bab 2 landasan teori dan pengembangan hipotesis …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00615-ak...
TRANSCRIPT
12
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2. 1 Kerangka Teori dan Literatur
2. 1.1 Kompetensi Sumber Daya Manusia
Menurut Wibowo (2007:86) dalam Desiana (2012) Kompetensi adalah suatu
kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang
dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang
dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi menunjukan
keterampilan atau pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang
tertentu sebagai sesuatu yang terpenting, sebagai unggulan bidang tersebut.
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti
Pendidikan Tinggi mengemukakan Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003 Tanggal 21
November 2003 ditentukan bahwa “Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik
yang dimiliki seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan
sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai
Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara professional, efeketif dan
efisien”.
Menurut Prayitno (BKN, 2003:11) dalam Desiana (2012), standar kompetensi
mencakup tiga hal yang disingkat dengan KSA yaitu:
13
1) Pengetahuan (Knowledge), yaitu fakta dan angka dibalik aspek teknis.
2) Keterampilan (Skills), yaitu kemampuan untuk menunjukan tugas pada tingkat
kriteria yang dapat diterima secara terus menerus dengan kegiatan yang paling
sedikit.
3) Sikap (Attitude), yaitu yang ditunjukan kepada pelanggan dan orang lain bahwa yang
bersangkutan mampu berada dalam lingkungan kerjanya.
2. 1.2 Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
2. 1.2.1 Pengertian SAP
Menurut PP RI NO. 71 TH. 2010 SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintahan. SAP
dinyatakan dalam bentuk PSAP, yaitu SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal
efektif. SAP dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KSAP),
yaitu komite sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara yang berfungsi menyusun dan mengembangkan SAP.
2. 1.2.2 Sejarah SAP
1) Latar Belakang Terbitnya SAP
Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntasi
Pemerintahan Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntasi
pemerintahan pusat daerah yang tertuang dalam KMK 308/KMK.012/2002. UU
Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara mengamatkan bahwa laporan
14
pertanggung jawaban APBN/APBD harus disusun oleh suatu komite standar yang
independen dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
2) Proses Penyiapan SAP
Komite standar yang dibentuk oleh Menteri keuangan sampai dengan tahun
pertengahan tahun 2004 telah menghasilkan draf Standar Akuntansi Pemerintahan
yang terdiri dari kerangka konseptual dan 11 pernyataan standar, kesemuanya telah
disusun melalui due process.
Dalam PP NO. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah dijelaskan
tahap-tahap penyiapan SAP sebagai berikut:
a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan menjadi Standar Tahap ini merupakan proses pengindentifikasian topik-topik akuntansi dan pelaporan yang berkembang yang memerlukan pengaturan dalam bentuk pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP KSAP dapat membentuk pokja yang bertugas membahas topik-topik yang telah disetujui. Keanggotaan pokja ini berasal dari berbagai instansi yang kompeten di bidangnya.
c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja Untuk pembahasan suatu topik, pokja melakukan riset terbatas terhadap literatur-literatur, standar akuntansi yang berlaku di berbagai negara, praktik-praktik akuntansi yang sehat (best practices), peraturan-peraturan, dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas.
d. Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan lainnya, Pokja menyusun draf SAP. Draf yang telah selesai disusun selanjutnya di bahas oleh pokja secara mendalam.
e. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja Draf yang telah disusun oleh Pokja tersebut dibahas oleh anggota Komite Kerja. Pembahasan II lebih diutamakan pada substansi dan implikasi penerapan standar. Dengan pendekatan ini diharapkan draf tersebut menjadi standar yang berkualitas. Dalam pembahasan ini tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dari draf awal yang diusulkan oleh pokja. Pada tahap ini, Komite Konsultatif untuk pengambilan keputusan peluncuran draf publikasian SAP.
