laporan skenario a blok 25 kelompok b 2

91
I. SKENARIO A Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yaitu di desa Mrjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi sawah dah karet alam. Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak – anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang tidak. Rumah-rumah yang ada memiliki jendela dapur umumnya berukuran kecil dan tidak memberikan ventilasi yang cukup. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai Ogan; juga air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa. Sebagian besar keluarga yand ada memiliki sumur sendiri, yaitu sumur gali, namun sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau. Sumber energi yang digunakan penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah dan sebagian lagi menggunakan briket arang (batubara). Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara. Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali, namun pada bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang dapat bertahan sampai 1

Upload: anonymous-fjvpac7

Post on 10-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan tutorial

TRANSCRIPT

I. SKENARIO A

Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yaitu di desa

Mrjt. Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi sekitar 2000 orang. Mata

pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi

sawah dah karet alam.

Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari semen sesuai dengan

kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu, ada pula yang lantainya dari tanah. Anak

– anak dan orang dewasa sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang tidak. Rumah-

rumah yang ada memiliki jendela dapur umumnya berukuran kecil dan tidak memberikan

ventilasi yang cukup. Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah sungai

Ogan; juga air rawa yaitu dari sawah di sekitar desa.

Sebagian besar keluarga yand ada memiliki sumur sendiri, yaitu sumur gali, namun

sumur tersebut biasanya kering di musim kemarau. Sumber energi yang digunakan penduduk

untuk lampu/penerangan adalah listrik; untuk masak memasak sebagian besar masih

memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor minyak tanah dan sebagian lagi

menggunakan briket arang (batubara). Tapi sejak minyak tanah menjadi langka, penduduk

kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang menggunakan gas LPG. Ada

sebagian masyarakat yang menggunakan briket batubara.

Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara di desa baik sekali, namun pada

bulan September sampai Desember seringkali ada serangan kabut asap yang dapat bertahan

sampai berminggu – minggu. Sejak masuknya minimarket seperti Indo atau Alfa Maret dll,

kebutuhan hari-hari masyarakat dapat tersedia dengan cepat tidak harus menunggu hari

‘kalangan’ (hari pasar tradisional). Di minimarket itu juga tersedia berbagai jenis minuman

beralkohol.

Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh Pustu sedangkan Puskesmas ada di kota

kecamatan sekitar 15 km kearah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa adalah

‘Mantri’ dan bidan desa. Tapi, jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih banyak

dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai ‘garis pertama’ yang melayani orang

sakit. Di desa ini pengelolaan sampah dilakukan oleh masing – masing rumah tangga, tidak

ada organisasi desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena di sekitar desa banyak rawa,

1

maka ini menjadi tempat ‘ideal’ untuk buang sampah. Laporan tahunan dari Puskesmas

memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di desa ini adalah:

- ISPA

- Gastrointestinal dan diare

- Kulit

- Malaria

- Cidera karena kecelakaan lalu lintas

- DHF

- Tuberkulosis

- Asthma

- Gigi dan mulut

- Hipertensi

Dalam kurun waktu tahun 2010 – 2011, desa ini dua kali mengalami keracunan

makanan yaitu tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang. Dari pihak

kabupaten, pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum yang bersumber dari air sumur

penduduk dan hasilnya diberikan pada Lampiran. Dari pihak provinsi juga pernah melakukan

pengukuran kualitas udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan di lampiran.

Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri di desa ini di tahun 2009

yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi itu

akibat penggunaan bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi di dapur tidak

baik, maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu halus

(PM10) dan Karbon Monoksida yang tinggi. Akhir-akhir ini sejak harga karet alam naik, desa

ini “kebanjiran” motor yang menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut

penuturan Kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai mengalami budaya

minuman keras dan narkoba.

2

Lampiran

1. Hasil Pengujian Kualitas Air Minum

Parameter Hasil Uji

E. Coli 2000/100 cc

Total Coliform 1000/100 cc

Arsen 0,05 mg/L

Fluorida 1,4 mg/L

Total Kromium 0,03 mg/L

Kadmium 0,001 mg/L

Nitrit 2 mg/L

Nitrat 25 mg/L

Sianida 0,07 mg/L

Selenium 0,01 mg/L

2. Kualitas Udara

Parameter: Hasil:

Env Tobacco Smoke 10 micrgram/M3/24jam

VOC 2 ppm / 8 jam

SO2 0,2 ppm / 24 jam

CO 11,00 ppm / 8 jam

PM 10 100 micrgram / 24 jam

3

II. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Populasi : sekumpulan individu sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada

waktu tertentu.

2. Ventilasi : sirkulasi, penggantian, atau pemurnian udara atau gas lainnya dalam suatu

ruangan

3. Ekonomi : ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-

barang, serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan).

4. Kebutuhan domestic : kebutuhan air yang dibutuhkan pada tempat-tempat hunian

pribadi untuk kebutuhan sehari-hari

5. Semen : suatu campuran senyawa kimia yang bersifat hidrolis, dimana jika dicampur

dengan air dengan jumlah tertentu akan mengikat bahan-bahan lain menjadi satu

kesatuan masa yang dapat mamdat dan mengeras.

6. Air rawa : genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus tanpa musiman

akibat drainase yang terhambat serta mempunyai cirri-ciri khusus secara fisika,

kimiawi dan biologis.

7. Sumur gali : sumur yang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersihnya

8. Batu bara : batuan organic yang terdiri dari bermacam-macam pseudomineral.

9. Briket arang : bahan bakar padat yang dapat menjadi bahan bakar alternative atau

bahan bakar minyak lainnya yang dibuat dari bahan berupa serbuk atau potongan

kayu kecil yang dipadatkan yang biasanya dicampur dengan bahan perekat menjadi

bentuk yang solid.

10. Kabut asap : merupakan polusi udara dimana adanya campuran antara asap dan kabut.

Asap adalah suspense partikel kecil di udara atau aerosol yang berasal dari

pembakaran tak sempurna dari suatu bahan bakar. Kabut adalah uap air yang berada

dekat permukaan tanah, berkondensasi dan menjadi mirip awan.

11. Mantri : nama pangkat atau jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas (keahlian)

khusus, juru.

12. Pustu : puskesmas pembantu, unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi

menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan puskesmas dalam ruang lingkup wilayang yang

lebih kecil, serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan

kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia

13. Puskes : suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping

4

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

14. Sampah : suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia

atau benda-benda padat yang sudah tidak dipakai lagi dalam suatu kegiatan manusia

dan dibuang.

15. ISPA : infeksi yang terjadi pada saluran pernapasan bagian atas yang meliputi mulut,

hidung, tenggorokan, laring, dan trakea.

16. Malaria : penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang ditularkan melalui

gigitan nyamuk malaria, anopheles.

17. DHF : dengue hemoragic fever, adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

yang menular melalui vector nyamuk.

18. Tuberculosis : setiap penyakit menular pada manusia dan hewan lain yang disebabkan

oleh mycobacterium dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis berkiju

pada jaringan setiap organ.

19. Debu halus (PM10) : debu dengan partikel dengan diameter 10 mikrometer atau

kurang, yang mampu mencapai daerah yang dalam pada saluran pernapasan

20. Kualitas udara ruangan : kualitas udara yang berada di dalam dan sekitar bangunan

dan gedung khususnya yang berkaitan dengan kesehatan dan kenyamanan penghuni

ruangan.

5

III. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatra, di Ogan Ilir, desa Mrjt.

Komunitas terdiri atas sekitar 500 KK, dan populasi sekitar 2000 orang. Mata

pencaharian utama di desa ini adalah pertanian (padi, sawah, dan karet alam, dan

pertukangan).

2. Rumah penduduk, ada yang dari kayu, semen, dan lantainya dari tanah. Kebanyakan

penduduk tidak memakai alas kaki. Jendela dapur kecil dan tidak cukup ventilasi.

Sumber air utama adalah dari sungai ogan, air rawa dari sawah disekitar desa.

3. Sebagian besar keluarga memiliki sumur gali, tapi kering saat kemarau. Untuk masak-

memasak, sebagian besar menggunakan kayu bakar, sebagian kecil mengunakan

kompor minyak tanah, dan briket arang (batubara)

4. Bulan September-Desember seringkali ada serangan kabut asap yang bertahan sampai

berminggu-minggu. Di minimarket, tersedia jenis minuman beralkohol.

5. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh pustu, sedangkan puskes ada di kota kecamatan

sekitar 15 km kearah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri

dan bidan desa. Dukun sebagai ‘garis pertama’ dalam melayani orang sakit. Jumlah

kelahiran sebagian besar ditolong oleh dukun. Pengolahan sampah dilakukan oleh

masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi khusus yang bertugas. Rawa

menjadi tempat buang sampah yang ideal bagi masyarakat. Laporan tahunan dari

puskesmas, memperlihatkan 10 penyakit yang terdeteksi didesa ini :

ISPA

Gastro intestinal dan diare

Kulit

Malaria

Cidera kecelakaan lalu lintas

DHF

Tuberculosis

Asthma

Gigi dan mulut

Hipertensi

6. Dalam kurun waktu 1 tahun, desa ini mengalami kasus keracunan sebanyak 2 kali

yang melibatkan banyak orang. setelah dilakukan pemeriksaan air minum dan kualitas

udara ruangan, yang bersumber dari air sumur, didapatkan hasil pada lampiran.

