bab ii landasan teori internal control atauthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00523-ak...

35
7 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Internal Control (Pengendalian Intern) II.1.1. Pengertian Internal Control COSO yang diterjemahkan oleh Witjaksono et al. dalam Pengendalian Internal – Kerangka Kerja Terpadu mendefinisikan Internal Control atau pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk membantu organisasi dalam memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu: 1. Keandalan pelaporan keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3. Efektivitas dan efisiensi operasi. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Prosedur pengendalian intern dijalankan secara langsung oleh setiap orang pada setiap jenjang atau tingkatan organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain untuk mencapai sasaran atau tujuan, menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan menjamin suatu proses dalam organisasi berjalan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Upload: vannhi

Post on 17-Sep-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Internal Control (Pengendalian Intern)

II.1.1. Pengertian Internal Control

COSO yang diterjemahkan oleh Witjaksono et al. dalam Pengendalian

Internal – Kerangka Kerja Terpadu mendefinisikan Internal Control atau

pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,

manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk membantu organisasi dalam

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu:

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

3. Efektivitas dan efisiensi operasi.

Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi

dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Prosedur pengendalian intern

dijalankan secara langsung oleh setiap orang pada setiap jenjang atau tingkatan

organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain untuk

mencapai sasaran atau tujuan, menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya

dan menjamin suatu proses dalam organisasi berjalan sesuai dengan hukum dan

peraturan yang berlaku.

8

II.1.2. Penggolongan Internal Control

Menurut Theodorus. M Tuanakotta (2010) dalam bukunya “Akuntansi

Forensik dan Audit Investigatif”, pengendalian dapat digolongkan dalam

pengendalian intern aktif dan pasif. (h. 278)

Pengendalian intern aktif dimaksudkan untuk mencegah dan dilakukan

dengan membuat berbagai macam pengamanan. Sarana pengendalian intern aktif

yang sering dipakai dan sudah dikenal dalam sistem akuntansi meliputi:

- Tanda Tangan

Tanda tangan merupakan unsur penting dan paling dapat dipercaya dalam

pengendalian intern. Tanpa tanda tangan, apa yang harusnya dilaksanakan tidak

dapat terlaksana karena dokumennya belum sah tanpa tanda tangan pihak yang

berwenang.

- Tanda Tangan Kaunter

Pembubuhan lebih dari satu tanda tangan dianggap lebih aman, khususnya bagi

pihak ketiga atau pihak di luar perusahaan. Anggapannya adalah penanda tangan

lainnya mengawasi rekannya.

- Password dan PIN

Tanpa password atau PIN, seseorang tidak dapat mengakses apa yang

diinginkannya.

- Pemisahan Tugas

Pemisahan tugas menghindari seseorang dapat melaksanakan sendiri seluruh

transaksi. Seseorang yang melakukan semua pekerjaan sendiri akan

memungkinkan terjadinya kecurangan.

9

- Pengendalian Aset secara Fisik

Mengatur masuk, keluar dan penyimpanan barang dengan otorisasi yang cukup.

Dokumen yang berhubungan dengan barang juga di pastikan kebenarannya.

- Real-time Inventory Control

Mengikuti pergerakan persediaan secara on time. Dalam bentuknya yang

canggih, persediaan diberi barcode untuk merekam keberadaannya sehingga

pencatatan menjadi lebih akurat.

- Pencocokan Dokumen dan Pre-numbered Accountable Forms

Pencocokan antara order pembelian, dokumen penerimaan barang dan nota

tagihan dilakukan untuk menghindari selisih dan kerugian bagi perusahaan. Pre-

numbered Forms mencegah penggunaan formulir berganda, bahwa formulir

digunakan sesuai dengan urutan.

Pengendalian intern pasif dari permukaan tidak terlihat ada pengamanan,

tetapi ada peredam yang membuat pelanggar atau pelaku kecurangan akan jera.

Bentuk pengendalian pasif meliputi:

- Audit Trails

Dalam sistem yang terkomputerisasi terdapat jejak mutasi atau perubahan dalam

catatan yang ditinggalkan atau direkam. Jejak tersebut akan menjadi

pengendalian pasif jika terdapat bentuk kecurangan yang dapat menunjuk

kepada pelakunya.

- Focused Audits

Audit terhadap hal-hal tertentu yang sangat khusus, yang berdasarkan

pengalaman rawan dan sering dijadikan sasaran kecurangan.

10

- Surveillance of Key Activities

Pengintaian dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti dari kamera CCTV

yang merekam kegiatan diseluruh ruangan atau melalui jaringan komputer untuk

melihat kegiatan pegawai yang memanfaatkan fasilitas kantor.

