bab ii landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00311-ak...

24
6 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal Kerja Dalam aktivitas sebuah perusahaan tidak dipungkiri bahwa dibutuhkan dana untuk menjalankan operasinya, mulai dari membeli bahan baku dari pemasok, membayar gaji karyawan, rekening listrik, biaya transportasi dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dalam waktu yang singkat sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan operasi selanjutnya. Oleh karena itu dalam satu periode akuntansi dana ini diharapkan dapat berputar secepat mungkin agar aktivitas perusahaan dapat terus berlangsung. Dana yang digunakan tersebut adalah dana lancar atau lebih dikenal dengan istilah modal kerja. Pengertian modal kerja dapat dilihat dari beberapa penjelasan di bawah ini: Menurut Kasmir (2008), modal kerja adalah investasi yang ditanamkan perusahaan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat berharga, piutang, persediaan, atau aktiva lancar lainnya. Menurut Syamsuddin (2009), modal kerja bersih perusahaan seringkali didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Selama aktiva lancar melebihi jumlah hutang lancar, maka berarti perusahaan memiliki modal kerja bersih tertentu, yang jumlahnya sangat ditentukan oleh jenis usaha dari masing-masing perusahaan.

Upload: buithien

Post on 19-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Modal Kerja

II.1.1 Pengertian Modal Kerja

Dalam aktivitas sebuah perusahaan tidak dipungkiri bahwa dibutuhkan dana

untuk menjalankan operasinya, mulai dari membeli bahan baku dari pemasok,

membayar gaji karyawan, rekening listrik, biaya transportasi dan sebagainya. Dana yang

dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dalam waktu yang singkat

sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan operasi selanjutnya. Oleh karena itu

dalam satu periode akuntansi dana ini diharapkan dapat berputar secepat mungkin agar

aktivitas perusahaan dapat terus berlangsung.

Dana yang digunakan tersebut adalah dana lancar atau lebih dikenal dengan

istilah modal kerja. Pengertian modal kerja dapat dilihat dari beberapa penjelasan di

bawah ini:

Menurut Kasmir (2008), modal kerja adalah investasi yang ditanamkan

perusahaan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat

berharga, piutang, persediaan, atau aktiva lancar lainnya.

Menurut Syamsuddin (2009), modal kerja bersih perusahaan seringkali

didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Selama aktiva

lancar melebihi jumlah hutang lancar, maka berarti perusahaan memiliki modal kerja

bersih tertentu, yang jumlahnya sangat ditentukan oleh jenis usaha dari masing-masing

perusahaan.

7

Menurut Raharjaputra (2009), modal kerja adalah investasi yang dilakukan

perusahaan dalam jangka pendek atau disebut sebagai asset lancar (current asset), yang

dimana modal kerja ini disebut sebagai gross working capital, atau modal kerja kotor,

sedangkan net working capital atau modal kerja bersih dihasilkan dari selisih antara aset

lancar dengan utang lancar.

II.1.2 Konsep Modal Kerja

Berdasarkan Bambang Riyanto dalam Ambarwati (2010) ada tiga konsep modal

kerja, yaitu:

1. Modal Kerja kuantitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar, sehingga

disebut modal kerja bruto karena tidak memperhatikan utang jangka pendeknya. Contoh:

Kas, efek, piutang, persediaan.

2. Konsep kualitatif

Modal kerja dalam konsep ini adalah semua elemen aktiva lancar dikurangi seluruh

hutang jangka pendek yang harus dibayar perusahaan.

3. Konsep fungsional

Modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan perusahaan dalam

mencapai laba. Misalnya: kas, piutang dagang, persediaan barang dagangan, penyusutan

mesin, penyusutan bangunan dan gedung, sedangkan efek baru menjadi modal kerja jika

sudah terjual.

8

II.1.3 Jenis-jenis dan Unsur Modal Kerja

II.1.3.1 Jenis-jenis Modal Kerja

Menurut Munawir, S. (2007) modal kerja terdiri atas dua pokok, yaitu:

1. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum

yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa

kesulitan keuangan.

2. Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada

aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.

