bab iv pembahasanthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2009-2-00528-ak bab 4.pdfdata lengkap mengenai...
TRANSCRIPT
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada
PT. My Rasch Indonesia. Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang
mencakup serangkaian langkah atau prosedur yang direncanakan untuk mendapatkan
bahan bukti serta secara objektif menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas
berdasarkan pada suatu kriteria yang ditetapkan manajemen. Dalam melaksanakan audit
operasional diperlukan persiapan dan perencanaan yang baik untuk mendapatkan hasil
yang maksimal sehingga pada akhirnya dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh
perusahaan.
Untuk memulai suatu audit, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan
perencanaan audit. Perencanaan audit merupakan penyusunan strategi menyeluruh
mengenai tindakan yang akan dilakukan dan ruang lingkup audit. Luas sempitnya ruang
lingkup audit operasional akan tergantung pengendalian intern. Semakin baik
pengendalian intern di suatu perusahaan semakin sempit pula ruang lingkup audit
operasional yang perlu diteliti auditor, begitu pula sebaliknya.
Suatu perencanaan diperlukan sebelum melakukan audit dengan maksud agar
audit dapat dilakukan dengan seefektif dan seefisien mungkin serta agar langkah-
langkah yang diambil dalam audit dapat lebih terarah. Namun waktu perencanaan lebih
banyak diperlukan seandainya audit itu mencakup ruang lingkup masalah yang luas.
39
Perencanaan pelaksanaan yang penulis buat dimulai dari:
1. Diterimanya proposal penelitian sebagai objek untuk pembuatan skripsi oleh
PT. My Rasch Indonesia yang didahului dengan persetujuan atau ijin dari
direktur perusahaan.
2. Tahap selanjutnya adalah memulai tahap survey pendahuluan dimulai dengan
persetujuan direktur untuk menanyakan serta mendapatkan informasi umum
dan latar belakang perusahaan.
3. Kemudian pada pertemuan selanjutnya, peneliti melakukan wawancara
dengan para manajer untuk mengetahui keadaan operasional untuk
selajutntnya diteliti di penulisan skripsi ini.
Berikut ini akan dibahas mengenai data – data yang telah diperoleh dan diteliti
apakah audit operasional atas penjualan kredit dan piutang dagang pada PT. My Rasch
Indonesia telah sesuai dengan program pemeriksaan akuntan.
IV.1 Tujuan Audit Operasional atas Fungsi Penjualan Kredit dan Piutang
Dagang pada PT. My Rasch Indonesia
Sesuai dengan ruang lingkup pembahasan audit operasional pada skripsi ini,
yang akan dibahas hanya mencakup tentang kegiatan penjualan kredit dan piutang
dagang dalam meningkatkan kolektibilitas piutang perusdahaan.
Tujuan pemeriksaan operasional atas fungsi penjualan kredit dan piutang dagang
pada PT. My Rasch Indonesia yaitu:
40
1. Untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan penjualan kredit dan penagihan
piutang telah terlaksana sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan perusahaan.
2. Untuk mendeteksi kelemahan dalam kegiatan penjualan kredit dan piutang
usaha serta memberikan rekomendasi untuk mengatasi kelemahan -
kelemahan yang ditemukan.
3. Mengembangkan rekomendasi untuk mengatasi kelemahan – kelemahan
yang ditemukan dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan
penjualan perusahaan.
