landasan teori ii.1 pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00280-ak...

30
10 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pajak II.1.1 Sejarah Pajak di Indonesia Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa. Saat itu, rakyat memberikan upetinya kepada raja atau penguasa berbentuk natura berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain- lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan atau kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak ada imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat. Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk kepentingan umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, pembangun saluran air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum lainnya. Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian) yang semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang kemudian dibuat suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada, namun unsur keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat

Upload: votuyen

Post on 05-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

10

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pajak

II.1.1 Sejarah Pajak di Indonesia

Pada mulanya pajak merupakan suatu upeti (pemberian secara cuma-cuma)

namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan yang harus

dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa.

Saat itu, rakyat memberikan upetinya kepada raja atau penguasa berbentuk

natura berupa padi, ternak, atau hasil tanaman lainnya seperti pisang, kelapa, dan lain-

lain. Pemberian yang dilakukan rakyat saat itu digunakan untuk keperluan atau

kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak ada imbalan atau prestasi yang

dikembalikan kepada rakyat karena memang sifatnya hanya untuk kepentingan sepihak

dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukan raja yang lebih tinggi

status sosialnya dibandingkan rakyat.

Dalam perkembangannya, sifat upeti yang diberikan oleh rakyat tidak lagi hanya

untuk kepentingan raja saja, tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu

sendiri. Artinya pemberian kepada rakyat atau penguasa digunakan untuk kepentingan

umum seperti untuk menjaga keamanan rakyat, memelihara jalan, pembangun saluran

air, membangun sarana sosial lainnya, serta kepentingan umum lainnya.

Perkembangan dalam masyarakat mengubah sifat upeti (pemberian) yang

semula dilakukan cuma-cuma dan sifatnya memaksa tersebut, yang kemudian dibuat

suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada, namun unsur

keadilan lebih diperhatikan. Untuk memenuhi unsur keadilan inilah maka rakyat

Page 2: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

11

diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak, yang nantinya

akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri.

Ketika, pemerintahan Hindia Belanda datang. timbul gagasan untuk mengenakan

pajak penghasilan. Pada tahun 1920-1921 sudah ada pajak penghasilan terhadap hasil

bumi atau hasil lahan penduduk. Istilahnya dikenal dengan nama Versponding Warde

yang berupa pajak untuk kebun-kebun teh, kelapa, jati, dan tembakau. Pengenaan

tarifnya sebesar 7,5% dari hasil. Dan Pajak lainya di Indonesia adalah Pajak Bumi dan

Bangunan atau lebih kita kenal dengan PBB, pada waktu itu lebih dikenal sebagai pajak

pertanahan. Pungutan ini diberlakukan kepada tanah atau lahan serta hasil bumi yang

dimiliki oleh rakyat.

Setelah memasuki tahun 1983, Indonesia melakukan tax reform (reformasi

perpajakan) dengan menyempurnakan sistem pemungutan pajak dari yang sebelumnya

masih bersifat official assessment menjadi sistem self assessment. Sejak tax reform

tahun 1983 hingga saat ini, ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku adalah:

1. Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP);

2. Undang Undang Pajak Penghasilan (UU PPh);

3. Undang Undang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah (UU PPN);

4. Undang Undang Bea Meterai (UU BM);

5. Undang Undang Pajak Bumi dan Bangunan (UU PBB);

6. Undang Undang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (UU

BPHTB);

7. Undang Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PPSP);

8. Undang Undang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (UU BPSP);

Page 3: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

12

9. Undang Undang Pengadilan Pajak (UU PP);

10. Undang Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD).

Timbulnya pungutan pajak dalam hidup bermasyarakat tidak lepas dari interaksi

antara satu dengan yang lain dan termasuk dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya

melahirkan suatu norma yang disepakati dan dipatuhi secara bersama untuk mengatur

dan menjamin keharmonisan hidupnya. Dengan kata lain, manusia dalam bersosialisasi

tidak boleh melakukan perbuatan semaunya sendiri, tetapi harus menjunjung tinggi nilai

dan kepentingan bersama agar harmonisasi hidup dapat tercapai. Jadi, pada hakikatnya

dalam kehidupan manusia selalu terikat pada aturan-aturan yang membatasi ruang gerak

langkahnya demi suatu kebutuhan dan kepentingan bersama, seperti akan kebutuhan

rumah pribadi, keagamaan, sekolah, kebersihan lingkungan, dan fasilitas–fasilitas umum

lainya untuk mencapai cita-cita masyarakat yang adil dan makmur. Aturan-aturan

biasanya tertuang dalam norma hukum yang mengatur falsafah hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Norma hukum ini diatur dalam Undang-undang 1945.

Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama tersebut negara tentu

membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Sehubungan dengan itu, peran serta

aktif masyarakat sebagai warga negara sangat dibutuhkan untuk memberikan iuran

kepada negaranya dalam bentuk pajak sehingga segala keperluan pembangunan dapat

dibiayai.

Timbulnya pungutan pajak merupakan suatu hal yang logis dalam hidup

bermasyarakat dan bernegara. Hal ini tertuang dalam pasal 23, ayat (2) Undang-undang

dasar 1945 yang berbunyi “ pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai)

untuk keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan Undang-undang”. Maka segala

Page 4: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

13

tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lainya harus

ditetapkan berdasarkan Undang-undang.

