bab ii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00360-ak...

45
10 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis Strategi bisnis merupakan point yang sangat penting jika kita ingin melakukan penilaian bisnis terhadap laporan keuangan perusahaan. Analisis strategi memungkinkan kita untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam realita bisnisnya, dan mengidentifikasi penggerak profit serta resiko-resiko yang ada, sehingga kita dapat memperkirakan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Analisis strategi bisnis yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap kinerja PT. Kalbe Farma, Tbk adalah: II.1.1. Analisis SWOT Berdasarkan pada penjelasan David, Fred. R. yang diterjemahkan oleh Sunardi, D. (2009), matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) adalah sebuah alat pencocokan penting yang dapat membantu para manajer dalam menilai faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Dalam melakukan analisis ini, kita perlu untuk mengidentifikasi terlebih dahulu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, serta melihat berbagai peluang dan ancaman yang ada di luar perusahaan sebagai pedoman bagi manajer untuk mengembangkan strategi-strategi selanjutnya.

Upload: hoangkhuong

Post on 13-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

10

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Analisis Strategi Bisnis

Strategi bisnis merupakan point yang sangat penting jika kita ingin

melakukan penilaian bisnis terhadap laporan keuangan perusahaan. Analisis

strategi memungkinkan kita untuk melakukan penilaian terhadap faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi perusahaan dalam realita bisnisnya, dan

mengidentifikasi penggerak profit serta resiko-resiko yang ada, sehingga kita

dapat memperkirakan kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Analisis

strategi bisnis yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap kinerja PT.

Kalbe Farma, Tbk adalah:

II.1.1. Analisis SWOT

Berdasarkan pada penjelasan David, Fred. R. yang diterjemahkan oleh

Sunardi, D. (2009), matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, and

Threats) adalah sebuah alat pencocokan penting yang dapat membantu para

manajer dalam menilai faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat

mempengaruhi kinerja suatu perusahaan. Dalam melakukan analisis ini, kita

perlu untuk mengidentifikasi terlebih dahulu kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki oleh perusahaan, serta melihat berbagai peluang dan ancaman yang ada

di luar perusahaan sebagai pedoman bagi manajer untuk mengembangkan

strategi-strategi selanjutnya.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

11

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor di atas, maka langkah berikutnya

adalah merumuskan strategi-strategi yang tepat bagi perusahaan dengan

menggunakan diagram SWOT sebagai berikut:

Gambar II.1. Diagram SWOT

Keterangan Gambar:

SO strategies: strategi-strategi yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan

internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang

eksternal.

WO strategies: strategi-strategi yang digunakan untuk memperbaiki kelemahan

internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang

eksternal.

ST strategies: strategi-strategi yang menggunakan kekuatan sebuah perusahaan

untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman

eksternal perusahaan.

WT strategies: strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan

internal dan menghindari ancaman eksternal.

Internal Factors

External Factors

STRENGTHS

(S)

WEAKNESS

(W)

OPPORTUNITIES (O)

SO Strategies

WO Strategies

THREATS (T)

ST Strategies

WT Strategies

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

12

II.1.2. Analisis Porter

Berdasarkan pada penjelasan Tandelilin (2010), menurut Michael Porter

(1985) ada 5 faktor persaingan yang menentukan profitabilitas suatu industri

yakni:

• Persaingan antar perusahaan yang ada dalam industri

Persaingan dalam suatu industri akan semakin meningkat jika terdapat

banyak perusahaan yang ukurannya relatif sama bersaing dalam industri

tersebut. Beberapa faktor yang menentukan intensitas persaingan antar

perusahaan yang ada dalam industri adalah tingkat pertumbuhan industri,

konsentrasi dan keseimbangan antar pesaing yang ada, adanya

diferensiasi dari produk-produk dan switching cost dari customer, skala

ekonomi dan kapasitas yang berlebihan pada industri daripada jumlah

permintaan terhadap produk.

• Ancaman masuknya pemain baru

Besarnya ancaman terhadap masuknya pemain-pemain baru dalam suatu

industri dipengaruhi oleh adanya hambatan masuk (barriers to entry)

dalam industri seperti: tingginya biaya investasi, peraturan pemerintah,

akses pada saluran distribusi, hubungan antara perusahaan dengan

customer, dan harga barang yang relatif kecil bila dibandingkan dengan

biaya produksi.

• Ancaman adanya produk substitusi

Produk substitusi akan membatasi profit potensial perusahaan, karena

produk substitusi akan memunculkan alternatif lain bagi produk

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

13

perusahaan. Dalam kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan untuk

menentukan harga produk akan semakin berkurang karena dibatasi oleh

adanya produk substitusi dari perusahaan kompetitor.

• Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar (bargaining power) pembeli

Bargaining power pembeli akan terjadi apabila jumlah industri yang ada

lebih banyak daripada jumlah konsumen dan jika konsumen dapat

menawar harga/meminta kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan

adanya pilihan dari produk yang diberikan oleh pesaing lain.

• Adanya peningkatan kekuatan posisi tawar (bargaining power) pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi return industri di masa yang akan datang,

karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan

kualitas dari produk. Jika jumlah pemasok lebih sedikit bila dibandingkan

dengan jumlah industri, maka pemasok memiliki bargaining power yang

besar, begitu juga sebaliknya.

Gambar II.2. Model Lima Kekuatan Porter

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

14

II.1.3. Analisis PESTLE (Politic, Economy, Social, Technology, Legal, and

Environment)

Berdasarkan pada penjelasan David, Fred. R. yang diterjemahkan oleh

Sunardi, D. (2009), analisis PESTLE dapat membantu para manajer dan

pemimpin organisasi untuk menyusun gambaran yang komprehensif mengenai

lingkungan mereka dari berbagai aspek eksternal seperti: aspek politik, ekonomi,

sosial, teknologi, hukum, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan.

Aspek politik berkaitan dengan faktor-faktor politik, pemerintahan, dan

hukum yang mempresentasikan adanya peluang dan ancaman bagi organisasi

kecil atau besar. Aspek ekonomi berhubungan dengan keadaan perekonomian

saat ini yang berdampak secara langsung terhadap kinerja bisnis dari suatu

perusahaan. Dari aspek teknologi, kita melihat dari teknologi apa saja yang

digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan produksi, dimana produk yang

dihasilkan juga harus disesuaikan dengan tren-tren yang ada saat ini. Sedangkan

dari aspek sosial dan lingkungan, kita melihat dari kegiatan apa saja yang telah

dilakukan oleh perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan selama proses

produksi.

