bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00360-ak bab2001.pdf ·...

27
8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono (2004:34) menjelaskan bahwa, “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009) bahwa, “ Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk: Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama laporan posisi keuangan (Statement of Financial Position). Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama laporan laba rugi (Income Statement)

Upload: vukhanh

Post on 03-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Laporan Keuangan

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah

organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi

keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono (2004:34)

menjelaskan bahwa, “Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para

pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan

dan hasil usaha perusahaan”. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009)

bahwa, “ Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan

dan kinerja keuangan suatu entitas”.

Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan berfungsi untuk:

• Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu

melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi

menyeluruh mengenai aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama

laporan posisi keuangan (Statement of Financial Position).

• Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu

melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi

menyeluruh mengenai penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh

yang dikenal dengan nama laporan laba rugi (Income Statement)

9

• Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu

melalui laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi

menyeluruh mengenai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama

periode pelaporan, yang dikenal dengan nama Statement of Cash Flows

• Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek

yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.

2.2 Pasar Modal

2.2.1 Pengertian Pasar Modal

Pengertian pasar modal (capital market) menurut Undang-Undang Pasar

Modal No. 8 tahun 1995, yaitu: “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”

Sedangkan definisi pasar modal menurut Eduardus Tandelilin (2010:26)

adalah : “Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana

dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.”

Disisi lain, Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) menyatakan bahwa pasar

modal merupakan pasar yang memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan

(sekuritas) jangka panjang, dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Instrumen

keuangan tersebut antara lain seperti saham ,obligasi, waran, right dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas ,dapat

disimpulkan bahwa pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi

dana yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan

dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Pasar modal merupakan

10

penghubung antara investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui

perdagangan instrumen keuangan.

2.2.2 Saham

Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak

diminati oleh investor,karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang

menarik. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan

perseorangan atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham

berwujud selembar kertas yang menerangkan surat berharga tersebut. Porsi

kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di

perusahaan tersebut. (Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin,2006:6).

Sedangkan menurut Darmawan (2006:507) mendefinisikan saham sebagai

bukti kepemilikan atas suatu perseroan , yang berarti juga klaim atas penghasilan dan

aktiva perusahaan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau

badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Porsi kepemilikan ditentukan

oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

2.2.3 Jenis-jenis Saham

Menurut pendapat Darmadji dan Fakhruddin (2011:1), ditinjau dari segi

kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham terbagi atas:

1) Saham Preferen (Preffered Stock)

Penanaman modal pada suatu perusahaan yang tidak memiliki hak suara

dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Namun, besarnya dividen

11

telah pasti jumlahnya dan tetap dalam persentase tertentu yang telah

ditentukan oleh nilai nominal (par value) serta pembayaran dividen

dilakukan terlebih dahulu dari dividen saham biasa.

2) Saham biasa (Common Stock)

Penyertaan modal (equity investment) kepada perusahaan yang memiliki

hak suara dalam RUPS yang tergantung ada besarnya persentase saham

yang dimiliki. Penerima dividen dilakukan setelah pembayaran dividen

saham preferen dan besarnya tergantung kepada besarnya kepemilikan

dan laba rugi yang didapat perusahaan.

2.2.4 Jenis Nilai Saham

Menurut pendapat Rusdin (2008:68) mengemukakan nilai saham terbagi atas

3 (tiga) jenis , yaitu:

1. Nilai Nominal (Nilai Pari),merupakan nilai yang tercantum dalam

sertifikat saham yang bersangkutan , di Indonesia saham yang diterbitkan

harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada

suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal.

2. Nilai Dasar, pada prinsip harga dasar saham ditentukan dari harga

perdana saat saham tersebut diterbitkan,harga dasar ini akan berubah

sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang berhubungan

dengan saham ,antara lain: right issue, stock split, waran dan lain-lain

3. Nilai Pasar, merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang

berlangsung ,jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut

adalah harga penutupnya.

12

Menurut pendapat Tandelilin (2001:183), nilai saham terdiri atas 3 (tiga)

yaitu nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik. Nilai buku merupakan nilai saham

yang dihitung menurut pembukuan perusahaan emiten.Sedangkan nilai pasar

merupakan nilai saham yang dibentuk di pasar saham, dan nilai intrinsik merupakan

nilai yang sebenarnya dari saham tersebut.

Nilai pasar yang lebih kecil dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham

tersebut dijual dengan harga yang murah (undervalued), karena investor membayar

saham lebih kecil dari yang seharusnya dibayar. Sebaliknya nilai pasar yang lebih

besar dari nilai intrinsiknya menunjukkan bahwa saham tersebut dijual dengan harga

yang mahal (overvalued).

