landasan teori ii.1 pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00280-ak...
TRANSCRIPT
10
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Pajak
II.1.1 Sejarah Pajak di Indonesia
Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma)
namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus
dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa.
Saat itu, rakyat memberikan upetinya kepada raja atau penguasa berbentuk
natura berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain-
lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan atau
kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak ada imbalan atau prestasi yang
dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak
dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih tinggi
status sosialnya dibandingkan rakyat.
Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya
untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu
sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk kepentingan
umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, pembangun saluran
air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum lainnya.
Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian) yang
semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang kemudian dibuat
suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada, namun unsur
keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat
11
diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya
akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri.
Ketika, pemerintahan Hindia Belanda datang. timbul gagasan untuk mengenakan
pajak penghasilan. Pada tahun 1920-1921 sudah ada pajak penghasilan terhadap hasil
bumi atau hasil lahan penduduk. Istilahnya dikenal dengan nama Versponding Warde
yang berupa pajak untuk kebun-kebun teh, kelapa, jati, dan tembakau. Pengenaan
tarifnya sebesar 7,5% dari hasil. Dan Pajak lainya di Indonesia adalah Pajak Bumi dan
Bangunan atau lebih kita kenal dengan PBB, pada waktu itu lebih dikenal sebagai pajak
pertanahan. Pungutan ini diberlakukan kepada tanah atau lahan serta hasil bumi yang
dimiliki oleh rakyat.
Setelah memasuki tahun 1983, Indonesia melakukan tax reform (reformasi
perpajakan) dengan menyempurnakan sistem pemungutan pajak dari yang sebelumnya
masih bersifat official assessment menjadi sistem self assessment. Sejak tax reform
tahun 1983 hingga saat ini, ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku adalah:
1. Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP);
2. Undang Undang Pajak Penghasilan (UU PPh);
3. Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (UU PPN);
4. Undang Undang Bea Meterai (UU BM);
5. Undang Undang Pajak Bumi dan Bangunan (UU PBB);
6. Undang Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (UU
BPHTB);
7. Undang Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PPSP);
8. Undang Undang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (UU BPSP);
12
9. Undang Undang Pengadilan Pajak (UU PP);
10. Undang Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD).
Timbulnya pungutan pajak dalam hidup bermasyarakat tidak lepas dari interaksi
antara satu dengan yang lain dan termasuk dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya
melahirkan suatu norma yang disepakati dan dipatuhi secara bersama untuk mengatur
dan menjamin keharmonisan hidupnya. Dengan kata lain, manusia dalam bersosialisasi
tidak boleh melakukan perbuatan semaunya sendiri, tetapi harus menjunjung tinggi nilai
dan kepentingan bersama agar harmonisasi hidup dapat tercapai. Jadi, pada hakikatnya
dalam kehidupan manusia selalu terikat pada aturan-aturan yang membatasi ruang gerak
langkahnya demi suatu kebutuhan dan kepentingan bersama, seperti akan kebutuhan
rumah pribadi, keagamaan, sekolah, kebersihan lingkungan, dan fasilitas–fasilitas umum
lainya untuk mencapai cita-cita masyarakat yang adil dan makmur. Aturan-aturan
biasanya tertuang dalam norma hukum yang mengatur falsafah hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Norma hukum ini diatur dalam Undang-undang 1945.
Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama tersebut negara tentu
membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Sehubungan dengan itu, peran serta
aktif masyarakat sebagai warga negara sangat dibutuhkan untuk memberikan iuran
kepada negaranya dalam bentuk pajak sehingga segala keperluan pembangunan dapat
dibiayai.
Timbulnya pungutan pajak merupakan suatu hal yang logis dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara. Hal ini tertuang dalam pasal 23, ayat (2) Undang-undang
dasar 1945 yang berbunyi “ pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai)
untuk keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan Undang-undang”. Maka segala
13
tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lainya harus
ditetapkan berdasarkan Undang-undang.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak
mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak menurut Rochmat Soemitro (2011:1) dalam buku Perpajakan, karangan
Mardiasmo adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pajak memiliki peran penting dalam pembangunan suatu negara karena pajak
menjalankan dua fungsi Menurut Diaz Priantara (2012:4) dalam buku Perpajakan
Indonesia, yaitu fungsi budgetair dimana pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh negara dimana dana tersebut
diperuntukan untuk belanja negara, untuk pengembangan sektor umum dan juga
membiayai pengeluaran negara lainya, kedua bahwa pajak juga sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan perintah (baik pemerintah pusat atau daerah)
dalam bidang sosial dan ekonomi, untuk menjaga kesetaraan antar masyarakat,
dicontohkan bahwa untuk mengendalikan peredaran minuman keras maka minuman
keras dengan kategori tertentu dikenakan pajak yang lebih tinggi.
Hubungan antara pemerintah yang diwakili oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP)
sebagai lembaga resmi dibawah Kementrian Keuangan Republik Indonesia, ditunjuk
14
secara resmi dalam pengelolah pajak dengan masyarakat sebagai wajib pajak diatur
dalam Undang-undang perpajakan, agar tiap-tiap pihak memiliki perlakuan yang sama
dimata hukum. Dengan ciri-ciri umum diantaranya:
1. Adanya peralihan kekayaan dari pihak masyarakat kepada kas negara.
2. Tidak ada timbal balik secara langsung yang diberikan negara kepada
masyarakat secara langsung.