IV.2 Analisa Audit Operasional Atas Penjualan
IV.2.1 Analisa Pelaksanaan Penjualan
Keberhasilan penjualan sangat ditentukan oleh berbagai kebijaksanaan yang
diberlakukan dalam penjualan. Keseluruhan kebijaksaaan yang ada harus saling
mendukung agar penjualan berjalan lancar dan dapat terawasi dengan baik. Dalam
menjual produk, PT. My Rasch Indonesia (MRI) memberikan potongan harga atau
discount, tergantung cara dan jumlah pembelian oleh para pelanggan. Pendisribusian
barang pada PT. MRI dilakukan dengan cara menjual ke konsumen , dengan menjual ke
pedagang besar dan ke para toko pengecer atau agen. Dari jenis saluran distribusi
tersebut terdapat beberapa resiko yang harus ditanggung seperti menyimpan persediaan
dan menanggung resiko kredit. Untuk persyaratan penjualan kredit PT. MRI
memberikannya untuk setiap toko pengecer atau agen yang telah melakukan pembelian
41
secara tunai sebanyak tiga kali. Besarnya kredit yang diberikan disesuaikan dengan
jumlah harga yang biasa dibeli oleh toko atau agen tersebut. Semakin besar jumlahnya,
kredit yang diberikan juga besar. Dari syarat pemberian kredit oleh PT. MRI ini memang
akan meningkatkan penjualan, karena pembayaran dapat dilakukan tidak pada saat
menerima barang, tetapi penyeleksian terhadap calon debitur tersebut kurang menjamin,
diperlukan kepercayaan yang besar terhadap toko atau agen tersebut. Untuk toko atau
agen yang jumlah pembeliannya sedikit, kemungkinan kerugian terhadap piutang tidak
terlalu besar, tetapi banyak juga toko atau agen yang jumlah pembeliannya besar,
tentunya dengan modal kepercayaan saja tidak cukup, diperlukan jaminan yang jelas
bahwa toko tersebut mau dan mampu melunasi utangnya dikemudian hari. Untuk itu
data lengkap mengenai keberadaan dan keadaan keuangan toko tersebut harus diselidiki,
seperti adanya identitas si pemilik toko, besar kecilnya penjualan toko itu ataupun
penetapan syarat penjualan kredt lainnya yang dapat menjamin bahwa penagihan dapat
berjalan lancar. Kebijakan penjualan kredit kepada toko – toko secara selektif harus
ditingkatkan mengingat keadaan keuangan pada toko umumnya masih lemah,
pembukuan yang belum terselenggara dengan baik atau mungkin tidak mempunyainya,
serta nilai pesanan yang relatif lebih sedikit dibanding penjualan kepada pedagang besar.
Selain itu juga untuk mengurangi banyaknya piutang ragu- ragu.
IV.2.2 Analisa Pelaporan Penjualan
Untuk keperluan pengendalian dan penilaian yang dilakukan terhadap
pelaksanaan penjualan sehari – hari, dibutuhkan pelaporan mengenai ketetapan dalam
memenuhi pesanan, prestasi yang dicapai oleh sales, biaya yang dikeluarkan, kunjungan
yang dilakukan, pesanan yang diterima serta realisasi penjualan. Pelaporan penjualan
erat hubungannya dengan adanya pencatatan penjualan. Dengan adanya laporan
42
penjualan akan memudahkan pimpinan untuk dapat mengendalikan pelaksanaan
penjualan, apabila terdapat kecenderungan ke arah kondisi yang tidak memuaskan, agar
dapat segera di tindak lanjuti, sebelum berkembang menjadi kerugian yang lebih besar.
Pada PT. MRI pelaporan penjualan dilakukan oleh bagian penjualan atas dasar
faktur penjualan, Laporan Aktivitas Sales Harian (LASH),nota kredit, surat jalan dan
purchase order. Dari data penjualan akan dibuat laporan penjualan setiap hari persales,
perproduk, per faktur penjualan, per toko dan jumlah penjualan yang dilakukan secara
kredit atau tunai. Secara umum, pengendalian intern merupakan bagian dari masing –
masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan
operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern
merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang terintergrasi, berhubungan dan
saling mendukung satu dengan yang lainnya.
Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu
proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara
keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan
perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :
1. Keefektifan dan efesiensi operasional perusahaan
2. Pelaporan keuangan yang handal
3. Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan
perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :
43
1. Direksi dan manajemen mendapat pemahaman akan arah pencapaian tujuan
perusahaan dengan meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga
kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumber daya (asset) perusahaan
2. Laporan keuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang
meliputi laporan segmen maupun interim
3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan
dipatuhi dengan semestinya
Secara umum pengendalian yang dilakukan oleh PT. MRI dalam usaha
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penjualan telah dilakukan untuk menghindari
terjadinya penyimpangan merugikan yang biasa terjadi pada setiap perusahaan dagang,
terutama dalam prosedur, pemisahan fungsi dan pelaporan penjualan.
