2011-2-00427-ak bab2001

39
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Penelitian Terdahulu Dalam rangka membuat penelitian yang lebih terarah, maka penulis melakukan telaah pustaka untuk mencari bahan acuan atau pijakan yang mempunyai kaitan dengan objek yang penulis teliti yaitu “IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA”. Dari hasil telaah pustaka yang dilakukan, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul yang diambil oleh penulis saat ini. Namun demikian, penulis menemukan penelitian sebelumnya yang memiliki tema yang sama dengan yang penulis lakukan yaitu implementasi standar akuntansi keuangan. Judul penelitian terdahulu yang penulis angkat sebagai bahan acuan adalah “IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT. SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR & TRAVEL7

Upload: antony-juniar-elfarishi

Post on 27-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

akuntansi

TRANSCRIPT

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Penelitian Terdahulu

Dalam rangka membuat penelitian yang lebih terarah, maka penulis melakukan

telaah pustaka untuk mencari bahan acuan atau pijakan yang mempunyai kaitan dengan

objek yang penulis teliti yaitu “IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR

AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA”.

Dari hasil telaah pustaka yang dilakukan, penulis tidak menemukan penelitian dengan

judul yang sama dengan judul yang diambil oleh penulis saat ini. Namun demikian,

penulis menemukan penelitian sebelumnya yang memiliki tema yang sama dengan yang

penulis lakukan yaitu implementasi standar akuntansi keuangan. Judul penelitian

terdahulu yang penulis angkat sebagai bahan acuan adalah “IMPLEMENTASI

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS

PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT. SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR &

TRAVEL”

Penelitian tersebut disusun oleh Kartika Wijaya pada tahun 2011. Selain itu,

tujuan penelitian yang disusun oleh Kartika adalah :

1. Untuk mengimplementasikan SAK ETAP sebagai standar penyusunan laporan

keuangan perusahaan PT Saptawira Adhitama Tour & Travel.

2. Untuk mengevaluasi pengaruh implementasi SAK ETAP pada laporan keuangan

perusahaan PT Saptawira Adhitama Tour & Travel.

7

Metodologi penelitian yang dipakai oleh Kartika dalam menyusun penelitiannya

adalah sebagai berikut :

1. Jenis dari risetnya adalah riset eksploratoria yang bersifat deskriptif naratif.

2. Dimensi waktu riset adalah melibatkan urutan waktu selama 2 tahun.

3. Kedalaman risetnya berupa studi kasus, mendalam tetapi hanya melibatkan satu

objek.

4. Metode pengumpulan datanya :

Kontak langsung (wawancara)

Kontak tidak langsung (arsip data perusahaan)

5. Lingkungan penelitiannya adalah noncontived setting yaitu lingkungan riil.

6. Unit analisisnya adalah sebuah perusahaan menengah di bidang jasa biro

perjalanan wisata.

Berikut ini merupakan simpulan penelitian terdahulu dalam menjawab rumusan

masalah yang tertulis pada Bab I dari skripsi tersebut, antara lain :

1. PT Saptawira Adhitama Tour & Travel menerapkan dini SAK ETAP secara

prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu

cara mengimplementasikan SAK ETAP sebagai standar penyusunan laporan

keuangan perusahaan adalah :

a. Membuat Neraca Awal perusahaan dengan mengakui dan tidak mengakui

Aset dan Kewajiban yang dipersyaratkan dalam SAK ETAP,

mereklasifikasikan pos-pos Aset, Kewajian, dan Ekuitas berdasarkan

SAK ETAP.

b. Penyesuaian yang diperlukan dalam membuat Neraca Awal dan yang

muncul dari transaksi, kejadian, atau kondisi lainnya sebelum tanggal

8

efektif SAK ETAP, diakui secara langsung di pos Saldo Laba pada

tanggal penerapan SAK ETAP.

c. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh komponen Laporan

Keuangan perusahaan pada tahun penerapan SAK ETAP.

d. Menyusun Laporan Keuangan perusahaan pada akhir periode yang sesuai

dengan SAK ETAP, termasuk pengungkapan ynag diperlukan dalam

Catatan Atas Laporan Keuangan.