3. Digunakan untuk kepentingan umum.
4. Dan tentunya diatur dalam Undang-undang.
Direktorat Jendral Pajak (DJP) juga mengatur bagaimana syarat pemungutan
agar berjalan semestinya, tidak menimbulkan hambatan ataupun perlawanan, dimana
terdapat beberapa syarat, yang tertulis pada buku Perpajakan, Mardiasmo (2011:2)
1. Pemungutan pajak harus adil.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang di Indonesia.
3. Tidak menggangu perekonomian.
4. Pemungutan pajak harus efisien.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
II.1.2 Penggolongan Pajak di Indonesia
Menurut Mardiasmo (2011:5,6,7) dalam buku Perpajakan, dilihat dari
pengelompokanya, dalam Pajak dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berdasarkan golongannya, pajak dibedakan:
A. Pajak langsung, pajak yang ditanggung oleh si wajib pajak dan tidak
dapat dilimpahkan ke orang lain. Misalnya: PPh (pajak penghasilan)
15
B. Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan pada
orang lain. Misalnya : PPN (pajak pertambahan nilai).
2. Berdasarkan sifat, pajak dibedakan:
A. Pajak subjektif, pajak yang dibebankan kepada keadaan wajib pajak.
Misalnya: pajak penghasilan.
B. Pajak objektif, pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan diri wajib pajak.
Misalnya: pajak pertambahan nilai, pajak penjualan barang mewah.
3. Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibedakan:
A. Pajak pusat, dipungut pemerintah pusat dan digunakan membiayai
rumah tangga negara.
Misalnya: PPN, PPnBM, PBB, dan Bea Materai.
B. Pajak daerah, dipungut pemerintah daerah dan digunakan membiayai
rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri dari:
1. Pajak daerah tingkat I Propinsi.
Misalnya: Pajak kendaraan bermotor, Bea balik nama kendaraan bermotor.
2. Pajak daerah tingkat II Kabupaten
Misalnya: Pajak pembangunan I, Pajak penerangan jalan, dan Pajak orang
asing.
Undang-undang yang mengatur tentang pajak adalah Undang-undang Perpajakan, dalam
penyusunan pelakuan pajak tesebut terdapat beberapa aspek yang mempengaruhinya,
diantaranya:
16
A. Adanya jaminan Pelaksanaan pemungutan pajak oleh negara yang berjalan
dengan lancar. Acuan yang paling utama dalam pemungutan pajak pada era
moderen saat ini adalah mempertimbangkan masalah bukti nyata dan
praktisnya. Hal ini bukan berarti mekanisme pemungutan tidak
memperhatikan teori dan asas pemungutan pajak secara universal dalam
rangka pencapaian tujuan pemungutan pajak tersebut. Teori-teori yang
terdapat dalam buku Mardiasmo (2001:3) yang berkenaan dengan
pemungutan pajak diantaranya.
1. Teori Asuransi.
Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak
rakyatnya.
2. Teori Kepentingan.
Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan
masing-masing orang.
3. Teori Daya Pikul.
Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, dimana sesuai
dengan daya pikul masing-masing orang. Dimana terbagi menjadi 2
unsur objektif dan unsur subjektif.
4. Teori Bakti.
Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat
dengan negaranya.
5. Teori Asas Daya Beli.
Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.
17
B. Adanya jaminan hukum yang tegas bagi Wajib Pajak. Kepastian hukum
mutlak diperlukan sebagai jaminan keadilan yang sifatnya dua arah, yaitu
jaminan keadilan bagi masyarakat dan jaminan keadilan bagi negara.
C. Adanya jaminan kerahasiaan mengenai orang pribadi ataupun badan
sebagai Wajib Pajak. Walaupun pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jendral Pajak mempunyai wewenang untuk memeriksa sesuai dengan
pasal 29, ayat 1, Undang-undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagai yang telah diubah dengan
Undang-undang No. 16 Tahun 2000, kerahasiaan orang pribadi ataupun
badan harus tetap dijaga agar tidak terjadi suatu hal yang merugikan
Wajib Pajak tersebut.
Perlakuan akan perpajakan diatur dalam hukum, dimana hukum tersebut
membatu mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dengan rakyat
sebagai wajib pajak. Ada 2 macam hukum pajak yang terdapat pada buku Perpajakan
karangan Mardiasmo (2001:5) :
1. Hukum pajak materiil, hukum pajak dalam bidang ini lebih mengatur akan
norma-norma yang lebih menerangakan keadaan, perbuatan, peristiwa
hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek
pajak), seberapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang
dan hapusan utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib
pajak.
2. Hukum pajak formil, hukum ini membantu membuat tata cara untuk
mewujudkan hukum materiil. Diantaranya :
a. Tata cara penyelenggaraan penetapan suatu utang pajak.
18
b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap wajib pajak
mengenai keadaan, perbuatan dan pristiwa yang menimbulkan hutang
pajak.
c. Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/
pencatatan dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan
dan banding.
II.1.3 Insentif Pajak
Pengertian insentif menurut Winardi (2001) adalah dorongan untuk mencapai
lebih banyak output kerja untuk mencapai pembayaran lebih banyak terutama
dipengaruhi oleh pentingnya relatif banyak uang bagi pihak yang menerimanya dan
evaluasi orang yang bersangkutan, tentang adilnya rencana berdasarkan apa yang
diperoleh.