Proses mereview sistem operasional atas penjualan pada PT. My Rasch
Indonesia dilakukan dengan menggunakan serangkaian pertayaan yang terdapat dalam
suatu daftar pertayaan yang akan disajukan sebagai berikut :
Tabel IV.1
KUESIONER AUDIT PENJUALAN
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah fungsi bagian penjualan dipisahkan dari fungsi
penerimaan uang dan fungsi pencatatan?
X
2. Apakah perusahaan memiliki bagian kredit? X
3. Apakah penerimaan barang dari langganan telah disetujui oleh
pejabat yang berwenang mengenai persayaratan kredit harga,
dan syarat – syarat lainnya?
X
44
4
.
Bila harga jual yang diberikan berbeda dengan yang
tercantum pada daftar harga, apakah penyimpangan ini telah
disetujui oleh pejabat yang berwenang (Manager penjualan) ?
X
5. Apakah pengiriman barang didukung oleh surat jalan atau
dokumen pengiriman lainnya ?
X
6. Jika ya, apakah dokumen tersebut diberi nomor urut tercetak ? X
7. Apakah nomor urut tersebut diperiksa oleh personel bagian
accounting?
X
8. Apakah perusahaan menggunakan faktur penjualan sebagai
dasar dari penjualan ?
X
9. Apakah bagian penagihan menerima tindakan bukti
pengiriman barang langsung dari bagian pengiriman sebagai
dasar untuk penagihan ke pembeli ?
X
10. Apakah semua pengiriman barang dibuatkan faktur pajak
standar ?
X
11. Apakah faktur penjualan kredit diberi nomor urut tercetak ? X
12. Apakah urutan nomornya diperiksa oleh personel bagian
accounting ?
X
13. Apakah pengiriman faktur pajak ke pembeli tepat sebelum
jatuh tempo berlangsung ?
X
Berdasarkan data yang penulis peroleh dengan menggunakan metode kuesioner dan
wawancara, maka penulis menemukan kelemahan dalam sistem operasional atas
penjualan kredit, yaitu sebagai berikut :
45
1. Perusahaan tidak memiliki bagian kredit sehingga terjadinya perangkapan fungsi
yang dilakukan oleh bagian penjualan dimana saat terjadinya penjualan kredit,
bagian ini selain melakukan fungsi penjualan juga melakukan fungsi kredit, bagian
penjualan juga merangkap sebagai fungsi penagihan.
2. Belum digunakannya dokumen pendukung Surat Order Pengiriman saat terjadinya
piutang pada perusahaan
IV.2 Analisa Audit Operasional Atas Piutang Dagang
Dengan adanya kegiatan penjualan secara kredit, maka akan menimbulkan
piutang dagang, piutang ini memerlukan adanya pengendalian yang tepat agar segala
bentuk penyimpangan terhadap piutang dapat dikurangi atau dihilangkan. Untuk itu
penulis akan mencoba melakukan evaluasi terhadap pengendalian yang dilakukan pada
PT. MRI ke dalam 4 bagian yang dari ketiga bagian tersebut merupakan titik dimana
dapat diambil tindakan utnuk mewujudkan pengendalian piutang dalam hal pemberian
kredit, penagihan piutang dan pengendalian internal yang layak untuk prosedur akuntasi
piutang, pencatatannya serta pemisahan tugas dalam bagian piutang.
1. Pemberian Kredit
Hal pertama yang harus dihadapi perusahaan dalam rangka pengendalian piutang
adalah mengenai persetujuan pemberian kredit yang berhubungan dengan banyaknya
order yang diterima, pengambilan dan pengiriman barang dan pembuatan faktur.
Pada PT. MRI kredit diberikan apabila pelanggan telah melakukan pembelian
secara tunai sebanyak tiga kali. Dari persyaratan yang diberikan tersebut, penulis
berpendapat kurang menjamin untuk mengetahui keadaan calon pelanggan yang
sebenarnya agar mereka mampu membayar utangnya nanti. Diperlukan penyeleksian
46
terhadap calon pelanggan dari berbagai segi untuk mengurangi resiko kerugian
akibat piutang ragu – ragu, karena sebagian besar kerugian dari piutang dagang yang
diderita setiap perusahaan adalah akibat kurang selektif dalam mendapatkan
pelanggan. Untuk menghindari atau paling tidak mengurangi jumlah kerugian akibat
piutang tak tertagih ada beberapa faktor yang perlu dinilai untuk menyeleksi
pelanggan, apakah benar – benar menyakinkan, walaupun dalam pelaksanaannya
tidak selalu mudah, yaitu :
a. Mengetahui kepribadian dan karakter calon pelanggan
b. Mengetahui tentang keadaan keuangan calon pelanggan
c. Mengetahui kelancaran penjualan calon pelanggan
d. Bertahap dalam memberikan piutang
e. Memberikan batas kredit yang wajar
f. Mengetahui informasi lama pelanggan dalam bidang usahanya.