2.2.5 Penetapan Harga Saham

Saham dikelompokan pada surat berharga yang memberikan hasil tidak tetap

(kecuali untuk jenis saham tertentu) sehingga penetapan harganya cukup sulit. Hal

ini karena selain harus memperhatikan kepentingan investor dan pemilik, juga harus

diperhatikan faktor internal seperti keadaan emiten yang bersangkutan dan eksternal

perusahaan seperti perilaku masyarakat, keadaan perekonomian dalam negara,

kebijaksanaan pemerintah dan situasi politik. Berikut ini adalah faktor – faktor yang

dapat menjadi sumber naik atau turunnya harga saham sewaktu dinilai

A. Faktor yang dapat diukur dengan angka – angka

1. Laba yang diperoleh selama beberapa tahun terakhir

2. Bagian laba yang ditahan

3. Peningkatan nilai harta tetap perusahaan

13

B. Faktor lain yang tidak dapat diukur dengan angka – angka :

1. Prospek perusahaan dimasa depan

2. Kualitas manajemen

Untuk dapat melakukan penilaian saham dengan baik, diperlukan data – data

berupa :

A. Audited Financial Statement

Milik perusahaan beberapa tahun terakhir (lebih panjang periode

dinilai lebih baik). Dengan menganalisa financial statement ini dapat

dilihat past performance perusahaan dengan baik, karena audited

financial perusahaan tersebut diperiksa oleh akuntan publik yang

tidak memihak

B. Prospektus perusahaan

Biasanya perusahaan menyajikan propektus selama beberapa periode

tahun. Seluruh angka – angka dalam proyeksi tersebut dapat

digunakan sebagai standar dalam menganalisa financial statement

tahun – tahun berikutnya. Asumsi – asumsi mengenai prospek

perekonomian, sektor industri dimana perusahaan tersebut berada

serta prospek perusahaan itu sendiri agar diperoleh suatu pegangan

sebelum melakukan analisis

2.2.6 Penawaran Umum (IPO)

Pendanaan melalui mekanisme penyertaan umumnya dilakukan dengan

menjual saham perusahaan kepada masyarakat atau sering dikenal go public.

Menurut Undang-undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal bahwa ,”Penawaran

umum merupakan kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk

14

menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-

undang dan peraturan pelaksanaannya.”

Disisi lain, menurut pendapat Darmadji dan Fakhruddin (2008:73),

penawaran umum atau go public adalah kegiatan penawaran saham yang dilakukan

untuk menjual saham kepada masyarakat. Kegiatan penawaran umum dilakukan

untuk mencari dana yang digunakan untuk ekspansi, memperbaiki struktur

permodalan ,melunasi sebagian utang atau meningkatkan modal kerja.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, maka penulis mengambil kesimpulan

bahwa penawaran umum artinya perusahaan tersebut telah memutuskan untuk

menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka.

2.3 Penilaian Bisnis

Penilaian usaha/bisnis menurut Panduan Praktek Penilaian Indonesia 6 (PPPI

6). Penilaian Usaha dalam Standar Penilaian Indonesia (2007) adalah “Suatu

kegiatan atau proses untuk memperoleh pendapat atau perkiraan nilai suatu bisnis

atau perusahaan / entitas atau suatu kepemilikan di dalamnya”. Nilai perusahaan

adalah nilai pasar asset dikurangi dengan utang lancar. Sedangkan nilai ekuitas

dalam akuntansi dikenal dengan nilai “net worth, yaitu seluruh nilai asset dikurangi

nilai utang jangka pendek dan nilai utang jangka panjang (M.Ruky,1997).”

Penilaian bisnis biasa digunakan sebagai dasar pengalokasian berbagai asset

untuk membantu pembentukan atau penyusunan kembali laporan keuangan.Menurut

pendapat Palepu, Healy dan Peek (2010) evaluasi bisnis mengidentifikasi

keuntungan dan resiko utama perusahaan serta memungkinkan penganalisa untuk

menilai prospek dan keberlanjutan kinerja perusahaan saat ini dan membuat prediksi

15

yang realistis terhadap kinerja masa depan sebagai acuan untuk pengambilan

keputusan investasi.

