27 427 166 74 61 755
Jumlah sampel yang harus diwakili berdasarkan
total sub populasi
9 136 53 23 19 240
Sumber: Hasil pengolahan 2016
166
Masing-masing jumlah sampel ditentukan berdasarkan persentase dari
populasi dengan rumus contoh: untuk inspektorat diwakili 9 kantor 27/755 *240 =
9 kantor inspektorat dengan penentuan secara acak. Beberapa alasan untuk
menetapkan populasi antara lain 1) kesesuaian antara fenomena dengan konstruk
yang akan dikembangkan dalam penelitian 2) Populasi penelitian dapat dijadikan
sebagai kumpulan yang jelas dengan karakteristik yang memudahkan peneliti untuk
memahami variabel-variabel penelitian. Variabel penelitian melekat pada populasi
sesuai dengan fenomena masalah empiris yang dihadapi.
Mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga, serta biaya yang dibutuhkan,
maka dalam menentukan responden penelitian dilakukan penarikan sampel.
Sehubungan banyaknya anggota populasi penelitian, maka dilakukan pengambilan
sampel. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple
random sampling (Sampling Acak Sederhana). Penggunaan teknik sampling ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa seluruh anggota populasi dipandang homogen
dan tidak memperhatikan strata yang ada.
Untuk menentukan sampel maka ditentukan berdasarkan jumlah indikator,
variabel independent dan pilihan untuk mengkalikan antara 5 s.d 10 seperti
dikemukakan Hair et al (2013) untuk penentuan sampel yang menggunakan alat
analisis SEM. Berdasarkan jumlah indikator untuk system pengendalian internal
(5), Kepemimpinan (4), Budaya Organsiasi (7). Jumlah indikator 16 maka jumlah
sampel adalah 16 x 3 ( jumlah Variabel independent ) x 5 ( nilai minimal ) = 240
unit analisis. Penentuan sampel per OPD diambil secara acak dan proporsional
sesuai dengan jumlah yang ada di wilayah ( cluster).Berdasarkan hasil perhitungan