Dari semua faktor diatas penulis berpendapat bahwa dalam pertimbangan
persyaratan pemberian kredit jangan melihat dari segi teknis saja yaitu menyetujui
hampir semua permohonan yang diajukan sepanjang persyaratan teknis terpenuhi,
tetapi juga dilihat dari segi keuangannya juga.
2. Penagihan Atas Piutang
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah member persetujuan
pemberian kredit sampai dengan diterimanya barang oleh pelanggan adalah masalah
penagihan piutang. Harus adanya suatu penagihan yang efektif, agar piutang dapat
tertagih semua dan uangnya dapat digunakan pada sektor lain yang juga penting,
seperti untuk pembayaran atas pembelian barang. Untuk menghindari kerugian
piutang yang besar, sampai batas waktu tertentu utang yang belum bisa dibayar juga
47
dengan alasan yang tidak kuat, maka dengan sangat terpaksa barang pembeliannya
yang masih ada akan ditarik kembali. Beberapa kendala yang terjadi dalam hal
penagihan ini dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
a. Pindahnya toko ke tempat lain, tanpa pemberitahuan dan meninggalkan
alamat yang baru, karena teryata keberadaan toko tersebut tidak permanen
dan hanya untuk sementara
b. Seringnya pelanggan menunda waktu pembayaran utang yang telah jatuh
tempo.
c. Tidak tertagihnya piutang secara penuh sesuai dengan jumlah yang tertera
dalam faktur
d. Kesalahan yang disebabkan intern seperti dalam hal dokumen yang
diperlukan tidak lengkap dalam penagihan dan tidak rutinnya pengiriman
jumlah piutang customer.
e. Adanya kejadian yang diluar dugaan, misalnya sudah yakin atas kemampuan
toko dalam hal keuangannya, tetapi karena adanya kebakaran, toko tersebut
tidak bisa melunasi utang tepat waktu atau bahkan tidak bisa melunasinya,
menyebabkan perusahaan memberikan tenggang waktu pembayaran yang
cukup lama atau mencatatnya sebagai kerugian.
Dari kendala yang disebutkan diatas, penulis berpendapat bahwa semua itu
berawal dari pemberian kredit yang harus dilakukan secara lebih hati – hati. Sistem
penagihan pada PT. MRI sudah menggunakan dokumen dan prosedur yang baik. Tetapi
dalam pemberian jarak waktu antara jatuh tempo dengan penagihan menurut penulis
perlu dipertimbangkan agar penagihan tidak dilakukan tepat waktu tetapi perlu
48
dingatkan sebelumnya kepada setiap pelanggan atas utangnya tersebut, karena banyak
pelanggan tidak bayar tepat waktu dengan alasan lupa mempersiapkan uangnya atau
dananya masih tersimpan di bank dan sebagainya.
3. Pengendalian Intern yang layak
Selain pemberian kredit dan penagihan, masih ada beberapa pengendalian
yang diperlukan dalam piutang usaha, terutama yang menyangkut operasional di
dalam perusahaan itu sendiri. Operasional tersebut meliputi prosedur akuntansi
piutang usaha, pencatatan piutang usaha, penghapusan kerugian piutang usaha dan
pemisahan tugas dalam bagian piutang.
Dari penjualan kredit yang terjadi,maka bagian kredit akan membuat daftar
umur piutang tiap pelanggan untuk setiap sales, agar diketahui pelanggan yang
piutangnya sudah dan belum jatuh tempo serta bagaimana kebijaksanaan kredit dan
kegiatan penagihan piutang yang telah dilakukan. Apabila jumlah piutang yang
melampaui tanggal jatuh tempo semakin besar dengan waktu yang cukup lama,
memberikan arti bahwa kebijaksanaan kredit terlalu longgar atau aktifitas penagihan
yang kurang efektif.