II.1.3. Elemen Internal Control

Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission

(COSO) yang diterjemahkan oleh Witjaksono et al. memperkenalkan lima elemen

penting dalam Internal Control, yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Mencakup filosofi manajemen (tunggal atau bersama), gaya operasi

manajemen (progresif atau konservatif), struktur organisasi (terpusat atau

terdesentralisasi) serta praktek kepersonaliaan suatu organisasi yang dapat

menciptakan suasana pengendalian dalam organisasi serta mempengaruhi

kesadaran personel organisasi tentang pengendalian sehingga mempengaruhi

sikap para manajemen dan karyawan dalam aktivitas organisasi. Lingkungan

pengendalian ini sangat penting karena menjadi dasar efektivitas unsur-unsur

internal control yang lain. Efektivitas informasi dan komunikasi serta

aktivitas pengendalian sangat ditentukan oleh suasana yang diciptakan oleh

lingkungan pengendalian.

Faktor-faktor yang membentuk lingkungan pengendalian yaitu:

- Integritas dan nilai etika

11

Pengendalian intern yang baik harus didukung pula oleh orang-orang

yang memiliki integritas tinggi dan etika yang baik sehingga tujuan

pengendalian intern dapat terwujud. Dalam hal ini, manajemen

bertanggung jawab untuk menjunjung tinggi nilai-nilai etika untuk

memperoleh integritas yang tinggi dari setiap karyawan agar dapat

mewujudkan apa yang telah menjadi komitmen perusahaan. Nilai

integritas dan etika bisnis dikomunikasikan oleh manajer melalui

personal behavior dan operasional behavior. Melalui personal behavior,

manajer mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan

individual mereka yang dapat diamati oleh karyawan. Sedangkan melalui

operasional behavior manajer membuat sistem yang dapat digunakan

untuk perilaku yang diinginkan.

Untuk mendukung integritas dan etika karyawan yang baik,

manajemen puncak harus dapat menciptakan suasana kerja yang baik

serta memberikan contoh yang baik kepada seluruh karyawan.

Manajemen dapat memberikan bimbingan yang memadai tentang

pentingnya etika bisnis dalam dunia kerja agar karyawan mengetahui apa

yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

- Komitmen terhadap kompetensi

Setiap karyawan harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang

diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif serta paduan

antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang diperlukan dalam

mengembangkan kompetensi guna mencapai tujuan perusahaan.

- Dewan komisaris dan komite audit

12

Lingkungan pengendalian dan “tone on the top” dipengaruhi oleh dewan

komisaris dan komite audit. Faktor yang termasuk independensi dewan

komisaris dan komite audit yaitu dilihat dari manajemen, pengalaman dan

susunan dari anggotanya, keterlibatan dan pemecahan berbagai aktivitas

dan ketepatan dari tindakannya. Dewan komisaris dan komite audit harus

independen, tidak boleh terdiri dari manajemen puncak perusahaan.

Komite audit terdiri dari pihak luar organisasi sehingga independensi

dalam menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan

oleh manajemen dipercaya oleh masyarakat.

- Filosofi manajemen dan gaya operasi

Filosofi dan gaya manajemen mempengaruhi cara perusahaan dikelola,

termasuk risiko bisnis yang diterima. Filosofi merupakan keyakinan dasar

bagi perusahaan dan karyawannya mengenai apa yang seharusnya

dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan. Dalam dunia usaha,

manajemen yang memiliki filosofi akan meletakkan kejujuran sebagai

dasar usahanya. Gaya operasi mencerminkan cara manajemen dalam

menjalankan operasi perusahaan. Ada manajer yang memilih gaya

operasi sentralisasi dan ada yang memilih desentralisasi.

- Struktur organisasi

Struktur organisasi menyediakan kerangka kerja untuk perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan aktivitas perusahaan dengan

pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab yang jelas dalam

suatu organisasi. Aktivitas tersebut berkaitan dengan rantai nilai

perusahaan. Aspek yang penting dalam penetapan suatu struktur

13

organisasi yang relevan adalah penetapan bidang-bidang kunci dari

wewenang dan tanggung jawab serta penetapan jalur penting pelaporan.

Dengan adanya struktur organisasi, aktivitas entitas akan diorganisasikan

untuk menjalankan strategi-strategi yang dirancang perusahaan untuk

mencapai tujuan-tujuan khusus.

- Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab

Hal ini termasuk pembagian wewenang dan tanggung jawab untuk

aktivitas operasi dan penetapan dari hubungan pelaporan dan protokol

otorisasi serta kebijakan yang menguraikan praktek bisnis yang tepat,

pengetahuan dan pengalaman dari personil kunci dan sumber daya yang

tersedia untuk melaksanakan tugas. Dengan pembagian wewenang yang

jelas organisasi akan dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki

dengan efektif dan mempermudah tanggung jawab setiap karyawan. Jika

seorang karyawan dibebankan tanggung jawab yang terlalu banyak, maka

akan mengakibatkan timbulnya kekacauan dalam pelaksanaan tanggung

jawab tersebut.

- Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

Struktur pengendalian yang baik tidak akan dapat menghasilkan

informasi keuangan yang andal jika dilaksanakan oleh karyawan yang

tidak kompeten dan tidak jujur. Untuk mendukung sistem pengendalian

agar berjalan dengan baik, maka perusahaan harus selektif dalam

menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, menilai

prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka.

14

o Praktek pengelolaan sumber daya manusia menyampaikan pesan

kepada para karyawan mengenai tingkat integritas yang

diharapkan, perilaku etika dan kompensasi.

o Praktek rekrutmen pegawai yang termasuk wawancara formal,

presentasi informasi dan pemahaman atas sejarah entitas, budaya

dan gaya manajemen akan mengirim pesan bahwa entitas benar-

benar komit kepada para karyawannya.

o Perusahaan memberikan pelatihan-pelatihan seperti seminar

kepada para karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka.

o Rotasi dan promosi karyawan dilakukan perusahaan untuk

mengembangkan kualitas personil ke tingkat tanggung jawab

yang lebih tinggi.

o Program kompensasi kompetitif yang meliputi pemberian bonus

akan memotivasi setiap karyawan untuk lebih meningkatkan

kinerja mereka.

o Tindakan penegakan disiplin memberikan pesan bahwa

penyimpangan dari perilaku yang diharapkan tidak akan diberi

toleransi.

2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)

Mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola resiko entitas dengan

menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum. Perusahaan harus dapat menafsirkan resiko yang mungkin terdapat

dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan melakukan aktivitas

pengendalian untuk mengurangi atau meminimalisir resiko tersebut.

15

Identifikasi resiko harus menyeluruh, mulai dari barang, jasa dan informasi

antara entitas dan pihak-pihak luar yang relevan. Pihak luar termasuk

pemasok, investor, kreditur, pemegang saham, pegawai, pelanggan, pembeli,

perantara dan pesaing serta badan pemerintah dan media massa. Penilaian

resiko juga harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat

timbul dari perubahan keadaan seperti:

- Bidang bisnis atau transaksi baru yang memerlukan prosedur akuntansi

yang belum dikenal.

- Perubahan standar akuntansi.

- Hukum dan peraturan baru yang mendorong perubahan dalam kebijakan

operasi dan strategi.

- Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang

digunakan untuk pengolahan informasi.

- Pertumbuhan pesat yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan

peloporan informasi dan personel yang terlibat dalam fungsi tersebut.

- Perubahan keinginan atau ekspektasi pelanggan yang dapat

mempengaruhi pengembangan produk, proses produksi, jasa pelanggan,

harga atau jaminan.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Procedure)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk

memberikan keyakinan bahwa prosedur yang ditetapkan manajemen telah

dilaksanakan. Tujuannya yaitu untuk mencegah kemungkinan terjadinya

resiko kesalahan dalam operasi perusahaan dalam mencapai tujuan

perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi:

16

- Pengendalian pengolahan informasi

o Pengendalian umum

Pengendalian terhadap data pusat operasi, permintaan dan

pemeliharaan sistem software, akses sekuritas serta aplikasi sistem

pengembangan dan pemeliharaan yang diterapkan untuk seluruh

sistem.

o Pengendalian aplikasi

Mengontrol proses aplikasi, membantu meyakinkan kelengkapan dan

keakuratan proses transaksi, otorisasi dan validasi. Perhatian tertentu

harus diberikan terhadap aplikasi interface yang sering dihubungkan

ke sistem lain yang secara bergantian memerlukan pengendalian untuk

menjamin seluruh masukan diterima dalam proses dan seluruh

keluaran didistribusikan secara tepat.

� Prosedur otorisasi yang memadai

� Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup

� Pengecekan secara independen

- Pemisahan fungsi

Fungsi atau tugas dibagi untuk setiap karyawan guna mengurangi risiko

kesalahan atau tindakan yang tidak tepat. Misalnya, pertanggungjawaban

terhadap otorisasi transaksi, pencatatan dan penguasaan aset yang

berhubungan dipisahkan. Manajer yang mengotorisasi penjualan kredit

sebaiknya tidak bertanggungjawab terhadap catatan piutang dan

penerimaan kas.

- Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan

17

Peralatan, persediaan, surat berharga, kas dan aset lainnya diawasi secara

fisik dan secara periodik dihitung serta dibandingkan dengan jumlah yang

terdapat pada catatan pengendalian.

- Review atas kinerja

Review dilakukan terhadap kinerja aktual dan anggaran, perkiraan

periode sebelumnya dan pesaing. Sebagian besar inisiatif dijalankan

untuk meningkatkan proses dan rincian biaya atau pengurangan program

untuk mengukur seberapa jauh target telah tercapai.

