bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2012-2-00510-ak...
TRANSCRIPT
11
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Bank berasal dari bahasa Italia yaitu bangque atau banca yang berarti tempat
penukaran uang. Dalam kamus bahasa Indonesia, Bank adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa di lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang.
Sedangkan pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik
Indonesia Nomor 10 tahun 1998 yang merevisi Undang-undang No 7 Tahun 1992
tentang perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak.
Sementara itu, Kasmir (2013) mengatakan bahwa, “Bank merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito, serta tempat untuk meminjam
uang bagi masyarakat yang membutuhkannya.”
Dari definisi diatas, disimpulkan bahwa bank memiliki 3 kegiatan utama
yaitu pertama, menghimpun dana dari pihak ketiga dapat berupa tabungan, deposito
maupun giro. Kedua, menyalurkan dana kepada masyarakat dapat dalam bentuk
kredit atau pinjaman yang pada akhirnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
sumber dana tersebut dapat berasal dari modal sendiri, himpunan dana dari pihak
12
ketiga atau bersumber dari penciptaan kredit yang dilakukan oleh bank itu sendiri.
Ketiga, pemberian serivce terhadap masyarakat dengan tujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
2.1.2 Jenis Bank
Jenis-jenis bank yang ada di Indonesia diatur dalam undang-undang
perbankan. Secara umum bank dibagi menjadi 2 yaitu jenis bank menurut
kepemilikannya dan jenis bank menurut kegiatan operasionalnya.
2.1.2.1 Menurut kepemilikannya
Bank dibagi menjadi 5 bagian menurut kepemilikannya dengan dasar akte
pendirian maupun penguasaan saham yang dimilikinya, yaitu terdiri atas:
a) Bank milik pemerintah
Modal dan akte pendirian atas bank ini dimiliki oleh pemerintah, sehingga
seluruh keuntungannya juga dimiliki oleh pemerintah.Contoh bank milik
pemerintah antara lain: Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia
(BNI), Bank Tabungan Negara (BTN) , Bank Mandiri , Bank Mutiara (yang
sebelumnya bernama “ Bank Century”).
b) Bank milik swasta nasional
Bank jenis ini, seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta
nasional.Akte pendiriannya menunjukkan kepemilikan swasta, begitu pula
pembagian keuntungannya untuk pihak swasta. Contoh bank milik swasta
nasional, misalnya Bank Danamon dan BCA.
c) Bank milik koperasi
Bank yang modalnya berasal dari perkumpulan koperasi. Contoh bank milik
koperasi, misalnya Bukopin (Bank Umum Koperasi Indonesia).
13
d) Bank milik asing
Bank asing ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik
swasta asing atau pemerintah asing. Contoh bank milik asing, misalnya
Citibank dan HSBC.
e) Bank milik campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta
nasional. Saham bank campuran secara mayoritas dimiliki oleh warga negara
Indonesia. Contoh bank campuran, misalnya Bank BNP Paribas Indonesia dan
Bank Commonwealth.
2.1.2.2 Menurut kegiatan operasionalnya
Dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, baik harga jual
maupun harga beli, bank terbagi dalam jenis berikut:
1. Bank Konvensional
Bank yang dalam operasionalnya menerapkan metode bunga. Bank ini
beroperasi dengan mengeluarkan produk-produk untuk menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat antara lain tabungan, simpanan deposito,
simpanan giro, kredit,dll
2. Bank Syariah
Bank yang dalam operasionalnya tidak menetapkan suatu tingkat bunga
tertentu tetapi di dasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah adalah
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan
lainnya.
14
2.1.3 Sumber Dana Bank
Kegiatan operasional utama bank adalah menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkan dana tersebut kembali ke masyarakat. Sehingga struktur dana bank
umumnya berasal dari simpanan nasabah (Dana Pihak Ketiga-DPK). Tidak hanya
berasal dari DPK, sumber dana bank dapat pula berasal dari modal bank itu sendiri.
Secara garis besar bank mempunyai 4 alternatif dalam menghimpun dana untuk
kepentingan usahanya, yaitu:
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri, seperti setoran modal dari
pemegang saham dan cadangan-cadangan bank
2. Dana dari deposan, yaitu sumber dana dari masyarakat dapat berupa giro
(demand deposit), tabungan (saving deposit), deposito berjangka, dll.