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No.6 Tahun 1983 sebagaimana telah

disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak

mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak menurut Rochmat Soemitro (2011:1) dalam buku Perpajakan, karangan

Mardiasmo adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung

dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak memiliki peran penting dalam pembangunan suatu negara karena pajak

menjalankan dua fungsi Menurut Diaz Priantara (2012:4) dalam buku Perpajakan

Indonesia, yaitu fungsi budgetair dimana pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah

untuk membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh negara dimana dana tersebut

diperuntukan untuk belanja negara, untuk pengembangan sektor umum dan juga

membiayai pengeluaran negara lainya, kedua bahwa pajak juga sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan perintah (baik pemerintah pusat atau daerah)

dalam bidang sosial dan ekonomi, untuk menjaga kesetaraan antar masyarakat,

dicontohkan bahwa untuk mengendalikan peredaran minuman keras maka minuman

keras dengan kategori tertentu dikenakan pajak yang lebih tinggi.

Hubungan antara pemerintah yang diwakili oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP)

sebagai lembaga resmi dibawah Kementrian Keuangan Republik Indonesia, ditunjuk

Page 5: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

14

secara resmi dalam pengelolah pajak dengan masyarakat sebagai wajib pajak diatur

dalam Undang-undang perpajakan, agar tiap-tiap pihak memiliki perlakuan yang sama

dimata hukum. Dengan ciri-ciri umum diantaranya:

1. Adanya peralihan kekayaan dari pihak masyarakat kepada kas negara.

2. Tidak ada timbal balik secara langsung yang diberikan negara kepada

masyarakat secara langsung.

3. Digunakan untuk kepentingan umum.

4. Dan tentunya diatur dalam Undang-undang.

Direktorat Jendral Pajak (DJP) juga mengatur bagaimana syarat pemungutan

agar berjalan semestinya, tidak menimbulkan hambatan ataupun perlawanan, dimana

terdapat beberapa syarat, yang tertulis pada buku Perpajakan, Mardiasmo (2011:2)

1. Pemungutan pajak harus adil.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang di Indonesia.

3. Tidak menggangu perekonomian.

4. Pemungutan pajak harus efisien.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

II.1.2 Penggolongan Pajak di Indonesia

Menurut Mardiasmo (2011:5,6,7) dalam buku Perpajakan, dilihat dari

pengelompokanya, dalam Pajak dapat dikelompokan berdasarkan:

1. Berdasarkan golongannya, pajak dibedakan:

A. Pajak langsung, pajak yang ditanggung oleh si wajib pajak dan tidak

dapat dilimpahkan ke orang lain. Misalnya: PPh (pajak penghasilan)

Page 6: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

15

B. Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat dilimpahkan pada

orang lain. Misalnya : PPN (pajak pertambahan nilai).

2. Berdasarkan sifat, pajak dibedakan:

A. Pajak subjektif, pajak yang dibebankan kepada keadaan wajib pajak.

Misalnya: pajak penghasilan.

B. Pajak objektif, pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa

memperhatikan diri wajib pajak.

Misalnya: pajak pertambahan nilai, pajak penjualan barang mewah.

3. Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibedakan:

A. Pajak pusat, dipungut pemerintah pusat dan digunakan membiayai

rumah tangga negara.

Misalnya: PPN, PPnBM, PBB, dan Bea Materai.

B. Pajak daerah, dipungut pemerintah daerah dan digunakan membiayai

rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri dari:

1. Pajak daerah tingkat I Propinsi.

Misalnya: Pajak kendaraan bermotor, Bea balik nama kendaraan bermotor.

2. Pajak daerah tingkat II Kabupaten

Misalnya: Pajak pembangunan I, Pajak penerangan jalan, dan Pajak orang

asing.

Undang-undang yang mengatur tentang pajak adalah Undang-undang Perpajakan, dalam

penyusunan pelakuan pajak tesebut terdapat beberapa aspek yang mempengaruhinya,

diantaranya:

Page 7: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

16

A. Adanya jaminan Pelaksanaan pemungutan pajak oleh negara yang berjalan

dengan lancar. Acuan yang paling utama dalam pemungutan pajak pada era

moderen saat ini adalah mempertimbangkan masalah bukti nyata dan

praktisnya. Hal ini bukan berarti mekanisme pemungutan tidak

memperhatikan teori dan asas pemungutan pajak secara universal dalam

rangka pencapaian tujuan pemungutan pajak tersebut. Teori-teori yang

terdapat dalam buku Mardiasmo (2001:3) yang berkenaan dengan

pemungutan pajak diantaranya.

1. Teori Asuransi.

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak

rakyatnya.

2. Teori Kepentingan.

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan

masing-masing orang.

3. Teori Daya Pikul.

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, dimana sesuai

dengan daya pikul masing-masing orang. Dimana terbagi menjadi 2

unsur objektif dan unsur subjektif.

4. Teori Bakti.

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat

dengan negaranya.

5. Teori Asas Daya Beli.

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak.

Page 8: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

17

B. Adanya jaminan hukum yang tegas bagi Wajib Pajak. Kepastian hukum

mutlak diperlukan sebagai jaminan keadilan yang sifatnya dua arah, yaitu

jaminan keadilan bagi masyarakat dan jaminan keadilan bagi negara.

C. Adanya jaminan kerahasiaan mengenai orang pribadi ataupun badan

sebagai Wajib Pajak. Walaupun pemerintah dalam hal ini Direktorat

Jendral Pajak mempunyai wewenang untuk memeriksa sesuai dengan

pasal 29, ayat 1, Undang-undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagai yang telah diubah dengan

Undang-undang No. 16 Tahun 2000, kerahasiaan orang pribadi ataupun

badan harus tetap dijaga agar tidak terjadi suatu hal yang merugikan

Wajib Pajak tersebut.