Jenis-jenis modal kerja menurut Taylor (dalam Harjito (2011))

menggolongkannya dalam:

1. Modal kerja permanen

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang tetap harus ada dalam

perusahaan untuk menjalankan kegiatan usaha, atau dengan kata lain

modal kerja yang diperlukan secara terus menerus untuk kelancaran

usaha.

a) Modal kerja primer, yaitu modal kerja minimum yang harus ada untuk

menjamin kontinuitas kegiatan usaha.

b) Modal kerja normal, yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk

melakukan luas produksi yang normal.

2. Modal Kerja Variabel

Modal kerja variable adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-

ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dikelompokkan

menjadi:

9

a) Modal kerja musiman, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

karena fluktuasi musim.

b) Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya disebabkan

karena fluktuasi konjungtur.

c) Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

Rp

MK Darurat

MK Siklis

MK Musiman

Modal Kerja Normal

Modal Kerja Primer

0 waktu Gambar II.1 Jenis-jenis Modal Kerja

Sumber: Agus Harjito (2011)

II.1.3.2 Unsur-unsur Modal Kerja

Unsur-unsur modal kerja terdiri atas:

1. Aktiva lancar

Menurut Munawir, S. (2007) aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva

tetap lainnya yang diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi

uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya paling

lama satu tahun dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal.

10

Menurut Subramanyam dan Wild (2010), aktiva lancar adalah kas dan

aset lain yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas atau dijual atau

digunakan selama satu tahun (atau dalam siklus operasi normal

perusahaan jika lebih dari satu tahun). Komponen aktiva lancar antara

lain sebagai berikut:

a) Kas

Kas adalah uang tunai yang dapat digunakan kapan saja oleh

perusahaan karena tingkat likuiditasnya yang paling tinggi. Untuk

menjalankan kegiatan sehari-hari perusahaan kas adalah komponen

modal kerja yang paling sering digunakan.

b) Investasi jangka pendek

Investasi jangka pendek adalah investasi yang sifatnya hanya

sementara dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang

sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Investasi jangka pendek

bersifat marketable, artinya dapat segera dijual dengan harga yang pasti.

c) Piutang

Piutang adalah tagihan pada pihak lain yang timbul dari aktivitas

penjualan kredit. Piutang harus disajikan secara informative dan dicatat

dalam neraca sebesar nilai realisasinya, yaitu nilai nominal piutang

dikurangi cadangan kerugian piutang.

d) Persediaan

Persediaan adalah barang-barang yang diperdagangkan yang sampai

tanggal neraca masih terdapat di gudang atau belum laku dijual. Untuk

11

perusahaan manufaktur maka persediaan meliputi persediaan bahan

mentah, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

e) Biaya yang dibayar di muka

Biaya yang dibayar dimuka adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa

dari pihak lain namun pengeluaran tersebut hasilnya baru bisa dinikmati

pada periode berikutnya.

2. Kewajiban lancar

Subramanyam dan Wild (2010) mengemukakan bahwa kewajiban

lancar merupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam

waktu yang relatif pendek, biasanya satu tahun. Komponen hutang

lancar antara lain sebagai berikut:

a) Hutang dagang

Hutang dagang adalah hutang yang timbul dari pembelian barang

dagang yang dilakukan secara kredit.

b) Komponen hutang lainnya termasuk hutang wesel, hutang pajak, biaya

yang masih harus dibayar, dan lainnya.

II.1.4 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

II.1.4.1 Sumber Modal Kerja

Modal kerja perusahaan dapat berasal dari internal dan eksternal yang

mengakibatkan kenaikan modal kerja. Untuk perusahaan yang baru berdiri modal

kerja belum menjadi masalah yang sulit karena kebutuhan modal kerja umumnya

dipenuhi oleh modal pribadi. Masalah yang timbul adalah setelah perusahaan

12

menjadi besar maka kebutuhan modal kerja juga ikut membesar. Pada saat itulah

modal kerja tidak cukup jika hanya berasal dari modal pribadi.

Menurut Munawir, S. (2007) pada umumnya sumber modal kerja suatu

perusahaan dapat berasal dari:

1. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak

dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan

amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal

dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari

hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan

perhitungan rugi laba perusahaan tersebut.

2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka

pendek). Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek

adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan

akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya

penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam

unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi

uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini

merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya

apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan

menyebabkan berkurangnya modal kerja.