Berdasarkan teori tersebut, penulis membuat kesimpulan bahwa penilaian

bisnis merupakan penilaian usaha yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang

akurat dan tepat mengenai posisi keuangan perusahaan yang akan disajikan kepada

pihak investor. Evaluasi bisnis dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Evaluasi bisnis dari segi non keuangan

Evaluasi bisnis dari segi non keuangan sangat penting untuk melihat

prospek dan keberlanjutan kinerja perusahaan. Selain faktor

keuangan, ada banyak berbagai aspek yang dapat mendeskripsikan

kondisi perusahaan yang akan diinvestasikan baik dari internal

maupun eksternal perusahaan, serta mengidentifikasi apa – apa saja

strategi yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk mengembangkan

bisnis perusahaan dan menarik investor. Kebanyakan para praktisi dan

analis cenderung menggunakan analisis SWOT.

b. Evaluasi bisnis dari segi keuangan

Evaluasi bisnis dari segi keuangan perusahaan sangat diperlukan ,

karena biasanya para investor menilai prospek perusahaan dari segi

keuangan. Evaluasi bisnis dari segi keuangan dapat dilakukan dengan

berbagai metode. Metode yang cukup tepat untuk dapat mengevaluasi

bagus atau tidaknya perusahaan tersebut umumnya dilakukan dengan

melakukan analisis penilaian kewajaran harga saham. Dari sisi

keuangan berdasarkan acuan dari Brown dan Reilly (2009:336)

pendekatan yang cukup tepat untuk menilai kewajaran harga saham

adalah dengan melalui pendekatan Discounted Cash Flow dengan

16

menggunakan metode Free Cash Flow To Firm dan pendekatan

Relative Valuation Techniques dengan menggunakan metode Price

Earning Ratio , Price to Book Value dan Price Sales Ratio.

2.3.1 Analisis SWOT

Menurut Hunger & Wheelen yang diterjemahkan oleh Agung ,Julianto (

2003 : 193) ,analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi industri/perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman

(threats).

Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan

pengembangan misi, tujuan , strategi dan kebijakan industri / perusahaan.

Dalam analisis SWOT atau analisis situasi akan melihat faktor internal

perusahaan seerti kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal seperti peluang dan

hambatan perusahaan yang dihadapi perusahaan dalam menciptakan keunggulan

kompetitif untuk dapat bersaing di dalam lingkungan industri. Berikut ini adalah

penjelasan tentang analisis SWOT:

1. Strenght (Kekuatan)

Ialah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan seperti

sumber daya,keterampilan atau kelebihan yang memberikan

keunggulan komparatif bagi perusahaan-perusahaan lain.

17

2. Weakness (kelemahan)

Ialah kekurangan atau keterbatasan dalam sumber daya yang

dimiliki perusahaan yang menghambat kinerja efektif

perusahaan dalam mencapai tujuan.

3. Opportunities (Peluang)

Ialah situasi dan kondisi yang menguntungkan dalam

lingkungan perusahaan.

4. Threat (Ancaman)

Ialah situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan dalam

lingkungan perusahaan.

2.3.1.1 Tahap membuat analisis SWOT

Berdasarkan pendapat Hunger & Wheelen yang diterjemahkan oleh Agung,

Julianto (2003) ,terdapat 2 tahap dalam membuat analisis SWOT. Tahap tersebut

ialah:

1. Tahap pengumpulan data

Tahap pengumpulan data yaitu tahap mengumpulkan data-data yang

berhubungan dengan perusahaan baik data eksternal maupun internal

perusahaan untuk menentukan kekuatan, kelemahan peluang dan hambatan

perusahaan.

• Data eksternal

Yaitu data yang berasal dari lingkungan luar perusahaan yang terdiri

dari:

18

a) Lingkungan eksternal mikro:

Data dari lingkungan eksternal mikro ini akan melihat keadaan

seperti pasar, pesaing ,pemasok dan konsumen terhadap

perusahaan.

b) Lingkungan eksternal makro:

Data dari lingkungan eksternal makro akan melihat keadaan

seperti politik ekonomi ,sosial budaya ,teknologi maupun

geologi terhadap perusahaan.

• Data internal

Yaitu data yang berasal dari dalam perusahaan seperti laporan

keuangan perusahan ,laporan kegiatan SDM ,laporan kegiatan operasi

,budaya perusahaan ,nilai – nilai yang diyakini manajemen bahkan

dari struktur organisasi perusahaan.

2. Tahap Analisis

Tahap analisis yaitu tahap mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan yang

merupakan faktor internal perusahaan serta peluang dan ancaman yang

merupakan faktor eksternal perusahaan.

Setelah mengidentifikasi faktor – faktor tersebut, langkah berikutnya

yaitu dengan merumuskan strategi – strategi yang dijalankan perusahaan

sesuai dengan faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Strategi –

strategi tersebut dirumuskan dengan menggunakan diagram SWOT . Diagram

SWOT tersebut digambarkan seperti dibawah ini

19

Gambar 2.1

Diagram SWOT

Keterangan :

SO strategies : yaitu strategi – strategi dengan menggunakan kekuatan untuk

mengambil keuntungan dari peluang yang ada.

