laporan skenario a blok 25 kelompok b 2
DESCRIPTION
laporan tutorialTRANSCRIPT
I. SKENARIO A
Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yaitu di desa
Mrjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata
pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi
sawah dah karet alam.
Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan
kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak
– anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang tidak. Rumah-
rumah yang ada memiliki jendela dapur umumnya berukuran kecil dan tidak memberikan
ventilasi yang cukup. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai
Ogan; juga air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa.
Sebagian besar keluarga yand ada memiliki sumur sendiri, yaitu sumur gali, namun
sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau. Sumber energi yang digunakan penduduk
untuk lampu/penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih
memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah dan sebagian lagi
menggunakan briket arang (batubara). Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk
kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada
sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.
Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali, namun pada
bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang dapat bertahan
sampai berminggu – minggu. Sejak masuknya minimarket seperti Indo atau Alfa Maret dll,
kebutuhan hari-hari masyarakat dapat tersedia dengan cepat tidak harus menunggu hari
‘kalangan’ (hari pasar tradisional). Di minimarket itu juga tersedia berbagai jenis minuman
beralkohol.
Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskesmas ada di kota
kecamatan sekitar 15 km kearah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa adalah
‘Mantri’ dan bidan desa. Tapi, jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak
dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai ‘garis pertama’ yang melayani orang
sakit. Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing – masing rumah tangga, tidak
ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitar desa banyak rawa,
1
maka ini menjadi tempat ‘ideal’ untuk buang sampah. Laporan tahunan dari Puskesmas
memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di desa ini adalah:
- ISPA
- Gastrointestinal dan diare
- Kulit
- Malaria
- Cidera karena kecelakaan lalu lintas
- DHF
- Tuberkulosis
- Asthma
- Gigi dan mulut
- Hipertensi
Dalam kurun waktu tahun 2010 – 2011, desa ini dua kali mengalami keracunan
makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang. Dari pihak
kabupaten, pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang bersumber dari air sumur
penduduk dan hasilnya diberikan pada Lampiran. Dari pihak provinsi juga pernah melakukan
pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran.
Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009
yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi itu
akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi di dapur tidak
baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus
(PM10) dan Karbon Monoksida yang tinggi. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa
ini “kebanjiran” motor yang menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut
penuturan Kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya
minuman keras dan narkoba.
2
Lampiran
1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum
Parameter Hasil Uji
E. Coli 2000/100 cc
Total Coliform 1000/100 cc
Arsen 0,05 mg/L
Fluorida 1,4 mg/L
Total Kromium 0,03 mg/L
Kadmium 0,001 mg/L
Nitrit 2 mg/L
Nitrat 25 mg/L
Sianida 0,07 mg/L
Selenium 0,01 mg/L
2. Kualitas Udara
Parameter: Hasil:
Env Tobacco Smoke 10 micrgram/M3/24jam
VOC 2 ppm / 8 jam
SO2 0,2 ppm / 24 jam
CO 11,00 ppm / 8 jam
PM 10 100 micrgram / 24 jam
3
II. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Populasi : sekumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada
waktu tertentu.
2. Ventilasi : sirkulasi, penggantian, atau pemurnian udara atau gas lainnya dalam suatu
ruangan
3. Ekonomi : ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-
barang, serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan).
4. Kebutuhan domestic : kebutuhan air yang dibutuhkan pada tempat-tempat hunian
pribadi untuk kebutuhan sehari-hari
5. Semen : suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolis, dimana jika dicampur
dengan air dengan jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi satu
kesatuan masa yang dapat mamdat dan mengeras.
6. Air rawa : genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus tanpa musiman
akibat drainase yang terhambat serta mempunyai cirri-ciri khusus secara fisika,
kimiawi dan biologis.
7. Sumur gali : sumur yang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersihnya
8. Batu bara : batuan organic yang terdiri dari bermacam-macam pseudomineral.
9. Briket arang : bahan bakar padat yang dapat menjadi bahan bakar alternative atau
bahan bakar minyak lainnya yang dibuat dari bahan berupa serbuk atau potongan
kayu kecil yang dipadatkan yang biasanya dicampur dengan bahan perekat menjadi
bentuk yang solid.
10. Kabut asap : merupakan polusi udara dimana adanya campuran antara asap dan kabut.
Asap adalah suspense partikel kecil di udara atau aerosol yang berasal dari
pembakaran tak sempurna dari suatu bahan bakar. Kabut adalah uap air yang berada
dekat permukaan tanah, berkondensasi dan menjadi mirip awan.
11. Mantri : nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas (keahlian)
khusus, juru.
12. Pustu : puskesmas pembantu, unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi
menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan puskesmas dalam ruang lingkup wilayang yang
lebih kecil, serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan
kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia
13. Puskes : suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
4
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
14. Sampah : suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia
atau benda-benda padat yang sudah tidak dipakai lagi dalam suatu kegiatan manusia
dan dibuang.
15. ISPA : infeksi yang terjadi pada saluran pernapasan bagian atas yang meliputi mulut,
hidung, tenggorokan, laring, dan trakea.
16. Malaria : penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk malaria, anopheles.
17. DHF : dengue hemoragic fever, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang menular melalui vector nyamuk.
18. Tuberculosis : setiap penyakit menular pada manusia dan hewan lain yang disebabkan
oleh mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis berkiju
pada jaringan setiap organ.
19. Debu halus (PM10) : debu dengan partikel dengan diameter 10 mikrometer atau
kurang, yang mampu mencapai daerah yang dalam pada saluran pernapasan
20. Kualitas udara ruangan : kualitas udara yang berada di dalam dan sekitar bangunan
dan gedung khususnya yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni
ruangan.
5
III. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatra, di Ogan Ilir, desa Mrjt.
Komunitas terdiri atas sekitar 500 KK, dan populasi sekitar 2000 orang. Mata
pencaharian utama di desa ini adalah pertanian (padi, sawah, dan karet alam, dan
pertukangan).
2. Rumah penduduk, ada yang dari kayu, semen, dan lantainya dari tanah. Kebanyakan
penduduk tidak memakai alas kaki. Jendela dapur kecil dan tidak cukup ventilasi.
Sumber air utama adalah dari sungai ogan, air rawa dari sawah disekitar desa.
3. Sebagian besar keluarga memiliki sumur gali, tapi kering saat kemarau. Untuk masak-
memasak, sebagian besar menggunakan kayu bakar, sebagian kecil mengunakan
kompor minyak tanah, dan briket arang (batubara)
4. Bulan September-Desember seringkali ada serangan kabut asap yang bertahan sampai
berminggu-minggu. Di minimarket, tersedia jenis minuman beralkohol.
5. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh pustu, sedangkan puskes ada di kota kecamatan
sekitar 15 km kearah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri
dan bidan desa. Dukun sebagai ‘garis pertama’ dalam melayani orang sakit. Jumlah
kelahiran sebagian besar ditolong oleh dukun. Pengolahan sampah dilakukan oleh
masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi khusus yang bertugas. Rawa
menjadi tempat buang sampah yang ideal bagi masyarakat. Laporan tahunan dari
puskesmas, memperlihatkan 10 penyakit yang terdeteksi didesa ini :
ISPA
Gastro intestinal dan diare
Kulit
Malaria
Cidera kecelakaan lalu lintas
DHF
Tuberculosis
Asthma
Gigi dan mulut
Hipertensi
6. Dalam kurun waktu 1 tahun, desa ini mengalami kasus keracunan sebanyak 2 kali
yang melibatkan banyak orang. setelah dilakukan pemeriksaan air minum dan kualitas
udara ruangan, yang bersumber dari air sumur, didapatkan hasil pada lampiran.
Akibat penggunaan bahan bakan kayu dan briket arang, serta ventilasi yang tidak
6
baik, maka kualitas udara did lam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu
halus (PM10) dan karbon monoksida yang tinggi. Peningkatan penggunaan kendaraan
bermotor, menyebabkan tingginya angka kecelakaan. Selain itu desa ini juga mulai
mengalami budaya minuman keras dan narkoba.
7
IV. ANALISIS MASALAH
1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatra, di Ogan Ilir, desa Mrjt.