Metode penghapusan yang digunakan perusahaan ini adalah dengan metode
cadangan, yaitu sebelum melakukan penghapusan piutang terlebih dahulu
perusahaan membentuk cadangan kerugian piutang dengan cara menetapkan
presentase tertentu dari saldo piutang. Setelah dibentuk cadangan penyisihan
piutang, baru bisa dilakukan penghapusan piutang oleh bagian akuntansi bila telah
disetujui penghapusannya.
49
4. Penerimaan Pelunasan Piutang Usaha
Setelah terlaksananya penjualan secara kredit, maka piutang usaha yang telah
jatuh tempo, harus segera dilunasi oleh pihak pelanggan. Pengendalian terhadap
penerimaan pelunasan piutang usaha merupakan bagian yang saling terkait dan sama
pentingnya dengan kegiatan sebelumnya. Prosedur penerimaan piutang usaaha
haruslah mudah dimengerti baik bagi pelanggan dan bagian penerima di perusahaan.
Pengendalian yang dilakukan oleh PT. MRI dapat penulis analisa sebagai berikut :
a. Bagian penagihan atau penjualan atau pengiriman pergi ke langganan. Apabila
dari langganan telah dibuatkan tanda terima yang didalamnya menyebutkan
nomor faktur, nomor surat jalan, nomor SPB, jumlah tagihan, serta saat
pembayaran tersebut dilaksanakan, maka faktur penjualan lembar ke-1
diserahkan kepada langganan. Apabila tidak, maka kwitansi penagihan dan
dokumen pendukungnya dibawa kembali dan diserahkan ke bagian akuntansi.
Sebagian besar langganan menggunakan cara demikian dan sebagian kecil
membayarnya dengan tunai pada saat faktur penjualan jatuh tempo.
b. Bagian akuntansi setelah menerima surat tanda terima faktur penjualan tersebut
menyimpannya dan apabila sudah jatuh tempo, menyerahkan kembali pada
bagian penagihan atau penjualan atau pengiriman utnuk menukarkannya dengan
sejumlah uang atau cek.
c. Bagian penagihan atau penjualan atau pengiriman menyerahkan uang tersebut
pada hari itu juga paling lambat besok paginya kepada bagian keuangan
d. Bagian keuangan menerima uang tersebut dan mengeluarkan tanda terima kas.
e. Tanda terima langsung diberikan ke bagian akuntansi untuk dicatat ke dalam
buku kas sebelah debet dan pada lembar pemeriksaan sebelah kredit. Seperti
50
pada penjualan, maka posting ke dalam buku besar piutang dan buku pembantu
piutang setiap saat.
Proses review sistem operasional pada PT. My Rasch Indonesia dilakukan
dengan menggunakan serangkaian pertayaan yang terdapat dalam suatu daftar pertayaan
yang disajikan sebagai berikut :
Tabel IV.2
KUESIONER AUDIT PIUTANG USAHA
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah perusahaan mempunyai seorang auditor intern? X
2. Apakah perusahaan melakukan rotasi tugas pada karyawan tertentu? X
3. Apakah tugas petugas pembukuan piutang dipisahkan dari
fungsi kas?
X
4. Apakah penagihan terpisah dari bagian pembukuan piutang dagang? X
5. Apakah saldo piutang secara berkala ditelaah oleh bagian kredit atau
petugas yang bertanggung jawab atas umur yang bertanggung jawab
atas umur dan penagihan
piutang?
X
6. Apakah ada kebijakan perusahaan yang menetapkan agar setiap
pelanggan dikirimi pemberitahuan piutang masing – masing?
X
7. Jika perusahaan menerima cek mundur, apakah penerimaan tersebut
disetujui oleh petugas berwenang?
X
8. Apakah cek – cek tersebut disimpan oleh
Petugas yang berwenang?
X
9. pakah nota kredit diberi nomor urut tercetak dibuatkan daftarnya? X
51
10. Apakah terdapat saldo piutang lain dalam perkiraan piutang usaaha? X
11. Apakah perusahaan menggunakan metode penyisihan piutang ragu –
ragu?
X
12. Apakah ada tindakan korektif atas piutang usaha yang mengalami
keterlambatan pembayaran?
X
13. Apakah perusahaan tetap melakukan usaha penagihan bila aging
schedule terlihat sudah jatuh tempo?