ST strategies : yaitu strategi – strategi dengan menggunakan kekuatan untuk

mengatasi atau menghadapi ancaman yang dihadapi perusahaan.

WO strategies : yaitu strategi – strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang

yang ada untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan.

WT strategies : yaitu strategi – strategi untuk meminimalkan kelemahan dengan

menghindari ancaman dari luar perusahaan.

Internal Factors

(IFAS) STRENGHTS

(S)

WEAKNESS

(W) External Factors

(EFAS)

OPPORTUNITIES (O) SO Strategis WO

Strategies

THREATS (T) ST Strategis WT

Strategies

20

2.4 Valuasi Harga Saham

Setelah menganalisis faktor-faktor yang berasal baik dari dalam maupun luar

yang mempengaruhi perusahaan dalam mempertahankan dan meningkatkan

keunggulan kompetitifnya, penilaian bisnis berikutnya yaitu dengan melakukan

penilaian dari segi keuangan perusahaan yakni mengestimasi nilai intrinsik

perusahaan.

Mengacu pada pendapat Brown dan Reilly (2011:336) , terdapat pendekatan

untuk menilai estimasi nilai intrinsik , yaitu dengan pendekatan discounted cash flow

dan relative valuation techniques. Model Penilaian berdasarkan arus kas dapat dibagi

menjadi dua ,yaitu free cash flow to equity dan free operating cash flow to the firm.

Model penilaian FCFE digunakan apabila perusahaan memiliki komposisi utang

yang stabil, sementara model FCFF digunakan untuk perusahaan yang memiliki

komposisi utang yang tidak stabil. Sedangkan pendekatan relative valuation terdiri

dari Price Earning Ratio (PER) , Price to Book Value (PBV), Price to Cash Flow

(PCF) serta Price to Sales Ratio (PSR).

2.4.1 Pendekatan Discounted Cash Flow (DCF)

Penggunaan arus kas (cash flow) sebagai dasar perhitungan intrinsik suatu

saham. Pada intinya, metode DCF menghitung nilai wajar berdasarkan free cash

flow. Pada praktiknya, free cash flow terbagi menjadi dua : free cash flow to equity

dan free operating cash flow to the firm. Free cash flow to equity (FCFE) adalah

dana kas yang tersedia untuk pemilik saham setelah pendanaan modal, modal kerja,

dan pendanaan hutang terpenuhi.

Menurut pendapat Damodaran (2006:79), menyatakan bahwa Free Operating

Cash Flow to Equity mendefinisikan arus kas sebagai sisa arus kas yang tertinggal

21

setelah perusahaan memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Sisa arus kas

ini juga setelah digunakan untuk pengeluaran modal baik untuk menjaga asset yang

ada sekarang ataupun untuk membeli asset baru guna pertumbuhan perusahaan di

masa yang akan datang.

Salah satu keuntungan dari free cash flow model adalah model ini dapat

diaplikasikan pada banyak perusahaan, tanpa memperhatikan kebijakan dividen atau

struktur modal perusahaan tersebut. Kemampuan untuk memengaruhi distribusi dan

aplikasi atas free cash flow perusahaan membuat model ini lebih berkaitan dengan

controlling shareholders perusahaan.

Free cash flow juga berguna bagi pemilik saham minoritas karena perusahaan

mungkin mendapatkan nilai pasar sama dengan nilai terhadap controlling party.

Namun, ada beberapa kasus dimana penerapan free cash flow model sulit untuk

dilakukan. Perusahaan yang memiliki capital requirements yang signifikan mungkin

saja memiliki free cash flow yang negatif untuk jangka waktu beberapa tahun. Ini

bisa disebabkan oleh revolusi teknologi dalam industri yang menyebabkan investasi

yang lebih besar dalam hal kompetitif atau dengan ekspansi yang cepat pada pasar

yang belum dimanfaatkan. Free cash flow yang negatif ini menyulitkan peramalan

cash flow dan membuat estimasi menjadi kurang dapat dipercaya.

Dengan menggunakan tipe teknik discounted cash flow untuk valuasi free

cash flow,akan diestimasikan nilai saat ini dengan mendiskontokan cash flow yang

diharapkan dimasa yang akan datang. Nilai dari perusahaan adalah present value dari

FCFF yang diharapkan dimasa yang akan datang didiskontokan pada WACC .

22

2.4.1.1 Free Operating Cash Flow To the Firm (FCFF)

Menurut pendapat Brown dan Reilly (2009:335), tujuan dari penggunaan

FCFF yaitu untuk menentukan nilai suatu ekuitas perusahaan setelah mengurangi

jumlah dari nilai kewajiban perusahaan.

