bab ii landasan teori internal control atauthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00523-ak...
TRANSCRIPT
7
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Internal Control (Pengendalian Intern)
II.1.1. Pengertian Internal Control
COSO yang diterjemahkan oleh Witjaksono et al. dalam Pengendalian
Internal – Kerangka Kerja Terpadu mendefinisikan Internal Control atau
pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain, yang didesain untuk membantu organisasi dalam
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, yaitu:
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi
dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Prosedur pengendalian intern
dijalankan secara langsung oleh setiap orang pada setiap jenjang atau tingkatan
organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan personil lain untuk
mencapai sasaran atau tujuan, menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya
dan menjamin suatu proses dalam organisasi berjalan sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku.
8
II.1.2. Penggolongan Internal Control
Menurut Theodorus. M Tuanakotta (2010) dalam bukunya “Akuntansi
Forensik dan Audit Investigatif”, pengendalian dapat digolongkan dalam
pengendalian intern aktif dan pasif. (h. 278)
Pengendalian intern aktif dimaksudkan untuk mencegah dan dilakukan
dengan membuat berbagai macam pengamanan. Sarana pengendalian intern aktif
yang sering dipakai dan sudah dikenal dalam sistem akuntansi meliputi:
- Tanda Tangan
Tanda tangan merupakan unsur penting dan paling dapat dipercaya dalam
pengendalian intern. Tanpa tanda tangan, apa yang harusnya dilaksanakan tidak
dapat terlaksana karena dokumennya belum sah tanpa tanda tangan pihak yang
berwenang.
- Tanda Tangan Kaunter
Pembubuhan lebih dari satu tanda tangan dianggap lebih aman, khususnya bagi
pihak ketiga atau pihak di luar perusahaan. Anggapannya adalah penanda tangan
lainnya mengawasi rekannya.
- Password dan PIN
Tanpa password atau PIN, seseorang tidak dapat mengakses apa yang
diinginkannya.
- Pemisahan Tugas
Pemisahan tugas menghindari seseorang dapat melaksanakan sendiri seluruh
transaksi. Seseorang yang melakukan semua pekerjaan sendiri akan
memungkinkan terjadinya kecurangan.
9
- Pengendalian Aset secara Fisik
Mengatur masuk, keluar dan penyimpanan barang dengan otorisasi yang cukup.
Dokumen yang berhubungan dengan barang juga di pastikan kebenarannya.
- Real-time Inventory Control
Mengikuti pergerakan persediaan secara on time. Dalam bentuknya yang
canggih, persediaan diberi barcode untuk merekam keberadaannya sehingga
pencatatan menjadi lebih akurat.
- Pencocokan Dokumen dan Pre-numbered Accountable Forms
Pencocokan antara order pembelian, dokumen penerimaan barang dan nota
tagihan dilakukan untuk menghindari selisih dan kerugian bagi perusahaan. Pre-
numbered Forms mencegah penggunaan formulir berganda, bahwa formulir
digunakan sesuai dengan urutan.
Pengendalian intern pasif dari permukaan tidak terlihat ada pengamanan,
tetapi ada peredam yang membuat pelanggar atau pelaku kecurangan akan jera.
Bentuk pengendalian pasif meliputi:
- Audit Trails
Dalam sistem yang terkomputerisasi terdapat jejak mutasi atau perubahan dalam
catatan yang ditinggalkan atau direkam. Jejak tersebut akan menjadi
pengendalian pasif jika terdapat bentuk kecurangan yang dapat menunjuk
kepada pelakunya.
- Focused Audits
Audit terhadap hal-hal tertentu yang sangat khusus, yang berdasarkan
pengalaman rawan dan sering dijadikan sasaran kecurangan.
10
- Surveillance of Key Activities
Pengintaian dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti dari kamera CCTV
yang merekam kegiatan diseluruh ruangan atau melalui jaringan komputer untuk
melihat kegiatan pegawai yang memanfaatkan fasilitas kantor.
II.1.3. Elemen Internal Control
Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission
(COSO) yang diterjemahkan oleh Witjaksono et al. memperkenalkan lima elemen
penting dalam Internal Control, yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Mencakup filosofi manajemen (tunggal atau bersama), gaya operasi
manajemen (progresif atau konservatif), struktur organisasi (terpusat atau
terdesentralisasi) serta praktek kepersonaliaan suatu organisasi yang dapat
menciptakan suasana pengendalian dalam organisasi serta mempengaruhi
kesadaran personel organisasi tentang pengendalian sehingga mempengaruhi
sikap para manajemen dan karyawan dalam aktivitas organisasi. Lingkungan
pengendalian ini sangat penting karena menjadi dasar efektivitas unsur-unsur
internal control yang lain. Efektivitas informasi dan komunikasi serta
aktivitas pengendalian sangat ditentukan oleh suasana yang diciptakan oleh
lingkungan pengendalian.
