bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00360-ak bab2001.pdf ·...
TRANSCRIPT
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah
organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil
proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi
keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono (2004:34)
menjelaskan bahwa, “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para
pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan
dan hasil usaha perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009)
bahwa, “ Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas”.
Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk:
• Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu
melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi
menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama
laporan posisi keuangan (Statement of Financial Position).
• Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu
melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi
menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh
yang dikenal dengan nama laporan laba rugi (Income Statement)
9
• Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu
melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi
menyeluruh mengenai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama
periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Statement of Cash Flows
• Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek
yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.
2.2 Pasar Modal
2.2.1 Pengertian Pasar Modal
Pengertian pasar modal (capital market) menurut Undang-Undang Pasar
Modal No. 8 tahun 1995, yaitu: “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”
Sedangkan definisi pasar modal menurut Eduardus Tandelilin (2010:26)
adalah : “Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.”
Disisi lain, Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) menyatakan bahwa pasar
modal merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang, dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Instrumen
keuangan tersebut antara lain seperti saham ,obligasi, waran, right dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas ,dapat
disimpulkan bahwa pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi
dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan
dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Pasar modal merupakan
10
penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui
perdagangan instrumen keuangan.
2.2.2 Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak
diminati oleh investor,karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang
menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
perseorangan atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham
berwujud selembar kertas yang menerangkan surat berharga tersebut. Porsi
kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di
perusahaan tersebut. (Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin,2006:6).
Sedangkan menurut Darmawan (2006:507) mendefinisikan saham sebagai
bukti kepemilikan atas suatu perseroan , yang berarti juga klaim atas penghasilan dan
aktiva perusahaan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Porsi kepemilikan ditentukan
oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
2.2.3 Jenis-jenis Saham
Menurut pendapat Darmadji dan Fakhruddin (2011:1), ditinjau dari segi
kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:
1) Saham Preferen (Preffered Stock)
Penanaman modal pada suatu perusahaan yang tidak memiliki hak suara
dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Namun, besarnya dividen
11
telah pasti jumlahnya dan tetap dalam persentase tertentu yang telah
ditentukan oleh nilai nominal (par value) serta pembayaran dividen
dilakukan terlebih dahulu dari dividen saham biasa.
2) Saham biasa (Common Stock)
Penyertaan modal (equity investment) kepada perusahaan yang memiliki
hak suara dalam RUPS yang tergantung ada besarnya persentase saham
yang dimiliki. Penerima dividen dilakukan setelah pembayaran dividen
saham preferen dan besarnya tergantung kepada besarnya kepemilikan
dan laba rugi yang didapat perusahaan.
2.2.4 Jenis Nilai Saham
Menurut pendapat Rusdin (2008:68) mengemukakan nilai saham terbagi atas
3 (tiga) jenis , yaitu:
1. Nilai Nominal (Nilai Pari),merupakan nilai yang tercantum dalam
sertifikat saham yang bersangkutan , di Indonesia saham yang diterbitkan
harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada
suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal.
2. Nilai Dasar, pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga
perdana saat saham tersebut diterbitkan,harga dasar ini akan berubah
sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan
dengan saham ,antara lain: right issue, stock split, waran dan lain-lain
3. Nilai Pasar, merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung ,jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut
adalah harga penutupnya.
12
Menurut pendapat Tandelilin (2001:183), nilai saham terdiri atas 3 (tiga)
yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai saham
yang dihitung menurut pembukuan perusahaan emiten.Sedangkan nilai pasar
merupakan nilai saham yang dibentuk di pasar saham, dan nilai intrinsik merupakan
nilai yang sebenarnya dari saham tersebut.
Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham
tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalued), karena investor membayar
saham lebih kecil dari yang seharusnya dibayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih
besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga
yang mahal (overvalued).