Dalam menghitung nilai intrinsik suatu saham, maka ada beberapa langkah

perhitungan yang perlu dilakukan. Langkah – langkah menghitung akan diuraikan

sebagai berikut :

A. Weighted Average Cost of Capital

Weighted Average Cost of Capital menurut pendapat Rosenbaum dan Pearl

(2009:124) merupakan discount rate yang banyak digunakan untuk menghitung

present value dari proyeksi free cash flow dan terminal value. WACC adalah rata –

rata tertimbang dari required return ( pengembalian yang dibutuhkan) modal yang

diinvestasikan ( biasanya hutang (debt) dan ekuitas). Komponen hutang dan ekuitas

memiliki profil risiko dan pajak yang berbeda, sehingga WACC tergantung pada

target capital structure perusahaan.

WACC dirumuskan sebagai berikut:

WACC = ((r d x (1-t)) x (D/(D+E))) + (re x (E/(D+E)))

Dimana: rd = cost of debt

re = cost of equity

t = marginal tax rate

D = nilai pasar dari hutang

E = nilai pasar dari ekuitas

23

Langkah – langkah menghitung WACC adalah sebagai berikut:

• Menentukan Target Capital Structure

Menurut Rosenbaum dan Pearl (2009:125), jika tidak adanya petunjuk

mengenai target capital structure, bisa membandingkan dengan perusahaan

pesaing. Perusahaan pesaing yang terbuka (public companies) merupakan

pembanding yang berarti dalam menargetkan capital structure karena

diasumsikan tim manajemen perusahaan tersebut berusaha memaksimumkan

shareholder value.

• Menghitung Cost of Debt

Menurut Rosenbaum dan Pearl (2009:126) , cost of debt umumnya berasal

dari yield campuran dari instrumen hutangnya, atau bisa berasal dari cost of

debt perusahaan pesaing.

Menurut Damodaran (2012), biaya hutang dapat dihitung dengan

menggunakan Damodaran Spreadsheet. Damodaran Spreadsheet yaitu tabel

peringkat obligasi yang dipublikasi oleh lembaga terpercaya yang menilai

kemampuan dan kualitas sebuah obligasi dapat dilunasi oleh penerbit obligasi

,kode peringkat tertinggi dari AAA sampai D. Berikut akan disajikan tabel

peringkat obligasi:

24

Tabel 2.1 Default Spreads and Interest Rates – January 2011

Bond Rating Default Spread Interest Rate on Debt

AAA 0.50% 4.00%

AA 0.65% 4,15%

A+ 0.85% 4.35%

A 1.00% 4.50%

A- 1.10% 4.60%

BBB 1.60% 5.10%

BB+ 3.00% 6.50%

BB 3.35% 6.85%

B+ 3.75% 7.25%

B 5.00% 8.50%

B- 5.25% 8.75%

CCC 8.00% 11.50%

CC 10.00% 13.50%

C 12.00% 15.50%

D 15.00% 18.50%

Kemudian perhitungan biaya hutang (cost of debt) dapat dilakukan dengan

formula rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Risk Free Rate (RFR) = tingkat bebas bunga ( BI Rate)

Default spread for country = tingkat selisih risiko bagi Negara

Default spread for firm = tingkat selisih risiko bagi perusahaan

Cost of debt = Risk Free Rate + Default spread for country + Default spread for firm

25

• Menghitung Cost of Equity

Menurut Rosenbaum dan Pearl (2009:127), cost of equity adalah required

annual rate of return dimana investor ekuitas berharap untuk mendapatnya

(termasuk dividen). Menghitung cost of equity salah satunya dapat digunakan

rumus CAPM (Capital Asset Pricing Model) . CAPM digunakan untuk

mengukur tingkat risiko dalam tingkat variance yang tidak terdiversifikasi

dan berhubungan dengan tingkat pengembalian yang diharapkan terhadap

tingkat risiko atas pengukuran tersebut. Risiko yang tidak terdiversifikasi

tersebut dapat diukur dengan beta (β), sehingga dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Cost of Equity (re) = rf + βL x (rm – rf)

Dimana : rf = risk-free rate

βL = levered beta

rm = expected return on market

Risk-free rate (rf) merupakan required rate of return yang diharapkan

karena berinvestasi pada sekuritas yang “riskless”. Sekuritas yang

dikeluarkan pemerintah seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dapat

diterima sebagai “risk-free” oleh pasar karena didukung sepenuhnya oleh

pemerintah. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan BI rate sebagai risk

free rate perusahaan.