Faktor-faktor yang membentuk lingkungan pengendalian yaitu:
- Integritas dan nilai etika
11
Pengendalian intern yang baik harus didukung pula oleh orang-orang
yang memiliki integritas tinggi dan etika yang baik sehingga tujuan
pengendalian intern dapat terwujud. Dalam hal ini, manajemen
bertanggung jawab untuk menjunjung tinggi nilai-nilai etika untuk
memperoleh integritas yang tinggi dari setiap karyawan agar dapat
mewujudkan apa yang telah menjadi komitmen perusahaan. Nilai
integritas dan etika bisnis dikomunikasikan oleh manajer melalui
personal behavior dan operasional behavior. Melalui personal behavior,
manajer mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan
individual mereka yang dapat diamati oleh karyawan. Sedangkan melalui
operasional behavior manajer membuat sistem yang dapat digunakan
untuk perilaku yang diinginkan.
Untuk mendukung integritas dan etika karyawan yang baik,
manajemen puncak harus dapat menciptakan suasana kerja yang baik
serta memberikan contoh yang baik kepada seluruh karyawan.
Manajemen dapat memberikan bimbingan yang memadai tentang
pentingnya etika bisnis dalam dunia kerja agar karyawan mengetahui apa
yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
- Komitmen terhadap kompetensi
Setiap karyawan harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif serta paduan
antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang diperlukan dalam
mengembangkan kompetensi guna mencapai tujuan perusahaan.
- Dewan komisaris dan komite audit
12
Lingkungan pengendalian dan “tone on the top” dipengaruhi oleh dewan
komisaris dan komite audit. Faktor yang termasuk independensi dewan
komisaris dan komite audit yaitu dilihat dari manajemen, pengalaman dan
susunan dari anggotanya, keterlibatan dan pemecahan berbagai aktivitas
dan ketepatan dari tindakannya. Dewan komisaris dan komite audit harus
independen, tidak boleh terdiri dari manajemen puncak perusahaan.
Komite audit terdiri dari pihak luar organisasi sehingga independensi
dalam menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan
oleh manajemen dipercaya oleh masyarakat.
- Filosofi manajemen dan gaya operasi
Filosofi dan gaya manajemen mempengaruhi cara perusahaan dikelola,
termasuk risiko bisnis yang diterima. Filosofi merupakan keyakinan dasar
bagi perusahaan dan karyawannya mengenai apa yang seharusnya
dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan. Dalam dunia usaha,
manajemen yang memiliki filosofi akan meletakkan kejujuran sebagai
dasar usahanya. Gaya operasi mencerminkan cara manajemen dalam
menjalankan operasi perusahaan. Ada manajer yang memilih gaya
operasi sentralisasi dan ada yang memilih desentralisasi.
- Struktur organisasi
Struktur organisasi menyediakan kerangka kerja untuk perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan aktivitas perusahaan dengan
pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab yang jelas dalam
suatu organisasi. Aktivitas tersebut berkaitan dengan rantai nilai
perusahaan. Aspek yang penting dalam penetapan suatu struktur
13
organisasi yang relevan adalah penetapan bidang-bidang kunci dari
wewenang dan tanggung jawab serta penetapan jalur penting pelaporan.
Dengan adanya struktur organisasi, aktivitas entitas akan diorganisasikan
untuk menjalankan strategi-strategi yang dirancang perusahaan untuk
mencapai tujuan-tujuan khusus.
- Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab
Hal ini termasuk pembagian wewenang dan tanggung jawab untuk
aktivitas operasi dan penetapan dari hubungan pelaporan dan protokol
otorisasi serta kebijakan yang menguraikan praktek bisnis yang tepat,
pengetahuan dan pengalaman dari personil kunci dan sumber daya yang
tersedia untuk melaksanakan tugas. Dengan pembagian wewenang yang
jelas organisasi akan dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
dengan efektif dan mempermudah tanggung jawab setiap karyawan. Jika
seorang karyawan dibebankan tanggung jawab yang terlalu banyak, maka
akan mengakibatkan timbulnya kekacauan dalam pelaksanaan tanggung
jawab tersebut.
- Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Struktur pengendalian yang baik tidak akan dapat menghasilkan
informasi keuangan yang andal jika dilaksanakan oleh karyawan yang
tidak kompeten dan tidak jujur. Untuk mendukung sistem pengendalian
agar berjalan dengan baik, maka perusahaan harus selektif dalam
menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, menilai
prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka.