15
f. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan Komite kerja berkonsultasi dengan Komite Konsultatif untuk pengambilan keputusan peluncuran draf publikasian SAP.
g. Peluncuran Draf publikasian SAP (Exposure Draft) KSAP melakukan peluncuran draf SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada stakeholders, antara lain masyarakat, Legislatif, lembaga pemeriksa, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan.
h. Dengan pendapatan terbatas (Limited Hearing) dan dengan pendapatan public (public hearing) Dengan pendapatan dilakukan dua tahap, yaitu dengan pendapat terbatas dan dengan pendapat publik. Dengan pendapat terbatas dilakukan dengan mengundang pihak-pihak dari kalangan akademis, praktisi, pemerhati akuntansi pemerintahan untuk memperoleh tanggapan/masukan dalam rangka penyempurnaan draf publikasian.
i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan Terhadap Draf Publikasian KSAP melakukan pembahasan atas tanggapan/masukan yang diperoleh dari dengar pendapat terbatas, dengar pendapat publik dan masukan lainnya dari berbagai pihak untuk menyempurnakan draf publikasian.
j. Finalisasi Standar Dalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan pertimbangan dari BPK. Disamping itu, tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan substansi, konsistensi, koherensi maupun bahasa. Finalisasi setiap PSAP oleh seluruh anggota KSAP.
3) Penetapan Standar
Proses penetapan PP. SAP berjalan dengan koordinasi antara Sekretariat Negara,
Departemen keuangan, dan Departemen Hukum dan HAM, serta pihak terkait
lainnya hingga penandatanganan peraturan Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntasi Pemerintahan oleh presiden.
4) KSAP melakukan sosialisasi awal standar kepada para pengguna. Bentuk sosialisasi
awal yang dilakukan berupa seminar/diskusi dengan para pengguna, program
pendidikan professional berkelanjutan, training of trainers (TOT), dan lain–lain.
2. 1.2.3 Komponen Pernyataan SAP
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah berisi pernyataan-pernyataan berikut ini:
16
PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan pos-pos asset, kewajiban dan ekuitas dana. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya. PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran Tujuan pernyataan standar ini adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Tujuan pelaporan realiasasi dan anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan perundang-undangan. PSAP 03 : Laporan Arus Kas Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi asset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran selama satu periode akuntansi. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan Tujuan pernyataan standar ini mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada catatan atas laporan keuangan. PSAP 05 : Akuntasi Persediaan Tujuan pernyataan standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan dan informasi lainnya yang dianggap perlu disajikan dalam laporan keuangan. PSAP 06 : Akuntansi Investasi Tujuan pernyataan standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntasi untuk investasi dan pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan keuangan. PSAP 07 : Akuntani Asset Tetap Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk asset tetap. Masalah utama akuntansi untuk asset tetap adalah saat pengakuan asset, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan nilai tercatat (carrying value) asset tetap. Pernyataan standar ini mensyaratkan bahwa
17
asset tetap dapat diakui sebagai asset jika memenuhi definisi dan kriteria pengakauan suatu asset dalam kerangka konseptual akuntansi pemerintahan. PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi dalam pengerjaan Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan dengan metode nilai historis. Masalah utama akuntansi untuk konstruksi dalam pengerjaan adalah jumlah biaya yang diakui sebagai asset yang harus dicatat sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan. Pernyataan standar ini memberikan panduan untuk :
1. Identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai konstruksi dalam pengerjaan
2. Penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca 3. Penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi
PSAP 09 : akuntansi kewajiban Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi kewajiban meliputi saat pengakuan. Penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban tersebut. PSAP 10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntasi, dan Peristiwa Luar Biasa Tujuan pernyataan standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas koreksi kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi dan peristiwa luar biasa. PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasi Tujuan pernyataan standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan konsolidasian pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan dimaksud. Dalam standar ini, yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. 1.3 Pendidikan dan Pelatihan
2. 1.3.1 Definisi Pendidikan
1) Menurut definisi awam
Secara universal, pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu cara mengembangkan
ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan membuat seseorang
menjadi warga negara yang baik, tujuannya mengembangkan atau mengubah
kognisi, afeksi dan konasi seseorang.
18
2) Menurut kamus besar Bahasa Indonesia
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang, kelompok
orang, dll. Usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan.
3) Menurut John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin
terjadi didalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda.