II.1.4. Shareholder Analysis

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dan menemukan informasi-

informasi penting tentang individu dan kelompok yang memiliki saham di

perusahaan seperti: besarnya persentase kepemilikan saham dari masing-masing

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

15

shareholders dalam perusahaan, jumlah saham perusahaan yang beredar,

peringkat pemegang saham (shareholders) berdasarkan saham yang dimiliki,

lokasi, dan status hukum yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Selain itu, ROE (Return on Equity) dan dividen juga menjadi salah satu

fokus dalam analisis ini, dimana setiap pemegang saham/shareholders pasti ingin

mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian atas ekuitas dan dividen yang

akan diterima dengan total dana yang diinvestasikan dalam perusahaan. Semakin

besar jumlah ROE dan dividen yang diterima, maka pemegang

saham/shareholders akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan.

II.1.5. Mendelow Matrix Analysis

Mengacu pada penjelasan Chinyio dan Olomolaiye (2010), Mendelow

Matrix Analysis dikenal juga dengan nama Stakeholder Analysis. Stakeholders

adalah individu/kelompok yang memiliki kepentingan dalam suatu perusahaan,

yang dapat berdampak secara positif maupun negatif bagi perusahaan itu sendiri.

Terdapat 4 jenis pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) yang

memiliki peran, tingkat kekuatan, dan kepentingan yang berbeda dalam proses

perencanaan, pengembangan, dan pengoperasian produk perusahaan mulai dari

tahap awal sampai pada tahap operasi akhir, yang saling mempengaruhi satu

sama lainnya. Keempat jenis stakeholders tersebut adalah:

• Key player stakeholders (high level of power and interest)

Mereka adalah pemangku kepentingan (stakeholders) yang memiliki

peran penting sebagai pemain kunci dan memiliki pengaruh yang

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

16

signifikan terhadap implementasi dan penyelesaian proyek suatu

perusahaan. Pemangku kepentingan ini terdiri dari pekerja, perwakilan

klien, konsultan, kontraktor, dan pemasok nasional yang berhubungan

secara langsung dengan perusahaan.

• Keep satisfied stakeholders (high level of power but low level of interest)

Kategori stakeholders ini termasuk dalam kategori dimana pihak

pemangku kepentingan memiliki kekuatan yang besar, namun memiliki

kepentingan yang rendah terhadap perusahaan. Contohnya: lembaga

pemerintah yang memiliki otorisasi penuh dalam mengeluarkan dan

merevisi peraturan baru yang berhubungan dengan bidang usaha

perusahaan.

• Keep informed stakeholders (high level of interest but low level of power)

Yang termasuk dalam kategori pemangku kepentingan ini adalah

penduduk lokal, kelompok lingkungan, dan media masa lokal yang

memiliki kepentingan yang tinggi dan kekuatan terbatas dalam

mengambil keputusan atas proyek perusahaan, namun mereka masih

dapat mempengaruhi proyek perusahaan secara langsung dengan

melemahkan citra perusahaan.

• Minimal effort stakeholders (low level of interest and power)

Tipe dari pemangku kepentingan ini memiliki tingkat resiko yang lebih

kecil bila dibandingkan dengan pihak lainnya, karena mereka memiliki

tingkat kekuatan dan kepentingan yang rendah terhadap perusahaan.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

17

Gambar II.3. Mendelow Matrix Analysis

II.1.6. Critical Success Factor (CSF) Analysis

Analisis ini merupakan suatu analisis kritis yang dilakukan untuk

mengetahui hal-hal apa saja yang telah dilakukan oleh perusahaan/organisasi

untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Terdapat banyak faktor yang

menjadi penentu kesuksesan dari suatu perusahaan, dan hal ini tergantung pada

jenis perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan pada penjelasan Howell (2010), Critical Success Factor

Analysis dimulai dari tahap penentuan visi dan misi perusahaan, yang pada

akhirnya diimplementasikan ke dalam bentuk strategi-strategi bisnis dan

didukung juga dengan kontrol dari pihak manajemen untuk mengevaluasi apakah

strategi yang dijalankan telah sesuai atau tidak dengan strategi yang telah

direncanakan untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Setelah itu, kita dapat

membuat suatu keputusan/target mengenai hal-hal lain yang harus dilakukan oleh

perusahaan untuk meningkatkan sinergi/kinerja bisnis di masa depan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

18

II.1.7. Good Corporate Governance (GCG) Analysis

Mengacu pada penjelasan Arief (2009), GCG dapat diartikan sebagai

seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk

menciptakan nilai tambah (value added) bagi para pemangku kepentingan,

dimana dengan adanya GCG ini diharapkan dapat terbentuknya pola manajemen

yang bersih, transparan, dan profesional dalam perusahaan.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), terdapat 5

prinsip penerapan GCG (Good Corporate Governance) yaitu:

1. Transparansi (Transparency)

Perusahaan harus dapat menyediakan informasi yang material dan relevan

dengan cara yang mudah diakses dan dipahami, serta mengungkapkan hal-hal

penting yang akan berpengaruh di dalam proses pengambilan keputusan oleh

pemegang saham, kreditor, dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggung-jawabkan kinerjanya secara

transparan, wajar, benar, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya.

3. Tanggung jawab (Responsibility)

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan melaksanakan tanggung jawab kepada masyarakat

dan lingkungan agar tercipta usaha yang berkesinambungan dan mendapatkan

pengakuan dari masyarakat sebagai Good Corporate Citizen.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

19

4. Independensi (Independency)

Perusahaan harus dikelola secara independen, sehingga masing-masing organ

dalam perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh

pihak lainnya.

5. Kewajaran dan kesetaraan (Fairness)

Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan

dalam kegiatan usaha.

II.2. Pengertian Laporan Keuangan

Setiap perusahaan baik yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun

jasa pasti memiliki transaksi atau aktivitas bisnis dalam menjalankan kegiatan

usahanya untuk mendukung proses produksi dan penjualan, yang nantinya

transaksi-transaksi tersebut akan dirangkum dan dituangkan dalam bentuk

catatan yang dinamakan dengan laporan keuangan.

Fahmi (2011:22) menyatakan bahwa “Laporan keuangan merupakan

suatu informasi yang menggambarkan kondisi suatu perusahaan, dimana

selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan tentang

kinerja suatu perusahaan”.

Berdasarkan pada penjelasan Weygandt & Kieso yang diterjemahkan

oleh Salim (2007), laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian

antara informasi-informasi keuangan yang ada dalam perusahaan kepada pihak-

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

20

pihak di luar perusahaan, yang bertujuan untuk membantu para pemakainya

dalam membuat keputusan alokasi modal perusahaan.

Berdasarkan definisi Harahap (2010), laporan keuangan adalah laporan

yang menggambarkan kondisi perusahaan dalam jangka waktu tertentu, dimana

kita dapat melakukan analisis dan memberikan penilaian yang berguna sebagai

bahan informasi dalam proses pengambilan keputusan.

Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

laporan keuangan adalah laporan yang dikeluarkan oleh perusahaan, yang

memberikan gambaran secara komprehensif mengenai kinerja non-keuangan dan

keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau publik, yang

dapat membantu para penggunanya dalam memberikan penilaian dan sebagai

bahan informasi/pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.

II.2.1. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Menurut IAI (2009:3), tujuan dari laporan keuangan adalah

“Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

Semakin baik kualitas dari laporan keuangan yang disampaikan oleh

perusahaan kepada masyarakat, maka akan semakin meyakinkan kinerja

perusahaan tersebut bagi para investor, kreditor, dan pihak-pihak yang

berkepentingan lainnya. Tentunya laporan keuangan yang dijadikan sebagai

dasar penilaian adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh seorang auditor,

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

21

dengan alasan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit biasanya lebih valid

daripada laporan keuangan yang belum diaudit.

II.2.2. Karakteristik Laporan Keuangan

Beberapa karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Gibson

(2009) antara lain:

1. Dapat dipahami (understandability)

Informasi yang ada pada laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat

apabila informasi tersebut dapat dipahami oleh pengguna, dengan asumsi

bahwa pengguna laporan keuangan telah memahami istilah-istilah yang

terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dan memiliki kemauan untuk

mempelajari informasi yang ada dengan tekun.

2. Relevan (relevant)

Informasi keuangan yang ada pada laporan perusahaan harus dapat

membantu pengguna untuk melihat atau memprediksi kondisi perusahaan di

masa yang akan datang, mereview kejadian-kejadian atau transaksi

perusahaan di masa lalu, dan harus disajikan secara tepat waktu agar dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.

3. Handal (reliability)

Agar dapat lebih dipercaya, informasi yang ada pada laporan keuangan harus

dapat diverifikasi dan penyajiannya dilakukan secara jujur dan bebas dari

bias/netral.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

22

4. Dapat diperbandingkan (comparability)

Laporan keuangan harus dapat diperbandingkan antara satu periode dengan

periode lainnya untuk mengetahui perkembangan/kinerja perusahaan dari

tahun ke tahun. Selain itu, laporan keuangan suatu perusahaan juga harus

dapat diperbandingkan antara perusahaan sejenis lainnya, yang bertujuan

untuk mengetahui di mana posisi perusahaan berada bila dibandingkan

dengan perusahaan sejenis lainnya yang bergerak dalam industri yang sama.

II.2.3. Pengguna Laporan Keuangan

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan atau

perkembangan suatu perusahaan menurut penjelasan Munawir (2004) antara lain:

1. Pemilik perusahaan

Pemilik perusahaan memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan,

dengan tujuan agar mereka dapat mengetahui dan menilai sukses atau tidak

seorang manajer dalam mengelola perusahaan, yang dapat diukur dari laba

yang diperoleh. Selain itu, laporan keuangan juga dapat dijadikan sebagai

dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang dan

untuk mengetahui perkembangan harga saham yang dimilikinya.

2. Manajer perusahaan yang bersangkutan

Bagi manajer, laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai

kinerja perusahaan di masa lalu, apakah kinerja sebelumnya telah sesuai

dengan target yang telah ditetapkan atau tidak. Jika belum memenuhi target,

maka manajer dapat mencari solusi dan menyusun rencana yang lebih baik

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

23

lagi di masa depan untuk memenuhi target perusahaan, sehingga pada

akhirnya manajer dapat mempertanggung-jawabkan segala pekerjaan yang

telah diserahkan oleh pemilik perusahaan kepada mereka.

3. Investor

Investor membutuhkan informasi yang ada pada laporan keuangan untuk

membantu mereka dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi dalam

suatu perusahaan. Investor berpegang terhadap prospek keuntungan (rate of

return) yang baik di masa mendatang dan perkembangan perusahaan

selanjutnya untuk mengetahui jaminan investasi mereka dan kondisi

keuangan jangka pendek perusahaan.

4. Kreditor dan Bankers

Sebelum mengambil keputusan untuk memberikan atau menolak permintaan

kredit dari suatu perusahaan, para kreditor dan bankers perlu untuk

mengetahui posisi keuangan perusahaan yang bertujuan untuk memastikan

bahwa perusahaan tersebut mampu untuk membayar kredit yang telah

diberikan guna menghindari kredit macet di masa depan.

5. Pemasok

Pemasok (supplier) merupakan mereka yang menerima order untuk

memasok setiap kebutuhan perusahaan mulai dari hal-hal yang dianggap

kecil sampai yang besar, yang mana semua itu dihitung dengan skala

finansial. Perusahaan dapat melakukan transaksi pembelian dengan dua cara

yaitu: secara tunai dan kredit.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

24

Jika transaksi pembelian dilakukan secara kredit, maka pemasok perlu untuk

melakukan analisis lebih mendalam mengenai posisi keuangan perusahaan

untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit atau

tidak, seberapa lama jangka waktu kredit tersebut akan diberikan, dan sejauh

mana potensi resiko yang dimiliki perusahaan untuk menjamin terjadinya

kelancaran pembayaran yang akan dilakukan di kemudian hari.

6. Pemerintah

Pemerintah perlu untuk melakukan analisis terhadap laporan keuangan

perusahaan untuk menghitung besarnya pajak yang harus ditanggung oleh

perusahaan, menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan-aturan yang

ditetapkan oleh pemerintah, dan sebagai bahan penyusunan data dan statistik.

7. Karyawan dan Buruh

Karyawan dan buruh perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan

atau tempat di mana mereka bekerja untuk memastikan atau memperoleh

keyakinan bahwa perusahaan akan membayar mereka dengan tingkat upah/

gaji yang layak, pemberian bonus, dan terselenggaranya jaminan sosial yang

lebih baik.

II.2.4. Jenis Laporan Keuangan

Mengacu pada penjelasan Gibson (2009), laporan keuangan terdiri atas:

Laporan Neraca (Statement of Financial Position), Laporan Laba Rugi

(Statement of Comprehensif Income), Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

25

Stockholders Equity), Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow), dan Catatan

Atas Laporan Keuangan Perusahaan (Notes to Financial Statement).

1. Laporan Neraca (Statement of Financial Position)

Laporan neraca menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam

periode tertentu. Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan neraca adalah aset

yang merupakan sumber daya bagi perusahaan, kewajiban, dan ekuitas yang

merupakan kepemilikan dari pemegang saham dalam perusahaan.

Aset

Merupakan suatu manfaat ekonomi yang diperoleh perusahaan, baik di saat

sekarang maupun di masa depan yang dapat dinilai dengan uang. Aset terbagi

atas 2 macam yakni:

- Aset tidak tetap (Current Asset), merupakan kekayaan berupa uang tunai dan

kekayaan lain yang dapat dicairkan atau diuangkan dalam jangka waktu

kurang dari satu tahun. Yang termasuk dalam aset tidak tetap adalah kas,

piutang usaha, persediaan, pembayaran uang muka pembelian aset tidak

tetap, dan surat-surat berharga yang mudah dijual yang tidak dimaksudkan

untuk ditahan.