14
o Praktek pengelolaan sumber daya manusia menyampaikan pesan
kepada para karyawan mengenai tingkat integritas yang
diharapkan, perilaku etika dan kompensasi.
o Praktek rekrutmen pegawai yang termasuk wawancara formal,
presentasi informasi dan pemahaman atas sejarah entitas, budaya
dan gaya manajemen akan mengirim pesan bahwa entitas benar-
benar komit kepada para karyawannya.
o Perusahaan memberikan pelatihan-pelatihan seperti seminar
kepada para karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka.
o Rotasi dan promosi karyawan dilakukan perusahaan untuk
mengembangkan kualitas personil ke tingkat tanggung jawab
yang lebih tinggi.
o Program kompensasi kompetitif yang meliputi pemberian bonus
akan memotivasi setiap karyawan untuk lebih meningkatkan
kinerja mereka.
o Tindakan penegakan disiplin memberikan pesan bahwa
penyimpangan dari perilaku yang diharapkan tidak akan diberi
toleransi.
2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)
Mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola resiko entitas dengan
menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Perusahaan harus dapat menafsirkan resiko yang mungkin terdapat
dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan melakukan aktivitas
pengendalian untuk mengurangi atau meminimalisir resiko tersebut.
15
Identifikasi resiko harus menyeluruh, mulai dari barang, jasa dan informasi
antara entitas dan pihak-pihak luar yang relevan. Pihak luar termasuk
pemasok, investor, kreditur, pemegang saham, pegawai, pelanggan, pembeli,
perantara dan pesaing serta badan pemerintah dan media massa. Penilaian
resiko juga harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat
timbul dari perubahan keadaan seperti:
- Bidang bisnis atau transaksi baru yang memerlukan prosedur akuntansi
yang belum dikenal.
- Perubahan standar akuntansi.
- Hukum dan peraturan baru yang mendorong perubahan dalam kebijakan
operasi dan strategi.
- Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang
digunakan untuk pengolahan informasi.
- Pertumbuhan pesat yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan
peloporan informasi dan personel yang terlibat dalam fungsi tersebut.
- Perubahan keinginan atau ekspektasi pelanggan yang dapat
mempengaruhi pengembangan produk, proses produksi, jasa pelanggan,
harga atau jaminan.
3. Aktivitas Pengendalian (Control Procedure)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan keyakinan bahwa prosedur yang ditetapkan manajemen telah
dilaksanakan. Tujuannya yaitu untuk mencegah kemungkinan terjadinya
resiko kesalahan dalam operasi perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Aktivitas pengendalian meliputi:
16
- Pengendalian pengolahan informasi
o Pengendalian umum
Pengendalian terhadap data pusat operasi, permintaan dan
pemeliharaan sistem software, akses sekuritas serta aplikasi sistem
pengembangan dan pemeliharaan yang diterapkan untuk seluruh
sistem.
o Pengendalian aplikasi
Mengontrol proses aplikasi, membantu meyakinkan kelengkapan dan
keakuratan proses transaksi, otorisasi dan validasi. Perhatian tertentu
harus diberikan terhadap aplikasi interface yang sering dihubungkan
ke sistem lain yang secara bergantian memerlukan pengendalian untuk
menjamin seluruh masukan diterima dalam proses dan seluruh
keluaran didistribusikan secara tepat.
� Prosedur otorisasi yang memadai
� Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup
� Pengecekan secara independen
- Pemisahan fungsi
Fungsi atau tugas dibagi untuk setiap karyawan guna mengurangi risiko
kesalahan atau tindakan yang tidak tepat. Misalnya, pertanggungjawaban
terhadap otorisasi transaksi, pencatatan dan penguasaan aset yang
berhubungan dipisahkan. Manajer yang mengotorisasi penjualan kredit
sebaiknya tidak bertanggungjawab terhadap catatan piutang dan
penerimaan kas.
- Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan
17
Peralatan, persediaan, surat berharga, kas dan aset lainnya diawasi secara
fisik dan secara periodik dihitung serta dibandingkan dengan jumlah yang
terdapat pada catatan pengendalian.
- Review atas kinerja
Review dilakukan terhadap kinerja aktual dan anggaran, perkiraan
periode sebelumnya dan pesaing. Sebagian besar inisiatif dijalankan
untuk meningkatkan proses dan rincian biaya atau pengurangan program
untuk mengukur seberapa jauh target telah tercapai.
4. Pemantauan (Monitoring)
Merupakan proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern. Dengan
melakukan pemantauan terhadap pengendalian intern, perusahaan dapat
menentukan apakah pengendalian beroperasi sesuai dengan yang diharapkan
dan menemukan kekurangan pengendalian sehingga selanjutnya dapat
dilakukan perbaikan atau peningkatan efektivitas atas pengendalian.
Pengendalian intern dapat dimonitor dengan penilaian khusus yang biasanya
dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan dalam strategi manajemen,
struktur organisasi atau kegiatan usaha. Monitoring juga dapat dilakukan
sejalan dengan usaha manajemen, seperti mengamati perilaku karyawan.
