landasan teori dan pengembangan hipotesis ii.1 …thesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00309-ak...
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
II.1 Landasan Teori
Suatu penelitian yang baik perlu didukung serta ditunjang oleh teori-teori yang
memadai yang menjadi dasar dari penelitian tersebut.
II.1.1 Laporan Keuangan
Ada beberapa pendapat dari para ahli terkait pengertian laporan keuangan.
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (Standar Akuntansi
Keuangan, 2009:27) mengemukakan sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan-cacatan dan bagian integral dari laporan keuangan”.
Mengacu pada pendapat Munawir (2007) laporan keuangan dapat dikatakan sebagai
hasil dari proses akuntansi yang memberikan informasi mengenai keadaan perusahaan
dan juga menjadi alat komunikasi antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan kumpulan dari informasi-informasi keuangan yang telah diolah selama
proses akuntansi dan berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi keuangan
perusahaan bagi penggunanya. Sehingga laporan keuangan dapat dikatakan sebagai
akhir dari proses akuntansi.
Setiap hal yang diciptakan atau kegiatan yang dilakukan, pasti memiliki maksud
dan tujuan tertentu. Demikian juga dengan laporan keuangan. Laporan keuangan disusun
11
dengan berbagai tujuan, baik untuk kepentingan bagi pihak internal perusahaan maupun
kepentingan pihak eksternal perusahaan.
Menurut PSAK No. 1 : Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan – keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber – sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai
perusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4) pendapatan, beban termasuk
keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.
Laporan keuangan beserta pengungkapannya dibuat perusahaan dengan tujuan
memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan – keputusan
investasi dan pendanaan, seperti yang dinyatakan dalam Statement of Financial
Accounting Concepts (SFAC) No. 1 bahwa laporan keuangan harus memberikan
informasi :
1. Untuk keputusan investasi dan kredit,
2. Mengenai jumlah dan timing arus kas,
3. Mengenai aktiva dan kewajiban,
4. Mengenai kinerja perusahaan,
5. Mengenai sumber dan penggunaan kas,
6. Penjelas dan interpretif, serta
7. Untuk menilai stewardship (pertanggungjawaban).
12
Ketujuh tujuan ini terangkum dengan disajikannya laporan laba rugi, neraca,
laporan arus kas dan pengungkapan laporan keuangan.
II.1.2 Laporan Posisi Keuangan pada Akhir Periode (Neraca)
Neraca perusahaan merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan
perusahaan pada akhir suatu periode tertentu sesuai tanggal tutup buku yang tertera pada
neraca tersebut.
Berdasarkan PSAK No 1 tahun 2009 Laporan posisi keuangan minimal
mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut:
1. Aset tetap;
2. Properti investasi;
3. Aset tidak berwujud;
4. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (5), (8) dan (9));
5. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas;
6. Aset biolojik;
7. Persediaan;
8. Piutang dagang dan piutang lainnya;
9. Kas dan setara kas;
10. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset
yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang
dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58;
11. Utang dagang dan terutang lainnya;
12. Kewajiban diestimasi;
13
13. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (11) dan (12));
14. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46;
15. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46;
16. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan
sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58;
17. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas; dan
18. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk.
II.1.3 Laporan Laba Rugi Komprehensif Selama Periode
Laporan laba rugi adalah laporan hasil kegiatan operasi perusahaan selama periode
akuntansi yang menyajikan seluruh hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil, laba atau rugi
perusahaan. Laporan laba rugi membantu pemakai laporan keuangan mengevaluasi
kemampuan perusahaan dalam beroperasi serta memprediksikan operasi perusahaan dimasa
yang akan datang.
Berdasarkan PSAK No. 1 tahun 2009, Laporan laba rugi komprehensif,
sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut selama suatu periode:
1. Pendapatan;
2. Biaya keuangan;
3. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas;
4. Beban pajak;
5. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari: laba rugi setelah pajak dari
operasi yang dihentikan; dan keuntungan atau kerugian setelah pajak yang
14
diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari
pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang
dihentikan;
6. Laba rugi;
7. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai
dengan sifat (selain jumlah dalam angka (8));
8. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures
yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; dan
9. Total laba rugi komprehensif.
II.1.4 Laporan Arus Kas Selama Periode
Laporan arus kas adalah laporan yang memberikan informasi arus masuk dan
keluarnya kas perusahaan dalam suatu periode tertentu yang dapat digunakan oleh pengguna
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan
setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut.