2. Pengaruh dari mengimplementasikan SAK ETAP pada laporan keuangan

perusahaan PT Saptawira Adhitama Tour & Travel adalah :

a. Saldo Laba

Akibat adanya pengakuan Aset dan penyesuaian lain yang muncul dari

transaksi, kejadian, atau kondisi lainnya sebelum tanggal efektif SAK

ETAP, maka nilai Saldo Laba perusahaan pada Neraca Awal penerapan

SAK ETAP menjadi lebih tinggi dari sebelumnya yang akan memberikan

keuntungan bagi para pemegang saham.

b. Pendapatan

Akibat adanya penerapan kewajiban secara akrual dapat menyebabkan

munculnya pos Pendapatan Diterima Dimuka. Pos ini merupakan

Pendapatan Usaha yang memenuhi syarat diakui sebagai kewajiban

perusahaan.

Hal ini mengakibatkan Pendapatan Usaha pada Laporan Laba Rugi

perusahaan menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Pendapatan (PPN)

yang telah dikeluarkan dari Pendapatan Usaha perusahaan juga

mengakibatkan Pendapatan Usaha perusahaan menjadi lebih rendah.

9

Pendapatan perusahaan lebih rendah maka beban pajak penghasilan

perusahaan akan menjadi lebih rendah, sehingga perusahaan dapat

meminta restitusi pajak penghasilan yang telah lebih bayar.

c. Pihak-pihak Istimewa

Adanya penyajian secara terpisah dari transaksi dengan pihak-pihak

istimewa yang menimbulkan pos Piutang Hubungan Istimewa pada

Neraca Perusahaan. Hal ini membuat penyajian dan pengungkapan

transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa menjadi

sesuai seperti yang disyaratkan dalam SAK ETAP.

II.2 Rerangka Teori dan Literatur

II.2.1 Implementasi

II.2.1.1 Pengertian Implementasi

Menurut Dave Chaffey (2009), menyatakan bahwa implementasi adalah “The

creation of a system based on analysis and design documentation”. (p681)

Berdasarkan pengertian ahli di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah

menciptakan suatu proses berupa tindakan untuk memastikan terlaksananya suatu

kebijakan dan tercapainya tujuan kebijakan tersebut.

II.2.1.2 Manfaat dan Tujuan Implementasi IFRS

10

Dalam artikel berita berjudul Standar Internasional Dipakai 2012 yang ada di

situs Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), menurut Dudi M Kurniawan (2010) sebagai

Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengatakan, dengan

mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus, yaitu :

1. Pertama, meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

2. Kedua, mengurangi biaya SAK.

3. Ketiga, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.

4. Keempat, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.

5. Kelima, meningkatkan transparansi keuangan.

6. Keenam, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang

penghimpunan dana melalui pasar modal.

7. Ketujuh, meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Selain itu, terdapat pula tujuan dari implementasi IFRS dalam menyusun laporan

keuangan suatu perusahaan yaitu :

1. Memastikan bahwa laporan keuangan internal perusahaan mengandung

informasi berkualitas tinggi

2. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode

yang disajikan

3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para

pengguna

4. Meningkatkan investasi.

II.2.2 Pengertian PSAK

11

PSAK adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Di

Indonesia PSAK adalah Standar Akuntansi Keuangan yang merupakan standar yang

digunakan untuk pelaporan keuangan dan digunakan sebagai pedoman dan aturan

akuntan untuk membuat atau menyusun laporan keuangan. Dengan adanya Pernyataan

Standar Akuntansi keuangan yang baik, laporan keuangan menjadi lebih berguna, dapat

diperbandingkan, tidak menyesatkan dan dapat menciptakan transparansi bagi

perusahaan.

