analisis misun skenario d blok 25

18
Apa saja kegiatan surveilans? 2 Kegiatan Surveilance dibagi dalam beberapa subsistem yaitu : Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jenis penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas meliputi kolera, diare, diare berdarah, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB, kusta MB,campak, difteri, batuk rejan, tetanus, AFP, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia, sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular antara lain : Hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, Diabetes Melitus, Neoplasma, Penyakit paru obstruksi kronis, Gangguan mental, dan Masalah kesehatan akibat kecelakaan.

Upload: missun13

Post on 19-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

blok 25

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Misun Skenario d Blok 25

Apa saja kegiatan surveilans? 2

Kegiatan Surveilance dibagi dalam beberapa subsistem yaitu :

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular.

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit menular dan faktor resiko

untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular. Sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan (Kepmenkes) No. 1479 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jenis

penyakit yang termasuk didalam Surveilans Terpadu Penyakit di Puskesmas meliputi kolera,

diare, diare berdarah, tifus perut klinis, TBC paru BTA (+), tersangka TBC paru, kusta PB,

kusta MB,campak, difteri, batuk rejan, tetanus, AFP, hepatitis klinis, malaria klinis, malaria

vivax, malaria falsifarum, malaria mix, demam berdarah dengue, demam dengue, pneumonia,

sifilis, gonorrhoe, frambusia, filariasis, dan influenza.

Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan faktor

resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. Surveilans

epidemiologi penyakit tidak menular antara lain :

Hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, Diabetes Melitus, Neoplasma, Penyakit paru

obstruksi kronis, Gangguan mental, dan Masalah kesehatan akibat kecelakaan.

Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku.

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk

mendukung program penyehatan lingkungan. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan

dan perilaku, meliputi:

Sarana air bersih, tempat-tempat umum (TTU), Pemukiman dan lingkungan perumahan,

Limbah industri, rumah sakit, vektor penyakit, kesehatan dan keselamatan kerja, rumah Sakit

dan sarana pelayanan kesehatan lain, termasuk infeksi nasokomial, perilaku merokok, pola

makan diet, aktivitas fisik.

Page 2: Analisis Misun Skenario d Blok 25

Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan.

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor

resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu. Surveilan epidemiologi

masalah kesehatan, meliputi:

SKPG (sistem kewaspadaan pangan dan gizi), kekurangan Gizi mikro (kekurangan yodium,

anemia gizi besi, kekurangan vitamin A), kekurangan Gizi makro (Gizi kurang, Gizi buruk),

gizi lebih, kesehatan ibu dan anak (termasuk kesehatan reproduksi), usia lanjut ,

penyalahgunaan napza, penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetik

dan alat kesehatan, dan kualitas makanan dan bahan makanan tambahan.

Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor

resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra. Survelans epidemiologi masalah

matra, meliputi:

Kesehatan haji, kesehatan pelabuhan dan lintas batas perbatasan, bencana dan masalah sosial

kesehatan matra laut dan udara, KLB penyakit dan keracunan

Komponen Surveilans yaitu :

Pengumpulan/pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya.

Pengelola data untuk dapat memberikan keterangan yang berarti.

Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan.

Perencanaan penanggulangan khusus dan program pelaksanaannya.

Evaluasi/penilaian hasil kegiatan.

Kegiatan Pokok Pelaksanaan Surveilans :

a. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.

Page 3: Analisis Misun Skenario d Blok 25

Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan

kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas

kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit

yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan

pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan

jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian

penyakit; dan KLB.

b. Pengelolaan data

Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu

disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam

bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut

harus dapat memberikan keterangan yang berarti.

c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan

Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi

untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat.

d. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik

Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan

sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua

pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.

e. Evaluasi

Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk

perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak

lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan

pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

Siapa saja yang menjadi sumber data surveilns? 2

Sumber data surveilans epidemiologi meliputi :

(1).Data kesakitan yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.

Page 4: Analisis Misun Skenario d Blok 25

(2).Data kematian yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan serta laporan dari

kantor pemerintah dan masyarakat.

(3).Data demografi yang dapat diperoleh dari unit statistik kependudukan dan masyarakat.