Tujuan utama disusunnya laporan ini menurut Weygand, Kieso, dan Warfield
(2012) yaitu menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan
pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Sehingga untuk mencapai
tujuan tersebut, laporan arus kas harus melaporkan jumlah kas yang mempengaruhi
operasi selama suatu periode, transaksi investasi, transaksi pembiayaan, dan kenaikan
atau penurunan bersih kas selama satu periode.
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut tiga aktivitas yang berbeda yaitu aktivitas operasi, investasi,
15
dan pendanaan. Entitas dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya. Klasifikasi laporan arus
kas menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan bagi para pengguna
untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap
jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi
hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut. Format laporan arus kas secara umum dapat
dilihat pada Gambar 2.1
II.1.5 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi merupakan bagian dari laporan arus kas yang
meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih.
Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama
pendapatan entitas. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari
transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi neto.
Informasi untuk menentukan arus kas dari aktivitas operasi dapat diperoleh dari laporan
laba rugi. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:
1. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pemberian jasa;
2. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain;
3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
4. Pembayaran kas kepada dan untuk kepentingan karyawan;
5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan
premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lain;
16
6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali
jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas
pendanaan dan investasi; dan
7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan
diperdagangkan atau diperjualbelikan (dealing).
Gambar 2.1 Format Laporan Arus Kas
Sumber : Weygand, Kieso, dan Warfield (2012:1439)
Untuk menghitung arus kas dari aktivitas operasi perusahaan perlu melakukan
berbagai penyesuaian terhadap laba bersih. Hal itu dapat dilakukan dengan menentukan
pendapatan dan beban ke dalam cash basis dengan cara mengeliminasi pengaruh dari
transaksi-transaksi pada laporan laba rugi yang tidak menghasilkan kenaikan atau
penuruan dalam kas, metode ini disebut juga sebagai metode tidak langsung. Metode
COMPANY NAME STATEMENT OF CASH FLOWS
PERIOD COVERED __________________________________________________________________ Cash flows from operating activities Net income XXX Adjustments to reconcile net income to net cash provided (used) by operating activities: (List of individual items) XX XX Net cash provided (used) by operating activities XXX Cash flows from investing activities (List of individual inflows and outflows) XX Net cash provided (used) by investing activities XXX Cash flows from financing activities (List of individual inflows and outflows) XX Net cash provided (used) by financing activities XXX Net increase (decrease) in cash XXX Cash at beginning of period XXX
17
lain yang dapat digunakan dalam menghitung arus kas dari aktivitas operasi adalah
metode langsung yakni dengan mengungkapkan kelompok utama dari penerimaan kas
bruto dan pengeluaran kas bruto. Hubungan antara laba bersih dan arus kas bersih dari
aktivitas operasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.2
eliminate noncash revenue
eliminate noncash expenses
Gambar 2.2 Hubungan antara Laba Bersih dan Arus Kas Bersih dari Aktivitas
Operasi Perusahaan.
Sumber : Weygand, Kieso, dan Warfield (2012:1441)
II.1.6 Laba
Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari laporan keuangan yang
merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai hal. Laba sering dimanfaatkan sebagai
ukuran untuk menilai keberhasilan suatu perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian
yang lain seperti pengenaan pajak, pembagian dividen, pengambilan keputusan, serta
unsur prediksi. Laba memang sangat penting bagi perusahaan sehingga sering kali suatu
Earned
revenue
Net cash flow from
operating activities
Net
Income
Incurred
expense
18
perusahaan dinilai baik atau buruknya dari hanya dari tingkat laba yang dihasilkan
meskipun sesungguhnya ada aspek-aspek lain yang juga perlu dipertimbangkan. Oleh
karena itu, tidak sedikit perusahaan yang menjadikan laba sebagai tujuan perusahaan.
Ada beberapa jenis laba dalam akuntansi, diantaranya yaitu:
1. Laba kotor (gross profit) merupakan laba yang diperoleh dari total pendapatan
penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan.