Akibat penggunaan bahan bakan kayu dan briket arang, serta ventilasi yang tidak

6

baik, maka kualitas udara did lam rumah tidak cukup baik, khususnya kadar debu

halus (PM10) dan karbon monoksida yang tinggi. Peningkatan penggunaan kendaraan

bermotor, menyebabkan tingginya angka kecelakaan. Selain itu desa ini juga mulai

mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

7

IV. ANALISIS MASALAH

1. Sebuah desa terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatra, di Ogan Ilir, desa Mrjt.

Komunitas terdiri atas sekitar 500 KK, dan populasi sekitar 2000 orang. Mata

pencaharian utama di desa ini adalah pertanian (padi, sawah, dan karet alam, dan

pertukangan).

a. Resiko

Risiko yang terdapat pada kondisi di atas yaitu:

Terletak di pinggir jalan raya lintas Sumatra : polusi udara yang

ditimbulkan dari asap knalpot dan debu kendaraan yang

melintas

Mata pencaharian utama pertanian : Risiko kesehatan saat

bekerja dapat terjadi karena mayoritas mata pencaharian

penduduk adalah pertanian dan pertukangan yang sering

berkontak dengan tanah dan debu

b. Akibat

- Lokasi desa di tepi Jalan Raya Lintas Timur Sumatera

meningkatkan resiko penyakit saluran pernafasan seperti ISPA

karena polusi udara yang ditimbulkan dari asap knalpot dan

debu kendaraan yang melintas.

- Jumlah penduduk yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan

layanan kesehatan juga semakin meningkat.

- Risiko kesehatan saat bekerja seperti keracunan bahan-bahan

agrokimia seperti pestisida, sakit pinggang (karena alat cangkul

yang tidak ergonomis), gangguan pernafasan (karena sering

terpapar debu), gangguan kulit akibat sinar UV, terinfeksi

bakteri,virus,maupun parasit dapat terjadi karena mayoritas

mata pencaharian penduduk adalah pertanian dan pertukangan

yang sering berkontak dengan tanah dan debu.

8

c. Nasihat spesifik

Kualitas air dan ketersediaan air bersih

- Pengolahan limbah pertanian yang benar.

- Perbersihan air sungai dan rawa.

- Tidak menggunakan arsen untuk pertanian.

Kualitas Udara

- Memberikan penyuluhan mengenai ventilasi rumah yang baik agar

dapat menambah sirkulasi udara di rumah terutama dapur masak,

sehingga walaupun memasak menggunakan kayu, asapnya tidak

terpusat didalam ruangan.

- Warga disarankan menggunakan masker atau penutup hidung

untuk menghindari asap kabut dan partikel debu akibat tempat

tinggal yang berada dipinggir jalan lintas.

- Kurangi emisi gas dari kendaraan bermotor. Hal ini dapat berupa

pengadaan transportasi umum.

- Di lakukan penanaman pohon (penghijauan) di desa

d. Rekomendasi langkah puskesmas

Penyuluhan rumah sehat dan pola perilaku hidup bersih, dan sehat

(PHBS) secara berkala.

e. Nasihat Dinkes dan Pemda

Dinkes:

Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab

Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa

yang terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim yang

9

terdiri dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll untuk

mendata kondisi kesehatan,

Melalui Puskesmas sebagai UPTD Dinas Kesehatan melakukan

pelatihan manajemen promotif dan preventif kepada masyarakat

terkait penyakit infeksi yang berisiko tinggi dapat menular melalui

media tanah.

Pemda:

Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi

sebaiknya memprogramkan perumahan layak huni atau minimal

rumah percontohan yang dapat terjangkau masyarakat/rumah

murah yang berkualitas.

f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas

kesehatan

Rekomendasi pelatihan untuk menanggulangi permasalahan

kesehatan akibat kondisi penduduk Desa Mrjt secara umum adalah

sebagai berikut:

Pelatihan kepada staff dan tenaga kesehatan di Puskesmas

mengenai tindakan primer ketika terjadi kecelakaan kerja

secara berkala,

Pelatihan identifikasi infeksi kecacingan, secara berkala setiap

6 bulan,

Penyuluhan kesehatan program keluarga berencana secara

berkala.

Penyuluhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi petani

dan tukang.

2. Rumah penduduk, ada yang dari kayu, semen, dan lantainya dari tanah.

Kebanyakan penduduk tidak memakai alas kaki. Jendela dapur kecil dan tidak

cukup ventilasi. Sumber air utama adalah dari sungai ogan, air rawa dari sawah

disekitar desa.

a. Resiko

10

Kebiasaan berjalan tanpa alas kaki meningkatkan risiko kecacingan

dan trauma atau cidera.

Rumah di desa Mjt ada yang terbuat dari kayu ada yang dari semen

menunjukkan bahwa sebetulnya masih ada kondisi rumah yang

belum sesuai dengan kriteria rumah sehat dan layak huni.

b. Akibat

Rumah penduduk, ada yang dari kayu, semen, dan lantainya

dari tanah : Rumah yang berlantai tanah meningkatkan

kelembapan udara di dalam rumah sehingga memudahkan

tumbuhnya berbagai mikroorganisme yang dapat menimbulkan

berbagai penyakit.

Kebanyakan penduduk tidak memakai alas kaki : dapat

meningkatkan risiko terinfeksi mikroorganisme dan parasit dari

tanah, buruknya hygiene kaki, risiko trauma dan cidera

Jendela dapur kecil dan tidak cukup ventilasi : buruknya

sirkulasi udara

Sumber air utama adalah dari sungai ogan, air rawa dari sawah

disekitar desa : kualitas air sanitasi dan air minum tidak

terkontrol dengan baik (bila tidak dilakukan pemantauan

berkala)

c. Nasihat spesifik

Memberikan edukasi dalam menetapkan prioritas dalam

membelanjakan pendapatan sebaiknya untuk kebutuhan primer

(sandang, pangan, papan) terlebih dahulu, seperti memperbaiki

kondisi rumah, lantai dan ventilasi (papan).

11

Menganjurkan pemakaian alas kaki, hindari kontak langsung

dengan tanah, terutama saat bekerja.

Menjelaskan kepada masyarakat risiko kesehatan yang dapat

ditimbulkan jika beraktivitas tanpa menggunakan alas kaki,

misalnya meningkatkan risiko kecacingan.

Menganjurkan ventilasi yang cukup untuk rumah terutama

dapur dan menjelaskan risiko kesehatan yang dapat terjadi jika

ventilasi tidak cukup.

Menganjurkan sumber air utama adalah air sumur, kurangi

konsumsi air sungai dan air rawa.

Sebaiknya mengedukasi kepada Tokoh masyarakat yang

biasanya menjadi contoh warga untuk hidup dan berperilaku

sehat.

d. Rekomendasi langkah puskesmas

Untuk sementara permaslahan yang di dapat dari desa MRJT

1) Pencemaran udara

2) Pencemaran air

3) Prilaku masyarakat

Puskesmas merencanakan penyuluhan tentang kesehatan

lingkungan dampak buruk dari pencemaran udara dan air yang

terjadi

a) Puskesmas mengenalkan tentang bahaya nya pencemaran udara

dan air bagi lingkungan dan kesehatan

b) Puskemas memberikan informasi penyebab terjadinya

pencemaran udara dan air

c) Puskesmas memberikan informasi tentang penyakit yang terkai,

beserta gejala nya.

12

d) Pendekatan terhadapa masyarakat.

e) Pembagian masker

Puskesmas merencanakan edukasi tentang prilaku hidup sehat

untuk lingkungan mau pun diri sendiri

a) Puskesmas memberitahu dan meningkat kan kesadaran

masyarakat akan pentingnya dalam menggunakan alas kaki

untuk terhindar dari salah satu vektor (cancing)

b) Puskesmas merubah prilaku masyarakat yang mengunakan air

dari rawa (terkontaminasi)

c) Puskesmas merubah kebiasaan masyarakat unutuk membuang

samapah pada rawa yang dapat menjadi salah satu tempat

berkembang biaknya jentik nyamuk, serta pencemaran air.

d) Peskesmas memberikan alternatife penggunaan gas LPG

kepada masyarakat karena gas LPG lebih baik dari pada

penggunaan batu bara dan kayu bakar.

e) Puskesmas mengajrkan cara mengelolah sampah (di kenalkan

juga jenis-jenis sampah)

f) Mengajak keerja sama dukun beranak dalam persalinan ibu

Kegiatan bersama (gotong royong)

a) Menanam pohoh upaya sebagai penghijauan mengurangi

polusi udara

b) Pembersihan lingkungan secara kerja bakti

c) Pembuatan sumur yang lebih baik (sumur dalam)

d) Pembersihan rawa

e. Nasihat Dinkes dan Pemda

Dinkes:

- Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab

Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa

yang terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim

13

yang terdiri dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll

untuk mendata kondisi kesehatan,

- Melalui Puskesmas sebagai UPTD Dinas Kesehatan melakukan

pelatihan manajemen promotif dan preventif kepada

masyarakat terkait penyakit infeksi yang berisiko tinggi dapat

menular melalui media tanah.

Pemda:

- Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Provinsi

sebaiknya memprogramkan perumahan layak huni atau

minimal rumah percontohan yang dapat terjangkau

masyarakat/rumah murah yang berkualitas.

f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas

kesehatan

Rumah penduduk, ada yang dari kayu, semen, dan lantainya

dari tanah : penyuluhan dan kerjasama lintas sektor untuk

perbaikan kondisi perumahan penduduk

Kebanyakan penduduk tidak memakai alas kaki : penyuluhan

penggunaan alas kaki untuk kesehatan

Jendela dapur kecil dan tidak cukup ventilasi : penyuluhan dan

kerjasama lintas sektor memperbaiki kondisi ventilasi rumah

penduduk

14

3. Sebagian besar keluarga memiliki sumur gali, tapi kering saat kemarau. Untuk

masak-memasak, sebagian besar menggunakan kayu bakar, sebagian kecil

mengunakan kompor minyak tanah, dan briket arang (batubara)

a. Resiko

Ketergantungan masyarakat terhadap sumur gali yang kering pada

saat kemarau dapat menimbulkan resiko kekurangan air untuk

sanitasi maupun konsumsi pada musim tersebut. Memasak

menggunakan kayu bakar dan briket arang beresiko untuk

menimbulkan kondisi udara yang tidak baik dalam ruangan shingga

bisa menyebabkan gangguan pernapasan tertentu, Kompor minyak

tanah tergolong cukup baik untuk digunakan, apabila memang

benar-benar mengerti penggunaannya. Apabila kompor minyak

tanah digunakan secara sembarangan dapat menimbulan resiko

seperti kebakaran.

b. Akibat

Sebagian besar keluarga memiliki sumur gali, tapi kering saat

kemarau.