(4).Data geografi yang dapat diperoleh dari Unit Meteorologi dan Geofisika.

(5).Data laboratorium yang dapat diperoleh dari unit pelayanan kesehatan dan masyarakat.

(6).Data Kondisi lingkungan.

(7).Laporan wabah.

(8).Laporan Penyelidikan wabah/KLB.

(9).Laporan hasil penyelidikan kasus perorangan.

(10).Studi epidemiologi dan hasil penelitian lainnya.

(11).Data hewan dan vektor sumber penularan penyakit yang dapat diperoleh dari unit

pelayanan kesehatan dan masyarakat.

(12).Laporan kondisi pangan.

(13).Data dan informasi penting lainnya.

Bagaimana riwayat alamiah penyakit pada DBD?

- Faktor Agen2

Agen merupakan sinonim dari penyebab utama dan tanpa agen penyakit spesifik tidak

mungkin terjadi. Dalam kasus ini yangt menjadi agen adalah virus Dengue.

Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya

jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell

entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis

yang dapat dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut

dikatakan mengalami infeksi. Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya

infeksi, penyakit klinis, maupun kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai

determinan, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen

kausal. Tergantung tingkat kerentanan (atau imunitas), individu sebagai penjamu yang

terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat, atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi)

Page 5: Analisis Misun Skenario d Blok 25

dan mengalami perubahan patologi yang ireversibel. Ukuran yang menunjukkan kemampuan

agen penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai berikut: (1)

infektivitas, (2) patogenesitas, dan (3) virulensi.

1. Infektivitas - kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung

dari jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.

2. Patogenesitas – kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis. Dihitung

dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi.

3. Virulensi – kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini

menunjukkan kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety) penyakit.

Dihitung dari jumlah kasus yang mati dibagi dengan jumlah kasus klinis.

Terdapat Rantai infeki yang menyebabkan masuknya agen ke tubuh manusia.

Rantai Infeksi

Dalam terjadinya penyakit, terdapat suatu rantai infeksi yang menyebabkan penyakit dapat

terjadi atau disebut juga pola penyebaran penyakit. Komponen rantai infeksi yaitu agent,

reservoir, portal of exit, mode of transmission, portal of entry, dan susceptible host. Reservoir

adalah habitat tempat agen infeksius biasa hidp, tumbuh dan memperbanyak diri. Reservoir

dapat berupa manusia, hewan, dan lingkungan.

Agen meninggalkan reservoir melalui pintu ke luar (portal of exit), yaitu jalan agen

meninggalkan pejamu sumber, biasanya berhubungan dengan agen yang terlokalisasi,

contohnya:

- Sistem respirasi: TB paru, influenza

- Urin: Leptospira

- Feses: Vibrio cholera

- Lesi kulit: Sarcoptes scabiei

- Jalur kulit (perkutaneus): isapan darah artropoda (malaria, DBD)

Lalu agen ditransmisikan dengan model tertentu agar dapat masuk ke pejamu melalui pintu

masuk (portal of entry), sehingga menginfeksi pejamu yang rentan. Mode transmisi dapat

berupa:

- Transmisi langsung

Yaitu transfer agen segera dari reservoir ke pejamu yang rentan dengan cara:

- Kontak langsung, contoh: gonore

· Penyebaran droplet, contoh: bersin, batuk, bicara

Page 6: Analisis Misun Skenario d Blok 25

- Transmisi tidak langsung

· Airborne (udara): debu, droplet nuclei (droplet yang dikeringkan), cont: TB paru

· Vechicleborne: melaui agen yang masuk ke dalam makanan, air, darah

· Vectorborne: agen yang mengalami atau tidak mengalami perubahan fisiologik dalam

tubuh vektor

Pintu masuk kuman sama dengan pintu keluar, seperti kulit, sistem respirasi, membran

mukosa, darah, dsb. Lalu melalui pintu masuk itu kuman menyerang pejamu yang suseptibel.

Suseptibilitas bergantung pada faktor genetik, imunitas yang didapat, kemampuan bertahan

terhadap infeksi, membran mukosa, dll.