Mungkin pula terjadi dengan sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan
kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari
orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
4) Menurut Undang-Undang
Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pada pasal 1 dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Berdasarkan pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara (instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan lain
sebagainya) untuk mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa yang akan
datang. Secara khusus pendidikan dilakukan oleh pelaksana pendidikan yaitu
pendidik (guru, pamong belajar, tutor, pelatih, instruktur) terhadap peserta didik
(siswa, warga belajar, peserta pelatihan) untuk menyiapkan para peserta didik supaya
19
lebih mampu berperan dalam melaksanakan tugas, pekerjaan, dan kehidupan di masa
depan.
2. 1.3.2 Definisi Pelatihan
1) Menurut Nitisemito (2003 : 86) dalam Syahiruddin (2010)
Pelatihan adalah suatu kegiatan dari organisasi atau lembaga yang bermaksud untuk
dapat memperbaiki dan memperkembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan
pengetahuan para Pegawai Negeri sesuai dengan keinginan dari organisasi yang
bersangkutan.
2) Menurut Ivancevich (2001:383) dalam Nasaruddin (2008)
Pelatihan adalah proses sistematik yang mengubah perilaku karyawan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berhubungan dengan peningkatan kemampuan
dan keahlian dari pekerjaan karyawan pada saat ini.
3) Menurut Undang-Undang
Pelatihan adalah salah satu kegiatan pendidikan (USPN NO. 2/1989). Kini pelatihan
menjadi satuan pendidikan nonformal (USPN NO. 20/2003), dan termasuk pada
ilmu pendidikan praktis. Dilihat dari filsafat ilmu, pelatihan dapat dikaji dari segi
ontologi, aksiologi, dan epistemologi. Pelatihan adalah upaya sadar untuk
menumbuh kembangkan perubahan bagi peserta didik, lembaga penyelenggara,
masyarakat, dan bangsa.
2. 1.3.3 Jenis-jenis Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan PNS yang selanjutnya disebut DIKLAT adalah proses
penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai
20
Negeri Sipil. Instansi pembinaan pendidikan dan pelatihan adalah Lembaga
Administrasi Negara. Jenis-jenis pendidikan dan pelatihan menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:
1) Diklat Prajabatan
Diklat prajabatan adalah diklat untuk membentuk wawasan kebangsaan, kepribadian,
dan etika pegawai negeri sipil serta memberikan pengetahuan dasar tentang sistem
penyelenggaran pemerintahan Negara dan tentang bidang tugas serta budaya
organisasinya agar mampu melaksanakan tugas jabatan pegawai negeri sipil. Diklat
prajabatan merupakan syarat pengangkatan CPNS mmenjadi PNS yang terdiri dari:
a. Diklat prajabatan Golongan I untuk menjadi PNS Golongan I
b. Diklat prajabatan Golongan II untuk menjadi PNS Golongan II
c. Diklat prajabatan Golongan III untuk menjadi PNS Golongan III
2) Diklat dalam jabatan
Diklat dalam jabatan adalah diklat yang dilaksanakan untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap PNS agar dapat melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan dengan sebaik-baiknya. Diklat dalam jabatan teridiri
atas:
a. Diklat kepemimpinan
Diklat kepemimpinan, yang selanjutnya disebut DIKLATPIM dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah
yang seusai dengan jenjang jabatan struktural. PNS yang telah memenuhi
persyaratan kompetensi jabatan struktural tertentu dapat diberi sertifikat sesuai
dengan pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina dan Instansi pengendali.
21
Penyelenggaraan Diklatpim untuk setiap tingkat jabatan struktural disesuaikan
dengan formasi jabatan struktural pada instansi masing-masing sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Diklatpim teridiri dari:
1. Diklatpim tingkat IV adalah diklatpim untuk jabatan struktural eselon IV.
2. Diklatpin tingkat III adalah diklatpim untuk jabatan struktural eselon III.
3. Diklatpin tingkat II adalah diklatpim untuk jabatan struktural eselon II.
4. Diklatpin tingkat I adalah diklatpim untuk jabatan struktural eselon I.
b. Diklat Fungsional
Diklat fungsional adalah diklat yang memberikan bekal pengetahuan dan/atau
keterampilan bagi pegawai negeri sipil sesuai keahlian dan keterampilan yang
diperlukan dalam jabatan fungsional. Diklat fungsional dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing yang ditetapkan oleh instansi pembina jabatan
Fungsional yang bersangkutan. Instansi pemerintah secara fungsional mengelola
secara langsung program diklat.
c. Diklat Teknis
Diklat teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai
dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional. Masing-masing jenis dan jenjang
diklat fungsional ditetapkan oleh instansi Pembina jabatan fungsional
bersangkutan.