X
Untuk jawaban “YA” menunjukkan bahwa system atas penjualan dan piutang
usaha pada setiap yang ditanyakan adalah baik, dan sebaliknya jika jawabannya
“TIDAK” menunjukkan bahwa setiap penjualan dan piutang usaha pada setiap yang
ditayakan kurang baik
Dalam melakukan penelitian atas pengendalian intern yang dilakukan oleh PT. My
Rasch Indonesia, auditor juga memperhatikan hal – hal mengenai kebijaksanaan kredit
dan syarat penjualan. Agar piutang yang timbul adalah piutang yang berpotensi, artinya
memiliki tingkat tertagih yang tinggi, maka pemberian kredit kepada langganan haruslah
tepat dengan melihat keuntungan dan kondisi – kondisi lain yang ada padanya.
Kesalahan dalam memberikan persetujuan kredit dapat menyebabkan kolektibilitas
piutang menjadi kecil dan tidak tepat waktu. Hal ini berarti risiko piutang yang tidak
tertagihpun menjadi semakin besar.
Di dalam melakukan Tanya jawab mengenai pengendalian intern atas piutang pada
PT. My Rasch Indonesia, penulis mempergunakan kuisioner sebagai berikut :
52
Tabel IV.3
KUISIONER PENGENDALIAN PENJUALAN DAN PIUTANG USAHA
Pertanyaan Ya Tidak Komentar
1. Apakah perusahaan mempunyai seorang
controller atau seorang auditor intern?
X
2. Apakah perusahaan melakukan rotasi tugas
terhadap karyawan tertentu?
X
3. Apakah bagian pembukuan piutang usaha
terpisah dari bagian keuangan?
X
4. Apakah penagihan terpisah dari bagian
pembukuan piutang usaha?
X
5. Apakah tugas petugas pembukuan piutang
dipisahkan dari fungsi kas?
X
6. Apakah petugas yang menyusun sales memo
terpisah dari kas?
X
7. Apakah saldo piutang secara berkala ditelaah oleh
bagian kredit atau petugas yang bertanggung jawab atas
umur dan penagihan piutang ?
X
8. Apakah ada kebijakan perusahaan yang menetapkan
agar setiap pelanggan dikirimi pemberitahuan saldo piutang
masing – masing ?
X
9. Apakah proporsi piutang yang jatuh tempo
dalam 30, 60, dan 90 hari selalu diikuti
perubahannya dengan aging schedule ?
X
10.Jika perusahaan menerima cek mundur,apakah
penerimaan tersebut disetujui oleh petugas
berwenang?
X
53
11. Apakah cek – cek tersebut disimpan oleh
petugas yang berwenang ?
X Oleh Kasir
12. Apakah pendiskontoan atau penjualan (factoring) cek
yang diterima disetujui oleh petugas yang berwenang?
X
13. Apakah nota kredit diberi nomor urut tercetak dan
dibuatkan daftarnya ?
X
14. Apakah terdapat saldo piutang lain dalam
perkiraan piutang dagang ?
X Piutang yang timbul
bukan karena aktivitas
penjualan
dikelompokkan
sebagai piutang lain –
lain
15. Apakah buku tambahan dicocokkan secara
teratur dengan perkiraan yang bersangkutan
pada buku besarnya ?
X
16. Apakah perusahaan menggunakan metode penyisihan
piutang ragu – ragu ?
X Karena melihat kondisi
piutang usaha yang
baik selama ini, belum
digunakan metode
penyisihan piutang
ragu – ragu
17.Apakah ada tindakan kolektif atas piutang usaha yang
mengalami keterlambatan pembayaran ?
X
18.Apakah perusahaan tetap melakukan usaha
penagihan bila aging schedule terlihat sudah
jatuh tempo ?