167
di atas, maka secara proporsional jumlah responden keseluruhan yang menjadi
sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini
Tabel 3.4
Jumlah Sampel Penelitian
No Kabupaten/Kota Organisasi Perangkat Daerah
Jumlah Inspektorat Dinas Badan Kantor Sekretariat
1 Kab. Bandung 0 6 2 0 1 9
2 Kab. Bandung
Barat 0 4 2 1 1 8
3 Kab. Bekasi 0 5 3 1 1 10
4 Kab. Bogor 0 7 2 1 1 11
5 Kab. Ciamis 1 4 2 1 1 9
6 Kab. Cianjur 0 5 2 1 1 9
7 Kab. Cirebon 0 5 2 1 1 9
8 Kab. Garut 0 7 2 0 0 9
9 Kab. Indramayu 0 7 1 1 0 9
10 Kab. Karawang 1 4 2 1 1 9
11 Kab. Kuningan 0 5 4 1 0 10
12 Kab. Majalengka 1 4 2 1 1 9
13 Kab. Purwakarta 1 4 2 1 1 9
14 Kab. Subang 0 5 2 1 1 9
15 Kab. Sukabumi 0 6 2 1 0 9
16 Kab. Sumedang 1 4 2 1 1 9
17 Kab.
Tasikmalaya 0 4 2 2 1 9
18 Kota Bandung 1 7 2 0 0 10
19 Kota Banjar 1 5 2 0 1 9
20 Kota Bekasi 0 5 2 1 1 9
21 Kota Bogor 0 7 2 0 0 9
22 Kota Cimahi 1 4 2 1 0 8
23 Kota Cirebon 1 4 1 2 1 9
24 Kota Depok 0 5 2 2 0 9
25 Kota Sukabumi 0 5 1 0 1 7
26 Kota Tasikmalaya
0 4 2 1 1 8
27 Kab.
Pangandaran 0 4 1 0 1 6
Jumah 9 136 53 23 19 240
Sumber : Hasil Olahan Peneliti, Tahun 2017
168
Pengambilan sampel OPD dilakukan secara acak dengan cara memasukan
nama-nama OPD dalam satu keranjang/ kabupaten sesuai jumlah OPD masing-
masing kabupaten kemudian mengambilnya secara acak sesuai dengan jumlah
sampel pada masing-masing kabupaten kota di Jawa Barat. Selanjutnya yang
dijadikan unit observasi yang terdiri dari Staff TU, Auditor Internal adalah sebagai
berikut sesuai dengan sebaran sampel OPD yang diambil secara acak per OPD
sesuai dengan jumlah sampel. Total unit observasi adalah 720 orang pegawai yang
terdiri dari staff/TU sebesar 480 untuk menjawab kuesioner mengenai
kepemimpinan dan budaya organisasi, 240 tenaga fungsional sebagai auditor
internal yang tersebar di 27 wilayah kota dan Kabupaten (masing-masing wilayah)
untuk menjawab kuesioner pada variabel system pengendalian internal dan
akuntabilitas OPD.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan 4 (empat) teknik
adalah sebagai berikut :
1. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengajukan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Adapun bentuk kuesioner yang digunakan adalah berbentuk pernyataan
sederhana dengan tipe pernyataan tertutup.
2. Wawancara untuk mendukung hasil penelitian. Wawancara dilakukan dengan
cara melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang dianggap kompeten untuk
memberikan informasi terkait dengan sistem pengendalian internal, kompetensi,
budaya organisasi dan akuntabilitas di lingkungan Organisasi Perangkat Daerah
169
(OPD) kabupaten/ kota di Jawa Barat. Ketika responden merespon atau
memberikan pandangannya atas pertanyaan yang diajukan, peneliti mencatat
jawaban tersebut. Wawancara terstruktur dilakukan dengan cara meminta untuk
menjelaskan jawaban secara mendalam tentang sistem pengendalian internal,
kepemimpinan, budaya organisasi dan akuntabilitas.
3. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian dalam rangka
melengkapi data sesuai dengan konteks penelitian. Pengamatan dilakukan pada
pegawai OPD Kabupaten/Kota di jawa Barat.
4. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengambil bahan-bahan tertulis atau tercatat, tujuannya adalah untuk
memperkuat data yang diperoleh melalui kuesioner, wawancara, dan observasi.
Kemudian ditelaah dan dikaji catatan atau laporan dan dokumen-dokumen lain
dari berbagai OPD yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.
3.6 Rancangan Analisis
Ada beberapa tahap (proses) yang dilakukan untuk mengolah data dalam
penelitian ini, yaitu mulai dari perubahan skala pengukuran dari ordinal menjadi
interval, uji instrument penelitian, analisis data hingga interpretasi hasil penelitian.
Untuk menjelaskan secara lengkap tentang teknik pengolahan data, di bawah akan
diuraikan secara komprehensip mengenai tahapan teknik pengolahan data sebagai
berikut:
170
3.6.1 Perubahan Skala Ordinal Menjadi Skala Interval
Setelah responden menjawab angket penelitian, maka setiap distribusi
jawaban responden tersebut diubah skalanya dari skala ordinal menjadi skala
interval dengan menggunakan Metode Succesive Interval (MSI). Perubahan skala ini
dimaksudkan agar kelompok jawaban dalam sebuah sub-variabel yang diteliti
dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan operasi statistika yang mewakili
sebuah nilai sub-variabel.
3.6.2 Uji Instrumen Penelitian
Sebelum angket dipakai untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian. Analisis instrumen
penelitian dilakukan untuk melihat kelayakan dari angket penelitian yang
digunakan. Analisis ini ditempuh dengan cara melakukan analisis validitas
(ketepatan) dan reliabilitas (keandalan) yang masing-masing analisisnya dilakukan
sebagai berikut:
(1) Uji Validitas Instrumen Penelitian
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
digunakan mampu mengukur obyek yang diukur atau tidak. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi validitas suatu alat test, maka alat test
tersebut semakin mengenai pada sasarannya, atau semakin menunjukan apa
yang seharusnya diukur.