4. Pemantauan (Monitoring)

Merupakan proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern. Dengan

melakukan pemantauan terhadap pengendalian intern, perusahaan dapat

menentukan apakah pengendalian beroperasi sesuai dengan yang diharapkan

dan menemukan kekurangan pengendalian sehingga selanjutnya dapat

dilakukan perbaikan atau peningkatan efektivitas atas pengendalian.

Pengendalian intern dapat dimonitor dengan penilaian khusus yang biasanya

dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan dalam strategi manajemen,

struktur organisasi atau kegiatan usaha. Monitoring juga dapat dilakukan

sejalan dengan usaha manajemen, seperti mengamati perilaku karyawan.

5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur

pengendalian dan monitoring diperlukan pada seluruh tingkat organisasi

untuk menjalankan bisnisnya, bergerak ke depan untuk mencapai sasaran

entitas pada seluruh kategori (operasi, laporan keuangan dan ketaatan),

menjamin ketaatan perusahaan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

18

Termasuk dengan menciptakan sistem akuntansi untuk mengidentifikasi,

mengumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi

perusahaan. Informasi yang ada digunakan untuk pengambilan keputusan.

Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan informasi kepada semua

personel tentang peran dan tanggung jawab mereka atas pengendalian intern

berkaitan dengan pelaporan keuangan.

II.1.4. Peran dan Tanggung Jawab

Setiap orang dalam organisasi mempunyai peran dan tanggung jawab yang

berbeda-beda terhadap pengendalian intern.

- Manajemen

Manajemen bertanggung jawab terhadap semua aktivitas organisasi,

termasuk sistem pengendalian intern. Manajemen pada tingkatan yang

berbeda akan menjalankan tanggung jawab sistem pengendalian intern

yang berbeda juga. Chief executives adalah yang paling bertanggung

jawab. CEO membuat “irama di atas” yang mempengaruhi integritas,

etika dan faktor-faktor lain untuk suatu lingkungan pengendalian yang

positif. Dalam perusahaan besar CEO atau direksi melakukan

kepemimpinan dan pengarahan kepada manajer senior dan mereview cara

mereka melakukan pengendalian. CEO dan manajer senior bersama-sama

membagi tanggung jawab untuk penetapan prosedur dan kebijakan

pengendalian intern yang lebih spesifik kepada orang-orang yang

bertanggung jawab atas fungsi-fungsi tertentu.

19

- Dewan Komisaris

Manajemen bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Disamping

memilih manajemen, dewan komisaris juga berperan dalam menentukan

kode etik dan harapan yang diinginkan terhadap organisasi. Anggota

dewan komisaris yang efektif adalah dewan komisaris yang capable dan

memiliki pengetahuan dalam menjalankan kewajibannya.

- Auditor Internal

Auditor internal secara langsung melakukan penilaian terhadap

efektivitas pengendalian intern dan memberikan rekomendasi untuk

menyempurnakannya.

- Personil lain

Pengendalian internal adalah tanggung jawab setiap orang dalam

organisasi, sehingga harus menjadi bagian dalam uraian tugas setiap

orang. Setiap karyawan memproduksi informasi yang menggunakan

sistem pengendalian intern atau mengambil tindakan lain yang

dibutuhkan untuk mempengaruhi pengendalian. Semua personil juga

harus bertanggung jawab untuk komunikasi ke atas, tentang masalah

operasi, ketidaktaatan dengan peraturan dan penyimpangan dari

kebijakan atau tindakan ilegal.

II.2. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)

II.2.1. Pengertian Good Corporate Governance

Menurut Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia, 2002, yang dikutip

oleh Dr, Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Governance yang selanjutnya

20

disingkat GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahana untuk menciptakan nilai tambah bagi semua

stakeholder. Dalam konsep ini ditekankan dua hal, pertama yaitu pentingnya hak

pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat

waktu dan yang kedua yaitu kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan

(disclosure) secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi

kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. (h. 27)

Trunbull Report di Inggris (April 1999) yang dikutif oleh M. Arief Effendi

(2009) mendefinisikan “Corporate Governance sebagai suatu sistem pengendalian

internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan

guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan

meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang”. (h.1)

Bank Dunia (World Bank) yang dikutip M. Arief Effendi (2009)

mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan

dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber

perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka

panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat

sekitar secara keseluruhan. (h.1)

Lembaga Corporate Governance di Malaysia, Financial Committee on

Corporate Governance (FCCG) yang dikutip M. Arief Effendi (2009)

mendefinisikan Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang digunakan

untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta aktivitas perusahaan ke arah

peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. (h.2)

21

OECD yang dikutip oleh Ismail Solihin (2009) mengemukakan corporate

governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan. Struktur corporate governance menetapkan distribusi hak dan

kewajiban di antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti

dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan pemangku kepentingan

lainnya. (h.115)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Good

Corporate Governance adalah suatu proses pengelolaan perusahaan yang dijalankan

dengan menjaga hubungan baik antar para pemangku kepentingan perusahaan

seperti pemegang saham, karyawan, pemerintah, masyarakat dan lain-lain sehingga

terdapat lingkungan kerja yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan.