5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur
pengendalian dan monitoring diperlukan pada seluruh tingkat organisasi
untuk menjalankan bisnisnya, bergerak ke depan untuk mencapai sasaran
entitas pada seluruh kategori (operasi, laporan keuangan dan ketaatan),
menjamin ketaatan perusahaan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
18
Termasuk dengan menciptakan sistem akuntansi untuk mengidentifikasi,
mengumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi
perusahaan. Informasi yang ada digunakan untuk pengambilan keputusan.
Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan informasi kepada semua
personel tentang peran dan tanggung jawab mereka atas pengendalian intern
berkaitan dengan pelaporan keuangan.
II.1.4. Peran dan Tanggung Jawab
Setiap orang dalam organisasi mempunyai peran dan tanggung jawab yang
berbeda-beda terhadap pengendalian intern.
- Manajemen
Manajemen bertanggung jawab terhadap semua aktivitas organisasi,
termasuk sistem pengendalian intern. Manajemen pada tingkatan yang
berbeda akan menjalankan tanggung jawab sistem pengendalian intern
yang berbeda juga. Chief executives adalah yang paling bertanggung
jawab. CEO membuat “irama di atas” yang mempengaruhi integritas,
etika dan faktor-faktor lain untuk suatu lingkungan pengendalian yang
positif. Dalam perusahaan besar CEO atau direksi melakukan
kepemimpinan dan pengarahan kepada manajer senior dan mereview cara
mereka melakukan pengendalian. CEO dan manajer senior bersama-sama
membagi tanggung jawab untuk penetapan prosedur dan kebijakan
pengendalian intern yang lebih spesifik kepada orang-orang yang
bertanggung jawab atas fungsi-fungsi tertentu.
19
- Dewan Komisaris
Manajemen bertanggung jawab kepada dewan komisaris. Disamping
memilih manajemen, dewan komisaris juga berperan dalam menentukan
kode etik dan harapan yang diinginkan terhadap organisasi. Anggota
dewan komisaris yang efektif adalah dewan komisaris yang capable dan
memiliki pengetahuan dalam menjalankan kewajibannya.
- Auditor Internal
Auditor internal secara langsung melakukan penilaian terhadap
efektivitas pengendalian intern dan memberikan rekomendasi untuk
menyempurnakannya.
- Personil lain
Pengendalian internal adalah tanggung jawab setiap orang dalam
organisasi, sehingga harus menjadi bagian dalam uraian tugas setiap
orang. Setiap karyawan memproduksi informasi yang menggunakan
sistem pengendalian intern atau mengambil tindakan lain yang
dibutuhkan untuk mempengaruhi pengendalian. Semua personil juga
harus bertanggung jawab untuk komunikasi ke atas, tentang masalah
operasi, ketidaktaatan dengan peraturan dan penyimpangan dari
kebijakan atau tindakan ilegal.
II.2. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik)
II.2.1. Pengertian Good Corporate Governance
Menurut Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia, 2002, yang dikutip
oleh Dr, Djokosantoso Moeljono, Good Corporate Governance yang selanjutnya
20
disingkat GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahana untuk menciptakan nilai tambah bagi semua
stakeholder. Dalam konsep ini ditekankan dua hal, pertama yaitu pentingnya hak
pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat
waktu dan yang kedua yaitu kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi
kinerja perusahaan, kepemilikan dan stakeholder. (h. 27)
Trunbull Report di Inggris (April 1999) yang dikutif oleh M. Arief Effendi
(2009) mendefinisikan “Corporate Governance sebagai suatu sistem pengendalian
internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan
guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan
meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang”. (h.1)
Bank Dunia (World Bank) yang dikutip M. Arief Effendi (2009)
mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai kumpulan hukum, peraturan
dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber
perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka
panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat
sekitar secara keseluruhan. (h.1)
Lembaga Corporate Governance di Malaysia, Financial Committee on
Corporate Governance (FCCG) yang dikutip M. Arief Effendi (2009)
mendefinisikan Corporate Governance sebagai proses dan struktur yang digunakan
untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta aktivitas perusahaan ke arah
peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. (h.2)
21
OECD yang dikutip oleh Ismail Solihin (2009) mengemukakan corporate
governance merupakan suatu sistem untuk mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan. Struktur corporate governance menetapkan distribusi hak dan
kewajiban di antara berbagai pihak yang terlibat dalam suatu korporasi seperti
dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan pemangku kepentingan
lainnya. (h.115)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Good
Corporate Governance adalah suatu proses pengelolaan perusahaan yang dijalankan
dengan menjaga hubungan baik antar para pemangku kepentingan perusahaan
seperti pemegang saham, karyawan, pemerintah, masyarakat dan lain-lain sehingga
terdapat lingkungan kerja yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan.
II.2.2. Teori Good Corporate Governance
Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan diwakili oleh direksi
(agents) yang ditunjuk oleh para pemegang saham (principals). Menurut teori
agensi, agent harus bertindak secara rasional untuk kepentingan principals-nya (I.
Surya & I. Yustiavandana, 2006). Agen harus menggunakan keahlian,
kebijaksanaan, itikad baik, tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin
perusahaan. Dalam praktiknya, timbul masalah (agency problem) karena ada
kesenjangan kepentingan antara para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan
dengan pihak pengurus atau manajemen sebagai agen. Pemilik memiliki
kepentingan agar dana yang telah diinvestasikannya memberikan pengembalian
yang maksimal. Sedangkan pihak manajemen memiliki kepentingan terhadap
perolehan incentives atas pengelolaan dana pemilik perusahaan. Agency theory
22
memandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan
sebaik-baiknya bagi kepentingan publik dan para pemegang saham.
Berbagai pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan
bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan
dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh
kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Agency theory menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang
saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional
(agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari (FCGI, 2002).
Tujuan pemisahan tersebut yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan
yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan
dikelolanya perusahaan oleh tenaga profesional. Para profesional bertugas untuk
kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen
perusahaan. Dalam hal ini para profesional berperan sebagai agents pemegang
saham. Semakin besar perusahaan memperoleh laba, maka semakin besar pula
keuntungan yang di dapat agents. Sementara pemegang saham sebagai pemilik
perusahaan hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang
dikelola oleh manajemen dan mengembangkan sistem insentif bagi pengelola
manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan.
Pada sisi lain, pemisahan tersebut memiliki sisi negatif. Adanya keleluasaan
manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan bisa mengarah pada
proses memaksimalkan kepentingan pengelolaannya sendiri dengan beban dan
biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Pemisahan ini juga dapat
menimbulkan kurangnya transparansi dalam penggunaan dana perusahaan, misalnya
23
antara pemegang saham dengan manajemen dan antara pemegang saham mayoritas
dan minoritas.
Perusahaan dengan struktur kepemilikan yang tersebar kepada pemegang
saham publik perlu menerapkan corporate governance untuk meningkatkan
kewenangan yang dimiliki para pemegang saham publik dalam rangka penyeimbang
pihak manajemen. Sedangkan perusahaan dengan struktur kepemilikan yang
memiliki kontrol pada segelintir pemegang saham, perlu menerapkan corporate
governance untuk meminimalkan potensi konflik kepentingan yang timbul antara
pengendali perusahaan dan pemegang saham publik.
II.2.3. Prinsip Good Corporate Governance
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) telah
mengembangkan The OECD Principles of Corporate Governance. Prinsip
Corporate Governance dikembangkan oleh OECD tersebut mencakup:
- The right of shareholders - perlindungan terhadap hak pemegang saham.
Kerangka dalam corporate governance harus dapat melindungi hak para
pemegang saham, yaitu:
o hak memperoleh jaminan keamanan atas metode pendaftaran
kepemilikan,
o hak untuk mengalihkan atau memindahtangankan kepemilikan
saham,
o hak memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan
secara berkala,
o hak untuk ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalan RUPS,
24
o hak memilih anggota dewan komisaris dan direksi,
o hak mendapatkan dividen.
- The equitable treatment of shareholders - perlakuan yang setara terhadap
seluruh pemegang saham.
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin
perlakuan yang setara terhadap seluruh pemegang saham. Melarang
adanya praktik perdagangan berdasarkan informasi orang dalam serta
mengharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika
menemukan transaksi yang menemukan benturan kepentingan.
- The role of stakeholders – peran pemangku kepentingan berkaitan dengan
perusahaan.
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus memberi
pengakuan terhadap hak pemangku kepentingan yang telah ditentukan
undang-undang dan mendorong kerja sama yang aktif antara perusahaan
dan pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lapangan kerja,
kesejahteraan dan keberlangsungan usaha.
- Disclosure and transparency – pengungkapan dan transparansi.
Kerangka yang dibangun harus menjamin adanya pengungkapan yang
tepat waktu dan akurat, mencakup kondisi keuangan, kinerja,
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan untuk setiap permasalahan yang
berkaitan dengan perusahaan. Manajemen juga diharuskan meminta
auditor eksternal melakukan audit yang bersifat independen atas laporan
keuangan.
25
- The responsibilities of the board – tanggung jawab dewan komisaris atau
direksi.
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin
pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap
manajemen oleh dewan komisaris, pertanggungjawaban dewan komisaris
terhadap perusahaan dan pemegang saham serta membuat kewenangan
dan kewajiban profesional dewan komisaris kepada pemegang saham
serta pemangku kepentingan lainnya.
Prinsip corporate governance dijadikan acuan atau pedoman bagi
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Setiap perusahaan harus
memastikan bahwa prinsip GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua
jajaran perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan prinsip GCG dengan baik
akan mampu memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap segala aktivitas
bisnis yang dijalankannya untuk mencapai kesinambungan usaha perusahaan
dengan memperhatikan pemangku kepentingan.
Penerapan prinsip GCG pada perusahaan diharapkan dapat membantu
terwujudnya persaingan usaha yang sehat dan kondusif. Menurut pedoman umum
prinsip Corporate Governance adalah:
- Transparansi (transparency)
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
pengungkapan informasi materil yang relevan tentang perusahaan dengan
cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.
Transparency dibutuhkan untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan
26
bisnis. Perusahaan harus mempunyai inisiatif untuk mengungkapkan
tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan
oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
Pedoman pokok pelaksanaan:
o Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, akurat, dapat diperbandingkan dan mudah diakses
oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
o Informasi yang harus diungkapkan tidak hanya terbatas pada visi,
misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,
susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota direksi dan anggota dewan
komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan
dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta
tingkat kepatuhannya dan kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi perusahaan.
o Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, rahasia
jabatan dan hak-hak pribadi.
o Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara jelas
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.
- Independensi (independency)
27
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola
secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
Independensi adalah keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa konflik kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.
Pedoman pokok pelaksanaan:
o Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari
segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara objektif.
o Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan
tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-
undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung
jawab antara satu dengan yang lain.
- Pertanggungjawaban (responsibility)
Kesesuaian antara pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan
harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
28
Pedoman pokok pelaksanaan:
o Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
anggaran dasar dan peraturan perusahaan.
o Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan
peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan, terutama
di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan
pelaksanaan yang memadai.
- Akuntabilitas (accountability)
Kejelasan fungsi, pelaksanaan serta pertanggungjawaban manajemen
perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif
dan ekonomis. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar, untuk itu perusahaan harus
dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan stakeholders. Akuntabilitas
merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
Pedoman pokok pelaksanaan:
o Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara
jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai perusahaan dan strategi
perusahaan.
29
o Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan
semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,
tanggung jawab dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
o Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian intern
yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
o Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan serta
memiliki sistem penghargaan dan sanksi.
o Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ
perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika
bisnis dan pedoman perilaku yang telah disepakati.
- Kewajaran dan Kesetaraan (fairness)
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak pemangku
kepentingan timbul sebagai akibat dari perjanjian dan perundang-
undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan
harus senantiasa memperhatikan kepentingan stakeholders berdasarkan
asas kewajaran dan kesetaraan.
Pedoman pokok pelaksanaan:
o Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam
lingkup kedudukan masing-masing.
30
o Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar
kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
o Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara
profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,
gender dan kondisi fisik.
II.2.4. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (2006), untuk mencapai
keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan Good Corporate Governance perlu
dilandasi oleh integritas yang tinggi. Sehingga diperlukan pedoman perilaku yang
dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam
menerapkan nilai-nilai dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dalam budaya
perusahaan.
Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang
menggambarkan sikap moral perusahaan dalam melaksanakan usahanya. Untuk
dapat merealisasikan sikap moral tersebut dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan
harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan
semua karyawan. Nilai-nilai dan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan
dijabarkan dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.
31
- Nilai-nilai Perusahaan
o Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam
mencapai visi dan misi perusahaan.
o Dalam merumuskan nilai-nilai perusahaan perlu disesuaikan
dengan sektor usaha, karakter dan letak geografis dari masing-
masing perusahaan.
o Nilai perusahaan yang universal adalah terpercaya, adil dan jujur.
- Etika Bisnis
o Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan usaha termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku
kepentingan.
o Setiap perusahaan harus mempunyai rumusan etika bisnis yang
disepakati bersama dan dijabarkan dalam pedoman perilaku.
- Pedoman Perilaku
o Penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis dalam
melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ dan
semua karyawan perusahaan.
o Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan
kepentingan, pemberian dan penerimaan hadiah dan donasi,
kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi dan
pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.
32
II.2.5. Hukum dan Peraturan di Indonesia
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)
merupakan kerangka paling penting bagi perundang-undangan yang ada mengenai
corporate governance di Indonesia. Untuk dapat menyesuaikan prinsip-prinsip
tentang Good Corporate Governance maka aspek hukum yang menyangkut
peraturan tentang perseroaan terbatas memiliki ruang lingkup yang menegaskan
tentang prinsip hukum dan implementasi yang tegas sehubung dengan kedudukan
dan tanggung jawab komisaris, direksi dan para pemegang saham. Berdasarkan
UUPT, suatu perusahaan adalah suatu badan hukum tersendiri dengan direksi dan
komisaris yang mewakili perusahaan.
Struktur umum suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas di Indonesia
adalah:
- Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS merupakan badan tertinggi dalam suatu perusahaan. RUPS
memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan
komisaris. untuk menyetujui atau menolak konsolidasi, merger, akuisisi,
kepailitan dan pembubaran, serta pengangkatan dan pemberhentian
komisaris dan direksi.
- Komisaris
Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi. Komisaris berdasarkan Pasal 114 ayat
(2) menyatakan bahwa setiap anggota dewan komisaris wajib dengan
itikad baik, kehati-hatian dan bertanggung jawab dalam menjalankan
33
tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi. Berdasarkan
hukum, komisaris mempunyai wewenang untuk memberhentikan
sementara anggota direksi. Komisaris bersama anggota direksi, harus
menandatangani laporan tahunan perusahaan sehingga, mereka ikut
bertanggung jawab secara hukum atas laporan keuangan yang
menyesatkan, yang menyebabkan kerugian kepada pihak manapun.
Setiap anggota dewan komisaris harus mengungkapkan kepada
perusahaan, berdasarkan UUPT, setiap kepentingan kepemilikan saham
yang dipegang olehnya atau keluarganya dalam perusahaan tersebut atau
perusahaan lain.
- Direksi
Direksi merupakan organ perseroan yang berwenang dan
bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, serta mewakili
perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar. Seorang direksi juga harus mengungkapkan
kepada perusahaan, berdasarkan Pasal 101 ayat (1) UUPT, anggota
direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang
dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam
perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar
khusus. Direksi juga berkewajiban mematuhi Pasal 101 ayat (2) UUPT
yang menyatakan bahwa anggota direksi yang tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan menimbulkan
34
kerugian bagi perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan tersebut.
Jika dikaitkan dengan prinsip Good Corporate Governance maka
keterkaitan dengan materi undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas
di Indonesia dapat dikelompokkan:
1. Ketentuan yang mengatur tentang hak dan kewenangan setiap pemegang
saham perseroan, khususnya pemegang saham publik, minoritas atau
independen agar dapat terlindungi dan terjamin haknya untuk terlibat,
mendapatkan dan menerima informasi, perkembangan, keputusan serta
rencana perseroan yang bersifat material dan strategis.
2. Kewenangan dan tanggung jawab dewan komisaris atau komisaris
independen sehubungan dengan fungsi dan kedudukannya yang mewakili
kepentingan pemegang saham untuk terlibat, memeriksa, memutuskan dan
mengambil tindakan yang menyangkut kepatuhan dan tanggung jawab
hukum direksi atas setiap keputusan, informasi dan perilaku yang
berhubungan dengan pengelolaan keuangan dan usaha perseroan.
3. Hak, kewajiban dan tanggung jawab dari direksi atau direktur independen
untuk menjalankan setiap langkah, keputusan, penyampaian informasi
keuangan dan atau informasi material lainnya dengan landasan dan tata cara
sesuai dengan anggaran dasar perseroan terbatas, pasar modal dan di bursa
efek.
35
II.2.6. Pemangku Kepentingan
Pemangku kepentingan selain pemegang saham adalah mereka yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan mereka yang terpengaruh secara
langsung oleh keputusan strategis dan operasional perusahaan, antara lain terdiri
dari:
- Karyawan
o Perusahaan harus menggunakan kemampuan bekerja dan kriteria
yang terkait dengan sifat pekerjaan secara taat asas dalam
mengambil keputusan mengenai penerimaan karyawan.
o Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan,
penetapan jenjang karir dan penentuan persyaratan kerja lainnya.
o Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis yang mengatur
dengan jelas pola rekrutmen serta hak dan kewajiban karyawan.
o Perusahaan harus menjamin terciptanya lingkungan kerja yang
kondusif, termasuk kesehatan dan keselamatan karyawan.
o Perusahaan harus memastikan tersediannya informasi yang perlu
diketahui oleh karyawan melalui sistem komunikasi yang berjalan
baik dan tepat waktu.
o Perusahaan harus mempunyai sistem yang dapat menjaga agar
setiap karyawan menjunjung tinggi standar etika dan nilai
perusahaan, serta mematuhi kebijakan, peraturan dan prosedur
intern yang berlaku.
36
o Karyawan yang ada di perusahaan berhak untuk menyampaikan
pendapat dan usul mengenai lingkungan kerja dan kesejahteraan
karyawan.
o Karyawan berhak melaporkan pelanggaran atas etika bisnis,
pedoman perilaku dan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan perusahaan.
- Mitra Bisnis
o Mitra bisnis adalah pemasok, distributor, kreditur, debitur dan
pihak lain yang melakukan transaksi usaha dengan perusahaan.
o Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin
dilaksanakannya hak dan kewajiban mitra bisnis sesuai dengan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
o Berhak memperoleh informasi yang relevan sesuai hubungan
bisnis dengan perusahaan sehingga masing-masing pihak dapat
membuat keputusan atas dasar pertimbangan yang adil dan wajar.
Kecuali disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan untuk
merahasiakan informasi dan melindungi kepentingan masing-
masing pihak.
- Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa
o Perusahaan harus mempunyai peraturan yang dapat menjamin
terjaganya keselarasan hubungan antara perusahaan dan
masyarakat sekitar termasuk penerapan program kemitraan dan
bina lingkungan.
37
o Perusahaan bertanggung jawab atas kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan serta dampak negatif terhadap keselamatan pengguna
maupun masyarakat dan lingkungan di mana perusahaan
beroperasi. Sehingga perusahaan harus menyampaikan informasi
kepada masyarakat yang dapat terkena dampak kegiatan
perusahaan.
II.2.7. Pedoman Penerapan Good Corporate Governance
Pelaksanaan Good Corporate Governance perlu dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan
oleh perusahaan dalam melaksanakan penerapan Good Corporate Governance.
- Setiap perusahaan harus menyusun pedoman Good Corporate
Governance yang mencakup sekurang-kurangnya hal sebagai berikut:
o Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan,
o Kedudukan dan fungsi RUPS, dewan komisaris, direksi, komite
penunjang dewan komisaris dan pengawasan internal,
o Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ
perusahaan secara efektif,
o Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas,
pengendalian intern yang efektif dan pelaporan keuangan yang
benar,
o Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan
dan etika bisnis,
38
o Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan
pemangku kepentingan ainnya,
o Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam
rangka memenuhi prinsip Good Corporate Governance.
- Agar pelaksanaan Good Corporate Governance dapat berjalan efektif,
diperlukan proses keikutsertaan semua pihak dalam perusahaan dengan
tahap:
o Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk
melaksanakan GCG oleh semua anggota direksi dan dewan
komisaris, pemegang saham pengendali dan semua karyawan,
o Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan
dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan,
o Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan.
o Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk
rasa memiliki dari semua pihak dalam perusahaan serta
pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan
sehari-hari,
o Melakukan penilaian sendiri atau dengan jasa pihak eksternal
yang independen untuk memastikan penerapan GCG secara
berkesinambungan. Hasil penilaian kemudian diungkapkan dalam
laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS tahunan.
39
II.2.8. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Dengan melaksanakan Good Corporate Governance ada beberapa manfaat
yang didapat:
- Meningkatkan kinerja perusahaan melalui proses penngambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional
perusahaan dan dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
- Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan
pada akhirnya akan meningkatkan Corporate Value.
- Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
- Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
dapat meningkatkan nilai stakeholders dan dividen.
II.3. Metodologi Penelitian
II.3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan kutipan Indrianto & Supomo dalam buku Metode Penelitian
Bisnis (2002), penelitian didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan (Buckley) dan menyelidiki masalah tertentu
yang memerlukan jawaban (Sekaran). (h.3)
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian
terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subjek berupa
individu, organisasional, industri atau perspektif yang lain. Penelitian ini
40
dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada,
sebagai dasar pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah-masalah bisnis.
(h.88). Data yang digunakan berdasarkan hasil wawancara, catatan, naskah,
dokumen pribadi serta dokumen resmi lainnya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksploratif. Penelitian
eksploratif dilakukan dengan mengambil data sekunder, yaitu mengumpulkan data
dari data yang sudah ada atau sudah dipublikasikan, sehingga dapat menghemat
waktu dan biaya yang diperlukan.
II.3.2. Jenis dan Sumber Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan (Mudrajad Kuncoro,2003:124). Jenis data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang abstrak atau tidak
terukur, seperti ingin menjelaskan citra perusahaan yang kurang baik (Rosady
Ruslan, 2010:28)
Sumber data yang didapat berasal dari data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok atau
organisasi. Sedangkan data sekunder biasanya diperoleh dari penelitian atau bahan
yang bersifat teoritis yang telah dikeluarkan oleh organisasi, perusahaan atau pihak
lain yang kemudian dipublikasikan kepada masyarakat umum. Data sekunder dapat
diperoleh melalui buku, majalah jurnal, internet dan media informasi lainnya.
II.3.3. Teknik dan Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metode ini adalah:
41
a. Riset Kepustakaan (Library Research)
Melakukan pencarian data atau informasi penelitian melalui jurnal ilmiah,
buku-buku referensi dan bahan publikasi lain yang tersedia di perpustakaan
sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian.
b. Riset Lapangan (Field Research)
Melakukan penelitian secara langsung di perusahaan yang menjadi objek
penelitian untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan, seperti:
- Wawancara
Teknik pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan
kepada subjek penelitian.
- Kuisioner
Mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden untuk mendapatkan
informasi yang mendukung penelitian.
- Dokumentasi
Melakukan penelaahan isi dokumen yang berhubungan dengan
pelaksanaan Good Corporate Governance dan internal control.