3. Penjualan aktiva tidak lancar

Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan

aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya

yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini

13

menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja

sebesar hasil penjualan tersebut.

4. Penjualan saham atau obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan

dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para

pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu

perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk utang janga

panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.

II.1.4.2 Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja menyebabkan perubahan pada bentuk maupun

penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, namun

penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti oleh berubahnya atau penurunan

jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan.

Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya

modal kerja menurut Sawir, A. (2005) terdiri dari:

1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan

pribadi oleh pemilik perusahaan.

2. Pembayaran utang-utang jangka panjang

3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.

II.1.5 Kebijakan Modal Kerja

Kebijakan modal kerja adalah strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk

memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif sumber dana. Menurut

14

Sawir, A. (2005) kebijakan modal kerja pada dasarnya terdapat tiga pilihan bagi

manajemen untuk menentukan besarnya proporsi aktiva lancar yang dibiayai oleh

sumber jangka pendek serta yang dibiayai dari jangka panjang, yaitu sebagai berikut:

1. Kebijakan modal kerja konservatif

Dalam kebijakan ini, perusahaan memodali sebagian aktiva lancarnya yang

berfluktuasi dengan modal kerja permanen. Pada musim sedang sepi ketika

piutang dan persediaan sedang rendah, perusahaan memperbesar saldo surat-

surat berharga. Dengan bergeraknya waktu menuju puncak musim ramai

penjualan, perusahaan mulai menjual persediaan surat-surat berharga untuk

permodalan persediaan dan piutang, dan bila kurang perusahaan mencari

pinjaman jangka pendek. Sedangkan aktiva lancar permanen tetap dimodali

dengan modal kerja permanen.

Permodalan jangka pendek Rp Fluktuasi aktiva lancar Surat berharga Sumber dana jangka panjang

Modal kerja permanen

Aktiva tetap

Waktu Gambar II.2 Kebijakan Modal Kerja Konservatif

Sumber: Agnes Sawir (2005)

15

2. Kebijakan modal kerja moderat atau hedging

Dalam kebijakan ini, perusahaan mencoba menyelaraskan struktur maturitas

aktiva dan utang-utang yang dimiliki. Kebutuhan akan aktiva lancar yang bersifat

sementara dimodali dari sumber dana jangka pendek sedangkan aktiva lancar

permanen dan aktiva tetap dimodali dengan sumber dana jangka panjang.

Rp Fluktuasi aktiva lancar Sumber dana jangka pendek

Modal kerja permanen Sumber dana jangka panjang

Aktiva tetap

Waktu

Gambar II.3 Kebijakan Modal Kerja Moderat

Sumber: Agnes Sawir (2005)

3. Kebijakan modal kerja agresif

Dalam kebijakan ini, semua aktiva lancar dipenuhi dengan modal jangka pendek,

tetapi sebagian dari aktiva lancar permanen dimodali dengan kredit jangka

pendek. Kebijakan ini digunakan oleh perusahaan yang berani menanggung

resiko tinggi.

16

Rp Fluktuasi aktiva lancar Sumber dana jangka pendek

Modal kerja permanen Sumber dana jangka panjang

Aktiva tetap

Waktu Gambar II.4 Kebijakan Modal Kerja Agresif

Sumber: Agnes Sawir (2005)

Berdasarkan jurnal bisnis dan manajemen Musdholifah dan Eko Triambodo

(2009) menyatakan bahwa terdapat perbedaan profitabilitas antara perusahaan yang

menerapkan kebijakan modal kerja agresif, moderat, dan konservatif. Perusahaan

dengan kebijakan modal kerja agresif memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dari

perusahaan yang menerapkan kebijakan pembelanjaan modal kerja moderat dan

konservatif.

II.1.6 Kebutuhan Modal Kerja & Penentuan Kebutuhan Modal Kerja

II.1.6.1 Kebutuhan Modal Kerja

Menurut Kasmir (2008), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kebutuhan modal kerja, yaitu:

1. Jenis perusahaan

Ada 2 jenis perusahaan, yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang

jasa dan nonjasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan

17

industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Pada

perusahaan industri, investasi pada kas, piutang, dan persediaan relatif

lebih besar dibandingkan dengan perusahaan jasa.