Di Indonesia PSAK akan dikonvergensi secara penuh ke dalam IFRS melalui

tiga tahapan, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir, dan tahap implementasi. Adopsi

International Financial Reporting standard (IFRS) yang dilakukan secara bertahap

disebut dengan gradual strategy. Strategi ini digunakan oleh negara-negara berkembang

seperti Indonesia. Dengan mengadopsi secara penuh IFRS pada tahun 2012, laporan

keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan

dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.

II.2.3 Konvergensi IFRS

Indonesia bagian dari IFAC (International Federation of Accountants) yang

harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), seperti dengan

menggunakan IFRS sebagai accounting standard. Maka dari itu, saat ini Indonesia

sedang melakukan konvergensi untuk IFRS. Konvergensi sendiri berasal dari bahasa

Inggris yaitu convergence. Kata konvergensi merujuk pada “Dua hal/benda atau lebih

bertemu dan bersatu dalam suatu titik”. (Arismunandar, 2006: 1)

Konvergensi IFRS adalah pengadopsian secara penuh dengan tujuan akhir ialah

PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Konvergensi IFRS ini

12

merupakan salah satu bentuk kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20

forum (The Group of Twenty Finance Ministers and Central Bank Governors). G20

forum adalah forum yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian besar di dunia

ditambah dengan Uni Eropa. Maka dari itu, standar akuntansi keuangan nasional yang

digunakan Indonesia saat ini sedang dalam proses yang secara bertahap menuju

konvergensi secara penuh dengan International Financial Reporting Standards (IFRS)

yang dikeluarkan oleh IASB.

Konvergensi dalam hal standar akuntansi internasional berarti merujuk bahwa

hanya akan ada satu standar yang digunakan secara internasional di masa yang akan

datang. Standar internasional tersebut yang kemudian berlaku untuk menggantikan

standar yang sudah dibuat dan dipakai oleh negara itu sendiri. Sebelum ada konvergensi

standar biasanya terdapat perbedaan antara standar yang dibuat dan dipakai di negara

tersebut dengan standar internasional. Konvergensi standar akan menghapus perbedaan

tersebut secara perlahan-lahan dan bertahap sehingga diharapkan tidak akan ada lagi

perbedaan antara standar negara tersebut dengan standar internasional di masa yang akan

datang.

Ada 3 cara melakukan proses konvergensi yaitu dengan :

1. Adaptasi, yaitu dengan membuat standar akuntansi sendiri yang disesuaikan

dengan IFRS

2. Adopsi, yaitu dengan mengambil dan memakai langsung standar dari IFRS

3. Harmonisasi, yaitu dengan membuat standar akuntansi sendiri yang tidak

bertentangan dengan IFRS.

Menurut DSAK, pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi lima tingkatan,

antara lain :

13

1. Full Adoption, yaitu dimana suatu negara mengadopsi secara keseluruhan

IFRS dan menterjemahkan word by word.

2. Adapted, yaitu dimana suatu negara mengadopsi seluruh IFRS tetapi

disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.

3. Piecemeal, yaitu dimana suatu negara hanya mengadopsi sebagian nomor

IFRS seperti nomor standar atau paragraf tertentu.

4. Referenced, yaitu dimana standar yang diterapkan di suatu negara hanya

mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun

sendiri oleh badan pembuat standar.

5. Not adoption at all, yaitu dimana suatu negara sama sekali tidak

mengadopsi IFRS.

II.2.4 Penyajian Laporan Keuangan

II.2.4.1 Pengertian Penyajian Laporan Keuangan

Menurut Menurut Kieso and Weygandt (2007:2) yang dialih bahasakan oleh

Emil Salim, menyatakan bahwa “Laporan keuangan merupakan sarana

pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi”.

Menurut Raja Adri Satriawan Surya (2012:6), menyatakan bahwa “Laporan Keuangan

adalah salah satu penyajian terstruktur dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus

kas suatu entitas”. Sedangkan menurut PSAK 1 (revisi 2009), “Laporan keuangan adalah

suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

(paragraf 9)

Berdasarkan pengertian laporan keuangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang digunakan sebagai

14

alat komunikasi mengenai informasi keuangan suatu perusahaan untuk pihak-pihak

pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas,

dan lengkap, yang mengungkapkan keadaan ekonomi perusahaan yang sesungguhnya.