22
2. 1.3.4 Metode Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan
Estiningsih (2008) dalam menyatakan ada dua strategi pendidikan/pelatihan yang
dapat dilakukan organisasi, yaitu metode di luar pekerjaan (off the job side) dan metode
di dalam pekerjaan (on the job side).
1) Metode diluar pekerjaan (off the job side)
Pada metode ini pegawai yang mengikuti pendidikan atau pelatihan keluar sementara
dari pekerjaannya, mengikuti pendidikan dan pelatihan secara intensif, metode ini terdiri
dari 2 teknik, yaitu:
a. Teknik presentasi informasi, yaitu menyampaikan informasi yang tujuannya
mengintroduksikan pengetahuan, sikap dan keterampilan baru kepada peserta.
Teknik ini dapat dilakukan melalui ceramah biasa, teknik diskusi, teknik
pemodelan perilaku (behavioral modeling), metode kelompok T, yaitu mengirim
pekerja ke organisasi yang lebih maju untuk dipelajari teori dan
mempraktikkannya.
b. Teknik simulasi, simulasi adalah meniru perilaku tertentu sedemikian rupa
sehingga peserta pendidikan dan latihan merealisasikan seperti keadaan
sebenarnya. Teknik ini seperti : simulator alat 0 alat kesehatan, studi kasus (case
study), permainan peran (role playing), dan teknik dalam keranjang (in basket),
yaitu dengan cara memberikan bermacam-macam masalah dan peserta diminta
untuk memecahkan masalah tersebut sesuai dengan teori dan pengalamannya.
2) Metode didalam pekerjaan (on the job side)
Pelatihan ini berbentuk penguasaan pekerja baru, yang dibimbing oleh pegawai yang
berpengalaman atau senior (Wilson, 1983; Sloane dan Witney, 1998). Pekerja senior
23
yang bertugas membimbing pekerja baru diharapkan memperlihatkan contoh-contoh
pekerjaan yang baik, dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan yang jelas.
Selain kedua metode di atas, Estiningsih (2008) menyatakan bahwa terdapat
beberapa metode lain yang dapat dilakukan dalam organisasi, sesuai dengan situasi dan
kondisi serta kebutuhan, organisasi langsung di tempat kerja, yaitu belajar sendiri (self-
learning), tutorial, studi kasus, gugus kendali mutu.
a. Belajar sendiri (Self - Learning)
Belajar secara mandiri merupakan suatu pembelajaran melalui modul, yaitu
materi yang berisi langkah–langkah proses belajar yang sistematis, Modul
disusun sedemikian rupa, sehingga peserta atau pembaca modul dapat dengan
mudah dituntut untuk mempelajarinya langkah demi langkah. Peserta harus
mengikuti langkah–langkah atau tahapan yang ada dalam modul tersebut. Dalam
menggunakan modul, diperlukan adanya narasumber atau instruktur yang dapat
memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta, setelah mengikuti
pembelajaran melalui modul, biasanya diikuti dengan lembar evaluasi, untuk
menilai seberapa jauh para peserta dapat memahami isi modul tersebut.
Kelebihan dari cara pembelajaran ini adalah menjamin kemampuan belajar tiap
peserta, dapat menjangkau banyak peserta serta dengan cepat dapat menilai
kecakapannya. Sedangkan kelemahannya, memerlukan banyak waktu dalam
menyusul modul biaya pembuatan modul tinggi. Dalam hal ini diperlukan
motivasi yang kuat dari peserta untuk belajar.