Komunitas terdiri atas sekitar 500 KK, dan populasi sekitar 2000 orang. Mata
pencaharian utama di desa ini adalah pertanian (padi, sawah, dan karet alam, dan
pertukangan).
a. Resiko
Risiko yang terdapat pada kondisi di atas yaitu:
Terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatra : polusi udara yang
ditimbulkan dari asap knalpot dan debu kendaraan yang
melintas
Mata pencaharian utama pertanian : Risiko kesehatan saat
bekerja dapat terjadi karena mayoritas mata pencaharian
penduduk adalah pertanian dan pertukangan yang sering
berkontak dengan tanah dan debu
b. Akibat
- Lokasi desa di tepi Jalan Raya Lintas Timur Sumatera
meningkatkan resiko penyakit saluran pernafasan seperti ISPA
karena polusi udara yang ditimbulkan dari asap knalpot dan
debu kendaraan yang melintas.
- Jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan
layanan kesehatan juga semakin meningkat.
- Risiko kesehatan saat bekerja seperti keracunan bahan-bahan
agrokimia seperti pestisida, sakit pinggang (karena alat cangkul
yang tidak ergonomis), gangguan pernafasan (karena sering
terpapar debu), gangguan kulit akibat sinar UV, terinfeksi
bakteri,virus,maupun parasit dapat terjadi karena mayoritas
mata pencaharian penduduk adalah pertanian dan pertukangan
yang sering berkontak dengan tanah dan debu.
8
c. Nasihat spesifik
Kualitas air dan ketersediaan air bersih
- Pengolahan limbah pertanian yang benar.
- Perbersihan air sungai dan rawa.
- Tidak menggunakan arsen untuk pertanian.
Kualitas Udara
- Memberikan penyuluhan mengenai ventilasi rumah yang baik agar
dapat menambah sirkulasi udara di rumah terutama dapur masak,
sehingga walaupun memasak menggunakan kayu, asapnya tidak
terpusat didalam ruangan.
- Warga disarankan menggunakan masker atau penutup hidung
untuk menghindari asap kabut dan partikel debu akibat tempat
tinggal yang berada dipinggir jalan lintas.
- Kurangi emisi gas dari kendaraan bermotor. Hal ini dapat berupa
pengadaan transportasi umum.
- Di lakukan penanaman pohon (penghijauan) di desa
d. Rekomendasi langkah puskesmas
Penyuluhan rumah sehat dan pola perilaku hidup bersih, dan sehat
(PHBS) secara berkala.
e. Nasihat Dinkes dan Pemda
Dinkes:
Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab
Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa
yang terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim yang
9
terdiri dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll untuk
mendata kondisi kesehatan,
Melalui Puskesmas sebagai UPTD Dinas Kesehatan melakukan
pelatihan manajemen promotif dan preventif kepada masyarakat
terkait penyakit infeksi yang berisiko tinggi dapat menular melalui
media tanah.
Pemda:
Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi
sebaiknya memprogramkan perumahan layak huni atau minimal
rumah percontohan yang dapat terjangkau masyarakat/rumah
murah yang berkualitas.
f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas
kesehatan
Rekomendasi pelatihan untuk menanggulangi permasalahan
kesehatan akibat kondisi penduduk Desa Mrjt secara umum adalah
sebagai berikut:
Pelatihan kepada staff dan tenaga kesehatan di Puskesmas
mengenai tindakan primer ketika terjadi kecelakaan kerja
secara berkala,
Pelatihan identifikasi infeksi kecacingan, secara berkala setiap
6 bulan,
Penyuluhan kesehatan program keluarga berencana secara
berkala.
Penyuluhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi petani
dan tukang.
2. Rumah penduduk, ada yang dari kayu, semen, dan lantainya dari tanah.
Kebanyakan penduduk tidak memakai alas kaki. Jendela dapur kecil dan tidak
cukup ventilasi. Sumber air utama adalah dari sungai ogan, air rawa dari sawah
disekitar desa.
a. Resiko
10
Kebiasaan berjalan tanpa alas kaki meningkatkan risiko kecacingan
dan trauma atau cidera.
Rumah di desa Mjt ada yang terbuat dari kayu ada yang dari semen
menunjukkan bahwa sebetulnya masih ada kondisi rumah yang
belum sesuai dengan kriteria rumah sehat dan layak huni.
b. Akibat
Rumah penduduk, ada yang dari kayu, semen, dan lantainya
dari tanah : Rumah yang berlantai tanah meningkatkan
kelembapan udara di dalam rumah sehingga memudahkan
tumbuhnya berbagai mikroorganisme yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit.
Kebanyakan penduduk tidak memakai alas kaki : dapat
meningkatkan risiko terinfeksi mikroorganisme dan parasit dari
tanah, buruknya hygiene kaki, risiko trauma dan cidera
Jendela dapur kecil dan tidak cukup ventilasi : buruknya
sirkulasi udara
Sumber air utama adalah dari sungai ogan, air rawa dari sawah
disekitar desa : kualitas air sanitasi dan air minum tidak
terkontrol dengan baik (bila tidak dilakukan pemantauan
berkala)
c. Nasihat spesifik
Memberikan edukasi dalam menetapkan prioritas dalam
membelanjakan pendapatan sebaiknya untuk kebutuhan primer
(sandang, pangan, papan) terlebih dahulu, seperti memperbaiki
kondisi rumah, lantai dan ventilasi (papan).
11
Menganjurkan pemakaian alas kaki, hindari kontak langsung
dengan tanah, terutama saat bekerja.
Menjelaskan kepada masyarakat risiko kesehatan yang dapat
ditimbulkan jika beraktivitas tanpa menggunakan alas kaki,
misalnya meningkatkan risiko kecacingan.
Menganjurkan ventilasi yang cukup untuk rumah terutama
dapur dan menjelaskan risiko kesehatan yang dapat terjadi jika
ventilasi tidak cukup.
Menganjurkan sumber air utama adalah air sumur, kurangi
konsumsi air sungai dan air rawa.
Sebaiknya mengedukasi kepada Tokoh masyarakat yang
biasanya menjadi contoh warga untuk hidup dan berperilaku
sehat.
d. Rekomendasi langkah puskesmas
Untuk sementara permaslahan yang di dapat dari desa MRJT
1) Pencemaran udara
2) Pencemaran air
3) Prilaku masyarakat
Puskesmas merencanakan penyuluhan tentang kesehatan
lingkungan dampak buruk dari pencemaran udara dan air yang
terjadi
a) Puskesmas mengenalkan tentang bahaya nya pencemaran udara
dan air bagi lingkungan dan kesehatan
b) Puskemas memberikan informasi penyebab terjadinya
pencemaran udara dan air
c) Puskesmas memberikan informasi tentang penyakit yang terkai,
beserta gejala nya.
12
d) Pendekatan terhadapa masyarakat.
e) Pembagian masker
Puskesmas merencanakan edukasi tentang prilaku hidup sehat
untuk lingkungan mau pun diri sendiri
a) Puskesmas memberitahu dan meningkat kan kesadaran
masyarakat akan pentingnya dalam menggunakan alas kaki
untuk terhindar dari salah satu vektor (cancing)
b) Puskesmas merubah prilaku masyarakat yang mengunakan air
dari rawa (terkontaminasi)
c) Puskesmas merubah kebiasaan masyarakat unutuk membuang
samapah pada rawa yang dapat menjadi salah satu tempat
berkembang biaknya jentik nyamuk, serta pencemaran air.
d) Peskesmas memberikan alternatife penggunaan gas LPG
kepada masyarakat karena gas LPG lebih baik dari pada
penggunaan batu bara dan kayu bakar.
e) Puskesmas mengajrkan cara mengelolah sampah (di kenalkan
juga jenis-jenis sampah)
f) Mengajak keerja sama dukun beranak dalam persalinan ibu
Kegiatan bersama (gotong royong)
a) Menanam pohoh upaya sebagai penghijauan mengurangi
polusi udara
b) Pembersihan lingkungan secara kerja bakti
c) Pembuatan sumur yang lebih baik (sumur dalam)
d) Pembersihan rawa
e. Nasihat Dinkes dan Pemda
Dinkes:
- Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab
Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa
yang terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim
13
yang terdiri dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll
untuk mendata kondisi kesehatan,
- Melalui Puskesmas sebagai UPTD Dinas Kesehatan melakukan
pelatihan manajemen promotif dan preventif kepada
masyarakat terkait penyakit infeksi yang berisiko tinggi dapat
menular melalui media tanah.