Perlakuan akan perpajakan diatur dalam hukum, dimana hukum tersebut

membatu mengatur hubungan antara pemerintah selaku pemungut pajak dengan rakyat

sebagai wajib pajak. Ada 2 macam hukum pajak yang terdapat pada buku Perpajakan

karangan Mardiasmo (2001:5) :

1. Hukum pajak materiil, hukum pajak dalam bidang ini lebih mengatur akan

norma-norma yang lebih menerangakan keadaan, perbuatan, peristiwa

hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek

pajak), seberapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang

dan hapusan utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib

pajak.

2. Hukum pajak formil, hukum ini membantu membuat tata cara untuk

mewujudkan hukum materiil. Diantaranya :

a. Tata cara penyelenggaraan penetapan suatu utang pajak.

Page 9: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

18

b. Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap wajib pajak

mengenai keadaan, perbuatan dan pristiwa yang menimbulkan hutang

pajak.

c. Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/

pencatatan dan hak-hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan

dan banding.

II.1.3 Insentif Pajak

Pengertian insentif menurut Winardi (2001) adalah dorongan untuk mencapai

lebih banyak output kerja untuk mencapai pembayaran lebih banyak terutama

dipengaruhi oleh pentingnya relatif banyak uang bagi pihak yang menerimanya dan

evaluasi orang yang bersangkutan, tentang adilnya rencana berdasarkan apa yang

diperoleh.

Sedangkan insentif menurut Panggabean (2002:93) adalah kompensasi yang

mengaitkan gaji dengan produktivitas, yang merupakan penghargaan dalam bentuk uang

kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.

Dapat diartikan insentif pajak merupakan paket kebijakan yang bersifat memberi

kemudahan baik dalam soal perizinan, pembayaran pajak, kepabeanan, suku bunga dan

lain-lain atas kinerja. Hal tersebut diharapkan dapat menurunkan biaya produksi, biaya

modal dan meningkatkan daya saing dengan mendorong lebih banyak output yang

diharapkan.

Insentif pajak atau yang sering disebut tax haven berguna menarik para investor

baik dari dalam maupun luar negeri untuk semakin meningkatkan penanaman modalnya

di Indonesia. Dalam perlakuan Insentif pajak itu sendiri setiap negara memiliki

Page 10: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

19

perlakuan yang berbeda-beda tergantung dari pengambil keputusan tersebut.

Pengambilan keputusan ini juga harus didasari dari beberapa faktor pendukung dimana

semuanya saling terkait, diantaranya faktor ekonomi, kedaulatan bangsa, politik dan

lainya .

Awalnya perlakuan tax haven ini diberlakukan berlandaskan kurangnya

pendapatan suatu negara, dikarenakan dari sisi sumber daya alam ataupun sumber daya

manusianya kurang memadai. Yang gunanya untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi

suatu negara tersebut, karna dirasa kurang maka munculah kebijakan mengenai

perpajakan dimana kebijakan tersebut berisikan kelonggaran akan sisi pajak ataupun

penghapusan pajak yang harus disetor ke negara.

Dengan adanya suatu kebijakan akan suatu usaha dapat berdiri tanpa harus

membayar pajaknya ke negara ataupun membayar lebih kecil daripada negara lain maka

diharapkan semakin meningkatkan pelaku industri untuk menanamkan modalnya di

negara tersebut. Selain peningkatan iklim industri yang semakin membaik banyak hal

lainnya yang merupakan keuntungan dari meningkatnya investasi, yaitu ketersediaan

lapangan pekerjaan, meningkatnya perekonomian masyarakat, dan multiplier effect (efek

beruntun) lainnya.

Dilihat dari peraturan hukumnya, di Indonesia sendiri baru awal 2011 insentif

pajak ini mulai dibahas dan dituangkan dalam Peraturan Mentri Keuangan (PMK).

130/PMK.011/2011, yang berisi tentang pemberian fasilitas pembebasan atau

pengurangan pajak penghasilan badan. Dengan menimbang adanya perlakuan akan

pengurangan atau pembebasan pajak terhadap industri–industri yang ada dengan

memperhatikan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal dan

Pasal 30 Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2010 tentang perhitungan penghasilan

Page 11: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

20

kena pajak dan pelunasan pajak. Kementrian Keuangan dapat memutuskan akan

peraturan tentang pemberian fasilitas pembebasan pajak penghasilan badan. Dimana

terdapat 10 pasal penting yang mengatur akan pemberian fasilitas pajak tersebut,

diantaranya :

Pasal 1

Dalam pasal ini mengatur bahwa pajak penghasilan (UU No.36 Tahun 2008) kait

hubunganya dengan penanaman modal (UU No. 25 Tahun 2007) dimana kedua Undang-

undang yang ada tersebut membantu terciptanya iklim industri yang baik terutama

industri–industri Pioner yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi

nilai tambah, dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, dan

memiliki nilai strategis bagi perekonomian Nasional. Dimana industri pioner mencakup:

A. Industri logam dasar;

B. Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang

bersumber dari minyak bumi dan gas alam;

C. Industri permesinan;

D. Industri di bidang sumberdaya terbarukan.

Pasal 2

Kepada Wajib Pajak badan dapat diberikan fasilitas pengurangan dan

pembebasan pajak penghasilan badan dengan waktu paling singkat 5 tahun pajak dan

paling lama 10 tahun pajak terhitung sejak tahun pajak dimulai produksi komersial. Dan

setelah masa fasilitas tersebut industri tersebut dapat diberikan fasilitas selanjutnya

dengan pengurangan pajak terutang sebesar 50% dari total pajak terutang selama 2 tahun

pertama setelah selesainya masa pembebasan pajak. Namun dalam kondisi tertentu

Page 12: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

21

Kementrian Keuangan dapat memperpanjang atau membatalkan dengan ketentuan

ketentuan yang ada.