X
54
5. Hubungan antara Pengendalian Internal dan kolektibilitas
Pada dasarnya hubungan antara pengendalian internal penjualan dan piutang
dagang dengan kolektibilitas sangat erat didalam satu perusahaan, namun ada kalanya
sistem yang dilakukan terdapat kebaikan dan kelemahannya. Adapun kebaikan dan
kelemahan dari sistem penjualan dan piutang usaha, sistem penagihan dan penerimaan
piutang usaha adalah sebagai berikut :
1. Kebaikan sistem penjualan dan piutang usaha :
a. Adanya pemisahan antara bagian penjualan, gudang, dan akuntansi
b. Adanya koordinasi antara bagian gudang dan bagian penjualan dalam
pemesanan barang dari langganan, sehingga menghindarkan adanya masalah
pesanan yang tidak dapat dipenuhi.
c. Faktur penjualan, surat permintaan barang, nota kredit, dan surat jalan yang
bernomor urut.
d. Adanya pencocokkan antara kartu persediaan bagian akuntansi dengan
persediaan bagian gudang.
Kelemahan sistem penjualan dan piutang dagang :
a. Antara fungsi bagian penjualan dan bagian kredit belum ada pemisahan
b. Stock opname dilakukan hanya setahun sekali
c. Konfirmasi piutang secara periodik belum dilakukan
2. Kebaikan sistem penagihan dan penerimaan piutang
a. Adanya pemisahan fungsi antara bagian penagihan dengan penerimaan
piutang .
b. Adanya keharusan bagi bagian penagihan untuk menyerahkan hasil
penagihannya pada hari itu juga atau paling lambat esok harinya.
55
Kelemahan sistem penagihan dan penerimaan piutang :
a. Keterlambatan dalam pengiriman faktur ke beberapa langganan yang berada
di luar Jakarta
b. Tidak dibuatnya daftar analisa umur piutang secara periodik, sehingga jatuh
tempo piutang belum terkendali dengan baik yang mengakibatkan
pembayaran terlambat.
c. Kelemahan pengendalian intern atas penjualan dan piutang usaha
• Tidak adanya job description sehingga terjadi perangkapan tugas
• Kurang baiknya sistem otorisasi
• Tidak berfungsinya bagian internal audit
• Kurangnya pegawai yang kapable
• Tidak adanya rotasi karyawan
TEMUAN AUDIT
Pengendalian yang diterapkan dalam mengatasi yang sudah terjadi atau
mengantisipasi hal yang belum terjadi
1. Bagian penjualan melakukan penagihan piutang
Kondisi : Dalam perusahaan penagihan piutang atas piutang penjualan
dilakukan oleh salesman pada saat kunjungan rutin dilakukan ke
pelanggan dilakukan.
Kriteria : Seharusnya otorisasi atas penagihan dilakukan oleh debt
collector di bawah pengawasan manager keuangan, Sales tidak
berhak dan tidak memiliki kepentingan dalam penagihan .
56
Sebab : Hal ini disebabkan karena belum ada bagian kredit secara khusus
yang bertugas untuk menagih piutang usaha.
Akibat : Kemungkinan piutang yang sudah dibayar tidak langsung
disetorkan ke bagian keuangan, uangnya ditahan terlebih dulu
oleh salesman sehingga hubungan antara bagian penagihan dan
customer mengalami kesalah pahaman atas jumlah saldo piutang.
Rekomendasi : Sebaiknya melakukan konfirmasi jumlah saldo piutang dengan
customer perminggu dan setiap hasil penagihan dan bukti
penagihan yang belum dilunasi harus disetor pada hari yang sama
ke bagian keuangan beserta dengan daftar penerimaannya.
2. Accounting merangkap juga sebagai finance
Kondisi : Uraian tugas untuk petugas verfikasi Account Receivable belum
dipahami secara jelas dan tidak dikuat kan dalam surat keputusan.
Kriteria : Dalam pembagian tugas Accounting dan finance harusnya
dipisah sehingga kecil terjadi kemungkinan manipulasi data.
Sebab : Hal ini disebabkan karena belum ada pembagian tugas dan
wewenang untuk Accounting dan finance secara jelas dan tertulis.
Akibat : Mengakibatkan kemungkinan data yang ada dimanipulasi.
Rekomendasi : Perusahaan dianjurkan untuk melakukan pengaturan terhadap
Job desription atas bagian Account Receivable dengan surat
keputusan tertulis.
57
3. Tidak terdapat kriteria-kriteria pelanggan yang dapat disetujui
melakukan pembelian kredit
Kondisi : Perusahaan tidak melakukan kunjungan atas customer untuk
konfirmasi saldo, tidak pernah dibuat statement of account untuk
customer dan sulit untuk menilai hasil kerja dari bagian ini
Kriteria : Membuat kriteria–kriteria tertulis pelanggan yang seperti apa
saja yang dapat diberikan pembelian secara kredit.