3. Dana pinjaman, seperti bantuan likuiditas dari Bank Indonesia yang
biasanya disebut Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
4. Sumber dana lain, seperti dana transfer, setoran jaminan dari nasabah,dll.
2.1.4 Perbedaan Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank
Lembaga keuangan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang keuangan
dengan menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya. Secara umum
lembaga keuangan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu bank dan bukan
bank. Mengingat kegiatan utama dari lembaga keuangan adalah menghimpun dan
menyalurkan dana, perbedaan antara bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat
dilihat melalui kegiatan utama mereka tersebut.
Ada beberapa perbedaan antara lembaga keuangan bank dan bukan bank,
yaitu:
15
1. Lembaga keuangan bank dapat secara langsung menghimpun dana berupa
simpanan dana masyarakat (tabungan, giro, deposito) maupun secara
tidak langsung (surat berharga, penyertaan, pinjaman/kredit dari lembaga
lain). Sedangkan lembaga keuangan bukan bank hanya dapat
menghimpun dana secara tidak langsung (surat berharga, penyertaan,
pinjaman/kredit dari lembaga lain).
2. Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang paling
lengkap kegiatannya yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat. Sedangkan
lembaga keuangan bukan bank kegiatannya hanya difokuskan pada satu
kegiatan keuangan saja. Contohnya : Perusahaan pengadaian yang
menyalurkan dana dalam bentuk pinjaman dengan jaminan tertentu.
2.2 Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan
akuntansi (siklus akuntansi) yang mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan sangat
berguna bagi berbagai pihak, baik pihak yang ada didalam perusahaan maupun pihak
yang berada diluar perusahaan. Oleh karena itu laporan keuangan dapat dipakai
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data keuangan perusahaan dan karena inilah maka laporan keuangan sering disebut
juga language of business.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan alat
komunikasi yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi keuangan suatu
perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
16
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Setelah mengetahui bahwa laporan keuangan sebagai alat informasi keuangan
dan kegiatan-kegiatan perusahaan, maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai
tujuan dibuatnya laporan keuangan.
Berikut ini penjelasan mengenai tujuan dibuatnya laporan keuangan menurut
para ahli:
1. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI Revisi 2008), antara lain
sebagai berikut:
a) Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang
dapat mendukung deposan, investor, kreditur dan pihak-pihak lain dalam
memperkirakan jumlah, saat, dan kepastian dalam penerimaan kas dimasa
depan serta bermanfaat dalam rangka pengambilan keputusan yang rasional
bagi pihak – pihak yang berkepentingan.
b) Memberikan informasi sumber daya ekonomi bank (economic resources),
kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain
atau pemilik saham, dan menyediakan informasi kemungkinan terjadinya
transaksi atau peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya
tersebut.
c) Laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
2. Selain menyediakan informasi keuangan bagi para pengguna dan menunjukkan
pertanggungjawaban manajemen, laporan keuangan juga bertujuan untuk
mempermudah kliring, yaitu penyelesaiannya dapat terselenggara dengan sangat
17
mudah dan aman, serta memperluas dan mempelancar lalu lintas pembayaran
giral (Wardiah ; 2013 )
2.2.3 Komponen Laporan Keuangan
Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, tentunya diperlukan
komponen-komponen laporan keuangan, berdasarkan Pedoman Akuntansi Perbankan
Indonesia (Revisi 2008), komponen laporan keuangan yang lengkap terdiri dari:
1. Neraca (Statement of Financial Statement)
Neraca merupakan laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan yang
dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan, struktur
keuangan, likuiditas, dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan. Komponen necara terdiri dari aktiva, kewajiban dan
ekuitas.
a) Aktiva
Aktiva merupakan harga kekayaan yang dimilik oleh bank pada
tanggal tertentu. Dalam penyajiannya aktiva tidak dikelompokkan
berdasarkan lancar dan tidak lancar tertapi disusun menurut tingkat
likuiditasnya.
b) Kewajiban
Kewajiban adalah hutang dan kewajiban-kewajiban yang menjadi
tanggungan bank pada tanggal tertentu. Dalam penyajian kewajiban
tidak dipisahkan antara kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
tetapi disusun berdasarkan urutan jatuh tempo kewajiban, yaitu
dimulai dari kewajiban yang paling segera harus dibayar sampai
dengan kewajiban yang jatuh temponya paling lama.