- Aset tetap (Fixed Asset), merupakan aset perusahaan yang memiliki masa

manfaat dan hanya dapat diconvert ke dalam bentuk kas dalam jangka waktu

lebih dari satu tahun. Aset ini terbagi atas 3 kategori yaitu: investasi yang

terdiri atas saham dan obligasi, aset tetap berwujud yang terdiri atas gedung,

tanah, peralatan, mesin, kendaraan, dan aset tetap tidak berwujud yang terdiri

atas hak paten, hak cipta, merk dagang, goodwill, dan franchise.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

26

Kewajiban

Merupakan hutang yang dimiliki oleh perusahaan di masa sekarang sebagai

akibat dari peristiwa atau transaksi yang terjadi di masa lalu, yang

mengakibatkan terjadinya arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang

mengandung manfaat ekonomi. Sama halnya dengan aset perusahaan, kewajiban

perusahaan juga terbagi atas 2 macam yakni:

- Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities) merupakan kewajiban yang

dimiliki oleh perusahaan akibat transaksi yang terjadi di masa lalu, yang

harus dibayar dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Kewajiban jangka

pendek terdiri atas: hutang usaha, pendapatan/sewa diterima di muka, hutang

wesel, dan hutang beban yang masih harus dibayar.

- Kewajiban jangka panjang (Long Term Liabilities) merupakan kewajiban

yang harus dibayarkan oleh perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu

tahun. Kewajiban jangka panjang digolongkan dalam 2 bentuk umum yakni:

yang berhubungan dengan pembiayaan pengaturan aset meliputi pembayaran

hutang obligasi perusahaan dan pelunasan perjanjian kredit, dan yang

berhubungan dengan kewajiban operasional perusahaan yang meliputi

kewajiban pensiun, pajak tangguhan, dan layanan jaminan.

Ekuitas

Merupakan kekayaan yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang didapat

dari pengurangan aset dengan kewajiban. Ekuitas terdiri atas: modal disetor,

saham biasa dan saham preferen, dan laba ditahan.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

27

2. Laporan Laba Rugi (Statement of Comprehensif Income)

Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan, yang mana di

dalamnya dijelaskan mengenai besarnya pendapatan dan beban yang terjadi

dalam siklus operasi perusahaan yang bertujuan untuk menghitung jumlah

laba bersih yang dihasilkan selama satu periode akuntansi.

Bentuk laporan laba rugi ada 2 macam yakni:

- Multiple Step Income Statement, dimana dalam laporan ini disajikan secara

terpisah laba kotor, laba operasi, laba sebelum pajak penghasilan, dan laba

bersih yang diperoleh. Laporan ini menyajikan secara terperinci dan lebih

mendetail mengenai akun-akun yang terdapat dalam laporan laba rugi yang

dapat dilihat dalam format sebagai berikut:

- Single Step Income Statement, dimana dalam laporan ini perusahaan

menggabungkan antara total pendapatan (revenue) dan laba (gain) yang

didapat oleh perusahaan dari penjualan, yang dikurangi dengan biaya-biaya

Net Sales (revenues) xxx COGS (xxx) Gross profit xxx Operating expenses (selling & administrative) (xxx) Operating income xxx Other income / expense xxx +/- Income before income taxes xxx Income taxes (xxx) Net Income xxx Earnings per share xxx

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

28

yang terjadi dan kerugian yang ditanggung oleh perusahaan untuk

memperoleh laba bersih. Formatnya adalah sebagai berikut:

3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Stockholders Equity)

Adalah suatu laporan yang menjelaskan tentang perubahan posisi ekuitas

yang terjadi dalam perusahaan, baik yang dikarenakan oleh adanya

pembagian dividen kepada pemegang saham maupun akibat kenaikan saldo

laba yang dikaitkan dengan laba bersih perusahaan.

4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow)

Dalam laporan arus kas, perusahaan melakukan klasifikasi atas seluruh

aktivitas perusahaan yang terdiri atas: aktivitas operasi (operating activities),

aktivitas investasi (investing activities), dan aktivitas pembiayaan (financing

activities).

• Aktivitas operasi mencakup seluruh kegiatan/transaksi yang berhubungan

dengan arus kas masuk dan arus kas keluar dari seluruh kegiatan operasi

Revenue: Net sales xxx Other income xxx Total revenue xxx Expenses: COGS xxx Operating expenses (selling & administrative) xxx Other expenses xxx Income tax expenses xxx Total expenses (xxx) Net income xxx Earnings per share xxx

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

29

perusahaan. Arus kas masuk dari aktivitas ini timbul dari penjualan

barang/jasa kepada customer, pendapatan bunga dari pinjaman yang

diberikan, dan laba atas ekuitas. Sedangkan arus kas keluar dari aktivitas

operasi perusahaan timbul dari aktivitas pembelian persediaan,

pembayaran gaji kepada karyawan, pembayaran pajak, dan beban operasi

lainnya.

• Aktivitas investasi berkaitan dengan investasi yang dilakukan oleh

perusahaan dalam bentuk penjualan dan pembelian PPE (Plant, Property

and Equipment), penjualan hutang perusahaan, pemberian pinjaman

kepada pihak di luar entitas perusahaan atau pihak lain, dan penerimaan

kas atas pelunasan pinjaman dari pihak lain.

• Aktivitas pembiayaan berkaitan dengan surat-surat berharga yang

dimiliki oleh perusahaan dan mencakup seluruh kegiatan yang

berhubungan dengan investasi oleh pemilik, penjualan saham,

pembayaran dividen, dan lain-lain.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan Perusahaan (Notes to Financial Statement)

Catatan ini menyajikan informasi tambahan atas item-item yang terdapat

pada laporan keuangan dengan tujuan agar pengguna laporan keuangan dapat

mengetahui prosedur/kebijakan dan metode yang digunakan oleh perusahaan

dalam menghitung item-item yang ada. Contohnya: metode dalam

menghitung persediaan dan kebijakan metode penyusutan, pengungkapan

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

30

tentang adanya kewajiban kontijensi dan peristiwa setelah tanggal neraca

(Event After Reporting Period).

II.2.5. Keterbatasan Laporan Keuangan

Munawir (2004:9) menyatakan bahwa laporan keuangan mempunyai

beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan

Interim Report, dimana laporan tersebut dibuat di antara waktu tertentu yang

sifatnya sementara dan bukan merupakan laporan final.

2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya

bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya

menggunakan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan

atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, sehingga apabila

terjadi kenaikan atau penurunan nilai mata uang, maka kita harus membuat

penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga sehingga tidak terjadi

misleading.