Sedangkan insentif menurut Panggabean (2002:93) adalah kompensasi yang
mengaitkan gaji dengan produktivitas, yang merupakan penghargaan dalam bentuk uang
kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.
Dapat diartikan insentif pajak merupakan paket kebijakan yang bersifat memberi
kemudahan baik dalam soal perizinan, pembayaran pajak, kepabeanan, suku bunga dan
lain-lain atas kinerja. Hal tersebut diharapkan dapat menurunkan biaya produksi, biaya
modal dan meningkatkan daya saing dengan mendorong lebih banyak output yang
diharapkan.
Insentif pajak atau yang sering disebut tax haven berguna menarik para investor
baik dari dalam maupun luar negeri untuk semakin meningkatkan penanaman modalnya
di Indonesia. Dalam perlakuan Insentif pajak itu sendiri setiap negara memiliki
19
perlakuan yang berbeda-beda tergantung dari pengambil keputusan tersebut.
Pengambilan keputusan ini juga harus didasari dari beberapa faktor pendukung dimana
semuanya saling terkait, diantaranya faktor ekonomi, kedaulatan bangsa, politik dan
lainya .
Awalnya perlakuan tax haven ini diberlakukan berlandaskan kurangnya
pendapatan suatu negara, dikarenakan dari sisi sumber daya alam ataupun sumber daya
manusianya kurang memadai. Yang gunanya untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi
suatu negara tersebut, karna dirasa kurang maka munculah kebijakan mengenai
perpajakan dimana kebijakan tersebut berisikan kelonggaran akan sisi pajak ataupun
penghapusan pajak yang harus disetor ke negara.
Dengan adanya suatu kebijakan akan suatu usaha dapat berdiri tanpa harus
membayar pajaknya ke negara ataupun membayar lebih kecil daripada negara lain maka
diharapkan semakin meningkatkan pelaku industri untuk menanamkan modalnya di
negara tersebut. Selain peningkatan iklim industri yang semakin membaik banyak hal
lainnya yang merupakan keuntungan dari meningkatnya investasi, yaitu ketersediaan
lapangan pekerjaan, meningkatnya perekonomian masyarakat, dan multiplier effect (efek
beruntun) lainnya.
Dilihat dari peraturan hukumnya, di Indonesia sendiri baru awal 2011 insentif
pajak ini mulai dibahas dan dituangkan dalam Peraturan Mentri Keuangan (PMK).
130/PMK.011/2011, yang berisi tentang pemberian fasilitas pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan badan. Dengan menimbang adanya perlakuan akan
pengurangan atau pembebasan pajak terhadap industri–industri yang ada dengan
memperhatikan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal dan
Pasal 30 Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2010 tentang perhitungan penghasilan
20
kena pajak dan pelunasan pajak. Kementrian Keuangan dapat memutuskan akan
peraturan tentang pemberian fasilitas pembebasan pajak penghasilan badan. Dimana
terdapat 10 pasal penting yang mengatur akan pemberian fasilitas pajak tersebut,
diantaranya :
Pasal 1
Dalam pasal ini mengatur bahwa pajak penghasilan (UU No.36 Tahun 2008) kait
hubunganya dengan penanaman modal (UU No. 25 Tahun 2007) dimana kedua Undang-
undang yang ada tersebut membantu terciptanya iklim industri yang baik terutama
industri–industri Pioner yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi
nilai tambah, dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, dan
memiliki nilai strategis bagi perekonomian Nasional. Dimana industri pioner mencakup:
A. Industri logam dasar;
B. Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang
bersumber dari minyak bumi dan gas alam;
C. Industri permesinan;
D. Industri di bidang sumberdaya terbarukan.
Pasal 2
Kepada Wajib Pajak badan dapat diberikan fasilitas pengurangan dan
pembebasan pajak penghasilan badan dengan waktu paling singkat 5 tahun pajak dan
paling lama 10 tahun pajak terhitung sejak tahun pajak dimulai produksi komersial. Dan
setelah masa fasilitas tersebut industri tersebut dapat diberikan fasilitas selanjutnya
dengan pengurangan pajak terutang sebesar 50% dari total pajak terutang selama 2 tahun
pertama setelah selesainya masa pembebasan pajak. Namun dalam kondisi tertentu
21
Kementrian Keuangan dapat memperpanjang atau membatalkan dengan ketentuan
ketentuan yang ada.
Pasal 3
Kriteria Wajib Pajak yang dapat memperoleh fasilitas pembebasan atau
pengurangan pajak penghasilan badan, antara lain :
A. Merupakan industri pionir.
B. Mempunyai rencana penanaman modal baru paling sedikit sebesar
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah).
C. Menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit 10% (sepuluh
persen) dari total rencana penanaman.
D. Harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia.
Pasal 4
Dalam memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan tersebut Wajib Pajak
menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal yang nanti akan dikoordinasikan dengan Mentri
Keuangan dengan melampirkan fotokopi:
A. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
B. Surat persetujuan penanaman modal baru yang diterbitkan oleh Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal, yang dilengkapi dengan rinciannya.