Pasal 3

Kriteria Wajib Pajak yang dapat memperoleh fasilitas pembebasan atau

pengurangan pajak penghasilan badan, antara lain :

A. Merupakan industri pionir.

B. Mempunyai rencana penanaman modal baru paling sedikit sebesar

Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah).

C. Menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit 10% (sepuluh

persen) dari total rencana penanaman.

D. Harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia.

Pasal 4

Dalam memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan tersebut Wajib Pajak

menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau Kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal yang nanti akan dikoordinasikan dengan Mentri

Keuangan dengan melampirkan fotokopi:

A. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

B. Surat persetujuan penanaman modal baru yang diterbitkan oleh Kepala

Badan Koordinasi Penanaman Modal, yang dilengkapi dengan rinciannya.

C. Bukti penempatan dana di perbankan di Indonesia.

Dan apabila industri tersebut memperoleh fasilitas yang sama di negara asalnya makan

harus disertai uraian mengenai tax sparing, yang merupakan pemberian fasilitas

pembebasan dan pengurangan dari Indonesia dalam perhitungan Pajak Penghasilan di

negara domisili sebesar fasilitas yang diberikan.

Page 13: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

22

Pasal 5

Dalam pasal ini mengatur akan tindakan yang dilakukan Kementrian Keuangan

dalam verifikasi data yang diberikan atau diajukan dengan membuat komite verifikasi.

Komite ini yang akan menilai kembali akan industri yang memohon untuk dapat

memperoleh fasitias pengurangan atau pembebasan pajak tersebut dan komite tersebut

dapat memberikan masukan kepada Kementrian Keungan dalam mengambil keputusan

yang selanjutnya akan dibawa kepada Presiden.

Pasal 6

Pasal ini mengatur bila suatu industri diterima untuk dapat memperoleh fasilitas

tersebut maka industri tersebut harus melaporkan hasil laporan tersebut kepada Direktur

Jendral Pajak dan komite verifikasi.

Pasal 7

Suatu industri dapat ditolak atau dicabut permohonanya dan fasilitasnya apabila

industri tersebut:

A. Realisasi penanaman modal Wajib Pajak tidak sesuai dengan rencana

penanaman modal dalam surat persetujuan penanaman modal baru

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b; dan/atau

B. Wajib Pajak yang diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak

Penghasilan badan:

1. Tidak memenuhi ketentuan kriteria sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (1) dan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (4) huruf a; dan/atau

2. Tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1).

Page 14: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

23

Pasal 8

Wajib Pajak yang memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak

penghasilan badan tetap melakukan kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak

kepada pihak lain sesuai dengan peraturan perundang–undangan di bidang perpajakan.

Pasal 9

Wajib Pajak yang telah memperoleh fasilitas pajak pasal 31 A UU Pajak

Pengahasilan tidak bisa memperoleh lagi fasilitas pembebasan dan pengurangan pajak,

begitu sebaliknya.

Pasal 10

Usulan untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak

Penghasilan badan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini, harus diajukan oleh

Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sesuai

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dalam jangka waktu selama 3 (tiga)

tahun terhitung sejak diundangkannya Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pemberian kebijakan ini terdapat mekanismenya, dimana mekanisme Peraturan

Mentri Keuangan (PMK) 130/PMK.011/2011 terhadap industri-industri ini dapat dilihat

dalam gambar II.1 (hal. 25) yang menjelaskan bagaimana mekanisme suatu industri

dapat memperoleh kebijakan dari PMK tersebut untuk dapat pengurangan ataupun

pembebasan beban pajak. Namun tidak semua industri mendapat fasilitas tersebut

diperuntukkan bagi industri yang memang menjadi prioritas atau pioner sedangkan bagi

industri lainya harus dilihat apakah memang dapat menjadi cukup penting di

perekonomian Indonesia.

Page 15: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

24

Sumber data dari olahan penulis

Selain dari Peraturan Menteri Keuangan tersebut pelaksanaan insentif pajak ini

juga didukung dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 62 Tahun 2008 tentang Fasilitas

Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang–Bidang Usaha Tertentu dan/atau

di Daerah–Daerah Tertentu, yang sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 1 Tahun 2007. Dalam Peraturan Pemerintah ini berisi bahwa suatu industri

tertentu memperoleh fasilitas pajak dikarnakan bentuk atau jenis dari industri tersebut

juga dari daerah dimana industri itu berada.

Perlakuan ini didukung lebih dengan pemakaian Perjanjian Peraturan Pajak

Berganda (P3B), diantaranya dengan penggunaan UN Model dan OECD Model dimana

keduanya mengatur mengenai perjanjian di antara negara–negara yang saling

Gambar 2. 1. Mekanisme Pengajuan Fasilitas Pajak atas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan

Wajib Pajak ( Industri )

Menteri Perindustrian Atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal

Kementrian Keuangan Komite Verifikasi

Ditolak Diterima

Membuat laporan ke Direktorat Jendral Pajak

Page 16: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

25

berhubungan. United Nations atau UN Model merupakan perjanjian akan penghindaran

pajak berganda dimana dipakai oleh negara-negara berkembang dimana perlakukan akan

tindakan biasanya dinegara tersebut. Berbeda dengan Organization for Economic

Cooperation and Development atau OECD Model yang lebih dipakai oleh negara-negara

maju dimana mereka lebih kepada penanaman modalnya. Perjanjian-perjanjian ini lebih

mendasari perlakuan insentif pajak perlu diberlakukan di beberapa negara guna

meningkatkan ekonomi suatu negara.