Market risk premium (rm – rf) adalah selisih antara tingkat bunga

investasi bebas risiko dengan tingkat balikan investasi dalam bentuk

penyertaan. Penentuan equity market risk premium memasukkan premi untuk

26

risiko spesifik negara ( country-spesific risk premiums) seperti volatilitas

harga saham untuk menghasilkan base equity market risk premium.

Beta (β) merupakan covariance antara rate of return dari saham

perusahaan dengan market return secara keseluruhan , dengan IHSG biasa

sebagai proxy untuk market. Menurut pendapat Brigham dan Houston

(2006:65) beta ialah risiko yang terdapat dalam saham terhadap pasar saham

yang mengukur sejauh mana tingkat pengembalian saham terhadap pasar.

Mengacu pendapat Martalena dan Maya(2011), beta sebesar 1 artinya

saham itu cenderung bergerak sama persis dengan pasar, jika beta lebih besar

1 artinya pergerakannya searah dengan pasar tapi cenderung lebih agresif.

Jika pasar turun dengan cepat, maka harga turun lebih cepat. Sedangkan beta

yang diantara range dari 0 hingga 1 artinya saham dengan nilai koefisien beta

lebih kecil dari 1 tapi tidak negatif biasanya bergerak lebih lambat dari pasar.

B. Percentage of Sales

Menurut pendapat Lane, Mark A (2002), metode persentase penjualan ialah

pendekatan dalam meramalkan keuangan perusahaan yang diasumsikan bahwa

perkiraan akun- akun dalam neraca dan laporan rugi laba dimasa yang akan datang

ditentukan dengan penjualan. Sehingga sebelum melakukan perkiraan terhadap suatu

akun tertentu maka terlebih dahulu dilakukan peramalan penjualan. Rumus

persentase penjualan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

Percentage of Sales = Asset or Liabilities

Sales

27

FCFF = EBIT (1-Tax Rate) + Depreciation Expense – Capital

Expenditures -- in Non Cash Working Capital

Disamping itu, menurut pendapat Madura (2006:279) bahwa faktor yang

mempengaruhi perkiraan fundamental adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,

dan tingkat suku bunga.

2.4.1.2 Perhitungan FCFF

Setelah mengetahui hasil dari perhitungan WACC maka selanjutnya kita

dapat menghitung mulai nilai FCFF . FCFF dapat dihitung dengan cara

Dimana:

EBIT ( 1 – Tax Rate) = Pendapatan setelah dikurangi pajak dan bunga

Depreciation Expense = Beban Penyusutan

Capital expenditures = pengeluaran /belanja modal

Cash in non cash working capital = perubahan modal kerja (A/R + Inventory – A/P)

Setelah diketahui nilai dari free cash flow the firm, dapat dihitung nilai dari

perusahaan tersebut, dengan cara :

Jika value of the firm sudah diketahui, maka selanjutnya dapat menghitung

nilai intrinsik harga saham perusahaan dan kemudian membandingkannya dengan

market value apakah undervalued atau overvalued. Perhitungan nilai intrinsik dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Firm Value = FCFF

WACC - g

28

Dari hasil intrinsik yang diperoleh akan dibandingkan dengan nilai pasar. Jika

estimasi nilai intrinsik lebih besar dari nilai pasar disebut dengan undervalued stock,

sebaiknya saham tersebut dibeli. Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar

atau disebut dengan overvalued stock, sebaiknya saham tersebut dijual.

2.4.2 Pendekatan Relative Valuation Techniques

Relative valuation techniques adalah sebuah pendekatan yang sering

digunakan oleh praktisi sekuritas (Zainul,2008:9) .Pendekatan Relative Valuations

(Brown and Reilly, 2009:336) digunakan untuk memperkirakan nilai saham dengan

membandingkan harga suatu saham yang memiliki karakteristik usaha yang hampir

sama seperti memperhatikan pendapatan,nilai buku atau penjualannya. Dalam

penelitian ini ,penulis akan menggunakan metode Price to Book Value ratio (PBV)

,Price Earning ratio (PER) dan Price Sales Ratio .Untuk membandingkan PBV, PER

dan PSR suatu saham,sebaiknya menggunakan saham dari perusahaan sejenis di

industri yang sama.

Value of firm = Total Equity + Total Debt

Total Equity = Value of firm – Total Debt

Intrinsik Value = Total Equity

Total Saham yang beredar

29

2.4.2.1 Metode Price Earning Ratio

Aries (2012:22) berpendapat bahwa ,”Metode penilaian harga saham dengan

menggunakan PER (Price Earning Ratio) merupakan salah satu pendekatan

penilaian saham yang menggunakan laba perusahaan (earnings)”. PER menunjukan

rasio dari harga saham terhadap Earning Per Share. Earning Per Share adalah laba

akuntansi yang terdapat dalam laporan laba rugi. Pendekatan PER sering juga disebut

dengan pendekatan Earning multiplier.Pendekatan ini relative lebih mudah dalam

perhitungannya.