Kesulitan sumber air bersih yang cukup.

Meningkatkan resiko terjadi infeksi bakteri seperti E.Coli,dan lain-

lain terutama saat musim kemarau.

Untuk masak-memasak, sebagian besar menggunakan kayu bakar.

Buruknya kualitas udara terutama udara dalam ruangan.

Risiko untuk terkena infeksi saluran nafas akut (ISPA), penyakit

paru obstruksi kronis/PPOK, dan bronkitis kronik tiga kali lebih

besar pada orang yang terpajan asap pembakaran bahan bakar

arang/briket arang dan kayu bakar

c. Nasihat spesifik

15

Masyarakat di anjurkan menggunakan kompor gas yang sudah

banyak digunakan dan kalau memang gas susah di dapat usahakan

memasak kayu bakar diluar rumah agar partikel asap tidak

terhirup dan mengganggu kesehatan

d. Rekomendasi langkah puskesmas

Upaya promosi kesehatan:

Pembentukan kader sanitarian berkoordinasi dengan Puskesmas

pembantu. Mengadakan penyuluhan mengenai air bersih, bagaimana

kriteria sumber air bersih, bagaimana cara memilih sumber air yang

tepat. Masyarakat diberi larangan membuang hajat dan sampah pada

sumber air desa.

Upaya kesehatan lingkungan

Mengupayakan pengukuran kualitas sumber air baku secara

berkala minimal 2 kali dalam 1 tahun. Untuk sumber air minum,

pengukuran sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali untuk parameter

mikrobiologi dan parameter fisik serta 6 bulan sekali untuk parameter

kimia wajib dan kimia tambahan. Hasil pengukuran dilaporkan kepada

Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota setiap bulan dan kemudian

dilaporkan oleh Dinkes Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan

Provinsi setiap 6 bulan

Udara

- Memberikan penyuluhan mengenai bahaya polusi udara dalam

ruangan.

- Identifikasi atau skrining kasus tuberkulosis paru baru dan penyakit

ISPA.

- Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan

inspeksi ke Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt

untuk mendata dan mengevaluasi bagaimana upaya manajemen

kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas pembantu tersebut.

16

e. Nasihat Dinkes dan Pemda

Dinkes:

- Persiapan tenaga dan fasilitas kesehatan dalam manajemen pasien

gangguan saluran pernafasan seperti ISPA,PPOK,bronkitis kronis,

dan lain-lain terutama pada musim kemarau dan serangan asap

kabut.

Pemda

- Mengajukan permohonan bantuan kepada Pemda untuk membantu

program konversi di desa Mrjt ini dengan memberikan bantuan

stimulan kepada warga berupa kompor gas dan regulator LPG.

Pemda juga harus dapat menjamin pasokan LPG bersubsidi ke

daerah tersebut sehingga harga LPG terkontrol dan mampu

dijangkau masyarakat.

f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas

kesehatan

Sebagian besar keluarga memiliki sumur gali, tapi kering saat

kemarau : Membuat sarana air bersih bekerjasama denngan PDAM

atau penampungan air bersih komunal selama tidak musim

kemarau untuk antisipasi kekeringan musim kemarau.

Untuk masak-memasak, sebagian besar menggunakan kayu bakar :

Penyuluhan penggunaan LPG dibantu dengan fasilitas untuk

penyaluran LPG.

4. Bulan September-Desember seringkali ada serangan kabut asap yang bertahan

sampai berminggu-minggu. Di minimarket, tersedia jenis minuman beralkohol.

a. Resiko

17

Berdasarkan data periksa udara yang diberikan, didapatkan bahwa desa

Mrjt mengalami kelebihan pada kadar SO2, CO, NOx, TSP, dan Pb.

Dimana kelebihan pada kadar tersebut dapat menyebabkan unsur

tersebut terhirup ke system respirasi dan menimbulkan resiko

gangguan sebagai berikut:

- SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan fungsi

paru, menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada saluran

pernapasan menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu asma dan

bronkhitis kronis serta tekanan darah rendah, nadi cepat, dan sakit

kepala.

- CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan

transportasi O2 ke jaringan dan mengakibatkan anoksia jaringan,

gangguan sistem syaraf pusat (kehilangan sensitifitas ujung jari,

penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk terutama pada

balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian janin dan gangguan

kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat keracunan gas CO,

antara lain pusing, mual, gelisah, sesak napas, sakit dada, bingung,

pucat, tidak sadar, kegagalan pernapasan dan kematian.

- NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti

lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia, edema paru,

sianosis, dan methemoglobinemia.

- TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem pernapsan,

iritasi mata, alergi, bronkhitis kronis.

- Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah, dan

ginjal. Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

konvulsi/kejang, koma, bahkan kematian. Pajanan pada anak-anak

atau janindapat lebih parah karena menyebabkan pertumbuhan

terhambat, penurunan kecerdasan, mengurangi konsentrasi, dan

gangguan perilaku

b. Akibat

18

Kabut Asap

- Kabut asap dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan

tenggorokan, serta menyebabkan reaksi alergi, peradangan dan

mungkin juga infeksi.

- Kabut asap dapat memperburuk penyakit asma dan penyakit paru

kronis lain, seperti bronkitis kronik, PPOK dan sebagainya.

- Kemampuan kerja paru menjadi berkurang dan menyebabkan

seseorang mudah lelah dan mengalami kesulitan bernapas.

- Bagi mereka yang berusia lanjut (lansia) dan anak-anak maupun

yang mempunyai penyakit kronik, dengan kondisi daya tahan

tubuh yang rendah akan lebih rentan untuk mendapat gangguan

kesehatan.

- Kemampuan dalam mengatasi infkesi paru dan saluran pernapasan

menjadi berkurang, sehingga menyebabkan lebih mudah terjadi

infeksi.

- Berbagai penyakit kronik juga dapat memburuk.

- Bahan polutan pada asap kebakaran hutan dapat menjadi sumber

polutan  di sarana air bersih dan makanan yang tidak terlindungi.

- Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) jadi lebih mudah terjadi,

terutama karena ketidak seimbangan daya tahan tubuh (host), pola

bakteri/virus penyebab penyakit (agent) serta buruknya

lingkungan (environment).

Minuman beralkohol

- Gangguan Mental Organik (GMO) : perubahan perilaku, seperti

bertindak kasar, gampang marah sehingga memiliki masalah

dalam lingkungan sekitar

- Merusak Daya Ingat : Kecanduan minuman keras dapat nghambat

perkembangan memori dan sel-sel otak.

- Oedema Otak : Pembengkakan dan terbendunganya darah di

jaringan otak. Sehingga mengakibatkan gangguan koordinasi

dalam otak secara normal.

19

- Sirosis Hati : Peradangan sel hati secara luas dan kematian sel

dalam hati akibat terlalu banyak minum minuman keras.

- Gangguan Jantung : Terlalu banyak minum minuman keras dapat

membuat kerja jantung tidak berfungsi dengan baik.

- Gastrinitis : Radang atau luka pada lambung. Ini biasanya

diakibatkan gara2 muntah akibat mninuman keras, karena lambung

harus memompa secara paksa keluar zat-zat adiktif yang beracun

dalam tubuh.

- Paranoid : Perilaku menjadi lebih kasar terhadap orang di

sekelilingnya.

- Keracunan/Mabuk : Terlalu banyak minum minuman keras dapat

menghilangkan kesadaran

c. Nasihat spesifik

Bulan September-Desember seringkali ada serangan kabut asap

yang bertahan sampai berminggu-minggu

Pencegahan terjadinya ISPA dan masalah kesehatan lainnya

dengan penggunaan masker dan didukung pola gaya hidup

sehat untuk menurunkan kerentanan ketahanan tubuh.

Di minimarket, tersedia jenis minuman beralkohol

Sebaiknya mengedukasi kepada Tokoh masyarakat yang

biasanya menjadi contoh warga untuk hidup dan berperilaku

sehat.

d. Rekomendasi langkah puskesmas

Penyuluhan dan pelatihan khusus yang direkomendasikan

adalah pelatihan pemasangan pemeriksaan dan penggunaan

kompor gas LPG (Pemda)

e. Nasihat Dinkes dan Pemda

20

Bulan September-Desember seringkali ada serangan kabut asap

yang bertahan sampai berminggu-minggu

Dinkes kab/kota dalam hal ini merupakan penanggungjawab

Puskesmas sebaiknya berkoordinasi aktif dan ikut mendata apa

yang terjadi di wilayah Puskesmas. Bisa juga menurunkan tim

yang terdiri dari tenaga kesehatan, ahli laboratorium, gizi, dll

untuk mendata kondisi kesehatan. Melalui Puskesmas sebagai

UPTD Dinas Kesehatan melakukan manajemen promotif dan

preventif kesehatan seperti penggunaan masker selama

terjadinya kabut asap

Di minimarket, tersedia jenis minuman beralkohol

Membuat regulasi mengenai peredaran minuman beralkohol.