2.2.5 Penetapan Harga Saham
Saham dikelompokan pada surat berharga yang memberikan hasil tidak tetap
(kecuali untuk jenis saham tertentu) sehingga penetapan harganya cukup sulit. Hal
ini karena selain harus memperhatikan kepentingan investor dan pemilik, juga harus
diperhatikan faktor internal seperti keadaan emiten yang bersangkutan dan eksternal
perusahaan seperti perilaku masyarakat, keadaan perekonomian dalam negara,
kebijaksanaan pemerintah dan situasi politik. Berikut ini adalah faktor – faktor yang
dapat menjadi sumber naik atau turunnya harga saham sewaktu dinilai
A. Faktor yang dapat diukur dengan angka – angka
1. Laba yang diperoleh selama beberapa tahun terakhir
2. Bagian laba yang ditahan
3. Peningkatan nilai harta tetap perusahaan
13
B. Faktor lain yang tidak dapat diukur dengan angka – angka :
1. Prospek perusahaan dimasa depan
2. Kualitas manajemen
Untuk dapat melakukan penilaian saham dengan baik, diperlukan data – data
berupa :
A. Audited Financial Statement
Milik perusahaan beberapa tahun terakhir (lebih panjang periode
dinilai lebih baik). Dengan menganalisa financial statement ini dapat
dilihat past performance perusahaan dengan baik, karena audited
financial perusahaan tersebut diperiksa oleh akuntan publik yang
tidak memihak
B. Prospektus perusahaan
Biasanya perusahaan menyajikan propektus selama beberapa periode
tahun. Seluruh angka – angka dalam proyeksi tersebut dapat
digunakan sebagai standar dalam menganalisa financial statement
tahun – tahun berikutnya. Asumsi – asumsi mengenai prospek
perekonomian, sektor industri dimana perusahaan tersebut berada
serta prospek perusahaan itu sendiri agar diperoleh suatu pegangan
sebelum melakukan analisis
2.2.6 Penawaran Umum (IPO)
Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan
menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal go public.
Menurut Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal bahwa ,”Penawaran
umum merupakan kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk
14
menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-
undang dan peraturan pelaksanaannya.”
Disisi lain, menurut pendapat Darmadji dan Fakhruddin (2008:73),
penawaran umum atau go public adalah kegiatan penawaran saham yang dilakukan
untuk menjual saham kepada masyarakat. Kegiatan penawaran umum dilakukan
untuk mencari dana yang digunakan untuk ekspansi, memperbaiki struktur
permodalan ,melunasi sebagian utang atau meningkatkan modal kerja.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa penawaran umum artinya perusahaan tersebut telah memutuskan untuk
menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka.
2.3 Penilaian Bisnis
Penilaian usaha/bisnis menurut Panduan Praktek Penilaian Indonesia 6 (PPPI
6). Penilaian Usaha dalam Standar Penilaian Indonesia (2007) adalah “Suatu
kegiatan atau proses untuk memperoleh pendapat atau perkiraan nilai suatu bisnis
atau perusahaan / entitas atau suatu kepemilikan di dalamnya”. Nilai perusahaan
adalah nilai pasar asset dikurangi dengan utang lancar. Sedangkan nilai ekuitas
dalam akuntansi dikenal dengan nilai “net worth, yaitu seluruh nilai asset dikurangi
nilai utang jangka pendek dan nilai utang jangka panjang (M.Ruky,1997).”
Penilaian bisnis biasa digunakan sebagai dasar pengalokasian berbagai asset
untuk membantu pembentukan atau penyusunan kembali laporan keuangan.Menurut
pendapat Palepu, Healy dan Peek (2010) evaluasi bisnis mengidentifikasi
keuntungan dan resiko utama perusahaan serta memungkinkan penganalisa untuk
menilai prospek dan keberlanjutan kinerja perusahaan saat ini dan membuat prediksi
15
yang realistis terhadap kinerja masa depan sebagai acuan untuk pengambilan
keputusan investasi.
Berdasarkan teori tersebut, penulis membuat kesimpulan bahwa penilaian
bisnis merupakan penilaian usaha yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang
akurat dan tepat mengenai posisi keuangan perusahaan yang akan disajikan kepada
pihak investor. Evaluasi bisnis dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Evaluasi bisnis dari segi non keuangan
Evaluasi bisnis dari segi non keuangan sangat penting untuk melihat
prospek dan keberlanjutan kinerja perusahaan. Selain faktor
keuangan, ada banyak berbagai aspek yang dapat mendeskripsikan
kondisi perusahaan yang akan diinvestasikan baik dari internal
maupun eksternal perusahaan, serta mengidentifikasi apa – apa saja
strategi yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk mengembangkan
bisnis perusahaan dan menarik investor. Kebanyakan para praktisi dan
analis cenderung menggunakan analisis SWOT.
b. Evaluasi bisnis dari segi keuangan
Evaluasi bisnis dari segi keuangan perusahaan sangat diperlukan ,
karena biasanya para investor menilai prospek perusahaan dari segi
keuangan. Evaluasi bisnis dari segi keuangan dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Metode yang cukup tepat untuk dapat mengevaluasi
bagus atau tidaknya perusahaan tersebut umumnya dilakukan dengan
melakukan analisis penilaian kewajaran harga saham. Dari sisi
keuangan berdasarkan acuan dari Brown dan Reilly (2009:336)
pendekatan yang cukup tepat untuk menilai kewajaran harga saham
adalah dengan melalui pendekatan Discounted Cash Flow dengan
16
menggunakan metode Free Cash Flow To Firm dan pendekatan
Relative Valuation Techniques dengan menggunakan metode Price
Earning Ratio , Price to Book Value dan Price Sales Ratio.