C. Bukti penempatan dana di perbankan di Indonesia.
Dan apabila industri tersebut memperoleh fasilitas yang sama di negara asalnya makan
harus disertai uraian mengenai tax sparing, yang merupakan pemberian fasilitas
pembebasan dan pengurangan dari Indonesia dalam perhitungan Pajak Penghasilan di
negara domisili sebesar fasilitas yang diberikan.
22
Pasal 5
Dalam pasal ini mengatur akan tindakan yang dilakukan Kementrian Keuangan
dalam verifikasi data yang diberikan atau diajukan dengan membuat komite verifikasi.
Komite ini yang akan menilai kembali akan industri yang memohon untuk dapat
memperoleh fasitias pengurangan atau pembebasan pajak tersebut dan komite tersebut
dapat memberikan masukan kepada Kementrian Keungan dalam mengambil keputusan
yang selanjutnya akan dibawa kepada Presiden.
Pasal 6
Pasal ini mengatur bila suatu industri diterima untuk dapat memperoleh fasilitas
tersebut maka industri tersebut harus melaporkan hasil laporan tersebut kepada Direktur
Jendral Pajak dan komite verifikasi.
Pasal 7
Suatu industri dapat ditolak atau dicabut permohonanya dan fasilitasnya apabila
industri tersebut:
A. Realisasi penanaman modal Wajib Pajak tidak sesuai dengan rencana
penanaman modal dalam surat persetujuan penanaman modal baru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b; dan/atau
B. Wajib Pajak yang diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan badan:
1. Tidak memenuhi ketentuan kriteria sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (4) huruf a; dan/atau
2. Tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1).
23
Pasal 8
Wajib Pajak yang memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak
penghasilan badan tetap melakukan kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak
kepada pihak lain sesuai dengan peraturan perundang–undangan di bidang perpajakan.
Pasal 9
Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas pajak pasal 31 A UU Pajak
Pengahasilan tidak bisa memperoleh lagi fasilitas pembebasan dan pengurangan pajak,
begitu sebaliknya.
Pasal 10
Usulan untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak
Penghasilan badan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini, harus diajukan oleh
Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sesuai
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dalam jangka waktu selama 3 (tiga)
tahun terhitung sejak diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan ini.
Pemberian kebijakan ini terdapat mekanismenya, dimana mekanisme Peraturan
Mentri Keuangan (PMK) 130/PMK.011/2011 terhadap industri-industri ini dapat dilihat
dalam gambar II.1 (hal. 25) yang menjelaskan bagaimana mekanisme suatu industri
dapat memperoleh kebijakan dari PMK tersebut untuk dapat pengurangan ataupun
pembebasan beban pajak. Namun tidak semua industri mendapat fasilitas tersebut
diperuntukkan bagi industri yang memang menjadi prioritas atau pioner sedangkan bagi
industri lainya harus dilihat apakah memang dapat menjadi cukup penting di
perekonomian Indonesia.
24
Sumber data dari olahan penulis
Selain dari Peraturan Menteri Keuangan tersebut pelaksanaan insentif pajak ini
juga didukung dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas
Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang–Bidang Usaha Tertentu dan/atau
di Daerah–Daerah Tertentu, yang sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2007. Dalam Peraturan Pemerintah ini berisi bahwa suatu industri
tertentu memperoleh fasilitas pajak dikarnakan bentuk atau jenis dari industri tersebut
juga dari daerah dimana industri itu berada.
Perlakuan ini didukung lebih dengan pemakaian Perjanjian Peraturan Pajak
Berganda (P3B), diantaranya dengan penggunaan UN Model dan OECD Model dimana
keduanya mengatur mengenai perjanjian di antara negara–negara yang saling
Gambar 2. 1. Mekanisme Pengajuan Fasilitas Pajak atas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Wajib Pajak ( Industri )
Menteri Perindustrian Atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Kementrian Keuangan Komite Verifikasi
Ditolak Diterima
Membuat laporan ke Direktorat Jendral Pajak
25
berhubungan. United Nations atau UN Model merupakan perjanjian akan penghindaran
pajak berganda dimana dipakai oleh negara-negara berkembang dimana perlakukan akan
tindakan biasanya dinegara tersebut. Berbeda dengan Organization for Economic
Cooperation and Development atau OECD Model yang lebih dipakai oleh negara-negara
maju dimana mereka lebih kepada penanaman modalnya. Perjanjian-perjanjian ini lebih
mendasari perlakuan insentif pajak perlu diberlakukan di beberapa negara guna
meningkatkan ekonomi suatu negara.
II.1.4 Jenis – Jenis Insentif Pajak
Pemberian fasilitas pajak berupa pembebasan maupun pengurangan pajak atas
penghasilan usaha haruslah sesuai dengan keadaan atau kondisi negara dengan melihat
beberapa aspek seperti kondisi alam, kondisi geografis, kondisi ekonomi serta kondisi
negara masing-masing. Menurut Holland dan Vann dalam Tax Law Design and Drafting
(1998) secara insentif pajak dibagi dalam 5 macam, yaitu :
Tax Holidays adalah pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan
untuk Wajib Pajak tertentu, seperti industri-industri pioner.