II.2.2. Teori Good Corporate Governance

Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi

(agents) yang ditunjuk oleh para pemegang saham (principals). Menurut teori

agensi, agent harus bertindak secara rasional untuk kepentingan principals-nya (I.

Surya & I. Yustiavandana, 2006). Agen harus menggunakan keahlian,

kebijaksanaan, itikad baik, tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin

perusahaan. Dalam praktiknya, timbul masalah (agency problem) karena ada

kesenjangan kepentingan antara para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan

dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemilik memiliki

kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pengembalian

yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap

perolehan incentives atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Agency theory

22

memandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya bagi kepentingan publik dan para pemegang saham.

Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan

bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan

dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh

kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Agency theory menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang

saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional

(agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari (FCGI, 2002).

Tujuan pemisahan tersebut yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan

yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan

dikelolanya perusahaan oleh tenaga profesional. Para profesional bertugas untuk

kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen

perusahaan. Dalam hal ini para profesional berperan sebagai agents pemegang

saham. Semakin besar perusahaan memperoleh laba, maka semakin besar pula

keuntungan yang di dapat agents. Sementara pemegang saham sebagai pemilik

perusahaan hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang

dikelola oleh manajemen dan mengembangkan sistem insentif bagi pengelola

manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan.

Pada sisi lain, pemisahan tersebut memiliki sisi negatif. Adanya keleluasaan

manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan bisa mengarah pada

proses memaksimalkan kepentingan pengelolaannya sendiri dengan beban dan

biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Pemisahan ini juga dapat

menimbulkan kurangnya transparansi dalam penggunaan dana perusahaan, misalnya

23

antara pemegang saham dengan manajemen dan antara pemegang saham mayoritas

dan minoritas.

Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tersebar kepada pemegang

saham publik perlu menerapkan corporate governance untuk meningkatkan

kewenangan yang dimiliki para pemegang saham publik dalam rangka penyeimbang

pihak manajemen. Sedangkan perusahaan dengan struktur kepemilikan yang

memiliki kontrol pada segelintir pemegang saham, perlu menerapkan corporate

governance untuk meminimalkan potensi konflik kepentingan yang timbul antara

pengendali perusahaan dan pemegang saham publik.

II.2.3. Prinsip Good Corporate Governance

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) telah

mengembangkan The OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip

Corporate Governance dikembangkan oleh OECD tersebut mencakup:

- The right of shareholders - perlindungan terhadap hak pemegang saham.

Kerangka dalam corporate governance harus dapat melindungi hak para

pemegang saham, yaitu:

o hak memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran

kepemilikan,

o hak untuk mengalihkan atau memindahtangankan kepemilikan

saham,

o hak memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan

secara berkala,

o hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalan RUPS,

24

o hak memilih anggota dewan komisaris dan direksi,

o hak mendapatkan dividen.

- The equitable treatment of shareholders - perlakuan yang setara terhadap

seluruh pemegang saham.

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin

perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham. Melarang

adanya praktik perdagangan berdasarkan informasi orang dalam serta

mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika

menemukan transaksi yang menemukan benturan kepentingan.

- The role of stakeholders – peran pemangku kepentingan berkaitan dengan

perusahaan.

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus memberi

pengakuan terhadap hak pemangku kepentingan yang telah ditentukan

undang-undang dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan

dan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan kerja,

kesejahteraan dan keberlangsungan usaha.

- Disclosure and transparency – pengungkapan dan transparansi.

Kerangka yang dibangun harus menjamin adanya pengungkapan yang

tepat waktu dan akurat, mencakup kondisi keuangan, kinerja,

kepemilikan dan pengelolaan perusahaan untuk setiap permasalahan yang

berkaitan dengan perusahaan. Manajemen juga diharuskan meminta

auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan

keuangan.

25

- The responsibilities of the board – tanggung jawab dewan komisaris atau

direksi.

Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin

pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap

manajemen oleh dewan komisaris, pertanggungjawaban dewan komisaris

terhadap perusahaan dan pemegang saham serta membuat kewenangan

dan kewajiban profesional dewan komisaris kepada pemegang saham

serta pemangku kepentingan lainnya.

Prinsip corporate governance dijadikan acuan atau pedoman bagi

perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Setiap perusahaan harus

memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua

jajaran perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan prinsip GCG dengan baik

akan mampu memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap segala aktivitas

bisnis yang dijalankannya untuk mencapai kesinambungan usaha perusahaan

dengan memperhatikan pemangku kepentingan.