Tujuan dan manfaat penyelidikan KLB?2

Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah

meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang

(pengendalian), dengan tujuan khusus :

a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit

b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB

c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan

d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB

(CDC, 1981; Bres, 1986).

Di kasus

Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di

Puskesmas Maju.

Tujuan Khusus

Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran

Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi

Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan

Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

Manfaat Penyelidikan KLB :

1. Dapat mengurangi angka kejadian KLB

2. Dapat mencegah penyebarluasan KLB

Page 7: Analisis Misun Skenario d Blok 25

3. Dapat menjadi masukan pelatihan KLB

4. Dapat mengetahui penyebaran KLB di tempat-tempat lain.

5. Agar dapat diputuskan suatu tindakan oleh pembuatan kebijakan (pemerintah).

Bagaimana tata cara pelaporan KLB?2

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT MENULAR TERTENTU

YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA PENANGGULANGAN BAB

IV PELAPORAN Pasal 16 :

(1) Tenaga kesehatan atau masyarakat wajib memberikan laporan kepada kepala desa/lurah

dan puskesmas terdekat atau jejaringnya selambat lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sejak

mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit tertentu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4.

PASAL 4

(1) Jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah

adalah sebagai berikut:

a. Kolera

b. Pes

c. Demam Berdarah Dengue

d. Campak

e. Polio

f. Difteri

g. Pertusis

h. Rabies

i. Malaria

j. Avian Influenza H5N1

k. Antraks

l. Leptospirosis

m.Hepatitis

n. Influenza A baru (H1N1)/Pandemi 2009

o. Meningitis

p. Yellow Fever

q. Chikungunya

(2) Penyakit menular tertentu lainnya yang dapat menimbulkan wabah

Page 8: Analisis Misun Skenario d Blok 25

ditetapkan oleh Menteri.

Lanjutan Pasal 16

(2) Pimpinan puskesmas yang menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

segera melaporkan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-lambatnya 24

(dua puluh empat) jam sejak menerima informasi.

(3) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota memberikan laporan adanya penderita atau

tersangka penderita penyakit tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 secara berjenjang

kepada bupati/walikota, gubernur, dan Menteri melalui Direktur Jenderal selambat-lambatnya

24 (dua puluh empat) jam sejak menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Jenis Pelaporan

a.Jenis pelaporan dapat dibedakan dengan melihat Frekuensi pelaporanantara lain :

Segera, mingguan, kasus nol

b.Metode pelaporan dapat dilakukan dengan melalui :

Kertas, telefon, fax, E-mail

Adapun Standart baku surveilence KLB bagi instansi pemerintah dalam bidang kesehatan

yaitu :

1.Laporan Kewaspadaan (Dilaporkan dalam waktu 24 jam)

Laporan kewaspadaan adalah laporan adanya penderita, atau tersangka penderita penyakit

yang dapat menimbulkan wabah. Yang diharuskanmenyampaikan laporan kewaspadaan

adalah :

a.Orang tua penderita atau tersangka penderita/orang dewasa yangtinggal serumah dengan

penderita tau tersangka penderita/ kepala keluarga/ ketua RT/ RW/ Kepala dusun

b.Dokter, petugas kesehatan yang mnemerikasa penderita/dokter hewanyang memeriksa

hewan tersangka penderitac.Kepala Stasiun kereta api, kepala Terminal kendaraan

bermotor,kepala asrama, kepala sekolah,/ pimpinan perusahaan, kepala unitkesehatan

pemerintah atau swastad.Nahkoda kendaraan air dan udaraLaporan kewaspadaan

disampaikan kepada Kepala Lurah atau KepalaDesa dan atau Unit Kesehatn terdekat

selambat-lambatnya 24 jamsejak mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita KLB/

baik dengan cara lisan, maupun tertulis. Kemudian laporan kewaspadaantersebut harus

Page 9: Analisis Misun Skenario d Blok 25

diteruskan kepada laporan kepala Puskesmas setempat.Isi laporan kewaspadaan tersebut

adalah :