18
c) Ekuitas
Ekuitas merupakan modal yang dimiliki bank. Modal tersebut dapat
berasal dari modal dasar, penjualan saham serta selisih harga saham
dengan nominal saham, cadangan-cadangan dan hasil pemupukan
laba sejak bank berdiri.
Dari informasi tersebut dapat berguna untuk memprediksi
kemampuan bank di masa depan dalam menghasilkan kas dan setara kas,
kebutuhan investasi, pendistribusian hasil pengembangan dan arus kas,
memprediksi kemampuan bank dalam memenuhi komitmen keuangan pada
saat jatuh tempo, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
2. Laporan Laba Rugi (Comprehensive Income Statement)
Laporan laba rugi berisikan informasi kinerja bank yang berguna untuk
memprediksi kapasitas bank dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya
yang ada. Selain itu, informasi ini berguna dalam perumusan tentang
efektivitas bank dalam memanfaatkan sumber daya. Laporan laba rugi bank
disusun dalam bentuk multiple step yang menggambarkan pendapatan atau
beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya.
3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Stakeholders’ Equity)
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang menunjukkan perubahan
ekuitas bank yang mengambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih
atau kekayaan selama periode bersangkutan, informasi ini bermanfaat untuk
mengetahui perubahan atas bersih yang berasal dari transaksi dengan
pemegang saham dan jumlah keuntungan atau kerugian yang berasal dari
kegiatan bank selama periode yang bersangkutan
19
4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows)
Dalam PSAK No.2 dinyatakan bahwa laporan arus kas harus melaporkan arus
kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan
informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk
menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan
serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat pula
digunakan untuk menganalisa hubungan antara ketiga aktivitas tersebut
5. Catatan atas Laporan Keuangan (Notes to Financial Statements)
Catatan atas laporan keuangan merupakan informasi yang terkait dengan
semua aktivitas keuangan yang tidak dapat dipisahkan dari laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan akan menjelaskan semua pos-pos yang
terdapat dalam laporan keuangan, sehingga pembaca dapat memahami semua
isi laporan keuangan yang disajikan oleh bank.
2.3 Kesehatan Bank Metode RGEC
Lembaga keuangan berupa bank dikelompokkan dalam jenis tersendiri karena
memiliki keunggulan, yaitu bank dapat dibedakan dari lembaga keuangan bukan
baik, terutama karena bank dapat menghimpun dana dengan menerima simpanan
secara langsung dari masyarakat. Oleh karena hal tersebut, bank umum mempunyai
kemampuan lebih dalam hal penghimpunan dana. Kemampuan dan kegiatan bank
tersebut dapat dijalankan apabila dasar beroperasi bank dapat terpenuhi dengan baik.
Dengan demikian, ada hal penting yang berkaitan dengan dasar beroperasinya
usaha perbankan yaitu tingkat kesehatan bank itu sendiri. Triandaru dan Budisantoso
(2006) menyatakan bahwa, “ Kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi
20
semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku.”
Dalam industri perbankan,terutama produk dan jasa yang semakin kompleks
dan profile risiko yang tinggi, bank perlu mengidentifikasi permasalahan yang
mungkin timbul dari operasional bank. Berdasarkan UU No 10 tahun 1998 tentang
perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
prinsip kehati-hatian.
Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank dan adanya pendekatan
penilaian kondisi bank secara internasional, maka Bank Indonesia merasa perlu
untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Aturan tersebut dicantumkan
dalam Peraturan Bank Indonesia No 13/1/PBI/2011 yang mengantikan Peraturan
Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum.
Peraturan tersebut mewajibkan bank melakukan penilaian Tingkat Kesehatan
Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-Based Bank
Rating) penilaian tersebut mencakup terhadap faktor-faktor sebagai berikut: (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earning, and Capital).
2.3.1 Risk Profile
Profil Risiko mengarah pada 2 dimensi yaitu pertama, Penilaian terhadap
Risiko Bawaan. Kedua, Menilai Kualitas Penerapan Manajemen Risiko pada suatu
bank. Terdapat 8 jenis risiko, risiko tersebut dibagi ke dalam 2 kategori risiko, yaitu
risiko yang dapat diukur (kuantitatif) dan risiko yang sulit di ukur (kualitatif). Untuk
risiko yang sifatnya kuantitatif terbagi 3 yaitu risiko kredit, risiko pasar dan risiko
21
likuiditas. Sedangkan risiko yang sifatnya kualitatif terbagi menjadi 5 yaitu risiko
operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risiko reputasi.
