bab ii landasan teori ii.1 penelitian terdahulu ...thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00427-ak...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Penelitian Terdahulu
Dalam rangka membuat penelitian yang lebih terarah, maka penulis melakukan
telaah pustaka untuk mencari bahan acuan atau pijakan yang mempunyai kaitan dengan
objek yang penulis teliti yaitu “IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA”.
Dari hasil telaah pustaka yang dilakukan, penulis tidak menemukan penelitian dengan
judul yang sama dengan judul yang diambil oleh penulis saat ini. Namun demikian,
penulis menemukan penelitian sebelumnya yang memiliki tema yang sama dengan yang
penulis lakukan yaitu implementasi standar akuntansi keuangan. Judul penelitian
terdahulu yang penulis angkat sebagai bahan acuan adalah “IMPLEMENTASI
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS
PUBLIK (SAK ETAP) PADA PT. SAPTAWIRA ADHITAMA TOUR &
TRAVEL”
Penelitian tersebut disusun oleh Kartika Wijaya pada tahun 2011. Selain itu,
tujuan penelitian yang disusun oleh Kartika adalah :
1. Untuk mengimplementasikan SAK ETAP sebagai standar penyusunan laporan
keuangan perusahaan PT Saptawira Adhitama Tour & Travel.
2. Untuk mengevaluasi pengaruh implementasi SAK ETAP pada laporan keuangan
perusahaan PT Saptawira Adhitama Tour & Travel.
8
Metodologi penelitian yang dipakai oleh Kartika dalam menyusun penelitiannya
adalah sebagai berikut :
1. Jenis dari risetnya adalah riset eksploratoria yang bersifat deskriptif naratif.
2. Dimensi waktu riset adalah melibatkan urutan waktu selama 2 tahun.
3. Kedalaman risetnya berupa studi kasus, mendalam tetapi hanya melibatkan satu
objek.
4. Metode pengumpulan datanya :
• Kontak langsung (wawancara)
• Kontak tidak langsung (arsip data perusahaan)
5. Lingkungan penelitiannya adalah noncontived setting yaitu lingkungan riil.
6. Unit analisisnya adalah sebuah perusahaan menengah di bidang jasa biro
perjalanan wisata.
Berikut ini merupakan simpulan penelitian terdahulu dalam menjawab rumusan
masalah yang tertulis pada Bab I dari skripsi tersebut, antara lain :
1. PT Saptawira Adhitama Tour & Travel menerapkan dini SAK ETAP secara
prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu
cara mengimplementasikan SAK ETAP sebagai standar penyusunan laporan
keuangan perusahaan adalah :
a. Membuat Neraca Awal perusahaan dengan mengakui dan tidak mengakui
Aset dan Kewajiban yang dipersyaratkan dalam SAK ETAP,
mereklasifikasikan pos-pos Aset, Kewajian, dan Ekuitas berdasarkan
SAK ETAP.
9
b. Penyesuaian yang diperlukan dalam membuat Neraca Awal dan yang
muncul dari transaksi, kejadian, atau kondisi lainnya sebelum tanggal
efektif SAK ETAP, diakui secara langsung di pos Saldo Laba pada
tanggal penerapan SAK ETAP.
c. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh komponen Laporan
Keuangan perusahaan pada tahun penerapan SAK ETAP.
d. Menyusun Laporan Keuangan perusahaan pada akhir periode yang sesuai
dengan SAK ETAP, termasuk pengungkapan ynag diperlukan dalam
Catatan Atas Laporan Keuangan.