• Nama penderita hidup atau telah meninggal

•Golongan umur

•Tempat dan alamat kejadian

•Waktu kejadian

•Jumlah yang sakit dan meninggal

2.Laporan Kejadian Luar Biasa (W1) Dilaporkan Dalam Waktu 1 x 24 jam

Merupakan salah satu laporan kewaspadaan yang dibuat oleh unitkesehatan, segera setelah

mengetahui adanya KLB penyakittertentu/keracunan makanan. Laporan ini digunakan untuk

melaporkanKLB atau wabah, sebagai laporan peringatan dini kepada pihak-pihak yang

menerijma laporan akan adanya KLB penyakit tertentu di suatuwilayah tertentu. Laporan

KLB ini harus memperhatikan asas dini, cepat,dapat dipercaya dan bertanggung jawab yang

dapat dilakukan denganlisan atau tertulisLaporan KLB (W1) ini harus diikuti dengan laporan

Hasil PenyidikanKLB dan Rencana Penanggulangannya.

Unit kesehatan yang membuat laporan KLB (W1) adalah Puskesmas,Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Propoinsi, dengan berpedoman pada format Laporan KLB

(W1).Formulir Laporan KLB (W1) adalah sama untuk Puskesmas, Kab/Kotadan Propinsi,

dengan Kode berbeda. Berisi nama daerah KLB (desa,kecamatan, kabupaten/kota dan nama

puskesmas), jumlah penderita danmenibnggal pada saat laporan, nama penyakit, dan langkah-

langkah yangsedang dilakukan. Satu formulir W1 berlaku untuk 1 jenis penyakit saja.

Page 10: Analisis Misun Skenario d Blok 25

Laporan KLB Puskesmas (W1PU) :

Laporan KLB Puskesmas (W1Pu) dibuat oleh Puskesmas kepada camatdan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota

Laporan KLB Rumah Sakit (KD/RS) :

Laporan adanya penyakit KLB di RS dibuat oleh Rumah sakit dikirim kePuskesmas dan

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Laporan KLB Kabupaten/Kota (W1Ka) :

Laporan KLB Kabupaten/Kota (W1Ka) dibuat oleh dinas KesehatanKabupaten/Kota Kepada

Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Propinsi.

Laporan KLB Propinsi (W1Pr):

Laporan KLB Propinsi (W1Pr) dibuat oleh Dinas Kesehatan Propinsikepada Gubernur dan

Departemen Kesehatan, ub. Direktorat Jenderalyang menangani KLB Penyakit (Dirjen

PPM&PL)

3.Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB dan RencanaPenanggulangan KLB

Page 11: Analisis Misun Skenario d Blok 25

Setelah diterbitkan laporan KLB (W1), maka pelapor segera melakukan penyelidikan

epidemiologi KLB yang dimaksud, dan segera membuatlaporan hasil penyelidakan KLB.

Laporan penyelidikan epidemiologiKLB berguna untuk memberikan pedoman pada berbagai

pihak yangmenerima laporan untuk memberikan kewaspadaan yang tepat, danapabila

diperlukan dapat memberikan dukungan yang efektif dan efisien.Disamping itu, laporan

penyelidikan epidemiologi KLB, dapatdimanfaatkan oleh Bupati, Gubernur dan Departemen

Kesehatan untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang adantya KLB penyakit

darilangkah-langkah yang sedang dan akan dilakukan, sekaligus mendorongsikap tanggap

masyarakat terhadpa kejadian tersebut.Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB dan

Rencana PenangulanganKLB berisi :

a.Kebenaran terjadinya KLB penyakit tertentu.

b.Daerah yang terserang, desa, kecamatan, kabupaten dan puskesmasyang bertanggung jawab

terhadap wilayah kejadian KLB.

c.Penjelasan diagnosis penyebab KLB dan sumber-sumber penularanatau pencemaran yang

sudah dapat diidentifikasi, termasuk bukti- bukti laboratorium.

d.Waktu dimulainya kejadian KLB dan keadaan pada saat penyelidikanepidemiologi KLB

sedang dilakukan.

e.Kelompok penduduk terserang beserta jumlah kesakitan dan kematiankarena KLB (kurva

epidemi, angka serangan dan angka kematiankarena penyakit/CFR).