4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor

tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

31

II.3. Jenis Analisis Laporan Keuangan

II.3.1. Analisis Horizontal

Mengacu pada pendapat Munawir (2004), analisis horizontal dilakukan

dengan cara membandingkan akun-akun yang terdapat pada laporan neraca dan

laporan laba rugi perusahaan dalam periode dua atau beberapa tahun dengan

menggunakan persentase tertentu dan menjadikan tahun dasar sebagai

penyebutnya, sehingga dapat diketahui bagaimana perkembangan perusahaan

dari tahun ke tahun. Biasanya data/laporan keuangan dari tahun yang paling awal

dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa dianggap sebagai tahun dasar

(base year).

Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

II.3.2. Analisis Vertikal

Mengacu pada pendapat Munawir (2004), analisis vertikal dilakukan

dengan cara membandingkan akun-akun yang terdapat pada laporan neraca dan

laporan laba rugi perusahaan dalam periode satu tahun dengan menggunakan

persentase tertentu. Pada laporan neraca, kita membandingkan antara akun-akun

yang ada dengan seluruh total aset perusahaan, sedangkan pada laporan laba rugi,

akun-akun yang ada dibandingkan dengan total dari penjualan bersih perusahaan.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

32

Hal ini dirumuskan sebagai berikut:

II.3.3. Analisis Rasio Keuangan

Gitman (2012:67) menyatakan: “Ratio analysis involves methods of

calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm’s

performance. The basic inputs to ratio analysis are the firm’s income statement

and balance sheet”.

Berdasarkan pernyataan dari Gitman, dapat diketahui bahwa antara rasio

keuangan dan kinerja perusahaan memiliki hubungan yang erat, dimana dari

analisis rasio yang dilakukan dapat diketahui bagaimana perkembangan kinerja

suatu perusahaan dan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para pengguna

laporan keuangan untuk mengambil keputusan bisnis. Rasio keuangan itu banyak

sekali dan tidak dapat digunakan sama untuk setiap jenis perusahaan yang

berbeda. Perbedaaan jenis perusahaan dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasio

yang penting.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

33

Berikut ini akan diuraikan beberapa jenis rasio yang digunakan untuk

menilai kinerja keuangan PT. Kalbe Farma, Tbk, seperti yang telah dijelaskan

oleh Munawir (2004) dan Gibson (2009):

Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendek secara tepat waktu atau lebih sering

dikenal dengan nama short term liquidity. Rasio-rasio ini dapat dihitung

melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu: pos-pos aset tidak tetap

dan kewajiban jangka pendek.

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio ini menunjukkan sejauh mana aset tidak tetap perusahaan dapat

menutupi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang dimiliki. Semakin besar

perbandingan antara aset tidak tetap dengan kewajiban jangka pendek, maka

semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya (likuid).

Current Ratio dapat dihitung dengan rumus:

Current Ratio =

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

34

2. Rasio Cepat (Acid Test Ratio/Quick Ratio)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tidak memperhitungkan

persediaan, karena persediaan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk

diconvert ke dalam bentuk kas. Rasio ini lebih tajam daripada Current Ratio,

karena hanya membandingkan antara asset yang sangat likuid dengan

kewajiban jangka pendek. Apabila Current Ratio tinggi, tetapi Quick Ratio-

nya rendah berarti menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam

jumlah persediaan.

Acid Test Ratio dapat dihitung dengan rumus:

3. Tingkat Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas perusahaan

dalam menggunakan asetnya dalam periode penagihan piutang. Semakin

tinggi rasio ini akan semakin baik bagi perusahaan, karena menunjukkan

bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah. Sebaliknya, jika

rasio ini semakin rendah berarti ada over investment dalam jumlah piutang

perusahaan sehingga memerlukan analisis lebih lanjut.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Acid Test ratio =

Acc Receivable Turnover =

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

35

4. Jumlah Waktu Pengumpulan Piutang (Day’s Sales in Receivables)

Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan

untuk mengconvert piutang usaha ke dalam bentuk kas. Semakin lama

jumlah hari yang dibutuhkan, maka akan semakin tidak baik bagi perusahaan

karena tingginya resiko akan tidak tertagihnya piutang tersebut. Oleh karena

itu, pihak perusahaan diharuskan untuk membuat akun cadangan piutang tak

tertagih/piutang ragu-ragu dengan tujuan agar laba perusahaan tidak

overstated nantinya. Rasio ini dihitung dengan rumus:

5. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan

diganti dalam setahun atau seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus

produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap

bahwa kegiatan penjualan perusahaan berjalan dengan cepat dan semakin

baik kontrol pihak manajemen terhadap persediaan dalam meminimalkan

jumlah persediaan usang.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Day’s Sales in Receivables =

Inventory Turnover =

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

36

6. Jumlah Waktu Penjualan Persediaan (Day’s Sales in Inventory)

Rasio ini menggambarkan jumlah hari yang dibutuhkan oleh perusahaan

untuk menghabiskan jumlah persediaan melalui kegiatan penjualan. Semakin

cepat jumlah hari yang dibutuhkan berarti bahwa kegiatan penjualan

perusahaan berjalan dengan cepat dalam menghasilkan arus kas. Hal ini

sangat bagus bagi perusahaan.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

7. Tingkat Perputaran Hutang (Account Payable Turnover)

Rasio ini menunjukkan seberapa cepat kemampuan perusahaan dalam

melunasi hutang usahanya. Semakin cepat tingkat perputaran hutang usaha,

maka dianggap bahwa perusahaan mampu untuk melakukan pembayaran

hutang usaha dalam jangka waktu yang telah ditetapkan/cepat sehingga

terhindar dari denda.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

8. Jumlah Waktu Pembayaran Hutang (Day’s Sales in Payable)

Rasio ini menggambarkan jumlah waktu/hari yang dibutuhkan oleh

perusahaan untuk melunasi hutang usahanya. Semakin cepat jumlah hari

Acc Payable Turnover =

Day’s Sales in Inventory =

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

37

yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melunasi hutang usaha, maka akan

semakin bagus yang menunjukkan bahwa perusahaan termasuk dalam

kategori likuid. Rasio ini dihitung dengan rumus:

9. Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

Siklus ini mengukur jumlah waktu antara pengeluaran kas dan pemulihan

kas atau seberapa cepat suatu perusahaan dapat mengkonversi produknya

menjadi uang tunai melalui kegiatan penjualan. Rasio ini sangat penting

dalam mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan, karena semakin cepat

siklus konversi arus kas perusahaan maka akan semakin bagus, yang berarti

bahwa perusahaan memiliki perputaran modal kerja yang baik untuk kegiatan

produksi dan dalam menghasilkan arus kas masuk.