2. Pengaruh dari mengimplementasikan SAK ETAP pada laporan keuangan
perusahaan PT Saptawira Adhitama Tour & Travel adalah :
a. Saldo Laba
Akibat adanya pengakuan Aset dan penyesuaian lain yang muncul dari
transaksi, kejadian, atau kondisi lainnya sebelum tanggal efektif SAK
ETAP, maka nilai Saldo Laba perusahaan pada Neraca Awal penerapan
SAK ETAP menjadi lebih tinggi dari sebelumnya yang akan memberikan
keuntungan bagi para pemegang saham.
b. Pendapatan
Akibat adanya penerapan kewajiban secara akrual dapat menyebabkan
munculnya pos Pendapatan Diterima Dimuka. Pos ini merupakan
Pendapatan Usaha yang memenuhi syarat diakui sebagai kewajiban
perusahaan.
Hal ini mengakibatkan Pendapatan Usaha pada Laporan Laba Rugi
perusahaan menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Pendapatan (PPN)
10
yang telah dikeluarkan dari Pendapatan Usaha perusahaan juga
mengakibatkan Pendapatan Usaha perusahaan menjadi lebih rendah.
Pendapatan perusahaan lebih rendah maka beban pajak penghasilan
perusahaan akan menjadi lebih rendah, sehingga perusahaan dapat
meminta restitusi pajak penghasilan yang telah lebih bayar.
c. Pihak-pihak Istimewa
Adanya penyajian secara terpisah dari transaksi dengan pihak-pihak
istimewa yang menimbulkan pos Piutang Hubungan Istimewa pada
Neraca Perusahaan. Hal ini membuat penyajian dan pengungkapan
transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa menjadi
sesuai seperti yang disyaratkan dalam SAK ETAP.
II.2 Rerangka Teori dan Literatur
II.2.1 Implementasi
II.2.1.1 Pengertian Implementasi
Menurut Dave Chaffey (2009), menyatakan bahwa implementasi adalah “The
creation of a system based on analysis and design documentation”. (p681)
Berdasarkan pengertian ahli di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah
menciptakan suatu proses berupa tindakan untuk memastikan terlaksananya suatu
kebijakan dan tercapainya tujuan kebijakan tersebut.
11
II.2.1.2 Manfaat dan Tujuan Implementasi IFRS
Dalam artikel berita berjudul Standar Internasional Dipakai 2012 yang ada di
situs Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), menurut Dudi M Kurniawan (2010) sebagai
Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mengatakan, dengan
mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus, yaitu :
1. Pertama, meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
2. Kedua, mengurangi biaya SAK.
3. Ketiga, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Keempat, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Kelima, meningkatkan transparansi keuangan.
6. Keenam, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang
penghimpunan dana melalui pasar modal.
7. Ketujuh, meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Selain itu, terdapat pula tujuan dari implementasi IFRS dalam menyusun laporan
keuangan suatu perusahaan yaitu :
1. Memastikan bahwa laporan keuangan internal perusahaan mengandung
informasi berkualitas tinggi
2. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode
yang disajikan
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna
4. Meningkatkan investasi.
12
II.2.2 Pengertian PSAK
PSAK adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Di
Indonesia PSAK adalah Standar Akuntansi Keuangan yang merupakan standar yang
digunakan untuk pelaporan keuangan dan digunakan sebagai pedoman dan aturan
akuntan untuk membuat atau menyusun laporan keuangan. Dengan adanya Pernyataan
Standar Akuntansi keuangan yang baik, laporan keuangan menjadi lebih berguna, dapat
diperbandingkan, tidak menyesatkan dan dapat menciptakan transparansi bagi
perusahaan.
Di Indonesia PSAK akan dikonvergensi secara penuh ke dalam IFRS melalui
tiga tahapan, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir, dan tahap implementasi. Adopsi
International Financial Reporting standard (IFRS) yang dilakukan secara bertahap
disebut dengan gradual strategy. Strategi ini digunakan oleh negara-negara berkembang
seperti Indonesia. Dengan mengadopsi secara penuh IFRS pada tahun 2012, laporan
keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan
dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.