Investment Allowances dan Tax Credits Investment merupakan bentuk
keringanan pajak didasarkan pada nilai pengeluaran kualifikasi investasi. Pada
umumnya jenis insentif ini menggunakan persentase tertentu yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dan kemudian diperhitungkan dalam perhitungan perpajakan
Time Differences, pada jenis insentif yang ke tiga ini adanya perbedaan antara
laporan keuangan komersial dengan laporan fiskal dalam pengakuan biaya dan juga
dalam hal pengakuan penghasilan
26
Tax Rate Reductions, jenis insentif ni lebih kepada pengurangan tarif pajak yang
merupakan jenis insentif yang mengurangi tarif pajak dikenakan kepada Wajib Pajak
dari suatu persentase atau tingkatan tarif tertentu ke tarif yang berada dibawahnya.
Administrative Discretion jenis insentif ini lebih kepada mengurangi tarif pajak
dikenakan kepada Wajib Pajak dari suatu persentase atau tingkatan tarif tertentu ke tarif
yang berada dibawahnya. Jenis ini merupakan salah satu isu yang pada umumnya
beredar dalam perumusan kebijakan fasilitas pajak, dimana Administrative Discretion
adalah fasilitas pajak yang dinikmati secara otomatis oleh Wajib Pajak yang memenuhi
ketentuan atau harus mengajukan permohonan penggunaan fasilitas pajak terlebih
dahulu. Discretion dapat diartikan sebagai selektif, sehingga Administrative Discretion
dapat diartikan sebagai proses administrasi yang selektif dalam rangka pemberian
fasilitas pajak.
Sedangkan menurut Spitz yang dikutip dari Suandy (2010) umumnya terdapat 4
macam insentif pajak, yaitu:
Insentif pajak yang pertama dalam bentuk pengecualian dari pengenaan pajak
sering sekali digunakan. Jenis insentif ini memberikan hak kepada wajib pajak agar tidak
dikenakan pajak dalam jangka waktu tertentu yang sebelumnya telah ditentukan
pemerintah. Menjadi perhatian adalah berapa lama waktu yang menjadi batasan
pembebasan pajak tersebut. Insentif pajak dalam bentuk pengecualian dari pengenaan
pajak sering sekali digunakan, jenis insentif ini memberikan hak kepada wajib pajak
agar tidak dikenakan pajak dalam jangka waktu tertentu yang sebelumnya telah
ditentukan pemerintah. Menjadi perhatian adalah berapa lama waktu yang menjadi
batasan pembebasan pajak tersebut.
27
Insentif yang ke dua adalah dengan pengurangan dasar pengenaan pajak,
biasanya pengurangan pengenaan dasar pajak diberikan dalam bentuk berbagai macam
biaya yang dapat dikurangi dari pendapatan kena pajak, yang pada umumnya biaya yang
dapat menjadi pengurang.
Jenis insentif yang ketiga adalah pengurangan tarif pajak. Insentif ini berupa
pengurangan tarif pajak dari tarif yang berlaku umun ke tarif khusus yang diatur oleh
pemerintah.
Insentif terakhir adalah penangguhan pajak. Jenis insentif ini pada umumnya
diberikan kepada wajib pajak sebagai pembayar pajak dapat menunda pembayaran pajak
hingga waktu tertentu yang memang telah mendapat izin dari kementrian keuangan.
II.1.5 Dampak Insentif Pajak
Pajak merupakan instrumen fiskal paling penting dalam setiap pemerintahan.
Bagi pemerintahan yang maju, pajak menjadi sumber pendapatan utama dalam anggaran
belanja negaranya (APBN). Adanya insentif pajak memang menjadi salah satu daya
tarik pelaku investasi. Ada beberapa alasan mengapa negara melakukan kebijakan
tersebut, diantaranya:
1. Sebagai counterweight terhadap berbagai investasi
Di beberapa negara yang reformasi perpajakanya belum berjalan dengan
baik insentif diberikan sebagai penimbang terhadap berbagai disinsentif
investasi yang melekat dalam sistem itu sendiri.
2. Sebagai Competitive Advantages
Beberapa negara mengeluarkan kebijakan insentif pajak agar dapat bersaing
dengan negara lainya dalam upaya menarik investasi dari pihak asing.
28
3. Alternatif lain
Tidak jarang insentif perpajakan diberikan bertujuan untuk meningkatkan
aktivitas ekonomi dengan cara yang dirasa memang dapat meningkatkan
iklim perekonomian di suatu negara tersebut, seperti penghapusan PPN
ataupun barang mewah yang memang tujuanya untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi dikarenakan faktor-faktor yang kurang kompetitif.
Insentif pajak diberlakukan disebuah negara oleh pemerintahnya dengan tujuan-
tujuan yang memang dapat menunjang harapan yang telah mereka rencanakan. Insentif
pajak memang salah satu kebijakan pemerintah yang ditunggu dan diharapkan oleh para
pelaku usaha atau pelaku ekonomi di tanah air.
Dengan adanya insentif pajak akan ada potongan, pembebasan, atau penundaan
pembayaran pajaknya, maka keuntungan pengusaha bisa menjadi lebih besar, dan ini
memberikan dorongan lebih kuat untuk melaksanakan aktivitas produksi. Dengan
demikian, aktivitas ekonomi akan menjadi lebih berkembang. Tujuan insentif pajak
adalah untuk menarik para investor-investor baik dari luar maupun lokal untuk
melakukan investasi ke industri yang ada.
Satu teori yang sangat terkenal yang terkait dengan insentif pajak yang berupa
penurunan tarif pajak ini dikemukakan oleh Arthur Laffer dari the University of
Southern California (1970), yang mempopulerkan gagasan untuk menurunkan pajak.