Karena keterbatasan data yang diberikan oleh setiap bank dalam laporan keuangan,
maka penulis tidak mengukur risiko yang bersifat kualitatif.
2.3.1.1 Penilaian Risiko Bawaan / Inheren Risk
Risiko bawaan merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada
kegiatan bisnis bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, dan
berpotensi mempengaruhi posisi keuangan. Karakteristik risiko bawaan bank
ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal,misalnya kompleksitas produk,
aktivitas bank, dll. Dalam penelitian ini risiko bawaan hanya dinilai dari aspek
kuantitatif yang mengacu pada SE No 13/24/DPNP tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Berikut ini adalah parameter/indikator yang digunakan
dalam penulisan ini yaitu:
a) Risiko Kredit
Risiko kredit berasal dari kegiatan penyaluran dana dan komitmen
lain, risiko ini timbul karena pihak peminjam tidak dapat memenuhi
kewajiban finansialnya kepada bank pada saat jatuh tempo. Dengan kata
lain, risiko ini timbul karena adanya ketidakpastian tentang pembayaran
kembali pinjaman oleh debitur.
Mengacu pada SE 13/24/DPNP formula yang digunakan untuk
menghitung risiko kredit yaitu sebagai berikut:
22
Keterangan:
• Kredit bermasalah : Kredit kepada
pihak ketiga, bukan bank yang tergolong kurang
lancar, diragukan, dan macet.
• Total kredit : Total kredit yang dimaksud adalah total
kredit kepada pihak ketiga bukan bank.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No 8/13/PBI/2006 tentang
batas maksimum pemberian kredit bank umum pasal 40B ayat 3,
menyatakan bahwa, agar tidak termasuk sebagai bank dalam pengawasan
intensif BI maka rasio NPL harus kurang dari 5%.
b) Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah risiko kerugian yang diderita bank, kerugian ini
muncul sebagai akibat dari terjadinya perubahan harga pasar asset dan
liabilities bank tersebut. Perubahan harga tersebut merupakan akibat
terdapatnya perubahan kondisi pasar. Perubahan dalam kondisi pasar
seperti tingkat suku bunga bank, nilai tukar mata uang, harga pasar saham
dan sekuritas serta harga komoditas.
Mengacu pada SE 13/24/DPNP formula yang digunakan untuk
menghitung risiko pasar yaitu sebagai berikut :
Keterangan:
23
• PDN adalah Posisi Devisa Neto adalah angka yang merupakan
penjumlahan dari nilai absolut untuk jumlah dari: Selisih bersih
aktiva dan pasiva dalam neraca untuk setiap valuta asing;
ditambah dengan selisih bersih tagihan dan kewajiban di
rekening administratif.
• Total Modal adalah total modal bank mengenai posisi devisa
neto
Berdasarkan PBI No 12/10/PBI/2010 tentang Posisi Devisa Neto Bank
Umum pasal 2 ayat 1, bank wajib mengelola dan memelihara Posisi
Devisa Neto secara keseluruhan paling tinggi 20% dari modal.
c) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan
arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.
Dengan kata lain bank tidak mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya
dalam memenuhi penarikan titipan oleh para penyimpan maupun
memberikan pinjaman kepada calon debitur.
Berikut formula yang digunakan dalam menghitung tingkat likuiditas
Bank Mutiara:
Keterangan:
• Total Kredit adalah total kredit kepada pihak ketiga bukan bank.
24
• Dana Pihak Ketiga adalah dana dari nasabah yang berasal dari Giro,
Tabungan dan Deposito
2.3.1.2 Penilaian Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Risiko dan Bank adalah dua komponen yang saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan, karena pada dasarnya aktivitas operasi bank berbasis risiko. Risiko
sering dianggap sebagai kendala dalam pencapaian suatu tujuan, tetapi kenyataannya
risiko dapat memberikan peluang yang besar bagi setiap manajemen organisasi
ketika mereka mampu mengelolahnya dengan baik.
Menurut Pandia (2012) Manajemen risiko bank merupakan serangkaian
prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.
Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko adalah melindungi bank terhadap
kerugian yang mungkin timbul serta menjaga tingkat risiko agar sesuai dengan risk
appetite yang telah ditetapkan dan diharapkan dengan manajemen risiko yang baik
dapat memberikan informasi adanya potensi risiko lebih dini sehingga bank dapat
mengambil kebijakan – kebijakan yang tepat untuk mengurangi dampak risiko.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009 menyatakan
bahwa dalam penerapan manajemen risiko perbankan paling tidak mencakup:
1. Adanya pengawasan aktif dari Dewan Komisaris dan Direksi.
2. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit manajemen
risiko.
25
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko, serta sistem informasi manajamen risiko.
4. Adanya sistem pengendalian intern yang menyeluruh.
Berikut adalah Matriks Penetapan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
berdasarkan Surat Edaran BI No 13/24/DPNP perihal Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum:
Tabel 2.1 Peringkat Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Peringkat Definisi Peringkat Strong Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit/Risiko Pasar/Risiko
Likuditas sangat memadai. Meskipun terdapat kelemahan minor,tetapi kelemahan tersebut tidak signifikat sehingga dapat diabaikan
Satisfactory Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit/Risiko Pasar/Risiko Likuditas memadai. Meskipun terdapat beberapa kelemahan minor, tetapi kelemahan tersebut dapat diselesaikan pada akvititas bisnis normal
Fair Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit/Risiko Pasar/Risiko Likuditas cukup memadai. Meskipun persayaratan minimum terpenuhi, terdapat beberapa kelemahan yang membutuhkan perhatian manajemen
Marginal Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit/Risiko Pasar/Risiko Likuiditas kurang memadai.Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Kredit yang membutuhkan tindakan korektif segera
Unsatisfactory Kualitas penerapan manajemen Risiko Kredit/Risiko Pasar/Risiko Likuiditas tidak memadai.Terdapat kelemahan signifikan pada berbagai aspek manajemen Risiko Kredit dimana tindakan penyelesaiannya diluar kemampuan manajemen
Sumber: Surat Edaran BI No 13/24/DPNP perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (2012) Dikarenakan keterbatasan dan kerahasian data yang diberikan oleh setiap
bank dalam laporan keuangan tahunan setiap bank, maka untuk penilaian kualitas
penerapan manajemen risiko hanya sebatas data yang diberikan oleh bank tersebut.
2.3.2 Good Corporate Governance
Menurut Zarkasyi (2008) Good Corporate Governance merupakan suatu
sistem (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
26
antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit
hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan. GCG dimasukkan untuk mengatur hubungan-
hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi
perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki dengan segara.
Dalam Surat Edaran No 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum menyebutkan bahwa Penilaian terhadap faktor GCG merupakan
penilaian terhadap manajamen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
Penjelasan dalam SE disebutkan bahwa : “ Parameter atau indikator penilaian faktor
GCG yang merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG mengacu pada ketentuan BI mengenai GCG bagi bank umum”.
Ketentuan BI tentang GCG tersebut mengacu pada SE Bank Indonesia No
15/15/DPNP 2013 tentang “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum” menyatakan bahwa dalam pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus
berlandaskan pada 5 prinsip dasar sebagai berikut:
1. Transparansi (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan
2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban organisasi bank sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif
3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan
bank yang sehat.
27
4. Independensi (independecy) yaitu pengelolaan bank secara profesional tanpa
pengaruh/tekanan dari pihak manapun
5. Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaran dalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Berdasarkan ketentuan BI mengenai penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum dengan menggunakan pendekatan risiko, penilaian terhadap pelaksanaan
GCG yang berlandaskan pada 5 prinsip dasar tersebut dikelompokkan dalam suatu
governance system yang terdiri dari 3 aspek governance, yaitu
1. Governance structure yang bertujuan untuk menilai kecukupan struktur dan
infrastruktur tata kelola bank agar proses pelaksanaan prinsip GCG
menghasilkan outcome yang sesuai dengan harapan stakeholders bank.
2. Governance process yang bertujuan untuk menilai efektivitas proses
pelaksanaan prinsip GCG.
3. Governance outcome yang bertujuan untuk menilai kualitas outcome yang
memenuhi harapan stakeholders bank.
Selanjutnya terdapat matriks peringkat dalam menentukan GCG bagi Bank
Umum yaitu Peringkat 1 (sangat baik), Peringkat 2 (baik), Peringkat 3 (cukup
baik), Peringkat 4 (kurang baik), Peringkat 5 (tidak baik).