2. Syarat kredit

Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan secara

angsuran juga mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan

penjualan bisa dilakukan dengan melakukan penjualan secara kredit

karena memberikan kelonggaran pada konsumen untuk membeli barang.

3. Waktu produksi

Semakin lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang,

maka semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Sebaliknya, makin

pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja, maka

semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan.

4. Tingkat perputaran persediaan

Semakin rendah tingkat perputaran persediaan, kebutuhan modal kerja

semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, dibutuhkan

perputaran persediaan yang cukup tinggi agar resiko kerugian dapat

diperkecil.

II.1.6.2 Penentuan Kebutuhan Modal Kerja

Penentuan Modal kerja sangat penting karena berpengaruh langsung

terhadap kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Jika terdapat kelebihan

modal kerja maka aka nada dana yang mengganggur dan menjadi tidak efektif.

Jika kekurangan modal kerja maka kegiatan operasional perusahaan dapat

18

terganggu. Berdasarkan tesis S1 oleh Chandra, M (2010) terdapat beberapa

metode untuk menentukan kebutuhan modal kerja, yaitu:

1. Metode Keterikatan Dana

Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan modal kerja,

yaitu:

• Periode terikat modal kerja

Periode terikat modal kerja adalah jangka waktu yang

diperlukan sejak kas ditanamkan pada elemen modal kerja

hingga menjadi kas kembali. Semakin lama periode keterikatan

modal kerja maka semakin besar kebutuhan modal kerja yang

diperlukan perusahaan. Periode terikatnya modal kerja dapat

dihitung menggunakan rumus:

• Kebutuhan kas rata-rata per hari

Kebutuhan kas rata-rata per hari adalah pengeluaran rata-rata

yang terjadi setiap hari untuk keperluan operasi perusahaan

yang pembayarannya dilakukan secara tunai. Pengeluaran kas

per hari dapat dihitung menggunakan rumus:

2. Metode Perputaran Modal Kerja

19

Metode ini menentukan besarnya kebutuhan modal kerja dengan

menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja seperti

kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan.

II.1.7 Rasio-rasio Modal Kerja

Rasio modal kerja merupakan rasio yang berhubungan dengan modal

kerja dan digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan modal kerja perusahaan.

Menurut Kasmir (2008), jenis-jenis rasio keuangan adalah:

1. Rasio likuiditas

Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban

jangka pendek.

a) Rasio lancar (Current Ratio)

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

membajar kewajiban jangka pendek menggunakan aktiva lancar.

b) Rasio cepat (Acid Test Ratio)

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar

tanpa memperhitungkan nilai persediaan.

Atau

20

c) Rasio kas (cash ratio)

Adalah rasio yang mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar hutang.

2. Rasio aktivitas

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam

menggunakan aktiva yang dimilikinya.

a) Rasio perputaran piutang (Account Receivable Turn Over)

Adalah rasio yang mengukur seberapa lama periode yang diperlukan untuk

menagih piutang dalam suatu periode. Semakin tinggi rasio perputaran

piutang berarti semakin cepat piutang dagang dapat ditagih.

b) Rasio rata-rata penagihan piutang (Days of Receivable)

Adalah rasio uang menunjukan lama rata-rata untuk penagihan piutang

yang disajikan dalam jumlah hari.

atau

c) Rasio perputaran persediaan (Inventory Turn Over)

Adalah rasio uang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang

ditanamkan dalam persediaan berputar dalam suatu periode.

21

d) Rata-rata perputaran persediaan (Days of Inventory)

Adalah periode rata – rata barang persediaan berada di gudang.

atau

e) Rasio perputaran modal kerja (Working Capital Turn Over)

Adalah rasio uang digunakan untuk mengukur seberapa besar efektivitas

modal kerja perusahaan selama suatu periode.

Tingkat perputaran modal kerja dibagi atas 2 jenis, yaitu:

• Perputaran modal kerja bersih (Net Working Capital Turn Over)

• Perputaran modal kerja kotor (Gross Working Capital Turn Over)

f) Rasio perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turn Over)

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat perputaran dana yang

ditanamkan dalam aktiva tetap dalam suatu periode.

22

g) Rasio perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over)

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran seluruh aktiva yang

dimiliki perusahaan dan mengukur jumlah yang diperoleh dari aktiva.