Cash Convertion Cycle dapat diilustrasikan dalam diagram berikut:

Gambar II.4. Cash Convertion Cycle

Day’s Sales in Payable =

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

38

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat bahwa Cash Conversion Cycle

dimulai dari adanya pengeluaran kas suatu perusahaan yang timbul dari

kegiatan pembelian bahan baku baik secara tunai maupun kredit untuk

menghasilkan produk yang akan dijual oleh perusahaan kepada pelanggan.

Jika pembelian bahan baku dilakukan secara tunai, maka akan mengurangi

jumlah kas perusahaan. Sebaliknya, apabila pembelian bahan baku dilakukan

secara kredit, maka akan timbul hutang usaha perusahaan.

Selanjutnya, bahan baku yang telah ada akan diproses hingga menjadi

finished goods dan dijual kepada pelanggan baik secara tunai maupun kredit.

Apabila penjualan dilakukan secara tunai, maka akan menghasilkan arus kas

masuk bagi perusahaan, dan jika penjualan dilakukan secara kredit, maka

berdampak pada timbulnya piutang usaha bagi perusahaan. Jumlah piutang

usaha ini akan ditagih oleh perusahaan sesuai dengan jangka waktu yang

telah ditetapkan, sehingga menghasilkan arus kas masuk kembali yang

nantinya akan digunakan untuk perputaran usaha perusahaan selanjutnya.

Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio)

Dengan melakukan analisis rasio solvabilitas, kita dapat mengetahui

apakah perusahaan termasuk dalam kategori solvable atau insolvable, yaitu:

dengan melihat kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajiban

Cash Conversion Cycle =

Day’s Sales in Receivables + Day’s Sales in Inventory – Day’s Sales in Payable

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

39

jangka pendek dan kewajiban jangka panjang, terutama ketika akan

dilikuidasi. Semakin tinggi rasio solvabilitas maka semakin tinggi pula resiko

kerugian yang akan dihadapi, tetapi juga ada kesempatan bagi perusahaan

untuk mendapatkan laba yang besar, begitu juga sebaliknya.

1. Rasio Hutang Atas Aset (Debt Ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar jumlah dana/hutang yang

diberikan oleh kreditor untuk membiayai aset perusahaan. Semakin tinggi

rasio ini semakin jelek bagi pihak luar, karena total kewajiban yang ada

melebihi dari total aset yang dimiliki sehingga terdapat kemungkinan bahwa

perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajiban mereka apabila terjadi

kerugian.

Debt Ratio dapat dihitung dengan rumus:

2. Rasio Hutang Atas Modal (Debt to Equity Ratio)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase jumlah kewajiban bila

dibandingkan dengan ekuitas pemilik yang digunakan untuk kegiatan

pendanaan perusahaan. Semakin kecil rasio ini semakin baik dan lebih aman,

karena jumlah ekuitas yang ada lebih besar daripada jumlah kewajiban

perusahaan atau minimal sama.

Debt Ratio =

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

40

Rasio ini dihitung dengan rumus:

3. Rasio Bunga Berjangka (Time Interest Earned)

Rasio ini menunjukkan seberapa besar/cepat kemampuan perusahaan

dalam membayar beban bunga dalam setahun dari jumlah laba yang

diperoleh. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan, karena

dianggap bahwa perusahaan mampu untuk membayar beban bunga secara

cepat dan jumlah laba perusahaan yang ada melebihi daripada jumlah beban

bunga perusahaan.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

Dimana:

Recurring Earnings = EBIT (Earnings Before Interest and Tax) yaitu: laba

sebelum bunga dan pajak.

Interest Expense adalah beban bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan

pada periode berjalan yang memperlihatkan pengeluaran uang dalam laporan

laba rugi.

Debt/Equity Ratio =

Time Interest Earned =

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

41

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan

laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti: kegiatan

penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan lain sebagainya

pada periode tertentu.

1. Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) dan Marjin Laba Bersih (Net Profit

Margin)

Rasio-rasio ini menunjukkan besarnya persentase laba bersih dan laba

kotor yang diperoleh perusahaan dari setiap rupiah penjualan. Semakin tinggi

rasio ini semakin bagus, yang berarti bahwa perusahaan dapat memperoleh

tingkat keuntungan/laba yang tinggi dari setiap rupiah penjualan.

Rasio-rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

2. Marjin Laba Operasional (Operating Income Margin)

Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola

beban pokok penjualan dan beban usahanya. Semakin tinggi rasio ini

semakin bagus, karena dianggap bahwa perusahaan mampu untuk

Gross Profit =

Net Profit Margin =

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

42

menciptakan efisiensi terhadap beban pokok penjualan dan beban usaha,

yang berarti juga bahwa dari setiap rupiah penjualan yang dilakukan oleh

perusahaan, jumlah biaya yang terserap rendah. Operating Income Margin

dapat dihitung dengan rumus:

3. Tingkat Perputaran Total Aset (Total Asset Turnover)

Rasio tingkat perputaran total aset menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk melakukan/menghasilkan penjualan dari penggunaan aset

yang ada. Semakin tinggi tingkat rasio yang dihasilkan berarti bahwa

kegiatan penjualan perusahaan berlangsung dengan cepat dari penggunaan

aset yang ada secara maksimal.

Rasio ini dihitung dengan rumus:

4. Tingkat Pengembalian Aset (Return On Assets)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya

untuk memperoleh keuntungan/laba. Semakin besar rasio ini semakin bagus

bagi perusahaan.

Total Asset Turnover =

Operating Income Margin =

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

43

Return on Assets dapat dihitung dengan rumus:

5. Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return on Equity)

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat

pengembalian ekuitas yang akan diterima oleh pemegang saham/investor saat

berinvestasi di perusahaan. Semakin tinggi tingkat ROE, maka akan semakin

bagus dan mendorong investor untuk berinvestasi pada perusahaan.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

6. Tingkat Pengembalian Investasi (Return on Investment)

Return on Investment merupakan salah satu bentuk dari rasio

profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

mengembalikan jumlah investasi dari debtholders dan equity investor yang

dananya digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Semakin besar rasio

ini semakin bagus, karena dianggap bahwa perusahaan efektif dalam

menggunakan dana yang berasal dari debtholders dan equity investor dalam

meraih keuntungan.

Return on Assets =

ROE =

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

44

Return on Investment dihitung dengan rumus:

Rasio Penilaian Pasar (Market Ratio)

Rasio penilaian pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang

terjadi di pasar. Rasio ini juga sering dipakai untuk melihat kondisi perolehan

keuntungan yang potensial dari suatu perusahaan jika investor ingin

menempatkan dana di perusahaan, terutama untuk masa yang akan datang.