II.2.3 Konvergensi IFRS
Indonesia bagian dari IFAC (International Federation of Accountants) yang
harus tunduk pada SMO (Statement Membership Obligation), seperti dengan
menggunakan IFRS sebagai accounting standard. Maka dari itu, saat ini Indonesia
sedang melakukan konvergensi untuk IFRS. Konvergensi sendiri berasal dari bahasa
Inggris yaitu convergence. Kata konvergensi merujuk pada “Dua hal/benda atau lebih
bertemu dan bersatu dalam suatu titik”. (Arismunandar, 2006: 1)
13
Konvergensi IFRS adalah pengadopsian secara penuh dengan tujuan akhir ialah
PSAK sama dengan IFRS tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Konvergensi IFRS ini
merupakan salah satu bentuk kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20
forum (The Group of Twenty Finance Ministers and Central Bank Governors). G20
forum adalah forum yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian besar di dunia
ditambah dengan Uni Eropa. Maka dari itu, standar akuntansi keuangan nasional yang
digunakan Indonesia saat ini sedang dalam proses yang secara bertahap menuju
konvergensi secara penuh dengan International Financial Reporting Standards (IFRS)
yang dikeluarkan oleh IASB.
Konvergensi dalam hal standar akuntansi internasional berarti merujuk bahwa
hanya akan ada satu standar yang digunakan secara internasional di masa yang akan
datang. Standar internasional tersebut yang kemudian berlaku untuk menggantikan
standar yang sudah dibuat dan dipakai oleh negara itu sendiri. Sebelum ada konvergensi
standar biasanya terdapat perbedaan antara standar yang dibuat dan dipakai di negara
tersebut dengan standar internasional. Konvergensi standar akan menghapus perbedaan
tersebut secara perlahan-lahan dan bertahap sehingga diharapkan tidak akan ada lagi
perbedaan antara standar negara tersebut dengan standar internasional di masa yang akan
datang.
Ada 3 cara melakukan proses konvergensi yaitu dengan :
1. Adaptasi, yaitu dengan membuat standar akuntansi sendiri yang disesuaikan
dengan IFRS
2. Adopsi, yaitu dengan mengambil dan memakai langsung standar dari IFRS
3. Harmonisasi, yaitu dengan membuat standar akuntansi sendiri yang tidak
bertentangan dengan IFRS.
14
Menurut DSAK, pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi lima tingkatan,
antara lain :
1. Full Adoption, yaitu dimana suatu negara mengadopsi secara keseluruhan
IFRS dan menterjemahkan word by word.
2. Adapted, yaitu dimana suatu negara mengadopsi seluruh IFRS tetapi
disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
3. Piecemeal, yaitu dimana suatu negara hanya mengadopsi sebagian nomor
IFRS seperti nomor standar atau paragraf tertentu.
4. Referenced, yaitu dimana standar yang diterapkan di suatu negara hanya
mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun
sendiri oleh badan pembuat standar.
5. Not adoption at all, yaitu dimana suatu negara sama sekali tidak
mengadopsi IFRS.
II.2.4 Penyajian Laporan Keuangan
II.2.4.1 Pengertian Penyajian Laporan Keuangan
Menurut Menurut Kieso and Weygandt (2007:2) yang dialih bahasakan oleh
Emil Salim, menyatakan bahwa “Laporan keuangan merupakan sarana
pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi”.
Menurut Raja Adri Satriawan Surya (2012:6), menyatakan bahwa “Laporan Keuangan
adalah salah satu penyajian terstruktur dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas suatu entitas”. Sedangkan menurut PSAK 1 (revisi 2009), “Laporan keuangan adalah
suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.
(paragraf 9)
15
Berdasarkan pengertian laporan keuangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang digunakan sebagai
alat komunikasi mengenai informasi keuangan suatu perusahaan untuk pihak-pihak
pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas,
dan lengkap, yang mengungkapkan keadaan ekonomi perusahaan yang sesungguhnya.
Sedangkan penyajian laporan keuangan adalah proses penyampaian laporan keuangan
dengan adanya pengaturan pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan unsur-unsur
laporan keuangan.