Sedangkan penyajian laporan keuangan adalah proses penyampaian laporan keuangan

dengan adanya pengaturan pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan unsur-unsur

laporan keuangan.

Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan

dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar adalah penyajian yang secara jujur

memperlihatkan dampak yang terjadi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai

dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang diatur

dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK,

dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian

laporan keuangan secara wajar.

II.2.4.2 Pihak-pihak yang Berkepentingan

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (Revisi

2009), menyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan

investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya,

pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka

menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang

berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :

1. Investor

Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko

yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan.

15

Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus

membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga

tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada

informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga

tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan

kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada

saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lain tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang

akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada

perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi

pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada

kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan

16

hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka

panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaan

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena ini berkepentingan

dengan aktivitas perusahaan mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai

dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.

Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada

perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan

perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat

membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend)

dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian

aktivitasnya. (paragraf 9)

II.2.4.3 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Raja Adri Satriawan Surya (2012:3), menyatakan bahwa “Laporan

keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Sedangkan menurut

PSAK 1 (2009) yang dikeluarkan oleh IAI menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan

adalah “Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus

17

kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam

pembuatan keputusan ekonomi”. (paragraf 9)

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan

keuangan adalah menyediakan informasi untuk pengguna laporan keuangan mengenai

penyajian terstruktur dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan

kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang

meliputi :

1. Aset

2. Liabilitas

3. Ekuitas

4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian

5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik, dan

6. Arus kas.

II.2.4.4 Jenis-jenis Laporan keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk

mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga

merekam peristiwa kejadian bisnis dalam bentuk unit moneter. Dengan disediakannya

laporan keuangan maka keadaan ekonomi perusahaan dapat dilihat dalam laporan

keuangan tersebut. Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, tentu saja

diperlukan komponen-komponen laporan keuangan yang lengkap.

18

Menurut PSAK 1 (revisi 2009) menyatakan bahwa laporan keuangan yang

lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini :

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode

4. Laporan arus kas selama periode

5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting

dan informasi penjelasan lainnya, dan

6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika

entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau

membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. (paragraf 10)

II.2.5 PSAK 1 (Revisi 2009)

Menurut PSAK 1 (revisi 2009) menyatakan bahwa “Pernyataan ini menetapkan

dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose

financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat

dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan

laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian

laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan

keuangan”. (paragraf 1)

Pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu

diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi terkait. Penyajian laporan keuangan

mensyaratkan pertimbangan dan estimasi pada setiap transaksi. Penjelasan mengenai

19

penggunaan kebijakan akuntansi dan dasar estimasi yang digunakan dalam laporan

keuangan disyaratkan dalam pembuatan laporan keuangan.

PSAK 1 (revisi 2009) terdiri dari paragraf 1-137 dan Lampiran. Seluruh paragraf

tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf

tebal dan miring (bold italic) mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 1 (revisi 2009)

harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur

yang tidak material.

II.2.5.1 Dasar Reklasifikasi

Dalam PSAK 1 (revisi 2009) menyatakan bahwa jika entitas mengubah

penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas

mereklasifikasikan jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis untuk

dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka entitas mengungkapkan:

a. sifat reklasifikasi;

b. jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang

direklasifikasi; dan

c. alasan reklasifikasi (paragraf 38)

Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas

mengungkapkan:

a. alasan tidak mereklasifikasikan jumlah tersebut, dan

20

b. sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi

(paragraf 39)

Pada paragraf 26 di dalam PSAK 1 (revisi 2009), menyatakan bahwa entitas

menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan

secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak

material.