2.3.1 Analisis SWOT
Menurut Hunger & Wheelen yang diterjemahkan oleh Agung ,Julianto (
2003 : 193) ,analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi industri/perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman
(threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan , strategi dan kebijakan industri / perusahaan.
Dalam analisis SWOT atau analisis situasi akan melihat faktor internal
perusahaan seerti kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal seperti peluang dan
hambatan perusahaan yang dihadapi perusahaan dalam menciptakan keunggulan
kompetitif untuk dapat bersaing di dalam lingkungan industri. Berikut ini adalah
penjelasan tentang analisis SWOT:
1. Strenght (Kekuatan)
Ialah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan seperti
sumber daya,keterampilan atau kelebihan yang memberikan
keunggulan komparatif bagi perusahaan-perusahaan lain.
17
2. Weakness (kelemahan)
Ialah kekurangan atau keterbatasan dalam sumber daya yang
dimiliki perusahaan yang menghambat kinerja efektif
perusahaan dalam mencapai tujuan.
3. Opportunities (Peluang)
Ialah situasi dan kondisi yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan.
4. Threat (Ancaman)
Ialah situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan.
2.3.1.1 Tahap membuat analisis SWOT
Berdasarkan pendapat Hunger & Wheelen yang diterjemahkan oleh Agung,
Julianto (2003) ,terdapat 2 tahap dalam membuat analisis SWOT. Tahap tersebut
ialah:
1. Tahap pengumpulan data
Tahap pengumpulan data yaitu tahap mengumpulkan data-data yang
berhubungan dengan perusahaan baik data eksternal maupun internal
perusahaan untuk menentukan kekuatan, kelemahan peluang dan hambatan
perusahaan.
• Data eksternal
Yaitu data yang berasal dari lingkungan luar perusahaan yang terdiri
dari:
18
a) Lingkungan eksternal mikro:
Data dari lingkungan eksternal mikro ini akan melihat keadaan
seperti pasar, pesaing ,pemasok dan konsumen terhadap
perusahaan.
b) Lingkungan eksternal makro:
Data dari lingkungan eksternal makro akan melihat keadaan
seperti politik ekonomi ,sosial budaya ,teknologi maupun
geologi terhadap perusahaan.
• Data internal
Yaitu data yang berasal dari dalam perusahaan seperti laporan
keuangan perusahan ,laporan kegiatan SDM ,laporan kegiatan operasi
,budaya perusahaan ,nilai – nilai yang diyakini manajemen bahkan
dari struktur organisasi perusahaan.
2. Tahap Analisis
Tahap analisis yaitu tahap mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang
merupakan faktor internal perusahaan serta peluang dan ancaman yang
merupakan faktor eksternal perusahaan.
Setelah mengidentifikasi faktor – faktor tersebut, langkah berikutnya
yaitu dengan merumuskan strategi – strategi yang dijalankan perusahaan
sesuai dengan faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Strategi –
strategi tersebut dirumuskan dengan menggunakan diagram SWOT . Diagram
SWOT tersebut digambarkan seperti dibawah ini
19
Gambar 2.1
Diagram SWOT
Keterangan :
SO strategies : yaitu strategi – strategi dengan menggunakan kekuatan untuk
mengambil keuntungan dari peluang yang ada.
ST strategies : yaitu strategi – strategi dengan menggunakan kekuatan untuk
mengatasi atau menghadapi ancaman yang dihadapi perusahaan.
WO strategies : yaitu strategi – strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang
yang ada untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan.
WT strategies : yaitu strategi – strategi untuk meminimalkan kelemahan dengan
menghindari ancaman dari luar perusahaan.
Internal Factors
(IFAS) STRENGHTS
(S)
WEAKNESS
(W) External Factors
(EFAS)
OPPORTUNITIES (O) SO Strategis WO
Strategies
THREATS (T) ST Strategis WT
Strategies
20
2.4 Valuasi Harga Saham
Setelah menganalisis faktor-faktor yang berasal baik dari dalam maupun luar
yang mempengaruhi perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan
keunggulan kompetitifnya, penilaian bisnis berikutnya yaitu dengan melakukan
penilaian dari segi keuangan perusahaan yakni mengestimasi nilai intrinsik
perusahaan.
Mengacu pada pendapat Brown dan Reilly (2011:336) , terdapat pendekatan
untuk menilai estimasi nilai intrinsik , yaitu dengan pendekatan discounted cash flow
dan relative valuation techniques. Model Penilaian berdasarkan arus kas dapat dibagi
menjadi dua ,yaitu free cash flow to equity dan free operating cash flow to the firm.
Model penilaian FCFE digunakan apabila perusahaan memiliki komposisi utang
yang stabil, sementara model FCFF digunakan untuk perusahaan yang memiliki
komposisi utang yang tidak stabil. Sedangkan pendekatan relative valuation terdiri
dari Price Earning Ratio (PER) , Price to Book Value (PBV), Price to Cash Flow
(PCF) serta Price to Sales Ratio (PSR).
2.4.1 Pendekatan Discounted Cash Flow (DCF)
Penggunaan arus kas (cash flow) sebagai dasar perhitungan intrinsik suatu
saham. Pada intinya, metode DCF menghitung nilai wajar berdasarkan free cash
flow. Pada praktiknya, free cash flow terbagi menjadi dua : free cash flow to equity
dan free operating cash flow to the firm. Free cash flow to equity (FCFE) adalah
dana kas yang tersedia untuk pemilik saham setelah pendanaan modal, modal kerja,
dan pendanaan hutang terpenuhi.
Menurut pendapat Damodaran (2006:79), menyatakan bahwa Free Operating
Cash Flow to Equity mendefinisikan arus kas sebagai sisa arus kas yang tertinggal
21
setelah perusahaan memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Sisa arus kas
ini juga setelah digunakan untuk pengeluaran modal baik untuk menjaga asset yang
ada sekarang ataupun untuk membeli asset baru guna pertumbuhan perusahaan di
masa yang akan datang.
Salah satu keuntungan dari free cash flow model adalah model ini dapat
diaplikasikan pada banyak perusahaan, tanpa memperhatikan kebijakan dividen atau
struktur modal perusahaan tersebut. Kemampuan untuk memengaruhi distribusi dan
aplikasi atas free cash flow perusahaan membuat model ini lebih berkaitan dengan
controlling shareholders perusahaan.
Free cash flow juga berguna bagi pemilik saham minoritas karena perusahaan
mungkin mendapatkan nilai pasar sama dengan nilai terhadap controlling party.
Namun, ada beberapa kasus dimana penerapan free cash flow model sulit untuk
dilakukan. Perusahaan yang memiliki capital requirements yang signifikan mungkin
saja memiliki free cash flow yang negatif untuk jangka waktu beberapa tahun. Ini
bisa disebabkan oleh revolusi teknologi dalam industri yang menyebabkan investasi
yang lebih besar dalam hal kompetitif atau dengan ekspansi yang cepat pada pasar
yang belum dimanfaatkan. Free cash flow yang negatif ini menyulitkan peramalan
cash flow dan membuat estimasi menjadi kurang dapat dipercaya.
Dengan menggunakan tipe teknik discounted cash flow untuk valuasi free
cash flow,akan diestimasikan nilai saat ini dengan mendiskontokan cash flow yang
diharapkan dimasa yang akan datang. Nilai dari perusahaan adalah present value dari
FCFF yang diharapkan dimasa yang akan datang didiskontokan pada WACC .
22
2.4.1.1 Free Operating Cash Flow To the Firm (FCFF)
Menurut pendapat Brown dan Reilly (2009:335), tujuan dari penggunaan
FCFF yaitu untuk menentukan nilai suatu ekuitas perusahaan setelah mengurangi
jumlah dari nilai kewajiban perusahaan.
Dalam menghitung nilai intrinsik suatu saham, maka ada beberapa langkah
perhitungan yang perlu dilakukan. Langkah – langkah menghitung akan diuraikan
sebagai berikut :
A. Weighted Average Cost of Capital
Weighted Average Cost of Capital menurut pendapat Rosenbaum dan Pearl
(2009:124) merupakan discount rate yang banyak digunakan untuk menghitung
present value dari proyeksi free cash flow dan terminal value. WACC adalah rata –
rata tertimbang dari required return ( pengembalian yang dibutuhkan) modal yang
diinvestasikan ( biasanya hutang (debt) dan ekuitas). Komponen hutang dan ekuitas
memiliki profil risiko dan pajak yang berbeda, sehingga WACC tergantung pada
target capital structure perusahaan.
WACC dirumuskan sebagai berikut:
WACC = ((r d x (1-t)) x (D/(D+E))) + (re x (E/(D+E)))
Dimana: rd = cost of debt
re = cost of equity
t = marginal tax rate
D = nilai pasar dari hutang
E = nilai pasar dari ekuitas
23
Langkah – langkah menghitung WACC adalah sebagai berikut:
• Menentukan Target Capital Structure
Menurut Rosenbaum dan Pearl (2009:125), jika tidak adanya petunjuk
mengenai target capital structure, bisa membandingkan dengan perusahaan
pesaing. Perusahaan pesaing yang terbuka (public companies) merupakan
pembanding yang berarti dalam menargetkan capital structure karena
diasumsikan tim manajemen perusahaan tersebut berusaha memaksimumkan
shareholder value.
• Menghitung Cost of Debt
Menurut Rosenbaum dan Pearl (2009:126) , cost of debt umumnya berasal
dari yield campuran dari instrumen hutangnya, atau bisa berasal dari cost of
debt perusahaan pesaing.
Menurut Damodaran (2012), biaya hutang dapat dihitung dengan
menggunakan Damodaran Spreadsheet. Damodaran Spreadsheet yaitu tabel
peringkat obligasi yang dipublikasi oleh lembaga terpercaya yang menilai
kemampuan dan kualitas sebuah obligasi dapat dilunasi oleh penerbit obligasi
,kode peringkat tertinggi dari AAA sampai D. Berikut akan disajikan tabel
peringkat obligasi:
24
Tabel 2.1 Default Spreads and Interest Rates – January 2011
Bond Rating Default Spread Interest Rate on Debt
AAA 0.50% 4.00%
AA 0.65% 4,15%
A+ 0.85% 4.35%
A 1.00% 4.50%
A- 1.10% 4.60%
BBB 1.60% 5.10%
BB+ 3.00% 6.50%
BB 3.35% 6.85%
B+ 3.75% 7.25%
B 5.00% 8.50%
B- 5.25% 8.75%
CCC 8.00% 11.50%
CC 10.00% 13.50%
C 12.00% 15.50%
D 15.00% 18.50%
Kemudian perhitungan biaya hutang (cost of debt) dapat dilakukan dengan
formula rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Risk Free Rate (RFR) = tingkat bebas bunga ( BI Rate)
Default spread for country = tingkat selisih risiko bagi Negara
Default spread for firm = tingkat selisih risiko bagi perusahaan
Cost of debt = Risk Free Rate + Default spread for country + Default spread for firm
25
• Menghitung Cost of Equity
Menurut Rosenbaum dan Pearl (2009:127), cost of equity adalah required
annual rate of return dimana investor ekuitas berharap untuk mendapatnya
(termasuk dividen). Menghitung cost of equity salah satunya dapat digunakan
rumus CAPM (Capital Asset Pricing Model) . CAPM digunakan untuk
mengukur tingkat risiko dalam tingkat variance yang tidak terdiversifikasi
dan berhubungan dengan tingkat pengembalian yang diharapkan terhadap
tingkat risiko atas pengukuran tersebut. Risiko yang tidak terdiversifikasi
tersebut dapat diukur dengan beta (β), sehingga dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Cost of Equity (re) = rf + βL x (rm – rf)
Dimana : rf = risk-free rate
βL = levered beta
rm = expected return on market
Risk-free rate (rf) merupakan required rate of return yang diharapkan
karena berinvestasi pada sekuritas yang “riskless”. Sekuritas yang
dikeluarkan pemerintah seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat
diterima sebagai “risk-free” oleh pasar karena didukung sepenuhnya oleh
pemerintah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan BI rate sebagai risk
free rate perusahaan.
Market risk premium (rm – rf) adalah selisih antara tingkat bunga
investasi bebas risiko dengan tingkat balikan investasi dalam bentuk
penyertaan. Penentuan equity market risk premium memasukkan premi untuk
26
risiko spesifik negara ( country-spesific risk premiums) seperti volatilitas
harga saham untuk menghasilkan base equity market risk premium.
Beta (β) merupakan covariance antara rate of return dari saham
perusahaan dengan market return secara keseluruhan , dengan IHSG biasa
sebagai proxy untuk market. Menurut pendapat Brigham dan Houston
(2006:65) beta ialah risiko yang terdapat dalam saham terhadap pasar saham
yang mengukur sejauh mana tingkat pengembalian saham terhadap pasar.
Mengacu pendapat Martalena dan Maya(2011), beta sebesar 1 artinya
saham itu cenderung bergerak sama persis dengan pasar, jika beta lebih besar
1 artinya pergerakannya searah dengan pasar tapi cenderung lebih agresif.
Jika pasar turun dengan cepat, maka harga turun lebih cepat. Sedangkan beta
yang diantara range dari 0 hingga 1 artinya saham dengan nilai koefisien beta
lebih kecil dari 1 tapi tidak negatif biasanya bergerak lebih lambat dari pasar.
B. Percentage of Sales
Menurut pendapat Lane, Mark A (2002), metode persentase penjualan ialah
pendekatan dalam meramalkan keuangan perusahaan yang diasumsikan bahwa
perkiraan akun- akun dalam neraca dan laporan rugi laba dimasa yang akan datang
ditentukan dengan penjualan. Sehingga sebelum melakukan perkiraan terhadap suatu
akun tertentu maka terlebih dahulu dilakukan peramalan penjualan. Rumus
persentase penjualan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:
Percentage of Sales = Asset or Liabilities
Sales
27
FCFF = EBIT (1-Tax Rate) + Depreciation Expense – Capital
Expenditures -- in Non Cash Working Capital
Disamping itu, menurut pendapat Madura (2006:279) bahwa faktor yang
mempengaruhi perkiraan fundamental adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,
dan tingkat suku bunga.
2.4.1.2 Perhitungan FCFF
Setelah mengetahui hasil dari perhitungan WACC maka selanjutnya kita
dapat menghitung mulai nilai FCFF . FCFF dapat dihitung dengan cara
Dimana:
EBIT ( 1 – Tax Rate) = Pendapatan setelah dikurangi pajak dan bunga
Depreciation Expense = Beban Penyusutan
Capital expenditures = pengeluaran /belanja modal
Cash in non cash working capital = perubahan modal kerja (A/R + Inventory – A/P)
Setelah diketahui nilai dari free cash flow the firm, dapat dihitung nilai dari
perusahaan tersebut, dengan cara :
Jika value of the firm sudah diketahui, maka selanjutnya dapat menghitung
nilai intrinsik harga saham perusahaan dan kemudian membandingkannya dengan
market value apakah undervalued atau overvalued. Perhitungan nilai intrinsik dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Firm Value = FCFF
WACC - g
28
Dari hasil intrinsik yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai pasar. Jika
estimasi nilai intrinsik lebih besar dari nilai pasar disebut dengan undervalued stock,
sebaiknya saham tersebut dibeli. Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar
atau disebut dengan overvalued stock, sebaiknya saham tersebut dijual.
2.4.2 Pendekatan Relative Valuation Techniques
Relative valuation techniques adalah sebuah pendekatan yang sering
digunakan oleh praktisi sekuritas (Zainul,2008:9) .Pendekatan Relative Valuations
(Brown and Reilly, 2009:336) digunakan untuk memperkirakan nilai saham dengan
membandingkan harga suatu saham yang memiliki karakteristik usaha yang hampir
sama seperti memperhatikan pendapatan,nilai buku atau penjualannya. Dalam
penelitian ini ,penulis akan menggunakan metode Price to Book Value ratio (PBV)
,Price Earning ratio (PER) dan Price Sales Ratio .Untuk membandingkan PBV, PER
dan PSR suatu saham,sebaiknya menggunakan saham dari perusahaan sejenis di
industri yang sama.
Value of firm = Total Equity + Total Debt
Total Equity = Value of firm – Total Debt
Intrinsik Value = Total Equity
Total Saham yang beredar
29
2.4.2.1 Metode Price Earning Ratio
Aries (2012:22) berpendapat bahwa ,”Metode penilaian harga saham dengan
menggunakan PER (Price Earning Ratio) merupakan salah satu pendekatan
penilaian saham yang menggunakan laba perusahaan (earnings)”. PER menunjukan
rasio dari harga saham terhadap Earning Per Share. Earning Per Share adalah laba
akuntansi yang terdapat dalam laporan laba rugi. Pendekatan PER sering juga disebut
dengan pendekatan Earning multiplier.Pendekatan ini relative lebih mudah dalam
perhitungannya.
PER dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :
Sartono (1996:106) berpendapat bahwa para pelaku pasar modal lebih
menaruh perhatian terhadap Price Earning Ratio yang dapat diartikan sebagai
indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan.
2.4.2.2 Metode Price to Book Value (PBV)
Setelah analisis saham dengan PER, metode analisis saham berikutnya yang
cukup banyak digunakan adalah rasio price to Book Value (PBV).” Sebagaimana
PER, rasio PBV biasanya digunakan dalam mengevaluasi apakah harga sebuah
saham telah bernilai mahal atau belum.” PER dan PBV saham yang bernilai tinggi
dibandingkan saham lain dalam industri yang sama mengindikasikan harga sama
tersebut relatif mahal.
30
(Frensidy,2010) mendefinisikan nilai buku (book value) sebagai nilai ekuitas
per saham yaitu nilai buku ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Sedangkan nilai buku ekuitas, menurut terminologi akuntansi, adalah total asset
dikurangi total utang. Dengan demikian:
) = PBV + (Total Asset – Total Debt) Outstanding Shares
2.4.2.3 Metode Price Sales Ratio (PSR)
Pendekatan menggunakan price sales ratio (Brown and Reilly, 2009 : 340)
untuk untuk menilai suatu perusahaan yang masih baru atau belum mendapatkan
keuntungan. PSR diperoleh dari harga saham dibagi dengan penjualan per lembar
saham.Rasio ini digunakan karena angka penjualan dianggap relatif dapat
diandalkan.
Menurut pendapat Martin Leibowitz (1997), Rasio ini berguna untuk dua
alasan yakni kekuatan dan konsistensi pertumbuhan penjualan merupakan syarat
dalam pertumbuhan suatu perusahaan serta data yang disajikan dalam laporan
keuangan yang mana informasi penjualan merupakan data yang jarang dimanipulasi
dibanding data yang lain.
Berikut formula yang dapat digunakan:
31
P/S = Price
Sales per shares
Dimana:
P/S = harga per penjualan
P = harga saham dalam periode
Sales per share = penjualan per lembar saham
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai penilaian bisnis merupakan penelitian yang tidak
familiar , banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian tersebut.
Penelitian mengenai FCFF antara lain dilakukan oleh Grace Sintari Siregar(2012),
dengan tujuan melakukan perhitungan nilai harga wajar saham perdana PT Krakatau
Steel (Persero), Tbk dengan menggunakan metode valuation Free Cash Flow to
Firm dan Price Earning Ratio serta menentukan metode valuation yang baik untuk
penentuan nilai harga wajar saham perdana PT Krakatau Steel (Persero),Tbk. Dari
penilai bisnis tersebut diperoleh pendekatan dengan FCFF lebih baik dalam
penentuan harga saham dibandingkan dengan metode PER . Hal ini dikarenakan
selisih nilai intrinsik saham lebih kecil dibandingkan dengan harga saham PT
Krakatau Steel di pasar sekunder selama 1 bulan ( Rp1.220 – Rp1.270) .Selain itu,
kelemahan lain dari pendekatan PER adalah hanya mempertimbangkan nilai EPS dan
PER pesaing sebagai dasar perhitungan saham . Hal ini yang menyebabkan PER
menjadi kurang relevan dalam menilai kinerja operasional perusahaan karena adanya
distorsi angka laba (rugi) akibat penerapan akuntansi pada laba (rugi). Hal ini
berbeda dengan metode FCFF dimana metode tersebut menggunakan pendekatan
32
arus kas bebas dalam menentukan kinerja operasional perusahaan, sehingga metode
FCFF akan lebih mendekati nilai relatif tepat bila dibandingkan dengan PER.
Putu Lusyana Fitri Pertiwi (2011), melakukan penelitian mengenai analisis
valuasi saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi studi
kasus perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui harga wajar suatu atau mengetahui nilai intrinsik dari
saham perusahaan manufaktur industri barang konsumsi apabila dihitung dengan
menggunakan beberapa metode pendekatan yaitu Free Cashflow to Equity , Relative
Valuation dan CAPM. Dari beberapa metode tersebut diperoleh kondisi saham dari
ketujuh objek penelitian yang digunakan, lebih banyak berada dalam kondisi
overvalued. Dimana hasil tersebut menunjukkan keadaan perusahaan sektor industri
barang konsumsi memiliki kapitalisasi dan perkembangan yang cukup baik di pasar
bursa.
Josua Panatap S Simorangkir dan Panubut Simorangkir (2012), melakukan
penelitian mengenai valuasi harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
dengan Discounted Earning Approach dan Price to Book Value Ratio (PBV). Tujuan
dari penelitian ini adalah menentukan nilai intrinsic dari harga saham BNI
berdasarkan metode Discounted Earning Approach dan PBV ratio serta
membandingkan nilai intrinsik tersebut dengan harga pada bursa / pasar modal
sehingga diharapkan dapat menjadi acuan bagi para investor dan manajemen BNI
dalam mengambil keputusan investasi atas saham BNI. Berdasarkan hasil
perhitungan valuasi dengan metode Discounted Earning Approach dan PBV ratio ,
dapat disimpulkan bahwa nilai intrinsik saham BNI masi diatas harga pasar saham
tersebut per 21 oktober 2011 sebesar Rp3.825 , sehingga posisi saham BNI berada
dalam kondisi undervalued.
33
Ermia Fayana dan Singgih Jatmiko (2012), melakukan penelitian mengenai
penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode Dividen Discount Model
(DDM) dan PBV pada sektor perbankan yang termasuk saham LQ45 di BEI.
Berdasarkan perhitungan menggunakan DDM dan PBV ratio memiliki hasil yang
berbanding terbalik , dimana pada tahun 2007 – 2011 metode DDM menunjukkan
keadaan overvalued sedangkan metode PBV ratio menunjukkan keadaan
undervalued. Dari hasil tersebut metode DDM memiliki rentang harga wajar yang
cukup jauh dengan harga pasar sedangkan metode PBV ratio memiliki rentang yang
lebih dekat dan pola pergerakan harga wajar sahamnya hamper mengikuti harga
pasar.Dalam perkiraan harga wajar saham pada penelitian ini metode PBV ratio lebih
baik untuk digunakan.
Alfian (2008) , melakukan penelitian dengan menganalisis nilai intrinsik
harga saham PT Medco Energi Internasional Tbk dengan menggunakan metode
FCFF dan Option Pricing Model. Berdasarkan perhitungannya disimpulkan bahwa
nilai saham PT Medco Energi Internasional Tbk yang dihitung berdasarkan metode
FCFF adalah sebesar Rp3.461. Sedangkan berdasarkan metode Option Pricing
Model didapati nilai saham medco adalah Rp5.156 untuk kondisi low estimate, Rp
6.787 pada kondisi best estimate. Khusus metode option pricing model, kepastian
cadangan minyak atas eksplorasi di Libia dan fluktuatif harga minyak dunia sangat
berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan.
Frans Hamonangan dan Dyah Sulistyawati (2012), melakukan penelitian
mengenai perhitungan harga saham wajar PT Bank Central Asia Tbk dengan
menggunakan metode Discounted Earning Approach dan Price to Book Value.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan antara harga saham PT Bank BCA di
pasar dengan nilai intrinsik saham hasil perhitungan . Berdasarkan perhitungan ,
34
maka disimpulkan dengan metode discounted earning approach dapat memberi
gambaran mengenai nilai present value dan nilai future value perusahaan di masa
yang akan datang. Dengan pencapaian target harga BCA Rp9.572 maka kondisi
fundamental BCA cukup baik. Sedangkan metode Price to Book Value dapat
menggambarkan posisi saham BCA cukup mahal dibandingkan dengan harga saham
bank lainnya sebesar 6 kali dibandingkan dengan PBV industri.
Chen,Shimin(2008) dalam Behavioral Research in Accounting.Menemukan
dalam penelitiannya bahwa teknik DCF sangat penting dibandingkan dengan
tindakan non-financial .Chen juga mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki
standarisasi produk tinggi cenderung lebih menekankan pada analisis DCF,dimana
perusahaan dengan standarisasi rendah cenderung lebih fokus pada penggunaan
tindakan non-finansial.
Crosson,Richard and Michael (2010) dalam Canadian Mining Journal yang
berjudul “Mining Valuation: Three steps beyond a static DCF model”. Dalam tulisan
tersebut dijelaskan bahwa metode valuasi yang utama untuk perkembangan properti
dan produksi pertambangan adalah Discounted Cash Flow (DCF) . Penilaian Utama
yang mendasari dari DCF ini adalah nilai mencerminkan manfaat ekonomi bersih
saat ini dari arus kas (net cash flow) yang diharapkan akan dihasilkan selama umur
proyek.