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan
dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar adalah penyajian yang secara jujur
memperlihatkan dampak yang terjadi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai
dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, pendapatan dan beban yang diatur
dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK,
dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian
laporan keuangan secara wajar.
II.2.4.2 Pihak-pihak yang Berkepentingan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (Revisi
2009), menyatakan bahwa pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan
investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya,
pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga lainnya dan masyarakat. Mereka
menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang
berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
16
1. Investor
Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko
yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan.
Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan
kesempatan kerja.
3. Pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada
saat jatuh tempo.
4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Pemasok dan kreditor usaha lain tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada
perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi
pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada
kelangsungan hidup perusahaan.
17
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaan
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena ini berkepentingan
dengan aktivitas perusahaan mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai
dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend)
dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian
aktivitasnya. (paragraf 9)
II.2.4.3 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Raja Adri Satriawan Surya (2012:3), menyatakan bahwa “Laporan
keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Sedangkan menurut
PSAK 1 (2009) yang dikeluarkan oleh IAI menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan
18
adalah “Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan ekonomi”. (paragraf 9)
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan
keuangan adalah menyediakan informasi untuk pengguna laporan keuangan mengenai
penyajian terstruktur dari posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan
kepada mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang
meliputi :
1. Aset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, dan
6. Arus kas.
II.2.4.4 Jenis-jenis Laporan keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga
merekam peristiwa kejadian bisnis dalam bentuk unit moneter. Dengan disediakannya
laporan keuangan maka keadaan ekonomi perusahaan dapat dilihat dalam laporan
19
keuangan tersebut. Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, tentu saja
diperlukan komponen-komponen laporan keuangan yang lengkap.
Menurut PSAK 1 (revisi 2009) menyatakan bahwa laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini :
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
4. Laporan arus kas selama periode
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting
dan informasi penjelasan lainnya, dan
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. (paragraf 10)
II.2.5 PSAK 1 (Revisi 2009)
Menurut PSAK 1 (revisi 2009) menyatakan bahwa “Pernyataan ini menetapkan
dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose
financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat
dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan
laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian
laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan
keuangan”. (paragraf 1)
20
Pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan transaksi dan peristiwa tertentu
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi terkait. Penyajian laporan keuangan
mensyaratkan pertimbangan dan estimasi pada setiap transaksi. Penjelasan mengenai
penggunaan kebijakan akuntansi dan dasar estimasi yang digunakan dalam laporan
keuangan disyaratkan dalam pembuatan laporan keuangan.
PSAK 1 (revisi 2009) terdiri dari paragraf 1-137 dan Lampiran. Seluruh paragraf
tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf
tebal dan miring (bold italic) mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 1 (revisi 2009)
harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur
yang tidak material.
II.2.5.1 Dasar Reklasifikasi
Dalam PSAK 1 (revisi 2009) menyatakan bahwa jika entitas mengubah
penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas
mereklasifikasikan jumlah komparatif kecuali reklasifikasi tersebut tidak praktis untuk
dilakukan. Jika entitas mereklasifikasi jumlah komparatif, maka entitas mengungkapkan:
a. sifat reklasifikasi;
b. jumlah masing-masing pos atau gabungan beberapa pos yang direklasifikasi; dan
c. alasan reklasifikasi (paragraf 38)
21
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis untuk dilakukan, maka entitas
mengungkapkan:
a. alasan tidak mereklasifikasikan jumlah tersebut, dan
b. sifat penyesuaian yang akan dilakukan jika jumlah tersebut direklasifikasi
(paragraf 39)
Pada paragraf 26 di dalam PSAK 1 (revisi 2009), menyatakan bahwa entitas
menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan
secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak
material.