Bahwa pada saat tarif pajak telah terlalu tinggi, orang malas untuk berproduksi,
melaksanakan aktivitas ekonomi ataupun investasi. Karena keuntungan atau
pendapatannya akan ditarik ke kas pemerintah melalui pajak yang tinggi tersebut. Dalam
29
kondisi demikian, penurunan tarif pajak bisa menjadi pendorong untuk menggairahkan
produksi.
Suatu kebijakan memang diambil untuk tujuan yang baik, namun terdapat
beberapa kelemahan dalam kebijakan ini diantaranya secara teori insentif pajak dapat
menimbulkan distorsi karena keputusan untuk melakukan investasi adalah tergantung
dari adanya insentif pajak. Secara praktis, insentif pajak akan menimbulkan ketidak
efektifan. Tidak efektif karena pertimbangan pajak jarang sekali dijadikan sebagai
pertimbangan utama dalam melakukan foreign direct investment. Ini akan menurunkan
pendapatan yang seharusnya menjadi pendapatan di negara tersebut, karna itu World
Bank dan IMF pada umumnya tidak menyarankan negara berkembang untuk
memberikan insentif pajak untuk investor asing.
II.2 Industri
II.2.1 Sejarah Industri
Industri Pada awal perkembanganya industri dibawa oleh orang orang Belanda
yang melakukan penjajahan atau perluasan kekuasan kedaerah Asia khususnya
nusantara, orang Belanda yang datang ke Indonesia mulai melihat besarnya kekayaan
alam Indonesia sehingga menarik minat mereka untuk mengolah hasil bumi di
nusantara. Diawali dengan pengolahan rempah-rempah yang disebarkan ke seluruh
eropa dan daratan barat lainya. Kegiatan tersebut meskipun dilakukan secara manual
tanpa banyak bantuan teknologi namun membantu awal-awal terciptanya industri-indutri
lainya.
Kekayaan Indonesia yang bukan hanya berasal dari pertanian, perkebunan,
maupun perikanan saja, namun juga hasil tambang yang melimpah disetiap kawasan di
30
Indonesia. Dari hasil emas, timah, minyak bumi, biji besi, baja, dan sumber–sumber
sumber lainya. Dimulai dengan pertambangan besi dan baja yang mengalami kemajuan
pesat pada abad pertengahan. Selanjutnya pertambangan bahan bakar seperti batubara,
minyak bumi dan gas maju pesat pula. Kedua hal itu memacu kemajuan teknologi
permesinan, dimulai dengan penemuan mesin uap yang selanjutnya membuka jalan pada
pembuatan dan perdagangan barang secara besar-besaran. Mulanya timbul pabrik-pabrik
tekstil dan kereta api, lalu industri baja dan galangan kapal, pabrik mobil, pabrik
alumunium. Dari kebutuhan akan pewarnaan dalam pabrik-pabrik tekstil berkembang
industri kimia dan farmasi. Terjadilah Revolusi Industri. Sejak itu timbul berbagai
penggolongan ragam industri.
Dari tahun ketahun semakin banyaknya industri yang muncul dari berbagai
sektor yang menghasilkan pendapatan. Maka dimulai masa-masa penggunaan teknologi
yang membantu para pekerja untuk menyelesaikan pekerjaanya dengan waktu yang
lebih cepat, pekerjaan yang lebih baik, dan efisiensi kerja lainya.
II.2.2 Penggolongan Industri
Industri mulai mengalami pembagian secara jelas dalam jenis jenisnya di mulai
pada tahun 1986 dimana pemerintah menunjuk Kementrian Perindustrian Indonesa
untuk membuat sebuah pengklasifikasian industri itu sendiri. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia No.19/M/I/1986, industri dibedakan
menjadi:
1. Industri kimia dasar
Contoh: industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
31
Contoh: industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh: industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng
curah, dll
4. Aneka industri
Contoh: industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
Sebagaimana diarahkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
bahwa pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan ekonomi
jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang semakin seimbang dengan
sektor industri yang maju dan didukung oleh sektor lainya.
II.2.3 Perkembangan Industri
Saat ini perkembangan industri di Indonesia mulai berkembang dengan pesat.
Terlihat dengan semakin banyaknya industri industri baik sekala rumahan hingga
perusahaan yang telah berbadan hukum, dari industri yang masih menggunakan alat
manual atau sederhana hingga penggunaan alat berteknologi tinggi.
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan
demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil
secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan
barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu
disebut dengan perindustrian.
32
Sebagai negara agraris, peranan industri dalam perekonomian Indonesia dengan
sejarah perkembangannya tidaklah begitu amat berarti. Di zaman dahulu, kalaupun
beberapa penduduk menggunakan industri kerajinan sebagai salah satu mata pencarian.
Peranannya hanya sekedar untuk tambahan penghasilan atau pekerjaan sambilan.
Biasanya malah lebih berupa kerajinan yang bertendensi artistik daripada
kewiraswastaan; atau lebih berupa aspek kerja budaya daripada komersial.
Hal itu sangat berbeda dari saat ini atau masa sekarang. Pertanian justru tidak
mendapat respek yang mendalam, namun maufakturing yang diunggulkan. Padahal,
kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat. Maka seharusnyalah kita tidak
mengesampingkan peran pertanian, perkebunan dan perikanan di Indonesia.