Pemda:
- Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi
sebaiknya memprogramkan perumahan layak huni atau
minimal rumah percontohan yang dapat terjangkau
masyarakat/rumah murah yang berkualitas.
f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas
kesehatan
Rumah penduduk, ada yang dari kayu, semen, dan lantainya
dari tanah : penyuluhan dan kerjasama lintas sektor untuk
perbaikan kondisi perumahan penduduk
Kebanyakan penduduk tidak memakai alas kaki : penyuluhan
penggunaan alas kaki untuk kesehatan
Jendela dapur kecil dan tidak cukup ventilasi : penyuluhan dan
kerjasama lintas sektor memperbaiki kondisi ventilasi rumah
penduduk
14
3. Sebagian besar keluarga memiliki sumur gali, tapi kering saat kemarau. Untuk
masak-memasak, sebagian besar menggunakan kayu bakar, sebagian kecil
mengunakan kompor minyak tanah, dan briket arang (batubara)
a. Resiko
Ketergantungan masyarakat terhadap sumur gali yang kering pada
saat kemarau dapat menimbulkan resiko kekurangan air untuk
sanitasi maupun konsumsi pada musim tersebut. Memasak
menggunakan kayu bakar dan briket arang beresiko untuk
menimbulkan kondisi udara yang tidak baik dalam ruangan shingga
bisa menyebabkan gangguan pernapasan tertentu, Kompor minyak
tanah tergolong cukup baik untuk digunakan, apabila memang
benar-benar mengerti penggunaannya. Apabila kompor minyak
tanah digunakan secara sembarangan dapat menimbulan resiko
seperti kebakaran.
b. Akibat
Sebagian besar keluarga memiliki sumur gali, tapi kering saat
kemarau.
Kesulitan sumber air bersih yang cukup.
Meningkatkan resiko terjadi infeksi bakteri seperti E.Coli,dan lain-
lain terutama saat musim kemarau.
Untuk masak-memasak, sebagian besar menggunakan kayu bakar.
Buruknya kualitas udara terutama udara dalam ruangan.
Risiko untuk terkena infeksi saluran nafas akut (ISPA), penyakit
paru obstruksi kronis/PPOK, dan bronkitis kronik tiga kali lebih
besar pada orang yang terpajan asap pembakaran bahan bakar
arang/briket arang dan kayu bakar
c. Nasihat spesifik
15
Masyarakat di anjurkan menggunakan kompor gas yang sudah
banyak digunakan dan kalau memang gas susah di dapat usahakan
memasak kayu bakar diluar rumah agar partikel asap tidak
terhirup dan mengganggu kesehatan
d. Rekomendasi langkah puskesmas
Upaya promosi kesehatan:
Pembentukan kader sanitarian berkoordinasi dengan Puskesmas
pembantu. Mengadakan penyuluhan mengenai air bersih, bagaimana
kriteria sumber air bersih, bagaimana cara memilih sumber air yang
tepat. Masyarakat diberi larangan membuang hajat dan sampah pada
sumber air desa.
Upaya kesehatan lingkungan
Mengupayakan pengukuran kualitas sumber air baku secara
berkala minimal 2 kali dalam 1 tahun. Untuk sumber air minum,
pengukuran sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali untuk parameter
mikrobiologi dan parameter fisik serta 6 bulan sekali untuk parameter
kimia wajib dan kimia tambahan. Hasil pengukuran dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota setiap bulan dan kemudian
dilaporkan oleh Dinkes Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan
Provinsi setiap 6 bulan
Udara
- Memberikan penyuluhan mengenai bahaya polusi udara dalam
ruangan.
- Identifikasi atau skrining kasus tuberkulosis paru baru dan penyakit
ISPA.
- Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan
inspeksi ke Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt
untuk mendata dan mengevaluasi bagaimana upaya manajemen
kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas pembantu tersebut.
16
e. Nasihat Dinkes dan Pemda
Dinkes:
- Persiapan tenaga dan fasilitas kesehatan dalam manajemen pasien
gangguan saluran pernafasan seperti ISPA,PPOK,bronkitis kronis,
dan lain-lain terutama pada musim kemarau dan serangan asap
kabut.
Pemda
- Mengajukan permohonan bantuan kepada Pemda untuk membantu
program konversi di desa Mrjt ini dengan memberikan bantuan
stimulan kepada warga berupa kompor gas dan regulator LPG.
Pemda juga harus dapat menjamin pasokan LPG bersubsidi ke
daerah tersebut sehingga harga LPG terkontrol dan mampu
dijangkau masyarakat.
f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas
kesehatan
Sebagian besar keluarga memiliki sumur gali, tapi kering saat
kemarau : Membuat sarana air bersih bekerjasama denngan PDAM
atau penampungan air bersih komunal selama tidak musim
kemarau untuk antisipasi kekeringan musim kemarau.
Untuk masak-memasak, sebagian besar menggunakan kayu bakar :
Penyuluhan penggunaan LPG dibantu dengan fasilitas untuk
penyaluran LPG.
4. Bulan September-Desember seringkali ada serangan kabut asap yang bertahan
sampai berminggu-minggu. Di minimarket, tersedia jenis minuman beralkohol.
a. Resiko
17
Berdasarkan data periksa udara yang diberikan, didapatkan bahwa desa
Mrjt mengalami kelebihan pada kadar SO2, CO, NOx, TSP, dan Pb.
Dimana kelebihan pada kadar tersebut dapat menyebabkan unsur
tersebut terhirup ke system respirasi dan menimbulkan resiko
gangguan sebagai berikut:
- SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan fungsi
paru, menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada saluran
pernapasan menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu asma dan
bronkhitis kronis serta tekanan darah rendah, nadi cepat, dan sakit
kepala.
- CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan
transportasi O2 ke jaringan dan mengakibatkan anoksia jaringan,
gangguan sistem syaraf pusat (kehilangan sensitifitas ujung jari,
penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk terutama pada
balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dan gangguan
kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat keracunan gas CO,
antara lain pusing, mual, gelisah, sesak napas, sakit dada, bingung,
pucat, tidak sadar, kegagalan pernapasan dan kematian.
- NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti
lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia, edema paru,
sianosis, dan methemoglobinemia.
- TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem pernapsan,
iritasi mata, alergi, bronkhitis kronis.
- Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah, dan
ginjal. Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
konvulsi/kejang, koma, bahkan kematian. Pajanan pada anak-anak
atau janindapat lebih parah karena menyebabkan pertumbuhan
terhambat, penurunan kecerdasan, mengurangi konsentrasi, dan
gangguan perilaku
b. Akibat
18
Kabut Asap
- Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan
tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan
mungkin juga infeksi.
- Kabut asap dapat memperburuk penyakit asma dan penyakit paru
kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dan sebagainya.
- Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan
seseorang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.
- Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun
yang mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan
tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan
kesehatan.
- Kemampuan dalam mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan
menjadi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi
infeksi.
- Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.
- Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber
polutan di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.
- Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi,
terutama karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola
bakteri/virus penyebab penyakit (agent) serta buruknya
lingkungan (environment).
Minuman beralkohol
- Gangguan Mental Organik (GMO) : perubahan perilaku, seperti
bertindak kasar, gampang marah sehingga memiliki masalah
dalam lingkungan sekitar
- Merusak Daya Ingat : Kecanduan minuman keras dapat nghambat
perkembangan memori dan sel-sel otak.
- Oedema Otak : Pembengkakan dan terbendunganya darah di
jaringan otak. Sehingga mengakibatkan gangguan koordinasi
dalam otak secara normal.
19
- Sirosis Hati : Peradangan sel hati secara luas dan kematian sel
dalam hati akibat terlalu banyak minum minuman keras.
- Gangguan Jantung : Terlalu banyak minum minuman keras dapat
membuat kerja jantung tidak berfungsi dengan baik.
- Gastrinitis : Radang atau luka pada lambung. Ini biasanya
diakibatkan gara2 muntah akibat mninuman keras, karena lambung
harus memompa secara paksa keluar zat-zat adiktif yang beracun
dalam tubuh.
- Paranoid : Perilaku menjadi lebih kasar terhadap orang di
sekelilingnya.
- Keracunan/Mabuk : Terlalu banyak minum minuman keras dapat
menghilangkan kesadaran
c. Nasihat spesifik
Bulan September-Desember seringkali ada serangan kabut asap
yang bertahan sampai berminggu-minggu
Pencegahan terjadinya ISPA dan masalah kesehatan lainnya
dengan penggunaan masker dan didukung pola gaya hidup
sehat untuk menurunkan kerentanan ketahanan tubuh.