Selain itu, pada paragraf 55, menyatakan bahwa entitas mempertimbangkan
apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan pada penilaian dari:
a. sifat dan likuiditas aset;
b. fungsi aset tersebut dalam entitas;
c. jumlah, sifat dan jangka waktu liabilitas.
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau
peristiwa lain yang diklasifikasikan sesuai sifat dan fungsinya. Tahap terakhir dari
proses penggabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan.
Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang
sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos
mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi
cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. (paragraf
27)
22
II.2.5.2 Istilah Dalam PSAK 1 (Revisi 2009)
Berikut ini adalah istilah yang digunakan dalam PSAK 1 revisi 2009, antara lain:
1. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif,
laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau
rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan
informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam
laporan keuangan.
2. Laba rugi
Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk
komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
3. Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ‘laporan
keuangan’)
Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ‘laporan
keuangan’) adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan.
4. Material
Kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos
laporan keuangan adalah material jika, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan
keuangan. Materialitas bergantung pada ukuran dan sifat dari kelalaian dalam
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat tersebut dengan
23
memperhatikan kondisi terkait. Ukuran atau sifat dari pos laporan keuangan
tersebut, atau gabungan dari keduanya, dapat menjadi faktor penentu.
5. Pemilik
Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai ekuitas.
6. Pendapatan komprehensif lain
Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban
(termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari
laporan pendapatan komprehensif sebagaimana disyaratkan oleh SAK
lainnya.
7. Penyesuaian reklasifikasi
Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasikan ke bagian
laba rugi periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan
komprehensif lain pada periode berjalan atau periode sebelumnya.
8. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan Interpretasi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi
Indonesia serta peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada di
bawah pengawasannya.
9. Tidak prakis
Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis jika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah melakukan segala upaya yang rasional.
24
10. Total laba rugi komprehensif
Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu periode
yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang
dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.
Beberapa perubahan istilah di dalam PSAK 1 (revisi 2009) antara lain:
1. Penggantian istilah “kewajiban” pada PSAK 1 (revisi 1998) menjadi
“liabilitas” pada PSAK 1 (revisi 2009).
2. Penggantian istilah “aktiva” pada PSAK 1 (revisi 1998) menjadi “aset” pada
PSAK 1 (revisi 2009).
3. Penggantian istilah “neraca” pada PSAK 1 (revisi 1998) menjadi “laporan
posisi keuangan” pada PSAK 1 (revisi 2009).
Satu hal penting dalam kaitannya dengan istilah, PSAK 1 (revisi 2009) tidak lagi
memperkenankan penggunaan istilah “Pos Luar Biasa”, sedangkan PSAK 1 (revisi
1998) masih memperkenankan penggunaan istilah tersebut. Secara umum, alasan
eliminasi Pos Luar Biasa (extraordinary items) dari laporan keuangan dapat dirangkum
sebagai berikut:
1. Terdapat kesulitan untuk menentukan apakah suatu peristiwa/transaksi dapat
dikategorikan sebagai extraordinary items. Hal ini disebabkan karena kriteria
penentuan extraordinary items masih membutuhkan judgement.
2. Memisahkan cost yang termasuk dalam extraordinary items dengan yang
tidak termasuk dalam extraordinary items bukan saja merupakan hal yang
tidak praktis, tetapi juga merupakan hal yang tidak berguna bagi pengguna
laporan keuangan yang berfokus pada informasi yang dapat membantu
prediksi future earnings dan akibat cash flow dari adanya kejadian–kejadian
25
tersebut. Sehingga usaha untuk memisahkan cost dalam ordinary atau
extraordinary akan menghalangi (bukan meningkatkan) komunikasi
informasi keuangan.
3. Dikarenakan extraordinary items tidak sering terjadi maka sebaiknya
dieliminasi.