II.1.4 Jenis – Jenis Insentif Pajak

Pemberian fasilitas pajak berupa pembebasan maupun pengurangan pajak atas

penghasilan usaha haruslah sesuai dengan keadaan atau kondisi negara dengan melihat

beberapa aspek seperti kondisi alam, kondisi geografis, kondisi ekonomi serta kondisi

negara masing-masing. Menurut Holland dan Vann dalam Tax Law Design and Drafting

(1998) secara insentif pajak dibagi dalam 5 macam, yaitu :

Tax Holidays adalah pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan

untuk Wajib Pajak tertentu, seperti industri-industri pioner.

Investment Allowances dan Tax Credits Investment merupakan bentuk

keringanan pajak didasarkan pada nilai pengeluaran kualifikasi investasi. Pada

umumnya jenis insentif ini menggunakan persentase tertentu yang telah ditetapkan oleh

pemerintah dan kemudian diperhitungkan dalam perhitungan perpajakan

Time Differences, pada jenis insentif yang ke tiga ini adanya perbedaan antara

laporan keuangan komersial dengan laporan fiskal dalam pengakuan biaya dan juga

dalam hal pengakuan penghasilan

Page 17: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

26

Tax Rate Reductions, jenis insentif ni lebih kepada pengurangan tarif pajak yang

merupakan jenis insentif yang mengurangi tarif pajak dikenakan kepada Wajib Pajak

dari suatu persentase atau tingkatan tarif tertentu ke tarif yang berada dibawahnya.

Administrative Discretion jenis insentif ini lebih kepada mengurangi tarif pajak

dikenakan kepada Wajib Pajak dari suatu persentase atau tingkatan tarif tertentu ke tarif

yang berada dibawahnya. Jenis ini merupakan salah satu isu yang pada umumnya

beredar dalam perumusan kebijakan fasilitas pajak, dimana Administrative Discretion

adalah fasilitas pajak yang dinikmati secara otomatis oleh Wajib Pajak yang memenuhi

ketentuan atau harus mengajukan permohonan penggunaan fasilitas pajak terlebih

dahulu. Discretion dapat diartikan sebagai selektif, sehingga Administrative Discretion

dapat diartikan sebagai proses administrasi yang selektif dalam rangka pemberian

fasilitas pajak.

Sedangkan menurut Spitz yang dikutip dari Suandy (2010) umumnya terdapat 4

macam insentif pajak, yaitu:

Insentif pajak yang pertama dalam bentuk pengecualian dari pengenaan pajak

sering sekali digunakan. Jenis insentif ini memberikan hak kepada wajib pajak agar tidak

dikenakan pajak dalam jangka waktu tertentu yang sebelumnya telah ditentukan

pemerintah. Menjadi perhatian adalah berapa lama waktu yang menjadi batasan

pembebasan pajak tersebut. Insentif pajak dalam bentuk pengecualian dari pengenaan

pajak sering sekali digunakan, jenis insentif ini memberikan hak kepada wajib pajak

agar tidak dikenakan pajak dalam jangka waktu tertentu yang sebelumnya telah

ditentukan pemerintah. Menjadi perhatian adalah berapa lama waktu yang menjadi

batasan pembebasan pajak tersebut.

Page 18: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

27

Insentif yang ke dua adalah dengan pengurangan dasar pengenaan pajak,

biasanya pengurangan pengenaan dasar pajak diberikan dalam bentuk berbagai macam

biaya yang dapat dikurangi dari pendapatan kena pajak, yang pada umumnya biaya yang

dapat menjadi pengurang.

Jenis insentif yang ketiga adalah pengurangan tarif pajak. Insentif ini berupa

pengurangan tarif pajak dari tarif yang berlaku umun ke tarif khusus yang diatur oleh

pemerintah.

Insentif terakhir adalah penangguhan pajak. Jenis insentif ini pada umumnya

diberikan kepada wajib pajak sebagai pembayar pajak dapat menunda pembayaran pajak

hingga waktu tertentu yang memang telah mendapat izin dari kementrian keuangan.

II.1.5 Dampak Insentif Pajak

Pajak merupakan instrumen fiskal paling penting dalam setiap pemerintahan.

Bagi pemerintahan yang maju, pajak menjadi sumber pendapatan utama dalam anggaran

belanja negaranya (APBN). Adanya insentif pajak memang menjadi salah satu daya

tarik pelaku investasi. Ada beberapa alasan mengapa negara melakukan kebijakan

tersebut, diantaranya:

1. Sebagai counterweight terhadap berbagai investasi

Di beberapa negara yang reformasi perpajakanya belum berjalan dengan

baik insentif diberikan sebagai penimbang terhadap berbagai disinsentif

investasi yang melekat dalam sistem itu sendiri.

2. Sebagai Competitive Advantages

Beberapa negara mengeluarkan kebijakan insentif pajak agar dapat bersaing

dengan negara lainya dalam upaya menarik investasi dari pihak asing.

Page 19: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

28

3. Alternatif lain

Tidak jarang insentif perpajakan diberikan bertujuan untuk meningkatkan

aktivitas ekonomi dengan cara yang dirasa memang dapat meningkatkan

iklim perekonomian di suatu negara tersebut, seperti penghapusan PPN

ataupun barang mewah yang memang tujuanya untuk merangsang

pertumbuhan ekonomi dikarenakan faktor-faktor yang kurang kompetitif.

Insentif pajak diberlakukan disebuah negara oleh pemerintahnya dengan tujuan-

tujuan yang memang dapat menunjang harapan yang telah mereka rencanakan. Insentif

pajak memang salah satu kebijakan pemerintah yang ditunggu dan diharapkan oleh para

pelaku usaha atau pelaku ekonomi di tanah air.