2. Laba operasi (income from operation) merupakan laba yang diperoleh dari laba
kotor dikurangi dengan beban operasi. Beban operasi meliputi beban penjualan
dan beban administrasi.
3. Laba sebelum pajak penghasilan (income before income tax) merupakan laba
yang diperoleh dari laba operasi ditambah dengan pendapatan dan keuntungan
lainnya dan dikurangi dengan beban dan kerugian lainnya sebelum pajak
penghasilan.
4. Laba sebelum pos luar biasa (income before extraordinary item) merupakan laba
yang diperoleh dari laba sebelum pajak penghasilan dikurangi dengan pajak
penghasilan sebelum pos luar biasa.
5. Laba bersih (net income) merupakan laba sebelum pos luar biasa ditambah
keuntungan luar biasa dan atau dikurangi dengan kerugian luar biasa kemudian
dikurangi dengan pajak penghasilan yang berlaku atas atas pos luar biasa.
6. Laba per saham (earning per share) adalah laba yang diperoleh dari laba bersih
dikurangi dengan dividen saham preferen dan hasilnya dibagi dengan rata-rata
tertimbang saham biasa yang beredar.
19
7. Berdasarkan Weygand, Kieso, dan Warfield (2012), laba komprehensif
(comprehensive income) adalah perubahan ekuitas (aktiva bersih) suatu
perusahaan dalam suatu periode yang dihasilkan oleh transaksi dan kejadian lain
yang bukan bersumber dari pemilik. Hal ini termasuk semua perubahan ekuitas
selama suatu periode kecuali perubahan yang diakibatkan oleh investasi oleh
pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Laba bersih berasal dari transaksi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
Berikut ini komponen unsur-unsur laba beserta dengan definisinya:
1. Pendapatan yaitu arus masuk atau kenaikan lain atas aktiva perusahaan atau
penyelesaian kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari
pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa , dan aktivitas lain yang
menjadi bagian dari operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu
perusahaan.
2. Beban yaitu arus keluar atau penurunan lain aktiva atau terjadinya kewajiban
(kombinasi keduanya) yang berasal dari pengiriman atau produksi barang,
pemberian jasa, atau pelaksanaan jasa atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain
yang merupakan operasi utama atau operasi inti berkelanjutan dari suatu
perusahaan.
3. Keuntungan yaitu kenaikan ekuitas atau aktivitas bersih perusahaan yang berasal
dari transaksi sampingan atau insidentil serta transaksi, situasi dan kejadian lain
yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau
investasi pemilik.
20
4. Kerugian adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau insedentil dari semua transaksi, kejadian serta situasi lain yang
mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari beban atau distibusi kepada
pemilik.
Ada dua pendekatan alternatif yang umumnya digunakan untuk mengukur laba,
yaitu pendekatan transaksi (transaction approach) dan pendekatan pemeliharaan modal
(capital maintenance approach). Pendekatan transaksi (transaction approach)
merupakan pendekatan yang berfokus pada aktivitas yang berhubungan dengan laba
yang terjadi selama periode akuntansi (transaksi pendapatan, beban, keuntungan, dan
kerugian). Pendekatan lainnya yaitu pendekatan pemeliharaan modal (capital
maintenance approach) menyatakan bahwa laba suatu periode ditentukan oleh
perubahan ekuitas setelah disesuaikan dengan modal atau distribusi modal.
II.1.7 Kas dan setara kas
Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid dalam suatu entitas. Kas terdiri
dari uang logam, uang kertas, dan dana yang tersedia pada deposito di bank. Instrumen-
instrumen seperti pos wesel (money order), cek yang disahkan (certified check), cek
kasir (cashier check), cek pribadi, wesel bank (bank draft), dan tabungan umumnya juga
dikategorikan sebagai kas.
Kas pada umumnya ditampilkan dengan nama akun kas dan setara kas pada
neraca bagian aktiva lancar. Setara kas (cash equivalent) merupakan investasi jangka
pendek yang dimiliki perusahaan yang bersifat sangat likuid. Suatu investasi jangka
pendek dapat diklasifikasikan sebagai setara kas ketika investasi tersebut dapat segera
21
dikonversi menjadi sejumlah kas yang diketahui jumlahnya dan tanggal jatuh temponya
sangat dekat sehingga resiko perubahan suku bunga yang mungkin terjadi tidak
signifikan. Beberapa contoh dari setara kas adalah Treasury Bill, kertas komersial
(commercial paper), dan dana pasar uang.