PER dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

Sartono (1996:106) berpendapat bahwa para pelaku pasar modal lebih

menaruh perhatian terhadap Price Earning Ratio yang dapat diartikan sebagai

indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan.

2.4.2.2 Metode Price to Book Value (PBV)

Setelah analisis saham dengan PER, metode analisis saham berikutnya yang

cukup banyak digunakan adalah rasio price to Book Value (PBV).” Sebagaimana

PER, rasio PBV biasanya digunakan dalam mengevaluasi apakah harga sebuah

saham telah bernilai mahal atau belum.” PER dan PBV saham yang bernilai tinggi

dibandingkan saham lain dalam industri yang sama mengindikasikan harga sama

tersebut relatif mahal.

30

(Frensidy,2010) mendefinisikan nilai buku (book value) sebagai nilai ekuitas

per saham yaitu nilai buku ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Sedangkan nilai buku ekuitas, menurut terminologi akuntansi, adalah total asset

dikurangi total utang. Dengan demikian:

) = PBV + (Total Asset – Total Debt) Outstanding Shares

2.4.2.3 Metode Price Sales Ratio (PSR)

Pendekatan menggunakan price sales ratio (Brown and Reilly, 2009 : 340)

untuk untuk menilai suatu perusahaan yang masih baru atau belum mendapatkan

keuntungan. PSR diperoleh dari harga saham dibagi dengan penjualan per lembar

saham.Rasio ini digunakan karena angka penjualan dianggap relatif dapat

diandalkan.

Menurut pendapat Martin Leibowitz (1997), Rasio ini berguna untuk dua

alasan yakni kekuatan dan konsistensi pertumbuhan penjualan merupakan syarat

dalam pertumbuhan suatu perusahaan serta data yang disajikan dalam laporan

keuangan yang mana informasi penjualan merupakan data yang jarang dimanipulasi

dibanding data yang lain.

Berikut formula yang dapat digunakan:

31

P/S = Price

Sales per shares

Dimana:

P/S = harga per penjualan

P = harga saham dalam periode

Sales per share = penjualan per lembar saham

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai penilaian bisnis merupakan penelitian yang tidak

familiar , banyak metode yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian tersebut.

Penelitian mengenai FCFF antara lain dilakukan oleh Grace Sintari Siregar(2012),

dengan tujuan melakukan perhitungan nilai harga wajar saham perdana PT Krakatau

Steel (Persero), Tbk dengan menggunakan metode valuation Free Cash Flow to

Firm dan Price Earning Ratio serta menentukan metode valuation yang baik untuk

penentuan nilai harga wajar saham perdana PT Krakatau Steel (Persero),Tbk. Dari

penilai bisnis tersebut diperoleh pendekatan dengan FCFF lebih baik dalam

penentuan harga saham dibandingkan dengan metode PER . Hal ini dikarenakan

selisih nilai intrinsik saham lebih kecil dibandingkan dengan harga saham PT

Krakatau Steel di pasar sekunder selama 1 bulan ( Rp1.220 – Rp1.270) .Selain itu,

kelemahan lain dari pendekatan PER adalah hanya mempertimbangkan nilai EPS dan

PER pesaing sebagai dasar perhitungan saham . Hal ini yang menyebabkan PER

menjadi kurang relevan dalam menilai kinerja operasional perusahaan karena adanya

distorsi angka laba (rugi) akibat penerapan akuntansi pada laba (rugi). Hal ini

berbeda dengan metode FCFF dimana metode tersebut menggunakan pendekatan

32

arus kas bebas dalam menentukan kinerja operasional perusahaan, sehingga metode

FCFF akan lebih mendekati nilai relatif tepat bila dibandingkan dengan PER.

Putu Lusyana Fitri Pertiwi (2011), melakukan penelitian mengenai analisis

valuasi saham pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi studi

kasus perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui harga wajar suatu atau mengetahui nilai intrinsik dari

saham perusahaan manufaktur industri barang konsumsi apabila dihitung dengan

menggunakan beberapa metode pendekatan yaitu Free Cashflow to Equity , Relative

Valuation dan CAPM. Dari beberapa metode tersebut diperoleh kondisi saham dari

ketujuh objek penelitian yang digunakan, lebih banyak berada dalam kondisi

overvalued. Dimana hasil tersebut menunjukkan keadaan perusahaan sektor industri

barang konsumsi memiliki kapitalisasi dan perkembangan yang cukup baik di pasar

bursa.