Namun hal ini lebih ditujukan kepada kepala desa terhadap

warga-warganya dengan keseimbangan dan koordinasi lintas

sektor (pemerintah, swasta, dll).

f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas

kesehatan

Pelatihan klinik sanitasi agar petugas tahu dan mampu melaksanakan

kegiatan klinik sanitasi, mampu menggali dan menemukan masalah

lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit berbasis

lingkungan, mampu memberikan saran tindak lanjut perbaikan

lingkungan dan perilaku yang tepat sesuai dengan masalah

Para pemuka masyarakat diberikan penyuluhan tentang promosi

kesehatan agar mereka dapat:

- Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.

- Turut menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan

menciptakan suasana yang kondusif bagi PHBS.

- Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group) guna

mempercepat terbentuknya PHBS.

21

Pemuka/tokoh diundang untuk menyampaikan pesan-pesan. Para

pemuka/ tokoh berperan sebagai motivator/kelompok pendorong

(pressure group) dan juga panutan dalam mempraktikkan PHBS di

Puskesmas.

Pemanfaatan media seperti billboard di halaman,poster di dinding

ruangan, pertunjukan filem,pemuatan makalah/berita di majalah

dinding, serta penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-

ulama atau figur publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk

taman obat/taman gizi dan lain-lain.

Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri dengan dibentuknya Forum

Desa, yaitu sebuah lembaga kemasyarakatan di mana para pemuka

masyarakat desa/kelurahan berkumpul secara rutin untuk membahas

perkembangan dan pengembangan kesehatan masyarakat

desa/kelurahan.

Pelatihan penyuluhan mengenai kesehatan yang ada di desa Mjt

Pelatihan pola hidup sehat

Pelatihan untuk berperan aktif dalam pengontrolan taraf kebersihan

makanan, udara, air, dan limbah di desa Mjt

5. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh pustu, sedangkan puskes ada di kota

kecamatan sekitar 15 km kearah Palembang. Petugas kesehatan yang ada di desa

adalah Mantri dan bidan desa. Dukun sebagai ‘garis pertama’ dalam melayani

orang sakit. Jumlah kelahiran sebagian besar ditolong oleh dukun. Pengolahan

sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi khusus

yang bertugas. Rawa menjadi tempat buang sampah yang ideal bagi masyarakat.

Laporan tahunan dari puskesmas, memperlihatkan 10 penyakit yang terdeteksi

didesa ini :

ISPA

Gastro intestinal dan diare

Kulit

Malaria

Cidera kecelakaan lalu lintas

DHF

22

Tuberculosis

Asthma

Gigi dan mulut

Hipertensi

a. Resiko (hubungan antara kejadian penyakit dengan kondisi desa)

Risiko yang terdapat pada kondisi desa dan hubungannya dengan

masing-masing penyakit:

ISPA : ventilasi yang tidak baik, penggunaan kayu bakar untuk

memasak

Gastro intestinal dan diare : kualitas air minum yang buruk, dan

vektor lalat

Kulit : kualitas air sanitasi yang buruk dan udara

Malaria : desa yang terletak di sekitar sawah membuat banyak

lingkungan yang mendukung untuk berkembangnya vektor

nyamuk anopheles

Cidera kecelakaan lalu lintas : penggunaan kendara bermotor

DHF : pembuangan sampah di rawa membuat banyak air

tergenang dalam jangka waktu lama dan memberi lingkungan

yang mendukung untuk berkembangnya vektor nyamuk aedes

Tuberculosis : kualitas udara buruk

Asthma: ventilasi yang tidak baik, penggunaan kayu bakar untuk

memasak, membuat

Gigi dan mulut : sanitasi makanan buruk, air sanitasi buruk,

tenaga kesehatan yaitu perawat gigi dan dokter gigi minim

Hipertensi : perilaku tidak sehat seperti mengonsumsi alkohol

b. Akibat

Akses pelayanan kesehatan

- Akses pelayanan kesehatan yang sulit dicapai menghalangi

masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan.

23

Tenaga kesehatan kurang

- Tenaga kesehatan yang kurang atau tidak berkompeten berisiko

malpraktik dan dapat terjadi pengobatan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan.

- Tenaga kesehatan yang kurang dapat mengakibatkan upaya

kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas menjadi terhambat dan

pelayanan kesehatan masyarakat menjadi tidak maksimal.

- Upaya kesehatan seperti promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang dilakukan Puskesmas juga menjadi tidak

maksimal dikarenakan tenaga kesehatan yang sedikit.

Pengelolaan sampah

- Sampah yang dapat menampung air hujan dapat menjadi sarang

nyamuk Anopheles dan Aedes aegypti sehingga meningkatkan

risiko penularan penyakit malaria dan DHF.

- Sampah yang dibuang ke rawa dapat mencemari air rawa yang

menjadi salah satu sumber air Desa Mjt sehingga meningkatkan

risiko penyakit kulit dan keracunan.

c. Nasihat spesifik

Masalah Sampah dan Limbah

- Disarankan bagi warga Mjt. untuk memisahkan sampah organik

dan non organik agar dapat diolah kembali dan juga agar

memisahkan sampah basah dan sampah kering. Untuk sampah

yang kering dapat dibakar dan sampah organik dapat dibuat

menjadi pupuk kompos. Disarankan untuk kepala desa agar

membuat program pengolahan sampah yang baik dan benar, seperti

membuat galian tanah yang dalam untuk tempat pembuangan akhir

atau dapat membuat dipo (rumah sampah) di desa meranjat dan

bekerja sama dengan kecamatan setempat/ dinas kebersihan kota

24

untuk mengadakan truk pengangkut sampah agar dapat

mengangkut sampah dari dipo ke TPA.

Pelayanan kesehatan

- Kurangnya tenaga kesehatan : meningkatkan jumlah tenaga

kesehatan. Penyuluhan tentang peran para tenaga medis dalam

kesehatan..

- Koordinasi dengan pemerintah setempat agar diperbaiki

infrastruktur jalur ke puskes dan pengadaan sarana transportasi

umum yang mudah dan layak sehingga warga mau datang ke

puskes

- Puskes bekerja sama dengan dukun. Membuat dukun menjadi

kader kesehatan

d. Rekomendasi langkah puskesmas

Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan Puskesmas untuk megatasi

permasalahan jumlah tenaga kesehatan di Desa Mjt.

Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan yang telah ada.

Memberikan usulan kepada pemerintah setempat melalui Dinas

Kesehatan untuk menambah jumlah tenaga kerja Puskesmas.

Memberikan penyuluhan dan edukasi masyarakat mengenai praktik

tenaga kesehatan dan perizinannya.

Melakukan usaha promotif dan preventif kesehatan.

Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan

inspeksi ke Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk

mendata dan mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan

yang dilakukan oleh Puskesmas pembantu tersebut.

e. Nasihat Dinkes dan Pemda

Akses pelayanan kesehatan

25

- Mempermudah akses pelayanan kesehatan di masyarakat dan

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan misalnya dengan menambah

jumlah puskesmas, menambah jumlah tenaga kerja dan fasilitas di

puskesmas.

Tenaga kerja

- Pimpinan di daerah memberi arah dan petunjuk dalam melakukan

pengadaan SDM (rekruitmen dan seleksi), pendayagunaan SDM

(merencanakan distribusinya, kelanjutan kariernya, serta

kesejahteraannya), Pembinaan dan pengawasan SDM. Bagi SDM yang

diketahui kurang kompeten, dilakukan pelatihan baik kemampuan

manajerial maupun keterampilannya. Pengawasan dilakukan bersama-

sama / melibatkan sektor lain termasuk Organisasi Profesi dan swasta.

- Untuk memperbaiki kualitas perencanaan di daerah, pimpinan di

daerah perlu meningkatkan kemampuan perencanaan SDM kesehatan

di daerah, seperti dalam menetapkan sasaran harus jelas dan terukur

sehingga dapat dilaksanakan.

- Melakukan upaya pembinaan perencanaan dengan pelatihan maupun

bantuan teknis.

- Melakukan pengembangkan perencanaan termasuk metodenya.

- Mengalokasikan sumber daya pendukung seperti alokasi dana dan

sarana yang memadai.

Pengelolaan sampah

- Dinkes: penyediaan tenaga sanitarian yang dapat memberi pelatihan

atau penyuluhan tentang higiene dan sanitasi lingkungan.

- Pemda: menyediakan tempat pembuangan sampah dengan ketentuan

minimal sebagai berikut.

a) Dibangun di jenis tanah kedap air, di daerah yang tidak

produktif untuk pertanian, dan bebas banjir

b) Dapat dipakai minimal 5-10 tahun,

c) Tidak membahayakan atau mencemarkan sumber air,

26

d) Jarak tempat pembuangan akhir sampah dari daerah pusat

pelayanan 10 km.

f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas kesehatan

Rekomendasi pelatihan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan

akibat kondisi penduduk Desa Mjt secara umum adalah sebagai berikut:

Pelatihan kepada staff dan tenaga kesehatan di Puskesmas

mengenai tindakan primer ketika terjadi kecelakaan kerja secara

berkala,

Pelatihan identifikasi infeksi kecacingan, secara berkala setiap 6

bulan,

Penyuluhan rumah sehat dan pola perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) secara berkala.

6. Dalam kurun waktu 1 tahun, desa ini mengalami kasus keracunan sebanyak 2 kali

yang melibatkan banyak orang. setelah dilakukan pemeriksaan air minum dan

kualitas udara ruangan, yang bersumber dari air sumur, didapatkan hasil pada

lampiran. Akibat penggunaan bahan bakan kayu dan briket arang, serta ventilasi

yang tidak baik, maka kualitas udara did lam rumah tidak cukup baik, khususnya

kadar debu halus (PM10) dan karbon monoksida yang tinggi. Peningkatan

penggunaan kendaraan bermotor, menyebabkan tingginya angka kecelakaan.