Penerapan prinsip GCG pada perusahaan diharapkan dapat membantu

terwujudnya persaingan usaha yang sehat dan kondusif. Menurut pedoman umum

prinsip Corporate Governance adalah:

- Transparansi (transparency)

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

pengungkapan informasi materil yang relevan tentang perusahaan dengan

cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

Transparency dibutuhkan untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan

26

bisnis. Perusahaan harus mempunyai inisiatif untuk mengungkapkan

tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-

undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan

oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Pedoman pokok pelaksanaan:

o Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,

memadai, jelas, akurat, dapat diperbandingkan dan mudah diakses

oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

o Informasi yang harus diungkapkan tidak hanya terbatas pada visi,

misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,

susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,

kepemilikan saham oleh anggota direksi dan anggota dewan

komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan

perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan

dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta

tingkat kepatuhannya dan kejadian penting yang dapat

mempengaruhi kondisi perusahaan.

o Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak

mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan

perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia

jabatan dan hak-hak pribadi.

o Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara jelas

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

- Independensi (independency)

27

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola

secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak

saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Independensi adalah keadaan dimana perusahaan dikelola secara

profesional tanpa konflik kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.

Pedoman pokok pelaksanaan:

o Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya

dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh

kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari

segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan

dapat dilakukan secara objektif.

o Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan

tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung

jawab antara satu dengan yang lain.

- Pertanggungjawaban (responsibility)

Kesesuaian antara pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan

harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan

tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat

terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai good corporate citizen.

28

Pedoman pokok pelaksanaan:

o Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan

memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

anggaran dasar dan peraturan perusahaan.

o Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan

peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan, terutama

di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan

pelaksanaan yang memadai.

- Akuntabilitas (accountability)

Kejelasan fungsi, pelaksanaan serta pertanggungjawaban manajemen

perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif

dan ekonomis. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan

kinerjanya secara transparan dan wajar, untuk itu perusahaan harus

dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan

dengan tetap memperhitungkan kepentingan stakeholders. Akuntabilitas

merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan.

Pedoman pokok pelaksanaan:

o Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab

masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara

jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai perusahaan dan strategi

perusahaan.

29

o Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan

semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,

tanggung jawab dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

o Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian intern

yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

o Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran

perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan serta

memiliki sistem penghargaan dan sanksi.

o Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika

bisnis dan pedoman perilaku yang telah disepakati.

- Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)

Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku

kepentingan timbul sebagai akibat dari perjanjian dan perundang-

undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan

harus senantiasa memperhatikan kepentingan stakeholders berdasarkan

asas kewajaran dan kesetaraan.

Pedoman pokok pelaksanaan:

o Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku

kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan

pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses

terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam

lingkup kedudukan masing-masing.

30

o Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar

kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan

kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

o Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam

penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara

profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,

gender dan kondisi fisik.

II.2.4. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), untuk mencapai

keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan Good Corporate Governance perlu

dilandasi oleh integritas yang tinggi. Sehingga diperlukan pedoman perilaku yang

dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam

menerapkan nilai-nilai dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dalam budaya

perusahaan.

Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang

menggambarkan sikap moral perusahaan dalam melaksanakan usahanya. Untuk

dapat merealisasikan sikap moral tersebut dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan

harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan

semua karyawan. Nilai-nilai dan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan

dijabarkan dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.

31

- Nilai-nilai Perusahaan

o Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam

mencapai visi dan misi perusahaan.

o Dalam merumuskan nilai-nilai perusahaan perlu disesuaikan

dengan sektor usaha, karakter dan letak geografis dari masing-

masing perusahaan.

o Nilai perusahaan yang universal adalah terpercaya, adil dan jujur.

- Etika Bisnis

o Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan

kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku

kepentingan.

o Setiap perusahaan harus mempunyai rumusan etika bisnis yang

disepakati bersama dan dijabarkan dalam pedoman perilaku.

- Pedoman Perilaku

o Penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis dalam

melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ dan

semua karyawan perusahaan.

o Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan

kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi,

kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi dan

pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.

32

II.2.5. Hukum dan Peraturan di Indonesia

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)

merupakan kerangka paling penting bagi perundang-undangan yang ada mengenai

corporate governance di Indonesia. Untuk dapat menyesuaikan prinsip-prinsip

tentang Good Corporate Governance maka aspek hukum yang menyangkut

peraturan tentang perseroaan terbatas memiliki ruang lingkup yang menegaskan

tentang prinsip hukum dan implementasi yang tegas sehubung dengan kedudukan

dan tanggung jawab komisaris, direksi dan para pemegang saham. Berdasarkan

UUPT, suatu perusahaan adalah suatu badan hukum tersendiri dengan direksi dan

komisaris yang mewakili perusahaan.

Struktur umum suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas di Indonesia

adalah:

- Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

RUPS merupakan badan tertinggi dalam suatu perusahaan. RUPS

memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan

komisaris. untuk menyetujui atau menolak konsolidasi, merger, akuisisi,

kepailitan dan pembubaran, serta pengangkatan dan pemberhentian

komisaris dan direksi.