24
b. Tutorial – Tutorial
Tutorial adalah suatu metode dalam proses pembelajaran dengan cara
memberikan tugas pada suatu kelompok dengan topik tertentu yang kemudian di
diskusikan dalam kelompok tersebut. Tujuan dari cara ini adalah memantapkan
pemahaman peserta terhadap materi. Untuk tercapainya tujuan tersebut
diperlukan referensi atau buku–buku dan waktu yang cukup untuk pembahasan,
tutor/narasumber, dalam sistem ini peserta berinteraksi melalui diskusi ilmiah
berdasarkan referensi yang tersedia dan hasilnya disusun dalam suatu makalah
untuk kemudian dipresentasikan. Kelebihan metode ini adalah analisis suatu
topik dibahas secara mendalam, sehingga menjamin dasar ilmiahnya dan
terjadinya interaksi dalam kelompok.
c. Studi Kasus
Studi kasus adalah suatu metode pembelajaran dengan mengajak peserta
menganalisis masalah dan memilih alternatif–alternatif pemecahan masalah.
Metode ini bertujuan untuk membantu peserta mengembangkan daya
intelektualnya dan keterampilan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan,
dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, kasus yang dibahas harus
memberikan pengalaman yang realistik, aktual, praktis, dan mempunyai
keterkaitan dengan ruang lingkup pekerjaannya. Pemilihan kasus perlu
mempertimbangkan latar belakang pendidikan peserta, penggunaan metode ini
didahului dengan penjelasan mengenai prinsip–prinsip pendekatan dan
pemecahan masalah, sehingga peserta dapat mengembangkan kemampuannya
untuk menganalisis suatu permasalahan.
25
d. Gugus Kendali Mutu
Gugus Kendali Mutu merupakan proses perbaikan kinerja staf secara terus–
menerus, melalui suatu wadah yang melibatkan staf pada tingkat pelaksana
dalam kelompok kecil (3 – 8 orang) dan berada dalam satu lingkup kerja yang
sama. Tujuan dari gugus kendali mutu ini adalah untuk menciptakan suatu
kondisi yang memungkinkan semua staf berperan serta dalam memecahkan
masalah di tempat kerjanya, guna meningkatkan mutu dan produktifitas kerja.
2. 1.4 Latar Belakang Pendidikan
Menurut Badan pemeriksa keuangan (BPK) (2006) dalam Enho (2008). “Jumlah
SDM Aparatur yang berlatar belakang akuntansi pada satuan kerja pengelola keuangan
baik di pusat maupun di daerah, jumlahnya sangat terbatas”. Kondisi tersebut berdampak
pada ketidakakuratan proses pencatatan, keterbatasan dalam penyajian laporan, dan
penerapan sistem akuntansi yang benar (BPK) (2006) dalam Enho (2008).
Menurut Nasution (2007) dalam Enho (2008), “Kualitas sumber daya manusia
dalam menyusun laporan keuangan masih terbatas karena sebagian besar sumber daya
manusia saat ini masih memiliki latar belakang pendidikan di luar akuntansi”.
2. 1.5 Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
2. 1.5.1 Pengertian Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) merupakan bagian dari Sistem Akuntansi
Pemerintah Pusat (SAPP). Sistem ini dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga
yang memproses transaksi keuangan baik arus uang maupun barang. Pengertian Sistem
26
Akuntansi Instansi menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 pasal
1 ayat (26), sebagai berikut :
“ Sistem Akuntansi Instansi, yang selanjutnya disebut SAI, adalah serangkaian
prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengiktisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi
keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga”.
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari dua sub sistem yaitu Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).
Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan untuk menghasilkan laporan Sistem
Akuntansi Instansi (SAI) yaitu laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas
laporan keuangan, sedangkan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN)
digunakan untuk penyusunan neraca, laporan Barang Milik Negara (BMN), dan laporan
manajerial lainnya.
2. 1.5.2 Dasar Penerapan Sistem Akuntansi Instansi
Penyelenggaraan sistem akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan
Kementerian/Lembaga diatur berdasarkan ketentuan :
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dalam Pasal 9 menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang mempunyai tugas antara lain menyusun dan
menyampaikan Laporan Keuangan dan Barang (Lembaran Negara Republik
27
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286).
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negaran Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 05, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355)
3) Undang-Undanga Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438)
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN Tahun
Anggaran 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4442)
5) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 Lampiran III tentang Sistem
Akuntansi Instansi.
2. 1.6 Laporan Keuangan
1) Menurut Munawir (2010), Laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan
laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan
jumlah asset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan
laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan
yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.