Selain itu desa ini juga mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

a. Resiko

Risiko yang terdapat pada kondisi di atas yaitu:

Kualitas air minum yang tidak memenuhi standar air minum

yang baik

Kualitas udara ruangan yang tidak memenuhi standar kualitas

udara ruangan yang baik

Ventilasi yang tidak baik

Penggunaan bahan bakan kayu dan briket arang yang berpolusi

27

Kadar debu halus (PM10) dan karbon monoksida yang tinggi

Tingginya angka kecelakaan akibat penggunaan kendaraan

bermotor

Budaya minuman keras dan narkoba

b. Akibat

Keracunan makanan

Sumber air yang tercemar E. coli karena air yang digunakan

kemungkinan merupakan resapan aliran sungai yang juga dipakai

sebagai kebutuhan MCK, pembuangan sampah ke rawa yang juga

merupakan sumber air minum ketika musim kemarau. Rawa yang

menjadi tempat pembuangan sampah dapat menjadi tempat

berkembang biak vektor patogen penyakit seperti lalat yang

menyebarkan penyakit ke makanan warga. Pada acara pesta

pernikahan di Desa Mrjt kemungkinan menggunakan air yang banyak

mengandung patogen penyakit sehingga menimbulkan keracunan

makanan.

Kualitas udara dalam ruangan

- SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan

fungsi paru, menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada

saluran pernapasan menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu

asma dan bronkhitis kronis serta tekanan darah rendah, nadi

cepat, dan sakit kepala.

- CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan

transportasi O2 ke jaringan dan mengakibatkan anoksia

jaringan, gangguan sistem syaraf pusat (kehilangan sensitifitas

ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk

terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian

janin dan gangguan kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat

keracunan gas CO, antara lain pusing, mual, gelisah, sesak

28

napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar, kegagalan

pernapasan dan kematian.

- NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti

lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia, edema paru,

sianosis, dan methemoglobinemia.

- TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem

pernapsan, iritasi mata, alergi, bronkhitis kronis.

- Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah,

dan ginjal. Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan

konvulsi/kejang, koma, bahkan kematian. Pajanan pada anak-

anak atau janindapat lebih parah karena menyebabkan

pertumbuhan terhambat, penurunan kecerdasan, mengurangi

konsentrasi, dan gangguan perilaku

Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor

Kebiasaan membeli kendaraan ketika panen dan penghasilan tinggi

beresiko meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.

Budaya minuman keras

Kebiasaan minum-minuman keras beresiko penurunan daya

ingat, perasaan was-was, kesulitan memecahkan masalah, stroke,

impoten, mandul, penyakit hati, kecanduan, seks bebas, kehabisan

uang, bahkan kematian (Sumarlin, 2012). Beresiko kegemukan 55%,

hipertensi 72%, dan anemia 68%.

Budaya penggunaan narkoba

Menurut Keputusan Menkes No. 486 tentang Kebijakan dan

Rencana Strategi Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika,

Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA), ketergantungan

NAPZA merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang kompleks,

kronis, dan dapat terjadi berulang kali (chronic relapsing disease)

dengan berbagai mekanisme biologis yang mempengaruhi otak dan

kemampuannya untuk mengontrol penggnaan NAPZA.

29

Ketergantungan NAPZA juga merupakan salah satu kontributor utama

yang menyebabkan beban penyakit dan disabilitas. Efek negatif

penyalahgunaan NAPZA dapat dibagi dalam empat kategori:

1) Kategori pertama, efek kesehatan kronis mencakup sirosis

hepatis dan penyakit kronis lain. Melalui pemakaian bersama

jarum suntik, NAPZA yang digunakan melalui injeksi

merupakan vektor utama dalam penularan infeksi HIV dan

virus hepatitis B & C,

2) Kategori kedua, efek akut terhadap kesehatan atau berjangka

pendek seperti overdosis. Overdosis menyebabkan jatuhnya

korban jiwa sebagai akibat dari koordinasi fisik, konsentrasi,

dan kemampuan mengambil keputusan yang terganggu sebagai

efek penyalahgunaan NAPZA. Mengemudi kendaraan dalam

kendaraan mabuk, bunuh diri, dan tindak kekerasan juga

termasuk dalam kategori ini.

3) Kategori ketiga, mencakup efek sosial yang timbul akibat

penyalahgunaan NAPZA. Relasi yang terputus, keterlibatan

pihak penegak hukum, masalah sosial kronis karena

ketidakmampuan melaksanakan tugas serta fungsi dalam

keluarga dan lingkungan kerja.

4) Kategori keempat, stigmatisasi masyarakat menyebabkan

lambannya tindakan pertolongan dalam kondisi darurat.

c. Nasihat spesifik

Dalam kurun waktu 2010-2011 dua kali mengalami keracunan

makanan ketika hajatan perkawinan.

- Penyuluhan tentang hygine dan sanitasi. Pengolahan, penyimpanan

dan distribusi makanan dan minuman.

- Karena penyebab keracunan kemungkinan berasal dari makanan

atau minuman yang terkontaminasi patogen, nasihat yang perlu

disampaikan kepada masyarakat adalah sebagai berikut.

30

- Mengolah makanan dengan higiene yang baik termasuk mencuci

bahan dan peralatan masak,

- Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan,

- Menghindari hinggapan lalat atau hewan-hewan yang mungkin

menjadi vektor pada makanan dengan cara menutup makanan

sebelum dihidangkan

Banyak motor menyebabkan tingkat kecelakaan yang meningkat,

selain itu mulai mengalami budaya minuman keras dan narkoba.

Akibat: kematian menigkat, kejahatan meningkat

- Memasang rambu-rambu lalu lintas seperti dilarang berhenti,

kecepatan maksimal untuk mengurangi angka kejadian kecelakaan

lalu lintas

- Penyuluhan keselamatan berkendara dan dampak tidak

menggunakan helm

- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat setempat mengenai

dampak minuman keras dan narkoba bagi kesehatan.

- Penegakan hukum yang tegas

d. Rekomendasi langkah puskesmas

e. Nasihat Dinkes dan Pemda

Keracunan makanan

- Dinkes: mempersiapkan tenaga kesehatan dalam investigasi

keracunan makanan.

- Pemda: mendukung sarana dan prasarana yang berperan dalam

pencegahan terjadinya kasus keracunan makanan. Misalnya,

membangun tempat pembuangan sampah umum.

Kualitas udara dalam ruangan

- Dinkes: persiapan tenaga kesehatan dalam manajemen pasien ISPA

31

- Pemda: mengajukan permohonan bantuan kepada Pemda untuk

membantu program konversi di desa Mjt ini dengan memberikan

bantuan stimulan kepada warga berupa kompor gas dan regulator

LPG. Pemda juga harus dapat menjamin pasokan LPG bersubsidi

ke daerah tersebut sehingga harga LPG terkontrol dan mampu

dijangkau masyarakat.

Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor

Mengingatkan akan bahayanya kecelakaan bermotor, dan

menghimbau masyarakat untuk taat peraturan dan rambu lalu lintas,

serta menggunakan pengaman.

Budaya minuman keras dan narkoba

1) Prioritas pertama yakni anak dan remaja bukan pemakai tapi

merupakan potential user. Dilakukan komunikasi, informasi, dan

edukasi mengenai penciptaan lingkungan kemasyarakatan yang

kondusif untuk hidup sehat dan berkembangnya kehidupan yang

kreatif dan produktif. Ini dapat membuat anak dan remaja terhindar

dan mampu menolak menggunakan NAPZA

2) Prioritas kedua yakni keluarga. Menasehati anggota keluarga agar

dapat memahami dan menciptakan lingkungan keluarga yang

kondusif untuk setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga

dihimbau untuk memiliki keterampilan dalam menjaga ketahanan

keluarga sehingga dapat diberdayakan dalam pencegahan

penanggulangan NAPZA. Menghimbau setiap anggota keluarga

untuk terampil dalam membina rumah tangga yang harminis,

komunikasi efektif, dan memiliki pengetahuan yang berkaitan

dengan penyalahgunaan NAPZA

3) Prioritas ketiga, pendidik, tokoh masyarakat, dan tokoh agama

agar dapat memahami dan menciptakan lingkungan institusi

pendidikan dan masyarakat yang kondusif bagi perkembangan

anak dan remaja. Kepada tenaga kesehatan agar tidak melakukan

diskriminasi pasien ketergantungan NAPZA dalam memberikan

pelayanan kesehatan. Pengenalan mengenai budaya, agama,

32

pendidikan sehingga diketahui bahaya NAPZA terhadap kesehatan

baik fisik, mental dan sosial.

f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas

kesehatan

- Kecelakaan Lalu Lintas:

Sosialiasi peraturan lalu lintas dan penanggulangan

kegawatdaruratan medis.

- NAPZA:

Guna menjamin terlaksananya penanggulangan penyalahgunaan

NAPZA, diperlukan tenaga profesional yang mengabdi di

pemerintahan, swasta dan masyarakat.

Pelatihan relapse prevention, pelatihan konselor adiksi, instruktur

cognitive behavior therapys, instruktur motivational enhancement

therapy, pendamping ODHA, dan lain-lain.

- Pelatihan khusus yang direkomendasikan adalah pelatihan

pemasangan, pemeriksaan, dan penggunaan kompor gas LPG

(Pemda).