II.2.5.3 Perbedaan PSAK 1 Revisi 1998 Dengan PSAK 1 Revisi 2009
PSAK 1 (revisi 2009) telah disahkan, standar ini telah mengadopsi International
Accounting Standard (IAS) yang diadopsi dari IFRS dan wajib diterapkan mulai 1
januari 2011. Dari standar yang baru tersebut banyak mengalami perubahan, yaitu
mengenai: konsep, format, dan pelaporan. Sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap
pelaporan keuangan di tahun 2011. Adapun perubahan PSAK 1 revisi 1998 menjadi
PSAK 1 revisi 2009 yang dapat dilihat melalui tabel perbedaan antara PSAK 1 revisi
1998 dengan PSAK 1 revisi 2009. Tabel ini dapat membantu pembaca dalam
mempelajari PSAK 1 revisi 2009 lebih jauh. Tabel perbedaan tersebut adalah sebagai
berikut:
26
Tentang PSAK 1 (1998) PSAK 1 (2009)
Penyimpangan dari PSAK
Tidak diatur Diatur
Panduan pemilihan kebijakan akuntansi
Diatur Tidak diatur (hal ini akan diatur dalam revisi PSAK 25)
Klasifikasi pinjaman yang dibiayai kembali
Liabilitas jangka panjang, jika perpanjangan diperoleh sebelum tanggal penyelesaian Laporan Keuangan
Liabilitas jangka pendek, jika perpanjangan diperoleh setelah tanggal neraca
Komponen Laporan Keuangan
• Neraca • Laporan laba rugi • Laporan
perubahan ekuitas • Laporan arus kas • Catatan atas
Laporan Keuangan
• Laporan posisi keuangan
• Laporan laba rugi komprehensif
• Laporan perubahan ekuitas
• Laporan arus kas • Catatan atas
Laporan Keuangan • Laporan posisi
keuangan awal (retrospektif, restatement, atau reklasifikas)
Pernyataan kepatuhan terhadap SAK
Tidak diatur Diatur
Pos luar biasa Ada Tidak diperkenankan Hak minoritas Minority interest disajikan
terpisah antara kewajiban dan ekuitas
Non-controlling interest
Beberapa pengungkapan tambahan
Tidak diatur • Pertimbangan dalam penerapan kebijakan akuntansi
• Sumber informasi ketidakpastian
• Permodalan
Tabel II.1 (Perbedaan PSAK 1 Revisi 1998 Dengan PSAK 1 Revisi 2009)
Sumber : Public Hearing ED PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (DSAK-IAI)
27
II.2.6 PSAK 2 (Revisi 2009)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2 (revisi 2009) terdiri dari paragraf 1-
53. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang
dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 2 (revisi
2009) harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-
unsur yang tidak material. Tujuan PSAK 2 (revisi 2009) adalah memberikan pengaturan
atas informasi mengenai perubahan historis dalam kas dan setara kas dari suatu entitas
melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,
investasi, maupun pendanaan (financing) selama satu periode.
Entitas mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan
rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan. Entitas juga mengungkapkan jumlah saldo kas
dan setara kas yang signifikan yang tidak digunakan oleh kelompok usaha beserta
pendapat manajemen. Informasi tentang arus kas suatu entitas berguna bagi para
pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam
menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan entitas untuk menggunakan
arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pengguna perlu
melakukan evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas
serta kepastian perolehannya.
28
Adapun manfaat laporan arus kas, antara lain :
1. Memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk
mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur keuangan dan
kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka
penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah.
2. Menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows)
dari berbagai entitas.
3. Meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi sebagai entitas.
II.2.6.1 Transaksi Non-Kas
Terdapat perbedaan pengaturan mengenai transaksi non-kas. Menurut PSAK 2
(revisi 2009), menyatakan bahwa transaksi investasi dan pendanaan yang tidak
memerlukan penggunaan kas atau setara kas tidak termasuk ke dalam laporan arus kas.