Penyebaran kuesioner dilakukan setelah kuesioner diuji validitas dan
reliabilitas instrumennya. Hasil uji reliabilitas dan validitas menggunakan SPSS
22 dengan hasil dapat dilihat pada halaman berikutnya.
171
Tabel 3.5.
Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Keterangan Pernya
taan
Skor total
Sistem
pengendali
an internal
Pernya
taan
Skor total
Kepemim
pinan
Pernya
taan
Skor
total
Budaya
Organs
iasi
Pernya
taan
Skor
akuntabili
tas publik
Pearson
Correlation
SPI1 .742**
KEP1 .756**
BO1 .395*
AK1 .764**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .031 .000
Pearson
Correlation
SPI2 .645**
KEP2 .810**
BO2 .548**
AK2 .783**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .002 .000
Pearson
Correlation
SPI3 .740**
KEP3 .699**
BO3 .343
AK3 .794**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .064 .000
Pearson
Correlation
SPI4 .708**
KEP4 .786**
BO4 .352
AK4 .723**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .056 .000
Pearson
Correlation
SPI5 .840**
KEP5 .814**
BO5 .371*
AK5 .655**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .044 .000
Pearson
Correlation
SPI6 .656**
KEP6 .750**
BO6 .333
AK6 .720**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .072 .000
Pearson
Correlation
SPI7 .821**
KEP7 .391*
BO7 .637**
AK7 .582**
Sig. (2-
tailed) .000 .033 .000 .001
Pearson
Correlation
SPI8 .791**
KEP8 .670**
BO8 .696**
AK8 .734**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .000
Pearson
Correlation
SPI9 .733**
KEP9 .668**
BO9 .651**
AK9 .711**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .000
Pearson
Correlation
SPI10 .754**
KEP10 .719**
BO10 .685**
AK10 .722**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .000 .000
Pearson
Correlation 30
KEP11 .799**
BO11 .337
AK11 .694**
Sig. (2-
tailed)
SPI11 .691** .000 .069 .000
Pearson
Correlation .000
KEP12 .808**
BO12 .480**
AK12 .785**
Sig. (2- SPI12 .786** .000 .007 .000
172
Keterangan Pernya
taan
Skor total
Sistem
pengendali
an internal
Pernya
taan
Skor total
Kepemim
pinan
Pernya
taan
Skor
total
Budaya
Organs
iasi
Pernya
taan
Skor
akuntabili
tas publik
tailed)
Pearson
Correlation .000
KEP13 .783**
BO13 .560**
AK13 .632**
Sig. (2-
tailed)
SPI13 .832** .000 .001 .000
Pearson
Correlation .000
KEP14 .801**
BO14 .345
AK14 .768**
Sig. (2-
tailed)
SPI14 .769** .000 .062 .000
Pearson
Correlation .000
KEP15 .907**
BO15 .435*
AK15 .755**
Sig. (2-
tailed)
SPI15 .879** .000 .016 .000
Pearson
Correlation .000
KEP16 .568**
AK16 .684**
Sig. (2-
tailed)
SPI16 .703** .001
.000
Pearson
Correlation .000
KEP17 .668**
Sig. (2-
tailed)
SPI17 .780** .000
Pearson
Correlation .000
KEP18 .389*
Sig. (2-
tailed)
SPI18 .814** .034
Pearson
Correlation .000
KEP19 .484**
Sig. (2-
tailed)
SPI19 .733** .007
Pearson
Correlation .000
KEP20 .797**
Sig. (2-
tailed)
SPI20 .771** .000
.000
Sumber : Hasil Pengujian Reliabilitas 2017
Item-item dalam penelitian dapat dikatakan valid jika memiliki korelasi item
skor total ≥ 0,3 (Azwar, 2010). Korelasi aitem dalam penelitian dapat diukur dengan
korelasi person yang dapat dilihat melalui rumus maupun aplikasi SPSS 22.
Berdasarkan hasil pengujian validitas instrument diketahui bahwa korelasi skor pada
pernyataan tersebut dengan skor total diatas 0.3. Artinya bahwa pernyataan dalam
173
kuesioner tersebut valid. Kuesioner dapat digunakan untuk mengukur variabel
penelitian.
(2) Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran
yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu pengkuran yang mampu memberikan hasil
ukur yang terpecaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter
utama instrumen pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga
sebagai kepercayaan, keterandalan, keajegan, konsistensi kestabilan dan sebagainya.
Namun demikian, ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil
suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauhmana skor hasil pengukuran
terbebas dari kekeliruan pengukuran (Measurement Error) .
Berdasarkan skala pengukuran dari item pertanyaan maka teknik perhitungan
koefisien reliabilitas yang digunakan adalah koefisien Reliabilitas Alpha-
Cronbach, dengan rumus sebagai berikut:
k
Si2
k i = 1
= -------- 1 - -------
k – 1 S2 total
Di mana : K adalah banyaknya item,
Si2 adalah varians dari item ke-i
S2 total adalah total varians dari keseluruhan item
174
Sedangkan rumus varians yang digunakan adalah:
1 n
S2 = ---------- (xi –x)
2
(n-1) i =1
Di mana : S
2 adalah varians
n adalah banyaknya responden
Xi adalah skor yang diperoleh responden ke-i
X adalah rata-rata
(Soehartono, 2000)
Setelah nilai koefisien reliabilitas diperoleh, maka perlu ditetapkan
suatu nilai koefisien reliabilitas paling kecil yang dianggap reliabel. Adapun
kriteria penafsiran koefisien reliabilitas menurut Balian dalam Soehartono
(2000) ditunjukan oleh besarnya koefisien korelasi yang dihasilkan, yaitu
dengan tolok ukur sebagai berikut:
a. + 0,90 - + 1,00 : Luar biasa bagus (exellent)
b. + 0,85 - + 0,89 : Sangat bagus (very good)
c. + 0,80 - + 0,84 : Bagus (good)
d. + 0,70 - + 0,79 : Cukup (fair)
e. Kurang dari 0,70 : Kurang (poor)
Di mana disarankan oleh Saccozzo dalam Al-Rasyid (1997) bahwa koefisien
reliabilitas antara 0,70 – 0,80 cukup baik untuk tujuan penelitian dasar. Hasil
perhitungan koefisien reliabilitas alpha cronbach’s diperoleh nilai lebih besar dari
0.70 sehingga dapat disimpulkan kuesioner penelitian handal dalam mengukur
variabel penelitian. Hasil uji reliabilitas adalah dapat dilihat pada halaman
berikutnya.
175
Tabel 3.6.
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Hasil Uji
Reliabilitas Kesimpulan
Sistem pengendalian internal 0.96 Reliabel
Kepemimpinan 0.95 Reliabel
Budaya Organsiasi 0.86 Reliabel
Akuntabilitas Publik 0.94 Reliabel
Sumber : Hasil Pengujian Reliabilitas 2017
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas diketahui bahwa nilai reliabilitas
instrument diatas 0.7 sebagai standar pengujian reliabilitas dengan menggunakan
Cronbach Alpa. Selanjutnya instrument dapat digunakan dalam penelitian.
3.6.3 Teknik Analisis Data
3.6.3.1 Analisis Data Statistik
Tahap selajutnya setelah dilakukan analisis validitas dan reliabilitas
kuesioner penelitian adalah melakukan analisis data statistik. Analisis data statistik
dalam peneltian ini dibedakan menjadi dua yaitu analisis deskriptif dan analisis
inferensial.
Untuk pengolahan data primer maka dalam penelitian ini mengacu pada hasil
observasi dan hasil dari penyebaran kuesioner kepada responden. Kuesioner tersebut
dibuat bentuk pernyataan yang didasarkan kepada setiap indikator yang diuraikan
dalam operasionalisasi variabel dengan lima pilihan jawaban yang memperlihatkan
gradasi nilai dari nilai sangat positif sampai nilai sangat negatif dan pengukuran
dilakukan dengan menggunakan rating scale dari 1 s.d 5 . yang mempunyai gradasi
dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan kata-kata sebagai berikut:
1. Sangat Setuju (SS) atau Selalu
2. Setuju (S) atau Sering
3. Ragu-ragu (R) atau Jarang
176
4. Tidak Setuju (TS) atau Pernah
5. Sangat Tidak Setuju (STS) atau Tidak Pernah
Untuk mengukur nilai jawaban dari pertanyaan kuesioner dan untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka setiap jawaban diberi nilai atau skor berdasarkan
tingkat bobot nilai, tingkat bobot nilai tersebut yaitu :
1. Alternatif jawaban ”Sangat Setuju/Selalu” diberi nilai atau skor 5.
2. Alternatif jawaban ”Setuju/Sering” diberi nilai atau skor 4.
3. Alternatif jawaban ”Ragu-ragu/Jarang” diberi nilai atau skor 3.
4. Alternatif jawaban ”Tidak Setuju/Pernah” diberi nilai atau skor 2.
5. Alternatif jawaban ”Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah” diberi nilai / skor1
3.6.3.2 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan pada jawaban
responden untuk setiap item penelitian. Analisis deskriptif penting dala kaitnnya
memberikan informasi mengenai kondisi dari setiap variabel penelitian yang sedang
diteliti.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan analisis
pengelompokan kelas mengacu pada Redi Panuju (1995):
1. Setiap indikator oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif
jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat
jawaban, peringkat jawaban setiap indikator diberi skor antara 1 sampai
dengan 5
2. Untuk mendeskripsikan jawaban responden digunakan statistik deskriptif
seperti distribusi frekuensi dan ditambilkan dalam bentuk tabel ataupun grafik
dengan menggunakan Software Excel.
177
3. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel/sub
variabel/dimensi penelitian ini digunakan kriteria penilaian kategori sangat
baik, baik, kurang baik, tidak baik dan sangat tidak baik, Peneliti juga
menghitung skor total dengan formulasi :
dengan, fi adalah frekuensi responden yang memilih kategori ke i, dan Xi
adalah bobot kategori jawaban ke-i (Xi=1,2,3,4,5). Selanjutnya skor jawaban
ini ditranformasikan ke dalam satuan persentase sehingga dapat dibuat
kategorisasi yang standar. Tranformasi ke bentuk persentase dirumuskan
sebagai berikut :
Dengan lima (5) adalah skor maksimum dari kategori pilihan jawaban dalam
kuesioner, n adalah banyak responden. Untuk kategori standar dari skor total
(%) dibuat sebagai berikut :
Sehingga diperoleh kategorisasi berdasarkan persentase yaitu dapat dilihat
pada halaman berikutnya.
178
Tabel 3.7.
Kriteria Skor Total
No. Interval Skor Total
(%) Kategori
1 20 - 35 Sangat Tidak Baik
2 36 - 51 Tidak Baik
3 52 - 67 Kurang baik
4 68 - 83 Baik
5 84 - 100 Sangat Baik
Norma untuk pengelompokan kelas interval mengacu Sudjana (2013) bahwa
paling sedikit 5 kelas untuk pengelompokan kelas. Peneliti mengelompokan kelas
berdasarkan kriteria penilaian 1 s.d 5 yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.8.
Kriteria pengelompokan kelas berdasarkan bobot nilai Jawaban
No. Interval Skor Kategori
1 1 - 1.79 Sangat Tidak Baik
2 1,8 - 2,59 Tidak Baik
3 2,6 - 3,39 Kurang baik
4 3,4 - 4,19 Baik
5 4,2 - 5 Sangat Baik
3.6.3.3 Analisis Inferensial
Untuk membuktikan hipotesis penelitian bahwa terdapat pengaruh dari
kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap akuntabilitas melalui sistem
pengendalian internal.
Peneliti menggunakan analisis statistik inferensi yaitu Struktrual Equation
Modeling (SEM). karena variabel yang akan digunakan adalah variabel laten, yaitu
variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui dimensi-dimensi
atau indikator. Di dalam SEM dapat dilakukan tiga kegiatan sekaligus, yaitu
179
pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen (setara dengan analisis faktor
konfirmatori), pengujian model hubungan antar variabel laten (setara dengan analisis
path), dan mendapatkan model yang bermanfaat untuk prediksi (setara dengan
model struktural atau analisis regresi). Jadi SEM ini adalah pendekatan terintegrasi
dari analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur. Pengolahan data akan dilakukan
dengan bantuan Program AMOS .SPSS 22. Terdapat lima tahap dalam pemodelan
persamaan struktural (Bollen dan Long, 1993) dalam Wijanto (2008), yaitu: 1.
Spesifikasi Model ; 2. Identifikasi Model ; 3.Estimasi ; 4. Uji Kecocokan ;
5.Spesifikasi ulang atau Respesifikasi model.
1) Spesifikasi Model
Model penelitian terdiri atas dua jenis persamaan, yaitu persamaan
pengukuran dan persamaan struktural. Persamaan struktural menunjukkan bentuk
hubungan antara variable latent eksogen dan endogen serta variable intervening.
Sedangkan persamaan pengukuran memperlihatkan bentuk hubungan antara
variable laten eksogen (endogen) dan variable intervening dengan variabel
observasi dalam hal ini dimensi dalam penelitian.
Gambar 3.1. Eksogen Kepemimpinan
Kepemimpinan
( 1 )
Penentu Arah (Direction Setter) (11)
Oratol Handal (Spokesperson) (12)
Agen Perubahan (Change Agent) (13)
Pelatih (Coach) (14)
180
Gambar 3.2. Eksogen Budaya Organisasi
Gambar 3.3. Intervening Sistem Pengendalian Internal
Gambar 3.4. Endogen Akuntabilitas
Budaya Organisasi
( 2 )
Inovasi dan pengambilan resiko (21)
Perhatian ke rincian (22)
Orientasi hasil (23)
Orientasi orang (24)
Orientasi tim (25)
Orientasi keagresifan (26)
Orientasi Kemantapan (27)
Akuntabilitas
( 2 )
Akuntabilitas Hukum & Kejujuran (2)
Oratol Handal (2)
Agen Perubahan (2)
Pelatih (2)
Sistem Pengendalian Internal
( 1 )
Lingkungan Pengendalian (1)
Aktivitas Pengendalian (1)
Informasi dan Komunikasi (1)
Pemantauan (1)
Penilaian Resiko (1)
181
Gambar 3.5. Model Struktural
Keterangan Notasi : Baca
: Ksai
: Eta
: Gamma
: Zeta
Notasi : Keterangan
1 : Variabel laten eksogen Kepemimpinan
2 : Variabel laten eksogen Budaya Organisasi
1 : Variabel Intervening Sistem Pengendalian Internal
2 : Variabel Endogen Akuntabilitas
2) Identifikasi Model
Hal yang berkenaan dengan tahap ini adalah tentang masalah taksiran dari
parameter-parameter dalam model tersebut, apakah dapat dilakukan penaksiran
dengan solusi tunggal atau tidak. Parameter dalam model dapat memiliki taksiran
tunggal jika syarat perlu yaitu banyak matrik korelasi antara indikator harus lebih
besar atau sama dengan banyaknya parameter model yang akan ditaksir. Secara
Kepemimpinan
( 1 )
Budaya
Organisasi
( 2 )
Sistem
Pengendalian
Internal
( 1 )
Akuntabilitas
( 2 )
1.1
1.2
2.1
2.1
1
1
182
sederhana dirumuskan dengan derajat kebabasan. Jika derajat kebebasan nilainya
lebih besar sama dengan nol maka parameter model dapat ditaksir dengan taksiran
yang tunggal. Derajat bebas dalam SEM diformulasikan sebagai berkut :
tp
2
1
Dengan p adalah banyaknya variabel indikator dan t menunjukkan banyaknya
parameter model yang ditaksir.
Setelah dilakukan perhitungan nilai derajat bebas, diketahui bahwa model
penelitian ini memiliki derajat bebas lebih besar dari nol sehingga dapat dilakukan
penaksiran parmeter model struktural.
3) Estimasi Model
Prinsipnya estimasi parameter pada Structural Equation Modelling (SEM)
adalah berdasarkan minimalisasi selisih (residual) antara matriks varians-kovarians
populasi dengan matriks varians-kovarians model S. Tujuan dari minimalisasi ini
untuk menghasilkan S yang konvergen menuju . Untuk itu, terdapat beberapa
metode untuk mengestimasi Structural Equation Modelling (SEM), yang salah
satunya adalah Metode Kemungkinan Maksimum. Adapun Metode Maximum
Likelihood Estimation (MLE) merupakan metode estimasi yang paling sering
digunakan. Metode ini meminimumkan fungsi berikut ini :
qpSStrFML loglog 1
Dimana tanda menunjukkan determinan, dan S merupakan matriks
positive-definite yang artinya merupakan matriks non-singular. Metode ini
memerlukan asumsi distribusi normal multivariat.
183
Dikarenakan setiap dimensi dalam penelitian ini terdiri dari beberapa item,
maka untuk mendapatkan skor dari dimensi terlebih dahulu dilakukan analisis
faktor.
4) Evaluasi Model
Evaluasi model dalam Structural Equation Modeling diawali dengan
pengujian model pengukuran kemudian dilanjutkan dengan pengujian model
structural.
5) Evaluasi Model Pengukuran
Evaluasi model pengukuran meliputi validitas dan reliabiltias indikator
dalam merefleksikan variabel penelitian. Validitas indikator menggambarkan
bagaimana indikator sungguh-sungguh mampu mengukur variabel yang akan
diukur. Analisis validitas dilakukan menggunakan teknik analisis faktor
konfirmatori. Teknik ini digunakan atas dasar bahwa variabel penelitian merupakan
sebuah konstruk laten yang diukur oleh indikator-indikator dan item-item.
Koefisien validitas indikator dinyatakan sebagai nilai loading faktor (koefisien jalur
standar dari konstruk terhadap indikator atau dari indikator terhadap item) dengan
rumusan sebagai berikut:
12
2 ( )
jjs
ij ij
ix
Dalam hal ini, jj merupkan varians variabel laten j dan 2 ( )ix adalah varians
variabel indikator, ix .
Koefisien validitas yang berkisar antara 0.30 – 0,40 dianggap cukup tinggi
untuk digunakan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan
dengan program SPSS Versi 22.
184
Sedangkan reliabilitas Indikator artinya tingkat keterpercayaan hasil suatu
pengukuran indikator terhadap variabelnya. Untuk menghitung reliabilitas
indikator dengan model struktural, Bollen (1989) memberikan konsep baru dalam
perhitungan reliabilitas. Reliabilitas untuk masing-masing variabel indikator dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
)( 222
22
ii
ixi
R
Selanjutnya untuk mengukur reliabilitas konstruk digunakan Constructs
reliability (CR). Constructs reliability merupakan reliabilitas variabel-variabel
indikator bagi suatu variabel latent dirumuskan sebagai berkut: (Hair et. al., 1998):
)()(
)(
2
2
ii
i
VarCR
dalam hal ini, dan )(2 masing-masing menunjukkan besarnya pengaruh antara
variabel ix dan variabel dan )(2 adalah taksiran varians kekeliruan variabel ix .
Ukuran reliabilitas pada persamaan di atas secara berururan dinyatakan “baik” jika
masing-masing nilainya adalah 0.5 dan 0.7 (Sharma, 1996).
6) Evaluasi Model Struktural
Tidak terdapat statistik tunggal dalam evaluasi model structural Umumnya
terdapat berbagai jenis indeks kecocokan yang digunakan untuk mengukur derajat
kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan.
Kesesuaian model dilihat dalam tiga kondisi :
Absolute Fit Measures (cocok secara absolut)
Incremental Fit Measures (lebih baik relatif terdapat model-model lain)
185
Parsimonius Fit Measures (lebih sederhana relatif terhadap model-
model alternatif)
Chi-square 2 merupakan satu-satunya ukuran kesesuaian model dengan
statistik inferensial dalam Structural Equation Modelling (SEM). Chi-square bersifat
sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Semakin kecil nilai 2
semakin baik model itu. Model diterima jika probabilitas p > .