7. Lampiran

a. Resiko

Air

Sumber air warga desa Mrjt berasal dari sumur yang setelah diteliti

mengandung unsur yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan

melalui Permenkes RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010. Kondisi

sumber air terdapat bakteri E. coli, koliform, dan kadar logam berat

arsen yang melebihi standar. Bakteri E. coli dan koliform yang

terkandung dalam air jika dikonsumsi bisa mengakibatkan diare,

33

kolera, disentri, dan gangguan pencernaan lainnya karena infeksi

bakteri terhadap saluran pencernaan. Logam arsen jika kadarnya tinggi

bisa mengakibatkan keracunan. Gejala keracunan arsen secara akut

pada saluran pencernaan berupa adanya rasa terbakar di tenggorokan,

sukar menelan, mual, muntah, diare serta rasa nyeri yang sangat pada

perut.

Udara

Berdasarkan data periksa udara yang diberikan, didapatkan bahwa

desa Mrjt mengalami kelebihan pada kadar SO2, CO, NOx, TSP, dan

Pb. Dimana kelebihan pada kadar tersebut dapat menyebabkan unsur

tersebut terhirup ke system respirasi dan menimbulkan resiko

gangguan sebagai berikut:

- SO2 dapat memengaruhi sistem pernapasan dan gangguan

fungsi paru, menyebabkan iritasi pada mata, inflamasi pada

saluran pernapasan menyebabkan batuk, sekresi lendir, memicu

asma dan bronkhitis kronis serta tekanan darah rendah, nadi

cepat, dan sakit kepala.

- CO memiliki efek toksik yang dapat menyebabkan kegagalan

transportasi O2 ke jaringan dan mengakibatkan anoksia

jaringan, gangguan sistem syaraf pusat (kehilangan sensitifitas

ujung jari, penurunan daya ingat, pertumbuhan mental buruk

terutama pada balita, berat badan bayi lahir rendah, kematian

janin dan gangguan kardiovaskular). Gejala yang muncul akibat

keracunan gas CO, antara lain pusing, mual, gelisah, sesak

napas, sakit dada, bingung, pucat, tidak sadar, kegagalan

pernapasan dan kematian.

- NOx dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan seperti

lemas, batuk, sesak napas, bronchopneumonia, edema paru,

sianosis, dan methemoglobinemia.

- TSP dapat menyebabkan pneumonia, gangguan sistem

pernapsan, iritasi mata, alergi, bronkhitis kronis.

34

Pb dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, sel darah, dan

ginjal. Dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan konvulsi/kejang,

koma, bahkan kematian. Pajanan pada anak-anak atau janindapat lebih

parah karena menyebabkan pertumbuhan terhambat, penurunan

kecerdasan, mengurangi konsentrasi, dan gangguan perilaku

b. Akibat

- Bakteri E. coli dan koliform

Bakteri ini adalah flora normal yang hidup di saluran

pencernaan manusia. Apabila bakteri ini ditemukan di sumber air

berarti telah terjadi pencemaran sumber air, terutama karena

pencemaran tinja (ekskreta disposal). Semakin tinggi kontaminasi

bakteri koliform terhadap sumber air maka semakin tinggi tingkat

patogenitas terhadap kesehatan manusia. Air yang bercampur

bakteri ini jika dikonsumsi bisa mengakibatkan diare, kolera,

disentri, dan gangguan pencernaan lainnya karena infeksi bakteri

terhadap saluran pencernaan.

Berdasarkan data dari Puskesmas tentang sepuluh besar

penyakit yang terdeteksi di Desa Mjt, penyakit gastrointestinal dan

diare berada pada urutan kedua. Hal ini kemungkinan besar

disebabkan oleh kualitas air sumur yang tidak baik.

- Logam berat arsen

Logam arsen jika kadarnya tinggi bisa mengakibatkan

keracunan. Gejala keracunan arsen secara akut pada saluran

pencernaan berupa adanya rasa terbakar di tenggorokan, sukar

menelan, mual, muntah, diare serta rasa nyeri yang sangat pada

perut. Pada sistem kardiorespirasi akan muncul gejala nafas berbau

bawang putih, kulit kebiruan (sianosis), rasa sukar bernafas, serta

turunnya tekanan darah (hipotensi) akibat dari peningkatan

kebocoran pembuluh darah. Gejala keracunan arsen pada sistem

saraf yaitu mulai dari penurunan kesadaran, koma, dan sampai

35

kejang. Adanya kerusakan ginjal secara akut, dehidrasi akibat

muntah dan diare, serta hemolisis darah akan dapat menimbulkan

shock yang fatal. Jika tidak mendapat pertolongan yang sesuai maka

kondisi ini dapat mengakibatkan kematian mendadak.

c. Nasihat spesifik

Kualitas Air Minum :

Memperhatikan sumber air yang layak untuk digunakan dan

dikonsumsi yang sebaiknya bukan dari air rawa atau sumur yang

tercemar

Melakukan dan menerapkan cara pengolahan air minum yang baik.

Sebaiknya ditampung terlebih dahulu, diendapkan atau disaring,

kemudian dimasak agar mikroorganisme yang terlarut di dalamnya

mati.

Swadaya penyaringan air. Penduduk Desa Mrjt dapat membuat

secara mandiri penyaringan air untuk menyaring air dari sungai

jika musim kemarau tiba dan sumur kering.

Membangun kolam penampungan air atau tangki penampungan air

untuk menjamin pasokan air desa selama musim kemarau. Ukuran

kolam atau tangki dapat diestimasi dengan memperkirakan

kebutuhan air warga selama musim kemarau. Kebutuhan air

domestik adalah sekitar 100L/orang/hari. Kebutuhan air warga desa

yang berpenduduk 2000 orang dalam waktu 1 hari adalah 200.000

liter atau 200 m3. Bila diperkirakan musim kemarau berlangsung

antara bulan April – September (6 bulan), maka kebutuhan air

penduduk selama musim kemarau adalah sekitar 36.000 m3. Maka

dari itu, kita harus mempersiapkan kolam atau tangki

penampungan air dengan daya tampung minimal 36.000 m3.

Membuat kakus septik tank dengan prinsip yang tepat guna

menghindari pencemaran sumber air oleh bakteri Escherichia coli

dan coliform. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam

membuat septik tank:

36

a) Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat

di sebelah bawah dari letak sumber air. Andaikata tidak

mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh

kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau

kekiri dari letak sumur.

b) Bila daerahnya datar, jarak minimal septik tank dengan

sumber air adalah 10 meter dan sedapat mungkin harus di

luar lokasi yang sering digenangi banjir. Pada daerah yang

sering banjir, lantai jamban harus dibuat lebih tinggi dari

permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.

c) Dinding septik tank hendaklah tidak tembus air (disemen)

agar air tidak merembes masuk ke tanah sekitar, tetapi

ditampung terlebih dahulu pada tangki sebelum akhirnya

masuk ke saluran pembuangan. Bagian atas septik tank

harus ditutup rapat guna menghindari serangga dan bau.

d) Septik tank dapat menggunakan prinsip septik tank ganda

sehingga bila salah satu septik tank penuh, kita dapat

menggunakan tank yang lain. Bak penampung yang telah

penuh dapat ditutup dan didiamkan beberapa lama agar

kotoran dapat menjadi kompos. Kompos dapat digunakan

untuk pupuk pada tanaman karet warga. Bak yang telah

dikosongkan dapat digunakan kembali. Prinsip lain yang

dapat digunakan adalah septik tank 3 ruang.

Memperhatikan pembuangan sampah supaya tidak mencemari air

dan sampah sebaiknya tidak dibuang ke rawa.

Jika penduduk Desa Mjt masih menggunakan air sumur sebagai air

utama, sumur perlu diperhatikan bentuk dan lokasi penggaliannya.

Kualitas Udara Ruangan :

- Membuat ventilasi rumah yang baik terutama di dapur, dapat

berupa corobong asap dapur sekurang-kurangnya 40% dari luas

lantai,

- Memakai masker pada saat ada serangan kabut asap,

37

- Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor,

- Mendorong masyarakat untuk menggunakan LPG sebagai bahan

bakar memasak. Hal ini didukung dengan adanya peningkatan daya

beli masyarakat di desa tersebut akibat meningkatnya harga karet

alam. Beberapa masyarakat mungkin khawatir untuk menggunakan

LPG sebab merasa takut. Kita perlu penjelasan kepada masyarakat

dengan meyakinkan mereka bahwa penggunaan LPG itu aman.

Masyarakat yang bersedia mengikuti program konversi diberikan

pelatihan mengenai cara menggunakan LPG yang tepat dengan

berkoordinasi dengan orang yang kompeten di bidang ini.

- Bagi masyarakat yang tidak mampu mengikuti program konversi

dari bahan bakar tradisonal ke bahan bakar menggunakan gas, kita

dapat mengajarkan mereka untuk membuat ventilasi yang cukup di

dapur guna mengurangi jumlah asap yang masuk ke ruangan rumah

yang lain.

- Penggunaan cerobong asap pada tempat memasak juga dapat

membantu. Bila tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk

membuat tempat memasak di luar rumah.

d. Rekomendasi langkah puskesmas

Upaya promosi kesehatan : Pembentukan kader sanitarian

berkoordinasi dengan Puskesmas pembantu. Mengadakan

penyuluhan mengenai air bersih, bagaimana kriteria sumber air

bersih, bagaimana cara memilih sumber air yang tepat. Masyarakat

diberi larangan membuang hajat dan sampah pada sumber air desa.

Upaya kesehatan lingkungan: mengupayakan pengukuran kualitas

sumber air baku secara berkala minimal 2 kali dalam 1 tahun. Untuk

sumber air minum, pengukuran sebaiknya dilakukan 1 bulan sekali

untuk parameter mikrobiologi dan parameter fisik serta 6 bulan

sekali untuk parameter kimia wajib dan kimia tambahan. Hasil

pengukuran dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

38

setiap bulan dan kemudian dilaporkan oleh Dinkes Kabupaten/Kota

kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 6 bulan.