Josua Panatap S Simorangkir dan Panubut Simorangkir (2012), melakukan

penelitian mengenai valuasi harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

dengan Discounted Earning Approach dan Price to Book Value Ratio (PBV). Tujuan

dari penelitian ini adalah menentukan nilai intrinsic dari harga saham BNI

berdasarkan metode Discounted Earning Approach dan PBV ratio serta

membandingkan nilai intrinsik tersebut dengan harga pada bursa / pasar modal

sehingga diharapkan dapat menjadi acuan bagi para investor dan manajemen BNI

dalam mengambil keputusan investasi atas saham BNI. Berdasarkan hasil

perhitungan valuasi dengan metode Discounted Earning Approach dan PBV ratio ,

dapat disimpulkan bahwa nilai intrinsik saham BNI masi diatas harga pasar saham

tersebut per 21 oktober 2011 sebesar Rp3.825 , sehingga posisi saham BNI berada

dalam kondisi undervalued.

33

Ermia Fayana dan Singgih Jatmiko (2012), melakukan penelitian mengenai

penilaian harga wajar saham dengan menggunakan metode Dividen Discount Model

(DDM) dan PBV pada sektor perbankan yang termasuk saham LQ45 di BEI.

Berdasarkan perhitungan menggunakan DDM dan PBV ratio memiliki hasil yang

berbanding terbalik , dimana pada tahun 2007 – 2011 metode DDM menunjukkan

keadaan overvalued sedangkan metode PBV ratio menunjukkan keadaan

undervalued. Dari hasil tersebut metode DDM memiliki rentang harga wajar yang

cukup jauh dengan harga pasar sedangkan metode PBV ratio memiliki rentang yang

lebih dekat dan pola pergerakan harga wajar sahamnya hamper mengikuti harga

pasar.Dalam perkiraan harga wajar saham pada penelitian ini metode PBV ratio lebih

baik untuk digunakan.

Alfian (2008) , melakukan penelitian dengan menganalisis nilai intrinsik

harga saham PT Medco Energi Internasional Tbk dengan menggunakan metode

FCFF dan Option Pricing Model. Berdasarkan perhitungannya disimpulkan bahwa

nilai saham PT Medco Energi Internasional Tbk yang dihitung berdasarkan metode

FCFF adalah sebesar Rp3.461. Sedangkan berdasarkan metode Option Pricing

Model didapati nilai saham medco adalah Rp5.156 untuk kondisi low estimate, Rp

6.787 pada kondisi best estimate. Khusus metode option pricing model, kepastian

cadangan minyak atas eksplorasi di Libia dan fluktuatif harga minyak dunia sangat

berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan.

Frans Hamonangan dan Dyah Sulistyawati (2012), melakukan penelitian

mengenai perhitungan harga saham wajar PT Bank Central Asia Tbk dengan

menggunakan metode Discounted Earning Approach dan Price to Book Value.

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan antara harga saham PT Bank BCA di

pasar dengan nilai intrinsik saham hasil perhitungan . Berdasarkan perhitungan ,

34

maka disimpulkan dengan metode discounted earning approach dapat memberi

gambaran mengenai nilai present value dan nilai future value perusahaan di masa

yang akan datang. Dengan pencapaian target harga BCA Rp9.572 maka kondisi

fundamental BCA cukup baik. Sedangkan metode Price to Book Value dapat

menggambarkan posisi saham BCA cukup mahal dibandingkan dengan harga saham

bank lainnya sebesar 6 kali dibandingkan dengan PBV industri.

Chen,Shimin(2008) dalam Behavioral Research in Accounting.Menemukan

dalam penelitiannya bahwa teknik DCF sangat penting dibandingkan dengan

tindakan non-financial .Chen juga mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki

standarisasi produk tinggi cenderung lebih menekankan pada analisis DCF,dimana

perusahaan dengan standarisasi rendah cenderung lebih fokus pada penggunaan

tindakan non-finansial.

Crosson,Richard and Michael (2010) dalam Canadian Mining Journal yang

berjudul “Mining Valuation: Three steps beyond a static DCF model”. Dalam tulisan

tersebut dijelaskan bahwa metode valuasi yang utama untuk perkembangan properti

dan produksi pertambangan adalah Discounted Cash Flow (DCF) . Penilaian Utama

yang mendasari dari DCF ini adalah nilai mencerminkan manfaat ekonomi bersih

saat ini dari arus kas (net cash flow) yang diharapkan akan dihasilkan selama umur

proyek.