II.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang kemampuan prediksi laba dan arus kas telah dilakukan oleh
beberapa peneliti terdahulu. Beberapa diantaranya yaitu Bowen, Burgstahler, dan Daley
pada tahun 1986 yang meneliti hubungan antara berbagai jenis laba akuntansi dengan
berbagai pengukuran arus kas perusahaan serta mencari tahu manakah yang memiliki
kemampuan prediksi lebih baik antara laba atau arus kas dalam memprediksi arus kas
masa depan. Penelitian ini berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang cukup tinggi
antara laba dengan arus kas serta arus kas merupakan prediktor yang lebih baik
dibandingkan dengan laba untuk memprediksi arus kas masa depan.
Hasil yang senada juga diperoleh oleh DeFond dan Hung (2001) yang juga
menguji arus kas dan laba untuk memprediksi arus kas masa depan antara perusahaan
dengan atau tanpa ramalan arus kas. Dalam penelitiannya mereka menemukan bahwa
peramalan arus kas berhubungan dengan karakteristik akuntansi, operasi dan
pembiayaan yang membuat informasi arus kas relatif lebih berguna dalam menilai
perusahaan. Selanjutnya mereka juga menemukan bahwa laba secara signifikan
memiliki sedikit kemampuan dan arus kas secara signifikan memiliki kemampuan yang
lebih besar untuk memprediksi arus kas masa depan di antara perusahaan-perusahaan
dengan ramalan arus kas.
22
Hasil yang berbeda diperoleh Dechow, Kothari dan Watts (1998) dalam
penelitian mereka terkait hubungan antara laba dan arus kas. Dalam penelitiannya
mereka menyimpulkan bahwa sebuah model sederhana dari laba, arus kas operasi, akun-
akun akrual yang dikembangkan menghasilkan penjelasan atas korelasi serial negatif
dalam perubahan arus kas operasi. Kenaikan (penurunan) dalam penjualan menghasilkan
pengeluaran kontemporer (arus masuk) untuk peningkatan (penurunan) modal kerja
yang diikuti pada periode berikutnya dengan arus kas masuk (arus keluar). Hasilnya
adalah korelasi serial negatif dalam perubahan arus kas. Hal ini menyebabkan
pendapatan menjadi prediktor yang relatif lebih baik dari arus kas masa depan daripada
arus kas saat ini.
Dalam penelitiannya Kim dan Kross (2002) membedakan antara perusahaan
yang melaporkan laba positif dan laba negatif. Mereka menyatakan bahwa laba memiliki
kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi mendatang perusahaan, dan memiliki
kemampuan yang lebih dibandingkan dengan dengan arus kas jika laba dipecah ke
dalam beberapa komponen akrual. Bahkan, Kim dan Kross (2002) menegaskan bahwa
kemampuan laba dalam memprediksi arus kas meningkat sepanjang waktu.
Watson dan Wells (2005) dalam penelitiannya juga membedakan antara
perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negatif. Hasil penelitian mereka
menyatakan bahwa untuk perusahaan yang berlaba, ukuran berbasis laba lebih baik
dalam menangkap kinerja perusahaan dibandingkan dengan arus kas, sedangkan untuk
perusahaan yang merugi baik laba maupun arus kas tidak dapat menangkap kinerja
perusahaan dengan baik.
23
Beberapa penelitian terkait kemampuan laba dan arus kas untuk memprediksi
arus kas masa depan juga dilakukan oleh peneliti dari dalam negeri. Mengacu pada
penelitian Kim dan Kross (2002), Dahler dan Febrianto (2005) juga mengelompokkan
perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negatif. Dengan mereplikasi model
yang digunakan Kim dan Kross (2002), penelitian Dahler dan Febrianto (2005)
bertujuan untuk meneliti apakah laba atau arus kas yang memiliki kemampuan lebih
baik dalam memprediksi arus kas masa depan pada saat perusahaan melaporkan laba
positif dan laba negatif. Dari hasil penelitian mereka dapat disimpulkan bahwa arus kas
operasi tahun berjalan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan laba
dalam memprediksi arus kas operasi masa depan, baik untuk kelompok perusahaan
berlaba positif maupun berlaba negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
arus kas operasi tahun berjalan yang lebih baik dibandingkan dengan laba dalam
memprediksi arus kas operasi masa depan.