Di minimarket, tersedia jenis minuman beralkohol
Sebaiknya mengedukasi kepada Tokoh masyarakat yang
biasanya menjadi contoh warga untuk hidup dan berperilaku
sehat.
d. Rekomendasi langkah puskesmas
Penyuluhan dan pelatihan khusus yang direkomendasikan
adalah pelatihan pemasangan pemeriksaan dan penggunaan
kompor gas LPG (Pemda)
e. Nasihat Dinkes dan Pemda
20
Bulan September-Desember seringkali ada serangan kabut asap
yang bertahan sampai berminggu-minggu
Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab
Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa
yang terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim
yang terdiri dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll
untuk mendata kondisi kesehatan. Melalui Puskesmas sebagai
UPTD Dinas Kesehatan melakukan manajemen promotif dan
preventif kesehatan seperti penggunaan masker selama
terjadinya kabut asap
Di minimarket, tersedia jenis minuman beralkohol
Membuat regulasi mengenai peredaran minuman beralkohol.
Namun hal ini lebih ditujukan kepada kepala desa terhadap
warga-warganya dengan keseimbangan dan koordinasi lintas
sektor (pemerintah, swasta, dll).
f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas
kesehatan
Pelatihan klinik sanitasi agar petugas tahu dan mampu melaksanakan
kegiatan klinik sanitasi, mampu menggali dan menemukan masalah
lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit berbasis
lingkungan, mampu memberikan saran tindak lanjut perbaikan
lingkungan dan perilaku yang tepat sesuai dengan masalah
Para pemuka masyarakat diberikan penyuluhan tentang promosi
kesehatan agar mereka dapat:
- Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.
- Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan
menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS.
- Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna
mempercepat terbentuknya PHBS.
21
Pemuka/tokoh diundang untuk menyampaikan pesan-pesan. Para
pemuka/ tokoh berperan sebagai motivator/kelompok pendorong
(pressure group) dan juga panutan dalam mempraktikkan PHBS di
Puskesmas.
Pemanfaatan media seperti billboard di halaman,poster di dinding
ruangan, pertunjukan filem,pemuatan makalah/berita di majalah
dinding, serta penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-
ulama atau figur publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk
taman obat/taman gizi dan lain-lain.
Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri dengan dibentuknya Forum
Desa, yaitu sebuah lembaga kemasyarakatan di mana para pemuka
masyarakat desa/kelurahan berkumpul secara rutin untuk membahas
perkembangan dan pengembangan kesehatan masyarakat
desa/kelurahan.
Pelatihan penyuluhan mengenai kesehatan yang ada di desa Mjt
Pelatihan pola hidup sehat
Pelatihan untuk berperan aktif dalam pengontrolan taraf kebersihan
makanan, udara, air, dan limbah di desa Mjt
5. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh pustu, sedangkan puskes ada di kota
kecamatan sekitar 15 km kearah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa
adalah Mantri dan bidan desa. Dukun sebagai ‘garis pertama’ dalam melayani
orang sakit. Jumlah kelahiran sebagian besar ditolong oleh dukun. Pengolahan
sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi khusus
yang bertugas. Rawa menjadi tempat buang sampah yang ideal bagi masyarakat.
Laporan tahunan dari puskesmas, memperlihatkan 10 penyakit yang terdeteksi
didesa ini :
ISPA
Gastro intestinal dan diare
Kulit
Malaria
Cidera kecelakaan lalu lintas
DHF
22
Tuberculosis
Asthma
Gigi dan mulut
Hipertensi
a. Resiko (hubungan antara kejadian penyakit dengan kondisi desa)
Risiko yang terdapat pada kondisi desa dan hubungannya dengan
masing-masing penyakit:
ISPA : ventilasi yang tidak baik, penggunaan kayu bakar untuk
memasak
Gastro intestinal dan diare : kualitas air minum yang buruk, dan
vektor lalat
Kulit : kualitas air sanitasi yang buruk dan udara
Malaria : desa yang terletak di sekitar sawah membuat banyak
lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya vektor
nyamuk anopheles
Cidera kecelakaan lalu lintas : penggunaan kendara bermotor
DHF : pembuangan sampah di rawa membuat banyak air
tergenang dalam jangka waktu lama dan memberi lingkungan
yang mendukung untuk berkembangnya vektor nyamuk aedes
Tuberculosis : kualitas udara buruk
Asthma: ventilasi yang tidak baik, penggunaan kayu bakar untuk
memasak, membuat
Gigi dan mulut : sanitasi makanan buruk, air sanitasi buruk,
tenaga kesehatan yaitu perawat gigi dan dokter gigi minim
Hipertensi : perilaku tidak sehat seperti mengonsumsi alkohol
b. Akibat
Akses pelayanan kesehatan
- Akses pelayanan kesehatan yang sulit dicapai menghalangi
masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan.
23
Tenaga kesehatan kurang
- Tenaga kesehatan yang kurang atau tidak berkompeten berisiko
malpraktik dan dapat terjadi pengobatan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
- Tenaga kesehatan yang kurang dapat mengakibatkan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas menjadi terhambat dan
pelayanan kesehatan masyarakat menjadi tidak maksimal.
- Upaya kesehatan seperti promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang dilakukan Puskesmas juga menjadi tidak
maksimal dikarenakan tenaga kesehatan yang sedikit.
Pengelolaan sampah
- Sampah yang dapat menampung air hujan dapat menjadi sarang
nyamuk Anopheles dan Aedes aegypti sehingga meningkatkan
risiko penularan penyakit malaria dan DHF.
- Sampah yang dibuang ke rawa dapat mencemari air rawa yang
menjadi salah satu sumber air Desa Mjt sehingga meningkatkan
risiko penyakit kulit dan keracunan.
c. Nasihat spesifik
Masalah Sampah dan Limbah
- Disarankan bagi warga Mjt. untuk memisahkan sampah organik
dan non organik agar dapat diolah kembali dan juga agar
memisahkan sampah basah dan sampah kering. Untuk sampah
yang kering dapat dibakar dan sampah organik dapat dibuat
menjadi pupuk kompos. Disarankan untuk kepala desa agar
membuat program pengolahan sampah yang baik dan benar, seperti
membuat galian tanah yang dalam untuk tempat pembuangan akhir
atau dapat membuat dipo (rumah sampah) di desa meranjat dan
bekerja sama dengan kecamatan setempat/ dinas kebersihan kota
24
untuk mengadakan truk pengangkut sampah agar dapat
mengangkut sampah dari dipo ke TPA.
Pelayanan kesehatan
- Kurangnya tenaga kesehatan : meningkatkan jumlah tenaga
kesehatan. Penyuluhan tentang peran para tenaga medis dalam
kesehatan..
- Koordinasi dengan pemerintah setempat agar diperbaiki
infrastruktur jalur ke puskes dan pengadaan sarana transportasi
umum yang mudah dan layak sehingga warga mau datang ke
puskes
- Puskes bekerja sama dengan dukun. Membuat dukun menjadi
kader kesehatan
d. Rekomendasi langkah puskesmas
Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk megatasi
permasalahan jumlah tenaga kesehatan di Desa Mjt.
Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang telah ada.
Memberikan usulan kepada pemerintah setempat melalui Dinas
Kesehatan untuk menambah jumlah tenaga kerja Puskesmas.
Memberikan penyuluhan dan edukasi masyarakat mengenai praktik
tenaga kesehatan dan perizinannya.
Melakukan usaha promotif dan preventif kesehatan.
Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan
inspeksi ke Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk
mendata dan mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan
yang dilakukan oleh Puskesmas pembantu tersebut.
e. Nasihat Dinkes dan Pemda
Akses pelayanan kesehatan
25
- Mempermudah akses pelayanan kesehatan di masyarakat dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan misalnya dengan menambah
jumlah puskesmas, menambah jumlah tenaga kerja dan fasilitas di
puskesmas.
Tenaga kerja
- Pimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan
pengadaan SDM (rekruitmen dan seleksi), pendayagunaan SDM
(merencanakan distribusinya, kelanjutan kariernya, serta
kesejahteraannya), Pembinaan dan pengawasan SDM. Bagi SDM yang
diketahui kurang kompeten, dilakukan pelatihan baik kemampuan
manajerial maupun keterampilannya. Pengawasan dilakukan bersama-
sama / melibatkan sektor lain termasuk Organisasi Profesi dan swasta.
- Untuk memperbaiki kualitas perencanaan di daerah, pimpinan di
daerah perlu meningkatkan kemampuan perencanaan SDM kesehatan
di daerah, seperti dalam menetapkan sasaran harus jelas dan terukur
sehingga dapat dilaksanakan.
- Melakukan upaya pembinaan perencanaan dengan pelatihan maupun
bantuan teknis.
- Melakukan pengembangkan perencanaan termasuk metodenya.
- Mengalokasikan sumber daya pendukung seperti alokasi dana dan
sarana yang memadai.
Pengelolaan sampah
- Dinkes: penyediaan tenaga sanitarian yang dapat memberi pelatihan
atau penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.