28
2) Menurut Wikipedia, Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
3) Menurut Sugiono dan Untung (2008), Laporan keuangan pada perusahaan
merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan
kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan
dan hasil operasi perusahaan sangat berguna bagi berbagai pihak, baik pihak yang
ada didalam (internal) perusahaan maupun pihak yang ada diluar (eksternal)
perusahaan. Oleh karena itu laporan keuangan dapat dipakai sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan
perusahaan, dan karena inilah maka sering disebut juga language of business.
2. 1.6.1 Tujuan Pelaporan Keuangan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, dinyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok pengguna laporan
keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:
- Masyarakat
- Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
- Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
- Pemerintah
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik. dengan:
29
1) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran.
2) Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya
ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-
undangan.
3) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan
selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer dana cadangan, pembiayaan, aktiva,
kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
2. 1.6.2 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan pokok, terdiri atas:
1) Laporan Realisasi Anggaran
2) Neraca
3) Laporan Arus Kas
30
4) Catatan atas Laporan Keuangan
Selain laporan keuangan tersebut, entitas pelaporan diperkenankan menyajikan
laporan kinejra dan laporan perubahan ekuitas.
2. 1.6.3 Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintahan adalah
anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar
akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
1) Asumsi kemandirian entitas
2) Asumsi kesinambungan entitas
3) Asumsi keterukuran dalam satuan uang
2. 1.6.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
1) Relevan
Laporan keuangan dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu atau masa kini, memprediksi hasil masa depan (predictive value), dan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu (feedback value). Selain
itu, suatu informasi dapat dikatakan relevan jika disajikan tepat waktu dan lengkap.
Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya.
31
2) Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.
Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi
yang andal memenuhi karakteristik penyajian jujur, dapat diverifikasi (verifiablility),
netralitas.
3) Dapat Dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat
dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan
pada periode terjadinya perubahan.
4) Dapat Dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna. Sehubungan dengan hal ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan
yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya
kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
32
2. 2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang masalah tinjauan teoritis, dan tinjuan penelitian
pendahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2. 3 Hipotesis
2. 3.1 Pengaruh Pemahaman SAP terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Menurut Jamason Sinaga, SAP merupakan acuan wajib dalam penyajian laporan
keuangan entitas pemerintah yang ditujukan kepada pihak-pihak di luar organisasi yang
mempunyai otoritas tertinggi dalam kerangka akuntansi berterima umum. Pemerintah
pusat dan juga pemerintah daerah wajib menyajikan laporan keuangan sesuai dengan
SAP. Menurut penelitian terdahulu Dinar (2012), pemahaman SAP memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas,
Kompetensi Sumber Daya Manusia
Implementasi SAI (X4)
Pemahaman SAP (X1)
Pendidikan dan Pelatihan (X2)
Latar Belakang Pendidikan (X3)
Kualitas Laporan Keuangan Daerah
33
penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh antara pemahaman SAP terhadap
laporan keuangan.
Ho1: Pemahaman SAP tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
Ha1: Pemahaman SAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan.
2. 3.2 Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Menurut Citra (2011), pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk
pengembangan SDM, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan
kepribadian. Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga
yang digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan
peningkatan kemampuan atau keterampilan pekerja yang sudah menduduki suatu jabatan
atau tugas tertentu. Peningkatan SDM melalui pelatihan (training) sangat penting untuk
meningkatkan serta mempertahankan profesionalisme para pegawai. Menurut penelitian
terdahulu Nasaruddin (2008), faktor pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas informasi akuntansi. Berdasarkan
uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh pendidikan dan
pelatihan terhadap kualitas laporan keuangan.
Ho2: Pendidikan dan pelatihan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
Ha2: Pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
34
2. 3.3 Pengaruh Latar Belakang Pendidikan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Menurut Fontanella (2010), latar belakang pendidikan sebagai bagian dari
kapasitas SDM merupakan salah satu elemen kunci dalam penyediaan dan pemanfaatan
laporan keuangan pemerintah. Di Indonesia, kesiapan SDM pemerintah menuju tata
kelola keuangan Negara yang akuntabel dan transparan masih menjadi dilema. Negara
kita masih kekurangan SDM yang mengelola keuangan negara khususnya yang berlatar
belakang ilmu akuntansi. Menurut penelitian terdahulu Enho (2008), latar belakang
pendidikan mempunyai hubungan positif tetapi tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini
dimaksudkan untuk menguji pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
Ho3: Latar Belakang Pendidikan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan.