2.3.3 Earning
Laba yang besar bukanlah merupakan ukuran bahwa bank telah bekerja
secara efisien. Efisien dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh
dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan
menghitung rentabilitasnya (Pandia, 2012). Dengan demikian, tingkat rentabilitas
yang tinggi dapat mencerminkan efisien yang tinggi pula.
28
Menurut Pandia (2012), menyatakan bahwa rasio rentabilitas adalah
perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum
pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Untuk perhitungan
rasio yang mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau
aset dihitung secara rata-rata selama periode tersebut.
Rentabilitas pada dasarnya adalah Laba (Rp) yang dinyatakan dalam Profit
(%). Formula yang digunakan untuk menilai rentabilitas (earning) sesuai dengan
surat edaran dalam penelitian ini menggunakan formula sebagai berikut:
a. Return on Assets (ROA) =
b. Net interst Margin (NIM) =
Keterangan :
• Laba sebelum pajak adalah laba sebagaimana tercatat dalam laba rugi bank
tahun berjalan yang disetahunkan
• Rata-rata total aset adalah rata-rata total aset yang disetahunkan
• Pendapatan bunga bersih adalah pendapatan bunga dikurangi dengan beban
bunga (disetahunkan)
• Aset Produktif adalah aset yang menghasilkan bunga baik dineraca maupun pada
TRA (Transaksi Rekening Administratif)
2.3.4 Capital
Modal merupakan elemen penting bagi suatu bank. Fungsi modal bagi bank
Adalah sebagai berikut:
1. Untuk menanggung risiko saat ini dan mengantisipasi risiko dimasa
mendatang
29
2. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai usaha
3. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan para
pemegang saham
4. Dengan modal yang mencukup memungkinkan bagi manajemen bank untuk
bekerja dengan efisiensi yang tinggi.
Pentingnya modal bagi bank menjadikan penilaian permodalan selalu dalam
pengawasan regulator perbankan dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Bank
Indonesia sendiri, selalu memperbarui peraturan tentang penilaian permodalan
perbankan. Salah satu yang terbaru adalah PBI Nomor 14/18/PBI/2012 tentang
Kewajiban Penilaian Modal Minimum (KPMM/CAR). Adapun perhitungan KPMM
adalah:
Modal yang dimaksud dalam persamaan diatas, sesuai dengan
14/18/PBI/2012, modal di klasifikasi menjadi 3 jenis yaitu:
a) Modal Inti (Tier 1)
Modal inti terdiri dari modal disetor, cadangan tambahan modal (disclosed
reserve) dan modal inovatif (innovative capital instrument), dan modal inti
tersebut diperhitungkan dengan faktor pengurang, yang terdiri dari
goodwill, aset tidak berwujud lainnya, penyertaan bank, kekurangan
modal, dan eksposur sekuritisasi.
b) Modal Pelengkap (Tier 2)
Modal pelengkap adalah modal supplementary capital yaitu modal bank
yang terdiri atas modal pinjaman, pinjaman subordinasi, dan cadangan
yang dibentuk tidak berasal dari laba.
30
c) Modal Pelengkap tambahan (Tier 3)
Komponen modal pelengkap tambahan mencakup pinjaman subordinasi
jangka pendek, bagian dari pinjaman subordinasi dalam modal pelengkap
yang melebihi batas maksimum 50% dari modal pelengkap, dan modal
pelengkap yang tidak dialokasikan untuk menutup beban modal untuk
risiko kredit dan/atau risiko operasional dengan memenuhi persyaratan
tertentu.
Sedangkan dalam menghitung ATMR, pos-pos aktiva diberikan bobot risiko
yang besarnya didasarkan pada risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau
risiko yang didasarkan pada jenis aktiva, golongan debitur, penjamin, atau sifat
barang jaminan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia terbaru.
2.4 Valuasi Perusahaan
Mengetahui perkiraan besaran nilai perusahaan saat ini, tidak hanya berguna
untuk tujuan pengembangan perusahaan, namun juga pada tahap akuisisi ataupun
merger. Tak jarang pihak yang melakukan akuisisi menderita kerugian setelah prsoes
dilakukan. Ini semua terjadi karena manajemen kurang jeli dalam menilai perusahaan
pada fase awal.