Bandi dan Rahmawati dalam penelitiannya yang berjudul “Relevansi Kandungan
Informasi Komponen Arus Kas dan Laba dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan”
pada tahun 2005 mendapatkan hasil bahwa secara bersama-sama kedua prediktor
tersebut (komponen arus kas dan laba) dapat digunakan untuk memprediksi arus kas
masa depan. Hasil koefisien regresi yang didapat menunjukkan bahwa earnings tidak
secara mutlak memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik daripada komponen arus
kas. Pada tahun-tahun tertentu komponen arus kasa khususnya arus kas operasi justru
merupakan prediktor yang lebih baik dalam memprediksi arus kas masa depan dibanding
earnings.
24
Penelitian serupa juga dilakukan oleh P. D’yan Yaniartha S (2011). Dalam
penelitiannya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2004-2009, diperoleh kesimpulan bahwa (1) Kemampuan prediktor laba
dalam memprediksi laba satu tahun ke depan tidak lebih baik dibandingkan dengan
kemampuan prediktor laba terhadap arus kas (prediktor laba lebih baik dalam
memprediksi arus kas dibandingkan dengan prediktor laba dalam memprediksi laba untuk
periode satu tahun ke depan). (2) Kemampuan prediktor arus kas dalam memprediksi arus
kas satu tahun ke depan lebih baik dibandingkan dengan kemampuan prediktor arus kas
terhadap laba. (3) Kemampuan laba tidak memberikan prediksi inkremental terhadap
arus kas (prediktor arus kas dalam memprediksi arus kas lebih baik dibandingkan dengan
kemampuan laba dalam memberikan tambahan kemampuan prediksi terhadap prediktor arus
kas).
Joni (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Daya Prediksi Laba dan Aliran
Kas (Studi empiris pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2005-
2009) menyimpulkan bahwa baik laba maupun aliran kas operasi sekarang mempunyai
kemampuan prediksi yang baik terhadap aliran kas masa depan. Aliran kas operasi
sekarang terbukti memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik dibandingkan laba
terhadap aliran kas operasi masa depan. Laba dan aliran kas operasi sekarang secara
bersama-sama memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik dibandingkan informasi
ini digunakan secara parsial sehingga harus digunakan secara bersama-sama untuk
melakukan fungsi prediksi.
25
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Hasil Sampel
Robert M. Bowen,
David Burgstahler,
& Lane A. Daley
(1986)
Evidence on The
Relationship Between
Earnings and Various
Measures of Cash
Flows
1) Terdapat hubungan
yang cukup tinggi
antara laba dengan
arus kas
2) Arus kas merupakan
prediktor yang lebih
baik dibandingkan
dengan laba untuk
memprediksi arus
kas masa depan
324 perusahaan yang
terdapat di Compustat
tahun 1971-1981
P.M. Dechow, S.P.
Kothari dan R.L.
Watts
(1998)
The Relation Between
Earnings and Cash
Flows
Pendapatan menjadi
prediktor relatif yang
lebih baik dari arus kas
masa depan daripada
arus kas saat ini
1,337 perusahaan yang
terdapat di Compustat
tahun 1963-1992
Mark DeFond &
Mingyi Hung
(2001)
An Empirical
Analysis of Analysts’
Cash Flow Forecast
Laba secara signifikan
memiliki sedikit
kemampuan dan arus
kas secara signifikan
memiliki kemampuan
yang lebih besar untuk
memprediksi arus kas
masa depan
6,407 perusahaan yang
terdapat di Detail
History U.S. Edition
tapes tahun 1993-1999
26
Tabel 2.1
(Lanjutan)
Peneliti Judul Hasil Sampel
Myung-Sun Kim &
William Kross (2002)
The Ability of
Earnings to Predict
Future Operating
Cash Flows Has Been
Increasing – Not
Decreasing
Laba memiliki
kemampuan yang
lebih dibandingkan
dengan dengan arus
kas jika laba dipecah
ke dalam beberapa
komponen akrual
Perusahaan yang
terdapat di Compustat
tahun 1980-1999
(dipilih menggunakan
metode purposive
sampling)
Jodi Watson & Peter
Wells (2005)
The Association
Between Various
Earnings and Cash
Flow Measures of
Firm Performance
and Stock Returns:
Some Australian
Evidence
Untuk perusahaan
yang berlaba, laba
lebih baik dalam
menangkap kinerja
perusahaan
dibanding arus kas,
sedangkan untuk
perusahaan yang
merugi baik laba
maupun arus kas
tidak dapat
menangkap kinerja
perusahaan dengan
baik
6275 perusahaan yang
listed di Australian
Stock Exchange tahun
1992-2003
Bandi & Rahmawati
(2005)
Relevansi Kandungan
Informasi Komponen
Arus Kas dan Laba
dalam Memprediksi
Arus Kas Masa
Depan.