Dengan adanya insentif pajak akan ada potongan, pembebasan, atau penundaan

pembayaran pajaknya, maka keuntungan pengusaha bisa menjadi lebih besar, dan ini

memberikan dorongan lebih kuat untuk melaksanakan aktivitas produksi. Dengan

demikian, aktivitas ekonomi akan menjadi lebih berkembang. Tujuan insentif pajak

adalah untuk menarik para investor-investor baik dari luar maupun lokal untuk

melakukan investasi ke industri yang ada.

Satu teori yang sangat terkenal yang terkait dengan insentif pajak yang berupa

penurunan tarif pajak ini dikemukakan oleh Arthur Laffer dari the University of

Southern California (1970), yang mempopulerkan gagasan untuk menurunkan pajak.

Bahwa pada saat tarif pajak telah terlalu tinggi, orang malas untuk berproduksi,

melaksanakan aktivitas ekonomi ataupun investasi. Karena keuntungan atau

pendapatannya akan ditarik ke kas pemerintah melalui pajak yang tinggi tersebut. Dalam

Page 20: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

29

kondisi demikian, penurunan tarif pajak bisa menjadi pendorong untuk menggairahkan

produksi.

Suatu kebijakan memang diambil untuk tujuan yang baik, namun terdapat

beberapa kelemahan dalam kebijakan ini diantaranya secara teori insentif pajak dapat

menimbulkan distorsi karena keputusan untuk melakukan investasi adalah tergantung

dari adanya insentif pajak. Secara praktis, insentif pajak akan menimbulkan ketidak

efektifan. Tidak efektif karena pertimbangan pajak jarang sekali dijadikan sebagai

pertimbangan utama dalam melakukan foreign direct investment. Ini akan menurunkan

pendapatan yang seharusnya menjadi pendapatan di negara tersebut, karna itu World

Bank dan IMF pada umumnya tidak menyarankan negara berkembang untuk

memberikan insentif pajak untuk investor asing.

II.2 Industri

II.2.1 Sejarah Industri

Industri Pada awal perkembanganya industri dibawa oleh orang orang Belanda

yang melakukan penjajahan atau perluasan kekuasan kedaerah Asia khususnya

nusantara, orang Belanda yang datang ke Indonesia mulai melihat besarnya kekayaan

alam Indonesia sehingga menarik minat mereka untuk mengolah hasil bumi di

nusantara. Diawali dengan pengolahan rempah-rempah yang disebarkan ke seluruh

eropa dan daratan barat lainya. Kegiatan tersebut meskipun dilakukan secara manual

tanpa banyak bantuan teknologi namun membantu awal-awal terciptanya industri-indutri

lainya.

Kekayaan Indonesia yang bukan hanya berasal dari pertanian, perkebunan,

maupun perikanan saja, namun juga hasil tambang yang melimpah disetiap kawasan di

Page 21: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

30

Indonesia. Dari hasil emas, timah, minyak bumi, biji besi, baja, dan sumber–sumber

sumber lainya. Dimulai dengan pertambangan besi dan baja yang mengalami kemajuan

pesat pada abad pertengahan. Selanjutnya pertambangan bahan bakar seperti batubara,

minyak bumi dan gas maju pesat pula. Kedua hal itu memacu kemajuan teknologi

permesinan, dimulai dengan penemuan mesin uap yang selanjutnya membuka jalan pada

pembuatan dan perdagangan barang secara besar-besaran. Mulanya timbul pabrik-pabrik

tekstil dan kereta api, lalu industri baja dan galangan kapal, pabrik mobil, pabrik

alumunium. Dari kebutuhan akan pewarnaan dalam pabrik-pabrik tekstil berkembang

industri kimia dan farmasi. Terjadilah Revolusi Industri. Sejak itu timbul berbagai

penggolongan ragam industri.

Dari tahun ketahun semakin banyaknya industri yang muncul dari berbagai

sektor yang menghasilkan pendapatan. Maka dimulai masa-masa penggunaan teknologi

yang membantu para pekerja untuk menyelesaikan pekerjaanya dengan waktu yang

lebih cepat, pekerjaan yang lebih baik, dan efisiensi kerja lainya.

II.2.2 Penggolongan Industri

Industri mulai mengalami pembagian secara jelas dalam jenis jenisnya di mulai

pada tahun 1986 dimana pemerintah menunjuk Kementrian Perindustrian Indonesa

untuk membuat sebuah pengklasifikasian industri itu sendiri. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia No.19/M/I/1986, industri dibedakan

menjadi:

1. Industri kimia dasar

Contoh: industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb

2. Industri mesin dan logam dasar

Page 22: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

31

Contoh: industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll

3. Industri kecil

Contoh: industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng

curah, dll

4. Aneka industri

Contoh: industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.

Sebagaimana diarahkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

bahwa pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan ekonomi

jangka panjang untuk mencapai struktur ekonomi yang semakin seimbang dengan

sektor industri yang maju dan didukung oleh sektor lainya.

II.2.3 Perkembangan Industri

Saat ini perkembangan industri di Indonesia mulai berkembang dengan pesat.

Terlihat dengan semakin banyaknya industri industri baik sekala rumahan hingga

perusahaan yang telah berbadan hukum, dari industri yang masih menggunakan alat

manual atau sederhana hingga penggunaan alat berteknologi tinggi.

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,

barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan

demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil

secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan

barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu

disebut dengan perindustrian.

Page 23: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

32

Sebagai negara agraris, peranan industri dalam perekonomian Indonesia dengan

sejarah perkembangannya tidaklah begitu amat berarti. Di zaman dahulu, kalaupun

beberapa penduduk menggunakan industri kerajinan sebagai salah satu mata pencarian.

Peranannya hanya sekedar untuk tambahan penghasilan atau pekerjaan sambilan.