Penilaian bisnis merupakan suatu kegiatan atau proses untuk memperoleh
pendapatan atau perkiraan nilai suatu bisnis atau perusahaan / entitas atau suatu
kepemilikan didalamnya. Banyak cara dalam menentukan suatu nilai perusahaan,
mengacu pada Oleg Deev (2011) yang menyatakan dalam menggunakan metode
FCFE untuk menghitung valuasi terhadap bank sangat cocok maka dalam peneliti ini
penulis menggunakan metode Free Cash Flow to Equity (FCFE) untuk menilai bisnis
PT Bank Mutiara Tbk.
Adapun rumus valuasi perusahaan dengan metode ini ialah:
31
Keterangan:
FCFE = Free Cash Flow to Equity
Ke = Cost of Equity
G = Growth
2.4.1 Free Cash Flow to Equity
Menurut Koller (2005), penilaian perusahaan antara non financial companies
dengan financial companies berbeda. Pada perusahaan non financial companies
antara keputusan operasi dan pendanaan terpisah, sedangkan pada financial
companies penilaian operasi perusahaan tidak dapat dipisahkan dari pendapatan
bunga dan biaya bunga yang merupakan komponen penting dari pendapatan. Berikut
formula perhitungan Free Cash flow to Equity menurut Koller (2005) :
Free Cash flow to Equity = Net Income + Other Comprehensive Income – Increase
in Equity
Keterangan:
Net Income : Laba bersih
Other Comprehensive Income : noncash items (misalnya: penyusutan, estimasi
kerugian, dan penyisihan penghapusan aktiva, dan
sebagainya) yang ditambahkan atau dikurangkan
dari ekuitas.
Increase in Equity : Total ekuitasn – Total ekuitas(n-1)
2.4.2 Cost of Equity
Cost of Equity merupakan keuntungan perusahaan yang diinginkan oleh para
investor karena mengharapkan tingkat pengembalian atas dana yang mereka
32
investasikan di perusahaan tersebut. Metode yang digunakan oleh peneliti untuk
menghitung cost of equity adalah menggunakan perhitungan capital asset pricing
model (CAPM).
Capital asset pricing model adalah suatu model keseimbangan yang dapat
menentukan hubungan antara risiko dan return yang akan diperoleh investor.
Persamaan CAPM (Gitman, 2009) dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan :
Ke = Cost of Equity
Rf = Risk Free ( Menggunakan Rate SBI)
β = Ukuran dari risiko pasar
Rm = Market rate of return (menggunkan return Indeks Harga Saham Gabungan)
i. Risk Free (Rf)
Risk Free merupakan tingkat pengembalian investasi bebas risiko. Yang
dimaksud dengan investasi risk-free adalah investasi dalam aset keuangan yang
mengandung risiko sangat minim atau bahkan tidak ada default risk, atau harus
ada jaminan dari pemerintah. Di Indonesia referensi yang dapat digunakan
adalah tingkat SBI.
ii. Beta (β)
Variable Beta (β) identik dengan besaran risiko yang tinggi tanggung
investor karena penanaman dana dalam sebuah investasi berisiko, atau dengan
kata lain investasi di proyek yang memiliki kemungkinan default (gagal)
Beta (β) merupakan nilai sensitifitas harga saham terhadap pergerakan
nilai pasar modal secara umum. Apabila nilai beta kurang dari 1 maka harga
33
saham perusahaan kurang sensitive dibandingkan dengan pasar modal secara
umum, sedangkan apabila nilai β lebih besar dari 1 maka saham perusahaan
lebih sensitive terhadap pergerakan nilai pasar modal secara umum.
Nawari (2010) mengatakan bahwa dalam menentukan nilai beta dapat
menggunakan Excel dengan analisis Regression. Mengacu hal tersebut, maka
dalam menentukan nilai beta menggunakan analisis Regression.
iii. Market Return (Rm)
Market return adalah tingkat pengembalian yang diharapkan terhadap
portofolio yang berasal dari seluruh sekuritas yang diperdagangkan. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan tingkat pengembalian pasar berdasarkan
IHSG karena mengambarkan pergerakan harga saham dipasar modal.
2.4.3 Growth
Growth atau pertumbuhan ekonomi yaitu proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Dalam penelitian ini penulis mengasumikan perusahaan
mengalami tingkat pertumbuhan yang stabil oleh karena itu penelitian ini
menggunakan the constant growth.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2012 yang
diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu sebesar 6,23%. Oleh
karena itu, tingkat economic growth Indonesia yang digunakan dalam
penelitian ini sebesar 6,23%