Sebab : Hal ini disebabkan karena tidak adanya bagian credit control
pada perusahaan.
Akibat : Sehingga mengakibatkan terjadi peningkatan penjualan, tapi
dalam hal penagihan piutang atas penjualan tersebut tidak
maksimal.
Rekomendasi : Perusahaan lebih baik membuat peraturan atau kriteria dasar
untuk pelanggan yang dapat diberikan kredit.
4. Terjadi gangguan teknis pada sistem
Kondisi : Timbulnya surat jalan dikarenakan sistem komputerisasi
mengalami gangguan teknis atau error.
Kriteria : Kriteria yang berlaku adalah tidak memperbolehkan
mengeluarkan surat jalan secara manual tanpa terkecuali / tanpa
syarat
Sebab : Komputer mengalami gangguan ketika penjualan terjadi
sehingga mengharuskan membuat surat jalan secara manual.
58
Akibat : Hal tersebut mengakibatkan kemungkinan tidak tercatatnya
penjualan yang dicatat secara manual ke dalam sistem. Sehingga
data di dalam sistem menjadi tidak valid
Rekomendasi : Lebih baik perusahaan harus sering backup sistem komputerisasi
dan bagian admin harus sigap dalam melakukan pencatatan
penjualan.
5. Bagian penjualan langsung mendapatkan bonus atas penjualan yang
dilakukan
Kondisi : Di dalam perusahaan bagian penjualan berusaha keras agar
setiap transaksi yg ditanganinya permohonan kreditnya disetujui.
Kriteria : Dikarenakan di dalam perusahaan diterapkan kebijakan, bagian
penjualan langsung mendapatkan bonus dari setiap penjualan
yang ditanganinya.
Sebab : Sehingga mengakibatkan piutang dapat diberikan dengan mudah
oleh perusahaan ke pelanggan.
Akibat : Sehingga kemungkinan piutang perusahaan yang tidak tertagih
akan meningkat.
Rekomendasi : Seharusnya kebijakan perusahaan diubah agar bonus tak
diberikan langsung, bonus dikeluarkan ketika piutang telah
terbayar.
59
6.Perusahaan Tidak Mempunyai Kebijakan Yang Memadai Dalam Hal
Penjualan Kredit Terutama Dalam Proses Penagihan Piutang Perusahaan.
Kondisi : Di dalam perusahaan tidak terdapat kebijakan yang memadai
untuk mendukung kegiatan penjualan kredit terutama dalam
proses penagihannya.
Perusahaan memang tidak mempunyai masalah untuk mencari
dan mendapatkan pelanggan, tetapi perusahaan tidak mempunyai
kebijakan yang memadai pada tahap penagihan piutang.
Kriteria : Perusahaan seharusnya memiliki kebijakan yang cukup untuk
setiap kegiatan operasionalnya agar semua kegiatan dapat diawasi
dan dikendalikan oleh manajemen perusahaan dan dari kebijakan
tersebut manajemen perusahaan dapat mengevaluasi apakah
kegiatan operasional perusahaan sudah berjalan dengan efektif,
efisien, dan ekonomis.
Sebab : Hal ini disebabkan karena perusahaan menganggap hal tersebut
dapat menyebabkan perusahaan kesulitan untuk mendapatkan dan
mempertahankan pelanggan. Hal ini akan menyebabkan
perusahaan mengalami kesulitan ketika harus melakukan
penagihan piutang kepada pelanggan.
Akibat : banyak pelanggan yang terlambat membayar piutangnya,
tertunggaknya piutang perusahaan, banyak pelanggan yang
melunasi piutangnya lewat dari jatuh tempo dan mengak ibatkan
jumlah yang dilaporkan dalam neraca menjadi overstated.
60
Rekomendasi : Perusahaan sebaiknya membuat kebijakan – kebijakan yang
memadai untuk setiap kegiatan operasinya agar perusahaan
terhindar dari kerugian yang material. Penulis juga menyarankan
agar perusahaan melakukan pemeriksaan khusus atau audit
investigasi yang difokuskan pada penanganan piutang perusahaan.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada kecurangan dalam
penanganan piutang perusahaan.