- Pemda: menyediakan tempat pembuangan sampah dengan ketentuan
minimal sebagai berikut.
a) Dibangun di jenis tanah kedap air, di daerah yang tidak
produktif untuk pertanian, dan bebas banjir
b) Dapat dipakai minimal 5-10 tahun,
c) Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air,
26
d) Jarak tempat pembuangan akhir sampah dari daerah pusat
pelayanan 10 km.
f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas kesehatan
Rekomendasi pelatihan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan
akibat kondisi penduduk Desa Mjt secara umum adalah sebagai berikut:
Pelatihan kepada staff dan tenaga kesehatan di Puskesmas
mengenai tindakan primer ketika terjadi kecelakaan kerja secara
berkala,
Pelatihan identifikasi infeksi kecacingan, secara berkala setiap 6
bulan,
Penyuluhan rumah sehat dan pola perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) secara berkala.
6. Dalam kurun waktu 1 tahun, desa ini mengalami kasus keracunan sebanyak 2 kali
yang melibatkan banyak orang. setelah dilakukan pemeriksaan air minum dan
kualitas udara ruangan, yang bersumber dari air sumur, didapatkan hasil pada
lampiran. Akibat penggunaan bahan bakan kayu dan briket arang, serta ventilasi
yang tidak baik, maka kualitas udara did lam rumah tidak cukup baik, khususnya
kadar debu halus (PM10) dan karbon monoksida yang tinggi. Peningkatan
penggunaan kendaraan bermotor, menyebabkan tingginya angka kecelakaan.
Selain itu desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.
a. Resiko
Risiko yang terdapat pada kondisi di atas yaitu:
Kualitas air minum yang tidak memenuhi standar air minum
yang baik
Kualitas udara ruangan yang tidak memenuhi standar kualitas
udara ruangan yang baik
Ventilasi yang tidak baik
Penggunaan bahan bakan kayu dan briket arang yang berpolusi
27
Kadar debu halus (PM10) dan karbon monoksida yang tinggi
Tingginya angka kecelakaan akibat penggunaan kendaraan
bermotor
Budaya minuman keras dan narkoba
b. Akibat
Keracunan makanan
Sumber air yang tercemar E. coli karena air yang digunakan
kemungkinan merupakan resapan aliran sungai yang juga dipakai
sebagai kebutuhan MCK, pembuangan sampah ke rawa yang juga
merupakan sumber air minum ketika musim kemarau. Rawa yang
menjadi tempat pembuangan sampah dapat menjadi tempat
berkembang biak vektor patogen penyakit seperti lalat yang
menyebarkan penyakit ke makanan warga. Pada acara pesta
pernikahan di Desa Mrjt kemungkinan menggunakan air yang banyak
mengandung patogen penyakit sehingga menimbulkan keracunan
makanan.
Kualitas udara dalam ruangan
- SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan
fungsi paru, menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada
saluran pernapasan menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu
asma dan bronkhitis kronis serta tekanan darah rendah, nadi
cepat, dan sakit kepala.
- CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan
transportasi O2 ke jaringan dan mengakibatkan anoksia
jaringan, gangguan sistem syaraf pusat (kehilangan sensitifitas
ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk
terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian
janin dan gangguan kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat
keracunan gas CO, antara lain pusing, mual, gelisah, sesak
28
napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar, kegagalan
pernapasan dan kematian.
- NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti
lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia, edema paru,
sianosis, dan methemoglobinemia.
- TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem
pernapsan, iritasi mata, alergi, bronkhitis kronis.
- Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah,
dan ginjal. Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
konvulsi/kejang, koma, bahkan kematian. Pajanan pada anak-
anak atau janindapat lebih parah karena menyebabkan
pertumbuhan terhambat, penurunan kecerdasan, mengurangi
konsentrasi, dan gangguan perilaku
Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor
Kebiasaan membeli kendaraan ketika panen dan penghasilan tinggi
beresiko meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.
Budaya minuman keras
Kebiasaan minum-minuman keras beresiko penurunan daya
ingat, perasaan was-was, kesulitan memecahkan masalah, stroke,
impoten, mandul, penyakit hati, kecanduan, seks bebas, kehabisan
uang, bahkan kematian (Sumarlin, 2012). Beresiko kegemukan 55%,
hipertensi 72%, dan anemia 68%.
Budaya penggunaan narkoba
Menurut Keputusan Menkes No. 486 tentang Kebijakan dan
Rencana Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA), ketergantungan
NAPZA merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang kompleks,
kronis, dan dapat terjadi berulang kali (chronic relapsing disease)
dengan berbagai mekanisme biologis yang mempengaruhi otak dan
kemampuannya untuk mengontrol penggnaan NAPZA.
29
Ketergantungan NAPZA juga merupakan salah satu kontributor utama
yang menyebabkan beban penyakit dan disabilitas. Efek negatif
penyalahgunaan NAPZA dapat dibagi dalam empat kategori:
1) Kategori pertama, efek kesehatan kronis mencakup sirosis
hepatis dan penyakit kronis lain. Melalui pemakaian bersama
jarum suntik, NAPZA yang digunakan melalui injeksi
merupakan vektor utama dalam penularan infeksi HIV dan
virus hepatitis B & C,
2) Kategori kedua, efek akut terhadap kesehatan atau berjangka
pendek seperti overdosis. Overdosis menyebabkan jatuhnya
korban jiwa sebagai akibat dari koordinasi fisik, konsentrasi,
dan kemampuan mengambil keputusan yang terganggu sebagai
efek penyalahgunaan NAPZA. Mengemudi kendaraan dalam
kendaraan mabuk, bunuh diri, dan tindak kekerasan juga
termasuk dalam kategori ini.
3) Kategori ketiga, mencakup efek sosial yang timbul akibat
penyalahgunaan NAPZA. Relasi yang terputus, keterlibatan
pihak penegak hukum, masalah sosial kronis karena
ketidakmampuan melaksanakan tugas serta fungsi dalam
keluarga dan lingkungan kerja.
4) Kategori keempat, stigmatisasi masyarakat menyebabkan
lambannya tindakan pertolongan dalam kondisi darurat.
c. Nasihat spesifik
Dalam kurun waktu 2010-2011 dua kali mengalami keracunan
makanan ketika hajatan perkawinan.
- Penyuluhan tentang hygine dan sanitasi. Pengolahan, penyimpanan
dan distribusi makanan dan minuman.
- Karena penyebab keracunan kemungkinan berasal dari makanan
atau minuman yang terkontaminasi patogen, nasihat yang perlu
disampaikan kepada masyarakat adalah sebagai berikut.
30
- Mengolah makanan dengan higiene yang baik termasuk mencuci
bahan dan peralatan masak,
- Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan,
- Menghindari hinggapan lalat atau hewan-hewan yang mungkin
menjadi vektor pada makanan dengan cara menutup makanan
sebelum dihidangkan
Banyak motor menyebabkan tingkat kecelakaan yang meningkat,
selain itu mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.
Akibat: kematian menigkat, kejahatan meningkat
- Memasang rambu-rambu lalu lintas seperti dilarang berhenti,
kecepatan maksimal untuk mengurangi angka kejadian kecelakaan
lalu lintas
- Penyuluhan keselamatan berkendara dan dampak tidak
menggunakan helm
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat setempat mengenai
dampak minuman keras dan narkoba bagi kesehatan.
- Penegakan hukum yang tegas
d. Rekomendasi langkah puskesmas
e. Nasihat Dinkes dan Pemda
Keracunan makanan
- Dinkes: mempersiapkan tenaga kesehatan dalam investigasi
keracunan makanan.
- Pemda: mendukung sarana dan prasarana yang berperan dalam
pencegahan terjadinya kasus keracunan makanan. Misalnya,
membangun tempat pembuangan sampah umum.
Kualitas udara dalam ruangan
- Dinkes: persiapan tenaga kesehatan dalam manajemen pasien ISPA
31
- Pemda: mengajukan permohonan bantuan kepada Pemda untuk
membantu program konversi di desa Mjt ini dengan memberikan
bantuan stimulan kepada warga berupa kompor gas dan regulator
LPG. Pemda juga harus dapat menjamin pasokan LPG bersubsidi
ke daerah tersebut sehingga harga LPG terkontrol dan mampu
dijangkau masyarakat.
Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor
Mengingatkan akan bahayanya kecelakaan bermotor, dan
menghimbau masyarakat untuk taat peraturan dan rambu lalu lintas,
serta menggunakan pengaman.