Earnings tidak secara
mutlak memiliki
kemampuan prediksi
yang lebih baik
daripada komponen
arus kas
Perusahaan yang
terdaftar di BEJ tahun
1995-2001 (dipilih
menggunakan metode
purposive sampling)
27
Tabel 2.1
(Lanjutan)
Peneliti Judul Hasil Sampel
Yolanda Dahler &
Rahmat Febrianto
(2005)
Kemampuan Prediktif
Earnings dan Arus
Kas dalam
Memprediksi Arus
Kas Masa Depan
Arus kas operasi
tahun berjalan
memiliki kemampuan
yang lebih baik
dibanding laba dalam
memprediksi arus kas
operasi masa depan,
baik untuk
perusahaan berlaba
positif maupun
negatif
Perusahaan
nonfinansial yang
terdaftar di BEJ dari
tahun 1999-2004
(dipilih menggunakan
metode purposive
sampling)
P. D’yan Yaniartha S
(2011)
Kemampuan Prediksi
Laba dan Arus Kas
dalam Memprediksi
Laba dan Arus Kas
pada Masa
Mendatang
Prediktor arus kas
dalam memprediksi
arus kas lebih baik
dibandingkan dengan
kemampuan laba
dalam memberikan
tambahan
kemampuan prediksi
terhadap prediktor
arus kas
Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun
2004-2009 (dipilih
menggunakan metode
purposive sampling)
Joni (2011) Daya Prediksi Laba
dan Aliran Kas (Studi
empiris pada
perusahaan
manufaktur di Bursa
Efek Indonesia
periode 2005-2009).
Aliran kas operasi
sekarang terbukti
memiliki kemampuan
prediksi yang lebih
baik dibandingkan
laba terhadap aliran
kas operasi masa
depan
Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun
2005-2009 (dipilih
menggunakan metode
purposive sampling)
28
II.3 Kerangka Konseptual dan Perumusan Hipotesis
Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir yang terdiri dari teori-teori,
argumen, serta penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung hipotesis yang
dibangun.
II.3.1 Laba Operasi Sebagai Prediktor Arus Kas dari Aktivitas Operasi Masa
Depan
Laba merupakan salah satu alat ukur kinerja keuangan suatu perusahaan yang
dianggap memiliki fungsi prediksi keuangan. Beberapa studi juga menemukan bahwa
laba memiliki kemampuan prediksi yang tinggi terhadap arus kas masa depan. Bowen et
al. (1986), DeFond dan Hung (2001), Bandi dan Rahmawati (2005), Dahler dan
Febriyanto (2005), Joni (2011), dan S. Yaniartha (2011) menemukan bahwa laba dan
arus kas memiliki fungsi prediksi terhadap arus kas masa depan. Terlebih Dechow,
Kothari dan Watts (1998) menemukan bahwa laba merupakan prediktor arus kas masa
depan yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas. Demikian juga dengan Kim dan
Kross (2002) serta Watson dan Wells (2005) yang menemukan hal serupa pada
penelitiannya. Bahkan, Kim dan Kross (2002) menegaskan bahwa kemampuan laba
dalam memprediksi arus kas meningkat sepanjang waktu.
Berdasarkan landasan teori yang ada serta adanya penelitian-penelitian terdahulu
yang mendukung, maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H0 : Laba tidak memiliki kemampuan sebagai prediktor arus kas masa depan.