Biasanya malah lebih berupa kerajinan yang bertendensi artistik daripada

kewiraswastaan; atau lebih berupa aspek kerja budaya daripada komersial.

Hal itu sangat berbeda dari saat ini atau masa sekarang. Pertanian justru tidak

mendapat respek yang mendalam, namun maufakturing yang diunggulkan. Padahal,

kebutuhan akan bahan pangan terus meningkat. Maka seharusnyalah kita tidak

mengesampingkan peran pertanian, perkebunan dan perikanan di Indonesia.

II.2.4 Pembagian Industri di Indonesia

Industri (perindustrian) di Indonesia merupakan salah satu komponen

perekonomian yang penting. Perindustrian memungkinkan perekonomian kita

berkembang pesat dan semakin baik, sehingga membawa perubahan dalam struktur

perekonomian nasional. Perindustrian berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri

Perindustrian No.19/M/I/1986 dapat dibagi menurut jumlah tenaga kerja, tingkat

produksi dan jenis kegiatannya.

Penggolongan industri menurut jumlah tenaga kerja

A. Industri kecil

Industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 10 orang.

B. Industri menengah

Industri yang menggunakan tenaga kerja antara 10-50 orang.

C. Industri besar

Page 24: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

33

Industri yang menggunakan tenaga kerja lebih dari 50 orang, dan antara

pimpinan perusahaan dan karyawan tidak saling mengenal.

Penggolongan industri menurut tingkat produksi

A. Industri berat

Yaitu penggunaan mesin untuk produksi alat-alat berat.

B. Industri ringan

Yaitu penggunaan mesin untuk memproduksi barang jadi.

C. Industri dasar

Industri yang menggunakan mesin-mesin untuk memproduksi bahan baku

atau bahan pendukung indutri lainya.

D. Industri rumah tangga

Industri yang menghasilkan kerajianan tangan.

Penggolongan industri menurut jenis kegiatannya.

A. Aneka industri

Industri yang menghasilkan macam macam barang keperluan masyarakat

B. Industri logam dasar

Industri logam dan produksi dasar.

C. Industri kimia dasar

Mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.

D. Industri kecil

Industri yang menggunakan teknologi sederhana.

Page 25: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

34

II.2.5 Industri di Indonesia

II.2.5.1 Industri Kreatif

Industri kreatif adalah kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan

penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga dikenal

dengan nama lain industri budaya atau juga ekonomi kreatif. Industri ini berpatokan

kepada kepekaan akan ide–ide baru yang dapat dikembangkan dan menghasilkan nilai

secara ekonomis. Indutri kreatif dianggap penting bagi sebuah negara karena dengan

adanya industri yang menekankan pada ke kreatifitasan pelakunya yang dapat

menyokong perekonomian di negara tersebut.

Perkembangan Industri kreatif sendiri di Indonesia pada tahun 2006 dengan

arahan dari presiden Susilo Bambang Yudoyono untuk mengembangkan ekonomi kreatif

dengan pembentukan Indonesia Design Power oleh Departemen Perdagangan guna

membantu mengembangkan ekonomi kreatif.

Tahun 2007 mulailah diluncurkan Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif

Indonesia pada ajang Trade Expo Indonesia. Semakin gencaranya pemerintah dalam

mengembangkan industri kreatif di Indonesia mulailah pada tahun 2008 mengeluarakan

Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 dan Cetak Biru

Pengembangan 14 Subsektor industri kreatif yang terdiri dari :

1. Arsitektur.

2. Desain.

3. Fesyen.

4. Film, Video, dan Fotografi.

5. Kerajianan.

6. Layanan Komputer dan Piranti Lunak.

Page 26: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

35

7. Musik.

8. Pasar Barang Seni.

9. Penerbit dan Percetakan.

10. Periklanan.

11. Permainan Interaktif.

12. Riset dan Pengembangan.

13. Seni Pertunjukan.

14. Televisi dan Radio.

Lalu mulailah ditetapkan pada tahun 2009 Tahun Indonesia Kreatif, Pekan

Produk kreatif, dan mulai diadakan pameran ekonomi kreatif guna menarik minat

konsumen baik dalam maupun luar negeri. Pergerakan akan pertumbuhan industri kreatif

dapat dilihat di gambar II. 3 (hal. 40) dimana terlihat di tiap tahunnya pemerintah

melalui Kementrian Perindustrian melakukan upaya-upaya guna meningkatkan

pertumbuhan industri kreatif di Indonesia.

Sumber data dari arifh.blogdetik.com

Gambar 2.2 Pergerakan Industri Kreatif di Indonesia

Page 27: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

36

Menurut John Hawkins dalam The Creative Economy (2001), Ekonomi Kreatif

merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensikan informasi

dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya

Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi .

Pada Blog.detik.com industri kreatif terdiri dari 6 kelompok besar yang memang

mewakili 14 subsektor industri kreatif di Indonesia. 6 kelompok tersebut diantaranya :

1. Kelompok Industri Publikasi dan Presentasi Melalui Media (Media

Publishing and Presence) Kelompok ini terdiri dari; Penerbit dan

Percetakan dan Periklanan.

2. Kelompok Industri dengan Kandungan Budaya yang Disampaikan Melalui

Media Elektronik. (Electronic Media Presentation with Cultural Content).

Kelompok ini terdiri dari ; TV & Radio dan Film, Video, & Fotografi.

3. Kelompok Industri dengan Kandungan Budaya yang Ditampilkan ke Publik

(Cultural Presentation). Kelompok ini terdiri dari; Musik dan Seni

Pertunjukan.

4. Kelompok Industri yang Padat Kandungan Seni dan Budaya (Arts and

Culture Intensive). Kelompok ini terdiri dari; Kerajinan dan Pasar Barang

Seni.