Ha3: Latar Belakang Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
2. 3.4 Pengaruh Implementasi SAI terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Menurut Supeno (2011), Sistem Akuntansi Instansi (SAI) merupakan langkah
pemerintah dalam membangun sistem aplikasi pengelolaan dana yang ada di instansi
pemerintah, guna mendukung tercapainya pengelolaan dana yang efektif, efisien.
Pengembangan dan pengaplikasian akuntansi instansi sangat penting sebagai alat untuk
melakukan transparansi dalam mewujudkan akuntabilitas publik. Menurut penelitian
terdahulu Amin (2011), SAI berpengaruh terhadap kualitas pertanggungjawaban laporan
35
keuangan. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji
pengaruh implementasi SAI terhadap kualitas laporan keuangan.
Ho4: Implementasi SAI tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
Ha4: Implementasi SAI berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan.
2. 4 Pustaka Acuan
Tabel 2.1 Pustaka Acuan
No Nama
Peneliti
(Tahun
Penelitian)
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Enho (2008) Pengaruh
pemahaman SAP,
Pendidikan dan
Pelatihan, serta
Latar Belakang
Pendidikan dalam
penyusunan Laporan
keuangan Daerah
pada Pemerintah
Kota Medan
Independen
Variabel:
pemahaman SAP,
Pendidikan dan
Pelatihan, serta
Latar belakang
pendidikan.
Dependen Variabel:
Penyusunan Laporan
Keuangan
Pemahaman SAP,
Pendidikan dan
Pelatihan tidak
mempunyai
pengaruh yang
signifikan serta
memiliki hubungan
yang negatif,
sedangkan latar
belakang pendidikan
mempunyai
hubungan positif
36
namun tidak
mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
penyusunan
Laporan Keuangan.
2. Dinar (2012) Pengaruh
pemahaman SAP,
pendidikan dan
pelatihan serta latar
belakang pendidikan
terhadap
penyusunan laporan
keuangan SKPD
pada kabupaten
Samosir
Independen :
Pemahaman SAP,
pendidikan dan
pelatihan, latar
belakang pendidikan
Dependen :
Penyusunan Laporan
keuangan SKPD
Pemahaman SAP
memiliki pengaruh
positif dan
signifikan.
Pendidikan dan
pelatihan memiliki
pengaruh positif dan
signifikan. Latar
belakang pendidikan
tidak memiliki
pengaruh signifikan.
3. Aidil (2011) Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kemampuan
penyusunan laporan
keuangan
pemerintah daerah
(studi empiris pada
pemerintah kota
Tebing Tinggi)
Variabel
independen:
Peraturan, latar
pendidikan,
pelatihan, dan
komitmen serta
perangkat
pendukung
Variabel dependen:
Kemampuan SKPD
dalam penyusunan
laporan keuangan
Secara parsial dan
simultan variabel
peraturan, latar
belakang
pendidikan,
pelatihan, dan
komitmen serta
perangkat
pendukung
berpengaruh
terhadap
kemampuan SKPD
dalam penyusunan
37
pemerintah daerah laporan keuangan
pemerintah daerah.
4. Nasaruddin
(2008)
Pengaruh
pendidikan,
pelatihan dan
pengalaman kerja
terhadap kualitas
penyajian informasi
akuntansi pada PT.
BNI Tbk.
Variabel x :
Pendidikan,
pelatihan dan
pengalaman kerja
Variabel y :
Kualitas penyajian
informasi akuntansi
Pendidikan,
pelatihan,
pengalaman kerja
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kualitas
penyajian informasi
akuntansi.
5. Amin (2011) Pengaruh
kompetensi dan SAI
terhadap kualitas
pertanggungjawaban
laporan keuangan
pada unit pelaksana
teknis (UPT)
Kementerian
Pendidikan Nasional
Provinsi Sumut
Variabel
Independen:
Kompetensi, SAI
Variabel Dependen:
Kualitas
Pertanggungjawaban
Laporan Keuangan
Kompetensi dan
SAI secara simultan
berpengaruh
terhadap kualitas
pertanggungjawaban
laporan keuangan.