- Komisaris

Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan

secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta

memberi nasihat kepada direksi. Komisaris berdasarkan Pasal 114 ayat

(2) menyatakan bahwa setiap anggota dewan komisaris wajib dengan

itikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam menjalankan

33

tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi. Berdasarkan

hukum, komisaris mempunyai wewenang untuk memberhentikan

sementara anggota direksi. Komisaris bersama anggota direksi, harus

menandatangani laporan tahunan perusahaan sehingga, mereka ikut

bertanggung jawab secara hukum atas laporan keuangan yang

menyesatkan, yang menyebabkan kerugian kepada pihak manapun.

Setiap anggota dewan komisaris harus mengungkapkan kepada

perusahaan, berdasarkan UUPT, setiap kepentingan kepemilikan saham

yang dipegang olehnya atau keluarganya dalam perusahaan tersebut atau

perusahaan lain.

- Direksi

Direksi merupakan organ perseroan yang berwenang dan

bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan

perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, serta mewakili

perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar. Seorang direksi juga harus mengungkapkan

kepada perusahaan, berdasarkan Pasal 101 ayat (1) UUPT, anggota

direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang

dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam

perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar

khusus. Direksi juga berkewajiban mematuhi Pasal 101 ayat (2) UUPT

yang menyatakan bahwa anggota direksi yang tidak melaksanakan

kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan menimbulkan

34

kerugian bagi perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian

perseroan tersebut.

Jika dikaitkan dengan prinsip Good Corporate Governance maka

keterkaitan dengan materi undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas

di Indonesia dapat dikelompokkan:

1. Ketentuan yang mengatur tentang hak dan kewenangan setiap pemegang

saham perseroan, khususnya pemegang saham publik, minoritas atau

independen agar dapat terlindungi dan terjamin haknya untuk terlibat,

mendapatkan dan menerima informasi, perkembangan, keputusan serta

rencana perseroan yang bersifat material dan strategis.

2. Kewenangan dan tanggung jawab dewan komisaris atau komisaris

independen sehubungan dengan fungsi dan kedudukannya yang mewakili

kepentingan pemegang saham untuk terlibat, memeriksa, memutuskan dan

mengambil tindakan yang menyangkut kepatuhan dan tanggung jawab

hukum direksi atas setiap keputusan, informasi dan perilaku yang

berhubungan dengan pengelolaan keuangan dan usaha perseroan.

3. Hak, kewajiban dan tanggung jawab dari direksi atau direktur independen

untuk menjalankan setiap langkah, keputusan, penyampaian informasi

keuangan dan atau informasi material lainnya dengan landasan dan tata cara

sesuai dengan anggaran dasar perseroan terbatas, pasar modal dan di bursa

efek.

35

II.2.6. Pemangku Kepentingan

Pemangku kepentingan selain pemegang saham adalah mereka yang

memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan mereka yang terpengaruh secara

langsung oleh keputusan strategis dan operasional perusahaan, antara lain terdiri

dari:

- Karyawan

o Perusahaan harus menggunakan kemampuan bekerja dan kriteria

yang terkait dengan sifat pekerjaan secara taat asas dalam

mengambil keputusan mengenai penerimaan karyawan.

o Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan,

penetapan jenjang karir dan penentuan persyaratan kerja lainnya.

o Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis yang mengatur

dengan jelas pola rekrutmen serta hak dan kewajiban karyawan.

o Perusahaan harus menjamin terciptanya lingkungan kerja yang

kondusif, termasuk kesehatan dan keselamatan karyawan.

o Perusahaan harus memastikan tersediannya informasi yang perlu

diketahui oleh karyawan melalui sistem komunikasi yang berjalan

baik dan tepat waktu.

o Perusahaan harus mempunyai sistem yang dapat menjaga agar

setiap karyawan menjunjung tinggi standar etika dan nilai

perusahaan, serta mematuhi kebijakan, peraturan dan prosedur

intern yang berlaku.

36

o Karyawan yang ada di perusahaan berhak untuk menyampaikan

pendapat dan usul mengenai lingkungan kerja dan kesejahteraan

karyawan.

o Karyawan berhak melaporkan pelanggaran atas etika bisnis,

pedoman perilaku dan peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan perusahaan.

- Mitra Bisnis

o Mitra bisnis adalah pemasok, distributor, kreditur, debitur dan

pihak lain yang melakukan transaksi usaha dengan perusahaan.

o Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin

dilaksanakannya hak dan kewajiban mitra bisnis sesuai dengan

perjanjian dan peraturan perundang-undangan.

o Berhak memperoleh informasi yang relevan sesuai hubungan

bisnis dengan perusahaan sehingga masing-masing pihak dapat

membuat keputusan atas dasar pertimbangan yang adil dan wajar.