Berkoordinasi aktif dan secara berkala melakukan kunjungan dan

inspeksi ke Puskesmas Pembantu(Pustu) yang ada di desa Mjt untuk

mendata dan mengevaluasi bagaimana upaya manajemen kesehatan

yang dilakukan oleh Puskesmas pembantu tersebut.

e. Nasihat Dinkes dan Pemda

Memberlakukan kebijakan/peraturan perundangundangan yang tidak

merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan mendukung terciptanya

PHBS dan kesehatan masyarakat.

Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang

dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu

sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat

luas pada umumnya.

- Membangun PAM dan penyediaan air bersih

- Membuat pengolaan sampah yang lebih baik

- Penanaman pohon

- Penambahan tenaga kesehatan

- Membuat puskesmas dan pustu yang lebih dekat

- Penambahan dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan

masyarakat.

- Penyuluhan tentang bagaimana memasak dengan menggunakan

sumber makanan yang higenis dan ventilasi dapur yang benar.

- Penyuluhan tentang hukum dan dampak minuman keras dan

narkoba

- Membuat peraturan rambu-rambu untuk menurunkan laju

kendaraan pada kecepatan tertentu

Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna

memudahkan petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.

39

Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui

kemitraan dengan pihak-pihak lain.

Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan bina suasana dan

dalam mengupayakan dukungan dari pembuat kebijakan dan pihak-

pihak lain (sasaran tersier).

Dinas kesehatan kabupaten/kota harus tersedia tenaga khusus promosi

kesehatan. Tenaga ini berupa pegawai negeri sipil dinas kesehatan

kabupaten/kota yang ditugasi untuk melaksanakan promosi kesehatan.

Petugas ini bertanggung jawab membantu pelaksanaan promosi

kesehatan di Puskesmas.

f. Rekomendasi pelatihan khusus pemuka masyarakat dan petugas

kesehatan

Kualitas Air Minum :

Kepada masyarakat/kader yang ada di desa tersebut :

- Pelatihan pengolahan air Sungai Ogan untuk bisa dijadikan

sebagai sumber air bersih dan sumber air minum,

- Pelatihan pengolahan dan manajemen sampah yang benar,

- Pelatihan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Kualitas Udara Ruangan :

Pelatihan khusus yang direkomendasikan adalah pelatihan

pemasangan, pemeriksaan, dan penggunaan kompor gas LPG (Pemda).

g. Interpretasi Lampiran

Kualitas air minum

Parameter Hasil Uji Baku Mutu

air

Interpretasi Sumber

E. Coli 2000 / 100 cc 0 Melebihi batas Terkontaminasi

40

maksimum feses

Total Coliform 1000 / 100 cc 0 Melebihi batas Terkontaminasi

feses

Arsen 0,05 mg/dl 0,01 mg/dl Melebihi batas Daerah aluvial,

Industri

pertambangan

Flourida 1,4 mg/dl 1,5 mg/dl Normal

Total Kromium 0,03 mg/dl 0,05 mg/dl Normal

Kadmium 0,001 mg/dl 0,003 mg/dl Normal

Nitrit 2 mg/dl 3,0 mg/dl Normal Bahan organik

Nitrat 25 mg/dl 50 mg/dl Normal Bahan organik

Sianida 0,07 mg/l 0,07 mg/dl Normal

Selenium 0,01 mg/dl 0,01 mg/dl Normal

Keterangan :

Ditemukannya E. Coli dan Total Coliform menandakan bahwa air sumur di

desa Mjt telah terkontaminasi dengan feses, hal ini menandakan air ini tidak layak

digunakan.

Peningkatan kadar arsen di ambang batas normal pada air minum sangat berbahaya

dikarenakan sifat arsen yang sangat berbahaya seperti dapat menyebabkan diare,

muntah, kelumpuhan, dan peningkatan semua resiko kanker

Kualitas udara ruangan

ParameterWaktu

PengukuranHasil Uji Baku Mutu Keterangan

Env Tobacco

Smoke (ETS)

24 jam 10 micgram/M3/24

jam

35

micgram/M3

Normal

41

/24 jam

VOC (Volatile

Organic

Compound)

8 jam 2 ppm/8 jam 3 ppm/8 jam Normal

SO2 24 jam 0,2 ppm/24 jam 0,1 ppm/24

jam

Meningkat/tidak sesuai

dengan baku mutu

CO 24 jam 11 ppm/8 jam 9 ppm/8 jam Meningkat/tidak sesuai

dengan baku mutu

PM10 24 jam 100 micgram/24

jam

≤70

micgram/24

jam

Meningkat/tidak sesuai

dengan baku mutu

Resiko kandungan zat yang melebihi batas terhadap kesehatan

Sulfur Dioksida

Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan,

kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm.

Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistem

pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan

terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa

individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap

pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan

penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan

kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif

terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relative

rendah.

Karbon Monoksida

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya

untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang

mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan

karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan

oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat

menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam

fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa

berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan.

42

Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat

terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat

keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita

gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.

PM10

Partikel kasar (PM10) memiliki diameter aerodinamis antara 2,5 μm dan

10 μm. PM10 terbentuk dari proses mekanik (misalnya penghancuran,

penggilingan, abrasi permukaan), penguapan semprotan, dan suspensi

debu. PM10 terdiri dari oksida aluminosilikat dan oksida lainnya dari

elemen kerak, dan sumber-sumber utama termasuk debu dari jalan,

industri, pertanian, konstruksi dan pembongkaran, dan fly ash dari

pembakaran bahan bakar fosil. Masa PM10 adalah dari menit ke jam dan

jarak perjalanan yang bervariasi dari km <1 km ke 10.

V. KESIMPULAN

Desa Mrjt, yang berada di pinggir Jalan Raya Lintas Sumatera, Ogan Ilir, tidak

memenuhi criteria sebagai desa yang ideal dari aspek kesehatan lingkungannya.

VI. INVENTARISASI PERATURAN PERUNDANGAN

1. Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Lingkungan Pemukiman menurut

Kepmenkes No 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut.

a. Lokasi

i. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran

sungai, aliran lahar, tanah longsor, gel tsunami, daerah gempa, dll.

ii. Tidak terletak pada daerah bekas TPA sampah atau bekas tambang.

iii. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran

seperti jalur pendaratan penerbangan.

b. Kualitas udara

i. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi

ii. Debu dengan diameter kurang dari 10 ug maks 150 ug/m3

iii. Debu max 350 mm3/m2 perhari

c. Kebisingan dan Getaran

43

i. Kebisingan dianjurkan 45 dB A, mak 55 dB. A

ii. Tingkat getaran mak 10 mm/ detik

d. Kualitas Tanah di daerah Perumahan dan Pemukiman harus memenuhi

persyaratan berikut:

i. Kandungan Timah hitam (Pb) max 300 mg/kg

ii. Kandungan Arsenik (As) total max 100 mg/kg

iii. Kandungan Cadmium ( Cd) max 20 mg/kg

iv. Kandungan Benzoa pyrene max 1 mg/kg

2. Ketentuan persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai

berikut.

a) Bahan bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat membahayakan

kesehatan, antara lain:

Debu total kurang dari 150 mg per meter persegi;

Asbestos kurang dari 0,5 serat per kubik, per 24 jam;

Timbal (Pb) kurang dari 300 mg per kg bahan;

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya

mikroorganisme patogen.

b) Komponen dan penataan ruangan

Lantai kedap air dan mudah dibersihkan;

Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan

mudah dibersihkan;

Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan;

Bumbungan rumah 10 m dan ada penangkal petir;

Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukannya;

Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap

c) Pencahayaan

Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi

seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan

mata.

d)  Kualitas udara

Suhu udara nyaman, antara 18 – 30 oC;

44

Kelembaban udara, antara 40 – 70 %;

Gas SO2 kurang dari 0,10 ppm per 24 jam;

Pertukaran udara 5 kali 3 per menit untuk setiap penghuni;

Gas CO kurang dari 100 ppm per 8 jam;

Gas formaldehid kurang dari 120 mg per meter kubik.

e) Ventilasi

Luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

f) Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah.

g) Penyediaan air

Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter per orang

setiap hari;

Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum

menurut Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002.

h) Pembuangan Limbah

Limbah cair yang berasal rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak

menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah; 

Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak

mencemari permukaan tanah dan air tanah.

i) Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 meter persegi, dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2

orang tidur.