1. Pendapatan Per Lembar Saham (Earning Per Share)

Earning Per Share menggambarkan tingkat keuntungan yang diberikan

oleh perusahaan kepada investor untuk tiap lembar saham yang dimiliki

dalam perusahaan setelah dikurangi dengan dividen. Investor akan semakin

tertarik untuk berinvestasi terhadap perusahaan jika EPS yang diberikan

tinggi.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus:

Earning Per Share =

Return on Investment =

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

45

2. Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)

Rasio ini berkaitan dengan jumlah dividen yang akan dibayarkan oleh

perusahaan kepada investor dari laba per saham yang diperoleh. Semakin

tinggi rasio ini maka akan semakin bagus. Umumnya, kebijakan pembagian

dividen tergantung dari perusahaan yang biasanya akan diumumkan dalam

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Dividend Payout Ratio (DPR) dihitung dengan rumus:

3. Price Earning Ratio

Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat kenyamanan (confident)

para investor dalam berinvestasi di perusahaan. Secara umum, perusahaan

dengan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki PER yang tinggi, begitu juga

sebaliknya. Semakin tinggi PER akan semakin bagus, yang mencerminkan

besarnya tingkat kenyamanan dari para investor dalam berinvestasi di

perusahaan dengan melihat kinerja perusahaan saat ini maupun di masa

depan.

Price Earning Ratio dihitung dengan rumus:

DPR =

Price Earning Ratio =

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

46

4. Imbal Hasil Dividen (Dividend Yield)

Dividend yield adalah rasio nilai dividen terhadap harga pasar saham di

bursa. Semakin tinggi dividend yield yang dibagikan, maka akan semakin

menarik bagi investor, dan tentunya harga saham perusahaan tersebut adalah

murah. Rasio ini dihitung dengan rumus:

II.3.3.1. Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Manfaat analisis rasio keuangan menurut Fahmi (2011:47) antara lain:

1. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat untuk

menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

2. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai

rujukan untuk membuat perencanaan.

3. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi

kondisi perusahaan dari perspektif keuangan.

4. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor yang dapat

digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dan

dikaitkan dengan adanya jaminan atas kelangsungan pembayaran bunga dan

pengembalian pokok pinjaman.

5. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak

stakeholders organisasi.

Dividend Yield =

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

47

II.3.3.2. Keterbatasan Analisis Rasio

Berdasarkan pada penjelasan Harahap (2010), analisis rasio memiliki

beberapa keterbatasan diantaranya:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat, mengingat bahwa setiap

perusahaan memiliki jenis transaksi bisnis dengan metode pencatatan

akuntansi yang berbeda-beda sehingga analisis rasio yang digunakan untuk

menilai kinerja keuangan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain

dapat saja berbeda.

2. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai

perolehan (cost), bukan harga pasar.

3. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan banyak yang mengandung

taksiran dan judgment yang dapat menimbulkan bias.

4. Kesulitan dalam menghitung nilai rasio apabila datanya tidak tersedia dan

tidak sinkron.

5. Terdapat kemungkinan terjadinya kesalahan dalam perhitungan nilai rasio,

apabila kita membandingkan antara dua perusahaan yang teknik dan standar

akuntansinya tidak sama.

II.4. Analisis Akuntansi

Analisis akuntansi adalah suatu bentuk analisis yang perlu dilakukan oleh

seorang akuntan atau analis untuk mengetahui dan mengevaluasi sejauh mana

proses/hasil akuntansi yang dilaporkan oleh perusahaan mencerminkan realitas

ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Selain itu, juga dapat diketahui tingkat

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

48

fleksibilitas akuntansi perusahaan, kesesuaian antara estimasi dan kebijakan yang

dibuat oleh perusahaan dengan realitas yang terjadi, dan untuk menilai apakah

terdapat distorsi dalam angka akuntansi perusahaan atau tidak.

Secara keseluruhan, analisis akuntansi dapat lebih meningkatkan

kehandalan atas kesimpulan dari analisis keuangan yang ada dan mengurangi

resiko-resiko yang berhubungan dengan adanya tindakan memanipulasi laporan

keuangan (window dressing).

Berdasarkan pada penjelasan Palepu, Healy, dan Peek (2010), ada 6 tahap yang

harus dilakukan dalam melakukan analisis akuntansi:

1. Identifikasi kebijakan akuntansi yang digunakan

Dalam melakukan analisis akuntansi, seorang analis perlu untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan dan estimasi akuntansi

yang digunakan oleh perusahaan untuk mengukur faktor-faktor penentu

kesuksesan dan melihat bagaimana cara perusahaan mengelola resiko-resiko

yang ada terkait dengan transaksi bisnisnya untuk mencapai visi dan tujuan yang

telah ditetapkan.

2. Lakukan penilaian terhadap fleksibilitas akuntansi

Data akuntansi suatu perusahaan dapat dikatakan informatif atau tidak

tergantung pada tingkat fleksibilitas seorang manajer dalam memilih kebijakan

dan estimasi, terkait dengan kegiatan atau transaksi bisnis perusahaan. Semakin

fleksibel seorang manajer dalam memilih kebijakan dan estimasi yang akan

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

49

digunakan maka data akuntansi tersebut akan menjadi semakin informatif, begitu

juga sebaliknya.

3. Evaluasi strategi akuntansi

Seorang manajer yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam memilih

dan menentukan kebijakan, serta estimasi akuntansi yang akan digunakan oleh

perusahaan, maka manajer tersebut harus mengkomunikasikan seluruh kebijakan

yang ada kepada pihak-pihak lain yang terlibat agar dapat diketahui dan

diterapkan di dalam perusahaan secara tepat. Di sisi lain, fleksibilitas yang tinggi

yang dimiliki oleh seorang manajer juga dapat menimbulkan dampak negatif

bagi perusahaan seperti: mudahnya dilakukan Earning Management oleh

manajer. Oleh karena itu, analis perlu untuk mengevaluasi sejauh mana tingkat

fleksibilitas seorang manajer dalam suatu perusahaan.

4. Evaluasi kualitas dari pengungkapan laporan keuangan

Pengungkapan dari item-item yang ada pada laporan keuangan sangat

membantu bagi para analis untuk menilai kualitas informasi akuntansi

perusahaan, pengakuan kebijakan dan estimasi akuntansi, dan kondisi/realitas

bisnis perusahaan yang terjadi.

5. Identifikasi potensi adanya red flag dalam akuntansi

Tahap ini merupakan tahap dimana seorang analis harus dapat

mendeteksi dan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan potensial adanya red

flag dalam sistem akuntansi perusahaan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan

informasi akuntansi yang berkualitas dan dapat mendeteksi kecurangan yang

terjadi (bila ada). Beberapa kondisi red flag yang sering terjadi:

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

50

• Perubahan akuntansi yang tidak dijelaskan di dalam laporan keuangan,

terutama ketika kinerja perusahaan sedang dalam kondisi yang tidak baik.