f.Keadaan yang memperberat keadaan KLB, misalnya status Gizi,musim kemarau, banjir dsb.

g.Upaya penanggulangan yang sedang dan akan dilakukan.

h.Apabila diperlukan adanya jenis dan jumlah bantuan yang dibutuhkan.

i.Tim penyelidikan Epidemiologi KLB.

j.Tanggal penyelidikan Epidemiologi dilaksanakan

Laporan penyelidikan Epidemiologi KLB dan rencana penggulanganKLB diikuti dengan

Laporan berkala Pengembangan KLB dengan isi laporan yang sama tetapi disesuaiakn

dengan keadaan terakhir, ditambah dengan perkembangahn KLB.

4. Laporan Penaggulangan KLB

Page 12: Analisis Misun Skenario d Blok 25

Berbeda dengan Laporan KLB (W1) dan Laporan Penyelidikan dan Rencana

Penanggulangan KLB yang dibuat pada awal kejadian KLB, maka Laporan Penanggulangan

KLB dibuat setelah KLB berakhir.Laporan penanggulangan KLB berguna untuk menjelaskan

dataepidemiologi KLB, sumberdaya yang telah dimanfaatklan dan kemungkinan terjadinya

KLB lanjutan atau KLB dimasa yang akan datang, serta kemungkinan terjadinya penyebaran

ke daerah lain. Isi laporan Penanggulangan KLB hampir sama dengan laporan penyelidikan

epidemiologi dan rencana pemnanggulangan KLB, sebagai berikut :

a.Kebenaran terrjadinya KLB penyakit tertentu

b.Daerah yang terserang, desa, kecamatan, kabupaten, dan puskesmas yang bertanggung

jawab terhadap wilayah kejadian KLB

c.Penjelasan diagnosis penyebab KLB dan sumber-sumber penularan atau pencemaran yang

sudah dapat diidentifikasi, termasuk bukti- bukti laboratorium.

d.Waktu dimulainya KLB dan berakhirnya KLB (periode serangan KLB)

e.Kelompok penduduk yang terserang beserta jumlah kesakitan dan kematian karena KLB

(kurva epidemi, angka serangan dan angkakematian karena penyakit/CFR)

f.Keadaan yang memperberat keadaan KLB, misal, status gizi, musim kemarau, banjir dsb.

g.Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.

h.Upaya pencegahan dan kesiapsiagaan terhadap KLB dimasa yang akan datang.

i.Tim Penanggulangan KLB

j.Tanggal Laporan dibuat

Laporan ini merupakan sumber data epidemiologi yang sangat penting untuk merumuskan

kebijakan dan rencana kerja program penanggulangan KLB dimasa akan datang.

5.Laporan Mingguan Wabah (W2)

Laporan Mingguan Wabah (W2) merupakan bagian dari sistem Kewaspadaan Dini KLB

yang dilaksanakan oleh unit kesehatan terdepan (Puskesmas).Sumber data laporan mingguan

Wabah (W2) adalah data rawat jalan dan rawat inap dari puskesmas, puskesmas pembantu,

puskesmas keliling, posyandu, m,asyarakat dan Rumah Sakit pemerintah maupun

Page 13: Analisis Misun Skenario d Blok 25

Swasta.Setiap daerah Kabupaten/Kota atau Propinsi memiliki beberapa penyakit potensial

KLB yang perlu diwaspadai dan deteksi dini. Sikap waspada terhadap penyakit potensial

KLB ini juga diikuti dengan sikap tim profesional, logistik dan tatacara penanggulangannya,

termasuk saranaadministrasi, komunikasi dan transportasi.Secara nasional penyakit yang

wajib diwaspadai adalah diare dan polio/AFP ditambah dengan penyakit potensial KLB

spesifik lokal missal DBD, Malaria dan lain-lain, baik Propinsi maupun

Kabupaten/Kota.Penyakit ini yang dimnasukkan dalam Laporan Minfgguan Wabah (W2)ini,

Puskesmasdan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat kurva Mingguan Wabah untuk

setiap jenis penyakit potensial KLB, sebagai alat deteksi respon dini KLB.