H1 : Laba memiliki kemampuan sebagai prediktor arus kas masa depan.
29
II.3.2 Perusahaan Mempunyai Arus Kas dari Aktivitas Operasi Optimal yang
Dijadikan Target Perusahaan
Penggunaan variabel bebas yang merupakan variabel lag dari variabel terikat
pada suatu model dapat menimbulkan resiko terjadinya korelasi antara variabel tersebut
dengan variabel penggangu (error) yang dapat menyebabkan hasil pengujian menjadi
bias dan tidak konsisten. Mengacu pada Gujarati (2003), hal tersebut dapat dihindari
dengan menggunakan Partial Adjustment Model. Dengan menggunakan Partial
Adjustment Model dapat diketahui speed of adjustment atau kecepatan yang dimiliki
perusahaan untuk mencapai arus kas yang optimal yang sekaligus menandakan bahwa
perusahaan memiliki arus kas operasi optimal yang dijadikan target oleh perusahaan.
Arus kas yang optimal tersebut yang menjadi variabel terikat dalam model persamaan
dalam penelitian ini. Oleh karena itu, berdasarkan teori yang ada, maka disusun hipotesis
sebagai berikut:
H0 : Perusahaan tidak mempunyai arus kas dari aktivitas operasi optimal yang dijadikan
target perusahaan.
H2 : Perusahaan mempunyai arus kas dari aktivitas operasi optimal yang dijadikan target
perusahaan.
II.3.3 Arus Kas dari Aktivitas Operasi Sebagai Prediktor Arus Kas dari
Aktivitas Operasi Masa Depan
Manfaat dari informasi arus kas menurut PSAK no. 2 tahun 2009 yaitu dapat
memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi perubahan
dalam aset neto perusahaan, struktur keuangannya (termasuk likuiditas dan solvabilitas)
dan kemampuannya mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka
30
penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah. Informasi arus kas berguna
untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan
memungkinkan pengguna menganalisis dan mengembangkan model untuk menilai dan
membandingkan nilai kini arus kas masa depan dari berbagai entitas. Informasi tersebut
juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat
meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi
dan peristiwa yang sama.
Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah,
waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu, informasi arus kas historis
juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah
dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas
neto serta dampak perubahan harga.
Beberapa penelitian terdahulu juga menyatakan bahwa arus kas merupakan
prediktor yang baik terhadap arus kas masa depan. Pada penelitiannya Kothari dan Watts
(1998), Kim dan Kross (2002) serta Watson dan Wells (2005) menemukan bahwa arus
kas dan laba memiliki kemampuan prediksi yang baik terhadap arus kas masa depan.
Selain itu penelitian dari Bowen et al. (1986), DeFond dan Hung (2001), Bandi dan
Rahmawati (2005), Dahler dan Febriyanto (2005), Joni (2011), dan S. Yaniartha (2011)
bahkan menyimpulkan bahwa aliran kas memiliki kemampuan prediksi yang lebih tinggi
terhadap aliran kas di masa yang akan datang dibandingkan dengan laba.
31
Berdasarkan landasan teori yang ada serta adanya penelitian-penelitian terdahulu
yang mendukung, maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H0 : Arus kas tidak memiliki kemampuan sebagai prediktor arus kas masa depan.
H3 : Arus kas memiliki kemampuan sebagai prediktor arus kas masa depan.
Dari uraian yang ada, dapat diketahui bahwa laba dan arus kas operasi saat ini
memiliki pengaruh terhadap arus kas operasi masa depan. Pada umumnya laba
perusahaan dan arus kas saat ini memiliki pengaruh positif terhadap arus kas masa
depan. Pernyataan ini sejalan dengan para peneliti terdahulu di mana seluruh hasil
penelitian mereka menunjukkan laba dan arus kas saat ini memiliki pengaruh positif
terhadap arus kas masa depan.
Sesuai dengan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka pengaruh laba
dan arus kas operasi saat ini terhadap arus kas operasi masa depan dapat ditunjukkan
dalam Gambar 2.3
Gambar 2.3 Pengaruh Laba dan Arus Kas Operasi Saat Ini terhadap Arus Kas
Operasi Masa Depan
Arus kas dari kegiatan operasi masa depan
Laba saat ini
Arus kas dari kegiatan operasi saat ini