45

3. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air

Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan

mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut persyaratan kualitas air minum

menurut Permenkes NO.492/Menkes/Per/IV/2010

46

47

4. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara

- Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999,

Tanggal : 26 mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional

No ParameterWaktu

PengukuranBaku Mutu

Metode

AnalisisPeralatan

1 SO2

(Sulfur

Dioksida)

1 jam

24 jam

1 tahun

900 ug/Nm3

365 ug/Nm3

60 ug/Nm3

Pararosanili

n

Spektrofotometer

2 CO (Karbon

Monoksida)

1 jam

24 jam

1 tahun

30.000 ug/Nm3

10.000 ug/Nm3

NDIR NDIR Analyzer

3 NO2

(Nitrogen

Dioksida)

1 jam

24 jam

1 tahun

400 ug/Nm3

150 ug/Nm3

100 ug/Nm3

Saltzman Spektrofotometer

4 O3

(Oksidan)

1 jam

1 tahun

235 ug/Nm3

50 ug/Nm3

Chemilumi

nescent

Spektrofotometer

5 HC (Hidro

Carbon)

3 jam 160 ug/Nm3 Flame

Ionization

Gas

Chromatografi

6 PM10

(Partikel <

10 um)

24 jam 150 ug/Nm3 Gravimetric HI-Vol

PM25* 24 jam

1 jam

65 ug/Nm3

15 ug/Nm3

Gravimetric

Gravimetric

Hi- Vol

Hi- Vol

7 TSP (debu) 24 jam

1 jam

230 ug/Nm3

90 ug/Nm3

Gravimetric HI- Vol

8 Pb (Timah

hitam)

24 jam

1 jam

2 ug/Nm3

1 ug/Nm3

Gravimetric

Ekstratif

Pengabu

Hi- Vol

AAS

48

an

9 Dustfall

(Debu

jatuh)

30 hari 10 Ton/

Km2/Bulan

(Pemukiman)

20

Ton/Km2/Bulan

(industri)

Gravimetric Cannister

10 Total

Fluorides

(as F )

24 Jam

90 hari

3 ug/Nm3

0,5 μg / Nm3

Spesific Ion

Electrode

Impinger atau

Countinous

Analyzer

11 Flour

Indeks

30 hari 40 μg / 100

cm2

dari kertas

limed

filter

Colourimet

ric

Limed Filter

Paper

12 Khlorine &

Khlorine

Dioksida

24 Jam 150 μg / Nm3 Spesific Ion

Electrode

Imping atau

Countinous

Analyzer

13 Sulphat

Indeks

30 hari 1 mg SO3 / 100

cm3

Dari Lead

Peroksida

Colourimet

ric

Lead

Peroxida Candle

-

49

Baku mutu udara ambien untuk wilayah Sumatera Selatan diatur berdasarkan

peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 15 Thun 2005, yaitu:

5. UU no 32 tahun 1999

a. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas air

Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan

mikrobiologi, fisika, kimia dan radioaktif. Berikut persyaratan kualitas air

minum menurut Permenkes NO.492/Menkes/Per/IV/2010.

50

b. Peraturan Perundangan Terkait Kualitas udara

Peraturan pemerintah republik Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal: 26

Mei 1999 tentang Baku mutu udara ambien nasional.

c. Masalah sampah dan limbah

Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan tinja.

1) UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

2) UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

3) UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang

4) UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya

5) PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL)

6) PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan

beracun

7) PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air

8) Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak

lingkungan (BAPEDAL)

9) Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996

tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

10) Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996)

tentang baku tingkat kebauan

d. Peraturan Perundangan Terkait Makanan

1) Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi

Jasaboga.

Kepmen 715/03 mengatur:

i. Ketentuan umum

ii. Penggolongan

iii. Laik Higiene Sanitasi

iv. Persaratan Higiene Sanitasi

v. Pembinaan Pengawasan

vi. Sanksi.

2) Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan

hygien sanitasi makanan jajanan

51

3) Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana

produksi pangan industri rumah tangga (IRT)

4) PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang

Narkotika

b. Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan

Pengendalian Minuman beralkohol

6. Masalah sampah dan limbah

Peraturan Pemerintah mengenai pembuangan limbah dan pembuangan tinja

a. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

b. UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup

c. UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan ruang

d. UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya

e. PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai dampak lingkungan

(AMDAL)

f. PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan

beracun

g. PP No. 20 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran air

h. Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan pengendalian dampak

lingkungan (BAPEDAL)

i. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996

tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

j. Keputusan Menteri negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996)

tentang baku tingkat kebauan

7. Peraturan Perundangan Terkait Makanan

a. Kepmenkes : 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persaratan Higiene Sanitasi

Jasaboga.

Kepmen 715/03 mengatur:

i. Ketentuan umum

ii. Penggolongan

iii. Laik Higiene Sanitasi

52

iv. Persaratan Higiene Sanitasi

v. Pembinaan Pengawasan

vi. Sanksi.

b. Kepmenkes No. 942/MENKES/SK/VII/2003 tentang pedoman persyratan

hygien sanitasi makanan jajanan

c. Kep BPPOM No. HK. 00.05.5.1641 tentang pedoman pemeriksaan sarana

produksi pangan industri rumah tangga (IRT)

d. PP no 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan

8. Kebiasaan buruk:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang

Narkotika.

2. Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengawasan dan

Pengendalian Minuman beralkohol.

VII. LEARNING ISSUE

1. KESEHATAN LINGKUNGAN

A. DEFINISI

Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :

1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan

agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)

kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu

menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan

lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang

sehat dan bahagia.

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN

Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan

lingkungan, yaitu :

1. Penyediaan Air Minum

53

2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

3. Pembuangan Sampah Padat

4. Pengendalian Vektor

5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6. Higiene makanan, termasuk higiene susu

7. Pengendalian pencemaran udara

8. Pengendalian radiasi

9. Kesehatan kerja

10. Pengendalian kebisingan

11. Perumahan dan pemukiman

12. Aspek kesling dan transportasi udara

13. Perencanaan daerah dan perkotaan

14. Pencegahan kecelakaan

15. Rekreasi umum dan pariwisata

16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk

17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22

ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :

1. Penyehatan Air dan Udara

2. Pengamanan Limbah padat/sampah

3. Pengamanan Limbah cair

4. Pengamanan limbah gas

5. Pengamanan radiasi

6. Pengamanan kebisingan

7. Pengamanan vektor penyakit

8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan

lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang

sejenis

54

2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis

3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis

4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk

umum

5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang

berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,

reaktor/tempat yang bersifat khusus.

D. MASALAH-MASALAH KESEHTAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk

mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia

permasalah dalam kesehatan lingkungan antara lain :

1.    Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :

Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,

Kesadahan (maks 500 mg/l)

Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml

air)

Batasan Sumber air bersih dan aman:

a) bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit

b) bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun

c) tidak berasa dan berbau

d) dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan rumah

tangga

e) memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Depkes RI

Penyakit yang ditularkan melalui air : waterborne disease atau water-related

disease. Terjadinya suatu penyakit memerlukan agen, bahkan kadang vector.

55

Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan

tipe agen penyebab :

1) penyakit viral, contoh : hepatitis viral, poliomyelitis

2) penyakit bacterial, contoh : kolera, disentri, tifoid, diare

3) penyakit protozoa, contoh : amebiasis

4) penyakit helmintik, contoh: ascariasis, whip worm

5) leptospiral, contoh : Weil’s disease

Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam

kelompok berdasarkan cara penularannya, meliputi :

1) waterborne mechanism : kuman pathogen dalam air yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui

mulut atau sistem pencernaan, contoh : kolera, tifoid, disentri basiler,

hepatitis viral

2) waterwashed mechanism : berkaitan dengan kebersihan umum dan

perorangan. Terdapat 3 cara penularan dengan mekanisme ini :

a. infeksi melalui saluran pencernaan, cth: diare pada anak

b. infeksi melalui kulit dan mata, cth : scabies dan trachoma

c. penularan melalui binatang, cth: leptospirosis

3) water-based mechanism : pada mekanisme ini, penyakit yang ditularkan

memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di

dalam tubuh vector atau intermediate host, cth: schistosomiasis

4) water-related insect vector mechanism : agen penyakit ditularkan melalui

gigian serangga yang berkembang biak di dalam air, cth: filariasis, dengue,

malaria, dan yellow fever

2.    Pembuangan Kotoran/Tinja

Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat

sebagai berikut :

Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki

mata air atau sumur

Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain

56

Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-

benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin

Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang

Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

3.    Kesehatan Pemukiman

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut :

Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan

ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu

Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan

minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang

cukup

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan

garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah

terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah

Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-

faktor /unsur, berikut:

Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah

adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola

kehidupan/tk sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim, dan kemajuan

teknologi

Penyimpanan sampah

Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali

Pengangkutan

Pembuangan

57

Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui

hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat

memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian

disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk

Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah

Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis.

Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranya dengan

merancang rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff (rapat tikus),

Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk

Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat

penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang

angin di rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan

usaha-usaha sanitasi.

Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat

menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara

perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus

dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah

terinfeksi bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman

Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan,

jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat

penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum

selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).

Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan

makanan meliputi :

Persyaratan lokasi dan bangunan

Persyaratan fasilitas sanitasi

Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan

Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi

Persyaratan pengolahan makanan

58

Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi

Persyaratan peralatan yang digunakan

Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah,

pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air

pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution merupakan problem

perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis kereta api, dll. Masalah ini lebih

berpotensi menjadi masalah kesehatan yang sesungguhnya, mengingat manusia

cenderung berada di dalam ruangan ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat

pembakaran kayu bakar, bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu

faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita.

2. HAL YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT KESEHATAN

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan

pelayanan kesehatan.

Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh

pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor

di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.

Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini

dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.

Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak

penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes

mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum  makan

juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat

kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya

yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan

infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh

faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air

yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes

aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di

sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.

59

Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak

dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar

penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya

meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling

perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat

dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin

maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan

upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat

perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas

pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan

meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketesediaan

fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang

merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya.

Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan

upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas

pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring

lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-

rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.

Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan secara

langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminan kesehatan

(Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalan secara sinergi

dengan program pemerintah laiinya seperti Program bantuan langsung tunai

(BLT), Wajib belajar dan ain-lain.

Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan

yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program jaga mutu.

Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan

melaksanakan akreditasi rumah sakit.

Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri,

namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus

dilaksanakn secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang

dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan

harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif.

60

Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat

regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan

pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan

tangggungjawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau budaya

bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain.

61

VIII. DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari

http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008

Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan.

Jakarta, Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan

Mengenai Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010 tanggal

19 April 2010. Jakarta, Indonesia

Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional

Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia

Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007.

Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia

Rahadin, A.E. , E. Kardena. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di

Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang. Program Studi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Indonesia

62