Transaksi semacam itu harus diungkapkan pada bagian lain dalam laporan keuangan
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai
aktivitas investasi dan pendanaan tersebut. (paragraf 42)
Beberapa aktivitas investasi dan pendanaan tidak memiliki pengaruh langsung
terhadap arus kas periode berjalan meskipun mempengaruhi struktur aset serta modal
entitas. Tidak dimasukkannya transaksi nonkas dalam laporan arus kas ini konsisten
dengan tujuan laporan arus kas sebab transaksi tersebut tidak mempengaruhi arus kas
dalam periode berjalan.
29
Berikut ini adalah beberapa contoh transaksi non-kas, antara lain :
a. Perolehan aset secara kredit atau melalui sewa pembiayaan (finance
lease)
b. Akuisisi entitas melalui emisi saham, dan
c. Konversi utang menjadi modal.
II.2.6.2 Perbedaan PSAK 2 Revisi 1994 Dengan PSAK 2 Revisi 2009
Berikut ini perbedaan yang terjadi antara PSAK 2 yang telah direvisi pada tahun
2009 dengan PSAK 2 yang telah direvisi pada tahun 1994 kecuali untuk paragraf 53, 54
dan 55 IAS 7 mengenai tanggal efektif awal dan tanggal efektif dari amandemen atas
IAS 7, antara lain :
30
Perihal PSAK 2 (1994) PSAK 2 (Revisi 2009)
Arus kas yang berasal dari beberapa transaksi serta keuntungan atau kerugian dari transaksi tersebut
Tidak diatur secara eksplisit
- Arus kas dari beberapa transaksi, misalnya penjualan peralatan pabrik diakui sebagai arus kas investasi.
- Arus kas dari keuntungan atau kerugian dari transaksi di atas diakui sebagai arus kas operasi.
Metode tidak langsung
Penyesuaian atas laba atau rugi termasuk berasal dari hak minoritas dalam laba / rugi konsolidasi.
Entitas dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung.
Arus kas dari pos luar biasa Terdapat peraturan mengenai arus kas pos luar biasa
Dihilangkan
Arus kas dari pelepasan kepemilikan pada entitas anak yang tidak mengakibatkan hilangnya pengendalian
Tidak ada pengaturan Arus kas dari transaksi tersebut diakui sebagai arus kas pendanaan.
Tabel II.2 (Perbedaan PSAK 2 Revisi 1994 Dengan PSAK 2 Revisi 2009)
Sumber : Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2 (revisi
2009) Laporan Arus Kas oleh Ikatan Akuntan Indonesia
II.2.7 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Kerangka dasar konseptual (conceptual framework) adalah himpunan dari
berbagai konsep terkait satu sama lain yang mendefinisikan hakekat, tujuan dan materi
umum laporan keuangan untuk pengguna.
Adapun tujuan kerangka dasar, yaitu sebagai acuan :
1. Badan penyusun standar untuk mengembangkan dan menelaah (meninjau
kembali) SAK.
31
2. Pengharmonisasian pengaturan, SAK dan prosedur penyusunan laporan
keuangan, dapat mengurangi berbagai alternatif perlakuan akuntansi yang
diizinkan oleh badan penyusun standar.
3. Penyusunan laporan keuangan, dapat menanggulangi masalah akuntansi
yang belum diatur dalam SAK.
4. Pemberian pendapat auditor.
5. Penafsiran para pengguna laporan keuangan atas informasi dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan SAK.
Selain itu, terdapat The House of GAAP yang telah direvisi pada tahun 2009. The
House of GAAP (revisi 2009) merupakan rerangka dalam bentuk bangunan rumah yang
berisi tentang prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Lapisan yang lebih
bawah dalam rerangka ini akan menjadi landasan bagi lapisan atasnya. Namun
demikian, apabila terjadi pertentangan antara prinsip akuntansi tersebut, auditor harus
mengikuti perlakuan akuntansi yang diatur dalam kelompok yang posisinya menjadi
landasan (lapisan yang lebih bawah). Berikut ini adalah gambar dari The House of
GAAP (revisi 2009), yaitu: