landasan teori ii.1 teori perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00528-ak...

26
1 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak dan Ciri-ciri Pajak Definisi pajak menurut undang-undang adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Definisi Pajak menurut beberapa para ahli; Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.: pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Siti Resmi, 2009) Menurut Prof Dr. P.J.A. Andriani: pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Prof DR. M.J.H. Smeets: pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. (IAI, 2012)

Upload: nguyenquynh

Post on 05-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

1

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Teori Perpajakan

II.1.1. Definisi Pajak dan Ciri-ciri Pajak

Definisi pajak menurut undang-undang adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas

jasa secara langsung.

Definisi Pajak menurut beberapa para ahli;

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.: pajak adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa

timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum. (Siti Resmi, 2009)

Menurut Prof Dr. P.J.A. Andriani: pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,

dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan

tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Menurut Prof DR. M.J.H. Smeets: pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang

terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya

kontraprestasi yang dapat ditunjukkan secara individual; maksudnya adalah untuk

membiayai pengeluaran pemerintah. (IAI, 2012)

Page 2: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

2

Dari beberapa definisi tersebut, ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak

adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan (dengan kekuatan) undang-undang serta aturan

pelaksanaannya;

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

individual oleh pemerintah;

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus, surplus tersebut digunakan untuk

membiayai public investment.

II.1.2. Fungsi Pajak

Pajak memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara karena fungsinya. Secara umum, pajak memiliki dua fungsi, yaitu fungsi

anggaran dan fungsi mengatur. (Prastowo, 2010)

1. Fungsi anggaran (budgetair)

Fungsi anggaran merupakan fungsi pembiayaan untuk pembangunan dan

penyelenggaraan negara. Biasanya, penerimaan pajak sebagai pelaksanaan fungsi

anggaran tercermin dalam APBN.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak juga berfungsi sebagai alat kebijakan ekonomi-politik yang akan

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi atau tingkat konsumsi masyarakat.

Page 3: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

3

II.1.3. Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka

pemungutan pajak harus berdasarkan syarat sebagai berikut: (Mardiasmo, 2011)

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan);

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis);

3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis);

4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil);

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

II.1.4. Asas Pemungutan Pajak

Asas pemungutan pajak dibagi menjadi asas menurut falsafah hukum, asas

yuridis, dan asas ekonomis, seperti dijelaskan berikut ini. (IAI, 2012)

1. Asas menurut falsafah hukum.

Hukum pajak harus berdasarkan pada keadilan. Selanjutnya keadilan inilah

sebagai asas pemungutan pajak. Beberapa teori dasar yang mendukung hak

negara untuk memungut pajak:

a. Teori asuransi

Teori ini “menyamakan” pembayaran pajak dengan pembayaran premi

asuransi. Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha

melindungi orang dari segala kepentingannya (misalnya keselamatan dan

keamanan);

Page 4: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

4

b. Teori kepentingan

Teori ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat.

Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang dalam tugas

pemerintah, termasuk perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu

pengeluaran negara untuk melindunginya dibebankan kepada masyarakat

melalui pajak;

c. Teori gaya pikul

Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak

terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada masyarakat

berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu untuk

kepentingan perlindungan, masyarakat akan membayar pajak menurut gaya

pikul seseorang;

d. Teori bhakti

Teori ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Menurut teori ini, negara

mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak masyarakat

menyadari bahwa membayar pajak sebagai kewajiban untuk membuktikan

tanda baktinya terhadap negara. Sehingga dasar hukum pajak terletak pada

hubungan masyarakat dengan negara;

e. Teori asas daya beli

Teori ini mendasarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang

dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan

individu atau negara, sehingga menitikberatkan pada fungsi mengatur.

Page 5: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

5

2. Asas yuridis

Untuk menyatakan suatu keadilan, hukum pajak harus memberikan jaminan

hukum kepada negara atau warganya. Oleh karena itu, pemungutan pajak harus

didasarkan pada undang-undang. Landasan hukum pemungutan pajak di

Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.

3. Asas ekonomis

Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa negara menghendaki

agar kehidupan ekonomi masyarakat terus meningkat. Untuk itu pemungutan

pajak harus diupayakan tidak menghambat kelancaran ekonomi.

II.1.5. Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian,

yaitu menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungutnya (Siti Resmi,

2009);

1. Menurut golongan

Menurut golongannya pajak dikelompokkan menjadi dua;

a. Pajak langsung,

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak

dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak

harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).

Page 6: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

6

b. Pajak tidak langsung,

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu

kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak,

misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2. Menurut Sifat

Menurut sifatnya pajak dikelompokkan menjadi dua;

a. Pajak subjektif,

Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau

pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya.

b. Pajak objektif,

Pajak yang pengenaannya memperhatikan objeknya baik berupa benda,

keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban

membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib

Pajak) maupun tempat tinggal.

3. Menurut lembaga pemungut

Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu;

a. Pajak negara (pajak pusat),

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai

rumah tangga negara pada umumnya.

Page 7: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

7

Contoh: Pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak

Penjualan Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi Bangunan (PBB) serta Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

b. Pajak daerah,

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak

provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan

untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Contoh: Pajak Provinsi meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan

di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan

dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

Pajak Kabupaten/kota meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan,

Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian

Golongan C, dan Pajak Parkir.

II.1.6. Tata Cara Pemungutan Pajak

1. Stelsel pajak

Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel (Mardiasmo, 2011);

a. Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga

pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah

penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Kebaikan stelsel ini adalah pajak

yang dikenakan lebih realistis. Sedangkan kelemahannya adalah pajak baru

dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil diketahui).

Page 8: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

8

b. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-

undang. Misalnya penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun

sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan

besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan stelsel ini

adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu

pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak

berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.

c. Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.

Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang

sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada

pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya jika

lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.

2. Asas pemungutan pajak

a. Asas domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang

bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam

maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

b. Asas sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

Page 9: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

9

c. Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

3. Sistem pemungutan pajak

a. Official Assessment System

Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah

(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya;

i. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

fiskus.

ii. Wajib pajak bersifat pasif.

iii. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

b. Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak

untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya;

i. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

Wajib Pajak sendiri,

ii. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang,

iii. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Page 10: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

10

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya; wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada

pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

II.1.7. Tarif Pajak

Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang diperlukan dua unsur, yaitu tarif

pajak dan dasar pengenaan pajak. Tarif pajak dapat berupa angka atau presentase

tertentu. Jenis tarif pajak dibedakan menjadi tarif tetap , tarif proporsional (sebanding),

tarif progresif (meningkat), dan tarif degresif (menurun).

1. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa pun besarnya dasar pengenaan

pajak. Contohnya adalah Bea Materai.

2. Tarif proporsional (sebanding)

Tarif berupa presentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap berapapun dasar

pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar pengenaan pajak maka semakin besar

pula jumlah pajak yang terutang dengan kenaikan secara proporsional atau

sebanding. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu 10%, Pajak

Penghasilan (PPh) pasal 26 sebesar 20%.

Page 11: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

11

3. Tarif progresif (meningkat)

Tarif berupa presentase tertentu yang semakin meningkat dengan semakin

meningkatnya dasar pengenaan pajak. Tarif progressif dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

a. Tarif progresif-proporsional, yaitu tarif berupa presentase tertentu yang

semakin meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan

kenaikan presentase tersebut adalah tetap.

b. Tarif progresif-progresif, yaitu tarif berupa presentase tertentu yang semakin

meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, dan kenaikkan

presentase tersebut juga semakin meningkat.

c. Tarif progresif-degresif, yaitu tarif berupa presentase tertentu yang semakin

meningkat dengan meningkatnya dasar pengenaan pajak, tetapi kenaikan

presentase tersebut semakin menurun.

4. Tarif degresif (menurun)

Tarif berupa presentase tertentu yang semakin menurun dengan semakin

menungkatnya dasar pengenaan pajak.

II.2 Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan,

perusahaan atau badan hukum lainnya. Pajak penghasilan bisa diberlakukan progresif,

proporsional, atau regresif.

Page 12: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

12

II.2.1 Subjek Pajak Penghasilan.

Subjek Pajak Penghasilan (UU nomor 36 tahun 2008) adalah sebagai berikut (Djuanda

et al, 2009):

1. Subjek pajak pribadi, yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,

orang pribadi yang berada di indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh

tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang

dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk

bertempat tinggal di Indonesia.

2. Subjek pajak harta warisan belum dibagi, yaitu warisan dari seseorang yang

sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan pendapatan, maka

pendapatan itu dikenakan pajak.

3. Subjek pajak badan, yaitu badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di

Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi criteria;

a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan perundang-undangan,

b. Pembayarannya bersumber dari Anggaran Pendapatan Pusat atau pemerintah

daerah, dan

c. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan negara, dan

4. Bentuk usaha tetap, yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh orang pribadi yang

tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di lndonesia tidak lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan

yang tidak didirikan dan berkedudukan di Indonesia, yang melakukan kegiatan di

Indonesia.

Page 13: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

13

II.2.2 Objek Pajak Penghasilan

Objek pajak penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib

pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pengertian penghasilan dalam undang-undang PPh tidak memperhatikan adanya

penghasilan dari sumber tertentu, tetapi karena adanya tambahan kemampuan ekonomis.

Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan

ukuran terbaik mengenai kemampuan wajib pajak tersebut untuk ikut bersama-sama

memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan.

Karena Undang-undang PPh menganut pengertian-pengertian yang luas, maka

semua jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak

digabungkan untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak. Dengan demikian apabila

dalam satu tahun pajak suatu usaha atau kegiatan menderita kerugian, maka kerugian

tersebut dikompensasikan dengan penghasilan lainnya (kompensasi horizontal), kecuali

kerugian yang di derita di luar negeri. Namun demikian, apabila suatu jenis penghasilan

dikenakan pajak dengan tarif yang bersifat final atau dikecualikan dari objek pajak,

maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang

dikenakan tarif umum.

Page 14: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

14

II.2.3 Tarif Umum Pajak Penghasilan

1. Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak

Badan sesuai dengan pasal 17 ayat (1) Undang-undang PPh no 17 tahun 2000

adalah sebagai berikut;

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000 10%

Di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 100.000.000 15%

Di atas Rp 100.000.000 30%

Sedangkan menurut pasal 17 UU PPh No. 36 tahun 2008 menyebutkan tarif

pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan dan

BUT adalah sebesar 28% untuk tahun 2009, dan sebesar 25% untuk tahun 2010

dan tahun berikutnya.

2. Untuk keperluan penerapan tarif pajak di atas, jumlah Penghasilan Kena Pajak

dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh.

Dalam penggunaan tariff PPh badan pasal 17 UU PPh No. 36 tahun 2008 berlaku

mekanisme yang diatur dalam pasal 31 huruf (E) sebagai berikut:

1. Jika penghasilan bruto lebih dari Rp. 50 Milyar, maka Penghasilan Kena

Pajak nya (PKP) langsung dikalikan dengan tarif 28% atau 25% pada tahun

2010.

2. Jika penghasilan bruto berkisaran antara Rp. 0 s.d Rp. 50 Milyar, maka:

a. Jika penghasilan bruto kurang dari Rp. 4,8 Milyar, maka PKP mendapat

pengurangan 50%, jadi tarif yang dikenakan adalah sebesar 14%.

Page 15: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

15

b. Jika penghasilan bruto lebih dari 4,8Milyar tetapi tidak melebihi Rp.

50Milyar maka mendapat pengurangan 50% hanya bagian pendapatan

bruto sampai dengan Rp. 4,8Milyar.

II.3 Perencanaan pajak

Secara alamiah, tidak ada orang yang rela membayar pajak karena akan

mengurangi penghasilannya. Oleh karena itu, pajak dapat dipaksakan agar setiap orang

yang wajib membayarnya bersedia membayar sesuai ketentuan yang berlaku.

Perencanaan Pajak adalah proses pengambilan factor pajak yang relevan dan

factor non-pajak yang material untuk menentukan transaksi yang dilakukan. (Erly

Suandy, 2011)

Perencanaan pajak sangat terkait dengan informasi dan pengetahuan sehingga

menghasilkan kecakapan tertentu melalui latihan. Empat pilar aktivitas wajib pajak yang

harus dilakukan, yaitu tax compliance, tax planning, tax litigation, dan tax research.

II.3.1 Konsep kunci perencanaan pajak

Sebagaimana sudah umum dikaji dan dipelajari dalam ilmu manajemen,

perencanaan adalah bagian penting dan strategis untuk memulai sebuah usaha yang

diharapkan membuahkan hasil yang baik. Oleh sebab itu, perencanaan pajak dapat

dilukiskan sebagai berikut.

RENCANA SARANA TUJUAN

Page 16: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

16

Keterangan:

Rencana:

a. Mendirikan usaha,

b. Menentukan model usaha,

c. Memilih sistem akuntansi/metode pembukuan, dan

d. Melakukan perencanaan pajak yang baik

Sarana:

a. Rencana bisnis (business plan),

b. Pengetahuan,

c. Sistem akuntansi yang baik dan tepat,

d. Strategi yang tepat,

e. Aturan,

f. Konsultan pajak/professional pajak,

g. Komunikasi yang baik, dan

h. Itikad baik.

Tujuan:

a. Penghematan pajak secara legal,

b. Manajemen pajak yang terpadu dan sinambung, dan

c. Laba kena pajak yang predictable.

II.3.2 Strategi efisiensi

Strategi efisiensi beban pajak yang umum ditemukan dalam literatur perpajakan

adalah sebagai berikut;

Page 17: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

17

1. Tax avoidance, yaitu upaya efisiensi beban pajak dengan cara menghindarkan

diri dari pengenaan pajak melalui pengalihan transaksi ke yang bukan obyek

pajak. (contoh, bila tidak mau membayar cukai rokok, menghindarinya dengan

tidak merokok) (dalam merencanakan PPh pasal 21, misalnya perlakuan terhadap

pajak karyawan. Jika perusahaan PPh badannya tidak dikenakan pajak secara

final, efisiensi PPh pasal 21 dapat dilakukan dengan pemberian kesejahteraan

karyawan dalam bentuk natura sampai titik maksimal, karena natura pada

perusahaan yang tidak dikenakan PPh final bukan objek PPh pasal 21).

2. Tax evasion, yaitu tindakan efisiensi beban pajak dengan cara menghindari

pengenaan pajak secara ilegal, yaitu melanggar aturan formal dan material yang

berlaku. Misalnya membuat pembukuan ganda, tidak melaporkan seluruh

penghasilan, atau menambahkan biaya fiktif untuk mengurangi penghasilan.

3. Tax saving, yaitu efisiensi beban pajak dengan cara memilih alternative

pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Sebagai contoh jika pemberian

dalam bentuk natura tidak dapat dibebankan sebagai biaya fiskal bagi

perusahaan, berarti untuk efisiensi beban pajak perusahaan pemberian natura

harus diubah menjadi pemberian non-natura agar boleh dibiayakan.

4. Optimalisasi kredit pajak, yaitu pemahaman mekanisme pemotongan atau

pemungutan pajak pihak lain untuk mengetahui sifat pengenaan pajaknya. Jika

dikenakan PPh final, berarti tidak dapat dikreditkan dan jika dikenakan PPh tarif

umum (non-final) dapat dikreditkan atau mengurangi pajak terutang.

Pengkreditan pajak ini tentu saja lebih maksimal manfaatnya dibanding

membiayakan.

Page 18: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

18

II.3.3 Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21/26

Hal pokok dalam perencanaan pajak PPh Pasal 21 adalah kebijakan tentang

pihak yang akan menanggung beban pajak. Terkait dengan hal tersebut, terdapat tiga

model yang dapat dipilih, yaitu sebagai berikut.

1. PPh pasal 21 ditanggung oleh karyawan (dipotong). Artinya, beban pajak

ditanggung sendiri oleh karyawan dan langsung dikurangkan dari penghasilan

yang diterima.

2. Pph pasal 21 ditanggung oleh perusahaan (ditanggung). Artinya, pajak karyawan

yang bebannya dipikul oleh pemberi kerja atau perusahaan. Implikasinya adalah

gaji karyawan tidak berkurang. Dari sisi pemberi kerja, PPh karyawan yang

ditanggung ini tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

3. PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan. Artinya, karyawan diberi

tunjangan sebesar pajak terutangnya. Besaran pajak ini adalah penghasilan bagi

karyawan dan menjadi biaya yang boleh dikurangkan bagi perusahaan/pemberi

kerja. Model ini sering disebut dengan gross up method.

Untuk menentukan model yang akan kita pilih, tentu saja kita harus mempertimbangkan

beberapa faktor dan kondisi. Oleh sebab tujuan kita adalah menghemat pajak secara

legal, kita perlu mempertimbangkan berbagai pilihan model yang ada agar pajak yang

kita bayar lebih kecil.

1. Pajak Penghasilan karyawan yang ditanggung oleh pemberi kerja jika diberikan

dalam bentuk “ditanggung perusahaan”, implikasinya tidak dapat dibiayakan

bagi perusahaan dan bukan penghasilan bagi karyawan. Metode ini dipilih saat

perusahaan rugi karena tidak membutuhkan tambahan biaya sebagai pengurang

Page 19: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

19

penghasilan. Sedangkan pajak yang diberikan dalam bentuk tunjangan,

implikasinya dapat dibiayakan bagi perusahaan dan menjadi penghasilan bagi

karyawan. Jika posisi perusahaan laba, model ini layak dipilih karena akan

mengurangi penghasilan bruto. Jika model ini dipilih, kita menghitung pajak

dengan metode gross up. Gross up method adalah penghitungan pajak dimana

sejumlah pajak terutang yang seharusnya dipotong dimasukkan dalam nilai

transaksi atau dengan kata lain disebut memberikan tunjangan pajak sebesar PPh

yang terutang.

2. Biaya makan untuk perusahaan yang diberikan dalam bentuk tunjangan secara

fiskal, perusahaan tidak terpengaruh karena kedua pilihan dapat dibiayakan.

Yang perlu dipahami adalah implikasi jika diberikan dalam bentuk tunjangan

akan menambah penghasilan karyawan dan jumlah PPh 21. Jika diberikan dalam

bentuk makan bersama, perlu dipertimbangkan apakaha akan dimasak sendiri

atau memakai jasa catering. Jika memakai jasa catering, kita harus memotong

PPh pasal 23 sebesar 2%.

3. Uang saku karyawan yang diberikan secara lump-sum atau diberikan sekaligus

dalam jumlah tertentu tanpa harus dimintakan pertanggungjawaban dan bukti

atas penggunaannya. Jika Memakai model reimbursement, yaitu disertai

pertanggungjawaban penggunaan dana dengan bukti pengeluaran. Model

reimbursement mensyaratkan pengembalian, artinya yang akan dimasukkan

dalam komponen penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah uang saku atau

tunjangan yang benar-benar diterima oleh karyawan.

Page 20: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

20

4. Pemberian tunjangan kesehatan jika diberikan dalam bentuk tunjangan, akan

menjadi penghasilan karyawan yang merupakan objek pasal 21, dan disisi

perusahaan/pemberi kerja adalah biaya yang dapat dikurangkan. Jika diberikan

dalam bentuk fasilitas pengobatan, misalnya penyediaan klinik atau tenaga

medis, bagi karyawan bukan penghasilan dan bagi perusahaan bukan biaya yang

dapat dikurangkan. Jika menggunakan model reimbursement, perlu diperhatikan

syarat-syaratnya, yaitu pengeluaran untuk pengobatan benar-benar dilakukan dan

sesuai dengan yang sebenarnya.

II.3.4 Perencanaan Pajak PPh Badan

Perencanaan PPh badan adalah bagian paling luas dan sangat terkait dengan jenis

pajak lainnya. Adapun langkah-langkah perencanaan Pajak Penghasilan Badan

dilakukan sebagai berikut;

1. Rekonsiliasi fiskal untuk menyajikan laba kena pajak,

2. Transaksi terkait dengan penghasilan dan fasilitas untuk karyawan,

3. Perencanaan pajak terkait dengan karyawan,

4. Pemilihan metode penyusutan dan amortisasi,

5. Perencanaan pajak dalam kaitannya dengan withholding tax,

6. Optimalisasi kredit pajak,

7. Pemanfaatan pengurangan angsuran PPh Pasal 25.

Page 21: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

21

II.3.5 Fasilitas dan Manfaat Kawasan Berikat

Fasilitas Kawasan Berikat merupakan fasilitas yang "mewah" bagi perusahaan

industri atau perusahaan manufaktur yang berorientasi ekspor karena mendapatkan

fasilitas kepabeanan dan perpajakan sebagai berikut;

1. Penangguhan Bea Masuk dan tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh Pasal 22:

a. Atas impor barang modal atau peralatan dan peralatan perkantoran yang

semata-mata dipakai oleh PKB termasuk PKB merangkap PDKB;

b. Atas impor barang modal atau peralatan pabrik yang berhubungan

langsung dengan kegiatan produksi PDKB;

c. Atas impor barang dan atau bahan untuk diolah di PDKB.

2. Tidak dipungut PPN dan PPnBM

a. atas pemasukan Barang Kena Pajak (BKP) dari DPIL untuk diolah lebih

lanjut;

b. Atas pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk

diolah lebih lanjut;

c. Atas pengeluaran barang dan atau bahan ke perusahaan industri di DPIL

atau PDKB lainnya dalam rangka sub kontrak;

d. Atas penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan sub kontrakoleh

Pengusaha Kena Pajak (PKP) di DPIL atau PDKB lainnya kepada PKP

PDKB asal;

e. Atas peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka sub

kontrak.

3. Pembebasan cukai:

Page 22: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

22

a. Atas impor barang dan atau bahan untuk diolah lebih lanjut;

b. Atas pemasukan Barang Kena Cukai (BKC) dari DPIL untuk diolah lebih

lanjut.

Disamping itu perusahaan yang mendapatkan fasilitas Kawasan Berikat masih

bisa memperoleh kemudahan seperti:

1. Barang modal berupa mesin asal impor apabila telah lewat jangka waktu 2 (dua)

tahun sejak pengimporannya atau sejak menjadi aset perusahaan dapat

dipindahtangankan dengan tanpa kewajiban membayar Bea Masuk yang

terutang.

2. PDKB yang termasuk dalam Daftar Putih dapat mempertaruhkan jaminan berupa

Surat Sanggup Bayar (SSB) kepada KPBC yang bersangkutan atas pemasukan

dan pengeluaran barang ke dan dari PDKB yang dipersyaratkan untuk

mempertaruhkan jaminan.

Dengan fasilitas yang diperoleh tersebut diatas, maka manfaat yang bisa dipetik oleh

pengusaha dengan mendapatkan fasilitas Kawasan Berikat antara lain:

1. Efisiensi waktu pengiriman barang dengan tidak dilakukannya pemeriksaan fisik

di Tempat Penimbunan Sementara (TPS / Pelabuhan);

2. Fasilitas perpajakan dan kepabeanan memungkinkan PDKB dapat menciptakan

harga yang kompetitif di pasar global serta dapat melakukan penghematan biaya

perpajakan;

3. Cash Flow Perusahaan serta Production Schedule lebih terjamin;

Page 23: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

23

4. Membantu usaha pemerintah dalam rangka mengembangkan program

keterkaitan antara perusahaan besar, menengah, dan kecil melaui pola kegiatan

sub kontrak.

II.3.6 Pembukuan dalam Bahasa Asing dan Mata Uang Asing

Pembukuan dalam bahasa asing dan menggunakan mata uang asing bagi

perusahaan diatur dalam peraturan meteri keuangan nomor 196/PMK.03/2007

ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan bahasa asing dan mata uang asing adalah

bahasa inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.

Permohonan izin menyelenggarakan Pembukuan dengan menggunakan bahasa

asing dan mata uang selain mata uang selain rupiah terlebih dahulu harus mendapat izin

tertulis dari menteri keuangan, kecuali bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya

atau Kontrak Bagi Hasil.