Selain itu, pada paragraf 55, menyatakan bahwa entitas mempertimbangkan

apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan pada penilaian dari:

a. sifat dan likuiditas aset;

b. fungsi aset tersebut dalam entitas;

c. jumlah, sifat dan jangka waktu liabilitas.

Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau

peristiwa lain yang diklasifikasikan sesuai sifat dan fungsinya. Tahap terakhir dari

proses penggabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan.

Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang

sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos

mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi

cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. (paragraf

27)

II.2.5.2 Istilah Dalam PSAK 1 (Revisi 2009)

Berikut ini adalah istilah yang digunakan dalam PSAK 1 revisi 2009, antara lain:

1. Catatan atas laporan keuangan

21

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang

disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif,

laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan

laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau

rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan

informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam

laporan keuangan.

2. Laba rugi

Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk

komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.

3. Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ‘laporan

keuangan’)

Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ‘laporan

keuangan’) adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan.

4. Material

Kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos

laporan keuangan adalah material jika, baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan

keuangan. Materialitas bergantung pada ukuran dan sifat dari kelalaian dalam

mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat tersebut dengan

memperhatikan kondisi terkait. Ukuran atau sifat dari pos laporan keuangan

tersebut, atau gabungan dari keduanya, dapat menjadi faktor penentu.

5. Pemilik

22

Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.

6. Pendapatan komprehensif lain

Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban

(termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari

laporan pendapatan komprehensif sebagaimana disyaratkan oleh SAK

lainnya.

7. Penyesuaian reklasifikasi

Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasikan ke bagian

laba rugi periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan

komprehensif lain pada periode berjalan atau periode sebelumnya.

8. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang

dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi

Indonesia serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di

bawah pengawasannya.

9. Tidak prakis

Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat

menerapkannya setelah melakukan segala upaya yang rasional.

10. Total laba rugi komprehensif

23

Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode

yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang

dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

Beberapa perubahan istilah di dalam PSAK 1 (revisi 2009) antara lain:

1. Penggantian istilah “kewajiban” pada PSAK 1 (revisi 1998) menjadi

“liabilitas” pada PSAK 1 (revisi 2009).

2. Penggantian istilah “aktiva” pada PSAK 1 (revisi 1998) menjadi “aset” pada

PSAK 1 (revisi 2009).

3. Penggantian istilah “neraca” pada PSAK 1 (revisi 1998) menjadi “laporan

posisi keuangan” pada PSAK 1 (revisi 2009).

Satu hal penting dalam kaitannya dengan istilah, PSAK 1 (revisi 2009) tidak lagi

memperkenankan penggunaan istilah “Pos Luar Biasa”, sedangkan PSAK 1 (revisi

1998) masih memperkenankan penggunaan istilah tersebut. Secara umum, alasan

eliminasi Pos Luar Biasa (extraordinary items) dari laporan keuangan dapat dirangkum

sebagai berikut:

1. Terdapat kesulitan untuk menentukan apakah suatu peristiwa/transaksi dapat

dikategorikan sebagai extraordinary items. Hal ini disebabkan karena kriteria

penentuan extraordinary items masih membutuhkan judgement.

2. Memisahkan cost yang termasuk dalam extraordinary items dengan yang

tidak termasuk dalam extraordinary items bukan saja merupakan hal yang

tidak praktis, tetapi juga merupakan hal yang tidak berguna bagi pengguna

laporan keuangan yang berfokus pada informasi yang dapat membantu

prediksi future earnings dan akibat cash flow dari adanya kejadian–kejadian

tersebut. Sehingga usaha untuk memisahkan cost dalam ordinary atau

24

extraordinary akan menghalangi (bukan meningkatkan) komunikasi

informasi keuangan.

3. Dikarenakan extraordinary items tidak sering terjadi maka sebaiknya

dieliminasi.