Berdasarkan jurnal bisnis dan manajemen Musdholifah dan Eko Triambodo

(2009) menyatakan bahwa total asset turn over dimaksudkan untuk

mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran

aktiva dalam suatu periode tertentu.

3. Rasio solvabilitas

Adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka panjangnya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang

termasuk di dalamnya adalah rasio hutang (Debt to Total Asset).

4. Rasio Profitabilitas

Adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatan

laba melalui kemampuannya dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,

kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya.

a) Margin laba bersih (Net Profit Margin)

Adalah presentase yang menunjukan seberapa besar pendapatan bersih yang

diperoleh dari setiap penjualan.

23

b) Tingkat pengembalian atas total aktiva (Return on Asset/ROA)

Adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aktiva yang digunakan.

c) Tingkat pengembalian atas ekuitas (Return on Equity/ROE)

Adalah rasio yang mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan

laba bagi para pemegang saham.

II.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan catatan penting yang dimiliki perusahaan untuk

mengetahui jumlah pengeluaran dan masukan yang diterima selama suatu periode

tertentu. Dengan melakukan analisis pada laporan keuangan maka pihak manajemen

akan mengetahui kondisi perusahaan serta kemajuan yang telah dicapai.

II.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Para ekonom memiliki pendapat masing-masing mengenai apa yang dimaksud

dengan laporan keuangan. Menurut Niswonger, Warren (2005) laporan keuangan adalah

laporan akuntansi yang menghasilkan informasi. IAI (2009) menyatakan laporan

keuangan berisikan: neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan,

catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan. Menurut Rodoni, Ali (2010) laporan keuangan adalah sebuah laporan

yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang saham yang memuat dasar dan

24

juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek

perusahaan dimasa mendatang.

Laporan keuangan sendiri merupakan tujuan akhir dari seluruh proses akuntansi.

Laporan keuangan harus menggambarkan dengan jelas mengenai kondisi suatu

perusahaan dalam suatu periode akuntansi.

II.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

IAI (2009) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi

yang menyangkut kondisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakan dalam pengambilan

keputusan ekonomi.

II.2.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan pokok perusahaan umumnya terdiri atas laporan laba rugi,

laporan perubahan modal, neraca, dan laporan arus kas.

Laporan laba rugi adalah laporan yang menilai keberhasilan operasional

perusahaan selama suatu periode. Kegunaan laporan laba rugi adalah mengevaluasi

kinerja masa lalu perusahaan, memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan,

membantu menilai risiko yang mungkin terjadi. Keterbatasan laporan laba rugi adalah

tidak dapat dilaporkannya pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat disebabkan

oleh pengaruh metode akuntansi yang dipergunakan. Unsur yang terdapat dalam laporan

laba rugi adalah pendapatan dan beban.

Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi

mengenai perubahan modal yang terjadi dalam suatu perusahaan pada suatu periode

25

akuntansi. Unsur yang terdapat dalam laporan perubahan modal adalah modal awal, laba

atau rugi bersih, penarikan pemilik, dan modal akhir.

Neraca adalah laporan keuangan perusahaan yang menunjukan aktiva, kewajiban,

dan ekuitas pemegang saham. Keterbatasan neraca adalah banyaknya aktiva dan

kewajiban yang dicatat pada biaya historis, pertimbangan dan estimasi harus digunakan

untuk menentukan berbagai mancam pos, dan banyak pos yang perlu diabaikan dalam

pencatatannya sehingga tidak dapat dilakukan secara objektif.

Laporan arus kas adalah laporan yang menyediakan informasi yang relevan

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan pada suatu periode.

II.3 Produktivitas Perusahaan

II.3.1 Pengertian Produktivitas Perusahaan

Berdasarkan Soetisna, H. R. (2002), produktivitas dapat digambarkan dalam dua

pengertian yaitu secara teknis dan finansial. Pengertian produktivitas secara finansial

adalah hubungan atas output dan input yang telah digunakan untuk menghasilkan output

tersebut. Produktivitas berkaitan dengan pembuatan output secara spesifik menunjuk

pada hubungan antara output (hasil produksi) dan input (bahan baku) yang digunakan

untuk produksi.