Hal ini memungkinkan bagi pihak manajer untuk melakukan window

dressing/dress up terhadap laporan keuangan perusahaan.

• Adanya transaksi-transaksi yang tidak dijelaskan untuk meningkatkan

profit perusahaan.

• Peningkatan yang tidak biasa dalam persediaan sehubungan dengan

kenaikan penjualan perusahaan.

6. Telusuri kembali kemungkinan terjadinya distorsi/penyimpangan akuntansi

Jika analisis akuntansi yang dilakukan menunjukkan bahwa angka-angka

yang dilaporkan oleh perusahaan adalah menyesatkan, maka analis diharuskan

untuk menyajikan kembali angka-angka yang dilaporkan dengan nilai yang

sebenarnya untuk mengurangi adanya distorsi lebih jauh lagi. Hal ini dapat

dilakukan oleh para analis dengan cara menghitung kembali angka-angka

akuntansi untuk menghilangkan bias/distorsi yang terjadi dalam angka akuntansi

perusahaan.

II.5. Analisis Kebangkrutan

Analisis kebangkrutan pertama kali dikembangkan oleh Edward Altman

pada tahun 1968, dengan tujuan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan

perusahaan dan apakah perusahaan akan going concern di masa depan atau tidak.

Terdapat banyak faktor penyebab terjadinya kebangkrutan pada suatu perusahaan

seperti: menurunnya daya saing produk perusahaan yang menyebabkan produk

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

51

tidak laku di pasaran serta pendapatan dan laba menurun, naiknya biaya bahan

baku dan biaya upah buruh yang tidak disertai dengan adanya peningkatan

terhadap pendapatan dan laba perusahaan, dan naiknya biaya operasional seperti

listrik, air, dll.

Sampai saat ini, analisis kebangkrutan yang lebih dikenal dengan nama

analisis Z-score ini masih tetap dipakai oleh para analis yang ingin melakukan

analisis terhadap tingkat kesehatan keuangan perusahaan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Z’score Altman:

Keterangan Rumus:

Zi= Prediktor peluang kebangkrutan

X1= Modal kerja bersih/total aset

X2= Laba ditahan/total aset

X3= Pendapatan sebelum pajak/total aset

X4= Ekuitas pemegang saham/total kewajiban

X5= Penjualan/total aset

Zi= 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,11 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

52

Dari hasil perhitungan di atas, akan dapat ditentukan suatu perusahaan bangkrut

atau tidak dengan indikator sebagai berikut:

Zscore < 1,20 = kemungkinan perusahaan bangkrut (distress zone)

Zscore 1,20 < Z< 2,90 =kemungkinan perusahaan bangkut meragukan (gray

zone)

Zscore > 2,90 = kemungkinan perusahaan tidak bangkrut (safe zone)

II.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai penilaian bisnis ini sudah banyak dilakukan.

Penilaian bisnis tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam metode yang

ada.

II.6.1. Strategi Bisnis Pada PT. Wirapati Garuda Paksi

Astini, R. dan Adhiprasetyo, R. (2010) melakukan penilaian bisnis

terhadap PT Wirapati Garuda Paksi (WGP), salah satu perusahaan swasta yang

bergerak di Bidang Usaha Jasa Pengamanan dan Penyelamatan (BUJPP) dalam

penjagaan (guarding). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

proses formulasi strategi bisnis PT Wirapati Garuda Paksi (WGP) pada tahap

masukan (Input Stage), tahap pencocokan (Matching Stage), dan tahap keputusan

(Decision Stage), serta memberikan usulan strategi bisnis yang efektif untuk PT

Wirapati Garuda Paksi (WGP).

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

53

Proses perumusan strategi bisnis tersebut dimulai dari tahap masukan

(Input Stage), yakni: dengan mengembangkan matriks IFE (Internal Factor

Evaluation), CPM (Competitive Profile Matrix), dan matriks EFE (External

Factor Evaluation). Selanjutnya pada tahap pencocokan (Matching Stage),

yakni: dengan menentukan alternatif strategi yang layak dengan menggunakan

matriks SWOT (Strength-Weekness-Opportunities-Threats), matriks SPACE

(Strategy Positioning and Action Evaluation), matriks IE (Internal-External),

dan matriks Strategi Besar (Grand Strategy). Dan pada tahap keputusan

(Decision Stage), peneliti merumuskan alternatif strategi terbaik dengan

menggunakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).

Dari penelitian bisnis yang dilakukan diperoleh kesimpulan akhir bahwa

usulan strategi bisnis yang efektif untuk PT. Wirapati Garuda Paksi (WGP)

berdasarkan matriks QSPM adalah strategi penetrasi pasar, dimana strategi ini

dinilai dapat mengurangi resiko bisnis perusahaan yang timbul akibat adanya

perubahan yang signifikan pada lingkungan eksternal perusahaan.

II.6.2. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan PT. Telkom, Tbk dan PT. Indosat,

Tbk

Prasetiyaningtiyas, S. (2006) melakukan penelitian terhadap kinerja

keuangan pada 2 perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi yaitu:

PT. Telkom, Tbk dan PT. Indosat, Tbk pada periode 2002-2004. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menilai dan mengetahui sejauh mana hasil yang

diperoleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya, apakah telah

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00360-AK Bab2001.pdfLANDASAN TEORI II.1. Analisis Strategi Bisnis ... Analisis Porter Berdasarkan pada

54

mengalami peningkatan atau sebaliknya, sehingga perusahaan dapat mengetahui

kekuatan dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan di bidang keuangan,

mengingat bahwa saat ini banyak bermunculan perusahaan telekomunikasi yang

bersaing ketat untuk memperebutkan pangsa pasar yang sempit.

Penilaian kinerja keuangan ini dilakukan dengan melakukan analisis

terhadap kondisi keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio

keuangan seperti: rasio dalam aspek likuiditas, leverage, aktivitas, dan

profitabilitas, yang mana datanya berasal dari laporan neraca dan laporan laba

rugi perusahaan serta menggunakan uji hipotesis Kolmogorov-Smirnov.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa:

- Berdasarkan rasio likuiditas dan leverage, kinerja keuangan PT. Indosat, Tbk

lebih baik bila dibandingkan dengan PT. Telkom, Tbk.

- Berdasarkan rasio aktivitas dan profitabilitas, kinerja keuangan PT. Telkom,

Tbk lebih baik bila dibandingkan dengan PT. Indosat, Tbk.

- Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov Test disimpulkan bahwa dari

rasio likuiditas dan profitabilitas, antara PT. Telkom, Tbk dan PT. Indosat,

Tbk memiliki kinerja keuangan yang berbeda secara signifikan. Sedangkan,

untuk rasio leverage dan aktivitas, kinerja keuangan antara PT. Telkom, Tbk

dan PT. Indosat, Tbk tidak berbeda secara signifikan.