II.2.5.3 Perbedaan PSAK 1 Revisi 1998 Dengan PSAK 1 Revisi 2009

PSAK 1 (revisi 2009) telah disahkan, standar ini telah mengadopsi International

Accounting Standard (IAS) yang diadopsi dari IFRS dan wajib diterapkan mulai 1

januari 2011. Dari standar yang baru tersebut banyak mengalami perubahan, yaitu

mengenai: konsep, format, dan pelaporan. Sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap

pelaporan keuangan di tahun 2011. Adapun perubahan PSAK 1 revisi 1998 menjadi

PSAK 1 revisi 2009 yang dapat dilihat melalui tabel perbedaan antara PSAK 1 revisi

1998 dengan PSAK 1 revisi 2009. Tabel ini dapat membantu pembaca dalam

mempelajari PSAK 1 revisi 2009 lebih jauh. Tabel perbedaan tersebut adalah sebagai

berikut:

25

Tentang PSAK 1 (1998) PSAK 1 (2009)

Penyimpangan dari PSAK

Tidak diatur Diatur

Panduan pemilihan kebijakan akuntansi

Diatur Tidak diatur (hal ini akan diatur dalam revisi PSAK 25)

Klasifikasi pinjaman yang dibiayai kembali

Liabilitas jangka panjang, jika perpanjangan diperoleh sebelum tanggal penyelesaian Laporan Keuangan

Liabilitas jangka pendek, jika perpanjangan diperoleh setelah tanggal neraca

Komponen Laporan Keuangan

Neraca Laporan laba rugi Laporan perubahan

ekuitas Laporan arus kas

Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan posisi keuangan

Laporan laba rugi komprehensif

Laporan perubahan ekuitas

Laporan arus kas Catatan atas Laporan

Keuangan

Laporan posisi keuangan awal (retrospektif, restatement, atau reklasifikas)

Pernyataan kepatuhan terhadap SAK

Tidak diatur Diatur

Pos luar biasa Ada Tidak diperkenankanHak minoritas Minority interest disajikan

terpisah antara kewajiban dan ekuitas

Non-controlling interest

Beberapa pengungkapan tambahan

Tidak diatur Pertimbangan dalam penerapan kebijakan akuntansi

Sumber informasi ketidakpastian

PermodalanTabel II.1 (Perbedaan PSAK 1 Revisi 1998 Dengan PSAK 1 Revisi 2009)

Sumber : Public Hearing ED PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (DSAK-IAI)

II.2.6 PSAK 2 (Revisi 2009)

26

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2 (revisi 2009) terdiri dari paragraf 1-

53. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang

dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 2 (revisi

2009) harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan

dan Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-

unsur yang tidak material. Tujuan PSAK 2 (revisi 2009) adalah memberikan pengaturan

atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas

melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,

investasi, maupun pendanaan (financing) selama satu periode.

Entitas mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan

rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang

disajikan dalam laporan posisi keuangan. Entitas juga mengungkapkan jumlah saldo kas

dan setara kas yang signifikan yang tidak digunakan oleh kelompok usaha beserta

pendapat manajemen. Informasi tentang arus kas suatu entitas berguna bagi para

pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam

menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan

arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pengguna perlu

melakukan evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas

serta kepastian perolehannya.

Adapun manfaat laporan arus kas, antara lain :

27

1. Memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk

mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur keuangan dan

kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka

penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah.

2. Menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan

memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan

membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows)

dari berbagai entitas.

3. Meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi sebagai entitas.

II.2.6.1 Transaksi Non-Kas

Terdapat perbedaan pengaturan mengenai transaksi non-kas. Menurut PSAK 2

(revisi 2009), menyatakan bahwa transaksi investasi dan pendanaan yang tidak

memerlukan penggunaan kas atau setara kas tidak termasuk ke dalam laporan arus kas.