Kecuali disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan untuk

merahasiakan informasi dan melindungi kepentingan masing-

masing pihak.

- Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa

o Perusahaan harus mempunyai peraturan yang dapat menjamin

terjaganya keselarasan hubungan antara perusahaan dan

masyarakat sekitar termasuk penerapan program kemitraan dan

bina lingkungan.

37

o Perusahaan bertanggung jawab atas kualitas produk dan jasa yang

dihasilkan serta dampak negatif terhadap keselamatan pengguna

maupun masyarakat dan lingkungan di mana perusahaan

beroperasi. Sehingga perusahaan harus menyampaikan informasi

kepada masyarakat yang dapat terkena dampak kegiatan

perusahaan.

II.2.7. Pedoman Penerapan Good Corporate Governance

Pelaksanaan Good Corporate Governance perlu dilakukan secara sistematis

dan berkesinambungan, sehingga diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan

oleh perusahaan dalam melaksanakan penerapan Good Corporate Governance.

- Setiap perusahaan harus menyusun pedoman Good Corporate

Governance yang mencakup sekurang-kurangnya hal sebagai berikut:

o Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan,

o Kedudukan dan fungsi RUPS, dewan komisaris, direksi, komite

penunjang dewan komisaris dan pengawasan internal,

o Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ

perusahaan secara efektif,

o Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas,

pengendalian intern yang efektif dan pelaporan keuangan yang

benar,

o Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan

dan etika bisnis,

38

o Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan

pemangku kepentingan ainnya,

o Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam

rangka memenuhi prinsip Good Corporate Governance.

- Agar pelaksanaan Good Corporate Governance dapat berjalan efektif,

diperlukan proses keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan dengan

tahap:

o Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk

melaksanakan GCG oleh semua anggota direksi dan dewan

komisaris, pemegang saham pengendali dan semua karyawan,

o Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan

dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan,

o Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan.

o Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk

rasa memiliki dari semua pihak dalam perusahaan serta

pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan

sehari-hari,

o Melakukan penilaian sendiri atau dengan jasa pihak eksternal

yang independen untuk memastikan penerapan GCG secara

berkesinambungan. Hasil penilaian kemudian diungkapkan dalam

laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS tahunan.

39

II.2.8. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Dengan melaksanakan Good Corporate Governance ada beberapa manfaat

yang didapat:

- Meningkatkan kinerja perusahaan melalui proses penngambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional

perusahaan dan dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada

stakeholders.

- Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan

pada akhirnya akan meningkatkan Corporate Value.

- Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

- Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

dapat meningkatkan nilai stakeholders dan dividen.

II.3. Metodologi Penelitian

II.3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan kutipan Indrianto & Supomo dalam buku Metode Penelitian

Bisnis (2002), penelitian didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis untuk

meningkatkan sejumlah pengetahuan (Buckley) dan menyelidiki masalah tertentu

yang memerlukan jawaban (Sekaran). (h.3)

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian

terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa

individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Penelitian ini

40

dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada,

sebagai dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis.

(h.88). Data yang digunakan berdasarkan hasil wawancara, catatan, naskah,

dokumen pribadi serta dokumen resmi lainnya.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif. Penelitian

eksploratif dilakukan dengan mengambil data sekunder, yaitu mengumpulkan data

dari data yang sudah ada atau sudah dipublikasikan, sehingga dapat menghemat

waktu dan biaya yang diperlukan.

II.3.2. Jenis dan Sumber Data

Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan

keputusan (Mudrajad Kuncoro,2003:124). Jenis data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang abstrak atau tidak

terukur, seperti ingin menjelaskan citra perusahaan yang kurang baik (Rosady

Ruslan, 2010:28)

Sumber data yang didapat berasal dari data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok atau

organisasi. Sedangkan data sekunder biasanya diperoleh dari penelitian atau bahan

yang bersifat teoritis yang telah dikeluarkan oleh organisasi, perusahaan atau pihak

lain yang kemudian dipublikasikan kepada masyarakat umum. Data sekunder dapat

diperoleh melalui buku, majalah jurnal, internet dan media informasi lainnya.

II.3.3. Teknik dan Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metode ini adalah:

41

a. Riset Kepustakaan (Library Research)

Melakukan pencarian data atau informasi penelitian melalui jurnal ilmiah,

buku-buku referensi dan bahan publikasi lain yang tersedia di perpustakaan

sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian.

b. Riset Lapangan (Field Research)

Melakukan penelitian secara langsung di perusahaan yang menjadi objek

penelitian untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan, seperti:

- Wawancara

Teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan

kepada subjek penelitian.

- Kuisioner

Mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden untuk mendapatkan

informasi yang mendukung penelitian.

- Dokumentasi

Melakukan penelaahan isi dokumen yang berhubungan dengan

pelaksanaan Good Corporate Governance dan internal control.