II.2.4 Pembagian Industri di Indonesia
Industri (perindustrian) di Indonesia merupakan salah satu komponen
perekonomian yang penting. Perindustrian memungkinkan perekonomian kita
berkembang pesat dan semakin baik, sehingga membawa perubahan dalam struktur
perekonomian nasional. Perindustrian berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri
Perindustrian No.19/M/I/1986 dapat dibagi menurut jumlah tenaga kerja, tingkat
produksi dan jenis kegiatannya.
Penggolongan industri menurut jumlah tenaga kerja
A. Industri kecil
Industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 10 orang.
B. Industri menengah
Industri yang menggunakan tenaga kerja antara 10-50 orang.
C. Industri besar
33
Industri yang menggunakan tenaga kerja lebih dari 50 orang, dan antara
pimpinan perusahaan dan karyawan tidak saling mengenal.
Penggolongan industri menurut tingkat produksi
A. Industri berat
Yaitu penggunaan mesin untuk produksi alat-alat berat.
B. Industri ringan
Yaitu penggunaan mesin untuk memproduksi barang jadi.
C. Industri dasar
Industri yang menggunakan mesin-mesin untuk memproduksi bahan baku
atau bahan pendukung indutri lainya.
D. Industri rumah tangga
Industri yang menghasilkan kerajianan tangan.
Penggolongan industri menurut jenis kegiatannya.
A. Aneka industri
Industri yang menghasilkan macam macam barang keperluan masyarakat
B. Industri logam dasar
Industri logam dan produksi dasar.
C. Industri kimia dasar
Mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
D. Industri kecil
Industri yang menggunakan teknologi sederhana.
34
II.2.5 Industri di Indonesia
II.2.5.1 Industri Kreatif
Industri kreatif adalah kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan
penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal
dengan nama lain industri budaya atau juga ekonomi kreatif. Industri ini berpatokan
kepada kepekaan akan ide–ide baru yang dapat dikembangkan dan menghasilkan nilai
secara ekonomis. Indutri kreatif dianggap penting bagi sebuah negara karena dengan
adanya industri yang menekankan pada ke kreatifitasan pelakunya yang dapat
menyokong perekonomian di negara tersebut.
Perkembangan Industri kreatif sendiri di Indonesia pada tahun 2006 dengan
arahan dari presiden Susilo Bambang Yudoyono untuk mengembangkan ekonomi kreatif
dengan pembentukan Indonesia Design Power oleh Departemen Perdagangan guna
membantu mengembangkan ekonomi kreatif.
Tahun 2007 mulailah diluncurkan Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif
Indonesia pada ajang Trade Expo Indonesia. Semakin gencaranya pemerintah dalam
mengembangkan industri kreatif di Indonesia mulailah pada tahun 2008 mengeluarakan
Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 dan Cetak Biru
Pengembangan 14 Subsektor industri kreatif yang terdiri dari :
1. Arsitektur.
2. Desain.
3. Fesyen.
4. Film, Video, dan Fotografi.
5. Kerajianan.
6. Layanan Komputer dan Piranti Lunak.
35
7. Musik.
8. Pasar Barang Seni.
9. Penerbit dan Percetakan.
10. Periklanan.
11. Permainan Interaktif.
12. Riset dan Pengembangan.
13. Seni Pertunjukan.
14. Televisi dan Radio.
Lalu mulailah ditetapkan pada tahun 2009 Tahun Indonesia Kreatif, Pekan
Produk kreatif, dan mulai diadakan pameran ekonomi kreatif guna menarik minat
konsumen baik dalam maupun luar negeri. Pergerakan akan pertumbuhan industri kreatif
dapat dilihat di gambar II. 3 (hal. 40) dimana terlihat di tiap tahunnya pemerintah
melalui Kementrian Perindustrian melakukan upaya-upaya guna meningkatkan
pertumbuhan industri kreatif di Indonesia.
Sumber data dari arifh.blogdetik.com
Gambar 2.2 Pergerakan Industri Kreatif di Indonesia
36
Menurut John Hawkins dalam The Creative Economy (2001), Ekonomi Kreatif
merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensikan informasi
dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya
Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi .
Pada Blog.detik.com industri kreatif terdiri dari 6 kelompok besar yang memang
mewakili 14 subsektor industri kreatif di Indonesia. 6 kelompok tersebut diantaranya :
1. Kelompok Industri Publikasi dan Presentasi Melalui Media (Media
Publishing and Presence) Kelompok ini terdiri dari; Penerbit dan
Percetakan dan Periklanan.
2. Kelompok Industri dengan Kandungan Budaya yang Disampaikan Melalui
Media Elektronik. (Electronic Media Presentation with Cultural Content).
Kelompok ini terdiri dari ; TV & Radio dan Film, Video, & Fotografi.
3. Kelompok Industri dengan Kandungan Budaya yang Ditampilkan ke Publik
(Cultural Presentation). Kelompok ini terdiri dari; Musik dan Seni
Pertunjukan.
4. Kelompok Industri yang Padat Kandungan Seni dan Budaya (Arts and
Culture Intensive). Kelompok ini terdiri dari; Kerajinan dan Pasar Barang
Seni.
5. Kelompok Industri Desain. Kelompok ini terdiri dari; Desain, Fesyen, dan
Arsitektur.