Perusahaan yang dapat mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan

pembukuan atau pencatatan dalam bahasa asing dan mata uang asing adalah;

a. Perusahaan PMA, yaitu perusahaan yang merupakan penanaman modal

dari luar negeri di Indonesia dalam bentuk penanaman langsun. Apabila

perusahaan PMA tersebut berupa perusahaan patungan, sekurang-

kurangnya 50% (lima puluh persen) saham yang telah diterbitkan dimiliki

oleh penanam modal asing tersebut.

b. Wajib Pajak yang berusaha di bidang migas atau dibidang pertambangan

umum, Wajib Pajak dalam rangka PMA dan WP BUT dapat

menggunakan bahasa inggris dalam pembukuannya, setelah

Page 24: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

24

memberitahukan kepada Direktur Jendral Pajak dalam waktu 3 (tiga)

bulan pertama dari tahun pajak dimulainya penggunaan Bahasa Inggris

tersebut. Ini dilakukan agar memudahkan BUT dalam konsolidasi

pembukuan dengan kantor pusat mereka.

c. Apabila WP PMA, WP Kontrak Karya, WP Kontrak Bagi Hasil ingin

menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam melaksanakan

pembukuannya maka harus mengikuti prosedur permohonan

sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

533/KMK.04/2000. Apabila Wajib Pajak tersebut hanya ingin

menggunakan Bahasa Inggris, maka cukup dengan memberitahukan

kepada Direktur Jendral Pajak sesuai dengan prosedur dalam Keputusan

Menteri Keuanga.

d. Permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing

dan mata uang asing diajukan secara tertulis kepada Direktur Jendral

Pajak U.P. Direktur Pajak Penghasilan, paling lambat sudah diterima

dalam waktu 30 hari sebelum tahun buku dimulai. Tanggal permohonan

diterima adalah sesuai dengan tanggal cap pos apabila permohonan

dikirim melalui pos tercatat atau tanggal pada bukti tanda terima apabila

disampaikan langsung ke Direktorat PPh kantor Pusat Direktorat Jendral

Pajak. Permohonan yang diterima setelah lewat jangka waktu 30 hari

tersebut tidak dapat dipertimbangkan. Kepada Wajib Pajak pemohon

diberikan surat pemberitahuan bahwa permohonannya tidak dapat

dipertimbangkan. Wajib Pajak yang bersangkutan dapat mengajukan

Page 25: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

25

permohonan lagi untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa

Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat mulai tahun pajak

berikutnya.

e. Permohonan menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan

mata Uang Dollar Amerika Serikat tersebut harus dilampiri dengan:

- Bagi Wajib Pajak PMA sebagaimana dimaksud dalam butir 2 huruf a

melampirkan surat persetujuan penanaman modal dari presiden dan

keputusan pemberitahuan fasilitas atau keringanan Pajak dan Bea

Masuk.

- Bagi perusahaan patungan, baik dalam rangka PMA maupun tidak

melampirkan Akte notaries pendirian perusahaan, izin usaha, dan

bukti-bukti dokumen penyertaan modal.

- Wajib Pajak Kontrak Karya dibidang pertambangan umum

melampirkan kontrak karya yang bersangkutan.

- Wajib Pajak Kontrak bagi hasil di bidang pertambangan minyak dan

gas bumi melampirkan kontrak bagi hasil yang bersangkutan.

- Wajib Pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT) melampirkan izin usaha dan

perjanjian keagenan dan/atau penunjukan representative di Indonesia.

f. Dirjen Pajak atas nama menteri keuangan memberikan keputusan atas

permohonan Wajib Pajak untuk menyelenggarakan pembukuan dalam

bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat paling lambat

dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya permohonan WP dengan

menggunakan formulir sesuai dengan lampiran I Surat Edaran ini.

Page 26: LANDASAN TEORI II.1 Teori Perpajakan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00528-AK Bab2001.pdf · c. Teori gaya pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan

26

Dengan demikian maka kepada Wajib Pajak dapat diberikan kepastian

paling lambat pada saat dimulainya tahun buku Wajib Pajak yang

bersangkutan.

g. Apabila Dirjen Pajak tidak memberikan keputusannya setelah lewat

jangka waktu 30 hari sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka

permohonan Wajib Pajak dianggap diterima. Untuk memberikan

kepastian kepada Wajib Pajak yang bersangkutan, Dirjen Pajak

memberitahukan hal tersebut kepada Wajib Pajak dengan menggunakan

formulir sesuai lampiran II Surat Edaran ini.

h. Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan

mata uang asing wajib memasukan SPT beserta lampirannya dalam

Bahasa Indonesia dan mata uang Rupiah.