5. Kelompok Industri Desain. Kelompok ini terdiri dari; Desain, Fesyen, dan

Arsitektur.

6. Kelompok Industri Kreatif dengan Muatan Teknologi (Creativity with

Technology). Kelompok ini terdiri dari; Riset & Pengembangan, Permainan

Interaktif, dan Teknologi Informasi & Jasa Perangkat Lunak

Page 28: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

37

Perkembangan industri kreatif saat ini mengalami kenaikan yang sangat pesat

dengan semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan suatu product yang

beragam. Pertumbuhan industri yang semakin pesat ini perlu disertai dengan dukungan

pemerintah, dalam membantu mengembangkan serta menguatkan industri ini di

perekonomian Indonesia. Salah satu bentuk kebijakan yang diberikan pemerintah dalam

industri kreatif ini melalui sisi pajak, dimana perlu adanya pembebasan atau

pengurangan pajak.

Persaingan yang sangat ketat saat ini dengan pengusaha pengusaha luar dianggap

cukup memberatkan pelaku industri kreatif di dalam negri maka baru-baru ini mulai

diperhitungkan akan pajak industri kreatif dengan pengurangan sebesar 50% selama 6

tahun. Ini menjadi angin positif di kalangan indutri kreatif terkait pengurangan pajak

yang mereka harus bayar.

II.2.5.2 Industri Garmen dan Tekstil

Dalam suatu negara, banyak industri yang memang mempengaruhi kondisi

perekonomian negara itu sendiri. Industri garmen dan tekstil adalah salah satu

contohnya, industri tekstil menjadi cukup penting ataupun menjadi pokok industri di

suatu negara khususnya Indonesia, dikarenakan kebutuhan manusia itu sendiri.

Industri tekstil menjadi salah satu pemasok pendapatan bagi negara Indonesia

dari sektor non migas yang cukup besar, dan juga sebagai sumber penyerap tenaga kerja.

Industri garmen dan tekstil adalah industri yang memproduksi barang-barang

berupa material dari benang ataupun yang telah berubah menjadi kain. Tekstil dibentuk

dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing.

Page 29: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

38

Tahun Persentase Sumbangan Industri Garmen dan

Tekstil Terhadap Pendapatan Negara

Pertumbuhan Keterangan

2007 10,74 % - -

2008 18,33 % 7,59 % Naik

2009 20,93 % 2,60 % Naik

2010 26,93 % 6,00 % Naik

2011 28,43 % 1,50 % Naik

Garmen dan tekstil sendiri dibagi dalam 3 tahapan besar, dimana bagian pertama

adalah perubahan dari serat menjadi benang. Kedua perubahan dari serat tersebut

menjadi kain, pada tahapan ini kain sudah dapat digunakan dengan tujuan-tujuan

tertentu, dan pada tahapan yang terakhir ke tiga, dengan diolahnya kain tersebut menjadi

pakaian atau benda-benda lainya.

Dalam perkembanganya industri ini mengalami pergeseran tujuan, dimana

kebutuhan akan tesktil sebagai barang pokok atau menjadi salah satu kebutuhan dasar

manusia telah berkembang menjadi salah satu bentuk pengungkapan ekspresi seseorang

dan jati diri seseorang tersebut.

Industri ini semakin maju dan menjadi salah satu penyokong pertumbuhan

ekonomi di Indonesia terlihat dari pertumbuhan yang setiap tahun semakin meningkat.

Sumber data dari olahan penulis dan Departemen Perindustrian

Persaingan industri tekstil saat ini sangatlah berat dirasakan bagi para pelaku

industri di dalam negri, dikarenakan mereka harus bersaing dengan pelaku industri

tekstil dari negara lain. Negara-negara tersebut antara lain Cina, Thailand, Vietnam dan

Tabel 2.1 Pertumbuhan Industi Tekstil Di Indonesia

Page 30: LANDASAN TEORI II.1 Pajak - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00280-AK Bab2001.pdf · suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa tetap ada,

39

lain lain, memang dalam memproduksi hasil tekstil mereka, negara-negara tersebut jauh

lebih murah biaya yang dikeluarkan, baik dari bahan baku, pekerja, dan banyaknya

model-model baru. Cina menjadi salah satu contoh negara yang dirasa pesaing berat bagi

pelaku bisnis di Indonesia, terbukti dengan sekarang lebih mudahnya masuk produk

Cina di pasar Indonesia baik dari kalangan menengah atas seperti pusat perbelanjaan

modern, hingga kelas menengah dan bawah di pasar-pasar hingga pedagang kaki lima.

Pemerintah merespon cepat akan beratnya persaingan yang diterima oleh para

pelaku industri tersebut maka pemerintah mulai melakukan beberapa kebijakan yang

dirasa dapat membantu pelaku industri garmen dan tekstil untuk dapat tetap bersaing

dengan negara-negara tersebut. Banyak kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah

untuk melindungi para pelaku industri di dalam negri, dengan mematok standar,

promosi-promosi, subsidi terhadap pelaku usaha, pengurangan akan biaya-biaya yang

menjadi tanggungan para-pelaku industri.

Pengurangan pajak adalah salah satu cara yang ampuh dalam membantu pelaku

industri ini. Pemberian fasilitas pengurangan pajak ini dapat disebut juga sebagai

pencicilan pajak. Pencicilan ini diberikan pemerintah untuk membantu para pelaku

industri tekstil untuk tetap mampu bersaing dengan para pelaku industri garmen dan

tekstil lainya bagi dalam negri maupun dari luar negri, hal ini terbukti dengan dengan

menaikan investasi sebesar 4% pada tahun 2011.