Transaksi semacam itu harus diungkapkan pada bagian lain dalam laporan keuangan

sedemikian rupa sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai

aktivitas investasi dan pendanaan tersebut. (paragraf 42)

Beberapa aktivitas investasi dan pendanaan tidak memiliki pengaruh langsung

terhadap arus kas periode berjalan meskipun mempengaruhi struktur aset serta modal

entitas. Tidak dimasukkannya transaksi nonkas dalam laporan arus kas ini konsisten

dengan tujuan laporan arus kas sebab transaksi tersebut tidak mempengaruhi arus kas

dalam periode berjalan.

Berikut ini adalah beberapa contoh transaksi non-kas, antara lain :

28

a. Perolehan aset secara kredit atau melalui sewa pembiayaan (finance

lease)

b. Akuisisi entitas melalui emisi saham, dan

c. Konversi utang menjadi modal.

II.2.6.2 Perbedaan PSAK 2 Revisi 1994 Dengan PSAK 2 Revisi 2009

Berikut ini perbedaan yang terjadi antara PSAK 2 yang telah direvisi pada tahun

2009 dengan PSAK 2 yang telah direvisi pada tahun 1994 kecuali untuk paragraf 53, 54

dan 55 IAS 7 mengenai tanggal efektif awal dan tanggal efektif dari amandemen atas

IAS 7, antara lain :

Perihal PSAK 2 (1994) PSAK 2 (Revisi 2009)Arus kas yang berasal dari beberapa transaksi serta

Tidak diatur secara eksplisit - Arus kas dari beberapa transaksi, misalnya

29

keuntungan atau kerugian dari transaksi tersebut

penjualan peralatan pabrik diakui sebagai arus kas investasi. - Arus kas dari keuntungan atau kerugian dari transaksi di atas diakui sebagai arus kas operasi.

Metode tidak langsung

Penyesuaian atas laba atau rugi termasuk berasal dari hak minoritas dalam laba / rugi konsolidasi.

Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung.

Arus kas dari pos luar biasaTerdapat peraturan mengenai arus kas pos luar biasa

Dihilangkan

Arus kas dari pelepasan kepemilikan pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian

Tidak ada pengaturanArus kas dari transaksi tersebut diakui sebagai arus kas pendanaan.

Tabel II.2 (Perbedaan PSAK 2 Revisi 1994 Dengan PSAK 2 Revisi 2009)

Sumber : Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2 (revisi

2009) Laporan Arus Kas oleh Ikatan Akuntan Indonesia

II.2.7 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Kerangka dasar konseptual (conceptual framework) adalah himpunan dari

berbagai konsep terkait satu sama lain yang mendefinisikan hakekat, tujuan dan materi

umum laporan keuangan untuk pengguna.

Adapun tujuan kerangka dasar, yaitu sebagai acuan :

1. Badan penyusun standar untuk mengembangkan dan menelaah (meninjau

kembali) SAK.

2. Pengharmonisasian pengaturan, SAK dan prosedur penyusunan laporan

keuangan, dapat mengurangi berbagai alternatif perlakuan akuntansi yang

diizinkan oleh badan penyusun standar.

30

3. Penyusunan laporan keuangan, dapat menanggulangi masalah akuntansi

yang belum diatur dalam SAK.

4. Pemberian pendapat auditor.

5. Penafsiran para pengguna laporan keuangan atas informasi dalam laporan

keuangan yang disusun sesuai dengan SAK.

Selain itu, terdapat The House of GAAP yang telah direvisi pada tahun 2009. The

House of GAAP (revisi 2009) merupakan rerangka dalam bentuk bangunan rumah yang

berisi tentang prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Lapisan yang lebih

bawah dalam rerangka ini akan menjadi landasan bagi lapisan atasnya. Namun

demikian, apabila terjadi pertentangan antara prinsip akuntansi tersebut, auditor harus

mengikuti perlakuan akuntansi yang diatur dalam kelompok yang posisinya menjadi

landasan (lapisan yang lebih bawah). Berikut ini adalah gambar dari The House of

GAAP (revisi 2009), yaitu:

31

Gambar II.1 (Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia)

Sumber : Slide Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan oleh Sri

Yanto sebagai Technical Director (The Indonesian Institute of Accountants)

32