6. Kelompok Industri Kreatif dengan Muatan Teknologi (Creativity with
Technology). Kelompok ini terdiri dari; Riset & Pengembangan, Permainan
Interaktif, dan Teknologi Informasi & Jasa Perangkat Lunak
37
Perkembangan industri kreatif saat ini mengalami kenaikan yang sangat pesat
dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan suatu product yang
beragam. Pertumbuhan industri yang semakin pesat ini perlu disertai dengan dukungan
pemerintah, dalam membantu mengembangkan serta menguatkan industri ini di
perekonomian Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan yang diberikan pemerintah dalam
industri kreatif ini melalui sisi pajak, dimana perlu adanya pembebasan atau
pengurangan pajak.
Persaingan yang sangat ketat saat ini dengan pengusaha pengusaha luar dianggap
cukup memberatkan pelaku industri kreatif di dalam negri maka baru-baru ini mulai
diperhitungkan akan pajak industri kreatif dengan pengurangan sebesar 50% selama 6
tahun. Ini menjadi angin positif di kalangan indutri kreatif terkait pengurangan pajak
yang mereka harus bayar.
II.2.5.2 Industri Garmen dan Tekstil
Dalam suatu negara, banyak industri yang memang mempengaruhi kondisi
perekonomian negara itu sendiri. Industri garmen dan tekstil adalah salah satu
contohnya, industri tekstil menjadi cukup penting ataupun menjadi pokok industri di
suatu negara khususnya Indonesia, dikarenakan kebutuhan manusia itu sendiri.
Industri tekstil menjadi salah satu pemasok pendapatan bagi negara Indonesia
dari sektor non migas yang cukup besar, dan juga sebagai sumber penyerap tenaga kerja.
Industri garmen dan tekstil adalah industri yang memproduksi barang-barang
berupa material dari benang ataupun yang telah berubah menjadi kain. Tekstil dibentuk
dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing.
38
Tahun Persentase Sumbangan Industri Garmen dan
Tekstil Terhadap Pendapatan Negara
Pertumbuhan Keterangan
2007 10,74 % - -
2008 18,33 % 7,59 % Naik
2009 20,93 % 2,60 % Naik
2010 26,93 % 6,00 % Naik
2011 28,43 % 1,50 % Naik
Garmen dan tekstil sendiri dibagi dalam 3 tahapan besar, dimana bagian pertama
adalah perubahan dari serat menjadi benang. Kedua perubahan dari serat tersebut
menjadi kain, pada tahapan ini kain sudah dapat digunakan dengan tujuan-tujuan
tertentu, dan pada tahapan yang terakhir ke tiga, dengan diolahnya kain tersebut menjadi
pakaian atau benda-benda lainya.
Dalam perkembanganya industri ini mengalami pergeseran tujuan, dimana
kebutuhan akan tesktil sebagai barang pokok atau menjadi salah satu kebutuhan dasar
manusia telah berkembang menjadi salah satu bentuk pengungkapan ekspresi seseorang
dan jati diri seseorang tersebut.
Industri ini semakin maju dan menjadi salah satu penyokong pertumbuhan
ekonomi di Indonesia terlihat dari pertumbuhan yang setiap tahun semakin meningkat.
Sumber data dari olahan penulis dan Departemen Perindustrian
Persaingan industri tekstil saat ini sangatlah berat dirasakan bagi para pelaku
industri di dalam negri, dikarenakan mereka harus bersaing dengan pelaku industri
tekstil dari negara lain. Negara-negara tersebut antara lain Cina, Thailand, Vietnam dan
Tabel 2.1 Pertumbuhan Industi Tekstil Di Indonesia
39
lain lain, memang dalam memproduksi hasil tekstil mereka, negara-negara tersebut jauh
lebih murah biaya yang dikeluarkan, baik dari bahan baku, pekerja, dan banyaknya
model-model baru. Cina menjadi salah satu contoh negara yang dirasa pesaing berat bagi
pelaku bisnis di Indonesia, terbukti dengan sekarang lebih mudahnya masuk produk
Cina di pasar Indonesia baik dari kalangan menengah atas seperti pusat perbelanjaan
modern, hingga kelas menengah dan bawah di pasar-pasar hingga pedagang kaki lima.
Pemerintah merespon cepat akan beratnya persaingan yang diterima oleh para
pelaku industri tersebut maka pemerintah mulai melakukan beberapa kebijakan yang
dirasa dapat membantu pelaku industri garmen dan tekstil untuk dapat tetap bersaing
dengan negara-negara tersebut. Banyak kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah
untuk melindungi para pelaku industri di dalam negri, dengan mematok standar,
promosi-promosi, subsidi terhadap pelaku usaha, pengurangan akan biaya-biaya yang
menjadi tanggungan para-pelaku industri.
Pengurangan pajak adalah salah satu cara yang ampuh dalam membantu pelaku
industri ini. Pemberian fasilitas pengurangan pajak ini dapat disebut juga sebagai
pencicilan pajak. Pencicilan ini diberikan pemerintah untuk membantu para pelaku
industri tekstil untuk tetap mampu bersaing dengan para pelaku industri garmen dan
tekstil lainya bagi dalam negri maupun dari luar negri, hal ini terbukti dengan dengan
menaikan investasi sebesar 4% pada tahun 2011.