Budaya minuman keras dan narkoba
1) Prioritas pertama yakni anak dan remaja bukan pemakai tapi
merupakan potential user. Dilakukan komunikasi, informasi, dan
edukasi mengenai penciptaan lingkungan kemasyarakatan yang
kondusif untuk hidup sehat dan berkembangnya kehidupan yang
kreatif dan produktif. Ini dapat membuat anak dan remaja terhindar
dan mampu menolak menggunakan NAPZA
2) Prioritas kedua yakni keluarga. Menasehati anggota keluarga agar
dapat memahami dan menciptakan lingkungan keluarga yang
kondusif untuk setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga
dihimbau untuk memiliki keterampilan dalam menjaga ketahanan
keluarga sehingga dapat diberdayakan dalam pencegahan
penanggulangan NAPZA. Menghimbau setiap anggota keluarga
untuk terampil dalam membina rumah tangga yang harminis,
komunikasi efektif, dan memiliki pengetahuan yang berkaitan
dengan penyalahgunaan NAPZA
3) Prioritas ketiga, pendidik, tokoh masyarakat, dan tokoh agama
agar dapat memahami dan menciptakan lingkungan institusi
pendidikan dan masyarakat yang kondusif bagi perkembangan
anak dan remaja. Kepada tenaga kesehatan agar tidak melakukan
diskriminasi pasien ketergantungan NAPZA dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Pengenalan mengenai budaya, agama,
32
pendidikan sehingga diketahui bahaya NAPZA terhadap kesehatan
baik fisik, mental dan sosial.
f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas
kesehatan
- Kecelakaan Lalu Lintas:
Sosialiasi peraturan lalu lintas dan penanggulangan
kegawatdaruratan medis.
- NAPZA:
Guna menjamin terlaksananya penanggulangan penyalahgunaan
NAPZA, diperlukan tenaga profesional yang mengabdi di
pemerintahan, swasta dan masyarakat.
Pelatihan relapse prevention, pelatihan konselor adiksi, instruktur
cognitive behavior therapys, instruktur motivational enhancement
therapy, pendamping ODHA, dan lain-lain.
- Pelatihan khusus yang direkomendasikan adalah pelatihan
pemasangan, pemeriksaan, dan penggunaan kompor gas LPG
(Pemda).
7. Lampiran
a. Resiko
Air
Sumber air warga desa Mrjt berasal dari sumur yang setelah diteliti
mengandung unsur yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan
melalui Permenkes RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010. Kondisi
sumber air terdapat bakteri E. coli, koliform, dan kadar logam berat
arsen yang melebihi standar. Bakteri E. coli dan koliform yang
terkandung dalam air jika dikonsumsi bisa mengakibatkan diare,
33
kolera, disentri, dan gangguan pencernaan lainnya karena infeksi
bakteri terhadap saluran pencernaan. Logam arsen jika kadarnya tinggi
bisa mengakibatkan keracunan. Gejala keracunan arsen secara akut
pada saluran pencernaan berupa adanya rasa terbakar di tenggorokan,
sukar menelan, mual, muntah, diare serta rasa nyeri yang sangat pada
perut.
Udara
Berdasarkan data periksa udara yang diberikan, didapatkan bahwa
desa Mrjt mengalami kelebihan pada kadar SO2, CO, NOx, TSP, dan
Pb. Dimana kelebihan pada kadar tersebut dapat menyebabkan unsur
tersebut terhirup ke system respirasi dan menimbulkan resiko
gangguan sebagai berikut:
- SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan
fungsi paru, menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada
saluran pernapasan menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu
asma dan bronkhitis kronis serta tekanan darah rendah, nadi
cepat, dan sakit kepala.
- CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan
transportasi O2 ke jaringan dan mengakibatkan anoksia
jaringan, gangguan sistem syaraf pusat (kehilangan sensitifitas
ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk
terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian
janin dan gangguan kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat
keracunan gas CO, antara lain pusing, mual, gelisah, sesak
napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar, kegagalan
pernapasan dan kematian.
- NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti
lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia, edema paru,
sianosis, dan methemoglobinemia.
- TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem
pernapsan, iritasi mata, alergi, bronkhitis kronis.
34
Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah, dan
ginjal. Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan konvulsi/kejang,
koma, bahkan kematian. Pajanan pada anak-anak atau janindapat lebih
parah karena menyebabkan pertumbuhan terhambat, penurunan
kecerdasan, mengurangi konsentrasi, dan gangguan perilaku
b. Akibat
- Bakteri E. coli dan koliform
Bakteri ini adalah flora normal yang hidup di saluran
pencernaan manusia. Apabila bakteri ini ditemukan di sumber air
berarti telah terjadi pencemaran sumber air, terutama karena
pencemaran tinja (ekskreta disposal). Semakin tinggi kontaminasi
bakteri koliform terhadap sumber air maka semakin tinggi tingkat
patogenitas terhadap kesehatan manusia. Air yang bercampur
bakteri ini jika dikonsumsi bisa mengakibatkan diare, kolera,
disentri, dan gangguan pencernaan lainnya karena infeksi bakteri
terhadap saluran pencernaan.
Berdasarkan data dari Puskesmas tentang sepuluh besar
penyakit yang terdeteksi di Desa Mjt, penyakit gastrointestinal dan
diare berada pada urutan kedua. Hal ini kemungkinan besar
disebabkan oleh kualitas air sumur yang tidak baik.
- Logam berat arsen
Logam arsen jika kadarnya tinggi bisa mengakibatkan
keracunan. Gejala keracunan arsen secara akut pada saluran
pencernaan berupa adanya rasa terbakar di tenggorokan, sukar
menelan, mual, muntah, diare serta rasa nyeri yang sangat pada
perut. Pada sistem kardiorespirasi akan muncul gejala nafas berbau
bawang putih, kulit kebiruan (sianosis), rasa sukar bernafas, serta
turunnya tekanan darah (hipotensi) akibat dari peningkatan
kebocoran pembuluh darah. Gejala keracunan arsen pada sistem
saraf yaitu mulai dari penurunan kesadaran, koma, dan sampai
35
kejang. Adanya kerusakan ginjal secara akut, dehidrasi akibat
muntah dan diare, serta hemolisis darah akan dapat menimbulkan
shock yang fatal. Jika tidak mendapat pertolongan yang sesuai maka
kondisi ini dapat mengakibatkan kematian mendadak.
c. Nasihat spesifik
Kualitas Air Minum :
Memperhatikan sumber air yang layak untuk digunakan dan
dikonsumsi yang sebaiknya bukan dari air rawa atau sumur yang
tercemar
Melakukan dan menerapkan cara pengolahan air minum yang baik.
Sebaiknya ditampung terlebih dahulu, diendapkan atau disaring,
kemudian dimasak agar mikroorganisme yang terlarut di dalamnya
mati.
Swadaya penyaringan air. Penduduk Desa Mrjt dapat membuat
secara mandiri penyaringan air untuk menyaring air dari sungai
jika musim kemarau tiba dan sumur kering.
Membangun kolam penampungan air atau tangki penampungan air
untuk menjamin pasokan air desa selama musim kemarau. Ukuran
kolam atau tangki dapat diestimasi dengan memperkirakan
kebutuhan air warga selama musim kemarau. Kebutuhan air
domestik adalah sekitar 100L/orang/hari. Kebutuhan air warga desa
yang berpenduduk 2000 orang dalam waktu 1 hari adalah 200.000
liter atau 200 m3. Bila diperkirakan musim kemarau berlangsung
antara bulan April – September (6 bulan), maka kebutuhan air
penduduk selama musim kemarau adalah sekitar 36.000 m3. Maka
dari itu, kita harus mempersiapkan kolam atau tangki
penampungan air dengan daya tampung minimal 36.000 m3.
Membuat kakus septik tank dengan prinsip yang tepat guna
menghindari pencemaran sumber air oleh bakteri Escherichia coli
dan coliform. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
membuat septik tank:
36
a) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat
di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak
mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh
kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau
kekiri dari letak sumur.
b) Bila daerahnya datar, jarak minimal septik tank dengan
sumber air adalah 10 meter dan sedapat mungkin harus di
luar lokasi yang sering digenangi banjir. Pada daerah yang
sering banjir, lantai jamban harus dibuat lebih tinggi dari
permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
c) Dinding septik tank hendaklah tidak tembus air (disemen)
agar air tidak merembes masuk ke tanah sekitar, tetapi
ditampung terlebih dahulu pada tangki sebelum akhirnya
masuk ke saluran pembuangan. Bagian atas septik tank
harus ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau.
d) Septik tank dapat menggunakan prinsip septik tank ganda
sehingga bila salah satu septik tank penuh, kita dapat
menggunakan tank yang lain. Bak penampung yang telah
penuh dapat ditutup dan didiamkan beberapa lama agar
kotoran dapat menjadi kompos. Kompos dapat digunakan
untuk pupuk pada tanaman karet warga. Bak yang telah
dikosongkan dapat digunakan kembali. Prinsip lain yang
dapat digunakan adalah septik tank 3 ruang.
Memperhatikan pembuangan sampah supaya tidak mencemari air
dan sampah sebaiknya tidak dibuang ke rawa.
Jika penduduk Desa Mjt masih menggunakan air sumur sebagai air
utama, sumur perlu diperhatikan bentuk dan lokasi penggaliannya.
Kualitas Udara Ruangan :
- Membuat ventilasi rumah yang baik terutama di dapur, dapat
berupa corobong asap dapur sekurang-kurangnya 40% dari luas
lantai,
- Memakai masker pada saat ada serangan kabut asap,
37
- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor,
- Mendorong masyarakat untuk menggunakan LPG sebagai bahan
bakar memasak. Hal ini didukung dengan adanya peningkatan daya
beli masyarakat di desa tersebut akibat meningkatnya harga karet
alam. Beberapa masyarakat mungkin khawatir untuk menggunakan
LPG sebab merasa takut. Kita perlu penjelasan kepada masyarakat
dengan meyakinkan mereka bahwa penggunaan LPG itu aman.
Masyarakat yang bersedia mengikuti program konversi diberikan
pelatihan mengenai cara menggunakan LPG yang tepat dengan
berkoordinasi dengan orang yang kompeten di bidang ini.
- Bagi masyarakat yang tidak mampu mengikuti program konversi
dari bahan bakar tradisonal ke bahan bakar menggunakan gas, kita
dapat mengajarkan mereka untuk membuat ventilasi yang cukup di
dapur guna mengurangi jumlah asap yang masuk ke ruangan rumah
yang lain.
- Penggunaan cerobong asap pada tempat memasak juga dapat
membantu. Bila tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk
membuat tempat memasak di luar rumah.
d. Rekomendasi langkah puskesmas
Upaya promosi kesehatan : Pembentukan kader sanitarian
berkoordinasi dengan Puskesmas pembantu. Mengadakan
penyuluhan mengenai air bersih, bagaimana kriteria sumber air
bersih, bagaimana cara memilih sumber air yang tepat. Masyarakat
diberi larangan membuang hajat dan sampah pada sumber air desa.
Upaya kesehatan lingkungan: mengupayakan pengukuran kualitas
sumber air baku secara berkala minimal 2 kali dalam 1 tahun. Untuk
sumber air minum, pengukuran sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali
untuk parameter mikrobiologi dan parameter fisik serta 6 bulan
sekali untuk parameter kimia wajib dan kimia tambahan. Hasil
pengukuran dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
38
setiap bulan dan kemudian dilaporkan oleh Dinkes Kabupaten/Kota
kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 6 bulan.
Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan
inspeksi ke Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk
mendata dan mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan
yang dilakukan oleh Puskesmas pembantu tersebut.
e. Nasihat Dinkes dan Pemda
Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak
merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya
PHBS dan kesehatan masyarakat.
Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang
dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat
luas pada umumnya.
- Membangun PAM dan penyediaan air bersih
- Membuat pengolaan sampah yang lebih baik
- Penanaman pohon
- Penambahan tenaga kesehatan
- Membuat puskesmas dan pustu yang lebih dekat
- Penambahan dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat.
- Penyuluhan tentang bagaimana memasak dengan menggunakan
sumber makanan yang higenis dan ventilasi dapur yang benar.
- Penyuluhan tentang hukum dan dampak minuman keras dan
narkoba
- Membuat peraturan rambu-rambu untuk menurunkan laju
kendaraan pada kecepatan tertentu
Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna
memudahkan petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.
39
Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui
kemitraan dengan pihak-pihak lain.
Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan bina suasana dan
dalam mengupayakan dukungan dari pembuat kebijakan dan pihak-
pihak lain (sasaran tersier).
Dinas kesehatan kabupaten/kota harus tersedia tenaga khusus promosi
kesehatan. Tenaga ini berupa pegawai negeri sipil dinas kesehatan
kabupaten/kota yang ditugasi untuk melaksanakan promosi kesehatan.
Petugas ini bertanggung jawab membantu pelaksanaan promosi
kesehatan di Puskesmas.
f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas
kesehatan
Kualitas Air Minum :
Kepada masyarakat/kader yang ada di desa tersebut :
- Pelatihan pengolahan air Sungai Ogan untuk bisa dijadikan
sebagai sumber air bersih dan sumber air minum,
- Pelatihan pengolahan dan manajemen sampah yang benar,
- Pelatihan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kualitas Udara Ruangan :
Pelatihan khusus yang direkomendasikan adalah pelatihan
pemasangan, pemeriksaan, dan penggunaan kompor gas LPG (Pemda).
g. Interpretasi Lampiran
Kualitas air minum
Parameter Hasil Uji Baku Mutu
air
Interpretasi Sumber
E. Coli 2000 / 100 cc 0 Melebihi batas Terkontaminasi
40
maksimum feses
Total Coliform 1000 / 100 cc 0 Melebihi batas Terkontaminasi
feses
Arsen 0,05 mg/dl 0,01 mg/dl Melebihi batas Daerah aluvial,
Industri
pertambangan
Flourida 1,4 mg/dl 1,5 mg/dl Normal
Total Kromium 0,03 mg/dl 0,05 mg/dl Normal
Kadmium 0,001 mg/dl 0,003 mg/dl Normal
Nitrit 2 mg/dl 3,0 mg/dl Normal Bahan organik
Nitrat 25 mg/dl 50 mg/dl Normal Bahan organik
Sianida 0,07 mg/l 0,07 mg/dl Normal
Selenium 0,01 mg/dl 0,01 mg/dl Normal
Keterangan :
Ditemukannya E. Coli dan Total Coliform menandakan bahwa air sumur di
desa Mjt telah terkontaminasi dengan feses, hal ini menandakan air ini tidak layak
digunakan.
Peningkatan kadar arsen di ambang batas normal pada air minum sangat berbahaya
dikarenakan sifat arsen yang sangat berbahaya seperti dapat menyebabkan diare,
muntah, kelumpuhan, dan peningkatan semua resiko kanker
Kualitas udara ruangan
ParameterWaktu
PengukuranHasil Uji Baku Mutu Keterangan
Env Tobacco
Smoke (ETS)
24 jam 10 micgram/M3/24
jam
35
micgram/M3
Normal
41
/24 jam
VOC (Volatile
Organic
Compound)
8 jam 2 ppm/8 jam 3 ppm/8 jam Normal
SO2 24 jam 0,2 ppm/24 jam 0,1 ppm/24
jam
Meningkat/tidak sesuai
dengan baku mutu
CO 24 jam 11 ppm/8 jam 9 ppm/8 jam Meningkat/tidak sesuai
dengan baku mutu
PM10 24 jam 100 micgram/24
jam
≤70
micgram/24
jam
Meningkat/tidak sesuai
dengan baku mutu
Resiko kandungan zat yang melebihi batas terhadap kesehatan
Sulfur Dioksida
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan,
kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa
individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap
pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan
kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif
terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relative
rendah.
Karbon Monoksida
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya
untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang
mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat
menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam
fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa
berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan.
42
Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat
terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat
keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita
gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.
PM10
Partikel kasar (PM10) memiliki diameter aerodinamis antara 2,5 μm dan
10 μm. PM10 terbentuk dari proses mekanik (misalnya penghancuran,
penggilingan, abrasi permukaan), penguapan semprotan, dan suspensi
debu. PM10 terdiri dari oksida aluminosilikat dan oksida lainnya dari
elemen kerak, dan sumber-sumber utama termasuk debu dari jalan,
industri, pertanian, konstruksi dan pembongkaran, dan fly ash dari
pembakaran bahan bakar fosil. Masa PM10 adalah dari menit ke jam dan
jarak perjalanan yang bervariasi dari km <1 km ke 10.
V. KESIMPULAN
Desa Mrjt, yang berada di pinggir Jalan Raya Lintas Sumatera, Ogan Ilir, tidak
memenuhi criteria sebagai desa yang ideal dari aspek kesehatan lingkungannya.
VI. INVENTARISASI PERATURAN PERUNDANGAN
1. Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman menurut
Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut.
a. Lokasi
i. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gel tsunami, daerah gempa, dll.
ii. Tidak terletak pada daerah bekas TPA sampah atau bekas tambang.
iii. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
b. Kualitas udara
i. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
ii. Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maks 150 ug/m3
iii. Debu max 350 mm3/m2 perhari
c. Kebisingan dan Getaran
43
i. Kebisingan dianjurkan 45 dB A, mak 55 dB. A
ii. Tingkat getaran mak 10 mm/ detik
d. Kualitas Tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman harus memenuhi
persyaratan berikut:
i. Kandungan Timah hitam (Pb) max 300 mg/kg
ii. Kandungan Arsenik (As) total max 100 mg/kg
iii. Kandungan Cadmium ( Cd) max 20 mg/kg
iv. Kandungan Benzoa pyrene max 1 mg/kg
2. Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai
berikut.
a) Bahan bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain:
Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;
Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;
Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
b) Komponen dan penataan ruangan
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan;
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;
Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c) Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.
d) Kualitas udara
Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;
44
Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;
Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;
Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;
Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;
Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.
e) Ventilasi
Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.
f) Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.
g) Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang
setiap hari;
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.
h) Pembuangan Limbah
Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah;
Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
i) Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2
orang tidur.
45
3. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air
Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut persyaratan kualitas air minum
menurut Permenkes NO.492/Menkes/Per/IV/2010
46
4. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara
- Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999,
Tanggal : 26 mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional
No ParameterWaktu
PengukuranBaku Mutu
Metode
AnalisisPeralatan
1 SO2
(Sulfur
Dioksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
900 ug/Nm3
365 ug/Nm3
60 ug/Nm3
Pararosanili
n
Spektrofotometer
2 CO (Karbon
Monoksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
30.000 ug/Nm3
10.000 ug/Nm3
NDIR NDIR Analyzer
3 NO2
(Nitrogen
Dioksida)
1 jam
24 jam
1 tahun
400 ug/Nm3
150 ug/Nm3
100 ug/Nm3
Saltzman Spektrofotometer
4 O3
(Oksidan)
1 jam
1 tahun
235 ug/Nm3
50 ug/Nm3
Chemilumi
nescent
Spektrofotometer
5 HC (Hidro
Carbon)
3 jam 160 ug/Nm3 Flame
Ionization
Gas
Chromatografi
6 PM10
(Partikel <
10 um)
24 jam 150 ug/Nm3 Gravimetric HI-Vol
PM25* 24 jam
1 jam
65 ug/Nm3
15 ug/Nm3
Gravimetric
Gravimetric
Hi- Vol
Hi- Vol
7 TSP (debu) 24 jam
1 jam
230 ug/Nm3
90 ug/Nm3
Gravimetric HI- Vol
8 Pb (Timah
hitam)
24 jam
1 jam
2 ug/Nm3
1 ug/Nm3
Gravimetric
Ekstratif
Pengabu
Hi- Vol
AAS
48
an
9 Dustfall
(Debu
jatuh)
30 hari 10 Ton/
Km2/Bulan
(Pemukiman)
20
Ton/Km2/Bulan
(industri)
Gravimetric Cannister
10 Total
Fluorides
(as F )
24 Jam
90 hari
3 ug/Nm3
0,5 μg / Nm3
Spesific Ion
Electrode
Impinger atau
Countinous
Analyzer
11 Flour
Indeks
30 hari 40 μg / 100
cm2
dari kertas
limed
filter
Colourimet
ric
Limed Filter
Paper
12 Khlorine &
Khlorine
Dioksida
24 Jam 150 μg / Nm3 Spesific Ion
Electrode
Imping atau
Countinous
Analyzer
13 Sulphat
Indeks
30 hari 1 mg SO3 / 100
cm3
Dari Lead
Peroksida
Colourimet
ric
Lead
Peroxida Candle
-
49
Baku mutu udara ambien untuk wilayah Sumatera Selatan diatur berdasarkan
peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 15 Thun 2005, yaitu:
5. UU no 32 tahun 1999
a. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air
Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan
mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut persyaratan kualitas air
minum menurut Permenkes NO.492/Menkes/Per/IV/2010.
50
b. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara
Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal: 26
Mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional.
c. Masalah sampah dan limbah
Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan tinja.
1) UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2) UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
3) UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang
4) UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya
5) PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL)
6) PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan
beracun
7) PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air
8) Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak
lingkungan (BAPEDAL)
9) Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996
tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
10) Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996)
tentang baku tingkat kebauan
d. Peraturan Perundangan Terkait Makanan
1) Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi
Jasaboga.
Kepmen 715/03 mengatur:
i. Ketentuan umum
ii. Penggolongan
iii. Laik Higiene Sanitasi
iv. Persaratan Higiene Sanitasi
v. Pembinaan Pengawasan
vi. Sanksi.
2) Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan
hygien sanitasi makanan jajanan
51
3) Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana
produksi pangan industri rumah tangga (IRT)
4) PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang
Narkotika
b. Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman beralkohol
6. Masalah sampah dan limbah
Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan tinja
a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
b. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
c. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang
d. UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya
e. PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL)
f. PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan
beracun
g. PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air
h. Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak
lingkungan (BAPEDAL)
i. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996
tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
j. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996)
tentang baku tingkat kebauan
7. Peraturan Perundangan Terkait Makanan
a. Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi
Jasaboga.
Kepmen 715/03 mengatur:
i. Ketentuan umum
ii. Penggolongan
iii. Laik Higiene Sanitasi
52
iv. Persaratan Higiene Sanitasi
v. Pembinaan Pengawasan
vi. Sanksi.
b. Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan
hygien sanitasi makanan jajanan
c. Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana
produksi pangan industri rumah tangga (IRT)
d. PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan
8. Kebiasaan buruk:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang
Narkotika.
2. Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan
Pengendalian Minuman beralkohol.
VII. LEARNING ISSUE
1. KESEHATAN LINGKUNGAN
A. DEFINISI
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu :
1. Penyediaan Air Minum
53
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22
ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan
lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
54
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang
berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yang bersifat khusus.
D. MASALAH-MASALAH KESEHTAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml
air)
Batasan Sumber air bersih dan aman:
a) bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
b) bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
c) tidak berasa dan berbau
d) dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah
tangga
e) memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Depkes RI
Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau water-related
disease. Terjadinya suatu penyakit memerlukan agen, bahkan kadang vector.
55
Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan
tipe agen penyebab :
1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis
2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare
3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis
4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm
5) leptospiral, contoh : Weil’s disease
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam
kelompok berdasarkan cara penularannya, meliputi :
1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui
mulut atau sistem pencernaan, contoh : kolera, tifoid, disentri basiler,
hepatitis viral
2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan
perorangan. Terdapat 3 cara penularan dengan mekanisme ini :
a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak
b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma
c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis
3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang ditularkan
memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di
dalam tubuh vector atau intermediate host, cth: schistosomiasis
4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan melalui
gigian serangga yang berkembang biak di dalam air, cth: filariasis, dengue,
malaria, dan yellow fever
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut :
Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
56
Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-
benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut :
Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni
rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah
tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan
minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang
cukup
Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah
terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
4. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor /unsur, berikut:
Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
Penyimpanan sampah
Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
Pengangkutan
Pembuangan
57
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat
memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
5. Serangga dan Binatang Pengganggu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk
Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan
merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),
Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk
Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang
angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan
usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus
dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah
terinfeksi bakteri penyebab.
6. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,
jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi :
Persyaratan lokasi dan bangunan
Persyaratan fasilitas sanitasi
Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan pengolahan makanan
58
Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Persyaratan peralatan yang digunakan
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,
pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air
pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem
perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih
berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia
cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat
pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu
faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.
2. HAL YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT KESEHATAN
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan
pelayanan kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh
pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor
di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak
penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes
mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat
kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya
yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan
infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air
yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes
aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di
sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
59
Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak
dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar
penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya
meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling
perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat
dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin
maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan
upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat
perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan
meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketesediaan
fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang
merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan
upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas
pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring
lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-
rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.
Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara
langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan
(Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi
dengan program pemerintah laiinya seperti Program bantuan langsung tunai
(BLT), Wajib belajar dan ain-lain.
Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan
yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu.
Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan
melaksanakan akreditasi rumah sakit.
Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri,
namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus
dilaksanakn secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang
dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan
harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif.
60
Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat
regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan
pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan
tangggungjawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau budaya
bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain.
61
VIII. DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari
http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.
Jakarta, Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010 tanggal
19 April 2010. Jakarta, Indonesia
Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional
Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia
Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007.
Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia
Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
62