Pengertian produktivitas berbeda dengan produksi, namun produksi merupakan

salah satu komponen dari usaha produktivitas. Produksi adalah suatu kegiatan yang

berhubungan dengan hasil keluaran yang dinyatakan dalam volume produksi, sedangkan

produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaan sumber daya. Dari definisi

tersebut ditunjukkan bahwa jumlah, tipe, dan tingkat sumber daya yang dibutuhkan juga

menunjukkan efisiensi dalam menggunakan sumber daya tersebut.

26

II.3.2 Unsur-unsur Produktivitas

Berdasarkan Theresia, L (2004), unsur-unsur yang terdapat dalam produktivitas

adalah:

1. Efisiensi

Efisiensi adalah ukuran untuk membandingkan penggunaan masukan (input)

yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terjadi.

Produktivitas sebagai rasio output/input merupakan ukuran efisiensi pemakaian

sumber daya.

2. Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran yang memberi gambaran sejauh mana target yang

dapat dicapai baik secara kuantitas maupun waktu. Semakin besar persentase

target yang tercapai maka semakin tinggi efektivitasnya.

3. Kualitas

Kualitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh pemenuhan persyaratan,

spesifikasi, dan harapan konsumen. Meskipun kualitas sulit diukur secara

matematis menggunakan rasio, namun kualitas input dan kualitas proses akan

meningkatkan kualitas output.

II.3.3 Pengukuran Produktivitas

Menurut Mulyadi (2008) pengukuran produktivitas dapat dibedakan menjadi dua

jenis:

1. Pengukuran Produktivitas Parsial

Pengukuran produktivitas parsial adalah pengukuran untuk satu masukan pada

suatu saat. Produktivitas parsial dapat dihitung dengan ukuran produktivitas

27

operasional dengan membagi jumlah produk yang dihasilkan dengan jumlah jam

tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.

2. Pengukuran Produktivitas Total

Pengukuran produktivitas total adalah pengukuran untuk seluruh masukan pada

suatu saat. Pengukuran ini dapat dilakukan dalam kondisi tanpa pertukaran atau

dengan mempertimbangkan pertukaran.

II.3.4 Peningkatan Produktivitas

Berdasarkan Prawironegoro, Purwanti (2009) ada beberapa cara yang lazim

digunakan untuk meningkatkan produktivitas:

1) Manajemen harus mampu membuat program kerja yang sesuai dengan

kemampuan sumber daya manusia yang dimilikinya dan yang sesuai dengan

perubahan kondisi eksternal dan internal sehingga outputnya dapat dinikmati

pelanggan serta bergaya demokratis.

2) Sumber daya manusia harus dimotivasi agar bersedia bekerja efektif dan efisien.

3) Metode kerja harus cocok dengan kondisi peralatan dan sumber daya manusia

yang tersedia.

4) Peralatan kerja harus cocok dengan jenis dan kualitas barang atau jasa yang

diproduksi.

5) Material atau sasaran kerja yang diolah harus cocok dengan jenis dan kualitas

barang atau jasa yang diproduksi.

28

II.4 Siklus Konversi Kas (Cash Conversion Cycle)

Siklus konversi kas adalah titik dimana usaha yang dilakukan oleh perusahaan

berubah menjadi uang tunai yang dinyatakan dalam jumlah hari. Cara menghitung

konversi kas berdasarkan Keown, Martin (2010):

1. Periode konversi persediaan, adalah jangka waktu yang diperlukan untuk

mengkonversi bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjualnya.

2. Periode konversi piutang, adalah jangka waktu yang diperlukan untuk

mengkonversikan piutang perusahaan menjadi kas, yaitu jangka waktu sejak

penjualan hingga realisasi penagihan.

3. Periode penagguhan hutang usaha, adalah jangka waktu rata-rata sejak

pembelian bahan baku atau pengkaryaan pekerja hingga terlaksananya

pembayarannya.

4. Siklus konversi kas yang menggabungkan ketiga periode sebelumnya adalah

jangka waktu sejak dilakukannya pengeluaran tunai untuk sumber daya produksi

sehingga terealisasinya penagihan atas penjualan produk.

Konsep siklus konversi kas dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

(1) (2) (3) (4) Periode Periode Periode Konversi + Konversi - Penangguhan = Siklus konversi Persediaan Piutang Utang Kas

29