Langkah pengujian sebagai berikut :
1. Hipotesis pengujian
H0 : = () Model cocok dengan data
H1 : () Model tidak cocok dengan data
2. Statistik uji
2 =
^
1 Fn
^
F adalah nilai minimum untuk ^
untuk metode penaksiran
Maximum Likelihood (ML).
3. Kriteria uji
Tolak H0 jika 2 hitung > 2 tabel dengan df = tqpqp 12
1
dimana : p, q = jumlah variabel indikator, dan t = jumlah parameter yang
ditaksir.
4. Kesimpulan
186
Jika H0 diterima maka dapat diambil kesimpulan bahwa model diterima,
namun jika H0 ditolak maka dapat diambil kesimpulan bahwa model
ditolak.
Selain dengan menggunakan statistik inferen, pengujian kesesuaian model
juga dapat dilakukan menggunakan statistik deskriptif. Tabel 3.9 berikut ini akan
digambarkan indeks kecocokan yang digunakan dalam menguji apakah sebuah
model dapat diterima atau ditolak.
Tabel. 3.9
Kriteria Kecocokan Model
No. Statistik Kriteria
1 Chi-Square p > 0.05 : Fit
2 Chi-square/df < 2 : Fit
3 RMSEA < 0.08 : Fit
4 Norm Fit Index (NFI) 0.8 - < 0.9 : Marginal Fit
0.9 – 1.0 : Fit
5 Comparative Fit Index (CFI) 0.8 - < 0.9 : Marginal Fit 0.9 – 1.0 : Fit
6 Incremental Fit Index (IFI) 0.8 - < 0.9 : Marginal Fit 0.9 – 1.0 : Fit
7 Standardized Root Mean Square
(SRMS)
0.0 - 0.05 : Fit
0.5 – 1.00 : Marginal Fit
8 Goodness of Fit (GFI) 0.8 - < 0.9 : Marginal Fit 0.9 – 1.0 : Fit
Sumber : Hair et al, (1998).
3.7 Pengujian Hipotesis Penelitian
Setelah dilakukan penaksiran parameter model dan dilakukan uji kecocokan
model, selanjutnya adalah menguji hipotesis penelitian kepemimpinan dan budaya
organisasi terhadap akuntabilitas melalui sistem pengendalian internal pada
Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
187
Rumusan Hipotesis Statistik :
Hipotesisi statistika yang diajukan adalah :
Ho:
≤3.39, Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Sistem Pengendalian Internal,
dan akuntabilitas berada pada kategori kurang baik
H1: i ≥03.39 Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Sistem Pengendalian Internal,
dan akuntabilitas berada pada kategori baik
Ho:
y.x1x2x3= 0, Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap
Akuntabilitas melalui Sistem Pengendalian Internal pada OPD
Kab./Kota di Jawa Barat secara bersama-sama
H2: y.x1x2y≠0 Kepemimpinan, dan Budaya Organisasi berpengaruh terhadap
Akuntabilitas melalui Sistem Pengendalian Internal pada OPD
Kab./Kota di Jawa Barat secara bersama-sama
Ho:
y.x1 = 0, Kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas melalui
Sistem Pengendalian Internal pada OPD Kab./Kota di Jawa Barat.
H3: y.x1 ≠0 Kepemimpinan berpengaruh terhadap Akuntabilitas melalui Sistem
Pengendalian Internal pada OPD Kab./Kota di Jawa Barat.
Ho:
y.x2 = 0, Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas
melalui Sistem Pengendalian Internapada OPD Kab./Kota di Jawa
Barat
H4: y.x2 ≠ 0 Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Akuntabilitas melalui
Sistem Pengendalian Interna pada OPD Kab./Kota di Jawa Barat
Ho:
y.y = 0, Sistem Pengendalian Internal tidak berpengaruh terhadap
Akuntabilitas melalui pada Kab./Kota di Jawa Barat.
H5: y.y ≠ 0 Sistem Pengendalian Internal berpengaruh terhadap Akuntabilitas
pada Kab./Kota di Jawa Barat.